PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI IBADAH HAJI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V(LIMA) MI MUHAMMADIYAH SURUH KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
MUH LUTFIL KHAKIM NIM: 11408122
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
ii
MAJELIS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH SURUH Alamat : Morangan Suruh Kabupaten Semarang ,Kode Pos 50776
SURAT KETERANGAN PENELITIAN No: 002 / Sk.P / MIM /VIII / 2010 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala MI Suruh 02, menerangkan dengan sebenarnya bahwa : Nama
: MUH LUTFIL KHAKIM
Tempat & Tgl lahir
: Kab Semarang, 29 Juni 1975
NIM
: 11408122
Nama tersebut di atas benar-benar telah melaksanakan penelitian tindakan kelas di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Suruh, guna menyelesaikan skripsinya yang berjudul “ PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH MATERI IBADAH HAJI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA
SISWA
KELAS
V(LIMA)
MI
MUHAMMADIYAH
SURUH
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010” Demikian surat keterangan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Suruh, 10 Agustus 2010 Kepala MI Muhammadiyah Suruh
S u h a r n o NIP
iii
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 1(satu) berkas Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Ketua STAIN Di Salatiga
Bersama ini kami kirimkan naskah sekripsi mahasiswa : Nama : Muh Lutfil Khakim NIM
: 11408122
Progdi : Pendidikan Agama Islam(PAI) Judul : Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ibadah Haji Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V(Lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010 Untuk diajukan dalam siding munaqosah skripsi Demikian untuk menjadikan periksa.
Salatiga, Agustus 2010 Pembimbing
Drs. Mahfudz, M.Ag NIP196102101987031006
iv
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
Judul :
HALAMAN PENGESAHAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI IBADAH HAJI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V(LIMA) MI MUHAMMADIYAH SURUH KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
Nama : Muh Lutfil Khakim NIM : 11408122 Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Salatiga,
28 Agustus 2010 18 Ramadhan 1431H
Panitia Ujian Ketua sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.195808271983031002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP196701121992031005
Penguji I
Penguji II
H. Muh. Irfan Helmy.Lc.M.A NIP197401042000031003
Dra. H. Lilik Sriyanti, M. Si NIP196608141991032003
Pembimbing
Drs. Mahfudz, M.Ag NIP196102101987031006
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Muh Lutfil Khakim NIM
: 11408122
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ibadah Haji Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
Pada Siswa Kelas V(Lima) MI
Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa judul skripsi ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat, dan apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik apapun. Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan
Muh Lutfil Khakim
vi
MOTTO “ilmu adalah jendela dunia , barang siapa ingin menguasai dunia maka genggamlah ilmu sekuat tenaga”
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan kepada ; 1. Ibu tercinta yang menyebabkan aku dapat membaca dan menulis serta yang selalu mendoakanku. 2. Istriku tercinta yang selalu mendukungku. 3. Bapak ibu mertuaku yang ikut mendoakanku. 4. Semua saudaraku yang selalu mendorongku untuk maju. 5. Teman-temanku kelas 8d yang tercinta. 6. Kepala MI muhammadiyah Suruh dan rekan-rekan guru. 7. Semua yang ikut membantu dalam penyusunan sekripsi ini. 8. Pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt Tuhan YME yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH
MATERI IBADAH HAJI MELALUI
METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V(LIMA) MI MUHAMMADIYAH
SURUH
KECAMATAN
SURUH
KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2010”. Pencapaian hasil
belajar siswa yang optimal sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menghasilkan hasil belajar yang optimal. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena siswa dituntut untuk menguasai materi dengan cara berkelompok. Dalam skripsi ini penulis menerapkan penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dalam membelajarkan materi Ibadah Haji di kelas V MI Muhammadiyah Suruh. Tindakan yang dilakukan pada penulis terbagi dalam dua siklus. Skripsi ini tidak akan mungkin selesai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Keluarga ku: Istriku, ayah, ibu, dan kakak-kakakku tercinta atas dukungan yang diberikan selama ini. 3. Bapak Drs. Mahfudz, M.Ag selaku pembimbing sekripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Suharno, selaku Kepala MI Muhammadiyah Suruh yang memberikan ijin penulis untuk melaksanakan penelitian. 5. Alif
Istianah Rahmawati Selaku guru kelas V, semua guru MI
Muhammadiyah Suruh yang membantu pelaksanaan penelitian.
viii
6. Siswa-siswi MI Muhammadiyah Suruh yang dalam pelaksanaan penelitian telah turut
berpartisipasi dan semua pihak
yang telah membantu
terselesaikanya skripsi ini. Semoga amal baik dan seluruh bantuanya dicatat oleh Allah Swt sebagai amal shaleh.
Demikian skripsi ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi semua pihak.
Salatiga,
Agustus 2010
Penulis
ix
ABSTRAK Hakim, Muh Lutfil, 2010. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ibadah Haji Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V(Lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010 Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kata Kunci : Peningkatan, Hasil belajar Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode pengajaran yang digunakan oleh guru kelas V dalam mengajarkan fikih selalu monoton yaitu lebih banyak guru yang aktif. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa rendah dengan rata-rata ulangan harian 58 (belum mencapai KKM). Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yaitu: " Apakah metode Kooperatif Tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010?". Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fikih dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas V semester MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Berdasarkan tujuan tersebut hipotesis dalam penelitian ini adalah metode Kooperatif Tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan ketuntasan hasil evaluasi dari tiap siklus pada pembelajaran materi ibadah haji. Peningkatan ketuntasan belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 8 siswa yang telah tuntas dalam belajarnya, pada siklus I ketuntasan belajar siswa dapat mencapai 80% setelah dilakukan tidak lanjut berupa perbaikan untuk siswa yang belum tuntas belajar dan pengayaan untuk siswa yang telah tuntas dalam belajar ketuntasan menjadi 100%. Siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100 % tanpa kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Kooperatif Tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010 . Dari hasil penelitian tersebut sebaiknya seorang guru harus bisa memilih metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran; siswa juga harus dapat terlibat langsung, sehingga tingkat pemahaman anak terhadap materi akan lebih mendalam; guru kiranya selalu mengadakan perbaikan pembelajaran untuk kemajuan bersama; dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru melaksanakan tindak lanjut.
x
DAFTAR ISI HALAMAN LOGO ............................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
iv
PENGESAHAN ..................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................
vi
MOTTO & PERSEMBAHAN ...........................................................................
vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
viii
ABSTRAK ..........................................................................................................
x
DAFTAR ISI.......................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
8
E. Hipotesis Penelitian ...........................................................................
9
F. Difinisi Operasional ...........................................................................
9
G. Metode Penelitian...............................................................................
15
H. Sistematika Penulisan .........................................................................
26
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori .........................................................................
xi
28
B. Telaah pustaka .......................................................................
69
C. Kerangka pikir ........................................................................
69
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi, subyek dan Oyek Penelitian........................................................ 71 B. Diskripsi Siklus I ....................................................................................
71
C. Diskripsi siklus II .................................................................................... 83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian .......................................................................................
94
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................
106
B. Saran .......................................................................................................
107
Daftar Pustaka ..................................................................................................... ..... Lampiran-lampiran .............................................................................................
....
Riwayat Hidup Peneliti .......................................................................................
.....
xii
DAFTAR TABEL Tabel Tentang
Halaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
22 22 23 23 23 23 94 95 96 96 97 98 99 99 100 101 104
Indikator Penelitian Kriteria Pengukuran Motivasi Skala Pengukuran Motivasi Kriteria Pengukuran Keaktifan Kriteria Pengukuran Keaktifan Kriteria pengukuran prestasi belajar Hasil Pengamatan Motivasi Siklus Analisa Hasil Pengamatan Motivasi Analisa Observasi keaktifan terhadap siswa Analisa Hasil Pengamatan Keaktifan Perolehan hasil pre tes Analisa hasil pre tes Perolehan hasil belajar siklus I Analisa hasil belajar siklus I Perolehan hasil belajar siklus II Analisa hasil belajar siklus II Perbandingan hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan dengan hasil belajar siswa pada siklus II
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No 20 Th. 2003) . Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah fiqih, agar peserta didik mampu menjalankan hukum – hukum atau syariat Islam dengan baik dan benar. Mata pelajaran Fikih di madrasah ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari
2
sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Dalam kerangka tersebut di atas maka perlu ada penekanan-penekanan baik pada proses pembelajaran maupun pada pemahaman bagi para guru agar pencapaian tujuan mata pelajaran Fiqih dapat dicapai dengan memuaskan, baik dalam segi pemahaman dan pelaksanaan dalam kehidupan seharihari. Pemahaman yang baik sangat mempengaruhi tingkat pengamalan hukum – hukum Islam secara benar. Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a.
Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b.
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka semua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter mata pelajaran yang diajarkan.
3
Metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa dapat meningkatkan motivasi, minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Sebaliknya jika metode pembelajaran tidak berorientasi pada siswa, maka peserta didik akan merasa jenuh, bosan, dan pada akhirnya siswa tidak memperhatikan pelajaran sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, sekarang sudah tidak zaman lagi pembelajaran yang hanya memberikan materi pelajaran, tanpa memperdulikan apakah peserta didik tersebut mengerti dengan apa yang telah diajarkannya, atau apakah siswa tersebut hanya mengerti pada saat di kelas lalu kurang mengerti ketika sudah di luar kelas. Karena tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para peserta didiknya untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan. Tetapi lebih dari itu, guru harus dapat mendorong peserta didik untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuh-kembangkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, dan rasa ingin tahu. Dalam proses pembelajaran diharapkan guru dapat menciptakan situasi yang menyenangkan sehingga pelajaran akan terasa mudah dipahami atau dimengerti, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai, salah satu contohnya adalah pembelajaran kooperatif Menurut Thomson Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dan tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang peserta didik yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, jenis kelamin dan suku sehingga setiap kelompok terdapat peserta didik dengan tingkat
4
kemampuannya rendah, sedang dan tinggi Zainal Aqib(2007). Dan menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain Zainal Aqib(2007). Dalam Al Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 Allah SWT berfirman:
ِوَ َتعَاوَنُوا عَلَي الْبِّرِ وَالَّتقْوَى وَلَا َتعَاوَنُوا عَلَي ا ْلإِ ْثمِ وَا ْلعُدْوَان ِن اللَهَ شَدِي ُد ا ْل ِعقَاب َ ِوَاَتقُوا اللَهَ إ Yang artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertaqwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maidah: 2)(Tim Gema Insani 2009) Hal ini bermanfaat untuk melatih peserta didik menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
5
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Robert E.Slavin 2008). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam pembelajaran antara lain STAD (Student Teams Achievement Devisions), Think-Pair-Share (berfikirberpasangan-berempat), Make a Match (mencari pasangan), CIRC, Jigsaw dan masih banyak yang lain (Anite Lie 2004). Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi dan diharapkan dapat mengilhami problematika kehidupan yang nyata. Untuk mengembangkan kreatifitas, kecakapan dan ketrampilan diperlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga bertujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata. Harus disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi hasil pendidikan, seperti intelegensi peserta didik, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar belakang pendidikan guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain sebagainya. Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran dan strategi pembelajaran. Di samping itu, keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan zaman yang sekarang ini berorientasi
6
pada kerjasama tim. Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi. Mengingat pentingnya variasi pembelajaran di kelas yang akan berimplikasi pada hasil belajar peserta didik, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam hal ini penulis mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ibadah Haji Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V(Lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010” Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65 (enam puluh lima). 1.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, pengamatan dan wawancara dengan guru Kelas V(Lima) di MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: a.
guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi kepada siswa, guru hanya menyampaikan fiqih hanya sebagai produk;
b.
guru menganggap bahwa pembelajaran fikih adalah pembelajaran yang mudah sehingga pembelajarannya dilakukan kurang bersungguh-sungguh;
c.
pembelajaran masih bersifat konvensional, guru hanya menggunakan metode ceramah (pembelajaran lebih didominasi oleh guru);
7
d.
kurangnya media pendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran fikih;
e.
guru tidak menggunakan alat peraga saat kegiatan belajar mengajar terjadi;
f.
siswa hanya belajar dengan menghafal informasi dan hanya menahami materi sebagai produk yang diberikan guru saja, siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berfikirnya;
g.
siswa menganggap pelajaran fikih sebagai pelajaran yang mudah sehingga siswa merasa bosan dan tidak megikuti pembelajaran secara sungguh - sungguh
2.
Analisis Masalah Analisa
masalah dilakukan dengan memperhatikan bebarapa
identifikasi masalah, baik dari siswa maupun oleh guru. Hasil analisa masalah pembelajaran yang perlu diungkap adalah: Penggunaan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Penyampaian materi dapat menggunakan metode yang tepat sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa akan meningkat jika guru juga senantiasa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dalam suatu pembelajaran di kelas dan selalu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
8
B. Rumusan Masalah Dengan permasalahan di atas peneliti merumuskan pokok permasalahan sebagai pertanyaan sementara sebagai berikut: “Apakah metode Kooperatif Tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010 ” C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010? D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. bagi guru a.
sebagai bahan masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional);
b.
selain bahan masukan, diharapkan agar guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
2. bagi peserta didik a.
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran fikih;
9
b.
dapat menumbuhkan semangat kerja sama, karena dalam model pembelajaran kooperatif keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok.
