PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN DI LAHAN PEKARANGAN DENGAN PEMANFAATAN ALIRAN AIR IRIGASI Oleh: Erni Husni Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
Abstrak Melihat prospek pendapatan yang diperoleh dengan pemanfaatan pekarangan secara produktif ini, menimbulkan minat dan keinginan penulis untuk melakukan penelitian lebih jauh seberapa besarkah pendapatan yang dihasilkan persatuan waktu dengan ukuran luas yang dimiliki masyarakat yang tinggal seputaran aliran air irigasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ternyata masyarakat mendapatkan hasil dari usaha pembesaran ikan dilahan pekarangan tertinggi sebesar Rp.5.700.000,- dan yang terendah sebesar Rp.200.000,- dengan pendapatan rata-rata Rp.2.690.000,- selama waktu 3 – bulan (B/C ratio 2 1,51), dengan ukuran kolam rata-rata 200 m . Hasil ini masih dapat ditingkatkan dengan menambah pengetahuan tentang teknik pendederan ikan, karena tingkat kematian ikan mencapai 10 % dari jumlah ikan yang dimasukkan, mencari alternatif makanan tambahan seperti memberi sayuran ketika siang hari dan sore untuk menambah volume pemberian pakan ikan, serta sentuhan teknologi oksigen tambahan (oksigenisasi) yang akan dapat meningkatkan hasil panen sebesar 10 – 15 %. 1. Dapat disimpulkan bahwa pemanfataan pekarangan oleh masyarakat yang rumahnya dekat dengan aliran air irigasi, sangat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan meningkatnya pendapatan akibat adanya hasil jual ikan kolam pembesaran. Kata Kunci: Lahan, Tambak, Irigasi
PENDAHULUAN Budidaya ikan air tawar khususnya pembesaran ikan di Kota Padang akhirakhir ini perkembangannya cukup baik, khususnya daerah-daerah yang memiliki cukup banyak air. Pemeliharaan ikan yang dilaksanakan masyarakat kebanyakan diadakan dipekarangan, ini merupakan salah bentuk usaha masyarakat untuk dapat menjadi kolam pemeliharaan ikan sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga. Dengan memanfaatkan air dari saluran irigasi yang mengalir sepanjang musim dipekarangan, akan dapat dihasilkan ikan dalam jumlah yang cukup banyak dan merupakan suatu kegiatan produktif dan membuka lapangan kerja baru. Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
tanaman dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak, dan sebagian lagi dapat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga manusia. Hasil ternak dan ikan akan dimanfaatkan manusia untuk keperluan rumah tangga dan sebagian lagi dijual sebagai bentuk pendapatan. Sedangkan kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan. Dengan demikian hubungan antara tanah, tanaman, hewan peliharaan, ikan dan manusia sebagai unit dipekarangan merupakan satu kesatuan terpadu. Melihat prospek pendapatan yang diperoleh dengan pemanfaatan pekarangan secara produktif ini, menimbulkan minat dan keinginan penulis untuk melakukan penelitian lebih jauh seberapa besarkah sebenarnya pendapatan yang dapat dihasilkan persatuan waktu dengan satuan ukuran
52
luas yang dimiliki masyarakat yang tinggal seputaran aliran air irigasi. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas maka masalahmasalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah ; 1. Berapa besar animo masyarakat sepanjang aliran irigasi untuk memanfaatkannya air untuk memelihara ikan sebagai usaha mendapatkan tambahan pendapatan. 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi animo masyarakat untuk usaha budidaya ikan dipekarangan 3. Berapa besar pendapatan yang diperoleh masyarakat setiap satuan lahan yang diusahakan. TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menyediakan berbagai alternatif yang punya makna sangat dalam, bahwa pembangunan itu bukan hanya untuk sekolompok orang saja melainkan untuk seluruh lapisan masyarakat (Husni, 1985). Dari sudut pandang kesejahteraan dan kelangsungan hidup umat manusia modelmodel pembangunan yang telah dilaksanakan sebelumnya mengandung tiga kelemahan yaitu: tidak mempertimbangkan aspek daya dukung dan kelestarian alam, mempertajam kesenjangan dan menyebabkan ketergantungan, tidak dimasukkannya aspek moral didalam kerangka teori dan pelaksanaan paradigma pembangunan yang ada, sehingga menimbulkan ekses sosial seperti KKN dan berlakunya hukum rimba dalam pengembangan usaha hubungan antar individu dan antar kelompok. Dengan berlatar masalah tersebut maka muncullah model pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yaitu pembangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa menurunkan kemampuan sumberdaya generasi
