PENGARUH RUTINITAS SHOLAT DHUHA TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ZULI RISTIANA NIM : 111 09 092
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2 0 13
MOTTO
Maka sesungguhnya disamping ada kesukaran terdapat pula kemudahan, sesungguhnya didalam kesukaran itu terdapat kemudahan. (QS. Al- Insyroh: 5-6) “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu‟ah: 10) “Bekerjalah seperti kerja orang yang meyangka dia tidak akan mati selamanya, dan berhati-hatilah seperti hati-hati orang yang kuatir ia mati besok pagi”. ( H.R. Baihaqi dari Ibnu Amr)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mendo‟akan penulis dalam mengarungi kehidupan; Suami tercinta (Nur Khamim) yang memberikan banyak sekali motivasi dan dorongan positif bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; Sahabat-sahabat Qiro‟ati yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis; Sahabat seperjuangan di STAIN Salatiga yang tak henti-hentinya memberikan masukan dan semangat kepada penulis; Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa menuntun penulis dalam menghasilkan karya yang berkode etik dan bernilai ilmiah; Seluruh Karyawan STAIN Salatiga yang memberi data-data yang saya perlukan untuk penyelesaian skripsi ini. Dan semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih untuk semuanya.
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 ” Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan tarbiyah STAIN Salatiga 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga sekaligus dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penilisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
5. Ayah dan ibuku yang selalu mendo’akan dalam hidupku. 6. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Amin – amin yarobbal 'alamin Salatiga, 14 September 2013
Penulis
ABSTRAK PENELITIAN Ristiana, Zuli. 2013. NIM 111 09 092. Pengaruh Rutinitas Sholat Dhuha terhadap Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Kata Kunci: Sholat Dhuha, Etos Kerja. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan perguruan tinggi agama Islam negeri dibawah naungan Kementerian Agama RI. Dengan demikian secara otomatis civitas akademika dan mahasiswanya memeluk agama Islam. Namun begitu, dalam keseriusan menjalankan pekerjaannya ada juga yang tidak dapat memanfaatkan waktu untuk sholat Dhuha. Hal ini tentu ada sebab yang menjadikan mereka lupa melaksanakan sholat Dhuha. Maka dari itu penulis tertarik mengkaji atau meneliti di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang notabennya Islam, dibanding dengan universitas ataupun instansi lain yang belum tentu memeluk agama Islam semua, dari situ bisa kita lihat apakah mereka civitas akademika semuanya taat menjalankan ajaran Islam khususnya melaksanakan Sholat Dhuha dan apakah ada pengaruh terhadap etos kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013. (2) Bagaimana Etos Kerja Karyawan STAIN Salatiga. (3) Adakah Pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi. Subyek penelitian sebanyak 52 responden, menggunakan teknik populasi sampel. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan teknis analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara rutinitas sholat dhuha dengan etos kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dengan hasil angket dari rutinitas sholat dhuha yang memperoleh kategori tinggi mencapai 23,09%, Kategori sedang mencapai nilai 48,07% dan kategori rendah mencapai 28,84%. Sedangkan untuk etos kerja yang memperoleh kategori tinggi mencapai 19,24%, kategori sedang mencapai 51,92% dan kategori rendah mencapai 28,84%. Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel. Dengan jumlah subyek 52 responden dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 5% = 0,279, dan apabila ditunjukkan dengan hasil rhitung koefisien korelasi ro = 0,3 adalah sama dengan 0,347. Maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "Adakah pengaruh yang signifikan antara rutinitas sholat dhuha dengan etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013" hipotesis yang penulis ajukan diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii PENGESAHAN ......................................................................................... iv MOTTO ..................................................................................................... v PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................ 5 C. Tujuan Penulisan .......................................................... 5 D. Hipotesis Penelitian ...................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ....................................................... 6 F. Definisi Operasional ..................................................... 7 G. Metode Penelitian ........................................................ 9 H. Sistematika Penulisan ................................................... 15
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Rutinitas Sholat Dhuha ........................................................ 16 1. Pengertian ....................................................................... 16 2. Keutamaan Sholat Dhuha ................................................ 17 3. Dasar Hukum Sholat Dhuha ............................................ 23 4. Faktor yang Menghambat Rutinitas Sholat Dhuha .......... 27 B. Etos Kerja ............................................................................. 29 1. Pengertian ........................................................................ 29 2. Komponen Etos Kerja ...................................................... 31 3. Karakteristik Etos Kerja ................................................... 35 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ................ 41 C. Pengaruh Rutinitas Sholat Dhuha terhadap Etos Kerja ....... 46 BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 ............................................ 50 B. Penyajian Data ...................................................................... 65 1. Daftar Responden ............................................................. 65 2. Daftar Jawaban Mengenai Rutinitas Sholat Duha Karyawan ......................................................................... 67 3. Daftar Jawaban Mengenai Etos Kerja Karyawan ............ 68 BAB
IV : ANALISIS DATA A. Analisis Data Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga .................. 71
B. Analisis Data Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga .............................. 75 C. Analisis Data Pengaruh Rutinitas Sholat Dhuha terhadap Etos Kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013 ............................................ 79 BAB
V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................... 81 B. Saran ............................................................................. 83
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Daftar Responden Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013 ........ 58
Tabel 3.2
Daftar Jawaban Angket Rutinitas Sholat Dhuha ........................ 58
Tabel 3.3
Daftar Jawaban Angket Etos ....................................................... 59
Tabel 4.1
Daftar Nilai tentang Distribusi Frekuensi Tentang Rutinitas Sholat Dhuha ............................................................................... 71
Tabel4.2
Distribusi Frekuensi Jawaban tentang Rutinitas Sholat Dhuha ... 74
Tabel 4.3
Prosentase Distribusi Frekuensi Jawaban Rutinitas Sholat Dhuha .......................................................................................... 75
Tabel 4.4
Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tentang Etos Kerja .. 76
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Etos Kerja ...................... 78
Tabel 4.6
Prosentase Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Etos Kerja .... 79
Tabel 4.7
Persiapan untuk Mencari Korelasi Antara Rutinitas Sholat Dhuha dengan Etos Kerja........................................................... 80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hidup dan persoalannya menjadi hal yang selalu menyibukkan seseorang bahkan sering menjadikannya putus asa. Dalam kehidupan yang serba terbuka sekarang ini persoalan hidup menjadi makin kompleks dan beragam, baik yang berasal dari diri seorang maupun yang datang dari luar. Kesiapan dan ketangguhan fisik, moral, intelektual dan emosi sangat diperlukan agar seseorang hidup bahagia dunia dan akhirat. Manusia adalah homo feber, makhluk bekerja. Kerja merupakan cara langsung dalam rangka memenuhi tuntutan yang bersifat pembawaan. Kerja merupakan ibadah ghoiru makhdzoh berkenaan dengan hablu minannas termasuk pelaksanaan tugas sebagai kholifah Allah di bumi (Asifudin, 2004:60). Sebagai kholifah Allah di bumi ini, manusia muslim dituntut berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi hidup dan persoalan yang dihadapinya, ia harus kuat dalam imannya, tegar pula dalam sikap dan tingkah laku, agar berhasil membawa tugas Ilahiyah yang melekat pada dirinya secara utuh. Hanya saja sebagai manusia biasa, mereka sering terlena dengan gemerlapnya dunia sehingga lupa terhadap apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Manusia merupakan makhluk jasmaniah dan rohaniah. Sebagai makhluk jasmaniah, manusia memiliki sejumlah kebutuhan jasmaniah seperti sandang, pangan, papan, udara dan sebagainya. Guna memenuhi kebutuhan jasmaniahnya itu manusia bekerja, berusaha, walaupun tujuan itu tidak semata-mata hanya untuk keperluan jasmaniah semata.
Dalam pekerjaan manusia dapat memperoleh kepuasan rohaniah (Ainur, 2001; 116).
Untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah, Setiap manusia wajib berusaha yaitu dengan bekerja. Sesuai Firman Allah swt.
َوقل اعملوا فسريى هللا عملكم ورسولو واملؤمنون قلى وسرتدون اىل علم ) 105 : (التوبو.الغيب والشهادة فينبئكم مبا كنتم تعملون Artinya: “Dan katakanlah: “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan RosulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan (Allah) yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Q.S. At-Taubah, 9 : 105). Bekerja menurut Islam bukan semata-mata untuk kepentingan jasmaniah
dan
duniawiah,
melainkan
juga
merupakan
sarana
pemenuhan kebutuhan mental spiritual dan keperluan ukhrawi, sehingga mengandung nilai ibadah. Karena mempunyai nilai ibadah tersebut, maka bekerja menurut konsep Islam tidak boleh sekedar hidup untuk bekerja atau bekerja untuk hidup, melainkan harus berlandaskan nilai-nilai tertentu yang dapat disebut tata nilai dan etos kerja. Jadi tidak ada azas atau prinsip ”menghalalkan segala cara” untuk memperoleh penghasilan. Guna memenuhi kebutuhan jasmaniahnya itu manusia bekerja dan berusaha, bukan semata-mata untuk kepentingan jasmaniah dan duniawiah, melainkan juga merupakan sarana pemenuhan kebutuhan mental spiritual dan keperluan ukhrawi, untuk itu dalam Islam juga di anjurkan malaksanakan sholat dhuha. Karena begitu banyak keutamaan
sholat Dhuha tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dari abi dzar:
حدثنا عبد هللا بن حممد بن أمساء الضبعي حدثنا مهدي وىو بن ميمون حدثنا واصل موىل أيب عيينة عن حيىي بن عقيل عن حيىي بن يعمر عن أيب األسود الدؤيل عن أيب ذر عن النيب صلى هللا عليو وسلم أنو قال يصبح على كل سالمي من أحدكم صدقة فكل تسبيحة صدقة وكل حتميدة صدقة وكل هتليلة صدقة وكل تكبرية صدقة وأمر باملعروف صدقة وهني عن املنكر صدقة وجيزئ من ذلك )ركعتان يركعهما من الضحى(رواه مسلم Artinya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hendaklah masing-masing kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua reka‟at sholat Dhuha” ( أبُ انحعٕه ْمعهم به انحجبد انىٕعببُز, )صحٕح معهم Mensinergikan antara usaha dan do’a (sholat dhuha) memang merupakan langkah tepat untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan. Usaha merupakan perjuangan, proses dan kerja keras untuk mendapatkan hasil. Sedangkan do’a adalah senjata untuk mengetuk terbukanya pintu rejeki dari Allah SWT. Bahkan tidak hanya rejeki, melainkan juga keberkahan dan kemudahan untuk meraih kesuksesan bisnis setelah dikembalikan kepada Allah SWT Sang Pemilik Rejeki itu sendiri (Iqra dan Aep, 2013:84). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan perguruan tinggi agama islam negeri dibawah naungan Kementrian Agama RI. Dengan demikian secara otomatis civitas akademika dan mahasiswanya memeluk agama Islam, dan sebagian besar mereka seorang muslim yang taat menjalankan ajaran agama dan taat
menjalankan
kerjanya.
Namun
begitu,
dalam
keseriusan
menjalankan pekerjaannya ada juga yang tidak mau memanfaatkan waktu untuk sholat Dhuha. Hal ini tentu ada sebab yang menjadikan mereka tidak mau melaksanakan sholat Dhuha. Maka dari itu penulis tertarik mengkaji atau meneliti di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga
yang
notabennya
Islam,
dibanding
dengan
Universitas ataupun Instansi lain yang belum tentu memeluk agama Islam semua, dari situ bisa kita lihat apakah mereka civitas akademika semuanya taat menjalankan ajaran Islam khususnya melaksanakan Sholat Dhuha dan apakah ada pengaruh terhadap etos kerjanya. Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang ”PENGARUH RUTINITAS SHOLAT DHUHA TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2013 ”
B. Rumusan masalah 1. Bagaimana
rutinitas
karyawan
STAIN
Salatiga
dalam
melaksanakan sholat dhuha tahun 2013? 2. Bagaimana etos kerja karyawan STAIN Salatiga tahun 2013? 3. Adakah pengaruh antara rutinitas Sholat Dhuha terhadap etos kerja karyawan STAIN Salatiga tahun 2013? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui rutinitas karyawan STAIN Salatiga dalam melaksanakan sholat dhuha tahun 2013 2. Untuk mengetahui etos kerja karyawan STAIN Salatiga tahun 2013
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan STAIN Salatiga tahun 2013 D. Hipotesis Penelitian Kata hipotesis berasal dari dua kata, yaitu “hypo" artinya “di bawah" dan “thesa" artinya “kebenaran". Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data permasalahan yang terkumpul (Suharsimi, 1998: 67). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh yang signifikan antara rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013”.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritik dan praktik. 1. Teoritik Diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
pengembangan pendidikan dan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. 2. Praktik a. Memberikan pemahaman tentang pentingnya melaksanakan sholat dhuha.
b. Memberikan semangat bagi para karyawan untuk selalu melaksanakan sholat dhuha. F.