3. bagi sekolah a. dapat meningkatkan SDM baru demi kemajuan pendidikan terutama dalam pembelajaran fikih; b. dapat meningkatkan kualitas sekolah yang diwujudkan melalui nilai akhir nasional yang optimal. 4. bagi peneliti a. mengetahui perkembangan pembelajaran yang dilakukan guru terutama pembelajaran fikih; b. dapat menambah pengalaman secara langsung sebagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan. E. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:“ metode Kooperatif Tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar fiqih materi Ibadah Haji pada siswa kelas V(lima) MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2010.” F. Difinisi Operasional 1. "Efektivitas" berasal dari kata efektif yang artinya efeknya berupa pengaruh, akibatnya/ kesannya, sedangkan efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan (W.J.S.Poerwadarminta 2007)
10
2. Belajar a.
Pengertian Belajar Dalam bukunya Slameto dijelaskan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku
yang
baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2003). Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk (M. Ngalim Purwanto1990). Belajar adalah perbuatan yang bersifat kompleks, karena merupakan suatu proses yang dipengaruhi atau dibentuk oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar diri manusia. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka para ahli dalam bidang ini menginterprestasikannya dalam berbagai segi dengan metodenya sendiri-sendiri. Definisi-definisi tersebut diantaranya (Oemar Hamalik 1990): 1.
Belajar menurut Ilmu jiwa daya, belajar adalah usaha melatih dayadaya itu agar berkembang.
2.
Belajar menurut Ilmu jiwa assosiasi, belajar berarti mmbentuk hubungan-hubungan stimulus response dan melatih hubunganhubungan itu agar bertalian erat.
11
3.
Belajar menurut Ilmu jiwa Gestalt, belajar berarti mengalami, berbuat, bereaksi, berpikir secara kritis. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, belajar adalah
suatu proses seseorang untuk memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap (Margaret E. Bell Gredler 1994). Belajar juga dapat diartikan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik 1990). Berdasarkan pengertian di atas, maka maksud belajar dalam penelitian ini adalah proses siswa untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta perubahan tingkah laku, mejelaskan beberapa ketentuan-ketentuan dalam ibadah haji, sehingga diharapkan siswa dapat mengerti, memahami tatacara ibadah haji yang dapat menjadi pengetahuan awal sebagai motivasi untuk melaksanakan ibadah haji kelak. b.
Hasil belajar Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun KBBI 2005). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalalui kegiatan belajar.
12
“Hasil belajar adalah perubahan sikap/tingkah laku setelah anak melalui proses belajar (W.S Winkel 1983). Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapaidari belajar. "Hasil belajar "merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Hasil belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar. Jadi hasil belajar adalah akibat yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar yang ditunjukkan dengan huruf atau angka. Hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian ini adalah siswa mampu menjelaskan ketentuan – ketentuan dan tata cara dalam ibadah haji yang terbatas meliiputi: syarat, rukun,wajib dan amalan-amalan dalam ibadah haji. 3. Metode Kooperatif Tipe Jigsaw a.
Pengertian Metode Metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik 1990). Pengertian lain dari metode adalah cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Slameto 2003). Definisi lain dari metode adalah cara guru menyampaikan atau menyajikan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, untuk mencapai kompetensi dasar.
13
b.
Kooperatif Menurut Thomson Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang peserta didik yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, jenis kelamin dan suku sehingga
setiap
kelompok
ada
peserta
didik
yang
tingkat
kemampuannya rendah, sedang dan tinggi (Zainal Aqib 2007). Dan menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain (Zainal Aqib 2007). Menurut Roger dan David Johnson dalam (Anita Lie 2004) Pembelajaran kooperatif harus memenuhi
lima
unsur
yang
harus
diterapkan
yaitu:
saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang terjadi di mana siswa belajar
dalam
kelompok
untuk
menyelesaikan
permasalahan-
permasalahan dalam belajar dan belajar dikatakan berhasil apabila setiap siswa telah tuntas dalam belajar.
14
c.
Jigsaw Jigsaw merupakan sebuah adaptasi dari pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas (Anita Lie 2004). Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran Kooperatif
yang terdiri dari tim-tim belajar
heterogen yang beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota kelompoknya. 4. Ibadah Haji a.
Ibadah Menurut W.J.S. Purwodarminto (2007) ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bhakti kepada Allah Swt yang dilandasi ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ibadah adalah melakukan kewajiban yang diperintahkan agama yang diyakini.
b.
Haji Menurut H. Sulaiman Rasjid dalam bukunya Fiqih Islam (1994) mengatakan
haji
adalah
sengaja
mengunjungi
Ka’bah
untuk
melaksanakan ibadah dengan syarat-syarat tertentu. Ibadah haji adalah mengunjungi Ka’bah dengan tujuan beribadah kepada Allah dengan syarat-syarat dan tatacara yang telah ditentukan.
15
5. Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih Mata pelajaran Fiqih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan Agama Islam. Karena mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memahami, mempelajari, dan melaksanakan hukum – hukum Islam sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan dari mata pelajaran Fikih adalah memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam memahami dan mengamalkan hukumhukum Islam.
6. MI Muhammadiyah Suruh MI Muhammadiyah Suruh adalah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang berlokasi di Dusun Morangan Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah
G. Metode Penelitian 1. Setting Penelitian Setting penelitian menjelaskan tentang lokasi dan gambaran tentang sekelompok siswa atau subyek yang dikenai tindakan (Suharsimi Arikunto 2007). Berdasarkan pengertian di atas, maka setting dalam penelitian ini dijelaskan lokasi penelitian berada di MI Muhammadiyah Suruh, beralamat
16
di Dusun Morangan Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Subyek yang dikenai tindakan adalah siswa dan Guru kelas V pada sekolah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian populasi yang artinya semua populasi siswa kelas V MI Muhammadiyah Suruh pada tahun 2010 menjadi sampel penelitian. 2. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian adalah perubahan apa yang diinginkan dari subyek yang dikenai tindakan yaitu target yang diharapkan (Suharsimi Arikunto 2007). Dengan penelitian ini maka sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah : a.
Faktor siswa Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya minat, keaktifan dan prestasi siswa pada mata pelajaran Fikih. Fokus pengamatannya
adalah
keaktifan
siswa
dalam
pembelajaran,
keseriusan siswa dalam pembelajaran dan hasil yang dicapai oleh siswa. b.
Faktor guru Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya keterampilan guru dalam mengelola kelas, membelajarkan siswa dengan metode yang tepat, dan kemampuannya membangkitkan motivasi kepada siswa. Fokus penelitiannya adalah proses pembelajaran, interaksi yang
17
terjadi antara guru dan siswa. Indikator keberhasilannya adalah respon positif ketika guru menfasilitasi siswa yang mungkin belum paham dengan apa yang dipelajari. 3. Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah gambaran tentang langkah-langkah riil yang akan dilakukan dalam tindakan. Dari pengertian ini dijelaskan rencana tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pada awal kegiatan dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Dari refleksi tersebut kemudian mengidentifikasi masalah, mendiskusikan permasalahan dengan teman sejawat, melakukan kajian teori, dan mengkaji strategi pembelajaran yang relevan. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut di atas ditentukan langkah paling tepat untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran Fikih materi ibadah haji dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan perkembangan yang dicapai. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : a.
Menyusun Rencana Kegiatan Menyusun rencana kegiatan ini meliputi: membuat rencana pembelajaran, menyiapkan sumber dan alat pembelajaran, menyusun lembar observasi, menyusun alat evaluasi.
b.
Pelaksanaaan Kegiatan
18
Yaitu
melaksanakan
proses
pembelajaran
sesuai
dengan
perencanaan. c.
Observasi Melakukan
pengamatan
terhadap
pelaksanaan
tindakan
menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran dalam dua siklus. d.
Refleksi Berdasarkan hasil observasi guru melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang baru saja dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran. Dengan refleksi akan diketahui kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Gambaran riil langkah-langkah tindakan penelitian adalah sebagai berikut
:
1) Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 03 Mei 2010 dan 07 Mei 2010. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut : a) Menyusun Rencana Kegiatan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : (1) Membuat Rencana Pembelajaran. (2) Menyusun pre test. (3) Menyusun tes formatif
19
(4) Membuat alat peraga. (5) Menyusun lembar pengamatan. b) Pelaksanaaan Kegiatan Kegiatan pada tahap ini adalah : (1) Mempersiapkan alat-alat pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. (2) Salam pembuka. (3) Menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan. (4) Melaksanakan pre test. (5) Menganalisa hasil pre test. (6) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pembelajaran. (7) Penutup. c) Observasi Pada tahap ini peneliti tidak melakukan observasi sendiri. Akan tetapi dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi. Tahap observasi adalah : (1) Menyiapkan lembar pengamatan PBM guru dan siswa. (2) Melaksanakan observasi pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti hingga kegiatan akhir. (3) Melakukan penskoran pada lembar pengamatan PBM guru dan siswa.
20
d) Refleksi Kegiatan pada tahap ini meliputi : (1) Melakukan diskusi dengan observator. (2) Menganalisa permasalahan
yang terjadi dalam proses
pembelajaran. (3) Mencari solusi untuk memecahkan masalah. (4) Menetukan langkah yang tepat untuk pembelajaran berikutnya. 2) Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Mei 2010 dan 14 Mei 2010. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut : a) Menyusun Rencana Kegiatan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : (1) Membuat Rencana Pembelajaran (2) Menyusun tes formatif (3) Membuat alat peraga. (4) Menyusun lembar pengamatan b) Pelaksanaaan Kegiatan Kegiatan pada tahap ini adalah : (1) Mempersiapkan alat-alat pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. (2) Salam pembuka. (3) Menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
21
(4) Menganalisa hasil tes. (5) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pembelajaran. (6) Penutup c) Observasi Tahap observasi adalah : (1) Menyiapkan lembar pengamatan PBM guru dan siswa. (2) Melaksanakan observasi pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti hingga kegiatan akhir. (3) Melakukan penskoran pada lembar pengamatan PBM guru dan siswa d)
Refleksi Kegiatan pada tahap ini meliputi : (1) Melakukan diskusi dengan observator. (2) Menganalisa permasalahan
yang terjadi dalam proses
pembelajaran 4. Indikator Penelitian Untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
penelitian
dalam
meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar ibadah haji melalui metode kooperatif tipe jigsaw, maka digunakanlah indikator. Indikator berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan penelitian. Indikator-indikator tersebut tersaji dalam tabel berikut ini :
22
Tabel 1 Indikator Penelitian Motivasi 1.
2.
3.
4.
keaktifan
Ekstrinsik ,yaitu karena 1. adanya dorongan dari luar yang berupa pemberian angka dan adanya reward yang berupa pujian dan hadiah Intrinsik, Yaitu motivasi yang 2. berupa rasa ingin tahu siswa teerhadap mata pelajaran serta adanya minat terhadap mata pelajaran tersebut. Instrinsik dan ektrinsik, yaitu 3. motivasi gabungan antara intrinsik dan ekstrinsik. Porsentase motivasi instrinsik 4. mencapai 70%
Prestasi Belajar
Visual activities, berupa membaca dan memperhatikan penjelasan guru.
1.Ketuntasan Nilai Minimal (KKM) mencapai 65
Oral bertanya
2.Nilai rata-rata mencapai 80
activities,
Listening, mendengarkan penjelasan guru, diskusi Mental activities, mengidentifikasi dan memecahkan soal
3.Porsentasi kelulusan minimal mencapai 90%
Kriteria Pengukuran dari indikator-indikator di atas adalah sebagai berikut : a. Motivasi Tabel 2 Kriteria Pengukuran Motivasi Jenis 1. Ektrinsik 2. Instrinsik dan Ektrinsik 3. Intrinsik
Kriteria Kurang Cukup Baik
23
Tabel 3 Skala Pengukuran Motivasi Skala 5-7 8-10 11-15
Predikat Kurang Cukup Baik
b. Keaktifan Table 4 Kreteria Pengukuran Keaktifan Jenis
Kriteria Kurang Cukup Baik
Visual Activities Oral Activities Listening Activities Mental Aktivities
Tabel 5 Kriteria Pengukuran Keaktifan
Skala 1 2-3 4
Predikat Kurang Cukup Baik
c. Prestasi belajar Tabel 6 Kriteria Pengukuran Prestasi Belajar
Skala 40-55 56-75 76-100
Predikat Kurang Cukup Baik
24
5. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ditentukan instrumen pada penelitian ini adalah : a.
Silabus Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran tatacara ibadah haji, pengelolaan kelas, serta penelitian hasil belajar. Dalam penelitian ini silabus berisi seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran pada materi tatacara ibadah haji yang terdiri dari: ketentuan ibadah haji, syarat wajib ibadah haji, rukun haji, wajib haji dan amalan-amalan dalam ibadah haji.
b.
Rencana pembelajaran (RP) Yaitu perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator penyampaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus dan kegiatan belajar mengajar. c.
Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar (1)
Lembar observasi pengolahan pembelajaran metode kooperatif tipe jigsaw, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
25
(2)
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
d.
Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif diberikan pada setiap akhir siklus.
6. Pengumpulan Data Semua data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran metode kooperatif tipe jigsaw, observasi aktivitas siswa dan guru serta tes formatif serta wawancara dengan teman sejawat serta siswa. 7. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis data dengan teknik sebagai berikut :. a. Semua data yang terkumpul disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. b. Untuk Pembahasan dan kesimpulan digunakan teknik analisis deduktif dan induktif. Analisisi deduktif berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak berdasarkan generalisasi yang sudah ada. Sedangkan Induktif berarti mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan (Saifuddin Azwar 2007). c. Untuk Prestasi belajar digunakan dua teknik analisa data yaitu dengan: 1) Untuk mencari nilai rata-rata menggunakan simpangan dengan rumus (Sutrisno Hadi 1989)
26
X
X N
Dengan Keterangan : X
2)
: Nilai rata-rata
X
: Jumlah semua nilai siswa
N
: Jumlah Siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut : P=
H.
