PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR
RAKHMAT AFANDI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul
: Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor
Nama
: Rakhmat Afandi
NRP
: A44051426
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. NIP. 19620801 198703 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Disetujui
:
PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR
RAKHMAT AFANDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak, kakak, dan keluarga besar penulis atas semua dukungan baik material maupun spiritual; Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang memberi dukungan dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini; Teman-teman bimbingan skripsi (Arsyad, Indah, dan Dian) atas kerjasama dalam mengumpulkan inventarisasi data; Ibu Reza atas bantuan dan arahan tentang ilmu desain; Mba Wulan yang mengajari teknis metode SBE; Diar yang mengarahkan pengambilan gambar; Chandra atas pinjaman kameranya; Ferbi yang mengajarkan penulis software “Piranesi”; Teman-teman angkatan 42 atas kehebatan persahabatan dan cerita yang telah tertulis; dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang menggunakannya.
Bogor, Februari 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1986. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Surani
dan Ibu
Suparti. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1991, yaitu TK Al-Hikmah selama satu tahun. Pada tahun 1992 penulis menjalankan studi di MI Al-Hikmah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, penulis melanjutkan studi di MTsN 1 Mampang prapatan, Jakarta Selatan dan menyelesaikannya pada tahun 2001. Selanjutnya penulis pernah menjalankan studi di STM 17 Agustus 1945 Tebet dalam, Jakarta Selatan jurusan Teknik Elektro pada tahun yang sama. Karena keinginan diri sendiri, penulis memutuskan tidak melanjutkan studi tersebut. Kemudian, penulis diterima di SMU SULUH, Jakarta Selatan tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Selama menjalani studi tersebut, penulis pernah menjalani kegiatan-kegiatan dan non formal, seperti les bahasa inggris di IEC, dan bimbingan belajar Ganesha Operation. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2006. Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan akademik, yaitu menjadi asisten MK Desain Lanskap. Selain itu kegiatan yang dilakukan di luar akademik adalah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis pernah menjadi Koordinator desa MK Kuliah Kerja Profesi di Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng dan Koordinator kelas MK Dasar-Dasar Proteksi Tanaman. Penulis juga mengikuti berbagai pelatihan, Studium General, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.
RINGKASAN RAKHMAT AFANDI (A44051426). Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Bogor sebagai kota wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada Landmark seperti Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) mempunyai berbagai potensi dan kendala estetika tentang kenyamanan penggunanya. Salah satu potensi dan kendala tersebut adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitas dan kualitas. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang berkonsep estetika sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya “standar estetika lingkungan penataan reklame” sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisa keberadaan reklame. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetik lanskap Jalan Lingkar KRB. Selain itu, penelitian ini juga mempelajari karakter visual reklame pada tapak, mempelajari tata letak reklame pada tapak, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi visual reklame secara umum. Penelitian ini memberikan manfaat bagi: (1) Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan terintegrasi, (2) bahan masukan pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, (3) mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya selama studi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Scenic Beauty Estimation (SBE). Metode ini memberikan penilaian estetika secara kuantitatif pada lanskap. Uji SBE bertujuan untuk menentukan kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar KRB dan faktor yang mempengaruhinya. Tahapannya adalah pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, sintesis, dan solusi. Pengumpulan data berupa foto-foto lanskap dan data pendukung lainnya. Foto tersebut dinilai oleh responden dan diolah sehingga mengghasilkan nilai estetika. Analisis merupakan tahapan dimana hasil olah data dipelajari dan dikaji dengan menurut prinsip desain, aspek sumberdaya visual, dan aspek legal. Hasil analisis uji SBE memperlihatkan banyak titik Jalan Lingkar KRB dikategorikan lanskap dengan estetika rendah. Kategori estetika rendah umumnya terdapat pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Reklame adalah faktor yang menyebabkan kategori rendah tersebut. Kategori estetika tinggi umumnya terdapat pada penggunaan lahan RTH. Vegetasi yang harmonis adalah salah satu faktor yang menyebabkan kategori tinggi. Sedangkan, penggunaan lahan lain mempunyai nilai estetika yang bervariasi dan intensitas reklame yang berarvariasi. Berdasarkan uji SBE faktor-faktornya, nilai estetika reklame tinggi terdapat pada reklame billboard, reklame dengan pengurangan ukuran yang ideal, warna yang kontras dan tajam dengan latar belakang, pencahayaan yang memberi kesan interaksi reklame dengan ruang, reklame intensitas rendah, dan vegetasi atau perpaduan vegetasi dan bangunan yang harmonis. Faktor-faktor tersebut mempunyai korelasi linier terhadap nilai estetika reklame.
Rekomendasi penelitian ini adalah dalam bentuk zonasi Peletakan reklame. Zonasi jalan menurut prioritas peletakan reklame dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) Zona utama reklame adalah kawasan yang paling utama digunakan peletakan reklame. Pada zona ini dapat diletakkan reklame permanen dan non permanen. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah berbagai jenis reklame dan ukuran. Zona ini tercipta sebagai fasilitasi pemusatan media reklame pada daerah dengan penggunaan lahan perdagangan dan jasa, (2) Zona alternatif reklame adalah kawasan dengan peletakan hanya reklame non permanen saja. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah spanduk, banner, dan poster dengan ukuran kecil saja. Zona ini tercipta mengacu pada uji SBE kondisi umum yang memperlihatkan bahwa zona perkantoran dan pemerintahan mempunyai potensi untuk diletakkan reklame dengan intensitas rendah. Selain itu, zona ini juga mengarahkan peletakan reklame pada daerah yang tidak rawan kecelakaan, (3) Zona bebas reklame adalah kawasan tanpa peletakan reklame sama sekali. Zona ini tercipta mengacu pada Perda Bogor yang menjelaskan kawasan-kawasan yang tidak diperbolehkan adanya reklame, nilai estetika uji SBE, dan keselamatan pengendara bermotor. Pertimbangan kualitas Estetika Reklame juga merupakan rekomendasi penelitian ini. Billboard dapat digunakan sebagai media reklame utama. Untuk aspek pesan iklan, isi tersebut juga dapat terbaca apabila reklame menggunakan warna-warna yang dengan saturasi ideal tinggi. Selain dapat memperjelas pesan yang akan disampaikan, warna ideal tinggi juga dapat menambah nilai estetika. Akan tetapi, penggunaan warna reklame satu dengan yang lainnya harus mempertimbangkan prinsip desain tentang warna. Ukuran pada reklame dapat disesuaikan keperluan tetapi sebaiknya diminimalisir hingga ukuran ideal yang dapat menyampaikan isi pesan reklame dan tidak mengganggu pandangan. Pencahayaan malam untuk reklame sebaiknya memperhatikan aspek estetika reklame dan lingkungan sekitarnya. Untuk pengontrolan, pencahayaan mempunyai peran untuk tata letak relame. Pada zona yang tidak diperbolehkan dipasang reklame, lampu penerangan jalan umum dapat digunakan sebagai kontrol. Sifat lampu ini hanya sebagai penerangan jalan untuk umum dan tidak menerangi suatu objek saja sehingga reklame tidak berpotensi untuk diletakkan reklame. Uji SBE penelitian ini menunjukkan bahwa lanskap Jalan Lingkar KRB mempunyai nilai estetika rendah. Reklame pada Jalan Lingkar KRB memiliki intensitas tinggi dan dapat mengganggu lanskap. Kualitas estetika lanskap meningkat apabila intensitas peletakan reklame semakin rendah dan beberapa titik mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Lanskap estetika tertinggi adalah lanskap yang mempunyai ciri tanpa reklame. Pengurangan nilai estetika sebagai akibat peletakan reklame dapat diminimalisir atau dihindari dengan memperhatikan sumberdaya visual tapak, yaitu karakter visual (form, line, color texture, dominance, scale, diversity, continuity) dan kualitas visual (vividness, intanctness, unity). Faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah faktor desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Kondisi umum lanskap dengan faktor-faktor nilai estetika reklame berbeda-beda mempunyai nilai estetika yang berbeda-beda pula.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3 Reklame ................................................................................................ 3 Visual .................................................................................................... 9 Estetika .................................................................................................. 11
Lanskap Jalan ........................................................................................ 11 Scenic Beauty Estimation (SBE) ........................................................... 14 Persepsi dan Preferensi ......................................................................... 15 Simulasi Komputer................................................................................ 16 METODOLOGI .................................................................................................. 18 Waktu dan Lokasi ................................................................................. 18 Batasan Penelitian ................................................................................. 18 Metode dan Tahapan Penelitian ............................................................ 19 Persiapan ............................................................................................... 20 Pengumpulan Data ................................................................................ 20 Pengolahan dan Analisis Data............................................................... 25 Sintesis dan Solusi ................................................................................ 27 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 28 Kondisi Umum ...................................................................................... 28 Karakterisik jalan ........................................................................ 28 Penggunaan lahan ....................................................................... 29
Analisis.................................................................................................... 30 Karakteristik Jalan....................................................................... 30 Penggunaan Lahan ...................................................................... 31 Persebaran dan Jenis Reklame .................................................... 33 Estetika Jalan KRB ............................................................................... 36 Estetika kondisi umum ................................................................ 36 Lanskap daerah permukiman ............................................ 39 Lanskap perdagangan dan Jasa ......................................... 40 Lanskap Ruang Terbuka Hijau.......................................... 41 Faktor-Faktor Estetika Reklame ................................................. 43 Jenis reklame ..................................................................... 43 Ukuran reklame ................................................................. 45 Warna warna ..................................................................... 46 Pencahayaan ...................................................................... 48 Intensitas ........................................................................... 49 View Sekitar ...................................................................... 50 Rekomendasi ......................................................................................... 54 Zonasi penempatan reklame ........................................................ 54 Zona Utama Reklame ........................................................ 54 Zona Alternatif Reklame ................................................... 54 Zona Bebas Reklame ........................................................ 55 Pertimbangan kualitas estetika reklame ...................................... 57
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 59 Kesimpulan ............................................................................................. 59 Saran........................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
LAMPIRAN ........................................................................................................ 63
viii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media ............................................ 6
2.
Aspek Sumberdaya Visual........................................................................... 10
3.
Data Fisik Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor .............................................. 29
4.
Jarak Pandang Pengendara Bermotor Menurut Fungsi Jalan ...................... 31
5.
Jumlah dan Jenis Reklame Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor .................... 33
6.
Perbandingan Jenis Reklame Menurut Skala Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa. ................................................................................. 34
7.
Perbandingan Prinsip Penataan Media Reklame Litbang (2004) dan Hasil Uji SBE Faktor Estetika. .................................................................... 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.
Kerangka Persepsi Visual ............................................................................ 15
2.
Contoh Hasil SoftwareAdobe Photoshop dan Google Sketchup. ................ 17
3.
Lokasi Penelitian ......................................................................................... 18
4.
Tahapan Kegiatan Penelitian ....................................................................... 19
5.
Bidang Penglihatan Mata Manusia .............................................................. 21
6.
Pembagian Fungsi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ................................. 28
7.
Penggunaan Lahan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ................................ 32
8.
Persebaran Titik Reklame ............................................................................ 35
9.
Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah. .......................................... 36
10. Grafik Nilai SBE Kondisi Umum ................................................................ 38 11. Lanskap Permukiman .................................................................................. 39 12. Lanskap Perdagangan dan Jasa Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah ...................................................................................................... 40 13. Lanskap RTH Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah .............. 41 14. Zona Estetika Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ........................................ 42 15. Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor Jenis Reklame ....................................................................................................... 43 16. Grafik Nilai SBE Faktor Jenis Reklame ...................................................... 44 17. Simulasi Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi Faktor Ukuran Reklame ....................................................................................................... 45 18. Grafik Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame .................................................. 46 19. Nilai SBE Faktor Warna Reklame Tertinggi dan Terendah ........................ 47 20. Grafik Nilai SBE Faktor Warna Reklame ................................................... 47 21. Contoh Lanskap Faktor Estetika Pencahayaan Reklame ............................ 48 22. Grafik Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame ......................................... 49 23. Simulasi Foto Faktor Estetika Intensitas Reklame Tertinggi dan Terendah.50 24. Grafik Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame .............................................. 50 25. Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor View Sekitar Reklame ....................................................................................................... 51 26. Grafik Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame ......................................... 52 27. Simulasi Zona Utama Reklame ................................................................... 54
x
28. Simulasi Zona Alternatif Reklame .............................................................. 55 29. Simulasi Zona Bebas Reklame .................................................................... 55 30. Tampak Atas (atas) dan Tampak Samping (bawah) Peletakkan Reklame Besar dan Kecil ............................................................................................ 56 31. Rekomendasi Zona Reklame ....................................................................... 57 32. Simulasi Pertimbangan Kualitas Estetika Reklame..................................... 58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Gambar Uji SBE Kondisi Umum.................................................................... 63 2. Gambar Uji SBE Faktor Estetika Reklame ..................................................... 67 3. Kuesioner Uji SBE .......................................................................................... 71 4. Daftar Hadir Responden.................................................................................. 73 5. Perhitungan Nilai SBE Kondisi Umum .......................................................... 75 6. Perhitungan Nilai SBE Faktor Jenis Reklame ................................................ 82 7. Perhitungan Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame ............................................ 84 8. Perhitungan Nilai SBE Faktor Warna Reklame .............................................. 85 9. Perhitungan Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame ......................................... 86 10. Perhitungan Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame ................................. 87 11. Perhitungan Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame .................................. 88 12. Persebaran Reklame Segmen 1 ..................................................................... 89 13. Persebaran Reklame Segmen 2 ..................................................................... 90 14. Persebaran Reklame Segmen 3 ..................................................................... 91 15. Persebaran Reklame Segmen 4 ..................................................................... 92 16. Persebaran Reklame Segmen 5 ..................................................................... 93 17. Persebaran Reklame Segmen 6 ..................................................................... 94 18. Persebaran Reklame Segmen 7 ..................................................................... 95 19. Persebaran Reklame Segmen 8 ..................................................................... 96 20. Persebaran Reklame Segmen 9 ..................................................................... 97 21. Persebaran Reklame Segmen 10 ................................................................... 98 22. Persebaran Reklame Segmen 11 ................................................................... 99 23. Persebaran Reklame Segmen 12 ................................................................... 100 24. Persebaran Reklame Segmen 13 ................................................................... 101
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik dari elemen alami seperti bentuk topografi lahan berpanorama indah maupun elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan merupakan sarana penunjang aktifitas manusia
dan lalu lintas kendaraan. Sarana ini meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya sehingga memungkinkan terjadinya akses yang mengutamakan aspek efisiensi, keselamatan dan kesenangan pemakai. Menurut Booth (1983), lanskap jalan memiliki fungsi untuk mendukung penggunaan secara terus menerus; membimbing; mengatur irama pergerakan; mengatur waktu istirahat; mendefinisikan penggunaan lahan; memberikan pengaruh; mempersatukan; membentuk karakter lingkungan, spasial, dan visual. Salah satu bangunan pelengkap jalan adalah reklame. Reklame berfungsi sebagai elemen penyampaian informasi yang peletakannya memerlukan kesesuaian pengaturan. Ketidaksesuaian reklame secara visual dapat mengurangi keindahan pada suatu area yang mempengaruhi perilaku manusia sehingga menyebabkan ketidakpuasan penggunanya. Bogor sebagai kota wisata yang dicirikan dengan banyaknay objek wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada landmark seperti daerah Istana Bogor, Tugu kujang, dan Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) terdiri dari empat jalan yaitu Jalan Juanda, Otto Iskandar Dinata (Ottista), Pajajaran, dan Jalak Harupat. Jalan tersebut mempunyai berbagai potensi dan kendala tentang kenyamanan penggunanya. Salah satunya adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitatif dan kualitatif. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi estetika lingkungan sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya “standar estetika lingkungan penataan reklame” sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisis keberadaan reklame dalam lanskap jalan.
2
Kualitas visual reklame dapat diukur melalui respon manusia dengan memberikan persepsi dalam menduga keindahan atau kualitas estetika. Evaluasi kualitas visual reklame mudah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Perlu adanya kajian untuk mengetahui elemen lanskap apa saja yang mempengaruhi kualitas estetika dan visual reklame. Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan studi literatur dan data instansional, survei lapangan, survei data instansi yang menangani perizinan reklame, wawancara, diskusi, kajian, dan analisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, elemen-elemen dasar lanskap yang menjadi variabel penduga kualitas visual reklame dapat diketahui. Penelitian estetika jalan di Kota Bogor masih jarang dilakukan terutama di Jalan Lingkar KRB. Oleh karena itu, penelitian mengenai estetika perlu dilakukan pada Jalan Lingkar KRB untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat meningkatkan nilai estetika tapak.
Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB). Sedangkan untuk memenuhi tujuan umum tersebut, peneliti terlebih dahulu mempelajari karakter visual reklame yang ada pada tapak, mempelajari tata letak reklame yang ada pada tapak, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, seperti: 1. Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan terintegrasi. 2. Bahan masukan pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame. 3. Mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya selama melakukan studi.
