perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA KELAS V SD NEGERI PAJANG I NO. 93 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh: LITA MELATI SARI K7106029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA KELAS V SD NEGERI PAJANG I NO. 93 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh: LITA MELATI SARI K7106029
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Lita Melati Sari. K7106029. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA KELAS V SD NEGERI PAJANG I NO. 93 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus yaitu empat kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 sebanyak 50 siswa yang terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca pemahaman setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Peningkatan rata-rata kemampuan membaca pemahaman tersebut yaitu: pada keadaan awal adalah 60,32 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 69,70, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,08. Sebelum dilaksanakan penelitian, siswa yang memperoleh nilai membaca pemahaman yang mencapai KKM > 65 sebanyak 15 siswa (30%), pada siklus I menjadi 36 siswa (72%), dan pada siklus II meningkat menjadi 44 siswa (88%). Dengan demikian, model kooperatif tipe Think Pair Share dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Lita Melati Sari. K7106029. THE IMPROVEMENT OF READING COMPREHENSION ABILITY WITH COOPERATIVE MODEL ON THINK PAIR SHARE TYPE IN THE FIFTH GRADE STUDENT SD NEGERI PAJANG I NO. 93 LAWEYAN SURAKARTA ON ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, June 2010. The purpose in this research is to increase of reading comprehension ability with cooperative model on Think Pair Share type in the fifth grade student SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta on academic year 2009/2010. Method that used in this research is class action research (CAR) as much as two cycles that is four times meetings. This research procedure consists of four stages that are planning, action execution, observation, and reflection. The subject in this research is the fifth grade student SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta on academic year 2009/2010 as much as 50 students that consist of 27 man students and 23 woman students. The data collecting technique that used is observation, documentation, and test. The data validity that used is triangulating data and triangulating method. The data analysis technique that used is analysis interaktif model that has three components, there are data rediction, data presentation, and conclusion withdrawal or verification. Based on this research, it can be concluded that there is a capability improvement of reading comprehension, after implementing the classroom action research with cooperative model on Think Pair Share type. The improvement of the average reading comprehension ability that is: in beginning condition is 60,32, then in the first cycle increase to became 69,70, and in the second cycle increase again to became 79,08. Before carried out, student that get value reading comprehension achieves KKM > 65 as much as 15 students (30%), in the first cycle is 36 students (72%), and in the second cycle increase to became 44 students (88%). There by, cooperative model on Think Pair Share type can be used to increase reading comprehension capability in the fifth grade student of SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta on academic year 2009/2010.
vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Kebahagiaan diri kita tidak tergantung apa yang orang lain pikirkan dan cara mereka bertindak, tetapi sangat tergantung kepada apa yang kita pikirkan dan cara kita bertindak. Sesungguhnya kita masing-masing bisa memainkan peranan penting dalam menentukan masa depan kita sendiri”. (Doug Hooper)
“Kebenaran adalah seperti bintang-bintang, ia tidak muncul selain dari kegelapan malam. Kebenaran adalah seperti semua hal yang indah di dunia ini, dia tidak mengungkapkan hasratnya selain kepada mereka yang terlebih dulu merasakan pengaruh kepalsuan. Kebenaran adalah kemurahan mendalam yang mengajari kita untuk mencukupkan diri dengan kehidupan kita sehari-hari dan berbagi kebahagiaan bersama dengan orang lain.” (Kahlil Gibran)
“Suatu ilmu dapat bermanfaat bukan karena kehebatan ilmu ataupun penemunya, melainkan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat umum dan penerapannya yang sesuai.” (Einstein)
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku tercinta atas segala doa, cinta, kasih, dan sayang serta pengorbanan yang tak terbatas demi kebahagiaan yang kalian berikan kepadaku.
Kakak dan adikku (Mbak Lisa, Dek Lian, Dek Faza, Dek Farah, dan Dek Nisa), serta keluargaku yang selalu memberikan dukungan, perhatian, serta keceriaan. Buat Aan, terima kasih atas bantuan, dorongan, semangat, serta perhatiannya selama ini. Teman-temanku Mahasiswa SI PGSD Angkatan 2006, terima kasih atas semangat persahabatan kalian yang mewarnai hidupku.
FKIP Universitas Sebelas Maret, almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku yang cerah.
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu serta mendukung penulisan skripsi ini, antara lain kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
2.
Drs. R. Indianto, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan persetujuan skripsi.
3.
Drs. Kartono, M. Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4.
Drs. Hasan Mahfud, M. Pd, Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
5.
Dra. Lies Lestari, M. Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
6.
Dr. Peduk Rintayati, M. Pd,
Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. 7.
Dra. Sutini, M.Pd dan Drs. Kartono, M. Pd, Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan serta bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Drs. Agus Widayatno, Kepala SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas.
9.
Christina Sri Karningsih, S. Pd, Guru Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta yang telah memberikan bantuan serta arahan kepada penulis selama melakukan penelitian tindakan kelas.
10.
Teman-temanku mahasiswa SI PGSD Angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan, semangat, dan kerjasama selama ini.
11.
Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya terhadap penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulis di kemudian hari akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Surakarta, 14 Juni 2010
Lita Melati Sari
x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... v HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vi HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C.
Pembatasan Masalah.................................................................................. 6
D.
Rumusan Masalah...................................................................................... 7
E.
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
F.
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 9 1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman ....................................... 9 2. Hakikat
Model Kooperatif
Tipe Think Pair Share ....................... 26
3. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share ........................................................ 37 B.
Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 38
C.
Kerangka Berpikir ..................................................................................... 40 xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
D.
digilib.uns.ac.id
Hipotesis .................................................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 42
B.
Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................................. 42
C.
Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................... 44
D.
Sumber Data .............................................................................................. 44
E.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 44
F.
Teknik Analisis Data ................................................................................. 45
G.
Validitas Data ............................................................................................ 47
H.
Indikator Ketercapaian Tujuan .................................................................. 47
I.
Prosedur Penelitian .................................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................................... 53
B.
Deskripsi Awal Tindakan .......................................................................... 54
C.
Deskripsi Tindakan Penelitian ................................................................... 57
D.
Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 81
E.
Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.
Simpulan .................................................................................................... 86
B.
Implikasi .................................................................................................... 86
C.
Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 89 LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share ...................................................................... 38
Tabel 2.
Indikator Ketercapaian Tujuan ......................................................... 47
Tabel 3.
Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ........................................................................................... 55
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan .................................................................. 56
Tabel 5.
Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I ..................................................................................... 63
Tabel 6.
Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I ..................................................................................... 63
Tabel 7.
Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus I ........................................ 64
Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus I ................ 65
Tabel 9.
Tabel Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I ..... 66
Tabel 10. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II .................................................................................... 76 Tabel 11. Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II.................................................................................... 76 Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus II ....................................... 77 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus II ............... 78 Tabel 14. Tabel Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II ..................................................................................... 79 Tabel 15. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan Siklus II ............................................................................................ 81 Tabel 16. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 yang Mencapai KKM > 65 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .................................................................................... 83 Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ............. 84
xiv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Alur Kerangka Berpikir ................................................................ 41
Gambar 2.
Alur Penelitian Tindakan Kelas ..................................................... 43
Gambar 3.
Model Analisis Interaktif ............................................................... 46
Gambar 4.
Praktikan Menjelaskan Tujuan Pembelajaran Membaca Pemahaman .................................................................................... 110
Gambar 5.
Praktikan Melakukan Apersepsi dengan Tanya Jawab Tentang Bacaan.............................................................................. 110
Gambar 6.
Siswa Terlihat Kurang Antusias Menjawab Pertanyaan Praktikan Tentang Bacaan ............................................................ 110
Gambar 7.
Praktikan Menjelaskan Unsur-unsur Cerita dan Ide Pokok Paragraf pada Pertemuan Pertama dan Cara Meringkas Bacaan pada Pertemuan Kedua ................................................................. 111
Gambar 8.
Praktikan Menjelaskan Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Pembelajaran Membaca Pemahaman .................................................................................... 111
Gambar 9.
Siswa Melakukan Tahap Thinking (Berpikir) Secara Individu ..... 111
Gambar 10. Praktikan Membagikan Teks Bacaan dan Tugas Kelompok ......... 112 Gambar 11. Siswa melakukan Pairing (Berpasangan) ...................................... 112 Gambar 12. Praktikan Memantau Jalannya Diskusi .......................................... 112 Gambar 13. Siswa Wakil Kelompok Melakukan Sharing (Berbagi) ................ 112 Gambar 14. Siswa Terlihat Sungguh-sungguh dalam Mengerjakan Tes .......... 113 Gambar 15. Guru Kelas V Sebagai Observer Sedang Mengamati Proses Pembelajaran Siklus I yang Sedang Berlangsung .............. 113 Gambar 16. Praktikan Melakukan Apersepsi dengan Tanya Jawab Tentang Materi pada Pertemuan Sebelumnya .............................. 143 Gambar 17. Siswa Banyak yang Tunjuk Jari Menjawab Pertanyaan Praktikan ........................................................................................ 143 Gambar 18. Kegiatan Siswa Saat Melakukan Thinking (Berpikir) Secara xv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Individu .......................................................................................... 143 Gambar 19. Kegiatan Siswa Saat Melakukan Pairing (Perpasangan) .............. 143 Gambar 20. Praktikan Membimbing Siswa Saat Berdiskusi ............................. 144 Gambar 21. Kegiatan Siswa Saat Melakukan Sharing (Berbagi)...................... 144 Gambar 22. Kegiatan Siswa Saat Mengerjakan Tes Pemahaman Isi Bacaan ... 144 Gambar 23. Guru Kelas V Sebagai Observer yang Mengamati Pembelajaran . .144
xvi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.
Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan .................. 56
Grafik 2.
Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Sikus I ............................................................ 65
Grafik 3.
Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I ...... 67
Grafik 4.
Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Sikus II........................................................... 78
Grafik 5.
Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II ..................................................................................... 80
Grafik 6.
Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I dan Sikus II ................................................. 84
Grafik 7.
Grafik Peningkatan Ketuntasan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II ...................................................................................... 85
xvii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................. 92
Lampiran 2.
Instrumen Membaca Pemahaman................................................ 93
Lampiran 3.
Daftar Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93Laweyan Surakarta pada Kondisi Awal ............. 94
Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Siklus I .................................................... 96
Lampiran 5.
Soal Evaluasi Siklus I .................................................................. 108
Lampiran 6.
Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar mengajar pada Siklus I. 110
Lampiran 7.
Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I ................................................................................ 114
Lampiran 8.
Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I ................................................................................ 116
Lampiran 9.
Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I ................................................................................ 117
Lampiran 10. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I .................................................... 120 Lampiran 11. Daftar Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada Siklus I .... 121 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Siklus II...................................................123 Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus II................................................................. 141 Lampiran 14. Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar pada Siklus II.143 Lampiran 15. Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share xviii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada Siklus II ............................................................................... 145 Lampiran 16. Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II ............................................................................... 147 Lampiran 17. Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II ............................................................................... 148 Lampiran 18. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II ............................................................................... 151 Lampiran 19. Daftar Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada Siklus II ... 152 Lampiran 20. Rekapitulasi Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta ..........................154 Lampiran 21. Surat Perijinan ............................................................................. 156
xix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan dasar pada siswa yang mempunyai
manfaat
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya
serta
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di sekolah yang lebih tinggi. Terkait dengan tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar khususnya membaca, maka peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dan itu merupakan salah satu fungsi utama bahasa. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia (Hairuddin, 2007: 1.5). Melalui bahasa, manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan intelektual (Dekdikbud, 1994/1995: 59). Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menekankan pada penggunaan bahasa bukan ilmu bahasa. Pembelajaran bahasa di SD mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis dengan pihak lain sesuai konteks dan situasinya. Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa juga untuk meningkatkan kemampuan memperluas wawasan (Hairuddin, 2007: 1.5). Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah menurut Henry Guntur Tarigan (1994: 1) biasanya mencakup empat segi, yaitu: 1. keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), 2. keterampilan berbicara (speaking skills), 3. keterampilan membaca (reading skills), 4. keterampilan menulis (writting skills). Setiap keterampilan berbahasa erat sekali hubungannya dengan
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tiga keterampilan yang lainnnya, misalnya saja keterampilan membaca berhubungan dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, maupun menulis. Dawson dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 1) mengemukakan keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan caturtunggal. Sependapat dengan Dawson, Savage dalam Budiasih dan Darmiyati Zuchdi (2001: 55) menyatakan membicarakan dan mendiskusikan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara terpisah merupakan hal yang tidak wajar dan terlalu dibuat-buat sebab sebenarnya keempat kemampuan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting sehingga keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa. Dalam keterampilan membaca dibutuhkan penguasaan kemampuan membaca. Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam mengikuti proses pembelajaran sebagian besar pengetahuan disampaikan dalam bentuk bahasa tulis maka siswa harus melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Dengan kemampuan membaca yang memadai, siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber tertulis. Burns, dkk dalam Farida Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dengan demikian, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Kegiatan membaca juga merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari seluruh dunia. Melalui membaca orang juga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
pandangannya,
digilib.uns.ac.id
memperluas
wawasannya,
serta
semakin
meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Orang yang banyak membaca mempunyai pengetahuan yang lebih daripada orang yang jarang atau tidak pernah membaca. Membaca dapat dilakukan tanpa terikat ruang dan waktu. Orang dapat membaca apa saja karena sesuatu yang dibaca pasti mempunyai informasi. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, kemampuan membaca mempunyai peran yang penting dalam membantu siswa mempelajari berbagai hal. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bacaan yang dibacanya. Semakin banyak membaca, maka pengetahuan siswa pun semakin bertambah. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu, dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki siswa maka akan dapat membantu siswa dalam kehidupannya kelak. Di samping
pengetahuan
siswa
meningkat, maka
kemampuan berpikir siswa pun meningkat karena siswa sering menyerap informasi yang diperolehnya dari bacaan yang dibacanya. Kemampuan membaca siswa tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang diperoleh sejak duduk di bangku SD, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut atau pemahaman. Akhadiah dalam Budiasih dan Darmiyati Zuchdi (2001: 57) menjelaskan dalam pembelajaran membaca, guru mempunyai peranan yang penting karena melalui pembelajaran membaca guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak didik. Guru juga berperan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kemampuan
membaca
selalu
dibutuhkan
dalam
setiap
tema
pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan kemampuan membaca karena
kemampuan
membaca merupakan
salah
satu
standar
kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang, termasuk di jenjang SD. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai. 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemampuan membaca menjadi dasar utama, tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Tompubolon
(http://pakguruonline.pendidikan.net)
menyebutkan
membaca pemahaman merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa-siswi SD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Membaca terutama membaca pemahaman merupakan kegiatan yang aktif. Membaca bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah. Namun, dalam prakteknya di sekolah terutama SD menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki siswa masih kurang. Siswa cenderung tidak benar-benar memahami bacaan yang diberikan, bahkan tidak jarang siswa salah dalam hal memahami maksud atau tujuan dari bacaan tersebut. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan peneliti pada siswa menyatakan bahwa pembelajaran membaca pemahaman masih dirasa sulit. Hal ini karena siswa terlihat kurang memperhatikan siswa lain yang sedang membaca. Kemudian pada saat guru memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang bacaan, kurangnya pemahaman siswa mengakibatkan siswa kesulitan menjawab pertanyaan. Maka hasil belajar siswa mengenai materi membaca pemahaman masih kurang karena nilainya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 50, ada 35 siswa yang nilainya tidak mencapai KKM > 65, data ini ditunjukkan dalam lampiran 3 (halaman 94). Rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya membaca pemahaman menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca pemahaman. Pada pembelajaran membaca pemahaman, guru hanya memberikan materi saja tanpa disertai dengan pemilihan model pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menarik perhatian, serta memotivasi siswa untuk belajar. Akibatnya, siswa tidak memiliki ketertarikan dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa pun tidak bisa memahami bacaan dengan baik. Padahal penggunaan model pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran dapat membantu guru menyampaikan materi sehingga tujuan pembelajaran pun tercapai. Dalam hal ini, siswa dapat memahami bacaan. Hal ini disadari karena guru kurang kreatif dalam memanfaatkan model pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Selain itu, guru tidak mempunyai keterampilan khusus untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai suatu bacaan. Prosedur pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dilakukan oleh guru adalah: (1) guru memberikan sebuah teks atau bacaan, (2) siswa langsung disuruh untuk membaca teks tersebut, (3) guru memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan isi teks atau bacaan untuk menguji tingkat pemahaman siswa, (4) kemudian siswa mengerjakan soal-soal tersebut, (5) soal dibahas bersama-sama dan guru memberikan jawaban yang benar. Pembelajaran tersebut menunjukkan siswa tidak dilatih membaca pemahaman melalui proses yang sebenarnya, sehingga tingkat pemahaman siswa pun menjadi rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca pemahaman adalah dengan menggunakan model kooperatif. Menurut Sugiyanto (2008: 35), model kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu diantaranya adalah model kooperatif tipe Think Pair Share. Dengan model kooperatif tipe Think Pair Share diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara berpasangan atau secara individu. Pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share merupakan salah satu upaya tepat karena dengan model pembelajaran tersebut, siswa dapat berbagi dengan teman yang menjadi pasangan diskusinya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa kelas V semester II 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SD Negeri Pajang I No. 93 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan dasar latar belakang tersebut maka akan diadakan penelitian tentang
Peningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model
Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 .