SiswaLulus x100% Siswa
Sistematika Penulisan Penulisan laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1.
Bagian awal, meliputi: Halaman sampul, Lembar logo, Halaman judul, Lembar persetujuan (terdiri dari: lembar persetujuan pembimbing dan lembar persetujuan dan pengesahan), pernyataan keaslian penulis, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
2.
Bagian Inti, meliputi : a. Bab Pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah,
rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. b. Bab ke 2 tentang Kajian Pustaka Kajian pustaka akan membahas: belajar, hasil belajar, metode kooperatif tipe jigsaw dalam materi ibadah haji kelas V MI.
27
c. Bab ke 3 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan
penelitian
memuat:
subyek
penelitian,
deskripsi
pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II. d. Bab ke 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian memuat: data prestasi belajar (pre test, Siklus I, dan siklus II) , data hasil observasi terhadap guru dan siswa,
refleksi
keberhasilan dan kegagalan , Pembahasan tiap siklus. e. Bab ke 5 Penutup, Penutup meliputi kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir, meliputi: daftar pustaka, lampiran, daftar riwayat hidup penulis.
28
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis. Belajar pada dasarnya merupakan pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan pemahaman. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masingmasing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, beda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui bahwa di samping perbedaan terdapat pula persamaan diantaranya belajar adalah hal yang menyenangkan.
29
Di antaranya, pengertian belajar yaitu aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman yang tertumpu pada kemampuan diri. Sebagai pengajar harus mampu menciptakan suasana menggembirakan, dapat menghilangkan kesan belajar itu susah dan menakutkan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya atau siswanya berhasil menyebutkan kembali secara lisan informasi yang telah didapat sebelumnya. Selain itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Orang yang mempunyai pandangan seperti ini biasanya akan merasa cukup puas bila anak–anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Para ahli pendidikan juga memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam mendefinisikan belajar. Hal ini disebabkan perbuatan belajar itu sendiri adalah perbuatan yang bersifat kompleks, karena merupakan suatu proses yang dipengaruhi atau dibentuk oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar diri manusia. Ada beberapa definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, antara lain :
30
(1)
Menurut Cronbach, Harold Spears, Geoch dalam (Sardiman 1992) dituliskan sebagai berikut: a) Cronbach memberikan definisi : “ Learning is shown by a change in behavior as a result of experience ”. Yang artinya belajar ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku sebagai sebuah hasil dari pengalaman. b) Harold Spears memberikan batasan : “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen an to follow direction ”. Yang berarti bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru mencoba sesuatu pada diri mereka sendiri, mendengar dan mengikuti tujuan. c) Geoch, mengatakan : “ Learning is a change in performance as a result of practice “. Artinya belajar adalah sebuah perubahan dalam perbuatan sebagai hasil dari latihan.
(2)
Menurut Chaplin dan Hintzman dalam (Muhibbin Syah 1995) dituliskan : a) Chaplin mengatakan : “ Belajar adalah proses memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. b) Hintzman menyatakan : “ Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Kesimpulan di atas juga diperkuat oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat adanya suatu pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik 1990).
31
a. Proses Belajar Proses adalah urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan (Muhibbin Syah 1995). Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Proses belajar dapat ditunjukkan melalui proses yang berbeda-beda melalui suatu keterampilan yang diwujudkan oleh adanya perubahan tingkah laku. Apabila tingkah laku berubah, berarti dia belajar dan proses belajar itu telah terjadi. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Jerome S. Bruner ( Barlow 1985) dalam (Muhibbin Syah 1995) menuliskan bahwa proses belajar siswa menempuh tiga fase, yaitu : (1) Fase Informasi, yaitu siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari, baik yang berupa pengetahuan
yang
baru
maupun
dalam
bentuk
penambahan
pengetahuan yang telah dimiliki. (2) Fase
transformasi,
yaitu
fase
menganalisis,
mengubah
atau
mentransformasikan pengetahuan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual. (3) Fase evaluasi, yaitu fase
menilai sendiri sampai sejauh manakah
informasi yang telah ditransformasikan, dianalisis dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah lain.
32
b. Tujuan belajar Tujuan belajar menurut Sardiman A.M ada tiga tujuan belajar antara lain
untuk
mendapatkan
pengetahuan,
penanaman
konsep
dan
pembentukan sikap (Sardiman A.M 1992). 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain seseorang tidak dapat mengembangkan kemaampuan
berfikir
tanpa
bahan
pengetahuan,
sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperluas pengetahuan.
2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat berupa keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan terlihat dari gerak atau penampilannya. Sedangkan keterampilan rohani adalah keterampilan abstrak yang menyangkut persoalan penghayatan, keterampilan berpikir dan kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
33
3) Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai (transfer of values). Oleh karena itu guru tidak sekedar mengajar tetapi juga memindahkan nilainilai itu kepada anak didiknya, Dengan dilandasi nilai-nilai itu anak didik akan tambah kesadaran dan kemauannnya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajari. c. Prinsip Belajar Proses belajar adalah kegiatan yang kompleks, namun proses belajar juga dapat dianalisa dan diperinci dalam suatu prinsip-prinsip belajar. Hal ini perlu diketahui agar kita memiliki pedoman belajar secara efisien. Beberapa prinsip belajar menurut Oemar Hamalik (1990) adalah sebagai berikut: (1) Belajar merupakan proses aktif. Yaitu dalam proses belajar terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya. (2) Belajar harus memiliki tujuan Tujuan akan
menuntun seseorang
dalam
mencapai
harapan-
harapannya. Sehingga dalam belajar tujuan yang diharapkan harus terarah dan jelas bagi siswa. (3) Belajar memerlukan motivasi Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang bersumber dari dalam dirinya.
34
(4) Dalam belajar harus ada rintangan dan hambatan Untuk itu siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat. (5) Belajar memerlukan bimbingan. (6) Belajar berarti berpikir kritis. Berpikir kritis bagi siswa lebih baik dari pada pembentukan kebiasaankebiasaan. Dengan berpikir kritis, kebiasaan baik akan tumbuh dengan sendirinya melalui kesadaran diri. (7) Belajar yang efektif berarti belajar dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok. Cara belajar dengan bentuk pemecahan masalah berarti mengajarkan kepada untuk belajar memecahkan masalahnya sendiri dengan tepat. Sedangkan kerja kelompok mengajarkan anak bersosalisasi dengan lingkungannya. (8) Belajar memerlukan latihan dan ulangan Latihan dan ulangan memilik tujuan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. (9) Belajar memerlukan pemahaman Dengan adanya pemahaman atas hal-hal yang dipelajari maka akan diperoleh pengertian-perngertian. (10) Belajar berarti dianggap men-transferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktek se hari-hari. 2.
Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
35
Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha (Dirgo Sabaryanto 1993). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005) hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar adalah perubahan sikap/tingkah laku setelah anak melalui proses belajar (W.S Winkel 1983). Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan - kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Nana Syaodih. S 2003) Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Hasil belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai baik angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) maupun huruf (a,b,c,d,e) yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar. Jadi hasil belajar adalah akibat yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar yang ditunjukkan dengan huruf atau angka. Hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian ini adalah siswa mampu menjelaskan ketentuan – ketentuan dan tata cara dalam ibadah haji Sedangkan hasil belajar adalah akibat yang dicapai peserta didik setelah melakukan proses belajar.
36
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran - mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran pada suatu mata pelajaran biasanya dilambangkan dengan angka 0 – 10 pada pendidikan dasar dan menengah, dan huruf huruf A,B,C dan D pada pendidikan tinggi. Sementara hasil belajar yang diharapkan pada penelitian ini adalah siswa tuntas dalam belajarnya yaitu minimal mendapatkan nilai 65 (enam puluh lima)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Mutu atau kualitas pendidikan dikatakan berhasil
apabila
menunjukkan tingkat memuaskan. Sedangkan prestasi belajar dikatakan berhasil apabila dalam proses pembelajaran itu berjalan dengan lancar. Kelancaran proses mengajar tidak dapat terwujud dengan baik tanpa adanya
factor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Menurut
Ngalim
PurwantoFaktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri individu sendiri (internal) yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Selain itu dapat juga berasal dari luar diri sendiri (eksternal) yang meliputi alam, keluarga, guru dan masyarakat (Ngalim Purwanto 1987).
37
1) Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seorang siswa. Faktor internal ini meliputi : a.
Faktor Fisiologis Faktor fsikologis meliputi keadaan tonus jasmani dan fungsi fisiologis terutama pancaindra. Keadaan tonus jasmani dapat melatar belakangi aktivitas belajar. Kurangnya tonus jasmani dapat mengakibatkan kelesuan, lekas mengantuk, lakas lelah dan sebagainya, yang akhirnya akan menurunkan daya konsentrasi siswa dan berujung rendahnya prestasi belajar siswa. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan yang menghubungkan manusia dengan dunia luar, melalui uraturat syaraf yang tersusun secara sangat dan berfungsi dengan kecermatan. Baiknya berfungsinya panca indra merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.
b.
Faktor Psikologis Faktor Psikologis yang mempengaruhi proses belajar diantaranya : (1) Bakat
38
Bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu (Nana Syaodih. S 2003). Gilford ( 1959) mengemukakan bahwa bakat terdiri dari tiga komponen yaitu komponen intelektual, perseptual dan psikomotorik
(Nana
Syaodih.
S
2003).
Komponen
intelektual terdiri dari aspek pengenalan, ingatan, berpikir konvergen, berpikir divergen dan evaluasi. Komponen perseptual terdiri dari aspek pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang waktu, keluasan dan kecepatan mempersepsi. Sedangkan komponen psikomotorik terdiri dari aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan. Suatu bakat dibentuk oleh kombinasi dari aspek-aspek tersebut . Tinggi rendahnya suatu bakat yang dimiliki seseorang ditentukan oleh kualitas dan tiap aspek yang mendukung bakat tersebut dan juga keterpaduan aspek-aspek tersebut. (2) Minat Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke sesuatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu yang berharga
39
bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhannya (Zakiah Daradjat 2001). Menurut Bernard, minat timbul tidak secara spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar/bekerja (Sardiman A.M 1992). Seorang siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu mata pelajaran ia kemudian akan memusatkan perhatiannya yang intensif terhadap materi pelajaran tersebut yang memungkinkan siswa tadi belajar lebih giat dan akhirnya mencapi prestasi yang diinginkan. (3) Kecerdasan Banyak
orang
berpendapat,
bahwa
kecerdasan
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Terlebih-lebih pada waktu anak masih sangat muda, kecerdasan sangat besar pengaruhnya. Kecerdasan atau intelejensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Ngalim Purwanto 1987). Intelejensi menunjuk kepada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas, kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat dalam suatu
40
situasi, dalam melihat hibungan antar unsur, dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan atau tindakan (Nana Syaodih. S 2003). (4) Motivasi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Purwodarminto 2007). Motif adalah sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Menurut Tadjab (1994) Motif adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu (Tadjab 1994). Sedangkan motivasi adalah dorongan yang timbul pada saat tertentu. Sementara itu motivasi belajar adalah keseluruhan daya dorongan psikis di dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar, memberi arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan pembelajaran (Tadjab 1994). Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) Motivasi ektrinsik
41
Motivasi ektrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar siswa itu sendiri tapi suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Tujuannya tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya. Misal belajar
untuk
mendapat
hadiah,
belajar
untuk
menghindari hukuman, belajar untuk mendapat angka yang bagus dan sebagainya. (b) Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasar penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Emerd dalam (S.Nasution 2000) menuliskan : “ The reward of a thing well done is to have done it”, yang berari ganjaran bagi sesuatu yang dilakukan dengan baik ialah telah melakukannya (S. Nasution 2000). Siswa yang memilki motivasi Intrinsik akan memililki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, dan ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan
yang
menggerakkan
tujuan
tersebut
bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan
42
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik (Sudirman dalam Sardiman A.M 1992). Membangkitkan motivasi tidak mudah. Untuk itu pendidik perlu mengenal murid dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk membangkitkan motivasi sisa. Macam-macam usaha untuk membangkitkan motivasi siswa menurut S. Nasution diantaranya sebagai berikut : a) Memberi angka Banyak murid belajar untuk mencapai angka yang baik dan untuk itu berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi siswa merupakan motivasi yang kuat. b) Memberi Hadiah Hadiah memang dqapat membangkitkan motivasi bila
setiap
orang
mempunyai
harapan
untuk
memperolehnya. c) Menumbuhkan hasrat untuk belajar Kuatnya hasrat untuk belajar akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar. d) Melibatkan
anak
dalam
suatu
tugas
untuk
mendapatkan harga diri. Seorang merasa keterlibatan diri bila ia merasa pentingnya suatu tugas, dan menerimanya sebagai
43
suatu tantangan denagn mempertaruhkan harga dirinya. e) Sering membei ulangan Murid-murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau tes dalam waktu singkat. f) Mengetahui hasil Melihat grafik kemajuan, mengetahui hasil baik pekerjaan memperbesar kegiatan belajar. g) Adanya kerjasama Bersama-sama membantu
melakukan
dalam
suatu
tugas,
bantu-
menunaikan
suatu
tugas,
mempertinggi kegiatan belajar. h) Tugas yang challenging Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kesanggupan anak, dapat merangsang anak untuk mengeluarkan segenap tenaganya. i) Pujian Pujian sebafgai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik. Pujian juga dapat memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak. j) Teguran
44
Teguran digunakan untuk memperbaiki anak yang membuat
kesalahan,
yang
malas
dan
tidak
berkelakuan baik. Namu teguran harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana agar jangan merusak harga diri anak. k) Hukuman Hukuman merupakan bentuk motivasi yang buruk dan dapat merusal anak, serrta mengurangi harga diri anak. l) Menumbuhkan minat Pelajaran akan berjalan lancar bila ada minat. Anakanak yang malas belajar dan gagal karena tidak adanya minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut ini : (1) Bangkitkan suatu kebutuhan. (2) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau. (3) Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil baik. (4) Gunakan berbagai bentuk mengajar. m) Suasana yang menyenangkan Anak-anak harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang dihargai dan dihormati. n) Adanya tujuan yang jelas
45
Motivasi selalu mempunyai tujuan. Kalau tujuan itu berarti dan berharga bagi anak, ia akan berusaha untuk mencapainya. 2) Faktor Eksternal Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang siswa. Faktor-faktor ini meliputi : a)
Alam Kondisi alam juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jauhnya jarak antara sekolah dengan rumah, baik yang ditempuh dengan berjalan kaki atau naik kendaraan yang cukup lama dapat menyebabkan kelelahan pada siswa, yang berakibat pada rendahnya konsentrasi siswa. Selain itu letak sekolah yang dekat dengan jalan raya, pasar atau tempat keramaian yang bisa berakibat pada menurunnya daya konsentrasi siswa yang berujung pada menurunnya prestasi siswa. (1) Keluarga Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Selain itu ada atu tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar juga turut memegang kekuasaan. (2) Guru dan cara mengajar
46
Peran guru atu pengajar di sekolah sangat penting pula. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswa menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai. (3) Sarana dan Prasarana di sekolah Sekolah
yang
cukup
memiliki
alat-alat
dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dan kecakapan guru dalam menggunakan
alat-alat
itu
akan
mempermudah
dan
mempercepat belajar anak. (4) Masyarakat Sama halnya dengan keluraga,
masyarakat
juga
memiliki peran dalam mensukseskan proses belajar. Kondisi masyarakat
di
lingkungan
yang
kumuh
dan
serba
kekurangan dan anak-anak penganggur, akan mempengaruhi hasil belajr siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. c. Aktivitas 1) Perlunya Aktivitas dalam belajar
47
Belajar pada prinsipnya adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi bisa dikatakan bahwa belajar berarti melakukan kegiatan. Ini berarti tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabanya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses belajar. Rousseau dalam (S. Nasution 1995) menuliskan : Segala pengetahuan Emile harus diperolehnya dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan alat-alat yang dibuatnya sendiri, drngan bekerja sendiri, membentuk sendiri..... (dalam pelejaran geografi, Emile berarti mengamati lingkungan sendiri dan mencantumkannya dalam peta. Menurut Frobel dan Montessori dalam (Sardiman 1992) menuliskan : a.
