ISSN 1411 - 0393
PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN Akhmad Riduwan*)
ABSTRAK Consolidated financial statements does not wholly provide complete information of the company’s activities with many segments. To meet the need of the financial statement users, it is necessary to expose the segmental financial information. The main objective of the exposure of the segmental financial information is to provide information for the users about relativity scale, profit contribution and the growth trend of each company’s segments to enable the financial reports users to better evaluate the company as a whole. The preparation procedure of the segmental financial statement is provided in PSAK No.5. Segmental financial reporting is a must for the ging-public company. However, this segmental report does not preclude the whole consolidated financial statement, because a segmental repot is merely complimentary to make consolidated financial report more informative. Keywords : PSAK No.5, Product-line (industrial) segment, Geographic Segment, Segmental Financial Statement
1. PENDAHULUAN Dalam operasinya, suatu perusahaan dapat menjalankan berbagai bidang usaha yang berbeda, membentuk divisi-divisi produksi, mendirikan cabang di beberapa tempat, atau menjual produknya pada pasar yang berbeda (penjualan lokal dan ekspor). Dalam banyak kasus, bagi perusahaan yang terdiversifikasi semacam ini, laporan keuangan yang disusun dan diterbitkan pada setiap akhir periode akuntansi pada umumnya menyajikan informasi keuangan agregat, yang menunjukkan posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas peru-sahaan secara keseluruhan.
*)
Drs. Akhmad Riduwan, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
78 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
Demikian pula yang berlaku bagi sebuah perusahaan (induk) yang memiliki beberapa anak perusahaan. Walaupun perusahaan induk dan anak-anak perusahaannya secara periodik menyusun laporan keuangan sendiri-sendiri, tetapi ada kewajiban bagi perusahaan induk untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi1, yang menggambarkan informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas dari suatu kelompok perusahaan sebagai satu entitas ekonomi, meskipun masing-masing perusahaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas hukum yang terpisah satu sama lain. Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi ini diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.4. Laporan keuangan konsolidasi tidak menyajikan informasi yang memadai tentang ber-bagai aktivitas suatu perusahaan yang terbagi dalam beberapa segmen. Dari laporan ke-uangan konsolidasi, pembaca laporan keuangan tidak dapat menilai tingkat profitabilitas, kesempatan berkembang, prospek masa depan, serta menilai risiko investasi pada masing-masing segmen yang ada. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan para pemakai lapor-an keuangan, diperlukan penyajian informasi keuangan berdasarkan segmen perusahaan. Jelas bahwa tujuan pokok dari penyajian informasi keuangan menurut segmen tersebut adalah untuk menyediakan informasi bagi para pemakai laporan keuangan mengenai skala relatif, kontribusi laba, dan trend pertumbuhan dari masing-masing segmen perusahaan, sehingga memungkinkan para pemakai laporan keuangan melakukan penilaian yang lebih baik terhadap perusahaan secara keseluruhan. Prosedur pelaporan informasi keuangan menurut segmen ini diatur dalam PSAK No.5. Pelaporan informasi keuangan menurut segmen menjadi kewajiban bagi perusahaan yang go public -- menerbitkan saham yang diperdagangkan kepada publik. Namun demiki-an, pelaporan segmental ini tidak berarti meniadakan laporan keuangan konsolidasi, karena laporan segmental hanyalah sebagai pelengkap agar laporan keuangan konso-lidasi menjadi lebih informatif.
2. SEGMENTASI PERUSAHAAN Pada umumnya, segmentasi perusahaan dapat dilakukan berdasarkan : (a) Lini produk atau industri; (b) Letak geografis; dan (c) Pelanggan utama. Namun demikian, tidak tertu-tup kemungkinan untuk membuat segmentasi perusahaan atas dasar yang lain.
1
Untuk selanjutnya, dalam tulisan ini akan digunakan istilah laporan keuangan konsolidasi untuk menyatakan suatu laporan keuangan yang disajikan secara agregat dari berbagai divisi, cabang, anak perusahaan, atau segmen-segmen perusahaan lainnya.
