PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X SMAN 5 PADANG DAN SMAN 2 GUNUNG TALANG
CICI NADIA PUTRI 88694/2007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Maret 2013
1
2
Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Antara Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Group Investigation Pada Siswa Kelas X SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang Cici Nadia Putri Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang (
[email protected]) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan model Group Investigation. Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran Ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung Talang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Quasi eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung Talang. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah Purposive Sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara sengaja memilih sampel tertentu (mengabaikan sampel-sampel lainnya). Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (posttest), kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji Z dengan α = 0,05. Dari hasil uji hipotesis diperoleh Zhit = 2,36 dan Ztab = 1,96 berarti Zhit > Ztab sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model Group Investigation pada mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Negeri 5 Padang dengan SMA Negeri 2 Gunung Talang. Dimana penggunaan model belajar kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan model Group Investigation. Untuk itu disarankan kepada guru untuk dapat mempertimbangkan model Jigsaw sebagai alternatif dalam proses pembelajaran, khususnya pada kompetensi dasar mendeskripsikan kebijakan pemerintah dibidang ekonomi mikro dan makro. Kata kunci: Model belajar kooperatif tipe Jigsaw, model belajar kooperatif tipe Group Investigation, hasil belajar ABSTRACT This study aimed to determine whether there are differences in result learning between students who are taught with cooperative learning model types Jigsaw with students who are taught by the model Group Investigation. The research was conducted in the learning economy class X SMA Negeri 5 Padang and SMA Negeri 2 Mount Talang. This study includes the type Quasi experimental research. The population of this study are students of class X SMA Negeri 5 Padang and SMA Negeri 2 Mount Talang. Research sampling technique was purposive sampling is a model of sample selection by means deliberately choosing a particular sample (ignoring the other samples). Types of data used is primary data that the initial test (pre-test) and final test (post-test), then the data were analyzed by using the Z test with α = 0.05. From the test results obtained hypothesis Ztab Zhit = 2.36 and = 1.96 means Zhit> Ztab so the hypothesis proposed in this study can be accepted, ie there is a difference between learning outcomes of students taught by cooperative learning model types Jigsaw with student learning outcomes Group Investigation model taught in Economics subjects of class X in SMA Negeri 5 Padang with SMA Negeri 2 Mount Talang. Where the use of cooperative learning model Jigsaw type is better than the model of Group Investigation. It is recommended for teachers to be able to consider as an alternative to the Jigsaw model in the learning process, especially on the basis of competency describes the government's policy in the field of micro and macro economics. Keywords: cooperative learning model types Jigsaw, cooperative learning model types Group Investigation, Learning Outcomes 13
PENDAHULUAN Pendidikan sebagai usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia seutuhnya, serta ikut menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2004 Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu usaha membentuk manusia seutuhnya dan dewasa. Maksudnya membangun segala aspek dan dimensi yang dimiliki oleh seseorang hingga tahap optimal dari kemampuan orang tersebut. Dewasa di sini bukanlah dewasa secara fisik tetapi dewasa secara psikologis. Dewasa secara psikologis mempunyai banyak ciri, seperti kemerdekaan berpikir, independensi dan penalaran moral yang baik. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan bahwa, maju mundurnya, baik buruknya peradaban suatu masayarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang ada pada negara yang bersangkutan. Berdasarkan hasil observasi awal, penulis melihat bahwa kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar. Metode yang digunakan masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru adalah sumber informasi, kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran hanya mendengar dan mencatat informasi yang diberikan sehingga siswa cenderung pasif, tidak memiliki aktivitas selama pembelajaran berlangsung sehingga suasana kelas tidak hidup. Dalam jangka waktu lama siswa menjadi bosan sehingga minat siswa untuk belajar Ekonomi mulai berkurang Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ekonomi sebagai akibat penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Penulis menduga rendahnya pencapaian kompetensi mata pelajaran Ekonomi disebabkan oleh pemilihan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan tidak mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan ide-ide, gagasan dan kreativitas siswa dalam belajar tidak tersalurkan dengan baik yang berakibat siswa cepat bosan dan tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan, pembelajaran yang didominasi guru, kurangnya interaksi belajar siswa dan sumber belajar yang dimiliki siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan melaksanakan program pembelajaran yang lebih menarik yang mampu merangsang keaktifan siswa dan terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga penguasaan konsep ekonomi siswa akan menjadi lebih baik. Model belajar kooperatif learning tipe (Jigsaw) adalah salah model yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model belajar aktif didesain agar siswa dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak 24
