PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh RIKHA FARIKHA NIM : 106070002202
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011M
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh RIKHA FARIKHA NIM: 106070002202
Di bawah bimbingan
Pembimbing
I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP.196806141997041001
Ikhwan Lutfi, M. Psi NIP.19730710 200501 1 006
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011M ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi. Jakarta, 06 Juni 2011 Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Anggota
Bambang Suryadi, Ph.D NIP. 197005292003121002
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP.196806141997041001
6 iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM
: Rikha Farikha : 106070002202
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, Juni 2011 Yang Menyatakan
Rikha Farikha NIM: 106070002202
iv
“Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah kecerdasan emosi”.
_ Ary Ginanjar Agustian_
v
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian”.
(HR. Muslim)
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menghamparkan bumi tanpa batas dan mendirikan langit tanpa tiang peyangga, yang menguasai kerajaan langit dan bumi, yang memberikan begitu banyak kenikmatan iman, kenikmatan Islam, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan ummat Islam Nabi besar Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas terselesaikannya skripsi ini. Meskipun penulis banyak hambatan dan rintangan dalam perjuangan bangku kuliah hingga penyusunan skripsi yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Semua itu tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2.
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, dan Ikhwan Lutfi, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dengan kesabaran serta memberikan dukungan yang membuat penulis merasa sangat beruntung karena arahan dan bimbingan yang diberikan terasa sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.
4.
Instasi pemerintah kota Tangerang dengan seluruh jajaran anggota Satpol PP yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian disana.
5.
Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta atas jasamu yang tak kenal lelah mendoakan anakmu ini. Ayahanda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan bantuan berupa doa dan materi sehingga penulis dapat bertahan hidup menuntut ilmu di sini.
6.
Kakak tercinta almarhumah Nur Minkhatullaila yang tidak sempat menyaksikan adikmu ini meraih gelar sarjana dan maafkan adikmu yang tak sempat melihat kepergianmu untuk terakhir kalinya, doaku akan selalu mengalir untukmu, semoga Allah menempatkanmu disisiNya. Penulis selalu merindukanmu dan takkan pernah terlupakan kenangan perjuangan hidup vii
dimasa kecil kita berdua. Adik penulis Emi, Indah, Ayu, Khalwa, Kia yang menjadikan semangat dalam hidup penulis. 7.
Om haji Alwani dan Kak Mei, yang telah berkenan membantu dan meluangkan waktunya ketika proses pengambilan data penelitian, dan memberikan nasehat kepada penulis.
8.
Mas Bayu yang dengan perhatian dan pengorbanannya selalu memberikan bantuan disaat penulis membutuhkannya, tak pernah lelah memberi semangat, menemani penulis dikala suka dan duka, yang membuat penulis tertawa dan menangis, dan slalu setia mengantarkan kemana penulis inginkan. Takkan pernah penulis mampu membayar semua ketulusanmu kecuali dengan cinta dan kesetiaan.
9.
Rahma teman terbaik penulis, dengan kebersamaan kita dikala senang dan duka, atas tumpangan motornya ketika ke kampus, penulis takkan dapat melupakan kenangan itu. Kak Via yang telah mengizinkan tempatnya yang dijadikan pangkalan penulis ketika menunggu dosen pembimbing buat bimbingan. Teman kosan, Anna yang dengan baik hati membantu penulis ketika sedang skirpsi, menemani penulis kala sepi, dengan sabar dan selalu pengertian. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2006, khususnya kelas A dan juga sahabat-sahabat yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang turut merangkai guratan-guratan garis kenangan di kanvas hidup penulis, yang dengannya terasa penuh warna.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Jakarta, Juni 2011
Penulis
viii
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2011 (C) Rikha Farikha (D) Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Prososial Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang (E) 107 Halaman + 30 Lampiran (F) Dalam institusi pemerintahan Satpol PP memiliki andil yang cukup penting seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 Pasal 148 yaitu menertibkan dan menjaga ketentraman lingkungan masyarakat daerah. Untuk itu perilaku prososial merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk menjaga citra Satpol PP dimasyarakat. Perilaku prososial Satpol PP dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian big five dan aspek-aspek kecerdasan emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian big five (neuroticism, extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness) dan kecerdasan emosi (kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial) terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP kota Tangerang.
Sampel penelitian kuantitatif ini pada anggota Satpol PP yang berjumlah 118 orang. Instrument pengumpulan data dengan menggunakan 5 skala Likert. Alat ukur kepribadian big five diadaptasikan dari skala International Personality Item Pools (IPIP) big five oleh Goldberg, L. R. Alat ukur kecerdasan emosi dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman, dan alat ukur perilaku prososial dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi perilaku prososial yang dikemukakan oleh Wispe. Analisis data pada penelitian ini menggunakan tehnik Multiple Regression Analysis. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel neuroticism, extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness, kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial terhadap perilaku prososial. Berdasarkan koefisien regresi menunjukkan hanya ada empat variabel yang signifikan berpengaruh pada perilaku prososial yaitu councientiousness, mengelola emosi, memotivasi diri dan ketrampilan sosial. Selajutnya berdasarkan R Square dari independent ix
variable penelitian sebesar 56.5%, dan proporsi varian 12 independent variabel menunjukkan hanya ada empat variabel yang tidak signifikan pengaruhnya pada perilaku prososial yaitu agreeableeness sebesar 6%, kesadaran 0%, memotivasi diri 3% dan empati 0%. Hasil diskusi menyatakan bahwa untuk pengembangan penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel tidak hanya pada anggota Satpol PP kota Tangerang saja tapi diperluas ke wilayah yang lain. Kemudian juga perlu mengkaji variabel lain diluar penelitian ini yang menjadi faktor dan mempengaruhi perilaku prososial. Untuk anggota Satpol PP, terutama di kota Tangerang. (G)Bahan bacaan: 25 buku+ 4 jurnal + 3 artikel + 6 internet + 3 skripsi
x
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii LEMBAR PENYATAAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR......................................................................................... iv ABSTRAK ........................................................................................................... vi DAFTAR ISI........................................................................................................viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang............................................................................ 1 1.2 Pembatasan dan perumusan masalah ........................................ 11 1.3 Tujuan dan manfaat penelitian .................................................. 12 1.4 Sistematika penulisan ................................................................ 13
BAB II
LANDASAN TEORITIS 2.1 Perilaku Prososial 14 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial ........................................... 14 2.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Prososial .................................... 16 2.1.3 Faktor-Faktor Penentu Perilaku Prososial......................... 20 2.2 Kepribadian Big Five ................................................................ 25 2.2.1 Pengertian kepribadian big five ........................................ 25 2.2.2 Trait-trait dalam kepribadian big five .............................. 26 2.3 Kecerdasan Emosional .............................................................. 35 2.3.1 Pengertian kecerdasan emosional ................................... 35 2.3.2 Aspek-aspek dalam kecerdasan emosi .............................. 36 2.4 Kerangka Berfikir ..................................................................... 40 2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................. 46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode pengumpulan data ......................................................... 47 3.1.1 Populasi ............................................................................ 47 3.1.2 Sampel ............................................................................. 47 3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 48 3.3 Definisi Koseptual dan Operasional Variabel ........................... 48 3.4 Pengumpulan Data ................................................................... 51 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 51 3.4.2 Instrumen Penelitian ........................................................ 51 3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data ............................................ 58 3.5 Metode Analisis Data ................................................................ 58 3.5.1 Uji Validitas ..................................................................... 58 3.5.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 59 3.5.3 Uji Hipotesis 59 3.6 Analisis Data .............................................................................62 xi
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Deskriptif .................................................................... 63 4.1.1 Responden Berdasarkan Usia ........................................... 63 4.1.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................. 64 4.1.3 Responden Berdasarkan Masa Kerja .............................. 65 4.1.4 Responden Berdasarkan Etnis ......................................... 66 4.1.5 Tipe Kepribadian Big Five ............................................... 67 4.1.6 Kecerdasan Emosi ............................................................ 69 4.1.7 Perilaku Prososial ............................................................ 71 4.2 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 72 4.2.1 Analisis Regresi Variable Penelitian ............................... 72 4.2.2 Pengujian Proporsi Varians Untuk Masing-Masing Independent Variabel ........................................................ 77
BABV
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 81 5.2 Diskusi ..................................................................................... 82 5.3 Saran ......................................................................................... 88 5.3.1 Saran Teoritis ................................................................... 89 5.3.2 Saran Praktis ................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Blue Print Try Out Skala Tipe Kepribadian Big Five ......................... 52 Tabel 3.2 Blue Print Field Test Skala Tipe Kepribadian Big Five...................... 53 Table 3.3 Blue Print Try Out Skala Kecerdasan Emosi ...................................... 54 Table 3.4 Blue Print Field Test Skala Kecerdasan Emosi ................................... 55 Table 3.5 Blue Print Try Out Skala Perilaku Prososial........................................ 56 Table 3.6 Blue Print Field Test Skala Perilaku Prososial .................................... 57 Table 3.7 Bobot Skor Skala ................................................................................. 57 Table 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia.............................................. 63 Table 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ................................... 64 Table 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja................................... 65 Table 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Etnis/Suku Bangsa....................... 66 Table 4.5 Descriptive Statistics Tipe Kepribadian Big Five ................................. 67 Table 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian Big Five .......... 68 Table 4.7 Descriptive Statistics Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi ...................... 69 Table 4.8 Descriptive Statistics Kecerdasan Emosi............................................. 70 Table 4.9 Interpretasi Skor Kecerdasan Emosi .................................................... 70 Table 4.10 Descriptive Statistics Perilaku Prososial............................................. 71 Table 4.11. Kategori Perilaku Prososial................................................................ 71 Table 4.12 Anova .................................................................................................. 72 Table 4.13 R Square.............................................................................................. 73 Table 4.14 Koefisien Regresi................................................................................ 74 Table 4.15 Perhitungan Proporsi Varians Perilaku Prososial ............................... 78
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Reabilitas dan validitas big five 2. Reabilitas dan validitas kecerdasan emosi 3. Reabilitas dan validitas perilaku prososial 4. Regresi berganda 5. Data mentah item big five 6. Data mentah item kecerdasan emosi 7. Skor Z item big five 8. Data mentah perilaku prososial 9. Data mentah latar belakang responden 10. Surat permohonan izin penelitian dari kampus 11. Surat balasan peneitian dari Satpol PP 12. Surat izin penelitian dari kesbang linmas kota Tangerang
xiv
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku prososial, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
1.1
Latar Belakang Masalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan perangkat daerah yang
bertugas memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Tugas tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 148 yang berbunyi ”Untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dibentuklah Satuan Polisi Pamong Praja", Ayat (1) untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satpol PP, Ayat (2) Pembentukan dan susunan organisasi Satpol PP sebagaimana dimaksud ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Tugas-tugas Satpol PP pun terus dikembangkan, sehingga diharapkan mampu tercapai tujuan dalam pelaksanaan tugas di dalam masyarakat. Seperti yang diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, disebutkan dalam Pasal 6 tentang kewenangan Satpol PP adalah melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan
15
peraturan kepala daerah. Dalam melaksanakan tugas diatur pada Pasal 5, Satpol PP mempunyai fungsi: penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda; penyelenggaraan
ketertiban
umum
dan
ketenteraman
masyarakat
serta
perlindungan masyarakat; pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah; pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah; pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat; pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, atau aparatur lainnya; pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah; dan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah. Tetapi untuk melakukannya, anggota Satpol PP diwajibkan pula untuk menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Kesuksesan pelaksanaan tugas Satpol PP sangat dipengaruhi oleh peran anggotanya. Oleh karena itu, masing-masing anggota harus mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi dengan baik, benar, dan tepat. Anggota Satpol PP harus mampu menghadapi tekanan-tekanan yang ada dalam dirinya dan menyikapi konflik yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Namun,
media massa maupun elektronik memberitakan fenomena
perilaku Satpol PP yang negatif dalam pelaksanaan tugasnya. Sehingga saat ini Satpol PP memiliki citra negatif di masyarakat. Hal ini terlihat dalam sebuah situs
16
di internet jejaring pertemanan facebook yang membuat ”Gerakan Sejuta Facebooker Bubarkan Satpol PP” dengan jumlah link 125 (Wijaya, 2010). Hal yang sama juga datang dari sejumlah massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Pemuda Indonesia berunjuk rasa menolak kekerasan oknum Satpol PP di depan Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Jumat, 16 April 2010. Mereka menuntut dicabutnya Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2004 tentang Satpol PP yang dinilai telah menjadi penyebab perilaku anarkis pada peristiwa kerusuhan di Koja, Jakarta Utara serta pemecatan Hariyanto Bajuri salah satu anggota dari Satpol PP (Prambuda, 2010). Ratusan warga miskin yang terdiri dari pedagang kaki lima, pengamen, pemulung, sopir bajaj dan waria bergabung dengan ”Persatuan Rakyat Miskin” dalam protes yang dilakukan beberapa waktu lalu untuk mendesak pembubaran Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP (Dwi, 2010). Sebanyak 23 LSM (ANBTI, ARMP, Arus Pelangi, Bingkai Merah, Hammurabi, IKOHI Jabodetabek, Imparsial, Infid, JCSC, JRMK, Kasum, KM Raya, Kontras, KPI, KSMT, LBH Apik, LBH Jakarta, PRP Jakarta, Sebaja, Sebumi, Senja, SRMI, UPCI) yang tergabung dalam Komite Pembubaran Satpol PP menuntut bubarkan Satpol PP yang dinilainya kerap melakukan kasus tindak kekerasan saat menggelar proses penggusuran rakyat miskin. Kasus terakhir yang menjadi acuan desakan itu adalah bentrokan antara Satpol PP dan warga di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara beberapa waktu yang lalu (Rahmat, 2010). Pemberitaan tentang perilaku aparat keamanan daerah ini masih menjadi berita hangat. Baru-baru ini dikejutkan dengan berita dari dua anggota Satuan
17
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta PAM Monas, melakukan pencabulan dan pemerasan terhadap pasangan muda-mudi di Monas yang berakibat pada pemecatan pada kedua anggota Satpol PP tersebut. Sebelumnya juga, pemberitaan Satpol PP mengenai tragedi ”Mbah Priuk” yang mengakibatkan banyaknya korban luka-luka dan yang meninggal dunia dari kalangan sipil. Dari kasus mbah priuk ini juga menewaskan beberapa personil Satpol PP, puluhan lainnya mengalami luka-luka dan membuat cidera pada sisi psikologisnya. Bahkan dari kejadian bentrokan Satpol PP dengan warga sekitar makam mbah priuk ditaksir kerugian dari pihak Satpol PP sendiri mencapai Rp. 22. 955.074.000 (Yadisetia, 2010). Apalagi dengan adanya berita tentang Satpol PP yang akan dipersenjatai, hal ini mengundang kontroversi dari berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat yang menyetujui beralasan untuk menunjang keberhasilan jalannya tugas Satpol PP. Akan tetapi, masyarakat yang tidak menyetujui dengan alasan bahwa yang dihadapi Satpol PP adalah rakyat-rakyat miskin, bukan musuh dan masyarakat juga khawatir bila Satpol PP dibekali senjata akan bertindak lebih semena-mena dan lebih arogan. Masalah yang melarbelakangi kasus-kasus itulah yang menjadi sorotan publik saat-saat ini. Seharusnya sebagai penegak keamanan dan ketertiban masyarakat memberikan contoh yang baik, tetapi mengapa dengan mudahnya melakukan halhal yang membuat masyarakat seakan-akan menjadi musuh dengannya. Dari contoh-contoh perilaku Satpol PP tersebut, ternyata masih ada anggota yang menunjukkan perilaku antisosial, yang diwarnai dengan tindakan agresifitas dan arogansi.
18
Dalam pengabdiannya terhadap masyarakat seorang anggota Satpol PP seharusnya memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Apabila dilihat dari tugasnya yang harus menjaga ketentraman dan ketertiban daerah, pekerjaan tersebut sangat mulia dimana secara tidak langsung Satpol PP menjadi sosok yang harus dapat memberikan suri tauladan bagi masyarakat setempat. Dengan adanya berita-berita perilaku negatif maka yang menjadi pertanyaan adalah dimana perilaku prososial Satpol PP? Perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain atau memiliki konsekuensi sosial yang positif. Perilaku prososial juga sudah ada di Al Qur’an, Allah berfirman:” Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa”(QS: 5;2). Ayat lainnya juga, Allah berfirman ”Perumpamaan harta yang dikeluarkan di jalan Allah, serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bilir, pada setiap bulir seratus biji”(QS: 2; 261). Dalam hadis Rasulullah bersabda bahwa: “Hamba yang paling dicintai Allah adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain dan amal yang paling baik adalah memasukkan rasa bahagia kepada mukmin, menutupi rasa lapar membebaskan kesulitan atau membayarkan utang.” (HR Muslim). Dalam hadis lain “Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambanya selama hambanya menolong orang lain” (HR Muslim). Perilaku prososial merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam kaitannya dengan perilaku prososial ini banyak sekali penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti
19
mengenai perilaku prososial. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahriani (2007) tentang perilaku prososial terhadap pengguna jalan dengan sample polisi lalu lintas. Hasil penelitiannya adalah perilaku prososial memerlukan proses evaluasi, berupa pertimbangan-pertimbangan tertentu, sampai pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial subjek. Perilaku prososial merupakan sebuah tindakan yang secara lahiriah ada di dalam diri manusia. Hal ini karena manusia adalah mahluk sosial yang harus bersosialisasi dengan sesama dan tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain dalam arti saling membantu, menolong, melengkapi dan saling menyanyangi. Akan tetapi perilaku menolong seseorang dipengaruhi juga faktor eksternal dan faktor internal. Dimana faktor internal bisa dari pengalaman sosial individu tersebut dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan mengenai perilaku prososial pada paragraf sebelumnya, maka perilaku prososial sangat penting dimiliki oleh seorang anggota Satpol PP dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Akan lebih bagus jika anggota Satpol PP memiliki kecenderungan perilaku prososial yang tinggi karena berkaitan dengan tugasnya yang menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Akan tetapi, kejadian perilaku prososial masih sangat minim pemberitaannya di media cetak maupun elektronik bahkan banyak masyarakat yang memberikan kritikan tajam dan mengeluh atas tindakan yang dilakukan oleh anggota Satpol PP. Hal ini seakan-akan menjadi sebuah peringatan agar segera melakukan pembenahan-pembenahan managemen personilnya.