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya yang meliputi dimensi ekonomi, ekologi dan sosial. Salah satunya adalah pembangunan budidaya perikanan ke depan harus mampu mendayagunakan potensi yang ada, sehingga dapat mendorong kegiatan produksi berbasis ekonomi kerakyatan. Pemanfaatan potensi pengembangan budidaya perikanan dapat dilakukan melalui pembenihan, pembudidayaan, penyiapan sarana, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungannya (Dahuri, R. 2002). Memajukan perikanan bukan saja akan dapat menambah ketersediaan bahan atau zat makanan yang diperlukan masyarakat, juga akan dapat memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, serta memanfaatkan sumber kekayaan alam yang tersedia secara optimal, dan juga akan dapat menunjang pendapatan penduduk (rumah tangga) seputaran aliran air irigasi (Evy dkk, 1997). Pembesaran ikan merupakan bagian dari usaha budidaya ikan, pembesaran adalah suatu usaha pemeliharaan ikan yang dimulai dari dilepasnya ikan (dederan) ke kolam dan berakhir sampai ikan mencapai ukuran konsumsi atau ukuran untuk layak pasar. Ikan yang ditebar pada awal usaha pembesaran, bervariasi menurut jenis ikan dan metode pembesarannya. Dalam usaha pembesaran ikan, tak akan lepas dari pembahasan masalah wadah pembesaran atau lingkungan pemeliharaan yang digunakan, tekhnis pembesaran ikan yang digunakan dan cara panen serta penanganan pasca panennya (Jangkaru, 2002). Istilah wadah yang dimaksud dalam penjelasan ini adalah, tempat menampung air yang digunakan untuk kegiatan memelihara ikan tersebut. Konstruksi wadah pembesaran ikan ada beberapa macam, namun wadah yang akan dibahas dan dijelaskan akan dibatasi hanya untuk bentuk kolam air mengalir.
53
Menurut Budi Santoso (2004), Lahan tempat pemeliharaan ikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan budidaya perikanan, terutama untuk perikanan darat. Meskipun biaya, bibit dan alat perlengkapan lainnya telah tersedia, jika lahan tempat pemeliharaan tidak disiapkan dengan baik maka usaha perikanan akan jadi sia-sia. Tempat pemeliharaan ikan yang baik haruslah memenuhi persyaratan seperti kondisi tanah untuk kolam haruslah tanah yang subur dan sumber air untuk kolam harus mudah dan mengalir dengan jumlah debit yang cukup. Pilihan membuat kolam ikan di lahan pekarangan akan memiliki beberapa keuntungan yang dapat disampaikan sebagai berikut ; 1. Dapat meningkatkan pendapatan dan gizi keluarga, terutama protein hewani 2. Dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam gerakan program peng- anekaragaman pangan 3. Biaya pembuatan kolam relatif murah 4. Tekhnologi yang digunakan mudah dan dapat menciptakan kegiatan mandiri bagi setiap rumah tangga Kolam air mengalir atau sebut saja kolam adalah cekungan ditanah yang di isi air irigasi dan digunakan untuk memelihara ikan, kolam ini umumnya dibuat manusia. Berdasarkan cara pembuatannya kolam dikelompokkan atas kolam bendung, dan galian. Kolam bendung dibentuk dengan cara membuat bendung dam, atau pematang diatasnya lalu diisi dengan air. Kolam galian dibuat dengan cara menggali tanah sehingga terbentuk cekungan kemudian diisi air. Metode bendung dapat diterapkan di daerah berbukit, sedangkan galian di dataran rendah (Tim Lentera, 2002). Pada umumnya kolam di dataran rendah suplai airnya terbatas, untuk itu unit kolam dibuat relatif luas agar penambahan kandungan oksigen dapat diperoleh karena tiupan angin pada luas permukaan genangan. Sebaliknya di dataran tinggi dengan topografi berbukit luas kolam
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
ditentukan oleh elevasi lahan sehingga luas kolam relatif sempit. Pembangunan kolam didataran rendah lebih mahal karena harus dilakukan penggalian (Jangkaru, 2002). Besar kolam sebenarnya tidak ada ketentuan yang membatasi, tetapi sebetulnya hanya kolam yang berukuran sedang saja (10 sampai 20 are) yang paling mudah dikendalikan dan paling produktif. Air yang dipakai mengairi kolam harus dapat diperoleh dengan mudah dan cukup tetapi tidak berlimpah-limpah sampai sering menimbulkan banjir. Jumlah ikan dibatasi oleh daya produksi kolam yang bersangkutan. Untuk menghitung daya produksi kolam dapat digunakan rumus Leger yaitu ; Na P= B.K 10 Keterangan : P = daya produksi kolam Na = luas kolam dalam ukuran are B = kapasitas biogenik K = koefisien produktivitas Yang dimaksud dengan kapasitas biogenik adalah nilai suatu perairan berdasarkan kemampuan menghasilkan makanan alami (jasad renik, epiphyton dan periphyton) yang dapat digunakan sebagai bahan makanan ikan. Kolam subur tanpa pupuk akan diberi skor 10 dan kolam yang miskin hara harus diberi pupuk diberi skor 1 (satu). Koefisien produktivitas adalah kumpulan pengaruh faktor non biologik seperti suhu, pH air, daya menggabung asam, keserasian jenis ikan yang dipelihara dan umur benih (Soeseno, 1981). Menurut Budi (1998), kepadatan benih ikan sebaiknya adalah 0,5 – 2 Kg untuk setiap m2 dengan ukuran benih 50 – 75 gr per ekornya, pakan diberi 3 kali sehari (pukul 7.00, pukul 12.00 dan pukul 17.00) dengan jumlah pakan 3 % dari berat populasi ikan. Padat penebaran benih adalah bobot populasi benih ikan yang harus ditanam untuk menghasilkan bobot ikan tertentu setelah masa pemeliharaan,
