PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN PERKEBUNAN DAN TERNAK DALAM KELOMPOK BERBASIS ORGANISASI Luntungan, H.T. * dan D.Kana Hau** Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor* Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTT** Abstrak Komoditas perkebunan secara nasional mempunyai peranan yang sangat menonjol sebagai komoditas ekspor, pendapatan devisa dan lapangan kerja. Salah satu komoditas perkebunan yang luas adalah kelapa yang tersebar di Sumatera seluas 1,4 juta hektar, Jawa 0.9 juta hektar, Bali, NTT, NTB 0.3 juta hektar, Sulawesi 0,7 juta hektar, Maluku dan Papua 0,3 juta hektar. Nilai Ekspor produk kelapa saat ini mencapai US $ 427 juta, sedang yang di konsumsi dalam negeri 2,3 juta ton equivalen kopra. Dalam meningkatkan pendapatan petani kelapa, telah dilakukan penelitian integrasi tanaman perkebunan dan ternak di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Metodologi yang dipakai didalam penelitian ini dimulai dari sosialisasi sistem integrasi tanaman perkebunan dan ternak ditingkat Kabupaten dan selanjutnya ditingkat desa, penentuan lokasi, survei base line sosial ekonomi, keamanan dan nutrisi pangan, survei pasar, pembentukan kelompok tani, materi pelatihan, aktivitas peningkatan pendapatan dan sistem kredit mikro. Hasil penelitian 2003-2007 memperlihatkan pendapatan petani meningkat, ketahanan pangan dan nutrisi cukup. Sedangkan aktivitas tanaman pokok, tanaman sela, pembibitan kelapa, peternakan, dan pemanfaatan tanaman pekarangan dinilai cukup baik. Dari segi produk bernilai tinggi beberapa produk tidak layak dipasarkan lagi, seperti VCO dan dodol karena pasar telah jenuh terhadap produksi ini. Segi pendanaan dengan sistem mikro kredit berjalan dengan baik dalam bentuk tunai ataupun barang. Sosialisasi manajemen, mikro kredit, pemasaran, pengembangan produk, tanaman sela, peternakan, pembibitan, dan penggunaan alat telah diikuti hampir seluruh peserta kelompok usahatani. Kata kunci : Pengembangan, Integrasi, tanaman perkebunan, ternak, kelompok tani. PENDAHULUAN Komoditas kelapa secara nasional mempunyai peranan yang sangat menonjol terbukti sebagai sumber utama minyak nabati dalam negeri, sebagai komoditas ekspor dan devisa negara, sumber lapangan kerja bagi petani maupun sebagai sumber pendapatan. Dari sisi total luas areal terdaftar 3,7 juta hektar menempatkan Indonesia sebagai negara kelapa terluas di dunia, namun dari sisi total ekspornya menempati urutan kedua sesudah Filipina (Badan Litbang Pertanian, 2005). Berdasarkan bentuk pengusahaannya 96 persen dari seluruh areal tersebut diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Sebagai perkebunan rakyat mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) luas kepemilikan lahan usahatani sangat sempit, rata-rata 0,5 hektar per keluarga, (2) umumnya diusahakan dalam pola monokultur, (3) produktivitas usahatani masih rendah, rata-rata 1,1 ton equivalent kopra per hektar, (4) adopsi teknologi anjuran sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani masih rendah (5) produk usahatani yang dihasilkan masih bersifat tradisionil atau produk primer dan tidak kompetitif dan (6) pendapatan usahatani per satuan luas rendah dan fluktuatif dan tidak mampu mendukung kehidupan keluarga petani secara layak. Kondisi demikian menyebabkan peranan komoditas kelapa belum optimal bila dilihat dari segi pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, sebagai sumber devisa negara maupun dari segi pendapatan petani kelapa secara nasional (Ditjenbun, 2006). Berdasarkan luas areal kelapa di Indonesia sebesar 3,7 juta hektar dengan produktivitas sebesar 1,0 ton kopra /ha/tahun, maka hasil ikutan dari buah kelapa per hektar/tahun :0,3 ton tempurung,0,8 ton sabut kelapa, 0,5 ton air kelapa. Bila asumsi tanaman hanya menghasilkan setengah dari total areal kelapa, maka total bahan baku yang diperoleh dari kelapa sebanyak 1,8 juta ton berbentuk kopra, 0,9 juta ton air kelapa, 0,54 juta ton tempurung dan 1,24 juta ton sabut. Bila perhitungan didasarkan atas buah kelapa yang berjumlah 12 milyar butir/tahun, maka potensi bahan baku yang berasal dari kelapa : arang tempurung 0,6 juta ton, serat sabut 1,4 juta ton, debu sabut 2,6 juta ton dari air kelapa 3,0 juta ton (Anonim 2004 ). Seiring dengan kebutuhan pasar yang ada hanya buah dan batang yang sudah diolah
secara komersil dalam industri. Produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu kelapa terdiri dari atas : meubel, souvenir, dan rumah. Sedangkan dari buah menjadi minyak kelapa, bungkil kelapa, arang tempurung, arang aktif, kelapa parut kering, susu/ krim ,serat sabut matras dan nata de coco. Sampai tahun 2004 yang diekspor Indonesia sudah mencapai 427 juta dollar US terdiri atas : kelapa segar, kopra, minyak kelapa kasar,bungkil kopra, dessicated coconut, coconut milk/cream, arang tempurung, karbon aktif, tempurung kelapa, dan sabut (APCC,2004). Pada segmen pasar domestik, aneka produksi kelapa berupa minyak makan, santan kelapa, gula kelapa, nata de coco, ternyata cukup baik dan memperlihatkan trend yang meningkat, yang diperlukan saat ini adalah kontunuitas,kuantitas dan kualitas produk dan skala ekonomi pengusahaan. Faktor kunci lain yang harus diperhatikan adalah : 1) Jumlah industri yang mengolah bahan baku dari produk kelapa : 2) Letak geografis sentra produksi dalam kaitannya dengan industri pemasarannya : 3) Ruang pasar yang sudah ada dan yang masih mungkin berkembang ; 4) Dukungan Kelembagaan ; 5) Ketersedian teknologi ; 6) Luas areal tanaman menghasilkan dan memungkinkan pengembangannya. Selain itu diversifikasi horizontal dapat diterapkan diantara kelapa dengan introduksi tanaman sela yang mempunyai ruang pasar setempat dan ternak serta pakannya dalam hal efisiensi pemanfaatan lahan agar nilai kesetaraan lahan dapat meningkat. Hasil-hasil penelitian introduksi tanaman sela yang dilakukan diantara tanaman utama ternyata sangat layak untuk diusahakan saat ini, karena dapat memberikan pendapatan yang tinggi (Mahmud 1988; Darwis 1988; Wahid 1992; Bedy et al, 2002). Mengenai introduksi ternak jelas menguntungkan asalkan manajemen pemeliharaan dilakukan sesuai dengan persyaratan/kebutuhan ternak tersebut (Lestari et al.2003; Priyanti et.al 1997; Wahyono et al, 1998 ; Zulbardi et.al 1998). Selain itu, penerapan teknologi tanaman perkebunan untuk kelapa, cengkeh, kakao, pisang, jambu mente, kopi, dan lain-lain, apabila terintegrasi di dalam suatu manajemen pengelolaan yang baik akan memberikan manfaat dalam bentuk : (1) peningkatan produksi atau hasil yang dapat dijual, (2) pengurangan biaya produksi, (3) perbaikan produk samping (Daras, 2002; Zaubin, 2000 ; Anon, 1995; Risfaheri et al.2004). Menurut Mardiana (2003) salah satu pertanian unggulan saat ini yang dapat diintroduksikan dalam bentuk usahatani yaitu beternak ayam buras yang sangat berperan dalam penyediaan pangan dan gizi masyarakat melalui produksi daging dan telur. Dengan adanya kelembagaan petani yang dibentuk berbasis komunitas petani serta keberadaan peneliti dan penyuluh sebagai pendamping di lokasi, maka koordinasi dan konsultasi menjadi mudah dan cepat dalam transfer teknologi dan manajemen pengelolaan (Sulistyio, 1998). Dengan demikian, melalui optimalisasi semua potensi sumberdaya alam dan petani dalam pengembangan usahatani terintegrasi yang berwawasan lingkungan dan pasar, maka pendapatan petani akan meningkat yang secara langsung akan mengurangi tingkat kemiskinan mereka yang pada akhirnya akan mengentaskan mereka dari kemiskinan. Tujuan penelitian jangka pendek dari pengembangan sistem integrasi ini untuk meningkatkan kemampuan sumber daya petani kelapa dalam mengelola usahataninya, dan jangka panjang untuk mengurangi kemiskinan petani kelapa, memberdayakan petani kelapa dan keluarganya, dan meningkatkan konservasi plasma nutfah kelapa. METODOLOGI Kegiatan program peningkatan pendapatan petani kelapa ini dilaksanakan bersama-sama dengan Desa setempat. Lokasi ditentukan berdasarkan potensi sumberdaya usahatani kelapa di Indonesia serta hasil sosialisasi program baik di tingkat propinsi maupun kabupaten. Lokasi telah ditetapkan di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Di lokasi tersebut dibentuk komunitas petani kelapa berbasis organisasi (CBO) sebagai peserta program. CBO menetapkan jenis usaha dengan sistem mikro kredit. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota komunitas dilakukan sosialisasi teknologi dengan materi yang disesuaikan dengan kegiatan usaha. Ruang lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan meliputi : sosialisasi sistem integrasi tanaman perkebunan dan ternak ditingkat Kabupaten dan selanjutnya ditingkat desa, penentuan lokasi, survei base line sosial ekonomi, keamanan dan nutrisi pangan, survei pasar, pembentukan kelompok tani, materi pelatihan, aktivitas peningkatan pendapatan dan sistem kredit mikro. HASIL DAN PEMBAHASAN Sosialisasi sistem integrasi tanaman perkebunan dan ternak.