20
Walaupun banyak kritikan yang disampaikan oleh masyarakat mengenai perilaku negatif
yang
dilakukan anggota Satpol PP. Hal itu memunculkan
gerakan-gerakan yang menginginkan Satpol PP dibubarkan Seperti disalah satu situs jejaring sosial facebook yang mengatasnamakan ”Gerakan Sejuta Facebooker Bubarkan Satpol PP”, namun ada juga pemberitan-pemberitaan yang positif tentang Satpol PP. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi personil seperti faktor kepribadian masing-masing anggota yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Seperti yang dikemukakan oleh Kartono (dalam Jannah, 2008) kepribadian merupakan keseluruhan individu yang terorganisir dan terdiri atas disposisi-disposisi fisik serta psikis yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri-ciri yang umum dengan pribadi lainnya. Perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa aspek dalam diri individu baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal individu yang mempengaruhi perilaku prososial seseorang diantaranya adalah tipe kepribadian seseorang (Staub, dikutib dari Jannah, 2008). Kepribadian merupakan salah satu faktor
yang dapat
mempengaruhi perilaku prososial (Wrightmans, 1977). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rahmani (2009) dengan judul tipe kepribadian lima faktor dengan perilaku prososial perawat, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian dengan perilaku prososial. Smith (2003) menyatakan bahwa kepribadian anda memiliki pengaruh pada cara anda berpikir, merasa dan berhubungan dengan orang lain.
21
David O. Sears (1994) menyatakan faktor situasional dapat meningkatkan atau menurunkan kecenderungan orang untuk melakukan tindakan prososial. Namun, apa yang juga diperlihatkan oleh Sears tentang penelitian lain bahwa beberapa orang tetap memberikan bantuan meskipun kekuatan situasional menghambat pemberian bantuan, dan yang lain tidak memberikan bantuan meskipun berada dalam kondisi yang sangat baik. Ada perbedaan individual dalam usaha memahami mengapa ada orang yang lebih mudah menolong dibandingkan orang lain, para peneliti menyelidiki karakteristik kepribadian yang relatif menetap maupun suasana hati dan psikologis yang lebih mudah berubah. Adapun penelitian sebelumnya tentang kepribadian dengan perilaku prososial yang dilakukan yang berjudul ”Perbedaan Perilaku Prososial ditinjau dari Tipe Kepribadian pada Anggota Palang Merah Remaja” menyatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian ekstravert memiliki kecenderungan intensi prososial yang lebih tinggi (Susanto dalam Jannah, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian merupakan aspek psikologi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Banyak sekali para psikolog menggunakan tes-tes kepribadian untuk memperoleh gambaran yang representatif tentang kepribadian individu. Salah satunya menggunakan kepribadian big five faktor atau five factor model untuk memperoleh gambaran individu. Kepribadian Big Five sendiri merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Menurut Five Factor Model (FFM) ini trait kepribadian digambarkan dalam
22
bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa.Jr dalam Pervin, 2005). Kelima dimensi dasar tersebut adalah Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism. Berbagai penelitian tentang big five personality sudah banyak dilakukan salah satunya adalah mahasiswa pascasarjana UGM yang meneliti tentang evaluasi faktor dalam big five: pendekatan analisis faktor konfirmatori studi ini bertujuan untuk melihat konsistensi lima faktor big five di Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah Five Factor Personality Inventory. Melalui analisis faktor konfirmatori, ditemukan bahwa kelima faktor yang dikonfirmasi konsisten dengan faktor di dalam big five (Widhiarso, 2004). Endah Mastuti (2005) meneliti tentang analisis faktor alat ukur kepribadian big five (adaptasi dari IPIP) pada mahasiswa suku Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas konstrak alat ukur kepribadian big five yang diambil dari International Personality Item Pools (IPIP), tidak terbukti. Hal ini karena data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori kepribadian big five yang diteorikan. Pada penelitian ini dengan analisis faktor menunjukkan bahwa trait kepribadian terdiri dari enam faktor yaitu Opennes to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism, dan morality. Penelitian-penelitian mengenai big five personality ini banyak dilakukan di negara barat maupun timur oleh beberapa ahli dengan menggunakan tes tersebut kedalam berbagai bahasa untuk subjek pengguna bahasa tersebut. Dari penelitianpenelitian itu terbukti big five faktor merupakan satu-satunya dimensi kepribadian yang dapat direplikasi secara reliabel melalui budaya, bahasa, format penelitian
23
dan berbagai metode analisis faktor. Big five dapat digunakan lagi dengan beragam bahasa, tidak hanya dalam bahasa Inggris namun juga di seluruh ragam bahasa (Costa & MeCrae, 1997; DeRaad, Perugini, Hrebickova, & Szarota, 1998; McCrae et al., 1998 dikutib dalam Smith, 2003). Hasil analisis dari perbedaanperbedaan individu dalam sifat yang ditulis dalam berbagai bahasa terwakili dalam big five factor ini (O Sterdorf dan Angleitner dalam Caprara, 2000). Selain tipe kepribadian big five, peneliti juga menghubungkan dengan kecerdasan emosi seperti yang dikutib dari Baron, Byrne, Branscombe (dalam Sarwono, 2009) bahwa emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungannya untuk menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku menolong dan pada emosi negatif memungkinkan menolong yang lebih kecil. Kecerdasan Emosi atau Emotional Quostiont (EQ) adalah akumulasi kecenderungan individu yang bersifat bawaaan dengan faktor lingkungannya. Dampak yang terjadi jika pengelolaan EQ kurang salah satunya adalah tindakan anarkisme. Dewasa ini telah terjadi banyak kasus karena kurangnya kemampuan kesadaran dan pengetahuan untuk mengelola kecerdasan emosi, misalnya kasus pemukulan seorang perdana mentri disuatu negara, atau meninggalnya seorang pejabat daerah saat menghadapi massa yang sedang berdemonstrasi, atau banyaknya tayangan reality show yang justru memberikan tontonan berbagai kekerasan fisik. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial dan membuktikan apakah benar
24
bahwa faktor-faktor yang ada dalam kepribadian big five dan kecerdasan emosi memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial Satpol PP. Dari fenomena-fenomena yang telah dikemukakan dan penelitianpenelitan sebelumnya yang telah diselenggarakan, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti topik tersebut. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja ”. 1.2
Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian diatas dibatasi sebagai berikut: − Tipe kepribadian big five dari Costa yang meliputi unsur NEOAC antara lain: Neuroticism (keterbukaan terhadap tekanan-tekanan), Extrovertness (keterbukaan diri terhadap orang lain), Oppennes to experience (keterbukaan terhadap pengalaman hidup), Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan), Counsenciousness (sikap yang hati-hati). − Kecerdasan emosional adalah keterampilan dalam mengontrol dan mengatur emosi diri sendiri. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional dari teori Goleman yang diteliti meliputi kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan ketrampilan sosial. − Perilaku prososial adalah suatu perilaku menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada
25
orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.
1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: •
”Apakah ada pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?” −
“Apakah ada pengaruh openness to experience pada big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh concienciusness pada big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh extravertion pada big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh agreeableness pada big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh neuroticm pada big five terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
•
“Apakah ada pengaruh aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?” −
“Apakah ada pengaruh self ewarreness (kesadaran) pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
26
−
“Apakah ada pengaruh mengelola emosi pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh motivating oneself (memotivasi diri) pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh empathy (empati) pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
−
“Apakah ada pengaruh social skill (ketrampilan sosial) pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”
•
“Apakah ada pengaruh tingkat usia terhadap perilaku prososial?”
•
“Apakah ada pengaruh masa bekerja terhadap perilaku prososial?”
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh aspek-aspek
kepribadian big five dan aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial anggota Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya pada ranah psikologi sosialkepribadian. Yang mana hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data tambahan bagi pengembangan studi tentang kepribadian big five dan perilaku prososial. 1.4.2.1 Manfaat praktis 27
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa, para pendidik ataupun bagi instansi pemerintah dalam mengetahui kepribadian yang dimiliki oleh petugas Satpol PP agar lebih dapat selektif dalam melakukan rekuitmen.
1.5
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, penulis
membagi dalam 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang mengapa perlu dilakukannya penelitian tentang perilaku prososial pada anggota Satpol PP, perumusan, pembatasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 Landasan Teoritis, yang berisi sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. BAB 3 Metodologi Penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisa data. BAB 4
Hasil Penelitian, yang membahas mengenai hasil penelitian
meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data. BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, dalam bab ini peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian, serta akan dimuat diskusi dan saran.
28
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab yang akan dipaparkan terdiri dari lima sub bab yaitu sub bab tentang perilaku prososial, kepribadian big five, kecerdasan emosi, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1
Perilaku Prososial
2.1.1 Pengertian perilaku prososial Zanden (1993) menyatakan bahwa prosocial behaviors ways of responding to other people through sympathetic, cooperative, helpful, rescuing, comforting, and giving acts. Bahwa perilaku prososial merupakan cara merespon orang lain seperti simpati, kerjasama, menolong, menyelamatkan, menenangkan, dan tindakan memberi. Wispe (dalam Brown, 2006) menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan apa saja yang tanpa memperhatikan keuntungan lain atau pengorbanan pelaku. Sedangkan Wispe (dalam Vaughan dalam Luthfi dkk, 2009) mendefinisikan bahwa perilaku prososial adalah bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi sosial secara positif dan berkontribusi terhadap kebahagiaan fisik atau psikologis orang lain. Staub (dalam Luthfi dkk, 2009) mengartikan secara sederhana perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan terhadap orang lain. Perilaku
29
prososial mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong (Sears dkk,1994) Tingkah
laku
prososial
adalah
suatu
tindakan
menolong
yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Latane dan Darley (dalam Baron, et.al., 2005) menggambarkan tingkah laku prososial sebagai titik akhir dari lima langkah yang berurutan – lima pilihan dalam menghadapi keadaan darurat yang menimbulkan respons prososial atau tidak. Prosocial behavior is voluntary behavior that is carried out to benefit another person (Batson & Powell dalam Franzoi, 2006), bahwa perilaku prososial merupakan perilaku sukarela yang dilaksanakan untuk memberi manfaat pada orang lain. Perilaku prososial mengacu pada tindakan dengan tujuan untuk menguntungkan orang lain (Kenrick, 2003). Prosocial behavior is narrower, in that the action is intended to improve the situation of the help-recipent, the actor is not motivated by the fulfillment of professional obligations, and the recipient is a person and not an organization. (Bierhoff, 2002), bahwa arti perilaku prososial lebih dangkal dimana tindakannya bermaksud untuk memperbaiki situasi si penerima pertolongan, tindakan tersebut tidak dimotivasi oleh penyempurnaan tanggung jawab profesional, dan penerima adalah orang dan bukan organisasi.
30
Perilaku prososial meliputi semua bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Baron dan Byrne (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki nilai positif pada orang lain. Jadi, dari berbagai tokoh yang mendefinisikan perilaku prososial dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tindakan atau perilaku untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan, tanpa adanya unsur paksaan, dan memberikan keuntungan secara langsung kepada orang yang ditolong. 2.1.2 Bentuk-bentuk perilaku prososial Perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan bagi orang lain. Menurut Wispe (dalam Luthfi dkk, 2009), perilaku prososial meliputi berbagai bentuk, antara lain: 1. Empati Bordens & Horowitz (2008) menyatakan bahwa empati adalah suatu emosi yang tidak langsung diarahkan untuk semua individu dalam suatu kebutuhan. Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain. Menurut Duan (dalam Robert, 2004), empati meliputi komponen afektif dan kognitif. Secara afektif, orang yang berempati merasakan yang orang lain rasakan. Secara kognitif, orang yang berempati memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa.
31
2. Kerjasama (Cooperation) Baron & Byrne (2005) mengartikan kerja sama sebagai perilaku dimana kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang sama. Kerja sama timbul karena orientasi yang sama antar individu terhadap kelompoknya (in group) dan kelompok lainnya (out group). Kerja sama mungkin akan bertambah apabila ada bahaya luar yang mengancam atau tindakan-tindakan yang menyinggung kesetiaan yang telah tertanam didalam kelompok, dalam diri seseorang. Sebuah situasi sosial yang kooperatif didefinisikan sebagai sebuah situasi dimana wilayah tujuan dari setiap anggota kelompok sedemikian rupa sehingga bila wilayah tujuan itu dimasuki oleh individu manapun, semua anggota kelompok yang lain terfasilitasi dalam pencapaian wilayah tujuan mereka masingmasing. Situasi kerjasama dalam suatu kelompok dapat dikatakan bahwa tujuan dari kelompok itu homogen, setiap anggota menginginkan hal sama. Saat anggota dari sebuah kelompok menyetujui sebuah tujuan dan kerjasama untuk mencapai goal tersebut, mereka lebih tertarik satu dengan yang lain, lebih menunjukkan keakraban dan keramahan satu dengan yang lain, menjadi lebih kooperatif dalam diskusi kelompok, bertingkah laku lebih positif terhadap kontribusi anggota lainnya dan secara umum bertingkah laku positif terhadap kelompok (Shaw, dalam Luthfi dkk, 2009).
32
3.
Membantu (Helping) Wrightsman (1977) menyatakan bahwa membantu adalah perilaku yang
menguntungkan orang lain dari pada diri sendiri. Suatu tindakan tetap dapat dikategorikan sebagai membantu (helping) selama terjadi perbaikan kesejahteraan pada seseorang yang dilakukan oleh orang lain (seperti memberi hadiah, membantu menyelesaikan tugas). Bentuk menolong sendiri dapat dibedakan atas beberapa macam mulai dari tindakan yang hanya memerlukan pengorbanan paling kecil atau mudah dilakukan, seperti memberitahukan jam pada orang lain yang bertanya, memberikan bantuan kepada organisasi sosial, sampai dengan tindakan yang memerlukan pengorbanan yang lebih besar. 4.
Berderma (Donating) Wrightsman (1977) menyatakan bahwa donation is the provision of goods
or services to a person or organization in need. Yang memiliki arti bahwa berderma merupakan ketentuan yang baik atau pelayanan seseorang atau organisasi yang membutuhkan. Derma merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain. Dalam kamus bahasa indonesia berderma adalah pemberian (kepada fakir miskin, dsb) atas dasar kemuranhan hati, bantuan uang, makanan, obatobatan dsb, kepada perkumpulan sosial atau panti-panti sosial. 5.
Suka menolong (Altruisme) Altruisme adalah memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa
mengharapkan reward apapun. Pertolongan yang diberikan hanya ditujukan untuk mengurangi beban orang lain. Altruis merupakan bentuk kepedulian terhadap
33
kebutuhan orang lain. Bordens & Horowitz (2008) menyatakan bahwa altruisme adalah perilaku yang termotivasi oleh keinginan untuk meringankan penderitaan korban atau orang lain. Sedangkan Walster & Piliavin (dalam Brown, 2006) menyatakan bahwa altruisme adalah jenis membantu atau sebuah perilaku prososial yang sukarela, pada biaya untuk membantu dan termotivasi oleh sesuatu selain harapan reward materi atau sosial. Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong (David O Sears, Jonathan Fredman, L. Anne Peplau, 1994). Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (Rushton, dalam Lutfi dkk, 2009). Musen, dkk (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa aspek-aspek perilaku prososial meliputi: 1.
Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang tersebut.
2.
Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3.
Kerjasama, yaitumelakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.
4.
Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain.
5.
Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.
34
Menurut Morgan (dalam Widodo, 2005) perilaku prososial meliputi berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), altruisme (altruism), suka menolong (helpfulness), menyelamatkan (rescue). Deaux & Wrigthsman (dalam Widodo, 2005) mengemukakan beberapa aspek perilaku prososial antara lain menolong, berbagi, kerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain, punya kepedulian terhadap orang lain. Berdasarkan tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku prososial meliputi berderma, membantu, simpati, kerjasama, dan altruism, masing-masing memiliki tujuan untuk memberikan keuntungan bagi orang lain tanpa mementingan imbalan dari orang yang diuntungkan. 2.1.3 Faktor-faktor penentu prososial David O Sears, et.al., (1994) mengemukakan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut. A. Karakteristik Situasi Karakteristik situasi yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan tekanan keterbatasan waktu. 1.
Kehadiran Orang Lain/bystander
•
Penyebaran Tanggung Jawab. Penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain. Bila hanya ada satu orang yang menyaksikan korban yang mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Bila orang lain juga hadir pertolongan bisa muncul dari beberapa orang. Tanggung jawab 35
untuk menolong dan kemungkinan kerugian tidak memberikan pertolongan akan terbagi. Lebih jauh bila orang mengetahui kehadiran orang lain tetapi tidak dapat berbicara dengan mereka atau tidak melihat perilaku mereka, seperti kasus Kitty Genovese yang dibunuh oleh seseorang di depan apartemennya dan dilihat oleh banyak tetangga-tetangganya dan tidak ada satupun yang menolongnya, mungkin orang itu beranggapan bahwa orang lain sudah melakukan sesuatu untuk menolong, seperti, menghubungi polisi. •
Efek penonton menyangkut ambiguitas dalam mengintrepretasikan situasi. Perilaku
penonton
yang
lain
dapat
mempengaruhi
bagaimana
mengintrepretasikan situasi dan bagaimana reaksi. Jika orang lain mengabaikan suatu situasi atau memberikan reaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa, mungkin juga beranggapan tidak ada keadaan darurat. •
Kekuatan efek penonton adalah rasa takut dinilai. Bila mengetahui bahwa orang lain memperhatikan perilaku, mungkin berusaha melakukan apa yang menurut diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik (Baumeister, dalam Sears, 1994). Rasa takut dinilai dalam efek penonton memungkinkan terjadi, hal ini disebabkan adanya kekhawatiran bystander dan timbulnya pertimbangan. Misalnya rasa takut akan salah jika memberikan bantuan, rasa takut dinilai menjadi pusat perhatian penonton yang lain dan menimbulkan rasa malu.
2. Kondisi Lingkungan Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian pemberian bantu.
36
•
Cuaca. orang cenderung membantu bila hari cerah dan bila suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin dan relatif sejuk di musim panas)
•
Ukuran kota. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran kota menimbulkan perbedaan dalam usaha menolong orang asing yang mengalami kesulitan. Persentase orang yang menolong lebih besar di kota kecil daripada di kota besar.
•
Kebisingan. Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi perilaku prososial adalah kebisingan. Beranjak dari gagasan umum bahwa kebisingan dapat menurunkan daya tanggap orang terhadap semua kejadian di lingkungan, beberapa peneliti menyelidiki apakah kondisi yang mengurangi kecenderungan untuk menolong orang asing yang mengalami kesulitan (Sherrod & Downs dalam Sears, 1994).
3.
Tekanan Keterbatasan Waktu Orang yang sedang tergesa-gesa dan sedang dihadapkan oleh situasi terlambat
akan membuat kecenderungan seseorang untuk tidak berperilaku prososial. Sebaliknya dengan seseorang yang dalam keadaan santai maka akan cenderung untuk melakukan perilaku prososial kepada orang lain.
B. Karakteristik penolong •
Faktor kepribadian. kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain.
