Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA BENDUNGAN KECAMATAN SELOMERTO KAB. WONOSOBO MELALUI AGRIBISNIS JAMUR TIRAM PUTIH Aniek Prasetyaningsih1, Djoko Rahardjo2, Kisworo3 dan Sisnuhadi4 1,2 dan 3, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana 4, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Duta Wacana Email :
[email protected] ABSTRAK Usaha budi daya jamur tiram oleh warga jemaat GKJ Bendungan sudah dimulai sejak tahun 2013, pada tahun 2014-2015 dengan bantuan program pengabdian dari UKDW, telah mengalami perkembangan dengan penambahan beberapa peralatan untuk produksi, mampu memproduksi F1-F3 sendiri serta menambah kapasitas budidaya Permasalahan yang masih dihadapi yaitu kualitas bibit dan hasil panen yang dihasikan belum maksimal, pemasaran yang belum kompetitif, belum adanya organisasi yang menaungi, serta kurangnya modal dan pengetahuan untuk pengembangan usaha. Oleh karena itu dilakukan pengabdian ini untuk menindaklanjuti program yang telah lebih dahulu dilakukan. Program pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Maret – September 2016 dengan luaran 100 % dari peserta pelatihan mampu memahami dan memiliki skill untuk memproduksi bibit jamur yang berkualitas. Pembibit jamur dapat memahami semua permasalahan dalam pembibitan, sehingga pembibit dapat menghasilkan bibit seperti yang diharapkan, meningkatnya skill kelompok budidaya yang ditunjukan dengan peningkatan produksi dan kualitas hasil panen, terbentuknya kelembagaan agrobisnis jamur dan terwujudnya rintisan pengembangan usaha jamur sebagai alternatif perluasan pasar dan peningkatan nilai tambah melalui pengembangan usaha rumah makan jamur serta tersususnya modul kewirausahaan berbasis budidaya jamur. Setelah pelaksanaan program PkM, kelompok pembibitan telah mampu memahami serta menerapkan teknik kultur jaringan yang telah diperoleh serta mampu memproduksi bibit (F1-F2) meskipun masih ada beberapa kontaminasi. Kelompok pembudidaya sudah menguasai aspek teknis budidaya dan secara rutin dapat memproduksi jamur segar dengan kualitas yang baik. Terbentuknya kelompok agribisnis jamur di desa Bendungan dan selanjutnya akan dikembangkan menjadi unit usaha mandiri. Masyarakat sudah semakin mengenal jamur dan memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengolah jamur, demikian juga untuk kesadaran pengenalan kewirausahan Guru SD dan SMP Kristen Bendungan. Kata kunci : Kelompok pembibit jamur, kelompok pembudidaya jamur, pengembangan usaha ABSTRACT Improving Economic of the Bendungan Village District Selomerto Kab. Wonosobo Community Through White Oyster Mushroom Agribusiness Oyster mushroom cultivation by GKJ Bendungan community was started in 2013. It is now progressing with support from community outreach program from UKDW in 2014-2015 and with additional 27
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X equipments for production process, it is now able to produce its own F1-F3 as well as increase its agriculture capacity. However, there are still hurdles, namely the low quality of the seeds and crops, uncompetitive marketing, lack of support from capable organization, and lack of capital and knowledge for the business development. Therefore, the community outreach program was done to follow through the previous program that had been done in effort to maximize the mushrooms agribusiness in Bendungan. The community outreach program was conducted in March-September 2016, with aim of 100% of the trainees are able to understand and have the skills to produce high-quality mushroom seeds and mushroom farmer groups can understand all the possible problems in the nursery process. At the end of the program, the breeders are expected to be able to produce high-quality seeds, increase cultivar group’s skill which is indicated by an increase in production and quality of the crops, the establishment of mushrooms agribusiness institution, realization of mushrooms pilot business development as an alternative for market expansion and enhancement of added value through the development of restaurant, especially mushroom cultivation based entrepreneurship modules. After the implementation of the CRP program, nursery group was able to understand and apply the techniques of tissue culture that had been obtained as well as to produce seeds (F1-F2) although there were still some contamination happened. A farmer group has mastered the technical aspects of cultivation and can routinely produce fresh mushrooms with good quality. The formation of mushroom agribusiness groups in Bendungan will be developed into an independent business unit. Society has become more familiar with mushrooms and possesses high creativity in processing mushrooms, as well as for entrepreneurship awareness on teachers at SD and SMP Kristen Bendungan. Keywords: cultivation of mushrooms community, mushroom farmer group, business development
