Petunjuk Teknis SPI 201
PENILAIAN UNTUK PELAPORAN KEUANGAN KELOMPOK ASET BERWUJUD
KOMITE PENYUSUN STANDAR PENILAIAN INDONESIA (KPSPI) MASYARAKAT PROFESI PENILAI INDONESIA (MAPPI)
Petunjuk Teknis SPI 201 - PENILAIAN UNTUK PELAPORAN KEUANGAN (KELOMPOK ASET BERWUJUD)
1.0 Pendahuluan 1.1
Petunjuk teknis (Juknis) ini membahas mengenai pedoman penilaian aset berwujud terkait dengan revaluasi dalam rangka pelaporan keuangan, serta tujuan perpajakan. Juknis ini memberikan panduan mengenai Lingkup Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian untuk penilaian dengan tujuan pelaporan keuangan sebagaimana diatur pada SPI 201 atau untuk tujuan perpajakan.
1.2
Aset Berwujud yang dibahas dalam juknis ini mencakup aset tetap dan properti investasi.
1.3
Juknis ini tidak mengatur cara penulisan, namun memberikan gambaran terkait dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian yang dimaksud dalam Lingkup Penugasan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi dan hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Pelaporan Penilaian.
1.4
Pendekatan penilaian dengan metode penerapan serta pengungkapannya dalam laporan menjadi cakupan pada Juknis ini, dimana diharapkan Penilai dapat menerapkan secara konsisten sehingga memiliki pola yang seragam dalam praktek penilaian dan selanjutnya menghasilkan penilaian yang dapat dipercaya.
1.5
Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan di dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan tertuang di dalam kontrak atau perjanjian kerja.
1.6
Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan pekerjaan penilaian untuk pelaporan keuangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan SPI. Dalam pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus menjaga dan meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD ( Continuing
Professional Development) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai. 1.7
Sepanjang sesuai dan relevan, SPI 201 berikut Juknis ini dapat juga digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan
yang
79/PMK.03/2008
diatur juncto
dalam Nomor
Peraturan
Menteri
191/PMK.010/2015
Keuangan
Nomor
juncto
Nomor
233/PMK.03/2015 berikut Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-37/PJ/2015 dan peraturan perundang terkait.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
2
1.8
Berkaitan dengan revaluasi untuk tujuan pelaporan keuangan dan perpajakan, keuntungan bagi Entitas atau Wajib Pajak antara lain: 1.8.1
Meningkatkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan
pembiayaan dengan naiknya ekuitas dari selisih nilai aset. 1.8.2
Menurunkan beban pajak penghasilan karena penghasilan neto fiskal akan berkurang oleh penyusutan yang berasal dari selisih lebih revaluasi.
1.9
Juknis ini diterbitkan dan dapat dipergunakan sejak tanggal 1 Februari 2016.
2.0 Definisi dan Pengertian 2.1
Aset Berwujud; 2.1.1 Aset Tetap adalah aset berwujud yang: a)
dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan
b)
diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset Tetap yang dimaksud dalam Juknis ini adalah sama dengan terminologi Aktiva Tetap dalam konteks perpajakan. 2.1.2 Properti Investasi adalah properti (tanah dan bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: a)
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administrative; atau
b)
dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Definisi Aset Tetap dan Properti Investasi diatas sesuai dengan PSAK 16 dan PSAK 13. 2.2
Lingkup
Penugasan;
merupakan
dasar
dalam
pengaturan
kesepakatan
penugasan penilaian, tingkat kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan batasan penilaian (SPI 103 - 3.1). 2.3
Implementasi; merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh Penilai meliputi tahapan Investigasi, penerapan pendekatan penilaian dan penyusunan kertas kerja penilaian (SPI 104 - 3.1).
2.4
Laporan Penilaian; merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksi penugasan, tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang menghasilkan opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
3
dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi penting yang digunakan dalam analisis (SPI 105 - 3.1). 2.5
Nilai Wajar adalah estimasi harga yang akan diterima dari penjualan aset atau dibayarkan untuk transfer liabilitas dalam transaksi yang teratur di antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (SPI 102 – 3.19). Definisi Nilai Wajar ini sesuai dengan definisi pada PSAK 68 atau IFRS 13.
2.6
Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use - HBU), didefinisikan sebagai penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu aset, yang secara fisik dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset tersebut (KPUP - 12.1).
2.7
Pendekatan Pasar; mempertimbangkan penjualan dari properti sejenis atau pengganti dan data pasar yang terkait, serta menghasilkan estimasi nilai melalui proses perbandingan. Pada umumnya, properti yang dinilai (objek penilaian) dibandingkan dengan transaksi properti yang sebanding, baik yang telah terjadi maupun properti yang masih dalam tahap penawaran penjualan dari suatu proses jual beli.
2.8
Pendekatan Pendapatan; mempertimbangkan pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan properti yang dinilai dan mengestimasikan nilai melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi menghubungkan pendapatan (umumnya pendapatan bersih) dengan suatu definisi jenis nilai melalui konversi pendapatan menjadi estimasi nilai. Proses ini dapat menggunakan metode kapitalisasi langsung atau metode Arus Kas Terdiskonto (Discounted Cash Flow/DCF), atau keduanya.
2.9
Pendekatan Biaya; menetapkan nilai properti dengan mengestimasi biaya perolehan tanah dan biaya pengganti pengembangan baru (sesuatu yang dibangun) di atasnya dengan utilitas yang sebanding atau mengadaptasi properti lama dengan penggunaan yang sama, tanpa mempertimbangkan antara lain biaya akibat penundaan waktu pengembangan dan biaya lembur. Untuk properti yang lebih tua, pendekatan biaya memperhitungkan estimasi depresiasi termasuk penyusutan fisik dan keusangan lainnya (fungsional dan eksternal). Biaya konstruksi dan depresiasi seharusnya ditentukan oleh hasil analisis perkiraan biaya konstruksi dan depresiasi sesuai dengan kelaziman yang ada di pasar atau dalam praktek penilaian.
2.10 Penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai nilai aset yang sebenarnya (riil) dari entitas, dibandingkan dengan nilai buku yang lebih berupa pencatatan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
4
2.11 Pengertian atas Asosiasi Profesi Penilai pada Juknis ini adalah Masyarakat Profesi Penilai
Indonesia
(MAPPI)
sebagaimana
yang
tercantum
dalam
bagian
Pendahuluan KEPI dan SPI Edisi VI - 2015. 3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3) Penugasan penilaian pada tahap awal dimulai dengan memahami Lingkup Penugasan sesuai dengan tujuan penilaian yang akan dilaksanakan. Selain pemberian opini Nilai Wajar sesuai dengan yang diatur SPI 201, terdapat pekerjaan tambahan (lihat SPI 364) yang dapat diminta oleh pemberi tugas dan harus dinyatakan secara jelas di dalam Lingkup Penugasan. Pekerjaan tambahan tersebut, antara lain mencakup:
Inventarisasi Aset
Perincian Nilai Wajar berdasarkan daftar aset berwujud yang tercermin pada laporan keuangan pada tanggal penilaian.
Perincian Nilai Wajar berdasarkan daftar aset tetap sesuai dengan SPT Tahunan pada tanggal penilaian (untuk tujuan perpajakan),
Penentuan Sisa Umur Ekonomi,
Penentuan Nilai Sisa,
Persyaratan dari Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud dalam SPI 103 – 5.3 harus digunakan Penilai secara konsisten, dimana sistematika dan isinya dijelaskan sebagai berikut : Hal Status Penilai
Referensi
Penjelasan
SPI 103 5.3.1.1
Sebuah pernyataan yang menyatakan apakah : a) Identitas
Penilai
sebagai
individu
atau
instansi/Kantor Jasa Penilai Publik; b) Penilai dalam posisi untuk memberikan penilaian objektif dan tidak memihak; c) Penilai tidak mempunyai atau mempunyai potensi benturan kepentingan dengan pemberi tugas, pengguna laporan dan/atau objek penilaian; d) Penilai memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian. Jika Penilai memerlukan bantuan tenaga ahli atau Tenaga Penilai lainnya, maka sifat bantuan dan sejauh mana pekerjaan dilakukan akan disepakati dan diungkapkan dalam Lingkup Penugasan. Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
5
Hal Pemberi Tugas
Referensi
Penjelasan
SPI 103 5.3.1.2
Bila
tidak
dinyatakan
lain
oleh
peraturan
dan
dan Pengguna
perundangan yang berlaku, maka Pemberi Tugas dan
Laporan
Pengguna
Laporan
adalah
Entitas
Pemilik
Aset/Manajemen. Khusus untuk tujuan perpajakan, maka Pemberi tugas adalah Entitas Pemilik Aset dan Pengguna Laporan adalah Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI (PMK No. 79 tahun 2008 juncto PMK No. 191 tahun 2015). Sebagaimana yang dimaksud dalam KEPI dan SPI, nama Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan harus diungkapkan secara jelas. Maksud dan
5.3.1.3
Maksud
dan
Tujuan
Penilaian
adalah
untuk
Tujuan
memberikan opini Nilai Wajar yang akan digunakan
Penilaian
untuk tujuan pelaporan keuangan (lihat Lampiran SPI 103 dan SPI 201) atau untuk tujuan perpajakan. Penilai harus dapat mengidentifikasi secara jelas dan memahami SAK yang mensyaratkan pengukuran Nilai Wajar
dalam
penilaian
untuk
tujuan
pelaporan
keuangan, misalnya untuk model revaluasi aset sesuai PSAK 16-Aset Tetap, atau model Nilai Wajar sesuai PSAK 13-Properti Investasi. Objek penilaian
5.3.1.4
Penilai harus mendapatkan informasi secara jelas dari Pemberi Tugas atas objek penilaian yang akan dinilai. Objek penilaian yang akan dinilai untuk tujuan pelaporan keuangan merujuk kepada daftar aset tetap sesuai dengan laporan keuangan yang harus diperoleh dari Pemberi Tugas. Sedangkan objek penilaian yang akan dinilai untuk tujuan perpajakan merujuk kepada daftar aset tetap yang dilaporkan pada SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan yang harus diperoleh dari Pemberi Tugas. Penilai harus mengklarifikasi dan membatasi untuk tidak melakukan pekerjaan selain yang diatur oleh Lingkup Penugasan pada SPI 201 dan Juknisnya.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
6
Hal Bentuk
Referensi
Penjelasan
SPI 103 5.3.1.5
kepemilikan
Bukti
penguasaan
dan/atau
kepemilikan
aset
berwujud harus dinyatakan sesuai dengan informasi dari Entitas sebagaimana yang tercantum dalam daftar aset.