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dalam membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran lebih bermakna menghidupkan suasana kelas, meningkatkan keterampilan dan partisipasi siswa dalam proses belajar sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model belajar Kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation menuntut siswa untuk berfikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan berdiskusi dengan teman, bertanya dan berbagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya. Model belajar kooperatif tipe Group Investigation merupakan suatu model atau strategi pembelajaran yang di dalamnya siswa melakukan penyelidikan serta percobaan dengan tujuan memperoleh pemecahan-pemecahan masalah yang tengah dihadapinya secara berkelompok. Pada model belajar kooperatif tipe Group Investigation siswa diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif belajar dan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi ekonomi sehingga pemahaman dan kemampuan komunikasi ekonomi yang dimiliki siswa serta prestasi siswa khususnya dapat meningkat. . Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan pembuktian secara empiris yaitu: “apakah terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan Group Investigation pada siswa kelas X SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang”. Dari hasil pengamatan peneliti selama ini di SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung Talang, hasil belajar Ekonomi siswa pada umumnya masih rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa terlihat dari hasil ujian mid semester 1 tahun ajaran 2011-2012 yang dilakukan penulis sebelum dilakukan penelitian. Dari hasil ujian tersebut masih banyak siswa yang belum tuntas yang nilainya dibawah KKM di mana KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 5 Padang dan SMA Negeri 2 Gunung Talang adalah 75. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar Ekonomi siswa dalam pelajaran Ekonomi maka perlu usaha pemberian variasi model, metode atau strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning yang menarik atau menyenangkan, yang melibatkan siswa, yang meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa sehingga siswa mengalami sendiri pembelajaran yang dilakukannya dan diharapkan materi yang yang diajarkan dapat diterima dengan baik untuk tujuan pencapaian hasil belajar yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang banyak melibatkan siswa. Siswa dibagi kedalam kelompok- kelompok kecil, biasanya terdiri dari 3 atau 4 orang yang diberikan tanggung jawab dan saling membantu untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Tujuan pembelajaran kelompok menurut Dimyanti dan Mudjiono (2002:166) adalah: (1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. (2) Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royang dala kehidupan. (3) Menimbulkan rasa tanggung jawab pada setiap anggota kelompok. (4) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada tiap- tiap anggota kelompok. 35
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan temanteman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (dalam Trianto, 2009:73). Menurut pendapat Slavin (2005:31) “Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu bentuk pembelajaran cooperative learning (Pembelajaran Kooperatif) yang mengupayakan seorang siswa untuk membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman yang satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Misalnya dalam unit tentang Chile, satu siswa mungkin saja memiliki informasi tentang ekonomi Chile, yang lainnya tentang geografinya, yang ketiga tentang sejarah dan seterusnya. Untuk mengetahi segala sesuatu tentang Chile, siswa harus bergantung terhadap teman satu timnya”. Menurut Trianto (2009:73) langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: (a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 – 6 orang). (b)Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi dalam bentuk sub bab. (c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang di tugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. (d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. (e) Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. (f) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswasiswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Pembelajaran kooperatif lain adalah Tipe Group Investigation yang dapat membantu guru mengatasi kesulitan siswa dalam belajar, karena disini siswa juga dituntut untuk bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi. Menurut Trianto (2009:78) “tipe Group Investigation merupakan pembelajaran kooperatif yang siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka”. Menurut Suprijono (2010:93). Pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation di mulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahanpermasalahan yang dapat dikembangkan dari topiktopik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya di sepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masingmasing kelompok dan di ahkhiri dengan evaluasi. Menurut Trianto (2009:79), Dalam implementasi tipe Group Investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tetentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempersentasikan laporan kepada seluruh kelas. METODE PENELITIAN Berdasarkan masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang tahun ajaran 2011/2012. Jumlah siswa setiap kelas 46
dapat di lihat pada tabel. Data ini akan digunakan untuk pemilihan sampel penelitian. Tabel 1: Populasi Penelitian No
Kelas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Jumlah siswa 33 orang 36 orang 36 orang 36 orang 37 orang 38 orang 34 orang 34 orang 36 orang 40 orang
Nilai Ratarata 68,18 68,18 67,50 68,97 66,85 81,36 65,61 65,00 65,80 68,80
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 356 orang Sumber : Guru Bidang Studi Ekonomi SMA N 5 Padang Tabel 2. Populasi Penelitian No 1 2 3 4
Kelas
X1 X2 X3 X4 Jumlah
Jumlah siswa 34 orang 34 orang 30 orang 35 orang 133 orang
Nilai Ratarata 72,15 72,00 73,41 71,08
Sumber : Guru Ekonomi Kelas X SMA N 2 Gunung Talang
Sampel adalah bagian dari wakil populasi yang akan diteliti “Purposive Sampling” yaitu dengan cara pemilihan sampel yang sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau tujuan tertentu yaitu karena sampel ini memiliki nilai rata-rata hampir sama dan samasama tidak tuntas, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas sampel memiliki kemampuan yang hampir sama. Dimana satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Berdasarkan nilai rata-rata ujian yang relatif homogen, untuk itu dipilih dua kelas sampel, yaitu kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X10 sebagai kelas kontrol.
