Peningkatan Ekonomi Masyarakat …
405
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT SRIGING PATEMON GUNUNGPATI SEMARANG MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Lianah*, Anila Umriana*, Fakhrudin Aziz* Abstrak Pengabdian pada masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berbagai aspek. Tulisan ini memaparkan tentang program pendampingan terhadap petani jamur tiram. Kegiatan bertujuan mendampingi petani jamur tiram yang “mandeg” karena mengalami kendala. Program ini merupakan tindak lanjut dari program yang dilakukan oleh pendamping sebelumnya. Program ini berupaya memberikan bimbingan dan pendampingan dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi. Pendampingan ini meliputi teknis pengolahan, strategi perawatan, dan strategi pasar.Strategi dan pendekatan yang dilakukan adalah Community Based Development (CBD), Focus Group Discusion (FGD), Kemitraan, Partisipatif,dan penerapan teknologi tepat guna ( TTG). Hasil kegiatan budidaya jamur tiram kelompok tani terbukti efektif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan taraf ekonomi rakyat. Upaya ini sebagai titik tolak untuk mengembangkan usaha-usaha produktif lain yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan, tercipta lapangan pekerjaan di lingkungan sekitar, mengatasi pengangguran dan pengambangan kelompok petani jamur yang sejahtera. Kata Kunci : Peningkatan ekonomi , masyarakat, budidaya jamur tiram.
A. Latar Belakang Pengentasan kemiskinan di Indonesia mendesak untuk direalisasikan. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik per-Maret 2012 pada tanggal 27 Agustus 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang dibandingkan dengan
*
Penulis adalah Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang. * Dosen pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang. * Mahasiswa S3 IAIN Walisongo Semarang.
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
406
Lianah Dkk
penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada periode Maret 2011−Maret 2012 sedikit mengalami perubahan. Pada bulan Maret 2011, 63,20 % penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan. Sementara pada bulan Maret 2012 persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan mencapai 63,45 persen. Secara angka, kondisi kemiskinan mengalami penurunan yaitu menjadi 28,59 juta orang atau 11,6%. Namun secara kualitas, kemiskinan justru mengalami involusi dan cenderung semakin kronis. Menurut Arif Budianto, Kaukus Ekonomi PDI Perjuangan sebagaimana diungkapkan harian Kompas edisi 3/1/2013, kondisi kronis ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indeks keparahan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan yang meningkat hampir dua kali lipat selama tahun 2012. Badan Pusat Statistik mencatat, indeks keparahan pada Maret 2012 sebesar 0,36. Padahal, pada September 2012 menjadi 0,61. Kenaikan indeks ini menunjukan dua hal; pertama, semakin melebarnya kesenjangan antar penduduk miskin; kedua, semakin rendahnya daya beli dari masyarakat kelompok miskin karena ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sampai dengan batas pengeluaran garis kemiskinan yang hanya sebesar Rp 259.520 per bulan. Kondisi ini berhubungan erat dengan kondisi inflasi di pedesaan yang disumbangkan oleh oleh kenaikan harga-harga bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, dan kesehatan. Selain fakta di atas, kenaikan upah yang diterima buruh tani ataupun buruh hanya antara 1 persen dan 3 persen dalam tahun 2012. Tidak seimbangnya antara kenaikan upah yang diterima dan kenaikan harga kebutuhan dasar tersebut menjadi salah satu penyebab keadaan kemiskinan di Indonesia tak berubah banyak dari waktu-ke waktu. Solusi atas persoalan di atas antara lain melalui program swasembada pangan. Pencapaian swasembada pangan yang diprioritaskan untuk wilayah pedesaan adalah kata kunci yang harus dilakukan segera, bahwa pemerintah harus memberikan prioritas yang lebih kepada petani, terutama dengan melalui program intensifikasi yang bersifat menyeluruh dan tak partikulatif. Ini harus dimulai dari pengembangan riset dan teknologi yang Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat …
407
berbasis pertanian pangan, pengembangan infrastruktur pertanian, insentif kepada petani, sampai dengan program industrialisasi perdesaan. Melalui program swasembada pangan pula pemerintah dapat lebih mudah menjaga stabilistas harga pangan. Fakta-fakta di atas menegaskan bahwa kemiskinan menjadi masalah serius. Berbagai program sudah dilakukan, namun hasilnya belum maksimal. Persoalannya, masyarakat miskin seringkali didesain menjadi pihak yang pasif, sehingga kurang kreatif dan produktif. Atas dasar itu pula perlu kiranya ada upaya-upaya sistematis yang berorientasi pada penciptaan masyarakat yang kreatif dan produktif. Itu dapat diwujudkan dengan pendampingan masyarakat secara intensif. Pada program ini, pengusul akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat di Dusun Sriging RT 01 RW 01 Patemon Gunungpati. Dengan demikian, program pengentasan kemiskinan disetting dengan program yang produktif dan memberdayakan masyarakat, sehingga mereka tidak menjadi pihak yang pasif dan konsumtif.
