Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD N 9 PADANG SAMBIAN Putu Dian Yasmi Lastari1, I.G.A.A. Sri Asri2,IKetut Adnyana Putra3. 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan eksperimen Noneqivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian yang terdiri 4 kelas dengan jumalah seluruh siswa 176 orang. Dipilih 2 kelas yang terdiri dari 86 orang siswa sebagai sampel. Sampel dipilih dengan tehnik random sampling. Data hasil belajar PKn dikumpulkan dengan instrument berupa tes objektif, kemudian data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis uji-t diperoleh bahwa thit 3,24> ttabel 2,00 dengan dk = 84 (∑n-2 = 86 – 2 = 84) dan taraf signifikansi 5%, demikian pula nilai rata-rata kelompok eksperimen 68,87 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol 61,24. Hal ini berarti hasil belajar kelompok eksperimen lebih dari hasil belajar kelompok kontrol (68,87> 61,24). Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter hasil belajar pkn siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian Kata-kata kunci: strategi pembelajaran inkuiri sosial, berbasis pendidikan karakter, hasil belajar, PKn.
Abstract The purpose of this study was to determine the significant differences between the learning outcomes of students who take PKn inquiry learning strategies based social character education with students who take conventional learning in the fifth grade students of SD N 9 Padang Sambian. This study is an experimental research with experimental design Noneqivalent Control Group Design. The study population is the fifth grade students of SD N 9 Padang Sambian consisting of 4 classes with the amount all student 176 people. Selected 2 class consisting of 86 students as the sample. The sample was selected by random sampling technique. PKn learning outcomes data collected by the instrument in the form of an objective test, then the data were analyzed by t-test. The results showed that there were significant differences in learning outcomes between students that learned to use social inquiry learning strategy based character education to students that learned using conventional learning. It is shown from the results of t-test analysis found that thit 3.24> 2.00 ttable with db = 84 (Σn-2 = 86-2 = 84) and a significance
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) level of 5%, while the average value of the experimental group 68.87 while the average value of the control group 61.24. This means that the learning outcomes of the experimental group over the control group learning outcomes (68.87> 61.24). It can be concluded that the strategy of social inquiry-based learning character education learning outcomes PKN fifth grade students of SD N 9 Padang Sambian Key words: social inquiry-based learning strategies, learning outcomes character, education, PKn.
PENDAHULUAN Pendidikan di sekolah dasar (SD) merupakan pendidikan tahap awal dalam jenjang pendidikan formal. Salah satu pelajaran yang diberikan di SD yaitu pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran PKn merupakan pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu dan anggota masyarakat. Sejalan dengan pendapat di atas, PKn juga dimaksudkan untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (Kansil,1995:19). Pembelajaran PKn dapat membangun pengetahuan serta pengembangan kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila yang digunakan sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fathurrohman (2011:7) tujuan pembelajaran PKn adalah mengembangkan kompetensi, antara lain, (1) memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreaktif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan tanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-
bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran PKn di SD yaitu kemampuan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki serta mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan serta guru harus mampu melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran. Menurut Uno dan Mohammad (2011:11) bahwa inovasi dalam pembelajaran tersebut dapat dikembangkan melalui strategi pembelajaran yang mendorong aktifitas belajar. Inovasi dalam pembelajaran dapat dimulai dari upaya guru menggunakan seluruh keterampilan dasar mengajar yang dimiliki serta dalam penggunaan strategi, metode serta model pembelajaran yang inovatif. Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran, dan guru harus mampu memilih strategi, metode, serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar siswa. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam Fathrrohman dan wuri, 2011:30) mendefinisikan strategi secara umum sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Sehingga apabila dihubungankan dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan gurusiswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Menurut Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaranadalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Sanjaya, 2010:126). Hal ini sejalan dengan pendapat Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2010:126 ). Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dikaitkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan pola-pola umum kegiatan guru dan siswa perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Trianto,2007:85). Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat dirangkum bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang didesain guru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Salah satu strategi pembelajaran yang diupayakan pada pembelajaran PKn yaitu strategi pembelajaran inkuiri sosial berbais pendidikan karakter. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,2010). Sedangkan menurut Amri dan Khoiru (2010:99) inkuiri memiliki keterkaitan dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inkuiri menuntut siswa untuk berpikir. Inkuiri berasal dari bahasa inggris yaitu inqury, yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis siswa. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat dirangkum bahwa inkuri merupakan suatu proses yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan, melakukan, mengumpulkan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Pada pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru. Strategi pembelajaran inkuiri dapat diterapkan pada pembelajaran PKn seperti strategi pembelajaran inkuiri sosial. Menurut Bruce Joyce dalam Sanjaya (2010: 205).inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya. Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial: (1) adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas; (2) adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri; dan (3) penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis (Sanjaya, 2010:206). Strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan, antara lain (1) strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek koqnitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap ssangat bermakna, (2) strategi pembelajaran inkuiri ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka, dan (3) strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikolgi belajar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (Sanjaya,2010:208). Menurut Wena (2012:82) Strategi pembelajaran inkuri sosial terdiri dari enam tahap pembelajaran yaitu: (1)Tahap orientasi merupakan tahap awal dari strategi inkuiri sosial. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam tahap ini guru harus mampu membangun atau mengembangkan rasa peka terhadap masalah-masalah sosial atau objek yang dibahas. Kepekaan siswa akan tumbuh dari pengamatan situasi kehidupan sehari-hari, dari hasil refleksi terhadap suatu pembelajaran inkuiri sosial, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. bacaan atau topik, dari suatu konflik yang ada dikelas. Kriteria penting dalam tahap ini adalah semua aspek tersebut harus berpusat dari suatu masalah yang menjadi subjek pembelajaran. (2)Tahap Pengembangan Hipotesis( Jawaban sementara). Dalam tahap ini guru harus membantu siswa mengembangkan hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Hipotesis-hipotesis yang diajukan oleh siswa kemudian diuji bersama oleh guru dan oleh kelompok siswa lain. (3) Definisi Dalam tahap ini hipotesis yang diajukan diklarifikasi dan didefinisikan, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengomunikasikan permasalahan yang dibahas. Untuk tahap ini pendefinisian suatu konsep atau teori harus menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa. (4) Pada tahap eksplorasi guru menyampaikan kekurangan dan kelebihan hipotesis yang diajukan oleh siswa. Menurut Wilen dan Clegg mengatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran ilmu sosial adalah menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam melakukan eksplorasi terhadap gejala-gejala sosial yang multikompleks. (5) Pada tahap pembuktian ini siswa mengumpulkan sumber- sumber yang mendukung hipotesis yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. (6) Generalisasi. Pada tahap ini data-data (bukti, fakta) yang telah dikumpulkan dan dianalisi, siswa didorong
untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan, dan dari berbagai kesimpulan yang telah dibuat, siswa diajar bagaimana memilih pemecahan masalah yang paling tepat. Pembelajaran PKn dikatakan sebagai instrumen pendidikan karakter karena mata pelajaran PKn diberikan sejak SD sampai ke perguruan tinggi. Dalam pembelajaran PKn siswa tidak hanya mencangkup tentang bidang politik, hukum, dan moral. Pembelajaran PKn juga mengcangkup mengenai cara berinteraksi dengan orang lain, dan pembelajaran PKn di SD membentuk suatu karakter siswa untuk memiliki suatu moral atau karakter yang kuat. Pendidikan karakter selama ini baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah, sementara pada jenjang SD masih belum optimal dalam menyentuh aspek karakter ini, meskipun sudah terdapat pada