Frobel mengatakan bahwa manusia sebagai pencipta. Secara alami anak didik memenag ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utamanya adalah bekerja sendiri.
b.
Montessori menegaskan bahwa anak-anak itu memiliki tenagatenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.
2) Prinsip Aktivitas dalam Belajar Menurut Sardiman (1992) menuliskan bahwa prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Olek karena itu fokus
48
perhatiannya adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam belajar-mengajar, yakni siswa dan guru. a) Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama Menurut John Locke jiwa seseorang bagaikan kertas putih yang tak bertulis ( konsep tabularasa). Kertas putih itu kemudisn akan mendapatkan coretan dari luar. Unsur dari luar tersebut adalah guru.Selanjutnya Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukumhukum asosiasi. Dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Relevansinya dengan konsep Locke, bahwa gurulah yang aktif menyampaikan tanggapan-tangapan itu. Dari dua konsep di atas dikombinasikan dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. b) Menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern Aliran ini menerjemahkan jiwa manusia itu sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh Karena itu secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. 3) Jenis Aktivitas belajar Banyak jenis aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah, tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam (S. Nasution
49
1995) menuliskan aktivitas peserta didik di sekolah antara lain (S. Nasution 1995) : a) Visual
activities,
seperti
membaca,memperhatikan:
gambar,
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b) Oral activities, seperti menyatakan, merumusakn, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi. c) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, dan pidato. d) Writing activities, seperti menulis karangan, mngerjakan tes, angket dan menyalin. e) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik,membuat peta dan diagram pola. f)
Motor
activities,
seperti
melakukan
percobaan,
bermain,
berkebun, dan membuat konstruksi. g) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. h) Emotional activities,
seperti menaruh minat, gembira, berani,
tenang dan sebagainya. d. Ragam Teknik Evaluasi Untuk Menentukan Hasil Belajar Prestasi belajar akan dapat diketahui apabila dilakukan evaluasi belajar atau test. Tujuan dari evaluasi adalah mengetahui sejauh mana kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang harus dicapainya (Sumadi Suryabrata 2007). Berdasarkan hasil itu selanjutnya ditentukan
50
apakah anak didik tersebut cukup memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dimaksudkan ke dalam kategori tertentu. Adapun ragam teknik evaluasi menurut Suharsimi Arikunto(1995) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tes diagnostik, formatif, dan tes Sumatif : 1) Tes diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahankelemahan tersebut dapat dilakukan perlakuan yang tepat. 2) Tes Formatif Tes Formatif adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Tes formatif ini diberikan pada akhir setiap program. 3) Tes Sumatif Tes Sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok pembahasan yang telah diajarkan selama satu semester. 3. Pengertian Fikih a.
Beberapa definisi atau pengertian tentang Fikih yaitu: 1) Fikih adalah ilmu tentang hukum Islam (Purwodarminto 2007) 2) Fikih adalah merupakan salah satu cabang ilmu Agama Islam; 3) Fikih adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum kukum Islam;
51
4) Fikih adalah pengetahuan tentang syariat – syariat Islam; 5) Fikih ibadah adalah ilmu yang mempelajari tentang pengenalan dan pemahaman tentang cara
pelaksanaan rukun Islam yang benar dan
baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. 6) Fikih muamalah adalah ilmu fikih yang mempelajari tentang pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. b.
Pengertian Ibadah Menurut
W.J.S. Purwodarminto
menyatakan bhakti kepada
ibadah adalah perbuatan untuk
Allah Swt
yang dilandasi ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. c.
Haji Haji menurut bahasa menyengaja sesuatu Menurut syara’ atau istilah haji adalah sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan amalan ibadahdengan syarat-syarat yang tertentu (Sulaiman Rasjid 1994). Jadi ibadah haji adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan ibadah ditanah suci Mekah dengan syarat-syarat dan tatacara tertentu serta untuk melaksanakan rukun islam yang kelima. 1.
Tata Cara Haji Ibadah haji merupakan ibadah yang paling berat, karena memerlukan kesiapan seseorang dalam berbagai hal. Baik dari segi biaya yang cukup besar, tenaga , waktu dan kesehatan.
52
a.
Ketentuan Ibadah Haji Haji berarti menuju atau mengunjungi suatu tempat. Dalam hukum islam, haji berarti ziarah ke Baitullah, Mekah untuk menjalankan ibadah dengan cara dan waktu tempat tertentu. Ibadah haji merupakan rukun islam yang ke lima yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu melaksanakannya. Bagi muslim yang memiliki kemampuan melaksanakan ibadah haji yang kedua dan seterusnya ibadahnya merupakan sunnah semata. Ibadah haji dilaksanakan pada bulan-bulan yang telah ditentukan Allah SWT yaitu bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah.
1.
Syarat Haji
Setiap muslim yang melakukan ibadah haji harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Islam Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib atau tidak sah melaksanakan ibadah haji. 2) Berakal Sehat Orang yang gila atau tidak berakal sehat tidak sah melaksanakan ibadah Haji
53
3) Balig Anak yang belum balig tidak diwajibkan melaksanakan ibadah haji. 4) Mampu (istita’ah) Arti mampu adalah memiliki bekal kehidupan dan perjalanan ke tempat tujuan . yang dimaksud mampu dalam melaksanakan haji adalah: a) Mampu jasmani dan rohani; b) Memiliki bekal yang cukup untuk pulang pergi ke Mekah dan keluarga yang ditinggalkan; c) Ada kendaraan d) Aman dalam perjalanan; e) Bagi wanita harus disertai dengan muhrimnya atau wanita lain yang dipercaya. 2.
Rukun Haji dan Wajib Haji Rukun haji merupakan serangkaian perbuatan yang harus dilakukan dalam Ibadah haji yang tidak dapat diganti. Apabila ada rukun haji yang tidak dikerjakan maka hajinya batal dan harus diulang tahun depan. Rukun haji meliputi: ihram, tawaf, sai, tahalul dan tertib.
a.
Rukun Haji a) Ihram
54
Ihram adalah berniat memulai melakukan ibadah haji dengan mengenakan pakaian ihram yang terdiri atas dua helai kain putih tidak dijahit (bagi laki-laki). Pakaian ihram bagi perempuan menutup seluruh tubuhnya , kecuali muka dan telapak tangan. b) Wukuf Wukuf adalah tinggal di Arafah sejak saat matahari terbenam tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah) sampai terbit fajar hari Nahar (tanggal 10 Zulhijah). c) Tawaf Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. d) Sai Adalah berlari-berlari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak tujuh kali, yang dimulai dari bukit safa berakhir di bukit Marwah. e) Tahalul Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dibolehkan atau dihalalkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selam berihram. b.
Wajib Haji Wajib haji tidak dilaksanakan, hajinya tidak batal tapi wajib membayar dam (denda). Wajib haji meliputi berbagai kegiatan berikut:
55
a) Melakukan ihram sesuai dengan miqat yang ditentukan; b) Bermalam di Muzdalifah sesudah tangah malam; c) Melempar jamrah’ aqabah pada hari raya Idul Adha; d) Melempar tiga jumrah pada hari Tasrik (tanggal 11, 12, 13 Zulhijah) setelah matahari condong ke barat; e) Bermalam atau (mabit) dimina selama dua atau tiga malam pada hari Tasrik; f) Melakukan Tawaf Wadak 9 Tawaf perpisahan bagi mereka yang meninggalkan Mekah); g) Meninggalkan segala larangan di musim haji. 3.
Amalan- Amalan Ibadah Haji
Amalan- amalan ibadah haji yang wajib diketahui adalah: 1) Amalan menjelang Ihram a)
Mandi menjelang mulai Ihram
b) Memotong kuku, mencukur kumis, mencabut rambut ketiak dan mencukur rambut disakitar kemaluan. c)
Memakai pakaian ihram.
d)
Niat
e)
Mengulang- ulang kalimat talbiyah. Kalimat talbiyah sebagai berikut:
56
Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji,nikmat dan segenap kekuasaan adalah milikmu. Tidak ada sekutu bagi-MU 2) Amalan ketika wukuf Wukuf berarti berhenti atau berdiam sebentar di Padang Arafah. Wukuf tersebut dilaksanakan dengan cara berikut: a)
Pada tanggal 8 Zulhijah, seluruh jamaah haji diberangkatkan menuju Padang Arafah setelah melaksankan ibadah zuhur dan Ashar.
b) Wukuf dilakukan pada tanggal 9 Zulhijah. c)
Saat melakukan wukuf, hendaknya kita mengerjakan salat Zuhur Asar dijamak takdim (digabung dan diringkas).
d) Sesudah matahari terbenam, jamaah haji menuju Muzalfah untuk bermalam. 3) Amaln ketika di Muzalifah ( Tanggal 10 Zulhijah) a)
Memperbanyak membaca talbiyah, zikir, takbir, tahlil, tahmiddan Al-Quran;
b)
Mencari dan mengambil kerikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jamrah.
57
4) Amalan ketika di Mina a) Melontar ketiga jamrah dengan kerikil; b) Tujuh batu dilontarkan satu persatu; c) Melontar dengan tertib dimulai dari jamrah pertama, kedua dan ketiga (ulu, wusta dan aqabah); d) Membayar dam bagi yang belum menyembelih hewan kurban. 5) Amalan ketika Tawaf Tawaf adalah mengelilingi kakbah sebanyak tuju kali. Beberapa hal yang berkaitan dengan tawaf adalah: a) Niat hendak melakukan tawaf; b) Suci dari hadas dan kotoran; c) Menutup aurat; d) Tawaf di baitullah harus di dalam masjidil haram; e) Dilaksanakan dalam tuju kali tyanpa berhenti; f) Mencium hajar aswad jika situasi dan kondisi memungkinkan; g) Selesai tawaf, melakukan salat dua rakaant dibelakang maqam Ibrahim. 6) Amalan ketika Sai a) Niat hendak melakukan sai; b) Sai harus dilaksanakan pada keadaan suci; c) Sai dilaksanakan setelah tawaf; d) Memperbanyak doa dan zikir e) Berhenti di safa dan marwahuntuk berdoa.
58
7) Amalan dalam tahalul Amalan tahallul adalah memotong rambut paling sedikit 3 helai dan bagi laki-laki lebih utama mencukur habis rambutnya (Anis Tanwir Hadi 2009 ). 4. Pengertian Metode Kooperatif tipe Jigsaw a. Pengertian Metode Metode adalah cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan (Winarno Surakhmad 1986). Pengertian lain dari metode adalah cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Slameto 2003) Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Definisi lain dari metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan atau menyajikan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, untuk mencapai kompetensi dasar (W.S Winkel 1984). Metode Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau seorang instruktur. Sedangkan metode mengajar adalah tehnik penyajian yang dilakukan guru untuk mengajar / menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Mansur 1995).