54
pada pemeliharaan ikan mas harus disesuaikan dengan luas dan tipe kolam serta debit air ( Tim Lentera, 2002 ) TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah 1. Menganalisis tingkat pemanfaatan air irigasi untuk memelihara ikan dipekarangan sebagai usaha mendapatkan tambahan pendapatan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi animo masyarakat untuk usaha budidaya ikan dipekarangan 3. Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh masyarakat setiap satuan lahan yang diusahakan. Kontribusi Penelitian 1. Bahan masukan bagi pemerintah keluruhan maupun pemda yang memiliki aliran irigasi untuk dapat memanfaatkannya sebagai tambahan pendapatan masyarakat 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan usaha pembesaran ikan dengan memanfaatkan lahan pekarangan secara lebih produktif. METODE PENELITIAN Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan dan pengumpulan data sekunder dari instansi terkait dengan mengambil lokasi adalah daerah Lubuk Minturun. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan mengambil petani ikan pekarangan sebanyak 15 sampel atau 10 % dari total masyarakat dilokasi Lubuk Minturun yang memanfaatkan pekarangan untuk kegiatan pemeliharaan ikan dengan memanfaatkan aliran air irigasi.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat pengelola kolam ikan yang menjadi responden mengenai apa yang mendorong mereka untuk memelihara ikan dipekarangan, berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun kolam ikan untuk pemeliharaan, berapa biaya untuk membeli anak ikan dan besarnya biaya pakan serta biaya pemeliharaan lainnya sampai panen. Lokasi yang dijadikan sampel adalah Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah. Sedangkan data sekunder diambil melalui instansi dan lembaga terkait untuk mengambil data penunjang seperti monografi daerah Lubuk Minturun. Analisis Data Setelah data ditabulasi, disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut ; a. Benefit Cost of Ratio ( B/C ratio) Benefit cost of ratio adalah merupakan perbandingan antara net benfit (keuntungan bersih yang diperoleh) dengan total biaya, rumus untuk mencari benefit B/C ratio menurut (Ibrahim, 2003) ; Net B/C ratio =
Pendapatan Kotor Biaya Total
Jika hasil B/C ratio > 1 (besar dari 1) maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan, bila B/C ratio < 1 (kurang dari 1) maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. b. Return Of Investment ( ROI ) ROI pengukuran kemampuan usaha secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan seluruh jumlah aktiva yang ada. Semakin tinggi nilai ROI menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi yang tinggi dalam melakukan suatu usaha atau semakin tinggi nilai ROI
55
dari suku bunga yang berlaku di Bank maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan ROI =
BEP = 1−
Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Pendapatan Kotor
Total Keuntungan Total Biaya dan Bunga
c. Break Event Point (BEP) Analisis pulang pokok adalah titik balik pulang pokok suatu kondisi usaha yang tidak mengalami keuntungan atau keruagian. Rumus untuk menghitung Break Event Point (BEP) dimana Total Revenue sama dengan Total Cost dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya titik pulang pokok atau Total Revenue = Total Cost ( TR = TC ) tergantung pada lama arus penerimaan sebuah usaha dapat menutupi biaya operasi dan pemeliharaan beserta modal usaha lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Masyarakat Kota Padang Data usaha perikanan Kota Padang pada tahun 2001 tercatat penduduk yang berusaha dibidang perikanan adalah sebanyak 7.864 orang, yang bekerja pada usaha perikanan terdiri dari petani ikan sebanyak 1.319 orang (16,8 %), nelayan perairan umum 47 orang (0,6 %) dan nelayan tangkap sebanyak 6.498 orang (82,6 %) untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini.
