Pengembangan Sistem Informasi dengan menggunakan pendekatan Incourcing dan Outsourcing pada Perusahaan
Erichson M.H Silitonga P056133472.52E
E52 MB-IPB 2014
Tugas Mata Kuliah
: Sistem Informasi Managemen
Triwulan
: I (satu)
Kelas
: E52
Nama Dosen
: Dr Ir Arif Imam Suroso, MSc
Batas Penyerahan
: 17 Januari 2015
Pengembangan Sistem Informasi Dengan Menggunakan Pendekatan Insourcing Dan Outsourcing Pada Perusahaan
Disusun Oleh: Erichson. MH Silitonga
P056133472.52E
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia Nya sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Managemen pada triwulan 1 kelas E-52 MB-IPB. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mengalami beberapa kendala, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang dan kami mohon maaf akan hal tersebut. Namun, berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr Ir Arif Imam Suroso, MSc, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami. 2. Rekan rekan kantor yang membantu memberikan masukan mengenai materi ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa pasca sarjana yang masih dalam proses belajar, dan masih banyak kekurangan yang perlu ditingkatkan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan yang positif, sehingga penulis dapat memberikan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Jakarta, 28 Desember 2014
Erichson M H Silitonga
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii I.
PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1. Latar Belakang......................................................................................2 1.2. Permasalahan........................................................................................2 1.3. Tujuan...................................................................................................2
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3 2.1. Definisi Outsourcing......................................................................3 2.2. Definisi Insourcing........................................................................5
III.
PEMBAHASAN..................................................................................6 3.1. Sistem Informasi Managemen.........................................................6 3.2. Pengembangan Sistem Informasi di Perusahaan................................9 3.3. Kasus Implementasi Outsourcing di Indonesia................................15
IV.
PENUTUP.................................................................................................16 4.1. Kesimpulan.........................................................................................16 4.2. Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat, menekan perusahaanperusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya (core competence), untuk melakukan hal tersebut perusahaan melakukannya didalam penerapan sistem informasi managemen mereka. Penerapan sistem informasi dalam perusahaan dihasilkan untuk memberikan informasi yang bersifat menyeluruh dari sudut padang perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber daya perusahaan yang dapat digunakan secara langsung oleh jajaran eksekutif dan karyawan. Dengan dukungan sistem informasi yang tepat diharapkan dapat memenuhi harapan akan peningkatkan komunikasi, dapat melakukan identifikasi trend historis lebih tepat, peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan, rentang pengawasan yang lebih baik dan dukungan lebih besar untuk pengambilan keputusan manajemen dalam perusahaan. Untuk memenuhi terhadap sistem informasi perusahaan yang baik, termasuk di antaranya
dengan
memperhatikan
aliran
data
dan
informasi
yang
berkesinambungan, perusahaan dapat memenuhi kebutuhan aplikasi sistem informasi dengan beberapa alternatif. Dalam mengembangkan sistem informasi tersebut, perusahaan harus memperhatikan dengan seksama aspek pembiayaan dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Pembangunan sistem informasi pada umumnya dapat dilakukan dengan cara outsourcing dan insourcing. Masing-masing pendekatan ini mempunyai keunggulan dan kelemahan. Berikut akan dibahas mengenai masing-masing pendekatan tersebut dalam kaitannya dengan pembangunan sistem informasi dalam suatu organisasi atau perusahaan.
1
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan sistem informasi diperusahaan melalui sistem outsourcing dan sistem insourcing.
1.3. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan serta solusi yang paling tepat dalam mengembangkan System Informasi perusahaan, apa kelebihan dan kekurangan pengembangan outsourcing IT dibandingkan insourcing serta factor apa saja yang harus diperhatikan dalam penerapan outsourcing tersebut.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Outsourcing
Dalam pengertian umum, istilah outsourcing adalah contract (work) out seperti yang tercantum dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak itu sendiri diartikan sebagai berikut:“ Contract to enter into or make a contract. From the latin contractus, the past participle of contrahere, to draw together, bring about or enter into an agreement.” (Webster’s English Dictionary), Pengertian outsourcing secara khusus didefinisikan oleh Maurice F Greaver II, pada bukunya Strategic Outsourcing, A Structured Approach to Outsourcing: Decisions and Initiatives, dijabarkan sebagai berikut :“Strategic use of outside parties to perform activities, traditionally handled by internal staff and respurces.” Menurut definisi Maurice Greaver, Outsourcing dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerjasamaBeberapa pakar serta praktisi outsourcing dari Indonesia juga memberikan definisi mengenai outsourcing, antara lain menyebutkan bahwa outsourcing dalam bahasa Indonesia disebut sebagai alih daya, adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa outsourcing). Secara definitive, Outsourcing diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak. Istilah Outsourcing ini juga sering disebut juga system kerja kontrak. Definisi lainnya dari outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu.