37
•
Suasana hati. Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, orang akan lebih cenderung menolong bila menemukan sekeping uang ditempat telepon (Isen & Simmonds, dalam Sears, 1994). Daripada tidak terjadi peristiwa yang meningkatkan suasana perasaan positif yang dapat meningkatkan kesediaan untuk melakukan tindakan prososial.
•
Rasa bersalah. Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan, atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan ”tindakan yang baik”. Beberapa peneliti memperlihatkan rasa bersalah yang timbul meningkatkan kesediaan untuk menolong (Cunningham dkk, dalam Sears, 1994). Penelitian yang lain menyatakan bahwa orang yang merasa bersalah mungkin mengalami konflik motivasi. Disatu pihak, mereka ingin memperbaiki tindakan buruk mereka dengan menolong korban atau melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Di lain pihak, mereka juga ingin menghindari pertemuan dengan korban, karena takut ketahuan, malu, atau takut dibalas. Dampak rasa bersalah terhadap pemberian bantuan yang paling besar terjadi bila orang yang bersalah dapat menolong tanpa harus bertemu langsung dengan korbannya.
38
•
Distres diri dan rasa empatik. Distres diri adalah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain, perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apa pun yang kita alami. Sebaliknya yang dimaksud rasa atau sikap empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Perbedaan utamannya adalah bahwa penderitaan diri terfokus pada diri sendiri, sedangkan empatik terfokus pada si korban. Distres diri memotivasi kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakukannya dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi kita juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut arau mengabaikan penderitaan di sekitar kita. Sebaliknya rasa empati hanya dapat dikurang dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan. Karena tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain, jelas bahwa rasa empatik merupakan sumber altruistik (bukan kepentingan diri) perilaku pembantu.
C. Karakteristik orang yang di tolong •
Menolong orang yang kita sukai a. Daya tarik fisik. Dalam beberapa situasi, yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menerima bantuan. b. Kesamaan. Kesediaan untuk membantu akan lebih besar terhadap orang yang berasal dari daerah yang sama dari pada terhadap orang asing
39
(Fieldman, dalam Sears, 1985), dan terhadap orang yang memiliki sikap yang sama (Tucker dkk., dalam Sears, 1985) c. Jenis hubungan antara orang yang minta tolong dengan yang menolong. Semakin dekat hubungannya, semakin kuat harapan untuk mendapatkan bantuan, semakin sedikit rasa terima kasih yang diungkapkan pada saat bantuan diberikan. • Menolong orang yang pantas ditolong a. Kelayakan permintaan atau kebutuhan masalah. b. Menolong seseorang bila yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada diluar kendali orang tersebut. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang berperilaku prososial memiliki berbagai pertimbangan dan tidak selalu memenuhi subjek yang memerlukan bantuan. Disamping itu juga terdapat pengaruh eksternal maupun internal dari penolong itu sendiri dan orang yang akan ditolong. 2.2
Kepribadian Big Five
2.2.1 Pengertian kepribadian big five J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to
40
experiences. Caprara & Cervone (2000) mengatakan bahwa kepribadian big five adalah teori kepribadian yang menjelaskan hubungan antara kognisi, affect, dan tindakan. Disamping itu menyatakan bahwa big five faktor dapat menjadi landasan bagi teori kepribadian. Baron & Byrne (2005) menyatakan bahwa lima besar dimensi kepribadian adalah dimensi dasar kepribadian manusia, dimensi-dimensi dimana individu berada seperti (openness, exstravertion, agreeableness, dan neurotisme) sering kali tampak dalam perilaku sehari-hari. Pervin (2005) menyatakan bahwa big five in trait factor theory, the five major trait categories including emotionality, activity, and sociability factors. Artinya big five adalah teori faktor trait (sifat, ciri), dengan lima kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor sosial. Gufron (2010) menyatakan bahwa kepribadian big five adalah kepribadian yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa yang memiliki lima bentuk kepribadian yang mendasari perilaku individu. Kepribadian big five merupakan Pendekatan yang diilustrasikan dalam sebuah taksonomi yang komprehensif dari domain perilaku interpersonal yang menghasilkan dimensi berlawanan (Wiggins, dalam Mischel, 2003). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian big five merupakan pendekatan psikologi yang memiliki lima trait kepribadian neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, consenciousness yang digunakan untuk menganalisis kepribadian seseorang.
41
Model ini merupakan
kerangka kerja untuk melihat atau menguji secara sistematis psiko-fisiologi, perilaku,
psikologi
dan
genetik
dengan
trait
yang
digunakan
untuk
mendeskripsikan kepribadian. 2.2.2 Trait-trait dalam big five personality Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relative menetap secara terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) menyatakan bahwa Trait-trait dalam domain-domain dari big five personality adalah sebagai berikut. 1. Neuroticm (N) Neuroticm menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticm yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticm yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Facet-facet yang terdapat dalam neoroticm adalah: •
Anxiety (N1). Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang
42
•
Hostility (N2). Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh kebencian
•
Depression (N3). Kecenderungan untuk mengalami depresi pada diri sendiri
•
Self-consciousness (N4). Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak nyaman diantara orang lain, terlalu sensitive, dan mudah merasa rendah diri
•
Impulsiveness (N5). Tidak mampu mengontrol keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu
•
Vulnerability (N6). Kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stress, bergantung pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang mendadak
2. Extravertion (E) Faktor pertama adalah extravertion, atau bisa juga disebut faktor dominanpatuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extravertion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extravertion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extravertion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Pergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, funloving, affectionate, dan talkative.
43
Extravertion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extravertion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extravertion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extravertion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extravertion yang rendah. Extravertion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orangorang dengan tingkat exstravertion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. Facet-facet yang terdapat dalam extravertion sebagai berikut: •
Warmth (E1). Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang.
•
Gregariousness (E2). Kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi dengan orang banyak.
•
Assertiveness (E3). Individu yang cenderung tegas.
•
Activity (E4). Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi.
•
Excitement-seeking (E5). Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil resiko.
•
Positive emotion (E6).
Kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi
yang positif seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan. 44
3. Openness to experience (O) Faktor openness to experience merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness to experience mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Openness to experience mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness to experience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openness to experience yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Openness to experience dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness to experience yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. Facet-facet yang terdapat dalam openness to experience (O) sebagai berikut: •
Fantasy (O1). Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif
45
•
Aesthetic (O2). Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan
•
Feelings (O3). Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasannya sendiri
•
Action (O4). Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru
•
Ideas (O5). Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak konvensional
•
Values (O6). Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai social politik dan agama
4. Agreeableness (A) Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat
46
agreeableness yang tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Facet-facet yang terdapat dalam agreeableness sebagai berikut: •
Trust (A1). Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain
•
Straightforwardness (A2). Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu
•
Altruism (A3). Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk membantu orang lain.
•
Compliance (A4). Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal
•
Modesty (A5). Individu yang sederhana dan rendah hati
•
Tender-mindedness (A6). Simpati dan peduli terhadap orang lain
4. Conscientiousness (C) Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Disisi negatifnya trait kepribadian
ini
menjadi
sangat
perfeksionis, 47
kompulsif,
workaholic,
membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya. Facet-facet yang terdapat dalam conscientiousness sebagai berikut: •
Competence (C1). Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu
•
Order (C2). Kemampuan mengorganisasi
•
Dutifulness (C3). Memegang erat prinsip hidup
•
Achievement-striving (C4). Aspirasi individu dalam mencapai prestasi
•
Self-discipline (C5). Mampu mengatur diri sendiri
•
Deliberation (C6). Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak Perbandingan skor tertinggi dan skor terendah pada big five dapat
diketahui pada tabel di bawah ini (Costa & McCrae dalam Pervin, 2005). Tabel 2.1 Karakteristik skor tinggi dan skor rendah pada skala trait Skor tinggi Skala Trait Skor rendah Cemas, gugup, emosional, Neuroticism (N) Tenang, santai, merasa merasa tidak aman, merasa Menggambarkan stabilitas aman, puas terhadap tidak mampu, mudah emosional dengan dirinya, tidak emosional, panik cakupan-cakupan perasaan tabah. negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension. Optimis, fun- Mudah Tidak ramah, bersahaja, Exstravertion (E) menyesuaikan diri dengan Mengukur kuantitas dan suka menyendiri, orientasi lingkungan sosial, aktif, intensitas dari interaksi pada tugas, pendiam. banyak bicara, orientasi interpersonal, tingkatan pada hubungan sesama aktivitas, kebutuhan akan loving, affectionate. dorongan, dan kapasitas dan dan kesenangan.
48
Ingin tahu, minat luas, Openness to kreatif, original, imajinatif, Experience(O) Gambaran untraditional. keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individu dan pengalamannya. Lembut hati, dapat Agreeableness (A) dipercaya, suka menolong, Mengukur kualitas dari pemaaf, penurut. apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain. Teratur, pekerja keras, Conscientiousness(C) dapat diandalkan, disiplin, Mendeskripsikan perilaku tepat waktu, rapi, hati-hati. yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial.
Konvensional, sederhana, minat sempit, tidak artistik, tidak analitis.
Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam, manipulatif.
Tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, malas, sembrono, lalai, mudah menyerah,.
Ketangguhan model lima faktor telah diamati melalui metode, beberapa bahasa dan budaya (McCrae & Costa, dalam Caprara & Cervone, 2000) dilakukan penelitian pada 1980-an dan 1990-an. Para pendukung dari big five (Goldberg &John, dalam Caprara & Cervone, 2000) dan model lima faktor (McCrae & Costa, dalam Caprara & Cervone, 2000) menyatakan bahwa fakta yang paling mendasar dari psikologi kepribadian adalah bahwa kecenderungan dapat menggambarkan dengan baik oleh sifat dari lima dimensi. Bukti tentang kekuatan dan validitas big five telah terbukti, seperti dalam Mischel (2003) adalah 1.
Struktur Big Five Factor telah sering diulang dalam penelitian oleh beragam peneliti dengan menggunakan berbagai sample berbahasa Inggris.
2.
Terutama faktor N, E, dan A telah ditemukan dapat meniru dengan baik bahkan ketika bahasa, budaya, dan format konten yang digunakan berbeda.
49
3.
Secara keseluruhan, hasilnya mengesankan dan dapat digeneralisasi di beragam budaya (McCrae et al., 1998), meskipun ada beberapa faktor yang dapat mengambil bentuk berbeda dalam sampel dan budaya yang berbeda.
4.
Struktur faktor dari gambaran individu yang dijelaskan oleh model ini cenderung relatif stabil selama jangka waktu yang lama pada orang dewasa.
2.3
Kecerdasan Emosional
2.3.1 Pengertian kecerdasan emosional Goleman (2003) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan dalam hubungan dengan orang lain. Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2003) mendifinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Mubayidh
(2006)
mengatakan
kecerdasan
emosional
merupakan
kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolannya. Menurut David Wechsler (dalam Mubayidh, 2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
50
Ary Ginanjar Agustian (2008) menyebutkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah kejujuran pada suara hati, suara hati ini yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mempu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan. Hendrie Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah penggunaan emosi secara cerdas. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah (Martin, 2003). Cooper dan Sawaf (dalam Yen dkk, 2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawai. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu dalam mengelola emosi, mengendalikan emosi melalui pikiran dan perilaku. Kecerdasan emosional juga merupakan kecerdasan individu yang menggunakan emosi dan perilaku dengan baik dalam berbagai macam situasi yang berbeda. 2.3.2 Aspek-aspek dalam kecerdasan emosional Goleman (2003) mengungkapkan adanya lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: 1.
Kesadaran Diri (Self Awareness)
51
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kemampuan ini berupa kesadaran diri (Self Awareness) dalam mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologis dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. Kemampuan kesadaran diri ini adalah kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri dan pengaruhnya, mengetahui kekuatan dan batasan diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri. 2.
Mengelola emosi Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini
merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dari semua itu dengan cepat. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. Terdapat kemampuan control diri yang bertujuan menjaga keseimbangan emosi dan bukan menekannya, karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna. Kemampuan dalam menampilkan emosi yang wajar, selaras antara perasaan dan
52
lingkungan. Menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. 3.
Memotivasi Diri (Motivating Oneself) Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan seseorang diri (Self-Motivation) dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: •
Cara mengendalikan dorongan hati
•
Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang
•
Kekuatan berfikir positif
•
Optimisme
•
Keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek.
4.
Empati (Empathy) Terdapat kemampuan empathy atau mengenal emosi orang lain yang
dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
53
Kunci untuk memahami perasaan atau emosi orang lain adalah kemampuan untuk membaca pesan nonverbal (misalnya gerak-gerik, ekspresi wajah). Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhjkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. 5.
Ketrampilan Sosial (Social Skills) Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan
sosial (Sosial Skills) yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya ketrampilanketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Salovey dan Mayer (dalam Martin, 2003) berpendapat bahwa terdapat lima aspek kecerdasan emosi sebagai berikut: •
Kesadaran diri (self awareness): kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiliki diri sendiri.
•
Mengelola emosi (managing emotions): kemampuan mengelola emosi termasuk yang tidak menyenangkan.
54
•
Memotivasi diri sendiri (motivating oneself): kemampuan mengendalikan emosi guna mendukung pencapaian tujuan pribadi.
•
Empati(empathy): kemampuan untuk mengelola sensitifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain sekaligus mengahargainya
•
Menjaga relasi (handling relationship):kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain. Sedangkan menurut Mubayidh (2006) kecerdasan emosional mempunyai
empat dimensi sebagai berikut: •
Mengenali, menerima, dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional)
•
Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual
•
Memahami dan menganalisa emosi
•
Mengelola emosi
Berbeda dengan Weisinger (2006) yang membagi kecerdasan emosi menjadi enam bagian sebagai berikut: •
Mengembangkan kesadaran diri yang tinggi
•
Mengelola emosi
•
Memotivasi diri sendiri
•
Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi yang efektif
•
Mengembangkan keahlian interpersonal
•
Menolong orang lain untuk membantu diri mereka sendiri Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosi yang meliputi kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola 55
emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
2.4
Kerangka Berfikir Sebagaimana dijelaskan diatas faktor yang menentukan perilaku
prososial
seperti
donating
(simpati),
cooperation
kepribadian
big
five
(berderma), (kerjasama),
dan
kecerdasan
helping
(membantu),
sympathy
altruism
(altruisme)
adalah
emosional.
Sedangkan
perilaku
prososial adalah sebuah tindakan atau perilaku untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh kepribadian, hal ini dikemukakan juga (Wrigmans, 1977) yang mengatakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Subjek penelitian yang digunakan adalah anggota Satpol PP. Dengan menggunakan kepribadian big five dalam mengukur tipe kepribadian pada Satpol PP, akan diketahui macam–macam tipe pada masing-masing individu. Kepribadian big five terdapat lima macam tipe dan digunakan menjadi dependent variable pada masing-masing tipe. Variabel tersebut meliputi openness, concienciusness, extrovertion, agreeableness, neuroticm. Penulis ingin melihat adanya tingkat perbedaan, kesamaan, atau seberapa besar tingkat pengaruhnya terhadap perilaku prososial pada Satpol PP dalam menjalankan tugasnya seharihari.
56
Neuroticism (N) adalah anggota Satpol PP yang memiliki skor yang tinggi di neuroticism terdapat kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive memungkinkan rendah dalam perilaku prososial. Sedangkan tingkat neurotism rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup. Extravertion (E) adalah memiliki afek positif seperti antusiasme yang tinggi, senang bergaul, workaholic juga ramah tehadap orang lain. Extravertion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Anggota Satpol PP yang memiliki tingkat extravertion tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extravertion yang rendah. Extravertion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan Satpol PP dengan tingkat ekstravertion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. Openness to experience (O) adalah (inventif / penasaran vs hati-hati / konservatif) keterbukaan yang memiliki apresiasi untuk seni emosi, petualangan, ide-ide yang tidak biasa, rasa ingin tahu, dan berbagai pengalaman. Jika anggota Satpol PP dengan skor rendah pada keterbukaan cenderung untuk memiliki perilaku yang tidak tertarik pada ide abstrak, tidak suka seni, cenderung berperilaku polos, cenderung mempunyai kecurigaan
terhadap objek yang
membutuhkan pertolongan sebelum berperilaku prososial. Skor tinggi pada Satpol PP di openness to experience cenderung lebih cepat berperilaku prososial jika melihat objek yang membutuhkan bantuannya.
57
Agreeableness (A) adalah seseorang yang ramah, kecenderungan untuk mengasihi dan kooperatif daripada curiga dan antagonis terhadap orang lain. Anggota Satpol PP yang memiliki nilai tinggi di bagian ini cenderung perhatian, ramah, dermawan, membantu, dan bersedia untuk kompromi kepentingan mereka dengan orang lain. Jika tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif, kurang kooperatif dan kurang dalam perilaku prososialnya. Conscientiousness (C) adalah (efisien / terorganisir vs santai / ceroboh). Satpol PP yang memiliki nilai tinggi cenderung untuk menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh, dan bertujuan untuk pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya. Baron & Byrne (2005) menyatakan bahwa kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat pertolongan. Bagi penolong yang potensial, pengaruh keadaan emosional dibuat rumit oleh beberapa faktor tambahan yang harus diperhitungkan (Salovey, et.al dalam Baron, et.al, 2005). Faktor yang menentukan perilaku prososial selanjutnya adalah kecerdasan emosional, hal ini berarti menolong orang lain untuk dapat mengelola emosi mereka, berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, memecahkan masalah mereka, menyelesaikan konflik mereka, dan membuat orang lain termotivasi.
58
Dalam kecerdasan emosional yang digunakan oleh peneliti meliputi kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati, ketrampilan sosial. Kesadaran diri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya. Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat mengungkap dengan pas. Satpol PP yang buruk dalam kemampuan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Memotivasi diri. Anggota Satpol PP yang memiliki kemampuan ini cenderung jauh lebih produkti, lebih menguasai diri dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Sebaliknya jika rendah pada kemampuan ini cenderung tidak dapat menguasai diri. Mengenali emosi orang lain atau empati. Kepekaan terhadap orang lain dan mampu menerima sudut pandang orang lain. Anggota Satpol PP yang memiliki kemampuan ini lebih cenderung berperilaku prososial dengan alasan lebih mampu menangkap sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain. Ketrampilan sosial. Ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Anggota Satpol PP yang memiliki kemampuan ini cenderung memiliki perilaku prososial yang tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam kemampuan ini akan lebih
59
menaruh perhatian, tenggang rasa, suka menolong, berbagi rasa, dan lebih memikirkan kepentingan sosial. Selain faktor kepribadian dan kecerdasan emosi yang menentukan perilaku prososial, penulis juga menilai faktor usia dan masa bekerja pada anggota Satpol PP. Bagan 1. Kerangka Berpikir
Concientiousness Exstravertion Agreeableness Neuoroticm Kesadaran diri
Kecerdasan emosi
Mengelola emosi Motivasi diri sendiri Empati Ketrampilan sosial
Perilaku prososial
Kepribadian big five
Openness to experience
Usia Masa bekerja
Keterangan bagan diatas adalah : Memiliki pengaruh positif terhadap perilaku prososial : Memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku prososial
60
2..5
Hipotesis Penelitian
2.5.1 Hipotesis mayor “Tidak ada pengaruh tipe kepribadian big five (neuroticm, extrovertness, openness to experience, agreeableness, counsenciousness), kecerdasan emosi (kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial), usia, dan masa kerja terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP”.