Pembukaan sosialisasi program pengembangan sistem integrasi tanaman dan ternak dilakukan oleh Wakil Bupati Tasikmalaya H. Dede Oeron bertempat di operasional room Pemda Tasikmalaya di Tasikmalaya tanggal 20 Juli 2003 yang dihadiri oleh Kepala-Kepala Dinas lingkup Kabupaten Tasikmalaya, tokoh masyarakat, Kepala DPPK, Kepala Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya, LSM, PMP, Dinas Koperasi, dan UKM, Bappeda, BPTP Lembang, KTNA, Universitas Siliwangi, Pengusaha, Camat dan Kepala Desa. Wakil Bupati sangat mengharapkan kemiskinan yang ada pada petani kelapa di Tasikmalaya seluas 41.030 hektar dikemudian hari dapat dikurangi dengan adanya model program ini. Diharapkan dengan adanya program seperti ini, kepercayaan yang timbul diantara petani mendorong investor meningkatkan bisnis pada sektor perkebunan. Pengurangan tingkat kemiskinan memerlukan partisipasi dari berbagai sektor dan bentuk dukungan operasional dari petani itu sendiri. Untuk itu diperlukan suatu kelembagaan ditingkat petani yang berfungsi sebagai motivator penggerak untuk mengurangi kemiskinan. Selain itu wakil Bupati mengharapkan adanya suatu misi agribisnis yang ditunjang oleh APBD Kabupaten Tasikmalaya untuk meningkatkan sumberdaya lahan dan manusia agar dapat menghasilkan produk yang kompetitif ditingkat pasar bebas dan lokal. Dari informasi yang diberikan oleh wakil Bupati dalam waktu dekat di Kecamatan Cikalong akan didirikan pabrik pengolahan kelapa untuk menghasilkan tepung kelapa. Implikasi dari adanya pabrik memberi peluang kepada petani kelapa untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi terhadap pembelian butiran kelapa tanpa melalui perantara atau tengkulak dengan melakukan kemitraan. Penyampaian materi sosialisasi dibawakan oleh tim peneliti dari Puslitbang Perkebunan meliputi : latar belakang program pengembangan sistem integrasi tanaman dan ternak, tujuan jangka pendek dan panjang, keluaran jangka pendek dan panjang, teknis pelaksanaan program serta dampak yang diharapkan oleh petani. Untuk melaksanakan program ini dilakukan beberapa strategi pengembangan melalui pendekatan-pendekatan : sosialisasi program kelompok tani sehamparan, pembentukan organisasi komunitas petani dan penggalian informasi dari petani serta studi pasar sebagai umpan balik bagi pengembangan agribisnis berbasis kelapa. Secara umum lingkup kegiatan meliputi : sosialisasi program ditingkat Kabupaten dan Kecamatan serta Desa, penetapan lokasi kegiatan, pembentukan organisasi komunitas dan kelompok bidang usaha petani kelapa, meningkatkan kualitas sumberdaya petani, studi pasar, pengembangan usaha, introduksi prototipe alat pengolahan, dan memproduksi/memasarkan produk yang dihasilkan secara berkelompok. Hasil diskusi yang berkembang setelah penyampaian materi sosialisasi dapat dirangkum sebagai berikut : (1) Program pengurangan kemiskinan petani kelapa di Kabupaten Tasikmalaya didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Daerah menyarankan agar Dinas-dinas terkait menunjang program ini melalui penyusunan program kegiatan pada tahun anggaran 2004, (2) Pembentukan komunitas petani kelapa berdasarkan organisasi agar tidak mengurangi aktivitas kelompok yang sudah dibentuk didalam hamparan area kelapa yang dijadikan lokasi, (3) Kelompok peternak yang dibangun oleh program ini disarankan agar dapat bermitra dengan pengusaha yang ada ditingkat Kecamatan maupun Kabupaten Tasikmalaya, (4) Mengenai saran pengolahan sabut kelapa perlu dikaji dengan seksama penerapan kelayakannya. Apabila layak barulah alat pengolahan sabut didatangkan untuk mengembangkan produk tersebut, (5) Saran pengembangan ternak dibawah kelapa, penanaman tanaman sela diantara kelapa dan pembuatan gula kelapa dari nira perlu dipertimbangkan didalam pelaksanaan program integrasi tanaman perkebunan dan ternak ini, (6) Pengembangan tanaman sela, aneka produk kelapa serta ternak yang dikembangkan dalam program ini agar didasarkan kepada peluang pasar yang ada sehingga produk yang dihasilkan mudah dipasarkan dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani kelapa, (7) Pemerintah daerah mengharapkan agar pelaksanaan program ini dilanjutkan secara berkala. Penetapan Lokasi Kegiatan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kegiatan sosialisasi program pada tingkat Kabupaten telah disepakati bahwa Kecamatan Cikalong sebagai wilayah pemilihan Desa lokasi kegiatan program pengurangan kemiskinan masyarakat petani kelapa di Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan kepada luas kelapa yang terdapat pada masing-masing Desa di wilayah Kecamatan Cikalong maka ditetapkan 2 Desa calon untuk dipilih untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan yaitu Desa Tonjongsari dan Desa Sindangjaya. Kedua Desa tersebut diatas diteliti secara mendetail didasarkan kepada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria yang dipakai untuk penilaian, yaitu: (1) hamparan areal kelapa, (2) kepemilikan, (3) akses pasar, (4) respon petani dan aparat, (5) pemanfaatan sumberdaya usahatani, (6) penyebaran pemukiman petani kelapa, (7) kemudahan pembinaan, (8) infrastruktur dan (9) keragaan tanaman dilapangan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka ditetapkan (1) Bobot dengan jumlah 100, (2) Nilai 1-5 dan (3) Skor yang dihitung dari hasil perkalian antara bobot dan nilai. Nilai skoring dari kedua Desa calon lokasi di Kecamatan Cikalong seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat nilai skoring Desa Sindangjaya tertinggi yaitu 295, sedangkan Desa Tonjongsari hanya memperoleh nilai skoring 285. Sesuai dengan besarnya nilai skoring yang diperoleh maka Desa Sindangjaya sebagai lokasi Desa terpilih, kegiatan pengembangan integrasi tanaman dan ternak masyarakat petani kelapa di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa Sindangjaya sebagai lokasi kegiatan proyek memiliki nilai tambah mengingat letaknya yang strategis karena mempunyai akses ke kota Pangandaran sebagai kota pariwisata dan sedang dibangunnya pabrik tepung kelapa di wilayah setempat yang dapat dipakai sebagai mitra pemasaran produk usahatani kelapa yang dihasilkan petani setempat.