3
Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non–core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing. Dalam bukunya O’Brian (2007) juga memberikan tips-tips terhadap 10 faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan outsourcing, yaitu sebagai berikut: 1. Memahami tujuan perusahaan dan sasaran yang hendak dicapainya. 2. Pengalihdayaan tersebut mempunyai visi dan rencana strategis yang jelas 3. Pemilihan vendor yang tepat. 4. Hubungan yang baik antara vendor dan perusahaan tidak saja pada saat proyek pengembangan tetapi juga untuk selanjutnya, hal ini berkaitan dengan maintanance sistem informasinya. 5. Kontrak kerja antara vendor dan perusahaan yang terstruktur 6. Keterbukaan informasi antara vendor dan perusahaan, terutama dalam hal perencanaan sistem informasi. 7. Dukungan dan keterlibatan dari jajaran eksekutif perusahaan dalam pengembangan sistem informasi. 8. Memperhatikan terhadap isu atau masalah yang berkembang pada saat proses pembuatan SI 9. Ketersediaan pendanaan yang dialokasikan khusus untuk pengembangan sistem informasi 10. Menggunakan tenaga ahli yang berpengalaman untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan
4
2.2. Definisi Insourcing
Insourcing merupakan kebalikan dari outsourcing, dimana perusahaan bukan menyerahkan aktivitas pada perusahaan lain yang dianggap lebih kompeten, namun justru mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain dengan berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang penting adalah menjaga tingkat produktivitas dan penggunaan aset yang maksimal agar biaya satuan dapat ditekan sehingga menjaga dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian, kompetensi utama perusahaa tidak hanya digunakan oleh perusahaan sendiri tetapi dapat digunakan perusahaan lain dengan imbalan tertentu. Hal ini sangat penting, misalnya apabila kapasitas produksi tidak digunakan secara penuh akan
ada
kapasitas
sistem
perusahaan
yang
menganggur.
5
III. PEMBAHASAN 3.1 Sistem Informasi Managemen Sistem Informasi Manajemen adalah sebuah sistem yang cukup kompleks. Sistem ini dapat berjalan dengan baik apabila semua proses didukung dengan teknologi yang tinggi, sumber daya yang berkualitas, dan yang paling penting komitmen perusahaan. Sistem Informasi Manajemen berguna untuk mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem Informasi Manajemen bertujuan menghasilakn informasi yang berguna untuk perusahaan. Kegiatan ini mendukung proses bisnis perusahaan dan perlu diperhatikan untuk kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu, komitmen perusahaan untuk menjalankan Sistem Informasi Manajemen haruslah sangat tinggi agar proses yang terjadi dilantai produksi menjadi menguntungkan bagi perusahaan. Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhankebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatankegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang menyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
6
Beberapa kegunaan atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
-
Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
-
Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
-
Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
-
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
-
Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
-
Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
-
Memperbaiki produktivitas pemeliharaan sistem.
dalam
aplikasi
pengembangan
dan
Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan
mereka.
Perusahaan
menggunakan
sistem
informasi
untuk
mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
7
Sistem Informasi Manajemen untuk Pendukung Pengambilan Keputusan. Sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing. Sistem Informasi Manajemen Berdasarkan Kegiatan Manajemen. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional. Pengendalian operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen. Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya. Sistem Informasi Untuk Perencanaan Strategis. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu mencapai tujuannya. Horison waktu untuk perencanaan strategis cenderung lama, sehingga perubahan mendasar dalam organisasi bisa diadakan. Sistem Informasi Manajemen Berdasarkan Fungsi Organisasi. Sistem informasi manajemen dapat dianggap sebagai suatu federasi subsistem yang didasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Masing-masing subsistem membutuhkan aplikasi-aplikasi yntuk membentuk semua proses informasi yang berhubungan dengan fungsinya, walaupun akan menyangkut database, model base dan beberapa program komputer yang biasa untuk setiap subsistem fungsional. Dalam masing-masing subsistem fungsional, terdapat aplikasi untuk proses transaksi, pengendalian operasional, pengendalian manajemen, dan perencanaan strategis.