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
penulis
mengidentifikasi adanya beberapa masalah yang dialami dalam pembelajaran membaca pemahaman yaitu: 1.
Siswa kurang antusias dalam pembelajaran membaca pemahaman.
2.
Siswa kesulitan dalam memahami teks bacaan yang disediakan.
3.
Siswa kurang termotivasi dalam memahami bacaan yang disediakan.
4.
Metode yang digunakan guru kelas V dalam pembelajaran kurang variasi, hanya dengan ceramah dan tugas.
5.
Nilai membaca pemahaman 35 siswa di kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta belum memenuhi KKM > 65.
C. Pembatasan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan dilakukan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Materi yang dibahas dalam pembelajaran adalah membaca pemahaman. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model kooperatif tipe Think Pair Share. 3. Hal yang akan ditingkatkan adalah kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Rumusan Masalah Dari uraian pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
Apakah penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang cara meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. b. Dapat memperkaya pengetahuan kebahasaan, terutama dalam kegiatan membaca pemahaman. c. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang akan datang.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi siswa 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran membaca pemahaman siswa. 2) Meningkatnya kemampuan membaca pemahaman siswa sehingga prestasi dan hasil belajar meningkat. b. Bagi guru 1) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar membaca pemahaman. 2) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam mengatasi kesulitan pembelajaran membaca pemahaman. 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Bagi sekolah 1)Meningkatnya kualitas pembelajaran membaca pemahaman siswa. 2)Mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). d. Bagi Peneliti 1) Dapat menambah pengetahuan
tentang pembelajaran membaca
pemahaman. 2) Memperoleh pengetahuan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman a.
Pengertian Membaca Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-
beda pada setiap orang. Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif atau menerima selain keterampilan menyimak. Dewi Payani (2003: 47) berpendapat: “Reading is process of constructing or developing meaning for printed text”, yang artinya membaca merupakan suatu proses yang digunakan untuk membangun dan mengembangkan arti dari suatu teks. Burns dan Roe dalam Syafi ie yang dikutip Hairuddin (2007: 3.22) menjelaskan: Pada hakikatnya, tindakan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas, baik yang bersifat mental maupun fisik, sedang membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan saat proses membaca. Farida Rahim (2008: 2) menambahkan aktivitas membaca ini melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam katakata lisan. Selanjutnya, sebagai suatu proses berpikir, proses membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Membaca sebagai proses psikolinguistik, pembaca secara simultan atau terus-menerus menguji, dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca berlangsung. Membaca sebagai proses metakognitif, pembaca mencoba mengaitkan berbagai hal yang dimiliki untuk memahami pesan yang disampaikan penulis. Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 7) mengemukakan bahwa:
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Membaca merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Adapun mengemukakan
Soedarso bahwa
dalam
membaca
Mulyono merupakan
Abdurrahman aktivitas
(2003:
200)
kompleks
yang
memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Relevan dengan pendapat Soedarso, Nababan dalam Slamet (2003: 77), menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks karena sangat bergantung pada tingkat penalaran membaca dan keterampilan berbahasanya. Bond dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 200) menjelaskan membaca adalah pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Makna lain dalam membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan memahami. Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal. Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam paragraf. Yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Mc. Ginnis dan Smith dalam Henry Guntur Tarigan (1991: 42) membatasi membaca sebagai suatu proses (dengan tujuan tertentu) pengenalan, penafsiran, dan menilai gagasan-gagasan yang berkenaan dengan bobot mental atau kesadaran total sang pembaca. Spodek dan Saracho dalam Slamet (2008: 138) menyatakan membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada dua cara yang ditempuh pembaca, yaitu: (1) langsung dengan menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan (2) tidak langsung dengan mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna. Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua digunakan oleh pembaca permulaan.
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anderson dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 8) menjelaskan membaca sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi terletak pada pikiran membaca. Sehingga makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. Sejalan dengan pengertian sebelummya, Klein dkk dalam Farida Rahim (2008: 3) menjelaskan bahwa definisi membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, (3) membaca adalah interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan strategis karena pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruksi makna ketika membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dengan teks. Dengan adanya beberapa pendapat tentang membaca dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang melibatkan aktivitas kompleks yaitu visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif untuk memahami isi serta memperoleh makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis dengan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sehingga dapat menangkap isi bacaan. 1) Tujuan Membaca Kegiatan membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang membaca dengan suatu tujuan akan lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Syafi ie dalam Hairuddin (2007: 3.23) 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyatakan bahwa melalui membaca siswa diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan, serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan. Tujuan membaca menurut Blanton, dkk dan Irwin dalam Burns, dkk yang dikutip Farida Rahim (2008: 11) meliputi: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Menurut Henry Guntur Tarigan (1994: 9), tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna atau arti erat sekali kaitannya dengan maksud, tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan membaca dapat disimpulkan kegiatan membaca mempunyai beberapa tujuan yaitu: (1) kesenangan, (2) mencari serta memperoleh informasi tertentu dari suatu bacaan, (3) memahami makna bacaan, (4) mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, dan (5) menjawab pertanyaanpertanyaan yang spesifik.
2) Tahapan-tahapan Membaca Sebagai suatu proses, membaca terdiri atas tahapan-tahapan yang saling berkaitan. Combs dalam Ahmad Rofi udin dan Darmiyati Zuhdi (2002: 31) memilah kegiatan membaca menjadi tiga tahap yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap perkembangan, dan (3) tahap transisi. Tahap persiapan, anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak, konsep tentang cara kerja 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
barang cetak, konsep tentang huruf, dan konsep tentang kata. Tahap perkembangan, anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata lain. Sedangkan dalam tahap transisi, anak mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai (tidak tegang). Menurut Tarjo (http://tarjo2009.blogspot.com), tahapan membaca meliputi: (1) prabaca, (2) saat baca, dan (3) pasca baca. Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi siswa untuk membangkitkan pengetahuan yang telah
dimiliki
sebelumnya.
Menurut
Burns,
dkk
(http://tarjo2009.blogspot.com), aktivitas pada prabaca bisa berupa siswa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun pertanyaan serta tujuan dari bacaan tersebut. Sedangkan Moore (http://tarjo2009.blogspot.com) memberi saran kepada siswa agar pada tahap prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan menyusun
pertanyaan.
Sepadan
(http://tarjo2009.blogspot.com)
dengan
menyebutkan
pendapat bahwa
Moore,
sebelum
Leo
kegiatan
membaca, siswa terlebih dahulu mensurvei judul bab supaya bisa mengembangkan membaca secara efektif, dan bisa mengatur waktunya secara fleksibel. Tahap selanjutnya adalah saat baca. Aktivitas pada tahap saat baca dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari kegiatan membaca teks bacaan. Dalam proses tersebut, siswa akan berusaha memahami teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk. (http://tarjo2009.blogspot.com) menyebutkan beberapa strategi dan kegiatan yang dapat digunakan pada saat baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputi strategi matakognitif, prosedur cloes dan pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo (http://tarjo2009.blogspot.com) menjelaskan pada kegiatan membaca dengan cara menandai bagian-bagian yang dianggap penting dan atau dengan membuat ikhtisar bacaan tersebut.
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap
digilib.uns.ac.id
terakhir
adalah
(http://tarjo2009.blogspot.com)
tahap
mengemukakan
pascabaca. aktivitas
pada
Burns tahap
pascabaca, digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang sudah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya. Strategi yang bisa digunakan dalam tahap pascabaca dapat berupa pembelajaran pengayaan, pertanyaan, representasi visual, teater pembaca, penceritaan kembali, serta aplikasi. Berkaitan dengan uraian tahapan membaca yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti sependapat dengan tahapan membaca yang disampaikan oleh Tarjo (http://tarjo2009.blogspot.com) yaitu tahap prabaca, tahap saat baca, dan tahap pascabaca. Hal ini karena setiap proses membaca harus meliputi ketiga tahap tersebut sehingga pada akhirnya pembaca dapat memperoleh makna serta memahami isi yang terkandung dalam suatu bacaan.
3) Jenis-jenis Membaca Kegiatan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ketika membicarakan tentang jenis-jenis membaca, kita harus melihat dari segi tinjauannya. Henry Guntur Tarigan (1994: 22) mengemukakan jenis membaca ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca sewaktu dia membaca, yaitu: (1) membaca nyaring (reading out load), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan (2) membaca dalam hati (silent reading). Pada saat melakukan kegiatan membaca dalam hati, yang digunakan hanya ingatan visual (visual memory) sehingga yang aktif adalah mata (pandangan dan penglihatan) dan ingatan. Sedangkan saat membaca nyaring, Moulton dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 22) menyebutkan selain penglihatan dan ingatan seperti saat membaca dalam hati masih diperlukan keaktifan ingatan pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita (motor memory). Heru
Subrata
(http://www.mbahbrata-edu.blogspot.com)
menjelaskan menurut tatarannya, membaca dibagi menjadi dua macam, 14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan merupakan suatu
proses keterampilan kognitif. Proses keterampilan
menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Sedangkan dalam membaca lanjut dibutuhkan pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sesuai keadaan. Biasanya membaca lanjut diberikan pada siswa kelas tinggi yaitu kelas III SD hingga pendidikan yang tertinggi. I Gusti Ngurah Oka dalam Solchan T.W. dkk (2008: 8.5), menjelaskan jenis pengajaran membaca meliputi: (1) membaca permulaan yaitu membaca yang diperuntukkan bagi siswa tingkat permulaan SD, (2) membaca nyaring merupakan lanjutan bagi membaca permulaan, (3) membaca dalam hati yaitu membaca yang bertujuan supaya siswa mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya baik isi pokoknya maupun isi bagiannya, (4) membaca pemahaman merupakan membaca yang bertujuan supaya pembaca dapat memahami isi yang terdapat dalam bacaan, (5) membaca bahasa yaitu membaca yang bertujuan membina kemampuan bahasa siswa, dan (6) membaca teknik yaitu membaca yang memusatkan perhatiannya kepada pembinaan kemampuan siswa menguasai teknik-teknik membaca. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti sependapat dengan uraian yang disampaikan oleh I Gusti Ngurah Oka dikarenakan adanya membaca pemahaman yang merupakan kegiatan membaca yang harus dikuasai siswa agar dapat memahami isi yang terkandung dalam suatu bacaan.
4) Proses Membaca Membaca merupakan proses yang kompleks, melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns, dkk 15
commit to user
dalam Farida Rahim
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2008: 12-14) proses membaca meliputi aspek: (1) sensori, (2) perseptual, (3) urutan, (4) pengalaman, (5) pikiran, (6) pembelajaran, (7) asosiasi, (8) sikap, dan (9) gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Selanjutnya, tindakan perseptual merupakan aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anakanak yang mempunyai pengalaman terbatas. Kegiatan membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian pembaca membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, pembaca harus mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif sehingga pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis. Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Dalam pembelajaran, guru dapat membimbing siswanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya. Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami teks. 16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aspek afektif (sikap) merupakan proses membaca yang berkenaan dengan
kegiatan
memusatkan
perhatian,
membangkitkan
kegemaran
membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca. Aspek terakhir adalah aspek pemberian gagasan yang dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi.
b. Pengertian Pemahaman Pemahaman
dalam bahasa Inggris disebut comprehension. Ana
Retnoningsih dan Suharso (2005: 350) menjelaskan pemahaman sebagai proses, perbuatan,
cara
memahami
atau
(http://matematika.upi.edu/index.php/),
menanamkan. pemahaman
Menurut
merupakan
Driver
kemampuan
untuk menjelaskan situasi atau tindakan yang meliputi 3 aspek yakni kemampuan mengenal, menjelaskan, dan menginterpretasi atau menarik kesimpulan. Adapun Slamet (2003: 78) menyatakan pemahaman merupakan upaya membangun jembatan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah diketahui. Sedangkan Smith dalam Henry Guntur Tarigan (1991: 43) mendefinisikan
pemahaman
sebagai
penafsiran
atau
penginterpretasian
pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, serta menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kognitif. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan untuk mengenal, menjelaskan, menginterpretasi, serta menafsirkan pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki.
c.