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis. Dimana alur dari penelitian ini adalah. Tahap Persiapan (a) Menetapkan jadwal penelitian. (b) Menyusun silabus, instrument penilaian, dan mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan materi yang akan di ajarkan untuk masingmasing kelas eksperimen dan kelas kontrol. (c) Mempersiapkan materi pelajaran ekonomi yang di ambil dari berbagai sumber buku ekonomi dan sumber lainnya. (d) Menyiapkan soal tes akhir dan melakukan uji coba Tahap Pelaksanaan. Pelaksanaan proses pembelajaran untuk kedua kelas tidak sama. Kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Tahap Pelaksanaan tes akhir. Setelah selesai mempelajari satu kompetensi dasar, maka pada pertemuan ketiga pada kedua kelompok sampel akan diberi tugas akhir berupa tes objektif. Pada tahap pelaksanaan tes akhir ini penulis mengadakan tes akhir. Setelah satu kompetensi dasar selesai maka siswa akan diberi tes akhir berupa tes objektif untuk melihat hasil belajar kedua kelas eksperimen dan kontrol. Data yang diambil adalah data berupa skor yang diperoleh dari hasil belajar siswa dengan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Hasil belajar digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. 57
Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah soal tes tertulis berbentuk objektif yang di gunakan untuk memperoleh data hasil belajar pada ranah kognitif. Di berikan pada akhir penelitian untuk mendapatkan soal tes yang baik maka di lakukan uji validitas, daya pembeda, reliabilitas , indeks kesukaran. Agar tes menjadi instrument/alat ukur yang baik maka perlu di lakukan langkahlangkah (a) Membuat kisi-kisi soal tes akhir. (b) Menyusun tes akhir berdasarkan kisi-kisi yang telah di buat. (c) Melakukan uji coba soal tes sebanyak 30. Menganalisis hasil uji coba soal tes akhir untuk menentukan soal yang layak di pakai untuk tes akhir. Menurut Suharsimi (2005:207), ”Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik dan jelek.” Analisis data yang di lakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang di ajukan dalam penelitian. Teknik analisis data yang di gunakan adalah uji kesamaan dua ratarata (uji Z) karena sampel penelitian >30. Untuk dapat melakukan uji Z, maka kedua sampel harus berasal dari distribusi populasi yang berdistribusi normal dan kedua sampel harus mempunyai variansi yang homogen. Oleh karena itu, sebelum melakukan uji Z, terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber. Selanjutnya dari hasil analisis tersebut dideskripsikan ada tidaknya peningkatan hasil belajar Ekonomi siswa dengan pembelajaran kooperatif melalui model kooperatif tipe Jigsaw, dengan melihat nilai rata-rata hasil belajar Ekonomi antara kedua kelas sampel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data hasil belajar siswa yang diperoleh setelah diadakan tes akhir yang dilakukan pada kedua kelas sampel setelah kedua kelas sampel tersebut diberikan perlakuan. Sebelumnya peneliti merancang soal untuk dijadikan instrument penelitian dengan memperhatikan kisi-kisi soal yang sesuai dengan silabus dan kurikulum mata pelajaran Ekonomi. Soal yang dirancang berbentuk soal objektif sebanyak 30 butir soal dengan 5 pilihan. Setelah soal selesai dibuat langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah uji coba penelitian. Uji coba penelitian ini peneliti lakukan di SMA pembangunan, tepatnya di kelas Xa, siswa yang mengikuti tes berjumlah 32 siswa. Setelah melakukan tes uji coba terdapat 4 soal yang di perbaiki. Setelah itu dilakukan penelitian pada sekolah SMAN 5 Padang dan SMAN 2 Gunung Talang kelas X4 sebagai kelas kontrol dan X10 sebagai kelas eksperimen. Pada pertemuan terakhir dilakukan post test pada kedua kelas sampel, hasil jawaban untuk soal post tes pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut: . Tabel 3 : Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Nilai Eksperimen Rata-rata (Mean) 43.53 Median 43 Modus 40 Standar Deviasi 9.80 Varians 96.10 Nilai Maksimum 60 Nilai Minimum 23 Sumber : Data Olahan, 2012
