PERANWANITA DALAM PEMBANGI.INAN MENGHADAPIERA GLOBALISASI
Oleh: RahardiRamelan Wakil KetuaBappenas
iO!,(UMEIITASI & AFISIP
BAPPENAS
DISAMPAIKAN PADA ACARA PROGRAM KERIA UNIT DFIARMA WANITA DEPARTEMEM PEKERJAAN UMUM JAKARTA, 19JUNI T997
PERANWANITA DALAM PEMBANGUNAN MENGHADAPIERAGLOBALISASI Oleh: RahardrRamelan Wakil Ketua Bappenas
1.
Pendahuluan
Saya sangat berbahagia
atas kesempatan yang dlberlkan
untuk
menyampaikan pengarahan pada pertemuan Anggota Dharmawanita Unit Departemen Pekerjaan umum, yang mengambll tema peran serta wanita dalam pembanganan
dalam menghadapi era globalisasi. Pertemuan ini
merup al
kegtatan di berbagai sektor ekonomi dan sosial, dalam bidang politik, serta bidang-bidang pembangunan lainnya, seperti misalnya bidang olah raga) w anrta telah berperan membaw a nama harum bagi b angsanya. Dengan mengabatkan wanita berarti l
Dalam Pembangunan Jangka PanjangII (pJp II), komitmen pemer intah Indonesia dalam upaya pentngkata:nperanan wanita drlandasi pada amanat GBHN 1993 yang menggarisbawahi bahwa wantta sebagaimitra sejajar pria harus
lebih
dapat
berperan
dalam
pembangunan dan
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta ikut melestarikan nllai-nllai Pancaslla. DaIam Repelita VI peningkatan peranan wanita ditujukan untuk meningkatkan kedu dukan, peranan ) kemampuan, kemadirt an, dan ketahanan mental dan spiritual wanita sebagai bagtan tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas SDM. Kualitas SDM itu sendiri merupakan faktor penentu utama dari kemajuan dankemandrrian suafrtbangsa. Dewasa ini upaya peningkatan SDM juga dlhadapkan pada tantangan era globalisasi yang sedang berlangsung dengan intensitas dankecepatanyang semakin tinggi. Prosestersebut melanda seluruh dunia dan semua aspek kehidupan manusia, bahkan sampai kepada aspek-aspekkehidupan unit masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga. Tidak ada masyarakatataubangsa yang dapat menghindar dari prosestersebut. Dalam era globalisasi tersebut, kemampuan
bersaing suatu negara
sudah tidak lagi semata-mata ditentukan oleh keunggulan komparatif
ya:ng
dtdasarkan pada pemilikan sumber daya alam dan ketersedtaan tenaga kerja murah, tetapi akan ditentukan oleh penguasaan informasi, teknologr, dan keahhan. Untuk
itu
yang menjadi kunci
adalah keberhasilan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbekalkan akhlak danbudi pekerti yang muba sesuaidengan nllai-nllai yang terkandung dalam Pancaslla danUUD 1945.
Dalam hal itulah peran wanita sebagai potensi SDM yang besar memegang peran sfrategis menghadapi tuntlutan peningk atan kuabtas SDM. Di samping ifu wanita juga memiliki peran yang sangat strategis dalam menghasilkan generasi muda
yang berkualitas dan
berpotensi bagi
p embangunan bangsa y ang maju, mandtri, sejahtera, dan berkeadllan. D engan demikian upaya peningkatan kualttas SDM dalam menghadapi era globalisasi antara lain dapat ditempuh
melalui peningkatan peran wanita dalam
pembangunan.
Selanjutnya hal penting yang menjadi pokok permasarahan adalah bagatmana peran wanita dt dalam pembangunan) yang saat ini sangat kuat dipengaruhi oleh era globaLisasi,serta bagaimana upaya agar peranan wanita disesuaikan unfuk menjawab tantangan serta tttntatan dari pembangunan dalam era globalisasitersebut.
Z.
Peran Wanita SebagaiMitrasejajar Pria Dalam Pembangunan di Era Globalisasi
Upaya pembangunan peran wanita sebagai mitrasejalar pria dalam menghadapi era globalisasi pertama-tama perlu diawali oleh peningkatan kualitas wanita ifu sendiri. Karena dengan kualitas yang prima, wanita akan d,apat berper an optimal di dalam p embangunan.