Definisi Operasional Untuk memperjelas maksud judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan, yaitu: 1. Rutinitas Sholat Dhuha a. Pengertian Rutinitas Rutinitas berasal dari kata rutin yang artinya prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah dalam melaksanakan suatu kegiatan (Ebta, 2010). Jadi, pengertian rutinitas disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan teratur untuk mencapai hasil yang maksimal. b. Pengertian Sholat Dhuha Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi (07.00-11.00), paling sedikit dua rakaat, paling banyak 12 rakaat (M. Shodiq, 1991: 305). Sedangkan Menurut Sayyid Sabiq, “Sholat dhuha adalah ibadah yang disunahkan diwaktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir, paling sedikit dua rakaat dan paling banyak dua belas rakaat”.(Sabiq, 1994:68) Jadi, pengertian rutinitas sholat dhuha adalah kegiatan sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi (07.00-11.00), paling sedikit dua rakaat, paling banyak 12 rakaat yang dilakukan secara terus menerus dan teratur. 2. Etos kerja
Kata etos kerja merupakan kata jadian dari etos dan kerja. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos adalah pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993:237). Adapun kerja dalam kamus bahasa Indonesia artinya kegiatan melakukan sesuatu. Kerja dalam arti luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau keakhiratan (Mochlasin, 2010:76). Makna bekerja dalam pandangan Islam adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan didalam mencapai tujuannya tersebut
dia
berupaya
dengan
penuh
kesungguhan
untuk
mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT (Toto, 2002: 27). Sedangkan yang dimaksud dengan etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap kerja. Sedangkan menurut M. Dawam Rahardjo, pengertian etos kerja adalah suatu pola sikap yang sudah mendasar, yang sudah mendarah daging, yang mempengaruhi perilaku kita secara konsisten dan terus menerus (Mochlasin, 2010: 66). Etos bukan hanya sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhoi-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawa dengan semangat, kejujuran dan kepiawaian dalam bidangnya (profesional) (Toto, 2002 : 24).
Indikator dari rutinitas sholat dhuha adalah :
a. Mengerjakan sholat dhuha setiap pagi dirumah atau dikantor b. Mengerjakan sholat dhuha dikantor jika ada waktu luang c. Mengerjakan sholat dhuha jika ada teman yang mengajak d. Mengerjakan sholat dhuha jika hari libur kerja Indikator dari etos kerja adalah : a. Selalu datang tepat waktu b. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi mahasiswa dan dosen c. Memiliki moralitas yang bersih d. Disiplin dalam melaksanakan tugas e. Bekerja secara professional f. Punya target kerja g. Dapat menyelesaikan tugas tepat waktu G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data yang akurat untuk itu diperlukan adanya suatu metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komperehensif tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada penelitian diskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah
deskriptif,
yaitu
berusaha
mendiskripsikan
dan
menginterpretasi apa yang ada Mengenai kondisi atau hubungan yang ada. Data deskriptif dikumpulkan melalui angket. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini bertempat di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penelitian ini akan difokuskan pada karyawan tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yakni dari bulan Juli sampai bulan September 2013 yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi, 1989:67). Sedangkan menurut Sumanto populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi subyek penelitian dan elemen populasi itu satuan analisis (Sumanto, 1995:39). Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh karyawan tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, yang berjumlah 52 orang, yaitu: 7 orang golongan III/d, 7 orang golongan III/c, 16 orang golongan III/b, 13 orang golongan III/a, 2 orang golongan II/c, 5 orang golongan II/b, 2 orang golongan II/a. (Akademik STAIN Salatiga) b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi (Sutrisno Hadi, 1977: 221). Apabila subjek yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Sedangkan jika jumlah subyek lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-50% atau lebih. Karena jumlah karyawan 52 orang, itu artinya kurang dari 100. Maka penelitian ini mempunyai arti penelitian populasi, yaitu menentukan dengan jumlah sampel seluruh karyawan tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penelitian populasi maksudnya adalah penelitian yang subyek penelitiannya adalah menggunakan semua subyek yang ada dalam populasi. c. Tehnik Sampling Tehnik sampling adalah cara pengambilan sampling. Dalam pengambilan pada penelitian ini penulis menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh karyawan tetap di ambil untuk menjadi responden. d. Metode Pengumpulan Data a.
Metode Angket Angket adalah instrumen pengumpulan data dengan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari para responden (Koencoroningrat, 1997:173). Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang rutinitas sholat dhuha dan etos kerja. Angket yang digunakan adalah angket
tertutup, jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu atau jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal melingkari pilihan yang tersedia. b.
Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998:236) dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, dan tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku. Metode ini digunakan untuk menghimpun data tentang sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan jumlah pegawai STAIN Salatiga.
4. Teknik Analisis Data Untuk memperoleh hasil agar bisa di generalisasikan, setiap data yang masuk harus di analisis. Untuk menganalisis data tersebut penulis menggunakan tes statistik yaitu: a. Untuk mengetahui masing-masing variabel, digunakan tehnik analisis data prosentase frekuensi dengan rumus: P
F X 100% N
Keterangan : P : Presentase perolehan F : Frekuensi
N : Jumlah Responden Analisis
ini
untuk
mengetahui
variabel
rutinitas
mengerjakan sholat dhuha dan etos kerja b. Analisis lanjut Untuk mengetahui pengaruh variabel 1 terhadap variabel 2 yang digunakan, tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis data koefisien korelasi product moment dengan rumus :
rxy
(X )(Y ) N 2 2 (X ) 2 (Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
X
: Jumlah variable X
Y
: Jumlah variable Y
X2 : Kuadrat dari variable X Y2 : Kuadrat dari variable Y N
: Banyaknya sample penelitian
XY : Product dari variable X dan Y : Jumlah (Sutrisno Hadi, 1994:294) Analisis ini merupakan jawaban benar/tidak benar terhadap hipotesis yang diajukan. Metode analisis data merupakan suatu
analisis untuk mencari atau mengumpulkan data deskriptif serta data aktual. Maka dalam pengolahan data penulis menganalisis isinya (Sumadi, 1995:65-66). H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB
I : PENDAHULUAN Bab I dalam penulisan skripsi ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian,
Definisi
Operasional,
Metode
Penelitian,
Sistematika Penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab II dalam penulisan skripsi ini mencakup tentang sholat dhuha yang meliputi: pengertian rutinitas sholat dhuha, keutamaan sholat dhuha, dasar hukum sholat dhuha, faktor yang menghambat rutinitas sholat dhuha, dan tentang etos kerja yang meliputi: pengertian etos kerja, karakteristik etos kerja, komponen etos kerja, faktor yang mempengaruhi etos kerja. Serta pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja. BAB
III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab III berisikan tentang Laporan hasil penelitian yang
meliputi: penjelasan tentang gambaran umum STAIN Salatiga dan penyajian data. BAB
IV : ANALISIS DATA BAB IV ini meliputi: Analisa data Pelaksanaan Sholat Dhuha karyawan STAIN Salatiga, analisa data etos kerja, dan Analisa data Pengaruh Rutinitas mengerjakan Sholat Dhuha Terhadap Etos Kerja.
BAB
V : PENUTUP Bab V merupakan bab akhir sebagai penutup dalam penulisan skripsi ini. Adapun isi dalam bab V adalah penyampaian Kesimpulan dan Saran bagi pihak-pihak terkait
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Rutinitas Sholat Dhuha 1. Pengertian Rutinitas berasal dari kata rutin yang artinya prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah dalam melaksanakan suatu kegiatan (Ebta, 2010). Jadi, pengertian rutinitas disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan teratur untuk mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi (07.00-11.00), paling sedikit dua raka’at, paling banyak 12 raka’at. (M Shodiq, 1991:305). Sedangkan pengertian sholat dhuha menurut para pemikir Islam adalah sebagai berikut : 1) Menurut Abdul Manan bin H.Muhammad Sobari adalah : “Sholat Dhuha dikerjakan ketika matahari sedang naik, kurang lebih setinggi hasta (pukul 07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang” (Abdul, 2003: 66). 2) Menurut Sudarsono adalah : “Sholat Dhuha adalah sholat pada waktu naik matahari yakni dua rekaat sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, sesudah naik matahari, kira-kira jam delapan dan sembilan pagi” (Sudarsono, 1994: 68). 3) Sedangkan Menurut Sayyid Sabiq adalah :
“Sholat dhuha adalah ibadah yang di sunnatkan diwaktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir, paling sedikit dua rekaat dan paling banyak dua belas rekaat” (Sayyid: 1994: 68). Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik (07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang. Jadi, pengertian rutinitas sholat dhuha adalah kegiatan sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi (07.00-11.00), paling sedikit dua rakaat, paling banyak 12 rakaat yang dilakukan secara terus menerus dan teratur. Menurut peraturan Menteri Agama tentang disiplin kehadiran pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Agama bab II pasal 2 yang berisi hari kerja di lingkungan Kementerian Agama ditetapkan 5 (lima) hari kerja per minggu, mulai hari senin sampai dengan hari jumat atau sesuai dengan ketentuan hari kerja pemerintah daerah dan diteruskan pasal 3 yang berisi: a. Setiap PNS wajib memenuhi jam kerja 7,5 (tujuh koma lima) jam per hari. b. Jam kerja sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan:
1) Hari senin sampai dengan hari kamis hadir dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.00 dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00; dan 2) Hari jumat hadir dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.30 dengan waktu istirahat dari pukul 11.30 sampai dengan pukul 13.00. c. Dalam hal PNS tidak dapat memenuhi ketentuan hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan toleransi sampai pukul 09.00 dengan kewajiban memenuhi ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud ayat di atas. d. PNS yang hadir setelah pukul 09.00 tanpa alasan yang sah dinyatakan tidak hadir. e. Jam kerja pada bulan Ramadhan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dari rutinitas sholat shuha adalah: 1) Rutinitas tinggi, jika mengerjakan sholat dhuha sebanyak 5 kali dalam seminggu. 2) Rutinitas sedang, jika mengerjakan sholat dhuha sebanyak 3 kali dalam seminggu. 3) Rutinitas rendah, jika mengerjakan sholat dhuha sebanyak 1 kali dalam seminggu. 2. Keutamaan Sholat Dhuha
Sholat dhuha memang berbanding lurus dengan kemudahan mendapatkan rezeki. Di dalam al-qur’an, Allah Swt menjajikan kehebatan waktu dhuha sebagai penjaminan rezeki. Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S Adh-Dhuha:1-5 Artinya: Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan), dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. (Q.S Adh-Dhuha: 1-5) Firman allah tersebut menunjukkan bahwa waktu dhuha memiliki keistimewaan dimana allah memberikan janji-Nya. Sholat dhuha yang terkadang sering dilupakan oleh sebagian orang, ternyata memiliki keutamaan yang tidak bisa ditukar dengan harta, berapapun nominalnya. Meskipun tergolong sunnah, sholat ini mengandung banyak fadhilah (keutamaan). Adapun keutaman tersebut antara lain: a.
Sedekah bagi Seluruh Persendian Tubuh Manusia Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi
Muhammad saw bersabda:
عه أبٓ ذز عه انىبٓ ملسو هيلع هللا ىلص أوً قبل ٔصبح عهّ كم ظالمٓ مه أحدكم صدقت فكم تعبٕحت صدقت َكم تحمٕدة صدقت َكم تٍهٕهت صدقت
َكم تكبٕسة صدقت َأمس ببنمعسَف صدقت َوٍٓ عه انمىكس صدقت )َٔجصئ مه ذنك زكعتبن ٔسكعٍمب مه انضحّ (زَاي معهم Artinya:“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).(Shohih Muslim) Tubuh manusia memang memiliki ratusan tulang yang masing-masing dihubungkan dengan persendian. Jumlah persendian dalam tubuh manusia adalah 360. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jika tulang-tulang yang ada dalam tubuh kita tersebut tidak dihubungkan dengan persendian.Atau salah satu persendian tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Maka, tidak ada yang mengetahui betapa besarnya nikmat ini, kecuali orang yang telah kehilangan nikmat tersebut. Sejatinya dalam setiap harinya persendian kita mempunyai kewajiban untuk bershadaqah sebagai realisasi syukur kita kepada allah, dzat yang telah menciptakannya. Rasulullah Saw memberikan kemudahan kepada umatnya. Semua shadaqah yang harus ditunaikan oleh anggota-anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua raka’at shalat dhuha, karena shalat merupakan amalan semua anggota badan. Jika seseorang mengerjakan shalat maka setiap anggota badan menjalankan fungsinya masing-masing (Iqra’ dan Aep, 2013: 98). b. Sholat Dhuha Lebih Baik dari Berperang
Shalat dhuha memiliki keutamaan lain yaitu bisa meraih keuntungan yang besar. Dalam sebuah kisah, rasulullah Saw mengutus pasukan muslim untuk berperang melawan musuh Allah Swt. Secara singkat pasukan muslim tersebut berhasil memperoleh kemenangan gemilang dan memperoleh rampasan yang melimpah. Orang-orangpun ramai membicarakan singkatnya dan banyaknya harta rampasan perang yang mereka peroleh. Kemudian, Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ada yang lebih utama dan lebih baik daripada mudahnya kemenangan dan harta rampasan yang banyak itu, yaitu sholat dhuha.
