Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
PENERAPAN ALAT MESIN DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK (The Adaptation of Machinary in the Integrated Crop-Livestock Systems) SUPRIYANTO dan RENI Y. GULTOM Perekayasa pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
ABSTRACT Agricultural engineering application in plants-livestock integration system is one of the essential part to get optimum result in quality, quantity and efficiency from the obtained results. Many combination of agricultural machinery can be done in one livestock–plants integration system that is very influenced by many faktor, such as: technique, social economy, human resourch, infrastructure and climate. Engineering aplication method includes field data accumulation (product, activator power, human resourch, climate), data analysis (economy analysis, engine configuration, roomaking, economical technique), implementation (preparations, schedule making, training, production experiment). The ability to determine factors that influence the agricultural engineering application on plants–livestock integration and variety of data analysis establish the success of an integration. Key words: Mechanization, agriculture, integration ABSTRAK Penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem integrasi tanaman–ternak merupakan salah satu bagian penting untuk mendapatkan hasil yang optimal, kualitas maupun kuantitas dan ketepatan waktu. Berbagai pola kombinasi alat dan mesin pertanian dapat dilakukan pada suatu sistem integrasi tanaman–ternak. Dan hal ini sangat dipengaruhi faktor–faktor baik teknis, sosial ekonomi, sumber daya manusia, infrastruktur dan iklim. Metode penerapan mekanisasi meliputi pengumpulan data lapang (produk, tenaga penggerak, sumber daya manusia, iklim), analisa data (konfigurasi mesin, analisa ekonomi, tata ruang, ekonomis teknis), dan pelaksanaan (persiapan, pembuatan jadual, pelatihan dan uji coba produksi). Kemampuan untuk menentukan faktor–faktor yang berpengaruh terhadap penerapan mekanisasi pertanian pada integrasi tanaman–ternak serta ketajaman dalam analisa data yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu integrasi. Kata kunci: Mekanisasi, pertanian, integrasi
PENDAHULUAN Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian integral dari pada pembangunan sektor pertanian dalam rangka pembangunan Nasional. Oleh sebab itu pengembangan potensi yang ada, baik sumber daya alam, manejemen, teknologi dan kinerja, perlu dimaksimalkan agar dicapai hasil yang optimal. Membangun sistem integrasi tanaman–ternak dengan penerapan mekanisasi pertanian terkait dalam suatu siklus di dalamnya melibatkan input, proses dan output. Input sebagai bagian dari sistem tersebut dimana komponen pakan seperti jagung, jerami, leguminose, rumput dan limbah pertanian lainnya menjadi obyek dan sapi, kerbau, kambing, dll sebagai komoditi ternak.
540
Untuk mencapai output yang diinginkan akan dilalui suatu proses melibatkan berbagai macam alat mesin, untuk mencacah (chopper, chipper dan slicer), mencampur (mixer), mengepres (pengepres), menyimpan (silo) sebagai hasil samping dapat diperoleh gas atau energi. Faktor–faktor yang bekerja dalam suatu sistem perlu disusun sedemikian rupa menjadi suatu sistem yang saling mendukung satu sama lain. Sistem integrasi tanaman–ternak dengan metode penerapan mekanisasi pertanian merupakan faktor penunjang dalam usaha pertanian dan peternakan. Kalau usaha peternakan dipandang sebagai suatu industri biologi yang berada dalam ekosistem bioindustri maka didalamnya melibatkan
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
interaksi tanaman serta lingkungan sumber daya sebagai bagian ekologi budidaya. Produk pertanian sub sektor peternakan adalah berupa daging, susu dan kulit serta energi. Dimana peningkatan populasi dan produksi sapi untuk mendukung konsumsi daging dan susu yang terus meningkat setiap tahunnya memerlukan suplai hijauan pakan. Diperkirakan pada tahun 2000-an dua kali lipat dari pada kebutuhan hijauan 15 tahun sebelumnya (REMENYI dan MC. WILLIAM, 1986). Alat dan mesin pertanian adalah alat bantu untuk mempermudah pekerjaan, menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada waktu yang ditetapkan, meningkatkan kapasitas jika diperlukan, menekan kehilangan hasil (loses) dan kesalahan manusia akibat faktor kelelahan dan kebosanan kerja ataupun memberi gengsi pada penggunanya. Akan tetapi penggunaan alat dan mesin pertanian membutuhkan dukungan dan kesiapan lingkungan di tempat alat tersebut dioperasikan, seperti pertimbangan lahan pertanaman, kandang ternak, pembuangan, pengolah limbah, proses pengambilan dan pengemasan produk sampai pengirimannya ke konsumen. Kesemuanya harus tertata dengan baik sehingga penerapan alat dan mesin pertanian tidak menimbulkan masalah–masalah dalam penerapannya, terlebih memberikan output seperti yang dikehendaki pengguna. Integrasi tanaman-ternak bertujuan, mencukupi kebutuhan akan pakan, memanfaatkan limbah pertanian dan menekan biaya pengadaan pakan, serta mengatasi polusi yang ditimbulkan oleh limbah ternak. Penerapan alat mesin, apabila dikelola dengan tepat dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah, efisiensi yang mengarah kepada pembangunan agribisnis pertanian.