Tabel 1: Jumlah Penduduk dan Petani Ikan Serta Nelayan Menurut Kecamatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11
Kecamatan
Penduduk
Bungus TK 20.181 Lbk Kilangan 38.518 Lbk Begalung 84.372 Padang Sel 55.651 Padang Timur 81.613 Padang Barat 60.886 Padang Utara 67.358 Nanggalo 51.910 Kuranji 97.494 Pauh 41.215 Koto Tangah 121.555 Jumlah 720.783 Sumber : Padang dalam angka 2001
Petani ikan 54 71 43 19 47 39 40 167 380 459 1.319
Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Nelayan. Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan petani ikan sepanjang aliran irigasi kebanyakan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sangatlah erat kaitannya dengan besar peningkatan pendapatan yang diperoleh dengan tingkat
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
Petani Ikan/ Nelayan Nel. P Umum Nelayan 3 3.107 2 6 427 4 387 2 5 354 4 577 3 6 8 4 1.646 47 6.498
Jumlah 3.164 73 476 410 49 359 620 43 173 388 2.109 7.864
pendidikan yang dimiliki. Begitu juga halnya dengan penghitungan untung rugi serta pemanfaatan teknologi pendukung pembesaran ikan yang dikuasai yang akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Sebagai gambarannya, akan diperlihatkan pada tabel berikut tingkat pendidikan responden yang diwawancarai.
56
Tabel 2: Tingkat Pendidikan Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Responden Riko Oyon Itam Endek Akang Anduang Darimi Eti Sinin Dubai Sudarna Silis Nema Buyuang Sati Jumlah
Usaha pokok Pegawai Ojek Pegawai Ojek Pensiunan Rmh tngg Dagang Dagang Dagang Rmh tngg Tukang Rmh tngg Rmh tngg Dagang Sopir
SD
Tingkat Pendidikan Responden SMP SMA Tdk tmt SD V V V
V V V V V V V V V V V V 7
5
Dari gambaran diatas responden yang kebanyakan adalah tamatan SMP dan ada satu yang tidak tamat SD dan tingkat SMA hanya dua orang. Kalau dibandingkan dengan pendapatan bersih yang diperoleh ternyata yang tertinggi adalah Riko
2
1
dengan pendidikan tamat SMP dan terendah adalah Sudarna pensiunan dengan pendidikan SMP. Untuk lebih jelasnya tingkat pendapatan bersih yang diperoleh dapat dilihat tabel dibawah ini.
Tabel 3: Hasil Penjualan Ikan, Biaya dan Pendapatan Bersih Dari Masing-masing Petani Ikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Petani Ikan
Luas Kolam ( m 2)
Riko Oyon Itam Endek Akang Anduang Darimi Eti Sinin Dubai Sudarna Silis Nema Buyuang Sati Jumlah Rata-rata
325 180 260 230 160 210 280 245 240 125 285 250 315 275 200 3.580 238,67
Pendapatan Kotor ( Rp ) 15.375.000 4.450.000 10.450.000 11.200.000 6.200.000 10.150.000 9.200.000 9.800.000 9.500.000 2.200.000 4.300.000 7.850.000 8.875.000 4.500.000 5.400.000 119.450.000 7.963.333
Total Biaya ( Rp ) 9.675.000 2.090.000 6.530.000 5.700.000 3.600.000 6.050.000 6.990.000 7.600.000 6.710.000 1.800.000 4.100.000 4.725.000 6.125.000 3.785.000 3.620.000 79.100.000 5.273.000
Pendapatan Bersih ( Rp ) 5.700.000 2.360.000 3.920.000 5.500.000 2.600.000 4.100.000 2.210.000 2.200.000 2.790.000 400.000 200.000 3.125.000 2.750.000 715.000 1.780.000 40.350.000 2.690.000
Benefit Cost of Ratio ( B/C ratio) Net B/C ratio =
Pendapatan kotor 7.963.333 = = 1.51 Biaya total 5.273.333
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
57
Karena B/C ratio >1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran ikan ini masih layak untuk dikembangkan.