ِد
َعب َعع َع: ع ْنى ُرٍ َعمب َعقب َعل ٓ ُهَّلل ظُ ُرل ج َعَ َعز ُر ااُر َع ع ْنب ِدد ِد ب ِدْنه َع ع ْنه َع َع ع ْنم ُرسَ َعز ِد َع َع ً فَعت َع َعحد َع، انس ْنج َععتَع بض ظ ِدسُٔهَّللت فَعغَعىِد ُرم ْنُا َعَأظ َعْنس ُر عُا ُهَّلل ُهَّللث انىُهَّلل ُر ز ٓ عىً َع ة َعم ْنغصَع ا ُرٌ ْنم َعَ َعكخْن َعسةِد َع : ظ ْنُ ُرل ِد ع ِدت َعز ْنجعَعتِد ِدٍ ْنم فَعقَعب َعل َعز ُر غىِد ْنٕ َعمتِد ِدٍ ْنم َعَ ُر بِدقُر ْنس ِد ظ ْنس َع ة ِدم ْنى ُرٍ ْنم َعم ْنغ ًصِ َعَأ َع ْنكخ َع َعس َع غىِد ْنٕ َعمتً َعَأ َع ْنَش َعَعك َعز ْنج َععتً ؟ هّ أ َع ْنق َعس َع (أَعالَع أَعد ُرنُّ ُرك ْنم َع ع َع َعم ْنه ت َع َعُ ُهَّللأ َع ح ُر ُهَّللم َع ِة َعم ْنغ ًص ُّ ع ْنب َعح ِدت ان نّ ْنان َعمع ِدْنج ِدد ِدن ُر ض َعحّ فَع ُرٍ َعُ أ َع ْنق َعس َع غدَعا ِدإ َع َعَأ َع ْنكخ َع َعس َع (ّ)زَاي أحمد َانطبساوٓ َأبُ ٔعه. ًَعك َعز ْنج َععت غ ِدى ْنٕ َعمتً َعَأ َع ْنَش َع
Artinya:
Dari Abdillah bin „Amru rodhiyallahu „anhuma meriwayatkan, Rasulullah mengirim sebuah pasukan perang. Lalu mereka mendapatkan harta rampasan perang dan kembali dengan segera.Meraka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang diperoleh dan cepat kembalinya (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah bersabda; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan lebih cepat kembalinya? Mereka menjawab; “Ya! Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu‟, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih alTarghib: 666)
c. Pahala Umrah Orang yang melaksanakan sholat subuh berjama’ah, kemudian duduk berdzikir sampai matahari terbit, setelah itu melaksanakan sholat dhuha, maka pahalanya seperti melaksanakan haji dan umrah. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadis dari anas bin malik bahwa rasulullah bersabda:
ٓ ُهَّلل ّف قَعب َعل َعز ُر: ع ْنىًُر قَعب َعل ااُر َع َع َعم ْنه َع: ظ ْنُ ُرل ِد صهُهَّللّ ْنانفَع ْنج َعس ِد ع ْنه اَعو ٍَعط َعز ِد َع ْن ُهَّلل ُر ُر ْن ُر ْن ّ تَعطه ُر ان ُهَّلل َعكبو ْن,صهّ َعزك َععتَعٕ ِدْنه َعت ل ْنم ُر َعج َعمب َع ط ح ُهَّللم َع ع ٍت ح ُهَّللم قَع َععدَع َٔعر ُرك ُرس َع َعحت ُهَّلل (ِ ( زَاي انتسمر. تَعب ُهَّللم ٍت, تَعب ُهَّللم ٍت, تَعب ُهَّللم ٍت,ٍع ْنم َعسة نَعًُر َعكأ َع ْنج ِدس َعح ُهَّللج ٍت َعَ ُر
Artinya: Anas rodhiyallahu „anhu meriwayatkan, beliau berkata, Rasulullah bersabda:“Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.” (Shahih al-Jami`: 6346). d. Ampunan Dosa
Keutamaan lain shalat, khususnya shalat Dhuha antara lain untukmemohon maghfirah (ampunan dari Allah SWT, mencari ketenangan hidup danmemohon agar dilapangkan rizqi. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAWyang berbunyi :
مه حبفضب عهّ شفعت انضحّ غفسنً ذوُبً َان كبوت مخم شبد )(زَاي معهم.انبحس Artinya: “Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.”(Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Muslim, hal 345) Dalam shalat, manusia mengalami proses mi’raj (naik) ke hadirat Illahi rabbi sehingga dengan mi’raj tersebut manusia telah
melupakan semua beban yang telah menimpanya dan dengan demikian dia akan menghasilkan sebuah ketenangan dan kedamaian dalam hatinya. Thomas Heslof mengatakan bahwa “Sesungguhnya unsurunsur pokok terpenting yang saya ketahui diantara tahun-tahun yang panjang yang saya habiskan dalam pengalaman dan eksperimeneksperimen adalah shalat. Saya kemukakan pendapat ini dengan resep dokter, yakni bahwa sesungguhnya shalat merupakan sarana terpenting yang saya ketahui sampai sekarang menanamkan ketentraman dalam jiwa dan menanamkan ketentraman dalam syaraf” (M. Ustman, 1993: 313). Shalat juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dan efektif dalam menyembuhkan manusia dari duka cita dan gelisah. Sikap berdiri pada waktu shalat di hadapan Tuhannya dalam keadaan khusuk, berserah diri dan pengosongan diri dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat menimbulkan perasaan tenang, damai dalam jiwa manusia serta dapat mengatasi rasa gelisah dan ketenangan yang ditimbulkan oleh tekanan jiwa dan masalah kehidupan (M. Ustman, 1993: 106). Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi:
تطمئه انقهُة
أال بركس
انرٔه أمىُا َ تطمئه قهُبٍم بركس )٢٨ :(ظُزة انسعد
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.(Q.S ArRa‟d: 28) Menurut Ustman Najati, bahwa kedamaian jiwa dan ketenangan akal, serta untuk kondisi ini dari kelonggaran dan kedamaian jiwa yang diciptakan shalat memberi pengaruh pengobatan yang cukup penting dalam mengurangi tajamnya
ketegangan-ketegangan syaraf yang tumbuh karena tekanan-tekanan hidup sehari-hari, dan dalam meringankan kegelisahan yang diderita sebagian orang (M. Ustman, 1993:313).
Menurut Ary Ginanjar Agustian, shalat adalah metode yang jauh lebih sempurna, karena ia tidak hanya bersifat duniawi namun juga bermuatan nilai-nilai spiritual. Didalamnya terdapat sebuah totalitas yang terangkum secara dinamis kombinasi gerak (fisik), emosi (rasa), dan hati (spiritual) (Ary, 2001: 278). Seseorang yang telah berhasil dalam mendirikan shalat akan dapat menjaga diri dari sebuah perbuatan yang tidak pantas dilakukan menurut hatinya, yang mana dengan perbuatan tersebut apabila didasarkan pada kata hatinya (hati nurani), dalam dirinya akan timbul sebuah perasaan berdosa yang selanjutnya akan menumbuhkan sebuah kegundahan dalam dirinya. 3. Dasar Hukum Sholat Dhuha. Sholat dhuha itu adalah ibadah yang disunnatkan. Kerena itu barang
siapa
yang
menginginkan
pahalanya,
baiklah
mengerjakannya dan kalau tidak, tidak ada halangan pula meninggalkannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab fatkhul mu’in yang berbunyi :
قال ابن. يسبحن بالعشى والعسراق:يسن الضحى لقولو تعالى . صال ة العسراق صال ة الضحى.عباس Artinya: Sunnat sholat dhuha, sebagaimana firman Allah yang artinya : “ Mereka memaha-sucikan Allah di sore hari dan di waktu isroq.” Ibnu Abbas menjelaskan: Sholat isroq adalah sholat dhuha. (fatkhul mu’in, 1980:243)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh abi hurairoh, beliau berkata:
او صانى خميمى بثالث صيام
عن ابى ىريرة رضي هللا عنو قال ثالثة
(رواه
.ايام من كل شير وركعتى الضحى وان او تر قبل ان ارقد (ومسمم
Artinya:“Dari Abi Hurairah R.A ;Diperintahkan kepadaku oleh kekasihku SAW dengan tigaperkara : untuk berpuasa 3 hari pada tiap bulan,mengerjakan 2 rakaat shalat sunnat dhuha dan supaya saya berwitirsebelum tidur” (H.R. Muslim). (software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Muslim, hal 344) Waktu sholat dhuha mulai ketika matahari setinggi tombak (18) dan berakhir manakala matahari telah mulai condong kearah barat. Tetapi disunnahkan ketika matahari sudah agak tinggi atau sudah terasa panasnya (Zakiyah, 1995:193). Permulaan waktu dhuha itu adalah waktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir, tetapi disunatkan mengundurkannya sampai matahari agak tinggi dan panas agak terik. Dari Zaid bin Arqom r.a berkata:
ملسو هيلع هللا ىلص عهّ أٌم قببء ٌَم ٔصهُن فقبل صالة األَابٕه
خسد زظُل
.) ِإذا زمضت انفصبل( زَاي احمد َمعهم َتس مر Artinya: “Nabi Saw ke luar menuju tempat ahli quba‟. Dikala itu mereka sedang bersembahyang dhuha. Beliau lalu bersabda: “ini adalah sholat orang–orang yang sama kembali pada Allah yakni diwaktu anak-anak unta telah
bangkit karena kapanasan”. (Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Bulughul Maram, hal 72) Mengenai jumlah rakaat shalat dhuha, minimal adalah dua rakaat dan paling banyak adalah dua belas rakaat. Menurut Abu Bakar Al-Masyhuri jumlah rakaat shalat dhuha dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Dua Rakaat, hal ini berdasar pada hadits Nabi SAW yang berbunyi:
عن ابى ىريرة رضي هللا عنو قال او صانى خميمى بثالث صيام ثالثة ايام من كل شير وركعتى الضحى وان او تر قبل ((رواه ومسمم.ان ارقد Artinya: “Dari Abi Hurairah R.A diperintahkan kepadaku oleh kekasihku Saw dengan tiga perkara: untuk berpuasa 3 hari pada tiap bulan,mengerjakan 2 rakaat shalat sunnat dhuha dan supaya saya berwitirsebelum tidur”.(H.R. Muslim) (software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Muslim, hal 344) 2) Dilaksanakan empat rakaat dan dua belas rakaat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:
عن عائسة قالتكان النبى صمى هللا عميو وسمم يصمى الضحى
.)(رواه ومسمم. اربع ركعات ويزيد ما شاء هللا Artinya: “Nabi Saw mengerjakan sholat dhuha empat rekaat dan tambahanya seberapa yang dikehendaki Allah”. (H.R. Muslim)(Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Muslim, hal 344) 3) Dilaksanakan delapan rakaat, sebagaimana hadits yang berbunyi :
عن عبدالرحمن بن ابي ليمى قال ما اخبرني احد انو راى النبى صمى هللا عميو وسمم يصمي الضحى اال ام ىانئ فانيا حدثت ان النبى صمى هللا عميو وسمم دخل بيتيا يوم فتح مكة فصمى ثماني ركعات ما رايتو صمى صالة قط أخف منيا غير أنو كان يتم
(رواه.
الركوع والسجود ولم يذكر بن بشار في حدثو قولو قط
.)ومسمم Artinya:“ Dari Abdur Rahman Bin Abi Layla Dia berkata ; Tidak ada seorangpun yang memberitahuku bahwa dia melihat Nabi SAW melakukan shalat dhuha kecuali Ummu Hani Binti Abu Thalib, dia berkata: “bahwa, Rasulullah SAW masuk ke rumahnya pada tahun penakhlukan kota makkah, beliau melakukan shalat dhuha delapan rakaat yang belum pernah aku melihat beliau shalat lebih ringan darinya sehingga beliau menyempurnakan rukuk dan sujudnya ”. (HR.Muslim) Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak ada batas bilangan rekaat sholat dhuha. Ini adalah pendapat Abu Ja’far Thabari, Humaini dan Ruyani dari golongan Syafi’i. Dalam syarah Turmudzi, Al-Iraqi berkata: saya tidak pernah melihat seorangpun baik dalam golongan sahabat atau tabi’in yang membatasinya hanya sampai dua belas rakaat. Demikian yang disampaikan oleh suyuthi. Said bin Manshur sewaktu ditanya: apakah sahabat Rasulallah Saw juga mengerjakan itu? Ia menjawab: ya, diantara mereka ada yang mnegerjakan sebanyak dua belas rekaat, ada yang empat rekaat dan ada pula yang terus – menerus mengerjakan sampai tengah hari (Sayyid, 1994: 69). 4. Faktor yang Menghambat Rutinitas Sholat Dhuha
Prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah dalam melaksanakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan teratur untuk mencapai hasil yang maksimal merupakan
perilaku
seseorang
yang
mencerminkan
rutin
mengerjakan sholat dhuha. Tipikal orang yang gampang menyerah saat menghadapi masalah merupakan orang yang tidak memiliki komitmen kuat untuk sukses (Iqra’ dan Aep, 2013: 123). Akan tetapi semua kegiatan manusia sebagai makhluk sosial bukanlah lepas dari hambatan ataupun rintangan dalam mengerjakannya. Adapun faktor yang menghambat rutinitas sholat dhuha diantaranya adalah: a. Salah Niat Niat melambangkan tujuan, orang tanpa niat yang jelas tentu akan menghasilkan suatu tujuan yang kurang sempurna. Jika niatnya karena Allah ta'ala semata, insya Allah akan mendapatkan ridha dari Nya, akan tetapi apabila niatnya dan tidak sesuai harapan tidak mustahil semangat akan memudar larut dalam keputusasaan. Seseorang yang semangat dan rutin dalam mengerjakan sholat Dhuha, semangat belajar di saat akan menghadapi ujian sekolah, semangat itu akan mengendur dan luntur begitu juga harapan dan tujuan akan pupus dan tidak tercapai apabila tidak landasi dengan niat untuk ibadah karena Allah ta'ala.