Kontrol 40.29 43 43, 47 8.05 64.85 57 23
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat perbedaan nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata 68
kelas eksperimen adalah 43,53 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang memperoleh nilai rata-rata 40,29 dengan selisih nilainya adalah 3,24. Untuk kelas eksperimen nilai tengah (median) yaitu 43 yang berarti bahwa 50% dari siswa kelas eksperimen memperoleh nilai di atas 43 dan 50% dari siswa kelas eksperimen memperoleh nilai di bawah 43. Median untuk kelas kontrol adalah 43 yang berarti 50% dari siswa kelas kontrol memperoleh nilai di atas 43 dan 50% dari siswa kelas kontrol memperoleh nilai di bawah 43. Nilai yang paling banyak muncul (modus) untuk kelas eksperimen adalah 40, sedangkan modus pada kelas kontrol adalah 43, 47. Standar deviasi atau penyimpangan untuk kelas eksperimen yaitu 9,80 artinya bahwa tingkat penyimpangan masing- masing nilai siswa kelas eksperimen dari nilai rata ratanya pada pretest adalah 9,80. Sedangkan pada kelas kontrol adalah sebesar 8,05, artinya bahwa tingkat penyimpangan masing-masing nilai siswa kelas kontrol dari nilai rata-ratanya pada pre-tes adalah 8,05. Dari Tabel tersebut dapat dilihat, pada kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 23 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 60, sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 23 nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 57. Pada kelas eksperimen ataupun kelas kontrol dalam pre-test ini belum ada yang mencapai Kriteria Kentuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh masingmasing sekolah yaitu tujuh puluh (75) untuk mata pelajaran Ekonomi.
Tabel 4. Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Eksperimen nilai nilai Kontrol Mean 83.38 78.43 Mean Median
83
Median
77
Modus
87, 90
Modus
73
Std
7.99
Std
9.90
Max
100
Max
97
Min 70 Sumber: Data Olahan 2012
63
Min
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa terlihat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen diperoleh nilai siswa adalah 70 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100. Sedangkan pada kelas kontrol nilai terrendah yang diperoleh siswa adalah 63 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70. Untuk rata-rata kelas pada kelas eksperimen adalah 83.38. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah 78.43. Jika dilihat secara keseluruhan maka kelas eksperiman dan kelas kontrol telah melewati batas yang ditetapkan, karena KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Standar deviasi atau penyimpangan untuk kelas eksperimen yaitu 8.00 artinya bahwa tingkat penyimpangan masing- masing nilai siswa kelas eksperimen dari nilai rataratanya pada posttest adalah 8.00. Dan pada kelas kontrol yaitu 9,90 artinya bahwa tingkat penyimpangan masing- masing nilai siswa kelas kontrol dari nilai rata- ratanya pada posttest adalah 9,90. Nilai tengah (median) pada kelas eksperimen yaitu 83, artinya bahwa 50% dari 40 siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai dibawah 83, dan 50% lainnya dari 40 siswa memperoleh nilai diatas 83. Sedangkan nilai tengah (median) pada kelas kontrol yaitu 77, artinya bahwa 50% dari 35 siswa kelas kontrol 79
memperoleh nilai di bawah 77, dan 50% lainnya dari 35 siswa memperoleh nilai diatas 77.