Di dalam RepelitaVI peningkatanperanwanita diarahkan padasasaran utama sebagarberikut: 1) meningkatnya taraf pendidikan wanita, antara lain ditunjukkan dengan makin menurunnya jumlah penduduk wanita yang menderrta tiga buta (buta aksara Latin dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar); 2) meningkatnya kuahtas SDM wanita melalut pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaaniptek; 3) meningkatnya derajat kesehatan wanrta termasuk keluarganya sehingga memungkinkan wanrta berperan aktrf dalam kegtatan pembanglrnan;4) meningkatnya kuabtas dan produktivitas tenaga kerja wanita dan makin sempurna dan mantapnya perlindungan tenaga kerja wanrta, termasuk hak dan jaminan sosialnya; S) meningkatnya peran ganda wanita
dalam pembinaan keluarga dan
peransertanya yang aktif dr masyarakat secara serasi dan seimbang; 6) berkembangnya iklim
sosial budaya yang
lebih
mendukung
vpaya
mempertinggt harkat dan martabat wanrta1,7) dan mal
Sejalan dengan itlu,peran serta wa n ita daLamp embangunan p aling tidak dapat ditilik dari tiga macam peran balk di dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pertama adalah peran reproduktif wanita, yang tidak terbatas dalam konteks biologis, yaitu melahirkan, tapr lebrh dalam konteks sosial. Peran rni mencakup tanggungawab pengasuhan dan pendidlkan anak serta tugas-tugas rumah tangga (tugas domestik), untuk ittt peran reproduktif ini juga dimengerti sebagaiperan wanita sebagailbu rumahtangga. Kedua adalah peran produkfif wanrta. Peran ini berlaku pada saat wanita bekerja secara produktif dan mendapatkan rmbalan untuk pekerjaannya ittt, balk dalam bentuk uang maupvn barang (economically active) . Dengan kata Iain peran ini adalah peran wanita dalam mencari nafkah. Selanjutny% peran wanita yang ketiga saya istilahkan sebagaiperan sosial-polittk wanita dalam masyarakat atau peran sosial-politik kemasyarakatan. Peran ini mencakup kegratankegratanyang dilakukan dalam masyarakat, yang umvmnya bersifat sukarela, dan dllakukan umumnya diwaktu senggang. Karena sifatnya yang sukarela, umumnya kegiatan ini dilakukan tanpa memperoleh kompensasi dalam bentuk
upah. Kegratan tersebut seringkali berhubungan dengan generasi muda, olah rag% keagamaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatlhan, pembinaan danlarn-Lain.
Pada kenyataannya seringkali terjadi overlapping antara ketiga peran tersebut. Di samping itu, peran yang satu dapat mendukung fungsi peran lainnya. Namun melalui ketiga peran utama wanita tersebut, dapat ditinjau bagaimana wanita dapat berperan dalam pembangunan di era globalisasi sekarang ini
dan upaya-upaya apa saja yang dapat dllakukan untuk
meningkatkan peran w anita tersebut.
Peran Reproduktif
:
upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang handar sangat berkattan dengan peran reproduktif wanrta. Mulai dari masih di dalam kandungan, sampai seorang anak tumbuh menjadt dewasa serta mengecap pendidlkan, dan kemudian terjun kedalam masyarakat, lbu sebagarorang tua memiliki peran yang sangat besar. Hal ini terutama ditemukan dt sebagian besar masyarakat I
wanita
didalam
keluarga,
di
mana
pria/suami
terutama
bertanggungawab terhadap urusan-urusan publik, yaitu yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, dan wanita (istri) terutama bertanggungawab
atas sektor domestik, yaitu
menanga:ni tugas-tugas
rumahtangga, termasuk mengasuh anak. Peran reproduktrf wanita ya:ng tidak lain adalah peran wanita sebagai lbu rumahtangga tidak dapat dianggap remeh. Karena ternyata tugas-tugas rumahtangga dan keluarga yang dllakukan wanita frdak saja memiliki nilai tambah bagi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, namltn lebih dari itu memiliki ntlai tambah bagi kekuatan tenaga kerja (labor force) saat ini dan di masa yang akan datang. Karena tidak hanya sekedar mengasuh dan membesarkan anak, tetapr pada kenyataannya wantta juga memiliki peran
dominan dalam hal mengurus dan mengasuh keluarga secara keseluruhan, termasuk suami. Sehingga tidak saja wanrta berperan dalam pembenhtkan kekuatan tenagakerja dt masadepanryaitu dengan melahirkan, membesarkan serta mengasuh anak, tramttn juga secaranyata berperan dalam memellhara kekuatan tenaga kerja saat im, yaitu dengan mengurus suami atau anak yang telah dewasadan bekeri a.
Di dalam era globalisasi ini, wanita perlu iebih dittngkatkan lagi perannya di
dtdalam kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Pengaruh
globalisasi yang sedemikian kuat dapat secaralangsung menyenfuh keluarga tanpa harus melalut institusi-instifusi masyarakat lainnya. Misalnya saja dengan adanya teknologi komunikasi yang semakin canggth, balk melalui surat kabar, radio, televisi, internet, maupun media massa lainnya, globalisasi dapat langsung dtrasakan oleh keluarga. secara ttdak langsung, pengaruh globalisasi menyentuhkeluarga melalui institusi-instifusi masyarakatyang ada, misalnya sala melalui institusi pekerjaan yang meminta persyaratan tenaga kerja dengan kualifikasi yang semakin tinggi dan denganjenis-jenis pekerjaan yang semakin beragam.
Keluarga sebagai unit masyarakat yang terkecil dlharapkan dapat bertahan untuk menghadapi pengaruh-pengaruh buruk dari globalisasi,dan selanjutnya menyesuaikan diri dengan fitntutan positif globalisasi. bblh dari itu keluarga sebagaiunit dari masyarakat dapat tarut mempersiapkanbangsa dalam menghadapi arus globalisasi itn, yaitu melalut sumber daya manusia keluarga.
DaIam hal inllah wanita bersama-sama dengan pria dalam suatu pola hub ungan kemitr aan yang sejajar dapat lebih b erperan dalam mempersi apkan generasi penerus yangberkualitas. Hal ini terutama dtlakukan melalui upaya pemellharaan kesehatan dan grzi, yang perlu dilakukan sejak masa awal kehamilan pendidikan
sampai dengan pertumbuhan
anak menjadi dewasa, serta
anak, terutama penanaman nllai-nllai
yang
mendukung
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancaslla dan UUD 7945. Dalam hal ini peran pria, balk sebagai suami maupun sebagaibapak juga sangat diperlukan. Karena dengan pengertian dan rasa tanggungawab yang besar dari seorang pria, pemberian gizi serta pemeliharaan kesehatanbalkbagi lbu yang mengandung maupun anak dapat lebih berjalan optimal. Di samping, upaya mendidik anak oleh keluarga akan lebih optimal dengankehadtran sosokbapak sebagaibagiandari orangtua dan untuk ttl;Jah peran pr ia dalam p endidlkan anak menj adr p enting. Hal ini juga semakin jelas dalam menjawab tuntutan tenaga kerja berkualttas di masa yang akan datang. Dengan persiapan yang matang d,ari keluarga, maka tenaga kerja yang sehat, mandiri, profesional, serta memiliki wawasan yang luas akan dapat membentuk kekuatan tenaga keqa nasional yanghandal.
b.
Peran Produktif
Lebih dari separuh jumlah penduduk usia kerja atau penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia adalah wanrta. Seiama lebih dari satu d.asawarsa terakhir, keadaan ini tidak berubah. Dengan demikian kualitas tenaga kerja wantta sebagai potensi kekuatan tenaga kerja sangat menentukan kualitas kekuatan tenaga kerja tersebut secar a keseluruhan. Saat ini, proporsi penduduk wanita yang aktif melakukan kegiatan ekonomi dan aktif mencaripekerjaan, disebut denganistilah Tingkat parbisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita terus meningkat, namun masih jauh \ebth rendah dlbandingkan dengan TPAK pria. Akan tetapr perkembangan selama periode 1980 - 1994 menunjukan bahwa ttngkat partisipasi wanita d,alam kegiatan ekonomi telah meningkat jauh lebih tinggi dlbandtngkan d,engan tingkat partisipasi pria. Pada tahun 1980, TPAK wanita diperkirakan hanya 32,6 persen yang meningkat menjadi 44,s persen pada tahun lgg4. Ini merupakan peningkatan sebesar12 persen.Sedangkanuntuk penduduk pria,
TPAK tahun 198o adalah 68,4 persendanhanya meningkat 4 persen menjadi 72 persenpada tahun 7994.
Namun dthhat dari p endtdlkannya, kualitas tenaga kel a w anita tersebut masih relatif rendah dan bahkan lebih rendah dari tenaga kefia Ia7
Dt era pasar bebas nanti tenaga-tenaga kerja asing akan memasuki pasar tenaga kerja di Indonesia dengan iebih deras lagi. Mereka yang datang umumnya memiliki keahlian dan kecakapan yang khusus serta pendrdtkan yang relattf tinggi. Dengan demikian tenaga kerja wantta akan mengalami tantangan yang lebih berat lagi, karena selain harus bersaing dengan tenaga kerja pria di dalam negeri, merekapun harus bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang berkualitas. DemiT
dapat memasuki i ntern asi o naI, atau b ekerj a di negar a- negar a lain.
pasar tenaga kerla
Dengan kualitas yang rendah dan persaingan kerja yang ketat,balk di pasar tenaga kerja domestik maupvn pasar tenaga kerja internasional, maka