t = lama pembesaran (hari) BL = berat awal A = padat penebaran
Analisis tingkat pemanfaatan air irigasi dan besarnya pendapatan yang diperoleh masyarakat setiap satuan lahan yang diusahakan. Menurut Jangkaru untuk pembesaran ikan sebagai patokan yang digunakan adalah :
Ikan diberi pakan buatan berbentuk pelet dengan kadar protein 25 – 35 % dan diberikan sebanyak 2 – 5 % dari bobot ikan setiap hari dan pakan diberi 3 – 5 kali setiap harinya baik secara manual maupun dengan alat pemberi pakan ikan (automatic feeder). Berdasarkan analisis yang dilakukan maka akan didapat jumlah ikan persatuan luas kolam harus dimasukkan adalah ;
Ka =
(log BR − log BL) t
Ka = laju pertumbuhan BL = bobot awal BR = bobot akhir t = waktu dalam hari A=
PA 100A + A (Ka x t
x BL)
Masuk (dederan) = 30 – 40 ekor setiap M 2 atau setara dengan 2 Kg dengan ukuran dederan seberat 50 - 60 gr per ekor, dan panen diperkirakan 3,5 – 4 bulan akan dihasilkan ikan sebesar 7 - 8 ekor per Kg nya dengan harga jual ratarata Rp.8.500,-
PA = target produksi (Kg) Ka = laju pertumbuhan ( % ) Tabel 4: Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Kriteria Kelayakan BCR (B/C ratio) ROI ( % ) BEP Dari angka yang diperoleh diatas hasil yang diperoleh belumlah optimal seharusnya akan didapat ROI diatas 100 % dengan memperhatikan malasalah pakan ikannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan ; 1. Bahwa pemanfataan pekarangan oleh masyarakat yang rumahnya dekat dengan aliran air irigasi, sangat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan meningkatnya pendapatan akibat adanya hasil jual ikan kolam pembesaran.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
Hasil 1,51 51 % Rp.6.915,- / Kg 2. Untuk dapat berhasilnya usaha pembesaran ikan yang dilakukan masyarakat, perlu diperhatikan ; a. Kedalam air dalam kolam dan besarnya aliran air irigasi yang dapat digunakan karena akan sangat berpengaruh terhadap proses percepatan pembesaran ikan yang akan mempengaruhi pada pendapatan yang akan diperoleh. b. Ketersediaan pakan ikan sesuai dengan jumlah, ukuran ikan dan waktu sangat berpengaruh kepada hasil panen yang akan diperoleh. c. Pengetahuan tentang hama dan penyakit ikan perlu dipelajari oleh masyarakat atau petani ikan, agar mereka dapat mengatasi kegagalan panen akibat adanya serangan hama dan penyakit
58
3.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang budidaya ikan, sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil usaha pembesaran ikan yang lebih menguntungkan.
Saran 1. Sesuai dengan animo masyarakat yang tinggal dekat aliran irigasi atau sungai untuk memelihara ikan yang cukup besar, disarankan pemda baik kelurahan maupun pemda kota dapat
membantu memberikan bimbingan tentang budidaya ikan dan bantuan permodalan. 2. Pemda dapat memfasilitasi masyarakat untuk dapat meningkatkan hasil panen maupun pengembangan kolam ikan dipekarangan, dengan program yang lebih konkrit dan terarah sehingga kegiatan ini dapat menjadi pemicu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Achyar, M. 1986. Perikanan Darat Ikan. Penerbit Sinar Baru. Bandung. Afrianto, E. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Budi Santoso, Hieronymus. 2005. Usaha Ikan Di Lahan Pekarangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Penerbit Lispi. Jakarta. Dahuri, R. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Penerbit Lispi. Jakarta.
pendapatan Nelayan Kota Padang. Laporan Penelitian LPPM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbir Reneka Cipta. Jakarta. Jangkaru, Zulkifli. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Jangkaru, Zulkifli. 2004. Memelihara Ikan Di Kolam Tadah Hujan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Rochdianto, A. 1995. Budidaya Ikan Di Saluran Irigasi. Penerbit Kanisius. Jakarta. Santoso, H. 2004. Memuat Kolam Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Dinas Perikanan Kota Padang. 2000. Penangkaran Benih Ikan Mas Kota Padang. Padang.
Siregar, A. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Evy Ratna. 1997. Usaha Perikanan Di Indonesia. Penerbit Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Soeseno, S. 1981. Pemeliharaan Ikan Di Kolam Pekarangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Husni, E. 2003. Kontribusi Dana Bantuan Penguatan Modal Dari Pemerintah Propinsi Sumatera Barat Terhadap Peningkatan
Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
59