59
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah segala upaya atau usaha yang tepat dan cepat yang dapat dilakukan guna menuju tercapainya tujuan pembelajaran. b. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Model
pembelajaran
yang
dimaksud
adalah
yang
bisa
meningkatkan kemampuan akademik, melatih kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik. Sistem pengajaran model kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson dalam (Sahiri 2009) pembelajaran kooperatif adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
60
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih (Ahmad Sudrajat 2007). Dalam pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan- ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dalam kelompoknya Slavin dalam (Zaenal Aqib 2007). Selanjutnya (Anita Lie 2004) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan system kerja kelompok yang menekankan pada kerjasama antar anggota kelompok. Macam- Macam Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran Kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Menurut (Zaenal Aqib 2007) macam pembelajaran kooperatif ada tiga yaitu: 1. Student Teams- Achievement Division (STAD) STAD merupakan kerja tim yang anggota kelompok heterogen dan tiap anggota tim dan dalam kegiatan pembelajaran tim dituntut untuk selalu melakukan perbaikan agar berhasil dalam menghadapi kuis (Zaenal Aqib 2007). 2. Teams- Game- Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
61
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya
dan
mengandung
unsur
permainan dan
atau
langkah-langkah
reinforcement. 3. Jigsaw c. Pengertian Jigsaw. Model
pembelajaran
adalah
suatu
pola
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Model
pembelajaran
yang
dimaksud
adalah
yang
bisa
meningkatkan kemampuan akademik, melatih kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik. Secara teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya dengan
mengembangkan
model
pembelajaran
Kooperatif.
Dalam
pembelajaran Kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Kooperatif tipe Jigsaw didasari oleh pemikiran filosofis “Getting Better Together” yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Dalam bukunya Muhammad Nur juga dijelaskan bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (Muhammad Nur 1999). Model kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
62
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Kooperatif tipe Jigsaw ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Jigsaw
merupakan
sebuah
adaptasi
dari
pembelajaran
yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran Kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain Jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran Kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut dengan konsisten menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh
63
prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian peserta didik saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara Kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Setiap kelompok akan menerima lembar ahli yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setiap anggota kelompok
yang
mendapat lembar ahli yang sama, bertemu untuk berdiskusi yang disebut kelompok ahli. Kemudian peserta didik kembali kepada kelompok asal untuk menerangkan kepada anggota kelompok asal apa yang sudah didapatkan dalam kelompok ahli. Pada strategi pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Skema pembelajaran kooperaif tipe Jigsaw
ABC DE
ABC DE
ABC DE
ABC DE
ABC DE
Kelompok asal
AAA AA
BBB BB
CCC CC
DDD DD
EEEE E
Kelompok ahli
64
1. Ilustrasi Kelompok Kooperatif tipe Jigsaw . Para anggota dari kelompok asal yang mendapatkan lembar ahli yang berbeda, bertemu dengan anggota kelompok ahli yang mendapatkan lembar ahli yang sama kemudian mendiskusikan
dalam kelompok ahli, serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelompok asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Proses ini akan berakhir jika seluruh anggota dalam kelompok asal sudah dapat memahami materi yang diberikan atau diterima dari kelompok asal yang di pelajari atau didiskusikan pada kelompok ahli sebelumnya. Setelah seluruh siswa dirasa cukup memahami, maka di akhir pembelajaran, peserta didik diberi evaluasi secara individu mencakup topik materi yang telah dibahas bersam-sama dalam kelompok. 2. Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Langkah- Langkah pembelajaran koopreratif tipe Jigsaw menurut Hisyam Zaeni (2007) adalah : a. pilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen atau bagian;
65
b. bagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah
segmen yang ada. Jika jumlah siswa 50 sementara segmen 5, maka masing- masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah terlalu banyak bagi lagi menjadi 2, sehingga setiap kelompok tediri dari 5 orang setelah proses selesai gabung kembali kedua kelompok tadi; c. setiap kelompok mendapatkan tugas membaca dan memahami materi yang berbeda- beda; d. setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok; e. kembalikan suasana kelas seperti sedia kala, kemudian tanyakan ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok; f. beri siswa pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa. Pengecekan pemahaman siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam memahami teks. Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran Kooperatif
tipe
Jigsaw adalah sebagai berikut: 1) Persiapan a)
Membuat bahan ajar Bahan ajar pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat lembar ahli yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam kelompok Kooperatif.
66
b) Menentukan nilai awal (pre test) Nilai awal diperoleh dari hasil evalusi awal peserta didik secara individual sebelum diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. c)
Menentukan Jumlah Anggota Tim. Setiap tim hendaknya terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen.
d) Menempatkan Peserta Didik Dalam Tim. Setelah menentukan jumlah kelompok, kemudian dilakukan pembagian peserta didik. Penetapan peserta didik dalam kelompok hendaknya seimbang dan heterogen terutama dilihat dari aspek kognisi peserta didik. e)
Menetapkan Peserta Didik Dalam Kelompok Ahli. Kelompok ahli dibentuk sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli dalam tugas tertentu.
f)
Menentukan nilai Akhir (Post test). Nilai akhir diperoleh dari hasil evalusi akhir peserta didik secara individual. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan nilai peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2) Tahap Pembelajaran.
67
Untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif
tipe
Jigsaw pada pembelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar, maka dapat ditempuh dengan tahapan sebagai berikut : a)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik untuk belajar.
b) Guru
menjelaskan
kepada
peserta
didik
bahwa
akan
menerapkan model pembelajaran Jigsaw, para peserta didik harus mengetahui dengan tepat tata aturan penerapan model pembelajaran Jigsaw.. c)
Guru membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik yang heterogen, yang disebut dengan kelompok asal.
d) Guru membagi lembar ahli pada tiap kelompok, tiap kelompok mendapatkan lembar ahli sesuai jumlah kelompoknya. e)
Guru meminta peserta didik yang memiliki lembar ahli yang sama untuk membentuk kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Jelas, posisi tempat duduk harus diatur sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat saling bertatap muka.
f)
Setelah selesai diskusi guru meminta peserta didik yang bekerja dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompoknya masingmasing (kelompok asal).
68
g) Kemudian
peserta
didik
itu
bergantian
mengajar
menyampaikan materi dari kelompok ahli kepada teman dalam satu kelompok (dalam kelompok asal). h) Setiap
kelompok
mengumpulkan
lembar
hasil
diskusi
kelompoknya. i)
Peserta didik bersama guru membahas lembar ahli.
j)
Peserta didik bersama guru menyamakan persepsi dan merangkum materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.
k) Guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya (Anite Lie 2004) .
3. Hubungan antara penggunaan metode kooperatif dengan hasil belajar Pendekatan kontruktivistis dalam pengajaran menerapkan kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling berdiskusii konsep- konsep itu dengan temannya Slavin dalam (Zainal Akib 2006). Menurut
Slavin dalam (Zaenal Aqib 2006) Pembelajaran kooperatif
diajarkan ketrampilan- ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada kelompok teman yang satunya dan lebih memahami materi. Selanjutnya Achmad Sudrajat (2008). Jigsaw merupakan bagian dari teknik-
69
teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. B. Telah Pustaka Wasito (2002) yang meneliti tentang keefektifan penggunaan Jigsaw Learning dalam meningkatkan kecakapan informasi kognitif pada pembelajaran IPA di SDN Kepanjen Lor IV Kotamadya Blitar, menyimpulkan bahwa kecakapan informasi kognitif para siswa meningkat tajam berkat penggunaan Jigsaw learning. Para siswa cukup termotifasi untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain dengan berusaha sekuat tenaga. Hasil penelitian dari Uzlifatul Jannah (2008) menyimpulkan bahwa penggunaan model belajar kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif terlihat dari ratarata hasil belajar peserta didik yang meningkat, pada materi pokok komposisi fungsi semester 2 kelas XI MAN Kendal, dan layak digunakan pada pembelajaran fikih. C. Kerangka Pikir Hasil belajar berubah, perubahan tersebut tergantung bagaimana siswa belajar. Perubahan juga dihasilkan dari keterlibatan dalam proses belajar mengajar. Perubahan atau hasil dari sebuah pembelajaran tidak instan melainkan suatu proses panjang. Hal ini berarti memerlukan waktu yang lama dan juga memerlukan usaha dari siswa yang menginginkan perubahan. Siswa akan sukses dalam belajar jika siswa tersebut mempunyai motivasi yang besar dalam proses belajar mengajar. Bagi siswa yang tidak meningkatkan
70
atau mampunyai keterlibatan dalam proses pembelajaran maka hasil yang baik tidak akan pernah tercapai.keberhasilan dari proses pembelajaran tidak dapat ditentukan oleh fungsi atau aturan dalam proses pembelajaran tetapi tergantung pada situasi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa. Dalam pembelajaran Materi Ibadah Haji hasil belajar siswa rendah yaitu di bawah 60. Untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan usaha untuk menciptakan suasana yang berbeda yaitu menarik dan meningkatkan keterlibatan siswa. Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar adalah dengan mengunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui metode ini diharapkan siswa akan lebih mendalami materi dan diharapkan dapat menjelaskan materi tersebut pada teman dalam satu kelompok serta pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
71
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi, Subyek dan Obyek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas V MI Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang yang siswanya berjumlah 20 anak dan terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa putri. Sebagian besar siswa MI Muhammadiyah Suruh memiliki latar belakang ekonomi yang rendah, karena sebagian besar pekerjaan wali murid siswa adalah petani dan buruh. Penelitian dilakukan di MI Muhammadiyah Suruh ini, karena di kelas V nilai rata-rata ulangan pelajaran Fikih masih di bawah KKM yaitu 65. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut penulis menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berikut daftar nama-nama peserta didik yang menjadi obyek penelitian : ( terlampir) B. Diskripsi Siklus I 1. Perencanaan Siklus I Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus I adalah : a.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b.
Menyusun pre test .(terlampir)
c.
Menyusun tes formatif . (terlampir)
72
d.
Menyiapkan bahan pembelajaran, yaitu materi tata cara ibadah haji (Ketentuan ibadah haji, syarat haji, rukun haji, dan wajib haji) yang berbentuk lembar materi yang terdiri dari : 1.
Lembar materi 1 Ketentuan Ibadah Haji 1.
Haji berarti menuju atau mengunjungi suatu tempat.
2.
Dalam hukum Islam, haji berarti ziarah ke Baitullah, Mekah untuk menjalankan ibadah dengan cara dan waktu tempat tertentu.
3.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu melaksanakannya.
4.
Bagi muslim yang memiliki kemampuan melaksanakan ibadah haji yang kedua dan seterusnya
ibadahnya
merupakan sunnah semata. 5.
Ibadah haji dilaksanakan pada bulan-bulan yang telah ditentukan yaitu bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah.
2.
Lembar materi 2 Syarat-syarat ibadah haji 1) Islam Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib atau tidak sah melaksanakan ibadah Haji. 2) Berakal Sehat
73
Orang yang gila atau tidak berakal sehat tidak sah melaksanakan ibadah Haji 3) Balig Anak yang belum balig tidak diwajibkan melaksanakan ibadah Haji. 4) Mampu (istita’ah) Arti mampu adalah memiliki bekal kehidupan dan perjalanan ke tempat tujuan yang dimaksud. Mampu dalam melaksanakan haji adalah: a)
Mampu jasmani dan rohani;
b) Memiliki bekal yang cukup untuk pulang pergi ke Mekah dan keluarga yang ditinggalkan; c)
Ada kendaraan
d) Aman dalam perjalanan; e)
Bagi wanita harus disertai dengan muhrimnya atau wanita lain yang dipercaya.
3.
Lembar materi 3 Rukun Haji a) Ihram Ihram adalah berniat memulai melakukan ibadah haji dengan mengenakan pakaian ihram yang terdiri atas dua helai kain putih tidak dijahit (bagi laki-laki). Pakaian ihram
74
bagi perempuan menutup seluruh tubuhnya , kecuali muka dan telapak tangan. b) Wukuf Wukuf adalah tinggal di Arafah sejak saat matahari terbenam tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah) sampai terbit fajar hari Nahar (tanggal 10 Zulhijah). c) Tawaf Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tuju kali. d) Sai Adalah berlari-berlari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak tuju kali, yang dimulai dari bukit safa berakhir di bukit Marwah. e) Tahalul Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dibolehkan atau dihalalkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram. 4.
Lembar materi 4 Wajib Haji Wajib haji meliputi: a) Melakukan ihram sesuai dengan Miqat yang ditentukan; b) Bermalam di muzdalifah sesudah tangah malam; c) Melempar jamrah’ aqabah pada hari raya Idul Adha;
75
d) Melempar tiga jumrah pada hari Tasrik (tanggal 11, 12, 13 Zulhijah) setelah matahari condong ke barat; e) Bermalam atau (mabit) dimina selama dua atau tiga malam pada hari Tasrik; f) Melakukan Tawaf Wadak 9 Tawaf perpisahan bagi mereka yang meninggalkan Mekah); g) Meninggalkansegala larangan di musim haji. Orang yang meninggalkan wajib haji tidak membatalkan ibadah haji tetapi harus membayar dam (denda) e.
Menyusun Lembar Pengamatan. ( terlampir ) Aktivitas yang akan dilakukan meliputi; aktivitas visual ( membaca dan memperhatikan penjelaskan guru), oral ( bertanya, menjawab pertanyaan dan diskusi), Listening ( Mendengarkan penjelasan guru dan berdiskusi), aktivitas mental ( mengingat dan memecahkan soal ).