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
79
(a) Segmen Industri atau Lini Produk Segmen industri adalah bagian-bagian dari perusahaan yang menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda sesuai dengan kategori industri atau bidang usahanya, di mana produk atau jasa yang dihasilkan tersebut diutamakan untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan di luar perusahaan. Sebagai contoh, bidang usaha suatu perusahaan meliputi : perhotelan, transportasi, pertambangan, dan realestat. Bidang-bidang usaha tersebut merupakan segmen industri. Segmen industri dapat pula diartikan sebagai sekelompok produk atau jasa yang diha-silkan oleh perusahaan, dan produk atau jasa tersebut dapat dibedakan antara satu de-ngan yang lain. Sebagai contoh, suatu perusahaan industri otomotif menghasilkan mobil jenis sedan, jeep, minibus, dan truk. Jenis-jenis produk tersebut merupakan seg-men industri, atau secara lebih spesifik dapat disebut sebagai segmen lini produk. (b) Segmen Geografis Segmen geografis adalah bagian-bagian perusahaan yang menjalankan usaha pada wi-layah geografis tertentu. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan memasarkan produk yang dihasilkannya ke wilayah Indonesia bagian timur, tengah dan barat, maka wila-yah-wilayah pemasaran tersebut merupakan segmen geografis. Contoh yang lain, jika suatu perusahaan memasarkan produknya di dalam negeri dan melakukan ekspor, ma-ka penjualan domestik dan penjualan ekspor dapat disebut sebagai segmen geografis. (c) Segmen Pelanggan Segmen pelanggan adalah sekelompok pelanggan atau pembeli produk perusahaan yang dapat dibedakan antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menghasilkan bermacam-macam produk, dan produk-produk tersebut dapat dikonsumsi untuk keperluan proyek-proyek pemerintah, industri swasta, dan rumah tangga, maka kelompok pengguna produk itu disebut sebagai segmen pelanggan2.
3. IDENTIFIKASI SEGMEN SEBAGAI DASAR PELAPORAN Pelaporan informasi keuangan menurut segmen dapat dilakukan berdasarkan segmen industri, segmen geografis, atau segmen pelanggan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Informasi segmen industri dapat disajikan menurut pembagian bidang usaha (kategori 2
PSAK No.5 Paragrap 09 menganggap bahwa segmen pelanggan ini termasuk dalam segmen industri. Hal ini berbeda dengan Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) No.14 “Financial Reporting for Segments of a Business Enterprises” dan SFAS No.30 “Disclosures of Information about Major Customers” yang dikeluarkan oleh FASB di Amerika.
80 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
industri), atau menurut jenis/lini produk. Informasi segmen geografis dapat disajikan menurut lokasi operasi perusahaan, menurut wilayah pemasaran, atau kedua-duanya. Sedangkan informasi segmen pelanggan disajikan menurut jenis/kelompok pelanggan. Salah satu masalah sehubungan dengan pelaporan informasi keuangan menurut segmen, adalah menentukan sampai sejauh mana laporan tersebut harus disegmentasi. Sebab, pelaporan informasi keuangan menurut segmen akan menjadi sangat rumit apabila jumlah segmen yang harus dilaporkan tidak dibatasi. Mengenai hal ini, PSAK No.5 Paragrap 13, memberikan pedoman dalam mempertimbangkan dan memilih segmen yang harus dila-porkan, meskipun pedoman tersebut bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Pedoman yang diberikan oleh PSAK No.5 Paragrap 13, adalah sebagai berikut : (a) Penjualan kepada pelanggan yang tidak mempunyai hubungan istimewa, memberi pe-luang dasar segmentasi jenis-jenis pendapatan sebesar 10 persen ke atas. (b) Apabila laba operasi merupakan hal yang penting, maka laba operasi atau rugi operasi 10 persen ke atas disajikan terpisah. (c) Apabila penggunaan aktiva adalah penting, maka