PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian dengan penerapan IPTEK kepada masyarakat yang berjudul “Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Usaha Kompos Bokashi, Budidaya Sayur dan Jamur Merang”, telah dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2010. Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan pada kelompok tani Desa Rawang Lama yang pesertanya terdiri atas kelompok tani dari beberapa dusun. Pengabdian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, memberikan peluang usaha, pemberdayaan masyarakat terutama kaum perempuan, meningkatkan gizi masyarakat, dan sekaligus berpartisipasi melestarikan lingkungan hidup. Penerapan IPTEK ini dibagi atas beberapa bagian yaitu pelatihan dan praktek pembuatan kompos bokashi jerami, pelatihan dan praktek bertanam sayur semiorganik, dan budidaya jamur merang. Hasil dari pengabdian ini adalah peserta telah dapat membuat kompos bokashi, mengetahui teknik bertanam sawi tanpa persemaian, dan mengetahui budidaya jamur merang. Pembuatan kompos bokashi, bertanam sayur semiorganik, pembangunan kumbung (rumah jamur), pengomposan dan sterilisasi media jamur serta penanamannya selain diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi, dan membagikan materi pelatihan, juga langsung dipraktekkan oleh peserta. Sedangkan cara pembuatan bibit jamur merang diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi, dan membagikan materi pelatihan. Hasil kegiatan yang dinilai bermanfaat adalah terjalinnya hubungan baik antara perguruan tunggi khususnya tim pengabdian dengan masyarakat desa, transfer ilmu dari perguruan tinggi kepada masyarakat (teknologi pembuatan kompos bokashi, teknik bertanam sawi dengan persentase hidup lebih tinggi, umur panen lebih cepat, dan produksi lebih tinggi), dan terbukanya peluang usaha baru bagi masyarakat Desa Rawang Lama. Kata kunci: jerami, kompos bokashi jerami, sayur, jamur merang, pemberdayaan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup PENDAHULUAN Kecamatan Rawang Panca Arga merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Asahan. Memiliki jumlah penduduk 17.785 jiwa. Jarak dari kecamatan ini ke Ibu Kota Kabupaten Asahan sekitar ± 13 km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara ± 200 km. Luas wilayah kecamatan 15.000 ha2, beriklim tropis dengan ketinggian tempat berkisar 5 sampai 15 meter di atas permukaan laut dan suhu rata-rata tahunan antara 23 sampai dengan 33ºC. Sesuai dengan kondisi letak (letak geografis), lahan yang ada Kecamatan Rawang Panca Arga sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian padi dan sebagian kecil untuk tanaman hortikultura.
1
Ketua kelompok tani di Desa Rawang Lama, Kecamatan Rawang Panca Arga bernama Paino Krow mengetuai 16 kelompok tani yang tergabung dalam kelompok tani Damai. Setiap kelompok tani memiliki jumlah anggota sebanyak 70-75 orang, dan setiap petani rata-rata memiliki 0,5 ha lahan persawahan. Sampai saat ini petani menanam padi sepanjang tahun (dua kali tanam setahun) dengan hasil rata-rata 6 – 7 ton/ha. Jerami padi merupakan limbah padi yang banyak ditemukan di daerah Kecamatan Rawang Panca Arga. Dari setiap ha tanaman padi, limbah jerami yang dihasilkan sekitar 5 – 8 ton setiap kali panen (10 – 16 ton/tahun). Dari kelompok tani Damai saja limbah jerami yang dihasilkan sekitar 5.600 – 8.960 ton per tahun. Oleh petani setelah panen padi, limbah jerami ini hanya dibiarkan menumpuk dan