Amalan yang tidak di landasi karena Allah ta'ala akan mudah rapuh dan tumbang dan jatuh di terpa berbagai masalah. Sebab tidak semua amalan kebaikan akan mendapatkan pujian tapi sebaliknya bisa berupa cemooh dan cacian yang akan kita dapatkan. benahi hati kita agar senantiasa meniatkan setiap amalan ibadah karena Allah -ta'ala- dan hanya untuk mendapatkan ridha Allah ta'ala bukan karena mendapatkan pujian sesama manusia. b. Berlebihan (ghuluw)dan Terlalu Semangat dalam Beribadah Semua hamba di perintahkan untuk rajin dan tekun dalam semua ibadah dan amalan kebaikan. Namun apabila hal ini dilakukan terlalu berlebihan tanpa ada rehat sedikitpun akan mudah terjangkit penyakit futur. Dari Anas bin Malik bahwa tiga orang datang kerumah Rasullullah dan menayakan tentang ibadah beliau kepada 'Aisyah. Setelah diberitahu mereka memperbincangkannya, dan ada yang berkata : Nabi saja seperti itu lalu bagaimana dengan kita? Padahal beliau sudah pasti mendapatkan jaminan dan ampunan dunia akhirat yang akan datang! yang lain lagi berkata, kalau begitu saya akan shalat malam terus menerus. Sementara yang lain lagi berkata, saya akan melakukan shaum terus menerus yang lain lagi berkata, saya akan menjauh dan tidak akan menikah selamanya. Kemudian Rasullullah mendatangi mereka dan berkata, ”Apakah kalian yang katakan begini dan begini? ketahuilah demi Allah sesungguhnya
Aku adalah orang yang paling takut kepada Allah ta'ala, tapi aku berpuasa juga berbuka, shalat dan tidur dan menikah dengan wanita pula, barang siapa yang membenci sunnahku maka bukan termasuk golongan dari umatku”. Semestinya segalanya juga harus berjalan dengan imbang, beribadah juga harus menjaga kesehatan juga hak untuk rehat dan Allah menyukai orang-orang mukmin yang sehat lagi kuat. Thalabul ilmi (mencari ilmu) tapi juga tidak melalaikan orang tua dan berbakti
kepadanya, berdakwah tapi
juga
memperhatikan hak dan kewajiban keluarga istri dan anak-anaknya. Kadang disibukkan dengan dakwahnya lupa akan hak dan kewajiban terhadap keluarga orang tua juga lalai akan ruiyah diri sendiri. Membaca Al-Qur’an dan membaca dzikir pagi petang adalah salah satu pengingat kita untuk menumbuhkan semangat dan dekat kepada Allah SWT dan sunnah Rasullullah.
c. Tidak Disipin dalam Menjalankan Amalan Keseharian Misalnya tidur hingga tidak menjalankan shalat fardhu tepat waktu, berbincang-bincang dengan teman kerja sampai lupa waktu sholat, sehingga akan muncul suatu penyakit yaitu futur atau malas malasan, lemah iman dan merasa berat untuk melaksankan amalan kebaikan. d.
Tidak ada Persiapan Mental dalam Menghadapi Cobaan yang Menerpa
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita hadapi, ada yang baik ada yang buruk. Ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan, datangnya pun kadang dari anak kita sendiri, istri kita sendiri dan mungkin orang lain. Kalau kita tidak siap maka akan berakibat fatal, disaat kita diterpa masalah, bagai hujan dan petir yang tiba-tiba menyambar. Masalahpun menerpa dan mengguncang dalam kehidupan kita. dan kita harus tetap istiqamah. Bila dibiarkan akan terjadi sikap yang buruk dan frustasi, uzlah atau menyendiri dan sampai menyangkut ketauhidan seseorang seakan mengingkari akan takdir Allah -ta'ala- akan takdirNya. Seharusnya jadikan masalah itu sebagai ujian untuk lebih dekat kepada sang kholik. Allah berfirman :
اَّللُ الَّ ِذييَ َجا َهدُوا ِه ْن ُك ْن َويَ ْعلَ َن ِ أ َ ْم َح َّ س ْبت ُ ْن أ َ ْى ت َ ْد ُخلُوا ا ْل َجنَّةَ َولَ َّوا يَ ْعلَ ِن َلااِ ِ يي َّ ال Artinya : "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran :142). e.
Tidak Sistematik dan Acak-acakan Pekerjaan dan aktifitas yang acak-acakan akan memicu
permasalahan
dan
kemalasan,
seseorang
yang
tidak
bisa
mendahulukan mana yang paling utama dan di prioritaskan dan mana yang bisa di tunda untuk dilaksanakan kemudian. Akibatnya pekerjaan amburadul, rasa malas pun menyelimuti dan setan pun mudah masuk dalam hati membisikkan untuk mengalihkan akidah
kita dan ibadah kita. jadi kita akan sia-sia mengerjakan itu. Tetaplah dijalur yang benar. Beberapa hal di atas merupakan hal yang memicu penyakit futur yang harus diwaspadai sebagai tindakan preventif agar kita bisa terhindar darinya. Namun ada solusi menarik dalam salah satu riwayat AlBazzar: “Sesungguhnya setiap amalan kebaikan ada masa rajinnya dan adapula masa-masa surutnya. siapa yang ketika semangatnya dalam sunnahku maka ia mendapatkan petunjuk dan barang siapa masa surutku di luar sunnahku maka ia telah tumbang dan binasa" (HR.Al-Bazzar). Artinya saat semangat dalam menjalankan ibadah surut, kita segera mengganti ibadah yang lain yang jauh lebih bermanfaat bukan ibadah yang sia-sia. Sebagai contoh kita membaca artikel islami atau membaca buku dalam pertemuan atau kajian, atau rihlah (piknik). Semua itu sekedar memotivasi dan membangkitkan ghirah kita untuk lebih konsisten akan aktifitas beribadah kepada Allah
(http://surat.artikelislami.com/2011/06/ketika-nyalanya-
SWT
mulai-redup.html). B. Etos Kerja 1. Pengertian Kata etos kerja merupakan kata jadian dari etos dan kerja. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993: 237). Kata Etos secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang artinya tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat,
watak, perasaan. Dalam bentuk pluralnya adalah ta etha, artinya adat kebiasaan. Secara terminologis, kata etos mengalami perubahan makna yang luas, digunakan dalam pengertian yang berbeda, yaitu: pertama, suatu aturan umum atau aturan hidup. Kedua, suatu tatana dari perilaku. ketiga, penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku (Mochlasin, 2010:66). Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin (Toto, 2002: 15). Pengertian kamus bagi perkataan “etos” menyebutkan bahwa ia berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang bermakna watak atau karakter (Nurcholis, 1992: 410). Maka secara lengkapnya “etos” ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat khusus tantang seorang individu atau kelompok manusia. Etos bukan hanya sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan
moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhoi-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawa dengan semangat, kejujuran dan kepiawaian dalam bidangnya (profesional) (Toto, 2002:24). Sedangkan kerja dalam arti luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau keakhiratan (Mochlasin, 2010:76). Makna bekerja dalam pandangan islam adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT (Toto, 2002:27). Jadi, yang dimaksud dengan etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap kerja. Sedangkan menurut M. Dawam Rahardjo, pengertian etos kerja adalah suatu pola sikap yang sudah mendasar, yang sudah mendarah daging, yang mempengaruhi perilaku kita secara konsisten dan terus menerus (Mochlasin: 2010:66). Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan etos kerja adalah watak atau
karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. 2. Komponen Etos Kerja a. Iman dan Taqwa Yang dinamakan iman adalah meyakini di dalam hati, menyatakannya dengan lisan, dan malaksanakannya dengan perbuatan (Toto, 2002: 2). Kata taqwa (al-taqwa) dan kata-kata kerja serta kata-kata benda yang dikaitkan dengannya memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali pertama, takut kepada Allah, merupakan awal dari ke’arifan. Kedua, menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan. Ketiga, ketaqwaan, ketaatan dan kelakuan baik (Syahrin, 1996: 110). Setiap pribadi muslim harus menyakini bahwa nilai iman dan taqwa akan terasa kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman dan taqwa merupakan energi batin yang memberi cahaya pelita untuk mewujudkan identitas dirinya sebagai bagian dari umat yang terbaik. Dalam Al-qur’an banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa dalam setiap perkara dan pekerjaan. Ayat-ayat tentang keimanan selalu diikuti dengan ayat-ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti “orang-orang yang beriman” diikuti
dengan ayat “dan mereka yang beramal sholeh”. Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang-orang mukmin dengan nada panggilan seperti “Wahai orang-orang yang beriman”, maka biasanya diikuti oleh ayat yang berorentasi pada kerja dengan muatan ketaqwaan, di antaranya “keluarkanlah sebagian dari apa yang telah kami anugerahkan kepada kamu”, “janganlah kamu ikuti atau rusakkan sedekah-sedekah (yang telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata yang menyakitkan”, “wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah” (Abdul, 1994:28). Keterkaitan ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama etos kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan kerja dengan iman berarti mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemaslahatannya sendiri, bukan dalam kaitannya perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan umat manusia. Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etos yang harus diikutsertakan di dalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan, dalam arti bukan sekedar
mencari upah dan imbalan, karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus berkhidmat kepada umat. Prinsip inilah yang terutama dipegang teguh oleh umat Islam, sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman. Etos kerja yang disertai dengan ketaqwaan merupakan tuntunan Islam. Hal ini telah dipraktikkan oleh umat Islam pada masa yang gemilang, ketika Islam mampu mendominasi dunia kerja dan mempengaruhi hati manusia sekaligus. Sehingga seluruh aktifitas umat Islam tidak lepas dari nilai-nilai keimanan (Abdul, 1994: 29). Iman dan taqwa bukan sekedar percaya, melainkan merupakan pelita jiwa yang menerangi seluruh pori-pori syaraf batin yang mendorong perbuatan untuk menggapai prestasi didalam mengemban misi kehidupan. Iman dan taqwa akan bermakna bila ada gerak, ada dorongan untuk membuahkan sesuatu yang bermanfaat. Dengan kata lain, dapat kita katakan bahwa tidaklah beriman atau setidaknya tidaklah sempurna iman seseorang yang hanya meyakini didalam hati dan mengucap didalan kata, tetapi hampa dalam perbuatan. Pandai membuat pernyataan, tapi tidak bisa mewujudkannya dalam kenyataan. b.
Niat (komitmen)
Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja barang kali dapat dimulai dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerjanya tersebut (Nurcholis,1992: 412). Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai (value system) yang dianutnya. Oleh karena itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai
sumber
dorongan
batin
bagi
seseorang
untuk
mengerjakan sesuatu dengan sunggguh-sungguh. Telah dikatakan bahwa niat atau komitmen ini merupakan suatu keputusan dan pilihan pribadi, dan menunjukkan keterikatan kita kepada nilai-nilai moral serta spiritual dalam pekerjaan kita. Karena nilai-nilai moral dan spiritual itu bersumber dari Allah dengan ridha -Nya, maka secara keagamaan semua pekerjaan dilakukan dengan tujuan memperoleh ridho Allah. Oleh karena itu, sebaiknya diberi penegasan bahwa pekerjaan yang dilakukan
tanpa tujuan luhur yang terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan
iman
kepadanya
itu
adalah
bagaikan
fatamorgana.Yakni, tidak mempunyai nilai-nilai atau makna yang subtansial apa-apa. 3. Karakteristik Etos kerja Karena budaya kerja islami bertumpu pada akhlakul karimah, umat Islam akan menjadikan akhlak sebagai energi batin yang terus menyala dan mendorong setiap langkah kehidupnnya dalam koridor jalan yang lurus. Semangat dirinya adalah minallah, fisabilillah, ilallah. Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Berikut ini merupakan ciri-ciri etos kerja: h. Selalu Datang Tepat Waktu Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Satu detik berlalu tidak mungkin kembali. Waktu
adalah
deposito
yang
paling
berharga
yang
dianugerahkan Allah SWT secara gratis dan merata kepada setiap orang (Toto, 2002:73 ).
Pekerja keras tidak akan meluangkan waktu sedikitpun untuk bermalas-malasan dan berlaku lemah. Mereka senantiasa menggunakan seluruh tenaga dan fikirannya untuk bekerja. Walau kelelahan, mereka tetap bersemangat. Mereka tidak mau membuang-buang waktu secara percuma dengan selalu datang tepat waktu. i. Memberikan Pelayanan yang Terbaik Bagi Dosen dan Mahasiswa Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh dari orang luar, melainkan benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa aku bahagia karena melayani. Melayani
atau
menolong
seseorang
merupakan
bentuk
kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanan dan pertolongan merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat tetapi didunia pun mereka sudah merasakannya. Lihatlah teladan yang dicontohkan Rasulullah. Betapa besar perhatian beliau terhadap
makna pelayanan, betapa besar perhatian beliau terhadap manusia bahkan makhluk lainnya. Seseorang
yang amanah adalah orang-orang yang
menjadikan dirinya sibuk untuk memberikan pelayanan. Mereka merasa bahagia dan memiliki makna apabila hidupnya dipenuhi dengan pelayanan. Mereka menerjemahkan SERVICE bukan hanya sekedar sebuah kata, melainkan memiliki makna yang berdimensi luas sebagaimana uraian berikut. S (Self Awarness and self Esteem) menanamkan kesadaran diri bahwa melayani merupakan bagian dari misi seorang muslim dan karenanya harus selalu menjaga self esteem (martabat) diri sendiri dan orang lain. Dalam pelayanan, harus ada semacam kesadaran diri yang kuat bahwa dia ada karena dia melayani.Dia mempunyai harga karena mampu memberikan makna melalui pelayanan tersebut. E (Empathy and Enthusiasm) lakukanlah empati dan layanilah dengan penuh gairah. Sikap yang penuh antusias akan memberikan efek batin bagi diri dan orang lain yang kita layani. Seseorang tidak pernah memiliki empati kecuali mampu memandang orang lain sebagai aset ilahiah yang paling indah. R (Reform and Recover) berusaha untuk lebih baik dan lebih baik lagi, dan selalu memperbaiki dengan cepat setiap ada keluhan atau sesuatu yang bisa merusak pelayanan anda.