B.
Analisis Situasi
Obyek dari program ini adalah masyarakat di Dusun Sriging RT 01 RW 01 Kelurahan Patemon Gunungpati Semarang. Usaha ini bergerak di bidang pembudidayaan jamur yang hasilnya berupa jamur tiram segar siap olah. Program ini telah berjalan sejak tahun 2009. LAZIS IPHI Jawa Tengah telah melakukan pendampingan terhadap para pengelola program pembudidayaan jamur tiram ini. Saat ini, pusat budidaya jamur tiram ini berlokasi di kediaman Bapak Amsori, penanggungjawab awal program. Di sana telah terdapat 2 kumbung jamur tiram. Pada produksi awal, usaha yang dikerjakan sebanyak 4 orang ini bisa memanen antara 10 – 15 kg dalam sehari. Hasil panenan tersebut kemudian dijual kepada pedagang pasar yang siap memasarkan jamur tiram tersebut di pasaran dengan harga Rp. 10.000,00 per-kilo. Uang hasil penjualan jamur tersebut dialokasikan untuk honorarium para pengelola, modal dan perawatan. Melihat tingkat ekonomi masyarakat Dusun Sriging RT 01 RW 01 Patemon yang notabenen berekonomi menengah ke bawah, program budidaya jamur tiram ini memiliki prospek cerah bagi usaha peningkatan taraf ekonomi. Dibandingkan dengan usaha serabutan yang banyak dilakukan warDimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
408
Lianah Dkk
ga dusun ini, pendapatan dari hasil budidaya terhitung menjanjikan. Wajar jika gagasan revitalisasi program budidaya jamur tiram ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Diakui oleh Amsori, tingginya permintaan pasar membuat ia dan tim kewalahan untuk memenuhinya. Selain kecilnya tingkat kerumitan pengelolaan jamur tiram, faktor gizi juga mendapatkan perhatian tersendiri. Dengan harga murah dan gizi tinggi yang dikandungnya, menjadikan jamur tiram menjadi makanan alternatif. Jadi, dengan teknik pembudidayaan yang mudah dan harga yang murah, jamur tiram menjadi usaha yang memiliki prospek cerah. Sebagai program lanjutan, pembudidayaan jamur tiram di Dusun Sriging RT 01 RW 01 setidaknya menjadi titik tolak untuk pengembangan usaha agar lebih profesional. Dengan dukungan dana yang cukup dan pendampingan yang rutin, program ini akan sangat membantu masyarakat sekitar menjadi wirausahawan atau entrepreneur yang mandiri. Kemandirian ini disebabkan oleh pendampingan-pendampingan kreatif yang terus memotivasi mereka untuk maju. Kondisi subyek dampingan ada 3 kelompok budidaya jamur tiram di Sriging Desa Patemon Gunungpati Semarang sebanyak masing-masing 4 orang. Namun karena suatu hal, hanya 2 kelompok yang produktif, yaitu kelompok keluarga Bapak Amsori dan kelompok Bapak Marsudi. Mata pencaharian penduduk sekitar adalah petani dan buruh tani. Pendapatan rata-rata kurang dari Rp 500.000 per-bulan. Keadaan rumah sangat sederhana, kurang memenuhi persyaratan kesehatan dan masyarakat belum sejahtera, yang ditandai oleh keberadaan rumah dan pendapatan perkapita masih dibawah standar yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang (BPS). Kondisi rumah terbuat dari kayu, bambu berlantai tanah dan tidak mempunyai MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat kurang sejahtera oleh uluran tangan para cendekiawan dan relawan sesuai dengan bidang keahliannya, terutama di bidang budidaya jamur tiram. Lahan milik petani jamur cukup luas. Namun karena kurang ilmu pengetahuan dan teknologi belum bisa menghasilkan hasil budidaya jamur secara maksimal. Terhitung sejak dilaunching tahun 2009, program pembudidayaan jamur tiram di Dusun Sriging RT 01 RW 01 mengalami pasang Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat …
409
surut persoalan. Berdasarkan penelitian awal yang kami lakukan, beberapa permasalahan yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: persoalan teknis terkait dengan proses budidaya; persoalan modal usaha yang terbatas; dan factor kealaman. Akumulasi dari 3 persoalan di atas sempat membuat mental para pembudidaya menjadi down karena cibiran dari masyarakat. Tidak hanya itu, kegagalan ini memunculkan perasaan trauma, sehingga perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan diri. Analisa atas 3 persoalan berikut dengan tawaran solusi di atas diharapkan efektif untuk membangkitkan semangat mereka untuk mengembangkan usaha ini menjadi lebih besar dan dikelola secara profesional.
C. Kondisi Dampingan yang Diharapkan Jenis luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pendampingan ini yaitu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran dengan mengelola potensi sumberdaya alam lokal yang ada di sekitar, terutama limbah kayu atau serbuk gergaji untuk dijadikan media tanam budidaya jamur yang mempunyai nilai gizi tinggi. Luaran berupa produk dan spesifikasinya yaitu kualitas yang terbaik pasca panen diharapkan dapat diolah lebih meningkatkan nilai ekonomi. Apabila pemberdayaan ini memberikan hasil yang diharapkan, maka kontribusi dari pemberdayaan masyarakat budidaya jamur tiram dapat mengatasi pengangguran dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Dan secara langsung menjaga keseimbangan dan mengentaskan kemiskinan. Atas 3 persoalan di atas, solusi yang ditawarkan melalui program ini adalah sebagai berikut: 1.
Pendampingan Masalah ini dapat diselesaikan dengan pendampingan yang intens oleh para tenaga ahli. Pendampingan ini meliputi teknis pengolahan, strategi perawatan, dan strategi pasar. Tiga hal ini menjadi modal dasar bagi berkembangnya usaha. Hasil pengamatan di lapangan, usaha ini tampak dikelola dengan cara-cara yang konvensional, sehingga hasilnya pun masih berada di bawah rata-rata. Maka, para tenaga ahli
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
410
Lianah Dkk akan lebih intens terjun ke lapangan guna memantau pembudidayaan yang sedang berjalan.
2.
Dana Masalah pendanaan dapat diselesaikan dengan support dana yang terukur. Terukur dalam artian dana-dana yang ada dimenej sesuai proporsinya, misalnya untuk honorarium, permodalan, perawatan, dana abadi dan sebagainya. Pengelolaan dana secara professional sangat membantu untuk memantau perkembangan program ini. Pencapaian target-target minimal dan maksimal melalui dana yang ada akan memotivasi para pembudidaya menjadi lebih giat dan bertanggungjawab. Harapannya, usaha ini menjadi pemrakarsa program peningkatan kesejahteraan masyarakat masyarakat Sriging.
3.
Kealaman Meskipun problem ini bersifat alamiah, secara teknis, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif. Langkah ini sangat berhubungan dengan solusi yang pertama; dimana pendampingan akan sangat membantu para pembudidaya untuk mengenal problem-problem umum yang sering terjadi dan mengetahui pemecahannya.
D. Landasan Teori Secara umum program pemberdayaan masyarakat tentang teknologi tepat guna tertuang dalam Inpres No. 3 tahun 2001. 1.