8
3.2. Pengembangan Sistem Informasi di Perusahaan
Sistem Outsourcing Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti “alih daya”. Outsourcing mempunyai nama lain yaitu “contracting out” merupakan sebuah pemindahan operasi dari satu perusahaan ke tempat lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal lain. Di negara-negara maju seperti Amerika & Eropa, pemanfaatan outsourcing sudah sedemikian mengglobal sehingga menjadi sarana perusahaan untuk lebih berkonsentrasi pada core businessnya sehingga lebih fokus pada keunggulan produk servicenya. Pemanfaatan outsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh perusahaan di Indonesia. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing; seperti penghematan biaya (cost saving), perusahaan bisa memfokuskan kepada kegiatan utamanya (core business), dan akses kepada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Salah satu kunci kesuksesan dari outsource adalah kesepakatan untuk membuat hubungan jangka panjang (long term relationship), tidak hanya kepada proyek jangka dekat. Alasannya sangat sederhana, yaitu outsourcer harus memahami proses bisnis dari perusahaan. Perusahaan juga akan menjadi sedikit tergantung kepada outsourcer. Namun ternyata hal ini tidak mudah dilakukan di Indonesia. Terlebih-lebih lagi di Indonesia ada banyak masalah dalam menentukan partner outsourcing ini. Dewasa ini terdapat pula kecenderungan untuk mengadakan sistem informasi melalui outsourcing. Bentuk outsourcing yang umum dilakukan pada perusahaanperusahaan di Indonesia adalah dalam bidang layanan kebersihan ruangan. Dalam bidang teknologi informasi, beberapa bank di Indonesia telah menerapkan outsourcing. Dalam hal ini. pengembangan sistem dilakukan oleh perusahaan perangkat lunak. Pada prakteknya, outsourcing sistem informasi terkadang tidak hanya dalam hal pengembangan sistem, melainkan juga pada pengoperasiannya.
9
Berdasarkan pengertian outsourcing yang tercantum dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan adanya suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis, dapat dikatakan bahwa outsourcing adalah pemindahan fungsi pengawasan dan pengelolaan suatu proses bisnis kepada perusahaan penyedia jasa. Melalui outsourcing, pada jangka waktu tertentu perusahaan dapat melepaskan penyediaan dan pengelolaan sistem informasi kepada pihak penyedia jasa. Terdapat tiga unsur penting dalam outsourcing, yaitu: 1. Pemindahan fungsi pengawasan 2. Pendelegasian tanggung jawab atau tugas suatu perusahaan 3. Menitikberatkan pada hasil atau output yang ingin dicapai oleh perusahaan. Sementara itu, IT outsourcing merupakan pemanfaatan organisasi eksternal untuk memproduksi atau membuat ketetapan jasa teknologi informasi. Jasa IT yang biasanya di outsourcing adalah desktop, jaringan, aplikasi dan web hosting. IT Outsourcing dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1. Total Outsourcing, yaitu sepenuhnya menyerahkan semuanya ke pihak lain, baik hardware, software, dan brainware. 2. Total Insourcing, peminjaman atau penyewaan sumber daya manusia yang dimiliki oleh pihak lain yang di pakai dalam jangka waktu tertentu. 3. Selective Sourcing, perusahaan memilah-milah bagian mana yang akan di serah ke pada pihak lain, dan bagian yang tidak di berikan tersebut akan dikelola oleh perusahana sendiri. 4. De facto insourcing, menyerahkan semua yang menyangkut IT ke perusahaan lain dikarenakan adanya latar belakang sejarah.