TINJAUAN PUSTAKA
Reklame Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan dan akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Bentuk komunikasi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan media reklame. Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan ragamnya untuk tujuan komersil dan dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang, jasa, atau orang, untuk menarik perhatian umum sehingga peletakannya harus dapat dilihat, dibaca, dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah (Perda Bogor No .4 Tahun 2005).
Peraturan tentang reklame di Kota Bogor tertuang dalam Perda No. 4
Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Reklame. Penyelenggaraan reklame adalah rangkaian kegiatan dan pengaturan yang meliputi perencanaan, jenis, perizinan, penyelenggara, pengawasan, pengendalian, dan penertiban reklame dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi. Peraturan tersebut dijelaskan jenis-jenis reklame, yaitu: 1. Reklame Bando, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan besi, kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain bersinar. Reklame ini dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan dan ditempelkan melintang (berseberangan) di atas jalan sarana dan prasarana kota. 2. Reklame rombong, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar. Reklame ini dipasang pada kios dan penyelenggaraannya ditujukan di luar sarana dan prasarana kota milik orang pribadi atau badan. 3. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.
4
4. Reklame film atau slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, dan barang-barang lain sejenisnya sebagai alat untuk diproyeksikan pada layar atau benda lain. 5. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh peralatan atau visualisasi apapun. 6. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenisnya. 7. Reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan membawanya berkeliling dengan berjalan kaki, kendaraan bermotor atau tidak bermotor. 8. Reklame selebaran atau brosur adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara menyebarkan selebaran atau brosur atau pamflet. 9. Reklame Baliho adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, dan sejenisnya dengan jangka waktu paling lama 1 bulan. 10. Reklame Papan (Billboard) adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan. 11. Megatron, Videotron, Large Electronic Display (LED), Video Wall dan Dynamic Wall adalah reklame menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. 12. Reklame umbul-umbul atau banner atau Spanduk adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan kain, plastik, dan sejenisnya dalam jangka waktu paling lama 1 minggu. 13. Reklame poster atau tempelan stiker adalah reklame berbentuk lembaran lepas. Reklame ini diselenggarakan dengan cara disebarkan atau diminta untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, dan digantungkan pada tempat umum. Perda Bogor No. 4 Tahun 2005 mendefinisikan berbagai istilah penyelenggaraan reklame. Pola penyebaran reklame adalah peletakkan reklame yang tercermin dalam peta sebagai acuan dan arahan penyelenggaraan reklame. Titik reklame adalah tempat di mana bidang reklame didirikan atau ditempel.
5
Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan guna tempat atau penyajian gambar, naskah, dan kata dari pesan-pesan penyelenggaraan reklame. Tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling bawah bidang reklame ke permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar atau plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan peletakkan kaki konstruksi reklame. Panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang reklame yang diatur secara terpadu dengan baik dalam suatu komposisi yang estetik, baik dari segi kepentingan penyelenggaraan, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya. Definisi-definisi itu akan mempermudah untuk memahami kajian reklame dan dalam aplikasi penyelenggaraan reklame. Dasar
pertimbangan
penyelenggaraan
media
reklame
ditentukan
memperhatikan kepentingan masyarakat, pemerintah daerah dan pihak pengusaha (biro iklan) untuk menempatkan media reklame sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi sekaligus sebagai komponen kota yang berpengaruh pada keindahan kota. Oleh karena itu, aspek estetika menjadi dasar pertimbangan dalam menata media reklame. Prinsip desain perlu diperhatikan dalam menyusun pedoman teknis penataan reklame. Selain itu, faktor estetika diperlukan untuk menyampaikan isi pesan. Kegiatan mengenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang dan jasa reklame tertuang dalam pesan. Pesan yang disampaikan oleh media reklame harus dapat tersampaikan oleh pembacanya. Menurut Kasali (1993) menyatakan bahwa keefektifan media luar ruang didasarkan pada: 1. Jangkauan, yakni kemampuan media menjangkau sasaran. 2. Frekuensi, yakni kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama kepada pengamat. 3. Kontinuitas, yakni kesinambungan media menyampaikan pesan sesuai strategi periklanan. 4. Ukuran, yakni kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut pesan. 5. Warna, yakni kemampuan media menyajikan tata warna. 6. Pengaruh, yakni kekuatan pesan iklan yang kreatif. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Media harus dapat dibaca sekitar tujuh detik dan menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relatif jauh.
6
Untuk menciptakan estetika yang tinggi, lanskap jalan mempunyai kriteria-kriteria yang menjadi aspek pertimbangan dalam menyusun elemenelemennya. Banyak kriteria-kriteria dari berbagai macam sumber yang dapat dijadikan acuan estetika lanskap. Litbang PEMDA Bandung (2004) membuat kriteria-kriteria estetika lanskap dan aspek-aspek yang menciptakan estetika seperti bentuk, ukuran, penempatan, jumlah, orientasi, dan pencahayaan (Tabel 1). Tabel 1. Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media Aspek Konstruksi
Bentuk dan ukuran
Keindahan Indah sesuai dengan : 1. Bentuk lanskap 2. Karakteristik lingkungan Indah sesuai dengan : 1. Karakteristik kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap 3. Skala struktur/bangunan
Penempatan
Indah sesuai dengan : 1. Fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap
Jumlah
Indah sesuai dengan : 1. Karekteristik fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap Dengan memperhatikan: 1. Lebar kavling atau jarak antar bangunan 2. Orientasi pemasangan 3. Bentuk lanskap 4. Jenis Media Reklame 5. Keberadaan media reklame yang lain
Orientasi
Indah menurut : 1. Fungsi kawasan di kanan jalan 2. Bentuk lanskap Dengan memperhatikan: 1. Bentuk lanskap 2. Jenis media reklame 3. Keberadaan media reklame yang lain 4. Jumlah media reklame dan lebar kavling
Pencahayaan
Indah menurut : 1. Fungsi kawasan di kanan jalan
Sumber: Kantor Litbang PEMDA Kota Bandung, 2004
7
Pola penyebaran dan peletakan reklame di suatu kawasan harus mempertimbangkan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah (RTRW). Pola penyebaran tersebut diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu dan meliputi titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota dan di luar sarana dan prasaran kota. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 15 tahun 1999 mengatakan bahwa nilai strategis titik reklame dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tata guna lahan atau potensi dari kawasan tersebut dalam mencapai sasaran pemasangan reklame, ukuran reklame, sudut pandang reklame, kelas jalan, harga lokasi pemasangan reklame. Nilai strategis tersebut menyebabkan perlu adanya kontrol dari pemerintah setempat terhadap peletakkan reklame. Menurut Perda Bogor No. 18 Tahun 2008, peletakan titik reklame di luar sarana dan prasarana kota dapat diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu. Peletakannya memperhatikan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan dengan rencana tata ruang kota dapat ditempatkan: 1. Di atas bangunan 2. Menempel pada bangunan 3. Di halaman 4. Di areal terbuka. Peletakkan reklame di dalam sarana dan prasaran di kota Bogor diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu pada sarana dan prasarana kota, seperti: 1. Sisi luar trotoar atau bahu jalan; 2. Median jalan; 3. Shelter; 4. Jembatan 5. terowongan penyeberangan orang; 6. Ruang Terbuka Hijau; 7. Ornamen kota; 8. Terminal dan pangkalan angkutan; 9. Stasiun kereta api; 10. Gelanggang olahraga; 11. Pasar modern ataupun pasar tradisional.
8
Peletakkan reklame di dalam
sarana dan prasarana kota Bogor terdapat
larangan-larangan, meliputi: 1. Trotoar 2. saluran 3. Ruas-ruas jalan bagian dalam yang mengitari kawasan Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. 4. Jl. Ir. H. Juanda mulai dari depan kejaksaan hingga simpang Jl. Pengadilan. 5. Sebelah barat Jl. Jend Sudirman mulai persimpangan Jl. Absesin s/d Simpang Jl. R.E Martadinata. 6. komersial pada area sarana pemerintah, tempat ibadah, dan sarana pendidikan formal. Menurut Simonds (1983), pengontrolan zona reklame diperlukan untuk melindungi vista dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk mengontrol adalah dengan pengelompokkan berbagai informasi dan penempatan pada titik lokasi yang ditentukan, misalnya area peristirahatan, taman lingkungan, pusat perdagangan dan jasa atau titik lain yang mudah dilihat oleh pengamat. Perda Bogor No. 4 tahun 2005 menyebutkan bahwa penyelenggaraan reklame dilaksanakan menurut jalur jalan. Jalur jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis untuk peletakkan titik reklame. Penyelenggaraan reklame diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu yang diatur oleh walikota meliputi: 1. Jalur jalan khusus adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai stategis khusus untuk peletakkan titik reklame. 2. Jalur jalan utama adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis utama untuk peletakkan titik reklame. 3. Jalur jalan I adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis jalur kelas 1 (satu) untuk peletakkan reklame. 4. Jalur jalan II adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapaun yang mempunyai nilai strategis jalur 2 (dua) untuk peletakkan titik reklame. 5. Jalur jalan III adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis jalur 3 (tiga) untuk peletakkan titik reklame.
9
Visual American Society of Landscape Architects (1979) mengemukakan dua aspek penting sumberdaya visual yang dilakukan dalam penilaian visual, yaitu karakter visual dan kualitas visual. Karakter visual dibedakan menjadi dua level, yaitu pola elemen dan pola karakter. Pola elemen terdiri dari form, line, color, serta texture. Pola karakter terdiri dari dominance, scale, diversity, dan continuity. Sedangkan kriteria menilai kualitas visual terdiri dari vividness, intactness, dan untiy (Tabel 2). Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual yang penting. Estetika pemandangan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan dapat memberikan efek visual yang menyenangkan. Pada suatu pemandangan lanskap yang estetik, banyak faktor yang membentuk dan mempengaruhinya. Menurut Harris dan Dines (1983) ada lima faktor visual dalam persepsi dan identifikasi, yaitu ketajaman visual, pandangan sekeliling, kedalaman persepsi, pandangan yang menyilaukan, dan kepulihan pandangan serta pandangan terhadap warna. Wujud visual yang berbeda-beda dimiliki untuk setiap benda yang memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakter masing-masing. Menurut Laurie (1975), visual dapat dimanipulasi menciptakan kesan ruang tertentu. Ciri visual suatu benda dipengaruhi jarak antara pengamat dengan benda yang diamati. Untuk Visualisasi di malam hari, dimana matahari sedang menerangi belahan bumi bagian lain maka pencahayaan diperlukan untuk menerangi kawasan tersebut sehingga lanskap tersebut dapat dinikmati di malam hari. Dimana keindahan suatu lanskap dapat dinikmati jika ada cahaya yang menerangi dan tidak menyilaukan. Elemen lanskap selain memiliki wujud visual berdasarkan karakteristik yang dimilikinya juga dapat membentuk visual lanskap. Visual lanskap dapat ditampilkan secara indah dengan penataan setiap elemen secara proporsional dan pencahayaan untuk visualisasi di malam hari, sesuai dan harmonis. Struktur
visual
suatu
lanskap
ditentukan
oleh
terlihat
tidaknya
pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat dan obyek yang diamati. Ashihara (1970) menyatakan seseorang dapat melihat sebuah objek sebagai suatu kesekuruhan pada sudut 27º apabila jarak ke objek sama dengan dua
10
kali tinggi objek. Struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh titik pandang, jarak pengamat dan objek, sudut tampak, sudut bidang yang tidak tampak, sudut depresi, sudut elevasi dan cahaya (Higuchi, 1988). Ruang lingkup pandang pengamat terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pergerakan yang dilakukannya (Hoobs, 1995). Beberapa parameter digunakan untuk menentukan kualitas visual suatu lanskap yaitu kesatuan sumber daya visual lanskap dalam membentuk suatu unit visual yang harmonis dan koheren, kesan hidup dari penggabungan elemenelemen pembentuk lanskap serta keutuhan kondisi lanskap alami. Tabel 2. Aspek Sumberdaya Visual Atribut visual
Pola Karakter
Pola Elemen
Sumberdaya Visual Karakter Visual
Kualitas Visual
Sumber: ASLA, 1979
Aspek
Karakteristik aspek
Form
Kelompok visual, besarnya atau bentuk.
Line
Edges suatu objek atau bagian dari objek.
Color
Keseluruhan nilai suatu objek atau mencerminkan keterangan yaitu terang, gelap, dan hue yaitu merah, hijau.
Texture
Kekasaran suatu permukaan.
Dominance
Posisi, luasan, atau kekontrasan dasar pola elemen.
Scale
Hubungan ukuran antara komponen lanskap dan sekitarnya.
Diversity
Fungsi dalam jumlah, keragaman, dan penyatuan pola elemen visual.
Continuity
Aliran yang tidak mengganggu pola elemen dalam lanskap dan pengelolaan hubungan visual antara komponen lanskap.
Vividness
Kombinasi memoribility komponen lanskap dengan pola visual yang menarik perhatian dan berbeda dari yang lain.
Intactness
Kesatuan antara lanskap buatan dan alami.
Unity
Hubungan visual dan keharmonisan komposisi lanskap secara individu.
11
Estetika Estetika merupakan istilah yang erat hubungannya dengan keindahan. Menurut Prall dalam Porteous (1977), estetika adalah salah satu tindakan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan berguna. Estetika menurut Simonds (1983) merupakan hubungan yang harmonis dari semua elemen atau komponen yang dirasakan. Estetika dalam suatu lanskap dapat berarti keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lingkungan dan merupakan salah satu Sumberdaya alam sehingga perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya. Estetika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni. Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penilaian suatu obyek melalui penampakan visual sangat mudah ditangkap oleh indera manusia. Estetika secara umum selalu berhubungan dengan bentuk dan kualitas suatu material. Bentuk material merupakan wujud fisik yang dapat ditangkap oleh mata dan berkaitan dengan warna serta tekstur dari material. Kualitas visual estetik merupakan hasil pertemuan antara unsur fisik lanskap dan proses psikologis dari pengamat (Daniel, 2001). Menurut Nasar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetik simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat.
Lanskap Jalan Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi ini dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di dalamnya baik bersifat alami dan buatan, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya. Lanskap dapat diartikan sejauh mata memandang sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menangkap serta membayangkan objek yang menjadi bidang pengamatan (Rachman, 1984). Jadi, Lanskap adalah bentang alam tempat tinggal makhluk hidup dengan karakterisik masing-masing.
12
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Dirjen Bina Marga (1980) menerangkan, jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Maka dari itu, perlu adanya peraturan-peraturan yang dapat melancarkan kegiatan di jalan. Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2006 menyebutkan bahwa jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 kilometer per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal. Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. Sedangkan Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter. Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter. Menurut Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran seksama, tidak hanya memperhatikan fungsi seperti keamanan, kesenangan, dan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan nilai estetika. Estetika tersebut dapat dihadirkan melalui elemen lanskap. Berdasarkan sifatnya, elemen dalam lanskap jalan dibagi menjadi elemen keras (bangunan) dan elemen lunak (vegetasi). Vegetasi lanskap (soft material) merupakan elemen lunak dan bersifat alami yang pemilihan dan pengaturan tanaman bersifat melengkapi (Carpenter, 1975). Bangunan lanskap (hard material) yaitu semua elemen lanskap yang bersifat keras. Bangunan dalam lanskap termasuk ke dalam unsur buatan manusia yang keberadaannya memiliki fungsi dan estetika tertentu.
13
Ketinggian bangunan merupakan intensitas pemakaian ruang secara vertikal, yang diasumsikan bahwa satu lantai bangunan mempunyai ketinggian 3-5 meter. Ketinggian bangunan di Kota Bogor direncanakan sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1. Ketinggian bangunan sangat rendah dan rendah ditempatkan di jalan lokal atau lingkungan yaitu untuk kawasan permukiman, hutan kota, daerah konservasi dan jalur hijau. 2. Ketinggian bangunan tinggi ditempatkan pada jalan sekunder dikawasan pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran atau pemerintahan 3. Ketinggian bangunan sangat tinggi ditempatkan pada jalan primer yaitu untuk perdagangan dan jasa serta perkantoran atau pemerintahan dengan memperhatikan view di sekitarnya. (BAPPEDA, 1999). Untuk bangunan reklame, jarak pandang pengamat dari kendaraan ditentukan oleh tinggi bangunan (H), ukuran bangunan dan kecepatan kendaraan itu sendiri (V). Semakin besar ukuran dan tinggi bangunan, maka jarak pandang pengamat ke bangunan akan semakin jauh. Untuk aplikasinya, pengguna kendaraan bermotor dapat menggunakan zona aman ”12 detik” (Hough, 1989). Zona aman ini digunakan untuk melihat suatu pandangan pada kecepatan tertentu kendaraan bermotor. Contoh: Asep mengendarai motor dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apabila Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, jarak (dalam meter) yang harus diawasi oleh Asep adalah jarak yang ditempuh motor setiap detik x 10. Jarak yang ditempuh motor Asep setiap detik adalah: Diketahui: Kecepatan rata-rata (V) = 60 km/jam = 60.000 m / 3.600 detik = 16,6 m / detik Apabila menggunakan pedoman jarak pandang 12 detik (t): Jarak terjauh pandangan (S) = Kecepatan (V) x Waktu (t) Jarak terjauh pandangan (S) = 16,6 m/detik x 12 detik = 199,2 meter = 199 meter Jadi, pada kecepatan 60 km/jam motor Asep berjalan sejauh 16,6 m setiap detik. Jika Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, Asep harus mengawasi lalu lintas di depannya sejauh 199 m.