V (Victory and Vision) melayani berarti ingi merebut hati membawa
misi
unstuck
membangun
kebahagiaan
dan
kemenangan bersama (win-win). Dalam sikap melayani, kita harus memiliki pandangan kedepan unstuck melakukan perbaikan dan peniungkatan mutu. I (Impressive and Improvement) berikan pelayanan yang mengesankan dan berusahalah selalu untuk meningkatkan perbaikan pelayanan. Rasulullah adalah orang yang selalu menampilkan kepribadian yang sangat menawan dan berkesan bagi siapapun yang menjumpai beliau sehingga beliau senantiasa menjadi kerinduan bagi umatnya. C (Care, cooperativeness, and Communication) tunjukkan perhatian yang sangat mendalam dan kembangkanlah nilai-nilai yang mampu membuka kerja sama. Jalinlah komunikasi sebagai jembatan emas untuk menumbuhkan sinergi dan keterbukaan. E (Evaluation and Empowerment) lakukanlah penilaian, perenungan dan upayakanlah untuk selalu memberdayakan seluruh aset yang ada (Toto, 2002: 97-100). Pribadi muslim yang seharusnya profesional dan berakhlak itu akan menjadikan setiap geraknya adalah pelayanan yang berkualitas sehingga orang yang ada disekitarnya merasakan kedamaian dan kenyamanan. j. Memiliki Moralitas yang Bersih
Ikhlas sebenarnya berpadanan dengan kata niat, sehingga menjadi niat yang ikhlas. Niat yang ikhlas harus mendasari setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang muslim. Dengan didasari niat yang ikhlas, maka setiap tugas atau kegiatan akan dilaksanakan dengan amanah, bersih, jujur, transparan dan profesional. Kelima unsur dan nilai inilah yang perlu kita bangun di dalam kehidupan masyarakat. Menurut Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu anhu, ada empat tanda seseorang yang memiliki niat yang tidak ikhlas, yaitu: 1. Ia malas jika tidak ada orang yang melihatnya, 2. Ia rajin kalau ia dilihat orang, 3. Ia menambah amalnya jika ia dipuji orang 4. Dan ia mengurangi amalnya jika ia dicela atau dikritik orang. Seseorang PNS yang bekerja hanya karena ingin dipuji orang, maka pada saat ia sudah bekerja maksimal, lalu ia tidak mendapatkan
pujian
dari
orang,
maka
streslah
yang
didapatkannya. Oleh karena itu bekerjalah bukan karena ingin dipuji oleh orang atau karena ingin menadapatkan penghargaan dari atasan dan bukan pula karena ingin mendapatkan jabatan, tapi bekerjalah karena lillahi ta‟ala, yakni pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar niat yang ikhlas karena mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa ta‟ala. (MPU Banda aceh,upayamenjadikan-profesi-pns-sebagai-amal-ibadah.html)
Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. k. Disiplin dalam Melaksanakan Tugas Disiplin adalah masalah kebiasaan. Setiap tindakan yang berulang pada waktu dan tempat yang sama. Kebiasaan positif yang harus dipupuk dan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Disiplin yang sejati tidak dibentuk dalam waktu satu-dua tahun, tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihati maknanya diwaktu dewasa dan dipetik hasilnya (Toto, 2002: 88). Sikap Disiplin sangat erat kaitannya dengan konsisten, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun situasi yang sangat menekan. Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya. l. Bekerja secara Profesional Apa jadinya sebuah pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya? tentu kacau bukan?."Bila suatu pekerjaan tidak diserahkan
kepada
ahlinya,
maka
tunggulah
kehancurannya", demikian Rasulullah SAW memperingatkan
kita. Salah satu ciri orang beretos kerja tinggi adalah memiliki keahlian (skill) dalam bidang kerjanya. Inilah yang disebutkan sebagai prinsip profesionalitas kerja.
James A.F. Stoner Hall,
pakar manajemen ternama menyatakan orang disebut profesional jika seseorang itu memiliki 3 hal pokok didalam dirinya yakni; Skill,
Knowledge, dan Attitude.
Skill berarti
keahlian
seseorang dalam bidang spesifik. Knowledge adalah pengetahuan dalam bidang lainnya yang dapat menunjang skill. Dan yang terakhir Attitude,
adalah
prinsip
etika
profesionalitas.
(http://bhoqist.blogspot.com/2011/04/apapun-pekerjaannya-etoskerja kuncinya.html) Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik dibidangnya. m. Dapat Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu Pribadi yang memiliki etos kerja yang tinggi akan dapat menyelesaikan semua tugas tepat waktu. Karena tugas tersebut merupakan suatu hal yang harus di pertanggung jawabkan. Mereka dapat mengatur waktu dengan baik sehingga tidak ada yang terbuang percuma.Senantiasa mampu menyelesaikan
pekerjaan tepat pada waktunya, mempunyai target kerja dan sudah pasti tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Sebagaimana dalam Q.S Al-Insyirah: 7-8 yang berbunyi:
Artinya:"Maka apabila telah menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain, dan kepada Tuhanmu gemar dan berharaplah" (QS. Al-Insyirah: 7-8) 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos kerja a. Kepribadian Ciri-ciri khas kepribadian seseorang sebagian nampak dalam cara dia melakukan pekerjaannya. Ada ungkapan bahwa dengan melihat dan mengenali kepribadian seseorang saja, timbul kekaguman karena yang bersangkutan dipandang berwibawa. Karena wibawa bisa menimbulkan kekaguman dan kesediaan pihak lain untuk mengikutinya. Maksudnya disini jika seorang karyawan mempunyai kepribadian yang baik maka akan berdampak terhadap karyawan lain dalam menjalankan tugasnya dengan baik yaitu melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. b. Motivasi Motivasi (dari kata lain motivasi) ialah : sebab, alasan dasar, fikiran dasar, gambaran dorongan bagi seseorang untuk berbuat (Kartini, 1996:17). Mc Donal mengatakan bahwa, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan ( Syaiful, 2002 : 114). Materi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materiil saja (misalnya berbentuk uang). Tetapi tidak selalu motif uang itu menjadi motif primer bagi orang yang bekerja, kebanggaan akan hasil karya sendiri interest atau minat yang besar terhadap pekerjaan, merupakan insentif kuat untuk mencintai suatu pekerjaan (Kartini, 1996:17). Motivasi kerja yang bersifat immaterial bisa juga berwujud respek atau penghargaan dari lingkungan, prestise dan status sosial, yang semuanya merupakan bentuk ganjaran sosial. Contohnya ketika dilaksanakan supervisi pemimpin berpengaruh positif terhadap etos kerja para pegawai atau karyawan maka pemimpin bisa memberikan promosi dan pengembangan karir. Salah satu peristiwa yang selalu didambakan oleh setiap orang dalam
meniti
karir
ialah
apabila
yang
bersangkutan
dipromosikan pada posisi yang lebih tinggi dikatakan selalu didambakan karena: 1) Promosi merupakan pengakuan pimpinan atas prestasi kerja seseorang 2) Promosi merupakan pengakuan pimpinan atas kemampuan dan potensiseseorang untuk memberikan sumbangsih yang lebih besar kepada organisasi dalam menyelenggarakan fungsi dan kegiatannya
3) Berakibat
pada
peningkatan
penghasilan
yang
pada
gilirannya memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai kebutuhannya dengan lebih wajar sesuai dengan statusnya 4) Menimbulkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi yang merupakan pendorong kuat bagi yang bersangkutan untuk menunjukkan prestasi kerja yang lebih besar lagi di masa depan 5) Akan mengurangi keinginan pindah ke organisasi lain, sebab merasa dihargai dimana ia berkarya (Sondang, 2001: 200). Motivasi kerja karyawan bisa rendah bisa tinggi, seorang karyawan yang memiliki motyivasi kerja yang tinggi akan memiliki kemauan yang keras atau kesanggupan hati untuk mengerjakan tugas-tugasnya dan akibatnya produktivitasnya akan meningkat. Sebaliknya, seorang karyawan yang memiliki motivasi yang rendah akan kurang memiliki kemauan yang keras untuk mengerjakan tugas-tugasnya dan akibatnya produktivitas menurun. c. Semangat Semangat adalah reaksi emosional dari mental seseorang terhadap pekerjaannya (Ngalim,1998 :60). Tampaklah bahwa dalam etos kerja ada semacam kandungan “spirit” atau semangat yang menggelegak untuk mengubah sesuatu untuk
lebih bermakna. Lebih jauh, seseorang yang memiliki etos kerja, ia tidak mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan (Toto, 2002:43). Maka dari sini sholat dhuha diperlukan agar ketika seorang karyawan mengalami masalah sehingga menyebabkan karyawan tersebut tidak semangat dalam mengerjakan tugasnya (bekerja) bisa mendapatkan ketenangan dan jalan keluar setelah melaksanakan sholat dhuha, karena segala sesuatu sumbernya dari Allah dan hanya Allah lah yang Maha Mengetahui. d. Pendidikan Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Pendidikan dapat diartiakan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin, 1995:10).
Dengan demikian seorang pegawai suatu Perguruan Tinggi memerlukan : 1)
Pendidikan prajabatan yaitu Program intensif jangka panjang, menyatukan antara bidang keahlian dengan bidang keahlian ilmu yang dikerjakan, contoh karyawan bagian akademik tentunya harus pandai dalam menggunakan komputer sebagai sarana penunjang pekerjaannya.
2)
Di Indonesia pendidikan dalam menjabat ini banyak diselenggarakan dalam bentuk penataran, lokakarya, rapat kerja, seminar dan semacamnya. Dengan semakin meluasnya keinginan seorang pegawai
untuk memperoleh tambahan pengetahuan, pemerintah melalui perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia dapat pula menyelenggarakan kuliah-kuliah untuk para karyawan guna mendapatkan tambahan keahlian dan gelar akademik lebih tinggi (M. Ngalim, 1998: 161). Maka karyawan sebagai penyelenggara dan rekan dalam menyukseskan pendidikan akademik di STAIN Salatiga dapat berjalan lancar dan sesuai dengan undang-undang pendidikan di Indonesia. e. Pengalaman Setiap pribadi muslim dianjurkan untuk mampu membaca lingkungan mulai dari yang mikro (dirinya sendiri) sampai pada
yang makro (universal), bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki yang metafisik, sikap orang berilmu adalah cara dirinya berhadapan dengan lingkungan. Dia kritis
dan mampu
melakukan analisis yang tajam terhadap segala fenomena yang berada di sekitarnya, sehingga dia tidak mudah terkecoh oleh gejala-gejala yang tidak didukung oleh persyaratan yang tepat dan benar (faktual) serta proposional (Toto, 2002: 116). Orang
yang
memliki
pengalaman
akan
memiliki
kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman. Sehingga seorang karyawan yang berpengalaman
dapat
menjadikan
pengalamannya
untuk
meningkatkan atau mengevaluasi kinerjanya agar lebih baik. C. Pengaruh Rutinitas Sholat Dhuha terhadap Etos kerja Sholat dhuha merupakan sholat sunnah yang dianjurkan dalam
islam
karena
banyak
keutamaannya.
Salah
satu
keutamaannya yaitu mampu mendatangkan rizki. Hal ini sesuai dengan penggalan dari doa yang dibaca setelah sholat dhuha, yaitu:
Artinya: “Ya ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU dan kecantikan adalah kecantikanMU dan keindahan adalah keindahan-MU dan kekuatan adalah kekuatan-MU dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU. YA ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah, Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah dan jikalau sukar maka mudahkanlah dan jika haram maka sucikanlah dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU. Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh. Dengan pelaksanaan shalat dhuha secara rutin akam menciptakan sebuah kebiasaan yang akan tertanam dalam jiwa. Dan dengan pembiasaan akan dapat membentuk segi-segi kejasmanian dari karakter kepribadian. Shalat tidak hanya merupakan metode pengulangan atau pembiasaan saja, tetapi ia juga merupakan shalawat, do’a, munajat serta perpaduan mengagumkan yang terjadi antara kepasrahan hati yang penuh dedikasi dan gerak tubuh, dan dalam shalat, segenap eksistensi kita terlibat dalam satu peristiwa yang menggetarkan kalbu.
Menurut Ibnu Qayyim bahwa shalat dapat mencegah dosa, menolak penyakit-penyakit hati, mengusir penyakit dari badan, menyinari hati, membuat wajah jadi putih, mengaktifkan anggota tubuh dan jiwa, membawa rizqi, menolak kedzoliman, menolong orang yang teraniaya, mencabut syahwat, memelihara nikmat, menolak siksa, menurunkan rahmat, dan mengusir kegundahan hati (M. Ustman, 2003:77). Menurut Abdul Aziz Salim Basyarahil bahwa shalat dapat menimbulkan ketenangan hati dan ketenangan batin. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWTyang berbunyi :
Artinya:“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yangmengerjakan shalat” (Q.S. Al Ma‟arij/70 : 19-22).
Waktu pelaksanaan sholat dhuha adalah bersamaan dengan waktu kerja. Karena itu banyak orang yang enggan mengerjakannya karena alasan bahwa sholat dhuha akan mengganggu pekerjaan. Dalam kerja kita membutuhkan keterampilan (skill) dan kecerdasan baik emosional maupun intelektual yang baik. Tapi kenyatan dalam kehidupan sehari-hari, tatkala pekerjaan banyak dan butuh penyelesaian dengan cepat, malah kita terkena stres. Pikiran tak mampu lagi bisa berpikir jernih untuk menyelesaikan pekerjaan dengan waktu singkat. Bila dipaksakan untuk terus bekerja, maka
bukan pekerjaan akan cepat selesai, namun hasil pekerjaan akan kacau dan berantakan. Disinilah Nabi saw memberikan informasi tentang jalan keluarnya, yaitu agar umatnya mau menjalankan sholat dhuha. Dengan menjalankan sholat dhuha berarti telah melakukan relaksasi untuk menjernihkan kembali pikiran dari segala keruwetan stress. Sehingga dengan begitu kemampuan yang dimiliki akan kembali pulih dan mampu bekerja dengan optimal (Imam, 2007: 2-3). Hal ini juga dapat kita lihat pada kehidupan Nabi Muhammad saw. Beliau adalah seorang pedagang yang sukses. Di tengah usahanya itu, beliau tidak pernah putus dalam mengerjakan sholat dhuha di pagi hari.Dari sini, kita dapat mencontoh beliau bahwa sholat dhuha itu tidak mengganggu pekerjaan. Justru sebaliknya, sholat Dhuha di pagi hari, sebelum memulai bekerja maupun ditengah kesibukan pagi hari, akan membuat pikiran kita tetap fresh. Ibarat meditasi di pagi hari, sholat dhuha bermanfaat bagi peningkatan prestasi kerja kita karena segala pekerjaan itu dapat kita pikirkan dan kerjakan dengan lebih cerdas dan semangat.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga 1. Letak Geografis STAIN Salatiga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga adalah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. STAIN Salatiga memiliki dua lokasi kampus, kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 dan kampus II berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 9, Kembang Arum, Salatiga, Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan status tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997 (Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan, 2012: 1). 2. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga a. Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari citacita masyarakat islam Salatiga untuk memiliki Pergurun Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institud Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama”
di salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlokasi di jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kurang dari setahun , lembaga ini berubah nama yang semula FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal maka dibentuk panitia pendirian yang diketuai oleh ulama kharismatis K.H Zubair dan sekaligus diangkat sebagai dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk di Negerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk
IAIN
Sunan
Kalijaga,
akhirnya
pembinaan
dan
pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di SEMARANG berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970. b. Bergabung dengan IAIN Walisongo Meskipun telah berstatus Negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum tersedianya gedung milik sendiri. 2. Jumlah tenaga professional edukatif maupun administrasi yang masih kurang. 3. Animo mahasiswa yang masih sedikit. 4. Masyarakat jawa tengah banyak yang belum tahu bahwa di Salatiga ada sebuah Perguruan Tinggi Islam Negeri. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai Pergruan Tinggi Negeri, terutama dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya. Oleh karena itu pernah berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup. Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk
menjawab berbagai tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, mengingat untuk mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah tidak memungkinkan. Dalam
perkembangan
selanjutnya,
ada
seorang
warga
Muhammadiyah Salatiga yaitu H. Asrori Arif yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0.75 ha, yang berlokasi di Jalan Caranggito (sekarang Jalan Tentara Pelajar) lengkap dengan bangunanya yang letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan. Berkat
perhatian
Menteri
Agama
(H.
