Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SD Intan Mukhairoh Tiurlina1 Supriadi2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Serang, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] Abstrak
Salah satu tujuan pembelajaran yang paling utama ialah pemahaman, karena tanpa adanya pemahaman dalam pembelajaran khususnya matematika, siswa akan sulit mempelajari materi selanjutnya. Untuk mencapai pada pemahaman tersebut harus adanya proses pembelajaran yang baik dan benar, yang mampu menjadikan pembelajaran tersebut bermakna dan dapat dipahami siswa. Oleh karena itu menurut (Eddy Y & Yus A.S, 2013, hlm. 23) mengatakan bahwa tanggung jawab profesi guru dalam tugas mengajarnya guru memiliki kewajiban untuk melakukan pembaruan dan penyempurnaan pelaksanaan mengajar, dengan cara mencoba metode serta media dalam mengajar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan dengan tujuan untuk melakukan pembaruan dalam pengajaran sebagaimana tugas seorang guru. Yaitu dengan meneliti pengaruh pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra terhadap pemahaman konsep matematik siswa SD. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian jenis True Experimental Pretestt-Postest Control Grup Design. Sampel yang digunakan ialah kelas IV SD yang memiliki 2 rombel, dengan pembagian kelas IV B sebagai kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dan kelas IV A kelas yang mendapat pembelajaran konvensional. Hasil data nilai dari penelitian ini diolah menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows. Hasil dari penelitian ini ialah: (1) terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan yang tidak menggunakan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra terhadap pemahaman konsep matematik untuk siswa SD, dilihat dari analisis data awal, analisis data akhir, dan rata-rata N-Gain atau perbedaan peningkatan pembelajaran dari dua kelas tersebut. (2) sikap siswa positif terhadap pembelajaran Cooperative learning dengan berbantuan geogebra dilihat dari hasil angket dan hasil observasi. Kata Kunci : Cooperative Learning, Kemampuan Pemahaman, Geogebra.
Intan Mukhairoh, Tiurlina, Supriadi. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SD.
EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING WITH UNDERSTANDING THE CONCEPT OF ASSISTED GEOGEBRA STUDENT MATHEMATICAL SD Intan Mukhairoh Tiurlina1 Supriadi2 Study Program Elementary School Teacher Campus Serang, Indonesia University of Education Email :
[email protected] Abstrak
One of the most important learning goals is understanding, because without understanding in learning, especially math, students will be difficult to learn the material further. To reach the understanding that should the learning process is good and right, who is able to make the learning meaningful and understandable to students. Therefore, according to (Eddy Y & Yus U.S., 2013, p. 23) said that the responsibility of the teaching profession in teaching duties of teachers have an obligation to update and improve the implementation of teaching, by way of trying methods and media in teaching. This is consistent with the researchers did research with the aim of reforming the teaching duties as a teacher. That is by researching the influence of learning Geogebra aided cooperative learning mathematical concepts to the understanding of elementary school students. The method used is the method of quasi-experimental research design types True Experimental pretesttpostest Control Group Design. The sample used is the fourth grade who had 2 rombel, with fourth grade B division as the class that gets Geogebra aided learning cooperative learning and class IV A class that received conventional learning. The results of this research value data was processed using SPSS software version 16.0 for Windows. The results of this study are: (1) there are differences in the effect of learning cooperative learning aided Geogebra with those not using the learning cooperative learning aided Geogebra to understanding of the concept of mathematics for elementary school students, seen from the analysis of the initial data, final data analysis, and the average N-Gain or differences in improvement of learning from the two classes. (2) positive student attitudes towards learning Cooperative learning with Geogebra aided seen from the results of questionnaires and observations. Keywords : Cooperative Learning, Understanding Ability, Geogebra.