LATAR BELAKANG Usaha budidaya jamur tiram oleh warga jemaat GKJ Bendungan Wonosobo sudah dimulai sejak tahun 2013 oleh salah satu jemaat yang belajar secara ototidak yaitu bapak Sugiyanto. Karena keterbatasan dana, lahan, dan pengetahuan maka usaha jemaat ini menjadi tidak lancar dan berhenti. Melihat potensi jemaat tersebut maka Komisi Pendidikan menjalin kerjasama dengan jemaat untuk mengembangkan budi daya jamur tiram yang dimulai sejak awal tahun 2014 dengan tujuan untuk dapat meningkatkan ekonomi warga jemaat, membuka lapangan kerja serta diharapkan dari keuntungan usaha budi daya jamur tiram ini sebagian dialokasikan untuk mendukung/sebagai salah satu sumber dana bagi keberlangsungan sekolah Kristen di Bendungan. Saat ini usaha budidaya jamur yang dikelola oleh warga jemaat GKJ Bendungan, telah mampu memproduksi bibit jamur (baglog/F4) sendiri walaupun masih menggunakan peralatan yang sederhana, dengan kapasitas produksi sebanyak 470 baglog/hari, dengan 7 tenaga kerja yang terdiri dari warga jemaat GKJ Bendungan dan masyarakat sekitar, namun mereka belum mampu menambah jumlah tenaga kerja, meski warga jemaat yang tertarik dan bergabung semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kapasitas produksi bibit karena peralatan yang dimiliki masih terbatas dan usaha budidayanya yang masih dalam skala kecil. Saat ini kelompok pembudidaya ini telah mampu membuat 2 kubung jamur dengan kapasitas 20.000 baglog, namun baru mampu mengisi kubung dengan 10.000 baglog dikarenakan 28
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
rendahnya kapasitas produksi bibit. Dari usaha budidaya ini, setelah 3 bulan produksi baglog akan dapat memanen jamur tiram setiap harinya sampai hingga selama periode 1 bulan. Dalam upaya meningkatkan kualitas hasil dan kapasitas produksi jamur oleh kelompok perlu dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan ketrampilan kelompok dalam produksi bibit, peningkatan kualitas bibit, peningkatan kapasitas produksi bibit. Hal lain yaitu ketrampilan produksi bibit (F2 dan F3) juga perlu ditingkatkan dengan dukungan perbaikan sarana dan fasilitas penunjangnya. Peningkatan ketrampilan kelompok serta perbaikan sarana dan prasarana diharapkan mampu meningkatkan kualitas bibit jamur, meningkatnya kapasitas produksi jamur sehingga nantinya akan mampu meningkatkan produksi jamur dan keuntungan. Dengan meningkatnya produksi dan keuntungan diharapkan usaha budidaya jamur oleh kelompok dapat semakin berkembang. Pada tahun 2015 telah dirintis program “Peningkatan Ekonomi Jemaat GKJ Bendungan Wonosobo Melalui Usaha Pembibitan Jamur” yang dilakukan oleh Fakultas Bioteknologi dengan sumber pendanaan dari Fakultas Bioteknologi, LPPM UKDW dan pihak swasta (Prasetyaningsih dan Rahardjo, 2015). Program-program yang dilakukan yaitu penyuluhan tentang “Aplikasi Kultur Jaringan dalam Pembibitan Jamur”, Pelatihan “Pembibitan Jamur”, Peningkatan Fasilitas Produksi Bibit, serta penyuluhan tentang “Budidaya Jamur”. mplementasi program pengabdian pada masyarakat diperoleh hasil bahwa 80 % dari peserta pelatihan mampu memahami tentang proses produksi bibit dan melakukan praktek produksi bibit, namun demikian didalam proses produksi bibit masih banyak kendala, terutama dalam skill petani sehingga kualitas bibit yang dihasilkan belum baik. Hal yang sama juga masih ditemukan didalam kelompok pembudidaya, masih banyak hal yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas jamur hasil panen. Oleh karena itu maka program pengabdian pada masyarakat untuk mendampingi kelompok pembibitan, pembudidaya serta komisi pendidikan perlu dilanjutkan melalui penyelenggaraan program “Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Simbarejo, Kecamatan Selomerto kabupaten Wonosobo Melalui Pengembangan Agrobisnis Jamur Tiram Putih. Selain itu berdasarkan masukan dari warga petani, beberapa masalah yang masih muncul adalah : pertama, pembuatan bibit belum berhasil dengan baik dan maksimal, sehingga diharapkan dapat diberikan pelatihan lagi untuk meningkatkan kualitas hasil pembibitan. Kedua, masih dibutuhkan dana untuk mengembangkan usaha jamur, terutama untuk pembuatan ruangan yang lebih memadai untuk proses pembibitan. Ketiga, diperlukan bantuan dalam pemasaran dan peningkatan kualitas produk sehingga harga dapat lebih kompetitif.