14
Scenic Beauty Estimation (SBE) Kualitas lanskap atau pemandangan dapat dipengaruhi visual lanskap tersebut. Menurut Booth (1983), estetika digunakan sebagai dasar dalam visual lanskap. Pemandangan atau kualitas estetika lanskap dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Pemandangan lanskap tersebut merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan secara objektif sulit untuk dapat diukur karena bersifat kualitatif. Selain itu, estetika bersifat subjektif bagi setiap orang. Untuk itu, nilai pemandangan lanskap perlu ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Menurut Daniel dan Boster (1976), penilaian nilai tersebut dapat ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Menurut Daniel dan Boster (1976), kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Invetarisasi deskriptif Inventaris yang menggambarkan keadaan suatu objek atau tapak. Pendekatan inventaris ini memerlukan komponen-komponen yang mempengaruhi keindahan lanskap sebagai referensi penilaian estetika lanskap. Setiap kehadiran maupun tidak kehadiran komponen maupun kombinasi komponen perlu diamati, dicatat dan dihitung. 2. Survei dan kuisioner Kuisioner dan survei telah secara luas digunakan untuk menentukan keinginan berbagai alternatif-alternatif manajemen. Suatu survei dapat menyediakan satu evaluasi atau penilaian atas mutu pemandangan dengan menandakan pilihanpilihan sampel. Pertanyaan-pertanyaan sangat luas dan umum bisa diajukan sebagai satu pembuka atau menstimulasi responden. Tanggapan-tanggapan dari hasil kuisioner biasanya dibandingkan dan dianalisis untuk menghasilkan indikasi-indikasi ringkasan pendapat dan pilihan dari golongan responden. Setelah itu, pilihan-pilihan dihubungakan dengan keindahan lanskap. 3. Evaluasi berdasarkan preferensi. Pendekatan ini menggunakan prosedur pertanyaan tentang estetika lanskap dengan menggunakan foto dan grafik. Foto-foto yang ingin ditampilkan harus memperhatikan sudut pandang atau poin yang menguntungkan untuk dinilai kualitas estetikanya.
15
Estetika lanskap ini dapat diduga melalui persepsi manusia terhadap suatu lanskap dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Menurut Daniel dan Boster (1976), Scenic Beauty Estimation (SBE) adalah suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif sebagai sebuah alternatif dalam sistem manajemen lanskap alam. Berbagai modifikasi dalam metodenya sangat potensial untuk dijadikan dasar dalam perencanaan, perancangan, pengelolaan suatu tapak.
Persepsi dan Preferensi Porteous (1977) mendefiniskan persepsi sebagai respon langsung dari suatu tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor eksternal yaitu keadaan fisik dan sosial. Respon ini berupa pemahaman ataupun pemberian makna atas informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Gambar 1). Menurut Simonds (2006), persepsi merupakan proses yang terjadi karena rangsangan terhadap panca indera dan bagian dari kognisi manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objekobjek serta kejadian di sekitarnya. Jadi, persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu objek. Masing-masing orang mempunyai persepsi tentang suatu objek tergantung dari preferensi masing-masing.
Gambar 1. Kerangka Persepsi Visual (Sumber: Porteous, 1977).
16
Preferensi adalah tindakan untuk memilih, ditentukan oleh banyak faktor sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan. Faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap suatu kualitas visual objek atau lanskap ditentukan oleh kualitas objek atau lanskap tersebut maupun keadaan psikologis masyarakat yang mengamati. Menurut Laurie (1975), hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia terhadap lingkungan adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang. Pada aplikasinya, pengambilan keputusan dalam ilmu lanskap dapat ditemukan di setiap kegiatan seperti pengambilan keputusan dalam penilaian visual lanskap. Visual lanskap yang ada menimbulkan persepsi dari masingmasing individu yang timbul sebagai akibat dari adanya preferensi tiap-tiap individu pula. Pengambilan keputusan manusia terdiri dari berbagai tahap, yaitu: (1) persepsi, (2) Pengambilan sikap, (3) Penerimaan nilai-nilai, (4) Preferensi, (5) Kepuasan (Porteous, 1977). Laurie (1990) menyatakan terdapat banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek dalam mengambil keputusan. Hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang.
Simulasi Komputer
Menurut McHaney (1991), kegiatan simulasi adalah suatu model untuk
menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program dengan menggunakan komputer. Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak. Pemakaian komputer dalam pekerjaan desain sudah semakin luas dan sekarang mempengaruhi semua aspek aplikasi ilmu arsitektur lanskap (Harris dan Dines, 1988). Lebih lanjut Harris dan Dines menjelaskan komputer digunakan untuk bookeeping dan surat menyurat, inventaris landuse dan sumberdaya, berbagai analisis, permasalahan alokasi landuse, tugas site engineering, dan
17
pekerjaan studio. Simulasi komputer berupa ramalan terhadap hal-hal yang belum direalisasikan dalam dunia nyata dengan menggunakan media komputer yang dimaksudkan untuk mempermudah melakukan ramalan-ramalan tersebut. Kegiatan simulasi komputer dapat dilakukan dengan berbagai software seperti Software Adobe Photoshop dan Google sketchup. Software Adobe Photoshop CS2 adalah program yang digunakan untuk editing foto, retouch foto, photo realistic image, ilustrasi kartun, desain web, layout halaman sederhana, hingga texturing 3D (Jeprie, 2008). Sedangkan menurut Agung (2005), Program software Photoshop CS2 merupakan software desain grafis dan editing foto digital yang lebih baik dibandingkan seri terdahulu. Menurut Karno (2005), Software Adobe Photoshop CS2 merupakan program aplikasi pengolah image atau gambar. Versi program ini banyak sekali dan telah mengalami perkembangan. Akan tetapi, photoshop CS2 adalah versi yang mempunyai ukuran ringan dengan kualitas gambar yang maksimal sehingga menjadi prioritas utama penggunaannya (Gambar 2). Sedangkan Software Google Sketchup adalah program modeling 3 dimensi yang diperuntukkan bagi para profesional di bidang arsitektur, teknik sipil, pembuat film, pengembang game, dan profesi terkait (Arifinez, 2009). Program Google Sketchup memiliki kelebihan pada kemudahan penggunaan dan kecepatan dalam melakukan desain yang berbeda dengan program 3 dimensi CAD lainnya. Program ini dapat menyajikan suatu desain dalam bentuk 3 dimensi dengan kualitas baik namun ukuran file yang cukup ringan (Gambar 2).
Gambar 2. Contoh Hasil Software Adobe Photoshop (kiri) dan Google sketchup (kanan).
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi jalan di luar area yang melingkari Kebun Raya Bogor (KRB). Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari sampai April 2009. Sedangkan pengolahan dan analisis data akan dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor setelah pengumpulan data.
Gambar 3. Lokasi Penelitian Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi membahas estetika tapak menurut pemanfaatannya dengan menganalisis beberapa contoh faktor estetika sampai pada tahap sintesis rencana pengembangan pereklamean yang mengacu pada visual dan estetika reklame di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Beberapa rekomendasi disajikan untuk memberi solusi bagi permasalahan yang ada.
19
Metode dan Tahap Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini berupaya untuk menghubungkan fakta dengan interpretasi yang tepat melalui survei lapang, studi literatur dan data instansional. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, analisis sintesis, dan rekomendasi (Gambar 4).
Gambar 4. Tahapan Kegiatan Penelitian
20
Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan terdiri dari: 1. Menetapkan tujuan dan arah penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil penelitian apakah telah mencapai tujuan dan arah penelitian. 2. Mendapatkan perizinan dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian. 3. Penyusunan rencana kerja dan biaya. 4. Pengkajian dan studi pustaka untuk memberikan batasan mengenai reklame, analisis visual, dan estetika lanskap jalan. 5. konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan serta pengurusan izin penelitian. Pengumpulan Data Kegiatan ini meliputi pengumpulan data awal berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data primer dapat diperoleh survei lapang, pemotretan, dan pembagian kuisioner SBE. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Untuk mendapatkan data kualitas estetika reklame digunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto. Metode ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu pengamatan lanskap dengan melakukan survei lapang, pemotretan objek, dan presentasi slide. Pertama, pengamatan tapak dengan melakukan survei lapang. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi umum reklame di tapak dan menentukan contoh lanskap yang mewakili karakter-karakter yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame di Jalan Lingkar KRB. Pengamatan ini mengacu pada referensi studi pustaka mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi desain. Dari berbagai faktor estetika diambil beberapa yang cukup mempengaruhi estetika reklame di tapak. Selanjutnya, hasil survei tersebut menentukan titik-titik pengambilan gambar reklame (Vantage Point). Berdasarkan hasil survei
itulah ditentukan titik-titik pengambilan gambar
(vantage point) dengan menggunakan kaidah estetika dalam pemotretan di berbagai kondisi.
21
Setelah melakukan pengamatan tapak, peneliti melakukan pemotretan dengan kamera digital Olympus 8.0 Mega pixel untuk menghasilkan gambar yang berkualitas. Pemotretan dilakukan setinggi batas pandangan manusia dan sejajar dengan arah pandangan mata normal (Gunawan dan Yoshida, 1994). Pemotretan sebuah bangunan sebagai suatu keseluruhan pada sudut 27º dengan D/H= 2, dimana D adalah jarak dari bangunan ke pengamat dan H adalah ketinggian bangunan (Gambar 5). Perlakuan ini untuk menghasilkan hasil menyatu antara reklame dengan lanskap. Akan tetapi terdapat juga pemotretan yang tidak mengikuti kaidah tersebut. Hal ini dikarenakan situasi sekitar objek yang tidak kondusif seperti lokasi ramai, tidak ada ruang ideal untuk mengambil foto. Pemotretan dilakukan pada keadaan sepi dan keadaan pemandangan tidak terhalang. Selain itu, pengambilan gambar dilakukan pada siang hari dan malam hari (perlakuan pada kamera berbeda) untuk mengetahui kesan visual yang berbeda-beda. Foto hasil pemotretan diseleksi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu kejelasan objek, ketajaman foto. Apabila tidak terjadi kesesuaian gambar terhadap arah dan maksud dari gambar, maka dilakukan pemotretan ulang.
Gambar 5. Bidang Penglihatan Mata Manusia (Sumber: Ashihara, 1970)
22
Setelah foto-foto untuk kondisi umum dan kontrol simulasi tapak dipilih, tahapan selanjutnya
adalah pembuatan simulasi dengan software Adobe
Photoshop CS2. Teknik yang digunakan adalah transform (merubah ukuran), replace color (merubah warna), dan stamp clone (mengedit gambar). Simulasi menggunakan foto-foto yang telah diambil pada tapak sebelumnya. Simulasi ini dibuat mempertimbangkan faktor-faktor reklame pada pengamatan untuk diuji nilai estetikanya. Adapun faktor-faktor yang disimulasikan adalah ukuran reklame, intensitas reklame, dan warna reklame. Selain simulasi foto-foto tersebut, pengujian faktor estetika menggunakan foto-foto kondisi umum lanskap untuk faktor jenis, pencahayaan, dan view reklame. Setiap foto harus menonjolkan faktor yang diinginkan agar tidak terjadi bias pada saat penilaian. 1. Ukuran Reklame Berdasarkan penelitian Zuliani (2006), ukuran reklame memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas estetika lanskap. Pengurangan ukuran reklame yang ideal memiliki nilai esteika tinggi. Menurut Perda Bogor No. 4 Tahun 2005, ukuran reklame dibagi menjadi 2, yaitu reklame kecil dan besar. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame sampai dengan 6 m2 disebut reklame kecil. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame lebih dari 6 m2 disebut reklame besar. Dua Lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard KRB pintu 1 dan Billboard pertigaan Tugu Kujang. Pemilihan ini karena karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua billboard tersebut mempunyai ukuran besar, yaitu masing-masing 20m2 dan 30m2. Kedua billboard tersebut diperkecil hingga menjadi ukuran kecil, yaitu masing-masing menjadi 5 m2. Kedua reklame tersebut diperkecil hingga masing-masing menjadi 25% dan 16,6% dari ukuran semula. 2. Warna Reklame Berdasarkan penelitian Titi W (2007), pemilihan warna pada desain suatu objek dapat mempengaruhi kualitas estetika. Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam warna adalah chrome, yaitu mengenai, kekuatan, kesucian, dan intensitas warna (Grave, 1951). Peningkatan dan penurunan saturasi dapat mengubah nilai Chrome suatu warna sehingga peneliti berusaha untuk menguji faktor reklame. Penggunaan warna kuat atau dengan saturasi tinggi reklame
23
mendominasi pada setiap kawasan. Sedangkan warna saturasi lemah atau saturasi rendah pada reklame hanya banyak terdapat di Jalan Ottista. Dua lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard Fame n Famous Pajajaran dan Billboard depan Pangrango Plaza. Pemilihan ini karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua reklame tersebut mempunyai saturasi warna yang berbeda. Billboard BCA mempunyai warna dengan saturais tinggi dan Billboard Fame n Famous mempunyai warna dengan saturasi rendah. Kedua reklame tersebut diberi perlakuan menaikkan saturasi hingga 75% dan menurunkannya hingga 75%. 3. Jenis Reklame Bentukan desain yang dapat mencerminkan jenis desain mempengaruhi estetika suatu objek. Hal ini sesuai dengan ASLA (1979) yang mengemukakan bahwa karakter visual yang menentukan estetika desain dipengaruhi oleh form. Menurut bentuk atau jenisnya, reklame dibagi menjadi 13 jenis, yaitu Reklame Bando, reklame rombong, reklame peragaan, reklame film atau slide, reklame suara , reklame udara, reklame berjalan, reklame selebaran atau brosur, reklame baliho, reklame papan (billboard), megatron, videotron, large electronic display (LED), video wall dan dynamic wall, umbul-umbul atau banner atau spanduk, reklame poster atau tempelan stiker. Sepanjang Jalan Lingkar KRB terdapat lima jenis reklame yang dipasang, yaitu billboard, spanduk, reklame rombong, poster, dan banner. Sepuluh lanskap dipilih untuk dijadikan objek dengan dua foto menunjukkan satu jenis reklame. Reklame dipilih karena karakteristiknya yang menonjol di masing-masing lokasi dan cukup strategis dari pandangan pejalan kaki atau pengendara bermotor. 4. Intensitas Berdasarkan pengamatan, intensitas reklame pada tapak bervariasi. Desain akan bernilai tinggi jika memperhatikan prinsip-prinsip desain yang salah satunya adalah Scale berupa intensitas dan lain-lain (Reid, 1993). ASLA (1979) menyatakan bahwa aspek sumberdaya visual diversity (fungsi dalam jumlah) dapat mempengaruhi visual pengamat sehingga mempengaruhi nilai estetika. Komponen lanskap yang memiliki jumlah, keragaman, dan pola yang sesuai dan harmonis akan memiliki nilai estetika yang tinggi. Foto kontrol diambil pada
24
tapak, yaitu reklame yang terdapat pada lapangan sempur. Reklame terdiri dari billboard dan spanduk dengan total intensitas lima reklame. Setelah itu, foto tersebut disimulasikan dengan menghilangkan reklame menjadi tiga, satu, dan tanpa reklame. Intensitas reklame yang lebih dari 5 pada suatu titik dengan radius 10 meter (titik akurasi GPS) dapat dikatakan sebagai intensitas tinggi. Pembagian kelas ini berdasarkan pengamatan visual persebaran reklame yang menunjukkan kepadatan jika pada suatu tapak terdapat lebih dari 5 reklame pada radius 10 meter. 5. Pencahayaan Berdasarkan penelitian Astuti (2006), Pengaruh pencahayaan dapat mempengaruhi estetika suatu objek. Pembagian Pencahayaan pada tapak dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu pencahayaan pada siang hari dan malam hari. Perbedaan sumber pencahayaan ini dijadikan perlakuan faktor-faktor estetika pada reklame. Vantage Point untuk faktor pencahayaan diambil pada tiga tempat, yaitu reklame dekat Tugu Kujang, Billboard dekat Pangrango Plaza, dan Billboard Hotel Sahira. Mula-mula, pemotretan dilakukan siang hari pada sudut tertentu. Setelah itu, pemotretan pada malam hari dilakukan pada posisi dan sudut yang sama dengan gambar siang hari. Untuk mempermudah pengambilan gambar pada malam hari, titik pengambilan gambar diberikan tanda setelah pemotretan pada siang hari sehingga. 6. View Sekitar Meliawati (2003) yang menyebutkan elemen lanskap yang dominan terhadap kualitas estetika lanskap adalah vegetasi, bangunan, perkerasan, air, dan langit. Pada Lingkar Jalan KRB, elemen yang cukup menonjol adalah bangunan (gedung) dan vegetasi. Lebih lanjut, Meliawati mengatakan elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas estetika. Sedangkan untuk perkerasan dan air, pengaruhnya tidak menonjol jika skala visual dari elemen tersebut tidak besar pada suatu tapak. Berdasarkan hal ini, vegetasi dan bangunan menjadi prioritas utama yang diujikan pada tapak ini. Enam lokasi diambil yang mengkondisikan view tersebut, yaitu billboard dekat lapangan sempur, Spanduk dekat Tugu Kujang, Kios-kios Jalan Ottista, Billboard BTM, reklame BHI, dan Reklame Hotel Sahira.