2. Pelaksanaan Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 03 Mei 2010 dan pada hari Jumat jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00 s.d pukul 08.10 selama 70 menit dengan materi pembelajaran “ Tata cara ibadah haji(ketentuan ibadah haji, syarat haji, rukun haji, dan wajib haji) “. Jalannya pelaksanaan proses pembelajaran adalah :
76
Pertemuan pertama (Senin, 03 Mei 2010 pukul 07.00-08.10 wib) a. Kegiatan Pendahuluan 1) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca do’a 2) Mempersiapkan alat –alat pembelajaran 3) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi dasar yang diharapkan dan pemberian motivasi akan manfaat mempelajari bahan pembelajaran. 4) Guru memberikan pre-test b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan materi tentang tatacara ibadah haji secara singkat yang terdiri dari: a)
Guru menjelaskan ketentuan-ketentuan ibadah haji
b) Guru menjelaskan syarat-syarat haji c)
Guru menjelaskan rukun haji
d) Guru menjelaskan wajib haji 2) Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok secara heterogen masing-masing kelompok terdiri dari 4 anggota yang nantinya akan menjadi kelompok asal 3) Guru membagikan lembar kerja kelompok dan siswa diminta untuk mengerjakan secara berkelompok 4) Guru mejelaskan secara singkat kepada siswa bahwa dalam pertemuan ini dan pertemuan berikutnya akan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau belajar kelompok beserta tahapan-tahapanya . 5) Guru membagikan lembar materi kepada tiap kelompok asal dengan ketentuan sebagai berikut : anggota I mendapat materi tentang ketentuan-ketentuan ibadah haji, anggota II mendapat materi tentang syarat-syarat haji, anggota III mendapat materi tentang rukun haji dan anggota IV mendapat materi tentang wajib haji, kemudian anggota kelompok yang memiliki lembar materi
77
yang sama pada tiap kelompok asal bergabung untuk mempelajari materi tersebut, seperti bagan di bawah ini:
Kelompok Ahli Terdiri dari 4 Kelompok untuk Membahas dan Mempelajari Materi yang Sama
Kelompok Asal Terdiri dari 5 Kelompok Kelompok I
Kelompok Ahli Materi 1 1. 2. 3. 4.
ketentuan-ketentuan ibadah haji Syarat haji Rukun haji
5 Anggota dari materi Ketentuan-ketentuan Ibadah Haji berkumpul jadi satu
Wajib haji
Kelompok II 1. 2. 3. 4.
Kelompok Ahli Materi 2
ketentuan-ketentuan ibadah haji Syarat haji Rukun haji Wajib haji
5 anggota dari materi syaratsyarat ibadah haji berkumpul jadi satu
Kelompok III 1. 2. 3. 4.
ketentuan-ketentuan ibadah haji Syarat haji Rukun haji Wajib haji
Kelompok Ahli Materi 3 5 anggota materi rukun ibadah haji berkumpul jadi satu
Kelompok IV 1. 2. 3. 4.
ketentuan-ketentuan ibadah haji Syarat haji Rukun haji Wajib haji
Kelompok Ahli Materi 4
Kelompok V 1. 2. 3. 4.
5 anggota dari materi wajib haji berkumpul menjadi satu
ketentuan-ketentuan ibadah haji Syarat haji Rukun haji Wajib haji
Keterangan : : garis anggota 1 : garis anggota 2 : garis anggota 3 : garis anggota 4
6) Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran pembelajaran.
berlangsung
sambil
mengamati
jalannya
78
7) Menjelang sepuluh menit terakhir guru memberitahukan kepada siswa bahwa belajar kelompok untuk pertemuan ini selesai dan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. c. Kegiatan Penutup 1. Pemantapan konsep, guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. 2. Penanaman pesan moral 3. Refleksi Pertemuan kedua (Jumat, 07 Mei 2010 Pukul 07.00 – 08.10 wib) a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa bersama. 2) Guru menjelaskan secara singkat materi yang telah dipelajari sebelumnya 3) Guru memberikan semangat kepada siswa dengan menyanyikan lagu “Di sini Senang di sana Senang” secara bersama-sama b. Kegiatan Inti 1) Guru mejelaskan secara singkat kepada siswa bahwa dalam pertemuan ini masih menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 2) Guru membagikan lembar materi tentang Ketentuan, syarat, rukun, dan wajib haji kepada tiap kelompok dengan ketentuan tiap anggota kelompok mendapatkan lembar materi yang berbeda
79
sesuai dengan lembar materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. 3) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan anggota kelompok yang memiliki lembar materi yang sama untuk mempelajari materi tersebut (mengulang seperti pertemuan sebelumnya). 4) Setelah materi dipahami oleh setiap anggota kelompok ahli kemudian siswa kembali kekelompok asal untuk menyampaikan materi yang dipelajari di kelompok ahli kepada anggota kelompok asal secara bergantiaan dari perwakilan masing-masing kelompok ahli. 5) Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran baik ketika siswa di kelompok ahli maupun pada kelompok
asal
berlangsung
sambil
mengamati
jalanya
pembelajaran. 6) Menjelang dua puluh menit terakhir guru memberitahukan kepada siswa bahwa belajar kelompok dianggap selesai dan akan dilanjutkan dengan ulangan formatif (post tes), kemudian guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dalam kelompok masing- masing. c.
Kegiatan Akhir 1) Pemantapan
Konsep,
guru
pembelajaran yang berlangsung. 2) Penanaman pesan moral
menyimpulkan
kegiatan
80
3)
Refleksi
3. Pengamatan Siklus I Kegiatan pengamatan dalam siklus I adalah observasi pelaksanaan tugas pembelajaran yang dilakukan baik terhadap guru maupun siswa. Observasi terhadap siswa maupun terhadap guru dilakukan oleh guru lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi adalah: a. Observasi terhadap guru 1. Pertemuan Pertama a)
Persiapan bahan ajar, lembar materi, lembar obervasi, lembar evaluasi cukup matang.
b) Guru kurang memberi motivasi dan membimbing peserta didik saat kerja kelompok c)
Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang melakukan kegiatan di luar proses pembelajaran
2. Pertemuan kedua a)
Persiapan bahan ajar, lembar obervasi, lembar evaluasi cukup matang.
b)
Guru telah mampu memberikan motivasi kepada siswa dan maksimal dalam memberikan bimbingan.
c)
Guru telah tegas dalam menegur siswa ketika siswa melakukan kegiatan di luar pembelajaran.
b. Observasi terhadap siswa
81
1. Pertemuan Pertama a.
Pada kegiatan pra-pembelajaran masih terdapat beberapa peserta
didik
yang
belum
siap
mengikuti
kegiatan
pembelajaran b.
Saat kegiatan kelompok terdapat beberapa siswa yang kurang terlibat aktif saat kegiatan kelompok sehingga menyebabkan peserta didik kurang memahami tugas yang diberikan
c.
Dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru
beberapa siswa kurang memperhatikan perintah guru sehingga kurang disiplin dalam mengumpulkan tugas d.
Peserta didik pada pertemuan pertama ini memiliki sikap terbuka
pada
guru,
mengetahui
tujuan
dari
kegiatan
pembelajaran dan melaksanakan tindak lanjut yang diberikan guru dengan baik 2. Pertemuan kedua a.
Siswa telah siap dalam mengikuti pembelajaran.
b.
Siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga anak lebih memahami materi pembelajaran.
c.
Siswa lebih memperhatikan perintah guru.
d.
Siswa aktif bertanya dalam dalam diskusi kelompok.
4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaaan siklus I adalah : a. Hasil observasi proses pembelajaran
82
b. Hasil pre test Hasil pre test masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Target yang diharapkan adalah 100%. c. Hasil tes formatif siklus I Hasil tes formatif Siklus I masih belum menacapai target yang diharapkan. d. Catatan pelaksanaan proses pembelajaran dari dokumen pembelajaran (RPP, alat evaluasi, daftar nilai, daftar absensi, dan jalannya proses pembelajaran) 5. Refleksi Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara : a.
untuk mengatasi kekurangan dari tiap pertemuan yang telah dilakukan, maka penulis melakukan kegiatan perbaikan pada rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya;
b.
untuk mengatasi siswa yang kurang semangat dengan cara memotivasi siswa dengan memberi pujian misalnya dengan katakata: "Ayo, kamu pasti bisa dan tunjukkan kemampuan yang kamu miliki!";
c.
memberi pengarahan pada siswa agar dalam melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan bersikap lebih tegas;
83
d.
memberi arahan dan motivasi agar siswa tidak malu menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya dan juga memberikan semangat;
e.
memberikan pengertian pada siswa bahwa saat teman berbicara atau menjelaskan materi harus kita hargai;
f.
dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
g.
Adanya beberapa siswa yang belum mampu meraih Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan masih kesulitan dalam memahami, materi, sehingga memerlukan bimbingan khusus kepada siswa tersebut melalui teman kelompok baik pada kelompok asal maupun pada kelompok ahli.
h.
Keaktifan siswa belum maksimal dalam proses pembelajaran sehingga perlu dibangun motivasi belajar dengan cara memberikan award berupa pujian dan tepukan.
i.
Target 100% belum terpenuhi, maka akan dilakukan siklus II.
C. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan Siklus II a.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b.
Menyusun tes formatif
c.
Menyiapkan bahan pembelajaran, materi amalan-amalan dalam ibadah haji yang berupa lembar materi sebagai berikut: 1) Lembar materi 1
84
Amalan menjelang Ihram a)
Mandi menjelang mulai Ihram
b) Memotong kuku, mencukur kumis, mencabut rambut ketiak dan mencukur rambut disakitar kemaluan. c)
Memakai pakaian ihram.
d) Niat e)
Mengulang- ulang kalimat talbiyah. Kalimat talbiyah adalah sebagai berikut:
Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji,nikmat dan segenap kekuasaan adalah milikmu. Tidak ada sekutu bagi-MU
Amalan ketika wukuf (berdiam di padang Arafah) a)
Pada tanggal 8 Zulhijah setelah melaksankan ibadah Ashar, seluruh jamaah haji menuju padang arafah.
b) Wukuf dilakukan pada tanggal 9 Zulhijah padang Arofah.
85
c)
Saat melakukan wukuf, hendaknya mengerjakan salat Zuhur Asar dijamak takdim (digabung dan diringkas).
d) Sesudah matahari terbenam, jamaah haji menuju Muzalfah untuk bermalam. 2) Lembar Materi 2 Amalan ketika Tawaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali) a)
Niat hendak melakukan tawaf;
b) Suci dari hadas dan kotoran; c)
Menutup aurat;
d) Tawaf di baitullah harus di dalam masjidil haram; e)
Dilaksanakan dalam tuju kali tyanpa berhenti;
f)
Mencium hajar aswad jika situasi dan kondisi memungkinkan;
g) Selesai tawaf, melakukan salat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. 3) Lembar materi 3 Amalan ketika di Muzalifah ( Tanggal 10 Zulhijah) a)
Memperbanyak membaca talbiyah, zikir, takbir, tahlil, tahmid dan Al-Quran;
b) Mencari dan mengambil kerikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jamrah. Amalan ketika di Mina a)
Melontar ketiga jamrah dengan kerikil;
b) Tujuh batu dilontarkan satu persatu;
86
c)
Melontar dengan tertib dimulai dari jamrah, pertama, kedua dan ketiga (ulu, wusta dan aqabah);
d) Membayar dam bagi yang belum menyembelih hewan kurban. 4) Lembar materi 4 Amalan ketika Sai a)
Niat hendak melakukan sai;
b) Sai harus dilaksanakan pada keadaan suci; c)
Sai dilaksanakan setelah tawaf;
d) Memperbanyak doa dan zikir e)
Berhenti di safa dan marwah untuk berdoa.