sistem, karena keputusan untuk menerapkan mekanisasi pertanian akan menyangkut modal yang cukup besar. Pengumpulan data lapang Produk Beberapa data yang diperlukan yang berkait dengan suatu produk yang akan dibuat sangat diperlukan dalam penentuan jenis alsin yang akan digunakan, kapasitas terpasang, cara penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penentuan komposisi bahan pembuat, serta langkah-langkah yang akan dilalui dalam proses pembuatan. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut: - Cara mendapatkan bahan baku (raw material) Bahan baku perlu diperhitungkan karena proses produksi akan terhenti jika bahan baku tidak dapat diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan, oleh karena itu perlu didapat data mengenai cara untuk mendapatkannya, tingkat harga, fluktuasi ketersediaan bahan baku dalam siklus tahunan, bentuk awal bahan, jarak antara tempat pengumpulan dengan lokasi pabrik, ketahanan bahan selama pengangkutan, kemudahan dalam memperoleh bahan, serta kemungkinan subsitusi apabila bahan utama tidak ada dilapangan. -
Sifat fisik bahan baku produk Data yang berkait dengan sifat fisik bahan baku produk meliputi, dimensi, kekerasan, kadar air, kandungan komponen pembentuk, lama simpan, tingkat kerentanan akan kerusakan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan sifat fisik bahan baku. -
MATERI DAN METODE Metode penerapan Penerapan alat dan mesin pertanian dalam suatu sistem integrasi tanaman-ternak diperlukan suatu langkah penelitian terlebih dahulu, hal ini dilakukan sebagai jaminan akan keberhasilan serta menghindari kerugian yang besar akibat dari kegagalan bekerjanya suatu
Sifat fisik produk yang akan dibuat. Biasanya sifat produk akhir telah ditetapkan pada awal rencana, yang dapat berdasarkan hasil penelitian laboratorium atau mengacu pada produk yang sudah beredar dipasaran. Sifat fisik yang dibutuhkan adalah dimensi, kadar air akhir, warna produk, tingkat kekerasan, bau, serta ketahanan produk terhadap suhu dan sinar matahari.
541
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Kebutuhan tenaga untuk menggerakkan alat dan mesin
Analisis data Analisis ekonomis berkait dengan produk
Guna menggerakkan alsin pertanian pada dasarnya hanya dua jenis tenaga yang biasa digunakan, yaitu tenaga mesin (diesel dan motor bensin) serta tenaga listrik yang digunakan untuk menggerakkan dinamo motor. Data mengenai ketersediaan tenaga diperlukan dalam menentukan jenis tenaga penggerak yang akan digunakan, serta kaitannya dengan kualitas produk. Penggunaan tenaga mesin akan berkait dengan pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang pada tempat-tempat tertentu sulit diperoleh sedangkan kesulitan pada tenaga listrik terletak pada upaya untuk meningkatkan daya karena pada lokasi tertentu PLN tidak mempunyai tenaga cadangan sehingga penambahan tenaga sulit diperoleh, dan kesulitan lain adanya dinamo motor dengan tenaga besar yang umumnya menggunakan tenaga listrik tiga phase biasanya digunakan oleh industri. Sumber daya manusia Pada beberapa kasus penerapan alsin pertanian yang tidak mempertimbangkan sumber daya manusia yang akan bekerja sebagai operator, mengalami berbagai kendala, seperti seringnya mesin mengalami kerusakan, operasi tersendat-sendat, serta terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu untuk kerusakankerusakan kecil yang seharusnya dapat ditangani dilokasi, terpaksa harus dibawa ketempat lain yang memiliki tenaga ahli serta perlengkapannya. Kondisi iklim setempat Iklim sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alsin “out dor” seperti peralatan transportasi, alat pengolah tanam, alat panen, sampai kepada perlu tidaknya menggunakan pengering artifisial, oleh sebab itu data iklim setempat sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan alat dan mesin pertanian.
