Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD GUGUS 4 MENGWI BADUNG Agus Ngr. Sumarna1, Ni Wyn. Suniasih2, I Km. Ngr. Wiyasa3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 4 Mengwi. Penelitian ini mengunakan rancangan eksperimen semu dengan bentuk desain Noneqivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus 4 Mengwi yang berjumlah 129 orang. Sedangkan, yang menjadi sampel penelitian adalah 30 orang siswa kelas V di SD N 1 Lukluk dan 30 orang siswa kelas V di SD N 3 Lukluk. Untuk penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan random terhadap kelas yang hasilnya SD N 1 Lukluk sebagai kelompok eksperimen dan SD N 3 Lukluk sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional kelas V SD Gugus 4 Mengwi. Hal ini diketahui dari hasil analisis uji-t diperoleh pada taraf signifikansi 5% dan dk = 58, diperoleh . Jadi, dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio , sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional . Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) berpengaruh terhadap hasil belajar PKn pada kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci: model pembelajaran berbasis portofolio dan hasil belajar PKn.
Abstract The purpose of this study is to determine the significant differences students' civis learning outcomes between portofolio based learning to students who take conventional learning in the fifth grade elementary Cluster 4 Mengwi. This study uses a quasi-experimental design in the form of Noneqivalent Control Group Design. The study population is all students in elementary classes V Cluster 4 Mengwi which is 129 people in total. Meanwhile, the study sample is 30 students of class V in SD N 1 Lukluk and 30 students of class V in SD N 3 Lukluk. For the determination of the experimental group and the control group is done randomly and class SD N 1 Lukluk as the experimental group and SD N 3 Lukluk as a control group. The results shows that there is significant differences in learning outcomes between students who take the Civics portofolio based learning to students who take conventional teaching fifth grade elementary Cluster 4 Mengwi. It is known from the results of t-test analysis was obtained at the 5% significance level and dk = 58,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
obtained . So, and the average value obtained by the students in the group who followed portofolio based learning model , while the group of students who follow the conventional learning . Based on these results it can be concluded that the portofolio based learning effect on learning outcomes in fifth grade elementary school Civics Cluster 4 Mengwi Badung Academic Year 2013/2014. Keywords: portofolio based learning and learning outcomes Civics.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas. Melalui pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multipel kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain dan memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain, sehingga pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaanperbedaan individual anak tersebut agar pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa di SD adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri sebagai warga negara Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannnya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn sangat penting untuk mendidik generasi bangsa untuk secara sukarela mengikatkan pada norma atau nilai-nilai moral.
Sebagai bidang studi ilmiah, PKn bersifat interdisipliner (antar-bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, ilmu hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi negara, tata negara, sejarah, filsafat dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai budi pekerti, hakhak asasi manusia dengan penekanan kepada hubungan antar warga-negara, warga dengan pemerintahan, serta hubungan antar negara (Fajar, 2005:144). Tujuan pembelajaran PKn adalah (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum KTSP, 2006). Selain tujuan, menurut Fathurrohman dan Wuryandani (2011:8) adapun ruang lingkup PKn meliputi aspekaspek (1) persatuan dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan warga; (5) konstitusi; (6) kekuasaan dan politik; (7) Pancasila; dan (8) globalisasi. Berdasarkan karakteristik dan tujuan mata pelajaran tersebut di atas, jelas bahwa mata pelajaran PKn bukan merupakan mata pelajaran hafalan. Para siswa harus diajak untuk ikut menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Salah satu cara yang ditempuh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
adalah menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yakni model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa sebagai subjek belajar, peristiwa dan masalah sosial sebagai sumber belajar, sedangkan guru bertindak sebagai director of learning, yakni pihak yang mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat memperbaiki hasil belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diperoleh informasi bahwa di SD Gugus 4 Mengwi, sebagian besar siswa kelas V memiliki hasil belajar yang cenderung rendah pada mata pelajaran PKn. Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru yang memberikan pembelajaran di kelas bahwa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya perhatian dan respon dari siswa, baik dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran. Kebanyakan siswa menganggap materi PKn cenderung menghafal sehingga siswa merasa bosan. Saat guru menjelaskan materi PKn, kebanyakan siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru tetapi mereka mengobrol dengan teman sebangkunya yang membuat suasana ramai di kelas, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Menurut Baharrudin (2010:10), secara teoritik faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis (faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik siswa) dan faktor psikologis (kecerdasan, motivasi, minat, bakat). Faktorfaktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial (alamiah, instrumental, materi pelajaran). Hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa di gugus tersebut, mungkin pengaruh faktor dari luar diri siswa, yaitu metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran. Untuk membuktikan hal tersebut secara empirik akan dicobakan model pembelajaran berbasis portofolio.