Metode dan model pembelajaran sudah tidak asing lagi dikalangan seorang
pendidik. Karena dengan penggunaan metode dan model pembelajaran yang
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
tepat akan membuat pembelajaran dapat disenangi anak. Terlebih lagi jika pendidik menggunakan alat peraga yang sesuai. Hal-hal tersebut perlu dilakukan oleh seorang guru agar proses pembelajaran dapat berfungsi dengan optimal. Pembelajaran dapat dikatakan berfungsi optimal apabila siswa dapat memahami konsep dari suatu pembelajaran yang diajarkan. Namun realita saat ini kemampuan pemahaman masih rendah, hal ini dilihat dari hasil observasi lapangan dari beberapa sekolah dasar yang ada di Kota Serang serta pengalaman peneliti dalam mengajar les privat. Siswa di Sekolah Dasar kelas IV mampu mengerjakan soal-soal luas kubus, namun masih bingung ketika diberi pertanyaan untuk menunjukkan daerah luas, rusuk yang saling sejajar, dan rusuk atau sisi yang saling tegak lurus. Mereka mengetahui rumus-rumus dari kubus tersebut, namun tidak memahami konsep dasar dari bangun kubusnya. Sehingga ketika pembelajaran dengan materi tersebut dipelajari kembali dengan tingkat materi yang lebih berkembang siswa akan kesulitan untuk memahaminya. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep matematik. Peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh antara siswa yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan siswa yang hanya mendapat pembelajaran konvensional. Peneliti memilih pembelajaran cooperative learning karena berdasarkan hasil literatur bahwa pembelajaran tersebut dapat merangsang siswa yang kurang aktif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu juga dengan belajar berkelompok siswa akan memiliki rasa saling menghargai, karena 1
Penulis Penanggung Jawab 3 Penanggung Jawab 2
perbedaan dari setiap siswa harus bisa mereka kendalikan agar terjalin kelompok yang baik. Software geogebra peneliti pilih sebagai bantuan untuk pembelajaran cooperative learning, walaupun pada awal pengenalan geogebra begitu asing untuk siswa sekolah dasar, tetapi ketika diberi percontohan untuk membuat bangun ruang kubus menggunakan software geogebra siswa begitu penasaran dan memperhatikan dengan seksama. Hal tersebut peneliti lakukan sebelum dilakukan perlakuan pembelajaran, pretest, ataupun postest. Dengan harapan agar siswa mampu dan mengenal terlebih dahulu software aplikasi yang akan digunakan untuk berbantuan dalam pembelajaran di kelas eksperimen. Setelah beberapa kali bertatap muka dengan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, barulah peneliti memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman matematik siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Esok harinya peneliti mulai memberikan perlakuan pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra fokus pada materi sifat bangun ruang sederhana kubus dan balok, sedangkan di kelas kontrol pembelajaran dengan materi yang sama tetapi menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini diharapkan dapat merubah pandangan siswa bahwa media komputer atau laptop bukan hanya untuk game, menonton video atau sejenis hiburan saja, melainkan juga dapat bermanfaat untuk pembelajaran di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Ali,M :2010) yang menyatakan bahwa software geogebra dapat dimanfaatkan sebagai
Intan Mukhairoh, Tiurlina, Supriadi. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SD. media pembelajaran matematika untuk mendemonstrasikan atau memvisualisasikan konsep-konsep matematik serta sebagai alat bantu untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematik. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman matematik Siswa SD”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan pengaruh pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan yang tidak menggunakan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra terhadap pemahaman konsep matematik untuk siswa SD? 2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran Cooperative learning dengan berbantuan geogebra terhadap pemahaman matematik siswa SD?