Amalan ketika Tahalul a) Amalan tahallul adalah memotong rambut paling sedikit 3 helai bagi wanita. b) Bagi laki-laki lebih utama mencukur habis rambutnya(gundul). d. Menyusun Lembar Pengamatan. Aktivitas yang akan dilakukan meliputi; aktivitas visual ( membaca dan memperhatikan penjelaskan guru), oral ( bertanya, menjawab pertanyaan dan diskusi), Listening ( Mendengarkan penjelasan guru dan berdiskusi), aktivitas motorik ( menghafal melakukan suatu pekerjaan), aktivitas mental ( mengingat dan memecahkan soal ). 2. Pelaksanaan Siklus II Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Mei 2010 dan hari Jumat tanggal 14 Mei 2010 jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00
87
s.d pukul 08.10 selama 70 menit dengan materi pembelajaran “ amalan amalan dalam ibadah haji“. Jalannya pelaksanaan proses pembelajaran adalah : Pertemuan Pertama (Senin, 10 Mei 2010 pukul 07.00-08.10 wib) a. Kegiatan Awal 1) Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa bersama. 2) Mempersiapkan alat –alat pembelajaran 3) Pengkondisian siswa dengan bertepuk “siap” dan tepuk “ anak sholeh” 4) Guru bertanya pada siswa: "Amalan-amalan apa yang dilaksanakan ketika akan ikhram ? ” 5) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi dasar yang
diharapkan
dan
pemberian
motivasi
akan
manfaat
mempelajari bahan pembelajaran. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan materi tentang tatacara ibadah haji secara singkat yang terdiri dari: a)
Amalan-amalan menjelang ihram dan wukuf
b)
Amalan-amalan ketika di Musdalifah dan di Mina
c)
Amalan-amalan ketika tawaf
d)
Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
2) Guru membagikan lembar kerja kelompok dan siswa diminta untuk mengerjakan secara berkelompok 3) Guru mejelaskan secara singkat kepada siswa bahwa dalam pertemuan ini dan pertemuan berikutnya masih
menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau belajar kelompok beserta tahapan-tahapanya 4) Guru membagikan lembar materi kepada tiap kelompok asal dengan ketentuan sebagai berikut : anggota I mendapat materi tentang amalan-amalan ihram dan wukuf, anggota II mendapat
88
materi tentang Amalan-amalan ketika di Musdalifah dan di Mina, anggota III mendapat materi tentang Amalan-amalan ketika tawaf, dan anggota IV mendapat materi tentang Amalanamalan ketika sai dan tahalul, kemudian anggota kelompok yang memiliki lembar materi yang sama pada tiap kelompok asal bergabung untuk mempelajari materi tersebut, seperti bagan di bawah ini:
Kelompok Asal Terdiri dari 5 Kelompok 4 Anggota tiap Kelompok
Kelompok Ahli Terdiri dari 4 Kelompok untuk Membahas dan Mempelajari Materi yang Sama
Kelompok Ahli Materi 1
Kelompok I 1. Amalan ikhram dan wukuf 2. Amalan di Musdalifah dan di Mina 3. Amalan ketika tawaf 4. Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
KelompokII 1. Amalan ikhram dan wukuf 2. Amalan di Musdalifah dan di Mina 3. Amalan ketika tawaf 4. Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
Kelompok III 1. Amalan ikhram dan wukuf 2. Amalan di Musdalifah dan di Mina 3. Amalan ketika tawaf 4. Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
Kelompok IV 1. Amalan ikhram dan wukuf 2. Amalan di Musdalifah dan di Mina 3. Amalan ketika tawaf 4. Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
Kelompok V 1. Amalan ikhram dan wukuf 2. Amalan di Musdalifah dan di Mina 3. Amalan ketika tawaf 4. Amalan-amalan ketika sai dan tahalul
Keterangan : : garis anggota 1 : garis anggota 2 : garis anggota 3 : garis anggota 4
5 Anggota dari materi Amalan ikhram dan wukuf
berkumpul jadi satu
Kelompok Ahli Materi 2 5 anggota dari materi Amalan di Musdalifah dan di Mina berkumpul jadi satu
Kelompok Ahli Materi 3 5 anggota materi Amalan ketika tawaf berkumpul jadi satu
Kelompok Ahli Materi 4 5 anggota dari materi Amalanamalan ketika sai dan tahalul berkumpul menjadi satu
89
6) Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran
berlangsung
sambil
mengamati
jalannya
pembelajaran. 7) Menjelang sepuluh menit terakhir guru memberitahukan kepada siswa bahwa belajar kelompok untuk pertemuan ini selesai dan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. c.
Kegiatan Akhir 1) Pemantapan
Konsep,
guru
menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran yang berlangsung. 2) Penanaman pesan moral 3) Refleksi Pertemuan kedua (Jumat, 14 Mei 2010 Pukul 07.00 – 08.10 wib) a. Kegiatan Pendahuluan 1)
Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa bersama.
2)
Mempersiapkan alat –alat pembelajaran
3)
Guru bertanya pada siswa: "Masih ingatkah materi apa yang kita bicarakan pada pertemuan yang lalu ? ”
4)
Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi dasar yang diharapkan dan pemberian motivasi akan manfaat mempelajari bahan pembelajaran.
90
b. Kegiatan Inti 1)
Guru mejelaskan secara singkat kepada siswa bahwa dalam pertemuan ini masih menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
2)
Guru membagikan lembar materi kepada tiap kelompok dengan ketentuan tiap anggota kelompok mendapatkan lembar materi sesuai dengan lembar materi pada pertemuan sebelumnya.
3)
Guru meminta siswa untuk bergabung dengan anggota kelompok asal untuk menyampaikan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya kepada anggota kelompok asal secara bergantian sampai tiap anggota kelompok memahami dan mengerti materi yang dipelajari.
4)
Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran ketika siswa di kelompok asal berlangsung sambil mengamati jalanya pembelajaran.
5)
Menjelang dua puluh menit terakhir guru memberitahukan kepada siswa bahwa belajar kelompok dianggap selesai dan akan dilanjutkan post tes, kemudian guru menjelaskan secara singkat materi yang telah dipelajari dalam kelompok masingmasing.
91
c. Kegiatan Akhir 1) Pemantapan
Konsep,
guru
menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran yang berlangsung. 2) Penanaman pesan moral 3) Refleksi 3. Pengamatan Siklus II Kegiatan pengamatan dalam siklus II adalah observasi pelaksanaan tugas pembelajaran yang dilakukan baik terhadap guru maupun siswa. Observasi terhadap siswa maupun terhadap guru dilakukan oleh guru lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi adalah: a. Observasi terhadap guru 1. Pertemuan Pertama 1) Persiapan yang dilakukan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai sudah lengkap; 2) Saat kegiatan awal guru telah menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan memberikan motivasi dengan mengucapkan "Sebagai siswa yang pintar kalian harus bisa menunjukkan kemampuan kalian untuk mengajari teman kamu!"; 3) guru selalu memberikan bimbingan pada siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung; 2. Pertemuan kedua
92
1) Persiapan bahan ajar, lembar obervasi, lembar evaluasi cukup matang. 2) Pada kegiatan pembelajaran yang terakhir ini sudah berjalan lancar dan sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP b. Observasi terhadap siswa 1. Pertemuan Pertama 1) Saat kegiatan akhir guru bersama siswa melaksanakan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung; 2) Dalam
kegiatan
pembelajaran
ini
siswa
juga
telah
menunjukkan sikap yang sesuai dengan harapan guru dan dalam kegiatan kelompok lebih bisa terlibat aktif 2. Pertemuan kedua 1)
Siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.
2)
Dari siklus dua hasil evaluasi 100% siswa mendapatkan nilai sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu 65. Hasil tersebut diperoleh tanpa kegiatan perbaikan dan pengayaan.
3)
Siswa telah siap dalam mengikuti pembelajaran secara kelompok.
4)
Siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga anak lebih memahami materi pembelajaran.
5)
Siswa lebih terampil dalam menyampaikan materi
93
4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaaan siklus II adalah : a.
Hasil observasi proses pembelajaran siklus II
b.
Hasil tes formatif siklus II Dari hasil tes formatif siklus II diperoleh data bahwa siswa yang tuntas ada 20 siswa berarti mencapai 100%. Yang berarti sesuai target yang diharapkan.
c.
Catatan pelaksanaan proses pembelajaran dari dokumen pembelajaran (RPP, alat evaluasi, daftar nilai, daftar absensi, dan jalannya proses pembelajaran)
5. Refleksi Jika target pada siklus II sudah terpenuhi, maka siklus dihentikan.
94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Motivasi Siswa Pengamatan terhadap motivasi siswa dilakukan pada siklus I maupun siklus II. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada siswa setiap akhir pelaksanaan siklus. Hasil dari pengamatan motivasi siswa pada mata pelajaran FIkih materi tata cara ibadah haji melalui metode kooperatf tipe jigsaw adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Hasil Pengamatan Motivasi Siklus
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Yuni wahyuningsih Wahyu Dika Rahmawan Mahmud Syarifudin Imam Prayogo Sekar Niranti Nurul Khikmah Rara Salsabila Ani Dwi Rianti Riko Ariyanto Agung Dwi Dafitri Afit Ariyandani Bayu Suseno Feri Setiawan Indah Febriyanti M. Joko Susilo Tsania umi Aulia
Nilai Siklus Siklus Jumlah I II 10 12.5 22.5 5 12.5 17.5 10 12.5 22.5 10 15 25 7.5 10 17.5 5 7.5 12.5 10 15 25 5 10 15 7.5 12.5 20 12.5 15 27.5 10 10 20 15 15 30 7.5 10 17.5 5 10 15 10 15 25 10 12.5 22.5
Ratarata
Kriteria
11.25 8.75 11.25 12.5 8.75 6.25 12.5 7.5 10 13.75 10 15 8.75 7.5 12.5 11.25
Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik
95
17 18 19 20
5 15 10 5 175 8.8
Vitylia Anggraini Zaenul Khoziin Ali Kaharudin Anton Dwi Saputra Jumlah Rata-rata
5 15 10 5 230 11.5
10 30 20 10 405 20.25
5 15 10 5 202.5 10.13
kurang Baik Cukup kurang Baik
Dari data di atas didapatkanlah hasil sebagai berikut : Tabel 8 Analisa Hasil Pengamatan Motivasi
Ratarata Siklus I Siklus II
8,80 11,50
Baik Jml Siswa 3 11
% 15% 55%
Cukup Jml % Siswa 11 55% 6 30%
Kurang Jml % Siswa 6 30% 3 15%
a. Pada Siklus I skor rata-rata siklus tingkat motivasi siswa adalah 8,80 dengan kategori cukup. Persentase baik = 15%, cukup=55% dan kurang=30%. b. Pada Siklus II skor rata-rata siklus tingkat motivasi siswa adalah 11,50 dengan kategori baik. Persentase baik =55%, cukup=30% dan kurang=15%.
2. Keaktifan siswa Observasi terhadap keaktifan siswa dilakukan pada siklus I maupun siklus II. Tujuannya adalah memperoleh data tentang tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tata cara ibadah haji dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.
96
Hasil observasi terhadap siswa disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 9 Analisis Observasi Keaktifan Terhadap Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yuni wahyuningsih Wahyu Dika Rahmawan Mahmud Syarifudin Imam Prayogo Sekar Niranti Nurul Khikmah Rara Salsabila Ani Dwi Rianti Riko Ariyanto Agung Dwi Dafitri Afit Ariyandani Bayu Suseno Feri Setiawan Indah Febriyanti M. Joko Susilo Tsania umi Aulia Vitylia Anggraini Zaenul Khoziin Ali Kaharudin Anton Dwi Saputra Jumlah Rata-rata
Skor Pengamatan I II 3 3.5 3.5 4 3 3.5 4 4 3.5 4 3 3.5 3 4 3.5 3.5 4 4 4 4 3.5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3.5 3 3 4 4 3.5 4 3 3 70.5 75.5 3.53 3.78
∑ 6.5 7.5 6.5 8 7.5 6.5 7 7 8 8 7.5 8 8 7 8 7.5 6 8 7.5 6 146 7.3
Skor Rata² 3.25 3.75 3.25 4 3.75 3.25 3.5 3.5 4 4 3.75 4 4 3.5 4 3.75 3 4 3.75 3 73 3.65
Kreteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik cukup Baik Baik Cukup Baik
Table 10 Analisa hasil Pengamatan Keaktifan
Ratarata Siklus I Siklus II
3,53 3,78
Baik Jumlah % siswa 13 65% 18 90%
cukup Jumlah % siswa 7 35 % 2 10 %
Kurang Jumlah % siswa 0 0% 0 0%
97
Berdasarkan tabel 10 tentang hasil observasi terhadap siswa, diketahui bahwa : a.
Pada siklus I skor rata-rata siklus tingkat keaktifan adalah 3,53 dengan kategori baik. Persentase baik=65%, cukup=35%, dan kurang = 0%.
b.
Pada siklus II skor rata-rata siklus tingkat keaktifan adalah 4,45 dengan kategori baik. Persentase baik = 90 %, cukup=10%, dan kurang = 0%.
3. Prestasi Belajar a.
Hasil pre test Mata Pelajaran fikih materi tatacara ibadah haji pada siswa kelas V MI Muhammadiyah Suruh sebelum pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus I dan II.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran siklus I dan II dilaksanakan pre test dalam proses pembalajaran. Hasil pre test disampaikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kemampuan awal siswa agar dapat memberikan gambaran ada dan tidaknya kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran siklus I dan II. Adapun hasil pre test adalah sebagai berikut :
Tabel 11 Perolehan Hasil Pre Test NO 1 2 3
NAMA SISWA Yuni wahyuningsih Wahyu Dika Rahmawan Mahmud Syarifudin
NILAI 50 40 50
KETERANGAN Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
98
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Imam Prayogo Sekar Niranti Nurul Khikmah Rara Salsabila Ani Dwi Rianti Riko Ariyanto Agung Dwi Dafitri Afit Ariyandani Bayu Suseno Feri Setiawan Indah Febriyanti M. Joko Susilo Tsania umi Aulia Vitylia Anggraini Zaenul Khoziin Ali Kaharudin Anton Dwi Saputra Jumlah Rata-rata
70 50 30 40 40 50 75 60 80 70 70 60 70 40 70 70 30 1115 55.75
Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Berdasarkan tabel 11 tentang nilai pre test dapat diketahui bahwa : Tabel 12 Analisa hasil Pre Test Nilai 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30
Jumlah
Persentase 0 0 0 0 1 1 6 0 2 0 4 0 4 2
0% 0% 0% 0% 5% 5% 30% 0% 10% 0% 20% 0% 20% 0% 10%
Rata-rata
55,75
99
Dari tabel 12 didapatkan hasil bahwa : Siswa yang dinyatakan tuntas ada 8 siswa, yang berarti mencapai 40 %. b.