Tabel 1. Skoring calon lokasi di Kabupaten Tasikmalaya – Jawa Barat. Kriteria Desa Tonjongsari Desa Sindangjaya B N S B N S 1. Hamparan areal kelapa 10 2 20 10 4 40 2. Kepemilikan 15 3 45 15 3 45 3. Akses pasar 5 2 10 5 3 15 4. Respon aparat dan petani 20 3 60 20 4 80 5. Pemanfaatan SD.usahatani 5 2 10 5 2 10 6. Penyebaran pemukiman 20 2 40 20 3 60 7. Kemudahan pembinaan 5 3 15 5 3 15 8. Infrastruktur 5 3 15 5 3 15 9. Keragaan tanaman 5 2 10 5 3 15 Jumlah 100 285 100 295 Keterangan : Jumlah Bobot (B) = 100, Nilai (N)
= 1-5,
Skor (S) = Bobot x Nilai.
Survei Base Line Sosial-Ekonomi Sebagian besar penduduk kecamatan Cikalong, desa Sindangjaya bekerja pada sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan (Padi, Jagung, kacang-kacangan), tanaman perkebunan (kelapa, pandan, ), Hortikultura (pisang, pepaya) dan ternak (kambing, ayam). Rumah tangga petani menguasai lahan usahatani dengan luas rata-rata 0,96 hektar / KK. Adapun jumlah penduduk desa Sindangjaya 4.521 jiwa terdiri dari laki-laki 2.292 jiwa dan perempuan 2.229 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 1.286. Dari sisi mata pencaharian petani 85 % jiwa, nelayan 5 %, pegawai 4 %, buruh 6 %, . Sebaran umur penduduk di desa ini untuk usia produktif ( 15-50 tahun) sebanyak 58 % dan tingkat potensi tenaga kerja rumah tangga di usahatani adalah 2 (dua) orang / KK/ Tingkat pendidikan responden 50 % tamat SD, 30 % tamat SMP dan 20 % tamat SMU. Dilihat dari tingkat pendapatan, petani responden tergolong petani miskin dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp. 5.962.000/KK/Tahun dengan jumlah tanggungan ratarata 4 orang / KK, maka tingkat pendapatan hanya Rp.496.800,-/bulan atau Rp. 124.000/jiwa/bulan Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil kebun kelapa dan pandan. Dari segi tingkat pengeluaran rumah tangga, rata-rata pengeluaran petani responden mencapai Rp.3.200.000,-/KK/tahun dengan rata-rata jumlah tanggungan petani 4 jiwa/KK, maka tingkat pengeluaran petani Rp. 66.000,-/jiwa/bulan. Sebagian besar (85%) pengeluaran dialokasikan untuk kebutuhan pangan, sedangkan sisanya (15 %) untuk pengeluaran non pangan (pendidikan, kesehatan, sosial). Hasil survei lingkungan fisik untuk desa Sindangjaya luas wilayah pertanaman kelapa 1.235 hektar dengan topografi dataran dengan ketinggian tempat 0-75m dpl. Wilayah Kecamatan Cikalong,desa Sindangjaya masuk type iklim kering ( II/A ) dengan curah hujan 1000-2000 mm/tahun dan pola tunggal (simple Wave ) curah hujan terendah pada bulan juli dan Agustus, Lokasi Tasikmalaya ( Jawa Barat ) berada di Bujur Timur (BT) 108º-20’ Dan Lintang Selatan ( LS) 7º-12’. Pendapatan dari usahatani kelapa dan pandan di desa Sindangjaya terdapat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pendapatan dari usahatani kelapa berkisar antara Rp 720.000,- Rp. 4.800.000,- atau rata-rata Rp. 3.319.500,-
Tabel 2 : Pendapatan Usahatani kelapa dan Pandan di Sindangjaya ( Jabar ) No Nama petani Luas lahan Jumlah Pendapatan Pendapatan ( Ha ) Pohon U.Tani U.Tani kelapa pandan 1 H.Hatdi 1,75 125 2.800.000 2.400.000 2 Durahman 0,35 25 7.200.000 1.200.000 3 Iin Solihin 0,80 83 1.960.000 600.000 4 Budi Nugraha 0,50 60 1.210.000 720.000 5 M.Ruhiyat 2,64 240 4.500.000 300.000 6 Irin 1,0 100 2.200.000 500.000 7 Eco Raharjo 0,50 70 1.200.000 400.000 8 Abas 2,0 192 4.100.000 500.000 9 Karhidi 1,65 160 3.800.000 1.200.000 10 Adang 1,8 180 4.400.000 1.600.000 11 Darisman 0,5 50 1.400.000 450.000 12 Ade Purkon 0,5 45 1.200.000 600.000 13 Moharim 0,5 50 1.240.000 1.100.000 14 Maman 0,6 60 1.600.000 1.500.000 15 Entar 1,9 170 3.800.000 240.000 16 Hasan Basri 0,6 70 1.100.000 800.000 17 Cahudin 2,5 200 4.000.000 1.600.000 18 Simin 0,5 60 1.300.000 800.000 19 Ismail 0,75 90 2.200.000 1.600.000 20 Sueb 1,50 140 3.000.000 600.000 21 Abdul 0,50 40 980.000 1.200.000 22 Midaningsih 0,50 50 1.200.000 480.000 23 Hana 3,20 250 4.800.000 2.400.000 24 Amat 0,50 50 1.280.000 600.000 25 Sahudin 0,70 60 1.500.000 480.000 26 Kana 1,10 100 1.800.000 890.000 27 Mamar 2,00 200 3.700.000 600.000 28 Tarjo 0,50 60 1.400.000 450.000 29 Kamal 0,50 50 1.100.000 600.000 30 Oha 0,50 40 900.000 700.000
Total Rap 5.000.000 1.920.000 2.560.000 1.930.000 4.800.000 5.700.000 1.600.000 4.600.000 5.000.000 6.000.000 1.850.000 1.800.000 2.340.000 3.100.000 4.040.000 1.900.000 5.600.000 2.100.000 3.800.000 3.600.000 2.180.000 1.680.000 7.200.000 1.880.000 1.980.000 2.690.000 4.300.000 1.850.000 1.700.000 1.600.000
Sedangkan usahatani pandan berkisar antara Rp. 400.000,-- Rp. 2.400.000,- atau rata-rata = Rp. 903.000,- sehingga pendapatan usahatani kelapa dan tanaman sela (Intercroping ) sebesar Rp. 4.222.500,-/KK,/RTP atau per kepala keluarga petani kelapa. Jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan petani ( Kelapa + Pandan + Pendapatan lain ) rata-rata sebesar Rp. 5.962.000,-/KK/Tahun, maka ada selisih sebesar Rp. 1.739.5000,- dimana dana ini diperoleh dari pendapatan lainnya seperti buka warung /dagang atau menyewakan sepeda motor ( ojek ). Jika pendapatan Rp. 1.739.500,- dibagi dalam 12 bulan maka rata-rata diperoleh Rp. 144.958,-/bulan. Total pendapatan seluruhnya yaitu usahatani kelapa+ Pandan + pendapatan luar usahatani maka penerimaan petani desa Sindangjaya adalah sebesar Rp. 4.222.500,- + Rp. 1.739.500,-/tahun, Rp. 5.962.000,-/tahun dibagi jumlah tanggungan rata-rata 4 orang maka diperoleh nilai sebesar Rp. 496.800,-/bulan atau Rp. 124.000,-/jiwa/bulan. Tanaman perkebunan merupakan komoditas dominan di Kecamatan Cikalong dimana kelapa dalam seluas 4.235 ha. Khusus untuk desa Sindangjaya pertanaman kelapa dalam seluas 1.235 ha, Produktivitas kelapa dalam di desa Sindangjaya rata-rata 45 butir kelapa/pohon/tahun sehingga untuk produktivitas per hektar sebesar 5.625 butir/ha/tahun atau + 1,1 ton kopra/ha. Petani kelapa di desa Sindangjaya sebagian besar menjual kelapa butiran, dan gula kelapa. Harga kelapa butiran Rp. 300Rp.350,- sedangkan harga kopra/kg=Rp. 950 – Rp. 1.200,-. Untuk tanaman pandan yang ditanam diantara kelapa mempunyai produktivitas berkisar 1,5 ton – 2 ton/ha. Dari data responden memberikan informasi harga pandan sebesar Rp. 1.200,-/kg . Hasil baseline survei menjelaskan bahwa pendapatan petani di Sindangjaya pada umumnya dari usahatani kelapa, usahatani pandan dan usahatani lainnya seperti tanaman buah-buahan (pisang dan pepaya).