METODE PELAKSANAAN Program peningkatan ekonomi masyarakat desa Bendungan melalui agrobisnis jamur tiram putih dilakukan pada bulan Maret-Oktober 2016. Program ini merupakan program lanjutan dari program yang telah dirintis pada tahun 2015. Oleh karena itu pendekatan pemecahan masalah lebih diutamakan pada program pendampingan, kelompok pembibitan maupun kelompok pembudidaya. Selain itu metode yang dikembangkan adalah pelatihan entrepreneurship, pengembangan usaha, pengembangan jejaring, pengembangan modul pembelajaran (Tabel 3.1). Partisipasi mitra ditunjukan dengan inisiatif untuk menguasai teknologi pembibitan (proposal kelompok, terlampir) serta dukungan sarana seperti lahan, kubung jamur, bahan-bahan produksi, operasional 29
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
pelaksanaan kegiatan di lokasi, serta kesanggupan kerja sama sebagai mitra dengan tim dari Fakultas Bioteknologi Universitas Kristren Duta Wacana dalam penerapan Ipteks bagi masyarakat. Partisipasi mitra ini ditunjukkan melalui pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama dalam hal persiapan bahan dan alat, fasilitasi pelatihan pembibitan. No
1.
2.
1.
2
4
5
6
7
Tabel 3.1. Metode pelaksanaan program peningkatan ekonomi masyarakat dusun Bendungan Selomerto TARGET METODE YANG BENTUK PARTISIPASI DIGUNAKAN WARGA a. Bagi kelompok pembibit jamur kegiatan 100 % dari peserta latihan mampu Pendalaman pemahaman dan Mengikuti skill dalam Pembibitan dalam pelatihan dan mengadakan memahami dan memiliki skill untuk diskusi untuk menemukan memproduksi bibit jamur yang bentuk pelatihan permasalahan dan berkualitas. pemecahan masalah Pembibit jamur dapat memahami Pendampingan kepada kelompok Praktek melakukan pembibitan pembibitan dan mencoba semua permasalahan dalam secara mandiri melakukan pembibitan, diakhir pengabdian pembuatan F1-F4 diharapkan pembibit dapat menghasilkan bibit seperti diharapkan. b. Bagi kelompok pembudidaya jamur Kelompok Kelompok Pembudidaya Meningkatan skill kelompok budidaya Pendampingan Jamur mendiskusikan yang ditunjukan dengan peningkatan Pembudidaya Jamur. permasalahan dan mencari produksi dan kualitas hasil panen. solusi pemecahan Terbentuknya kelembagaan Agrobisnis Pengembangan Jejaring dan Kelompok Pembibit maupun jamur dan mampu menjalin kerjasama Penguatan Kelembagaan Pembudidaya merintis dengan berbagai mitra untuk Agrobisnis Jamur. pembentukan organisasi yang pengembangan usaha menaungi . Mis: koperasi dll Kelompok pembudidaya mampu Pelatihan dan pendampingan Kelompok membuat menyusun program pengembangan Pembuatan Proposal proposal kepada pihak swasta mapun pemerintah usaha dan proposal pengembangan Pengembangan Usaha usaha untuk diajukan ke mitra. untuk pengembangan usaha Terwujudnya rintisan pengembangan Pendampingan Pengembangan Kelompok membuat usaha jamur sebagai alternatif Usaha studikelayakan untuk perluasan pasar dan peningkatan nilai melakukan diversifikasi tambah melalui pengembangan usaha produk jamur menjadi rumah makan jamur. produk olahan Peserta mampu melakukan inovasi Pelatihan Entrepreneurship Kelompok praktek olahan dan rintisan usaha berbasis Berbasis Jamur (Diversifikasi membuat produk olahan jamur tiram produk) berbasis jamur
Memiliki kemauan dan keberanian mengikuti event pameran pangan yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka promosi produk. c. Bagi Komisi Pendidikan Sekolah 7 Tersusunnya modul ” Entrepreneurship Agrobisnis Jamur untuk Siswa”.