= 0,05, seperti yang terlihat pada Tabel 6 berikut ini :
Untuk nilai yang sering muncul (modus) pada kelas eksperimen adalah 93,90 artinya siswa pada kelas eksperimen saat posttest banyak memperoleh nilai 93,90. Sedangkan pada kelas kontrol nilai yang sering muncul (modus) adalah 73, artinya siswa pada kelas kontrol saat posttest banyak memperoleh nilai 73.
Tabel 6 : Uji Normalitas Untuk Nilai PostTest
Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan uji hipotesis secara statistik. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap hasil belajar tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). (a) Uji Normalitas uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji Lilliefors. Tabel 5: Uji Normalitas Untuk Nilai PreTest Kelas Eksperimen Kontrol
N 40 35
Lo 0.091 0.116
Ltabel 0,140 0,150
Keteranga n Normal Normal
Kelas Eksperimen Kontrol
N 40 35
Lo Ltab 0.1 0,1 el 03 0,1 40 0.1 38 50 Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012
Keterangan Normal Normal
Dari perbandingan antara Lo dan Ltabel dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen didapat Lo (Lhitung) = 0,103 < Ltabel = 0,140, hal ini berarti bahwa dari data posttest menyatakan kelas eksperimen berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Pada kelas kontrol didapat Lo (Lhitung) = 0.138< Ltabel = 0,150, hal ini berarti bahwa dari data posttest menyatakan kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal. b) Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen atau tidak.Hasil perhitungan homogenitas pretest dapat dilihat pada Tabel 7 berikut Tabel 7 : Uji Homogenitas Untuk Pretest Kedua Kelas Sampel Test Pretest
Fhit 1,48
Ftab 1,75
Kesimpulan Homogen
Sumber : Pengolahan Data 2012
Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012
Dari perbandingan antara Lo dan Ltabel dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen didapat Lo (Lhitung) = 0,091 < Ltabel = 0,140, hal ini berarti bahwa dari data pretest menyatakan kelas eksperimen berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Kelas kontrol didapat Lo (Lhitung) = 0.116< Ltabel = 0,150, hal ini berarti bahwa dari data pretest menyatakan kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap sampel nyata diperoleh harga Fhitung = 1,45 dengan taraf nyata α= 0,05 dengan dk pembilang 40 – 1 = 39 dan dk penyebut 35 – 1 = 34 dari daftar distribusi didapat F(1- )(n1-1)(n21) = F(0.95)(30.33) = 1,48. Dengan demikian Fhitung < Ftabel yang berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil perhitungan homogenitas posttest dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Dari uji normalitas yang dilakukan maka didapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata α 810
Tabel 8: Uji Homogenitas Posttest Untuk Kedua Kelas Sampel Test Post test
Fhit 1,53
Ftab 1,75
Kesimpulan Homogen
Sumber : Pengolahan Data 2012
Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap sampel nyata diperoleh harga Fhitung = 1,04 dengan taraf nyata α= 0,05 dengan dk pembilang 40 – 1 = 39 dan dk penyebut 35 – 1 = 34 dari daftar distribusi didapat F(1- )(n1-1)(n2-1) = F(0.95)(30.33) = 1.53. Dengan demikian Fhitung < Ftabel yang berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. c.)Uji Hipotesis, Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar ekonomi siswa menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan model Group Investigation digunakan Uji Z. Uji Z ini digunakan apabila memiliki jumlah sampel besar dari Tabel 9: Uji Hipotesis Kedua Kelas Sampel Kategori Test Zhit Ztab Pre Test 1,56 1,96 Post Test 2,36 1,96 Sumber : Data Olahan 2012
Kesimpulan H0 diterima H0 ditolak
Berdasarkan perhitungan uji Z dengan = 0,05, untuk pretest diperoleh Zhit = 1,56 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit < Ztab artinya tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pretest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan diberikan kemampuan kedua kelas sampel adalah relatif sama. Sedangkan uji Z pada posttest diperoleh Zhit = 2,36 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit Ztab maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar Ekonomi posttest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Untuk menguji hipotesis hasil belajar siswa dari pretest berbeda dengan hasil belajar siswa posttest dilakukan uji hipotesis dengan mengambil rata- rata pretest dan posttest dari ke dua kelas sampel. Dari hasil perhitungan didapat Zhit = 2,36 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit > Ztab maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pretest siswa dengan hasil belajar posttest siswa. Berdasarkan instrumen penelitian, telah didapatkan soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen sebesar 43.78 dan kelas kontrol sebesar 40,29. Hal ini menunjukkan nilai pretest pada kedua kelas sampel tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Ini berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Setelah tes awal dilakukan kepada kedua kelas sampel, peneliti mulai melakukan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel dalam proses pembelajaran. Kelas eksperimen belajar menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw sedangkan kelas kontrol menggunakan model belajar kooperatif tipe Group Investigation Dilihat dari persiapan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam proses pembelajaran, sudah disiapkan dengan baik. Ini pun sudah terencana melalui tahap-tahap yang akan menuntun siswa untuk menggali lebih jauh tentang konsep Ekonomi yang dipelajarinya. Disamping itu juga siswa mempunyai kemampuan menarik kesimpulan sendiri terhadap materi yang dipelajari, sehingga siswa menjadi lebih paham dan mengerti serta dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar. 911
Pembelajaran dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw telah menuntut siswa untuk aktif dan guru telah memberi pengarahan, fasilitas dan mendorong siswa dalam belajar sehingga pembelajaran dengan kooperatif tipe Jigsaw ini benar-benar dapat memberikan masukan yang berarti dalam upaya meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa, meskipun dalam pelaksanaannya dibutuhkan usaha bersama antara siswa dan guru, tanpa adanya kemauan atau motivasi dari siswa dalam belajar dengan model ini. Model yang digunakan guru dalam mengajar akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sesuai dengan pendapat Sagala (2003:201) yang mengatakan bahwa tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahkan masalah-masalah dalam belajaranya, memerlukan suatu model dalam proses pembelajaran. Wahab (2007:86) mengatakan bahwa memlilih dan menggunakan model mengajar adalah kiat guru berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman mengajarnya yang sebenarnya telah menyatu dengan dirinya. Oleh sebab itu pada akhirnya tentu yang terbaik adalah mengombinasikan berbagai metode dan teknik mengajar disesuaikan dengan tuntunan kebutuhan dan keadaan siswa serta karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan. Dalam hal ini model mengajar yang baik adalah metode yang paling dikuasi guru. Pada pembelajaran model kooperatif Jigsaw siswa lebih aktif untuk mengeluarkan pendapat mengenai tugas yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran terkait dengan materi yang dipelajarinya. Pada saat diskusi kelas berlangsung siswa berani tampil dalam kelompok masing-masing menyampaikan informasi yang telah di diskusikan pada kelompok ahli terhadap keloompok asal sebelumnya. Sehingga pada saat guru
menyimpulkan pelajaran, siswa tersebut dapat secara langsung menghubungkan materi yang telah disampaikan guru dengan tugas yang telah mereka bahas sebelumnya. Pada model pembelajaran Jigsaw ini tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara pribadi. Namun pada dasarnya kedua model pembelajaran ini dari pendekatan pembelajaran kooperatif tersebut dapat merangsang siswa terlibat secara aktif untuk bekerjasama, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruk sendiri pemahaman mereka secara bersama-sama. Hal ini sejalan dengan prinsip belajar yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) bahwa “belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam belajar siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati dan terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya”. Sehubung dengan itu Sardiman (2009:20) juga mengemukakan bahwa “belajar akan lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri, jadi tidak verbalistik”. Sedangkan pada kelas kontrol, proses pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Tipe Group Investigation ditandai dengan adanya struktur tugas mengacu pada cara pembelajaran itu di organisasi dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Sedangkan tujuan kooperatifnya terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka yang dengan bekerja sama dalam kelompok dan selain itu peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif 1012 0
dalam Kegiatan Belajar Mengajar cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model kooperatif tipe Group Investigation, cocok digunakan untuk materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi mikro dan makro. Pada kompetensi Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi mikro dan makro, siswa diminta aktif untuk menjelaskan konsep ekonomi mikro dan ekonomi makro, perbedaan ekonomi mikro dan makro,pengertian ekonomi mikro dan ekonomi makro, contoh ekonomi mikro dan makro di masyarakat, masalahmasalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi, serta mencari pemecahan masalah yang dihadapi pemerintah dibidang ekonomi. Selain aktif menjelaskan, pada model ini siswa dituntut berfikir kritis dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul, sehingga tujuan dan indikator pembelajaran yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Dalam kedua model pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan termotivasi untuk meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan penghargaan yang diberikan.