METODE Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Sampel yang digunakan ialah kelas IV SD yang memiliki 2 rombel, dengan pembagian kelas IV B sebagai kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dan kelas IV A kelas yang mendapat pembelajaran konvensional, dengan total jumlah sampel 60 siswa. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa kelas IV SDN Unyur Kecamatan Serang Kota Serang. Yang terbagi ke dalam dua kelas IV A dan IV B. Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen tes dibuat berupa soal-soal kemampuan pemahaman matematik, sedangkan
instrumen non tes berupa angket skala sikap dan lembar observasi selama pembelajaran. Peneliti membuat instrumen tes untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik siswa antara kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan yang hanya mendapat pembelajaran konvensional. Sedangkan instrumen non tes skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa sesudah diberikan pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra. Dan untuk lembar observasi digunakan untuk melihat dan mencatat segala aktivitas siswa dan guru yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Jika pretestt dan postest diberikan untuk kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning dan kelas pembelajaran konvensional, skala sikap dan lembar observasi hanya untuk kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra saja. Setelah peneliti mendapatkan data-data hasil penelitian, lalu data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan dan dianalisis sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk menjawab setiap pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Untuk permasalahan yang pertama peneliti melakukan analisis data pretesttpostest mulai dari uji normalitas, uji F, dan perbedaan dua rata-rata, dan analisis rata-rata nilai N-gain ternormalisasi untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa antara kelas yang diberi pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan yang tidak mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif learning berbantuan geogebra. Dan untuk permasalahan kedua peneliti selanjutnya mengolah hasil data skala sikap dan observasi agar terlihat efektifitas pembelajaran tersebut, dan
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
tingkat kesenangan anak ketika mendapat pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra. HASIL DAN PEMBAHASAN
cooperative learning dengan berbantuan geogebra dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematik siswa sekolah dasar.
Diagram 1. Rerata Pretestt dan Postest Pembelajaran Data-data hasil pretestt dan postest dari kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning dengan geogebra dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional seluruhnya dikumpulkan lalu dikelompokkan sesuai dengan kelasnya masing-masing. Setelah itu barulah bisa didapat hasil rata-rata dari masing-masing kelas. Selanjutnya secara umum hasil dari rata-rata pretestt dan posttes dapat dilihat pada diagram 1 di atas. Pada diagram 1 di atas terlihat bahwa rata-rata pretestt sebelum adanya pembelajaran tidak jauh berbeda. Antara dua kelas tersebut memiliki kemampuan pemahaman yang sama. Sedangkan setelah diberikan perlakuan pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, siswa diberikan postest yang hasilnya dapat terlihat pada diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata, antara kelas yang sudah mendapat perlakuan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan kelas yang hanya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran 1
Penulis Penanggung Jawab 3 Penanggung Jawab 2
Diagram 2. Perbandingan Rata-rata Peningkatan N-Gain Perbedaan peningkatan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan pembelajaran konvensional dapat terlihat melalui ratarata N-Gain ternormalisasi. Pada diagram di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor gain kelas eksperimen yang medapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hasil datanya ialah N-Gain untuk kelas yang mendapat pembelajaraan cooperative learning dengan berbantuan geogebra sebesar 0,40, sedangkan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional rata-rata NGain sebesar 0,23. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa lebih baik untuk kelas yang diterapkan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dari pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu maka terdapat perbedaan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan
Intan Mukhairoh, Tiurlina, Supriadi. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SD. geogebra, ini berarti rumusan masalah kedua telah terjawab. Tabel 1. Deskripsi Data Sikap Siswa No
Indikator Sikap
Persentase
1
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika
78%
2
Sikap siswa terhadap pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra
78%
3
Sikap siswa terhadap soal-soal pemahaman konsep sifat bangun ruang kubus dan balok
74%
Berdasarkan kriteria klasifikasi persentase skala sikap pada tabel di atas menunjukkan bahwa :
Untuk indikator sikap siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum, hasil persentase sebanyak 78 % (berada pada rentang 60% - 80%), yang berarti bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran tersebut tergolong tinggi. Untuk indikator sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra hasil persentase sebanyak 78% (berada pada rentang 60% - 80%), yang berarti bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran tersebut tergolong tinggi. Untuk indikator sikap siswa terhadap soal-soal pemahaman konsep sifat bangun ruang kubus dan balok, hasil persentasenya sebanyak 74% (berada pada rentang 60% - 80%), yang berarti
bahwa sikap siswa terhadap soalsoal pemahaman konsep sifat bangun ruang kubus dan balok tergolong tinggi. Selain angket untuk melihat respon siswa dan kesesuaian guru dalam memberikan perlakuan yaitu, peneliti membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Dalam hal ini yang bertindak sebagai observer ialah guru wali kelas IVB atau guru wali kelas eksperimen. Lembar observasi dan angket hanya diberikan pada kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra. Untuk kelas dengan pembelajaran control hanya mendapat pretest dan postest yang sama. Hasil dari lembar observasi ini menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan cooperative learning berbantuan geogebra menggambarkan bahwa siswa sudah memiliki keaktifan, dapat bekerjasama dengan anggota kelompok, memiliki kreatifitas dalam mengerjakan tugas kelompok, dan berani menampilkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dalam hal ini siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran matematika. Serta aktivitas guru pun sudah dianggap sesuai dengan rencana pembelajaran di kelas eksperimen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penggunaan pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematik siswa SD. Serta terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman antara kelas yang diberi pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dengan yang tidak diberi pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra. Peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa salah satunya disebabkan karena siswa bekerjasama dalam kelompok. Dan
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
pembelajaran menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Tabel 2. Rata-rata Indikator Soal Soal Indikator
Eksperimen Kontrol
1
2,23
1,96
2
1,4
1,16
3
2,46
1,76
4
3,13
2,53
5
2,33
1,93
Tabel diatas menjelaskan bahwa untuk instrumen soal nomor 1 dikelas pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra rata-rata dari jawaban siswa hasilnya 2,23 dan kelas pembelajaran konvensional 1,96. Instrumen soal nomor 2 dikelas cooperative learning berbantuan geogebra rata-rata dari jawaban siswa hasilnya 1,4 dan kelas konvensional 1,16. Instrumen soal nomor 3 dikelas cooperative learning berbantuan geogebra rata-rata dari jawaban siswa hasilnya 2,46 dan kelas konvensional 1,76. Instrumen soal nomor 4 dikelas cooperative learning berbantuan geogebra rata-rata dari jawaban siswa hasilnya 3,13 dan kelas kontrol 2,53. Instrumen soal nomor 5 dikelas cooperative learning berbantuan geogebra rata-rata dari jawaban siswa hasilnya 2,33 dan kelas konvensional 1,93. Semakin kecil nilai rata-ratanya maka semakin sedikit siswa yang bisa menjawab soal tersebut artinya kategori soal tersebut semakin sulit siswa kerjakan. Berikut gambar hasil postest siswa kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dan yang mendapat pembelajaran konvensional pada saat penelitian. 1
Penulis Penanggung Jawab 3 Penanggung Jawab 2