Memberikan pendampingan dalam merencanakan promosi atau keikutsertaan dlam pameran atau event tertentu.
Kelompok mengikuti pameran atau event tertentu atau melakukan promosi produk yang dimiliki.
Pendampingan Komisi Pendidikan untuk pengembangan muatan lokal “Entrepreneurship berbasis komoditas Jamur” di Sekolah.
Bersama guru membuat modul entrepreneurship berbasis jamur
30
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
HASIL DAN PEMBAHASAN Program pengembangan ekonomi masyarakat melalui budidaya jamur tiram putih, merupakan program lanjutan dari program pengabdian yang sudah dilaksanakan pada tahun 2015. Pada Tahun 2015, program lebih difokuskan pada penguasaan teknik budidaya dan pembibitan jamur dengan teknik kultur jaringan, agar kelompok mampu memproduksi bibit jamur sendiri serta mengusasai teknik budidaya dan pasca panen. Untuk meningkatkan kemampuan produksi bibit, kemandirian kelompok pembudidaya serta membuka peluang pasar dan pengembangan usaha, maka program pengabdian masyarakat dilanjutkan dengan sasaran ditujukan pada kelompok pembibit, kelompok pembudaya dan komisi pendidikan. Program ini dirasa menjadi tonggak penting untuk membuat masing-masing kelompok dapat mempunyai kemandirian baik dalam pengembangan teknik budidaya, pembibitan dan pengembangan usaha. Untuk setiap kelompok masyarakat program pelatihan, pendampingan serta luaran yang dicapai berbeda tergantung karakteristik kelompok dan tingkat kebutuhan program pengembangannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian program di masing-masing kelompok di bawah ini. A. Kelompok Pembibit Kelompok pembibitan jamur, terdiri dari 6 orang yang dikoordinir oleh bapak Agus. Pada program PkM tahun 2015, kelompok pembibit sudah diberi pelatihan teknik kultur jaringangan, pendampingan serta fasilitasi peralatan untuk proses pembuatan bibit jamur seperti glassware, enkas dan outoklaf. Oleh karena itu pada PkM tahun ini program pelatihan dan pendampingan dilanjutkan dengan materi dan target sebagai berikut : Tabel 4.1. Pelaksanaan program peningkatan kemampuan kelompok pembibit jamur No Program Target 1. Melakukan Pelatihan untuk 100 % peserta pelatihan mampu mengidentifikasi hasil bibit yang baik (F1 memahami dan memiliki skill untuk sampai F3) memproduksi bibit jamur yang 2. Pendampingan dilakukan melalui berkualitas. pemantauan dan evaluasi hasil produksi bibit yang dilakukan kelompok. Pembibit jamur mengetahui kendala dalam 3. Mendiskusikan berbagai kesulitan dan pembibitan dan menemukan solusi untuk membantu memberi solusi dalam produksi dapat menghasilkan bibit jamur yang baik. bibit (F1-F3). Capaian dan Evaluasi 1. Semua peserta sudah dapat memahami dan mempraktekan tahapan proses pembibitan. 2. Peserta dapat mengidentifikasi kendala untuk hasilkan bibit yang baik. 3. Proses produksi bibit perlu dilakukan secara rutin untuk meningkatkan skill agar tingkat kontaminasi dalam proses dapat ditekan. 4. Hasil pembibitan F1-F3 belum maksimal, masih ada yang kontaminasi dan belum diuji coba untuk membuat bibit F4 karena masih dalam masa pertumbuhan. Beberapa bibit yang sudah siap di gunakan belum dimanfaatkan karena pembuatan F4 sementara di hentikan. 5. Pembibit dapat mengidentifikasi bibit yang baik 6. Semangat kelompok pembibit untuk meningkatkan hasil pembibitan cukup baik, hal ini 31