Dasar Nilai
5.3.1.6
Berdasarkan SPI 102 - 3.19 dan SPI 201 – 5.2 dasar nilai yang digunakan adalah Nilai Wajar. Dasar Nilai ini harus didefinisikan sesuai dengan SPI.
Tanggal
5.3.1.7
penilaian
Tanggal penilaian harus bersamaan dengan tanggal pelaporan keuangan Entitas atau tanggal lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan tanggal pengukuran pada definisi Nilai Wajar adalah sama dengan tanggal penilaian. Khusus untuk tujuan perpajakan, tanggal penilaian dapat berbeda dengan tanggal pelaporan keuangan Entitas, atau sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Mata uang
5.3.1.8
Untuk tujuan pelaporan keuangan, hasil penilaian
yang
harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah atau mata
digunakan
uang lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku atau mata uang fungsional sesuai dengan PSAK 10. Untuk tujuan perpajakan sesuai dengan PMK 191, mata uang yang digunakan adalah Rupiah atau US Dollar.
Tingkat
5.3,1.9
Penilai harus mengungkapkan bahwa investigasi yang
kedalaman
dilakukan dibatasi hal-hal sebagai berikut :
investigasi
Data dan informasi menyangkut fisik dan legal atas objek penilaian diperoleh dari
Entitas
dengan
dan
daftar
aset
berwujud
sesuai
dokumen
kepemilikan atau penguasaan yang diterima; Verifikasi yang dilakukan Penilai terhadap objek penilaian, merupakan bagian dari keperluan dan kepentingan pelaksanaan penilaian; Bila ditemukan adanya batasan tingkat kedalaman investigasi, misalnya untuk aset tipikal dalam jumlah banyak, maka inspeksi dapat dilakukan secara sampling. Sedangkan jika aset tidak dapat diinspeksi Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
dikarenakan
lokasinya
atau
situasi
7
Referensi
Hal
Penjelasan
SPI 103
tertentu, maka Penilai dapat melakukan penilaian dengan
melakukan
verifikasi
terhadap
data
sekunder dan membuat asumsi khusus; Penilai
harus
mengungkapkan
apabila
penilaian
dilaksanakan tanpa informasi yang biasanya tersedia dalam pelaksanaan penilaian. Sifat
dan
5.3.1.10
Data
dan
informasi
lain
yang
dianggap
dapat
sumber
dipercaya dalam mendukung pelaksanaan penilaian
informasi yang
dalam juknis ini dapat bersumber dari :
dapat
Badan Pertanahan Nasional,
diandalkan
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Profesi Penilai di Indonesia maupun di Luar Negeri, Sumber lainnya yang dapat dipercaya.
Konfirmasi
5.3.1.11
Pernyataan bahwa pekerjaan penilaian dilakukan
bahwa
berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan
penilaian
Standar Penilaian Indonesia (SPI) yang berlaku.
dilakukan berdasarkan KEPI dan SPI Laporan
5.3.2
Penilaian
Laporan penilaian yang akan disampaikan adalah laporan terinci (lengkap) dalam bahasa Indonesia, dan isi laporan penilaian sesuai dengan SPI 105. Format laporan penilaian untuk tujuan pelaporan keuangan atau tujuan perpajakan harus mencakup informasi
mengenai
Nilai
Wajar
pada
tanggal
penilaian. Jumlah dan kelengkapan dokumen laporan penilaian sesuai
dengan
kebutuhan
Pemberi
Tugas
dan
seharusnya dicantumkan pada Lingkup Penugasan. Persyaratan
5.3.3
Harus dinyatakan secara jelas kepada pemberi tugas
atas
pada saat penugasan diterima, bahwa persetujuan
Persetujuan
Penilai
untuk Publikasi
terhadap keseluruhan atau sebagian dari laporan, atau
harus
didapatkan
atas
setiap
publikasi
referensi yang dipublikasikan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
8
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 103 Lingkup
Penugasan
harus
memuat
persyaratan
mengenai hal tersebut. Batasan atau
5.3.4
Penilai dapat mencantumkan klausul bahwa Penilai
pengecualian
tidak memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga,
atas tanggung
selama tidak menyimpang dari peraturan dan hukum
jawab kepada
yang berlaku.
pihak selain pemberi tugas Persyaratan
5.3.5
Penilai harus mensyaratkan adanya
pernyataan
adanya
tertulis berupa surat representasi dari pemberi tugas
pernyataan
mengenai
tertulis berupa
diberikan oleh pemberi tugas (lampiran 7).
kebenaran
dan
sifat
informasi
yang
surat representasi Asumsi dan
5.3.6
asumsi khusus
Asumsi dan metode yang mendasari opini nilai sesuai dengan sifat dari data masukan/input penilaian harus dijelaskan, sehingga Entitas Pemberi Tugas dapat membuat klasifikasi aset ke dalam Hirarki Nilai Wajar yang disyaratkan sesuai dengan SPI 201-6.3. Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas apabila terdapat
ketidak
pastian
informasi
berkaitan
karakteristik fisik, legal atau ekonomi dari properti, atau mengenai kondisi eksternal properti seperti kondisi pasar atau tren atau integritas data yang digunakan dalam analisis. Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang terbatas, laporan harus memuat seluruh penjelasan mengenai keterbatasan tersebut. Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dan dijelaskan (bila ada). Biaya Jasa Penilaian
5.3.7
Biaya jasa Penilaian diperhitungkan dengan merujuk kepada standar fee/biaya yang dibuat Asosiasi Profesi Penilai (MAPPI)
Lainnya
Dalam hal untuk tujuan pelaporan keuangan atau tujuan perpajakan dibutuhkan pekerjaan tambahan oleh Pemberi Tugas dan/atau Pengguna Laporan berupa antara lain;
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
9
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 103
Perincian Nilai Wajar pada daftar aset, Penentuan Sisa Umur Ekonomi, Penentuan Nilai Sisa, maka hal ini harus diungkapkan secara jelas didalam Lingkup Penugasan. Pekerjaan
tambahan
termasuk
didalam
Jasa
Konsultansi yang diatur dalam SPI 364, dimana laporannya disampaikan secara terpisah dan tidak merupakan bagian dari laporan penilaian.
Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud di atas harus dituangkan menjadi bagian dari kontrak atau perjanjian pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
10
4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104) 4.1
Investigasi Investigasi yang dilakukan dalam tugas penilaian harus didasarkan kepada tujuan penilaian sesuai dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam perjanjian tugas dan sesuai dengan Dasar Nilai yang akan dilaporkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur Investigasi ini antara lain : 4.1.1 Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang dilakukan dengan cara yang benar. Penilai harus menentukan batasan, sejauh mana data yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian. 4.1.2 Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah disepakati; seperti data dari pemberi tugas maupun pihak lain tidak sesuai atau tidak memadai yang akan mengakibatkan hasil penilaian tidak dapat diyakini dan dipercaya ( credible), maka Lingkup Penugasan harus didiskusikan kepada Pemberi Tugas dan direvisi (dibuatkan addendum) atau opsi lainnya sesuai SPI 103 - 5.6.3. 4.1.3 Penilai harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dapat dipercaya atau diandalkan, sehingga tidak mempengaruhi kredibilitas hasil penilaian. Pertimbangan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan review, jika memiliki keraguan atas kredibilitas atau keandalannya, maka informasi tersebut seharusnya tidak digunakan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan Penilai dalam mereview informasi yang diperoleh, antara lain: a) Materialitas informasi terhadap kesimpulan nilai; b) Kompetensi dari pihak ketiga; c) Indepedensi pihak ketiga terhadap objek penilaian atau pengguna penilaian; d) Sejauh mana informasi tersebut termasuk ke domain publik. 4.1.4 Objek penilaian dalam penugasan ini diperhitungkan berdasar Nilai Wajar dari aset apabila dijual dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal penilaian. Pengukuran Nilai Wajar berbasis pasar, bukan pengukuran yang spesifik atas Entitas atau biasa dikenal sebagai Nilai dalam Penggunaan. Dalam pengukuran Nilai Wajar, karakteristik aset (seperti kondisi dan lokasi, adanya restriksi) diperhitungkan sejauh karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku pasar pada tanggal penilaian.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
11
4.1.5 Pengukuran Nilai Wajar mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi yang teratur atau transaksi dengan asumsi adanya periode pemasaran yang lazim dan umum sebelum tanggal penilaian dan bukan merupakan transaksi karena keterpaksaan seperti dalam konteks likuidasi. 4.1.6 Transaksi penjualan aset terjadi: a) Di pasar utama untuk aset tersebut. Pasar utama didefinisikan sebagai pasar dengan volume dan tingkat aktivitas terbesar untuk aset. b) Jika
tidak
terdapat
menguntungkan
pasar
untuk
aset
utama,
di
pasar
yang
paling
tersebut.