542
Berdasarkan data lapang yang berkait dengan harga (rata-rata per tahun) bahan baku (raw material), dapat melakukan analisis tingkat harga yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu, sehingga harga jual produk tetap menguntungkan pada tingkatan yang sama dengan produk yang telah beredar dengan kualitas dan suplai yang terjamin sepanjang tahun. Dari analisis data dapat ditentukan apakah produk sebagai subtitusi pasar atau mengambil seluruh pangsa pasar dan faktor fisiologis perlu dipertimbangkan karena biasanya “Brand Image” mengambil peranan yang sangat besar. Pada akhirnya kapasitas terpasang dari alsin dapat ditentukan berdasarkan hasil analisis yang diperoleh. Konfigurasi mesin Guna memproduksi suatu produk, dapat dilakukan dengan berbagai macam konfigurasi alat dan mesin yang digunakan, dengan memasukkan hasil analisis ekonomis terhadap harga bahan dasar, biaya produksi, serta kapasitas terpasang yang direncanakan maka konfigurasi alsin pertanian yang digunakan dapat ditentukan . Perjalanan bahan dari lapang sampai menjadi produk yang siap untuk dipasarkan terjadi setelah bahan baku (raw material) melalui suatu rangkaian mesin yang mempunyai kapasitas berbeda-beda, agar tidak terjadi penumpukan bahan baku pada salah satu alat dan mesin, maka perlu dilakukan analisis antrian pada rangkaian mesin prosesing. Tata ruang (lay out) Berdasarkan konfigurasi yang telah ditetapkan maka tata ruang mesin yang digunakan dapat dibuat, dengan mempertimbangkan alur perjalanan bahan dari satu tempat ketempat yang lain atau dari satu
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
mesin kemesin berikutnya sampai ke produk akhir. Pada perjalanan bahan banyak digunakan berbagai peralatan transportasi seperti trailer, belt conveyer, screw conveyer, elevator conveyer serta wind conveyer. Pada tahapan ini dimensi ruang (p x l x t), bentuk bangunan, serta kebutuhan biaya pembuatan dapat diperhitungkan dan dianalisa untuk mendapatkan efisiensi biaya, kerja, dan efisiensi produksi. Ekonomis teknis Dalam penggunaan alsin pertanian analisa ekonomis teknis terhadap alsin dan bangunan diperhitungkan untuk mendapatkan biaya produksi riil, setelah ditambahkan ke dalam hasil penghitungan pada point A diatas. Faktor yang berpengaruh dalam penghitungan ekonomi teknis adalah suku bunga bank, umur pakai dari alat dan mesin serta bangunan, serta faktor resiko selama tahun berjalan.
mengukur kinerja dari projek, perlu disadari projek integrasi tanaman-ternak keterkaitan antar bagian sangat menentukan, keterlambatan penyelesaian projek akan mengandung konsekwensi membengkaknya biaya, sebaliknya terlalu cepat dari jadwal dapat pula terjadi kesalahan yang tidak dikehendaki. Pelatihan Setelah pemasangan alat dan mesin yang akan digunakan untuk berproduksi, perlu dilakukan pelatihan caca-cara mengoperasikan peralatan, termasuk cara melakukan perbaikanperbaikan kecil jika terjadi kerusakan pada alsin yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan sebaiknya calon operator sudah diikut sertakan pada saat dilakukan pemasangan peralatan, hal ini sangat membantu operator untuk memahami cara kerja alat. Uji coba produksi
Pelaksanaan Setelah semua data yang diperoleh di lapangan dianalisis, maka projek memasuki fase terakhir yang merupakan fase pelaksanaan, tahapan ini meliputi: Persiapan Pembuatan jadwal serta penentuan pelaksana merupakan tahapan yang penting pada tahapan persiapan, pada tahapan ini pula dilakukan mulai dilakukan pemesanan terhadap alsin pertanian yang akan digunakan, termasuk kapan diharapkan alsin yang akan digunakan dapat sampai di lokasi, demikian pula pada pembangunan infrastruktur yang akan digunakan. Jika dalam pengadaan bahan dilakukan dengan dua cara (pertanaman sendiri dan pembelian) maka harus dilakukan penjadwalan kapan mulai dilakukan pertanaman, agar pada saat pengoperasian, bahan yang diharapkan sudah dapat diperoleh, baik dari kebun sendiri maupun pembelian secara bebas. Pembuatan jadual Dalam pelaksanaan projek, jadwal merupakan alat bantu yang penting untuk
Uji coba produksi dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, yang terbaik adalah sampai produksi kapasitas terpasang tercapai, karena situasi dan kondisi kerja pada saat berproduksi dengan kapasitas terpasang sangat berbeda jika dibandingkan apabila alsin bekerja dengan separuh kapasitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi antara tanaman–ternak merupakan suatu sistem dalam suatu lingkungan budidaya dimana masing–masing faktor bekerja untuk menghasilkan output terkait satu sama lain. Pada akhirnya diperoleh output optimal apabila masing–masing variabel faktor saling mempengaruhi secara optimal baik dengan adanya teknologi maupun stimulan lain yang berkorelasi positif memacu produksi yang diinginkan. Optimalisasi dicapai apabila masing–masing komponen dalam sistem secara sinergi mempengaruhi efisiensi dan efektivitas melalui penggunaan input pada proses. Suatu produk awal untuk menjadi produk akhir yang telah ditetapkan akan mengalami berbagai perubahan, dari perubahan bentuk, kadar air, ukuran, dan sifat, dan selama perubahan berlangsung dapat diperoleh produk
543
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
samping, oleh karena itu dalam sistem integrasi tanaman–ternak dilakukan perencanaan sebaik mungkin, dimulai dari masukan yang akan digunakan, jenis ternak, jumlah ternak, tata letak, proses yang akan digunakan, management pengelolaan, sampai kwalitas dan kwantitas dari produk yang akan dihasilkan. Berbagai proses mengikuti terciptanya suatu produk, dan proses dapat dibagi kedalam tahapan pengerjaan, dan dalam tahapan pengerjaan dibutuhkan beberapa alat dan mesin, yang kesemuanya apabila disatukan akan membentuk satu sistem, dan keluaran dari sistim adalah produk, apabila produk keluar dari sistem maka dapat dikatakan siklus terbuka sedang apabila produk kembali digunakan oleh sistem maka disebut siklus tertutup. Dalam suatu sistem dapat terjadi hanya terdiri satu siklus (terbuka atau tertutup) atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena efisiensi memegang peranan penting dalam pembuatan suatu produk, maka semakin banyak produk sampingan yang dapat digunakan kembali akan meningkatkan efisiensi sistem yang digunakan, yang pada akhirnya akan menekan biaya pembuatan suatu produk, meningkatkan daya saing serta ketahanannya terhadap fluktuasi tekanan ekonomi. Kerja alat dan mesin yang berkait dengan sasaran produk yang akan dibuat Sistem yang disusun dengan dasar adanya akumulasi tanaman, sebagai contoh adanya sisa
hasil panen perkebunan (kakao, tebu, kelapa sawit, nenas) atau timbul dari keberadaan sentra-sentra produksi suatu komoditas (sentra produksi jagung, kacang tanah, kedele). Penyusunan sistem tanaman-ternak yang terbaik adalah menentukan terlebih dahulu tanaman atau ternak sebagai faktor utama (bisnis utama), kemudian yang satunya lagi akan mengikuti. Tujuan penentuan ini adalah untuk meningkatkan tingkat keberhasilan sistem serta menyederhanakan problem yang timbul akibat penerapan integrasi tanamanternak. Proses pada penerapan mekanisasi pertanian yang berkait dengan tanaman menyangkut kerja pemotongan (chopper, chipper, slicer), pengecilan ukuran (penepungan), pengeringan (penurunan kadar air), pencampuran (mixer), transportasi, penyimpanan/pemeraman (silo), pembentukan (peletizer), pemisahan ukuran (grading), dan pengemasan . Sebelum menentukan alsin yang akan digunakan, perlu dibuat skema kerja (Gambar1) serta proses yang akan terjadi sepanjang rantai produksi, berdasarkan hal diatas maka dapat disusun jenis alsin yang akan digunakan. Penggunaan alsin dapat meliputi beberapa jenis alat sekaligus, dengan waktu operasi yang berbeda atau pada waktu yang bersamaan. Pergerakan bahan dari satu alat ke alat yang lain diharapkan tidak terjadi hambatan, karena apabila terjadi hambatan akan terjadi penumpukan bahan pada satu atau dua mesin,
SISTEM INPUT (tanaman&ternak
PROSES
OUT PUT (Daging, susu, kulit) energi)
Aplikasi alsin Gambar 1. Skema sistem integrasi tanaman–ternak
544
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
hal ini akan berakibat efisiensi kerja sistim jaringan mesin akan menurun, waktu produksi menjadi lebih lama, meningkatnya biaya operasional, dan rusaknya produk akibat terlambatnya penanganan. Penerapan teori antrian pada sistim jaringan alat dan mesin yang digunakan dapat digunakan untuk kelancaran proses produksi dari satu mesin ke mesin lainnya tanpa meninggalkan sisa produk yang tidak tertangani.
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan alsin pertanian. Akan tetapi timbulnya dampak negatip adalah suatu hal yang tdk terhindarkan, .seperti tergesarnya sebagian tenaga kerja pada pekerjaan tertentu, oleh karena itu penerapan mekanisasi harus disertai dengan berkembangnya industri sehingga pendistribusian tenaga kerja dapat dilakukan dengan baik. Sumber daya manusia
Parameter yang mempengaruhi penggunaan alat dan mesin pertanian Berdasarkan pada tempat beroperasinya, alsin pertanian dapat dibagi menjadi tiga jenis, alat yang beroperasi diluar (out dor), di dalam (indor), serta jenis alsin yang dapat beroperasi di luar atau di dalam. Setiap alsin pertanian mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam penggunaannya, karena pada dasarnya suatu alsin pertanian dirancang untuk bekerja pada kondisi tertentu, apabila kondisi yang dikehendaki tidak tercapai maka alat akan mengalami hambatan dalam proses bekerjanya. Sedemikian pentingnya kondisi yang diharapkan untuk bekerjanya suatu alat, maka prediksi terhadap suatu kondisi merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan,faktor faktor yang perlu dipertimbangankan adalah sebagai berikut :
Pengoperasian alsin pertanian membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi tertentu, karena seorang tenaga kerja yang mengoperasikan alsin (operator) setidak-tidaknya memiliki pengetahuan dasar dalam pengoperasian alsin serta melakukan perbaikan-perbaikan ringan pada saat alat mengalami kerusakan. Apabila sumber daya manusia tidak memadai maka diperlukan pelatihan yang intensif terhadap tenaga operator dan tenaga pelayanan perbaikan, hal ini perlu dilakukan agar penggunaan suatu teknologi akan berkesinabungan dalam waktu yang panjang, bahkan akan tejadi perkembangannya. Karena pada dasarnya tidak ada suatu teknologi yang benar–benar sesuai untuk suatu lokasi, akan tetapi dengan pengalaman yang didapat perbaikan dapat dilakukan. Infra struktur
Sosial ekonomi Pada dasarnya penerapan alsin mesin pertanian akan mengurangi kerja manusia dalam proses produksi, sehingga pengurangan tenaga kerja pada pekerjaan-pekerjaan tertentu akan sulit untuk dihindari, akan tetapi dengan berkurangnya tenaga kerja pada pekerjaan tertentu secara otomatis akan membuka peluang tenaga kerja untuk melakukan kegiatan lainnya, sehingga distribusi tenaga kerja ketempat lainnya perlu dipirkirkan. Penerapan sistem integrasi tanaman-ternak akan menimbulkan dampak positip maupun dampak negatif dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat, dampak positipnya meningkatkan kuwantitas dan kwalitas produksi, yang secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan, timbulnya kegiatan-kegiatan baru, serta
Mekanisasi pertanian harus ditunjang oleh infra struktur yang memadai yang disesuaikan dengan kebutuhan, untuk peralatan yang bergerak dilapangan seperti peralatan transportasi dikebun perlu dilakukan pengaturan jenis jalan (main road, secondary road, tersier road, dan perimeter road) dengan lebar tertentu, bentuk jalan dan arah jalan dibuat berdasarkan slope permukaan tanah, dengan pengaturan yang baik maka peralatan transportasi akan dengan mudah bergerak diseluruh areal. Disamping itu infrastruktur perbengkelan dan penyimpanan peralatan merupakan bagian yang terpisahkan dalam mengoperasikan peralatan transportasi, yang kesemuanya akan mempunyai peranannya sendiri-sendiri dalam menunjang keberhasilan dari produksi.