aktiva segmen berjumlah 10 persen ke atas dari jumlah aktiva entitas, dilaporkan terpisah. Pedoman sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No.5 tersebut di atas, berlaku untuk se-mua dasar segmentasi yang akan dipakai, baik segmentasi industri, segmentasi geografis, maupun segmentasi pelanggan. Pedoman tersebut sedikit berbeda dengan SFAS No. 14, di mana pedoman yang diberikan dalam SFAS No.14 lebih ditekankan pada pemilihan segmen industri. SFAS No.14 Paragrap 15 menyatakan bahwa suatu entitas harus menyajikan laporan atas masing-masing segmen industri apabila satu atau lebih dari kondisi berikut dipenuhi pada tahun di mana laporan keuangan akan disajikan : (a) Pendapatannya (yang meliputi penjualan kepada pelanggan non-afiliasi maupun penjualan atau transfer antar segmen) mencapai 10 persen atau lebih dari pendapatan gabungan (penjualan ke pelanggan non-afiliasi dan penjualan atau transfer antar segmen) dari semua segmen industri perusahaan bersangkutan. (b) Jumlah absolut dari laba operasi atau kerugian operasinya mencapai 10 persen atau le-bih dari jumlah absolut yang terbesar dari hal-hal berikut :
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
81
(i) Laba operasi gabungan dari semua segmen industri yang tidak mengalami kerugi-an operasi, atau (ii) Kerugian operasi gabungan dari segmen industri yang mengalami kerugian operasi. (c) Aktivanya yang dapat diidentifikasi mencapai 10% atau lebih dari aktiva gabungan yang dapat diidentifikasi dari semua segmen industri. Walaupun pedoman yang diberikan oleh SFAS No.14 tersebut di atas lebih ditujukan dalam pelaporan informasi keuangan menurut segmen industri, tetapi pedoman tersebut dapat digunakan dalam pemilihan dasar segmentasi yang lain. Sebagai contoh, perhatikan data yang berkaitan dengan sebuah perusahaan otomotif yang terdiri dari lima segmen industri (lini produk) berikut ini (dalam Rupiah) :
Segmen
Pendapatan
Minibus Sedan Jeep Pick Up Truk
1.000.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 400.000.000 300.000.000 5.200.000.000
Total
Laba Operasi
100.000.000 600.000.000 450.000.000 175.000.000 - 1.325.000.000
Rugi Operasi
----100.000.000 100.000.000
Aktiva yang dapat diidentifikasi
3.000.000.000 6.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 2.000.000.000 13.000.000.000
Evaluasi untuk memilih segmen yang akan dilaporkan, dengan berpedoman pada PSAK No.5 atau SFAS No.14, adalah sebagai berikut : (a) Pendapatan segmen Minibus, Sedan dan Jeep, semuanya mencapai lebih dari 10% dibandingkan dengan total pendapatan seluruh segmen (Rp 5.200.000.000). Sedangkan pendapatan segmen Pick Up dan Truk tidak mencapai 10% dari total pendapatan. Oleh sebab itu, ditinjau dari segi pendapatan segmen, maka segmen Minibus, Sedan dan Jeep merupakan segmen yang harus dilaporkan terpisah (reportable segments); sedangkan segmen Pick Up dan Truk digabungkan dan dilaporkan dalam kategori “segmen lain-lain”.
82 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
(b) Laba operasi segmen Sedan, Jeep dan Pick Up, semuanya mencapai lebih dari 10% dibandingkan dengan total laba operasi Rp 1.325.000.000 (nilai terbesar antara laba operasi segmental dan rugi operasi segmental). Sedangkan laba operasi segmen Minibus dan Truk tidak mencapai 10% dari Rp 1.325.000.000. Oleh sebab itu, ditinjau dari segi laba atau rugi operasi segmen, maka segmen Sedan, Jeep dan Pick Up merupakan segmen yang harus dilaporkan terpisah (reportable segments); sedangkan segmen Minibus dan Truk digabungkan dan dilaporkan dalam kategori “segmen lainlain”. (c) Aktiva yang dapat diidentifikasi untuk segmen Minibus, Sedan, dan Truk, semuanya mencapai lebih dari 10% dibandingkan dengan total aktiva seluruh segmen sebesar Rp 13.000.000.000; sedangkan aktiva segmen Jeep dan