Strategi dan Pendekatan Beberapa strategi dan pendekatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.
b.
Focus Group Discusion (FGD), yaitu cara diskusi secara interaktif dalam melihat permasalahan yang dihadapi melalui curah pendapat para peserta untuk melakukan dan menemukan penyelesaian masalah. Kemitraan adalah bentuk kesetaraan dalam kerjasama penerapan teknologi tepat guna antara masyarakat dan pemerintah daerah atau pihak lain
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat … b.
411
Partisipatif adalah peran serta masyarakat atau kelompok masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil termasuk pembiayaannya. d. Pemahaman partisipatif kondisi pedesaan (PPKP) adalah salah satu cara untuk memudahkan masyarakat dalam menggali kebutuhan, permasalahan dan upaya mengatasi permasalahan sesuai potensi yang tersedia dengan pendekatan partisipatif. e. Pemberdayaan kelompok masyarakat adalah upaya penguatan dan peningkatan kemampuan kelompok masyarakat. f. Pendampingan merupakan suatu metode yang dilakukan oleh seorang ahli dalam setiap tahapan pelaksanaan untuk mendampingi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. g. Penerapan teknologi tepat guna / TTG adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mempercepat alih teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna teknologi (Inpres no.3 tahun 2001). h. Penguatan kelompok masyarakat adalah upaya peningkatan status kelompok / kelembagaannya secara demokratis sehingga secara teknis, organisatoris dan keuangan mampu mengelola TTG secara berkelanjutan, i. Peningkatan kemampuan kelompok masyarakata adalah upaya untuk memfasilitasi kelompok masyarakat mengembangkan kemampuan sendiri di bidang teknis keuangan manajerial, administrasi dan organisasi secara mantap dan dapat mengelola TTG secara mandiri dan berkelanjutan. j. Penyuluhan atau sosialisasi adalah pemberian informasi atau penerangan kepada masyarakat tentang cara penerapan teknologi tepat guna. k. Tahap perencanaan adalah tahap persiapan sebelum kegiatan dilakukan TTG bidang pekerjaan umum sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. l. Tahap operasi dan pemeliharaan merupakan tahap implementasi dari perencanaan penerapan TTG yang sudah disepakati. m. Tahap transparansi adalah dapat diketahuinya seluruh tahapan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan oleh banyak pihak yang berkepentingan. TTG adalah teknologi yang sesuai dengan Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
412
Lianah Dkk kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan material dan sumber daya lokal dalam menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup (Inpres no. 3 tahun 2011).
2.
Prinsip Pendekatan Penerapan Teknologi Tepat Guna Dalam melaksanakan penerapan TTG, digunakan pendekatan sebagai berikut: a.
Pendekatan berbasis masyarakat Pelaksanaan kegiatan penerapan TTG dilakukan secara partisipatif dan dialogis dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam pengambilan keputusan.
b.
Pendekatan berbasis sumber daya lokal Pelaksanaan kegiatan penerapan TTG mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal yang tersedia, misalnya sumberdaya manusia dan kelembagaan masyarakat yang ada serta material atau bahan lokal dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, sehingga terjadi proses pemberdayaan terhadap potensi lokal secara berkelanjutan.
c.
Pendekatan sosial, budaya, ekonomi dan teknologi lokal Pelaksanaan kegiatan penerapan TTG harus mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat, serta teknologi lokal secara terpadu dan sinergis sehingga dapat tercapai hasil yang optimal.
d.
Pendekatan lingkungan Pelaksanaan kegiatan penerapan TTG harus memperhatikan lingkungan seperti keterbatasan sumberdaya pencemaran lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup
e.
Pendekatan kemitraan antara kelompok masyarakat dan pemerintah atau lembaga lain Mengutamakan hubungan kerja yang setara antara kelompok
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat … 3.
413
Sasaran Sasaran yang diharapkan dengan pendekatan Community Based Development (CBD) adalah: a.
Terselanggaranya penerapan TTG yang bertumpu pada masyarakat / kelompok
b.