Alamsyah
Ratu
Prawiranegara) terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga (pada waktu itu Dekan dijabat oleh Drs. Achmadi) Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut. Seiring dengan penawaran untuk pembelian tanah tersebut, Bapak Muhamad Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) ikut merespon dengan melakukan lobi kepada Menteri Agama RI, karena beliau juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam Salatiga. Kemudian berdasarkan Surat Dirjen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828. Tanggal 10
Agustus 1982 maka dibeliilah tanah sebagaimana ditawarkan diatas dengan menggunakan DIP Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian kehidupan umat Islam di Salatiga. c. Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi sekolah tinggi agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu Stain tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi dibawah naungan departemen agama REpublik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau professional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama islam. Sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan tinggi, stain salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas yang lain. Alih status fakultas Tarbiyah menjadi Stain salaatiga membawa berbagai peningkatan., baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Peningkatan fisik
meliputi
penambahan tanah dan gedung
secretariat. Pada tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah
seluas 15.500 meter persegi yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun 2001, stain salatiga telah membangun gedung secretariat berlantai tiga dengan luasbangunan seluruhnya 900 meter persegi, yang dibangun diatas tanah bekas KUA seluas 871 meter persegi. Setelah pembangunan secretariat, maka pada tahun-tahun berikutnya dilanjutkan dengan pembangunan gedung c berlantai 3 yang digunakan unstuck ruang perkuliahan, gedung D berlantai 2 yang digunakan unstuck UPT computer, biro konsultasi “Tazkia” dan BMT. Gedung E berlantai tiga yang digunakan unstuck unitunit, jurusan dan program studi. Gedung perpustakaan pusat berlantai tiga. Demikian juga pembangunan dikampus dua kembangarum berupa dua gedung kuliah berlantai tiga, gedung secretariat berlantai tiga dan gedung pusat laboratorium berlantai tiga. Sedangkan peningkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah dan pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun 2011, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 114 orang. Dari jumlah tersebut 4 orang bergelar professor (guru besar), 8 orang bergelar doctor, 96 orang bergelar Magister, 5 orang bergelar sarjana yang sedang menempuh studi lanjut S2. 12 dosen bergelar magisater sedang menyelesaikan studi S3. Dari 54 tenaga administrasi, diantara mereka 6 orang bergelar magister, 36 orang
bergelar sarjana, 4 orang ahli madya, 5 orang ahli muda dan sebagian kecil lainnya berpendidikan SLTA. Adapun dosen yang pernah menjabat pimpinan STAIN Salatiga adalah sebagai berikut: Periode 1997-1998 (peralihan) Ketua
: Drs. H. A. Noerhadi Djamal
Pembantu ketua I
: Dr. Muh. Zuhri, MA
Pembantu ketua II
: Drs. H. Komari Alwan
Pembantu ketua III
: Drs. M. Zulfa Machasin
Periode 1998-2002 Ketua
: Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA
Pembantu ketua I
: Drs. M. Zulfa Machasin
Pembantu ketua II
: Drs. H. Sukari Tamsir, M.Pd
Pembantu ketua III
: Drs. Badwan, M.Ag
Periode 2002-2006 Ketua
: Drs. Badwan, M.Ag
Pembantu ketua I
: Drs. Imam Sutomo, M.Ag
Pembantu ketua II
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Pembantu ketua III
: Drs. H. Nasafi
Periode 2006-2010 Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Pembantu ketua I
: Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag
Pembantu ketua II
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Pembantu ketua III
: Drs. Miftahuddin, M.Ag
Periode 2010-2014 Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Pembantu ketua I
: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
Pembantu ketua II
: Drs. Miftahuddin, M.Ag
Pembantu ketua III
: H. Agus Waluyo, M.Ag
3. Asas, fungsi dan tujuan Dalam menyusun dan mengembangkan program, STAIN Salatiga berasaskan Pancasila dan dasar operasionalnya adalah: 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional 3. Peraturan pemerintah Nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi 4. Keputusan presiden nomor 11 tahun 1997 tentang pendirian STAIN 5. Statua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 6. Peratuiran-peraturan lain yang terikat Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi: a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program b. Menyelenggarakan program dan pengajaran ilmu pengetahuan agama islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan islam
c. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmuilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernapaskan islam d. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat e. Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan f. Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan lingkungannya g. Melaksanakan kerja dengan perguruan tinggi dan/atau lembagalembaga lain h. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan i. Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan serta penyusunan laporan Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah: a. Menyiapkan peseerta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan islam. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau teknologi serta seni yang bernafaskan islam, dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional 4. Visi dan Misi STAIN Salatiga
Visi lembaga sebagai berikut: “menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual“. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai berikut: 1. mengantarkan
mahasiswa
memiliki
kemantapan
akidah,
kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 3. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal. 4. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. 5. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai islam dan budaya bangsa.
5. Program pendidikan Peralihan konstitusional alih status dari fakultas tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga memberi peluang untuk mengembangkan lembaga sesuai peraturan yang berlaku. Bahkan bukan hanya Program Sarjana Strata Satu (S1) yang boleh dikembangkan, tetapi diberi peluang pula
untuk membuka Program Pascasarjana S2 dan S3. Program pendidikan yang diselenggarakan oleh STAIN Salatiga pada tahun 2011/ 2012 meliputi : 1) Jurusan Tarbiyah Jurusan
Tarbiyah
berfungsi
untuk
menyelenggarakan
pendidikan akademik dan professional. Tujuannya adalah untuk membentuk Sarjana Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam pendidikan dan pengajaran islam dengan keahlian khusus dalam bidang Studi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab, Bahasa
Inggris,
dan
Guru
Madrasah
Ibtidaiyah
serta
berkewenangan menjadi guru atau pengajar dalam bidang studinya, adapun gelar sarjana yang diterimanya untuk alumni Strata satu adalah S.Pd.I atau sesuai peraturan yang berlaku. Jurusan Tarbiyah memiliki empat program studi yaitu: 1.
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
2.
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
3.
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (TBI)
4.
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) 5.
Program Studi Pendidikan Guru Roudlotul Atfal
(PGRA) 6.
Program Studi komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
7.
Program Ekstensi (transfer)
2)
Jurusan Syari’ah Jurusan
syari’ah
berfungsi
untuk
menyelenggarakan
pendidikan akademik dan professional, yang bertujuan untuk membentuk sarjana hukum islam, yang memiliki keahlian dalam hukum islam maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwal al-Syakhshiyyah (Perdata Islam), Manajemen Keuangan Syari’ah dan Hukum Ekonomi Syari’ah. Gelar kesarjanaanya yang diperolehnya adalah S.H.I. Program D.III dengan konsentrasi Perbankan Syari’ah menyelenggarakan pendidikan profesional bertujuan membentuk ahli madya yang memiliki keahlian dalam bidang manajemen dan akuntasi keuangan baik dilembaga keuangan atau perbankan. Gelar yang diperolehnya adalah A.Md.Ei. Jurusan Syari’ah memiliki empat program studi, yaitu: a. Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah (AS/ Perdata Islam). b. Program Studi Perbankan Syari’ah (PS S1). c. Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah (HES). d. Program Studi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir. e. Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). f. Program Studi Perbankan Syari’ah (PS DIII) 3)
Program Khusus Kelas Internasional
a. Dalam rangka internasional lembaga, STAIN Salatiga menyelenggarakan Program Khusus Kelas Internasional dengan menggunakan bahasa asing (Arab dan Inggris) sebagai bahasa pengantar pembelajaran. b. Pelaksanaan Program Khusus Kelas Internasional diatur dalam pedoman tersendiri. 4)
Program Pascasarjana a. Program Pascasarjana STAIN Salatiga dibuka berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam No. Dj. I/818/2010 tanggal 22 Nopember 2010 tentang Izin Penyelenggaraan Program Studi Strata Dua Pendidikan Agama Islam pada STAIN Salatiga. b. Penyelenggaraan Program Pascasarjana diatur dalam pedoman tersendiri.
5)
Organisasi STAIN Salatiga Organisasi STAIN terdiri dari: 1. Unsur pimpinan yaitu: ketua, pembantu ketua, dan kabag administrasi. 2. Senat STAIN Salatiga 3. Unsur pelaksana akademik: jurusan dan program studi, pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, unit pelayanan bahasa, unit pengembangan bahasa, unit pengembangan sumber belajar, unit penjaminan mutu akademik, pusat ilmiah dan
penerbitan,
pusat
system
informasi
manajemen,
pusat
pengembangan praktikum, dan kelompok dosen. 4. Unsur pelaksana administrative: bagian administrasi, sub bagian akademik dan kemahasiswaan, sub bagian kepegawaian dan keuangan, dan sub bagian umum. 5. Unsur penunjang: unit pelaksana teknis perpustakaan, computer dan laboratorium. 6. Unsur badan non structural: persatuan orangtua mahasiswa (POM), jurnal, pusat studi, dewan perwakilan mahasiswa (DPM),
badan
executive
mahasiswa
(BEM),
himpunan
mahasiswa jurusan (HMJ) dan unit kegiatan mahasiswa (UKM).
1. Daftar nama pimpinan Stain salatiga: Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Pembantu Ketua I
: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
Pembantu Ketua II
: Drs. H. Miftahudin, M.Ag.
Pembantu Ketua III
: H.Agus Waluyo, M.Ag.
Kabag Administrasi
: Drs. Jumadi
2. Daftar Nama Anggota Senat STAIN Salatiga: Unsur Pimpinan STAIN
: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. 2.
Dr.
Rahmat
Hariyadi,
M.Pd. 3. Drs. H. Miftahudin, M.Ag.
4. H.Agus Waluyo, M.Ag. Unsur Jurusan
: 1. Suwardi, M.Pd. 2. Drs. H. Mubasirun, M.Ag
Unsur Guru Besar
: 1. Prof. Dr. H. Muh. Zuhri,
MA 2. Prof. Dr. H. Budiharjo, M.Ag 3. Prof. Dr. H. Mansur. M.Ag Unsur Dosen
: 1. Drs. Badwan, M.Ag 2. Dra. Djami’atul Islamiyah,
M.Ag 3. Drs. Kastolani, M.Ag 3. Daftar Nama Pengelola Unit Kerja Akademik, Administratif dan Penunjang : Kasubag.Akademik & Kemahasiswaan
:
Muzayin,
S.Ag. Kasubag Kepegawaian & Keuangan
: Diyah Rochati,
SE. Kasubag. Umum
: Drs. Jumadi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan : Sudiyanto, SH. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Komputer Muqtafin,A.Md. Jurusan Tarbiyah
:
M.
Ketua
: Suwardi, M.Pd.
Sekretaris
:
Benny
Ridwan,
M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) : M. Hafidz, M.Ag Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) : Mashlihatul Umami, Spd.I,MA Ketua Program Ekstensi
: Drs. Djoko Sutopo
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) :
Drs.
Sumarno
Widjadipa, M.Pd. Sekretaris Program Studi PGMI
:
Miftachur
Rif’ah,
M.Ag. Jurusan Syari’ah Ketua
: Drs. H. Mubasirun,
M.Ag Sekretaris M.Ag
: Dra. Siti Zumrotun,
Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah (AS/ Perdata Islam) :
Ilya
Muhsin,
S.H.I.,M.Si. Program Studi Perbankan Syari’ah (PS) : H. Abdul Aziz, N.P., M.M. Program Studi Manajemen Keuangan Syari’ah (MKS) : Faqih Nabhan, M.M Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah (HES) : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag Program Pascasarjana Direktur
: Dr. H. Sa’adi, M.Ag
Asisten Direktur I
: Dr. Zakkiyudin, M.Ag
Asisten Direktur II
:
Asfa
Widiyanto,
MA.,Ph.D. Kepala Pusat Peneliti dan Pusat Pengabdian Masyarakat (P3M)
: Dr. Adang Kuswaya,
M.Ag Sekretaris P3M
: Jaka Siswanta, M.Pd. : Moh. Khusen, M.Ag.,
MA Kepala Pusat Ilmiah dan Penerbitan (PIP)
: Drs. Abdul Syukur, M.Si Sekretaris Kepala Pusat Ilmiah dan Penerbitan (PIP) : Mochlasin, M.Ag. Kepala Unit Pelayanan Bahasa (UPB)
:HanungTriyoko,SS.M.Hum,M.Ed. Sekretaris Unit Pelayanan Bahasa (UPB) : Yahya, S.Ag. : Setiarini, M.Pd. Kepala Pusat Pengembangan Sumber Belajar (PPSB) :
Ari
Setiawan,
S.Pd.,MM. Kepala Unit Penjaminan Mutu Akademik (UPMA) : Drs. Bahroni, M.Pd Sekretaris
Kepala
Unit
Penjaminan Mutu Akademik
(UPMA) : Rovi’in, M.Ag : Fatchurrohman, M.Pd
Kepala Pusat Pengembangan Praktikum (PPP) : M.Ag.