materi pelajaran PKn. Kementrian Pendidikan Nasional mulai tahun ajaran 2010/2011 telah melaksanakan rintisan penyelenggaraan pendidikan karakter pada 125 satuan pendidikan yang tersebar pada 16 provinsi di Indonesia (Zubaedi,2011:72). Nilai-nilai moral yang lain adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, kedisipilinan diri, suka menolong, rasa kasihan, kerjasama, keteguhan hati, dan sekumpulan nilai-nilai demokrasi (Zubaedi,2011:74). Menurut Megawangi (2004:95), pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter memiliki 18 nilai karakter yaitu religius, jujur, displin, toleransi, kerja keras, kreaktif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga yang cerdas, terampil dan karakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai instrrumen pendidikan karakter sejauh ini dirasakan belum optimal yang diduga karena muatannya lebih banyak menekankan aspek kognitif. PKn lebih banyak menekankan aspek kognitif dari aspek afektif. Dalam kenyataannya, Pendidikan Kewarganegaraan lebih banyak mentransfer pengetahuan dan ketrampilan, tanpa disertai dengan internalisasi nilai yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Evaluasi yang digunakan lebih banyak menekankan aspek kognitif, sehingga proses belajar mengajar di sekolah lebih bersifat transfer pengetahuan, dari pada mengajarkan berpikir secara keilmuan dan internalisasi nilai melalui pemahaman. hanya memiliki pengetahuan, tanpa memahami nilai-nilai yang terkandung. Pengetahuan yang mereka peroleh hanya sekedar pengetahuan tanpa makna. Akibatnya pendidikan hanya menghasilkan manusia yang egois, yang tidak memahami arti kehidupan yang didalamnya ada perbedaan, nilai, norma, yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Melalui strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter, siswa yang menjadi subjek dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya berperan dalam menerima pengetahuan dari penjelasan guru secara verbal, melainkan siswa didorong untuk bekerja, mengalami, dan menemukan sendiri pengetahuannya. Guru bukan lagi sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa (Sanjaya, 2010:197). Dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter pada pembelajaran PKn siswa tidak hanya dituntut memahani konsep-konsep pembelajaran PKn, melainkan mampu memecahkan masalahmasalah sosial dalam kelompok belajar
serta menghasilkan dampak pengiring pada akhir pembelajaran seperti nilai–nilai moral yang diharapkan oleh guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian. METODE Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (eksperiment semu). Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter terhadap hasil belajar PKn. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar PKn siswa kelas V Semester I. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung dalam mengajar baik di kelompok kontrol dan juga di kelompok eksperimen. Guru kelas terus mendampingi dari awal persiapan sampai pengakhiran eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan eksperimen yaitu baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tanpa diacak atau Noneqivalent Control Group Design. Menurut Dantes (2012: 97) “pemberian pre test pada desain Nonequivalent Control Group Design biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi/penyetaraan kelompok”. Pretest digunakan untuk menentukan kesetaraan kelas dengan menganalisis hasil belajar PKn siswa berupa nilai ulangan umum.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD N 9
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Padang Sambian dimana pada SD tersebut terdapat kelas pararel pada siswa kelas V. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010: 80).Oleh karena itu, seluruh siswa kelas V yang terbagi menjadi empat kelas yaitu kelas VA dengan jumlah siswa 44 orang, VB dengan jumlah siswa 41 orang, VC dengan jumlah siswa 45 orang, dan VD dengan jumlah siswa 46 orang menjadi populasi pada penelitian ini. Jadi populasi penelitian ini adalah jumlah seluruh siswa 176 orang yang terdiri dari 88 orang siswa laki-laki dan 88 orang siswa perempuan. Menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yakni memilih secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.Yang di random/acak adalah kelas dan tidak dilakukan pengacakan individu. Jadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VB dan VC sebanyak 86 orang. Dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara random/acak berupa pengundian. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar PKn siswa.Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes yaitu tes hasil belajar PKn.Tes yang digunakan adalah tes objektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah tes objektif bentuk pilihan ganda.yang berjumlah 50 butir soal. Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban biasanya ditulis seperti a,b,c dan d dari jawaban yang disediakan kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa jawaban pengecoh.