Pick Up tidak mencapai 10% dari total aktiva. Oleh sebab itu, ditinjau dari segi penggunaan aktiva, maka segmen Minibus, Sedan, dan Truk merupakan segmen yang harus dilaporkan terpisah (report-able segments); sedangkan segmen Jeep dan Pick Up digabungkan dan dilaporkan dalam kategori “segmen lain-lain”. Berdasarkan hasil evaluasi dari berbagai segi tersebut di atas, ternyata terdapat perbedaan segmen yang harus dipilih untuk dilaporkan secara terpisah. Hal seperti ini mungkin saja terjadi. Manajemen harus memilih salah satu hasil evaluasi, tergantung segi mana yang pa-ling penting dipertimbangkan untuk menetapkan segmen yang harus dilaporkan. Di samping itu, dapat juga terjadi hasil evaluasi yang abnormal pada periode tertentu. Misalnya, suatu segmen memenuhi pengujian 10% pada periode berjalan, padahal pada periode-periode sebelumnya tidak pernah memenuhi pengujian itu. Dalam hal ini, segmen tersebut tidak perlu dilaporkan secara terpisah. Atau sebaliknya, suatu segmen tidak me-menuhi pengujian 10% pada periode berjalan, padahal periode-periode sebelumnya selalu memenuhi pengujian itu. Dalam hal ini, segmen tersebut harus tetap dilaporkan secara ter-pisah. Juga, apabila suatu segmen menguasai lebih dari 90% dari pendapatan, laba atau ru-gi operasi, dan aktiva yang dapat diidentifikasi, sehingga tidak ada segmen lain yang me-menuhi pengujian 10%, maka pelaporan informasi keuangan menurut segmen tidak perlu dilakukan. Hal ini diatur dalam SFAS No.14, tetapi tidak diatur dalam PSAK No.5. PSAK No.5 hanya menegaskan, dalam paragrap 10, bahwa pengelompokan aktivitas perusahaan menurut segmen merupakan tanggungjawab manajemen. Dalam keputusannya, manajemen biasanya mempertimbangkan banyak faktor, antara lain kesamaan dan perbedaan produk serta aktivitas perusahaan; profitabilitas; risiko dan pertumbuhan produk; bidang-bidang operasi dan pemasaran; serta kepentingan relatif masing-masing bidang terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
83
4. MENGUKUR PROFITABILITAS SEGMEN Profitabilitas suatu segmen tercermin dari laba atau rugi operasi segmen, yaitu selisih antara pendapatan segmen dan beban segmen, walaupun dalam beberapa hal dapat digunakan ukuran profitabilitas lainnya. Pendapatan Segmen Pendapatan segmen adalah pendapatan yang dapat secara langsung diatribusikan (dikaitkan) dengan operasi segmen. Oleh sebab itu, pendapatan ini dapat secara langsung dilaporkan sebagai pendapatan segmen yang bersangkutan. Pendapatan yang diperoleh pada tingkat korporasi (bukan berasal dari operasi segmen) dapat dialokasikan kepada masingmasing segmen apabila terdapat dasar alokasi yang layak. Tetapi, beberapa pendapat menyatakan tidak perlu mengalokasikan pendapatan pada tingkat korporasi kepada masingmasing segmen, karena pendapatan tersebut pada hakikatnya dimanfaatkan/dinikmati ber-sama-sama sedemikian rupa sehingga alokasi di antara segmen dipandang tidak bermanfa-at. Contoh dari pendapatan pada tingkat korporasi ini adalah pendapatan bunga. Pendapat-an bunga ini tidak perlu dialokasikan pada masing-masing segmen, kecuali kalau operasi segmen bergerak di bidang keuangan. Beban Segmen Beban segmen adalah beban yang dapat secara langsung diatribusikan dengan operasi seg-men. Oleh sebab itu, beban ini langsung dilaporkan sebagai beban segmen yang bersang-kutan. Dalam operasi segmen, pada umumnya tidak dapat dihindari adanya beban bersa-ma (common costs), yaitu biaya-biaya yang timbul pada tingkat korporasi, yang tidak da-pat diatribusikan pada suatu segmen secara langsung. Contoh beban bersama adalah biaya bunga, pajak penghasilan, gaji atau kompensasi untuk manajemen puncak, dan biaya ad-ministrasi umum. Apabila terdapat dasar alokasi yang layak, beban bersama tersebut dapat dialokasikan pada masing-masing