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X dibuktikan dengan membuat alat inokulasi baru (enkas) dan usaha untuk melakukan sendiri pembibitan jamur. 7. Target 100% pembibit dapat membuat bibit yang berkualitas, belum tercapai, oleh karena itu selalu dilakukan pendampingan yang intensif untuk menghasilkan bibit yang berkualitas (Gambar 1-5) 8. Pembuatan F4, masih terkendala dengan sulitnya mendapatkan pegawai, sehingga produksi F4 tidak kontinu. 9. Usaha untuk memanfaatkan mesin press belum maksimal, sehingga perlu diberikan pelatihan untuk mengintensifkan
Gambar 1. Diskusi membahas tentang persiapan pelasanaan program berikutnya
Gambar 2. Diskusi ruang pembibitan yang baru
Gambar 3. Hasil pembibitan F3 dari kelompok pembibit
Gambar 4. Evaluasi hasil F4 dan budidaya
Gambar 5. Kondisi lokasi untuk produksi F4
32
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
B.
Kelompok Pembudidaya Kelompok pembudidaya di ketuai oleh Bapak Dwi dan terdiri dari 8 anggota yang secara tekun telah berhasil mempelajari teknik budidaya secara baik dari hasil beberapa kali pelatihan yang telah dilakukan. Oleh karena itu program yang dikembangkan lebih kepada pendampinga dan pengembangan usaha melalui inisiasi kelembagaan dan pelatihan pengembangan usaha. Tabel 4.2. Pelaksanaan program peningkatan kemampuan kelompok pembudidaya jamur Program No. 1. Pendampingan Kelompok Pembudidaya Jamur.
Target
2.
Inisiasi Penguatan Kelembagaan Agrobisnis Jamur.
3.
Pelatihan pengembangan Entrepreneurship berbasis jamur dan Lomba memasak bebasis jamur dengan menggunakan bahan lokal.
Meningkatan skill kelompok budidaya yang ditunjukan dengan peningkatan produksi dan kualitas hasil panen. Terbentuknya kelembagaan Agrobisnis jamur dan mampu menjalin kerjasama dengan berbagai mitra untuk pengembangan usaha Peserta mampu melakukan inovasi olahan dan rintisan usaha berbasis jamur tiram. Terselenggaranya lombak masak.
Capaian dan Evaluasi
1. 2.
3.
4.
Kelompok pembudidaya sudah menguasai aspek teknis budidaya dan secara rutin dapat memproduksi jamur segar dengan kualitas yang baik. Adanya kesadaran pentingnya mengembangkan usaha dengan meningkatkan kerjasama antara kelompok pembibitan, pembudidaya dan pengolah agar kelompok dapat mandiri dan meningkatnya nilai jual produk. Terbentuknya kelompok agribisnis jamur di desa Bendungan dan selanjutnya akan dikembangkan menjadi unit usaha mandiri. Pelatihan kewirausahaan diikuti lebih dari 40 peserta baik oleh perwakilan kelompok pembibitan, pembudidaya dan kelompok pengolah. Materi yang diberikan meliputi Kewirausahaan dan Diversifikasi olahan yang disampaikan oleh Drs. Kisworo, M,Sc dan Pemasaran dan Branded Produk disampaikan oleh Dr. Sisnuhadi (Gambar 6 dan 7). Lomba masak, diselenggarakan sebagai alternatif diversifikasi olahan sekaligus seleksi pelaku untuk menjalankan usaha kuliner yang telah direncanakan oleh kelompok. Peserta lomba diikuti oleh 16 kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 2 – 3 orang. Lomba ini cukup sukses selain banyak peserta juga dihadiri banyak pengunjung yang mayoritas adalah warga GKJ Bendungan, karena acara lomba ini juga masuk dalam agenda kegiatan dalam rangka perayaan ulang tahun gereja (Gambar 6 dan 7). Juara Lomba masak dimenangkan oleh kelompok I dari pepantan Kacepit dengan menu andalan rendang jamur dan nuget. Juara ke 2 dari pepantan Kecis dengan masakan kering jamur dan juara 3 dari pepantan Bumitirto dengan menu Dodol jamur (Gambar 8-13). Dari Lomba masak ini diharapkan rintisan pengembangan usaha kuliner sebagai alternatif bagi kelompok untuk mandiri baik dalam pemasaran jamur segar dan olahan kedepannya dapat segera terealisir.
33
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 6. Foto Laporan ketua komisi pendidikan dan pelaksanaan ibadah
Gambar 7. Sambutan Ketua Program PkM Fak. Bioteknologi dilanjutkan dengan paparan narasumber workshop kewirausahaan
Gambar 8. Pelaksanaan lomba masak yang diawali oleh pemeriksaan perlengkapan bahan oleh Tim Yuri
34
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 9. Foto aneka kuliner lokal berbahan jamur tiram
Gambar 10. Foto aneka kuliner lokal berbahan jamur tiram
Gambar 11. Foto penyerahan hadiah juara harapan oleh pendeta dan komisi pendidikan GKJ Bendungan
Gambar 12. Foto penyerahan piala dan hadian juara I-III oleh panitia dan narasumber 35
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 13. Foto para juara lomba masak dan panitia beserta semua peserta
C. Pengembangan muatan lokal tentang Entrepreneurship berbasis jamur pada siswa SD dan SMP Untuk mengintegrasikan program pengembangan jamur tiram yang dikembangkan oleh kelompok masyarakat desa Bendungan dengan proses pembelajaran di sekolah khususnya tingkat sekolah dasar dan menengah. Perlu dikembangkan modul pembelajaran kewirausahaan berbasis usaha jamur tiram. Pengenalan kewirausahaan di kalangan siswa dan sekolah mempunyai peluang dan andil besar untuk belajar mengembangkan kewirausahaan serta berkontribusi dalam yang mengembangkan ekonomi rakyat berbasis sumberdaya lokal. Sebagai bahan pengenalan dan pembelajaran kewirausahaan di sekolah dapat dilakukan dengan pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih. Diharapkan melalui modul pembelajaran ini siswa mampu menumbuh kembangkan sifat, watak, tingkah laku sebagai seorang wirausaha seperti disiplin, kerja keras, komitmen tinggi dengan pekerjaan, kreatif, inovatif, realitis, jujur dan mandiri melalui pengembangan usaha budidaya jamur tiram. Tabel 4.3. Pelaksanaan program pembinaan Sekolah Kristen Bendungan Wonosobo No. 1.
1.
Program Target Penyusunan modul kewirausahaan berbasis Tersusunnya modul ”Entrepreneurship usaha jamur tiram putih untuk siswa. Agrobisnis Jamur untuk Siswa”. Capaian dan Evaluasi Sudah dilakukan serangkaian pertemuan dan diskusi dengan komisi pendidikan yang terdiri dari Guru SD dan SMP Kristen Bendungan.
2.
Telah disepakati isi buku modul pengenalan jamur tingkat SD dan Modul Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Budidaya Jamur Tiram untuk tingkat SMP.
3.
Namun target modul telah tersusun dan tercetak belum dapat tercapai mengingat kesibukan Guru dan Komisi Pendidikan sehingga draft yang sudah disepakati akan disempurnakan lebih lanjut. Diharapkan Tim UKDW tetap dapat memberikan waktu untuk proses konsultasi penyempurnaan modul.