Tes yang baik adalah tes yang dapat mewakili seluruh materi yang dipelajari siswa. Menurut Arikunto (2010:185), tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi), serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang dicakup dalam tes. Untuk itu dibuatlah suatu kisi-kisi soal atau blue print tes dalam bentuk tabel spesifikasi. Uji coba instrument dilakukan dengan menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Uji validitas ini dilakukan dengan membuat blue print atau kisi-kisi soal. Untuk menghitung validitas tes digunakan korelasi point biserial, karena data hasil bersifat dikotomi. Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung > r tabel maka soal di kategorikan valid. Semua komponen dalam menentukan koefisien butir pilihan ganda yang digunakan adalah menggunakan korelasi point biserial, yaitu dengan bantuan program Microsoft Excel. Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama. Untuk reliabilitas tes hasil belajar dicari dengan menggunakan Rumus KR-20. Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari yaitu 0,312 ( > ), maka tes tergolong reliabel. Tingkat kesukaran butir tes adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta ujian (testee) yang dapat menjawab betul butir soal tersebut.Mengingat instrumen yang diujicoba merupakan achivement maka setelah validitas dan reliabilitas tes diketahui kemudian dilanjutkan dengan uji taraf (indeks) kesukaran butir.Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya soal. Menurut Witherington ( dalam Sudijono,2011:371) Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indek kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Daya pembeda item menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testee (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testee (siswa) yang tidak dapat menjawab soal tersebut (teste) yang menjawab salah). Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan indeks distriminasi yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks distriminasi makin mendekati nilai 1,00 ini berarti daya pembeda soal semakin baik, begitu juga sebaliknya jika indeks diskriminasi suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat jelek. Indeks diskriminasi butir soal bernilai negatif (antara 0,00 sampai -1,00) ini berarti kelompok testi kurang mampu banyak yang menjawab benar sebaliknya banyak testi yang pintar menjawab salah. Sedangkan jika suatu butir soal memiliki indeks diskriminasi 0,00 berarti bahwa soal tersebut tidak memiliki daya pembeda, artinya baik siswa pandai maupun yang kurang mampu menjawab benar soal tersebut. Pada penelitian ini menggunakan teknik statistik parametrik yaitu analisis data uji-t (t-test).Sebelum melakukan uji-t dilakukan uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan rumus Uji-F sebagai prasyarat untuk menggunakan statistik parametrik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah perbedaan hasil belajar PKn siswa kelas V sebagai hasil perlakuan antara penerapan strategi pembelajaran Inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini mengguankan desain experimental yaitu Quasi Eksperimen (eksperimen semu) jenis Nonrandomized Control Group Pretest Posttes dengan menggunakan uji-t sebagai alat menganalisi data. Data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi (1) hasil belajar PKn
siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter, dan (2) hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Deskripsi data hasil penelitian ini memaparkan rata-rata, standar deviasi, varian, minimum, dan maksimum dari data hasil belajar PKn siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian diperoleh dari tes objektif sebanyak 30 butir soal. Skor hasil belajar kelompok eksperimendengan menggunakan Strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 50,rata-rata sebesar 68,87, simpangan baku sebesar 12 varian sebesar 144,759. Skor hasil belajar kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah83 sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 46, rata-rata sebesar61,24, simpangan baku sebesar11,5, varian sebesar 133,143. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaraninkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan nilai kategori sangat baik daripada siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan pemaparan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata hasil belajar PKn dari hasil nilai kognitif berupa nilai post-test untuk kelompok eksperimen menggunakan Strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter adalah 68,87 dan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah 61,24. Analisis normalitas data dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan Strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi-kuadrat menunjukkan hasil belajar PKn kelompok eksperimen pada taraf signifikan 5% dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) db= 5 memiliki X2 tabel =11,07 dan X2hitung=4,10 ini berarti bahwa X2hitung<X2 tabel maka data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, hasil belajar PKn kelompok kontrol pada taraf signifikan 5% dan db = 5 memiliki X2 tabel = 11,07 dan X2hitung = 7,18, ini berarti bahwa X2hitung<X2 tabel maka data hasil post-test kelompok kontrol juga berdistribusi normal.Berdasarkan uji normalitas hasil belajar PKn berupa hasil post-testmenunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah hasil post-test kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal dilakukan uji homogenitas varian antar kelompok.Uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan Uji-F pada derajat kebebasan 5%.Derajat kebebasan
pembilang 41 – 1 = 40 dan derajat bebasan penyebut 45 – 1 = 44, maka diperoleh Ftabel = 1,66 dan Fhitung = 1,08, nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Nilai Fhitung
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok Penelitian Hasil Belajar PKn
thitung 3,24
Berdasarkan tabel sebelumnya, pada signifikan 5% dan dk=84, diperoleh nilai ttabel =2,000 dan nilat thitung sebesar 3,24. Karena nilai thitung lebih dari nilai ttabel (3,24> 2,00), maka hipotesis nol (H0) ditolak. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan menggunakan inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas V SD N 9 Padang Sambian. Pada bagian ini dipaparkan pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis. Deskripsi umum hasil analisis penelitian ini menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan
ttabel 2,00
Status H0 ditolak Ha diterima