segmen. Tetapi, sama halnya dengan alokasi pendapat-an segmen, beberapa pendapat menyatakan bahwa alokasi biaya bersama ke setiap segmen sebenarnya tidak diperlukan, karena biaya bersama yang terjadi pada tingkat korporasi ter-sebut pada hakikatnya dimanfaatkan secara bersamasama sedemikian rupa sehingga alo-kasi di antara segmen dipandang tidak bermanfaat. Sehubungan dengan alokasi beban bersama ini, ada dua tujuan yang saling bertentangan. Pertama, dasar alokasi yang digunakan harus layak, artinya tidak bersifat arbitrer (sembarangan atau dibuat-buat), karena alokasi yang bersifat arbitrer akan menghasilkan informasi yang menyesatkan. Menentukan dasar alokasi yang layak untuk masing-masing
84 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
segmen adalah suatu hal yang sulit, sehingga banyak jenis beban bersama yang ti-dak mungkin dialokasikan. Kedua, tujuan utama pelaporan keuangan menurut segmen adalah menyajikan informasi sehubungan dengan kontribusi setiap segmen terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Jika beban bersama tidak dialokasikan, maka tujuan ini ti-dak dapat dipenuhi secara utuh. Kemampuan untuk mengalokasikan pendapatan dan beban bersama secara teliti terhadap setiap segmen sangat tergantung pada organisasi dan operasi masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, ketentuan umum mengenai alokasi pendapatan dan beban bersama tersebut sangat sukar untuk diuraikan. Sehubungan dengan perhitungan laba/rugi operasi segmen, PSAK No.5 tidak mengemukakan secara tegas pos-pos pendapatan dan beban bersama yang seharusnya tidak dialokasikan ke segmen. Tetapi, SFAS No.14 secara tegas menyatakan bahwa ada sembilan pos yang tidak perlu dialokasikan ke segmen, yaitu : (1) Pendapatan yang dihasilkan pada tingkat korporasi, yang tidak berasal dari operasi segmen; (2) Beban umum korporasi; (3) Beban bunga, kecuali yang berkaitan dengan segmen yang bergerak di bidang keuang-an; (4) Pajak penghasilan; (5) Ekuitas atas laba/rugi anak perusahaan atau investee lainnya yang tidak dikonsolidasi-kan; (6) Keuntungan atau kerugian dari operasi yang dihentikan; (7) Pos-pos luar biasa (extraordinary items); (8) Hak minotitas (minority interest); dan (9) Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi. Penjualan atau Pendapatan Antar Segmen Dalam laporan keuangan konsolidasi (gabungan), penjualan atau pendapatan lainnya antar segmen telah dieliminasi (dihapuskan) sesuai dengan prosedur pelaporan yang lazim. Apa-bila kemudian disajikan informasi keuangan menurut segmen, untuk melengkapi laporan keuangan konsolidasi, penjualan atau pendapatan antar segmen tersebut harus dinyatakan kembali pada segmen yang bersangkutan. Apabila penjualan antar segmen terjadi, maka laba/rugi yang dilaporkan oleh kedua belah pihak, baik “segmen penjual” maupun “segment pembeli”, dipengaruhi langsung oleh harga transfer yang dibebankan. Dalam beberapa kasus, penjualan antar segmen (harga transfer) tidak selalu dapat ditentukan secara obyektif (arm’s length basis).
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
85
Karena alasan ini, maka dalam laporan segmental diperlukan pengungkapan tentang dasar pene-tapan harga transfer antar segmen tersebut, misalnya apakah ditetapkan sebesar harga pa-sar, harga pokok (cost), harga pasar dikurangi diskonto, atau dasar yang lain.
5. AKTIVA, KEWAJIBAN DAN EKUITAS SEGMEN Untuk mengevaluasi kinerja segmen secara memadai, laba operasi setiap segmen seharus-nya dikaitkan dengan investasi sumber daya (aktiva) dan sumber-sumber pembelanjaan (kewajiban dan ekuitas) pada setiap segmen. Untuk memenuhi tujuan ini, diperlukan pe-nyajian neraca secara lengkap untuk setiap segmen. Tetapi, apakah penyajian neraca seg-men secara lengkap tersebut dapat dilakukan? Perhatikan uraian berikut.