2.5.2 Hipotesis minor H1
:Tidak ada pengaruh neuroticm pada big five terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H2
:Tidak
ada pengaruh exstrovertion pada big five terhadap perilaku prososial
Satpol PP. H3
:Tidak
ada pengaruh openness to experience pada big five terhadap
perilaku prososial Satpol PP. H4
:Tidak ada pengaruh agreeablenesss pada big five terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H5
:Tidak ada pengaruh conscientiousness pada big five terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H6
:Tidak ada pengaruh kesadaran diri pada kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H7
:Tidak
ada pengaruh mengelola emosi pada kecerdasan emosional terhadap
perilaku prososial Satpol PP.
61
H8
:Tidak ada pengaruh motivasi diri pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H9
:Tidak ada pengaruh empati pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H10
:Tidak ada pengaruh ketrampilan sosial pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H11
:
Tidak ada pengaruh usia terhadap perilaku prososial Satpol PP.
H12
:Tidak
ada pengaruh masa bekerja terhadap perilaku prososial Satpol PP.
62
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada hubungan dari masing-masing variabel independent dengan perilaku prososial. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan hasil kesimpulan statistik beserta analisisnya. 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan bahan atau elemen yang diselidiki (Marzuki, 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) kota Tangerang. Populasi berjumlah 259 anggota yang terdiri dari staf anggota berjumlah 74, driver berjumlah 14, provos berjumlah 16, dan daton berjumlah 155 terdiri dari 6 regu (A, B, C, D, E, F) yang masing-masing regu berjumlah 26 anggota kecuali regu F berjumlah 25 anggota. 3.1.2 Sampel Sevilla, dkk (1993) mengatakan bahwa sampel adalah kelompok kecil yang kita amati. Adapun karakteristik sampel yang akan diteliti adalah: • Anggota Satpol PP yang sedang bertugas di kota Tangerang • Minimal terdaftar selama satu tahun • Anggota Satpol PP yang sedang bertugas dilapangan meliputi Provos yang berjumlah 16 anggota dan Danton yang berjumlah 155 anggota terdiri dari 6 regu (A, B, C, D, E, F).
63
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposif yang bersifat non-probability sampling atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan hal-hal tertentu yang dikenakan ke dalam sub-kelompok (Sevilla dkk,1993). Sampel dalam penelitian ini diutamakan pada anggota Satpol PP yang sedang bertugas di lapangan seperti Provos dan Danton yang berjumlah 171 anggota. Kemudian 50 anggota digunakan sebagai sampel try out dan selebihnya digunakan sebagai field test. Dengan mempertimbangkan pada kenyataan akan besarnya jumlah populasi yang diteliti dan adanya berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, maka dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 118 anggota Satpol PP. Hal ini didasarkan pada pendapat Gay ( dalam Sevilla, 1993) menawarkan ukuran minimum yang dapat diterima adalah 30 subjek. 3.2
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi independent variable adalah
kepribadian big five (terdiri dari 5 faktor) yaitu (neuroticm, extravertion, openness to experiene, agreeablenes, consentiousness,), kecerdasan emosi (terdiri dari 5 faktor) yaitu (kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial), usia, dan masa kerja. Sedangkan perilaku prososial dijadikan sebagai dependent variable. 3.3
Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Pada penelitian ini ada dua variabel bebas (Independent Variable) adalah
tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosional, dan variabel terikat
64
(Dependent Variable) adalah perilaku prososial Satpol PP. Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel. •
Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah neuoriticism,
extraversion,
openness
to
experiences,
agreeableness,
conscientiousness (Costa & McCrae dalam Pervin, 2005). Skor yang diperoleh dari pengukuran trait dalam domain-domain dari Big Five Personality melalui skala kepribadian big five. 1. Neuriticism. Menyangkut kestabilan emosi dan identik dengan segala bentuk emosi yang negatif seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup. Skor yang diperoleh dari pengukuran pernyataanpernyataan yang berkaitan dengan facet-facet dalam neuroticm pada Satpol PP. 2. Extravertness. Kepribadian ini ditunjukkan melalui sikapnya yang hangat, ramah, penuh kasih sayang, serta selalu menunjukkan keakraban terutama pada orang yang telah ia kenal. Skor yang diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan facet dalam extravertness pada Satpol PP. 3. Openness to experience. Orang yang tinggi dalam dimensi ini terlihat inajinatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik. Orang yang rendah dalam dimensi ini umumnya dangkal, membosankan atau sederhana. Skor yang
65
diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan facet dalam openness to experience pada Satpol PP. 4. Agreeableness. Dimensi ini cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Jika rendah dalam dimensi ini cenderung dingin, konfrontatif dan kejam. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan facet dalam agreeableness pada Satpol PP. 5. Conscientiousness. Dimensi ini cenderung berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Orang yang rendah dalam dimensi ini cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan facet dalam conscientiousness pada Satpol PP. •
Kecerdasan Emosi merupakan kemampuan untuk mengetahui dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Lima faktor penting dalam kecerdasan emosi, yakni kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan ketrampilan sosial (Goleman dalam Martin, 2003). Skor yang diperoleh dari pengukuran faktor-faktor dalam kecerdasan emosi melalui skala kecerdasan emosional pada anggota Satpol PP. 1. Kesadaran. Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan kesadaran Satpol PP. 2. Mengelola emosi. Mengontrol emosi agar dapat terungkap sesuai pada situasi dan kondisi yang positif. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan menglola emosi pada Satpol PP.
66
3. Memotivasi diri. Kemampuan untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan memotivasi diri Satpol PP. 4. Empati. Merasakan apa yang dirasakan orang lain. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan empati Satpol PP. 5. Ketrampilan sosial. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Skor diperoleh dari pengukuran pernyataan yang berkaitan dengan ketrampilan sosial. •
Perilaku Prososial merupakan suatu tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong (Baron, 2005). Skor perilaku prososial didapat dari pernyatan-pernyataan yang berkaitan dengan perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Perilaku dapat dilihat dalam indikator empati, kerjasama, berderma, membantu dan altruisme.
•
Masa kerja yaitu lamanya rentang waktu yang dialami anggota Satpol PP dalam perusahaan yang diukur berdasarkan lamanya bekerja dalam ukuran tahun kerja.
•
Usia yaitu banyaknya jumlah tahun dari usia para anggota Satpol PP yang dihitung mulai dari tahun lahir responden sampai pada saat pengumpulan data penelitian.
67
3.4
Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik pengumpulan data Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang dirinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Terdiri dari skala kepribadian big five, skala kecerdasan emosional dan skala perilaku prososial model likert.
3.4.2 Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk kuesioner yang berbentuk skala Likert. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan (Nazir, 2003). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat ukur. Adapun empat alat ukur tersebut adalah: 1.
Alat ukur kepribadian big five Kepribadian big five akan diukur dengan skala pengungkapan diri. Skala
pengungkapan diri ini terdiri dari 50 item pernyataan, yang memilki rentang diri sangat tidak sesuai (skala 1) sampai sangat sesuai (skala 5). Alat ukur ini mengadaptasi skala IPIP Big Five Faktor dari Goldberg, L. R. (1992). Pada kepribadian big five dibagi lima variable yaitu neuroticm, extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness yang masing-masing variable terdapat 10 item (5 favorable dan 5 unfavorable). Adapun blue print skala dari variabel kepribadian big five dapat dilihat sebagai berikut.
68
Tabel. 3.1 Blue print tryout skala tipe kepribadian big five Aspek Indikator Favorable Unfavorable Neuroticm Anxiety 14, 24* Hostility 29, 39 Depression 49 Selfconsciousnes 44* 19 Impulsiveness 9* Vulnerability 4*, 34* Exstravertion Warmth 21* 26* Gregariousness 11*, 31, 46 Assertiveness 6* Activity 1 Excitement-seeking 41 36 Positive emotion 16 Openness to Fantasy 15 30*,40* exsprience Aesthetic 5 Feelings 35 Action 45 Ideas 10, 20, 50 Value 25 Aggreeableness Trust 42 Straightforwardness 7, 47 32* Altruism 22* Compliance 37* 12* Modesty 27* Tender-mindedness 17* 2 Concientiousness Competence 3, 43* 38* Order 33 Dutifulness 13* Achievement-striving 48 Self-discipline 23* 8, 28 Deliberation 18* Total 25 25 Ket. (*): item yang valid
Jumlah 5
4
2
6
5
22
Dari tabel di atas, blue print uji coba skala kepribadian didapat item yang valid berjumlah 22 item dan semua item yang tidak valid dibuang. Sehingga hanya indikator yang memiliki item valid digunakan untuk mengukur aspek-aspek
69
kepribadian dan diujikan pada final tes. Adapun blue print skala kepribadian yang digunakan untuk final tes sebagai berikut. Tabel. 3.2 Blue print field test skala tipe kepribadian big five Aspek Neuroticm
Exstravertion
Openness to experience Agreeableness
Indikator
Favorable
Anxiety Selfconsciousnes Impulsiveness Vulnerability Warmth Gregariousness Assertiveness Fantasy
Straightforwardness Altruism Compliance Modesty Tender-mindedness Concientiousness Competence Dutifulness Self-discipline Deliberation Total
2.
Unfavorable
24 44
Jumlah 5
9 4, 34 21 11
37 27 17 43 13 23 12
26
4
6 30, 40
2
32 22 12
6
38
5
18 10
22
Alat ukur kecerdasan emosi Alat ukur kecerdasan emosi ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
dimensi-dimensi kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman. Kecerdasan emosi dibagi menjadi lima variabel yaitu kesadaran, mengelola emosi, motivasi diri, empati, ketrampilan sosial. Alat ukur ini terdapat 30 item pernyataan yang masing-masing variable terdapat enam item (3 favorable dan 3 unfavorable). Subjek diminta untuk memilih salah satu dari 5 skala yang menunjukkan derajat kesesuaian antara pernyataan dengan diri subjek dari sangat sesuai (skala 5)
70
sampai sangat tidak sesuai (skala 1). Adapun blue print skala dari variabel kecerdasan emosi dapat dilihat sebagai berikut.
Aspek Kesadaran
Mengelola emosi
Motivasi diri Empati
Ketrampil an sosial
Tabel. 3.3 Blue print tryout skala kecerdasan emosi Indikator Favorable Kemampuan mengenali emosi 5 sendiri Mengetahui kekuatan dan batasan 15 diri sendiri Keyakinan terhadap diri sendiri 25 Menangani emosi sehingga 1 berdampak positif Peka terhadap kata hati dan 11* sanggup menunda kenikmatan Mampu pulih kembali dari 21* tekanan emosi Menggerakkan menuju sasaran 17* Bertahan menghadapi kegagalan 27 Mampu mengambil inisiatif 7 Kemampuan membaca pesan non 29 verbal Merasakan yang dirasakan orang 9 lain Mampu memahami perspektif 19 orang lain Cermat membaca situasi ketika 3* berhubugan dengan orang lain mampu menyelesaikan perselisihan mampu bekerja dengan team Total Ket. (*): item yang valid
Unfavorable 28*
Jumlah 1
8 18 4* 14 24* 2 12 22 6
1
26 30* 10*
23 15
20* 15
Dari tabel di atas, blue print uji coba skala kecerdasan emosi didapat item yang valid berjumlah 22 item dan semua item yang tidak valid dibuang. Sehingga hanya indikator yang memiliki item valid digunakan untuk mengukur aspek-aspek kecerdasan emosi dan diujikan pada final tes. Adapun blue print skala kecerdasan
71
1
16*
13*
emosi yang digunakan untuk final tes sebagai berikut.
4
5
12
Aspek Kesadaran Mengelola emosi
Motivasi diri Empati Ketrampil an sosial
Tabel. 3.4 Blue print field test skala kecerdasan emosi Indikator Favorable Kemampuan mengenali emosi sendiri Menangani emosi sehingga berdampak positif Peka terhadap kata hati dan 11 sanggup menunda kenikmatan Mampu pulih kembali dari tekanan 21 emosi Menggerakkan menuju sasaran 17 Merasakan yang dirasakan orang lain Cermat membaca situasi ketika berhubugan dengan orang lain Mampu menyelesaikan perselisihan Mampu bekerja dengan team Total
3.
Unfavorable 28
Jumlah 1
4
24 1 16
1
3
30
5
13
10 20 7
12
5
Alat ukur perilaku prososial Alat ukur ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan jenis-jenis perilaku
prososial yang dikemukakan oleh Wispe. Dia menyebutkan ada lima jenis perilaku prososial yaitu, donating, helping, empati, kerjasama, altruisme. Alat ukur ini terdiri dari 30 item pernyataan dengan 5 skala yang mengukur derajat kesesuaian antara pernyataan dengan diri subjek dari sangat setuju (skala 5) sampai sangat tidak setuju (skala 1).
Adapun blue print skala dari variabel
perilaku prososial dapat dilihat sebagai berikut.
72
4
Tabel. 3.5 Blue print try out skala prososial Aspek
Indikator
Favorable
Anfavorable
Perilaku memberikan hadiah 2, 12*, 22* atau sumbangan terhadap orang lain, biasanya berupa amal Helping Perilaku mengambil bagian 8*, 18*, atau membantu urusan orang 28* lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya Empati Perilaku yang didasarkan 6*, 16*, 26 pada perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain Kerjasama Setiap orang mampu dan 10*, 20*, ingin bekerjasama dengan 30* orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama Altruism Mengambil bagian untuk 4, 14*, 24* menolong orang lain, biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya Total 15 Ket. (*): item yang valid
9*, 19*, 29*
Donating
Jumlah
5 5, 15*, 25 4 1*, 11, 21* 4
3, 13*, 23* 5 7, 17, 27* 3
15
21
Dari tabel di atas, blue print uji coba skala perilaku prososial didapat item yang valid berjumlah 22 item dan semua item yang tidak valid dibuang. Sehingga hanya indikator yang memiliki item valid digunakan untuk mengukur aspek-aspek perilaku prososial dan diujikan pada final tes. Adapun blue print skala perilaku prososial yang digunakan untuk final tes sebagai berikut.
73
Tabel. 3.6 Blue print field test skala prososial Aspek Donating
Helping
Empati
Kerjasama
Altruism
Total
Indikator
Favorable
Perilaku memberikan hadiah 12, 22 atau sumbangan terhadap orang lain, biasanya berupa amal Perilaku mengambil bagian 8, 18, 28 atau membantu urusan orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya 6, 16, Perilaku yang didasarkan pada perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain Setiap orang mampu dan 10, 20, 30 ingin bekerjasama dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama Mengambil bagian untuk 14, 24 menolong orang lain, biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya 15
Anfavorable
Jumlah
9, 19, 29 5 15 4 1, 21 4
13, 23 5 27 3
15
21
Pemberian skor pada penelitian menggunakan skala model likert yang dimodifikasi menjadi empat kemungkinan : Tabel. 3.4 Bobot skor skala Skala Favorable (+) Sangat sesuai (SS) 5 Sesuai (S) 4 Agak sesuai (AS) 3 Tidak sesuai (TS) 2 Sangat tidak sesuai 1 (STS)
74
Unfavorable (-) 1 2 3 4 5
3.4.3 Prosedur pengumpulan data Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: •
Peneliti menyusun instrumen penelitian tiap variabel
•
Membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat izin melakukan penelitian di kantor Satpol PP kota Tangerang
•
Sebelum peneliti menyebarkan skala yang digunakan untuk penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan try out pada 50 anggota Satpol PP kota Tangerang. Dari hasil try out didapat item valid dan tidak valid, item-item yang tidak valid yang dikoreksi akan dibuang oleh peneliti.
•
Hasil uji coba kemudian dianalisis untuk melihat validitas dan reliabilitas item. Lalu dilihat juga sejauh mana kuesioner ini dapat dipahami.
•
Setelah try out peneliti melakukan fild tes dan hasilnya dianalisis menggunakan analisis regresi berganda.
3.5
Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner (Budi, 2006).
75
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil perhitungan SPSS 13.00 dimana skor tiap item akan dikorelasikan dengan skor total.
3.5.2 Uji Reliabilitas Uji reabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasil uji reabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu intrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran benar dari sesuatu yang diukur (Budi, 2006). Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh Alpha. Menurut santoso dalam (Budi, 2006), apabila alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel.
76
3.5.3 Uji hipotesis Untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menntukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel bebas (IV) dan DV. Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan utuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (y) dengan lebih dari satu variabel bebas (x). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada dalam Bab 2. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda adalah:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+b 9X9
Dengan penjelasan sebagai berikut: Y
: Perilaku prososial
X7
: Mengelola emosi
a
: Konstan Intersepsi
X8
: Memotivasi diri
b
: Koefisien Regresi
X9
: Empati
X1
: Neuroticm
X10
: Ketrampilan sosial
X2
: Extrovertness
X11
: Usia
X3
: Openness to experience
X12
: Masa kerja
X4
: Agreeableeness
X5
: Councientiousness
X6
: Kesadaran
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling sesuai (memiliki error kecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis sebagai berikut:
77
1.
R2 (koefisien determinansi berganda) Dalam regresi berganda ini, dapat diperoleh nilai R yaitu koefisien korelasi
berganda antara kepribadian big five yang meliputi neuroticm, exstrovertion, openness to experience, agreeableness, conscientiousnes, kecerdasan emosi yang meliputi kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial, usia, masa bekerja, dengan perilaku prososial. R2 menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut:
Dimana SSreg merupakan jumlah kuadrat dari regresi dan y2 adalah jumlah kuadrat dari DV. Uji R² merupakan proporsi varian y yang mempengaruhi IV. 2.
Uji F Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka
digunakan uji F untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus :
Dimana k adalah jumlah independent variable dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independent yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. 3.
Uji t Uji t digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel
bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendiri-sendiri atau 78
parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas (X) benarbenar memberikan kontribusi terhadap variabel terikat (Y). Uji t akan dilakukan sebanyak 12 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang hendak diujikan. Uji t yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
t= Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar error dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. 3.6
Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
regresi berganda. Peneliti menggunakan teknik tersebut karena ingin mencari korelasi bersama-sama antara variable bebas (independent variable)
tipe
kepribadian big five dan kecerdasan emosi, dan variabel terikat (dependent variable) perilaku prososial Satpol PP. Dalam menganalisis peneliti menggunakan SPSS 13.00.