Terlaksananya penerapan TTG secara murah, mudah, ramah lingkungan sesuai dengan kemampuan dan kearifan lokal masyarakat
c.
Terbentuknya komunitas/kelompok masyarakat yang terorganisir untuk menyelenggarakan penerapan TTG secara mandiri dan kelanjutan
E.
Strategi, Tahapan, dan Metode
1.
Strategi Program pengabdian kepada masyarakat melalui budidaya jamur tiram di dusun Sriging RT 01 RW 01 Kelurahan Patemon Gunungpati menggunakan strategi pendekatan partisipatory, yakni pihak dampingan dan pendamping berada dalam posisi yang setara. Dampingan bukanlah obyek kajian dan pendamping bukanlah subyek. Sejak pre eliminary research telah dilakukan upaya menemukenali permasalahan secara participatory oleh kedua belah pihak. Beberapa strategi pendekatan adalah sebagai berikut: a.
b.
Community development, yaitu pendekatan yang melibatkan masyarakat secara langsung sebagai subyek dan obyek pemberdayaan. Sedang Community Based Development / CBD adalah pembangunan yang menempatkan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok sebagai penentu dan pelaku utama dimana seluruh pengambilan keputusan dan rencana tindak didasarkan atas kehendak dan kesepakatan kelompok Partisipatif, yaitu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan peran serta masyarakat secara langsung dalam proses pemberdayaan. Pendekatan ini dipilih karena masyarakatlah yang mengetahui kebutuhannya dan bagaimana memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian pihak luar hanyalah sebagai motivator dan
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
414
Lianah Dkk
c.
d. 2.
fasilitator dalam proses perubahan dan pemberdayaan masyarakat tersebut. Persuasif, yaitu pendekatan yang bersifat seruan dan ajakan tanpa unsur tekanan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup melalui kerja produktif. Edukatif, yaitu pendekatan yang menjadikan segenap kegiatan pembinaan mengandung unsur pendidikan bagi masyarakat.
Tahapan Pengabdian kepada masyarakat melalui budidaya jamur tiram di Sriging desa Patemon Gunungpati ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a.
Tahap pertama. Sosialisasi tentang pentingnya meningkatkan mutu produk dan mengemas hasil produk dalam berbagai kemasan dengan disertai pemberian contoh-contoh kemasan jamur tiram dari daerah lain disertai dengan informasi harga yang menguntungkan.
b.
Tahap kedua, Mengadakan lokakarya (pelatihan) teknis tentang pengolahan berbagai produk jamur tiram yang belum sempat diberikan pada pelatihan tahun sebelumnya.
c.
Tahap ketiga. Merubah secara bertahap metode pengolahan yang telah dilakukan selama ini dengan metode pengolahan baru, sehingga produk-produk menjadi lebih modern, variatif dan marketable.
d.
Tahap keempat. Menyediakan forum diskusi, baik dengan pendamping maupun antar-pengrajin tentang kendala teknis dalam mengolah maupun membuat kemasan yang baru.
e.
Tahap kelima. Bersama-sama dengan perwakilan anggota kelompok mengadakan penjajakan kerjasama dengan para pedagang di Kota Semarang dan mencari pelanggan tetap. Out put dari kegiatan ini adalah ditandatanginya perjanjian kerjasama dengan para pedagang dan pelanggan jamur tiram di perkotaan yang akan berguna untuk kepastian lakunya produk di pasaran.
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat … 3.
415
Metode Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program pengabdian ini meliputi: a.
Pelatihan dan workshop.
b.
Penyuluhan, dialog dan pendampingan
Adapun materi Pelatihan berupa pelatihan teori dan praktek Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
F.