Dari hasil posttest yang telah peneliti lakukan untuk soal nomor 1a hasil siswa sudah dikatakan lengkap oleh karena itu mendapatkan skor 4, soal tersebut sesuai dengan indikator pemahaman matematik yaitu menyatakan ulang konsep yang dipelajari. Dengan skor maksimal yang didapat membuktikan bahwa siswa tersebut sudah paham konsep dari bangun ruang kubus. Untuk soal 1b, 2a, dan 2b merupakan soal yang mengacu pada indikator pemahaman mengklasifikasikan objekobjek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Dan untuk soal nomor 3 merupakan soal yang mengacu pada indikator pemahaman menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika. Berdasarkan hasil jawaban siswa bahwa pada saat pretestt kemampuan pemahaman dari kedua kelas masih belum mencapai indikator pemahaman matematik. Siswa masih belum memahami sifat dari bangun ruang kubus dan balok. Berbeda dengan hasil pretestt, jika dilihat dari hasil postest siswa setelah diberikan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra dan siswa yang hanya diberikan pembelajaran konvensional keduanya sama-sama mengalami peningkatan nilai, namun kelas dengan pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga adanya peningkatan tersebut membuktikan bahwa pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra ini berpengaruh terhadap pemahaman matematik siswa sekolah dasar. Sesuai dengan penelitian Dewiatmini, P. (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan konsep matematik. Konsep pemahaman
Intan Mukhairoh, Tiurlina, Supriadi. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SD. ini sangat dibutuhkan agar siswa mudah untuk mempelajari suatu materi lebih kompleks lagi. Selain itu pembelajaran berkelompok mengajarkan nilai sosial pada siswa untuk bekerjasama, dan saling membantu satu sama lain. Dalam penelitian ini tentunya melalui proses persiapan sebelumnya. Jika instrumen pretestt dan posttes ini sebagai alat ukur untuk melihat peningkatan suatu pemahaman matematik siswa, pada saat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra inipun tentunya ditunjang dengan bahan ajar berupa lembar kerjas siswa (LKS). LKS tersebut disusun dengan menggunakan indikator-indikator kemampuan pemahaman matematik dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen. Adapun indikator kemampuan pemahaman matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Menyatakan ulang konsep yang dipelajari. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matemati
Pada lembar kerja siswa yang pertama ini sebagai arahan agar siswa dapat memahami sifat-sifat bangun ruang kubus, ketika lembar kerja siswa ini dibagikan siswa juga diperlihatkan langsung tampilan dari geogebra menggunakan laptop dan infokus. Hal ini membuat siswa dapat melihat lebih jelas bentuk dari bangun ruang kubus tersebut. Dengan berkelompok siswa bekerjasama dalam menyelesaikan lembar kerja siswa ini, tentunya juga dengan arahan dari peneliti. Setelah selesai beberapa kelompok menjelaskan hasil lembar kerjanya pada teman-teman di dalam kelas. Pada lembar kerja siswa kedua berfungsi sebagai penuntun untuk siswa
dapat memahami konsep sifat bangun ruang balok. Pada lembar kerja siswa ketiga ini siswa hanya diperintahkan untuk menentukan mana yang disebut dengan bangun ruang kubus, dan yang mana bangun ruang balok. Meski sangat sederhana namun pertanyaan ini masih membuat ragu siswa dalam mengerjakannya, karena siswa melihat hurufhuruf pada setiap bangun ruang yang berbeda-beda, dan bentuk tampilan dari bangun ruang tersebut juga dibuat berbeda agar siswa mampu lebih teliti untuk menentukan antara bangun ruang kubus dan bangun ruang balok. Karena sebelumnya siswa sudah mempelajari sifat-sifat bangun ruang sederhana kubus dan balok. Maka peneliti hanya mengingatkan kembali pada siswa apa saja sifat dari bangun ruang kubus dan bangun ruang balok yang sudah dipelajari sebelumnya. Setelah di ingatkan kembali akhirnya siswa dapat mengelompokkan antara bangun ruang kubus dan bangun ruang balok. Dalam lembar kerja pertemuan kedua masih membahas materi yang sama namun lebih mengarahkan siswa pada pemahaman antara bentuk bangun ruang kubus dan balok. Siswa diminta untuk membedakan antara bangun ruang kubus dan balok, serta menggambarkan bentuk bangun ruang kubus dan balok dengan posisi yang berbeda. Dalam hal ini dibutuhkan ketelitian dan pemahaman siswa untuk menyelesaikan lembar kerja kelompok tersebut. Meskipun terlihat sederhana, namun lembar kerja keempat ini tidak mudah siswa kerjakan, beberapa siswa kebingungan dengan kalimat “posisi yang berbeda”, pembelajaran sempat gaduh saat siswa mulai bersautan menanyakan maksud dari posisi yang berbeda tersebut. Dengan berbantuan geogebra peneliti berusaha menggerakan bangun ruang kubus dan balok sambil menanyakan seperti apa perubahan setiap gambar ketika bangun ruang tersebut berubah posisi dari bentuk awal ke akhir. Beberapa siswa mulai paham dan mulai mengerjakannya, namun masih ada beberapa siswa yang masih kesulitan, dalam hal ini peneliti membimbing siswa tersebut untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya agar dapat saling berbagi pengetahuan,