79
BAB 4 HASIL PENELITIAN Dalam bab empat ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. 4.1 Analisis Deskriptif Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir, masa kerja, etnis atau suku bangsa, aspek kepribadian big five, dan aspek kecerdasan emosi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 118 anggota Satuan Pamong Praja dari populasi sebanyak 259 anggota Satuan Pamong Praja kota Tangerang. 4.1.1 Responden Berdasarkan Usia Dalam
mengelompokkan
responden
berdasarkan
usia,
peneliti
membaginya berdasarkan jarak dari usia termuda sampai usia tertua. Adapun usia termuda yaitu 26 tahun, sedangkan usia tertua yaitu 45 tahun. Peneliti melakukan pengelompokan sebanyak 4 kelompok, dengan tujuan agar memudahkan untuk mengetahui berapa persentase yang memiliki usia muda dan memiliki usia dengan kategori tua. Di bawah ini table yang menggambarkan responden berdasarkan usia: Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia Usia Jumlah Persentase 26 - 30 tahun 39 33,1 % 31 - 35 tahun 43 36,4 % 36 - 40 tahun 26 22,0 % 41 - 45 tahun 10 8,5 % Total 118 100% 80
Berdasarkan tabel usia di atas terlihat bahwa dari 118 responden yang diteliti menurut usia 26 – 30 tahun sebanyak 39 orang (33,1%), responden penelitian terbanyak terdapat pada usia 31-35 tahun sebanyak 43 orang (36,4 %), 36-40 tahun sebanyak 26 orang (22,0 %), 41-45 tahun sebanyak 10 orang (8,5 %). Jadi, 36,4 % responden berusia antara 31-35 tahun. 4.1.2 Responden berdasarkan pendidikan terakhir Deskripsi latar belakang pendidikan responden penelitian pada Satpol PP kota Tangerang dikelompokkan menjadi 3 kelompok, dengan tujuan memudahkan mengetahui berapa persentase yang dimiliki oleh anggota Satpol PP. Gambaran pendidikan responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase SMA
111
94,1%
D3
2
1,7 %
S1
5
4,2 %
118
100%
Total
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 118 responden yang diteliti menurut tingkat pendidikannya terdiri dari 111 orang (94,1 %) responden lulusan SMA, dua orang (1,7%) responden lulusan D3, dan lima orang (4,2 %) responden lulusan S1. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berpendidikan SMA atau sederajat.
81
4.1.3. Responden Berdasarkan Masa Kerja Dalam mengelompokkan responden berdasarkan masa kerja, peneliti membaginya berdasarkan jarak dari masa kerja terpendek sampai masa kerja terlama. Adapun masa kerja terpendek yaitu 2 tahun, sedangkan masa kerja terlama yaitu 18 tahun. Peneliti melakukan pengelompokan sebanyak 3 kelompok, dengan tujuan agar memudahkan untuk mengetahui berapa persentase yang memiliki masa kerja terpendek dan memiliki masa kerja terlama. Di bawah ini table yang menggambarkan responden berdasarkan masa kerja: Table 4.3 Gambaran responden berdasarkan masa kerja Masa kerja Jumlah Persentase 2 – 6 tahun
35 orang
29.66 %
7 – 13 tahun
82 orang
69.49 %
14 – 18 tahun
1 orang
0.85 %
118
100 %
Total
Dari table di atas dapat dilihat bahwa 35 orang memiliki latar belakang masa kerja selama 2 s/d 6 tahun, 82 orang memiliki latar belakang masa kerja selama 7 s/d 13 tahun, dan 1 orang yang memiliki masa kerja 14 s/d 18 tahun. Jadi kebanyakan anggota Satpol PP memiliki masa kerja antara 7 s/d 13 tahun.
4.1.4 Responden Berdasarkan Etnis Gambaran responden penelitian berdasarkan etnis atau suku bangsa pada Satpol PP kota Tangerang dikelompokkan menjadi 3 kelompok, dengan tujuan agar memudahkan untuk mengetahui berapa persentase masing-masing etnis yang
82
dimiliki oleh anggota Satpol PP. Gambaran pendidikan responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Table 4.4 Gambaran responden berdasarkan etnis/suku bangsa Etnis/Suku Bangsa
Jumlah
Persentase
Betawi
81
68,64 %
Sunda
28
23,73 %
Lain-lain
9
7,63 %
118
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa anggota Satpol PP kota Tangerang lebih besar memiliki latar belakang etnis/suku bangsa dari Betawi dengan persentase sebesar 68,64 %, kemudian persentase terbesar kedua berasal dari etnis Sunda dengan persentase sebesar 23,73 %, selanjutnya yang lain-lain berasal dari etnis Jawa, Sumatra, dan Flores memiliki persentase sebesar 7,63 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa dominan anggota Satpol PP yang berada di kota Tangerang berasal dari etnis Betawi kemudian sunda memiliki peringkat kedua.
4.1.5 Tipe Kepribadian Big Five Peneliti membuat kategorisasi dari variabel tipe kepribadian berdasarkan tingkatannya.
Responden penelitian dibagi menjadi lima kelompok, yaitu
kelompok yang memiliki kepribadian tipe Neuroticm, Extravertion, Openness to experience, Agreeableanes, Concientiousness. Pengelompokan ini dibuat dengan tujuan memudahkan untuk mengetahui berapa skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasinya. 83
Table 4.5 Descriptive Statistics Variabel
Std.
N
Item
Minimum
Maximum
Mean
Neuroticm
118
5
6.00
23.00
15.6102
3.29214
Extrovertness
118
4
6.00
19.00
13.2712
2.55424
118
2
3.00
10.00
6.8983
1.65064
Agreeableness
118
6
14.00
27.00
21.0169
2.70480
Concientiousness
118
5
9.00
25.00
19.4492
2.95724
Openness to experience
Deviation
Tabel descriptive statistic di atas menunjukkan skor terendah, tertinggi, rata-rata dan standar deviasi masing-masing variabel dari kepribadian big five: a. Neuroticm dengan jumlah item 5 memiliki skor terendah 6, skor tertingginya 23, skor rata-ratanya 15.6102, dan skor standar deviasinya 3.29214. b. Extrovertness dengan jumlah item 4 memiliki skor terendah 6, skor tertingginya 19, skor rata-ratanya 13.2712, dan skor standar deviasinya 2.55424. c. Openness to experience dengan jumlah item 2 memiliki skor terendah 3, skor tertingginya 10, skor rata-ratanya 6.8983, dan skor standar deviasinya 1.65064. d. Agreeableness dengan jumlah item 6 memiliki skor terendah 14, skor tertingginya 27, skor rata-ratanya 21.0169, dan skor standar deviasinya 2.70480.
84
e. Councientiousness dengan jumlah item 5 memiliki skor terendah 9, skor tertingginya 25, skor rata-ratanya 19.4492, dan skor standar deviasinya 2.95724. Peneliti mengklasifikasikan responden kedalam 5 kelompok sesuai tipe kepribadian big five yang lebih dominan dimiliki oleh anggota Satpol PP. Pengklasifikasian ini dibuat guna memudahkan mengetahui berapa besar persentase masing-masing aspek tipe kepribadian big five. Table 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian Big Five Tipe kepribadian
Frekuensi
Persentase
Agreeableness
32
27,2 %
Extrovertness
30
25,4 %
Openness to experience
22
18,6 %
Neuroticm
22
18,6 %
Concientiousness
12
10,2 %
Total
118
100 %
Berdasarkan
tabel
di
atas
menyatakan
bahwa
tipe
kepribadian
Agreeableness memiliki jumlah terbanyak yaitu sebesar 32 responden (27,2 %), kemudian tipe kepribadian Extrovertness memiliki posisi kedua dengan jumlah sebesar 30 responden (25,4 %), selanjutnya Neuroticm dan Openness to Experience yang memiliki nilai sama yaitu 22 responden (18,6 %), dan tipe kepribadian Counsenciousness memiliki skor terendah dengan jumlah 12 responden (10,2 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan anggota Satpol PP dominan memiliki kepribadian Agreeableness. 85
4.1.6
Kecerdasan Emosi Peneliti membuat kategorisasi kecerdasan emosi pada anggota Satpol PP
kota Tangerang menggunakan kategorisasi jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tabel descriptive statistic di bawah ini untuk mengetahui berapa skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasinya sebagai berikut. Table 4.7 Descriptive Statistic Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi Variabel
Item
Kesadaran
118
1
1.00
5.00
3.3559
1.03383
Mengelola emosi
118
4
8.00
20.00
13.1610
3.09941
Memotivasi diri
118
1
0
5.00
3.5932
1.19284
Empati
118
1
0
5.00
2.5593
1.17337
118
5
5.00
25.00
19.3898
3.17854
Ketrampilan sosial
Minimum Maximum
Mean
Std.
N
Deviation
Tabel di atas menunjukkan variabel kesadaran pada kecerdasan emosi dengan jumlah item 1, memiliki skor minimum 1, maksimum 5, mean 3.3559, standar deviasi 1.03383. Variabel
mengelola emosi pada kecerdasan emosi
dengan jumlah item 4, memiliki skor minimum 8, maksimum 20, mean 13.1610, standar deviasi 3.09941. Variabel memotivasi diri pada kecerdasan emosi dengan jumlah item 1, memiliki skor minimum 0, maksimum 5, mean 3.5932, standar deviasi 1.19284. Variabel empati pada kecerdasan emosi dengan jumlah item 1, memiliki skor minimum 0, maksimum 5, mean 2.5593, standar deviasi 1.17337. Variabel ketrampilan sosial pada kecerdasan emosi dengan jumlah item 5, memiliki skor minimum 5, maksimum 24, mean 19.3898, standar deviasi 3.17854.
86
Tabel descriptive statistic di bawah ini untuk mengetahui berapa skor minimum, maksimum, mean, dan standar derviasinya pada kecerdasan emosi. Table 8.8 Descriptive Statistics Kecerdasan Emosi variabel Kecerdasan emosi
N
Minimum
118
Maximum
21.00
Mean
57.00
42.0593
Std. Deviation 6.00469
Peneliti membuat kategorisasi rendah, sedang dan tinggi terhadap Satpol PP, dengan menghitung nilai rentangan = max – min : 3 = 57-21 = 36:3 = 12. Sehingga didapat pembagian kategori kecerdasan emosi seperti yang dijelaskan pada table berikut ini: Table 4.9 Intrepretasi skor kecerdasan emosi Rentangan
Kategorisasi
Jumlah
Presentase
21-32
Rendah
19 orang
16,10 %
33-44
Sedang
81 orang
68,65 %
45-57
Tinggi
18 orang
15,25 %
118
100 %
Total
Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada skala kecerdasan emosi dengan skor 21 s/d 32 termasuk rendah, skor 33 s/d 44 termasuk kategori sedang, dan skor 45 s/d 57 termasuk kategori tinggi. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 118 responden terdapat 19 anggota Satpol PP yang memiliki tingkat kecerdasan emosi rendah dengan presentase 16,10 %, 81 anggota Satpol PP memiliki tingkat kecerdasan emosi yang sedang dengan presentase 68,65 %, dan
87
18 anggota Satpol PP yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dengan presentase 15,25 %.
4.1.7 Perilaku Prososial Peneliti menentukan perilaku prososial pada anggota Satpol PP kota Tangerang menggunakan kategorisasi jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tabel descriptive statistic di bawah ini untuk mengetahui berapa skor minimum, maksimum, mean, dan standar derviasinya.
Variabel
Table 4.10 Descriptive Statistics N Minimum Maximum
Perilaku prososial
118
46.00
Mean
Std. Deviation
94.00 77.2119
8.81612
Tabel di atas menunjukkan skor terendah perilaku prososial 46, skor tertinggi perilaku prososial 94, nilai rata-rata perilaku prososial 77.2119, dan standar deviasinya 8.81612. Peneliti membuat kategorisasi rendah, sedang dan tinggi terhadap perilaku prososial Satpol PP, dengan menghitung nilai rentangan = max – min : 3 = 94-46 = 48:3 = 16. Sehingga didapat pembagian kategori perilaku prososial seperti yang dijelaskan pada tabel berikut ini: Table 4.11 Kategori Perilaku Prososial Klasifikasi
Kategori
46 – 62 Rendah 63 – 78 Sedang 79 – 94 Tinggi TOTAL
88
F 21 84 13 118
% 17.8 % 71.2 % 11.0 % 100 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 118 anggota Satpol PP, terdapat 21 anggota Satpol PP yang memiliki tingkat perilaku prososial yang rendah, 84 anggota Satpol PP yang memililki tingkat perilku prososial yang sedang, dan 13 anggota Satpol PP yang memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat perilku prososial pada anggota Satpol PP sedang.
4.2
Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus regresi berganda yaitu untuk mencari pengaruh aspek tipe kepribadian big five dan aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial. Pada penelitian ini terdapat 12 variabel independen, 1 variabel dependen dan total 13 variabel. Peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknis analisi regresi multivariate penghitungannya dibantu oleh software SPSS 13. Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persentase (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV. Peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap perilaku prososial. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
89
Table 4.12 ANOVA(b) Model
Sum of Squares 6614.925 5084.981 11699.906
1
Df 12 105 117
Mean Square 551.244 48.428
Regression Residual Total a Predictors: (Constant), MASA JABATAN, AGREABLENES,
F Sig. 11.383 .000(a)
EXTRAVERSION, USIA, COUNSIUSNESS, EMPATI, MOTIVSI DIRI SENDIRI, KESADARAN, NEUROTICM, OPENNES, KETRAMPILAN SOSIAL, MENGELOLA EMOSI b Dependent Variable: PROSOSIAL
Pada tabel ANOVA di atas, nilai F = 11.383 > F tabel = 1.8455, dengan P = 0.000. Oleh karena P < 0.05, ini berarti aspek-aspek tipe kepribadian big five dan aspek-aspek kecerdasan emosi secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP atau Ha diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara aspek tipe kepribadian big five dan aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial Satpol PP ditolak. Jadi, varian-varian ini dapat memprediksi perilaku prososial anggota Satpol PP. Untuk mengetahui kontribusi berbagai variable independent pada perilaku prososial dapat dilihat dalam tabel 4.13 sebagai berikut: Table 4.13 R Sequare Model Summary Adjusted R Model 1
R .752(a)
R Square .565
Square
Std. Error of the Estimate
.516
6.95905
a Predictors: (Constant), MASA JABATAN, AGREABLENES, EXTRAVERSION, USIA, COUNSIUSNESS, EMPATI, MOTIVSI DIRI SENDIRI, KESADARAN, NEUROTICM, OPENNES, KETRAMPILAN SOSIAL, MENGELOLA EMOSI
90
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa perolehan R sequare sebesar 0.565 atau 56, 5 %. Artinya proporsi varians dari perilaku prososial yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 56.5 %, sedangkan 43.5 % sisanya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. Kemudian peneliti melihat koefisien regresi masing-masing variabel dari output SPSS 13, sebagai berikut ini: Table 4.14 Koefisien Regresi Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t
1
(Constant) NEUROTICM EXTRAVERTION OPENNESS TO EXPERIENCE AGREEABLENES COUNCIENTIOUS NESS KESADARAN MENGELOLA EMOSI MEMOTIVASI DIRI EMPATI KETRAMPILAN SOSIAL USIA MASA KERJA
Sig.
B -22.952
Std. Error 11.416
Beta -2.011
.047
-.064
.081
-.064
-.788
.433
.136
.081
.136
1.671
.098
.369
.197
.157
1.870
.064
.084
.072
.084
1.168
.246
.446
.109
.364
4.070
.000
-.039
.085
-.039
-.460
.647
.227
.107
.201
2.108
.037
-.194
.091
-.194
-2.142
.034
.040
. 082
.040
.491
.625
.409
.108
.335
3.801
.000
.072
.149
.034
.482
.631
-.011
.242
-.003
-.044
.965
a Dependent Variable: PROSOSIAL Dari fungsi persamaan diatas, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6), jika sig < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap perilaku prososial dan sebaliknya.
91
Dengan demikian dapat diketahui regresi dari masing-masing variabel sebagai berikut. •
Variabel neuroticm memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.064, dengan signifikan
0.433.
Berarti
bahwa
variabel
neuroticm
secara
negatif
mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya semakin besar neurotic maka semakin rendah perilaku prososialnya. •
Variabel extrovertness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.136, dengan signifikan 0.098. Berarti bahwa variabel extrovertness secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya semakin rendahnya extrovertness maka semakin rendah perilaku prososialnya.
•
Variabel openness to experience memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.369, dengan signifikan 0.064. Berarti bahwa variabel openness to experience secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya semakin rendahnya openness to experience maka semakin rendah perilaku prososialnya.
•
Variabel agreeableness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.084, dengan signifikan 0.246. Berarti bahwa variabel agreeableness secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya semakin rendahnya agreeableness maka semakin rendah perilaku prososialnya.
92
•
Variabel Councientiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.446, dengan signifikan 0.000. Berarti bahwa variabel Councientoiusness secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP dan signifikan, sehingga Ho ditolak. Artinya semakin tinggi Councientiusness maka semakin tinggi perilaku prososialnya.
•
Variabel kesadaran memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.039, dengan signifikan
0.647.
Berarti
bahwa
variabel
kesadaran
secara
negatif
mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya semakin rendahnya kesadaran maka semakin rendah perilaku prososialnya. •
Variabel mengelola emosi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.227, dengan signifikan 0.037. Berarti bahwa variabel self control secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP dan signifikan, sehingga Ho ditolak. Artinya semakin tinggi self control maka semakin tinggi perilaku prososialnya.
•
Variabel memotivasi diri memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.194, dengan signifikan 0.034. Berarti bahwa variabel memotivasi diri secara negative mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi signifikan, sehingga Ho ditolak. Artinya semakin tinggi memotivasi diri maka semakin tinggi perilaku prososialnya.
•
Variabel empati memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.040, dengan signifikan 0.625. Berarti bahwa variabel empati secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho
93
diterima. Artinya semakin tinggi empati maka semakin tinggi perilaku prososialnya. •
Variabel ketrampilan sosial memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.409, dengan signifikan 0.000. Berarti bahwa variabel ketrampilan sosial secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP dan signifikan, sehingga Ho ditolak. Artinya semakin tinggi ketrampilan sosial diri maka semakin tinggi perilaku prososialnya.
•
Variabel usia memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.072, dengan signifikan 0.631. Berarti bahwa variabel usia secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP.