Aktiva Segmen Aktiva akan dapat dinyatakan dengan mudah sebagai aktiva suatu segmen, apabila aktiva tersebut digunakan secara eksklusif oleh segmen yang bersangkutan. Sedangkan aktiva yang digunakan secara bersama-sama oleh beberapa segmen, ukuran pemakaiannya perlu ditetapkan untuk digunakan sebagai dasar dalam mengalokasikan aktiva tersebut kepada segmen-segmen pemakai. Satu hal yang perlu diperhatikan, dalam hal ini, bahwa dasar alokasi haruslah tepat dan tidak bersifat arbitrer. Sebab, apabila alokasi dilakukan secara arbitrer, informasi segmental justru akan menyesatkan atau menghilangkan makna dan tujuan pelaporan informasi segmental itu sendiri. Aktiva seperti kas, surat-surat berharga, inventaris kantor, serta aktiva lainnya yang di-gunakan di tingkat korporasi (kantor pusat), seharusnya tidak dialokasikan ke segmen. Kewajiban dan Ekuitas Segmen Kewajiban dan ekuitas perusahaan pada hakikatnya mencerminkan kepentingan yang tidak terbagi (hak yang utuh) atas seluruh aktiva perusahaan. Artinya, hak kreditor dan pemilik (pemegang saham) tidak terpecah-pecah dalam segmen-segmen perusahaan, meskipun da-lam kenyataannya mungkin kreditor dan pemegang saham memberikan pinjaman atau me-lakukan investasi untuk membiayai operasi segmen tertentu.
86 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
Karena alasan tersebut, kewajiban dan ekuitas pemegang saham biasanya tidak dialokasikan pada segmen-segmen, karena dianggap berkaitan dengan kepentingan perusahaan secara keseluruhan, bukan kepentingan segmen per segmen. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa penyajian neraca secara lengkap untuk masingmasing segmen tidak mungkin dapat dilakukan. Oleh karena itu, evaluasi terhadap kinerja segmen biasanya hanya dapat dilakukan dengan cara mengaitkan laba operasi segmen dengan investasi sumber daya (aktiva) segmen yang dapat diidentifikasi atau dialokasikan. Sedangkan pengkaitan laba operasi segmen dengan sumber-sumber pembelanjaan (kewa-jiban dan ekuitas) segmen pada umumnya tidak dapat dilakukan. 6. INFORMASI YANG DILAPORKAN PSAK No.5 Paragrap 21, menegaskan bahwa untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, harus diungkapkan informasi keuangan berikut : (a) Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan antara pendapatan yang dihasil-kan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain; (b) Hasil segmen; (c) Aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai persenta-se dari jumlah yang dikonsolidasikan; dan (d) Dasar penetapan harga antar segmen. Hubungan antara jumlah yang tercantum dalam laporan segmental dan laporan keuangan konsolidasi (agregat), diperjelas dengan menyajikan rekonsiliasi. Kadang-kadang informa-si non keuangan, misalnya tentang kegiatan setiap segmen dan jumlah karyawan untuk se-tiap segmen yang dilaporkan, juga perlu untuk diungkapkan.
7. CONTOH PELAPORAN SEGMENTAL Contoh pelaporan informasi keuangan menurut segmen beserta catatan dan pengungkapan yang diperlukan, diberikan melalui ilustrasi terlampir. Contoh tersebut menggambarkan sebuah perusahaan yang operasinya terdiversifikasi dalam bidang Elektronika, Kimia, Pembuatan Mesin, serta beberapa bidang usaha lainnya yang tidak memenuhi pengujian 10% sebagai reportable segment sesuai ketentuan PSAK No.5. Prosedur pelaporan informasi keuangan menurut segmen semacam itu, dalam banyak hal, tergantung pada sistem akuntansi yang dijalankan oleh perusahaan. Laporan segmental pada dasarnya hanya dapat disajikan secara lengkap apabila perusahaan telah menjalankan sistem akuntansi yang baik.