Hasil belajar siklus I Tabel 13 Perolehan Hasil Belajar Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yuni wahyuningsih Wahyu Dika Rahmawan Mahmud Syarifudin Imam Prayogo Sekar Niranti Nurul Khikmah Rara Salsabila Ani Dwi Rianti Riko Ariyanto Agung Dwi Dafitri Afit Ariyandani Bayu Suseno Feri Setiawan Indah Febriyanti M. Joko Susilo Tsania umi Aulia Vitylia Anggraini Zaenul Khoziin Ali Kaharudin Anton Dwi Saputra Jumlah Rata-rata
Nilai 65 70 70 75 65 55 50 60 65 85 70 90 70 70 75 80 65 80 80 45 1385 69.25
Ketarangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas BelumTuntas BelumTuntas BelumTuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas BelumTuntas
Berdasarkan Tabel 13 tentang perolehan hasil belajar diketahui bahwa: Tabel 14 Analisa Hasil belajar Siklus I Nilai 100 95 90 85 80 75
Jumlah
Persentase 0 0 1 1 3 2
0% 0% 5% 5% 15% 10%
Rata-rata
69,25
siklus I
100
5 4 1 1 1 1
70 65 60 55 50 45
25% 0% 5% 5% 5% 5%
1) Nilai rata-rata naik 13.5 point atau 24,21 % dari rata-rata hasil pre test. 2) Siswa yang tuntas ada 16 orang atau 80 % dari jumlah siswa dan yang belum tuntas ada 4 siswa atau 20% dari jumlah siswa.
c.
Hasil Belajar Siklus II Tabel 15 Perolehan Hasil Belajar Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Ani Dwi Riyanti Nurul Hikmah Indah Miranti Muhammad Meidi Yuni Wahyuningsih Sekar Niranti Hikmaya Apriliyanti Lucky Permana Putra Arzi Azizul Hakim Lia Arifah Desi Wahyuningsih M. Fajar Pamungkas Mahmud Syarifudin Eko Febri Djulian David Bagas Kristiyanto Dimas Galang Jatmiko Oktaria Liana Mey Risma Susanti Wahyu Dika Rahmawan Rara Salsabila Jumlah Rata-rata
Nilai 70 85 80 85 70 80 80 75 80 90 85 100 80 75 90 80 80 90 90 70 1635 81.75
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
101
Berdasarkan tabel 14 tentang perolehan hasil belajar
siklus II
diketahui bahwa: Tabel 15 Analisa Hasil belajar Siklus II
Nilai 100 95 90 85 80 75 70
Jumlah
Persentase 1 0 4 3 7 2 3
5% 0% 20% 15% 35% 10% 15%
Rata-rata
81.75
1) Nilai rata-rata naik 26 point atau 46,6 % dari rata-rata hasil pre test dan naik 12,5 point atau 18,05 % dari rata-rata siklus I. 2) Karena nilai terendah 70 dipastikan 20 siswa mencapai KKM, atau siswa yang tuntas mencapai 100 %. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Motivasi Belajar Berdasarkan data pada tabel 7 dan 8 tentang motivasi belajar didapatkan hasil bahwa persentase tingkat motivasi siswa adalah sebagai berikut : a.
Indikator Motivasi Ektrinsik siklus I 30 % dan siklus II mengalami penurunan menjadi 15%.
b.
Indikator Motivasi Ektrinsik dan Intrinsik siklus I 55 % dan siklus II mengalami penurunan menjadi 30%.
c.
Indikator Motivasi Intrinsik siklus I 15 % dan siklus II mengalami kenaikan menjadi 55%.
102
Hal ini berarti motivasi belajar siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran mata pelajaran fikih materi ibadah haji melalui metode kooperatife tipe jigsaw. Peningkatan motivasi Intrinsik dan penurunan Intrinsik & ektrinsik, serta penurunan motivasi ektrinsik, dengan nilai rata-rata akhir 10,13 merupakan bukti bahwa motivasi siswa adalah baik. Baiknya tingkat motivasi siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sendiri. Hal ini didukung pula oleh teori yang menyatakan bahwa motivasi Instrinsik berarti : “Bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasar penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu”. Sedangkan motivasi ektrinsik karena sifatnya yang tidak langsung berhubungan dengan esensinya sehingga bukan suatu kebutuhan yang mutlak berkaitan dengan belajar. Namun Peranan baik motivasi instrinsik dan ektrinsik sangat diperlukan
untuk
mengembangkan
aktivitas
dan
inisiatif
serta
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam belajar. 2. Keaktifan Belajar Berdasarkan data pada tabel 9 dan 10 tentang keaktifan belajar didapatkan hasil sebagai berikut : a.
Kreteria Keaktifan baik pada siklus I adalah 13 siswa atau 65% sedangkan pada siklus II adalah 18 siswa atau 90% dari jumlah siswa.
103
b.
Kreteria Keaktifan cukup pada siklus I adalah 7 siswa atau 35% sedangkan pada siklus II adalah 2 siswa atau 10% dari jumlah siswa
c.
Kreteria Keaktifan kurang pada siklus I adalah 0% sedangkan pada siklus II tetap 0% Hal ini berarti keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan
selama proses pembelajaran mata pelajaran fikih materi ibadah haji melalui metode kooperatif tipe jigsaw. Persentase 65% untuk kategori baik pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 90%, dan 10% untuk kategori cukup, serta penurunan pada kreteria cukup dari 50% pada siklus I menjadi 15% pada siklus II, merupakan bukti adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw. Rendahnya keaktifan siswa pada siklus I disebabkan oleh peran guru yang masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa memiliki peran yang kurang, selain itu motivasi siswa masih banyak dipengaruhi oleh motivasi ektrinsik. Baiknya aktivitas siswa dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini didukung pula oleh teori yang menyatakan bahwa: “manusia sebagai pencipta. Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utamanya adalah bekerja sendiri”( Frobel dalam S.Nasution:2000).
104
3. Prestasi belajar Tabel 17 Perbandingan Hasil belajar Siswa Sebelum Pelaksanaan Tindakan dengan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama Siswa Yuni wahyuningsih Wahyu Dika Rahmawan Mahmud Syarifudin Imam Prayogo Sekar Niranti Nurul Khikmah Rara Salsabila Ani Dwi Rianti Riko Ariyanto Agung Dwi Dafitri Afit Ariyandani Bayu Suseno Feri Setiawan Indah Febriyanti M. Joko Susilo Tsania umi Aulia Vitylia Anggraini Zaenul Khoziin Ali Kaharudin Anton Dwi Saputra Jumlah Nilai Nilai Rata-rata
L/P P L L L P P P P L L P L L P L P P L L L
Hasil belajar Nilai Nilai Awal Siklus II 50 70 40 85 50 80 70 85 50 70 30 80 40 80 40 75 50 80 75 90 60 85 80 100 70 80 70 75 60 90 70 80 40 80 70 90 70 90 30 70 1115 1635 55.75 81.75
Berdasarkan tabel 17 tentang perbandingan hasil belajar sebelum pelaksanaan tindakan dengan hasil belajar siklus II dapat diketahui bahwa: a. Nilai rata-rata hasil belajar awal 55,75. b.
Nilai akhir siklus 81,75. Yang berarti naik 26 point atau 46,6%.
c. Siswa yang tuntas pada tes awal adalah 40%. d. Siswa yang tuntas pada tes akhir adalah 100%. Atau naik 60%. Sehingga target 90% dari siswa yang tuntas terpenuhi.
105
Hal ini berarti prestasi belajar siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran mata pelajaran fikih materi ibadah haji melalui metode kooperatif tipe jigsaw. Persentase ketuntasan pada akhir pembelajaran yang 100% dengan nilai rata-rata 81,75 dikategorikan baik. Baiknya hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah motivasi, tingkat keaktifan siswa, keadaan fisik siswa, sarana dan prasarana serta metode yang tepat serta memiliki prinsip..
Hal ini
didukung pula oleh teori yang menyatakan sebagai berikut : Proses belajar adalah kegiatan yang kompleks, namun proses belajar juga dapat dianalisa dan diperinci dalam suatu prinsip-prinsip belajar. Hal ini perlu diketahui agar kita memiliki pedoman belajar secara efisien. Beberapa prinsip belajar menurut Oemar Hamalik : 1990 adalah sebagai berikut: merupakan proses aktif. Belajar memerlukan motivasi, Belajar memerlukan bimbingan. Belajar yang efektif berati belajar dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok, Belajar memerlukan latihan dan ulangan.
105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah "Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar fikih
di kelas V dalam materi pokok ibadah haji?" Untuk membuktikan
rumusan masalah tersebut maka penulis melakukan tindakan kelas, di kelas V MI Muhammadiyah . Setelah dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat disimpulan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Fikih siswa kelas V MI Muhammadiyah tahun 2010 khususnya materi ibadah haji. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari setiap siklus. Pada kondisi awal di mana penulis belum melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran, hanya terdapat 8 siswa yang telah tuntas dalam belajarnya dan 12 siswa yang belum tuntas. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hasil belajar dapat meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa terlibat langsung dalam proses memahami materi dengan cara bekerja kelompok. Siswa juga dituntut untuk bisa mengajarkan materi yang didapatnya pada teman dalam satu kelompok. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil siklus I dengan rata–rata kelas sebesar 69.25. Pada siklus II yang menjadi perbaikan dari siklus I rata–rata kelas menjadi
106
81.75. Ketuntasan belajar yang diperoleh setelah tindakan adalah 100%. Dari hasil ketuntasan belajar siswa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa dapat tercapai 100 %.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat menyimpulkan berbagai saran agar dalam proses belajar mengajar siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajarnya ikut meningkat. Saran tersebut adalah: 1. bagi guru a. sebagai seorang guru sebaiknya dalam mengajar jangan hanya menggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional, tapi gunakan metode yang lebih berfariasi dan dapat meningkatkan keaktifan siswa seperti dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw; b. guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai; c. dengan adanya KTSP, sebaiknya dalam mengajar diadakan tindak lanjut berupa perbaikan untuk siswa yang belum tuntas dan pengayaan untuk siswa yang telah tuntas dalam belajar, agar ketuntasan mengajar 100% dapat tercapai;
107
2. bagi siswa a.
selama kegiatan pembelajaran sebaiknya siswa dapat terlibat secara aktif, tidak hanya menerima produk yang diberikan guru;
b.
sebaiknya saat memecahkan masalah yang dihadapi dilakukan dengan cara kerja sama, karena dengan cara tersebut akan mempermudah mencari pemecahannya;
3. bagi sekolah Bagi sekolah sebaiknya selalu mengadakan evaluasi dan inovasi dalam pendidikan, sehingga SDM yang dihasilkan juga ikut meningkat.
108
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Zaenal dkk. 2006. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Surabaya: CV Yrama Widia.
Akib, Zaenal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Azwar, Sarufudin 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin dkk. 2001. Pembelajaran Koopertif , Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.
Jannah, Uzlifatul. 2008. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Materi Pokok Komposisi Fungsi Semester 2 Kelas Xi Man Kendal Tahun Pelajaran 2007/2008. Semarang: IAIN Walisongo.
109
Lie, Anite. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kela. Jakarta: PT. Grafindo Widiasarana Indonesia.
Munawar. 2006. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dengan non Kooperatif Dengan Prestasi Belajar Dominan Kognitf Fikih Siswa Kelas V SDN Kecandaran 01 dan SDN Dukuh 05, Salatiga. Salatiga: Pasca Sarjana UKSW.
Nur, Muhammad, Prima Retno Wikandari. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Parminingsih. Retno. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz Genius Learning Strategy Dalam Pembelajaran Fikih Ditinjau
Dari
Sikap
Belajar
Siswa.
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rahadja dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sahiri, Isya. 2009. Macam- Macam Pembelajaran Kooperatif. http://sahirigitulohbiologi.blogspot.com
110
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Fikih
di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sofa. 2008. Pembelajaran Kooperatif dan Media Pendidikandalam Pembelajaran Fisika. http://massofa.wordpress.com.
Sudrajat Achmad. 2008. Kooperatif Learning Tehnik Jigsaw. http://achmad sudrajat.wordpress.com.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Sukirman. 2001. Perencanaan Dan Pengelolaan Pembelajaran fikih . Jakarta: universitas terbuka.
Sutrisno, Budi. 2006. Varadika Kajian Penelitian. Surakarta: UMS Surakarta.
Suyitno, Amin. 2006. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran fikih . Semarang: FMIPA UNNES.
111
Syah, Muhibbin. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. remaja rosdakarya.
.
Tim Penyusun KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Zaini Hisyam dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development).
112
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belaj. Jakarta: Rineka Cipta.
113
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Cet Ke-2, Jakarta, Bumi Aksara, Aqib, Zaenal dkk. 2006. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Surabaya: CV Yrama Widia. Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian, Cet VIII, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gredler, Margaret E. Bell, 1994. Belajar dan Membelajarkan. Terj. Munandir, Cet.2, Jakarta, Raja Grafindo,. Hadi, Anis Tanwir. 2009. Pengantar Fikih 5 untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Hadi, Sutrisno, 1989. Statistik Jilid I, Yogyakarta, Andi Offset
Hamalik, Oemar, 1990. Metoda dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jannah, Uzlifatul. 2008. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Materi Pokok Komposisi Fungsi Semester 2 Kelas Xi Man Kendal Tahun Pelajaran 2007/2008. Semarang: IAIN Walisongo. Lie, Anite. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grafindo Widiasarana Indonesia.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya. Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya. Purwodarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, , Jakarta: Balai Pustak
Sabaryanto,Dirgo.
1996.
Mengapa
Disebut
Baku
dan
Tidak
Baku?.
Yogyakarta:Mitra Gama Widya Sardiman, A.M., 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi 1, Cet ke4, Jakarta, Rajawali Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Edisi ke V, Bandung: Tarsito Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Press Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. remaja rosdakarya.
Syaodih, Nana. 2003., Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. Ke- 1, Bandung: Remaja Rosdakarya S. Nasution, 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarata:Bumi Aksara Tadjab, 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan cet 1. Surabaya: Karya Abditama
Tim Penyusun KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Winkel, W.S., 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, Zaini, Hisyam dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development).