545
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Tabel 1. Jenis alsin dalam integrasi tanaman–ternak untuk menghasilkan pakan dan energi Alsin Ternak Rumi nansia + kotoran
Unggas + kotoran
Jagung
Chopper Chipper Slicer Mixer Pengepres 9
Silo
Dryer Pemipil Peletizer
Penepung
dekomposer
-
-
9
9
9
-
9
-
-
9
Jerami
-
-
9
9
9
9
-
-
-
-
9
Legiminose
9
9
-
9
9
-
-
-
-
-
9
Rumput, dll
9
-
9
9
9
-
-
-
-
-
9
Biji –bijian, bungkil
-
-
-
9
-
9
9
9
9
9
9
Sayuran
-
9
9
9
-
-
-
-
-
-
9
Rumput
9
9
9
9
-
-
-
-
-
-
9
Dedak
-
-
-
9
-
-
-
-
-
9
9
9 = dibutuhkan (sepenuhnya atau kadang–kadang); - = tidak dibutuhkan
Iklim Kondisi lingkungan seperti jumlah curah hujan per tahun, distribusi curah hujan, serta lama bulan kering akan mempengaruhi penggunaan beberapa alsin, pada daerah dengan curah hujan yang rendah dan distribusinya terpusat pada 2 sampai 3 bulan dalam satu tahunnya tidak disarankan untuk menggunakan artificial dryer, cukup menggunakan pengering dengan lantai jemur, akan tetapi pengairan disarankan dengan sistim pengairan yang efisien dan efektif dalam penggunaan air. Sosial budaya Setiap pengoperasian asin pertanian akan mengubah sosial budaya setempat, seperti cara panen yang pada awalnya dilakukan dengan cara kekeluargaan dengan bagi hasil akan berubah secara drastis, akibatnya akan terjadi pergeseran sosial budaya setempat yang akan menimbulkan pro dan kontra. Sekalipun perubahan tidak dapat dihindarkan akan tetapi perubahan yang tidak mendadak dan bertahap akan lebih dapat diterima oleh pengguna, sehingga gesekangesekan dengan budaya setempat dapat dihindari dan dampak negatif yang timbul dapat diminimalkan.
546
KESIMPULAN Penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem integrasi tanaman–ternak sangat penting mendukung pengembangan agro-industri yang berdaya saing dalam sub sektor peternakan dan pertanian. Penerapan sangat dipengaruhi metode meliputi pengumpulan data lapang (produk, tenaga penggerak, sumber daya manusia, iklim), analisis data (konfigurasi mesin, analisa ekonomi, tata ruang, ekonomis teknis), dan pelaksanaan (persiapan, pembuatan jadual, pelatihan dan uji coba produksi). Kemampuan untuk mengkombinasi faktor–faktor yang berpengaruh serta ketajaman dalam analisis data menentukan keberhasilan suatu integrasi. Mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah dimana komponen dalam suatu ekologi budidaya dapat dimanfaatkan dengan optimal dengan menekan loses, meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya. Dengan demikian dapat menciptakan sistem peternakan yang lebih maju, dengan Crop Livestock System (CLS). DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 1999. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Jilid I. Departemen pertanian. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
ANONIMUS. 1996. Introduction to Japanese Agricultural Machinery (III), Machine for roughage, orchard, transportation and horticultural facility etc. Association of Agricultural Machinery, Japan No. 14 E. 31. BPS. 2002. Populasi ternak dan unggas. Survey Peternakan. Biro Pusat Statistik, Jakarta D. BULO, F.F. MUNIER dan Z. SANNANG. 1999. Pola Pemeliharaan sapi Spesifik Lokasi (Penggembalaan Bergilir) di Bawah Tegakan Kelapa di Sulawesi Tengah. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Jilid II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
EDI BASUNO dan M. SABRANI. 1999. Penelitian Integrasi Ruminan dan Hutan Tanaman Industri di Pleihari, Kalimantan Selatan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Dalam proseding Seminar Nasional peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor REMENYI, J.V. and J.R. MC. WILLIAM. 1986. Ruminant Production Trend in South East Asia and the South Pasific and the Need for Forage. In: Forage in South East Asia and South Pasific Agriculture. G.J. BLAIR, D.A. IVORY and T.R. EVANS (Eds.). Camberra, Australia. ACIAR proceeding No. 64. 53–54.
547