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar PKn pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter lebih optimal dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata post test siswa. Nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen adalah 68,87 sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok kontrol adalah 61,24. Sehingga dapat dikatakan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter lebih optimal dibandingkan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjang oleh karakteristik strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter yang lebih melibatkan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) di dalam proses pembelajaran. Siswa diberikan permasalahan yang dekat dengan dunia nyata siswa, sehingga permasalahan tersebut memungkinkan siswa untuk mempelajari konsep dan materi pelajaran. Siswa menemukan dan mencari suntuk memecahkan suatu masalah. Siswa tidak hanya menghapalkan konsep dalam belajar melainkan juga mempelajari cara memanfaatkan konsep yang telah siswa pelajari untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Terdapat tiga aspek yang terdapat pada strategi inkuiri sosial yaitu Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. ketiga, penggunaan fakta sebagai penguji hipotesis. Langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter terdapat 6 tahapan yaitu pertama tahap orientasi, guru mengkondisikan siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam tahap ini guru harus mampu membangun atau mengembangkan rasa peka terhadap masalahmasalah sosial atau objek yang dibahas. Kepekaan siswa akan tumbuh dari pengamatan situasi kehidupan sehari-hari, dari hasil refleksi terhadap suatu pembelajaran inkuiri sosial, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. bacaan atau topik, dari suatu konflik yang ada dikelas. Kedua.tahap hipotesis, guru harus membantu siswa mengembangkan hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Hipotesis-hipotesis yang diajukan oleh siswa kemudian diuji bersama oleh guru dan oleh kelompok siswa lain.
Ketiga.tahap definisi, guru membimbing siswa mengklarifikasi hipotesis yang diajukan kemudian mendefinisikannya, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengomunikasikan permasalahan yang dibahas. Keempat tahap eksplorasi, guru membantu siswa meperluas hipotsis yang diajukan siswa, guru menyampaikan kekurangan dan kelebihan dari permasalahan tersebut. Kelima. tahap pembuktian,guru membimbing siswa untuk mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung terhadap permasalahan. Keenam. tahap generalisasi, Guru membantu siswa mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, guru membimbing siswa mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan, guru membimbing siswa menganalisis masing-masing kesimpulan yang telah dibuat, dan guru membimbing siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapat nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen adalah 68,87 sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok kontrol adalah 61,24. Berdasarkan penelitian juga diperoleh nilai thitung sebesar 3,24 itu artinya thitung > ttabel. Sehingga dapat dikatakan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter lebih optimal dibandingkan pembelajaran konvensional. Dalam strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter, proses dan hasil samasama penting. Pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan pada siswa, sehingga siswa sendiri yang aktif untuk membangun pengetahuannya. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan kepada hasil.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Selain itu, pembelajaran berpusat pada guru. Sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menunggu informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran konvesional tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mencari, menentukan sekaligus menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemui. Pengalaman yang dimiliki siswa serta lingkungan sekitar tidak dikaitkan ke dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman siswa terhadap konsep PKn lemah. Siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar PKn siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang mengikuti strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter. Dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial kepada siswa bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri sosial lebih optimal dari pada siswa yag mengikuti pembelajaran konvensional karena strategi pembelajaran inkuiri sosial siswa dituntut untuk belajar mandiri dari masalah-masalah yang diberikan guru, siswa harus mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Maka strategi inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter lebih optimal dibandingkan pembelajaran konvensional. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasandapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara
siswa yang mengikuti strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 9 Padang Sambian (nilai thit = 3,24dan ttabel = 2,000) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata hasil belajar PKn yang dicapai oleh kelompok siswa yang mengikuti strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter (68,87) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar PKn yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (61,24). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa kelas V semester 1 SD N 9 Padang Sambian. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adapun saran yang diajukan bagi guru hendaknya dalam menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial berbasis pendidikan karakter yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalahmasalah. Siswa juga dibiasakan untuk menemukan dan menentukan sendiri penyelesaian masalah PKn, bagi siswa hendaknya aktif dalam mengikuti pembelajaran dan tidak malu mengeluarkan pendapat maupun gagasan dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) DAFTAR PUSTAKA Amri Sofan, Ahmadi Khoiru. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Fathurrohman. 2011. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Nuha Litera Kansil.C.S.T.1995. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga. Sanjaya,Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono.2012. Metodelogi Penelitian pendidikan Pendekatan Kualitatif, Dan R&D). Bandung: Alfabeta Uno,Hamzah dan Mohamad Nurdin.2011.Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:Bumi Aksara Wena,Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter.Jakarta : Kencana.