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
87
8. BAHAN BACAAN Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition, Prentice Hall-Inc., Upper Saddle River, New Jersey, 1996. Boatsman, James R., Charles H. Griffin, Don W. Vickrey dan Thomas H. Williams, Advanced Accounting, Seventh Edition, Richard D. Irwin Inc., 1994 Fischer, Paul M., William James Taylor dan J. Arthur Leer, Advanced Accounting, Third Edition, South Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio, 1986 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 5 : “Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Statement of Financial Accounting Standard No.14, “Financial Reporting for Segments of Business Enterprises”, FASB, 1976. Statement of Financial Accounting Standard No.30, “Disclosures of Information about Major Customers”, FASB, 1979.
88 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
Lampiran PT SEJAHTERA INFORMASI TENTANG OPERASI PERUSAHAAN PADA BERBAGAI SEGMEN INDUSTRI Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 1999 (Dalam Jutaan Rupiah)
Laba-Rugi : Penjualan kepada pelanggan nonafiliasi Penjualan antar segmen Total pendapatan Beban segmen yang dapat diidentifikasi Laba operasi segmen
Elektronik
Kimia
Mesin
Lainnya
1.000 200 1.200
2.000
200
2.000
1.500 500 2.000
1.000 200 ═════
1.710 290 ════
1.400 600 ════
Eliminasi
4.700
200
(700) (700)
4.700
150 50 ════
(660) (40) ═════
3.600 1.100
Ekuitas pada laba bersih PT Elektra Beban umum korporasi Beban bunga
100 (100) (200)
Laba bersih operasi sebelum PPh Neraca : Aktiva yang dapat diidentifikasi Investasi pada aktiva bersih PT Elektra Aktiva korporasi
Konsolidasi
900 ═════
2.000
4.040
6.000
1.000
(40)
13.000 400 1.600
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
89
15.000 ═════
Total aktiva Total kewajiban dan ekuitas
15.000 ═════
CATATAN ATAS INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN : (1)
PT Sejahtera bergerak dalam tiga bidang industri utama, yaitu elektronik, kimia dan permesinan. Di samping itu, perusahaan juga bergerak di bidang industri pengecor-an logam, alat-alat tulis dan furniture, yang ketiga-tiganya dikategorikan dalam in-dustri “lainnya”. Industri elektronik berkaitan dengan pembuatan dan pengembang-an sirkuit mikro; industri kimia berkaitan dengan pembuatan berbagai senyawa dari minyak untuk keperluan industri; sedangkan industri permesinan berkaitan dengan pembuatan serta pengembangan instrumen pengukur dan pemotong dengan presisi tinggi.
(2)
Penjualan antar segmen dicatat berdasarkan harga pasar. Laba operasi segmen adalah total pendapatan segmen diku-rangi beban operasi segmen. Beban segmen yang dapat diidentifikasi adalah beban yang dapat secara langsung dika-itkan dengan operasi segmen serta beban perusahaan yang dapat dialokasikan secara layak ke ma-sing-masing segmen. Dalam menghitung laba operasi segmen, tidak satu pun dari pos-pos berikut dikurangkan atau ditambahkan : beban umum korporasi, beban bu-nga, pajak penghasilan, ekuitas pada laba bersih investee non-konsolidasi, kerugian atas operasi perusahaan yang dihentikan (yang tadinya merupakan bagian dari ope-rasi industri kimia), dan keuntungan luar biasa dari segmen permesinan.
(3)
Aktiva yang dapat diidentifikasi untuk masing-masing segmen adalah aktiva perusa-haan yang secara eksklusif diguna-kan oleh segmen, serta aktiva yang dapat dialoka-sikan secara layak ke masing-masing segmen. Aktiva korporasi adalah aktiva yang digunakan pada pusat administrasi perusahaan, yang terdiri dari kas dan surat-surat berharga.
(4)
Perusahaan mempunyai hak pemilikan (interest) sebesar 40% pada PT Elektra, yang dicatat dengan metode ekuitas. Saldo investasi pada PT Elektra pada tanggal 31 Desember 1999 adalah Rp 400 juta.
(5)
Untuk merekonsiliasi informasi segmental dengan informasi konsolidasi, telah dila-kukan eliminasi berikut : penjualan antar segmen Rp 700 juta; harga pokok
90 90
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 78-
pen-jualan antar segmen Rp 660 juta; dan laba yang belum direalisasi antar segmen se-besar Rp 40 juta yang masih melekat pada persediaan akhir.
Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen (Akhmad Riduwan)
91