Menurut Budimansyah (2002:2), portofolio merupakan kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduanpanduan yang ditentukan. Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seseorang siswa. Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan teori belajar konstruktivisme yang dalam proses pembelajarannya, siswa menjadi pusat pembelajaran dan guru hanya menjadi fasilitator apabila ada siswa yang mengalami kesulitan selama proses pembelajaran. Konstruktivisme pada prinsipnya menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Prinsip yang paling umum dan paling essensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar kelas. Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk mengelaborasikanya (Fajar, 2005:43). Menurut Sujiono (2010:7), portofolio merupakan berkas pengakajian terhadap suatu permasalahan atau topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh, yang dimulai dari proses pengumpulan, penggabungan dan interpretasi informasi untuk mengambil keputusan. Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencangkup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan. Secara utuh melukiskan “intergrated learning experiences” atau pengalaman belajar terpadu dan dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan (Fajar, 2005:47). Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya/ tugas-tugasnya. Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat). Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari teman, keluarga, pakar, kantor penerbitan surat kabar, TV, radio, alam sekitar, situs sejarah, artefak, dan lainlain. Dalam model pembelajaran berbasis portofolio, berbagai keterampilan dikembangkan seperti membaca, mendengarkan pendapat orang lain, bertanya, mencatat, menjelaskan, memilih, menimbang, mengkaji, merancang, menyepakati, merumuskan, memilih pimpinan, membagi tugas, dan berargumentasi. Portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu benda fisik portofolio itu adalah bundle, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundle. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Adapun sebagai suatu adjective portofolio sering kali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) (Budimansyah, 2002:2). Model pembelajaran portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Menurut Budiono (2002:1), model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari praktik belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Budimansyah (2002:51), juga menyebutkan terdapat empat prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio, yaitu (1) prinsip belajar siswa aktif; (2) prinsip kelompok belajar kooperatif; (3) prinsip pembelajaran partisipatorik; dan (4) prinsip reactive teaching. Menurut Taniredja, dkk. (2012:18) langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis portofolio meliputi: Pertama, mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui tentang masalah-masalah di masyarakat dan memberi tugas pekerjaan rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka anggap sangat berarti atau penting sesuai dengan kemampuan siswa. Kedua, Memilih masalah untuk kajian kelas. Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan informasi, kelompok kecil membuat daftar masalah, yang selanjutnya secara demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang akan dikaji. Ketiga, Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas. Pada langkah ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi sumbersumber informasi sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Keempat, Mengembangkan portofolio kelas. Portofolio yang akan dikembangkan meliputi dua seksi yaitu: (1) seksi penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show-case; dan (2) seksi dokumentasi, yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map jepit,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio. Kelima, Penyajian portofolio (showcase). Menyajikan gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut. Melalui model pembelajaran berbasis portofolio yang digunakan, diharapkan siswa dapat memperbaiki hasil belajarnya karena portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Menurut Rusyan (1993:7), hasil belajar adalah kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar atau akibat dari perubahan belajar, sedangkan Sudjana (2011:22), yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen semu (quasi experimental design). Menurut Sugiyono (2012:114), Rancangan ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Rancangan eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk desain Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini, kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Data hasil belajar PKn dalam penelitian ini diambil dari skor post-