Pasar
yang
paling
menguntungkan adalah pasar dimana jumlah maksimal dari penjualan aset akan diterima setelah memperhitungkan biaya transportasi dan biaya lainnya. Pada umumnya kondisi penjualan ini berlaku untuk personal properti berwujud. 4.1.7 Hirarki Nilai Wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga yang langsung dikutip dari pasar atau harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (input level 1) kemudian input yang dapat diobservasi dari pasar/data pasar baik secara langsung maupun tidak langsung (input level 2) dan prioritas terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi dari pasar (input level 3) yang umumnya terkait dengan properti khusus atau properti dengan pasar yang terbatas. 4.1.8 Pengukuran Nilai Wajar dari aset memperhitungkan kemampuan pelaku
pasar
untuk
menghasilkan
manfaat
ekonomi
dengan
menggunakan aset dalam penggunaan tertinggi dan terbaiknya (HBU) atau dengan menjualnya kepada pelaku pasar lain yang akan menggunakan aset tersebut dalam HBUnya. 4.2
Pendekatan Penilaian Pendekatan dan metode penilaian yang digunakan berdasar pertimbangan seperti, dasar nilai dan tujuan penilaian, ketersediaan informasi dan data, serta metode yang diterapkan para pelaku dalam pasar yang relevan. 4.2.1 Tujuan penilaian pada SPI 201 dan Juknis ini adalah pelaporan keuangan, dimana sesuai dengan Hirarki Nilai Wajar yang dijelaskan pada 4.1.7, pendekatan penilaian yang relevan dibutuhkan didalam menentukan Nilai Wajar level 2 dan level 3, dikarenakan adanya penyesuaian yang dibutuhkan dalam menentukan opini Nilai Wajar.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
12
4.2.2 Objek penilaian dalam revaluasi aset meliputi : 1) Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industri atau komersial 2) Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri dan komersil dan meliputi: a. Aset yang melekat dengan tanah; seperti prasarana dan sarana pelengkap bangunan. b. Mesin dan peralatan yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan dari bangunan. 3) Personal Properti berwujud; antara lain terdiri dari mesin dan peralatan, alat transportasi, alat berat, perabotan dan peralatan lain.
Untuk
tujuan
perpajakan,
personal
properti
berwujud
diklasifikasikan sebagai Aktiva Tetap Bukan Bangunan. 4.2.3 Penerapan pendekatan dan metode penilaian untuk menghitung Nilai Wajar atas objek penilaian, sebagai berikut: Objek Penilaian
Pasar
Pendapatan
Tanah
Tanah & Bangunan
HBU
HBU
Personal Properti Berwujud
Biaya
Keterangan HBU
4.2.3.1 Pendekatan Pasar diterapkan dengan menggunakan data yang diobservasi
langsung
atau
tidak
langsung.
Penilai
mengumpulkan harga transaksi/penawaran dari aset sejenis dan sebanding, serta melakukan penyesuaian atas sifat atau karakteristik yang berbeda dengan aset yang dinilai. Khusus pada penilaian tanah atau tanah dan bangunan, Penilai harus memperhatikan aspek HBU, dikarenakan tanah dapat memiliki HBU yang berbeda dengan kondisi eksisting, misalnya tanah yang diatasnya terdapat bangunan gudang (eksisting) terletak di lokasi dengan peruntukan komersial, maka aset harus dinilai
dengan
peruntukan
komersial,
sehingga
pengembangan di atasnya (gudang) menjadi tidak bernilai atau hanya diperhitungkan Nilai Sisa-nya (lihat SPI 102 butir 3.17). 4.2.3.2 Pendekatan Pendapatan diterapkan untuk objek penilaian yang menghasilkan pendapatan atau memiliki prospek pendapatan Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
13
dalam hal masih berupa tanah kosong. Penilai membuat proyeksi pendapatan dengan menggunakan data masukan yang dapat diobservasi dari pasar seperti harga jual, tingkat sewa, tingkat hunian dan lainnya yang didiskonto untuk memperoleh nilai kini dari arus kas yang diproyeksikan, yang akan mencerminkan nilai properti, dengan menggunakan kapitalisasi langsung atau metode arus kas terdiskonto (DCF). Dalam hal ini penilai juga harus memperhatikan apakah properti memenuhi HBUnya, karena dapat saja suatu properti dibangun sesuai dengan peruntukannya, namun pendapatan yang dihasilkan tidak optimum karena kondisi, lingkungan atau
skala
pengembangannya,
sehingga
memerlukan
pertimbangan Penilai untuk memutuskan apakah properti eksisting akan dipugar atau direnovasi. Selain itu Penilai perlu mempertimbangkan adanya potensi tanah berlebih ( excess
land) yang harus dinilai tersendiri. Hal yang sama berlaku pada mesin dan peralatan dengan utilisasi yang tidak optimal, sehingga
memerlukan
pertimbangan
Penilai
untuk
kemungkinan dilakukannya ’overhaul’ atau perbaikan. 4.2.3.3 Pendekatan Biaya diterapkan pada setiap objek penilaian kecuali tanah kosong. Penilai menghitung Biaya Pengganti dari aset modern ekivalen dikurangi dengan depresiasi fisik, kemunduran
fungsional
dan
eksternal/ekonomis
sesuai
kondisi aset yang dinilai. Khusus untuk aset yang memiliki nilai historis (heritage asset), Penilai dapat memperhitungkan Biaya Reproduksi aset untuk mempertahankan nilai keantikan dari aset tersebut. 4.2.4 Penerapan pendekatan penilaian dalam konteks Nilai Wajar sangat terkait kepada pertimbangan Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU). Pertimbangan HBU dapat dilihat dari kondisi tanah dalam keadaan kosong (as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan ( as
improved). Dalam analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang meliputi :
Secara hukum diizinkan;
Secara fisik dimungkinkan;
Secara finansial menguntungkan;
Menghasilkan
nilai
tertinggi
(produktifitas
maksimum)
dari
properti.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
14
4.2.5 Penilai harus mengidentifikasi apakah aset tergolong HBU sebagai properti
yang
dipertimbangkan
telah
dikembangkan
dikonversi
untuk
( HBU
as
improved)
penggunaan lainnya
atau
melalui
renovasi atau jika tidak, maka Penilai akan menentukan HBU sebagai tanah kosong (HBU as though vacant), dimana Penilai akan menghitung Nilai Wajar dari tanah berdasarkan penggunaan alternatif dan pengembangan di atas tanah akan dihitung tersendiri, sehingga Nilai Wajar dari tanah saja (lihat diagram A) ditambahkan dengan Nilai Sisa dari pengembangan di atasnya. Contoh:
Pabrik yang terletak di lokasi yang sudah berkembang menjadi residensial mengindikasikan penggunaan tidak memenuhi HBUnya, sehingga dinilai sebagai tanah kosong berdasarkan penggunaan alternatif untuk pengembangan perumahan (HBU as though vacant) dan ditambahkan dengan Nilai Sisa (jika ada) dari bangunan pabrik dan Nilai Wajar dari mesin dan peralatan dengan asumsi dinilai exsitu.
Gedung kantor yang terletak di lokasi komersial dimana karena situasi over-supply di pasar, maka nilai sebagai gedung kantor menjadi rendah. Penilai perlu melihat apakah properti eksisting dapat dikonversi menjadi properti lainnya yang memenuhi HBUnya, misalnya sebagai hotel dan menghitung nilai properti sebagai nilai hotel dikurangi dengan biaya-biaya untuk konversi gedung kantor menjadi hotel dan memperhitungkan juga developer’s profit sebagai faktor resiko.