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
dengan begitu siswa bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Penelitian ini tentu dalam pelaksanaannya pasti terdapat hambatan-hambatan yang terjadi, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu:
1. Hasil peningkatan pemahaman pada kelas yang diberi pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra belum bisa dikatakan berhasil sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sebelum penelitian tidak adanya uji coba dari lembar kerja siswa yang telah di revisi. Karena sebelum penelitian peneliti hanya melakukan uji lembar kerja siswa sekali saja. 2. Suasana kelas agak kurang kondusif, hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan media bantuan yang digunakan. 3. Kurangnya pengetahuan peneliti dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, sehingga dirasa pembelajaran masih kurang optimal. 4. Siswa belum terbiasa menggunakan pembelajaran cooperative learning, sehingga di awal pengelompokkan terdapat beberapa siswa yang gaduh. 5. Pembelajaran cooperative learning ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga peneliti harus bertindak dan berpikir kreatif agar pembelajaran tetap dapat berjalan meskipun waktu yang tersedia tidak mencukupi. Akan tetapi dari hambatan-hambatan yang telah disebutkan tadi tetap terjadi suatu pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra. Karena sebelum penelitian dilaksanakan peneliti melakukan tatap muka terlebih dahulu dengan siswa yang akan diberikan perlakuan, mengenalkan salah satu bahan ajar berupa software geogebra pada siswa, dan beberapa siswa sempat melakukan praktik membuat bangun 1
Penulis Penanggung Jawab 3 Penanggung Jawab 2
ruang kubus dengan langkah-langkah yang peneliti arahkan pada siswa tersebut. Dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa dalam pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra dapat membuat pembelajaran berkesan bagi anak, karena dalam setiap pembelajaran matematika yang biasa siswa alami jarang menggunakan alat bantuan seperti komputer atau laptop. Siswa mendapat pengalaman dan pengetahuan baru bahwa terdapat software yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika. Menurut (Saputro, B.A.dkk, 2014, hlm. 6) menyatakan bahwa software geogebra juga sebagai alat pedagogi yang dapat digunanakan sebagai alat presentasi, pemodelan, dan penulisan. Perlu pembelajaran atau tatap muka yang cukup sering agar siswa terbiasa dengan pembelajaran berkelompok.
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Rata-rata nilai postest di kelas yang diberi pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra 57,83 dan kelas dengan pembelajaran konvensional hanya 46,83. Hal ini bukti bahwa adanya pengaruh dari pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra terhadap pemahaman konsep matematik. 2. Rata-rata N-Gain pada kelas yang mendapat pembelajaran cooperative learning berbantuan geogebra 0,40 yang termasuk kategori sedang, dan kelas
Intan Mukhairoh, Tiurlina, Supriadi. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Berbantuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa SD. pembelajaran konvensional hasil N-Gain sebesar 0,23 yang termasuk kategori rendah. Hal ini berarti terdapat perbedaan peningkatan pemahaman pembelajaran cooperative learning dengan berbantuan geogebra terhadap pemahaman konsep matematik siswa SD. 3. Analisis jawaban angket siswa dengan kategori kuat atau ratarata persentase diatas 70%. Ini membuktikan bahwa siswa menunjukkan sikap positif dan sangat baik terhadap pembelajaran matematika, terhadap pembelajaran cooperative learning, dan juga terhadap soal-soal kemampuan pemahaman. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengembangkan penelitian ini agar menguji cobakan bahan ajar terlebih dahulu agar hasil dari penelitian dapat berhasil secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Dewiatmini, P. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 14 Yogyakarta dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Mahmudi, Ali. (2010). Pemanfaatan Geogebra dalam Pembelajaran Matematika. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Saputro, B.A., Prayito, M., & Nursyahidah, F. (2014). Geogebra Media Pembelajaran Matematika Dinamis di Sekolah.
Semarang: Universitas Semarang Press.
PGRI
Yusnandar, Eddy dan Saabighot, Yus Alvar. (2013). Belajar dan Pembelajaran di SD. Serang: Ikhwan Mandiri Press.