test yang diberikan pada akhir eksperimen sebagai pembanding antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, sedangkan skor pre-test tidak dijadikan pembanding. Desain Penelitian O1 O3
X
O2 O4
Gambar 1: Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2012:116) Keterangan: X = Treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio. O1 = pre-test kelompok eksperimen O2 = post-test kelompok eksperimen O3 = pre-test kelompok kontrol O4 = post-test kelompok kontrol Menurut Dantes (2012:97), desain Nonequivalent Control Group Design sangat sering digunakan dalam penelitian pendidikan dan penelitian perilaku (behavioral) lainnya. Pada penelitian bentuk ini, sering digunakan intact group, seperti kelas, yang menyebabkan randomisasi tidak dapat dilakukan. Pemberian prates biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok. Penyetaraan dilakukan melalui pemetaan (matching). Menurut Hamid (2011:197), matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel, apabila peneliti menjodohkan variabel-variabel misalnya nilai pre-test nilai yang hampir sama bisa dijodohkan. Menurut Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 4 kelas dan berjumlah 129 orang siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Sampel dalam penelitian ini tidak dipilih melalui pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik random sampling terhadap keempat kelas, tetapi yang dirandom adalah kelas. Melalui random sampling yang dilakukan, terpilih SD Negeri 1 Lukluk dan SD Negeri 3 Lukluk sebagai sampel penelitian. Setelah dilakukan penyetaraan kelompok melalui pemetaan (matching) diantara kedua kelas, terpilih 30 orang siswa dari SD Negeri 1 Lukluk dan 30 orang siswa SD Negeri 3 Lukluk yang mempunyai kemampuan kognitif hampir sama dalam menjawab soal pre-test. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis portofolio yang diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn. Adapun definisi operasional variabel adalah model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa secara aktif untuk berpartisipasi mengemukakan pendapatnya dan menampilkan informasi yang diperoleh dalam kerja kelompok guna membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru yang cenderung selama proses pembelajaran guru lebih banyak ceramah dan mendominasi pembelajaran dibandingkan dengan siswa. Hasil belajar PKn merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai melalui pengerjaan tes hasil belajar PKn pada aspek kognitif. Untuk penilaian dari aspek afektif dan psikomotor tidak digabung dengan penilaian dari aspek kognitif pada nilai posttest karena yang dijadikan pembading di akhir eksperimen adalah nilai dari aspek kognitif.
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data tentang hasil belajar PKn. Untuk memperoleh data tersebut digunakan metode tes yang dapat mengukur hasil belajar PKn, yaitu tes hasil belajar PKn. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar PKn siswa adalah tes hasil belajar pada ranah kognitif. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif bentuk tes pilihan ganda biasa (multiple choice item test) dengan 4 pilihan jawaban, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pertanyaan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan (Sudijono, 2011:118). Jenis tes ini dipilih karena ada beberapa keunggulan yang disebutkan oleh Sudijono (2011:133), yaitu (1) tes objektif sifatnya lebih respresentatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya, (2) tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengkoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya, (3) mengkoreksi hasil tes objektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. Hal ini disebabkan karena untuk setiap butir soal tes objektif telah disediakan kunci jawaban yang sifatnya sangat sederhana, yaitu berupa huruf-huruf abjad seperti A, B, C, dan D, sehingga pekerjaan koreksi, perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes serta penentuan nilainya dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, (4) tes objektif memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut, (5) butir-butir soal pada tes objektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen untuk mengetahui validitas, daya beda, indeks kesukaran, dan reliabilitas. Tes hasil belajar yang baik apabila tes tersebut bersifat valid, reliabel, praktis, dan materi yang terkandung dalam soal-soal tes tersebut mampu mewakili seluruh materi yang telah dipelajari siswa selama proses pembelajaran. Suatu tes dinyatakan valid dari segi isinya apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan sisi atau materi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat dilihat dari kisi-kisi atau spesifikasi instrumen (alat ukur), yaitu dengan cara mengkaji butirbutir instrumen tersebut, apakah telah mewakili materi secara keseluruhan atau belum representatif (Koyan, 2004:61). Untuk menjaga agar tes yang disusun tidak menyimpang dari