Ahmad
Maemun,
Sekretaris Kepala Pusat Pengembangan Praktikum (PPP) : M. Gufron, M.Ag. Kepala Pusat Sistem Informasi Manajemen (PSIM) : Hikmah Indraswati, M.Si. Sekretaris Pusat Sistem Informasi Manajemen (PSIM) : Haryo Aji Nugroho, MA. Kepala Laboratorium
: Winarno, S.Si,M.Pd.
Kepala Unit Pembina Kemahasiswaan :
Mukti
Ali,
S.Ag.,M.Hum. 4. Daftar Nama Pengelola Badan Non Struktural : Ketua Persatuan Orangtua Mahasiswa (POM) :
Drs.
H.
Hamdan
Asnawi Direktur Jurnal ATTARBIYAH
: Drs. Juz’an,M.Hum.
Direktur Jurnal IJTIHAD
:
Nafis
Irkhami,M.Ag.,MA Direktur Jurnal INFERENSI
: Anton Bawono,M.Si
Direktur Jurnal REGISTER
: Norwanto, M.Hum
Direktur Jurnal MUDARRISA
: Dr. Zulfa, M.M
Direktur Jurnal LISANIA
:
H.
Agus
Ahmad
Su’aidi, MA Direktur Jurnal MUQTASHID
: H. Ahmad Mifdhol,
M.Ag Direktur Pusat Studi Pengembangan Pendidikan Islam (PSPPI) : Dra. Nur Hasanah, M.Pd Direktur Pusat Studi Gender dan Keluarga Sakinah (SGKS) : Hj. Maslikhah, M.Si Direktur Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) : Farkhani, MH. A. Penyajian Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan STAIN Salatiga tahun 2013, Untuk itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 20 item peryataan tentang kedua variabel tersebut kepada 52 responden, dengan rincian 10 soal berisi pertanyaan mengenai rutinitas sholat dhuha dan 10 item mengenai etos kerja. 1. Daftar Responden
Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama karyawan yang dijadikan objek penelitian. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Daftar Responden Karyawan Tetap STAIN Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Responden
Gol
Drs. Jumadi Muzayin, S. Ag Sudiyono, S.H Diyah Rochati, S.E. H. kardjan, S. Pd., M.M. Umi Sahil, S.E Dra. Imaniarsih YH Supardi, S. Si., S. IPI. Mujib Sahil, S. Ag. Nidaul hasanah, S.T. Heru Hariyanti, S.E. Ifonilla Yenianti, S. PdI., S.IPI. Tatik Nurhasanah, S.E. Dra. Astuti Sakdiyah, M.Pd. M. abdul Haq, S. Ag., M.SI. Hadi, S.H. Muh Amin,S.Ag. Tejo, S.E. Kusmono Yudha Saputro, S.E. Wiji Suwarno, M. hum. Siti Mukaromah Fikriyah, S. Pd.I. Siti Nur Rahmawati, S.E.
III/d III/d III/d III/d III/d III/d III/d III/c III/c III/c III/c III/c III/c III/c III/b III/b III/b III/b III/b III/b III/b III/b
Unit Tugas Kabag. Administrasi Kassubbag. Akdm dan Kmhs Kepala UPT Perpustakaan Kasubbag. Kepeg.keu Kasubbag Umum Bendahara Penerima Staf Akademik dan Kmhs Staf UPT Perpustakaan Staf UPT Perpustakaan Staf Akademik dan Kmhs Staf Subbag. Umum Staf Akademik dan Kmhs Staf Akademik dan Kmhs Staf. UPK Bendahara Pengeluaran Staf Umum Kepala ULP Staf Umum Staf Akademik dan Kmhs Staf UPT Perpustakaan Staf UPT Perpustakaan Staf. Kepeg. dan Keuangan
Lanjutan Tabel 3.1 Daftar Responden Karyawan Tetap STAIN Salatiga Tahun 2013 No 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden
Gol
Siti Juwariyah, S. Pd.I. Rina Wahyu Andari, S. PdI. Bimo Haryo Setyoko, S. Kom. Kurnia Ika Wardani , S.E. Nur Wachid, S.E Ali Mahrus, S.Sos Siti Nur Hayati Ning Rahayu, S.E Badrodin, S.E Muh Muqtafin, A.Md. Badrul Munir, S.Pd.I
III/b III/b III/b III/b III/b III/b III/b III/b III/a III/a
Unit Tugas Staf Umum Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf UPT Komputer Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Akademik dan Kmhs Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Akademik dan Kmhs Staf UPT Perpustakaan Kepala UPT Komputer Staf Akademik dan Kmhs
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Itmamudin, S.S Handayani Malikhatun, M.Si Himmi Naf’an, S.E Yusuf Ismail, S.H Tri Nuri Handayani, S.E Syarifudin, S. kom Muoh. Khoirul atok, S. Kom Sularti Yuli Amintasih, S.Sos Fahrudin, S.HI Budi Setiyarini, A. Md Yayuk kamalin, A. Md Abdullah Mahfudz Rois, A. Md Tafsiri Anni Purwanti Argo rosbiyantoro Anida Rahmawati Edy Wiyono Mudjianto Haryono
III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a II/c II/c II/b II/b II/b II/b II/b II/a II/a
Staf UPT Perpustakaan Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf PIP Staf Akademik dan Kmhs Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf UPT Komputer Staf UPT Perpustakaan Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Subbag. Umum Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Umum Staf Umum Staf Umum Staf Umum Staf UPT Perpustakaan Staf Umum Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Akademik dan Kmhs Staf. Kepeg. dan Keuangan Staf Umum
2. Data Jawaban Angket Mengenai Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 Adapun hasil penyebaran angket rutinitas Sholat Dhuha Pegawai STAIN Salatiga dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 3.2 Daftar Jawaban Angket Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8
No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 001 A A B A B A A B 002 A A B A A A A A 003 A A A A A A A A 004 B A B B B A A B 005 A A A A A A A A 006 A A A B A A A A 007 A A B A A A A B 008 B A B A A A A A Lanjutan Tabel 3.2 Daftar Jaw aban Angket Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013. Inisial
No
Inisial
9 10 11
009 010 011
1 A A A
2 A B B
3 A A B
4 A A A
No. Item 5 6 A A B A B A
7 A A A
9 C B A B B B B B
8 A A A
10 A A A A A A A B
9 A B C
10 A A A
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045 046 047 048 049 050 051 052
A A A A B A A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A B A A A B B
B A B B B B B A B A A A A B A A B A B A A B B A A A B A A B A A A A A A B B B B B
B A B B B A B B B B A B B B B B C A B B B B B B B B B B B A A B B A B B A B B B B
B A B B B B B A B B A B B B B A B A A B A B A B A A A A A B B A A A B A A A B A A
B A A A A A B A B B A A B B B B B A B B A C B B A A C C B B B B A C A A A B B B B
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A B A B A A A B B A B A A B A A A B B B B B B B A A A B B A A A A
C A B B C C B B B B C B C B B C C C B B B B B B B B C B B C C B B C C B B B B C C
3. Data Jawaban Angket Mengenai Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013
B A A B B B A A A A A A B A A B A A B B A A A A A A A A A B B B A B A A A A A A B
Adapun hasil penyebaran angket tentang Etos Kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar Jawaban Angket Etos Kerja Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Inisial 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043
1 A B A A A A B A A A A B B A A B B B A B B B A A B A A A A B A B A B A B B B B A A A B
2 B B A B B A A B A B B B B B B B A A A B B B B B B A B B B A B B B B B B B B B B B A A
3 B B B B B B B B A B A B B A B A B A B B B A A B B A B B B B B B B B A A A B B A B A B
4 B A A A B A B A A B B B B B A B A A A B B B A B A A B B A A B B A B A A B A B A A A A
No. Item 5 6 B A A A B A A A A A A A A B B A A A A A B B A B A A A B A B A A A A B A A A B B A A A B B A A A B A B A A B B A A A A A B B A A A B A B B B A A A B A A A B A A A A A B A A
7 A A A A A A A A A B B B B B A A A B A B A A A A A B B B B A A B A A B A B A A B A A B
8 B B A B A A B B A B A A A B B A A B A A A B B B A A A B B A B A B B B A B B B B B A B
9 A A A A A B B B A B A B B B A A A A A B B B A A B A A B A B B A A A A A B B B A B A A
10 B B A A B A B B A A A B A B B A A A A A B A A A A A A B A A A B A A A A A A B A B B A
Lanjutan Tabel 3.3 Daftar Jawaban Angket Etos Kerja Karyawan STAIN Salatiga Tahun 2013 No 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Inisial 044 045 046 047 048 049 050 051 052
1 B B A A B A B B A
2 B B A B A A B A B
3 B A B A B A B B B
4 B A A A A A A A A
No. Item 5 6 B A B B A A B A A A A A A B A A A A
7 B A B A B A B A A
8 B A B A B A A B A
9 A A A A A A A A B
10 B B A A A B A A B
BAB IV ANALISIS DATA
Seluruh data dari hasil penelitian dari penyebaran angket telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proposinya yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana tercatat di bawah ini: 3. Untuk mengetahui rutinitis sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013. 4. Untuk mengetahui etos kerja
karyawan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013. 5. Untuk mengetahui pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja
karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga tahun 2013. Berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian di atas maka penulis menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F 100% N
Keterangan: P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden
Sedangkan untuk mengetahui dari tujuan yang ketiga, penulis menggunakan rumus product moment, yaitu:
rxy
(X )(Y ) N 2 2 (X ) 2 (Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan : rxy : Koefisien korelasi variable x dan variable y XY: Jumlah hasil kali variabel x dengan y X : Jumlah nilai variabel x Y : Jumlah nilai variabel y N : Jumlah subyek yang diteliti A. Analisis Data Rutinitas Sholat Dhuha Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 2. Memprosentasikan jawaban 3. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden Tabel 4.1 Daftar Nilai Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013.
No
Inisial
1
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
1
25
B
4
-
28
A
30
-
-
30
A
-
12
12
-
24
C
1
-
27
2
-
29
A
8
2
-
24
4
-
28
A
7
3
-
21
6
-
27
B
A
B
C
3
2
1
001
6
3
1
18
6
2
002
8
2
-
24
3
003
10
-
-
4
004
4
6
5
005
9
6
006
7
007
No
Inisial
8
008
Jawaban
Nilai
A
B
C
3
2
1
6
4
-
18
8
-
Total
Nominasi
26
B
Lanjutan Tabel 4.1 Daftar Nilai Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013.
No
Inisial
9
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
-
30
A
8
-
26
B
15
8
1
24
C
1
12
10
1
23
C
-
-
30
-
-
30
A
6
4
-
18
8
-
26
B
015
5
5
-
15
10
-
25
B
16
016
4
5
1
12
10
1
23
C
17
017
6
3
1
18
6
1
26
B
18
018
5
5
-
15
10
-
25
B
19
019
8
2
-
24
4
-
28
A
20
020
5
5
-
15
10
-
25
B
21
021
4
6
-
12
12
-
24
C
22
022
9
-
1
27
-
1
28
A
23
023
6
4
-
18
8
-
26
B
24
024
5
5
-
15
10
-
25
B
25
025
5
5
-
12
12
-
25
B
26
026
6
4
-
18
8
-
26
B
27
027
5
4
1
15
8
1
24
C
28
028
4
4
2
12
8
2
22
C
29
029
9
-
1
27
-
1
28
A
30
030
3
7
-
9
14
-
23
C
31
031
5
5
-
15
10
-
25
B
32
032
8
2
-
24
4
-
28
A
33
033
4
5
1
12
10
1
23
C
34
034
6
4
-
18
8
-
26
B
35
035
6
4
-
18
8
-
26
B
36
036
8
2
-
24
4
-
28
A
37
037
7
3
-
21
6
-
27
B
38
038
5
3
2
15
6
2
23
C
A
B
C
3
2
1
009
10
-
-
30
-
10
010
6
4
-
18
11
011
5
4
1
12
012
4
5
13
013
10
14
014
15
No
Inisial
39
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
1
25
B
8
-
26
B
12
10
1
23
C
1
15
8
1
24
C
-
15
10
-
25
B
A
B
C
3
2
1
039
6
3
1
18
6
40
040
6
4
-
18
41
041
4
5
1
42
042
5
4
43
043
5
5
Lanjutan Tabel 4.1 Daftar Nilai Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013.
N o
Inisial
44
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
-
28
A
2
2
24
C
21
4
1
26
B
-
18
8
-
26
B
3
-
21
6
-
27
B
6
4
-
18
8
-
26
B
050
5
5
-
15
10
-
25
B
51
051
5
4
1
15
8
1
24
C
52
052
4
5
1
12
10
1
23
C
A
B
C
3
2
1
044
8
2
-
24
4
45
045
7
1
2
21
46
046
7
2
1
47
047
6
4
48
048
7
49
049
50
1338
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus : i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket rutinitas sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013, diperoleh nilai tertinggi adalah 28, dan nilai terendah adalah 22. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam tiga kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
30 22 1 3 9 i 3 3
i
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan A mendapat nilai 28-30 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 25-27 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 22-24 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban No 1 2 3
Rutinitas sholat dhuha Tinggi Sedang Rendah
Interval 28-30 25-27 22-24
Frekuensi 12 25 15 52
Kemudian dicari prosentasi. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F 100% N
1. Untuk kategori tinggi mengenai rutinitas sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013, ada 12 responden: P
12 X 100% = 23,09% 52
2. Untuk kategori sedang mengenai rutinitas sholat dhuha pegawai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013, ada 25 responden: P
25 X 100% = 48,07 % 52
3. Untuk kategori rendah mengenai rutinitas sholat dhuha pegawai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013, ada 15 responden: P
15 X 100% = 28, 84 % 52
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekunsi mengenai rutinitas sholat dhuha pegawai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013.