4.2.6 Apabila aset tergolong ke dalam aset non operasional, maka Penilai akan menentukan HBU tanah untuk penggunaan alternatif yang mungkin berbeda dengan penggunaan sebelumnya. 4.2.7 Khusus untuk penilaian aset sektor publik, yang umumnya tergolong sebagai properti khusus, maka Penilai akan menghitung Nilai Wajar aset sebagai Nilai Wajar tanah (HBU – penggunaan alternatif) + Nilai Wajar bangunan (lihat DRC pada SPI 350) + Nilai Wajar Mesin in situ. Hal ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa untuk kepentingan aset sektor publik, harus menggunakan lokasi yang ditentukan Pemerintah dan umumnya memiliki perijinan khusus, sehingga tidak dimungkinkan untuk hanya dibangun di lokasi dengan peruntukan yang sesuai (industri). Dalam hal ini, Penilai akan menggunakan asumsi khusus bahwa pengembangan di atas tanah telah mencerminkan HBU
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
15
dari tapak. Penilai dapat merujuk
kepada UU no 2/2012 untuk
mengetahui cakupan dari aset sektor publik. (lihat diagram B) Contoh:
Gardu Induk yang terletak di lokasi komersial, akan dinilai dengan asumsi
khusus bahwa
pengembangan sebagai
gardu telah
memenuhi HBU sesuai dengan pengembangan di lokasi sekitarnya yaitu komersial, sehingga tanah dinilai sebagai tanah komersial tanpa memperhitungkan biaya pembongkaran karena gardu akan diteruskan penggunaannya. Sedangkan untuk bangunan serta mesin dan peralatan akan dinilai sesuai dengan penggunaan yang ada sebagai gardu dengan asumsi in-situ. Dalam situasi lain, dimana Gardu Induk terletak di kawasan industri, maka properti dinilai dengan premis HBU as improved, dimana tanah dinilai sebagai tanah industri dan ditambahkan dengan nilai pengembangan serta mesin dan peralatan di atasnya. 4.2.8 Teknik Pengukuran berdasar SAK 4.2.8.1 Kuotasian langsung dari harga pasar aktif (quoted market
price) seperti dari pasar modal, bursa komoditi dan pasar sejenisnya adalah Nilai Wajar terbaik menurut PSAK 68, yakni memenuhi hirarki tertinggi (level 1). Namun bila pasar aktif atau pasar utama tidak tersedia, maka hirarki nilai wajar PSAK 68 mensyaratkan untuk turun ke pengukuran level 2 atau ke level 3 (yang terendah). 4.2.8.2 Level 2 menggunakan data masukan baik berupa data yang langsung dapat diobservasi seperti harga transaksi aset serupa yang mirip, atau harga kuotasian aset identik di pasar yang tidak aktif, atau harga input lainnya yang masih bisa diobservasi dari pasar walau secara tidak langsung seperti harga sewa aset sejenis, tingkat hunian dan sebagainya. 4.2.8.3 Pengukuran Nilai Wajar level 3 menggunakan harga atau data masukan yang tidak bisa diobservasi. Level 3 ini yang biasanya menggunakan teknik penilaian seperti misalnya discounted
cash flow yang menggunakan arus kas proyeksi dari aset yang diukur selama umur ekonomis aset. Pengukuran pada level 3 lebih subjektif dari pada level 1 dan level 2, karena banyak asumsi dalam pengukurannya. Data masukan untuk memperoleh Nilai Wajar level 3, sifat dan asumsi yang digunakan harus diungkapkan secara lebih rinci.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
16
Juga harus dijelaskan langkah-langkah proses penilaian yang dilakukan dengan semua data masukan tersebut. Analisis sensitivitas juga harus dibuat didalam pengungkapan atau pelaporannya atas perubahan data masukan/input penilaian yang tidak dapat diobservasi (Unobservable inputs), termasuk hubungannya yang dapat mempengaruhi penilaian. Input data yang digunakan dalam setiap level dapat dijelaskan sebagai berikut: Objek
Pasar
Pendapatan
Biaya
Keterangan
Dikutip langsung
NA
NA
HBU
Penilaian Level 1
tanpa penyesuaian Level 2
Dihitung sebagai
Properti komersial
Indikasi Nilai Wajar
satu kesatuan
seperti,
tanah dalam
dengan
perkantoran, hotel
keadaan kosong
menggunakan
dan properti
ditambah Biaya
data yang sejenis
penghasil
Pengganti Baru
dan sebanding
pendapatan;
(RCN) bangunan
dari pasar.
dengan
dan/atau personal
menggunakan data
properti berwujud
masukan yang
yang disesuaikan
dapat diobservasi
dengan penyusutan
dari pasar.
fisik, fungsi dan
HBU
eksternal, dengan menggunakan data masukan yang dapat diobservasi dari pasar. Level 3
-
Proxy dari properti
RCN dikurangi
penghasil
dengan penyusutan,
pendapatan
dimana data
hipotetis yang
masukan tidak
dimungkinkan
dapat diobservasi
dikembangkan di
dari pasar.
HBU hipotetis
lokasi dengan karakteristik yang mirip.
4.3
Kertas Kerja Penilaian 4.3.1 Kertas kerja penilaian harus disimpan untuk jangka waktu yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy. 4.3.2 Kertas kerja penilaian mencakup dokumen investigasi dan analisis yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan akhir, serta salinan dari setiap draft atau laporan akhir yang diberikan kepada pemberi tugas.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
17
5. Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1) Penugasan penilaian pada tahap akhir berupa hasil dalam bentuk laporan penilaian. Uraian berikut ini merupakan penjelasan Pelaporan Penilaian yang merujuk kepada Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud oleh SPI yang harus digunakan Penilai secara konsisten. Referensi
Hal
Penjelasan
SPI 105
Status
5.1.1
Penilai
Bila tidak ditentukan lain, maka status Penilai dalam kepentingan penugasan ini adalah Penilai independen dan profesional sebagaimana yang dimaksud oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku. Penilai harus mencantumkan statusnya berikut dengan KJPP atau institusinya. Laporan penilaian ini wajib mencantumkan tanda tangan Penilai yang bertanggung jawab sesuai dengan pengaturan dalam KEPI dan SPI. Jika Penilai memperoleh bantuan tenaga ahli dan/atau penugasan
Penilai
lainnya
penilaian
untuk
dalam
kaitannya
tujuan
pelaporan
keuangan atau perpajakan sebagaimana diatur oleh SPI, maka sifat bantuan dan sejauh mana pekerjaan dilakukan, disampaikan dalam laporan. Pemberi Tugas
5.1.2 dan
Laporan harus ditujukan kepada Pemberi Tugas dalam hal ini adalah Entitas Pemilik Aset untuk
Pengguna
tujuan pelaporan keuangan atau pihak terkait
Laporan
lainnya sesuai Lingkup Penugasan. Untuk tujuan perpajakan, maka Pemberi tugas adalah Entitas Pemilik Aset dan Pengguna Laporan adalah
Direktur
Jenderal
Pajak
Kementerian
Keuangan RI (PMK No. 79 tahun 2008 dan PMK No. 191 tahun 2015). Pencantuman nama Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan diungkapkan secara jelas.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
18
Hal Maksud dan
Referensi
Penjelasan
SPI 105 5.1.3
Tujuan
Maksud dan Tujuan penilaian harus dinyatakan secara jelas.
Penilaian
Tujuan penilaian Pemberi Tugas adalah untuk tujuan
pelaporan
keuangan
atau
tujuan
perpajakan. Maksud penilaian adalah memberikan dasar nilai yang sesuai dengan tujuan penilaian, dalam hal ini adalah opini Nilai Wajar. Bila tidak dinyatakan lain maka kalimat lengkap yang
dapat
dikutip
”memberikan
adalah
opini
Nilai
sebagai
Wajar
berikut;
yang
akan
digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan (atau tujuan perpajakan)”. Objek
5.1.4
penilaian
Penilaian
untuk
tujuan
pelaporan
keuangan,
biasanya terkait dengan penilaian aset berwujud untuk
seluruh
kelas
aset
dan/atau
properti
investasi, dimana penilaian dalam satu kelas aset harus dilakukan secara keseluruhan, tidak dapat hanya untuk sebagian aset (PSAK 16). Untuk tujuan pelaporan
keuangan,
sekelompok
aset
yang
bersama-sama menghasilkan pendapatan akan dinilai sebagai satu kesatuan. Revaluasi aset atas objek penilaian untuk tujuan perpajakan, dapat dilakukan untuk sebagian aset dari suatu kelas aset yang sama. Penjelasan
atas
diidentifikasikan
objek
dimaksud
sebagaimana
disepakati
harus dan
disetujui dengan Pemberi Tugas. Bentuk kepemilikan
5.1.5
Hak kepemilikan atau penguasaan dari aset harus dinyatakan sesuai dengan hasil verifikasi dan inspeksi lapangan, sebagaimana yang diatur dalam peraturan dan perundangan yang berlaku. Penilai
harus membedakan
jenis
kepemilikan
properti yang dinilai apakah merupakan hak milik, hak sewa jangka panjang (HGB), hak pengusahaan dan lainnya, sebagaimana yang lazim dan umum Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
19
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 105 diterima
oleh
pelaku
pasar
sebagai
bentuk
penguasaan atau kepemilikan. Dasar Nilai
5.1.6
Tujuan penilaian akan menentukan dasar nilai yang digunakan.