10
Perusahaan akan mencari cara untuk dapat meningkatkan daya saingnya, mengurangi biaya yang timbul dan juga resiko pekerjaan, sehingga perusahaan akan melakukan analisis internal untuk mengetahui pekerjaan apa yang dapat diserahkan ke pihak ketiga meskipun pengawasan dari perusahaan harus tetap ada. Menurut O’Brien dan Marakas (2006), beberapa pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan sistem informasi diantaranya: 1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. 2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi. 3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Faktor waktu/kecepatan. 5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. 6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil Sebagai contoh, sekolah harus memiliki database mengenai jumlah murid, jumlah guru dan karyawan, daftar perlengkapan sekolah, jadwal pelajaran, serta pembangunan website sekolah sebagai sarana informasi dan promosi kepada masyarakat. Sekolah dapat melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan IT yang bergerak dalam penyediaan sistem informasi database. Setelah melalui diskusi antar kedua belah pihak, perusahaan IT akan mengetahui kebutuhan dari klien dan menyiapkan database yang sesuai. Setelah, database tersebut diterima oleh pihak sekolah, perusahaan IT dapat melakukan uji coba sistem terlebih dahulu sebelum implementasi disekolah tersebut. Perusahaan IT kemudian berkewajiban untuk melakukan operasionalisasi dan memelihara sistem database yang telah dibangun sesuai dengan standar kerja yang telah disepakati sebelumnya. Meskipun penggunaan outsourcing seringkali digunakan sebagai strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun, pada prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan untuk menekan cost
11
hingga serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan berlipat ganda walaupun seringkali melanggar etika. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam system outsourcing Menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati. Sebaiknya, pihak luar yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman Menandatangani kontrak. Kontrak dimaksudkan sebagai pengikat tanggung jawab dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam melanjutkan atau menghentikan proyek jika terjadi masalah selama masa pengembangan Merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai. Kontrol perlu diterapkan pada setiap aktivitas dengan maksud agar pemantauan dapat dilakukan dengan mudah Menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung Mengendalikan biaya dengan tepat dengan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran berdasarkan persentasi tingkat penyelesaian proyek. Kelebihan: 1. Perusahaan dapat berkonsentrasi pada bisnis yang ditangani 2. Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kas dalam aset perusahaan karena tidak perlunya aset untuk teknologi informasi 3. Outsourcer yang telah ahli dibidang pengembangan sistem dapat memberikan jasa yang lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri oleh pihak internal perusahaan. 4. Mendapatkan kepakaran yang lebih baik dan teknologi yang lebih maju 5. Lebih menghemat biaya dan mengurangi risiko kegagalan investasi yang mahal.
12
6. Waktu pengembangan lebih cepat 7. Menghilangkan penyediaan sarana saat beban puncak terjadi dan cukup melakukan pengeluaran biaya sesuai dengan tambahan layanan yang diberikan pihak luar. 8. Memfasilitasi downsizing sehingga perusahaan tidak perlu lagi memikirkan pengurangan pegawai. Kelemahan : 1. Kehilangan kendali terhadap sistem dan data karena bisa saja pihak outsourcer menjual data ke pesaing. 2. Mengurangi keunggulan kompetitif karena pihak outsourcer tidak dapat diharapkan untuk menyediakannya karena outsourcer juga harus memikirkan klien lain. 3. Menjadi sangat tergantung pada pihak luar sehingga sangat sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih kembali sistem yang sedang berjalan. 4. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. 5. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil. 6. Jika terjadi gangguan pada sistem, maka perusahaan akan menanggung risiko keterlambatan penanganan karena kendali ada pada outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. 7. Jika kekuatan menawar ada pada outsourcer, maka perusahaan akan kehilangan kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi terdapat konflik antara perusahaan dan outsourcer.
Sistem Insourcing In-sourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan dari sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi (misalnya Akunting, Keuangan, dan Produksi) dengan sedikit
13
bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development. Pengembangan ini dilakukan oleh para spesialis sistem informasi yang berada dalam departemen EDP (Electronic Data Processing), IT (Information Technology), atau IS (Information System). Pengembangan sistem umumnya dilakukan dengan menggunakan SDLC (Systems Development Life Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem. Dengan menggunakan SDLC ini, organisasi akan mengikuti 6 langkah penting, yang mencakup berbagai tahapan berikut : 1. Perencanaan, yaitu membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang memenuhi rencana-rencana strategis dalam organisasi. 2. Penentuan lingkup, yaitu menentukan lingkup sistem yang diusulkan untuk dibangun. 3. Analisis, yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan. 4. Desain, yaitu merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh pada tahapan analisis. 5. Implementasi, yaitu membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur untuk sistem. 6. Pemeliharaan, yaitu mendukung sistem yang telah berjalan. Pendekatan SDLC biasa disebut sebagai pengembangan tradisional dan mempunyai kelemahan yakni pengembangannya lambat dan mahal. Selain itu, pemakai akhir kurang terlibat sehingga rawan terhadap ketidakcocokan dengan yang diinginkan oleh pemakai. Kelebihan : 1. Sistem dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan. 2. Sistem dapat diintegrasikan dengan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada. 3. Dokumentasi menjadi lebih lengkap. 4. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol oleh perusahaan.