Hal ini sejalan dengan prinsip belajar yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) bahwa “belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam belajar siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati dan terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya”. Sehubung dengan itu Sardiman (2009:20) juga mengemukakan bahwa “belajar akan lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri, jadi tidak verbalistik”. Setelah kedua kelas sampel mendapat perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelompok diberi tes hasil belajar. Dari hasil belajar tersebut, didapatkan rata-rata nilai post test kelas Jigsaw sebesar 83.38 dan kelas Group Investigation sebesar 78.43. Rata-rata nilai post test tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas Jigsaw dengan kelas Group Investigation. Nilai rata-rata kelas Jigsaw lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas Group Investigation. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan model kooperatif tipe Group Investigation pembagian kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu karena itu pembagian kelompok diserahkan kepada siswa sehingga siswa cenderung memilih-milih teman untuk dijadikan anggota kelompok sedangkan pembagian kelompok pada model Jigsaw dipilih secara acak oleh guru. Pada model Jigsaw siswa bertanggung jawab secara individu terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru sedangkan pada model Group Investigation pertanyaan yang diberikan oleh guru merupakan tanggung jawab kelompok, sehingga cenderung siswa yang mengerjakan tugas tersebut hanya 1 atau 2 1113 0
orang saja, dan anggota kelompok lainnya banyak mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran pada saat itu. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa dari segi model mengajar, bahwa model belajar kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari model belajar kooperatif tipe Group Investigation.. Ini sesuai dengan penelitian Efi (2007), bahwa dengan penerapan model belajar kooperatif tipe Jigsaw hasil belajar siswa meningkat. Selama penelitian berlangsung ada beberapa hambatan yang ditemukan. Hal ini terjadi karena peneliti belum memiliki banyak pengalaman dalam proses belajar mengajar. Adapun hambatan yang ditemui peneliti pada saat melakukan penelitian adalah (1) Pada awalnya cukup sulit membangkitkan semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran baik di kelas Jigsaw maupun di kelas Group Investigation. (2) Sulit untuk membentuk kelompok secara heterogenitas karena siswa cenderung memilihmilih teman untuk dijadikan anggota kelompok. (3) Kurangnya sumber pembelajaran seperti buku paket yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya. (4) Kendala utama yaitu penggunaan waktu yang kurang efektif dan efisien, waktu dalam proses pembelajaran tersita karena penataan kelas sebelum proses pembelajaran dimulai.
siswa yang menggunakan pembelajaran Group Investigation,dimana pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan pembelajaran Group Investigation. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa (1) Dalam proses pembelajaran, guru bidang studi dapat menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada standar kompetensi memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi mikro dan makro (2) Dalam mencapai peningkatan hasil belajar siswa perlu adanya partisipasi dari berbagai pihak yang berkaitan terutama kepala sekolah. Untuk itu kepala sekolah agar dapat mempertimbangkan melakukan sosialisasi atau pelatihan mengenai model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan Group Investigation. Hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan model belajar kooperatif tipe Jigsaw berbeda dengan hasil belajar Ekonomi 1214 0
DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi V Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Grafindo Persada. Irianto, Agus.2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media Group. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara. Slavin, R. E. 2005. Cooperative learning: teori, riset dan praktik. Bandung: PT Penerbit Nusa Media. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka: Jakarta. Universitas Negeri Padang. 2007. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Padang. Wahab, Abdul Azis. 2007, Metode dan Modelmodel Mengajar. Bandung : Alfa
Sari Devi Anggun. 2003. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 7 Padang Dan SMA Negeri 8 Padang. (Skripsi) Universitas Negeri Padang. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta Supriyani Feriyati . 2008. Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Dan Group Investigation (Gi) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa. (Skripsi) Universitas Sebelas Maret Surakarta 1315 0