Tanaman kelapa dan pandan belum dilakukan pemupukan dan pengendalian hama penyakit, begitu juga pembersihan gulma atau pembabatan alang-alang hanya 1 (satu) kali dalam waktu 3 bulan. Peningkatan produktivitas kelapa masih dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya maupun pemeliharaan tanaman secara intensif. Pengendalian hama perlu dilakukan dipertanaman kelapa dan jenis hama di lapangan yaitu hama oryctes setora, dan penggerek daun lainnya, sedangkan penyakit ditemukan serangan pucuk daun tanaman muda seperti Pestalosia. Tanaman pandan bertumbuh dengan baik dan tidak ditemui ada serangan hama dan penyakit. Keamanan dan Nutrisi Pangan. Jenis konsumsi pokok masyarakat /petani kelapa saat ini adalah beras (nasi) dengan lauk pauk ikan dan daging. Sedangkan tambahannya adalah sayur (daun singkong,kangkung,kacang-kacangan dan katuk ) ditambah buah-buahan (pisang, sawo dan papaya). Setiap petani kelapa mempunyai kesamaan/kebiasaan dalam hal menu makanan, artinya setiap hari selalu makan nasi dan ikan sedangkan makan daging hanya kadang-kadang. Pada Tabel 3 akan dijelaskan sebaran penggunaan makanan pokok dan frekuwensi per hari dari setiap responden yang disurvei. Tabel 3. Sebaran Konsumsi Makanan Sindangjaya, Tasikmalaya. No
Nama petani (Keluarga)
Pokok
1 1.
Hatdi
Makanan pokok Jenis/Jml 3 Nasi/1 piring
2
Durahman
Nasi/2 piring
Ubi/ 1 ptg
3 4
IIn Solihin Budi N
Nasi/2 piring Nasi/2 piring
Roti 1 /bks Ubi/ 1 ptg
5
M.Ruchiyat
Nasi/ 1 piring
Singkong/1 ptg
6
Irin
Nasi/3 piring
Umbi2an/2ptg
7
Eko Raharjo
Nasi/3prg
Singkong dan roti/1 ptg
8
Abas
Nasi/2 piring
Singkong/ 1 ptg
9 10 11 12 13 14 15 16
Karhidi Adang S Darisman Ade Purkon Moharim Maman Entar Hasan B
Nasi 1/piring Nasi/2 ptg Nasi/ 1 piring Nasi/2 piring Nasi/2 piring Nasi/ 2piring Nasi/2 piring Nasi/3 piring
1 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
2 Cahudin Simin Ismail Sueb Abdul Midangsih Hana Amat Sahudin Kana Mamar Tarjo Kamal
3 Nasi/ 2 piring Nasi/1 piring Nasi/2 piring Nasi/2 piring Nasi//2 piring Nasi/2 piring Nasi / 1 piring Nasi/ 2 piring Nasi/ 2 piring Nasi/2 piring Nasi/ 2 piring Nasi/1 piring Nasi/ 2 Piring
2
Makanan pengganti Jenis/Jml
dan
Subsitusi Pada Nutrisi Pangan di Desa
Sayuran
Buah2an
Freku Wensi
Jenis/Jml 6 Pisang
7 2 x /hari
Pepaya
2 x /hari
Pepaya Pisang
3 x /hari 2 x /hari
Papaya
2 x /hari
Kangkung & daun ubi Pepaya, mangga Pisang & Pepaya Pisang Papaya Pisang Pisang Papaya Pisang Pisang Pepaya
2x/hari
Ubi /1 ptg Ubi/1 ptg Roti 1 ptg Ubi/1 piring Singkong 1 /ptg Singkong/1 ptg Singkong/1 ptg Mie/1 bks
Jenis/Jml 5 Daun Singkong Daun kangkung & kacang2an Kacang2an Daun Singkong Daun papaya & kacang2an Kangkung & daun umbi Daun umbi & kacang2an Daun umbi & sayuran hijau Sayuran Hijau Daun ubi Kacang2an Daun ubi Kacang2an Kangkung Kacang2an Daun Ubi
4 Singkong/ 1 ptg Ubi/I ptg Ubi / 1ptg Singkong/1ptg Ubi/ 1 ptg Singkong/ 1 ptg Mie/ 1 bks Mie 1 /bks Mie 1 / bks Singkong /1 ptg Singkong/ 1ptg Singkong/ 1 ptg Sinagkong/1 ptg
5 Kangkung Kacang2an Daun ubi Sayuran hijau Sayuran hijau Sayuran Hijau Kacang2an Daun ubi Kangkung Daun ubi Sayuran hijau Sayuran Hijau Daun Ubi
6 Pisang Pepaya Pisang Pisang Pepaya Pisang Pisang Pepaya
7 2 x/hari 2 x /hari 2 x /hari 2 x / hari 3 x/ hari 2 x / hari 2 x / hari 3 x /hari 2 x /hari 3 x /hari 2 x /hari 2 x / hari 3 x /hari
4 Singkong/ 2 ptg
Pepaya Pisang Pisang Pisang
3 x /hari 2 x /hari 2 x /hari 3 /x /hari 3 x /hari 2 x /hari 2 x/hari 2 x /hari 2 x /hari 2 x /hari
30
Oha
Nasi/ 2 piring
Ubi/1 ptg
Kacang2an
Pepaya
3 x /hari
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada umumnya makanan pokok adalah nasi (beras) dan makanan pengganti (subsitusi) adalah singkong dan ubi, serta mie kadang-kadang dikonsumsi. Selanjutnya sebagai lauk pauk yaitu makanan yang mengandung protein (ikan dan daging) dijelaskan pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi konsumsi makanan pembentuk tubuh di Desa Sindangjaya Tasikmalaya. No
Nama petani
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hatdi Durahman IIn Solihin Budi Nugraha M.Ruchiyat Irin Eko Raharjo Karhidi Adang Abas Darisman Ade Purkon Moharim Maman Entar Hasan Basri Cahudin Simin Ismail Sueb Abdul Midangsih Hana Amat Sahudin Kana Mamar Tarjo Kamal Oha
Ikan 3 x /minggu 4 x /minggu 5 x /minggu 4 x /minggu 4 x /minggu 5 x /minggu 4 x /minggu 4 x /minggu 4 x /minggu 3 x /minggu 4 x/ minggu 4 x/minggu 3 x /minggu 5 x /minggu 4 x /minggu 4 x /minggu 6 x /minggu 4 x/minggu 5 x /minggu 4 x /minggu 5 x /bln 4 x /minggu 4 x/minggu 4 x/minggu 3 x /minggu 3 x /minggu 4 x /minggu 4 x /minggu 4 x/minggu 4 x /minggu
Daging ayam 1x / bln 1 x/ bln 2 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x/bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x/bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x / bln 1 x/bln 1 x / bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln
Daging sapi 1 x / bln 1x /bln 1 x / bln 1 x / bln 2 x bln 1 x /bln 1 x/ bln 1 x/bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x/bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x /bln 1 x / bln 1 x/bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln 1 x bln
Susu sayur Tiap hari 2 x/ minggu 3 x/minggu -
Ket -Unt anak Unt anak Unt anak -
Hasil pengamatan dan data yang disampaikan oleh petani bahwa mereka tidak pernah mengalami kelaparan dan setiap hari dapat mengkonsumsi makanan pokok yaitu nasi dengan lauk pauk ikan atau tahu dan tempe. Lokasi desa Sindangjaya dipinggir laut, sehingga peluang untuk menangkap ikan laut sangat terbuka. Jadi tidak ada alasan bahwa masyarakat desa tersebut kekurangan protein atau kekurangan gizi. Selanjutnya ketersediaan bahan pangan lainnya seperti jagung, ubikayu, pisang dan umbi-umbian masih tersedia dan ada ditemukan pada lahan petani. Sehingga ketahanan dan nutrisi pangan dalam kondisi baik walaupun pendapatan petani-petani masih rendah yaitu dibawah Rp.100.000,-/bulan/jiwa. Survei Pasar. Salah satu persyaratan yang fundamental untuk mencapai keberhasilan perlu dilakukan survey pasar untuk mengidentifikasi produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas petani kelapa, dan kemana komunitas tersebut akan dijual bekerjasama dengan organisasi local dan sektor swasta. Survei pasar pada Kabupaten ini dilakukan melalui metode campuran survey dan Rural Rapid Apraisal (RRA). Pemilihan lokasi dan responden dilakukan secara purposive. Responden terdiri atas : petani kelapa 20 orang, pedagang tingkat Desa 2 orang, pedagang pengumpul tingkat Kabupaten 2 orang, pedagang pengecer 2 orang dan rumah tangga sebagai konsumen 2 orang. Data penunjang diambil dari
Deperindag, Dishutbun, Balai Penyuluhan Pertanian, dan Bappeda Tasikmalaya. Analisis dilakukan secara deskriptif dan tabulasi silang. Kesimpulan dari hasil survey pasar sebagai berikut : (1) Tanaman sela yang direkomendasikan untuk ditanam diantara kelapa terdiri atas pandan, lada, kapolaga, kacang tanah dan pisang, (2) Produk kelapa sebagai alternatif kegiatan petani terdiri atas tepung kelapa, santan kelapa, gula merah, serat/debu sabut, nata de coco, arang/tepung tempurung, minyak/bungkil kelapa, sabun cuci, kecap air kelapa dan air kelapa segar, (3) Jenis ternak yang direkomendasikan adalah sapi potong, domba, dan ayam kampung, (4) diperlukan perbaikan materi tanaman kelapa melalui usaha pembibitan kelapa dengan kelapa unggul lokal. Sedang saran-saran yang perlu diperhatikan, survey pasar dilanjutkan dengan market channels atas produk serta komoditi yang diperlukan dengan membangun kemitraan. Selain itu kajian market space dalam skala yang lebih global untuk produkproduk yang diusulkan melalui desk study. Pembentukan Komunitas Berbasis Organisasi (CBO) Pada tahun 2003 di Desa Sindangjaya telah terbentuk CBO dengan empat kelompok usaha, yaitu (1) kelompok usaha pembibitan, (2) kelompok usaha tanaman sela, (3) kelompok usaha ternak, dan (4) kelompok usaha aneka produk kelapa. Anggota komunitas seluruhnya berjumlah 95 petani dengan luas lahan yang dimiliki seluruh anggota kurang lebih 130 hektar. Pembibitan yang diusahakan oleh Kelompok usaha pembibitan adalah bibit kelapa unggul varietas Sawarna dan telah laku terjual. Usaha pembibitan kelapa masih berlanjut dengan bibit berasal dari pohon induk terpilih sebanyak 1050 bibit. Tanaman sela yang diusahakan adalah pandan, pisang dan lada. Tanaman sela yang masih diusahakan adalah pandan sebanyak 8950 tanaman yang tersebar di 12,5 hektar, sedangkan tanaman lada kurang berhasil. Tanaman lada banyak yang mati disebabkan kurangnya pemeliharaan. Kelompok usaha ternak memilih ternak ayam kampung, namun usaha ini gagal sebagian besar mati karena adanya serangan penyakit flu burung. Untuk menunjang usaha ternak telah diintroduksi ternak domba sebanyak 20 bibit dengan sistem bergulir di antara anggota. Aneka produk yang diusahakan adalah dodol kelapa, gula merah dan minyak murni. Dodol kelapa merupakan produk baru yang diusahakan kelompok usaha aneka produk dengan bantuan peralatan dan bahan baku berupa parut kelapa kering diusahakan sebagai minyak murni (VCO) mutunya tidak memenuhi sarat sebagai minyak murni (kadar laurid acid hanya 38%) dan perlu ditingkatkan. Pembentukan CBO difasilitasi oleh sekretaris desa dan membuat beberapa kesepakatan yaitu : (1) Dibentuk kepengurusan dengan ketua Sdr. H. Hatdi, sekretaris Sdr. Iin Solihin dan bendahara Sdr. Durahman (2) Dibentuk empat kelompok usaha yang kemudian dilebur menjadi satu kelompok aneka usaha petani kelapa, (3) Dibentuk kepengurusan aneka usaha dengan sistim mikro kredit yaitu : Tim pengawas Sdr. M. Ruhiyat dan Sdr. Cahudin. Sedangkan kepengurusan aneka usaha dirangkap oleh kepengurusan CBO, (4) Kepengurusan aneka usaha menetapkan mekanisme atau aturan sistim mikro kredit bagi anggotanya, (5) Pengurus aneka usaha menyusun program atau kegiatan usaha yang modalnya diusulkan untuk didanai dengan sistim mikro kredit. Mikro kredit diprioritaskan untuk memperkuat usaha sebelumnya seperti : melanjutkan usaha ternak dengan memelihara induk dan anak domba serta ternak itik dengan menggunakan alat penetas, melanjutkan pemeliharaan tanaman sela pandan dan mengembangkan usaha minyak murni (VCO) yang bernilai tinggi dengan menggunakan peralatan baru (mesin parut dan mesin pres santan). Mengembangkan kerajinan tangan yang berbahan dasar kelapa, (6) Tempat pertemuan anggota CBO baru ditetapkan di Madrasah yang dikelola desa, (7) Peralatan yang ada dikelola pengurus sebagai aset kelompok aneka usaha, (8) Melatih para petani kelapa termasuk para wanita di tingkat desa dengan materi kegiatan-kegiatan usaha yang dapat meningkatkan pendapatan, di antaranya manajemen kelembagaan atau komunitas berbasis organisasi, sistem mikro-kredit, usaha ternak, tanaman sela, dan berbagai produk yang bernilai tinggi. Materi Pelatihan a. Ruang lingkup materi sosialisasi. Diajarkan atau direkomendasikan kepada para petani dan keluarganya hal-hal sebagai berikut : (1) perbaikan cara bertani dengan memberikan pengertian atas budidaya yang diusahakan, cara dan teknik penguasaannya, (2) berusaha lebih mendapatkan keuntungan dengan cara dan teknik perbaikan pengolahan, pemasaran dan mempergunakan faktor-faktor produksi lebih efisien, (3) membuat hidup lebih sejahtera dengan memberikan pengetahuan tentang kebutuhan gizi, kesehatan perumahan dan kebersihan/keindahan, (4) meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan di pedesaan.
b. Judul materi yang di sosialisasikan. 1. Manajemen kelompok tani. 2. Mikro kredit sistem. 3. Pengembangan tanaman sela diantara kelapa (pandan, pisang, lada, dan nilam). 4. Pengembangan ternak dan pakan (ayam dan domba). 5. Pembibitan kelapa. 6. Pembuatan minyak kelapa murni (VCO). 7. Pembuatan minyak goreng kelapa. 8. Pembuatan gula kelapa. 9. Pembuatan dodol. 10. Pembuatan kerajinan tangan dari kelapa. 11. Pemilihan pohon induk kelapa lokal. 12. Pengembangan tanaman pekarangan (bayam, cabe, caisin, terong, Pepaya, dll). 13. Pembuatan katalog makanan kelapa dan non kelapa. 14. Pembuatan katalog varietas kelapa. Dalam rangka penyuluhan di pedesaan diperlukan pengenalan mengenai sifat petani dimana keadaan daerah seperti : keadaan alam, keadaan sosial ekonomi dan budaya, serta keadaan petani setempat dan adat istiadatnya membentuk jati diri mereka. Beberapa hal yang harus diperhatikan : (1) petani itu tidak bodoh karena mereka itu sudah ditempa oleh keadaan. Hal yang dilakukan sudah dipertimbangkan resiko, keamanan, ketenangan, perhitungan untung rugi. Petani pada umumnya belajar dan berbuat dalam meningkatkan pengertahuan dan kecakapannya, yang pada dasarnya mempunyai kapasitas respon terhadap kemajuan, (2) petani mempunyai harga diri , untuk itu perlu diketahui bahwa petani mempunyai kebutuhan yang meliputi kebutuhan material. psikologis, diakui lingkungan, dihormati dan kebutuhan berkembang, (3) petani mengetahui dan memperlihatkan jalannya iklim dan perubahanperubahan yang terjadi menyangkut harga dan perubahannya, (4) petani menjunjung tinggi suatu kesepakatan yang telah disetujui masyarakat, (5) petani tidak mudah percaya terhadap orang-orang yang bukan petani, (6) petani pada umumnya tidak senang diberi pelajaran oleh orang lain. Atas dasar keberadaan petani seperti diatas, seorang peneliti yang datang ke tempat petani haruslah memperhatikan; (1) pengaruh keluarga, dimana sebelum dilaksanakan usaha tani harus dimusyawarahkan dengan keluarganya sehingga cara-cara baru yang akan diterapkan harus disetujui keluarganya, (2) pengaruh masyarakat, azas gotong royong sebenarnya bersumber dari sifat petani khususnya, masyarakat desa umumnya. Oleh sebab itu setiap sikap dan tindakan dipengaruhi oleh masyarakat, kecuali beberapa minoritas. Oleh sebab itu inovasi teknologi yang baru dari luar sering tidak mudah diterima, (3) pengaruh agama dan adat istiadat, meskipun agama dan adat istiadat tidak merintangi kemajuan teknologi pertanian, akan tetapi fanatisme atau salah pengertian kadang-kadang menghambat kemajuan. Aktivitas Peningkatan Pendapatan a. Tanaman Sela. Sesuai dengan survei pasar yang dilakukan, intercropping yang layak diusahakan di Desa Sindangjaya terdiri atas komoditas : pandan, lada, kapolaga, kacang tanah dan pisang. Tetapi ada saja yang mencoba tanaman lain dengan fasilitas kredit makro. Oleh saudara H.Hatdi untuk usaha pengembangan jagung`mengambil kredit mikro sebesar. Rp.1.020.000 untuk luas 0,5 hektar. Dari pendapatan penjualan jagung sebesar Rp. 1.700.000 mendapatkan profit per musim tanam sekitar Rp. 680.000. Sesuai dengan rekomendasi oleh saudara Tarjo mengambil kredit untuk menanam pandan seluas 0,5 hektar. Dengan modal kredit sebesar Rp. 650.000 mempergunakan tenaga sendiri dapat menghasilkan keuntungan bersih per tahun Rp. 1.980.000. Selain kedua komoditas di atas proposal saudara Abas untuk pisang ternyata dengan mengambil kredit sebesar Rp. 650.000 dengan mempergunakan tenaga sendiri per bulan dapat menghasilkan Rp. 280.000 pada tahun berikutnya pada lahan seluas 1 ha. Selain itu ada juga petani yang mengambil kredit untuk kebutuhan pribadinya. b. Pengembangan Ternak dan Pakan.
Sebagaimana hasil survei untuk pengusahaan ternak ternyata rekomendasi untuk Desa Sindangjaya yang layak diusahakan sapi, domba dan ayam. Pengembangan ternak domba dengan program bergulir yang diberikan tahun 2004 sebanyak 20 ekor telah mencapai 98 pada tahun 2007. Usaha saudara Iin Solihin dengan kredit sebesar Rp. 880.000 dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 370.000, setelah 3 bulan, dengan membeli bibit ayam 50 ekor kemudian di jual. Hal yang sama untuk domba kredit sebesar Rp. 880.000 untuk 3 domba yang setelah 4 bulan kemudian di jual keuntungan dapat mencapai Rp. 470.000. Dari segi komoditas ternak lain yaitu itik ternyata kelayakan proposal pengusahaan itik disampaikan oleh saudara Eco cukup baik dimana per bulan dapat menghasilkan Rp. 225.000 dari hasil pembelian 25 ekor bibit itik dengan kredit mikro sebesar Rp. 880.000. c. Produk Bernilai Tinggi. Ada 3 macam produk yang layak diusahakan untuk high value produk yaitu : VCO, gula kelapa, dan minyak kelapa, pengembangan VCO telah dijalankan oleh saudara Midaningsih dengan mendapatkan kredit Rp. 600.000 dengan profit yang diterima per bulan sebesar Rp. 200.000 setelah di keluarkan tenaga kerja untuk sementara produk VCO dihentikan karena standar lauric acid masih rendah. Salah satu yang juga menguntungkan petani saat ini menjual gula kelapa. Dari kredit yang di terima saudara Kamal sebesar Rp. 659.000 hasil pendapatan gula untuk sebulan Rp.1.050.000 atau petani tersebut mendapatkan profit sebesar Rp. 391.000 per bulan. Pemberian kredit untuk pembuatan minyak kelapa tidak begitu menguntungkan jika bungkil tidak dapat dijual atau sebagai bahan makanan ternak. Profit yang dihasilkan saudara Entar yang mengambil mikro kredit sebesar Rp.320.000 dapat menghasilkan pendapatan bersih per bulan sebesar Rp. 140.000 dengan catatan tenaga kerja merupakan investasi di dalam usahataninya. d. Pengembangan Tanaman Pekarangan. Pekarangan selain memiliki fungsi sosial juga fungsi produksi. Masyarakat pedesaan sering memanfaatkan pekarangan sebagai ajang bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya yang menjadi tetangga, berbagai informasi dapat saling tukar dan juga tempat bermain anak-anak usai mereka sekolah. Namun pola kehidupan di pedesaan sudah mulai bergeser tidak semata-mata untuk bersosialisasi tetapi juga memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup sehari-hari. Lahan pekarangan yang tersedia disekeliling rumah petani mempunyai peluang yang sangat besar untuk dimanfaatkan menjadi tempat penanaman berbagai jenis tanaman pangan dan sayuran yang memiliki nilai ekonomi dan nilai gizi yang tinggi. Pemanfaatan lahan pekarang dengan menanami tanaman pangan seperti tanaman sayuran, buahbuahan dan palawija perlu di tata sedemikian rupa agar terjadi keserasian baik dari segi estetika maupun dari tanaman yang diusahakan sebagai tanaman pekarangan agar dapat berproduksi dengan baik. Jenis tanaman yang akan dikembangkan pada lahan pekarangan dipilih sedemikian rupa dan jumlah tanaman yang akan dikembangkan pada setiap pekarangan dari masing-masing keluarga anggota CBO akan disesuaikan dengan luas pekarangan yang tersedia. Jenis tanaman yang dikembangkan sebagai tanaman pekarangan dipilih sedemikian rupa agar mampu untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat petani kelapa melalui upaya sendiri dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang tersedia. Untuk tercapainya program tersebut, telah ditetapkan 10 jenis tanaman yang dinilai memenuhi syarat teknis yaitu : (1) kelapa, (2) pepaya, (3) pisang, (4) jagung, (5) terong, (6) cabe, (7) ubikayu, (8) bayam, (9) nenas, dan (10) caisin. Mengingat luas lahan pekarangan yang dimiliki para petani sangat bervariasi, maka jumlah jenis maupun jumlah tanaman yang diusahakan pada lahan pekarangan dari masing-masing peserta pelatihan akan disesuaikan dengan luas lahan pekarangan yang tersedia. Keadaan rumah dan pekarangan milik petani peserta latihan di Desa Sindangjaya yang didata disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Keluarga petani kelapa, luas pekarangan dan jenis tanaman pekarangan di Desa Sindangjaya. No.
Nama Kepala Keluarga
Luas Lahan Pekarangan (m2) 3 84
1 1.
2 Ruhiyat
2.
Budi
200
3.
H.Hatdi
364
4.
Tarjo
50
5.
Sueb
200
6.
Jumli
45
7.
Mamar
100
8.
Syahudin
9.
Jenis tanaman yang ada dipekarangan
Tanaman pekarangan yg dipilih
Ket.
4 Glirisida, mengkudu, jambu biji, salak rambutan Ubi kayu, mangga, pisang,sawo,kelapa
5 Cabe, terong, bayam, talas
6
Sawo,ubi kayu,petai, mangga,nagka,nenas, salak,kayujati,kelapa Kelapa,cabe,tomat
Cabe,bayam, kelapa,talas, terong Kelapa,cabe, terong,pepaya, talas,bayam Cabe,talas, bayam,kelapa
Pisang,jambu biji,jeruk lemon,mengkudu, albizia,pepaya Kelapa,jeruk lemon, nenas, pandan Mangga,nenas, pisang, sirsak,rambutan
Kelapa,Cabe, Pepaya,,jagungubi kayu Kelapa,cabe, bayam Kelapa,talas, pepaya,cabe
20
Mangga,nenas, pisang,sirsak, rambutan
Kelapa,talas, pepaya,cabe
Maman
200
Jambu,mangga, pisang,kelapa
Kelapa,pepaya,cabe
10.
Karhidi
200
Mangga, ketimun
11.
Kamal
50
Mangga
Kelapa,cabe, pepaya, terong,bayam Kelapa, cabe, terong
12.
Maksum
140
Sawah,kelapa
13.
Entar
40
Ubi kayu,pisang bawang daun
14.
Rukhiman
200
Jambu,pepaya
15.
Abas
100
Kelapa,pepaya
16.
Solichin
350
Kelapa,sawo, pisang, paria,cabe, cengkeh, lada perdu,ketumbar, tomat
1 17.
2 Kasimin
3 350
4 Pisang,jeruk, melinjo,pepaya, sauh,katuk, kelapa
Lokasi + 100 diluar perumahan Rumah agak besar
Didepan kios dagang,rumah agak besar dan baik Rumah sangat sederhana, dibelakang rumah ada kandang kambing Dibelakang rumah ada balong Pertumbuhan tan ketimun sangat baik Pekarangan dipisahkan oleh jalan desa lahan pekarangan harus diolah internal, karena berfungsi sebagai desa -
Kelapa, cabe, pepaya, talas Cabe,terong, bayam, pepaya, talas
Disamping rumah ada balong Disamping rumah ada balong Disamping rumah ada balong Dibelakang rumah ada kandang kambing
Kelapa,pepaya,cabe,t alas, pepaya,terong Kelapa,cabe, pepaya,bayam Kelapa,cabe, bayam,terong ,jagung,pepaya nenas
5 Kelapa,cabe, pepaya, terong,bayam
6 -
18.
Kasim
244
Kelapa,alpukat, pandan
19.
Ujer
104
20.
Kana
235
21.
Amat Rachmat
300
Jambu mente, kelapa, nangka Petai china,sawo, sukun,kelapa,jeruk, kedondong Jinjing,(Albazia) ,jeruk,kelapa
22.
Hanna
60
23.
Echo
232
24.
Iim
220
25.
Durach-man
126
26.
Karim
81
27.
Mida
30
Mangga,pandan, melinjo Mangga,tebu
28. 29.
Heni Herlina Ismail
80 80
Mangga,piang Pisang,salak, kelapa
Kelapa,pepaya,cabe Kelapa,terong, talas,bayam
30.
Cahudin
399
Kelapa,pisang
Kelapa,ubikayu pepaya,cabe, bayam, jagung dan terong
31.
Hasan Basri
115
Kelapa,melinjo, pepaya,mangga, bibit kelapa cabe
Talas,cabe, bayam,terong, kelapa
Sukun,pandan, sawo,kelapa,nenas Rumput gajah, kelapa Mangga,pisang, alpukat,nangka Jeruk,nangka, pisang,kelapa
Kelapa,terong, cabe,pepaya, nenas, jagung Kelapa,cabe, ,jagung,pepaya Kelapa,cabe, sawi,bayam
-
Kelapa,cabe, pepaya, nenas,terong Kelapa,cabe, bayam,,jagung Kelapa,cabe, Terong Kelapa,cabe, terong,bayam Kelapa,terong, cabe, pepaya Terong,pepaya, jagung,cabe Cabe,terong, bayam
-
-
Samping kanan rumah daerah rendeman banjir bagian belakang ada balong Pertumbuhan tanaman pekarangan sangat baik Lahan pekarangan diluar rumah tempat tinggal dibelakang rumah ada kandang sapi,kandang bebek dan sumur lokasi dekat persawahan
Sistem Kredit Mikro Maksud dari kredit mikro ini untuk melipat gandakan produksi melalui usaha tanaman sela diantara kelapa, peternakan dan pakan ternak, dan produksi produk yang bernilai tinggi. Oleh karena sistim ini hanya berbentuk mikro, maka pengelolaannya harus terpadu didalam usahatani kelompok petani kelapa dengan prioritas pemberian kredit dengan memperhatikan kelayakan pengembaliannya secara bertahap sehingga dapat dipakai oleh peserta lainnya. Mikro kredit yang diterapkan merupakan kredit jangka pendek dengan persyaratan yang lunak. Biaya kredit selama usahatani belum menghasilkan akan ditanggung oleh penerima kredit dengan biaya yang disetujui bersama di dalam rapat anggota. Untuk mendapatkan mikro kredit petani terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan administrasi : (1) surat keterangan sebagai anggota CBO, (2) membuat proposal peminjaman kredit untuk usahatai yang akan dikerjakan, (3) proposal persetujuan kredit disetujui oleh dewan pemeriksa yang terdiri atas : Ketua CBO, Sekretaris, Bendahara dan 2 anggota yang ditunjuk ketua CBO atas dasar kepakaran anggota tersebut. Didalam rangka penyaluran dan pengalihan kredit mikro dibebankan kepada ketua CBO yang pelaksanaannya dibantu oleh Bendaharawan. Yang dimaksud dengan bendaharawan ialah orang yang ditunjuk bersama oleh seluruh anggota kelompok tani sewaktu pembentukan CBO. Tugas bendaharawan untuk menerima, menyimpan, mengeluarkan termasuk menagih kepada peminjam dalam hal ini bunga dan pokok pinjaman sesuai dengan surat perjanjian yang telah disepakati. Bendaharawan dapat melakukan pembayaran apabila telah mendapatkan persetujuan ketua CBO. Mengenai pengawasan keuangan, beban pemeriksaan dilaksanakan setiap 3 bulan oleh sekretaris CBO dan dilaporkan kepada
ketua CBO setiap akhir tahun. Ketua CBO mengadakan rapat paripurna kelompok untuk menyampaikan laporan pelaksanaan program setiap anggota. Penyampaian akhir mengenai keuangan akan disampaikan oleh bendahara setelah mendapatkan persetujuan ketua CBO. Mulai adanya kelompok ini tahun 2003, kredit mikro terkumpul yang mulai agak besar pada tahun 2005 Rp. 4.487.000,- tahun 2006 Rp. 15.840.000,- dan akhir tahun 2007 sebesar Rp. 21.840.000,-.
Tabel 6. Rata-rata Pendapatan Usahatani Peserta diTasikmalaya. a. Aktivitas Usahatani • Tanaman pangan • Tanaman Kelapa • Tanaman Pandan & Pinang • Peternakan • Perikanan • Pembuatan gula merah b. Non Usahatani • Warung • Ojek • Pertukangan c. Lainnya ( Buruh tani )
Pendapatan tiap tahun (ribuan rupiah) 2004 2005 2006 2007 1790 1820 1703 2153 3319 3420 3750 3900 925 960 925 975 900 320
950 450
1200 600
1400 715
7254
7600
8178
9143
1250 800 400 2450 900 10.604
1145 720 415 2280 1400 11.280
1200 780 420 2400 1500 12.078
1240 835 490 2565 1750 13.458
Evaluasi Tingkat Pendapatan Ada tiga kreteria yang dipakai untuk evaluasi tingkat pendapatan terhadap kelompok tani di Desa Sindangjaya ini : (1) aktivitas usahatani yang terdiri atas tanaman kelapa, tanaman sela, peternakan, tanaman pangan dan usaha yang dominan seperti proses pembuatan gula merah dari nira kelapa, (2) non usahatani berupa warung, ojek dan pertukangan, (3) lainnya seperti buruh tani. Hasil evaluasi dari tahun ke tahun ternyata nilai pendapatan petani bergerak sangat perlahan walaupun trend menunjukkan kenaikan. (Tabel 6 ). Beberapa kendala yang terjadi : (1) pendanaan penelitian tidak sesuai dengan yang dicanangkan, (2) dukungan tingkat kabupaten hanya dalam bentuk support yang seharusnya turut berpartisipasi, (3) ketersediaan waktu petani yang terbatas. Implikasi dari program ini di tingkat petani sendiri cukup baik terlihat dari : (1) kemampuan individu dalam menjalankan teknologi yang diterima, (2) kebersamaan petani di dalam kelompok tani untuk pengembangan produk bernilai tinggi, menerima paket desiminasi dan dalam pelaksanaan aktivitas, (3) petani merasa diberi kesempatan untuk mendapatkan informasi inovasi teknologi yang ada dan kesempatan mengikuti training baik langsung dalam kelompok atau ke tempat lain seperti di Balai Besar Pasca Panen Bogor dan di Balai Kerajinan dan Batik Jogya. KESIMPULAN Pengembangan sistem integrasi tanaman dan ternak dalam suatu kelompok berbasis organisasi dapat meningkatkan pendapatan usahatani dari tahun ke tahun. Sedang keberadaan mikro kredit yang terbentuk dalam kelompok sangat mendorong terbentuknya tambahan usahatani sehingga pendapatan bertambah. Komponen non usahatani seperti warung, ojek, pertukangan dan buruh tani merupakan usaha sampingan petani yang sangat berarti bagi pendapatan. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1995. Introduksi Alsintan untuk pemberdayaan pengusaha olahan di DIY. Balai Besar Pengembangan Alatdan Mesin Pertanian, Serpong. Anonymous, 2004. Laporan akhir pengkajian manfaat industri produk samping hasil perkebunan (kelapa) di Indonesia. Kerjasama antara Bagian Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dengan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Tantri, Bogor. APCC.2004. Coconut statistical yearbook. Asian and Pasifik Coconut Community. p.96-117. Badan Litbang Pertanian.2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p.1-27. Bedy, S., Nana, H dan H.T. Luntungan. 2002. Analisa ekonomi tanaman temu-temuan diantara kelapa. Prosiding Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. Bogor. Hal 463-468. Daras, U. 2002. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman mente belum menghasilkan (TBM) di Lombok. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 8 (4): 121-125. Darwis S.N. 1988. Tanaman sela diantara kelapa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor 199 hal. Ditjenbun. 2000. Statistik Perkebunan Indonesia 1998 - 2000. Ditjenbun, Jakarta. 96 hal. Ditjenbun.2006. Meningkatkan potensi kelapa Indonesia melalui pengembangan kelapa terpadu. Hari perkelapaan 2006.Direktorat Jenderal Perkebunan dan Masyarakat Perkelapaan Indonesia. p.1-17. Lestari, B. 1998. Metode Penyuluhan Efektif untuk Pembentukan Kelompok Tani Ternak Mandiri. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor, 18-19 Nopember 1997. Puslitbangnak. Hal 835 - 840. Mahmud, Z. 1998. Tanaman Sela di bawah Kelapa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XVII (2):61-67. Mardiana. 2003. Peningkatan produktivitas ayam buras melalui peneliharaan anak ayam dalam kotak indukan. Makalah disampaikan pada pertemuan petani COGENT di Desa Nonapan, Kabupaten Bolaang Mongondow, 29 Juli 2003. Hal 1-10. Priyanti, A., Uka, K. dan Wahyuning, K.S. 1997 Alih Teknologi Peternakan dan Peningkatan Kemampuan Sumberdaya Manusia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor, 18-19 Nopember 1997. Puslitbangnak. Hal 825-833. Risfaheri, Tun Teja Irawadi, M.Anwar Nur, Illah Sailah., Zainal Alim Mas'ud dan Meika S.Rusli.2004. Pemisahan kardanol dari minyak kulit biji mete dengan metode destilasi vakum. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. Vol.1 No.1. Hal. 1-11. Sulistyio, R. 1998. Pemberdayaan Petani dalam Usahatani Kelapa, Prosiding KNK IV, Bandar Lampung. Hal 33-46. Wahyono, D.E., Komarudin, M., M. Rangkuti, E. Handiwirawan. 1998. Aplikasi Paket Teknologi Peternakan di Lahan Marginal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor, 18-19 Nopember 1997. Puslitbangnak. Hal 715-721. Zaubin, R. 2000. Penelitian adaptasi tanaman jambu mete di Propinsi NTB dan NTT. Laporan Tahunan Hasil Penelitian Kerjasama Balittro dan Bagian Proyek P2RWTI (tidak dipublikasikan).
Zulbardi, M., Kuswandi, M. Martawidjaja, C. Thalib dan D.B. Wiyono. 1998. Daun Gliricidia sebagai Sumber Protein pada Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000. Puslitnak. Hal 233-241.