Dasar nilai harus dinyatakan dan
didefinisikan secara lengkap di dalam laporan penilaian. Berdasarkan SPI 102 - 3.19 dan SPI 201 dasar nilai yang digunakan adalah Nilai Wajar. Tanggal
5.1.7
penilaian
Tanggal penilaian harus dinyatakan di dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam Lingkup Penugasan dan umumnya merupakan tanggal pada saat
laporan
keuangan
dikeluarkan,
dimana
seluruh parameter dan asumsi penilaian diambil pada tanggal tersebut. Tanggal penilaian untuk tujuan perpajakan dapat berbeda dengan tanggal pelaporan keuangan dan diatur tersendiri sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang
berlaku
yang
didasarkan
kepada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Penting
bagi
Penilai
untuk
memberikan
pemahaman kepada Pemberi Tugas dan Pengguna laporan bahwa nilai properti dapat berubah dalam satuan waktu, sehingga nilai yang berlaku pada suatu tanggal penilaian dapat tidak berlaku untuk tanggal yang lain. Mata
uang 5.1.8
Untuk tujuan pelaporan keuangan, hasil penilaian
yang
harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah atau
digunakan
mata uang lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku atau mata uang fungsional sesuai dengan PSAK 10. Untuk tujuan perpajakan sesuai dengan PMK 191, mata uang yang digunakan adalah Rupiah atau US Dollar sesuai dengan yang disebutkan pada Lingkup Penugasan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
20
Hal Tingkat
Referensi
Penjelasan
SPI 105 5.1.9
Investigasi
yang
kedalaman
penelaahan,
investigasi
bertujuan penilaian
dilakukan
penghitungan untuk
yang
meliputi dan
analisis
menghasilkan
dapat
inspeksi, yang
kesimpulan
dipercaya.
Untuk
itu,
pelaksanaan investigasi sepanjang tidak diatur lain harus dilakukan secara lengkap. Beberapa hal terkait dengan investigasi yang perlu diketahui adalah :
Data dan informasi menyangkut fisik dan legal atas objek penilaian diperoleh dari Entitas sesuai
dengan
daftar
aset
dan
dokumen
kepemilikan yang diterima;
Verififikasi yang dilakukan Penilai terhadap objek
penilaian,
keperluan
dan
merupakan
bagian
kepentingan
dari
pelaksanaan
penilaian;
Dalam hal inspeksi dilakukan secara sampling atau tidak dapat dilakukan sesuai dengan yang disepakati dalam Lingkup Penugasan.
Penilai harus mengungkapkan apabila penilaian dilaksanakan
tanpa
informasi
yang
biasanya
tersedia dalam pelaksanaan penilaian. Penilai harus mengindikasikan di dalam laporan jika dibutuhkan
verifikasi lebih lanjut untuk
informasi atau asumsi yang mendasari penilaian, atau apabila informasi penting tidak tersedia. Sifat dan
5.1.10
Sebagaimana yang diatur pada tingkat kedalaman
sumber
investigasi, seluruh informasi yang digunakan
informasi
bersumber dari hasil inventarisasi dan identifikasi
yang dapat
oleh pihak Entitas Pemilik Aset/Pemberi Tugas
diandalkan
yang
akan
diverifikasi
oleh
Penilai
sejauh
dimungkinkan. Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya dapat bersumber dari :
Badan Pertanahan Nasional,
Bank Indonesia,
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
21
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 105
Badan Pusat Statistik (BPS),
Asosiasi Profesi Penilai di Indonesia maupun di Luar Negeri,
Asumsi dan
5.1.11
Sumber lainnya yang dapat dipercaya.
Asumsi dan metode yang mendasari opini nilai
asumsi
sesuai dengan sifat dari data masukan/input
khusus
penilaian
harus
dijelaskan,
sehingga
Entitas
Pemberi Tugas dapat membuat klasifikasi aset ke dalam Hirarki Nilai Wajar yang disyaratkan sesuai dengan SPI 201-6.3. Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas. Asumsi khusus dibuat apabila terdapat ketidak pastian informasi yang antara lain berkaitan dengan karakteristik fisik, legal dan ekonomi dari properti, serta kondisi eksternal properti seperti kondisi/tren pasar atau integritas data yang digunakan dalam analisis. Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang terbatas,
laporan
harus
memuat
seluruh
penjelasan mengenai keterbatasan. Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dan dijelaskan. Asumsi lain yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan dapat diungkapkan Penilai. Contoh, terkait perbedaan waktu antara tanggal penilaian dengan tanggal inspeksi atau dengan tanggal laporan keuangan. Pendekatan Penilaian
5.1.12
Pendekatan penilaian yang digunakan dan alasan pemilihannya pada proses implementasi, harus diungkapkan
secara
jelas
di
dalam
laporan
penilaian. Pengutipan istilah dan rujukan penggunaannya mengikuti sebagaimana diatur oleh SPI
atau
peraturan lain yang relevan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
22
Hal Kesimpulan
Referensi
Penjelasan
SPI 105 5.1.13
Penilaian
Kesimpulan penilaian ditampilkan secara jelas, mudah
dimengerti
dan
tidak
menimbulkan
kesalahpahaman. Hasil penilaian dapat disusun per kelompok objek penilaian, dengan indikasi nilai dalam mata uang rupiah atau mata uang lainnya sesuai dengan yang dinyatakan di dalam Lingkup Penugasan. Persetujuan
5.1.14
publikasi
Apabila terdapat kebutuhan akan pernyataan untuk dipublikasikan, hal ini harus dituangkan dalam dokumen terpisah yang dapat merupakan lampiran dari laporan penilaian (Consent Letter). Limitasi
pengungkapan
penilaian
berdasarkan
informasi atau instruksi yang terbatas seharusnya dimasukkan. Keterbukaan informasi seharusnya dapat dilihat dari kesepakatan yang tercantum dalam Lingkup Penugasan. Konfirmasi
5.1.15
bahwa
wajib tunduk kepada KEPI dan SPI.
penilaian
Setiap
dilakukan
penugasan
sebagaimana
berdasarkan
dan
dimaksud
pelaporan oleh
SPI
penilaian 201
wajib
dikonfirmasi bahwa penilaian dimaksud dilakukan
kepada KEPI
berdasarkan kepada KEPI dan SPI.
dan SPI Diskripsi
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penilai
5.1.16
Uraian aset didiskripsikan secara jelas untuk
uraian
mendukung analisis, opini dan kesimpulan dalam
properti
laporan.
Tinjauan
5.1.16
pasar
Penilai harus memberikan gambaran mengenai tingkat permintaan/penawaran, tren harga dan indikator
pasar
lainnya
untuk
memberikan
gambaran pasar dari aset yang dinilai. Pernyataan
5.1.17
Lembar Pernyataan Penilai harus mencantumkan
Penilai
nama semua Penilai dan tenaga ahli yang terlibat
(Compliance Statement)
(termasuk penanggung jawab laporan), nomor izin Penilai
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
Publik
(bagi
Penilai
Publik),
nomor
23
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 105
keanggotaan asosiasi (bagi semua tim Penilai), kualifikasi profesional (bagi tenaga ahli) dan jabatan dalam penugasan (termasuk tim dari konsorsium bila ada). Pernyataan Penilai dapat merujuk kepada SPI 105 dan/atau petunjuk teknis ini (Lampiran 5). Kondisi dan
5.1.18
Syarat
Menyatakan ada batasan dalam penyampaian kesimpulan penilaian.
Pembatas
Petunjuk teknis ini memberikan acuan rujukan yang
dapat
dijadikan
menentukan
Kondisi
dasar dan
kutipan
Syarat
dalam
Pembatas
(Lampiran 6). Nama,
5.1.19
Lembar Surat Pengantar perlu mencantumkan
kualifikasi
nama penanggung jawab laporan, nomor izin
profesional
Penilai Publik dan jabatannya.
dan tanda tangan Penilai
Lembar surat pengantar harus ditandatangani oleh penanggung jawab laporan (Penilai Publik). Tanda tangan dimaksud berupa tulisan tangan (tanda tangan basah).
Lainnya
Dalam
hal
Penilai
diminta
untuk
melakukan
perincian Nilai Wajar dari satu kesatuan aset yang diperoleh
dengan
Pendekatan
Pendapatan,
menjadi unit penilaian yang terdiri dari tanah, bangunan dan mesin, dapat terjadi selisih nilai lebih
yang
mungkin
signifikan
(dikarenakan
manajemen pengelolaan aset atau kontrak) bila dibandingkan
dengan
hasil
penilaian
dengan
Pendekatan Biaya, dan perincian nilai dilakukan dengan mencatatkan tanah pada Nilai Wajar sedangkan
komponen
dilakukan
dengan
pembentuk
lainnya
menambahkan
secara
proporsional selisih nilai yang diperoleh berdasar bobot harga perolehannya.. Bila ada pekerjaan tambahan yang diminta oleh Entitas sesuai yang disepakati dalam Lingkup
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
24
Hal
Referensi
Penjelasan
SPI 105 Penugasan,
misalnya
perincian
Nilai
Wajar
dicantumkan pada daftar aset, maka; Nilai Wajar dari aset individual dicantumkan pada aset dimaksud dalam daftar aset, Nilai Wajar dari satu kesatuan unit aset, untuk masing-masing kelompok (tanah, bangunan, mesin dan aset lainnya) di alokasikan ke setiap kelompok dan nilainya di propotional pada satuan aset yang dinilai dalam daftar aset. Rujukan sistematika dan isi laporan penilaian dapat dilihat pada Lampiran 3.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
25
LAMPIRAN DIAGRAM
Diagram A Aset Tetap
HBU as vacant
Nilai Wajar tanah (alternative
+
use)
HBU as improved
Nilai Wajar asset* (existing use)
*satu kesatuan tanah, bangunan, mesin
Nilai Sisa bangunan + Mesin ex-situ
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
26
Diagram B
Aset Tetap
HBU as vacant
Nilai Wajar tanah (alternative
HBU as improved
Nilai Wajar asset* (existing use)
use)
+
*satu kesatuan tanah, bangunan, mesin
Nilai Wajar bangunan + mesin in situ
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
27
Lampiran 1 : Hirarki Nilai Wajar
Apakah terdapat harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identik? (Input Level 1)
Ya
Tidak
Apakah terdapat observable inputs* yang dapat diobservasi selain dari harga kuotasian untuk aset atau liabilitas identik?