14
User dalam perusahaan dapat mengendalikan pembuatan sistem. Mengembangkan sistem sendiri dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Kelemahan : Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan sistem karena harus dimulai dari awal. Adanya kemungkinan program mengandung bug yang sangat besar. Terdapat kesulitan para user dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran pengembang memahami user dan seringkali hal tersebut membuat para pengembang merasa putus asa. Memerlukan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang sistem informasi dan teknologi informasi. Jika masih terbatas, maka sangat memerlukan diadakannya pelatihan. Sistem buatan sendiri kurang efisien dan harganya cukup mahal.
3.3. Kasus Implementasi Outsourcing di Indonesia Praktek outsourcing di Indonesia Outsourcing sudah banyak dipraktekan di dunia bisnis di Indonesia. Sebenarnya ide dan konsep outsourcing sudah dimulai lama sekali, saat suatu organisasi telah meminta suatu group di luar organisasi untuk membantu pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan secara internal. Penggunaan kata “outsourcing” sendiri sudah mulai dipakai sekitar tahun 1970 di dunia manufacturing. Sejak saat itu outsourcing mulai dikenal dan di implementasikan secara global. Satu sisi keberadaaan outsourcing akan sangat membantu pekerjaan perusahaan. Diluar negeri alasan utama melakukan outsourcing adalah untuk efisiensi biaya (yang artinya sebetulnya internal perusahaan memiliki kemampuan akan tetapi lebih mahal jika dikerjakan sendiri). Sedangkan di dalam negeri Alasan utama untuk melakukan outsourcing adalah karena tidak adanya sumber daya yang mampu mengerjakan.
15
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan dari fleksibilitas operasional dan efisiensi biaya maka sistem outsourcing lebih tepat digunakan perusahaan di negara kita, namun outsourcing juga diikuti oleh munculnya resiko-resiko baru seperti penurunan dalam kinerja sistem, penurunan moral staf, atau hilangnya kemampuan inovatif. Resiko tersebut menyebabkan munculnya biaya-biaya yang tersembunyi (hidden cost). Resiko ini umumnya muncul bila keputusan outsourcing didasari semata-mata oleh dorongan untuk memotong biaya dan pemilihan sistem informasi yang akan di-outsource dilakukan secara asal asalan dan tidak terencana. Untuk meminimalkan resiko tersebut pengambil keputusan harus memisahkan fungsi sistem informasi yang tidak memiliki nilai tambah dari fungsi kompetensi inti sistem informasi yang memiliki nilai tambah. Disamping itu pengambil keputusan di perusahaan harus bisa menentukan tingkat resiko yang bisa ditolerir pada biaya yang paling minimal. Pertimbangan terhadap resiko, biaya dan manfaat dari aktifitas outsourcing akan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan outsourcing atau tidak. Salah satu solusi dapat yang dilakukan yaitu menerapkan outsourcing IT. Proses kegiatan ini adalah mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai tujuan dan sasaran perusahaan. Oleh karena itu perusahaan berupaya untuk lebih fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Dengan menerapkan outsourcing IT perusahaan dapat melakukan efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja.
16
4.2. Saran
Sistem outsourcing pada sistem IT diperusahaan yang saat ini banyak di aplikasikan di negara kita tetap senantiasa menjaga hak dari sumber daya manusia atau individu yang terlibat didalamnya tersebut. Mereka dilindungi oleh aturan aturan yang menjamin keberlangsungan kerja mereka. Pemerintah Indonensia wajib melindungi dan menjamin hal tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA http://ekkydwi.tumblr.com/post/11224637743/kegunaan-atau-fungsi-sisteminformasi-manajemen Accessed at 4 Jan 2015
http://dewieodiev.blogspot.com/2013/04/pengembangan-sistem-informasisecara.html Accessed at 4 Jan 2015
http://lovita.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/perbandingan-insourcingoutsourcing-dan-co-sourcing-dalam-implementasi-pada-perusahaan/ Accessed at 4 Jan 2015
http://bobit48e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/02/07/penerapan-insourcingoutsourcing-dan-co-sourcing-dalam-pengelolaan-sistem-informasi-di-perusahaan/ Accessed at 30 Des 2014
http://jhohandewangga.wordpress.com/2010/12/08/outsourching/ Accessed at 4 Jan 2015
18