Keterlibatan Kelembagaan
Program pemberdayaan ini melibatkan beberapa lembaga yaitu, Lazis (Lembaga Zakat, Infaq dan Sodaqoh) IPHI Jawa Tengah, LP2M, praktisi budidaya jamur tiram dari desa Sodong Sumowono Bandungan Pemberian insentif modal usaha produktif. Strategi yang dilakukan metode ini didukung pendekatan dan teknik pengumpulan informasi. Pendekatan yang dipakai bersifat partisipatif dan curah pendapat (Brain storming), meliputi rencana kegiatan, sasaran, fokus, peran steakholder dan tujuan. Pihak-pihak yang terkait dan Bentuk Keterlibatannya Sebagai berikut: Tabel 1: Keterlibatan Kelembagaan Kinerja Kemitraan No
Nama Lembaga
Bentuk Keterlibatan
1.
LAZIS (Lembaga Zakat, Infaq dan Sodaqoh) IPHI Jawa Tengah
Membantu menalangi dibidang pendanaan / modal untuk budi daya Jamur Tiram satu paket 3400 log sebesar RP.6.500.000,- (Enam Juta lima ratus ribu rupiah) dan dibiayai oleh Lazis dan LP2M.
2.
LSM Praktisi budidaya jamur Tiram dari desa Sodong Sumowomo Bandungan
Memberikan praktek pelatihan dan pembuatan alat serta mencarikan media dan bibit jamur.
3.
Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Membantu Memberikan teknik pelatihan Mikrobiologi jamur
4.
LP2M IAIN Walisongo Semarang
Memberikan arahan dan menjembatani tentang administrasi dan inventarisasi serta
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
416
Lianah Dkk melengkapi dana kekurangan sebesar RP. 3.000.000,-(Tiga juta rupiah)
5.
Kelompok Peneliti
Menjadi pendamping dari awal sampai berhasil
6.
Kelompok Usaha /pedagang
Ikut peran serta dalam mendukung pemberdayaan budi daya jamur tiram
7.
Dinas Perindustrian Kab Semarang
Memberikan pelatihan dan sarana pengolahan produk pasca panen
G. Pelaksanaan Program 1.
Profil Desa Dampingan
Desa Patemon merupakan bagian dari 15 desa di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Desa Patemon termasuk dalam daftar klasifikasi desa swadaya, yang sudah cukup maju. Desa Patemon ini merupakan daerah berbukit-bukit dengan letak dusun yang berjauhan. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan pedagang. Jumlah penduduk yang tercatat sampai saat ini adalah 2940 jiwa. Desa Patemon terdiri dari 10 dusun yaitu dusun Patemon, dusun Jetis, dusun Losari, dusun Buntit, dusun Nalan, dusun Surodadi, dusun Wates Kulon, dusun Wates Wetan, dusun Tritis, dan dusun Manggung. Desa Patemon mempunyai wilayah seluas 372,380 Ha yang terdiri dari Ladang seluas 233,000 Ha, Pekarangan 139,380 Ha dan makam 1 Ha, dan berbatasan dengan Ds. Karangduren Kec. Tengaran di sebelah Timur, Ds. Jetak Kec. Getasan di sebelah Barat, Dsn. Butuh Kec. Tengaran di sebelah selatan dan Ploso Kodya Salatiga sebelah utara. 2.
Waktu Pelaksanaan
Program Pengabdian berupa pendampingan budidaya jamur tiram bagi kelompok tani di Sriging desa Patemon Gunungpati Semarang ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 sampai bulan Mei 2013. 3.
Organisasi Pada program ini terdapat 3 organisasi yang terlibat:
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat …
417
a.
Fasilitator, adalah organisasi yang memfasilitasi kegiatan dan pendanaan program budidaya ini. Fasilitator terdiri dari Lazis Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Tengah dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M).
b.
Pendamping, adalah tim peneliti yang memberikan pendampingan sejak awal hingga panen dan program pengolahan pasca panen. Tim ini terdiri dari:
c.
1.
Lianah, M.Pd, Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang.
2.
Anila Umriana, M.Pd, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang.
3.
H. Fakhrudin Aziz, Lc., MSI, Mahasiswa Program Doktoral di IAIN Walisongo Semarang
Kelompok Budidaya Jamur Tiram, adalah kelompok tani di Sriging desa Patemon Gunungpati Semarang yang menjadi obyek program pengabdian kepada masyarakat. kelompok ini terdiri dari: 1.