36
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis budidaya jamur, dapat disimpulkan bahwa kelompok pembibitan telah mampu memahami serta menerapkan teknik kultur jaringan yang telah diperoleh serta mampu memproduksi bibit (F1-F2) meskipun masih ada beberapa kontaminasi. Kelompok pembibitan telah mampu mengidentifikasi bibit yang baik dan tidak dan mampu mengembangkan proses produksi bibit dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di desa Bendungan. Kelompok pembudidaya sudah menguasai aspek teknis budidaya dan secara rutin dapat memproduksi jamur segar dengan kualitas yang baik. Adanya kesadaran pentingnya mengembangkan usaha dengan meningkatkan kerjasama antara kelompok pembibitan, pembudidaya dan pengolah agar kelompok dapat mandiri dan meningkatnya nilai jual produk. Terbentuknya kelompok agribisnis jamur di desa Bendungan dan selanjutnya akan dikembangkan menjadi unit usaha mandiri. Pelatihan kewirausahaan diikuti lebih dari 40 peserta baik oleh perwakilan kelompok pembibitan, pembudidaya dan kelompok pengolah. Sudah dilakukan serangkaian pertemuan dan diskusi dengan komisi pendidikan yang terdiri dari Guru SD dan SMP Kristen Bendungan dan telah disepakati isi modul serta pentingnya modul pengenalan pada siswa dalam upaya mengenalkan teknik budidaya jamur dan kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA Akindahunsi AA and Oyetayo FL. 2006. Nutrient and Antinutrient Distribution of Edible Mushroom. Pleurotus regnum (fries) singer. LWT Food Sci Tech 30 :548-553 Chang S. and P.G. Miles, 2004. Mushrooms : Cultivation, Nutritional value, Medicinal effect, and Environmental Impact. Second edition. CRC Press-Washington D.C. Conyers, Diana. (1991) Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Jayakumar, R.R.L. and J.F. Mano. 2006. Phosphorous Containing Chitosan Brads For Controlled Oral Drug Delivery J. Bioact, Compat Polym., 21.327 Kausar T. 1988. Cultivation of mushrooms using crop residues as substrate, PhD. Thesis Department of Botany. University of Punjab. Lahore. Pakistan. Kues U and Liu Y. 2000. Fruiting Body Production in Basidiomycetes. Appl Microbiol Biotech 54: 141-152 Primahendra, R. 2002. Panduan Pendampingan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Prasetyaningsih A., D. Rahardjo, 2015. Peningkatan Ekonomi Jemaat GKJ Bendungan Wonosobo Melalui Usaha Pembibitan Jamur”. Perpustakaan UKDW-Yogyakarta Prasetyaningsih A., Kisworo. 2015. Pemberdayaan Ekonomi Jemaat Melaluui Budidaya Jamur di Magelang dan Gunungkidul . Vol 1. Proseding Penelitian dan Pengabdian Msyarakat LPPMUKDW. Nugroho, Trilaksono. (2007) Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang, FIA. Universitas Brawijaya. Nugroho, Agustino Adi. (2008) “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pemanfaatan Tekhnologi Tepat Guna Mesin Pemecah Kedelai (Studi pada Badan Pemberdayaan 37
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Masyarakat dan Masyarakat Desa Urek-Urek Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang)”. Malang, FIA, UB. Quimo, T.H., S.T. Chang and G.J. Royce, 1990. Technical guidelines for mushroom growing in the tropics FAO. Plant Production and Protection Paper 106. Saragih, Bungaran, Sajogya, dkk. 2001. Pembangunan Pertanian Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa. Owin Jamasy dkk (ed). Bina Swadaya. Jakarta. Shah, Z.A,, A.M. Asharf and M. Istiqiaq, 2004. Comparative Study ob Cultivation and Yield performance of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) on different substrates Pak.J.Nutr., 3: 158-160. Sumodiningrat, Gunawan. (1999) Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengamanan Sosial. Yogyakarta, Ghalia Indonesia.
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah
Aniek Prasetyaningsih
Nama Penanya Dr.-Ing. Sita Y. Amijaya
Asal Institusi
UKDW
Isi Pertanyaan
Jawaban
Apakah ada seleksi ketika memilih kelompok masyarakat untuk dilatih? Jika ada apakah kriterianya?
Seleksi tidak diadakan. Kelompok yang dilatih adalah kelompok yang sudah ada kelompok ini adalah adalah kelompok yg tertarik dibidang ini (yang concern dengan jamur).
38