25
Tahapan selanjutnya adalah presentasi slide. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap lanskap dan simulasi lanskap yang dihadirkan dalam bentuk slide. Mekanisme presentasi ini adalah menampilkan 74 slide kepada sekitar 40 responden untuk dinilai. Ada dua tahap pada presentasi slide ini, yaitu kuisioner kondisi umum tapak dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi reklame tapak. Tiap satu slide para responden diberi waktu sekitar 8 detik untuk mengamati dan menilai gambar. Waktu tersebut dinilai cukup karena responden adalah mahasiswa. Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 9 berusia 20-23 tahun yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang visual. Hasil responden tersebut dinilai cukup mewakili karena responden penelitian ini terdiri atas kalangan mahasiswa yang dianggap paham, kritis, dan perduli terhadap lingkungan. Para responden tersebut diharapkan dapat mengelompokkan pemandangan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai dengan 10. Angka 1 menunjukkan lanskap yang tidak disukai, sedangkan angka 10 menunjukkan lanskap yang sangat disukai. Khusus untuk uji SBE faktor-faktor estetika reklame, penilaian SBE lebih ditekankan
pada
faktor-faktor
yang
diarahkan
oleh
peneliti
tanpa
mempertimbangkan faktor lainnya. Sebelum dimulai, peneliti menjelaskan kriteria-kriteria penilaian faktor tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya pengamatan faktor lain pada penilaian oleh responden. Pengamatan perlakuan tersebut dapat menghasilkan nilai yang bias pada perlakuan. Hasil dari uji SBE akan menghasilkan penilaian estetika dari reklame dengan kategori penilaian estetika tinggi, sedang, dan rendah dari tiap-tiap objek gambar (Booster, 1976). Selain itu, hasil uji ini juga dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi estetika reklame berdasarkan pengamatan tapak. Hasil uji SBE ini lebih lanjut dianalisis menggunakan analisis visual, estetika lanskap jalan, dan aspek legal berdasarkan studi pustaka dan literatur yang ada. Pengolahan dan Analisis Data Data presentasi slide diolah secara kuantitatif dengan menggunakan metode statistik. Setelah itu, berbagai kategori pemandangan dari slide tersebut dikaji berdasarkan analisis visual dan tata letak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
26
Rangking penilaian SBE reklame dapat dihitung dengan rumus: SBEX = (ZLX – ZLS) X 100 SBEX : nilai SBE titik ke X ZLS
: Nilai rata–rata Z titik ke X
ZLX
: Nilai rata-rata Z titik yang digunakan sebagai standar. Kualitas estetika dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu estetika tinggi,
sedang,
dan
rendah.
Untuk
memperoleh
data
tersebut,
tiap
reklame
dikelompokkan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai 10. Bila suatu lanskap dinilai oleh responden dengan nilai dominan 5-6. Maka nilai z lanskap tersebut akan mendekati nol dan dapat diasumsikan memiliki nilai estetika lanskap antara tinggi dan rendah atau bisa disebut estetika normal. Lanskap dengan nilai z mendekati nol dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap lain secara relatif terhadap titik tengah skala penilaian atau lanskap dengan estetika pemandangan sedang. Kriteria sedang adalah lanskap dengan nilai -20<SBE<20. Kriteria tinggi adalah lanskap dengan nilai SBE >20. Sedangkan kriteria rendah adalah lanskap dengan nilai SBE <20 (Boster, 1976). Setiap rangking dihitung jumlah frekuensi kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z berdasarkan tabel (Daniel dan Booster, 1976). Pengelompokkan didasarkan oleh sebaran normal dengan uji sebaran normal menggunakan software Microsoft Excel. Pengelompokkan dilakukan dengan metode kuartil. Frekuensi (f) merupakan perhitungan jumlah responden yang menilai untuk masing-masing rating berdasarkan satu lanskap foto. Peluang kumulatif (cp) adalah frekuensi kumulatif dibagi jumlah responden. Nilai z diperoleh dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Normsinv dikali peluang kumulatif (Normsinv x cp),. Untuk peluang kumulatif (cp) bernilai 1, perhitungan nilai z menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Sedangkan perhitungan peluang kumulatif bernilai 0 menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Nilai ratarata z yang diperoleh merupakan standar penilaian untuk menduga estetika pemandangan. Nilai z titik ke x diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan nilai z responden titik ke x dan kemudian dihitung rata-ratanya. Untuk mendapat nilai SBE titik ke x, nilai z titik ke x dikurangi nilai z standar dan kemudian dikalikan
27
dengan 100. Nilai z standar dapat diperoleh dengan mencari nilai z pada seluruh titik yang paling mendekati nilai 0. Nilai z standar ini mencerminkan keadaan stabil atau kontrol. Sintesis dan Solusi Kegiatan ini membuat suatu sintesis dan solusi permasalahan dari hasil analisis visual reklame sepanjang Jalan Lingkar KRB. Data analisis penilaian estetika melalui SBE, analisis visual, dan mengkajian menurut aspek legal digabungkan dan kemudian dibuat sintesisnya. Rekomendasi ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan estetika kawasan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah analisis visual reklame yang dituangkan dalam bentuk konsep rekomendasi, spasial zonasi rekomendasi, dan visual reklame 3 dimensi. Bentuk simulasi Untuk mengetahui spasial solusi yang dihasilkan, maka dibuat bentuk simulasi 3D menggunakan Software Sketchup dengan bantuan peta dasar BAPPEDA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan (BAPPEDA, 2007), fungsi Jalan Lingkar KRB termasuk dalam jalan arteri sekunder dan kolektor primer. Jalan Pajajaran mempunyai fungsi sebagai jalan arteri sekunder yang berfungsi sebagai penghubung kawasan primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder dua. Sedangkan Jalan Jalak Harupat, Juanda, dan Ottista termasuk dalam jalan kolektor primer yang berfungsi menghubungkan antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal (Gambar 6).
Gambar 6. Pembagian Fungsi Jalan Lingkar KRB (BAPPEDA, 2002).
29
Jalan Juanda mempunyai panjang 1,73 Km dan seluruh jalan tersebut terdapat pada Jalan Lingkar KRB. Bagian Jalan Pajajaran pada tapak mempunyai panjang 0,70 Km dari total keseluruhan jalan sebesar 2,10 Km. Bagian Jalan Ottista dan Jalak Harupat secara keseluruhan terdapat pada tapak dengan panjang masing-masing 0,8 Km dan 0,95 Km. Secara keseluruhan, total keliling dari jalan lingkar ini adalah 4,18 Km. Jalan pada tapak mempunyai fungsi sebagai jalan arteri atau kolektor dan status jalan nasional dan wilayah (Tabel 3). Batas-batas adminisratif tapak berupa wilayah kelurahan, yaitu: 1. Sebelah Utara
:
Wilayah Kelurahan Babakan, Pabaton, dan Sempur.
2. Sebelah Barat
:
Wilayah Kelurahan Paledang.
3. Sebelah Timur :
Wilayah Kelurahan Tegallega dan Babakan.
4. Sebelah Selatan :
Wilayah Kelurahan Babakan Pasar dan Kelurahan Gudang.
Tabel 3.Data Fisik Jalan Lingkar KRB No Kondisi Umum
Jalan Pajajaran
Jalak Harupat
Juanda
Ottista
1
Status Jalan
Nasional
Propinsi
Propinsi
Propinsi
2
Fungsi Jalan
Arteri Sekunder
Kolektor Primer
Kolektor Primer
Kolektor Primer
3
Panjang Jalan
0,70 km
0,95 km
1,73 km
0,80 km
4
Lajur Jalan
4
2
2
3
5
Arah Jalan
2
1
2
1
6
Lebar DAMIJA
40 m
13 m
16 m
15 m
20 m
8m
12 m
9m
Lalu lintas
(Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2009)
Penggunaan Lahan Rencana pemanfaatan ruang pada tapak ini disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program pembangunan kota jangka panjang (BAPPEDA, 1999). Untuk itu, Pemerintah Kota Bogor khususnya Pemkot Bogor Tengah membuat Rencana Tata
30
Ruang dan Wilayah (RTRW). Berdasarkan penggunaan lahannya, daerah Jalan Lingkar KRB dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: 1. Perdagangan dan jasa, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk aktivitas yang berhubungan dengan jual beli barang serta jasa, seperti pusat perbelanjaan, pasar, toko, warung atau kios, bank dan koperasi. 2. Ruang Terbuka Hijau (RTH). 3. Permukiman, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk tempat tinggal masyarakat. 4. Perkantoran atau pemerintahan dan komplek militer, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan perkantoran baik perkantoran milik pemerintah, maupun swasta dan kegiatan militer. 5. Fasilitas kesehatan, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk memfasilitasi kesehatan, rumah sakit, poliklinik, BKIA, puskesmas, dan apotik. 6. Fasilitas pendidikan, yaitu lahan terbangun yang berfungsi sebagai lokasi kegiatan proses belajar mengajar.
Analisis Karakteristik Jalan Berdasarkan fungsinya, Jalan Lingkar KRB merupakan jalan dengan pusat aktifitas kegiatan skala nasional dan wilayah Kota Bogor. Kondisi jalan pada tapak akan menginterpretasikan pengguna jalan terhadap kondisi secara umum Kota Bogor. Perlu adanya penataan kondisi jalan dalam kasus ini adalah penataan reklame. Penataan jalan akan mencerminkan estetika jalan secara keseluruhan Kota Bogor karena jalan ini merupakan jalan utama. Analisis kecepatan kendaraan bermotor pada tapak mengenai jarak pandang dapat diamati untuk melihat bangunan atau pada kasus ini adalah reklame. Analisis ini dilakukan dengan konsep jarak pandang menurut Hough (1989). Pada jalan arteri primer, batas minimal kecepatan kendaraan adalah 60 kilometer per jam. Berdasarkan perhitungan zona aman tersebut, maka minimal jarak pandang bangunan harus dapat diamati dari jarak 200 meter. Untuk jalan arteri sekunder, batas minimal kecepatan kendaraan adalah 30 kilometer per jam. Jarak pandang bangunan harus dapat diamati dari jarak adalah 100 meter. Untuk
31
jalan kolektor primer dan sekunder, batas minimal kecepata kendaraan masingmasing adalah 40 dan 20 kilometer per jam. Maka, jarak pandang bangunan harus dapat diamati dari jarak adalah 13,3 dan 6,6 meter (Tabel 4). Untuk mengukur jarang pandang tersebut dapat disesuaikan dengan kecepatan pengendara bermotor. Akan tetapi, analisis tersebut dapat diterapkan pada jalan di Indonesia jika terdapat koefisien antisipasi, yaitu 4. Koefisien tersebut berfungsi sebagai antisipasi keadaan jalan di Indonesia yang dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi, seperti banyaknya kendaraan yang berhenti sembarangan, jalan yang rusak, dan lain-lain. Tabel 4. Jarak Pandang Pengendara Bermotor Menurut Fungsi Jalan No
Nama Jalan
Fungsi jalan
Minimal kecepatan
Jarak pandang
1
Pajajaran
Arteri sekunder
30 km/jam
40,0 m
2
Jalak Harupat
Kolektor primer
40 km/jam
53,2 m
3
Juanda
Kolektor primer
40 km/jam
53,2 m
4
Ottista
Kolektor primer
40 km/jam
53,2 m
Penggunaan Lahan Pada Jalan Pajajaran, bagian timur jalan didominasi oleh bangunan perdagangan dan jasa kelas menengah ke atas di setiap sisi jalan. Kondisi ini dicirikan dengan banyaknya reklame. Sedangkan bagian barat jalan merupakan RTH Kebun Raya Bogor (Gambar 7). Pada bagian jalan ini tidak banyak terdapat reklame tetapi dipenuhi dengan vegetasi jenis pohon, semak, dan penutup tanah. Hal ini membuat perbedaan visual yang tinggi antara vegetasi pada bagian barat dan bangunan pada bagian timur jalan. Jalan Jalak Harupat didominasi oleh RTH Kebun Raya Bogor pada bagian selatan dan permukiman penduduk pada bagian utara (Gambar 7). Secara visual tidak ada perbedaan visual yang tinggi antara bagian utara dan selatan yang dicirikan dengan banyaknya vegetasi jenis pohon, penutup tanah, dan sedikit semak. Akan tetapi, fungsi RTH pada bagian utara dan selatan jalan menjadi kurang estetik karena adanya poster tempel dan banner pada tiang listrik dan lampu penerangan jalan umum (PJU). Peletakkan reklame tersebut bersifat tidak resmi karena melanggar perda setempat.
32
Jalan
Juanda
dipenuhi
kegiatan
perdagangan
dan
jasa,
kantor
pemerintahan atau swasta (Gambar 7). Menurut skalanya, kegiatan perdagangan dan jasa pada tapak dibagi dua, yaitu skala menengah ke atas dan menengah ke bawah. Kegiatan perdagangan dan jasa skala menengah ke bawah dicirikan pasar, pedagang kaki lima, dan ruko kecil. Kegiatan ini terdapat pada bagian selatan jalan dan berdekatan dengan Plaza Bogor. Sedangkan kegiatan perdagangan skala menengah ke atas terdapat pada bagian utara jalan. Kegiatan ini dicirikan dengan gedung dan ruko skala besar. Pada Jalan Ottista kegiatan didominasi perdagangan dan jasa kelas menengah ke bawah berupa pasar dan ruko kecil (Gambar 7). Sisi utara jalan merupakan RTH Kebun Raya Bogor sedangkan sisi selatan dipenuhi ruko dan pasar. Visual tapak menjadi kurang baik dan tidak teratur karena kegiatan perdagangan skala menengah ke bawah ini. Fungsi RTH pada KRB pun tidak terlihat lagi karena pada bagian utara jalan dipenuhi pedagang kaki lima.
Gambar 7. Penggunaan Lahan Jalan Lingkar KRB
33
Persebaran dan Jenis Reklame Berdasarkan intensitas reklame, zona Jalan Lingkar KRB dibagi dua, yaitu zona intensitas reklame tinggi dan rendah. Pembagian tersebut berdasarkan pengamatan titik reklame (Gambar 8). Reklame intensitas tinggi terdapat pada Jalan Pajajaran bagian timur, Jalak Harupat titik Sempur, Juanda bagian selatan, dan Ottista bagian selatan. Reklame intensitas rendah terdapat pada Jalan Pajajaran Bagian Barat, Jalak Harupat, Juanda dan Ottista bagian utara. Jenis reklame didominasi oleh billboard, reklame rombong, dan spanduk (Tabel 5). Jalan Pajajaran memiliki titik pemusatan reklame pada bagian timur jalan. Titik pemusatan reklame pada bagian tersebut seperti pada Plaza Pangrango, factory Fame n Famous dan Brasco, Halte Rumah Sakit PMI, dan Tugu Kujang. Jenis reklame yang digunakan adalah billboard, spanduk, rombong, dan poster. Bagian barat jalan tidak ada titik pemusatan reklame tetapi terdapat reklame poster dan banner intensitas rendah. Jalan Jalak Harupat memiliki satu titik pemusatan reklame di bagian utara, yaitu pada daerah Sempur. Pada titik ini terdapat billboard SMP 1 Bogor dan spanduk. Sedangkan pada bagian lainnya terdapat reklame poster dan billboard dengan intensitas rendah dan ukuran kecil. Jalan juanda terdapat titik pemusatan reklame, yaitu titik KRB pintu 1, Plaza Bogor, Pasar Bogor, BTM, dan Gedung Bank Mandiri, Hotel Salak. Titik tersebut didominasi billboard, rombong, dan spanduk. Reklame rombong banyak terdapat di Jalan Juanda bagian selatan yang merupakan media perdagangan dan jasa kelas menengah ke bawah. Pada Jalan Ottista, tiap sisi selatan jalan hampir semua mempunyai titik pemusatan reklame, yaitu pemusatan reklame rombong, Billboard kecil dan beberapa billboard besar. Tabel 5. Jumlah dan Jenis Reklame Jalan Lingkar KRB No Jenis
Jumlah
Sifat reklame
Satuan
1
Billboard
89
Permanen
Per papan
2
Rombong
77
Permanen
Per papan
3
Spanduk
56
Permanen dan Non Permanen
Per spanduk
4
Poster
35
Non permanen
Titik pemusatan
5
Banner
24
Non Permanen
Per banner
34
Ada hubungan yang perlu dicermati antara penggunaan lahan, persebaran reklame, dan jenis reklame. Penggunaan lahan pada tapak mempengaruhi persebaran reklame, misalnya: penggunaan lahan kegiatan perdagangan dan jasa mempunyai titik persebaran reklame tinggi. Sedangkan penggunaan lahan untuk permukiman dan RTH mempunyai titik persebaran reklame rendah. Penggunaan lahan lain mempunyai titik persebaran reklame relatif bervariasi. Pada Jalan Pajajaran, luasan lahan yang digunakan untuk kegiatan perdagangan jasa lebih sedikit daripada Jalan Juanda. Titik persebaran reklame Jalan Juanda lebih banyak dibandingkan Jalan Pajajaran. Dengan demikian, penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa mempunyai korelasi linier dengan persebaran reklame. Semakin banyak kegiatan perdagangan dan jasa, maka semakin banyak pula persebaran reklamenya. Untuk penggunan lahan lain, keberadaan reklame bersifat relatif persebarannya sehingga korelasinya tidak begitu jelas. Penggunaan lahan mempengaruhi jenis reklame. Penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala menengah ke bawah menggunakan jenis reklame rombong. Semakin banyak penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa skala menengah ke bawah, maka semakin banyak pula intensitas reklame rombong. Sedangkan daerah perdagangan dan jasa skala menengah ke atas menggunakan jenis reklame billboard (Tabel 6). Semakin banyak penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa skala menengah ke atas, maka semakin banyak pula intensitas reklame billboard. Tabel 6. Perbandingan Jenis Reklame Menurut Skala Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa. No 1
2
Perdagangan dan jasa
Billboard Rombong Spanduk Banner Poster
Menengah keatas (Jalan Juanda)
34
11
11
1
-
Menengah kebawah (Jalan Ottista)
7
20
3
-
-
Menengah ke atas (Jalan Juanda)
-
-
-
-
-
14
30
12
5
-
Menengah kebawah (Jalan Ottista)
35
Gambar persebaran reklame
36
Estetika Jalan KRB Estetika Kondisi Umum Hasil uji SBE kondisi umum lanskap Jalan Lingkar KRB menunjukkan berkisar antara -120,889 sampai dengan 121,778 (Gambar 10). Nilai SBE lanskap reklame KRB dikelompokkan menjadi 3 kategori utama, yaitu kualitas estetika tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria tinggi adalah lanskap 20,001
Gambar 9. Foto Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan).
37
Ciri-ciri lanskap kategori tinggi adalah adanya vegetasi di jalan memberikan kesan lembut dan teduh. Lanskap ini tidak terdapat bangunan yang dominan. Foto estetika tinggi terdapat pada Jalan Jalak Harupat adalah lanskap nomor 15, 16,17, dan 20 dati total 9 foto . Jalan Pajajaran memiliki foto kategori tinggi, yaitu lanskap nomor 23, 25, 28, dan 29 dari total 11 foto. Lanskap Jalan Juanda memiliki kategori ini, yaitu foto nomor 4 dan 5 dari total 11 foto. Dari hasil tersebut, lanskap kategori estetika tinggi banyak terdapat pada Jalan Jalak Harupat dan Pajajaran. Ciri-ciri lanskap kategori sedang adalah adanya vegetasi dan bangunan. Kehadiran bangunan tidak merusak estetika karena tidak dominan dan tertata dengan baik. Foto estetika sedang terdapat pada jalan Pajajaran adalah lanskap nomor 21, 22, 24, 26, 27, dan 31. Jalan Juanda memiliki foto estetika sedang, yaitu foto lanskap nomor 2, dan 8. Jalan Jalak Harupat memiliki foto kategori sedang adalah lanskap 12, 14, dan 19. Dari hasil tersebut, lanskap kategori estetika sedang banyak terdapat pada Jalan Pajajaran dan Juanda dan Jalak Harupat. Ciri-ciri lanskap kategori rendah adalah adanya vegetasi dan bangunan. Bangunan lebih dominan dari vegetasi dan mengurangi nilai estetika. Foto estetika rendah terdapat pada Jalan Pajajaran, yaitu foto lanskap nomor 30. Jalan Juanda mempunyai estetika rendah, yaitu lanskap nomor 1, 3, 6, 7, 9, 10, dan 11. Jalak Harupat mempunyai foto estetika rendah nomor 13, 18. Jalan Ottista mempunyai lanskap rendah, yaitu nomor 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Dari hasil tersebut, lanskap kategori rendah banyak terdapat pada Jalan Juanda dan Ottista. Secara keseluruhan, Lingkar Jalan KRB mempunyai nilai estetika yang rendah. Estetika rendah disebabkan penempatan reklame dan bangunan tidak teratur atau intactness. Jalan Jalak Harupat dan Pajajaran merupakan jalan yang mempunyai nilai estetika tinggi. Jalan Ottista adalah jalan dengan nilai estetika rendah. Sedangkan, Jalan Juanda dan Pajajaran mempunyai proporsi nilai estetika bervariasi dari tinggi hingga rendah. Intensitas reklame dan keberadaan bangunan yang tidak intactness berbanding terbalik dengan nilai estetika lanskap. Semakin tinggi intensitas reklame dan bangunan yang tidak intactness, maka semakin mengurangi nilai estetika lanskap.
Grafk sbe kondisi umum 10
38
39
Uji SBE kondisi umum reklame Jalan Lingkar KRB dapat dianalisis menurut penggunaan lahannya. Analisis tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisis karakteristik dan fungsi masing-masing penggunaan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kota (RTRW) Kota Bogor. 1. Lanskap Daerah Permukiman Lanskap permukiman pada tepi jalan mempunyai nilai keindahan tinggi adalah lanskap dengan ciri vegetasi dan bangunan yang seimbang (Unity). Pada uji SBE ini, lanskap permukiman hanya terdapat pada nomor 20. Jumlah ini disesuaikan luas dari permukiman itu sendiri (Gambar 11).
Gambar 11. Lanskap Permukiman Lanskap ini memiliki nilai SBE 106,833 dengan kategori estetika tinggi. Ciri foto ini adalah vegetasi yang rimbun dan teduh, bangunan tertata dengan baik, dan kondisi lingkungan bersih (Gambar 11). Lanskap ini tidak terdapat reklame dominan. Menurut survei lapang, tapak ini terdapat reklame poster dan banner yang berukuran. Peletakkan reklame tidak besar intensitasnya sehingga tidak mempengaruhi nilai estetikanya. Menurut Peraturan Pemerintah tentang Jalan, batas minimal kecepatan pada jalan ini (Jalan Jalak Harupat) adalah 40 kilometer per jam. Berdasarkan perhitungan, jarak pandang kendaraan yang perlu diamati untuk melihat bangunan adalah 13,3 meter. Reklame ukuran kecil tidak berpotensi diletakkan sehingga sasaran utama kawasan ini adalah pengendara bermotor.
40
2. Lanskap Perdagangan dan Jasa Lanskap perdagangan dan jasa pada tepi jalan mendominasi di Jalan Pajajaran, Juanda , dan Ottista. Salah satu contoh lanskap perdagangan dan jasa adalah foto nomor 34 mempunyai nilai SBE -120,889 dengan kategori rendah. Lanskap ini dicirikan dengan banyak reklame tidak tertata baik, dominasi bangunan, dan tidak ada vegetasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Meliawati (2003), bahwa lanskap pada area perdagangan dan jasa dinilai memiliki keindahan yang rendah. Gunawan dan Yoshida (1994) menambahkan bahwa dominasi bangunan pertokoan dianggap tidak indah dan nyaman karena terlalu padat. Keberadaan bangunan yang saling memperlihatkan dominasinya membuat lanskap menjadi tidak unity atau saling bertabrakan. Lanskap perdagangan dan jasa tertinggi adalah nomor foto 12. Lanskap ini mempunyai nilai SBE 23,278 dengan kategori tinggi. Lanskap ini dicirikan vegetasi rimbun dan teduh, reklame dengan intensitas rendah, bangunan tertata dengan baik. Menurut fungsinya, jalan ini merupakan jalan arteri sekunder. Batas minimal kecepatan pada kawasan ini adalah 30 kilometer per jam (Jalan Juanda, Pajajaran, dan Ottista). Berdasarkan perhitungan, jaraka pandang kawasan ini perlu diamati. Untuk melihat bangunan adalah 100 meter, jarak pandang yang digunakan adalah 12 detik. Batas minimal kecepatan terebut memungkinkan pengendara bermotor melihat reklame dengan ukuran besar. Sedangkan pejalan kaki dapat mengamati reklame dengan ukuran besar maupun kecil. Akan tetapi, pertigaan jalan merupakan kawasan yang berbahaya diletakkan reklame besar maupun kecil jika pengendara mengikuti peraturan tentang batas minimal kecepatan rata-rata (Gambar 25).
Gambar 12. Lanskap Perdagangan dan Jasa Dengan Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan)
41
3. Lanskap Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lanskap Ruang Terbuka Hijau (RTH) nomor 16 mempunyai nilai SBE tertinggi, yaitu 121,778 dengan kategori tinggi. Lanskap (RTH) nomor 35 mempunyai nilai SBE terendah, yaitu -23,611 dengan kategori rendah. Perbedaan penilaian itu disebabkan oleh visual gambar 16 yang menunjukkan RTH dekat daerah permukiman. Sedangkan, gambar 35 menunjukkan RTH dekat area perdagangan dan jasa. Karakteristik gambar adalah vegetasi sedikit dan mempunyai warna daun tidak menarik, bangunan dengan vandalisme, dan kesan gersang. Sedangkan batas minimal kecepatan pada jalan ini mengikuti bagian luar sisi jalan lingkar KRB, yaitu 30 kilometer per jam (Jalan Pajajaran, Otiista, dan Juanda) dan 40 kilometer per jam (Jalan Jalak Harupat). Akan tetapi, kawasan ini merupakan area bebas reklame sehingga tidak ada pengukuran jarak pandang reklame (Gambar 13).
Gambar 13. Lanskap RTH Dengan Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan) Lanskap RTH mempunyai nilai estetika tinggi. Lanskap perdagangan dan
jasa; permukiman; dan lanskap lainnya mempunyai nilai estetika tinggi jika terdapat keharmonisan antara elemen buatan dan alami (Intactness). Peletakkan reklame dan ukuran reklame dapat ditentukan melalui aturan mengenai batas minimal kecepatan kendaraan. Semakin tinggi batas kecepatan kendaraan, maka jarak pandang kendaraan untuk melihat ke reklame akan semakin jauh. Hal ini menyebabkan ukuran reklame harus semakin besar. Selain itu, tinggi reklame juga dipengaruhi jarak pandang. Semakin jauh jarak pandang, maka reklame yang dibuat harus semakin tinggi. Menurut Ashihara, view yang
menyatu suatu
bangunan diperoleh jika jarak pandang (D) bangunan 2 kali tinggi bangunan (H).
42
Hasil
penilaian
uji
SBE
kondisi
umum
Jalan
Lingkar
KRB
memperlihatkan zonasi lanskap yang memiliki nilai estetika tinggi, sedang dan rendah. Zonasi ini tercipta dengan menggabungkan analisis berdasarkan ciri-ciri lanskap, jenis dan persebaran reklame yang digunakan, dan penggunaan lahan. Zona estetika tinggi memiliki ciri mempunyai nilai SBE rata-rata kategori tinggi. Zona estetika sedang memiliki ciri mempunyai nilai SBE rata-rata dengan kategori sedang. Sedangkan, zona estetika rendah memiliki ciri mempunyai nilai SBE rata-rata dengan kategori rendah. Nilai SBE titik mewakili kawasan di sekitarnya (Gambar 14).
Gambar 14. Zona Estetika Jalan Lingkar KRB
43
Faktor-Faktor Estetika Reklame Kriteria pengelompokkan estetika nilai SBE faktor reklame dikelompokkan menjadi tiga kategori utama, yaitu kualitas estetika tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan sebaran normal. Pembagian kelas tersebut berdasarkan nilai SBE tertinggi dan terendah setiap faktor dengan perhitungkan nilai sedang dengan kisaran -20 sampai dengan 20. Hasi uji SBE faktor estetika reklame adalah: 1. Jenis reklame Nilai SBE tertinggi pada faktor jenis reklame adalah foto nomor 1 dan 2, nilai SBE masing-masing 39,778 dan 9,056 dengan kategori masing-masing tinggi dan sedang. Foto tersebut menampilkan reklame jenis billboard (Gambar 15). Media Billboard mempunyai keunggulan dibandingkan media lainnya. Desain billboard berdiri sendiri tanpa harus bergantung bangunan lain sehingga arah dari isi pesan dapat disesuaikan oleh mata pengendara bermotor dan pejalan kaki. Selain itu, desain billboard dapat disesuaikan dengan keperluan dengan ukuran, tinggi, dan bentukan desain. Nilai SBE terendah pada faktor jenis reklame adalah foto nomor 9 dan 10 dengan nilai SBE masing-masing -120,389 dan -102,778. Foto tersebut menampilkan reklame jenis poster (Gambar 15). Reklame poster bersifat sementara dan dapat diletakan di media atau objek yang berdiri tegak dari permukaan tanah, seperti dinding, paralon, beton besar, dan tiang penyangga. Karena penempatannya yang fleksibel, media poster cenderung mempunyai nilai estetika rendah. Selain itu, media reklame juga tidak memiliki nilai fungi yang baik. Hal ini karena penempatannya tidak tertata dengan baik, mudah rusak, dan intensitas yang tinggi.
Gambar 15. Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan) Faktor Jenis Reklame.
44
Jenis reklame spanduk pada foto nomor 3 dan 4 mempunyai nilai SBE masing-masing -60,056 dan -101,778 dengan kategori estetika rendah. Nilai-nilai tersebut disebabkan perbedaan intensitas spanduk. Pada foto nomor 3 terdapat satu reklame sedangkan
foto nomor 4 terdapat lima reklame. Jenis reklame
banner pada foto nomor 5 dan 6 mempunyai nilai SBE masing-masing -29,111 dan -53,556 dengan kategori estetika rendah. Setiap banner mempunyai ciri-ciri umum, yaitu peletakkannya di media tegak pada jalan dan tidak diletakkan dengan intensitas tinggi. Jenis reklame rombong foto nomor 7 dan 8 mempunyai nilai SBE masing-masing -21,056 dan -77,611 dengan kategori rendah. Pada foto nomor 7 terdapat banyak beberapa reklame rombong dengan view sekitar bangunan dan vegetasi. Sedangkan, foto nomor 8 terdapat reklame dengan intensitas tinggi dan bangunan yang tidak tertata dengan baik (Gambar 16). Berdasarkan hasil uji SBE faktor jenis reklame, billboard merupakan media reklame yang mempunyai estetika lebih tinggi dibandingkan media reklame lain yang dipilih oleh responden. Sedangkan, poster merupakan media reklame yang mempunyai estetika rendah dibandingkan dengan media reklame lain. Untuk jenis reklame banner, reklame rombong, dan spanduk mempunyai nilai SBE yang bervariasi dari kategori sedang dan rendah tergantung kondisi dan peletakkan media reklame tersebut.
50
Nilai SBE
0 1
2
3
4
5
6
7
8
-50
-100
-150 Foto
Gambar 16. Grafik Nilai SBE Faktor Jenis Reklame
9
10
45
2. Ukuran Reklame
Pada lanskap 1, pengurangan ukuran reklame dari 20m2 hingga ukuran 5m2 (75% dari ukuran semula). Pengurangan ukuran ini menyebabkan nilai estetikanya menjadi tinggi dari nilai SBE -25,222 pada foto nomor 1 menjadi 14,667 pada foto nomor 2 (Gambar 18). Reklame ini memiliki proporsi yang lebih baik dari ukuran awal dengan isi informasi, gambar, dan tulisan yang besar (Gambar 17). Pengurangan ukuran ini tidak menyebabkan isi informasi reklame sulit terbaca oleh pengamat. Ukuran reklame yang proporsional pada lanskap dapat meningkatkan kualitas estetika lanskap (BPKK, 2005).
Gambar 17. Simulasi Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi Faktor Ukuran Reklame. Pada lanskap 2, pengurangan ukuran reklame dari 30m2 hingga ukuran 5m2 (84,4% dari ukuran semula). Pengurangan ukuran reklame ini menyebabkan nilai estetikanya menjadi lebih rendah dari nilai SBE 22,667 pada foto nomor 3 menjadi -23,667 pada foto nomor 4 (Gambar 18). Ukuran ini menyebabkan isi informasi sulit untuk terbaca oleh pengamat dari semula yang dapat dibaca. Kasali (1993) menyebutkan bahwa isi reklame yang ingin disampaikan harus dapat dibaca setidaknya tujuh detik, mengunakan huruf yang mudah terbaca. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran media reklame yang dapat memuat isi pesan yang akan disampaikan. Berdasarkan hasil tersebut, reklame mempunyai ukuran ideal untuk mencapai fungsi pencapaian pesan dan estetikanya. Pengurangan ukuraan reklame dapat meningkatkan nilai estetika apabila isi pesan reklame tersebut masih dapat terbaca oleh pengamat. Selain itu, pengurangan ukuran ideal ini dapat mengurangi dominasi dari reklame itu sendiri. Pengurangan ukuran tidak ideal atau terlalu
46
kecil dapat mengurangi nilai estetika karena menyulitkan pengamat untuk membacanya. Pengurangan ukuran tersebut membuat interaksi antara reklame dengan lanskap menghilang karena proporsi reklame pada lanskap mengecil atau D/H>4 (Ashihara, 1970). Selain itu, aspek penyampaian pesan harus memperhatikan aspek yang mendidik bagi pengamat (Kasali, 1993). Pesan iklan tidak layak dikonsumsi dapat mendidik masyarakat terhadap hal yang tidak baik.
Gambar 18. Grafik Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame 3. Warna Reklame
Nilai SBE tertinggi adalah foto nomor 1 dan 3 dengan nilai SBE masingmasing 63,556 dan 35,278 (Gambar 20). Gambar ini dicirikan warna reklame dengan saturasi tinggi. Menurut penelitian Titi W (2006), warna mencolok pada desain dapat menarik perhatian pengamat sehingga memberi nilai estetika tinggi. Sedangkan, Graves (1951) mengemukakan bahwa ada prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan warna yang salah satunya Chroma (kekuatan, intensitas, dan kesucian dalam warna). Desain dan penempatan reklame harus mempertimbangkan segi visual, skala dari tulisan, dan proporsi tulisan serta kontras antara tulisan dengan latar belakang yang digunakan. Untuk memperoleh desain dengan memperhatikan prinsip Chroma, warna yang disajikan harus memperhatikan intensitas warna. Saturasi tinggi pada warna pesan reklame dibandingkan saturasi latar belakang dapat memunculkan daya tarik pada reklame.
47
Gambar 19. Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan) Faktor Warna Reklame. Pemberian warna mencolok pada desain dengan ketajaman yang rendah kurang menarik perhatian pengamat sehingga akan mengurangi nilai estetika. Hal ini terlihat pada contoh foto nomor 2 dan 4 dengan nilai SBE masing-masing 15,000 dan -2,4444 (Gambar 20). Pada foto, warna latar belakang reklame terlihat tidak kontras dengan tulisannya. Perlakuan replace color Pengurangan saturasi menyebabkan kontras warna yang tidak terlalu tinggi antara pesan dengan latar belakang reklame (Gambar 19). Berdasarkan hasil uji warna reklame, pemberian warna yang mencolok dapat meningkatkan komunikasi visual reklame ke pengamat dengan memberikan dominance dibandingkan elemen lain. Sedangkan warna kurang mencolok reklame tidak memikat sehingga pengamat tidak menilai estetik.
Gambar 20. Grafik Nilai SBE Faktor Warna Reklame
48
4. Pencahayaan Lanskap 1, 2, dan 3 pada siang hari masing-masing mempunyai nilai SBE -35,944; 2,056; dan 41,778. Sedangkan lanskap 1, 2, dan 3 pada malam hari mempunyai nilai SBE -78; -70,056; dan 2,611 (Gambar 22). Lanskap pada siang hari menampilkan pencahayaan yang bersumber pada sinar matahari yang bersifat alami. Sinar matahari ini bersifat menyeluruh pada tapak sehingga menimbulkan kesan interaksi antara reklame dengan keadaan sekitar. Ashihara (1970) menyebutkan bahwa interaksi antara ruang atau lanskap dengan suatu objek pada kesan viual dapat terwujud apabila keseluruhan objek pada ruang atau lanskap terlihat oleh pengamat. Pada uji SBE kondisi umum telah disebutkan bahwa reklame dapat menurunkan nilai estetika lanskap. Akan tetapi, lanskap siang hari pada uji ini mempunyai ciri adanya interaksi reklame dengan ruang sehingga nilai estetikanya tidak rendah. Lanskap malam hari menampilkan pencahayaan yang bersumber pada lampu penerangan yang bersifat buatan manusia. Penyinaran lampu ini tidak bersifat menyeluruh dan hanya menyinari di beberapa titik saja khusunya reklame. Tidak adanya interaksi antara reklame dengan ruang pada kean visual dapat terwujud apabila keseluruhan objek tidak terlihat oleh pengamat. Pada uji lanskap malam hari. Uji SBE malam hari ini mempunyai ciri tidak adanya interaksi reklame dengan ruang sehingga nilai estetikanya rendah (Gambar 21).
Gambar 21. Contoh Lanskap Faktor Estetika Pencahayaan Reklame Dengan demikian, faktor pencahayaan mempengaruhi estetika reklame pada lanskap. Pencahayaan matahari mempunyai nilai esteika yang lebih tinggi dibandingkan dengan pencahayaan yang bersumber pada lampu penerangan pada reklame suatu lanskap.
49
50.00
Nilai SBE
0.00
1
2
3
siang hari malam hari
-50.00
-100.00
Foto
Gambar 22. Grafik Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame 5. Intensitas Nilai SBE tertinggi terdapat pada foto nomor 4 dengan nilai SBE 119,389 dan kategori estetika tinggi (Gambar 24). Foto ini dicirikan dengan simulasi lanskap tanpa reklame pada lokasi dekat lapangan Sempur (Gambar 23). Nilai SBE terendah terdapat pada foto nomor 1 dengan nilai SBE -101,278 dan kategori estetika rendah (Gambar 24). Foto ini dicirikan dengan kondisi kontrol lanskap dengan intensitas lima reklame yang terdiri dari spanduk dan billboard (Gambar 23). Sedangkan foto nomor 2 dan 3 masing-masing mempunyai nilai SBE -39,111 33,111 dengan kategori masing-masing rendah dan tinggi (Gambar 24). Menurut ASLA (1979), semakin sedikit komponen yang dapat mengganggu visual dan memiliki jumlah yang tidak sesuai dengan fungsi lanskap, maka nilai estetikanya akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin banyak komponen yang dapat mengganggu visual dan memiliki jumlah yang tidak sesuai dengan lanskap, maka nilai estetikanya akan semakin menurun (Scale dan Diversity). Pada kasus ini, komponen dalam lanskap yang dapat mengganggu dan memiliki jumlah yang tidak sesuai dengan fungsi lanskap adalah reklame. Sedangkan Reid (1993) mengatakan bahwa desain bernilai tinggi jika memperhatikan prinsip-prinsip desain dan salah satunya adalah Scale berupa intensitas. Jadi, komponen yang dapat mengganggu harus dapat diatur menurut prinsip desain berupa scale.
50
Gambar 23. Simulasi Faktor Estetika Intensitas Reklame Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan) Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin menurun intensitas reklame, maka semakin tinggi nilai estetikanya. Sebaliknya, Semakin meningkat intensitas reklame, maka semakin rendah nilai estetikanya. Lanskap pemandangan yang mempunyai nilai estetika tertinggi dapat tercipta apabila ketiadaan reklame.
150.00
100.00
Nilai SBE
50.00
0.00 1
2
3
4
-50.00
-100.00
-150.00
Foto
Gambar 24. Grafik Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame 6. View Sekitar Nilai SBE tertinggi adalah foto nomor 1 yang mempunyai nilai SBE 32,889 dengan kategori tinggi (Gambar 26). Foto ini dicirikan reklame Billboard dengan view sekitar vegetasi (Gambar 25). Hal ini sesuai dengan foto estetika tertinggi uji SBE kondisi umum yang menyebutkan bahwa adanya vegetasi dapat menambah nilai estetika. Menurut ASLA (1979), keindahan dapat tercipta karena
51
pola elemen visual lingkungan sekitar yang mendukung (form). Sedangkan foto nomor 2 menampilkan lanskap dengan kondisi visual yang tidak harmonis. Elemen vegetasi, reklame, dan kendaraan mengisi lanskap dengan dominansi masing-masing. Keindahan berbanding lurus dengan peningkatan elemen vegetasi (Meliawati, 2003). Akan tetapi, lanskap tersebut terdapat pada zona penggunaan lahan RTH. Penempatan reklame pada zona ini dikhawatirkan dapat merubah fungsi zona tersebut. Nilai SBE terendah adalah foto nomor 3 dan 4 masing-masing mempunyai nilai SBE -90,778 dan -66,667 dengan kategori rendah (Gambar 26). Foto ini dicirikan dengan view bangunan dengan reklame pada kios yang tidak teratur atau bangunan yang tidak mempunyai Intactness (Gambar 25). Penelitian Meliawati (2003) juga menyebutkan bahwa Estetika berbanding terbalik dengan peningkatan elemen bangunan. Bangunan yang dimaksud adalah bangunan yang tidak tertata dengan baik dan tidak mempunyai nilai historik atau memoribility. Reklame dengan view sekitar vegetasi dan bangunan pada foto nomor 5 dan 6 memiliki nilai SBE masing-masing 30,667 dan 0,889 dengan kategori estetika masingmasing tinggi dan sedang. Perpaduan view elemen buatan dan elemen alami lanskap memiliki nilai estetika tinggi apabila kualitas dan kuantias elemen tersebut seimbang (Unity).
Gambar 25. Foto Kualitas Estetika Tertinggi (kiri) dan Terendah (kanan) Faktor View Reklame Sekitar. Dengan demikian, penempatan vegetasi yang harmonis sebagai view di sekitar reklame dapat menambah nilai estetika. Peningkatan elemen vegetasi akan meningkatkan estetika suatu pemandangan. Akan tetapi, penempatan reklame pada RTH perlu dipertimbangkan karena dikhawatirkan dapat merubah fungsi
52
penggunaan lahan (diversity). View bangunan di sekitar reklame dapat mengurangi nilai estetika. Peningkatan elemen bangunan akan menurunkan estetika pemandangan. Perpaduan antara elemen bangunan dan vegetasi berpotensi memiliki nilai estetika tinggi apabila terdapat keseimbangan (Unity).
50
0
Nilai SBE
1
2
3
4
5
6
-50
-100
Foto Gambar 26. Grafik Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame Faktor-faktor yang telah diuji SBE memiliki pengaruh terhadap kualitas estetika suatu reklame. Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat berbanding lurus atau terbalik. Akan tetapi, faktor-faktor selain yang diuji SBE perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas estetika reklame tersebut. Penggunan
lahan
dan
elemen
lanskap
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi faktor-faktor yang diujikan di atas. Reklame dengan desain apa pun apabila diletakan pada tempat yang tidak semestinya dapat mengurangi nilai estetika. Kawasan yang perlu diminimalisir dari adanya reklame adalah area permukiman, RTH, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan pemerintahan. Reklame dengan keberagaman desain tersebut dapat diletakan pada daerah perdagangan dan jasa. Kawasan ini diperuntukan untuk memfasilitasi seseorang atau badan perusahaan untuk memujikan, menganjurkan, menawarkan produk atau jasa yang dimilikinya.
53
Ukuran dan intensitas reklame perlu diperhitungkan agar tidak menjadi elemen dominan pada tapak. Ruang yang luas, reklame dengan ukuran besar atau intensitas tinggi dapat berfungsi sebagai pelengkap yang mengisi kekosongan elemen lanskap. Oleh karena itu, penggunaan lahan dan elemen lanskap merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam meletakan reklame. Reklame dengan view sekitar vegetasi mempunyai kualitas estetika tinggi. Akan tetapi, area yang memiliki elemen vegetasi tinggi adalah area RTH. Telah disebutkan di atas, area RTH sebaiknya tidak diletakkan reklame. Untuk meningkatkan kualitas estetika reklame pada area perdagangan dan jasa dapat menggunakan elemen vegetasi yang harmonis. Sedangkan pencahayaan reklame pada area perdagangan dan jasa perlu dilakukan pada tapak. Sedangkan, pencahayaan pada area lain ditujukan tidak untuk memberikan pencahayaan pada reklame tetapi dialokasikan untuk penerangan jalan saja. Uji SBE faktor estetika ini dapat dibandingkan dengan prinsip desain penataan media reklame Litbang Pemda Bandung (2004). Hasilnya, banyak kesamaan antara Litbang dengan penelitian ini hanya saja penelitian ini mengungkapkan faktor yang lebih spesifik (Tabel ). Tabel 7. Perbandingan Prinsip Penataan Media Reklame Litbang (2004) dan Hasil Uji SBE Faktor Estetika. Aspek
Keindahan (Litbang)
Keindahan (Hasil Uji SBE)
Konstruksi, bentuk dan ukuran (Desain)
Sesuai dengan : 1. Bentuk lanskap 2. Karakteristik lingkungan
Indah sesuai dengan: 1. Sumberdaya visual 2. Penggunaan lahan 3. Elemen lanskap 4. Desain komunikasi visual
Penempatan
Indah sesuai dengan: Sesuai dengan : 1. Fungsi kawasan di kiri 1. Sumberdaya visual 2. Penggunaan lahan kanan jalan 3. Elemen lanskap 2. Bentuk lanskap
Jumlah
Indah sesuai dengan: Sesuai dengan : 1. Karakteristik fungsi 1. Sumberdaya visual kawasan di kiri kanan 2. Penggunaan lahan 3. Elemen lanskap jalan 2. Bentuk lanskap
Pencahayaan
Indah menurut : Indah menurut : 1. Fungsi kawasan di kanan 1. Sumberdaya visual jalan 2. Fungsi reklame
54
Rekomendasi Zonasi Penempatan Reklame Reklame sebaiknya diletakkan pada zona kegiatan perdagangan dan jasa. Media yang digunakan adalah media reklame rombong dan billboard. Media spanduk, banner dan poster yang bersifat sementara dapat dijadikan alternatif media reklame pada selain zona perdagangan dan jasa dengan intensitas rendah. Spanduk, banner, dan poster diletakkan pada shelter, terowongan penyeberangan orang, dan ornamen kota. Reklame yang bersifat permanen tidak diperbolehkan diletakkan seperti pada ruas-ruas jalan bagian dalam KRB, tempat ibadah, sarana pemerintahan, sarana pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Untuk itu, peletakkan reklame dapat dibagi berdasarkan penggunaan lahan dan sifat reklame. Zonasi peletakkan reklame menurut proritasnya dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Zona utama reklame Zona utama reklame adalah kawasan paling utama diletakkan reklame. Pada zona ini dapat diletakkan reklame permanen dan non permanen. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah berbagai jenis reklame dan ukuran. Zona ini tercipta sebagai fasilitasi pemusatan media reklame pada daerah perdagangan dan jasa.
Gambar 27. Simulasi Zona Utama Reklame 2. Zona alternatif reklame Zona alternatif reklame adalah kawasan yang hanya diletakkan reklame non permanen saja. Jenis reklame tersebut adalah spanduk, banner, dan poster dengan ukuran kecil saja. Zona ini tercipta mengacu pada uji SBE kondisi umum
55
yang memperlihatkan bahwa zona perkantoran dan pemerintahan mempunyai potensi untuk diletakkan reklame dengan intensitas rendah.
Gambar 28. Simulasi Zona Alternatif Reklame 3. Zona bebas reklame Zona bebas reklame adalah kawasan tanpa peletakkan reklame sama sekali. Zona ini tercipta mengacu pada Perda Bogor yang menjelaskan kawasan yang tidak
diperbolehkan
adanya
reklame.
Selain
itu,
zona
ini
berusaha
mempertimbangkan keselamatan pengendara bermotor dengan tidak mengizinkan peletakan reklame pada daerah trafic island.
Gambar 29. Simulasi Zona Bebas Reklame
56
Titik pemusatan reklame sebaiknya diletakkan pada zona kegiatan perdagangan dan jasa pada bagian selatan Jalan Ottista, bagian selatan Jalan Juanda, dan bagian timur Jalan Pajajaran. Penempatan reklame yang menumpuk pada radius 10 meter perlu dihindari agar tidak mengurangi nilai estetika dan menambah efisiensi pesan reklame. Penempatan reklame pada zona lainnya dapat dilakukan tetapi tanpa titik pemusatan dan intensitas yang rendah. Peletakkan reklame ukuran besar dan kecil sebaiknya memudahkan pengamat. Untuk reklame ukuran besar yang mempunyai sasaran pembaca pengendara bermotor, posisi bidang reklame diletakkan dengan sudut 60º dari garis jalan. Reklame ukuran kecil permanen mempunyai sasaran pembaca pejalan kaki, posisi bidang reklame diletakkan sejajar dengan garis jalan. Sedangkan reklame kecil non permanen, posisi bidang reklame diletakkan tegak lurus atau sejajar dengan garis jalan (Gambar 30).
Gambar 30. Tampak Atas (atas) dan Tampak Samping (bawah) Peletakkan Reklame Besar dan Kecil
57
Secara keseluruhan, rekomendasi peletakkan reklame berdasarkan penggunaan lahan dan sifat reklame pada Jalan Lingkar KRB dapat dispasialkan seperti pada Gambar 31. Zona bebas reklame mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan
zona
alternatif
dan
bebas
reklame.
Hal
ini
untuk
menginterpretasikan user pada tapak sebagai kawasan yang estetik dengan peletakkan reklame yang tidak mengganggu dan tidak terkontrol.
. Gambar 31. Rekomendasi Zona Reklame. Pertimbangan Kualitas Estetika Reklame Billboard dapat digunakan sebagai media reklame utama. Akan tetapi, media spanduk dan poster dapat digunakan pada zona permukiman, perkantoran, pemerintahan, dan RTH sebagai media sementara. Media spanduk dan poster hanya menyampaikan pesan tertentu saja dan mengurangi nilai estetika pada
58
waktu tertentu pula. Untuk aspek pesan , isi pesan dapat terbaca apabila reklame menggunakan warna dengan saturasi ideal tinggi. Selain dapat memperjelas pesan yang disampaikan, warna ideal tinggi juga dapat menambah estetika. Ukuran
reklame
dapat
disesuaikan
keperluan
tetapi
sebaiknya
diminimalisir hingga ukuran ideal yang dapat menyampaikan isi pesan reklame dan tidak mengganggu pandangan. Pencahayaan malam reklame sebaiknya memperhatikan aspek estetika reklame dan lingkungan sekitarnya. Untuk pengontrolan, pencahayaan mempunyai peran untuk tata letak relame. Pada zona yang tidak diperbolehkan diletakkan reklame, lampu PJU dapat digunakan sebagai kontrol. Sifat lampu ini hanya sebagai penerangan jalan untuk umum dan tidak menerangi suatu objek saja sehingga tidak berpotensi untuk diletakkan reklame. Semakin rendah intensitas reklame pada pandangan mata, maka semakin estetik. Maka dari itu, berilah jarak titik pemusatan reklame sebatas radius 10 meter tidak melebihi lima reklame agar tidak ada titik jenuh reklame. Elemen vegetasi dapat digunakan sebagai pelembut jika diletakkan di sekitar reklame. Akan tetapi, adanya elemen vegetasi di sini bukanlah penempatan reklame RTH.
Gambar 32. Simulasi Pertimbangan Kualitas Estetika Reklame
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Secara keseluruhan, lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mempunyai nilai estetika rendah. Reklame pada Jalan Lingkar KRB memiliki intensitas tinggi dan dapat mengganggu lanskap. Kualitas estetika lanskap meningkat apabila intensitas peletakan reklame semakin rendah dan beberapa titik mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Lanskap estetika tertinggi adalah lanskap yang mempunyai ciri tanpa reklame. Pengurangan nilai estetika sebagai akibat peletakan reklame dapat diminimalisir atau dihindari dengan memperhatikan sumberdaya visual tapak, yaitu karakter visual (form, line, color texture, dominance, scale, diversity, continuity) dan kualitas visual (vividness, intanctness, unity). Faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Kondisi lanskap bereklame yang memiliki faktor sekitar berbeda mempunyai nilai estetika yang berbeda pula. Produk penelitian ini adalah pengaturan tata letak reklame Jalan Lingkar KRB. Pengaturan tersebut berdasarkan pemanfaatan reklamenya, zonasi tata letak reklame dibagi menjadi 3, yaitu (1) Zona utama reklame yaitu kawasan yang paling utama diletakan reklame; (2) Zona alternatif reklame yaitu kawasan yang dapat dijadikan alternatif peletakan reklame tertentu saja; (3) Zona bebas reklame yaitu kawasan tanpa peletakan reklame sama sekali. Zonasi tersebut tercipta berdasarkan penggunaan lahan, sifat reklame, desain reklame, keefektifan pencapaian pesan, dan peraturan pemerintah setempat yang berlaku. Selain itu, produk lain hasil penelitian ini adalah pertimbangan-pertimbangan kualitas estetika reklame seperti desain, pencahayaan, view sekitar, dan intensitas reklame. Saran 1. Perlu dibuat peraturan mengenai pelaksanaan rekomendasi zonasi penempatan reklame dan pertimbangan kualitas estetik di Jalan Lingkar KRB. 2. Perlunya badan khusus yang menangani aplikasi peletakkan reklame jalan. 3. Tindakan tegas penerapan perda tersebut terhadap pelanggaran-pelangaran. 4. Aspek
isi
pesan
reklame
seharusnya
menggunakan kata-kata yang baik dan benar.
mendidik
pengamat
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Agung, G. 2005. Beginer’s Guide Adobe Photoshop CS2. Elex Media Komputindo. Jakarta. Ashihara, Y. 1970. Perancangan Eksterior dalam Arsitektur (Terjemahan). Abdi Widya. Bandung. [ASLA] American Society of Landscape Architects. 1979. Visual Impact Assesment For Highway Projects. Washington D. C. United States. [BAPPEDA] Badan Pengembangan Pembangunan Daerah. 1999. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. Bogor. [BPKK] Badan Pengelola Komplek Kemayoran. 2005. Penataan Reklame. Lab.PSUD-Departemen Arsitektur Lembaga Pengabdian & Pemberdayaan Masyarakat. ITB. Bandung. Booth, N.K. 1983. Basic Element of Landscape Architecture Design. Waveland Press Inc, Illinois. Carpenter, P. L. , D. Walker, and O. Landphear. 1975. Plant In The Landscape. W. H. Freeman and Co., San Fransisco. Daniel T. C. 2001. Whiter Scenic Beauty Visual Landscape Quality Assesment in 21st Century. Landscape Urban Plann. Daniel T.C. and R.S Boster. 1976. Measuring Landsape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Method. US For., Serv., Res., Pap., RM-167. Dinas Pendapatan Daerah. 2008. Peraturan Walikota Bogor Nomor 18 tentang Pola Penyebaran Peletakan Reklame. Bogor. Dinas Pendapatan Daerah. 2005. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 tentang Penyelenggaran Reklame. Bogor. Dinas Pendapatan Daerah. 1999. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 15 tentang Pedoman Cara Perhitungan Nilai Sewa Reklame. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1980. Undang-Undang RI No. 13/1980 Tentang Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga Departmen Pekerjaan Umum. Jakarta. Graves, M. 1951. Art and Color in Design. Press Inc., 12 p. Gunawan, A. 2005. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia Vol 1 Nomor 1.
61
Gunawan, A. and H. Yoshida. 1994. Visual Judgement on Landscapes and Land Uses of Bogor Municipality. Buletin of Kyoto University Forest. (66). P119-131. Haris, C. W. and N. T Dines. 1988. Time-Saver Standards for landscape Architecture. Mc’Graw Hill Inc, New York. Higuchi, T. 1988. The Visual and Spatial Structure of Landscape. United States of America. Hoobs, F. D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas (Terjemahan). Yogyakarta. Gadjah Mada University press. Jeprie. 2008. Cara Belajar Photoshop Bagi Pemula. Elex Media Komputindo. Jakarta. Kasali, R. 1993. Manajemen Periklanan. Gajah Mada Grafiti, Jakarta. 133p. http://belajardekavetiga.blogspot.com [9 April 2009] Mc’Hanney, R. 1991. Computer Simulation: A Practical Perspective. Academic Press, Inc. California. Meliawati. 2003. Kajian karakteristik dan elemen-elemen pembentuk kualitas estetika lanskap kota Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan). Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Design. Inc. New York: American Elsevier Publishing Co., Inc. [Litbang] Penilitian Pengembangan PEMDA Kota Bandung. 2004. Kajian Penanganan dan Penataan Reklame di Kota Bandung. http://www.bandung.go.id/images/ragaminfo/reklame.[5Februari2009]. Nano, K. 2005. Modul Adobe Photoshop 7.0. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Nasar, J. L. 1988. Environmental Aesthetics. Cambridge University Press. NewYork. Porteous, J. D. 1977. Environment and Behavior. Planning and Everyday Urbanlife. Addison-Wesly Publishing Company. New York. Reid, GW. 1993. From Concept to Form in Landscape Design. New York. Van Nostrand Reinhld. 162p. Rachman Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Makalah dalam Festival Tanaman VI-Himagron. Bogor
62
Sarilestari, W. 2009. Rencana Pelestarian Konsep Garden City Kota Bogor Lama (Buitenzorg), Jawa Barat [Tesis]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Inc. New York. Titi, W. 2007. Persepsi dan Preferensi Warna dalam Lanskap. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Walpole, R. E. 1990. Pengantar Statistika. PT. Gramedia. Jakarta.
Lampiran 1: Gambar Uji SBE Kondisi Umum.
No. 1
Letak Jalan Juanda
1
Gambar 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
64
Lampiran 1: Lanjutan.
No. 2
Letak Jalan Jalak Harupat
12
Gambar 13
14
15
16
17
18
19
20
65
Lampiran 1: Lanjutan.
No. 3
Letak Jalan Pajajaran
21
Gambar 22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
66
Lampiran 1: Lanjutan.
No. 4
Letak Jalan Ottista
32
Gambar 33
34
35
36
37
38
28
67
Lampiran 2: Gambar Uji SBE Faktor Estetika Reklame.
Faktor Siang
PENCAHAYAAN
No. 1
Reklame 0 dan 1 INTENSITAS REKLAME
2
Malam
Reklame 3 dan 5
Gambar
68
Lampiran 2. Lanjutan.
No.
Faktor Vegetasi
VIEW SEKITAR
3
Bangunan
Vegetasi dan bangunan
Kecil
UKURAN REKLAME
4
Besar
Gambar
69
Lampiran 2. Lanjutan.
No.
Faktor
5
Billboard
JENIS REKLAME
Spanduk
Banner
Rombong
Poster
Gambar
70
Lampiran 2. Lanjutan.
Faktor
6
Aktif
WARNA REKLAME
No.
Pasif
Gambar
71
Lampiran 3: Kuisioner SBE
KUISIONER SCENIC BEAUTY ESTIMATION (SBE) Judul
: Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Kebun Raya Bogor : Rakhmat Afandi
Nama Peneliti
Latar Belakang Pada umumnya, penilaian kualitas estetika suatu objek dapat dinilai secara kualitatif (suka atau tidak suka, bagus atau tidak bagus). Akan tetapi, penilaian kualitatif tersebut dapat diubah menjadi penilaian kuantitaif melalui metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Metode SBE ini mentransformasikan penilaian kualitatif menjadi kuantitatif dengan mengelompokkan pemandangan berdasarkan ranking atau skala penilaian dari 1 sampai dengan 10. Angka 1 menunjukkan yang tidak disukai, sedangkan angka 10 menunjukkan lanskap yang sangat disukai. Tujuan Kuisioner SBE ini bertujuan untuk menilai dan mengetahui estetika
kondisi umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi reklame di lingkar Jalan Kebun Raya Bogor. Skala Tingkat Respon Tidak Suka
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Suka
Respon A. Kondisi Umum 1. _____
2. _____
3. _____
4. _____
5. _____
6. _____
7. _____
8. _____
9. _____
10. _____
11. _____
12. _____
13. _____
14. _____
15. _____
16. _____
17. _____
18. _____
19. _____
20. _____
21. _____
22. _____
23. _____
24. _____
25. _____
26. _____
27. _____
28. _____
29. _____
30. _____
31. _____
32. _____
33. _____
34. _____
35. _____
36. _____
37. _____
38. ____
Lampiran 3: Lanjutan.
72
Lampiran 3: Lanjutan.
B. Faktor-Faktor Estetika Reklame Jenis 1. _____
2. _____
3. _____
4. _____
5. _____
6. _____
7. _____
8. _____
9. _____
10. _____
2. _____
3. _____
4. _____
2. _____
3. _____
4. _____
3. _____
4. _____
2. _____
3. _____
4. _____
5. _____
6. _____
2. _____
3. _____
4. _____
5. _____
6. ____
Ukuran 1. _____
Warna 1. _____
Intensitas Reklame 1. _____
2. _____
Pencahayaan 1. _____
View Sekitar 1. _____
73
DAFTAR HADIR RESPONDEN UJI SBE (SCENIC BEAUTY ESTIMATION) REKLAME LINGKAR JALAN KEBUN RAYA BOGOR Waktu
: Kamis, 12 November 2009
Tempat
: Studio Tengah, Departemen Arsitektur Lanskap IPB
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
NAMA LENGKAP
TANDA TANGAN
74
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
75 Lampiran 5: Tabel Perhitungan Nilai SBE Kondisi Umum Lanskap 4
Lanskap 1 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 10 10 8 6 1 1 0 0
40 38 36 26 16 8 2 1 0 0
cp
1 0.950 0.900 0.650 0.400 0.200 0.050 0.025 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.280 0.385 -0.250 -0.840 -1.645 -1.960 -2.300 -2.300 -5.985 -0.665 -68.000 Rendah
Lanskap 2
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 1 2 3 4 19 11 0
40 40 40 40 39 37 34 30 11 0
f
cf
0 1 2 3 5 14 10 4 0 1
40 40 39 37 34 29 15 5 1 1
f
cf
1 2 5 9 12 10 1 0 0 0
40 39 37 32 23 11 1 0 0 0
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 0.975 0.925 0.850 0.750 0.275 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 1.960 1.440 1.040 0.670 -0.600 -2.300 9.110 1.012 99.722 Tinggi
Lanskap 5
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 3 5 4 9 14 5 0 0
40 40 40 37 32 28 19 5 0 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.925 0.800 0.700 0.475 0.125 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.440 0.840 0.525 -0.060 -1.150 -2.300 -2.300 1.595 0.177 16.222 Sedang
Lanskap 3
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
cp
1.000 1.000 0.975 0.925 0.850 0.725 0.375 0.125 0.025 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.440 1.040 0.600 -0.310 -1.150 -1.960 -1.960 1.960 0.218 20.278 Tinggi
Lanskap 6
TOTAL
f
cf
0 2 6 4 13 7 8 0 0 0
0 2 6 4 13 7 8 0 0 0
40 40 38 32 28 15 8 0 0 0
cp
1.000 1.000 0.950 0.800 0.700 0.375 0.200 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.645 0.840 0.525 -0.310 -0.840 -2.300 -2.300 -2.300 -2.740 -0.304 -31.944 Rendah
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
cp
1.000 0.975 0.925 0.800 0.575 0.275 0.025 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.440 0.840 0.190 -0.600 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -5.030 -0.559 -57.389 Rendah
76 Lampiran 5: Lanjutan.
Lanskap 7
Lanskap 10
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 5 12 11 6 2 0 0 0
40 38 36 31 19 8 2 0 0 0
cp
1.000 0.950 0.900 0.775 0.475 0.200 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.280 0.760 -0.060 -0.840 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -5.760 -0.640 -65.500 Rendah
Lanskap 8
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 2 2 8 7 7 7 3 0 1
40 37 35 33 25 18 11 4 1 1
cp
1.000 0.925 0.875 0.825 0.625 0.450 0.275 0.100 0.025 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.440 1.150 0.935 0.320 -0.125 -0.600 -1.280 -1.960 -1.960 -2.080 -0.231 -24.611 Sedang
Lanskap 11
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 2 4 6 11 9 5 3 0 0
40 40 38 34 28 17 8 3 0 0
cp
1.000 1.000 0.950 0.850 0.700 0.425 0.200 0.075 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.645 1.040 0.525 -0.190 -0.840 -1.440 -2.300 -2.300 -1.560 -0.173 -18.833 Sedang
Lanskap 9
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 2 4 8 13 7 2 0 0 0
40 36 34 30 22 9 2 0 0 0
cp
1.000 0.900 0.850 0.750 0.550 0.225 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.280 1.040 0.670 0.125 -0.760 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -6.190 -0.688 -70.278 Rendah
Lanskap 12
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 7 4 10 7 3 3 2 0 0
40 36 29 25 15 8 5 2 0 0
cp
1.000 0.900 0.725 0.625 0.375 0.200 0.125 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.280 0.600 0.320 -0.310 -0.840 -1.150 -1.645 -2.300 -2.300 -6.345 -0.705 -72.000 Rendah
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 5 6 10 8 8 2 0 0
40 40 39 34 28 18 10 2 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.850 0.700 0.450 0.250 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.040 0.525 -0.125 -0.670 -1.645 -2.300 -2.300 -1.215 -0.135 -15.000 Sedang
77 Lampiran 5: Lanjutan. Lanskap 16
Lanskap 13 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 7 9 14 4 0 0 0
40 39 37 34 27 18 4 0 0 0
cp
1.000 0.975 0.925 0.850 0.675 0.450 0.100 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.440 1.040 0.450 -0.125 -1.280 -2.300 -2.300 -2.300 -3.415 -0.379 -39.444 Rendah
Lanskap 14
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 2 8 21 8 1
40 40 40 40 40 40 38 30 9 1
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.950 0.750 0.225 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300 1.645 0.670 -0.760 -1.960 11.095 1.233 121.778 Tinggi
Lanskap 17
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 3 5 8 13 7 2 0 0
40 39 38 35 30 22 9 2 0 0
cp
1.000 0.975 0.950 0.875 0.750 0.550 0.225 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.645 1.150 0.670 0.125 -0.760 -1.645 -2.300 -2.300 -1.455 -0.162 -17.667 Sedang
Lanskap 15
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 2 0 1 6 18 13 0
40 40 40 40 38 38 37 31 13 0
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 0.950 0.950 0.925 0.775 0.325 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 1.645 1.645 1.440 0.760 -0.450 -2.300 9.640 1.071 105.611 Tinggi
Lanskap 18
TOTAL
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 3 15 17 4 1
40 40 40 40 40 40 37 22 5 1
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.925 0.550 0.125 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300 1.440 0.125 -1.150 -1.960 9.955 1.106 109.111 Tinggi
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 2 7 5 14 9 0 0 0 0
40 37 35 28 23 9 0 0 0 0
cp
1.000 0.925 0.875 0.700 0.575 0.225 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.440 1.150 0.525 0.190 -0.760 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -6.655 -0.739 -75.444 Rendah
78 Lampiran 5: Lanjutan.
Lanskap 19
Lanskap 22
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 2 3 6 6 8 15 0 0 0
40 40 38 35 29 23 15 0 0 0
cp
1.000 1.000 0.950 0.875 0.725 0.575 0.375 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.645 1.150 0.600 0.190 -0.310 -2.300 -2.300 -2.300 -1.325 -0.147 -16.222 Sedang
Lanskap 20
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 1 6 8 6 14 3 1 0
40 40 39 38 32 24 18 4 1 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.950 0.800 0.600 0.450 0.100 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.645 0.840 0.250 0.125 -1.280 -1.960 -2.300 1.580 0.176 16.056 Sedang
Lanskap 23
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 6 9 20 4 1
40 40 40 40 40 40 34 25 5 1
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.850 0.625 0.125 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z
2.300 2.300 2.300 2.300 2.300 1.040 0.320 -1.150 -1.960 9.750 1.083 106.833 Tinggi
Lanskap 21
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 0 2 6 14 12 3 1 1
40 40 39 39 37 31 17 5 2 1
cp
1.000 1.000 0.975 0.975 0.925 0.775 0.425 0.125 0.050 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.960 1.440 0.760 -0.200 -1.150 -1.645 -1.960 3.465 0.385 37.000 Tinggi
Lanskap 24
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 4 5 11 9 9 1 1 0
40 40 40 36 31 20 11 2 1 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.900 0.775 0.500 0.275 0.050 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.280 0.760 0.000 -0.600 -1.645 -1.960 -2.300 0.135 0.015 0.000 Sedang
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 4 5 10 12 7 2 0 0
40 40 40 36 31 21 9 2 0 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.900 0.775 0.525 0.225 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.280 0.760 0.060 -0.760 -1.645 -2.300 -2.300 -0.305 -0.034 -4.889 Sedang
79 Lampiran 5: Lanjutan.
Lanskap 25
Lanskap 28
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 1 0 2 6 10 16 5 0
40 40 40 39 39 37 31 21 5 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.975 0.975 0.925 0.775 0.525 0.125 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.960 1.960 1.440 0.760 0.060 -1.150 -2.300 7.330 0.814 79.944 Tinggi
Lanskap 26
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 3 4 4 13 11 3 2 0
40 40 40 37 33 29 16 5 2 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.925 0.825 0.725 0.400 0.125 0.050 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.440 0.935 0.600 -0.250 -1.150 -1.645 -2.300 2.230 0.248 23.278 Tinggi
Lanskap 29
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 2 14 10 9 2 0 0
40 39 38 37 35 21 11 2 0 0
cp
1.000 0.975 0.950 0.925 0.875 0.525 0.275 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.645 1.440 1.150 0.060 -0.600 -1.645 -2.300 -2.300 -0.590 -0.066 -8.056 Sedang
Lanskap 27
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 2 5 11 14 5 3
40 40 40 40 40 38 33 22 8 3
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.950 0.825 0.550 0.200 0.075 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 2.300 1.645 0.935 0.125 -0.840 -1.440 9.625 1.069 105.444 Tinggi
Lanskap 30
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 3 8 4 16 6 2 0 0
40 40 39 36 28 24 8 2 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.900 0.700 0.600 0.200 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.280 0.525 0.250 -0.840 -1.645 -2.300 -2.300 -0.770 -0.086 -10.056 Sedang
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 6 8 12 11 2 0 0 0
40 40 39 33 25 13 2 0 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.825 0.625 0.325 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 0.935 0.320 -0.450 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -3.480 -0.387 -40.167 Rendah
80 Lampiran 5: Lanjutan.
Lanskap 31
Lanskap 34
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 2 6 10 8 6 3 1 0
40 39 36 34 28 18 10 4 1 0
cp
1.000 0.975 0.900 0.850 0.700 0.450 0.250 0.100 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.280 1.040 0.525 -0.125 -0.670 -1.280 -1.960 -2.300 -1.530 -0.170 -18.500 Sedang
Lanskap 32
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 8 10 7 8 1 0 0 0 0
40 34 26 16 9 1 0 0 0 0
cp
1.000 0.850 0.650 0.400 0.225 0.025 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.040 0.385 -0.250 -0.760 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -10.745 -1.194 -120.889 Rendah
Lanskap 35
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 5 5 8 12 3 2 0 0 0
40 35 30 25 17 5 2 0 0 0
cp
1.000 0.875 0.750 0.625 0.425 0.125 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.150 0.670 0.320 -0.200 -1.150 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -7.755 -0.862 -87.667 Rendah
Lanskap 33
Rating
f
cf
cp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 2 6 10 5 11 1 1 0
40 38 36 34 28 18 13 2 1 0
1.000 0.950 0.900 0.850 0.700 0.450 0.325 0.050 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.280 1.040 0.525 -0.125 -0.450 -1.645 -1.960 -2.300 -1.990 -0.221 -23.611 Tinggi
Lanskap 36
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 8 10 8 9 1 0 0 0 0
40 36 28 18 10 1 0 0 0 0
cp
1.000 0.900 0.700 0.450 0.250 0.025 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.280 0.525 -0.125 -0.670 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -10.150 -1.128 -114.278 Rendah
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 6 8 11 8 1 0 0 0
40 39 34 28 20 9 1 0 0 0
cp
1.000 0.975 0.850 0.700 0.500 0.225 0.025 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.040 0.525 0.000 -0.760 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -6.095 -0.677 -69.222 Rendah
81 Lampiran 5. Lanjutan.
Lanskap 37 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 9 2 7 12 5 0 0 0 0
40 35 26 24 17 5 0 0 0 0
cp
1.000 0.875 0.650 0.600 0.425 0.125 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.150 0.385 0.250 -0.190 -1.150 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -8.755 -0.973 -98.778 Rendah
Lanskap 38 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 4 7 7 9 9 0 1 0 0
40 37 33 26 19 10 1 1 0 0
cp
1.000 0.925 0.825 0.650 0.475 0.250 0.025 0.025 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.440 0.935 0.385 -0.060 -0.670 -1.960 -1.960 -2.300 -2.300 -6.490 -0.721 -73.611 Rendah
82 Lampiran 6: Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor Jenis Reklame.
Foto 1
Foto 4
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 1 1 5 12 8 10 2 0
40 40 39 38 37 32 20 12 2 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.950 0.925 0.800 0.500 0.300 0.050 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.645 1.440 0.840 0.000 -0.525 -1.645 -2.300 3.715 0.413 39.778 Tinggi
Foto 2
Rating
f
cf
cp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 5 9 8 8 3 1 0 0 0
40 34 29 20 12 4 1 0 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 7 3 10 7 6 2 1 0
40 39 36 29 26 16 9 3 1 0
1.000 0.975 0.900 0.725 0.650 0.400 0.225 0.075 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 7 6 13 6 1 2 0 0
40 39 35 28 22 9 3 2 0 0
1.000 0.850 0.725 0.500 0.300 0.100 0.025 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.040 0.600 0.000 -0.525 -1.280 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -9.025 -1.003 -101.778 Rendah
Foto 5
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 4 7 11 10 5 0 0
40 40 39 37 33 26 15 5 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.925 0.825 0.650 0.375 0.125 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.440 0.935 0.385 -0.320 -1.150 -2.300 -2.300 0.950 0.106 9.056 Sedang
Foto 3
cp
Z 1.960 1.280 0.600 0.385 -0.250 -0.760 -1.440 -1.960 -2.300 -2.485 -0.276 -29.111 Rendah
Foto 6
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 8 7 10 7 4 0 0 0
40 38 36 28 21 11 4 0 0 0
cp
1.000 0.950 0.900 0.700 0.525 0.275 0.100 0.000 0.000 0 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.280 0.525 0.060 -0.600 -1.280 -2.300 -2.300 -2.300 -5.270 -0.586 -60.056 Rendah
cp
1.000 0.975 0.875 0.700 0.550 0.225 0.075 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.150 0.525 0.125 -0.760 -1.440 -1.645 -2.300 -2.300 -4.685 -0.521 -53.556 Rendah
83 Lampiran 6: Lanjutan.
Foto 7
Foto 10
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 5 0 7 14 10 1 0 0
40 39 37 32 32 25 11 1 0 0
cp
1.000 0.975 0.925 0.800 0.800 0.625 0.275 0.025 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.440 0.840 0.840 0.320 -0.600 -1.960 -2.300 -2.300 -1.760 -0.196 -21.056 Rendah
Foto 8 Rating
f
cf
cp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 8 8 14 5 0 0 0 0
40 39 35 27 19 5 0 0 0 0
1.000 0.975 0.875 0.675 0.475 0.125 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 8 5 6 8 3 2 0 0 0
40 32 24 19 13 5 2 0 0 0
Z 1.960 1.150 0.450 -0.060 -1.150 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -6.850 -0.761 -77.611 Rendah
Foto 9 cp
1.000 0.800 0.600 0.475 0.325 0.125 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 0.840 0.250 -0.060 -0.450 -1.150 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -9.115 -1.013 -102.778 Rendah
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 7 9 5 5 1 0 0 1 0
40 28 21 12 7 2 1 1 1 0
cp
1.000 0.700 0.525 0.300 0.175 0.050 0.025 0.025 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 0.525 0.060 -0.525 -0.935 -1.645 -1.960 -1.960 -1.960 -2.300 -10.700 -1.189 -120.389 Rendah
84 Lampiran 7. Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame.
Foto 1
Foto 4
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 7 6 6 5 9 4 0 0
40 39 37 30 24 18 13 4 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 2 11 11 6 6 1 0
40 40 39 37 35 24 13 7 1 0
cp
1.000 0.975 0.925 0.750 0.600 0.450 0.325 0.100 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.440 0.670 0.250 -0.125 -0.450 -1.280 -2.300 -2.300 -2.135 -0.237 -25.222 Rendah
Foto 2 cp
1.000 1.000 0.975 0.925 0.875 0.600 0.325 0.175 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.440 1.150 0.250 -0.450 -0.935 -1.960 -2.300 1.455 0.162 14.667 Sedang
Foto 3 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 4 6 9 6 11 1 0
40 40 39 37 33 27 18 12 1 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.925 0.825 0.675 0.450 0.300 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.440 0.935 0.450 -0.125 -0.525 -1.960 -2.300 2.175 0.242 22.667 Tinggi
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 8 6 9 8 6 2 0 0
40 40 39 31 25 16 8 2 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.775 0.625 0.400 0.200 0.050 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 0.760 0.320 -0.250 -0.840 -1.645 -2.300 -2.300 -1.995 -0.222 -23.667 Rendah
85 Lampiran 8. Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor Warna Reklame. Foto 4
Foto 1 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 1 0 4 8 12 13 2 0
40 40 40 39 39 35 27 15 2 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 5 6 9 8 8 3 0 0
40 39 39 34 28 19 11 3 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 1 2 7 10 11 9 0 0
40 40 40 39 37 30 20 9 0 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.975 0.975 0.875 0.675 0.375 0.050 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.960 1.960 1.150 0.450 -0.320 -1.645 -2.300 5.855 0.651 63.556 Tinggi
Foto 2 cp
1.000 0.975 0.975 0.850 0.700 0.475 0.275 0.075 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.960 1.040 0.525 -0.060 -0.600 -1.440 -2.300 -2.300 -1.215 -0.135 -15.000 Sedang
Foto 3 cp
1.000 1.000 1.000 0.975 0.925 0.750 0.500 0.225 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.960 1.440 0.670 0.000 -0.760 -2.300 -2.300 3.310 0.368 35.278 Tinggi
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 5 6 10 7 7 5 0 0 0
40 40 35 29 19 12 5 0 0 0
cp
1.000 1.000 0.875 0.725 0.475 0.300 0.125 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.150 0.600 -0.060 -0.525 -1.150 -2.300 -2.300 -2.300 -4.585 -0.509 -52.444 Rendah
86 Lampiran 9. Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame.
Foto 1
Foto 4
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 6 10 10 8 3 0 0 0 0
40 37 31 21 11 3 0 0 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 4 8 13 13 1 0 0 0
40 40 39 35 27 14 1 0 0 0
cp
1.000 0.925 0.775 0.525 0.275 0.075 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.440 0.760 0.060 -0.600 -1.440 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -8.980 -0.998 -101.278 Rendah
Foto 2 cp
1.000 1.000 0.975 0.875 0.675 0.350 0.025 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.150 0.450 -0.385 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -3.385 -0.376 -39.111 Rendah
Foto 3 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 2 1 5 10 15 7 0 0
40 40 40 38 37 32 22 7 0 0
cp
1.000 1.000 1.000 0.950 0.925 0.800 0.550 0.175 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.645 1.440 0.840 0.125 -0.935 -2.300 -2.300 3.115 0.346 33.111 Tinggi
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 1 3 11 14 7 4
40 40 40 40 40 39 36 25 11 4
cp
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.975 0.900 0.625 0.275 0.100 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 2.300 2.300 1.960 1.280 0.320 -0.600 -1.280 10.880 1.209 119.389 Tinggi
87 Lampiran 10: Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame.
Foto 1
Foto 4
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 6 5 12 5 5 3 0 0
40 39 36 30 25 13 8 3 0 0
cp
1.000 0.975 0.900 0.750 0.625 0.325 0.200 0.075 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.280 0.670 0.320 -0.450 -0.840 -1.440 -2.300 -2.300 -3.100 -0.344 -35.944 Rendah
Foto 2
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 4 7 9 10 5 3 0 0 0
40 38 34 27 18 8 3 0 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 1 1 8 12 11 6 0 1
40 40 40 39 38 30 18 7 1 1
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 3 2 1 2 9 11 9 1 0
40 38 35 33 32 30 21 10 1 0
cp
1.000 0.950 0.850 0.675 0.450 0.200 0.075 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.040 0.450 -0.125 -0.840 -1.440 -2.300 -2.300 -2.300 -6.170 -0.686 -70.056 Rendah
Foto 7
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 6 11 7 9 4 2 0 0 0
40 39 33 22 15 6 2 0 0 0
cp
1.000 0.975 0.825 0.550 0.375 0.150 0.050 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 0.935 0.125 -0.320 -1.040 -1.645 -2.300 -2.300 -2.300 -6.885 -0.765 -78.000 Rendah
Foto 3
cp
1.000 1.000 1.000 0.975 0.950 0.750 0.450 0.175 0.025 0.025 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 2.300 1.960 1.645 0.670 -0.125 -0.935 -1.960 -1.960 3.895 0.433 41.778 Tinggi
Foto 8
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 0 6 9 12 11 1 0 0
40 40 39 39 33 24 12 1 0 0
cp
1.000 1.000 0.975 0.975 0.825 0.600 0.300 0.025 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.960 0.935 0.250 -0.525 -1.960 -2.300 -2.300 0.320 0.036 2.056 Sedang
cp
1.000 0.950 0.875 0.825 0.800 0.750 0.525 0.250 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.645 1.150 0.935 0.840 0.670 0.060 -0.670 -1.960 -2.300 0.370 0.041 2.611 Sedang
88 Lampiran 11. Tabel Perhitungan Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame. Foto 4
Foto 1 Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 2 2 2 12 11 7 3 0
40 39 39 37 35 33 21 10 3 0
cp
1.000 0.975 0.975 0.925 0.875 0.825 0.525 0.250 0.075 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.960 1.440 1.150 0.935 0.060 -0.670 -1.440 -2.300 3.095 0.344 32.889 Tinggi
Foto 2
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 1 4 8 9 13 1 0 0 0
40 36 35 31 23 14 1 0 0 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 1 2 5 7 18 5 1 0
40 40 39 38 36 31 24 6 1 0
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 4 3 5 14 10 3 0 0
40 40 39 35 32 27 13 3 0 0
cp
1.000 0.900 0.875 0.775 0.575 0.350 0.025 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.280 1.150 0.760 0.190 -0.385 -1.960 -2.300 -2.300 -2.300 -5.865 -0.652 -66.667 Rendah
Foto 5
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 4 3 12 8 8 1 1 0
40 39 37 33 30 18 10 2 1 0
cp
1.000 0.975 0.925 0.825 0.750 0.450 0.250 0.050 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.960 1.440 0.935 0.670 -0.125 -0.670 -1.645 -1.960 -2.300 -1.695 -0.188 -20.333 Rendah
Foto 3
cp
1.000 1.000 0.975 0.950 0.900 0.775 0.600 0.150 0.025 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.645 1.280 0.760 0.250 -1.040 -1.960 -2.300 2.895 0.322 30.667 Tinggi
Foto 6
Rating
f
cf
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 2 4 16 11 3 0 0 0 0
40 36 34 30 14 3 0 0 0 0
cp
1.000 0.900 0.850 0.750 0.350 0.075 0.000 0.000 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 1.280 1.040 0.670 -0.385 -1.440 -2.300 -2.300 -2.300 -2.300 -8.035 -0.893 -90.778 Rendah
cp
1.000 1.000 0.975 0.875 0.800 0.675 0.325 0.075 0.000 0.000 Total Z Rata-rata Z Nilai SBE Kategori
Z 2.300 1.960 1.150 0.840 0.455 -0.450 -1.440 -2.300 -2.300 0.215 0.024 0.889 Sedang