KAJIAN PEMANFAATAN AIR DAN LAHAN UNTUK TANAMAN NON PADI DI DAERAH IRIGASI CIPAMINGKIS
TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung OLEH : Fanni Sufiardi NIM :95001002
PROGRAM MAGISTER PROFESIONAL BIDANG TEKNIK SUMBER DAYA AIR SUB BIDANG TEKNIK IRIGASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2004
ABSTRAK Dalam rangka mendukung penyediaan pangan nasional dengan keterbatasan jumlah air, salah satu diantaranya adalah mengatur pola tanam dan jadwal tanam yang tepat sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam. Pelaksanaan pola tanam pada daerah irigasi Cipamingkis dalam satu tahunnya diatur dengan Surat Keputusan Bupati yaitu pola tanam padi-padi-palawija. Pada kenyataannya petani tidak melaksanakan sepenuhnya pola tanam yang sudah ditetapkan. Pola tanam yang berkembang dimasyarakat adalah padi-padi. Kondisi ketersediaan air pada daerah irigasi Cipamingkis tidak mencukupi untuk satu tahunnya jika dilaksanakan pola tanam secara serentak sehingga harus dilaksanakan sistim golongan. Pengaturan jadwal tanam untuk masing-masing golongan dilaksanakan dengan setengaih bulanan yaitu : - Golongan I seluas 278 ha, awal tanam 1 November - Golongan II seluas 1680 ha. awal tanam 16 November - Golongan III seluas 2265 ha. awal tanam 1 Dsember - Golongan IV seluas 712 ha, awal tanam 16 Desember Pelaksanaan jadwal tanam dengan sistim golongan untuk pola tanam padi-padi-palawija masih dapat dilaksanakan pada sebagian daerah. Kekurangan air terjadi pada 1 Desember diamana faktor K mencapai 0.21. Sedangkan pada akhir MT 3 masih terdapat kelebihan air yang bisa dipakai untuk palawija. Hasil kajian menunjukkan awal tanam 1 November untuk pola tanam padi-padi-palawija ketersediaan air mulai berkurang terutama pada 1 Desember dengan faktor K mencapai 0.21. Pada MT 2 terjadi kekurangan air pada akhir masa tanam dimana faktor K mencapai 0.29, sehingga harus dilaksanakan sistim giliran j.a ingin mendapatkan intensitas tanam 300%. Pada akhir MT 2 masih terdapat kelebihan air yang bisa digunakan untuk tanaman palawija pada sebagian daerah. Bisa mencapai intensitas tanam 300% apabila pada MT 3 digunakan sistem giliran. Kata Kunci : Pola tanam. jadwal tanam. intensitas tanam, sistim golongan, menerus (continuous flow), sistim giliran.
ABSTRACT One way to support the national food supply in a condition of limited water supply is by arranging the cropping pattern and cropping schedule, so that cropping intensity will increase. The use of cropping pattern in the irrigation area of Cipamingkis each year is based on the Decree of Regent (SK. Bupati) that is paddy-paddy-palawija. But in reality, farmers do not use this pattern. They use paddy-paddy pattern. Water supply in the irrigation area of Cipamingkis is insufficient for one year if a simultaneous cropping pattern is used. Therefore a system of groups (sistem golongan) should be used. The arrangement of cropping schedule for each group is done by a half-month difference in starting the cropping of the group. - Golongan I area 278 ha. starting date 1 November - Golongan II area 1680 ha. starting date 16 November - Golongan III area 2265 ha, starting date 1 December - Golongan IV area 712 ha, starting date 16 December Cropping schedule in the system of groups for cropping pattern paddy-paddy-palawija still can be use in several areas. The peak of insufficient water occurs in 1 December with K factor 0.21. At the end of MT3 some the area can use by palawija. The study shows that in the initial cropping of November 1 for cropping pattern of paddypaddypalawija, start to leak of water in 1 December with K factor 0.21. At the end of MT2 insufficient water also occur with K = 0.29. If we used cropping schedule, we can make cropping intensity 300% at the end of MT3. Key word : Cropping pattern, cropping schedule, cropping intensity, system golongan. continuous flow, intermittent system.