materi serta aspek kognitif yang dicakup dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi atau kisi-kisi. Validitas empirik suatu tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga r hitung dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel, maka tes dikatakan valid (Sudijono, 2011:167). Berdasarkan hasil uji validitas dapat diketahui bahwa sebanyak 40 soal yang valid dari 60 soal yang diberikan kepada 80 orang siswa. Daya beda dari sebuah butir soal adalah menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi (siswa) yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya beda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Sudijono, 2011:386). Berdasarkan hasil uji daya beda dapat diketahui bahwa dari 40 butir tes yang valid diperoleh klasifikasi indeks diskriminasi butir tes yaitu 8 butir tes yang tergolong sedang, 30 butir tes yang tergolong baik, dan 2 butir tes yang tergolong sangat baik. Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Tingkat
kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir tes yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testi yang dapat menjawab seluruh tes tersebut (Sudijono, 2011:370). Berdasarkan hasil uji indeks kesukaran diketahui bahwa terdapat 4 butir tes yang tergolong sukar, 29 butir tes yang tergolong sedang, dan 7 butir tes yang tergolong mudah. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir tes yang valid saja. Dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20. Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan yaitu (1) apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (=reliable); (2) apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable) (Sudijono, 2011:209). Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa r11 = 0,893. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tes tergolong memiliki reliabel yang tinggi. Setelah data hasil belajar PKn terkumpul dianalisis dengan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi (1) uji normalitas sebaran data. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui uji hipotesis dengan statistik parametrik dapat dilakukan atau tidak. Selain itu, untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar PKn siswa masing-masing kelompok telah berdistribusi normal. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi-Square. Kriteria pengujian normalitas adalah jika < pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk)=(k-1), maka diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. (2) Uji homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan malah akibat adanya perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan anava havley. Kriteria pengujian homogenitas varians adalah jika , maka data homogen dengan derajat kebebasan adalah n-1. Uji hipotesis menggunakan kriteria pengujian jika , maka diterima, sebaliknya jika , maka ditolak dan diterima. Pengujian pada taraf signifikansi 5% dengan dk=( ) (Sugiyono, 2012:273). HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar PKn yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji-t. Sebelum dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis uji-t, terlebih dahulu diuji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homegenitas varians. Uji normalitas pada kelompok eksperimen berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = (6-1) = 5 diperoleh , sedangkan karena maka h0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data nilai PKn kelompok eksperimen di kelas V SD N 1 Lukluk berdistribusi normal. Uji normalitas pada kelompok kontrol berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat
kebebasan (dk) = (6-1) = 5 diperoleh , sedangkan karena maka h0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data nilai PKn pada kelompok kontrol di kelas V SD N 3 Lukluk berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diketahui derajat kebebasan pembilang (n2-1) = (301) = 29 dan derajat kebebasan penyebut (n1-1) = (30-1) = 29 dengan taraf signifikansi 5%, maka diperoleh dan . Dengan demikian nilai , ini berarti data hasil belajar PKn kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen. Karena hasil uji prasyarat menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan. Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan dk = 58, diperoleh , dan sehingga . Oleh karena itu, h0 ditolak dan hɑ diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil analisis data disajikan pada tabel 1 berikut
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Sampel
Mean
Model pembelajaran berbasis portofolio
30 orang siswa SD N 1 Lukluk
70,08
Pembelajaran konvensional
30 orang siswa SD N 3 Lukluk
59,33
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) yang diujicobakan pada
Nilai thitung
Nilai ttabel
H0
Ha
4,17
2,000
Ditolak
Diterima