dibiarkan kering lalu dibakar. Padahal limbah ini sebenarnya sangat berpotensi menjadi media pertumbuhan jamur merang. Selanjutnya limbah media jamur merang tersebut dapat pula dijadikan pupuk organik. Dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani diperoleh informasi bahwa di daerah ini belum ada petani yang memanfaatkan jerami tersebut baik untuk budidaya jamur maupun untuk pupuk organik karena mereka belum mengetahui teknik budidaya jamur dan teknik pengomposan jerami dengan sistem bokashi. Setelah tim pengabdian menjelaskan manfaat limbah pertanian ini yang bisa dijadikan untuk media jamur dan pupuk organik, dan bahkan limbah media jamur tersebut pun masih dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman hortikultura, mereka sangat mengharapkan agar dilakukan pelatihan budidaya jamur tersebut dan teknologi pengolahan jerami menjadi kompos bokashi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik tanaman hortikultura. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pihak mitra, maka disadari pentingnya peran perguruan tinggi dalam program pengabdian kepada masyarakat dengan menawarkan penerapan ipteks dengan tujuan untuk melatih petani memanfaatkan limbah pertanian padi untuk budidaya jamur merang. Petani juga akan dilatih untuk memanfaatkan jerami sebagai pupuk organik pada tanaman sayuran mengingat kapasitas limbah jerami yang dihasilkan begitu besar sehingga tidak akan habis untuk media jamur merang saja. METODE
Kegiatan pengabdian diawali dengan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Rawang Lama dan Ketua Gapoktan tentang ha-hal yang berkaitan dengan kegiatan pengabdian IbM dengan judul di atas pada tanggal 11 September 2010. Ketua Gapoktan
2
selanjutnya memilih anggota kelompok tani Desa Rawang Lama yang terdiri atas beberapa dusun, yang akan menjadi peserta pelatihan. Pelatihan yang dilakukan dibagi atas 3 bagian: 1.
Pelatihan pembuatan kompos bokashi , peserta terdiri atas 16 orang petani.
2.
Pelatihan bertanam sayur semi organik, peserta terdiri atas 16 orang petani. Materi kegiatan yang diberikan adalah cara mengecambahkan bibit sayuran tanpa lewat persemaian (sehari sebelum tanam), dan cara bertanam sayuran semiorganik, bayam, kangkung darat, dan sawi. Pada saat pelatihan cara bertanam sayuran semiorganik, kepada seluruh peserta pelatihan dibagikan benih bayam, kangkung, dan sawi. Sebagai contoh, peserta langsung mempraktekkan penanaman sawi dan bayam di lahan yang telah disediakan (demplot).
3.
Pelatihan budidaya jamur merang, diikuti oleh 15 orang peserta. Kegiatan yang dilakukan adalah pembuatan kumbung jamur merang berukuran 4 x 6 x 2.5 meter. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan pelatihan budidaya jamur merang. Kegiatan budidaya jamur merang meliputi persiapan media tanam (pengomposan ± selama 9 hari dan sterilisasi media ± 6-8 jam), penanaman bibit jamur, dan pemanenan.
Metoda yang diberikan untuk ke-3 kegiatan tersebut adalah dengan ceramah, diskusi, dan metoda pendampingan dengan melakukan demonstrasi (langsung dipraktekkan). Hand out berupa petunjuk praktis tentang materi pelatihan dibagikan kepada seluruh peserta. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Kompos Bokashi dari Jerami Gambar 1 menunjukkan sebagian peserta sedang mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh tim pengabdian tentang cara pembuatan kompos bokashi. Dokumentasi kegiatan disajikan pada Gambar 1 sampai 3.
3
Gambar 1. Peserta mencacah jerami
Gambar 2. Mencampur dedak dengan jerami
Gambar 1 sampai 3 tampak peserta pelatihan berperan aktif mempraktekkan pembuatan kompos bokashi tersebut. Pada kegiatan ini kendala yang ditemui yaitu pada proses pencacahan jerami yang dilakukan secara manual
Gambar 3. Menyemprotkan larutan EM4 pada campuran media sehingga butuh waktu dan tenaga ekstra. Rencana sebelumnya proses pencacahan dilakukan dengan meminjam mesin pencacah, tetapi oleh karena keterbatasan dana, penggunaan alat tersebut terpaksa dibatalkan. Namun kendala tersebut tidak mengurangi semangat peserta untuk meneruskan kegiatan. Hal ini dapat dilihat pada gambar kegiatan di atas di mana peserta bergantian mencacah jerami. Dari hasil kegiatan ini dihasilkan kompos bokashi dalam waktu ± 14 hari. Waktu pembuatan kompos ini sebenarnya bisa lebih dipercepat, tergantung ukuran jerami yang dikomposkan. Apabila pencacahan jerami ukurannya lebih kecil waktu pengomposan bisa diperpendek. Bertanam Sayur Semiorganik Kegiatan dilakukan berupa ceramah, diskusi, dan demonstrasi penanaman sayur (sawi dan bayam) pada lahan yang sudah diolah sebelumnya. Praktek bertanam sawi dengan
4
Gambar 4. Tim Pengabdian sedang memperagakan cara mengecambahkan benih sawi
Gambar 6. Memasukkan bokashi ke dalam lubang tanam sawi
Gambar 8. Tim Pengabdian bersama peserta dan kepala desa berada di lahan demplot sawi hasil
Gambar 5. Tanah yang sudah diolah untuk demplot sayur sawi dan bayam
Gambar 7. Menanam kecambah sawi ke lubang tanam yang sudah diberi bokasi
Gambar 9. Tanaman bayam siap panen
5
pelatihan yang sudah siap panen sistem tanam kecambah yang berumur satu hari dilakukan di lahan penanaman. Cara ini merupakan sistem bertanam sawi yang baru bagi petani, dan hasil yang diperoleh mereka adalah meningkatnya persentase hidup tanaman dan waktu panen sawi yang lebih singkat. Hal ini disebabkan karena sawi yang tanam kecambah tidak menjalani proses transplanting yang sering mengakibatkan tanaman mengalami stres. Penggunaan pupuk kimia juga dikurangi ½ dari dosis anjuran dan diberikan pada umur 2 dan 3 minggu setelah tanam. Pupuk bokashi diberikan pada lubang tanam, lalu kecambah diletakkan di atas kompos tersebut dan ditutup dengan kompos kembali. Hasilnya ternyata produksi sawi juga lebih tinggi dari sistem tanam yang biasa dilakukan. Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penanaman bayam merah. Tetapi produksi yang dihasilkan untuk bayam merah tidak berbeda dengan yang mereka peroleh selama ini. Untuk bayam merah, teknik bertanam yang diberikan dengan yang selama ini mereka lakukan tidak berbeda kecuali dalam hal penggunaan pupuk urea. Pada teknik yang diberikan tim pengabdian, pupuk urea hanya diberikan ½ dari dosis yang selama ini mereka berikan tetapi ditambah pemberian pupuk bokashi. Jadi dalam hal ini pupuk bokashi yang diberikan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Pada Gambar 4 sampai 9 dapat dilihat kegiatan praktek bertanam sayur tersebut mulai dari proses pengolahan tanah, pengecambahan benih sampai panen. Pelatihan Budidaya Jamur Merang Pelatihan bertanam jamur merang diikuti 15 orang peserta. Sama halnya dengan kegiatan sebelumnya, metode pelatihan ini juga diberikan dalam bentuk ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Kepada peserta juga dibagikan hand out tentang petunjuk praktis bertanam jamur merang.
6
Gambar 10. Tim pengabdian foto bersama peserta Gambar 11. Mencacah kangkung untuk bahan di depan Kumbung (rumah jamur) yang sudah tambahan media jamur merang siap dibangun dengan dana IbM
Tujuan dari pelatihan budidaya jamur merang ini memanfaatkan limbah jerami yang banyak ditemui di desa ini. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa jerami memang bukan media yang terbaik untuk jamur merang. Mayun (2007) menemukan bahwa media tumbuh daun pisang menghasilkan badan buah jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami, sedangkan Siregar (2010) menemukan media kardus campur janjang kosong sawit menghasilkan badan buah jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami. Namun demikian pada pelatihan budidaya jamur di Desa Rawang Lama, media tumbuh utama yang digunakan adalah jerami, karena bahan ini yang paling mudah dan banyak ditemukan di desa ini. Hasil dari kegiatan ini adalah jamur merang yang sudah dipanen oleh mereka. Namun karena keterbatasan waktu dan dana tim pengabdian tidak bisa memantau produksi total yang mereka peroleh karena sampai selesainya laporan ini proses produksi jamur masih berlanjut.
Gambar 12. Mencampur jerami dengan bahan lain seperti kapur, dedak, dan kangkung dan lalu dikomposkan selama 10 hari
Gambar 13. Memanaskan air untuk proses pasteurisasi
7
Gambar 14. Mencampur bibit dengan tepung ketan
Gambar 15. Rak penanaman yang sudah ditabur bibit jamur ditutup plastik
Beberapa peserta menyatakan sangat ingin melanjutkan usaha budidaya jamur ini, namun kendala yang dihadapi dalam proses penyediaan bibit yang baik. Pada kesempatan pengabdian ini tim hanya memberikan pelatihan pembuatan bibit secara teori karena keterbatasan waktu dan dana. Mereka sangat mengharapkan kedatangan tim kembali untuk memberikan pelatihan pembuatan bibit dan sekaligus memfasilitasi kegiatan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Kegiatan berjalan dengan baik serta mendapat tanggapan yang baik dari peserta pelatihan. b. Pelatihan pembuatan kompos bokashi sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai pupuk organik bagi tanaman sayuran. c. Teknik bertanam sawi yang diberikan meningkatkan persentase tumbuh dan mempersingkat umur panen sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan. d. Budidaya jamur merang merupakan satu peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan petani. 2. Saran Perlu dilakukan pelatihan pembuatan bibit jamur merang serta memfasilitasi sarana pembuatan bibit tersebut di Desa Rawang Lama, sehingga petani yang berminat 8
mengembangkan usaha ini dapat menyediakan bibit sendiri, dan bahkan dapat menyediakan permintaan bibit di Sumatera Utara.
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini tim pengabdian mengucapkan terimakasih kepada DP2M DIKTI yang telah mendanai kegiatan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Desa Rawang Lama Bapak Suryadi yang telah membantu tim dalam kelancaran berlangsungnya kegiatan pengabdian. Penghargaan kami kepada Bapak Paino, Ketua Gapoktan, yang begitu bersemangat dan antusias mendukung kegiatan ini sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tepat waktu. Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik diucapkan terima kasih. Terimakasih juga disampaikan kepada seluruh peserta pelatihan yang dengan tekun dan sabar mengikuti kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA Mariati. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Super Bokasi pada Tanaman Sawi (Brassica juncea. L). Laporan Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan). ---------. 2010. Uji Efektivitas Pupuk Anorganik Agrostarvit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea.L) Varietas Tosakan (Caisim bangkok) Cap Panah Merah. Laporan Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan). Siregar, M., 2010. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae Bull.Ex.Fr) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Skripsi Mahasiswa Fak. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Mayun, I.A. (2007). Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Tumbuh. Agritrop 26(3): 124- 128. Redaksi Agromedia. 2010. Bertanam Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Cetakan kedua. Sinaga, M. 2006. Jamur Merang dan Budidayanya. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta. Cetakan XXIV revisi. Suharjo, E. 2008. Budidaya Jamur Merang dengan Media Kardus. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Cetakan ketiga. Tim Redaksi Agromedia Pustaka. 2006. Budidaya Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Cetakan ketujuh revisi. Tobing, M.C., B. Sitorus, dan Mariati. 2004. Aplikasi Pupuk Kandang (Sapi) pada Pertanaman 3 (tiga) Varietas Bayam (Amaranthus Sp.). Laporan Hasil Penelitian.
9