Keluarga bapak Amsori, yang mendapatkan bantuan sebanyak 3400 log
2.
Keluarga bapak Marsudi, yang mendapatkan bantuan sebanyak 1500 log
3.
Keluarga bapak Arif (belum berjalan karena kendala teknis)
Demi tercapainya target panen yang diinginkan, masing-masing kelompok diberikan pelatihan tentang budidaya jamur tiram, misalnya pembuatan log dan kumbung, perawatan, panen hingga pengolahan pasca panen. Prosedur pembuatan log/loging adalah sebagai berikut: Pembuatan Log/loging: Pencampuran Bahan (Serbukgrajen, Katul, Dolomit), Fermentasi/ pentapean, Sterilisasi/bebas kuman, Inokulasi/ Pembibitan, inkubasi/ Penumbuhan Miselium, Permanen dan Penanganan Pasca Panen. 4.
Pembiayaan
Untuk menopang kebutuhan awal budidaya jamur tiram ini, kelompok tani tersebut mendapatkan bantuan hibah dari Lazis IPHI Jateng dan LP2M IAIN Walisongo Semarang sebesar Rp. 6.500.000,00. Biaya ini dialoDimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
418
Lianah Dkk
kasikan untuk pembuatan kumbung, log (sebanyak 4900 log) dan operasional.
H. Hasil Kegiatan Budidaya 1.
Pendapatan dari budidaya
Pendampingan budidaya jamur tiram yang diberikan sejak bulan Oktober 2012 sampai bulan Mei 2013 memperlihatkan hasil sebagaimana dalam tabel sebagai berikut: a.
Kelompok Bapak Amsori No.
Bulan
Jumlah Pendapatan
Jumlah Pengeluaran
1.
Desember
Rp. 1.097.000,00
Rp. 130.000,00
2.
Januari
Rp. 2.092.500,00
Rp. 200.000,00
3.
Februari
Rp. 2.340.000,00
Rp. 2.137.500,00
4.
Maret
Rp. 535.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 6.064.500,00
Rp. 2.967.500,00
Jumlah
Saldo akhir sebesar Rp. 3.097.000,00 b.
Kelompok Bapak Marsudi
No
Bulan
1.
Desember
2.
Jumlah Pendapatan
Jumlah Pengeluaran
Rp. 521.000,00
Rp. 73.000,00
Januari
Rp. 1.100.500,00
Rp. 112.000,00
3.
Februari
Rp. 1.315.000,00
Rp. 750.500,00
4.
Maret
Rp. 210.000,00
Rp. 54.000,00
Rp. 3.146.500,00
Rp. 989.500,00
Jumlah
Saldo akhir sebesar Rp. 2.157.000,00
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat … 2.
419
Analisis Usaha a.
b. c.
d. e.
Log dibuat pada bulan Oktober 2012. Diperkirakan setelah 2 bulan jamur akan tumbuh dan akan berakhir setelah 6 bulan. Namun pertumbuhanya efektif sekitar 90 hari. Panen pertama pada bulan Desember 2012 dan panen Akhir pada bulan Mei 2013 Hasil panen 5000 log : Rata-rata Hasil Panen Efektif 10kg/hari , Hari efektifnya 90 hari ,Harga jamur 1kg Rp. 10.000,- maka dapat dihitung : 10 kgx Rp. 10.000,-x 90 hari=Rp. 9.000.000,-(Sembilan Juta Rupiah) diperkirakan modal akan kembali pada 3 kali masa panen. (pada putaran ketiga)
Setelah kembali modal, diharapkan hasil panen tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk pembuatan log baru. 3.
Hasil Budidaya Dari hasil budidaya selama 6 bulan diperoleh hasil sebagai berikut: a. Kelompok keluarga bapak Amsori - Bruto : Rp. 6.064.500,00 - Netto : Rp. 3.097.000,00 b. Kelompok keluarga bapak Marsudi - Bruto : Rp. 3.146.500,00 - Netto : Rp. 2.157.000,00
Jamur tiram memiliki kandungan gizi yang tinggi. Berikut kandungan gizi Jamur Tiram Putih (%) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Terpadu Universitas Gajah Mada Yogyakarta. a. b. c. d. e. f.
Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalori
: 2,7 : 1,6 : 56 : 11,6 : 9,3 : 265 Kal
Selain itu, jamur tiram juga dapat diolah menjadi aneka makanan dengan cita rasa yang bervariasi. Pasca panen, jamur tiram dapat diolah Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
420
Lianah Dkk
menjadi Sop, Goreng, abon, kripik, pepes, bothok, sayur, krupuk dan lainlain 4.
Kelebihan
Kelebihan dari program ini adalah cuaca yang mendukung bagi perkembangbiakan jamur. Dusun Sriging desa Patemon Gunungpati Semarang ini memiliki hawa yang sejuk dengan tingkat kelembaban yang tinggi yang berpengaruh besar terhadap produksi jamur. 5.
Hambatan
Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman dalam budidaya jamur tiram ini. Akibatnya, pada masa-masa awal panen menjadi tidak maksimal. Namun hal ini dapat ditanggulangi dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan secara intensif.
I.
Simpulan dan Rekomendasi
Dari kegiatan pendampingan dan analisis hasil budidaya jamur tiram terhadap 2 kelompok tani di Sriging Desa Patemon Gunungpati Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Bahwa kegiatan budidaya jamur tiram kelompok tani terbukti efektif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan taraf ekonomi rakyat. Upaya ini sebagai titik tolak untuk mengembangkan usaha-usaha lain yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan secara produktif berkelanjutan. Tercipta lapangan pekerjaan pada lingkungan, mengatasi pengangguran dan kemandirian kelompok petani jamur yang mandiri.
2.
Dana sebesar Rp. 6.500.000,00 yang diberikan dari Lazis dan LP2M dapat sebagai modal budidaya jamur tiram ini menghasilkan bruto sebesar Rp. 8.221.500,00 dan netto sebesar Rp. 5.254.000,00
Berdasarkan atas pengamatan selama masa pendampingan, rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1.
Hasil panen yang diperoleh hendaknya dialokasikan untuk pembuatan log baru, sehingga program terus berkesinambungan dengan memaksimalkan dana yang ada. Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Peningkatan Ekonomi Masyarakat …
421
2.
Kelompok tani yang sudah berhasil hendaknya memberikan bantuan pendampingan kepada kelompok tani lain yang belum berhasil. Selain pertimbangan solidaritas, pola ini dapat menciptakan stabilitas ekonomi yang merata dan berkeadilan
3.
Perlu didirikannya koperasi sehingga program marketing dapat termenej, termasuk juga pengolahan pasca panen
DAFTAR PUSTAKA Britha Mikkelsen, 2011, Metode penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan; Panduan bagi Parktisi Lapangan, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Departemen pekerjaan umum, 2008. Pedoman Penerapan Teknologi Tepat Guna Bidang Pekerjaan Umum, Pusat penelitian dan pengembangan sosial ekonomi, budaya dan masyarakat Greer, 1995, Charles R. Strategy and Human Resources: a General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall. Intruksi Presiden Tahun 2001 Tentang Teknologi Tepat Guna. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pekerjaan adobsi teknologi pertanian dan prasarana desa, Bengkulu 1999, proyek pengembangan bengkulu Soetomo, 2011, Pemberdayaan Masyarakat; Mungkinkah Muncul Antitesisnya? Pustaka Pelajar, Yogyakarta. --------, 2012, Keswadayaan Masyarakat; Manifestasi Kapasitas Masyarakat untuk Berkembang secara Mandiri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sudjadi, Bagod. Biologi 1. Jakarta: Yudistira. 2007. Winarsih, Sri. Ensiklopedia Dunia Fungi. Semarang: PT Bengawan Ilmu. 2008. http://bisnisukm.com/usaha-jamur-tiram-yang-makin-menjamur.html http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram www.bps.go.id Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
422
Lianah Dkk
www.datatnp2k.go.id www.blog.up.ac.id
Dimas Vol. 13 No. 2 Tahun 2013