kelas eksperimen, sedangkan sebagai pembandingnya adalah pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas kontrol. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar PKn siswa kelas V semester 1
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
di SD Gugus IV Mengwi (SD N 1 Lukluk dan SD N 3 Lukluk). Hasil uji-t terhadap hipotesis penelitian diperoleh dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 58, ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Secara empirik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas V yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio pada kelompok eksperimen di SD N 1 Lukluk memperoleh , sedangkan hasil belajar PKn siswa V yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol di SD N 3 Lukluk memperoleh . Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dari hasil belajar PKn siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar ini disebabkan karena model pembelajaran berbasis portofolio yaitu model pembelajaran dimana siswa dibelajarkan agar memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya atau tugas-tugasnya sehingga mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran PKn yang membosankan dan materinya lebih banyak menghafal. Secara teoritis, keunggulan dari pembelajaran berbasis portofolio adalah (1) mampu mendorong keaktifan siswa apabila pengembangan materi ditugaskan kepada siswa secara mandiri atau kelompok kecil, (2) mendorong eksplorasi materi yang relevan dengan pokok bahasan sehingga
dapat diperoleh sejumlah dokumen bahan kuliah sebagai upaya perluasan pengetahuan siswa, (3) mudah dilakukan apabila tersedia perpustakaan yang memadai, Compact Disc (CD) maupun internet, (4) sangat menguntungkan dalam keluasan pengetahuan karena melalui pengembangan materi yang beragam atas satu topik sejenis akan diperoleh sejumlah besar materi namun memiliki sudut pandang berbeda-beda, (5) dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa, seperti belajar menilai dan memberanikan diri untuk berperan serta dalam masyarakat, dan (6) mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, yaitu prinsip belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif (Taniredja, dkk. 2012:9). Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Masriafo (2013), dengan hasil analisis data dan uji hipotesis diperoleh keterangan bahwa nilai rata-rata kelas kontrol 65 dan rata-rata nilai kelas eksperimen 73 dengan nilai t-hitung = 3,907 dan t-tabel = 2,021 dengan demikian hasil penelitian ini telah mengusulkan untuk menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho), yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar kelompok siswa dengan guru yang menggunakan penerapan model pembelajaran yang berbasis portofolio. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional kelas V SD Gugus 4 Mengwi. Hal ini diketahui dari hasil analisis uji-t diperoleh pada taraf signifikansi 5% dan dk = 58, diperoleh . Jadi, dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok yang mengikuti model pembelajaran berbasis portofolio , sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional , maka h0 ditolak dan hɑ diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) berpengaruh terhadap hasil belajar PKn pada kelas V SD Gugus 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Adapun saran yang dapat disampaikan pada guru adalah hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk merancang pembelajaran portofolio dalam mengembangkan pembelajaran PKn melalui inovasi pembelajaran dan memberikan pengetahuan serta pengalaman yang konkret untuk mengimplementasikan model pembelajaran berbasis portofolio, pada kepala sekolah hasil penelitian ini sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya dalam pembelajaran PKn, dan bagi peneliti lainnya adalah hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan memberikan informasi dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis portofolio. DAFTAR RUJUKAN Baharuddin, H dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung:PT. Genesindo. Budiono. 2002. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Fajar,
Arnie. 2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Fathurrohman dan Wuri Wuryandani. 2011. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Nuha Litera. Hamalik, Oemar. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hamid, Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. Masriafo, Waode, dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada MataPelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 1 Kabawo Kabupaten Muna. Tersedia pada http://ejournal.unima.ac.id/index.php /jss/article/view/127 (diakses pada 23 Januari 2014) Rusyan, Tabrani. 1993. Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina Budaya. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Mengajar dengan Portofolio. Jakarta Barat: Indeks. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta