KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR
ARSYAD KHRISNA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. (Di bawah bimbingan ANDI GUNAWAN) Jalan Lingkar Kebun Raya adalah jalan yang penting di Kota Bogor. Jalan ini terus aktif selama 24 jam setiap harinya. Saat malam hari tingkat operasional jalan bergantung pada kondisi pencahayaan. Jalan dengan kondisi pencahayaan yang baik dapat beroperasi dengan optimal, sehingga kajian pencahayaan pada Jalan Lingkar Kebun Raya sangat penting. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei, pemodelan 2D, dan simulasi 3D. Tahapan penelitian meliputi : persiapan penelitian, survei pendahuluan, pemodelan 2D dengan software AutoCAD, survei lanjutan, analisis dan hasil analisis, sintesis, kemudian pembuatan simulasi 3D dengan software 3D Studio Max. Dalam survei awal ditemukan adanya 28 jenis lampu di sepanjang tapak penelitian. Jenis-jenis lampu itu dikelompokkan menjadi 8 kelompok berdasarkan fungsi dan karakternya. Fungsi dan karakter tiap kelompok berbeda-beda. Kelompok 1 memiliki ketinggian di atas 5 meter serta memiliki fungsi khusus untuk menerangi jalan raya dan pedestrian. Kelompok 2 memiliki ketinggian 3 sampai 5 meter serta memiliki fungsi khusus untuk menerangi pedestrian atau taman. Kelompok 3 merupakan lampu sorot yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dan berfungsi sebagai penerangan tambahan atau penerangan utama pada kawasan yang luas. Kelompok 4 merupakan lampu estetis yang berfungsi sebagai hiburan. Kelompok 5 merupakan lampu pendek dengan ketinggian maksimum 3 meter serta berfungsi sebagai penerangan bangunan atau taman. Kelompok 6 adalah lampu pijar yang digunakan para pedagang pasar malam. Kelompok 7 adalah lampu sorot kecil yang digunakan untuk menonjolkan objek saat malam hari. Kelompok 8 adalah reklame neon yang digunakan sebagai sarana promosi. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terbentuk dari 4 jalan besar: Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata. Setiap jalan memiliki karakteristik pencahayaan yang berbeda-beda. Karakteristik ini dapat dilihat dari jumlah dan keragaman jenis lampu yang berbeda-beda pada setiap jalan. Jalan Juanda memiliki 147 buah lampu dengan 18 jenis lampu yang berbeda. Jalan Jalak Harupat memiliki 62 buah lampu dengan 4 jenis lampu yang berbeda. Jalan Pajajaran memiliki 92 buah lampu dengan 13 jenis yang berbeda. Jalan Otto Iskandardinata memiliki 47 buah lampu dengan 6 jenis lampu yang berbeda. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuantitatif didapatkan data bahwa Jalan Juanda memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pencahayaan yang paling tinggi. Jumlah lampu pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah mencukupi untuk memberikan penerangan yang merata. Namun, masih ditemukan adanya 5 kawasan gelap pada tapak ini. Kawasan-kawasan gelap ini terbentuk karena tidak dioperasikannya lampu pada kawasan itu setelah lewat dari pukul 24.00. Kawasan gelap pertama terletak di Jembatan Sempur yang berada di Jalan Jalak Harupat. Kawasan gelap kedua terletak di traffic island depan Pangrango Plaza dan jalan Jalak Harupat yang ada di sampingnya. Kawasan gelap ketiga terletak di terowongan penyeberangan yang berada di depan Kampus IPB Barangsiang.
Kawasan gelap keempat terletak di depan Tugu Kujang hingga sebelum Jalan Bangka, kawasan gelap ini terletak di Jalan Ottista. Kawasan gelap kelima terletak di Jalan Juanda, tepatnya pada ruas jalan di depan Bank Danamon hingga sebelum pertigaan Gang Paledang. Berdasarkan hasil analisis, Jalan Lingkar Kebun Raya ini sangat kekurangan lampu dengan fungsi hiburan. Padahal, arah kebijakan Kota Bogor sendiri mengarah kepada kota wisata dan jasa. Permasalahan ini diselesaikan dengan rekomendasi konsep pencahayaan. Konsep pencahayaan yang direkomendasikan adalah meningkatkam jumlah lampu hiburan dengan aplikasi lampu-lampu estetis. Permainan bentuk cahaya dan warna dilakukan untuk meningkatkan nilai estetis sekaligus memperkuat karakter kawasan. Kawasan dengan fungsi penerangan jalan juga diaplikasikan untuk meningkatkan orientasi pengguna jalan saat terjadi hujan. Secara umum zonasi konsep dibagi berdasarkan landuse, hal ini dilakukan karena zonasi yang terbentuk oleh landuse memiliki karakter dan fungsi sosial yang berbeda-beda. Terdapat 5 zona konsep pencahayaan, yaitu kawasan pencahayaan jalan, kawasan pencahayaan perkantoran, kawasan pencahayaan jasa dan perdagangan, kawasan pencahayaan permukiman, dan kawasan pencahayaan pendidikan. Kawasan pencahayaan jalan adalah kawasan yang ditujukan untuk meningkatkan keselamatan dan orientasi para pengguna jalan. Aplikasinya adalah penggunaan lampu-lampu jalan tinggi (anggota Kelompok 1) dan diletakkan dengan jarak yang konstan sehingga memberikan orientasi bagi para pengguna jalan. Kawasan ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kawasan penerangan jalan dengan menggunakan lampu Jenis 1, dan kawasan penerangan jalan dengan pengguna lampu Jenis 6. Lampu Jenis 6 digunakan pada kawasan dengan kanopi pohon yang rendah sehingga cahaya lampu tidak terganggu dengan kanopi. pada kawasan ini juga diaplikasikan lampu estetik (lampu dinding, dan lampu tiang) yang disusun dengan jarak yang konstan sehingga dapat memberikan orientasi. Kawasan wisata ilmiah dan ruang terbuka hijau adalah kawasan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Istana Bogor telah memiliki pencahayaan yang cukup. Kebun Raya Bogor adalah hutan kota yang memiliki binatang-binatang malam, oleh karena itu kondisi Kebun Raya dipertahankan dengan pencahayaan yang minimal. Kawasan lainnya ditujukan sebagai kawasan estetik. Lampu-lampu estetik diaplikasikan pada kawasan ini berdasarkan fungsi dan karakter kawasan yang berbeda-beda. Permainan bentuk cahaya, bentuk lampu, intensitas cahaya, warna cahaya disesuaikan dengan karakter kawasan yang berbeda-beda. Kawasankawasan ini memiliki fungsi khusus untuk meningkatkan nilai estetis Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.
@ Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun Baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ARSYAD KHRISNA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR
Nama
: Arsyad Khrisna
NRP
: A44052252
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andi Gunawan, M Agr. Sc. NIP. 19620801 198703 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :..............
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan izin-Nya dapat diselesaikan penelitian dengan judul “Kajian Pencahayaan Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor”. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Andi Gunawan, M Agr. Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas pengarahan dan bimbingannya, Dr. Ir. Nurhayati H.S.A., M Sc. dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah. M Agr. selaku penguji sidang, serta keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral. Terima kasih penulis sampaikan kepada BAPPEDA Bogor, dan Dinas Pertamanan Kota Bogor atas data-data yang diberikan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada seluruh pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi bagi kelancaran penyusunan skripsi ini. Penulis menerima dengan lapang semua kritik dan saran yang membangun. Atas semua saran serta masukan yang membangun, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis ucapkan maaf. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2010 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Maret 1987. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Supriyo Wahyunanto dan Ibu Lusye Dagmar Lontoh. Penulis memulai pendidikan di TK Sempur Kaler Bogor pada tahun 1991 kemudian lulus pada tahun 1993, dilanjutkan pada SD Sempur Kaler Bogor pada tahun 1993 hingga 1999. Pada tahun 1999 penulis meneruskan studi di SMP 2 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis meneruskan studi di SMA 1 Bogor pada tahun 2002 hingga 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Kemudian masuk ke Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2006. Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik. Penulis aktif membantu dalam berbagai kegiatan Himpro (Himaskap) dan BEM KM. Penulis beserta beberapa teman berhasil membentuk komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan. Melalui komunitas ini penulis banyak melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan serta bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar dalam pelaksanaan kegiatan. Selama studi di Departemen Arsitektur Lanskap penulis mengerjakan beberapa proyek. Proyek yang dikerjakan berasal dari dosen atau hasil rekomendasi. Jenis proyek yang dikerjakan mayoritas adalah desain dan simulasi 3D. Penulis juga sempat menjadi pendamping dosen dalam kelas S2 dengan materi pendalaman SIG yang diadakan oleh Departemen Ilmu Gizi IPB.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii PENDAHULUAN Latar Belakang ..........................................................................................
1
Tujuan Penelitian ......................................................................................
2
Manfaat Penelitian ....................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap .....................................................................................................
4
Pencahayaan ..............................................................................................
4
Kebutuhan Pencahayaan ....................................................................
5
Efek Pencahayaan ..............................................................................
6
Dampak Suasana Gelap bagi Manusia ...............................................
6
Sumber Cahaya .........................................................................................
7
Bola Lampu ........................................................................................
7
Lampu ................................................................................................
7
Pemodelan Digital .....................................................................................
9
METODOLOGI Tempat dan Waktu .................................................................................... 10 Metode Penelitian ..................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik........................................................................................... 15 Kondisi Umum Jalan.......................................................................... 15 Iklim ................................................................................................... 18 Landuse .............................................................................................. 19 Vegetasi dan Satwa ............................................................................ 20 Kualitas Visual ................................................................................... 21 Aspek Legal .............................................................................................. 23 Peraturan ............................................................................................ 23
Kebijakan ........................................................................................... 24 Aspek Sosial.............................................................................................. 26 Kelompok-Kelompok Lampu ................................................................... 28 Persebaran Jenis-Jenis Lampu .................................................................. 30 Persebaran Lampu pada Jalan Juanda ................................................ 33 Persebaran Lampu pada Jalan Jalak Harupat ..................................... 33 Persebaran Lampu pada Jalan Pajajaran ............................................ 34 Persebaran Lampu pada Jalan Otto Iskandardinata ........................... 34 Kondisi Pencahayaan ................................................................................ 35 Analisis ..................................................................................................... 38 Konsep Pencahayaan................................................................................. 40 Kawasan Pencahayaan Jalan .............................................................. 42 Kawasan Pencahayaan Perkantoran ................................................... 44 Kawasan Pencahayaan Jasa dan Perdagangan ................................... 46 Kawasan Pencahayaan Permukiman.................................................. 48 Kawasan Pencahayaan Pendidikan .................................................... 52 Fasilitas Penyeberangan ..................................................................... 54 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... 59 Saran.......................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60 LAMPIRAN ..................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Jenis, Bentuk, Tipe, Cara Pengambilan, dan Sumber Data .................. 12 2. Kondisi Umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor .............................. 15 3. Kondisi Iklim Kota Bogor Tahun 2008................................................ 18 4. Jumlah dan Fungsi Seluruh Kelompok Lampu .................................... 30 5. Jumlah Fungsi Penerangan pada Setiap Jalan ...................................... 34 6. Analisis Aspek Biofisik, Aspek Legal, dan Aspek Sosial.................... 38
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Kerangka Berpikir ..............................................................................
3
2.
Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 10
3.
Tahapan Penelitian ............................................................................. 14
4.
Batas Spasial 4 Jalan Besar dan Tata Guna Lahan ............................ 17
5.
Potensi Wisata Kota Bogor ................................................................ 19
6.
Lampu Tugu Kujang yang Tidak Beroperasi ........................................ 21
7.
Bad View Kawasan ................................................................................... 22
8.
Bad View Objek......................................................................................... 22
9.
Vandalisme Pada Lampu.......................................................................... 24
10. Bayangan Kanopi ........................................................................................ 25 11. Kawasan Lampu yang Tidak Beroperasi ..................................................... 26 12. Aktifitas Sosial ............................................................................................ 27 13. Persebaran Klasifikasi Umum Lampu ............................................... 31 14. Persebaran Kelompok Lampu ............................................................ 32 15. Tingkat Keragaman dan Jumlah Lampu Tiap Jalan .................................... 33 16. Kawasan Gelap ............................................................................................ 36 17. Persebaran Kawasan-Kawasan Gelap ......................................................... 37 18. Objek-Objek Potensial Untuk Diaplikasikan Lampu ........................ 42 19. Ilustrasi Lampu Estetik Kawasan Pencahayaan Jalan ....................... 43 20. Ilustrasi Kawasan Pencahayaan Jalan ................................................ 44 21. Konsep Light Ball .............................................................................. 45 22. Konsep Fountain Of Fortune ............................................................. 47 23. Konsep Harbour Light ....................................................................... 48 24. Konsep Welcome Light ...................................................................... 49 25. Konsep Dancing Light ....................................................................... 51 26. Konsep Point Of View........................................................................ 52 27. Konsep Melody Of Light .................................................................... 53 28. Ilustrasi Enlightment .......................................................................... 55 29. Terowongan Penyeberangan........................................................................ 56
30. Konsep Zebra Cross ................................................................................. 57 31. Zonasi Rekomendasi ................................................................................... 58
PENDAHULUAN
Latar Belakang Lanskap memiliki dimensi ruang dan waktu, kedua dimensi ini berkaitan dengan erat. Pada umumnya studi lanskap yang dilakukan lebih terfokus kepada elemen ruang dan dimensi waktu siang, sedangkan studi lanskap pada malam hari masih sangat minim sekali. Karakter lanskap saat malam hari sangat dipengaruhi oleh faktor pencahayaannya. Konsep pencahayaan yang berbeda akan menghasilkan karakter yang berbeda pada tapak yang sama. Konsep pencahayaan yang tepat adalah konsep pencahayaan yang dapat meningkatkan nilai fungsional dan estetikanya. Melalui studi dapat dirumuskan konsep pencahayaan yang lebih baik untuk suatu tapak, dengan mengkaji karakter asli tapak tersebut saat malam hari. Konsep pencahayaan yang baik sangat penting, terutama pada lokasi-lokasi public service yang harus berfungsi selama 24 jam. Lokasi public service tanpa konsep pencahayaan yang baik akan berkurang nilai fungsional dan efektivitasnya saat malam hari, karena rendahnya nilai kenyamanan, keamanan, dan estetiknya. Jalan merupakan salah satu lanskap terbangun yang sangat penting (Simonds JO dan Starke BW, 2006), karena perannya sebagai pondasi dasar jalur sirkulasi. Jalan umum dituntut untuk berfungsi secara optimal baik siang maupun malam. Agar berfungsi secara optimal pada malam hari diperlukan pencahayaan (Moyer, 1992). Moyer (1992), menyebutkan bahwa pencahayaan pada ruang publik harus merespons seluruh aktivitas yang dilakukan pada ruang tersebut. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan jalan protokol utama yang menghubungkan berbagai tempat penting di Kota Bogor. Jalan ini melingkari Kebun Raya Bogor yang relatif gelap, sehingga asupan cahaya luar pada koridor jalan ini sangat minim. Di lain sisi, perannya sebagai jalan protokol utama menuntutnya untuk selalu fungsional secara optimal, sehingga kajian lanskap lighting pada koridor jalan ini sangat penting. Melalui kajian dapat dihasilkan konsep pencahayaan yang baik, yaitu tidak terdapat daerah gelap pada area publik dan terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pencahayaannya.
2
Konsep dihasilkan dari sinergi yang proporsional antara beberapa aspek penting. Aspek penting dalam pencahayaan adalah kondisi saat ini pada siang dan malam hari, konsep pengembangan kota, aspek legal yang berlaku, kebutuhan pencahayaan (keselamatan, keamanan, orientasi, promosi, identitas, penerangan sekitar, dan hiburan), serta aspek sosial. Aspek biofisik lampu akan dikaji lebih mendalam dengan membuat zonasi kawasan. Kajian akan menggunakan zonasi berdasarkan empat jalan besar yang terdapat di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata). Penggunaan zonasi ini karena setiap jalan memiliki nama dengan karakter yang berbeda, sehingga akan dikaji karakter pencahayaan pada setiap jalan tersebut. Model tiga dimensi akan dibuat untuk memberikan gambaran nyata dari konsep yang dihasilkan. Untuk menghasilkan simulasi yang akurat akan digunakan program AutoCad dan 3DS Max. Melalui pemodelan dan simulasi yang tepat akan terbentuk pemahaman yang lebih mendalam atas konsep pencahayaan yang dihasilkan. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari pencahayaan lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tujuan lainnya adalah mempelajari faktorfaktor yang mempengaruhi pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, dan menyusun konsep pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang lebih baik secara umum.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. memberikan masukan bagi pemerintah kota untuk meningkatkan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan estetik lanskap jalan lingkar ini pada malam hari; 2. memberikan referensi dan informasi bagi para akademisi berkaitan dengan pencahayaan lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor.
3
Jalan Lingkar Kebun Raya
Lanskap Jalan
Kondisi Saat Ini Tapak
Aspek Legal (Peraturan Daerah dan Arah Pengembangan Kawasan)
Aspek Sosial
Kebutuhan Pencahayaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keselamatan. Keamanan. Orientasi. Promosi. Identitas. Penerangan sekitar. Hiburan.
Analisis dan Hasil Analisis
Rekomendasi Konsep Pencahayaan
Gambar 1. Kerangka Berpikir
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Simond dan Starke (2006) menyebutkan bahwa karakter lanskap terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu lanskap alami dan lingkungan terbangun (lanskap terbangun). Lanskap alami adalah lanskap yang terbentuk secara alamiah berdasarkan gaya dan hukum-hukum yang terdapat pada alam. Dalam lanskap alami ini terdapat fitur major dan minor. Fitur major hanya dapat diubah sedikit atau bahkan tidak sama sekali, seperti gunung, kabut, dan gravitasi. Fitur minor dapat diubah untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti bukit. Lanskap terbangun dibentuk dengan mempertimbangkan kedua fitur mayor dan minor yang ada pada lanskap alami. Lanskap
terbangun
dibentuk
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
mempermudah kehidupan manusia. Salah satu lanskap terbangun manusia adalah jalan. Jalan memiliki nilai yang sangat esensial bagi pergerakan manusia dan barang, tetapi juga dapat membahayakan manusia. Setiap menit ada orang yang meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Hal ini terjadi karena kita masih belum dapat menghargai rute transportasi ini dengan baik, atau kita belum belajar untuk mendisain jalur trasportasi ini dengan peramalan dan imajinasi yang cukup (Simond dan Starke, 2006).
Pencahayaan Cahaya berfungsi sebagai stimulus. Pola pencahayaan pada kawasan menciptakan respons dari orang-orang yang melihatnya. Apabila pencahayaan suatu kawasan berubah, perasaan dan reaksi orang terhadap kawasan tersebut akan berubah. Dalam kondisi pencahayaan yang berbeda, interpretasi seseorang terhadap kawasan juga akan berubah (Moyer, 1992). Moyer (1992) menegaskan lagi bahwa pencahayaan dapat membangkitkan perasaan bahagia, drama, misteri, roman, dan berbagai macam perasaan lainnya. Pencahayaan dapat menentukan bagaimana seharusnya perasaan seseorang terhadap suatu kawasan. Kekuatan pencahayaan memberikan kemampuan untuk menentukan sekaligus membangun karakter dan interpretasi suatu kawasan.
5
Kebutuhan pencahayaan Kebutuhan pencahayaan umum lanskap pada malam hari melingkupi tujuh hal (Philips, 2004). 1. Pencahayaan dapat meningkatkan tingkat keselamatan dengan meminimalkan semua kemungkinan kecelakaan. Pemberiaan pencahayaan yang baik pada daerah rawan kecelakaan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada malam hari. 2. Pencahayaan yang baik dapat meningkatkan rasa aman bagi pengguna. Tindakan kriminal pada malam hari dapat dihindari dengan pencahayaan yang baik dan menyeluruh. 3. Pencahayaan dapat memberikan petunjuk dan mengarahkan pengguna. Lampu yang disusun homogen mengikuti suatu jalan dapat mengarahkan sirkulasi. Penerangan pada suatu objek utama (baik bangunan, signage, sclupture, atau objek lainnya yang menjadi penciri suatu kawasan) dapat membentuk mental map pengguna, agar dapat mengetahui gambaran keberadaaanya. 4. Malam hari pencahayaan dibutuhkan untuk mempromosikan produk-produk komersial. 5. Pencahayaan digunakan untuk menghidupkan identitas kawasan. 6. Secara umum pencahayaan digunakan untuk menerangi kawasan sekitar sehingga aktivitas manusia dapat berjalan dengan normal seperti siang hari. 7. Pencahayaan digunakan sebagai elemen hiburan. Permainan cahaya baik dari segi warna, intensitas cahaya, pergerakan cahaya, maupun bentuk cahaya dapat memberikan kesan estetik dan menghibur. Efek pencahayaan Enam efek pencahayaan yang biasa digunakan pada lanskap malam hari (Skyhorsestation, 2009) yaitu : 1. moonlighting or down lighting (pencahayaan ke arah bawah); 2. silhouetting or backlighting (pencahayaan dari belakang untuk menciptakan efek lingkaran cahaya); 3. shadowing (pencahayaan untuk menciptakan efek bayangan di belakang); 4. spot lighting (pencahayaan titik-titik tertentu untuk memberikan tekanan pada elemen arsitektural);
6
5. grazing (pencahayaan permukaan untuk memberikan tekstur); 6. up-lighting (pencahayaan ke arah atas, biasanya untuk memperlihatkan tekstur suatu objek); 7. cross lighting (pencahayaan melintang dengan menggunakan dua atau lebih lampu sehingga menghasilkan efek tiga dimensi). Dampak Suasana Gelap Bagi Manusia Menurut Hakim (2006), terdapat tiga dampak yang dapat muncul ketika suasana sekitar kita menjadi gelap, yaitu rasa takut, rasa tidak jelas, dan rasa menyeramkan. Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan ketakutan. Ketakutan pada suasana gelap lebih banyak disebabkan oleh faktor pengalaman dan kebiasaaan. Di daerah yang terbatas sumber cahaya penerangan, suasana gelap menjadi hal yang biasa. Perasaan takut timbul karena faktor pengalaman yang dialami manusia. Misalnya sejak kecil kita diberi gambaran bahwa suasana gelap itu identik dengan hantu sehingga bila berada pada suasana yang gelap kita akan teringat dengan hantu. Jika suasana gelap itu berada di luar (ruang terbuka) dengan skala ruangan yang besar, cenderung menimbulkan pemikiran negatif terhadap sebuah benda. Namun, jika kita telah terbiasa dan telah mengenal bendabenda tersebut dengan jelas, pemikiran negatif itu akan berkurang. Pada umumnya suasana gelap kurang memberikan suasana yang nyaman. Suasana gelap gulita membuat semua benda tidak mempunyai sinar pantulan untuk ditangkap oleh lensa mata sehingga benda menjadi tidak jelas. Perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat terjadi karena suasana yang gelap serta skala ruang yang luas dan langit-langit yang tinggi, contohnya makam. Makam memiliki suasana yang sepi, sinar yang terbatas, skala ruang yang terbuka dengan langit yang terbentang luas dan bentuk nisan. Karakter-karakter yang ada pada makam cenderung menyeramkan atau bila berada pada suatu bangunan berskala besar dengan cahaya penerangan yang terbatas, rasa menyeramkan cenderung muncul. Jadi, perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat ditimbulkan juga oleh faktor cahaya.
7
Sumber Cahaya Elemen utama dari pencahayaan artifisial adalah lampu yang berperan sebagai sumber cahaya. Tujuan dan efek pencahayaan yang berbeda sangat dipengaruhi oleh penggunaan tipe, spesifikasi, dan model lampu. Bola Lampu Menurut Moyer (1992), lampu dibagi menjadi dua kategori dasar, yaitu : filament dan discharge. Dalam kategori filament hanya terdapat satu jenis lampu yaitu incandescent (lampu pijar), sedangkan kategori discharge terdapat dua jenis yaitu high intensity discharge (HID) yang termasuk di dalamnya mercury vapor, metal halide, dan high and low pressure sodium serta low pressure discharge yang termasuk di dalamnya fluorescent, cold chatode, dan neon. Lampu Terdapat dua kategori utama pada lampu, yaitu lampu yang berfungsi untuk dekoratif dan yang menitikberatkan pada faktor fungsional (Moyer, 1992). Lampu yang berfungsi untuk dekoratif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. lanterns (adalah lampu tradisional yang memiliki bentuk beraneka ragam sesuai dengan jaman dan kebudayaan daerah); 2. bollards and path fixtures (lampu jenis ini adalah lampu dekoratif yang banyak digunakan pada jalur pejalan kaki sebagai orientasi, dengan desain visual yang sesuai dengan karakter kawasan); dan 3. post, wall-mounted, and hanging fixtures (lampu untuk dekorasi visual, tetapi jenis ini juga dapat memberikan orientasi, identifikasi, dan penerangan umum. Bentuk-bentuk dari lampu ini harus sesuai dengan karakter kawasan). Lampu yang menitikberatkan pada faktor fungsional idealnya tersembunyi dari penglihatan mata baik saat siang maupun malam hari. Apabila tidak dapat disembunyikan, faktor-faktor fisiknya (seperti bentuk, dan warnanya) harus disesuaikan dengan karakter kawasan sekitarnya. Lampu fungsional terbagi menjadi enam jenis, yaitu: ground-mounted adjustable fixture, hanging fixtures, surface-mounted fixtures, ground-recessed fixtures, underwater accent fixtures, underwater niche fixtures.
8
Lampu ground-mounted adjustable fixture adalah lampu sorot yang digunakan untuk menerangi struktur, objek, atau material tanaman pada taman. Ukurannya sangat variatif bergantung pada sumber cahaya yang digunakan. Lampu jenis ini memerlukan tambahan ruang yang cukup antara bola lampu dan lensa lampu apabila ingin ditambah dengan lensa-lensa asesoris. Lampu hanging fixtures digunakan dengan cara digantung pada objek. Lampu surface-mounted fixtures digunakan untuk keperluan pencahayaan umum, sebagai tambahan cahaya, atau sebagai aksen. Jenis ini dapat dipasang pada pohon, dinding, atau pagar. Lampu jenis ini memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Tingkat watt yang diperlukan meningkat bersama dengan pertambahan ketinggian lampu. Lampu ground-recessed fixtures ditanam di bawah permukaan lantai. Jenis ini banyak digunakan untuk menonjolkan objek pohon, sebagai aksen pada patung, untuk menerangi tembok dan pagar, serta menerangi rambu-rambu. Lampu underwater accent fixtures merupakan lampu yang dibuat tahan air dan digunakan untuk memberikan penerangan atau aksen pada kolam. Lampu underwater niche fixtures merupakan lampu yang digunakan untuk menerangi atau memberi aksen pada kolam, tetapi badan lampu tidak dibuat tahan air. Lampu jenis ini dipasang pada sebuah tempat transparan yang tahan air untuk menghindarinya terkena air.
Pemodelan Digital AutoCad adalah piranti lunak untuk keperluan gambar teknik dua dimensi (2D), sedangkan 3D Studio Max adalah piranti lunak untuk pemodelan dalam bentuk tiga dimensi (3D). Dalam proses produksi, secara tehnik dimulai dari gambar 2D yang berfungsi sebagai gambar kerja (panduan pelaksanaan) kemudian dibangun model tiga dimensinya. Model 3D berfungsi memudahkan untuk memahami bentuk yang akan dicapai karena model 3D dapat dilihat dari berbagai arah, bahkan dari dalam ruangan (Thabrani, 2007). Kemampuan 3D Studio Max selain membuat model 3D, juga dapat memberi material, pencahayaan serta membuat simulasi gerakan (animasi) sehingga model dapat dipresentasikan setara foto (Thabrani, 2007). Menurut Hendratman, H dan Robby (2008), 3D Studio Max merupakan piranti lunak
9
visualisasi (modeling dan animasi) tiga dimensi yang populer dan serbaguna. Hasil yang dibuat di 3D Studio Max sering digunakan di pertelevisian, media cetak, game, web, otomotif, fashion, desain furniture, desain interior, dan visualisasi desain arsitektur. Piranti lunak 3D Studio Max 2009 memiliki fasilitas simulasi cahaya yang disebut photometric light. Fasilitas ini dapat mensimulasikan kondisi pencahayaan yang sangat mendekati nyata melalui dua perhitungan algoritma. Algoritma yang pertama adalah local ilumination, algoritma ini menghitung dengan detil bagaimana sifat suatu permukaan objek ketika menerima cahaya. Algoritma yang kedua adalah global ilumination, algoritma ini menghitung dengan detil bagaimana proses transfer cahaya dalam suatu ruang. Kedua algoritma ini bekerja bersamaan menghasilkan simulasi pencahayaan yang alamiah (Autodesk, 2009).
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan sejak April 2009 hingga September 2009.
Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Peta Jawa Barat
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei, pemodelan, dan simulasi 3D. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan penelitian, survei pendahuluan, pemodelan 2D dengan AutoCad, survei lanjutan, analisis, sintesis, dan simulasi 3D dengan 3D Studio Max. Bagan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan Penelitian Tahap Persiapan penelitian mencakup penetapan tujuan, penyusunan rencana kerja, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang
11
diperlukan untuk memulai penelitian. Peta yang didapatkan melalui dinas pertamanan digunakan sebagai basemap awal, kemudian dilakukan validasi dengan citra satelit dan cek lapang. Survei Pendahuluan Pada survei pendahuluan dilakukan inventarisasi data-data umum dan titiktitik lampu pada siang hari, sekaligus verifikasi kondisi lapang dari peta yang didapatkan melalui dinas pertamanan. Peta dasar lokasi lampu didapatkan dari Dinas Pertamanan Kota bogor. Kemudian dilakukan verifikasi ulang titik-titik lampu dengan menggunakan GPS. Data titik-titik lampu hasil verifikasi dengan GPS disinkronkan dengan data dari Dinas Pertamanan. Kemudian dilakukan lagi verifikasi lapang terakhir untuk mendapatkan data yang paling tinggi presisinya. Dalam proses survei awal ditemukan 28 jenis lampu yang berbeda pada tapak. Kemudian lampu-lampu ini dikelompokkan menjadi 8 kelompok besar berdasarkan karakter fisik dan fungsinya. Berikut adalah pembagiannya: 1.
Kelompok 1, terdiri dari lampu-lampu jenis 1 sampai 6;
2.
Kelompok 2, terdiri dari lampu-lampu jenis 7 sampai 12;
3.
Kelompok 3, terdiri dari lampu-lampu jenis 13 dan 14;
4.
Kelompok 4, terdiri dari lampu-lampu jenis 15;
5.
Kelompok 5, terdiri dari lampu-lampu jenis 16 sampai 25;
6.
Kelompok 6, terdiri dari lampu-lampu jenis 26;
7.
Kelompok 7, terdiri dari lampu-lampu jenis 27;
8.
Kelompok 8, terdiri dari lampu-lampu jenis 28. Delapan kelompok besar itu dibahas lebih mendalam pada bagian “Hasil
dan Pembahasan”. Selain data-data mengenai lampu, pada tahap survei pendahuluan juga dilakukan pengumpulan data mengenai aspek biofisik, aspek legal, dan aspek sosial yang terdapat pada tapak. Aspek biofisik mencakup data-data mengenai kondisi umum jalan, iklim, landuse (tata guna lahan), vegetasi dan satwa, dan kualitas visual. Aspek legal mencakup data-data mengenai peraturan yang berhubungan dengan pencahayaan dan arah kebijakan pengembangan kawasan Kota Bogor. Aspek sosial mengenai data aktivitas sosial yang terjadi pada tapak. Rincian data dan keterangan lainnya dari aspek biofisik, aspek legal, dan aspek sosial dapat dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Jenis, Bentuk, Tipe, Cara Pengambilan, dan Sumber Data Data Aspek Bentuk
Kondisi umum jalan
Status jalan, fungsi jalan, panjang, lebar, dan kondisikondisi fisik jalan
Lapang Primer dan Survei, data dan data sekunder instansi terkait. instansi
Iklim
Curah hujan, suhu udara kelembaban relatif udara, dan hari hujan
Lapang Primer dan Survei, data dan data sekunder instansi terkait. instansi
Landuse
Pola penggunaan lahan
Lapang Primer dan Survei, data dan sekunder instansi terkait. instansi terkait
Vegetasi, satwa
Jenis dan persebarannya
Primer dan Survei, dan Lapang sekunder studi pustaka.
Kualitas visual
Good view dan bad view
Biofisik
Peraturan
Tipe
Cara Sumber Pengambilan
Jenis
Primer
Survei, dan Lapang studi pustaka.
Peraturan daerah yang berkaitan Primer dan Survei, dan Bappeda dengan pencahayaan sekunder studi pustaka.
Legal
Sosial
Kebijakan
Keterangan mengenai arah pengembangan kawasan
Aktivitas sosial
Kalangan pengguna jalan dan waktu penggunaan
Primer dan Survei, dan sekunder studi pustaka.
Lapang dan Bappeda
Primer dan sekunder
Lapang
Survei
Pembuatan Peta Dasar (2D) dengan AutoCad Setelah mendapatkan data tapak yang memadai pada siang hari, selanjutkan adalah membuat 2D tapak dengan menggunakan piranti Autocad. Piranti ini dipilih karena kemudahan dalam penggunaannya serta memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi. Peta dasar dibuat dengan menggunakan peta dari
13
Dinas Pertamanan sebagai acuan dasar kemudian di-overlay dengan peta IKONOS untuk mendapatkan gambaran ruang yang lebih jelas. Survei Lanjutan Setelah peta dasar 2D terbangun, dilakukan survei lanjutan sebagai validasi akhir sekaligus melengkapi data-data yang masih belum lengkap. Pada survei ini dilakukan inventarisasi data pencahayaan lampu (jenis lampu, dan karakter pencahayaan lainnya). Survei lanjutan ini dilakukan pada siang hari dengan berjalan kaki mengelilingi tapak dan pada malam hari dengan menggunakan sepeda motor. Analisis Data-data umum dan pemodelan digital saling disinkronkan. Hasil sinkronisasi digunakan untuk tahap analisis. Pada tahap ini dianalisis: 1.
kondisi tapak secara umum;
2.
kelompok-kelompok lampu yang ada pada tapak;
3.
persebaran kelompok-kelompok lampu pada tapak;
4.
kondisi umum penerangan pada tapak;
5.
daerah terang dan gelap pada tapak dan;
6.
potensi dan kendala yang ada pada tapak.
Sintesis Setelah analisis, dihasilkan suatu bentuk hasil analisis berupa solusi-solusi dari penyelesaian masalah dan peningkatan potensi yang ditemukan pada tapak. Dari hasil tersebut disusun sintesis yang berupa rekomendasi konsep pencahayaan yang lebih baik. Simulasi 3D dengan 3D Studio Max Untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam, konsep yang direkomendasikan divisualisasikan berupa simulasi tiga dimensi. Dengan bantuan piranti lunak 3D Studio Max. Simulasi 3D akan memperlihatkan ilustrasi lebih dalam mengenai penerapan konsep pencahayaan yang direkomendasikan.
14
INVENTARISASI Jalan Lingkar Kebun Raya
Kondisi Tapak : 1. Kondisi Umum Jalan 2. Iklim 3. Landuse 4. Vegetasi 5. dan Satwa 6. Kualitas Visual 7. Lampu
Aspek Legal
Kondisi Sosial
1. Peraturan 2. Kebijakan
1. Aktifitas Sosial
INPUT
ANALISIS 1. Karakter-karakter pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 2. Potensi- potensi pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 3. Kendala-kendala pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor PROSES
SINTESIS Konsep pencahayaan lanskap yang dapat memenuhi seluruh tuntutan dan kebutuhan pencahayaan dengan baik dengan menjaga serta memperkuat karakter kawasan
OUTPUT Gambar 3. Tahapan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Tapak penelitian merupakan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan batas di sebelah utara Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat Kelurahan Paledang; sebelah selatan Babakan pasar dan gudang; sebelah timur Kelurahan Tegalega dan Babakan. Jalan Lingkar Kebun Raya sendiri terbagi menjadi empat jalan besar, yaitu Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata (Ottista). Keempat jalan ini memiliki karakter fisik dan kondisi yang berbeda (spasial batas jalan dapat dilihat pada Gambar 4). Tabel 2 menunjukan tabel karakteristik fisik tiap jalan.
Tabel 2. Kondisi Umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No
Kondisi Umum
Jl. Juanda
1
Status
2
Fungsi
Provinsi Kolektor Primer 1,73 km 16 m 12 m Aspal Baik 1,5 m 1,5 m Bt+Ub Bt+Ub Baik Baik 0,5 m 0,5 m Tt Tt Sedang Sedang
3 4 5
Panjang DAMIJA Lebar Jalur Lalu L. Jenis Perkerasan Kondisi Lebar
6
Trotoar
Jenis Kondisi Lebar
7
Saluran
Jenis Kondisi
Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka
Jl. Jalak Harupat Provinsi Kolektor Primer 0,95 km 13 m 8m Aspal Baik 1,2 m 1,3 m Bt+Ub Bt+Ub Sedang Sedang 1m 1m Tb Tb Sedang Sedang
Jl. Pajajaran Nasional Arteri Sekunder 0,4 km 40 m 20 m Aspal Sedang 3m 3m Bt+Ub Bt+Ub Sedang Sedang 1m 1m Tb Tb Buruk Sedang
Keterangan: Ki: Kiri Ka: Kanan Bt+Ub: Beton+Ubin Tb: Terbuka Tt: Tertutup. (Sumber: BAPPEDA Tahun 2005 dan Pengamatan Lapang 2009).
Jl. Ottista Provinsi Kolektor Primer 0,8 km 15 m 9m Aspal Sedang 1,5 m 1,5 m Bt+Ub Bt+Ub Buruk Buruk 1m Tt Tt Buruk Sedang
16
Jalan Juanda pada tapak ini (Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor), terbentang sepanjang 1,73 km mulai dari depan kantor polisi militer (berbatasan dengan Jalan Jalak Harupat dan Jalan Jendral Sudirman) hingga depan Pasar Bogor (berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Surya Kencana). Jalan ini merupakan jalan yang terpanjang mengitari tapak. Memiliki status sebagai jalan provinsi dan memiliki memiliki fungsi sebagai jalan kolektor primer. Jalan ini memiliki kondisi fisik jalan yang relatif baik. Jalan Jalak Harupat berbatasan dengan Jalan Juanda di depan kantor polisi militer dan dengan Jalan Pajajaran di depan rumah walikota bogor. Jalan ini pada tapak terbentang sepanjang 0,95 Km. Memiliki status jalan sebagai jalan provinsi dan berfungsi sebagai jalan kolektor primer. Jalan ini memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja, tidak baik tetapi juga tidak buruk. Jalan Pajajaran merupakan jalan nasional dengan fungasi jalan sebagai jalan arteri sekunder. Jalan ini pada tapak terbentang sepanjang 0,4 Km serta berbatas dengan Jalak Harupat di depan rumah walikota bogor dan Jalan Otto Iskandardinata di depan tugu kujang. Memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja, tetapi kondisi saluran drainasenya buruk. Jalan Otto Iskandardinata membentang sepanjang 0,8 Km pada tapak. Jalan ini berbatasan dengan Jalan Pajajaran di depan Tugu Kujang dan berbatasan dengan Jalan Juanda di depan Pasar Bogor. Memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja. Kondisi trotoar dan saluran drainase pada jalan ini relatif buruk. Jalan dengan status sebagai jalan provinsi dan nasional memiliki peran yang sangat penting bagi kesatuan sistem sirkulasi nasional. Jalan ini juga memiliki intensitas penggunaan yang tinggi karena letaknya yang strategis. Jalan dengan karakter seperti itu harus memiliki kondisi fisik yang baik serta penerangan yang cukup (karena digunakan juga pada malam hari). Dengan penerangan yang baik, tidak hanya faktor keselamatan tetapi juga berbagai tuntutan disepanjang jalan dapat dipenuhi. Tuntutan akan keamanan dari tindak kriminal, promosi, memunculkan identitas kawasan, hiburan, serta orientasi terutama saat dalam kondisi cuaca yang buruk. Saat kondisi cuaca buruk, hambatan bagi para pegguna jalan akan meningkat. Untuk tetap mempertahankan tingkat keselamatan, maka kondisi iklim harus diperhatikan dengan serius.
17
18
Iklim Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan, hal tersebut menggambarkan kondisi iklim lokal Bogor secara keseluruhan. Kondisi iklim tersebut dapat dilihat secara numerik pada Tabel 3:
Tabel 3. Kondisi Iklim Kota Bogor Tahun 2008 Bulan
Suhu Udara (°C)
HH
RH (%)
CH (mm)
23,1 22,3 22,4 22,4 22,4 22,2 21,3 21,9 22,2 21,1 20,2 19,8
16 16 25 22 17 13 8 13 15 18 20 25
80,7 87 83,7 80,7 75,3 75,7 71 77,7 71,3 77 78 81
339 324 653 506 222 128 78 151 474 334 543 300
21,8
17
78,3
337,7
Maksimum
Minimum
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
30,7 28,2 30,4 30,8 31,7 31,5 32,2 31,4 32,3 31,8 30,9 29,9
Rata-rata
31
Pada kolom curah hujan dapat terlihat bahwa curah hujan Kota Bogor ratarata pada bulan Maret tahun 2008 dapat mencapai 653 mm. Sedangkan hari hujan selama tahun 2008 mencapai 207 hari, artinya lebih dari setengah tahun hujan turun. Lokasi dengan curah hujan seperti ini memerlukan pencahayaan yang baik. Hujan dapat mengganggu tingkat visual terutama pada malam hari. Tingkat visual yang rendah dapat meningkatkan resiko kecelakaan secara drastis bagi para pengguna jalan. Untuk mengurangi resiko tersebut diperlukan alat bantu yang dapat meningkatkan tingkat visual dan memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Alat bantu tersebut dapat menggunakan lampu jalan Lampu jalan merupakan instrumen yang kuat untuk meningkatkan tingkat visual sekaligus memberikan orientasi yang jelas dalam kondisi dengan batas visual yang rendah. Lampu dengan fungsi orientasi dapat memberikan orientasi baik bagi pengendara kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
19
Lampu yang dapat diidentifikasikan dengan pasti lokasinya pada saat hujan lebat, dapat memberikan orientasi dan membangun mental map bagi pengguna jalan. Untuk memperkuat daya orientasi maka lampu disusun dengan jarak yang sama dan mengikuti bentuk dari jalan sehingga dapat mengarahkan. Warna cahaya juga dipilih yang kontras dengan warna putih hujan. Karakter umum tapak juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan lahan. Perbedaan penggunaan lahan akan menghasilkan perbedaaan karakter umum tapak yang berakibat pada perbedaan karakter pencahayaan tapak. Landuse Pusat dari jalan lingkar ini adalah Kebun Raya dan Istana Bogor, keduannya adalah elemen penting bagi kota Bogor. Kebun Raya berfungsi sebagai hutan kota sekaligus sebagai pusat dari hirarki tanaman-tanaman kota yang ada di kota Bogor (BAPPEDA 2005). Beraneka ragam binatang berhabitat di Kebun Raya Bogor. Pencahayaan dalam Kebun Raya dijaga agar seminin mungkin sehingga aktifitas binatang malam yang berhabitat di dalamnya tidak terganggu. Tingkat pencahayaan ini memberikan kesan gelap bagi daerah disekitarnya, aktifitas kendaraan dan pejalan kaki tercukupi oleh adanya lampu jalan. Istana Bogor merupakan pusat sekaligus landmark Kota Bogor. Saat ini Istana Bogor menjadi objek wisata bagi wisatawan dalam maupun luar negeri (Gambar 5). Pencahayaan di dalam kawasan ini cukup memadai. Beberapa jenis lampu tanaman dan ornamental terlihat menghiasi kawasan ini.
Kijang di Istana Bogor
Wisatawan KRB
Gambar 5. Potensi Wisata Kota Bogor
20
Gedung-gedung pemerintahan dan pusat-pusat aktifitas melingkari jalan lingkar ini. Terdapat gedung Balai Kota Bogor, DPRD Bogor, sekolah, gereja, pasar bogor, kampus IPB, pertokoan, lapangan sempur, mall, serta tugu kujang yang juga berperan sebagai landmark kota Bogor. Selain itu jalan lingkar ini juga berhubungan dengan berbagai jalan besar utama kota Bogor. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai pusat aktifitas sekaligus pusat pemerintahan bagi kota Bogor. Secara formal landuse pada kawasan jalan lingkar Kebun Raya Bogor dibagi menjadi lima kategori yaitu : pemukiman, perkantoran, wisata ilmiah dan ruang terbuka, jasa dan perdagangan, serta pendidikan (BAPPEDA, 2000). Kawasan perkantoran mencakup kawasan pemerintahan, perbankan, militer, dan kesehatan. Sedangkan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor masuk dalam kawasan wisata ilmiah dan ruang terbuka. Kawasan sekitar Bogor Trade Mall, Pasar Bogor, dan Pangrango Plaza masuk dalam kawasan jasa dan perdagangan. Bentuk spasial dari lima kategori ini dapat dilihat pada gambar 4. Pada malam hari terdapat pasar malam di kawasan pasar bogor. Aktifitas dan sirkulasi pada tapak ini juga tetap hidup hingga pagi. Oleh karena itu aspek pencahayaan merupakan elemen yang penting di jalan lingkar ini. Berkaitan dengan Kebun Raya sebagai pusat Jalan Lingkar, maka faktor vegetasi dan satwa pentung dikaji untuk lebih memahami karakter tapak. Vegetasi dan Satwa Jalan lingkar Kebun Raya didominasi oleh pohon tinggi berkanopi lebar, seperti beringin dan kenari. Pohon-pohon ini memiliki arsitektur tajuk yang sesuai untuk kanopi jalan. Secara umum pohon-pohon pada jalan lingkar ini memiliki usia yang sudah sangat tua sehingga relatif rapuh. Pohon Kenari merupakan ciri khas jalan lingkar ini sehingga banyak ditemukan binatang tupai. Selain itu banyak juga binatang rusa pada kawasan Istana Bogor. Pada malam hari ditemukan burung hantu dan kelelawar yang berasal dari Kebun Raya. Tidak ditemukan adanya binatang liar pada jalur sirkulasi yang dapat memberikan ancaman bagi para pengguna jalan. Pohonpohon yang ada pada tapak adalah jenis-pohon dengan kanopi yang lebar. Kanopi yang lebar menghasilkan kondisi gelap yang menuntut tapak untuk memiliki pencahayaan yang baik.
21
Keberadaan vegetasi dan satwa dapat meningkatkan kualitas ekologi sekaligus meningkatkan kualitas visual pada tapak. Namun masih banyak faktorfaktor lainnya yang mempengaruhi kualitas visual kawasan secara keseluruhan. Kualitas visual dikaji lebih mendalam untuk mendapatkan gambaran karakter umum tapak yang lebih jelas. Kualitas Visual Secara umum kualitas visual dapat dikategorikan menjadi kualitas visual yang baik (good view) dan kualitas visual yang buruk (bad view). Beberapa lokasi dengan kualitas visual yang baik sudah memiliki penerangan yang cukup baik sehingga pada malam hari kualitas visualnya muncul, namun banyak juga ditemukan lampu-lampu taman dan lampu ornamental yang tidak beroperasi sehingga mengurangi kualitas visual dan menurunkan karakternya. Seperti lampulampu up light pada tugu kujang dan lampu pada traffic island depan Pangrago Plaza yang tidak beroperasi. Gambar 6 menunjukan lampu Tugu Kujang yang tidak beroperasi, hal ini menyebabkan nilai Tugu Kujang sebagai identitas kawasan berkurang dengan drastis atau bahkan hilang. Jumlah lampu yang berfungsi untuk identitas pada Tugu Kujang sudah mencukupi, namun tidak diikuti dengan pengoperasian yang baik. Tugu Kujang penting sebagai orientasi pengguna jalan.
Lampu Sorot Atas
Lampu Sorot Bawah
Gambar 6. Lampu Tugu Kujang yang Tidak Beroperasi
Kualitas visual yang buruk banyak ditemukan di kawasan sekitar Pasar Bogor karena banyak sampah yang berserakan. Objek-objek yang rusak, TPS
22
(Gambar 7), dan papan-papan petunjuk yang rusak merupakan kualitas visual yang buruk. Selain itu terdapat juga elemen-elemen yang dapat menurunkan kualitas visual seperti, kabel-kabel telfon, kabel-kabel listrik, leaflet-leaflet yang ditempel pada lampu jalan, banner serta media informasi lainnya yang tidak pada tempatnya (Gambar 8).
Kawasan Pasar Bogor
Tempat Pembuangan Sampah
Gambar 7. Bad View Kawasan
Elemen-elemen yang dapat merusak kualitas visual kawasan dapat disembunyikan dalam bayangan atau tidak diberikan cahaya sama sekali. Untuk lembar-lembar informasi yang tidak pada tempatnya dapat dilakukan sanksi tegas. tegas karena telah menyalahi peraturan dan kebijakan kawasan.
Banner Liar
Leaflet Liar
Gambar 8. Bad View Objek
23
Aspek Legal Peraturan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2006 tentang ketertiban umum telah diatur peraturan-peraturan untuk menertibkan dan menjaga fasilitas-fasilitas umum seperti lampu umum. Berikut adalah beberapa pasal dan butir yang erat kaitannya dengan topik pembahasan : 1. Pasal 5 butir 1, yang berisi : setiap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan wajib menggunakan sarana jembatan orang,
marka penyeberangan (zebra
cross) dan atau terowongan (under pass). 2. Pasal 6 butir 8, yang berisi : dilarang menempelkan selebaran, poster, slogan, pamflet, kain bendera atau kain bergambar, spanduk dan yang sejenisnya pada pohon, rambu-rambu lalulintas, lampu-lampu penerangan jalan, taman-taman rekreasi, telepon umum, dan pipa-pipa air kecuali di tempat yang telah diizinkan oleh Walikota. 3. Pasal 26 butir 1, yang berisi : setiap orang yang melanggar peraturan daerah dapat dikenakan sanksi administrasi. 4. Pasal 26 butir 2, yang berisi : sanksi administrasi dapat berupa pencabutan izin, denda, atau sanksi polisional. Sarana penyeberangan (zebra cross) merupakan sarana
umum yang
rawan akan kecelakaan. Sarana yang rawan bagi keselamatan harus diberi pencahayaan yang terang sehingga zebra cross dapat terlihat dari jarak yang cukup jauh, penggunaan bahan yang dapat memantulkan cahaya juga dapat diterapkan pada kawasan ini. Penggunaan pencahayaan yang dinamis (memiliki ritme menyala dan mati) juga dapat menarik perhatian oleh karena itu penggunaannya harus benar, terutama untuk kawasan jalan. Pertimbangan kondisi jalanan dan kecepatan kendaraan rata-rata harus diperhitungkan. Pencahayaan dinamis dapat digunakan untuk memecahkan kemonotonan pada pencahayaan jalan serta berperan sebagai focal point pada lampu jalan yang relatif seragam. Kawasan terowongan yang berada di depan Kampus IPB Baranangsiang tidak memiliki penerangan sama sekali. Pada kawasan ini lampu jalan tidak beroperasi sehingga sangat gelap dan menjadikan kawasan ini sangat rawan serta tidak nyaman. Terowongan memiliki potensi yang besar karena memberikan
24
sensasi yang berbeda dengan menyeberang di zebra cross serta memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi. Pencahayaan yang cukup sangat penting pada terowongan penyeberangan karena adanya tangga (tingkat keselamatan rendah). Selain itu, terowongan merupakan akses tertutup dua arah keluar-masuk sehingga rawan terjadi kriminalitas (tingkat keamanan rendah).
Akibat Vandalisme
Antisipasi Vandalisme
Gambar 9. Vandalisme pada Lampu
Pada tiang-tiang listrik dan lampu umum banyak ditemukan tempelan selembaran yang bersifat liar sehingga kualitas dan karakter estetikanya menurun. Lebih jauh lagi banyak lampu-lampu umum yang rusak karena vandalisme (Gambar 9) atau kegiatan penjarahan . Aktivitas-aktivitas yang menyalahi aturan ini mengurangi tingkat operasional serta estetika kawasan dan harus ditertibkan dengan menjerat oknum-oknumnya dengan sanksi administratif pada pasal 26. Kebijakan Sistem pertamanan kota pada kawasan Bogor Tengah dan kawasan Bogor Timur memusat pada Kebun Raya Bogor sebagai hutan kota (BAPPEDA, 2005). Hal ini mendorong tingkat penghijauan yang tinggi pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Banyaknya pohon yang besar dan lebat memberikan bayangan kanopi yang merata sehingga menciptakan suasana yang sejuk dan penahan dari sorotan matahari tetapi relatif gelap (Gambar 10). Pada siang hari pencahayaan di bawah kanopi menjadi nyaman, sedangkan pada malam hari sangat kurang sekali sehingga pencahayaan sangat diperlukan.
25
Kanopi Pada Jalan Raya
Kanopi Pada Pedestrian
Gambar 10. Bayangan Kanopi
Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Tahun 1999-2009), fungsi Kota Bogor adalah: 1. sebagai kota perdagangan 2. sebagai kota industri 3. sebagai kota permukiman 4. wisata ilmiah 5. kota pendidikan Bogor dalam konteks regional, bagi satu kesatuan wilayah adalah : 1. Kota Bogor dalam konteks Kabupaten Bogor sebagai pusat pengembangan di Wilayah VII yang melayani areal Kota Bogor dan areal sekitar Kota Bogor. 2. Kota Bogor dalam konteks Jabodetabek merupakan kota yang diarahkan untuk menampung 1,5 juta jiwa pada tahun 2009. 3. Kota Bogor dalam konteks Negara merupakan kota yang menampung kegiatan yang jenuh di ibukota. (BAPPEDA, 2005). Kota Bogor memiliki lima fungsi berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000, untuk tahun 1999-2009. Arah kebijakan Rencana Tata Ruang tahun selanjutnya merupakan pengembangan dari Perda tersebut dengan lebih menekankan pada butir satu dan butir empat, yaitu sebagai kota wisata dan jasa (BAPPEDA, 2009), hal ini diperkuat oleh konteks regional Bogor yang menampung kegiatan jenuh di ibukota. Kota wisata dan jasa menuntut kota untuk tetap operasional selama 24 jam terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki objek wisata dan pusat jasa.
26
Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor merupakan dua objek wisata besar di regional Bogor. Wilayah Pasar Bogor merupakan pusat jasa dan perdagangan di pusat Bogor. Wilayah objek wisata dan pusat jasa ini harus memiliki pencahayaan yang fungsional sekaligus estetis agar dapat memberikan kesan yang nyaman dan aman bagi para wisatawan yang datang. Saat ini di jalan Lingkar Kebun Raya Bogor pada malam hari banyak ditemukan kawasan gelap yang diciptakan oleh lampu-lampu yang tidak dioperasikan pada kawasan (Gambar 11). Perasaan yang tidak nyaman muncul ketika
melewati
kawasan
gelap
(Hakim,
2006).
Untuk
menyelesaikan
permasalahan itu, lampu yang ada perlu diperbaiki dan dioperasikan lagi serta ditambahkan lampu-lampu ornamental untuk meningkatkan nilai estetisnya. Penyelesaian ini penting dilakukan dengan mempertimbangkan juga aspek sosial.
Terowongan Penyeberangan
Pintu Masuk KRB
Gambar 11. Kawasan Lampu yang Tidak Beroperasi
Aspek Sosial Berdasarkan survei yang dilakukan selama bulan September 2009, jalan lingkar Kebun Raya Bogor secara umum ramai mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 24.00. Pukul 24.00 sampai pukul 06.00 pagi relatif sepi namun mobil angkot jurusan Bubulak-Baranangsiang (bernomor 03), motor, mobil pribadi, dan pengguna pedestrian masih banyak ditemukan. Pengguna jalan pada pagi pukul 06.00 sampai malam pukul 20.00 merata mulai dari anak-anak (SD hingga SMP), remaja (SMA), mahasiswa (lulusan SMA
27
hingga kira-kira umur 25), orang dewasa (umur 25 tahun ke atas) baik pria maupun wanita (gambar 12). Pukul 20.00 sampai pukul 24.00 pengguna anakanak dan remaja berkurang dengan drastis. Pukul 24.00 hingga pukul 06.00 hanya ditemukan pengguna jalan dari kalangan mahasiswa pria dan orang dewasa pria.
Pasar Malam
Pengguna Jalan Gambar 12. Aktivitas Sosial
Beberapa warung pinggir jalan yang berada dikawasan tugu kujang buka hingga 24 jam. Pada kawasan Pasar Bogor digelar pasar malam mulai dari pukul 24.00 hingga pukul 05.00, kawasan ini ramai dengan pedagang dan pengangkut sayuran. Pasar malam mengambil setengah area jalan kendaraan bermotor sebagai kawasan berjualannya. Optimalisasi potensi pencahayaan perlu dilakukan karena jalan lingkar Kebun Raya Bogor terus hidup selama 24 jam setiap harinya. Optimalisasi dapat dilakukan
dengan
membetulkan
lampu-lampu
umum
yang
rusak
dan
mengoperasikannya. Segmen pedestrian yang gelap dihindari oleh para pejalan kaki, hal ini harus ditanggulangi dengan optimalisasi pencahayaan dan melalui rekomendasi pencahayaan yang lebih baik. Selain aspek-aspek yang telah dibahas diatas, terdapat juga elemen penting yang sangat mempengaruhi karakter pancahayaan pada Jalan lingkar Kebun Raya Bogor. Elemen tersebut adalah lampu. Lampu memberikan kontribusi pencahayaan terbesar pada malam hari, oleh karena itu lampu menjadi salah satu kajian yang penting dalam mengkaji karakter pencahayaan tapak. Lampu-lampu yang ada pada tapak dapat dikelompokan menjadi kelompok-kelompok besar.
28
Kelompok-Kelompok Lampu Pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdapat 28 jenis lampu, masingmasing dengan karakter dan fungsi yang berbeda-beda (jenis-jenis lampu dapat dilihat pada Lampiran 1). Berdasarkan kemiripan fisik dan fungsinya, jenis-jenis lampu ini dapat dikelompokan menjadi delapan kelompok besar. Kelompok satu memiliki ketinggian 5 sampai 8 meter. Lampu-lampu pada kelompok ini memiliki warna cahaya oranye dan intensitas cahaya yang tinggi. Kelompok pertama ini berfungsi khusus untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pengguna jalan karena dapat menerangi seluruh bagian jalan. Lampu-lampu pada kelompok satu disusun dengan jarak yang sama mengikuti bentuk jalan sehingga memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Pada kelompok 1 terdapat lampu jalan yang merupakan modifikasi dari tiang listrik. Kondisi tiang listrik dengan kabel-kabel yang tidak beraturan menurunkan kualitas estetis. Posisi lampu yang dekat dengan kabel memperkuat penurunan kualitas estetiknya dan berakibat pada penurunan kualitas estetik kawasan. Kelompok 1 tidak memiliki lampu yang berfungsi untuk promosi, identitas (ID), maupun hiburan. Jumlah keseluruhan lampu-lampu yang masuk dalam kelompok 1 sebanyak 139 buah lampu. Kelompok dua adalah lampu-lampu yang memiliki ketinggian 3 sampai 5 meter. Intensitas cahayanya tidak setinggi lampu pada kelompok satu. Kelompok ini miliki fungsi khusus untuk menerangi pedestrian dan taman. Sama seperti kelompok pertama, lampu-lampu pada kelompok kedua dapat meningkatkan keselamatan, keamanan, serta memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Tidak ada lampu yang berfungsi untuk promosi, identitas, dan promosi dalam kelompok kedua. Jumlah lampu yang masuk pada kelompok ini adalah 100 buah lampu. Kelompok tiga adalah kelompok lampu sorot tinggi yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dan intensitas cahaya yang tinggi (lebih tinggi dari kelompok pertama). Berfungsi memberikan tambahan cahaya pada bagian jalan yang rawan (seperti persimpangan) dan penerangan utama pada kawasan yang luas (kompleks mall). Jumlah lampu yang masuk dalam kelompok 3 relatif sedikit dibandingkan 2 kelompok sebelumnya, yaitu 7 buah lampu.
29
Kelompok empat merupakan lampu estetis yang memiliki bentuk dan tinggi yang beraneka ragam. Lampu jenis ini memiliki warna cahaya dan intensitas cahaya yang berubah-rubah (terang-redup). Jumlah lampu pada kelompok ini sangat sedikit, yaitu 3 buah lampu. Lampu-lampu pada kelompok ini dapat ditemukan di pertigaan Tugu Kujang (menuju ke Pangrango Plaza), pertigaan menuju Jembatan Merah (di sebelah SMUN 1 Bogor), dan depan kantor polisi militer (PM). Fungsi lampu-lampu pada kelompok ini hanya untuk hiburan, tetapi keberadaanya sangat penting untuk memecahkan kemonotonan jalan. Kelompok lima adalah lampu–lampu yang memiliki fungsi utama sebagai penerangan bangunan dan taman. Kelompok 5 memiliki ketinggian maksimal tiga meter. Umumnya lampu pada kelompok ini dikelola oleh masing-masing pemilik bangunan kecuali lampu-lampu yang berada pada traffic island. Jumlah lampu yang masuk pada kelompok 5 adalah 59 buah lampu. Kelompok enam merupakan lampu pijar yang hanya ditemukan pada aktivitas pasar malam di kawasan Pasar Bogor. Memiliki warna lampu kuning yang khas. Intensitasnya rendah sehingga hanya cukup untuk menerangi satu lapak penjualan saja. Setiap penjual menggunakan satu lampu jenis ini untuk setiap lapak berjualannya, sehingga kawasan pasar malam terlihat seperti lautan cahaya pada kejauhan. fungsi utamanya untuk meningkatkan keamanan proses jual beli dagangan. Lampu yang masuk kelompok ini sekitar 80 buah lampu. Kelompok tujuh merupakan lampu sorot kecil yang memiliki intensitas cahaya rendah. Lampu-lampu pada kelompok ini berfungsi untuk menonjolkan objek pada malam hari. Lampu-lampu pada kelompok ini mayoritas digunakan sebagai pencahayaan untuk reklame (promosi). Tetapi lampu jenis ini juga digunakan sebagai identitas pada tugu kujang. Jumlah lampu yang masuk dalam kelompok ini adalah 23 buah lampu, dengan 15 buah lampu berfungsi untuk promosi dan 8 buah lampu berfungsi untuk identitas. Kelompok delapan merupakan reklame neon. Kelompok ini memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Fungsi utama kelompok 8 adalah untuk promosi dengan beragam warna yang menarik. Intensitas cahayanya relatif rendah dan statis. Umumnya lampu jenis ini ditemukan pada bagian depan gedung-
30
gedung komersil (sebagai signage), tetapi ada juga yang ditemukan pada traffic island. Jumlah lampu yang masuk dalam kelompok ini adalah 17 buah lampu. Perbandingan jumlah fungsi lampu tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4. Jumlah lampu yang berfungsi sebagai penerangan memiliki jumlah terbanyak (306 buah) , kemudian keamanan (296 buah), keselamatan (246 buah), orientasi (239 buah), promosi (32 buah), identitas (8 buah), dan hiburan (3 buah).
Tabel 4. Jumlah dan Fungsi Seluruh Kelompok Lampu. Ket.
Keselamatan
Keamanan
Orientasi
Promosi
ID
Penerangan
Hiburan
Kel. 1
139
139
139
0
0
139
0
Kel. 2
100
100
100
0
0
100
0
Kel. 3
7
7
0
0
0
7
0
Kel. 4
0
0
0
0
0
0
3
Kel. 5
0
59
0
0
0
59
0
Kel. 6
0
80
0
0
0
80
0
Kel. 7
0
0
0
15
8
0
0
Kel. 8
0
0
0
17
0
0
0
246
385
239
32
8
385
3
Jumlah
Lampu-lampu ini tersebar pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang terbentuk dari 4 jalan besar. Keberadaan lampu-lampu ini pada 4 jalan besar penting untuk dikaji lebih lanjut.
Persebaran Jenis-Jenis Lampu Secara umum lampu-lampu dapat dibedakan menjadi lampu penerangan jalan umum dan bukan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum adalah lampu-lampu yang berfungsi untuk menerangi jalan (keselamatan, keamanan, orientasi, dan penerangan sekitar). Lampu bukan penerangan sjalan umum adalah lampu yang memiliki fungsi lainnya. Berdasarkan persebaran spasial klasifikasi umum (Gambar 13) jumlah lampu penerangan jalan umum telah memadai, tetapi bagaimana dengan pemenuhan fungsional dan keragamannya pada setiap jalan besar. Spasial persebaran kelompok lampu secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 14 dan spasial persebaran kelompok dalam segmen dapat dilihat pada Lampiran 2.
31
32
33
Empat jalan besar yang membentuk Jalan Lingkar Kebun Raya adalah Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata. Pada 4 jalan besar itu tersebar 8 kelompok lampu. Perbedaan jumlah lampu dan keragaman kelompok pada tiap jalan mengakibatkan perbedaan pemenuhan fungsional pada tiap jalan. Grafik yang menggambarkan tingkat keragaman dan jumlah lampu pada tiap jalan besar dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tingkat Keragaman dan Jumlah Lampu Tiap Jalan.
Persebaran Lampu Pada Jalan Juanda Jalan Juanda merupakan jalan yang memiliki jumlah (147 buah lampu) dan tingkat keragaman yang paling besar (8 kelompok lampu). Jalan Juanda memiliki lampu yang memenuhi seluruh kebutuhan pencahayaan secara umum namun dengan jumlah lampu yang berbeda-beda. Jumlah lampu yang memenuhi kebutuhan keamanan dan penerangan paling tinggi dengan jumlah 139 buah lampu, kemudian keselamatan (106 buah lampu), dan orientasi (103 buah lampu). Jauh dibandingkan 4 fungsi sebelumnya adalah pemenuhan kebutuhan promosi (11 buah lampu), identitas (3 buah lampu), dan hiburan (1 buah lampu). Persebaran Lampu Pada Jalan Jalak Harupat Jalan Jalak Harupat menempati urutan tiga dalam jumlah lampu (sebanyak 62 buah lampu), namun menempati urutan terakhir dalam keragaman (3 kelompok
34
lampu). Tidak semua kebutuhan pencahayaan secara umum dipenuhi pada Jalan Jalak Harupat. Fungsi promosi dan identitas tidak ditemukan pada jalan ini. Fungsi hiburan ditemukan dalam jumlah yang rendah. Sedangkan fungsi keselamatan, kemanan, dan penerangan sekitar ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak (61 buah lampu). Persebaran Lampu Pada Jalan Pajajaran Jalan Pajajaran memiliki jumlah dan keragaman kedua terbanyak setelah Jalan Juanda, dengan 92 buah lampu dan 7 kelompok lampu di sepanjang jalannya (yang masuk dalam tapak penelitian). Jalan Pajajaran memiliki seluruh fungsi pencahayaan berdasarkan tujuh kebutuhan dasar pencahayaan pada malam hari. Kebutuhan akan penerangan kawasan sekitar dipenuhi oleh jumlah lampu yang terbanyak (69 buah lampu). Kemudian keamanan (dengan 64 buah lampu), keselamatan (dengan 46 buah lampu), orientasi (dengan 42 buah lampu), promosi (dengan 17 buah lampu), identitas (dengan 5 buah lampu), dan yang terakhir adalah hiburan (dengan 1 buah lampu). Persebaran Lampu Pada Jalan Otto Iskandardinata Jalan Ottista memiliki jumlah lampu yang paling sedikit (47 buah lampu) namun keragamannya lebih tinggi daripada Jalan Jalak Harupat. Keragaman lampu pada Jalan Ottista adalah 6 kelompok lampu. Jalan Ottista tidak memiliki lampu yang berfungsi sebagai identitas dan hiburan. Lampu yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan dan penerangan memiliki jumlah paling banyak (masing-masing 43 buah lampu). Kemudian keselamatan dan orientasi (masingmasing 40 buah lampu), dan yang terahir adalah promosi (4 buah lampu). Tabulasi kuantitatif fungsi penerangan tiap jalan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Fungsi Penerangan pada Setiap Jalan Keterangan Jl. Juanda
Keselamatan
Keamanan
Orientasi
Promosi
ID
Penerangan
Hib.
106
139
103
11
3
139
1
Jl Jalak H.
61
61
61
0
0
61
1
Jl. Pajajaran
46
59
42
17
5
69
1
Jl. Ottista
40
43
40
4
0
43
0
Total
253
302
246
32
8
312
3
35
Kondisi Pencahayaan Jumlah lampu yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah cukup banyak, lampu yang berfungsi untuk menerangi kawasan sekitarnya berjumlah 312 buah lampu. Jumlah lampu sebanyak itu cukup untuk mencakupi penerangan seluruh kawasan tapak. Namun, ada beberapa lampu yang dioperasikan hanya pada jam tertentu. Lampu-lampu pada tapak mulai dinyalakan sejak sore menjelang malam (pukul 17.30) hingga malam menjelang pagi (pukul 05.30), jadi lampu mulai dinyalakan ketika matahari mulai tenggelam dan dimatikan ketika matahari mulai muncul kembali. Jadwal operasi mayoritas lampu adalah seperti itu dan merupakan kondisi yang ideal (mensubtitusi cahaya matahari yang hilang). Namun terdapat beberapa lampu yang mulai dimatikan pada pertengahan malam (pukul 01.00), hal ini menciptakan 5 kawasan gelap pada tapak (bentuk spasial dari 5 kawasan gelap ini dapat dilihat pada Gambar 17). Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan kawasan aktif yang terus hidup, sehingga walaupun telah lewat tengah malam tetap ada orang yang menggunakan jalan ini. Berdasarkan hasil survei, setelah lewat tengah malam hingga menjelang matahari terbit tetap ditemukan para pengguna jalan walaupun tidak sebanyak waktu lainnya. Pengguna jalan tersebut mencakup pengguna jalan raya (kendaraan bermotor) dan jalur pedestrian (pejalan kaki). Oleh karena itu lampu yang ada di kawasan tapak idealnya terus beroperasi sepanjang malam. Kawasan gelap yang dihasilkan oleh tidak beroperasinya lampu menciptakan kondisi yang tidak nyaman dan tidak aman bagi pengguna jalan. Kawasan gelap pertama berada pada kawasan jembatan sempur yang berada di Jalan Jalak Harupat. Kawasan jembatan sempur merupakan akses utama menuju pemukiman (pemukiman Lebak Kantin) yang ada di bawahnya. Kawasan ini merupakan akses utama bagi warga Lebak Kantin yang tidak menggunakan kendaraan bermotor (pejalan kaki). Para pejalan kaki banyak yang menyeberang pada kawasan ini. Kawasan sekitar traffic island di depan Pangrango Plaza (Gambar 29) dan jalan di sampingnya (Jalan Jalak Harupat) merupakan kawasan gelap kedua. Kawasan jalan di samping traffic island ini merupakan jalan pertigaan yang
36
menghubungkan Jalan Jalak Harupat dengan Jalan Pajajaran. Pertigaan merupakan kawasan yang rawan akan kecelakaan. Kawasan ini terus digunakan oleh kendaraan bermotor sehingga pencahayaan harus dijaga sebaik mungkin. Pada kawasan ini juga terdapat taman yang telah ditata dengan estetik yang berfungsi untuk meningkatkan nilai estetik kawasan, namun dengan adanya kondisi gelap ini keindahan dari taman tersebut menjadi hilang.
Jembatan Sempur
Traffic Island
Gambar 16. Kawasan Gelap
Kawasan gelap ketiga terletak pada kawasan terowongan penyeberangan di
depan
Kampus
Institut
Pertanian
Bogor
Barangsiang
Terowongan
penyeberangan sendiri merupakan jalur 2 arah (keluar-masuk) oleh karena itu potensi kriminalitasnya tinggi, namun di lain sisi memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi (tidak menyeberang langsung di jalur kendaraan bermotor) sehingga potensi fasilitas ini harus digali dengan pencahayaan yang lebih baik Kawasan di depan Tugu Kujang hingga sebelum Jalan Bangka dalam kondisi gelap ketika memasuki pertengahan malam, oleh karena itu kawasan ini menjadi kawasan gelap keempat. Kawasan ini terletak pada Jalan Ottista dan mencakup jalur kendaraan bermotor dan jalur pedestrian. Kawasan ini adalah ruas jalan yang terus digunakan selama 24 jam dan harus mendapatkan penerangan. Kawasan gelap yang terakhir terletak pada Jalan Juanda, tepatnya pada ruas jalan di depan Bank Danamon hingga sebelum pertigaan Gang Paledang. kawasan gelap ini terletak pada ruas Jalan Juanda (jalan besar) serta terus hidup selama 24 jam sehingga penting untuk mendapatkan pencahayaan.
37
38
Analisis Tabel 6 menunjukan analisis dari aspek biofisik, aspek legal, dan aspek sosial yang ada pada tapak Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.
Tabel 6. Analisis Aspek Biofisik, Aspek Legal, dan Aspek Sosial Aspek
Jenis Data Kondisi Umum Jalan
Merupakan jalan besar (jalan provinsi dan nasional) dengan intensitas penggunaan tinggi).
Iklim
Kota Bogor merupakan kota dengan intensitas hujan yang tinggi. Malam hari sering terjadi hujan lebat.
Landuse
Pada kawasan ini terdapat objek wisata yang terkenal dan berperan sebagai pusat kota Bogor sehingga kawasan ini aktif selama 24 jam setiap harinya.
Vegetasi dan Satwa
Banyak satwa yang menyukai tempat gelap dan dapat mengganggu aktivitas masyarakat (seperti kelelawar). Pohon dengan kanopi besar dan lebat menghasilkan bayangan yang besar sehingga kondisi tapak menjadi gelap.
Biofisik
Kualitas Visual
Peraturan Legal Kebijakan
Sosial
Kondisi Lapang
Aktivitas Sosial
Analisis Memerlukan penerangan yang memadai untuk keselamatan, keamanan, dan orientasi. Memerlukan penerangan yang memadai untuk keselamatan, keamanan, dan orientasi. Memerlukan pencahayaan yang cukup untuk memfasilitasi tingkat aktivitas pada malam hari (fungsi keselamatan dan keamanan). Tapak sangat memerlukan pencahayaan yang cukup untuk mengimbangi kondisi tapak yang gelap tertutup kanopi (fungsi keamanan dan penerangan sekitar).
Mencukupi penerangan pada kawasan yang berpotensi estetis dan menggunakan lampu yang estetis. (fungsi penerangan sekitar dan hiburan). Potensi-potensi negatif Kondisi lingkungan yang gelap tersebut harus ditekan meningkatkan potensi kriminalitas dengan pencahayaan yang dan vandalisme. merata (fungsi keamanan). Kota Bogor diarahkan menjadi Kota wisata dan jasa perlu kota wisata dan jasa. Kota wisata disokong pencahayaan dan jasa merupakan kota yang yang baik dan estetis terus aktif siang maupun malam. (fungsi hiburan). Memerlukan pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang baik dan mencukupi tetap ditemukan pengguna jalan sepanjang malam untuk baik kendaraan bermotor maupun meningkatkan keselamatan pejalan kaki selama 24 jam. dan keamanan. Pada tapak banyak ditemukan taman-taman yang indah dan menarik. Namun keindahan itu tersembunyi apabila pencahayaan yang ada kurang.
39
Lampu jenis 4 merupakan lampu jalan yang berfungsi sebagai penerangan jalur kendaraan bermotor dan jalur pedestrian. Lampu ini merupakan tiang listrik yang diberi lampu, sehingga banyak kabel-kabel tidak beraturan disekitarnya. Tiang listrik ini dapat diganti dengan underground utilitiy dan diberikan lampu estetik untuk menggantikan fungsi dari lampu jenis 4. Lampu-lampu tersebar pada empat jalan besar yang membagi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Jalan-jalan besar itu memiliki jumlah dan keragaman jenis lampu yang berbeda-beda. Tetapi secara umum keempat jalan ini minim lampu yang berfungsi untuk hiburan. Jalan Ottista bahkan tidak memiliki lampu dengan fungsi hiburan (3 jalan lainnya hanya memiliki 1 buah lampu hiburan). Lampu dengan fungsi hiburan penting dengan mempertimbangkan arah kebijakan Kota Bogor menjadi kota wisata dan jasa (BAPPEDA, 2009). Lampu jenis 15 merupakan contoh lampu yang memiliki fungsi hiburan. Fungsi hiburan tidak hanya dimunculkan dari permainan intensitas dan warna cahaya saja, tetapi juga dengan bentuk cahaya yang estetis dan penempatan lampu-lampu ornamental. Tapak ini memerlukan tambahan lampu-lampu yang berfungsi sebagai hiburan. Keamanan, orientasi, dan identitas sudah mencukupi. Fungsi promosi akan berkembang mengikuti perkembangan jalan. Tempat-tempat penyebrangan adalah daerah yang sangat rawan akan kecelakaan. Tempat-tempat penyebrangan (zebra cross, dan terowongan penyebrangan) harus memiliki penerangan yang baik. Penerangan yang kurang pada kawasan zebra cross akan mengakibatkan garis-garisnya sulit terlihat dan meningkatkan potensi terjadi kecelakaan. Selain dengan lampu yang memadai, material yang dapat memantulkan cahaya atau bercahaya (glow in the dark) dapat diaplikasikan pada garis-garis zebra cross. Penggunaan material seperti itu akan menciptakan focal point sehingga pengendara menjadi lebih berhati-hati. Terowongan penyebrangan memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan zebra cross, tetapi potensi kriminalitasnya lebih tinggi. Terowongan penyebrangan yang terdapat pada tapak menjadi salah satu dari 5 kawasan gelap. Kawasan gelap ini terbentuk karena tidak beroperasinya beberapa lampu ketika telah melewati tengah malam. Semua lampu harus beroperasi sepanjang malam karena kawasan gelap akan menurunkan kualitas kawasan.
40
Konsep Pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan jalan utama pada jantung Kota Bogor. Peranan jalan ini sangat penting sehingga seluruh kebutuhan pencahayaanya harus terpenuhi dengan baik. Fungsi keselamatan, keamanan, orientasi, dan penerangan sekitar banyak ditemukan pada tapak. Fungsi identitas telah ditemukan pada Tugu Kujang dan Balai Kota Bogor. Fungsi promosi akan berkembang dengan sendirinya ketika jalan ini berkembang. Namun fungsi hiburan masih sangat sedikit ditemukan pada tapak. Lampu dengan fungsi hiburan sangat penting mengingat arah kebijakan Kota Bogor menjadi kota wisata dan jasa. Lampu dengan fungsi hiburan dapat diwujudkan dengan permainan bentuk cahaya dan lampu-lampu ornamental (lampu dengan nilai estetik tinggi). Nilai estetik dapat juga ditingkatkan dengan cara mensubtitusi lampu. Lampu dengan nilai estetik yang rendah disubtitusi dengan lampu yang memiliki nilai estetik tinggi. Nilai fungsional lampu yang digantikan harus dapat dipenuhi oleh lampu yang menggantikannya. Kota Bogor sendiri sangat terkenal dengan sebutan kota hujan, hal ini menggambarkan kondisi umum Bogor yang tinggi curah hujannya. Kota hujan memiliki potensi positif dan negatif. Potensi positifnya adalah kondisi suhu yang relatif sejuk serta identitas yang kuat dari Kota Bogor. Sisi negatifnya adalah menurunnya tingkat keselamatan dan keamanan para pengguna jalan saat hujan. Penurunan ini diakibatkan oleh turunnya tingkat visual saat terjadi hujan. Oleh karena itu lampu yang dapat meningkatkan keselamatan, keamanan, dan orientasi sangat dibutuhkan pada tapak ini. Penurunan tingkat keselamatan dan keamanan semakin tinggi pada kawasan penyebrangan. Kondisi jarak visual yang rendah meningkatkan resiko tertabraknya pejalan kaki yang sedang menyebrang pada zebra cross. Wilayah zebra cross harus memiliki pencahayaan yang cukup sehingga garis-garisnya dapat terlihat jelas pada semua situasi. Lebih jauh lagi dapat diaplikasikan material yang dapat memantulkan cahaya atau menghasilkan cahaya dalam gelap, sehingga garis-garis zebra cross dapat muncul pada saat malam hari. Jembatan penyeberangan memiliki potensi yang besar. Keselamatan penyeberang lebih tinggi apabila menggunakan fasilitas ini. Namun tingkat
41
keamanannya lebih rendah, sehingga diperlukan pencahayaan yang cukup. Fasilitas ini dapat juga menjadi hiburan dengan pencahayaan yang estetis. Jalan Lingkar Kebun Raya memerlukan konsep pencahayaan yang memenuhi seluruh kebutuhan pencahayaanya. Tuntutan-tuntutan yang muncul dari kebijakan pengembangan kawasan juga harus terpenuhi dengan baik. Konsep ini juga harus menjaga identitas dan fungsional kawasan serta dapat mengakomodir potensi-potensi yang ada. Berdasarkan semua itu dihasilkan sebuah rekomendasi konsep pencahayaan. Konsep Bogor Exotic Night lahir dari pertimbangan seluruh aspek yang telah dibahas. Konsep ini memperkuat identitas Kota Bogor yang dikenal luas sebagai kota hujan. Sifat hujan yang eksotik ditransformasikan secara estetik dan fungsional pada beberapa zona. Keseluruhan konsep diaplikasikan pada zona-zona rekomendasi yang berdasarkan pada zonasi landuse. Zonasi landuse dipilih karena memiliki fungsi sosial, dan kebutuhan pencahayaan yang berbeda-beda. Karakter kawasan yang berbeda-beda itu diakamodir dan diperkuat oleh konsep. Konsep umumnya adalah kawasan pencahayaan jalan dan kawasan pencahayaan hiburan. Kawasan pencahayaan jalan berada dilingkar dalam Jalan Lingkar dengan cakupan pencahayaan meliputi jalan raya dan jalan pedestrian yang ada pada tapak. Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor (zona wisata ilmiah dan ruang terbuka hijau dalam landuse) dipertahankan seperti kondisi awal karena telah ditetapkan sebagai kawasan putih yang harus dijaga oleh pemda Bogor. Kebun Raya Bogor merupakan hutan kota yang merupakan habitat bagi banyak binatang malam, untuk menjaga aktifitas binatang malam maka pencahayaan di dalam Kebun Raya dipertahankan seminim mungkin (seperti kondisi saat ini). Pencahayaan di dalam kawasan Istana Bogor sudah mencukupi dan menyatu dengan karakter kawasannya sehingga dipertahankan seperti kondisi saat ini. Kawasan pencahayaan hiburan berada pada zona-zona landuse lainnya (perkantoran, jasa dan perdagangan, permukiman, dan pendidikan). Fungsi kawasan hiburan adalah memberikan hiburan bagi para pengguna jalan melalui penyajian permainan pencahayaan yang estetis dan unik pada setiap zonanya. Selain itu dapat juga memperkuat orientasi bagi para pengguna jalan. Warna badan lampu digunakan hijau tua sehingga menyatu dengan lanskap sekitar.
42
Kawasan hiburan dibagi menjadi 4 zona yang berbeda sesuai dengan pembagian zona pada landuse. Setiap zona diberikan pencahayaan sesuai dengan karakternya masing-masing. Aplikasinya adalah warna cahaya yang sesuai dengan karakter zona dan bentukan serta dinamika cahaya yang unik dan estetik. Kawasan Pencahayaan Jalan Kawasan pencahayaan jalan memiliki fungsi utama untuk memberikan pencahayaan yang cukup sekaligus memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Lampu-lampu penerangan yang sudah ada pada kawasan ini dipertahankan. Kawasan ini berkaitan dengan kondisi iklim Bogor yang tinggi curah hujannya. Lampu-lampu pada kawasan ini memiliki intensitas cahaya yang tinggi sehingga cukup untuk menerangi kawasan pedestrian dan kawasan pejalan kaki. Warna cahaya yang digunakan kontras dengan putih sehingga dapat terlihat pada cuaca yang buruk. Lampu-lampu diposisikan mengikuti bentukan jalan dengan jarak yang relatif tetap sehingga dapat memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Lampu tiang dan dinding diaplikasikan pada objek-objek yang potensial. Lampu tiang direkomendasikan mulai depan plaza pangrango hingga tugu kujang dengan memodifikasi tiang yang sudah ada. Lampu dinding direkomendasikan mulai depan Pasar Bogor hingga jembatan, kearah Tugu Kujang pada tembok KRB (Gambar 18). Lampu dinding dan tiang dapat diaplikasikan dengan asumsi pedagang pada area pedestrian yang bersangkutan ditertibkan. Ilustrasi aplikasi lampu dinding dan lampu tiang dapat dilihat pada Gambar 19.
Tiang-Tiang Pembatas
Tembok KRB
Gambar 18. Objek-Objek Potensial Untuk Diaplikasikan Lampu
43
Ilustrasi Lampu dinding
Ilustrasi Lampu Tiang
Simulasi 3D Lampu Dinding
Simulasi 3D Lampu Tiang
Gambar 19. Ilustrasi Lampu Estetik Kawasan Pencahayaan Jalan
Kawasan pencahayaan jalan dibagi menjadi 3 sub kawasan. Pembagian area ini dilakukan untuk memfasilitasi perbedaan tinggi kanopi vegetasi yang ada pada kawasan sehingga penerangan tidak terganggu. Sub kawasan pertama menggunakan lampu penerangan jalan yang tinggi (sekitar 5-7 meter) dan memiliki 1 kepala lampu, sub kawasan ini merupakan area dengan kanopi vegetasi yang tinggi. Kedua adalah area kanopi vegetasi dengan ketinggian sedang, dan Ketiga merupakan area dengan kanopi vegetasi rendah. Sub kawasan kedua digunakan lampu penerangan jalan yang tinggi dan memiliki 2 kepala lampu, kedua kepala lampu itu memiliki perbedaan ketinggian. Kepala lampu yang tinggi berfungsi untuk menerangi jalan raya sedangkan kepala lampu rendah untuk menerangi pedestrian dan taman yang tidak terjangkau oleh kepala lampu tinggi akibat tertutup kanopi. Ketinggian lampu yang rendah berada di bawah kanopi vegetasi.
44
Sub kawasan ketiga menggunakan lampu dengan ketinggian sedang (sekitar 3 meter) dengan 2 kepala lampu untuk memberikan penerangan yang cukup bagi jalur pedestrian dan jalan kendaraan bermotor. Kepala lampu berada di bawah kanopi sehingga penerangan tidak terganggu. Jarak antar pada lampu diatur sehingga memberikan penerangan yang merata. Lampu pada sub kawasan 1 dan 2 diberi jarak 35 sampai 40 meter, sedangkan lampu pada sub kawasan 3 diberikan jarak 15-20 meter. Ilustrasi konsep pencahayaan ini dapat dilihat pada gambar 20. Spasial rekomendasi konsep secara keseluruhan pada Gambar 30.
Sub Kawasan 1
Sub Kawasan 3
Sub Kawasan 2
Ilustrasi Jarak Lampu
Gambar 20. Ilustrasi Kawasan Pencahayaan Jalan
Kawasan Pencahayaan Perkantoran Perkantoran adalah kawasan yang penuh dengan aktivitas kerja yang sering menimbulkan stress karena tekanan. Dibawah tekanan pekerjaan yang tinggi itu para pekerja tetap dituntut menghasilkan pekerjaan yang terbaik dengan
45
usaha yang paling optimal. Oleh karena itu pada kawasan ini warna cahaya yang digunakan adalah hijau. Warna hijau memiliki dampak psikologis ketenangan dan kesehatan (Abdullah, 2009). Dalam ilmu aura, warna aura hijau melambangkan sifat yang enerjik dan kreatif (Fianti, 2007). Dengan penggunaan warna hijau maka akan muncul perasaan yang tenang sehingga pekerjaan dapat optimal. Selain sifat-sifat diatas kecepatan juga menjadi aspek yang penting dalam dunia kerja. Kecepatan direalisasikan dengan menggunakan konsep light ball. Konsep ini menggambarkan kecepatan dan optimalitas melalui pergerakan bola cahaya dengan kecepatan tinggi. Bola cahaya berukuran kecil dan bergerak di dalam jalur yang terbuat dari bahan transparan. Jalur bola dibuat berpilin yang menggambarkan team work dalam pekerjaan. Cahaya dari bola dihasilkan melalui pengunaan bahan yang dapat menyimpan cahaya (ilustrasi pada Gambar 21).
Ilustrasi 1 Light Ball
Ilustrasi 2 Light Ball
Simulasi 1 3D Konsep
Simulasi 2 3D Konsep
Gambar 21. Konsep Light Ball
46
Kawasan Pencahayaan Jasa dan Perdagangan Kawasan ini adalah kawasan yang ramai dengan aktivitas perdagangan. Dalam perdagangan diperlukan kebijaksanaan sehingga usaha dapat maju dan terus tumbuh. Usaha yang maju dan tumbuh akan menghasilkan kekayaan, kemudian dengan kebijakan kekayaan itu harus dimanfaatkan secara positif. Warna cahaya yang digunakan untuk kawasan ini adalah ungu, merah dan kuning. Warna ungu memiliki arti psikologis kesetiaan dan kekayaan, warna merah menggambarkan kegembiraan, dan warna kuning bersifat menarik perhatian (Abdullah, 2009). Dalam ilmu aura, warna ungu melambangkan sifat bijaksana (Fianti, 2007). Warna-warna ini dapat menggambarkan karakter kawasan. Konsep yang direkomendasikan pada kawasan ini adalah fountain of fortune, harbor light, dan welcome light. Ketiga konsep ini diaplikasikan pada tiga kawasan yang berbeda. fountain of fortune diaplikasikan pada traffic island di depan Bogor Trade Mall (BTM), harbor light diaplikasikan pada kawasan pasar bogor hingga tugu kujang, dan welcome light diaplikasikan pada Tugu Kujang. Konsep fountain of fortune adalah permainan lampu yang dikolaborasikan dengan permainan air. Pada traffic island di depan BTM sudah terdapat kolam air yang merupakan aset yang potensial. Aplikasi konsepnya adalah lampu sorot diletakkan pada dasar kolam air dan diarahkan ke atas. Kemudian lampu tersebut bergerak memutar kolam dan cahayanya bergerak dari atas ke bawah. Pada tengah kolam terdapat air mancur yang terbuat dari bahan transparan sehingga terlihat pergerakan air menuju keatas. Ketika cahaya lampu sorot telah mencapai bawah kolam, lampu sorot mati dibarengi dengan air yang dipompa keatas serta lampu pada bagian bawah air mancur menyala (pergerakan air mejadi lebih terekspos). Saat air telah mencapai puncak air, air disemburkan keluar dan lampu dibawah air mancur mati dibarengi oleh menyalanya lampu diatas air mancur (ilustrasi konsep dapat dilihat pada Gambar 22). Filosofi dari air mancur ini adalah perjalanan yang panjang menuju kesuksesan (lampu yang bergerak memutar). Kemudian peruntungan yang selalu meningkat (pergerakan air keatas). Setelah mendapatkan peruntungan yang tinggi maka tidak lupa untuk membantu sesama (pergerakan air ke bawah). Warna cahaya ungu melambangkan seluruh proses itu dilaksanakan secara bijak dan arif.
47
Ilustrasi Konsep
Zona Aplikasi Konsep
Simulasi 1 3D Konsep
Simulasi 2 3D Konsep
Gambar 22. Konsep Fountain Of Fortune Konsep harbor light adalah permainan lampu yang bertujuan untuk mengajak para pengguna jalan untuk berhenti pada kawasan jasa dan perdagangan. Aplikasinya adalah pengunaan lampu-lampu sorot yang diletakkan pada ketinggian tinggi. Lampu sorot diletakkan pada tiang tinggi dengan kepala yang dapat berputar 180 derajat. Arah cahaya lampu sorot diarahkan menuju ke jalan raya dan pedestrian. Bentuk cahaya yang dihasilkan oleh lampu sorot yang dikombinasikan dengan pergerakan cahaya diharapkan dapat menarik pengguna jalan untuk menepi dan melakukan aktifitas komersil pada kawasan ini. Faktor dinamis diterapkan pada konsep ini sehingga menarik perhatian dan tidak monoton. Cahaya lampu sorot menggunakan 3 warna berbeda (ungu, merah, dan kuning). Dalam hal pergerakan cahaya diterapkan 2 pola pergerakan. Pola pertama adalah cahaya dalam 3 warna yang berbeda dan bergerak bervariasi ke berbagai arah. Pola kedua adalah cahaya berubah menjadi satu warna kemudian
48
bergerak bersamaan membentuk gelombang (ilustrasi pada Gambar 23). Filosofi dari konsep ini adalah lampu sorot pada dermaga yang telah ratusan tahun digunakan sebagai petunjuk untuk merapat atau berlabuh.
Pola Pergerakan Cahaya 1
Ilustrasi Konsep
Pola Pergerakan Cahaya 2
Simulasi 3D Konsep
Gambar 23. Konsep Harbour Light
Konsep welcome light adalah permainan cahaya yang menonjolkan tugu kujang sebagai landmark dan identitas Kota Bogor serta mengakomodir Tugu Kujang sebagai welcome area Kota Bogor. Aplikasinya adalah menggunakan tiga fase permainan pencahayaan. Fase pertama menggunakan dua lampu sorot dari bawah pada setiap sisi Tugu Kujang, lampu sorot digerakan menuju lambang Kota Bogor yang berada di tengah Tugu Kujang. Fase kedua setelah semua lampu sorot berada pada lambang Kota Bogor, lampu sorot mati diikuti dengan menyalanya lampu pada lambang Kota Bogor. Kemudian lampu yang diaplikasikan pada setiap sisi siku Tugu
49
Kujang bergerak dari bawah ke atas. Fase ketiga setelah lampu sisi siku mencapai atas, lampu yang berada di bawah ornamen kujang menyala. Bersamaan dengan menyalanya lampu pada puncak Tugu Kujang, lampu yang berada pada sisi siku Tugu Kujang mati (ilustrasi konsep pada Gambar 24).
Fase Cahaya 1
Fase Cahaya 2
Fase Cahaya 3
Simulasi 3D Konsep
Gambar 24. Konsep Welcome Light
Kawasan Pencahayaan Permukiman Kawasan permukiman idealnya sebagai tempat orang-orang beristirahat setelah seharian bekerja atau beraktifitas. Ketenangan sangat diperlukan pada tempat ini. Pada kawasan ini juga suatu keluarga mulai mendidik anaknya, khususnya dalam pengembangan spiritual. Warna yang digunakan pada kawasan ini adalah biru karena memiliki efek psikologis yang memberikan ketenangan pikiran dan perasaan (Abdullah, 2009). Selain itu dalam ilmu aura warna biru
50
melambangkan pengembangan spiritual, hal ini sangat sesuai dengan fungsi keluarga (ibu dan ayah) sebagai pendidik spiritual dasar bagi anaknya. Konsep pencahayaan yang direkomendasikan pada kawasan ini adalah dancing light, point of view, dan symphoni of light. Konsep-konsep tersebut memiliki tujuan untuk menurunkan kecepatan kendaraan bermotor dengan permainan pencahayaan yang estetik dan menggambarkan karakter kawasan. Penurunan kecepatan sangat penting karena banyaknya pengguna jalan yang menyeberang pada kawasan ini (terutama masyarakat yang tinggal pada kawasan ini). Kecepatan kendaraan yang rendah juga mengurangi polusi (udara dan suara) sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang lebih kondusif. Kawasan permukiman dibagi menjadi dua subkawasan dengan karakter yang berbeda. Karakter sub kawasan pertama adalah kawasan permukiman yang jarak antara rumah dengan jalur jalan jauh, diantaranya terdapat bukaan hijau yang relatif besar. Pada sub kawasan ini jalan relatif menurun (sirkulasi dari Jalan Juanda atau Jalan Jendral Sudirman). Karakter sub kawasan yang kedua adalah kawasan permukiman yang jarak antara rumah dengan jalur jalan dekat. Pada sub kawasan kedua kondisi jalur jalan mempengaruhi area rumah secara langsung. Pada sub kawasan pertama di rekomendasikan
konsep pencahayaan
dancing light. Konsep ini mengkombinasikan pergerakan cahaya, intensitas cahaya, dan material yang dapat menyimpan cahaya. Bola lampu sedang dipasang pada lengan yang dapat bergerak-gerak sehingga menghasilkan lampu yang bergerak-gerak. Sebagai latarnya digunakan material yang dapat menyimpan cahaya, material ini diaplikasikan dengan bentukan-bentukan yang meyerupai elemen-elemen yang ada pada kawasan perumahan (bentuk rumah, keluarga, dll). Bola lampu digerakkan secara horizontal dengan variasi keatas dan bawah. Ketika bola lampu tersebut bergerak menjauhi latar, maka lampu sorot akan menyala menerangi latar tersebut selama beberapa saat. Ketika lampu sorot mati, maka material yang dapat menyimpan cahaya akan berpedar menghasilkan bentukan-bentukan yang estetis. Filosofi dari konsep ini adalah pergerakan kehidupan yang selalu naik turun (pergerakan lampu) dan setiap langkah kehidupan akan meninggalkan memori serta pelajaran (material yang berpedar setelah lampu melewatinya). Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 25.
51
Ilustrasi Perubahan Cahaya 1
Ilustrasi Perubahan Cahaya 2
Ilustrasi Konsep
Simulasi 3D Konsep
Gambar 25. Konsep Dancing Light
Konsep point of view direkomendasikan pada sub kawasan ke dua. Badan Lampu dibuat membentuk ukiran yang estetis. Lampu sorot dipasang pada rel yang melingkari badan lampu. Material yang dapat menyimpan cahaya digunakan pada rel lampu sorot tersebut. Digunakan juga lampu sorot pada bagian bawah lampu dan bola lampu pada bagian dalam badan lampu. Pergerakan cahaya terbagi menjadi 3 fase. Fase pertama lampu-lampu sorot pada bagian bawah lampu akan menyala. Setelah beberapa saat lampulampu itu mati dan dilanjutkan fase kedua. Fase kedua adalah pergerakan lampu sorot keatas (relnya akan berpedar cahaya akibat penyinaran awal). Setelah sampai keatas berlanjut ke fase ketiga yaitu menyalanya lampu pada bagian dalam badan lampu dan bergerak kebawah. Filosofinya adalah cara memandang segala sesuatu yang harus dilihat dan dikaji dari berbagai sudut pandang (ilustrasi konsep dapat pada Gambar 26).
52
Fase Cahaya 1
Fase Cahaya 3
Fase Cahaya 2
Simulasi 3D Konsep
Gambar 26. Konsep Point Of View
Pada ujung kawasan pencahayaan permukiman terdapat lokasi yang strategis, yaitu traffic island di depan Plaza Pangrango. Lokasi ini sangat strategis karena berada pada pertigaan 2 jalan besar. Pada kawasan ini direkomendasikan konsep symphoni of light. Konsep ini merupakan kolaborasi yang harmonis antara permainan intensitas dan warna cahaya dengan nada musik. Aplikasinya adalah menggunakan beberapa lampu dengan ukuran dan warna yang berbeda tapi dengan bentukan yang sama. Pada beberapa bagian lampu tersebut digunakan material yang dapat menyimpan cahaya. Dinamika cahayanya mencakup 2 fase. Fase pertama adalah lampu-lampu tersebut menyala secara variatif mengikuti alunan lagu yang diputar. Fase yang kedua adalah fase tanpa lagu. Lampu utama mati dan lampu-lampu sorot yang ada di bawah setiap lampu menyala secara variatif dan material yang dapat menyimpan cahaya akan berpedar. Ilustrasi konsep dapat dilihat pada Gambar 27.
53
Fase Cahaya 1
Simulasi 1 3D Konsep
Fase Cahaya 2
Simulasi 2 3D Konsep
Gambar 27. Konsep Melody Of Light
Kawasan Pencahayaan Pendidikan Kawasan pendidikan adalah kawasan tempat orang-orang mencari ilmu. Kawasan ini tempat berkumpul bermacam-macam orang dengan asal dan kepribadian yang berbeda-beda. Mereka berkumpul dengan tujuan yang sama yaitu mencari ilmu. Pada tempat ini juga terdapat pegawai-pegawai pendidikan yang bertugas menjaga kelancaran proses pendidikan, serta para penjual makanan yang bertanggung jawab menyediakan makanan yang sehat dan bergizi. Jadi ada beragam orang yang mewarnai kawasan pendidikan. Beragam orang ini saling melengkapi dalam kawasan pendidikan, tetapi juga sangat rawan akan perpecahan. Oleh karena itu, pada kawasan ini dibutuhkan rasa kehangatan. Bagi para pegawai pendidikan, siswa dan mahasiswa yang ada pada kawasan diperlukan kegembiraan dan antusiasme. Warna yang digunakan pada kawasan ini harus menimbulkan semua sifat positif itu.
54
Warna yang digunakan pada kawasan ini adalah oranye dan kuning. Warna orange dapat menimbulkan kegembiraan, antusiasmen dan kehangatan (Abdullah, 2009). Sedangkan warna kuning adalah simbol intelektual dan dinamis dalam ilmu aura (Fianti, 2007). Warna oranye digunakan sebagai warna utama sedangkan warna kuning hanya digunakan untuk aksen saja. Hal ini disebabkan warna kuning dapat menimbulkan rasa lelah pada mata. Rasa lelah ini diakibatkan oleh banyaknya cahaya yang tercermin dalam warna kuning (Abdullah, 2009). Konsep rekomendasi pada kawasan pendidikan adalah enlightment. Filosofi dari konsep ini adalah ilmu yang membuka visi atau pandangan manusia sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna. Dengan ilmu maka kita bisa memahami persoalan jauh lebih dalam dan memberikan penyelesaian yang terbaik. Ilmu yang diajarkan dalam kelas saja tidak cukup tetapi juga harus didalami dengan banyak membaca. Tanpa buku proses belajar akan terhambat, dan dalam buku terdapat tulisan-tulisan yang merekam ilmu-ilmu tersebut. Aplikasi dari konsep ini adalah lampu estetik yang dibentuk cahayanya menyerupai tulisan-tulisan dan lampu tinggi dengan kepala bundar. Lampu-lampu ini diletakkan pada pinggir pedestrian. Bentuk lampu dengan cahaya yang menyerupai tulisan memanjang mengikuti bentuk jalan, dan memiliki ketinggian yang bervariasi. lampu tinggi menjadi variasi dalam gugusan lampu ini. Permainan intensitas cahaya dilakukan dalam gugusan lampu ini. Permainan cahaya dibagi menjadi 2 fase cahaya. Fase pertama adalah bagianbagian lampu menyala secara bergantian (kecuali bagian lampu tinggi). Bagianbagian lampu tersebut menyala secara variatif. Setelah beberapa saat masuk kepada fase pencahayaan selanjutnya. Pada fase ini semua bagian lampu menyala, kemudian bagian bawah lampu tinggi mulai menyala dan akhirnya kepala lampu tinggi akan menyala sebagai klimaks. Filosofi dari permainan cahaya itu adalah proses pembelajaran. Buku merupakan pusat ilmu (bentuk cahaya tulisan). Proses belajar yang panjang dan keterkaitan ilmu (lampu yang menyala-mati pada beberapa bagian). Kemudian ilmu sudah dipahami dengan baik (lampu menyala semua) akan memberikan pandangan, ide, dan pemahaman yang berbeda (lustrasi pada Gambar 28).
55
Fase Cahaya 1
Fase Cahaya 2
Ilustrasi Konsep
Simulasi 3D Konsep
Gambar 28. Ilustrasi Enlightment
Fasilitas Penyeberangan Pada
tapak
penelitian
terdapat
fasilitas
penyeberangan.
Fasilitas
penyeberangan ini meliputi sarana terowongan penyeberangan (underpass) dan zebra cross. Terowongan ini terletak di Pajajaran, tepatnya di depan Kampus IPB Baranangsiang dan dekat pintu masuk Kebun Raya Bogor. Terowongan ini masuk ke dalam kawasan pencahayaan pendidikan. Terowongan penyeberangan ini sangat penting karena intensitas penggunaan Jalan Pajajaran yang sangat tinggi sehingga
sangat
sulit
dan
berbahaya
untuk
diseberangi
(terowongan
penyeberangan dapat dilihat pada Gambar 29). Terdapat 11 sarana zebra cross pada tapak, yaitu : di jembatan sempur, di dekat traffic island depan Plaza Pangrango, disebelah jalan rumah sakit I (2 buah), disebelah jalan rumah sakit II, di depan SD dan SMP PGRI, di depan pusdiklat kearsipan, di depan SMU 1 Bogor, di depan Bank Niaga, di depan kejaksaan, dan di depan Regina Pacis.
56
Pintu Masuk Terowongan
Bagian Dalam Terowongan
Gambar 29. Terowongan Penyeberangan
Jumlah lampu pada terowongan penyeberangan sudah mencukupi untuk memberikan penerangan yang merata namun tidak dioperasikan. Lampu-lampu yang ada pada fasilitas ini direkomendasikan untuk diperasikan secara optimal untuk meningkatkan kesan aman dan nyaman. Lampu lantai dan lampu dinding dapat diaplikasikan pada fasilitas ini untuk menambah nilai estetiknya. Lampu lantai direkomendasikan pada depan dan dalam fasilitas. Dinding pada kawasan tangga telah memiliki fasilitas untuk menempatkan lampu dinding, maka direkomendasikan untuk mengoptimalkan fasilitas tersebut. Aplikasi konsepkonsep pencahayaan mengakibatkan terjadinya perubahan jumlah watt yang digunakan pada tapak. Tabel perkiraan daya sebelum dan sesudah aplikasi konsep-konsep pencahayaan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Fasilitas terowongan penyeberangan ini kurang diminati oleh masyarakat karena sifatnya yang tertutup (hanya memiliki 1 akses keluar dan 1 akses masuk), sehingga potensi terjadi tindakan kriminal tinggi (hal ini diperkuat oleh jarangnya pengguna terowongan ini). Aspek psikologis bangsa Indonesia yang malas untuk naik-turun tangga menambah alasan sepinya fasilitas ini. Idealnya digunakan unit keamanan khusus yang menjaga terowongan ini (terbukti dengan adanya meja dan bangku yang disediakan untuk keamanan, namun sistim keamanan tersebut tidak dijalankan). Penggunaan lampu lantai dan dinding diharapkan dapat memberi daya tarik bagi para pengguna jalan untuk memanfaatkan fasilitas ini.
57
Fasilitas penyeberangan zebra cross adalah fasilitas yang sangat penting, hal ini terlihat dari tingginya intensitas orang yang menggunakan fasilitas tersebut. Tingkat visibilitas dari garis-garis pada zebra cross menjadi poin penting, karena pada garis itulah tersimpan pesan bahwa zona tersebut adalah zona penyeberangan bagi pejalan kaki. Tingkat visibilitas garis yang rendah dapat meningkatkan potensi kecelakaan saat terjadi penyeberangan. Kondisi garis zebra cross pada malam hari terselimuti oleh warna cahaya lampu, sehingga tersamar. Walaupun masih dapat terlihat namun kondisi ini dapat meningkatkan potensi terjadi kecelakaan. Garis zebra cross yang tersamar baru dapat terlihat pada jarak yang dekat, idealnya garis zebra cross terlihat dari jarak yang cukup jauh sehingga pengendara dapat menurunkan kecepatan kendaraan secara perlahan-lahan. Konsep yang direkomendasikan pada fasilitas zebra cross ini adalah penggunaan material yang dapat memantulkan cahaya atau yang dapat memedarkan cahaya (self ilumination). Material yang dapat memantulkan cahaya dapat memantulkan cahaya lampu dan kendaraan dengan lebih baik sehingga meningkatkan tingkat visibilitas garis. Material yang dapat memedarkan cahaya dapat menonjolkan garis-garis secara sempurna pada malam hari, sehingga garisgaris dapat terlihat dari jarak yang jauh. Dengan tingkat visibilitas garis-garis yang tinggi maka potensi terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Perbandingan kondisi zebra cross dapat dilihat pada simulasi 3D (Gambar 30).
Penggunaan Material Biasa
Penggunaan Material Self Illumination
Gambar 30. Konsep Zebra Cross
58
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Secara umum kondisi pencahayaan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah mencukupi. Pada tapak ditemukan lima kawasan yang menjadi kawasan gelap saat malam. Lima kawasan gelap tercipta akibat tidak beroperasionalnya beberapa lampu setelah melewati pukul 12.00 malam. Lima kawasan gelap mencakup kawasan jembatan Sempur, kawasan traffic island di depan Plaza Pangrango,
kawasan
jembatan
penyeberangan
di
depan
Kampus
IPB
Baranangsiang, ruas Jalan Ottista mulai dari depan Tugu Kujang hingga sebelum Jalan Bangka, dan ruas Jalan Juanda dari depan Bank Danamond hingga sebelum pertigaan Gang Paledang. Pada tapak terdapat 28 jenis lampu yang dikelompokkan menjadi kelompok besar berdasarkan kemiripan fisik dan fungsinya. Jalan Juanda memiliki jumlah lampu yang memenuhi kebutuhan pencahayaan dasar paling tinggi. Aspek biofisik, aspek legal, aspek sosial, tingkat operasional lampu, dan keragaman lampu berpengaruh terhadap kondisi pencahayaan pada tapak. Tapak kekurangan lampu yang berfungsi untuk hiburan. Tambahan keragaman lampu ornamental diperlukan untuk memenuhi kekurangan lampu hiburan pada tapak. Konsep
umum
dari
rekomendasi
pencahayaan
adalah
kawasan
pencahayaan jalan dan kawasan pencahayaan hiburan. Kawasan pencahayaan jalan berfungsi memberikan pencahayaan yang cukup sekaligus memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Kawasan pencahayaan hiburan berfungsi memberikan hiburan bagi para pengguna jalan melalui permainan pencahayaan.
Saran Lampu-lampu umum direkomendasikan beroperasi sepanjang malam. Pada tapak perlu ditambah lampu dengan fungsi hiburan. Fungsi hiburan sebaiknya ditambah dengan menggunakan lampu yang estetis dan didukung dengan perbaikan lanskap. Keamanan lampu perlu diperhatikan. Dalam proses desain lebih lanjut perlu diperhatikan potensi terjadi aktifitas negatif. Perlu desain lebih detil untuk masuk pada proses pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fianti, A. Atikofianti. wordpress.com/ 2007/ 10/ 29/ arti-warna-aura-dalam-tubuhkita (13 Desember 2009, pukul 21:00). Autodesk. 2009. Autodesk 3ds Max Help (Light and Cameras Section). BAPPEDA. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor. Bogor: BAPPEDA Kota Bogor. BAPPEDA. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor. Bogor: BAPPEDA Kota Bogor. BAPPEDA. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor. Bogor: BAPPEDA Kota Bogor. Abdullah, B. Beny-abdullah.web.ugm.ac.id/?p=118 (13 Desember 2009, pukul 21:00). Hakim, R. 2006. Rancangan Visual Lansekap Jalan (Panduan Estetika Dinding Penghalang Kebisingan). Jakarta : Bumi Aksara. Hendratman, H dan Robby. 2008. The Magic Of 3D Studio Max. Bandung : Informatika. Moyer, J L. 1992. The Landscape Lighting Book. New York : Jhon Wiley & Sons Inc. 282p. Philips. 2004. Http://www.lighting.philips.co.id/id/Portal?xml=knowledge/case_ studies&fldr_id=116&fid=483&cid=468 (6 Februari 2009, pukul 18:18). Simonds JO dan Starke BW. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co. 396 p. Skyhorsestation. 2009. http://www.skyhorsestation.com/outdoor_lighting.php (6/2/2009, pukul 19:34) http://www.skyhorsestation.com/outdoor_lighting. php (6/2/2009, pukul 19:34) Stasiun Cuaca Klimatologi Baranangsiang FMIPA IPB. 2008. Data Iklim Kota Bogor. Bogor: Stasiun Cuaca Klimatologi Barangsiang FMIPA IPB. Thabrani, S. 2007. AutoCAD 2007 & 3D Studio Max Untuk Arsitektur. Jakarta : Mediakita.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Jenis-Jenis Lampu
Lampu Jenis 1
Lampu Jenis 2
Lampu-Lampu pada Kelompok 1 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 3
Lampu Jenis 4
Lampu-Lampu pada Kelompok 1 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 5
Lampu Jenis 6
Lampu-Lampu pada Kelompok 1 (Kondisi Siang dan Malam)
63
Lampiran 1: Lanjutan
Lampu Jenis 7
Lampu Jenis 8
Lampu-Lampu pada Kelompok 2 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 9
Lampu Jenis 10
Lampu-Lampu pada Kelompok 2 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 11
Lampu Jenis 12
Lampu-Lampu pada Kelompok 2 (Kondisi Siang dan Malam)
64
Lampiran 1: Lanjutan
Lampu Jenis 13
Lampu Jenis 14
Lampu-Lampu pada Kelompok 3 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu-Lampu pada Kelompok 4, Lampu Jenis 15 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 16
Lampu Jenis 17
Lampu-Lampu pada Kelompok 5 (Kondisi Siang dan Malam)
65
Lampiran 1: Lanjutan
Lampu Jenis 18
Lampu Jenis 19
Lampu-Lampu pada Kelompok 5 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 20
Lampu Jenis 21
Lampu-Lampu pada Kelompok 5 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 22
Lampu Jenis 23
Lampu-Lampu pada Kelompok 5 (Kondisi Siang dan Malam)
66
Lampiran 1: Lanjutan
Lampu Jenis 24
Lampu Jenis 25
Lampu-Lampu pada Kelompok 5 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu-Lampu pada Kelompok 6, Lampu Jenis 26 (Kondisi Siang dan Malam)
Lampu Jenis 27
Lampu Jenis 28
Lampu-Lampu pada Kelompok 7 (Kiri) dan 8 (Kanan)
81
Lampiran 3: Perkiraan Jumlah Watt Sebelum Aplikasi Rekomendasi
Jenis Lampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Sumber Jumlah Jumlah Cahaya Sumber Lampu (Watt) 68 40 1 4 40 2 3 40 1 50 40 1 1 40 1 13 40 dan 15 2 35 15 2 7 15 2 36 15 1 4 15 1 13 15 1 5 15 1 2 50 3 5 100 3 3 0.5 100 2 10 1 5 10 1 5 10 1 13 10 1 7 10 1 4 10 1 2 10 1 12 10 1 6 10 2 3 10 4 40 10 1 23 25 1 17 20 1 Total Keseluruhan (Watt)
Total Watt 2720 320 120 2000 40 1430 1050 210 540 60 195 75 300 1500 150 20 50 50 130 70 40 20 120 120 120 400 575 340
Status Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Publik Publik Privat 12765
82
Lampiran 4: Perkiraan Jumlah Watt Setelah Aplikasi Rekomendasi
Konsep
Sumber Cahaya (Watt)
Total Watt
Status
Kawasan Penerangan Jalan 0.5 (300 buah), 10 (114 buah), 15 (159 buah), Penerangan Jalan dan 20 (17 buah), 12630 Orientasi 25 (23 buah), 40 (156 buah), 50 (6 buah), dan 100 (15 Buah) Kawasan Pencahayaan Perkantoran 20 (36 buah) 720 Light Ball Kawasan Pencahayaan Jasa dan Perdagangan 25 (3 buah), 165 Fountain Of Fortune 30 (3 buah) 10 (21 buah), 2310 Harbour Light 50 (42 buah) 40 (8 buah), 530 Welcome Light 30 (7 buah) Kawasan Pencahayaan Permukiman 20 (4 buah), 560 Dancing Light 30 (16 buah) 30 (12 buah) 360 Point Of View 30 (8 buah), 440 Melody Of Light 50 (4 buah) Kawasan Pencahayaan Pendidikan 20 (16 buah), 440 Enlightment 30 (4 buah) Total Keseluruhan (Watt)
Publik dan privat
Publik Publik Publik
Publik Publik Publik
Publik 17435