•
Variabel masa kerja memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.011, dengan signifikan 0.965. Berarti bahwa variabel masa kerja secara negatif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan, sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada pegaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap perilaku prososial Satpol PP. Berdasarkan nilai B constant dan B variable independent, dapat dibuat
persamaan regresi sebagai berikut:
Ŷ = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 Perilaku Prososial= -22.952 - 0.064 Neuroticm + 0.136 Extrovertness + 0.369 Openness to experience + 0.084 Agreeableness + 0.446*Councientiousness 0.039 Kesadaran + 0.227*Mengelola emosi - 0.194*Memotivasi diri + 0.040 Empati + 0.409*Ketrampilan sosial + 0.072 Usia - 0.011 Masa kerja 94
Koefisien regresi yang signifikan dari tabel di atas adalah kepribadian councientiusnees (0.000), ketrampilan sosial dalam kecerdasan emosi (0.000), mengelola emosi dalam kecerdasan emosi (0.037), dan memotivasi diri dalam kecerdasan emosi (0.034). Dari analisis koefisien tersebut, jika dilakukan intervensi dalam peningkatan perilaku prososial, maka variabel yang didahulukan adalah councientiousness, ketrampilan social, mengelola emosi, dan memotivasi diri.
4.2.2 Pengujian Proporsi Varians Untuk Masing-Masing Independent Variabel Pada pengujian proporsi varians bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya penambahan propsorsi varian tiap IV (independent variable), yang mana IV (independent variable) tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada table kolom pertama adalah IV (independent variable) yang dianalisis secara satu persatu, kolom kedua merupakan total penambahan varians DV (dependent variable) dari tiap IV (independent variable) yang dianalisis satu persatu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV (dependent variable) dari tiap IV (independent variable) yang dimasukkan secara satu persatu, kolom keempat adalah harga F hitung bagi IV (independent variable) yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi IV (independent variable) yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai/harga IV (independent variable) table f dengan df dan taraf level signifikan 5% yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang
95
akan dibandingkan dengan harga pada kolom F hitung. Apabila harga f hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Jika signifikan artinya setiap terdapat penambahan proporsi varians dari IV (independent variable) yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada perilaku prososial dapat dilihat pada table berikut: Table 4.15 Penghitungan Proporsi Varians Perilaku Prososial IV
R2
X1 X1.2 X1.2.3 X1.2.3.4 X1.2.3.4.5 X1.2.3.4.5.6 X1.2.3.4.5.6.7 X1.2.3.4.5.6.7.8 X1.2.3.4.5.6.7.8.9 X1.2.3.4.5.6.7.8.9.10 X1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11 X1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12 Total
0.077 0.121 0.250 0.256 0.480 0.480 0.497 0.500 0.500 0.564 0.565 0.565
R2 CHANGE 0.077 0.044 0.129 0.006 0.224 0.000 0.017 0.003 0.000 0.064 0.001 0.000 0.565
F HITUNG 9.687 5.788 19.616 0.841 48.342 0.011 3.707 0.647 0.028 7.892 5.302 3.939
DF 116 115 114 113 112 111 110 109 108 107 106 105
F TABEL 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89 3.89
SINIFIKAN Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Keterangan: X1
= Neuroticm
X7
= Menagelola emosi
X2
= Extrovertness
X8
= Memotivasi diri
X3
= Openness to experience
X9
= Empati
X4
= Agreeableness
X10
= Ketrampilan sosial
X5
= Councientiousness
X11
= Usia
X6
= Kesadaran (Self Awareness)
X12
= Masa kerja
96
Dari table di atas dapat diringkas sebagai berikut: •
Variabel neuroticm memberikan sumbangan sebesar 7.7 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 9.687 dan df = 116.
•
Variabel extrovertness memberikan sumbangan sebesar 4.4 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 5.788 dan df = 115.
•
Variabel openness to experiance memberikan sumbangan sebesar 12.9 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 19.616 dan df = 114.
•
Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 6 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 0.841 dan df = 113.
•
Variabel councientiusness memberikan sumbangan sebesar 22.4 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 48.342 dan df = 112.
•
Variabel kesadaran memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 0.011 dan df = 111.
•
Variabel mengelola emosi memberikan sumbangan sebesar 1.7 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 3.707 dan df = 110.
97
•
Variabel memotivasi diri memberikan sumbangan sebesar 3 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 0.647 dan df = 109.
•
Variabel empati memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 0.028 dan df = 108.
•
Variabel ketrampilan sosial memberikan sumbangan sebesar 6.4 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic dengan F hitung = 7.892dan df = 107.
•
Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 1 % dalam varians perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 5.302 dan df = 106.
•
Variabel masa kerja tidak memberikan sumbangan varians sama sekali, sebesar 0 % dalam varians perilaku prososial. Oleh karena itu tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 3.939 dan df = 105.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat independent variabe yang tidak signifikan sumbanganya terhadap perilaku prososial, yaitu agreeableness, kesadaran, memotivasi diri, dan empati. Sedangkan sisanya ada delapan independent variabel yang signifikan sumbangannya terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP kota Tangerang.
98
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya. 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan tipe kepribadian big five (neuroticm,
extrovertness,
openness
to
experience,
agreeableness,
councientiousness) dan kecerdasan emosi (kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial) terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP kota Tangerang. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari aspek kepribadian big five dan aspek kecerdasan emosi pada anggota Satpol PP ditolak. Penelitian ini juga menyebutkan ada pengaruh yang signifikan antara aspek-aspek tipe kepribadian big five dan aspekaspek kecerdasan emosi secara bersama-sama terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP. Atau dapat dikatakan, tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosi secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku prososial Satpol PP. Selanjutnya, variabel dari kepribadian big five yang berpengaruh terhadap perilaku prososial adalah variabel councientiousness dengan nilai koefisien regresi 0.446 dan memberikan sumbangan 22.4 %. Sedangkan dari variabel kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap perilaku prososial adalah variabel mengelola
99
emosi dengan nilai koefisien regresi 0.227 dan memberikan sumbangan 1.7 %. Variabel memotivasi diri dengan nilai koefisien regresi -0.194 dan memberikan sumbangan 3 %. Variabel ketrampilan social dengan nilai koefisien regresi 0.409 dan memberikan sumbangan 6.4 %. Oleh sebab itu, hanya empat hipotesis yang ditolak yaitu yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh counsenciousness terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Tidak ada pengaruh mengelola emosi terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Tidak ada pengaruh memotivasi diri terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Tidak ada pengaruh ketrampilan sosial terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Sedangkan, bagi delapan variabel lainnya walaupun memberikan pengaruh, namun pengaruh tersebut tidak signifikan.
5.2. Diskusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh antara tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP ditolak. Artinya ada pengaruh antara kepribadian big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial. Semua IV(independent variable) memiliki proporsi varian terhadap perilaku prososial sebesar 56.5%, sedangkan 43.5 % sisanya dipengaruhi oleh variabel dari luar penelitian ini. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmani (2009) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kepribadian big five terhadap perilaku prososial perawat. Menurut hasil penelitiannya kecenderungan perilaku seseorang dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian dan kondisi sosial.
100
Hal ini seperti teori Luthfi, dkk (2009) menyatakan bahwa perilaku menolong tidak hanya tergantung pada situasi dan kondisi kejadian, tetapi juga dipengaruhi oleh latar belakang kepribadian penolong. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel neuroticm secara negatif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan dan sumbanagan variannya sebesar 7.7 %. Artinya semakin besar neuroticm maka semakin rendah perilaku prososialnya anggota Satpol PP. Neuroticm memiliki karakteristic mudah cemas, marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Seseorang yang memiliki karakteristik neuroticm akan merasa khawatir takut dibohongi oleh orang yang meminta pertolongan, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang mendadak, dan kepribadian ini tidak mampu mengontrol diri jika mempunyai keinginan. Hal ini seperti teori Timothy ( dalam Ghufron, 2010) menyatakan bahwa tipe kepribadian neuroticm ini bersifat kontradiktif dari hal yang menyangkut kestabilan emosi dan identik dengan segala bentuk emosi yang negative, seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup. Terdapat juga studi lapangan oleh Darley dan Batson (dalam Baron, 2005) menyatakan bahwa ketika seseorang dipenuhi oleh kekhawatiran-kekhawatiran pribadi, tingkah laku prososial cenderung tidak terjadi. Bakker, dkk (2006) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara big five personality dan burnout bahwa hasil penelitiannya menunjukkan neurotisisme yang merupakan satu-satunya predictor perasaan kelelahan. Selain itu Buhler & Land (dalam Bakker, 2006) menemukan bahwa individu yang lebih tinggi pada neurotisisme mengalami lebih tinggi tingkat
101
kelelehan emosional dan depersonalisasi. J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan neurotisisme memiliki kecenderungan untuk mengalami emosi negatif seperti marah, cemas, depresi atau ketidakstabilan emosional. Mereka yang mendapat skor tinggi di neurotisisme secara emosional reaktif rentan terhadap stres. Mereka lebih cenderung menafsirkan situasi biasa sebagai ancaman, dan frustrasi kecil sebagai rasa putus asa. Reaksi emosional negatif mereka cenderung bertahan selama periode waktu yang sangat panjang, yang berarti mereka sering berada dalam suasana hati yang buruk. Kemudian berkaitan dengan variabel yang pertama yaitu variabel extrovertness memberikan sumbangan sebesar 4.4 % dan secara positif mempengaruhi perilaku prososial tetapi tidak signifikan. Artinya tidak ada pengaruh antara variable extrovertsness terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP. hal ini dikarenakan pribadi yang extrovertness cenderung hangat, ramah, dan slalu menunjukkan keakraban tapi disisi lain anggota Satpol PP harus tegas dalam melaksanakan tugas. Misalkan, ketika sedang melakukan razia terhadap pedagang kaki lima yang berdagang sembarang di daerah yang sudah dilarang, maka kepribadian extrovertness akan cenderung terlihat tegas. Gufron (2010) menyatakan individu dengan tipe kepribadian extrovert cenderung tegas dalam mengambil keputusan serta tidak segan-segan menempatkan dirinya dalam posisi kepemimpinan. Costa & McCrae (dalam Bakker, 2006) menyatakan bahwa ekstraversion berhubungan dengan kecenderungan untuk menjadi optimis. Kemudian untuk variable openness to experience, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable openness to experience terhadap perilaku prososial.
102
akan tetapi, variable openness to experience memberikan sumbangan sebesar 12.9 % dan secara positif mempengaruhi perilaku prososial angota Satpol PP. orang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini cenderung kreatif dan menghargai minat seperti estetika dan intelektual. Variabel yang memiliki sumbangan terbesar terhadap perilaku prososial adalah councientiousness sebesar 22.4%, bahkan koefisien regresinya secara positif
signifikan
terhadap
perilaku
prososial.
Artinya
semakin
besar
councientiousness maka akan semakin meningkat perilaku prososialnya. J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa kepribadian ini menggambarkan orangorang yang memerintah, mengendalikan, mengorganisir, ambisius, fokus pada prestasi, dan disiplin diri. Secara umum, orang-orang yang mendapat skor tinggi pada variabel ini merupakan orang yang pekerja keras, teliti, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, orang yang skor rendah pada variabel ini cenderung tidak teratur, lalai, malas, dan cenderung menyerah. Gufron (2010) menyebutkan bahwa tipe kepribadian councientiousness lebih kerap diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. Dalam penelitian ini trait agreeableness lebih banyak mendominasi pada anggota Satpol PP dengan frekuensi sebesar 32 anggota atau 27,2 %, sedangkan koefisien regresinya 0.084 artinya memiliki pengaruh positif terhadap perilaku prososial pada Satpol PP. Hal ini berarti jika aspek agreeableness tinggi maka akan meningkat perilaku prososialnya. Seperti pada teori yang mengatakan bahwa orang dengan skor agreeableness tinggi cenderung altruistic dan suka terlibat dalam kegiatan social (Graziano dkk, 2002). Hasil penelitian tersebut seperti pada teori yang dikemukakan oleh Timothy dalam
103
Ghufron,
(2010),
bahwa
tipe
kepribadian
agreeableness
ini
mengidentifikasikannya dengan perilaku prososial yang mana termasuk didalamnya adalah perilaku yang selalu berorientasi pada altruism, rendah hati, dan kesabaran. Hasil dari penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP. Kecerdasan emosi sangat penting untuk membantu para anggota Satpol PP dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan kualitas kerja, disamping itu untuk memperbaiki kodisi psikologis dan emosional para anggota Satpol PP. Seperti studi terdahulu yang dilakukan oleh Sigdal Barsade (dalam Mubayidh, 2006) menyimpulkan bahwa perasaan dan emosi yang baik akan melahirkan solidaritas dan kerjasama antar anggota. Selain itu studi yang serupa juga menyimpulkan, bahwa perwira Angkatan Laut yang paling berpengaruh dan berhasil di Amerika adalah perwira yang emosinya hangat, suka mengungkapkan emosi dan perasaan dengan tepat, dan mampu berinteraksi secara sosial (Mubayidh, 2006). Dalam penelitian ini menunjukan bahwa
variabel kesadaran pada
kecerdasan emosi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Variable ini memiliki sumbangan sebesaar 0 %, koefisien regresinya -0.039 dan tidak signifikan. Hal ini berkaitan dengan social identitas bahwa anggota Satpol PP menyadari akan identitas dirinya dalam kelompoknya sendiri dan dalam masyarakat. Menyadari akan tugasnya yang salah satunya merazia gelandangan dan pengemis, menertibkan PKL(pedagang kaki lima) liar, dan lain-lain, maka akan mempengaruhi kesadarannya untuk berbuat prososial.
104
Worchei dan Morales (dalam Luthfi dkk, 2009) memberikan pengertiannya mengenai identitas diri mengacu kepada kesadaran akan perbedaan diri seseorang dengan orang lain, sedangkan identitas social lebih mengacu pada persamaan diri dengan lingkungan sekitar. Zabusky dan Barley menyatakan bahwa sebuah identitas social hanya dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, apabila seorang individu mengekspresikan kesadarannya terhadap persamaan yang dimiliki dengan anggota kelompok lainnya. Kedua, apabila individu menyadari akan perbedaannya terhadap anggota diluar kelompok. Dan ketiga, apabila setiap anggota kelompok menyadari atau mengenali individu tersebut sebagai bagian dari kelompok mereka (Abdelal dkk dalam Luthfi dkk, 2009). Variabel yang lain adalah mengelola emosi yang memberikan sumbangan sebesar 1.7 % dalam varians perilaku prososial dan koefisien regresi sebesar 0.227. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara mengelola emosi terhadap perilaku prososial. Hal ini seperti teori dari Gufron (2010) menyatakan control diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Synder dan Gangestad, (dalam Gufron, 2010) mengatakan bahwa konsep mengenai mengelola emosi secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam sikap dan berpendirian yang efektif. Selain mengelola emosi terdapat juga variable memotivasi diri dalam kecerdasan emosi yang memberikan sumbangan sebesar 3 % dan nilai koefisien regresi sebesar -0.194, berarti variabel memotivasi diri secara negative mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi
105
signifikan. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruism yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (Rushton dalam Sears dkk, 1994).
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
perilaku
prososial
tidak
terlalu
memperdulikan motif-motif pelaku. Sebagaimana pendapat Sears, dkk (1994) menyatakan perilaku prososial mencakup kategorisasi yang lebih luas: meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain,tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Selanjutnya variabel empati yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial dan memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varians perilaku prososial anggota Satpol PP. Nilai koefisien regresinya sebesar 0.040, berarti variabel empati secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP tetapi tidak signifikan. Artinya semakin tinggi empati maka semakin tinggi perilaku prososialnya. Penelitian Hotman (dalam Sears, 1994). terdahulu menyatakan bahwa empati meningkatkan perilaku prososial. Terdapat teori juga yang menyatakan bahwa banyak perbedaan pada minat seseorang untuk menolong bersumber pada motif altruistic yang berdasarkan pada empati (Clary & Orenstein dalam Baron, 2005). Kesediaan yang besar untuk menolong saudarasaudara seiman tidak lain didasari oleh perasaan empatik, rasa senasib dan rasa sepenanggungan (Nashori, 2008). Ketika seseorang melihat penderitaan orang lain, maka muncul perasaan empati yang mendorong dirinya untuk menolong (Sarwono, 2009).
106
Kemudian variabel ketrampilan social memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.409, berarti bahwa variabel ketrampilan sosial secara positif mempengaruhi perilaku prososial pada Satpol PP dan signifikan. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara ketrampilan social terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP. Artinya semakin tinggi ketrampilan sosial maka semakin tinggi perilaku prososialnya. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain, termasuk berperilaku prososial. Weisinger (2006) menyatakan bahwa berelasi baik dengan orang lain berarti berhubungan dengan mereka untuk saling bertukar informasi secara bermakna dan pantas. Selanjutnya dari hasil penelitian variabel usia tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Artinya usia tidak berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk melakukan perilaku prososial. Anal kecil, remaja, orang dewasa, dan orang tua pun kadang berperilaku prososial, jadi tidak memandang usia untuk dapat berperilaku prososial. Variabel masa kerja juga secara negative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Artinya masa kerja tidak mempengaruhi perilaku prososial pada anggota Satpol PP. Pada akhirnya dalam penelitian ini variabel kecerdasan emosi yang kuat mempengaruhi perilaku prososial anggota Satpol PP. Hal ini bisa dipahami bila memperhatikan situasi dan waktu pengambilan data yang tidak terlepas dari kondisi negative dan positif. Kondisi negative yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti adalah ketika proses penyebaran kuesioner melalui danton masing-masing
107
regu pada anggota Satpol PP dan proses pengisian di sela-sela tugas ketika dilapangan. Sehingga tidak secara langsung peneliti menyaksikan proses pengisian yang mereka lakukan. Hal ini kemungkinan salah satu sebab yang mempengaruhi hasil.
5.3. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penulis menyadari bahwa secara keseluruhan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan keterbatasan tersebut, penulis mencoba berbagi pengalaman dan memberikan saran sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian yang terkait yaitu saran teoritis dan saran praktis. Sebagai berikut: 5.3.1 Saran Teoritis •
Untuk
penelitian
selanjutnya
yang
serupa,
disarankan
agar
lebih
memperhatikan item-item pernyataan pada skala, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya pernyataan agar dapat lebih mengukur apa yang ingin diukur. •
Variasi dari 12 independen variabel yang ada memberikan kontribusi sebesar 56.5 %. Sisanya sebanyak 43.5 % kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lainnya. Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti/menganalisa variabel-variabel lain yang mempengaruhi perilaku prososial seperti faktor gaji, beban tugas, tanggung jawab tugas, image diri, tekanan komandan, status pernikahan, lingkungan, desakan waktu, dan lainlain.
108
•
Berperilaku prososial tidak hanya oleh anggota Satpol PP, tapi juga hampir semua kalangan. Oleh sebab itu, ada baiknya penelitian perilaku prososial dilakukan tidak hanya pada anggota Satpol PP kota Tangerang, oleh sebab itu, sebaiknya dalam penelitian selanjutnya jumlah sampel diperbanyak dengan melibatkan wilayah lain, sehingga responden penelitian ini dapat mewakili tujuan yang ingin dicapai.