Tabel 4.3 Prosentase Distribusi Frekuensi Jawaban Rutinitas Sholat Dhuha Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3
Rutinitas Sholat Dhuha
Tinggi Sedang Rendah
Interval 28-30 25-27 22-24
Frekuensi 12 25 15 52
Prosentase 23,09 % 48,07 % 28,84 % 100 %
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa rutinitas sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
adalah 23,08 % rutinitas tinggi, 48,07 % untuk rutinitas sedang, dan 28,84 % untuk rutinitas rendah. B. Analisis Data Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi tentang etos kerja 2. Memprosentasikan jawaban 3. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
Tabel 4.4 Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tentang Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013
No
Inisial
1
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
24
C
10
25
B
24
4
28
A
-
21
6
27
B
4
-
18
8
26
B
8
2
-
24
4
28
A
007
4
6
-
12
12
24
C
8
008
4
6
-
12
12
-
24
C
9
009
10
-
-
30
-
-
30
A
10
010
4
6
-
12
12
-
24
C
11
011
5
5
-
15
10
-
25
B
12
012
2
8
-
6
16
-
22
C
13
013
4
6
-
12
12
-
24
C
14
014
3
7
-
9
14
-
23
C
15
015
5
5
-
15
10
-
25
B
16
016
7
3
-
21
6
-
27
B
A
B
C
3
2
1
001
4
6
-
12
12
-
2
002
5
5
-
15
3
003
8
2
-
4
004
7
3
5
005
6
6
006
7
No
Inisial
17
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
-
28
A
8
-
26
B
27
1
-
28
A
-
6
16
-
24
C
6
-
12
12
-
22
C
4
6
-
12
12
-
24
C
023
7
3
-
21
6
-
27
B
24
024
6
4
-
18
8
-
26
B
25
025
5
5
-
15
10
-
25
B
26
026
8
2
-
24
4
-
28
A
27
027
5
5
-
15
10
-
25
B
28
028
2
8
-
6
16
-
22
C
29
029
6
4
-
18
8
-
26
B
30
030
5
5
-
15
10
-
25
B
31
031
3
7
-
9
14
-
24
C
32
032
5
5
-
15
10
-
25
B
33
033
6
4
-
18
8
-
26
B
34
034
5
5
-
15
10
-
25
B
35
035
5
5
-
15
10
-
25
B
A
B
C
3
2
1
017
8
2
-
24
4
18
018
6
4
-
18
19
019
9
1
-
20
020
2
8
21
021
4
22
022
23
Lanjutan Tabel 4.4 Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tentang Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013
No
Inisial
36
Jawaban
Nilai
Total
Nominasi
-
28
A
14
-
23
C
15
10
-
25
B
-
6
16
-
22
C
3
-
21
6
-
27
B
5
5
-
15
10
-
25
B
042
8
2
-
24
4
-
28
A
43
043
6
4
-
18
8
-
26
B
44
2
8
-
6
16
-
24
C
45
044 045
5
5
-
15
10
-
25
B
46
046
7
3
-
21
6
-
27
B
47
047
8
2
-
24
4
-
28
A
A
B
C
3
2
1
036
8
2
-
24
4
37
037
3
7
-
9
38
038
5
5
-
39
039
2
8
40
040
7
41
041
42
48
048
6
4
-
18
8
-
26
B
49
049
9
1
-
27
2
-
29
A
50
050
5
5
-
15
10
-
25
B
51
051
7
3
-
21
6
-
27
B
52
052
6
4
-
18
8
-
26
B
1328
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus : i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket etos kerja, diperoleh nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 22. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
30 22 1 3 9 i 3 3 i
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 28-30 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 25-27 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 22-24
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3
Etos Kerja Tinggi Sedang Rendah
Interval 28-30 25-27 22-24
Frekuensi 10 27 15 52
Kemudian dicari prosentasi frekuensi etos kerja. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F 100% N
1. Untuk kategori tinggi tentang etos kerja ada 10 responden : P
10 X 100% = 19,24% 52
2. Untuk kategori sedang tentang etos kerja ada 27 responden : P
27 X 100% = 51,92% 52
3. Untuk kategori rendah tentang etos kerja ada 15 responden: P
15 X 100% = 28,84% 52
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang etos kerja. Tabel 4.6 Prosentase Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Etos Kerja Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3
Etos Kerja Tinggi Sedang Rendah
Interval 28-30 25-27 22-24
Frekuensi 10 27 15 52
Prosentase 19,24 % 51,92 % 28,84 % 100 %
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013 adalah 19,24 % untuk etos kerja Tinggi, 51,92 % untuk etos kerja Sedang, dan 28,84% untuk etos kerja rendah. C. Analisis Data Pengaruh Rutinitas Sholat Dhuha Terhadap Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 Analisis ketiga untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui tujuan yang ketiga untuk mengetahui adakah pengaruh Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik korelasi product moment angka kasar dengan langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel persiapan untuk mencari pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2013 . 2.
Mencari X, Y, X2, Y2 dan XY dengan cara mengalikannya.
3. Memasukkan nilai X dan Y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product moment. Tabel 4.7 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Rutinitas Sholat Dhuha dan Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 No 1 2 3 4 5
Inisial 1 2 3 4 5
X 25 28 30 24 29
Y 24 25 28 27 26
X2 625 784 900 576 841
Y2 576 625 784 729 676
XY
600 700 840 648 764
Inisial No X Y X2 Y2 XY 784 6 6 28 28 784 784 648 7 7 27 24 729 576 624 8 8 26 24 676 576 900 9 9 30 30 900 900 624 10 10 26 24 676 576 11 600 11 24 25 576 625 12 506 12 23 22 529 484 13 720 13 30 24 900 576 14 598 14 26 23 676 529 15 625 15 25 25 625 625 16 621 16 23 27 529 729 17 728 17 26 28 676 784 18 650 18 25 26 625 676 19 784 19 28 28 784 784 20 600 20 25 24 625 576 21 528 21 24 22 576 484 22 672 22 28 24 784 576 23 702 23 26 27 676 729 24 650 24 25 26 625 676 25 625 25 25 25 625 625 26 728 26 26 28 676 784 27 600 27 24 25 576 625 28 484 28 22 22 484 484 29 728 29 28 26 784 676 30 600 30 24 25 576 625 31 600 31 25 24 625 576 32 700 32 28 25 784 625 33 598 33 23 26 529 676 34 650 34 26 25 676 625 35 650 35 26 25 676 625 36 784 36 28 28 784 784 37 621 37 27 23 729 529 38 575 38 23 25 529 625 39 550 39 25 22 625 484 40 702 40 26 27 676 729 Lanjutan Tabel 4.7 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Rutinitas Sholat Dhuha dan Etos Kerja Karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013 No 41 42 43 44 45
Inisial 41 42 43 44 45
X 23 24 25 28 24
Y 25 28 26 24 25
X2 529 576 625 784 576
Y2 625 784 676 576 625
XY 575 672 650 672 600
46 47 48 49 50 51 52
46 47 48 49 50 51 52
26 26 27 26 25 24 23
27 28 26 29 25 27 26
676 676 729 676 625 576 529
729 784 676 841 625 729 676
1338
1328
34628
34098
702 728 702 754 625 648 598 34237
Diketahui : N
= 52
X
= 1338
Y
= 1328
X2
= 34628
Y2
= 34098
XY
= 34237
Selanjutnya dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy
(X )(Y ) N 2 2 (X ) 2 (Y ) 2 X Y N N XY
(1338)(1328) 52 2 (1338) (1328) 2 34628 34098 52 52 34237
34109 34170,46 34628 34427,7634098 33915,07
66,54 ( 200,24)(182,93)
66,54 36629,90
66,54 191,38
0.347685
Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel X dan Y diketahui, maka untuk mengetahui dapat tidaknya hipotesis diterima harus dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel . Untuk mengetahui koefisien ini signifikan, maka perlu dikonsultasikan pada r tabel dengan n 52, dan taraf kesalahan 5 % sehingga diperoleh r tabel = 0, 279. Dengan ketentuan bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dari perhitungan dinyatakan r hitung lebih besar dari r tabel (0,34768 > 0,279). Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara rutinitas shalat dhuha dengan etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Salatiga Tahun 2013.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Rutinitas sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013, kategori tinggi dari rutinitas sholat dhuha, dinyatakan dengan 12 responden (23,08%), sedangkan kategori sedang berjumlah 25 responden (48,07%) dan kategori rendah berjumlah 15 responden (28,85%) sehingga mayoritas adalah kategori sedang.
2.
Etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013, kategori tinggi dari etos kerja, dinyatakan dengan 10 responden (19,24%), sedangkan kategori sedang berjumlah 27 responden (51,92%) dan kategori rendah berjumlah 15 responden (28,84%) sehingga mayoritas adalah kategori sedang.
3.
Pengaruh rutinitas sholat dhuha terhadap etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013, dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik dan diperoleh hasil akhir yang menunjukkan bahwa pada r tabel dengan n 52, dan taraf kesalahan 5 % diperoleh r tabel = 0,
279. Dengan ketentuan bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dari perhitungan dinyatakan r hitung lebih besar dari r tabel (0,34768 > 0,279). Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara rutinitas shalat dhuha dengan etos kerja karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Salatiga Tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang telah penulis ajukan dapat diterima, karena mayoritas karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga rutin mengerjakan sholat dhuha dan memiliki etos kerja yang tinggi. B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, kiranya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Karyawan STAIN Salatiga Pelaksanaan sholat dhuha karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah baik agar ditingkatkan lagi supaya lebih baik, sedangkan etos kerja yang kurang baik agar lebih ditingkatkan lagi supaya menjadi lebih baik. karena sholat merupakan kunci semua ibadah lain. Jika sholat seseorang baik maka baik pula amal ibadahnya yang lainnya.
2. Bagi Lembaga STAIN Salatiga Agar dapat memberikan instruksi dan anjuran kepada para karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga untuk dapat mengerjakan sholat duha berjama’ah secara rutin. Karena dengan rutin mengerjakan sholat dhuha, dapat meningkatkan etos kerja dan pemanfaatan waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga tercipta kehidupan yang seimbang antara urusan duniawi dan ukhrowi.
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ari Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan Enam RukunIman dan Lima Rukun Islam. Jakarta, Arga Wijaya Persada, 2001. Al firdaus, Iqra’ dan S Hamidin, Aep, Banjir Harta dengan Ajaibnya Sholat Hajat, Dhuha, dan Tahajjud, Sabil, Jogjakarta, 2013. Al-Khayyath, Abdul Aziz, DR, Etika Bekerja Dalam Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1998. As’ad, H. Aliy, Drs, Terjemahan Fathul Mu‟in I, Menara Kudus, Kudus, 1980. Asifudin, Ahmad Janan, Etos Kerja Islam, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2004. Daradjat, Zakiyah, Ilmu fiqih jilid I, Dana Bakti Wakaf, Jakarta, 1995 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penerjamah Al Qur’an, Jakarta, 1986. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1993. Drs. Sudarsono, Sepuluh Pokok Aspek Agama Islam, PT Reneka Cipta, Jakarta, 1994. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Rineka cipta, Jakarta, 2002. Drs. M Shodik, Kamus Istilah Agama, Bonafida Cipta Pratama, Jakarta, 1991 Faqih, Ainur Rohim, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 2001. Hadi, Sutrisno, Statistik Jilid II, yayasan penerbitan fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1977. Harahap, Syahrin, Islam Dinamis, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996. http://MPU Banda aceh,upaya-menjadikan-profesi-pns-sebagai-amal-ibadah.html http://bhoqist.blogspot.com/2011/04/apapun-pekerjaannya-etos-kerja kuncinya.html
Kartono, Kartini, Hygiene mental dan kesehatan mental dalam islam , Alumni, Bandung, Jakarta 1996. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1994. Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin Dan Peradapan, Paramadina, Jakarta, 1992. Manan, Abdul, Rahasia Solat Sunnat: Bimbingan Lengkap dan Praktis, Pustaka Hidayah, Bandung, 2003 Musbikin, Imam, Rahasia Sholat Dhuha Menciptakan Prestasi Gemilang Dunia Kerja, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2007. Najati, M. Utsman, Belajar EQ dan SQ Dari Sunnah Nabi, Jakarta, Hikmah, 2003. Najati, M. Ustman. Jiwa Manusia dalam Sorotan Al-Qur‟an, Jakarta, Cendekia Sentra Muslim, 1993. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka , Jakarta, 2006 P. Siagian, Sondang, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2001. Qardhawi, Yusuf, DR, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Gema Insani Press, Jakarta, 1995. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah II, Terjamahan Mahyuddin Syaf, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1994. Shodiq, M, Kamus Istilah Agama, Bonafida Cipta Pratama, Jakarta, 1991. Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Bulughul Maram. Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Muslim. Sofyan, Mochlasin, Islam dan Etos Kerja: Tafsir Islam Transformative Perspektif M. Dawam Raharjo, STAIN Salatiga Prees, Salatiga, 2002. Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan pendidikan, Andi Offset, Yogyakarta, 1995. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, remaja rosdakarya, bandung, 1995. Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Gema Insani, Jakarta, 2002.