Pengertian Membaca Pemahaman Kegiatan membaca merupakan suatu proses untuk memahami serta
mengetahui pikiran yang terkandung dalam bacaan. Menurut Lado dalam Henry Guntur Tarigan (1994: 9), kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa 17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari gambaran tertulisnya. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan tersebut. Sejalan dengan pendapat Lado, Henry Guntur Tarigan (1991: 43) menjelaskan membaca pemahaman sebagai sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, serta menemukan jawaban pertanyaanpertanyaan kognitif dari bahan (bacaan) tertulis. Pemahaman atau komprehensi dalam membaca merupakan kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Soedarso (2008: 58), dalam pemahaman diperlukan: (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, dan tata bahasa). Henry Guntur Tarigan (1994: 56)
juga
menyatakan membaca
pemahaman (reading for understanding) adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami: (1) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standars), (2) resensi kritis (critical review), (3) drama tulis (printed drama), dan (4) pola-pola fiksi (patterns of fiction). Menurut Goodman dalam Slamet (2003: 78) menerangkan membaca pemahaman adalah suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Sedangkan Heilman dalam Noldy Pelenkahu (2006: 879) berpendapat: Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through meaningful interpretation and interaction with language , yang artinya membaca pemahaman merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan bahasa. Sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya, sehingga dalam kegiatan membaca pemahaman dituntut perhatian, atau konsentrasi, suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud. Pemahaman sangat dibantu oleh refleksi atau pemikiran terhadap apa yang dibaca. Pemahaman merupakan kegiatan penting dalam membaca karena dengan
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan. Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat meningkat. Reading is a complex process including a combination of perceptual, psycholinguistic and cognitive abilities (Adams, 1990; National Institute of Child Health and Human Development [NICHHD], 2000). It is widely accepted that the three key components of reading are accuracy (involves phonological and orthographic processing), fluency (involves time), and comprehension (NICHHD, 2000). Perfetti & Hogaboam (1975) stressed the importance of “the conceptualization of reading as composed of separable components” (p. 461), since it allows the researchers to examine the relationship among the different reading components and the way that they are linked. The main goal of reading is to extract and construct meaning from the text (Sweet, & Snow, 2002). Reading comprehension is a complex cognitive ability requiring the capacity to integrate text information with the prior knowledge of the reader and resulting in the elaboration of a mental representation (Anderson, & Pearson, 1984; Afflerbach, 1990; Meneghetti, Carretti, & De Beni, 2006). Thus, reading comprehension is an interactive process that takes place between a reader and a text (Rumelhart, 1994); during this interaction, the reader brings variable levels of experiences and skills which include language skills, cognitive resources and world knowledge. (Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva, 2009: 283) Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva menjelaskan membaca merupakan proses yang kompleks termasuk kombinasi dari suatu persepsi, psikolinguistik, dan teori kemampuan (Adams, 1990; National Institute of Child Health and Human Development [NICHHD], 2000). Hal ini menyebutkan tiga komponen kunci membaca kritis (meliputi fonologi dan proses ortografi), kelancaran (meliputi waktu), dan pemahaman (NICHHD, 2000). Perfetti dan Hogaboam (1975) menekankan pentingnya konseptualisasi dari membaca yang terdiri atas komponen yang terpisah (p. 461). Kemudian peneliti menguji hubungan di antara komponen membaca yang berbeda tetapi berkaitan. Tujuan utama membaca adalah mengekstrak dan mengkontruksi arti dari teks (Sweet dan Snow, 2002). Membaca pemahaman adalah kemampuan yang kompleks serta menuntut kapasitas untuk menggabungkan teks, informasi dengan pengetahuan pembaca sebelumnya, dan menghasilkan uraian yang panjang (Anderson dan Pearson, 1984; Afflerbach, 1990; Meneghetti, Carretti, De Beni, 2006). Jadi, membaca pemahaman adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara pembaca dan teks
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Rumelhart, 1994). Selama interaksi ini, pembaca membawa tingkat variabel pengalaman dan keahlian yang termasuk keahlian bahasa, sumber daya teori, dan pengetahuan dunia. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kemampuan yang memerlukan perhatian, konsentrasi, serta pemikiran untuk menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki, dan menemukan pertanyaanpertanyaan kognitif dari suatu bacaan.
d. Pengertian Kemampuan Kemampuan atau dalam bahasa Inggris disebut ability. Ana Retnoningsih dan Suharso (2005: 308) menjelaskan mampu berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu,
dapat,
berada,
dan
kaya.
Sedangkan
kemampuan
merupakan
kesanggupan, kecakapan, kekuatan, dan kekayaan. Kemampuan dapat diartikan sebagai suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Hal ini sependapat dengan Chaplin (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php) yang mengemukakan ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Robbins (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php), kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Selanjutnya, Robbins (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php) juga menyebutkan kemampuan meliputi dua faktor antara lain kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan untuk melakukan aktivitas secara mental, dan kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan aktivitas kekuatan dan karakteristik fisik. Dari pengertian di atas dapat dipaparkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
e.
digilib.uns.ac.id
Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman Kata kemampuan dapat diartikan juga sebagai kesanggupan seseorang
dalam memahami teks bacaan. Sementara itu, Tinker Mils dan Mc Cullough Constance dalam Prana Dwija Iswara dan Ahmad Harja Suyana (1996: 2) menyatakan bahwa membaca adalah sebagai kegiatan yang meliputi pengenalan lambang-lambang tertulis atau lambang tercetak yang berperan sebagai stimuli untuk mengingat makna yang dibangun berdasar pada pengalaman yang lalu, dan penyusun makna-makna baru dengan jalan memanipulasi konsep-konsep yang telah dimiliki oleh pembaca. Kemampuan membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Menurut Slamet (2003: 74), kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui tulisan, sehingga untuk hidup dalam masyarakat yang berteknologi modern seseorang haruslah tidak buta huruf. De boer dan Dallmann yang dikutip Slamet (2003: 74), menjelaskan bahwa kemampuan membaca yang baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai sukses dalam pendidikan. Menurut Soedarso (2008: 58-59), kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda, karena tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan. Ada beberapa usaha efektif yang dapat dilakukan supaya dapat memahami dan mengingat lebih lama. Hal tersebut antara lain: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami, (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi oleh siswa. Devine dalam Slamet (2003: 74) berpendapat ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan
membaca, yaitu kemampuan berbahasa dan
pengetahuan tentang makna kata. Kemampuan berbahasa mencakup pengetahuan tentang aturan atau tata kalimat yang biasa disebut struktur kalimat. Sedangkan pengetahuan makna kata mencakup pengetahuan tentang bentuk kata berdasarkan 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konteks kalimat. Lado dalam Slamet (2003: 78) berpendapat kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan. Selanjutnya Slamet (2003: 78) menyebutkan kemampuan yang harus dimiliki dalam membaca pemahaman yaitu: (1) kemampuan memahami bahasa dan simbol-simbol grafis, (2) kemampuan memahami ide pokok, dan (3) kemampuan mengenal sikap penulis terhadap pokok masalah. In reading, especially in reading comprehension, readers have been found to employ a wide range of strategies, while they are engaged in comprehending text (Paris, Wasik, & Turner, 1991), since reading comprehension “involves conscious and unconscious use of various strategies, including problem solving strategies to build a model of meaning” (Johnston, 1983). (Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva, 2009: 283) Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva menjelaskan dalam membaca, khususnya membaca pemahaman, pembaca telah menemukan dan menggunakan strategi yang luas, sementara mereka terlibat dalam mengerti teks (Paris, Wasik, Turner, 1991), membaca pemahaman menggunakan berbagai macam strategi, termasuk memecahkan masalah dan strategi membangun makna pada pembaca (Johnston, 1983). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kesanggupan seseorang dalam menyerap pendapat dan menafsirkan pesan dengan menghubungkan pengetahuan serta informasi baru dengan pengalaman yang sudah diketahui yang disertai dengan pemahaman isi bacaan. 1) Tujuan Membaca Pemahaman Henry Guntur Tarigan (1994: 36) mengemukakan membaca pemahaman mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai yaitu untuk mendapatkan kesuksesan dalam pemahaman sepenuhnya terhadap argumenargumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional, dan juga saranasarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan membaca
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemahaman diperlukan dalam mempelajari dan mengetahui suatu informasi dari bacaan sampai pada hal-hal yang khusus. Adapun tujuan membaca pemahaman menurut Ekwall yang dikutip Hargrove dan Poteet dalam Mulyono Abdurrahman meliputi: (1) mengenal ide pokok
suatu
bacaan,
(2)
mengenal
detail
yang
penting,
(3)
mengembangkan imajinasi visual, (4) meramalkan hasil, (5) mengikuti petunjuk, (6) mengenal organisasi karangan, dan (7) membaca kritis. Sepadan
dengan
Ekwall,
menurut
Noor
Aini
Wulandari
(http://digilib.unnes.ac.id/pdf) membaca pemahaman mempunyai tujuan yaitu: (1) siswa dapat menjawab pertanyaan mengenai isi bacaan yang dibacanya, (2) siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur dari suatu teks bacaan, (3) siswa dapat menemukan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks bacaan, (4) siswa dapat menyusun ringkasan, dan (5) siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-katanya sendiri secara tepat dan sistematis.
2) Aspek-aspek Membaca Pemahaman Menurut Henry Guntur Tarigan (1994: 11-12), membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Dalam membaca terdapat dua aspek penting yaitu: (1) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order), dan (2) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan lebih tinggi (higher order). Dalam kesempatan ini, kita akan membahas mengenai aspek-aspek yang tercakup dalam membaca pemahaman yaitu: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca), (3) evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk), dan (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan).
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sependapat dengan Henry Guntur Tarigan, Burns dan Roe dalam Rubin dan Syafi ie yang dikutip Hairuddin (2007: 3.23) menyebutkan empat tingkatan pemahaman membaca, yaitu: (1) pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, (2) pemahaman inferensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks, (3) pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks, dan (4) pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan profesional.
3) Tahapan Membaca Pemahaman Dalam kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan), (4) menentukan hal-hal yang akan dilatih, dan (5) evaluasi. Tahap pertama yaitu guru harus menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai terlebih dahulu, dalam hal ini membaca pemahaman. Hal ini dimaksudkan supaya guru memiliki arah pembelajaran. Misalnya saja, guru ingin meningkatkan pemahaman siswa tentang identifikasi unsur-unsur cerita. Selanjutnya, guru harus memilih bahan yang akan diajarkan kepada siswa, misalnya memilih teks bacaan atau cerita yang akan diidentifikasi unsur-unsur ceritanya. Tahap berikutnya, guru menentukan cara penyajian materi yaitu pemilihan metode, model, atau strategi pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu, guru menentukan hal-hal yang akan dilatih atau ditingkatkan, jika identifikasi cerita maka membahas tentang tema, penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat. Tahap terakhir adalah guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tehadap bacaan. Menurut Richard Steele (http://www.studygs.net/indon/reading.html) tahapan membaca pemahaman ada tiga yaitu mula-mula membaca satu bab dengan cepat kemudian mengidentifikasikan bagian-bagian yang berisi topik paling banyak. Tahap selanjutnya yaitu membaca kalimat pertama setiap 24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
paragraf lebih hati-hati daripada kalimat-kalimat berikutnya pada paragraf yang sama. Tahap ketiga yaitu mencatat subjudul dan kalimat pertama setiap paragraf sebelum membaca bab itu sendiri. Tahap yang terakhir adalah fokus pada kata benda dan subjek pada setiap kalimat, kemudian mencari kombinasi kata benda dan kata kerja.
4) Pembelajaran Membaca Pemahaman di SD Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan maupun tulis. Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Syafi ie dalam Hairuddin (2007: 3.23) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan, serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan. Pengajaran membaca sangat tepat digunakan sebagai sarana untuk membimbing anak menjadi pembaca yang mandiri dan menumbuhkan minat baca anak. Menurut Ahmad Rofi uddin dan Darmiyati Zuchdi (2002: 37), pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Hal ini disebabkan dalam proses memahami bacaan, anak mengaitkan pengetahuan yang dikuasainya dengan hal-hal baru. Penyesuaian dengan kebutuhan anak dimaksudkan agar kegiatan membaca menjadi bermakna sehingga anak menjadi antusias dalam membaca. Tujuan pembelajaran bahasa di SD secara umum untuk pokok bahasan membaca, dapat dilihat bahwa kemampuan yang dikembangkan semua sama. Kemampuan tersebut yaitu memahami dan dapat menafsirkan serta menyatakan secara lisan atau tulis. Perbedaannya terletak pada jenis serta isi wacana yang dibahas. Kemampuan membaca selalu ada pada setiap
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tema pembelajaran, sehingga penguasaan kemampuan membaca sangat penting. Dekdikbud
(1994/1995:
65)
menyatakan
bahan
pelajaran
pemahaman diambilkan dari bahan mendengarkan dan membaca yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau dituliskan.
2. Hakikat Model Kooperatif Tipe Think Pair Share a.
Pengertian Model Menurut Ana Retnoningsih dan Suharso (2005: 324), model merupakan
contoh, pola, acuan, ragam, macam, dan sebagainya; barang tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru. Mills dalam Agus Suprijono (2009: 45) berpendapat model merupakan bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Lain halnya dengan Dorin dalam Smith (2009: 77) mengartikan model sebagai sebuah gambaran mental yang membantu kita memahami sesuatu yang tidak bisa kita lihat alami secara langsung. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian model adalah suatu bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang digunakan sebagai acuan dalam memahami suatu hal sebelum melakukan suatu kegiatan.
b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, atau perbuatan mempelajari. Isjoni (2010: 11) menjelaskan pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik
untuk
membantu
peserta
didik
melakukan
kegiatan
belajar.
Pembelajaran bertujuan agar efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dapat terwujud. Menurut Agus Suprijono (2009: 13) pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. 26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Pembelajaran menurut Corey yang dikutip Tim (2007: 6) merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Gagne dalam Isjoni (2010: 50) berpendapat: An active process and suggests that teaching involves facilitating active mental proces by students”, yang berarti dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Pembelajaran
pada
awalnya
meminta
guru
untuk
mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Kemampuan itu meliputi kemampuan dasar, motivasi, dan sebagainya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut Dimyati Mudjiono dalam Tim (2007: 8) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan Muhammad Surya dalam Isjoni (2010: 49) menjelaskan pembelajaran sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang dan terprogram untuk mengorganisir lingkungan pembelajaran agar dapat membuat siswa belajar secara aktif sehingga menghasilkan suatu kemampuan atau nilai yang baru.
c.
Pengertian Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, model pembelajaran mempunyai peranan
yang cukup penting. Model pembelajaran membantu guru dalam menyampaikan materi sehingga pemahaman siswa mengenai materi tersebut dapat meningkat. 27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joice dan Weil dalam Isjoni (2010: 50) memaparkan model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan Agus Suprijono (2009: 46) menjelaskan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu, berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur secara sistematis yang dapat digunakan sebagai
pedoman
dalam
merencanakan
pembelajaran
di
kelas
dengan
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai suatu tujuan.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah dikenal sejak lama. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative, yang berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Buchari Alma (2008: 81) mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dan bekerja sama, tetapi keberhasilannya tergantung pada aktivitas anggota kelompok 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan menurut Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler (1992: 1), cooperative learning is a body of literature and research that has examined the effects of cooperation in education. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk model pembelajaran dan riset yang telah menguji hasil dari kerjasama dalam pendidikan. Cooperative learning involves people of equal status working together to enhance their individual acquisition of knowledge and skills. It can be contrasted with two of its close relatives: tutoring and team training. Tutoring involves a clear distinction in status (expertise) among the participants; team training focuses on the enhancement of team (group) rather than individual outcomes. Cooperative learning has a rich empirical and pragmatic history, although most of the systematic work has focused on children. Consequently, the general reviews and theoretical articles are heavily weighted by outcomes from experiments with learners in grades 2-9. (For reviews, see D.W. Johnson and R.T. Johnson, 1989; Nastasi and Clements, 1991; Totten et al., 1991 provide an annotated bibliography of 818 studies.) Studies with adults—college students and technical trainees— are included in the research, but they are not generally given special status. The assumption seems to be that cooperative learning principles, methodologies, and findings are applicable across ages and learning contexts. (Daniel Druckman and Robert A. Bjork, 1994: 83) Menurut Daniel Druckman and Robert A. Bjork, pembelajaran kooperatif meliputi keadaan bekerja bersama memperbesar pengetahuan dan keahlian. Ini dapat membandingkan dua pendapat yaitu mengajar privat dan regu latihan. Mengajar privat mengikutsertakan perbedaan status (keahlian keadaan) di antara pengikutnya; regu latihan memusat di peningkatan tim (grup) daripada diri sendiri. Pembelajaran kooperatif mempunyai arti empiris dan memandang menurut kegunaan sejarahnya, meskipun kebanyakan dari sistematikanya yaitu bekerja dengan berpusat pada anak-anak. Sebagai konsekuensi umum dan artikel teoritis dengan menimbang hasil dari percobaan pelajar di tingkatan 2-9. Belajar dengan anak-anak dan teknik belajarnya termasuk dalam riset mereka, tetapi mereka biasanya tidak memberi keadaan khusus. Anggapannya adalah pembelajaran kooperatif itu prinsip, metodologi, dan menemukan, serta dapat dipakai melintasi berbagai zaman dan belajar perhubungan.
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
George
digilib.uns.ac.id
Jacobs
(http://www.georgejacobs.net/cooperative.htm)
mengemukakan Cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students . George Jacobs menjelaskan pembelajaran kooperatif juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, yaitu suatu konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan kerjasama di antara pelajar. Relevan dengan pendapat di atas, Johnson & Johnson (http://www.cooperation.org/pages/cl-methods.html) mengemukakan
Cooperative learning is
one of the most remarkable and fertile areas of theory, research, and practice in education. Cooperative learning exists when students work together to accomplish shared learning goals (Johnson & Johnson, 1999). Each student can then achieve his or her learning goal if and only if the other group members achieve theirs (Deutsch, 1962). Johnson & Johnson menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang paling baik sekali dengan teori, riset, dan pengamalan di pendidikan. Pembelajaran kooperatif terjadi jika pelajar bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson, 1999). Setiap pelajar kemudian dapat mencapai hasil pembelajaran mereka apabila anggota kelompok yang lain juga mencapai hasil yang sama (Deutsch, 1962). Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sedangkan Slavin dalam Isjoni yang dikutip Buchari Alma (2008: 81) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 siswa, dengan struktur kelompok heterogen. In cooperative learning methods stundents work together in four member teams to master material initially presented by teacher, yang berarti dalam model pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dalam empat regu anggota ke bahan utama yang awalnya disampaikan oleh guru. 30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan Johnson dalam Hasan yang dikutip Isjoni (2010: 15) menyebutkan bahwa: Cooperation means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning. Johnson berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif berarti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan model kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok dan bekerjasama untuk memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan anggota kelompok yang lain. Model kooperatif mempunyai tujuan dalam pembelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk menemukan sesuatu dan siswa akan mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok. Menurut Slavin dalam Isjoni yang dikutip Buchari Alma (2008: 82) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Hal ini berarti jika kelompok memperoleh nilai di atas kriteria yang telah ditentukan dalam hasil yang dicapai, dan proses pencapaian hasil dengan kerjasama yang baik dalam kelompok maka akan diberi penghargaan. However, five key elements distinguish Cooperative Learning (CL) from other forms of group work [4,6,7]. These are: (1) face-to-face interaction amongst students and their peers; (2) individual accountability promoting personal responsibility through individual exams or self and peer assessment; 31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) group processing wherein group members reflect on the group skill process and make decisions about what to continue and what to change; (4) positive interdependence created through establishing group goals, group tasks, team roles, learning goals, rewards, or shared resources; (5) interpersonal skills such as decision-making, leadership, trust-building, communication, conflict management, perseverance, and seeking to understand are specifically taught and practiced in this setting. (Rani Kanthan and Sheryl Mills, 2007:1) Rani Kanthan and Sheryl Mills mengemukakan untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) face-to-face yaitu interaksi di antara para siswa dan panutan mereka; (2) individual accountability yaitu tanggungjawab individu yang mempromosikan tanggung jawab pribadi melalui ujian individu dan penilaian panutan; (3) group processing yaitu kelompok yang memproses dalam anggota kelompok yang mencerminkan keterampilan kelompok dalam memproses dan membuat keputusan tentang apa yang harus dilanjutkan dan apa yang harus diubah; (4) positive interdependence yaitu saling ketergantungan positif menciptakan penetapan keputusan akhir kelompok, tugas kelompok, peran regu, hasil belajar, penghargaan, atau pembagian tugas bersama; dan (5) interpersonal skills yaitu keterampilan hubungan antar pribadi seperti pengambilan keputusan, kepemimpinan, kepercayaan, komunikasi, pengendalian konflik, ketekunan, dan pencarian untuk memahami secara rinci diajar dan dilatih/dipraktekkan. Agus Suprijono (2009: 66-67) menjelaskan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus: 1) Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi. 2) Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi. 3) Mempersiapkan siswa belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial melaui peran aktif siswa dalam kelompok-kelompok kecil. 4) Memberi peluang terjadinya proses partisipati aktif siswa dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif. 5) Menciptakan iklim sosio emosional yang positif. 32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Memfasilitasi terjadinya learning to live together. 7) Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok. 8) Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok. 9) Menumbuhkan kesadaran pada siswa arti penting aspek sosial dalam individunya. Menurut Slavin yang dikutip Buchari Alma (2008: 83), dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang diterapkan, yaitu: 1) STAD (Student Team Achievement Division) Isjoni (2010: 51) memaparkan STAD dikembangkan oleh Slavin, STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa. Dalam STAD, siswa saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk memperoleh prestasi yang maksimal. Buchari Alma (2008: 83) menyebutkan terdapat lima langkah dalam STAD, yaitu: (1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan kelompok. 2) Jigsaw Menurut Isjoni (2010: 51), pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai materi yang maksimal. Pembelajaran dengan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Kemudian diadakan pembentukan kelompok yang disusun oleh guru agar bersifat heterogen. Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari materi tertentu, lalu ada wakil kelompok bertemu dengan wakil kelompok lain dan mereka belajar materi bersama. Selanjutnya, kelompok dari perwakilan kelompok ini kembali ke kelompok asalnya dan menjelaskan apa yang sudah dibahas dalam perwakilan kelompok tadi.
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) GI (Group Investigation) Kegiatan diawali dengan pembentukan kelompok secara bebas, kemudian guru memberi materi dan permasalahan. Untuk memecahkannya, siswa dapat mencari data di dalam atau di luar kelas. Selanjutnya, tiap kelompok melaporkan hasilnya dalam hal analisis dan kesimpulan. 4) Think Pair Share Dalam model ini, pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas dan tiap siswa memikirkan jawabannya. Selanjutnya, siswa diminta berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan berbagi pemikiran dengan pasangan lain. Buchari Alma (2008: 91) menjelaskan prosedur dalam cooperative learning tipe Think Pair Share ini ada empat tahapan, yaitu tahap pemberian masalah oleh guru, tahap think-berpikir, tahap pair-berpasangan, dan tahap shareberbagi ide atau pendapat. 5) Numbered Heads Together Isjoni (2010: 78) menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, juga mendorong siswa bekerja sama. Dalam hal ini kelompok terdiri dari 4 siswa, masing-masing diberi nomor 1, 2, 3, 4. Selanjutnya, mereka diberi pertanyaan lalu dipikirkan bersama dan guru memanggil nomor siswa yang harus menyampaikan jawabannya.
e.
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Menurut Slavin (2005: 8), inti dari pembelajaran kooperatif adalah siswa
akan saling mendukung untuk mencapai keberhasilan. Dalam pembelajaran ini siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan lebih dari satu orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu jenis model kooperatif. Isjoni (2010: 78) menjelaskan tipe Think Pair Share merupakan salah satu pendekatan struktural yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan. Menurut Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler (1992: 17): 34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
The structural approach is based on the use of various distinct sequences of classroom behaviors, called structures. A structure is a content free way of organizing distinct sequences of classroom behaviors, including specified types of interactions among individuals at each step. Roger dan Spencer Kagan menjelaskan bahwa pendekatan struktural didasarkan pada penggunaan berbagai macam rangkaian tingkah laku kelas yang disebut struktur. Struktur berisi pengorganisasian rangkaian yang berbeda tingkah laku kelas, termasuk menetapkan tipe interaksi di antara individu setiap langkah. Pendekatan struktural memberi penekanan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Spencer Kagan menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih menekankan pada penghargaan kooperatif daripada individual. Model kooperatif tipe Think Pair Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Menurut Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler (1992: 21), tiga tahapan Think Pair Share adalah: (1) Teacher poses a question usually a low consensus question, (2) students think of a response, (3) use interview procedure to share answer. Berdasarkan pendapat Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler, tiga tahapan Think Pair Share adalah: (1) guru memberikan pertanyaan yang mudah, (2) siswa berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut, dan (3) siswa menggunakan tanya jawab untuk berbagi jawaban dengan siswa yang lain. An advantage to TPS is that students have increased wait time (Buud-Rowe, 1974), the opportunity to think about their answers before thinking about who they will share with. Low consensus information, unfamiliar topics, or "higher order" analysis, synthesis, or evaluation applications may require more thinking time than high consensus information. (Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler (1992: 21-22)) Berdasarkan pendapat Roger dan Spencer Kagan di atas, keuntungan TPS adalah terjadi peningkatan pada kemampuan pelajar (Buud-Rowe, 1974), karena terdapat kesempatan untuk memikirkan jawaban mereka sebelum berpikir tentang siapa yang akan berbagi dengan mereka. Informasi tentang pertanyaan yang mudah, banyak topik yang tidak lazim, atau lebih tinggi permintaan analisis, perpaduan, atau aplikasi evaluasi mungkin memerlukan banyak berpikir waktu daripada informasi pertanyaan yang sulit. 35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Anita Lie (2008: 46), kelebihan kelompok berpasangan dalam hal ini model kooperatif tipe Think Pair Share yaitu: (1) akan meningkatkan partisipasi, (2) cocok untuk tugas sederhana, (3) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, (4) interaksi lebih mudah, dan (5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Dalam menerapkan tipe Think Pair Share (TPS), Agus Suprijono (2009: 91-92) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Thinking (berpikir) Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya. 2) Pairing (berpasangan) Pada tahap ini guru meminta siswa berpasang-pasangan, kemudian guru memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. 3) Sharing (berbagi) Pada tahap ini hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam tahap ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Buchari Alma (2008: 91), Think Pair Share merupakan tipe sederhana yang memiliki keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam
mengeluarkan
pendapat,
dan
meningkatkan
pengetahuan.
Siswa
meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dengan kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi pendapat, pemikiran atau informasi yang sudah diketahui tentang masalah yang diberikan oleh guru, kemudian bersama-sama mencari solusi. Buchari Alma (2010: 92) memaparkan inti keberhasilan dari tipe Think Pair Share adalah bagaimana guru merumuskan permasalahan pada awal pelajaran yang memberi makna bagi siswa, dan menimbulkan rasa penasaran 36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa sehingga mereka tertarik mencari solusi. Model kooperatif tipe Think Pair Share sangat membantu kreativitas berpikir siswa yang kelak sangat berguna jika mereka berada di masyarakat dan menemukan banyak masalah sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah tersebut bersama dengan anggota masyarakat yang lainnya. Sepadan dengan pendapat Buchari, Isjoni (2010: 78) menjelaskan keunggulan dari tipe Think Pair Share adalah optimalisasi partisipasi siswa yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan model kooperatif tipe Think Pair Share adalah model kooperatif yang merupakan pendekatan struktural yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain serta mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share).
3. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Roger dan Spencer Kagan dalam Carolyn Kessler (1992: 5) berpendapat bahwa: Cooperative learning offers more opportunity for language development and for integrating language with content through increased active communication (active use of language both comprehending and producing), increased complexity of communication, and use language for academic and social functions. Roger dan Spencer Kagan menyatakan pembelajaran kooperatif menawarkan
banyak
peluang
untuk
pengembangan
bahasa
dan
untuk
menggabungkan bahasa dengan isi melalui peningkatan komunikasi yang aktif (aktif menggunakan bahasa yaitu memahami dan menghasilkan), peningkatan komunikasi yang kompleks, dan menggunakan bahasa untuk pelajar dan fungsi sosial. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa yang bertujuan untuk memahami atau menghasilkan
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahasa. Sedangkan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran membaca khususnya pembelajaran membaca pemahaman. Pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Sebelum kegiatan dilaksanakan tiap siswa mempunyai teks bacaan yang sama dari sumber yang sama pula. Pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share No.
Kegiatan
Langkah Pembelajaran
1.
Awal
Bertanya kepada siswa mengenai teks bacaan atau cerita menarik yang pernah dibaca.
2.
Inti
a. Melakukan Thinking (berpikir) mengenai teks bacaan atau cerita yang disediakan oleh guru. b. Pairing (berpasangan) dengan teman membahas hal-hal yang berkaitan dengan bacaan, pada saat ini siswa berusaha untuk memahami bacaan dengan temannya. c. Sharing (berbagi) dengan pasangan-pasangan teman lain dengan menyampaikan hasil diskusi bersama pasangannya.
3.
Penutup
a. b. c. d.
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. Memberikan tes pemahaman isi bacaan. Menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. Memberi nasihat agar banyak membaca.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh St. Y. Slamet (1998) Dosen PGSD FKIP UNS Surakarta dalam tesisnya yang berjudul: Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Ditinjau dari Penguasaan Struktur Kalimat dan Pengetahuan Derivasi Survei di Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta . Penelitian
tersebut
menyimpulkan bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh pelajar agar mereka dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik dan lancar. Namun, dalam 38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kenyataannya, kemahiran khususnya membaca pemahaman mereka masih kurang sehingga diperlukan penguasaan struktur kalimat serta pengetahuan derivasi seseorang untuk dapat memahami suatu bacaan. R. Pipit Budiastuti (2008) Mahasiswa FKIP Bahasa Indonesia UNS dalam
skripsinya
yang
berjudul:
Optimalisasi
Pembelajaran
Membaca
Pemahaman dengan Peta Konsep Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Kanisius 1 Surakarta (Tidak dipublikasikan). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan penerapan peta konsep dalam membaca pemahaman, yaitu dengan cara siswa membuat sebuah peta yang berisi konsep-konsep yang terkandung dalam bacaaan yang dibacanya, dapat meningkatkan kualitas proses membca pemahaman dan kemampuan membaca pemahaman. Peningkatan kualitas proses ditandai oleh keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman ditandai dengan meningkatnya nilai membaca pemahaman siswa. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian
yang
peneliti
lakukan
adalah
sama-sama
mengkaji
pembelajaran membaca pemahaman. Perbedaannya terletak pada bentuk tindakan yang dilakukan. Siti Khuzaimatun (2009) Mahasiswa FKIP Bahasa Indonesia UNS dalam skripsinya yang berjudul:
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca
Pemahaman dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas X.3 SMA N 1 Sumberlawang . Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa, dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang dapat menemukan ide pokok, meningkatnya siswa yang dapat memilih butirbutir penting suatu bacaan, meningkatnya jumlah siswa yang dapat menyimpulkan isi bacaan, meningkatnya jumlah siswa yang dapat membuat rangkuman, meningkatnya jumlah siswa yang dapat membedakan fakta dan opini, dan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu siswa yang mendapat nilai > 70 sebanyak 13 siswa pada siklus I menjadi 24 pada siklus II dan 35 pada siklus III.
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nina Septriana dan Budi Handoyo (2006) yang tersedia dalam Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2, Nomor 1, September 2006 (http:// jurnaljpi. files. wordpress. com/ 2009/ 09/ vol-2-no-1-budi-handoyo. pdf) yang berjudul Penerapan Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi . Penelitian ini menyimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa setelah menerapkan TPS dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada siklus I, prosentase keberhasilan tindakan sebesar 65,68 % dalam kategori sedang. Sedangkan pada siklus II, meningkat menjadi 85,29 % dalam kategori baik. Prestasi belajar siswa setelah penerapan TPS juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata sebesar 71,76 dengan jumlah siswa dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 64,71 %, dan pada siklus II mengalami peningkatan 76,03 % dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 79,41 %. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS)
dalam
upaya
mengatasi
permasalahan
yang
ditemukan.
Perbedaannya terletak pada bentuk permasalahan yang diatasi.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil survei awal dan pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I N0. 93 Laweyan Surakarta dinilai masih rendah. Hal ini karena dari 50 siswa, ada 35 siswa atau 70 % yang belum memenuhi KKM > 65. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang variasi karena belum bisa mengoptimalkan kemampuan membaca pemahaman siswa, sehingga prestasi membaca pemahaman siswa menjadi
rendah.
Berdasarkan
permasalahan
tersebut
diperlukan
model
pembelajaran yang tepat agar kemampuan membaca pemahaman meningkat, salah satunya yaitu dengan model kooperatif tipe Think Pair Share. Peneliti memilih model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman karena dengan model kooperatif ini siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara berpasangan atau 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara individu. Selain itu, siswa dapat berbagi dengan teman yang menjadi pasangan diskusinya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman. Indikator ketercapaian tujuan yang ingin diraih dalam penelitian adalah 70 % pada siklus I dan 80 % pada siklus II. Pada kondisi akhir setelah menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman diharapkan kemampuan membaca pemahaman siswa meningkat. Untuk mengetahui rencana jalannya penelitian, perlu digambarkan sebuah alur kerangka berpikir yang mempunyai gambaran jelas dalam melakukan penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 1:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
1. Guru belum menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share 2. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang variasi
1. Kemampuan membaca pemahaman siswa rendah 2. 70 % siswa belum mencapai KKM > 65
Dalam pembelajaran membaca pemahaman guru menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share Melalui model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa
Siklus I Indikator ketercapaian tujuan sebesar 70 % Siklus II Indikator ketercapaian tujuan sebesar 80 %
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Pajang I No. 93 yang beralamat di Jalan Transito No. 18 RT 03 RW VII, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Tempat ini dipilih karena lokasi tempat untuk memudahkan peneliti memperoleh data. Sekolah ini terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI, dengan jumlah siswa tiap kelas berkisar 40 sampai 50 siswa. Terletak di daerah perkotaan sehingga sarana transportasi cukup mudah dan lancar. Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran antara lain blackboard, whiteboard, alat peraga, perpustakaan dan yang lainnya. Ruang kelas V berada paling utara di sebelah ruang kelas IV dan ruang agama Kristen. Berdasarkan pengamatan peneliti ruangannya cukup bersih dan penerangannya pun cukup bagus.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010, selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Tahap perencanaan dan persiapan dilaksananakan pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dilaksananakan pada bulan April 2010 dengan perincian siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan selama satu minggu yaitu pada minggu keempat. Siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan selama satu minggu yaitu pada minggu kelima. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Data yang diperoleh serta dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan peneliti di lapangan sehingga bentuk model yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatan yang 42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Iskandar (2009: 20) mengemukakan PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru di kelas tempat guru mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kuantitas proses pembelajaran di kelas. PTK
menggunakan
strategi
tindakan
dari
identifikasi
masalah,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan permasalahan yang
dapat
mengganggu
tercapainya tujuan PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut pada tindakan selanjutnya.
2. Strategi Penelitian Pada strategi penelitian tindakan kelas, langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK meliputi: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2: Identifikasi Masalah Perencanaan Refleksi
Aksi Observasi Perencanaan Ulang
Refleksi
Aksi
Observasi
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas 43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 50 siswa yang terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan, serta guru kelas V Ibu Christina Sri Karningsih. Peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan pendekatan dan survei awal, siswa kelas ini mempunyai kelemahan dalam membaca pemahaman. Selain siswa, guru juga menjadi subjek penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. Objek penelitiannya adalah pembelajaran membaca pemahaman mata pelajaran Bahasa Indonesia.
D. Sumber Data Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang dapat digali untuk mendapatkan berbagai informasi guna memperlancar penelitian, yaitu pertama informan, yakni guru kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta yaitu ibu Christina Sri Karningsih. Kedua, proses belajar mengajar membaca pemahaman yang terjadi serta kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman. Sumber yang terakhir yaitu data dan dokumen yang berupa nilai kemampuan membaca pemahaman pada kondisi awal, tes siklus I dan II, dan lembar observasi guru dan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan beberapa kegiatan. Data dikumpulkan melalui beberapa metode, antara lain: a. Tes Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca pemahaman. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes pemahaman isi dari suatu bacaan. 44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh siswa kelas V dan guru, sebelum pelaksanaan tindakan, saat tindakan, dan sampai akhir tindakan. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan guru kelas V sebagai pengamat langsung melihat dan mengadakan pengamatan secara langsung pada kegiatan pembelajaran siswa, kemudian mencatat kegiatan siswa dan peristiwa yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Hasil observasi peneliti kemudian didiskusikan dengan guru yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi yang tepat. Observasi terhadap siswa difokuskan pada kegiatan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, sedangkan observasi guru dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran membaca pemahaman. c. Dokumentasi Dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan catatan sekolah mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Digunakan untuk memperoleh data berupa nama siswa kelas V, data nilai siswa, dan sejarah perkembangan SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model analysis). Analisis ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data (display data), (3) penarikan simpulan (verifikasi) dan refleksi. 1. Reduksi Data H.B. Sutopo (2002: 91) menjelaskan reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Dalam reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi yang ditulis dalam bentuk data, 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalan penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian Data (Display Data) Menurut H.B. Sutopo (2002: 92), sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Pada tahap ini data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data. 3. Penarikan Simpulan (Verifikasi), dan Refleksi Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I, dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Menurut H.B. Sutopo (2002: 96) model analisis interaktif dapat ditampilkan pada Gambar 3: pengumpulan data
reduksi data
sajian data penarikan simpulan/verifikasi Gambar 3. Model Analisis Interaktif
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Validitas Data Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan dua macam yaitu: 1. Triangulasi Data Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya. 2. Triangulasi Metode Mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya angket dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
H. Indikator Ketercapaian Tujuan Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan Pencapaian Siklus Aspek yang Diukur
Terakhir
Cara Mengukur
Kemampuan membaca
80 % dari 50
Dihitung dari jumlah siswa
pemahaman siswa yang
siswa (40 siswa)
yang mendapat nilai
diukur melalui tes. Tes ini
ketuntasan belajar (KKM)
meliputi:
sesuai yang ditetapkan di
1) Dapat
sekolah sebesar > 65
mengidentifikasi
unsur-unsur cerita 2) Menemukan ide pokok paragraf 3) Dapat meringkas bacaan
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pengenalan Masalah Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu: a.
Mengidentifikasi masalah pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta. Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu pada siswa dan guru berkaitan
dengan
pembelajaran
membaca
pemahaman.
Berdasarkan
pengamatan itu, peneliti mengetahui permasalahan yang sedang terjadi pada pembelajaran membaca pemahaman sebelum tindakan dilakukan. b.
Menganalisis masalah secara mendalam yang berkaitan dengan pembelajaran membaca pemahaman yang berpedoman pada teori yang relevan.
c.
Menyusun bentuk tindakan yaitu penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
d.
Menyusun lembar obsevasi guru dan siswa, serta tes membaca pemahaman sebelum tindakan. 2. Tahap Persiapan Tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a.
Penyusunan jadwal penelitian tindakan pertama.
b.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share.
c.
Penyusunan evaluasi berupa lembar observasi guru dan siswa serta tes kemampuan membaca pemahaman. 3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Dalam penelitian ini rencana tindakan disusun dalam dua siklus, setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta tahap analisis dan refleksi.
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tahap Impelentasi Tindakan Peneliti melakukan hipotesis tindakan yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Tindakan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Hipotesis tindakan ini bertujuan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan. a.
Siklus I 1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I Skenario pembelajarannya meliputi: Pertemuan I a) Kegiatan Awal (1) Guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas. (2) Guru
melakukan
apersepsi
yaitu
tanya
jawab
tentang
pengalaman siswa yang berkaitan dengan unsur cerita yang pernah dibacanya. (3) Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yaitu
mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. (4) Guru memberi motivasi kepada siswa supaya rajin membaca. b) Kegiatan Inti (1) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu tentang kegiatan membaca dengan memberikan contoh di sekitar anak. (2) Guru memberikan suatu teks bacaan kepada siswa dan meminta beberapa siswa membaca secara bergantian. (3) Guru menjelaskan tentang unsur-unsur cerita dan ide pokok paragraf. (4) Guru
melakukan
tanya
jawab
dengan
siswa
tentang
mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan ide pokok paragraf. (5) Guru meminta siswa melakukan thinking (berpikir) mengenai teks bacaan atau cerita yang diberikan oleh guru. 49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(6) Guru membagikan Tugas Kelompok dan meminta siswa pairing (berpasangan) dengan teman membahas hal-hal yang berkaitan dengan bacaan, seperti unsur-unsur cerita dan ide pokok paragraf. Pada saat ini siswa berusaha untuk memahami isi yang terkandung dalam teks bacaan dengan temannya. (7) Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasanganpasangan teman lain dengan menyampaikan hasil diskusi bersama
pasangannya,
kemudian
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh temannya. c) Kegiatan Akhir (1) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa. (2) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. (3) Guru melakukan refleksi pada siswa. Pertemuan II a) Kegiatan Awal (1) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. (2) Guru melakukan apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan sebelumnya yaitu identifikasi cerita dan ide pokok paragraf. (3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu membuat ringkasan bacaan menggunakan kalimat sendiri. (4) Guru memberi motivasi kepada siswa supaya rajin membaca. b) Kegiatan Inti (1) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu tentang kegiatan membaca dengan memberikan contoh di sekitar anak. (2) Guru memberikan teks
bacaan kepada siswa dan meminta
beberapa siswa membaca secara bergantian. (3) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang cara menentukan ide pokok paragraf serta cara meringkas bacaan.
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Guru meminta beberapa siswa menentukan ide pokok dari bacaan tersebut. (5) Guru meminta siswa melakukan thinking (berpikir) mengenai teks bacaan yang diberikan oleh guru. (6) Guru membagikan Tugas Kelompok dan meminta siswa pairing (berpasangan) dengan teman membahas hal-hal yang berkaitan dengan bacaan yaitu ide pokok paragraf dan meringkas bacaan, pada saat ini siswa berusaha untuk memahami isi yang terkandung dalam teks cerita dengan temannya. (7) Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasanganpasangan teman lain dengan menyampaikan hasil diskusi bersama
pasangannya,
kemudian
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh temannya. (8) Siswa mengerjakan tes pemahaman isi bacaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan. (9) Siswa dan guru bersama-sama membahas tes pemahaman isi yang telah dikerjakan siswa dan menyamakan persepsi. c) Kegiatan Akhir (1) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. (2) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa membaca dengan model kooperatif tipe Think Pair Share membuat siswa lebih mudah memahami bacaan. 2) Melaksanakan perencanaan siklus I Guru
menerapkan
skenario
pembelajaran
yang
telah
direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pada tahap ini juga dilaksanakan kegiatan observasi terhadap dampak dan tindakan yang telah dilakukan. 3) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman pada siklus I
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah direncanakan. Pengamatan tertuju pada kegiatan siswa selama proses pembelajaran, kegiatan guru saat mengajar, dan skenario pembelajaran yang diterapkan untuk memperoleh data mengenai kekurangan dan kelebihan skenario yang diterapkan. 4) Membuat refleksi pada siklus 1 Dilakukan analisis dan refleksi serta interpretasi oleh peneliti dan guru dari hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Apabila terdapat kekurangan maka dilakukan perbaikan dan apabila terdapat tujuan yang sudah tercapai maka diperlukan peningkatan lagi. b. Siklus II Pada siklus II dilakukan dengan tahpan-tahapan seperti siklus I tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada sikus II, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis, dan refleksi yang mengacu pada tindakan sebelumnya. 5. Tahap Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru saat mengajar dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca pemahaman. 6. Tahap Penyusunan Laporan Setelah semua kegiatan penelitian selesai, tahap terakhir yang dilakukan peneliti adalah menyusun laporan. Laporan tersebut merupakan uraian tentang semua kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian, meliputi kondisi awal, pelaksanaan tindakan siklus I, dan siklus II.
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta berdiri pada tahun 1968. Sejak awal berdiri, status SD Negeri Pajang I No. 93 adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NIS) 101036101027. Pada awal berdiri, SD Negeri Pajang I No. 93 bernama SD Negeri Pajang dan telah mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala Sekolah saat ini adalah Drs. Agus Widayatno yang menjabat sejak 2007. Saat ini SD Negeri Pajang I No. 93 merupakan kelompok sekolah inti di Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Selain itu, SD Negeri Pajang I No. 93 merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Surakarta. Secara geografis, SD Negeri Pajang I No. 93 beralamat di Jalan Transito No. 18 RT 03 RW VII, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Lokasi SD Negeri Pajang I No. 93 berada dalam satu kompleks dengan SD Negeri Pajang III. Lokasinya terletak di daerah perkotaan sehingga transportasinya cukup mudah. SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada Tahun Ajaran 2009/2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, memiliki 10 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang tenaga pengajar serta 2 karyawan yang masih Wiyata Bakti. Guru kelas berjumlah 6 orang yang mengajar kelas I-VI, guru Pendidikan Agama Islam, guru Pendidikan Agama Katholik, guru Penjaskes, guru Bahasa Inggris, 2 guru tari, dan guru khusus yang bertugas membimbing siswa berkebutuhan khusus yang memiliki kualifikasi pendidikan sarjana Pendidikan Luar Biasa (PLB). Di sekolah ini juga terdapat tenaga perpustakaan tersendiri. Jumlah seluruh siswa di SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 277 siswa yang terdiri dari 133 siswa lakilaki dan 144 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 42 siswa, kelas II sebanyak 42 siswa, kelas III sebanyak 46 siswa, kelas IV sebanyak 50 siswa, kelas V sebanyak 50 siswa dan kelas VI sebanyak 47 53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial serta ekonomi yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai karyawan swasta. Ruangan yang ada di SD Negeri Pajang I No. 93 secara keseluruhan sudah cukup memadai untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Ruangan yang ada meliputi 6 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, perpustakaan, ruang agama, UKS, ruang inklusi, mushola, ruang multimedia, ruang aula, gudang, rumah penjaga, kantin sekolah dan 6 kamar mandi. Penjaga sekolah tinggal di rumah dinas SD Negeri Pajang I No. 93, tepatnya di belakang ruang aula. SD Negeri Pajang I No. 93 mempunyai halaman yang cukup luas yang digunakan untuk upacara, olahraga, dan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Selain itu, terdapat sebuah taman yang cukup rindang sehingga suasana sekolah menjadi sejuk dan nyaman. Fasilitas pendidikan yang ada di sekolah ini cukup memadai. Beberapa jenis alat peraga untuk mata pelajaran cukup tersedia. Alat peraga tersebut ada yang diletakkan di dalam kelas, ada pula yang ditaruh di ruang guru maupun di ruang perpustakaan. Selain alat peraga, buku penunjang proses pembelajaran juga tersedia di ruang perpustakaan. Hal ini merupakan salah satu usaha sekolah meningkatkan pengetahuan serta informasi siswa.
B.
Deskripsi Awal Tindakan
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kelas V. Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas V dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran membaca pemahaman masih dirasa sulit oleh siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman masih rendah dan belum memuaskan. Dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 50, hanya 15 siswa atau sekitar 30 % siswa yang nilainya mencapai KKM > 65. Rendahnya kemampuan 54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membaca siswa khususnya membaca pemahaman menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca pemahaman. Agar lebih jelas maka data hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal sebelum tindakan dapat dilihat dari Tabel 3: Tabel 3. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan No. Absen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Theo Yahya W.M. Alifian Suryo R. Alisa Karim S.A.S. Argi Dwi P.P. Annisa Dewi R. Arum Ayuk K. Alfira Y.N. Alfarian Madani P. Adelia Meldawati Aga Reza Pahlevi Agung Kurniawan Adnan Syarizal D. Annas Nurrochim Bimo Adnan S. Berta Nur Yoga K. Denny Ma arief B. David Rizky A. Erlangga R.F. Eka Hapsari N. Etiza Deshinta H. Ferry Raditya P. Gilang Eko C. Hanida Yuniandani Ihzayesya R.. Immanuela H.D.
Nilai 50 73 54 61 60 50 64 62 54 54 62 60 50 73 54 61 60 50 64 62 54 54 62 60 50
No. Absen 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
55
commit to user
Nama
Nilai
Kesumadewi R. Khadija Albar H. Lutfan Parwito Adi Muh. Rizal Akbar H. Muh. Ihza Muh. Anton Afandi Mahendra Mas E. Novita Saputri Novia Eksi D. Nabila Edelliana K. Nimas Dyah Ayu D. Olivera Desta S. Rafaella Intan A.R. Rosavino Bayu P. Reyvaldo Afitama R. Rista Devanda L. R. Satria Bagus Fazini Sandra Alyssa Diva Varent Cavenna O. Yudha Kurniawan Satriya Kusumajati Judith Arief A. Tri Utami Amelia Jihan Nada Muh. Affan A.
70 70 60 54 48 38 60 64 54 64 70 80 60 48 70 66 50 70 72 67 60 50 52 60 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan Interval Nilai 1. 38-44 2. 45-51 3. 52-58 4. 59-65 5. 66-72 6. 73-79 7. 80-86 8. 87-93 9. 94-100 Jumlah
No
Frekuensi Nilai Tengah Prosentase Fixi (fi) (xi) (%) 2 41 82 4 8 48 384 16 10 55 550 20 15 62 930 30 11 69 759 22 3 76 228 6 1 83 83 2 0 90 0 0 0 97 0 0 50 3016 100 Nilai rata-rata = 3016 : 50 = 60,32 Ketuntasan klasikal = 15 : 50 X 100 % = 30 %
Keterangan Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM
Dari Tabel 4 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 yaitu grafik nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal sebelum tindakan:
Grafik 1. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
membaca
pemahaman
dengan
mengadakan penelitian di kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 dengan 56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam materi membaca pemahaman. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang kemampuan membaca pemahamannya
masih
rendah,
agar
lebih
meningkat
sehingga
hasil
pembelajarannya pun lebih memuaskan.
C.
Deskripsi Tindakan Penelitian 1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua kali petemuan. Tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 × 35 menit). Siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 20 April 2010 dan 23 April 2010. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan survei awal yang dilakukan, diketahui ada permasalahan yang menyebabkan sebagian siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar (KKM > 65), permasalahan tersebut adalah kemampuan membaca pemahaman siswa yang masih rendah. Bertolak dari hasil analisis itulah, peneliti menarik
kesimpulan
bahwa tindakan perlu dilakukan
untuk
mengatasi
permasalahan tersebut. Tahap pertama dari siklus I adalah tahap perencanaan tindakan. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan observasi terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung, penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat nilai hasil belajar yang diperoleh oleh masing-masing siswa khususnya membaca pemahaman. Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran serta
hasil belajar
tersebut diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 50 siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta, hanya 15 siswa atau 30 % yang mencapai ketuntasan belajar (KKM > 65). Sedangkan sebanyak 35 siswa atau 70 % belum mencapai KKM > 65. Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan konsultasi dengan guru kelas mengenai 57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I Laweyan Surakarta dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Adapun urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam siklus I adalah sebagai berikut: (1) menentukan Kompetensi Dasar serta indikator yang sesuai dengan membaca pemahaman di kelas V, (2) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share untuk siklus I yang ditunjukkan dalam lampiran 4 (halaman 96), (3) menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan saat pelaksanaan tindakan, (4) menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan, (5) membuat lembar observasi siswa dan guru pada siklus I yang ditunjukkan pada lampiran 7 (halaman 114) dan lampiran 9 (halaman 117), untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas V yang meliputi kegiatan guru dan siswa ketika belajar dengan model kooperatif tipe Think Pair Share, (6) membuat instrumen membaca pemahaman yang ditunjukkan pada lampiran 2 (halaman 93), dan (7) membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman siswa setelah guru menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam materi membaca pemahaman dalam siklus I yang ditunjukkan pada lampiran 5 (halaman 108).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Selasa, 20 April 2010 dan Jumat, 23 April 2010 di ruang kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta. Pertemuan pertama dan kedua selama 2 x 45 menit. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai praktikan, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer. Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 20 April 2010 pada jam ketujuh dan kedelapan yaitu pukul 11.00-12.10 WIB. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi unsur58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
unsur cerita (tema, penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat) dan menentukan ide pokok paragraf. Langkah-langkah yang dilakukan guru meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas, kemudian guru memberi salam dan melakukan presensi kehadiran siswa, pada hari tersebut tidak ada siswa yang absen. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab tentang pengalaman siswa yang berkaitan dengan unsur cerita yang pernah dibacanya. Guru bertanya
Siapa yang suka membaca? ,
Biasanya bacaan apa yang kalian baca? , Apakah kalian suka membaca cerita? .
Kegiatan
dilanjutkan
dengan
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yaitu mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. Supaya lebih bersemangat guru memberi motivasi kepada siswa supaya rajin membaca dan mengajak siswa tepuk Semangat . Guru memulai kegiatan inti dengan mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu tentang kegiatan membaca dengan memberikan contoh di sekitar anak. Guru memberikan dua teks bacaan berupa cerita yang berjudul Orang yang Selalu Bersyukur dan Mangga Milik Eyang Kakung secara acak kepada siswa dan meminta beberapa siswa membaca secara bergantian, sedangkan siswa yang lain diminta memperhatikan. Kemudian guru menjelaskan tentang unsur cerita yang meliputi tema, penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat cerita, dan menjelaskan tentang ide pokok paragraf. Guru meminta setiap siswa melakukan thinking (berpikir) mengenai teks cerita yang diberikan oleh guru. Setelah itu, guru membagikan Tugas Kelompok dan meminta siswa pairing (berpasangan) bersama temannya membahas unsur-unsur cerita dan ide pokok paragraf dari teks tersebut selama 15 menit. Tahap berikutnya, tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasangan-pasangan lain, maksudnya wakil tiap pasangan kelompok menyampaikan hasil diskusi. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang hasil diskusinya baik dan membahas hasil diskusi bersama siswa.
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi dan guru melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan supaya rajin membaca.
2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 23 April 2010 pada jam ketiga dan keempat yaitu pada pukul 09.00-10.10 WIB. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan materi yang sama namun indikatornya berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya yaitu membuat suatu ringkasan dari sebuah cerita dengan menggunakan kalimat sendiri. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua yaitu kegiatan awal dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Beberapa siswa terlihat gaduh sehingga guru berusaha menenangkan. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang unsur cerita dan ide pokok paragraf. Guru bertanya tentang Siapa yang masih ingat tentang unsur-unsur cerita? ,
Siapa yang dapat
menyebutkan unsur-unsur cerita? . Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang cara meringkas bacaan dengan menggunakan kalimat sendiri. Guru memberi motivasi agar siswa selalu rajin membaca dan mengajak siswa tepuk Diam supaya perhatian siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran. Guru memulai kegiatan inti dengan memberikan dua teks bacaan yang berupa cerita berjudul Batu Terbelah dan Kado buat Willy secara acak dan meminta beberapa siswa membacakan cerita secara bergantian. Selanjutnya, guru menjelaskan tentang cara meringkas suatu teks bacaan. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang fokus perhatiannya. Akan tetapi hal itu tidak mengganggu proses pembelajaran. Guru meminta siswa kembali melakukan thinking (berpikir) mengenai teks cerita yang diberikan oleh guru yaitu tentang cara membuat ringkasan cerita, dan guru membagikan Tugas Kelompok. Kemudian guru 60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meminta siswa pairing (berpasangan) bersama temannya membahas tentang ide pokok cerita selanjutnya menulis ringkasan dari cerita tersebut. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasangan-pasangan lain, yaitu wakil dari tiap pasangan kelompok menyampaikan hasil diskusi yang dilakukan bersama pasangannya. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik. Tahap berikutnya, guru membahas hasil diskusi bersama siswa. Karena tidak ada pertanyaan, maka guru meminta siswa mengerjakan tes latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan. Siswa terlihat serius mengerjakan soal-soal yang diberikan. Meskipun masih ada beberapa siswa yang mencoba melihat pekerjaan siswa lain, tetapi guru bisa mengatasinya dengan mendatangi siswa tersebut dan menegurnya. Selanjutnya, guru dan siswa bersama-sama membahas jawaban tes latihan pemahaman isi yang telah dikerjakan siswa dan menyamakan persepsi. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa supaya rajin membaca. Sedangkan observer mengisi lembar observasi guru. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Pertemuan pertama berlangsung pada hari Selasa, 20 April 2010 pukul 11.00-12.10 WIB (jam ketujuh dan kedelapan). Sedangkan pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat, 23 april 2010 pukul 09.00-10.10 WIB (jam keempat dan kelima). Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru, serta 61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
foto selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta kegiatan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. Pertemuan kedua menggunakan indikator membuat ringkasan dari suatu teks cerita/bacaan. Hasil observasi siswa dan guru pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I yaitu: 1) Kegiatan Siswa a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria cukup. b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria baik. c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria cukup. d) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi masih dalam kriteria cukup. e) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik. f) Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria baik g) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik. 2) Kegiatan Guru a) Persiapan guru memulai pembelajaran dalam kriteria baik. b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik. c) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran masih dalam kriteria cukup. d) Kemampuan guru memberikan apersepsi masih dalam kriteria cukup. e) Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria baik. f) Kemampuan guru memberikan pertanyaan dalam kriteria baik. g) Kemampuan guru membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria baik. h) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik. i) Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria baik. j) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria baik. Berikut ini tabel hasil observasi siswa pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I yang ditunjukkan pada Tabel 5: 62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel
Kriteria Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik
Kedisiplinan siswa Kesiapan siswa menerima Pelajaran Keaktifan siswa Kemampuan siswa melakukan diskusi Kemampuan siswa menjawab pertanyaan Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Kemampuan siswa mengerjakan tes
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan hasil observasi siswa pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I adalah baik, tetapi kedisiplinan siswa, keaktifan siswa, serta kemampuan siswa melakukan diskusi masih dalam kriteria cukup sehingga perlu ditingkatkan. Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I yang ditunjukkan Tabel 6: Tabel 6.
Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus I
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Kemampuan guru mengelola kelas Kemampuan mengelola waktu pembelajaran Kemampuan memberikan apersepsi Kemampuan menyampaikan materi Kemampuan guru memberikan pertanyaan Kemampuan membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep 8. Perhatian guru terhadap siswa 9. Kemampuan mengembangkan aplikasi 10. Kemampuan menutup pelajaran Berdasarkan
Tabel
6
menunjukkan
hasil
observasi
Kriteria Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik
guru
pada
pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I adalah baik, tetapi kemampuan mengelola waktu
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran dan memberikan apersepsi masih dalam kriteria cukup sehingga perlu ditingkatkan. d. Tahap Refleksi Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I melalui pengamatan dan penilaian hasil pemahaman isi bacaan melalui tes dikumpulkan kemudian dianalisis. Hal ini digunakan sebagai langkah yang dilakukan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman, dapat dilihat kemampuan membaca pemahaman siswa mengalami peningkatan. Diperoleh nilai hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada siklus I yang ditunjukkan pada Tabel 7: Tabel 7. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus I No. Absen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Theo Yahya W.M. Alifian Suryo R. Alisa Karim S.A.S. Argi Dwi P.P. Annisa Dewi R. Arum Ayuk K. Alfira Y.N. Alfarian Madani P. Adelia Meldawati Aga Reza Pahlevi Agung Kurniawan Adnan Syarizal D. Annas Nurrochim Bimo Adnan S. Berta Nur Yoga K. Denny Ma arief B. David Rizky A. Erlangga R.F. Eka Hapsari N. Etiza Deshinta H. Ferry Raditya P. Gilang Eko C. Hanida Yuniandani Ihzayesya R.. Immanuela H.D.
Nilai 72 74 70 65 70 56 70 82 68 74 81 62 68 70 54 76 60 60 85 75 78 67 70 60 74 64
No. Absen 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
commit to user
Nama
Nilai
Kesumadewi R. Khadija Albar H. Lutfan Parwito Adi Muh. Rizal Akbar H. Muh. Ihza Muh. Anton Afandi Mahendra Mas E. Novita Saputri Novia Eksi D. Nabila Edelliana K. Nimas Dyah Ayu D. Olivera Desta S. Rafaella Intan A.R. Rosavino Bayu P. Reyvaldo Afitama R. Rista Devanda L. R. Satria Bagus Fazini Sandra Alyssa Diva Varent Cavenna O. Yudha Kurniawan Satriya Kusumajati Judith Arief A. Tri Utami Amelia Jihan Nada Muh. Affan A.
75 72 62 77 72 45 60 70 70 80 74 91 83 54 72 75 50 70 74 74 60 71 72 64 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus I Interval Nilai 38-44 45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100 Jumlah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi Nilai Tengah Prosentase Fixi (fi) (xi) (%) 0 41 0 0 2 48 96 4 3 55 165 6 9 62 558 18 17 69 1173 34 13 76 988 26 5 83 415 10 1 90 90 2 0 97 0 0 50 3485 100 Nilai rata-rata = 3485 : 50 = 69,70 Ketuntasan klasikal = 36 : 50 X 100 % = 72 %
Keterangan Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM
Dari Tabel 8, dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 yaitu grafik nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Sikus I: 20
F r e k u e n s i
17
18
44,5-51,5
16
51,5-58,5
13
14 12 10
58,5-65,5 65,5-72,5
9
72,5-79,5
8
79,5-86,5
5
6 4 2 0
44,5
86,5-93,5
3
2
1
51,5
58,5
65,5
72, Interval Nilai5
79, 5
86, 5
93, 5
Grafik 2. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Sikus I Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai tertinggi siswa adalah 91, sedangkan nilai terendah 45, dan pada Tabel 8 terlihat nilai rata-ratanya adalah 69,70. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal sebelum tindakan, nilai rata-rata 65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelas pada siklus I meningkat dari 60,32 menjadi 69,70. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM > 65 juga mengalami peningkatan yaitu dari 15 siswa atau 30 % menjadi 36 siswa atau 72 %. Peningkatan membaca pemahaman siswa ini tampak jelas pada tabel perbandingan nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal dengan nilai membaca pemahaman pada siklus I yang ditunjukkan Tabel 9: Tabel 9. Tabel Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I No
Interval Nilai
1
Jumlah Siswa
Keterangan
Kondisi Awal
Siklus I
38-44
2
0
Di bawah KKM
2
45-51
8
2
Di bawah KKM
3
52-58
10
3
Di bawah KKM
4
59-65
15
9
Di bawah KKM
5
66-72
11
17
Di atas KKM
6
73-79
3
13
Di atas KKM
7
80-86
1
5
Di atas KKM
8
87-93
0
1
Di atas KKM
9
94-100
0
0
Di atas KKM
Jumlah
50
50
Rata-rata
60,32
69,70
Dari Tabel 9, dapat disajikan dalam bentuk Grafik 3 yaitu grafik perbandingan nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal dengan sikus I :
66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 17
18
F r e k u e n s i
15
16
Kondisi Awal
13
14 12
10
10
Siklus I
11 9
8
8 5
6 4
2
2
2
3
3 1
0
0
1
0 45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87 -93 94-100
Interval Nilai Grafik 3. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 3, dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan nilai membaca pemahaman siswa dari kondisi awal. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93. Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilaksanakan
selama
proses
pelaksanaan tindakan siklus I maka dapat dikatakan proses pembelajaran telah menunjukkan perubahan, baik pada kegiatan siswa maupun pada pencapaian hasil belajar membaca pemahaman yang mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman pada siklus I ini meliputi aspek: (1) kemampuan siswa mengidentifikasi unsur-unsur cerita meliputi tema, penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat, (2) kemampuan siswa menentukan ide pokok paragraf, dan (3) kemampuan siswa meringkas teks bacaan. Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar yaitu KKM > 65 meningkat dari 15 siswa atau 30 % menjadi 36 siswa atau 72 %. Meskipun terjadi peningkatan dalam kemampuan membaca pemahaman siswa, akan tetapi terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain: (1) keseriusan dalam
67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membaca yang dilakukan siswa masih kurang, hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa yang ramai sendiri, (2) variasi bacaan yang diberikan siswa untuk pembelajaran masih kurang karena guru hanya memberikan dua teks bacaan, (3) siswa masih kesulitan dalam membuat paragraf yang baik saat membuat ringkasan dari suatu bacaan, (4) kegiatan siswa dalam kelompok masih kurang karena banyak siswa yang mengerjakan tugas kelompok secara individu meskipun mereka berpasangan, hal ini bisa dilihat dari sebagian siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, (5) pada saat pasangan kelompok melakukan presentasi, pasangan lain masih banyak yang ramai dan tidak memperhatikan. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi faktor penyebab dari permasalahan tersebut, antara lain: (1) teks bacaan yang diberikan guru kurang dapat menarik perhatian siswa, (2) siswa hanya dapat membaca teks bacaan yang diterimanya saja, (3) kurangnya pengetahuan siswa terhadap penulisan paragraf yang baik dan penggunaan EyD (Ejaan yang Disempurnakan), (4) kesediaan bekerja sama dalam pasangan kelompok masih kurang, (5) penyampaian hasil diskusi oleh pasangan kelompok lain kurang dapat menarik perhatian siswa. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru memberikan teks bacaan yang dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih serius dalam melakukan kegiatan membaca, (2) jumlah teks bacaan yang dibagikan lebih banyak lagi sehingga variasi bacaan yang diterima siswa lebih banyak, (3) guru menjelaskan tentang cara menulis paragraf yang baik serta penggunaan EyD yang benar, (4) guru selalu memberi bimbingan pada semua pasangan agar mau bekerja sama dengan pasangannya sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal, dan (5) sebaiknya guru meminta setiap pasangan kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil mencapai indikator ketercapaian siklus I yaitu 35 siswa atau 70 %. Namun, hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal karena masih kurang dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan pada siklus terkhir yaitu 40 siswa atau 80 % yang mencapai KKM > 65. Oleh 68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena itu, perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II Pada siklus I hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator mengidentifikasi unsur-unsur cerita, menentukan ide pokok, dan membuat ringkasan dari suatu teks bacaan belum maksimal. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan
yang terdapat
dalam
proses
pembelajaran pada siklus I sehingga tujuan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat terwujud. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Alokasi waktu yang digunakan tiap pertemuan yaitu dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus II dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada hari Selasa, 27 April 2010 dan Jumat, 30 April 2010. Kegiatan dari siklus II ini adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan Pembelajaran membaca pemahaman di siklus II ini rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan pada tindakan siklus I, yaitu: (1) guru memberikan teks bacaan yang dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih serius dalam melakukan kegiatan membaca, (2) jumlah teks bacaan yang dibagikan lebih banyak lagi sehingga variasi bacaan yang diterima siswa lebih banyak, (3) guru menjelaskan tentang cara menulis paragraf yang baik serta penggunaan EyD yang benar, (4) guru selalu memberi bimbingan pada semua pasangan agar mau bekerja sama dengan pasangannya sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal, (5) sebaiknya guru meminta setiap pasangan kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan kelas, (6) guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang lebih menarik perhatian siswa.
69
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: (1) menentukan Kompetensi Dasar serta indikator yang sesuai dengan membaca pemahaman di kelas V, (2) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model koopearatif tipe Think Pair Share untuk siklus II dengan langkah perbaikan pada siklus I yang ditunjukkan pada lampiran 12 (halaman 123), (3) menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan saat pelaksanaan tindakan, (4) menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan, (5) membuat lembar observasi siswa dan guru yang ditunjukkan pada lampiran 15 (halaman 145) dan lampiran 17 (halaman 148), bertujuan untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas yang meliputi kegiatan guru dan siswa ketika belajar dengan model kooperatif tipe Think Pair Share, (6) membuat lembar penilaian siswa yaitu instrumen membaca pemahaman yang dirunjukkan pada lampiran 2 (halaman 93), dan (7) membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman siswa setelah guru menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam materi membaca pemahaman pada siklus II yang ditunjukkan pada lampiran 13 (halaman 141).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model kooperatif tipe Think Pair Share. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 27 April 2010 pada jam pelajaran ketujuh dan kedelapan, yaitu pukul 11.00-12.10 WIB. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi unsurunsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. Adapun kegiatan yang dilakukan guru pada pertemuan pertama dalam pelaksanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru mengkondisikan kelas, kemudian guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan melakukan presensi kehadiran siswa, pada hari tersebut tidak ada siswa yang 70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
absen. Langkah berikutnya, guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab tentang pengalaman siswa yang berkaitan dengan unsur cerita yang telah diajarkan pada siklus I. Guru bertanya Siapa yang masih ingat unsur-unsur dari suatu cerita? , Ada berapa unsur cerita yang kalian ketahui? , Apakah kalian sudah bisa mengidentifikasi unsur-unsur dari suatu cerita? . Kegiatan dilanjutkan
dengan
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yaitu
mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. Supaya lebih bersemangat guru mengumumkan nilai hasil membaca pemahaman pada pertemuan sebelumnya. Guru memberi penghargaan pada siswa yang nilainya bagus dan memberi motivasi kepada semua siswa supaya rajin membaca. Guru memulai kegiatan inti dengan membagikan empat teks bacaan berupa cerita yang berjudul Sang Kancil sebagai Penengah , Pemilik Satwa Liar , Rama Harimau dan Kincir air Kakek secara acak kepada siswa. Siswa terlihat lebih antusias karena teks lebih variasi dan menarik. Selanjutnya meminta beberapa siswa membacakannya secara bergantian di depan kelas, sedangkan siswa yang lain diminta memperhatikan teks bacaan yang dibaca. Kemudian guru menjelaskan kembali tentang unsur cerita yeng meliputi tema, penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat cerita, dan menjelaskan tentang ide pokok paragraf. Guru memberi contoh terlebih dahulu dengan membahas salah satu teks, kemudian mengajak siswa tanya jawab agar siswa benar-benar memahami unsur-unsur cerita dari suatu teks. Selanjutnya, guru meminta setiap siswa melakukan tahap pertama dari Think Pair Share yaitu thinking (berpikir) mengenai teks cerita yang diberikan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan secara individu terlebih dahulu. Setelah itu, guru membagikan Tugas Kelompok dan meminta siswa pairing (berpasangan) bersama temannya membahas unsur-unsur cerita dan ide pokok paragraf dari teks tersebut selama 15 menit dalam diskusi. Pada saat melakukan diskusi, sebagian besar siswa sudah dapat bekerjasama dengan pasangan kelompoknya, dan guru membimbing jalannya diskusi dan
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjawab pertanyaan yang diajukan siswa. Meskipun suasana agak ramai, tetapi guru masih bisa mengelola kelas dengan baik. Tahap berikutnya, setelah semua pasangan sudah selesai guru meminta beberapa pasangan menyampaikan hasil diskusinya. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasangan-pasangan lain yaitu wakil tiap pasangan kelompok menyampaikan hasil diskusi. Banyak siswa yang tunjuk jari, hal ini menunjukkan bahwa mereka sudah lebih berani menyampikan pendapatnya. Guru meminta pasangan lain menyimak dan mengajukan pertanyaan. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik dan membahas hasil diskusi bersama siswa. Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang terjadi dan guru melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan supaya siswa mempelajari kembali materi yang sudah diperoleh hari ini dan rajin membaca.
2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 30 April 2010 pada jam pelajaran ketiga dan keempat yaitu pada pukul 09.00-10.10 WIB. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan materi yang sama namun indikatornya berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya yaitu membuat suatu ringkasan dari sebuah cerita dengan menggunakan kalimat sendiri. Tindakan ini sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I, namun guru melakukan beberapa langkah perbaikan yaitu: (1) guru menjelaskan tentang materi cara membuat ringkasan cerita terlebih dahulu sebelum meminta siswa membuat ringkasan, (2) guru menjelaskan kembali tentang cara penulisan paragraf yang benar serta penggunaan EyD karena pada siklus I masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam penulisan paragraf yang benar, (3) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi tersebut supaya siswa benar-benar memahaminya, dan (4) guru memberikan contoh terlebih dahulu dengan membuat ringkasan dari suatu cerita supaya siswa lebih memahaminya. 72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang unsur cerita dan ide pokok paragraf. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang cara meringkas bacaan dengan menggunakan kalimat sendiri. Guru memberi motivasi agar siswa selalu rajin membaca dan mengajak siswa tepuk Diam supaya perhatian siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran. Guru memulai kegiatan inti dengan membagikan empat teks bacaan yang berupa cerita berjudul Tiga Anak Sombong , Buku-Buku Dimas , Pendekar Takut Air dan Pak Belalang secara acak dan meminta beberapa siswa membacakan cerita secara bergantian. Selanjutnya, guru menjelaskan tentang cara meringkas suatu teks cerita/bacaan. Guru juga memberitahukan bahwa kesalahan siswa sebagian besar terletak pada penulisan paragraf dan penggunaan EyD (Ejaan yang Disempurnakan). Setelah itu, guru menjelaskan tentang penulisan paragraf yang benar dan penggunaan EyD. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang fokus perhatiannya. Akan tetapi, hal itu tidak mengganggu proses pembelajaran, karena guru sudah menegur siswa yang ramai. Guru meminta siswa kembali melakukan thinking (berpikir) mengenai teks cerita yang diberikan oleh guru yaitu tentang cara membuat ringkasan cerita. Guru meminta siswa menentukan ide pokok tiap paragraf terlebih dahulu sebelum membuat ringkasan. Guru membagikan Tugas Kelompok. Kemudian guru meminta siswa pairing (berpasangan) bersama temannya membahas tentang ide pokok cerita yang sedah dicari sebelumnya secara individu yang kemudian dibahas bersama. Selanjutnya, menulis ringkasan dari cerita tersebut. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan pasangan-pasangan lain, yaitu wakil dari tiap pasangan kelompok menyampaikan hasil diskusi yang dilakukan bersama pasangannya. Pasangan 73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok lain memperhatikan, dan mengajukan pertanyaan serta memberi tanggapan. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik. Tahap berikutnya, guru membahas hasil diskusi bersama siswa. Karena tidak ada pertanyaan maka guru meminta siswa mengerjakan tes latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan. Tes ini meliputi cara mengidentifikasi unsur-unsur cerita, menentukan ide pokok, dan membuat ringkasan bacaan. Siswa terlihat serius mengerjakan soal-soal yang diberikan. Guru mengawasi siswa selama tes. Guru dan siswa bersama-sama membahas jawaban tes latihan pemahaman isi yang telah dikerjakan siswa dan menyamakan persepsi. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa supaya mempelajari materi hari ini di rumah dan rajin membaca. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model kooperatif tipe Think Pair Share yang berlangsung pada Selasa, 27 April 2010 pukul 11.00-12.10 WIB (jam ketujuh dan kedelapan) dan Jumat, 30 April 2010 pukul 09.00-10.10 WIB (jam keempat dan kelima). Seperti pada siklus I, observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru selama pembelajaran, serta kegiatan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, peneliti juga sesekali mendokumentasikan jalannya pembelajaran yang berupa foto. Siklus II dilakukan sebanya dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa, 27 April 2010 dan Jumat, 30 April 2010 di ruang kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta. Pada siklus II, guru berupaya melaksanakan langkah perbaikan yang telah direncanakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran membaca pemahaman pada siklus I. 74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan menentukan ide pokok paragraf. Pertemuan kedua menggunakan indikator membuat ringkasan dari suatu teks cerita/bacaan. Hasil observasi siswa dan guru pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus II yaitu: 1) Kegiatan Siswa a)
Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria baik.
b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria sangat baik. c)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
d) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi dalam kriteria baik. e)
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik.
f)
Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria sangat baik
g) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria sangat baik. 2) Kegiatan Guru a) Persiapan guru memulai pembelajaran dalam kriteria baik. b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat baik. c) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik. d) Kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria baik. e) Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria sangat baik. f) Kemampuan guru memberikan pertanyaan dalam kriteria baik. g) Kemampuan guru membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik. h) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria sangat baik. i) Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria sangat baik. j) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik. Berikut ini tabel hasil observasi siswa pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus II yang ditunjukkan pada Tabel 10:
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel Kedisiplinan siswa Kesiapan siswa menerima Pelajaran Keaktifan siswa Kemampuan siswa melakukan diskusi Kemampuan siswa menjawab pertanyaan Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Kemampuan siswa mengerjakan tes
Kriteria Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan hasil observasi siswa pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus II menunjukkan peningkatan pada kegiatan siswa, kedisiplinan siswa dan kemampuan siswa melakukan diskusi sudah dalam kriteria baik, bahkan keaktifan siswa dalam kriteria sangat baik. Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus II yang ditunjukkan Tabel 11: Tabel 11.
Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siklus II
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Kemampuan guru mengelola kelas Kemampuan mengelola waktu pembelajaran Kemampuan memberikan apersepsi Kemampuan menyampaikan materi Kemampuan guru memberikan pertanyaan Kemampuan membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep 8. Perhatian guru terhadap siswa 9. Kemampuan mengembangkan aplikasi 10. Kemampuan menutup pelajaran
Kriteria Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan hasil observasi guru pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus II menunjukkan peningkatan pada kegiatan guru, kemampuan
76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengelola waktu pembelajaran dan memberikan apersepsi sudah dalam kriteria baik.
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus II maka diperoleh nilai hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada siklus II yang terlihat pada Tabel 12: Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus II No. Absen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Theo Yahya W.M. Alifian Suryo R. Alisa Karim S.A.S. Argi Dwi P.P. Annisa Dewi R. Arum Ayuk K. Alfira Y.N. Alfarian Madani P. Adelia Meldawati Aga Reza Pahlevi Agung Kurniawan Adnan Syarizal D. Annas Nurrochim Bimo Adnan S. Berta Nur Yoga K. Denny Ma arief B. David Rizky A. Erlangga R.F. Eka Hapsari N. Etiza Deshinta H. Ferry Raditya P. Gilang Eko C. Hanida Yuniandani Ihzayesya R.. Immanuela H.D.
Nilai 72 85 85 70 83 65 80 90 75 83 85 80 70 85 55 85 70 65 95 88 82 80 77 62 100
No. Absen 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
77
commit to user
Nama
Nilai
Kesumadewi R. Khadija Albar H. Lutfan Parwito Adi Muh. Rizal Akbar H. Muh. Ihza Muh. Anton Afandi Mahendra Mas E. Novita Saputri Novia Eksi D. Nabila Edelliana K. Nimas Dyah Ayu D. Olivera Desta S. Rafaella Intan A.R. Rosavino Bayu P. Reyvaldo Afitama R. Rista Devanda L. R. Satria Bagus Fazini Sandra Alyssa Diva Varent Cavenna O. Yudha Kurniawan Satriya Kusumajati Judith Arief A. Tri Utami Amelia Jihan Nada Muh. Affan A.
78 75 70 80 95 52 70 70 90 85 80 100 90 80 80 78 55 90 75 75 78 80 81 93 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Siklus II Interval Nilai 38-44 45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100 Jumlah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi Nilai Tengah Prosentase Fixi (fi) (xi) (%) 0 41 0 0 0 48 0 0 3 55 165 6 3 62 186 6 7 69 483 14 8 76 608 16 18 83 1494 36 7 90 630 14 4 97 388 8 50 3954 100 Nilai rata-rata = 3954 : 50 = 79,08 Ketuntasan klasikal = 44 : 50 X 100 % = 88 %
Keterangan Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM
Dari Tabel 13 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 yaitu grafik nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada siklus II:
Grafik 4. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Sikus II
78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Tabel 12 terlihat bahwa nilai tertinggi siswa adalah 100, dan nilai terendah siswa adalah 52, sedangkan pada Tabel 13 menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 79,08. Dibandingkan dengan nilai membaca pemahaman pada siklus I, nilai rata-rata kelas pada siklus II meningkat dari 69,70 menjadi 79,08. Jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar juga meningkat dari 36 siswa menjadi 44 siswa atau 88 %. Hal tersebut tampak jelas pada tabel perbandingan nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal, siklus I dengan siklus II yang ditunjukkan Tabel 14: Tabel 14. Tabel Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I dan Sikus II No
Interval Nilai
1
Jumlah Siswa
Keterangan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
38-44
2
0
0
Di bawah KKM
2
45-51
8
2
0
Di bawah KKM
3
52-58
10
3
3
Di bawah KKM
4
59-65
15
9
3
Di bawah KKM
5
66-72
11
17
7
Di atas KKM
6
73-79
3
13
8
Di atas KKM
7
80-86
1
5
18
Di atas KKM
8
87-93
0
1
7
Di atas KKM
9
94-100
0
0
4
Di atas KKM
Jumlah
50
50
50
Rata-rata
60,32
69,70
79,08
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa nilai membaca pemahaman siswa mengalami peningkatan. Data dari Tabel 14 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 5 yaitu grafik perbandingan nilai membaca pemahaman siswa kelas V SD Nageri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II:
79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 18
F r e k u e n s i
18
17 15
16
Kondisi Awal
13
14 12
11
10
10
9
8
8
Siklus I 8
7
5
6 4 2 0
Siklus II
7
2
33
2 00
3
4
3 1
0
0
1
00
38-44 45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100
Interval Nilai Grafik 5. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 5, dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan nilai membaca pemahaman siswa. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa. Perbandingan yang ditunjukkan pada Tabel 14 dan Grafik 5 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan baik jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar serta rata-rata kelas dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu KKM > 65 adalah 44 siswa atau 88 %. Jumlah tersebut berada di atas jumlah siswa yang mencapai nilai KKM > 65 yang ingin dicapai peneliti yaitu 40 siswa atau 80 %. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan peneliti sudah berhasil. Kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari tercapainya indikator kemampuan membaca pemahaman yang telah ditetapkan pada awal tindakan yaitu: (1) kemampuan mengidentifikasi unsurunsur cerita, (2) kemampuan menentukan ide pokok paragraf, dan (3) kemampuan meringkas teks bacaan. Selain itu, kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah 80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat diatasi pada siklus II. Pada siklus II terlihat bahwa masih ada 6 siswa atau 12 % siswa yang mendapat nilai tes membaca pemahaman di bawah 65 atau belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti dan guru melakukan refleksi yaitu kurangnya pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai bacaan dan kurangnya konsentrasi siswa saat guru menjelaskan materi. Karena pencapaian nilai tes membaca pemahaman yang diperoleh siswa pada siklus II sudah sesuai dengan indikator ketercapaian tujuan yang dirumuskan pada kondisi awal, maka penelitian ini diakhiri. Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dibuat rekapitulasi ketercapaian indikator penelitian siklus I dan siklus II yang ditampilkan pada Tabel 15: Tabel 15. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan Siklus II Prosentase yang Dicapai No.
Indikator
Kemampuan membaca pemahaman
Siklus I
Siklus II
72 %
88 %
siswa yang meliputi: 1.
Dapat mengidentifikasi unsur-unsur cerita
2.
Dapat
menentukan
ide
pokok
paragraf 3.
Dapat meringkas bacaan Perbandingan prosentase yang dicapai pada siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terlihat pada jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM > 65) pada siklus I sebanyak 36 siswa atau 72 % meningkat pada siklus II yaitu sebanyak 44 siswa atau 88 %.
D.
Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman sebagai berikut: 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran 3 (halaman 94) dapat diketahui bahwa nilai hasil membaca pemahaman kondisi awal sebelum tindakan yaitu siswa yang mendapat nilai 38-44 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 45-51 ada 8 siswa, yang mendapat nilai 52-58 ada 10 siswa, yang mendapat nilai 59-65 ada 15 siswa, yang mendapat nilai 66-72 ada 11 siswa, yang mendapat nilai 73-79 ada 3 siswa, dan yang mendapat nilai 80-86 ada 1 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 60,32. Siswa yang mendapat nilai
65
(KKM) sebanyak 35 siswa atau 70 % dan siswa yang mendapat nilai > 65 (KKM) sebanyak 15 siswa atau 30 %.
2. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Pada Siklus I Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman pada siklus I yang terdapat pada lampiran 11 (halaman 121), dapat diketahui nilai hasil membaca pemahaman yaitu yang mendapat nilai 45-51 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 52-58 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 59-65 ada 9 siswa, yang mendapat nilai 66-72 ada 17 siswa, yang mendapat nilai 73-79 ada 13 siswa, yang mendapat nilai 80-86 ada 5 siswa, dan yang mendapat nilai 87-93 ada 1 siswa. Dengan demikian nilai ratarata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 69,70. Siswa yang mendapat nilai 65 (KKM) sebanyak 14 siswa atau 28 % dan siswa yang mendapat nilai > 65 (KKM) sebanyak 36 siswa atau 72 %.
3. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Pada Siklus II Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman pada siklus II yang terdapat pada lampiran 19 (halaman 152), dapat diketahui nilai hasil membaca pemahaman yaitu yang mendapat nilai 52-58 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 59-65 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 66-72 ada 7 siswa, yang mendapat nilai 73-79 ada 8 siswa, yang mendapat nilai 80-86 ada 18 siswa, yang mendapat nilai 87-93 ada 7 siswa, dan yang mendapat nilai 94-100 ada 4 siswa. Dengan demikian nilai ratarata yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu 79,08. Siswa yang mendapat nilai 82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 (KKM) sebanyak 6 siswa atau 12 % dan siswa yang mendapat nilai > 65 (KKM) sebanyak 44 siswa atau 88 %.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat diketahui adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan membaca pemahaman siswa setelah penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil membaca pemahaman yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan silkus II yang masing-masing siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16: Tabel 16. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 yang Mencapai KKM > 65 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No.
1.
Pembelajaran Membaca Pemahaman
Setelah Dilaksanakan Sebelum Tindakan
Nilai Rata-rata
60,32
Tindakan Siklus I
Siklus II
69,70
79,08
Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM > 65 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 60,32. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa menjadi 69,70. Sedangkan pada akhir pelaksanaan siklus II, nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 79,08. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model kooperatif tipe Think Pair Share dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini merefleksikan bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan rata-rata nilai hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat disajikan dalam Grafik 6: 83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II Secara garis besar, perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar membaca pemahaman pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ditunjukkan pada Tabel 17: Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No.
Ketuntasan
1. 2.
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tuntas
15
30
36
72
44
88
Tidak Tuntas
35
70
14
28
6
12
Berdasarkan Tabel 17, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar siswa pada membaca pemahaman yaitu pada kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau 30 %, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 36 siswa atau 72 %, dan pada siklus II menjadi 44 siswa atau 88 %. Data dari Tabel 17 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 7 yaitu grafik peningkatan ketuntasan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II:
84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
J u m l a h
44
40
S i 30 s w 20 a
36
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
15
10 0 Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Grafik 7. Grafik Peningkatan Ketuntasan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta yaitu dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model kooperatif
tipe Think Pair Share dapat membuat siswa memiliki keberanian
dalam menyampaikan pendapatnya. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut, maka dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar (KKM > 65) sebanyak 15 siswa atau 30 % pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan menjadi 36 siswa atau 72 % pada siklus I, dan 44 siswa atau 88 % pada siklus II. Nilai rata-rata siswa tiap siklusnya juga mengalami peningkatan, yaitu pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 60,32 menjadi 69,70 pada siklus I, dan 79,08 pada siklus II. Dengan demikian, penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010 dan 23 April 2010, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 April 2010 dan 30 April 2010. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi, dan refleksi. Berkaitan dengan hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1.
Memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan serta memanfaatkan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran Bahasa 86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia materi membaca pemahaman untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. 2.
Memotivasi siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok, kemauan bekerjasama dengan kelompok, kemampuan menyampaikan hasil diskusi kelompok dengan baik, kemampuan berinteraksi dengan guru maupun siswa lain, mengembangkan inisiatif dan kreativitas sehingga partisipasi siswa dalam proses pembelajaran pun meningkat.
3.
Mendorong guru untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satunya penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share yang dapat menumbuhkan partisipasi siswa serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga menyebabkan siswa merasa senang dan nyaman selama mengikuti proses pembelajaran.
4.
Menumbuhkan kesadaran pada guru tentang pentingnya mengenali berbagai kendala yang timbul dalam pembelajaran sedini mungkin serta mencari berbagai alternatif dalam usaha mengatasi masalah yang ada dalam proses pembelajaran.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi Kepala Sekolah a.
Hendaknya sekolah dapat memberi motivasi pada guru supaya melakukan pembelajaran yang aktif, menarik, kondusif, efektif, serta efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan penghargaan kepada guru yang berhasil dalam pembelajaran.
b. Hendaknya sekolah memenuhi sarana serta prasarana yang dapat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran siswa. c.
Hendaknya sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga siswa dan guru merasa senang serta nyaman dalam pembelajaran.
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Bagi Guru a. Hendaknya membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran membaca pemahaman. b. Hendaknya memotivasi siswa serta menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini bisa dengan menyajikan pembelajaran yang menarik, menyediakan berbagai bentuk bacaan,
membentuk
kelompok
membaca,
serta
memberikan
penghargaan pada siswa. c.
Hendaknya
menasehati
supaya
siswa
rajin
membaca
sehingga
pengetahuan serta informasinya bertambah. d. Hendaknya lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan model kooperatif tipe Think Pair Share. 3.
Bagi Siswa a.
Diharapkan lebih sering melakukan kegiatan membaca untuk menambah pengetahuan serta informasi siswa supaya dapat lebih mudah memahami bacaan.
b. Hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran sehingga mudah menyerap ilmu pengetahuan serta informasi yang disampaikan guru dalam pembelajaran. c.
Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
d. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
88
commit to user