•
Peneliti tidak melakukan pengujian tentang perbedaan antara perilaku prososial anggota Satpol PP pada kota Tangerang dengan perilaku prososial anggota Satpol PP wilayah lain, hingga peneliti tidak membahas perbedaan tersebut. Ada baiknya, bagi peneliti selanjutnya untuk melihat perbedaan tersebut mengingat perilaku prososial penting dalam kehidupan sosial.
5.3.2 Saran Praktis •
Kepada institusi pemerintah, diharapkan dapat mengerti dan lebih memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh Satpol PP. Dalam rangka meningkatkan kualitas anggota adalah hal yang mutlak diperlukan, misalnya dengan penambahan sarana dan prasarana, atau dengan memberikan pelayanan konsultasi fisik dan psikologis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan
positif
terhadap
anggota
councientiousness,
bagi intansi pemerintahan yang melakukan pendekatan Satpol
PP.
Dengan
meningkatkan
meningkatkan
mengelola
emosi,
kepribadian meningkatkan
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan meningkatkan ketrampilan sosial dalam diri anggota Satpol PP melalui pelatihan-pelatihan pengembangan hal
109
tersebut. Proses pelatihan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat atur oleh masing-masing intansi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan anggota Satpol PP kota tangerang kebanyakan lulusan SMA, untuk meningkatkan kualitas Satpol PP alangkah baiknya bila rekuitmen anggota untuk selanjutnya lebih diutamakan minimal berlatar belakang pendidikan S1. •
Bagi anggota Satpol PP, hendaknya untuk lebih meningkatkan nilai-nilai sosial khususnya perilaku prososial pada kehidupan sehari-hari dalam tempat bekerja maupun dalam lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini dapat mengubah image negatif Satpol PP yang cenderung arogan dan tidak punya belas kasihan ketika menjalankan tugas dilapangan.
110
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ginanjar Ary. (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ. Jakarta: Arga. Bakker. B Arnold, dkk. (2006). The relationship between the big five personality factors and burnout: A study among volunteer counselors. The Journal Of Social Psychology, 146 (1), 31-50 Baron & Byrne. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga. Beaumont & Stout. (2003). Five factor constellations and popular personality types. Psychology 106. Bierhoff. (2002). Prosocial behavior. New York: Psychology Press. Bordens & Horowitz. (2008). Social psychology third edition. United States of America: Freeload Press. Brown, Carol. (2006). Social psychology. India: SAGE Publications Ltd. Budi, Prawira Triton. (2006). SSPS 13.0 Terapan riset statistik parametrik. Yogyakarta: Andi Offset. Caprara & Cervone. (2000). Determinants dynamics, and potentials. New York: Cambridge University Press. Dahriani, Adria. (2007). Perilaku prososial terhadap pengguna jalan (studi fenomenologis pada polisi lalu lintas). Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Dwi, Agnes. (2010). Sejumlah elemen mendesak pembubaran Satpol PP. diunduh tanggal 28 Juli 2010 dari http://www.cathnewsindonesia.com Feist, Jess & Feist J. Gregory. (2009). Theories of personality. New York: McGraw-Hill. Franzoi, L. Stephen. (2006). Social psychology. New York: McGraw-Hill Companies, inc. Ghufron, Nur M & Risnawati. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Golberg, L. R. (1992). The development of makers for the big-five factor structure. Psychological Assessment, 4, 26-42.
111
Goleman, Daniel. (2003). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jannah, Miftakhul. (2008). Hubungan antara kecerdasan ruhani dan tipe kepribadian ekstrovert terhadap perilaku prososial pada santri. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kenrick. (2003). Social psychology PDF. Diunduh tanggal 21 Maret 2010 dari
http://www.abacon.com Luthfi, Ikhwan dkk. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Martin, Dio Anthony. Emotional Quality Management, refleksi, revisi dan revitalisasi hidup melalui kekuatan emosi. Ary Ginanjar Agustian (terj). 2003. Jakarta: Arga. Marzuki. (1989). Metodologi reset. Yogyakarta: PT Hanindita. Mastuti, Endah. (2005). Analisis faktor alat ukur kepribadian big five (adaptasi dari IPIP) pada mahasiswa suku jawa. Insan, 7 (3), 264. Miscel, Walter. (2003). Introduction to personality. New York: Lehigh Press. Mubayidh, DR, Makmun. Ad-Dzaka’Al-Athifi Wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah, Kecerdasan dan kesehatan emosional anak referensi penting bagi para pendidik dan orang tua. Muhammad Muchson Anasy (terj). 2006. Jakarta: Pustaka Kautsar. Nashori, Fuad. (2008). Psikologi sosial islami. Bandung: PT Refika Aditama. Nazir, Moh. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pambuda, D. (2010). Satpol PP musuh rakyat. Diunduh tanggal 28 Juli 2010 dari http://www.rakyatmerdeka.co.id Pervin, A Lawrence dkk . (2005). Personality theory and research. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. Rahmani (2009). Tipe kepribadian lima faktor dengan perilaku prososial perawat. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri. Rahmat, Y. (2010). 23 LSM desak bubarkan Satpol PP. Diunduh tanggal 28 Juli 2010 dari http://www.primaironline.com
112
Sarwono, W Sarlito & Meinarno. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Sears, O David dkk. Social Psychology Fifth Edition. Psikologi sosial. Michael Adryanto (terj). 1994. Jakarta: Erlangga. Sevilla, G. Consuelo, dkk. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia. Smith,
Jane. (2003). Big five personality Myskillsprofile.com around the globe.
factor
questionnaire.
Weisinger, Hendrie. Emotional intelligence at work, Pemandu pikiran dan perilaku anda untuk meraih kesuksesan. Roro Ratih Ambarwati (terj). 2006. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Widhiarso, Wahyu. (2004). Evaluasi faktor dalam big five: Pendekatan analisis faktor konfirmatori. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Widodo, dkk. (2005). Hubungan intensi prososial dengan kepuasan kerja pustakawan Universitas Gajah Mada. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, II (2) 18-24. Wijaya, andi. (2010). Gerakan sejuta facebooker bubarkan Satpol PP. Diunduh tanggal 28 Juli 2010 dari http://www.facebook.com Wrightsman S. Lawrence. (1977). Social psychology. California: Wadsworth Publishing Company, Inc. Yadisetia. (2010). Bentrok berujung kerugian Rp. 22 miliar. Diunduh tanggal 28 Juli 2010 dari http://webcache.googleusercontent.com Yen, Ie, dkk. (2003). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja distributor multi level marketing. Indonesian Psychological Journal, 18 (2), 187-194. Zanden, Vander James W. (1993). Human Development Fifth Edition. United Stated Of America: McGraw-Hill, Inc.
113
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kami mahasiswa semester IX Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian untuk skripsi guna persyaratan kelulusan Strata satu. Kami membutuhkan bapak-bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi skala pernyataan terlampir. Bagi bapak-bapak yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi lembar pernyataan kesediaan. Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta. Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau salah. Hasil penelitian akan sangat tergantung pada kejujuran jawaban yang bapak-bapak berikan. Sebagai peneliti, merupakan bagian dari etika penelitian bahwa kami berkewajiban menjaga kerahasiaan data anda dan hanya menggunakannya untuk kepentingan penelitian. Terima kasih atas kesediaan bapak-bapak meluangkan waktu demi membantu terwujudnya proses penelitian ini. Semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya, serta bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Ciputat, 16 Februari 2011 Peneliti,
114
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPAN Saya yang bertandatangan dibawah ini, Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Suku bangsa/etnis : Jabatan : Lama masa jabatan : Menyatakan secara sukarela menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa semester IX Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat pelaksanaan, saya akan diminta untuk melengkapi kuesioner dan sebuah data identitas pribadi. Data saya dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Saya mungkin dapat merasa tidak nyaman saat berhadapan dengan pernyataanpernyataan yang muncul dalam kuesioner, dan karenanya berhak untuk mengundurkan diri. ………………,tanggal ………….2011 Tertanda,
________________ PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (x) pada salah satu dari lima nomor kotak yang tersedia di bagian kanan dari masingmasing pernyataan. Jika jawaban Anda Sangat Sesuai, silanglah kotak SS Jika jawaban Anda Sesuai, silanglah kotak S Jika jawaban Anda Agak Sesuai, silanglah kotak AS Jika jawaban Anda Tidak Sesuai, silanglah kotak TS Jika jawaban Anda Sangat Tidak Sesuai, silanglah kotak STS
115
CONTOH: Jika jawaban anda Agak Sesuai NO 1
ITEM Saya hobi nonton TV
SS
S
AS X
TS
STS
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan. Seluruh jawaban adalah benar selama itu menggambarkan diri anda. A. Skala kepribadian big five No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
PERNYATAAN Saya mampu menghidupkan suasana Saya merasa sedikit peduli terhadap orang lain Saya merasa siap dalam menjalankan tugas Saya mudah stres Saya memiliki banyak kosakata Saya tidak banyak bicara Saya tertarik pada orang lain Saya meletakkan barang dimana saja Saya tetap tenang dalam situasi apapun Saya kesulitan untuk memahami ide-ide abstrak Saya merasa nyaman di sekitar orang lain Saya merendahkan orang lain Saya mengerjakan tugas dengan teliti Saya mudah khawatir tentang suatu hal Saya memiliki imajinasi yang kuat Saya menjaga latar belakang keluarga Saya simpati dengan perasaan orang lain Saya membuat kekacauan Saya tidak mudah merasa sedih Saya tidak tertarik pada ide-ide abstrak Saya senang memulai pembicaraan Saya tidak tertarik pada masalah orang lain Saya melakukan tugas dengan cepat Saya mudah merasa gelisah Saya memiliki ide yang cemerlang Saya lebih suka diam Saya memiliki hati yang lembut Saya mudah lupa untuk meletakkan barang kembali di tempatnya Saya mudah marah Saya tidak memiliki imajinasi yang baik Saya berbicara dengan banyak orang yang berbeda di 116
SS
S
AS
TS
STS
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
keramaian Saya tidak tertarik pada orang lain Saya suka memerintah Suasana hati saya mudah berubah Saya cepat memahami sesuatu Saya tidak suka menarik perhatian Saya meluangkan waktu untuk orang lain Saya mengabaikan tugas Saya mudah mengalami perubahan mood Saya menggunakan kalimat yang sukar Saya tidak keberatan menjadi pusat perhatian Saya merasakan emosi orang lain Saya mengikuti jadwal tugas Saya mudah tersinggung Saya meluangkan waktu untuk merefleksikan diri Saya merasa tenang berada disekitar orang lain Saya membuat orang lain merasa nyaman Saya menghabiskan banyak tenaga dalam bekerja Saya mudah merasa sedih Saya memiliki banyak ide
B. Skala kecerdasan emosi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
PERNYATAAN Saya mampu mengendalikan emosi Saya tidak dapat memecahkan masalah dengan baik Saya termasuk orang yang mudah bergaul Saya mudah terpancing emosi Saya memahami emosi diri sendiri Saya mudah mengekspresikan emosi, ketika melihat orang lain menderita Saya yakin dapat menguasi situasi yang sulit Sulit bagi saya untuk memahami penyebab perasaan yang timbul Saya memahami perasaan orang yang sedang menghadapi masalah Banyak orang yang tidak menyukai saya Saya adalah orang yang sabar Saya merasa stress jika gagal dalam menyelesaikan tugas Saya mampu berkomunikasi dengan baik Menunggu merupakan hal yang membosankan Saya mampu memahami penyebab perasaan yang timbul Saya termasuk orang yang cuek Saya dapat memotivsi diri saya sendiri 117
SS
S
AS TS
STS
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Saya tidak sadar atas apa yang telah saya lakukan Saya menghargai pendapat orang lain Saya sering mengalami konflik dengan rekan kerja saya Saya mampu menenangkan diri ketika cemas Saya memiliki semangat hidup yang biasa saja Mudah bagi saya untuk menyesuaikan diri Saya mudah marah Saya sadar ketika saya marah Saya memberikan pertolongan pada orang lain tergantung mood Saya tidak mudah terpuruk jika gagal menyelesaikan tugas Saya merasa bingung dengan apa yang saya pikirkan Saya mudah terharu ketika melihat orang lain menderita Sulit bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru
C. Skala perilaku prososial No PERNYATAAN 1 Saya lebih memperhatikan PKL yang memberi uang 2 Saya memberikan sumbangan uang kepada anjal dan gepeng yang tertangkap 3 Kerjasama lebih memicu perseteruan antar anggota 4 Tanpa berpikir panjang saya menolong nenek-nenek yang menyebrang jalan raya 5 Saya memiliki banyak alasan untuk tidak menolong 6 Saya memberikan perhatian kepada siapa saja 7 Saya berpikir panjang sebelum memutuskan untuk menolong 8 Saya membantu PKL (Pedagang Kaki Lima)mengemasi barang dagangan ketika ada razia 9 Selama masih membutuhkan uang saya tidak akan berbagi pada orang lain 10 Saya senang bekerjasama dengan orang lain 11 Saya menghindari keluhan pedagang kaki lima (PKL) 12 Saya ikut serta mengumpulkan uang 118
SS
S
STS TS STS
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24
25
26 27 28 29 30
bersama teman-teman untuk disumbangkan kepada korban bencana alam Menurut saya bekerjasama dengan orang lain tidak efektif Saya tetap menolong meskipun tidak memberikan keuntungan Saya pura-pura tidak melihat jika ada yang butuh bantuan Saya mendengar keluh kesah pendagang kaki lima (PKL) Saya menolong jika terdapat keuntungan pribadi yang lebih banyak Saya membantu menghubungi keluarga gepeng dan anjal yang terkena razia Saya menyumbang apabila ada perintah Saya kompak dengan team kerja Saya suka curi-curi pandang pada PSK yang tertangkap razia Setelah menjalankan ibadah tidak lupa saya mengisi kotak amal Saya lebih suka menerima hasil akhir daripada ikut berpartisipasi dalam team work Meskipun sedang melaksanakan tugas, saya tetap menolong orang lain yang sedang dalam bahaya Saya tidak memberi bantuan apapun kepada PSK yang tertangkap ketika razia berlangsung Saya merasa tidak tega jika menertibkan pedagang kaki lima(PKL) Selama orang lain dapat menolong, saya enggan menolong Saya tidak keberatan memberikan bantuan kepada orang lain Saya menyumbang hanya semata-mata untuk mencari perhatian Saya berusaha membina kerjasama yang baik sesame anggota Satpol PP
119
Reliability Big Five Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
% 50
100,0
0
,0
50
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,571
N of Items 50 Item Statistics
VAR00001
Mean 3,9600
Std. Deviation ,72731
N
VAR00002
2,6000
1,04978
50
VAR00003
4,2800
,60744
50
VAR00004
3,7000
,78895
50
VAR00005
3,2800
,92670
50
VAR00006
3,0800
,96553
50
VAR00007
3,2000
1,08797
50
VAR00008
3,7000
,95298
50
VAR00009
3,5200
,76238
50
VAR00010
3,3400
,74533
50
VAR00011
3,6800
,81916
50
VAR00012
4,2000
,83299
50
VAR00013
4,1200
,59385
50
VAR00014
2,5800
,97080
50
VAR00015
3,5000
,95298
50
VAR00016
1,8400
,86567
50
VAR00017
3,9800
,71400
50
VAR00018
4,0800
1,04667
50
VAR00019
3,1000
,93131
50
VAR00020
3,0000
,96890
50
VAR00021
3,2800
,75701
50
VAR00022
3,3600
1,02539
50
VAR00023
3,6000
,83299
50
VAR00024
3,0600
,81841
50
VAR00025
3,4800
,78870
50
VAR00026
3,0000
,96890
50
VAR00027
3,4800
,83885
50
50
120
VAR00028
3,4600
,97332
50
VAR00029
2,5200
,97395
50
VAR00030
3,6400
,96384
50
VAR00031
2,7600
1,22157
50
VAR00032
3,5800
,94954
50
VAR00033
2,5600
,86094
50
VAR00034
3,1800