Pengukuran Level 1
Harus digunakan tanpa penyesuaian
Ya
Penggunaan input Level 2 tanpa ‡ adanya unobservable inputs yang signifikan= Pengukuran Level 2
Tidak
Penggunaan unobservable inputs secara signifikan = Pengukuran Level 3
*Observable inputs termasuk data pasar (harga dan informasi lainnya) yang tersedia secara publik ‡
Unobservable inputs termasuk data entitas sendiri (proyeksi, budget dsb)
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
28
Lampiran 2 : Ilustrasi - A Penilaian Bangunan Gudang di Lokasi Komersial Indikasi Nilai Wajar sebagai Gudang
Tanah
Bangunan
Rp 15,000,000,000,-
(asumsi peruntukan tanah industri)
Rp 13,000,000,000,Rp 2,000,000,000,-
Indikasi Nilai Wajar sesuai HBU sebagai tanah komersial Rp 35,000,000,000,Biaya pembongkaran dan biaya lain-lain
Rp
300,000,000,-
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tanah tidak mencerminkan HBU nya, karena Nilai Wajar tanah saja sesuai HBU lebih besar dikurangi dengan biaya pembongkaran dan biaya lain-lain masih lebih besar dari Nilai Wajar sebagai gudang. Indikasi Nilai Sisa Bangunan
Rp
500,000,000,-
Pengungkapan dalam laporan penilaian: Nilai Wajar Aset
Tanah
Rp 35,000,000,000,-
Nilai Sisa Bangunan
Rp
500,000,000,-
Ilustrasi - B Penilaian Bangunan Pabrik dengan excess land di Zona Transisi yang sudah mengarah ke Komersial. Asumsi (i) Pabrik masih memiliki ijin untuk beroperasi dan memenuhi HBU as improved Indikasi Nilai Wajar Pabrik
Rp 25,000,000,000,-
Tanah (asumsi peruntukan tanah industri)
Rp 12,000,000,000,- (a1)
Bangunan
Rp 5,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (in situ)
Rp 8,000,000,000,-
Asumsi (ii) Pabrik masih memiliki ijin untuk beroperasi tapi tidak memenuhi HBU Indikasi Nilai Wajar Pabrik
Rp 27,000,000,000,-
Tanah (asumsi HBU untuk penggunaan alternatif) Rp 27,000,000,000,- (a2)
Bangunan (Nilai Sisa)
Rp
1,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (ex situ)
Rp
5,000,000,000,-
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
29
Indikasi Nilai Wajar excess land
Rp 5,000,000,000,- (b)
sesuai HBU sebagai tanah komersial Pengungkapan dalam laporan penilaian: Asumsi (i) Nilai Wajar Aset
Rp 30,000,000,000,-
Tanah
Rp 17,000,000,000,-(a1+b)
Bangunan
Rp
5,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (in situ)
Rp
8,000,000,000,-
Asumsi (ii) Nilai Wajar Aset
Rp 32,000,000,000,-
Tanah
Rp 32,000,000,000,- (a2+b)
Bangunan (Nilai Sisa)
Rp
1,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (ex situ)
Rp
5,000,000,000,-
Ilustrasi - C Penilaian Aset Publik (Infrastruktur) berupa Gardu Induk yang berlokasi di Zona Komersial Indikasi Nilai Wajar
Rp 39,000,000,000,-
Tanah
(asumsi peruntukan komersial)
Bangunan
Rp
2,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (in situ)
Rp
25,000,000,000,-
Indikasi Nilai Wajar excess land
Rp 12,000,000,000,- (a)
Rp 7,000,000,000,-(b)
sesuai HBU sebagai tanah komersial (dihitung dari kelebihan tanah terhadap kebutuhan pengembangan GI) Pengungkapan dalam laporan penilaian: Nilai Wajar Aset
Rp 46,000,000,000,-
Tanah (asumsi peruntukan komersial)
Rp 19,000,000,000,- (a+b)
Bangunan
Rp
Mesin & Peralatan (in situ)
Rp 25,000,000,000,-
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
2,000,000,000,-
30
Lampiran 3 : Sistematika dan Isi Laporan Penilaian (bentuk penomoran tidak terikat) Sistematika Laporan Bagian I - Pendahuluan
Gambaran Isi i.
Halaman Judul (cover)
i. Halaman Judul
Halaman judul memuat nama pekerjaan, nama
ii. Surat Pengantar
Pemberi Tugas dan nama kantor dan alamat
iii. Daftar Isi
Penilai.
iv. Pernyataan Penilai v. Ringkasan Penilaian
ii. Surat Pengantar Surat
Pengantar
secara
formal
menghantar
laporan Penilaian kepada Pemberi Tugas dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Laporan Penilaian. Surat Pengantar dimaksudkan sebagai catatan
permanen
Penilai
dan
yang
Pengguna
mengidentifikasikan Laporan.
Surat
ini
seharusnya ditulis dalam format surat bisnis yang layak dan seringkas mungkin serta dapat meliputi elemen sebagai berikut : Tanggal surat adalah tanggal laporan penilaian diterbitkan Nama pekerjaan dan alamatnya dalam deskripsi ringkas Dasar penugasan merujuk kepada perjanjian kerja/kontrak
berikut
dengan
amandemen/adendumnya (bila ada) Deskripsi ringkas bahwa Penilai telah melakukan investigasi atas properti yang diperlukan Referensi bahwa surat tersebut diiikuti oleh laporan Penilaian dan identifikasi jenis Penilaian dan format laporan Dasar penilaian yang digunakan di dalam laporan dan definisinya Tanggal Penilaian dan opini nilai (dalam angka dan huruf) Tanda
tangan
Penilai
Publik
sebagai
penanggung jawab Laporan iii. Daftar Isi Menyatakan pembagian utama dari laporan diikuti dengan sub-bagiannya Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
31
Sistematika Laporan
Gambaran Isi iv. Pernyataan Penilai Lembar Pernyataan Penilai penempatannya adalah setelah Surat Pengantar, dengan mencantumkan tanda tangan Penilai dan tanggalnya (lihat pada lampiran 5). Pernyataan Penilai ini penting karena menjelaskan posisi Penilai, sehingga melindungi baik integritas Penilai maupun validitas penilaian. v. Ringkasan Penilaian Apabila laporan penilaian panjang dan kompleks, ringkasan dari hal utama dan kesimpulan penting di dalam penilaian menjadi berguna. Ringkasan ini sering disebut juga sebagai Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary) yang akan memudahkan pengguna laporan dan memungkinkan Penilai untuk memberi penekanan kepada hal-hal utama yang dipertimbangkan dalam mencapai opini nilai final. Berikut
adalah
pedoman
isi
dari Ringkasan
Penilaian (Eksekutif) : Identifikasi ringkas dari properti (lokasi, fisik dan legal) Identifikasi hak atas properti yang dinilai Identifikasi
jenis
penilaian
(normal
atau
terbatas) dan format laporan (laporan terinci, ringkas atau terbatas) Tanggal penilaian dan tanggal inspeksi, tanggal laporan Asumsi khusus (bila ada) Deskripsi properti secara ringkas dan informasi relevan lainnya Kesimpulan nilai Bagian II –
Definisi
Definisi & Lingkup
penjelasan
Penugasan
penilaian berikut pelaporannya telah dilakukan oleh
i.
Penilai. Definisi dan Lingkup Penugasan dimaksud
Status Penilai
dan
Lingkup
atas
Penugasan
sejauhmana
suatu
merupakan pekerjaan
diuraikan sebagaimana yang diatur pada SPI 105Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
32
Sistematika Laporan ii.
Gambaran Isi
Pemberi Tugas dan
5.1.1 s/d 5.1.12 dan 5.1.15 (secara bersamaan dapat
Pengguna Laporan
dibaca pada bagian ke-3 juknis ini) sebagai berikut :
iii. Maksud dan Tujuan Penilaian
i.
Status Penilai
iv. Objek Penilaian
Penilai harus mencatumkan statusnya berikut
v.
dengan KJPP atau institusinya. Prosedur lengkap
Hak Kepemilikan
vi. Dasar Nilai
dapat
dilihat
pada
uraian
tentang
Laporan
vii. Tanggal Penilaian
Penilaian Untuk Tujuan Pelaporan Keuangan atau
viii. Penggunaan Mata
Tujuan Perpajakan pada juknis ini (bagian 5).
Uang ix. Tingkat Kedalaman x.
ii. Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan
Investigasi
Laporan ditujukan kepada Pemberi Tugas yang
Sifat dan sumber
sekaligus sebagai pengguna laporan, yaitu pihak
informasi
yang memberikan penugasan kepada Penilai.
xi. Asumsi Umum dan
Pemberi Tugas dapat berupa individu atau entitas
Khusus
atau sekelompok orang secara bersama-sama.
xii. Pendekatan
Apabila berupa entitas, harus disertai dengan
Penilaian
nama individu yang berhak mewakili..
xiii. Standar Penilaian iii. Maksud dan Tujuan Penilaian Maksud dan Tujuan Penilaian harus dijelaskan sehingga Pengguna Laporan memahami konteks dilakukannya penilaian. iv. Objek Penilaian Dapat disusun secara informatif dimana minimal terdapat informasi tentang jenis properti, lokasi dan volume (ukuran dan jumlah). Objek penilaian untuk tujuan pelaporan keuangan dimaksud harus didasarkan data dan/atau Daftar Aset (Asset Register) yang diberikan oleh Pemberi Tugas (bila ada perubahan lakukan penyesuaian pada
Laporan
Penilaian
dan
pada
Lingkup
Penugasan). Untuk
tujuan
perpajakan,
harus
didasarkan
kepada Daftar sesuai SPT (Surat Pemberitahuan) tahunan yang diberikan oleh Entitas Pelapor.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
33
Sistematika Laporan
Gambaran Isi v. Hak Kepemilikan Rincian dokumen kepemilikan yang merujuk kepada Daftar Aset atau SPT yang diberikan oleh Entitas Pemberi Tugas. Sifat hubungan kepemilikan atas properti. vi. Dasar Nilai (lihat penjelasan pada bagian 5) vii. Tanggal Penilaian Bila tidak diatur berbeda, tanggal penilaian yang digunakan harus konsisten sebagaimana yang diinstruksikan dalam Lingkup Penugasan. viii. Penggunaan Mata Uang Dinyatakan sebagaimana yang disebutkan dalam Lingkup Penugasan. ix. Tingkat Kedalaman Investigasi Diungkapkan berdasarkan apa yang telah diatur pada Lingkup Penugasan. Bila ada penyesuaian dan perubahan, Penilai harus menngungkapkan pada Laporan Penilaian. x. Sifat dan Sumber Informasi Dapat dirujuk sebagaimana telah diungkapkan dalam Lingkup Penugasan. xi. Asumsi Umum dan Khusus Pengungkapan seluruh asumsi dan asumsi khusus selain harus konsisten dengan apa yang tertera di dalam Lingkup Penugasan, Penilai juga dapat menyampaikan hal-hal yang dianggap relevan dalam Laporan Penilaian. xii. Pendekatan Penilaian Penggunaan
pendekatan
penilaian
yang
digunakan agar diuraikan secara lengkap, wajar dan beralasan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
34
Sistematika Laporan
Gambaran Isi xiii. Penggunaan Standar Penilaian untuk kepentingan pada Juknis ini menggunakan KEPI dan SPI
Bagian III –
i.
Tinjauan Properti sebagai Objek Penilaian
Presentasi Data
Uraian umum properti sebagai objek penilaian
i. Tinjauan Properti
diuraikan
secara
informatif.
Uraian
hasil
identifikasi
dan
tersebut
sebagai Objek
didasarkan
Penilaian
Penilai yang dapat memberikan gambaran secara
ii. Analisis Lingkungan
investigasi
lengkap dari properti yang dinilai.
iii. Deskripsi Tapak iv. Deskripsi Bangunan
ii. Analisis Lingkungan
dan Pengembangan
Fakta berkaitan dengan kota dan lingkungan
lainnya
sekitarnya (Neighborhood Analysis) yang dalam
v. Deskripsi Personal Properti vi. Deskripsi Kerugian Non Fisik
anggapan Penilai penilaian
berkaitan dengan masalah
seharusnya
dipertimbangkan
dan
dilaporkan. Analisis lingkungan dapat meliputi gambaran dari
vii. Tinjauan Pasar
lokasi properti, aksesibilitas dan fasilitas yang
viii. Karateristik
tersedia pada lingkungan dimana objek properti
Ekonomi dan
berada.
Keuangan (disesuaikan dengan
Penilai selalu mendasari analisnya dengan data
pendekatan
dan informasi yang mendukung pernyataan opini
pendapatan yg
penilaian secara umum. Hal-hal
digunakan)
berpengaruh secara
ix. Informasi relevan lainnya (bila ada)
yang yang
positif dan negatif yang
dapat mempengaruhi opini nilai harus disertakan dalam proses analisis dan pelaporan penilaian. Informasi lainnya yang perlu disampaikan, seperti parameter pengembangan (eksisting dan batasan) meliputi peruntukan, KLB, KDB, GSB dan batas ketinggian bangunan. iii. Deskripsi Tapak Karakteristik fisik Situasi dan tata letak tanah, luas tanah dan bentuk Kondisi tanah Fasilitas
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
35
Sistematika Laporan
Gambaran Isi Pengembangan yang menguntungkan maupun merugikan tapak Karakteristik Legal Peruntukan,
restriksi
pengembangan,
kemungkinan perubahan peruntukan iv. Deskripsi Bangunan dan Pengembangan lainnya Tidak hanya terbatas kepada bangunan, namun objek penilaian lainnya seperti ruang atas tanah dan
bawah
tanah
merupakan
seharusnya diuraikan.
Uraian
bagian
yang
masing-masing
objek penilaian antara lain : Jenis aset (untuk masing-masing bangunan, atau aset lainnya) Spesifikasi Jumlah dan ukuran unit Fasilitas pendudukung Kondisi dan umur (bila ada) Fasilitas dan servis (listrik, gas, telpon, air bersih, drainasi) v. Deskripsi Personal Properti Dapat meliputi benda yang berkaitan dengan tanah, seperti utilitas dan sarana pelengkap bangunan (Personal Properti yang melekat ke tanah/bangunan), vi. Tinjauan Pasar Uraian dan kajian pasar dapat meliputi: Pasar real estat tertentu atau submarket yang ada Tingkat permintaan dan trendnya (prediksi peningkatan atau penurunan) Keseimbangan permintaan dan penawaran. vii. Karakteristik Ekonomi dan Keuangan (bila ada) Data keuangan yang meliputi pendapatan dan pengeluaran serta seluruh parameter yang mempengaruhi Pajak properti Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
36
Sistematika Laporan
Gambaran Isi Asuransi properti CAPEX Kewajiban pengembangan. viii. Informasi Relevan Lainnya Fakta lainnya yang terjadi dan mempengaruhi analisis, estimasi atau kesimpulan penilaian dapat dinyatakan di dalam laporan
Bagian IV –
i.
Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest & Best
Analisis Data dan
Use - HBU)
Kesimpulan
Ke-4 kriteria yaitu secara legal, fisik, kelayakan
i. Penggunaan
keuangan dan produktifitas maksimum dibahas
Tertinggi dan
dalam kaitannya dengan properti yang dinilai.
Terbaik
Pola penggunaan tanah, regulasi peruntukan,
ii. Nilai tanah
profitabilitas dari pengembangan yang ada atau
iii. Implementasi
alternatif seharusnya dibahas di dalam laporan.
Penggunaan Pendekatan Penilaian iv. Rekonsiliasi dan
Analisis dan penulisan HBU dapat disesuikan dengan standar teknis tentang HBU (SPI 360).
Kesimpulan v. Kondisi dan Syarat Pembatas
ii. Nilai Tanah Pada bagian penilaian tanah di dalam laporan penilaian, data pasar disajikan bersamaan dengan analisis data dan alasan yang mengarah kepada opini nilai tanah. Faktor yang mempengaruhi nilai tanah seharusnya disajikan dalam cara yang jelas dan akurat. iii. Implementasi Penggunaan Pendekatan Penilaian Penilai mengembangkan pendekatan yang sesuai diterapkan dalam penugasan dan penentuan indikasi nilai. Penerapan dari setiap pendekatan dijelaskan berikut data faktual, analisis dan alasan yang
mengarah
kepada
indikasi
nilai
yang
dinyatakan di dalam laporan. Ketiga pendekatan penilaian
yang
meliputi,
Pendekatan
Pasar,
Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan Biaya diuraikan
secara
memberikan
ringkas
pemahaman
dan
jelas
kepada
untuk
pengguna
laporan. Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
37
Sistematika Laporan
Gambaran Isi iv. Rekonsiliasi dan Kesimpulan Apabila Penilai menggunakan lebih dari satu pendekatan
penilaian
melakukan
rekonsiliasi
maka dalam
Penilai
perlu
pengambilan
kesimpulan hasil penilaian (nilai). v. Kondisi dan Syarat Pembatas Menyatakan semua pembatasan yang mendasari kesimpulan nilai (lihat lampiran 5). Lampiran i.
Deskripsi properti terinci (apabila belum dimasukkan dalam bagian presentasi data)
ii. Rincian hasil penilaian (dibuat dalam surat terpisah dan dapat dalam bentuk softcopy untuk aset dalam jumlah banyak) iii. Foto iv. Peta v. Informasi lain yang relevan
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
38
Lampiran 4 : Pernyataan Penilai Setiap laporan Penilaian properti harus memuat Pernyataan Penilai (compliance
statement) yang ditandatangani dengan bentuk kurang lebih sebagai berikut: Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai Penilai, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa: 1. Pernyataan dalam laporan Penilaian ini, sebatas pengetahuan kami, adalah benar dan akurat. 2. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dinyatakan di dalam Laporan Penilaian ini dibatasi oleh asumsi dan batasan-batasan yang diungkapkan di dalam Laporan Penilaian, yang mana merupakan hasil analisis, opini dan kesimpulan Penilai yang tidak berpihak dan tidak memiliki benturan kepentingan. 3. Kami tidak mempunyai kepentingan baik sekarang atau di masa yang akan datang terhadap properti yang dinilai, maupun memiliki kepentingan pribadi atau keberpihakan kepada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap properti yang dinilai. 4. Penunjukan dalam penugasan ini tidak berhubungan dengan opini Penilaian yang telah disepakati sebelumnya dengan Pemberi Tugas 5. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya atau gambaran nilai yang diinginkan oleh Pemberi Tugas, besaran opini nilai, pencapaian hasil yang dinyatakan, atau adanya kondisi yang terjadi kemudian (subsequent event) yang berhubungan secara langsung dengan penggunaan yang dimaksud. 6. Penilai
telah
mengikuti
persyaratan
pendidikan
profesional
yang
ditetapkan/dilaksanakan oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI). 7. Penilai memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan dengan properti dan/atau jenis industri yang dinilai. 8. Penilai telah melaksanakan ruang lingkup sebagai berikut:
Identifikasi masalah (identifikasi batasan, tujuan dan objek, definisi Penilaian, dan tanggal Penilaian);
Pengumpulan data dan wawancara;
Analisis data;
Estimasi nilai dengan menggunakan pendekatan Penilaian;
Penulisan laporan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
39
9. Penilai telah/tidak melakukan inspeksi lapangan yang merupakan objek Penilaian (apabila lebih dari 1 orang menandatangani pernyataan ini, harus dibuat terinci mengenai individu mana yang melakukan inspeksi lapangan). 10. Tidak seorangpun selain yang bertandatangan di bawah ini, yang telah terlibat dalam pelaksanaan inspeksi, analisis, pembuatan kesimpulan, dan opini sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan Penilaian ini. 11. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan Penilaian telah dibuat dengan memenuhi ketentuan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan SPI yang berlaku. Pernyataan Penilai yang ditandatangani merupakan bagian integral dari laporan Penilaian. Penilai yang menandatangani bagian lainnya dari laporan Penilaian, termasuk surat pengantar (letter of transmittal) juga harus menandatangani pernyataan ini. Apabila Penilai yang menandatangani laporan bergantung kepada pekerjaan yang dilakukan oleh
Penilai/tenaga ahli lainnya yang tidak menandatangani
pernyataan Penilai, maka Penilai yang menandatangani bertanggung jawab atas keputusan untuk bergantung kepada pekerjaan mereka, dan disyaratkan untuk memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai kompetensi dari Penilai/tenaga ahli lainnya tersebut. Nama dari individu yang terlibat dalam Penilaian namun tidak menandatangani lembar Pernyataan Penilai harus dinyatakan.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
40
Lampiran 5 : Syarat Pembatas Berikut adalah contoh dari syarat pembatas yang harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan penilaian : 1. Informasi yang telah diberikan oleh pihak lain kepada Penilai seperti yang disebutkan dalam laporan Penilaian dianggap layak dan dipercaya, tetapi Penilai tidak bertanggung jawab jika ternyata informasi yang diberikan itu terbukti tidak sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Informasi yang dinyatakan tanpa menyebutkan sumbernya merupakan hasil penelaahan kami terhadap data yang ada, pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan dari instansi pemerintah yang berwenang. Tanggung jawab untuk memeriksa kembali kebenaran informasi tersebut sepenuhnya berada dipihak Pemberi Tugas. 2. Kecuali diatur berbeda oleh peraturan dan perundangan yang ada, maka penilaian dan laporan Penilaian bersifat rahasia dan hanya ditujukan terbatas untuk Pemberi Tugas yang dimaksud dan penasehat profesionalnya dan disajikan hanya untuk maksud dan tujuan sesuai dengan yang dicantumkan pada laporan Penilaian. Kami tidak bertanggung jawab kepada pihak lain selain Pemberi Tugas dimaksud. Pihak lain yang menggunakan laporan ini bertanggung jawab atas segala risiko yang timbul. 3. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam Laporan yang merupakan bagian dari properti yang dinilai hanya berlaku sesuai dengan maksud dan tujuan Penilaian. Nilai yang digunakan dalam laporan Penilaian ini tidak boleh digunakan untuk tujuan Penilaian lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan. 4. Kami telah mempertimbangkan kondisi properti dimaksud, namun demikian tidak berkewajiban
untuk memeriksa struktur bangunan ataupun bagian-
bagian dari properti yang tertutup, tidak terlihat dan tidak dapat dijangkau. Kami tidak memberikan jaminan bila ada pelapukan, rayap, gangguan hama lainnya atau kerusakan yang tidak terlihat. Penilai tidak berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas lingkungan dan lainnya. Kecuali diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada asumsi bahwa seluruh aspek ini dipenuhi dengan baik. 5. Kami tidak melakukan penyelidikan atas kondisi tanah dan fasilitas lingkungan lainnya, untuk suatu pengembangan baru. Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada kewajaran, dan untuk suatu rencana pengembangan tidak ada pengeluaran tidak wajar atau keterlambatan dalam masa pembangunan. Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
41
6. Kami tidak melakukan penyelidikan atas masalah lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran. Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada asumsi mengenai tidak adanya pencemaran yang dapat berpengaruh terhadap nilai. 7. Gambar, denah ataupun peta yang terdapat dalam laporan ini disajikan hanya untuk kemudahan visualisasi saja. Kami tidak melaksanakan survei/pemetaan dan tidak bertanggung jawab mengenai hal ini. 8. Keterangan mengenai rencana tata kota diperoleh dari Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Pernyataan Tertulis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Kecuali diinstruksikan lain, kami beranggapan bahwa properti yang dinilai tidak terpengaruh oleh berbagai hal yang bersifat pembatasanpembatasan dan properti maupun kondisi penggunaan baik saat ini maupun yang akan datang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
9. Semua bukti kepemilikan, legalitas dan perijinan yang ada didasarkan kepada informasi dan data yang diberikan Lembaga Petanahan selaku pemberi tugas/pengguna laporan (bila dinyatakan lain sebutkan). Oleh karena itu, kami tidak melakukan pengukuran ulang terhadap luasan properti secara detail, melainkan data dari sertifikat & gambar bangunan yang diterima dari Pemberi Tugas.
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
42
Lampiran 6 : Surat Representasi Penilai harus memperoleh surat representasi dari Pemberi Tugas yang ditujukan kepada Penilai untuk menyatakan kebenaran informasi yang diberikan. Surat representasi dimaksud diterima Penilai sebelum laporan diterbitkan. No. ....................... ............., (tanggal surat) Kepada Yth.
(sebutkan nama dan alamat KJPP/Instansi Penilai) Up. (sebutkan nama Partner penanggung jawab laporan) Perihal : Surat Pernyataan Atas Laporan Penilaian (sebutkan properti) yang berlokasi (sebutkan alamat lokasi) milik (sebutkan nama pemilik properti) Dengan hormat, Merujuk kepada kontrak (sebutkan nomor kontrak) tanggal (sebutkan tanggal
kontrak) mengenai Kontrak Pekerjaan Penilaian properti yang disebutkan di atas maka berikut adalah pernyataan dari (sebutkan nama Pemberi Tugas) atas dikeluarkannya laporan tersebut : a. Bahwa seluruh informasi dan pernyataan baik secara lisan maupun tulisan serta dokumen baik dalam bentuk asli, foto copy dan/atau salinan yang kami sampaikan kepada (sebutkan nama KJPP) yang kemudian di tuangkan dalam bentuk laporan adalah benar-benar berasal dari (sebutkan nama Pemberi
Tugas), akurat, lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta tidak mengalami perubahan lagi sampai dengan dikeluarkannya laporan tersebut. b. Bahwa atas isi dan segala sesuatu yang terdapat dalam laporan ini kami
(sebutkan nama Pemberi Tugas), memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada (sebutkan nama KJPP) termasuk didalamnya anggota Partner dan seluruh staff yang ada dari tuntutan kerugian harta, gugatan dan tanggung jawab (semuanya dalam bentuk apapun juga) baik secara sendirisendiri maupun institusi yang timbul secara langsung maupun tidak langsung oleh karena laporan ini terhadap pihak manapun juga apabila hal itu diakibatkan oleh kesalahan penyampaian informasi atas dokumen – dokumen, penyataan-pernyataan dan keterangan-keterangan baik dalam bentuk asli, foto kopi, dan/atau salinan dari kami. Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
43
c. Bahwa Laporan yang diberikan oleh (sebutkan nama Pemberi Tugas) kepada (sebutkan nama KJPP), bersifat rahasia dan diperuntukkan hanya oleh dan antara pihak – pihak yang terkait dan/atau mempunyai kepentingan didalamnya berikut akan digunakan sebagaimana mestinya oleh (sebutkan nama KJPP) sesuai dengan Kontrak (sebutkan nomor dan tanggal kontrak). Demikian pernyataan dari kami atas dikeluarkannya laporan oleh … (sebutkan
nama KJPP). Hormat kami, (nama Pemberi Tugas) (nama lengkap dan tanda tangan dilengkapi stempel perusahaan) (jabatan)
***********
Juknis SPI 201 – Kelompok Aset Berwujud 0102
44