,87342
50
VAR00035
3,5600
,73290
50
VAR00036
2,9600
,92494
50
VAR00037
3,3400
1,00224
50
VAR00038
4,0200
,91451
50
VAR00039
2,7400
,94351
50
VAR00040
3,7600
,74396
50
VAR00041
2,5400
,88548
50
VAR00042
3,2800
,96975
50
VAR00043
3,9800
,79514
50
VAR00044
3,5400
,95212
50
VAR00045
3,4200
,81039
50
VAR00046
2,9600
,92494
50
VAR00047
3,3600
,74942
50
VAR00048
2,7400
,66425
50
VAR00049
2,8000
,94761
50
VAR00050
2,7600
,74396
50
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 161,5000
Scale Variance if Item Deleted 92,337
Corrected Item-Total Correlation -,274
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,593
VAR00002
162,8600
90,939
-,150
,593
VAR00003
161,1800
87,008
,146
,565
VAR00004
161,7600
83,084
,370
,546
VAR00005
162,1800
88,681
-,029
,579
VAR00006
162,3800
82,200
,337
,545
VAR00007
162,2600
87,992
-,007
,579
VAR00008
161,7600
84,104
,230
,555
VAR00009
161,9400
82,833
,405
,544
VAR00010
162,1200
88,108
,026
,572
VAR00011
161,7800
84,624
,248
,555
VAR00012
161,2600
81,135
,480
,536
VAR00013
161,3400
83,698
,458
,546
VAR00014
162,8800
84,393
,207
,557
VAR00015
161,9600
86,243
,106
,567
VAR00016
163,6200
93,547
-,315
,601
VAR00017
161,4800
84,540
,303
,553
VAR00018
161,3800
80,649
,388
,538
121
VAR00019
162,3600
86,194
,114
,566
VAR00020
162,4600
88,539
-,025
,579
VAR00021
162,1800
83,416
,364
,547
VAR00022
162,1000
81,031
,376
,540
VAR00023
161,8600
84,694
,237
,556
VAR00024
162,4000
82,857
,369
,545
VAR00025
161,9800
85,816
,177
,561
VAR00026
162,4600
80,662
,427
,536
VAR00027
161,9800
83,081
,343
,547
VAR00028
162,0000
84,449
,203
,558
VAR00029
162,9400
97,772
-,503
,621
VAR00030
161,8200
81,049
,406
,538
VAR00031
162,7000
87,602
-,003
,581
VAR00032
161,8800
83,087
,291
,550
VAR00033
162,9000
97,643
-,550
,618
VAR00034
162,2800
80,491
,496
,533
VAR00035
161,9000
85,969
,186
,561
VAR00036
162,5000
88,255
-,005
,577
VAR00037
162,1200
80,842
,398
,538
VAR00038
161,4400
81,598
,399
,540
VAR00039
162,7200
97,716
-,513
,620
VAR00040
161,7000
84,582
,285
,554
VAR00041
162,9200
93,667
-,316
,602
VAR00042
162,1800
86,926
,064
,571
VAR00043
161,4800
83,683
,324
,550
VAR00044
161,9200
78,973
,541
,525
VAR00045
162,0400
85,019
,224
,557
VAR00046
162,5000
92,296
-,232
,596
VAR00047
162,1000
86,908
,112
,566
VAR00048
162,7200
88,573
,001
,574
VAR00049
162,6600
94,474
-,344
,606
VAR00050
162,7000
88,663
-,013
,575
Scale Statistics Mean 165,4600
Variance 89,029
Std. Deviation 9,43552
N of Items 50
122
Reliability kecerdasan emosi Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
50
% 100,0
0
,0
50 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,655
N of Items 30 Item Statistics
VAR00001
Mean 3,5400
Std. Deviation ,73429
N
VAR00002
3,3400
,74533
50
VAR00003
4,0000
,57143
50
VAR00004
3,2800
,88156
50
VAR00005
3,6200
,69664
50
VAR00006
2,8200
1,02400
50
VAR00007
3,4600
,67643
50
VAR00008
2,8800
,71827
50
VAR00009
3,4400
,61146
50
VAR00010
3,6400
,94242
50
VAR00011
3,4800
,76238
50
VAR00012
2,8600
,75620
50
VAR00013
3,7400
,69429
50
VAR00014
1,7600
,77090
50
VAR00015
3,3000
,86307
50
VAR00016
3,1600
,91160
50
VAR00017
3,5600
,95105
50
VAR00018
3,6600
,79821
50
VAR00019
4,2600
,59966
50
VAR00020
3,4000
,96890
50
VAR00021
3,5400
,73429
50
VAR00022
3,1200
1,04276
50
VAR00023
3,5600
,86094
50
VAR00024
3,6200
,98747
50
VAR00025
3,7800
,78999
50
VAR00026
3,7400
,94351
50
VAR00027
3,3000
1,03510
50
VAR00028
3,3000
,99488
50
VAR00029
3,6600
,98167
50
VAR00030
3,0200
1,02000
50
50
123
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 98,3000
Scale Variance if Item Deleted 56,337
Corrected Item-Total Correlation ,163
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,650
VAR00002
98,5000
55,847
,203
,647
VAR00003
97,8400
55,688
,311
,641
VAR00004
98,5600
54,088
,293
,638
VAR00005
98,2200
56,706
,141
,651
VAR00006
99,0200
59,326
-,108
,678
VAR00007
98,3800
58,118
,009
,660
VAR00008
98,9600
58,121
,003
,661
VAR00009
98,4000
56,449
,201
,647
VAR00010
98,2000
52,245
,406
,626
VAR00011
98,3600
53,419
,419
,629
VAR00012
98,9800
57,898
,017
,661
VAR00013
98,1000
53,643
,447
,629
VAR00014
100,0800
57,585
,042
,659
VAR00015
98,5400
55,396
,197
,647
VAR00016
98,6800
51,814
,459
,622
VAR00017
98,2800
53,593
,299
,637
VAR00018
98,1800
56,110
,161
,650
VAR00019
97,5800
57,432
,096
,654
VAR00020
98,4400
51,966
,413
,625
VAR00021
98,3000
54,582
,327
,637
VAR00022
98,7200
58,124
-,034
,671
VAR00023
98,2800
55,185
,214
,645
VAR00024
98,2200
51,481
,438
,622
VAR00025
98,0600
56,915
,095
,655
VAR00026
98,1000
58,133
-,025
,668
VAR00027
98,5400
55,764
,119
,656
VAR00028
98,5400
53,151
,312
,635
VAR00029
98,1800
56,518
,080
,659
VAR00030
98,8200
52,600
,340
,632
Scale Statistics Mean 101,8400
Variance 58,668
Std. Deviation 7,65949
N of Items 30
124
Reliability Perilaku Prososial Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
50
% 100,0
0
,0
50 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,765
N of Items 30 Item Statistics Mean
VAR00001
4,1400
VAR00002 VAR00003
Std. Deviation
N
,92604
50
2,2000
,92582
50
3,6200
1,21033
50
VAR00004
4,0000
,85714
50
VAR00005
3,9000
,90914
50
VAR00006
3,4200
,78480
50
VAR00007
3,3400
,96065
50
VAR00008
3,5000
,97416
50
VAR00009
3,7200
,92670
50
VAR00010
3,8600
,78272
50
VAR00011
3,4800
,83885
50
VAR00012
4,3000
,54398
50
VAR00013
3,8200
1,02400
50
VAR00014
3,8600
,83324
50
VAR00015
4,1400
,57179
50
VAR00016
3,4800
,88617
50
VAR00017
4,0200
,82040
50
VAR00018
2,8600
1,08816
50
VAR00019
3,8200
,80026
50
VAR00020
3,9800
,95810
50
VAR00021
4,0400
,92494
50
VAR00022
3,5800
,83520
50
VAR00023
3,7200
,94847
50
VAR00024
3,9200
,82906
50
VAR00025
2,8200
1,10083
50
VAR00026
3,0400
,72731
50
VAR00027
4,1400
,60643
50
VAR00028
3,8000
,69985
50
VAR00029
4,2800
,60744
50
VAR00030
4,1600
1,01740
50
125
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 106,8200
Scale Variance if Item Deleted 82,436
Corrected Item-Total Correlation ,314
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,756
VAR00002
108,7600
VAR00003
107,3400
84,676
,178
,763
88,474
-,060
VAR00004
,782
VAR00005
106,9600
86,284
,097
,767
107,0600
85,445
,137
,766
VAR00006
107,5400
82,866
,356
,755
VAR00007
107,6200
89,179
-,084
,778
VAR00008
107,4600
82,049
,316
,756
VAR00009
107,2400
81,370
,379
,752
VAR00010
107,1000
82,582
,378
,754
VAR00011
107,4800
88,010
-,009
,772
VAR00012
106,6600
83,943
,434
,754
VAR00013
107,1400
82,245
,284
,758
VAR00014
107,1000
80,255
,510
,746
VAR00015
106,8200
85,008
,307
,758
VAR00016
107,4800
81,071
,421
,750
VAR00017
106,9400
87,853
,003
,771
VAR00018
108,1000
76,827
,554
,740
VAR00019
107,1400
84,449
,237
,760
VAR00020
106,9800
77,530
,600
,739
VAR00021
106,9200
83,463
,252
,760
VAR00022
107,3800
80,689
,479
,748
VAR00023
107,2400
83,574
,236
,760
VAR00024
107,0400
81,141
,451
,749
VAR00025
108,1400
89,021
-,080
,781
VAR00026
107,9200
85,136
,216
,761
VAR00027
106,8200
84,518
,330
,757
VAR00028
107,1600
81,484
,522
,748
VAR00029
106,6800
82,140
,550
,749
VAR00030
106,8000
79,347
,452
,748
Scale Statistics Mean 110,9600
Variance 88,570
Std. Deviation 9,41115
N of Items 30
126
Regression Model Summary
Model 1
R
R Square
.752(a)
Adjusted R Square
.565
Std. Error of the Estimate
.516
6.95905
a Predictors: (Constant), MASA JABATAN, AGREABLENES, EXTRAVERSION, USIA, COUNSIUSNESS, EMPATI, MOTIVSI DIRI SENDIRI, KESADARAN, NEUROTICM, OPENNES, KETRAMPILAN SOSIAL, SELF CONTROL ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square 12
551.244
5084.981
105
48.428
11699.906
117
Residual Total
df
6614.925
F
Sig.
11.383
.000(a)
a Predictors: (Constant), MASA JABATAN, AGREABLENES, EXTRAVERSION, USIA, COUNSIUSNESS, EMPATI, MOTIVSI DIRI SENDIRI, KESADARAN, NEUROTICM, OPENNES, KETRAMPILAN SOSIAL, SELF CONTROL b Dependent Variable: PROSOSIAL
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
-22.952
11.416
-2.011
.047
-.064
.081
-.064
-.788
.433
EXTRAVERSION
.136
.081
.136
1.671
.098
OPENNES
.369
.197
.157
1.870
.064
AGREABLENES
.084
.072
.084
1.168
.246
NEUROTICM
COUNSIUSNESS KESADARAN SELF CONTROL
.446
.109
.364
4.070
.000
-.039
.085
-.039
-.460
.647
.227
.107
.201
2.108
.037
-.194
.091
-.194
-2.142
.034
EMPATI
.040
.082
.040
.491
.625
KETRAMPILAN SOSIAL
.409
.108
.335
3.801
.000
USIA
.072
.149
.034
.482
.631
-.011
.242
-.003
-.044
.965
MOTIVSI DIRI SENDIRI
MASA JABATAN a Dependent Variable: PROSOSIAL
127
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
E -0.4891 -2.31162 -0.4891 -0.79285 0.11841 -0.79285 -0.4891 -0.4891 -1.40036 -1.0966 -1.0966 -0.18534 0.42217 0.72592 2.24469 -0.18534 -1.40036 1.63718 -1.0966 -1.40036 -0.4891 -0.79285 1.33343 -2.31162 -1.70411 -1.0966 1.94094 -1.70411 0.11841 0.11841 0.11841 -0.4891 0.42217 0.42217 0.11841 -0.18534 0.42217 -0.18534 0.11841 1.02967 0.72592 0.11841 0.72592 0.11841 0.42217 0.42217 -0.4891 -0.18534 0.42217
0.28534 -0.88918 1.06835 -0.10617 0.67684 -0.88918 -1.28069 1.06835 -0.10617 -1.28069 0.67684 -1.28069 -0.10617 0.67684 -2.84672 -1.28069 -0.10617 -2.45521 -0.88918 -2.0637 -0.10617 0.28534 -0.10617 1.06835 -0.10617 -2.0637 -0.88918 1.06835 1.45985 0.28534 -0.49768 0.67684 0.67684 0.67684 1.45985 1.45985 1.06835 0.67684 1.85136 1.45985 0.67684 0.67684 1.85136 1.45985 1.45985 1.85136 -0.88918 1.85136 0.67684
O
A -1.15004 1.27326 0.66743 1.27326 1.87909 0.66743 0.66743 0.66743 1.27326 -0.54422 -1.75587 1.27326 0.66743 0.06161 1.27326 1.87909 0.06161 1.87909 1.27326 0.06161 0.66743 -1.15004 -1.75587 -1.15004 -0.54422 0.06161 0.66743 1.27326 0.66743 -0.54422 -1.15004 0.06161 -0.54422 -1.15004 -0.54422 -0.54422 -1.15004 0.06161 -1.15004 1.27326 1.27326 -1.15004 -0.54422 0.06161 1.27326 -0.54422 -1.15004 -1.15004 -1.15004
128
C 0.73316 0.73316 -1.11541 -0.37598 -1.11541 -2.22454 -0.37598 -0.74569 -0.74569 -0.37598 -1.11541 -0.37598 -0.37598 -0.00627 -1.48512 -2.22454 -0.74569 -0.74569 -0.74569 -1.11541 -1.11541 -0.37598 -0.37598 -1.85483 -1.11541 0.73316 1.8423 1.47259 0.36345 1.10287 0.73316 0.73316 1.10287 0.73316 1.10287 0.36345 -0.00627 0.73316 0.73316 -0.74569 -0.00627 1.10287 1.47259 0.36345 -0.37598 0.73316 -0.74569 0.36345 1.10287
-0.82819 -0.15188 0.52442 0.52442 0.86258 0.18627 0.18627 0.52442 0.52442 -1.84265 -1.5045 1.87704 -0.82819 0.52442 -0.49004 0.86258 -0.15188 0.52442 -0.15188 0.18627 -0.15188 0.18627 -1.16634 -2.51896 -1.5045 -2.51896 1.87704 -1.5045 0.18627 0.86258 0.52442 0.18627 0.52442 0.52442 0.18627 0.86258 0.52442 0.86258 -0.15188 1.20073 -0.15188 0.52442 0.52442 0.52442 0.52442 0.86258 0.18627 0.52442 0.86258
A O E O O O O E O A E C O N N O O O O C O E N E E A N A E A A A A A E E E C E E O A E E E E C E A
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
0.11841 -1.0966 -0.18534 -0.18534 0.42217 -0.18534 -0.4891 -0.18534 1.63718 0.11841 1.33343 0.11841 -0.4891 1.33343 0.72592 1.02967 0.11841 -0.18534 0.72592 0.11841 0.42217 0.11841 0.11841 0.11841 -0.4891 -0.4891 0.11841 1.33343 -0.18534 0.11841 -0.18534 1.02967 1.63718 -0.79285 -0.18534 -0.79285 -1.0966 1.33343 -0.18534 -0.18534 1.02967 0.11841 -1.0966 0.11841 1.94094 1.33343 -2.91913 -0.18534 0.11841 1.94094
2.24287 0.28534 1.06835 0.28534 1.85136 -0.10617 0.28534 -0.10617 -0.88918 -0.49768 0.67684 -0.49768 -0.49768 -0.10617 0.28534 -0.10617 -0.10617 -0.10617 1.06835 -0.49768 -0.49768 -0.10617 -0.10617 1.06835 -0.88918 -0.10617 0.28534 -0.10617 -0.10617 0.67684 -0.10617 -0.88918 0.28534 -0.49768 -0.49768 -0.88918 -1.6722 0.28534 -0.88918 -0.88918 -0.10617 -0.88918 -0.88918 -0.10617 0.28534 1.06835 -0.49768 -0.88918 0.28534 -0.10617
-0.54422 -1.15004 -1.15004 -1.15004 0.06161 0.06161 0.06161 0.06161 0.66743 0.66743 -0.54422 0.66743 -0.54422 1.27326 0.06161 1.27326 0.06161 0.06161 0.06161 0.06161 0.06161 -0.54422 0.06161 0.06161 0.06161 0.66743 0.06161 0.66743 0.06161 0.06161 0.06161 0.06161 0.66743 -0.54422 -0.54422 -1.75587 -1.75587 1.27326 0.66743 0.66743 0.66743 -2.36169 -0.54422 -1.75587 1.87909 0.66743 0.66743 0.66743 1.87909 1.27326
129
-0.00627 -0.74569 0.73316 -0.37598 0.36345 0.36345 1.10287 -0.37598 1.47259 1.10287 0.36345 -0.74569 0.36345 1.10287 0.36345 1.10287 0.73316 1.10287 1.47259 -0.37598 0.73316 -0.00627 0.36345 0.36345 0.36345 -0.00627 -0.74569 1.47259 1.10287 1.10287 0.36345 1.10287 1.10287 -0.37598 0.36345 -0.00627 -0.00627 -0.00627 -0.74569 -0.74569 -0.74569 -1.48512 -2.59426 0.36345 0.73316 1.47259 -2.59426 2.21201 -0.74569 0.73316
1.20073 -0.15188 0.52442 -2.1808 0.86258 0.18627 0.52442 -0.15188 -0.15188 -0.82819 -0.15188 0.18627 -0.15188 0.18627 0.18627 0.18627 0.52442 0.52442 0.18627 -0.15188 0.18627 0.18627 -0.15188 1.20073 -0.49004 -0.15188 -0.15188 1.20073 -0.15188 0.52442 0.86258 0.86258 0.86258 0.18627 0.18627 -1.5045 -1.5045 -0.15188 -1.16634 -1.16634 -0.15188 0.86258 -1.5045 0.18627 1.87704 1.53888 -3.53342 0.18627 -0.82819 0.86258
E E E E E A A O N A N O A N N O A A A N A C A C A O E A A A C A N C A A A N O O N C O A N C O A O N
100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
1.94094 1.33343 1.02967 -1.0966 1.63718 2.24469 0.72592 -1.0966 0.42217 -1.70411 -1.0966 -0.79285 -1.0966 -0.79285 0.42217 -1.0966 -1.40036 0.11841 0.42217
-0.10617 1.85136 -0.49768 -2.0637 1.85136 -0.10617 -0.49768 -2.0637 -0.49768 -0.10617 -0.10617 -0.88918 -0.88918 -0.88918 0.28534 0.28534 -0.88918 -0.49768 -0.10617
1.87909 1.27326 0.66743 -0.54422 1.27326 -1.15004 0.06161 -0.54422 0.06161 -2.36169 -1.15004 -1.75587 -1.15004 -1.15004 0.06161 -0.54422 -1.15004 0.06161 -0.54422
130
1.8423 0.36345 -0.00627 -1.85483 0.36345 1.10287 -0.37598 -1.85483 -0.00627 -1.11541 -1.11541 -0.74569 -1.11541 -0.74569 0.36345 -1.85483 -0.37598 -0.74569 -0.00627
1.87704 0.86258 -0.49004 1.20073 0.86258 1.53888 -0.82819 1.20073 -0.49004 -1.16634 -1.84265 -1.5045 -1.5045 -2.1808 -0.15188 -0.15188 -0.49004 -1.16634 -0.82819
N E N C E N N C N E E A E A N E E N N
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
latar belakang responden usia pddikan masa kerja 34 sma 10 32 sma 8 31 sma 8 30 sma 9 28 sma 9 29 sma 8 28 sma 8 28 sma 8 34 sma 9 32 sma 10 33 sma 9 32 sma 9 41 d3 10 29 sma 9 40 sma 11 30 sma 9 40 sma 10 27 sma 9 28 sma 8 28 sma 8 30 sma 7 31 sma 11 40 sma 8 40 sma 11 32 sma 8 28 sma 8 38 sma 10 29 sma 9 41 sma 8 37 sma 9 35 sma 12 27 smk 6 32 s1 6 26 smk 5 31 sma 8 33 sma 8 40 sma 10 39 sma 8 32 sma 8 30 sma 6 33 smu 8 40 sma 9 32 sma 8 28 smu 6 26 smk 6 41 s1 9
etnis sunda sunda betawi sunda betawi jawa sunda sunda betawi betawi sunda betawi betawi betawi sunda betawi jawa sunda betawi jawa betawi betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi sunda sunda betawi betawi sunda betawi betawi sunda
131
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
28 39 29 40 42 28 33 36 34 34 42 33 36 31 45 32 30 34 41 40 29 30 32 33 29 39 28 29 30 35 33 31 35 33 30 32 42 29 35 37 28 33 37 27 32 28 30 32 39 28
sma smu sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma d3 sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma smu smu sma smk smk smk s1 sma s1 s1
6 9 7 10 10 8 10 9 7 9 10 9 8 9 7 9 9 13 9 10 8 9 5 9 8 9 8 5 5 5 10 8 8 9 10 9 11 9 10 11 6 5 2 6 2 6 4 13 13 7
betawi betawi sunda sunda betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi jawa betawi jawa betawi betawi flores sunda betawi sunda sunda sunda betawi sunda sunda jawa sunda betawi betawi betawi betawi betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi betawi
132
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
38 38 40 40 38 32 35 45 40 27 42 40 35 33 29 36 35 35 33 30 32 30
sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma sma smu smu smu smu smu smu smu smu smu smu
4 9 9 12 6 2 9 2 18 6 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
betawi jawa betawi betawi betawi sumatra betawi betawi betawi sunda betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi betawi sunda betawi
133