1| A n t o l o g i U P I
Volume
Edisi No.
Agustus 2016
MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BERCERITA BERPASANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBELAJARAN IPS SD Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia kampus Cibiru
[email protected] Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep pembelajaran IPS di sekolah dasar . Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran yang monoton, kurang bermakna dan kurang mengembangkan konsep. Penelitian ini menggunakan model Cooperative Learning tipe Bercerita Berpasangan sebagai terobosan baru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran IPS di sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Nagreg 01 Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung dengan jumlah siswa 36 orang. penelitian tindakan kelas ini menggunakan model John Elliot yang mengacu pada tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Teknik pengumpulan data menggunakan pedoman catatan lapangan, observasi, lembar wawancara dan lembar evaluasi. Analisis data berupa kualitatif, kuantitatif, dan triangulasi. Nilai hasil belajar siswa pada evaluasi meningkat. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai hasil belajar pada evaluasi siklus I yaitu49,8, siklus II 77,76, dan siklus III 89,42. Dengan demikian, maka model Cooperative Learning tipe Bercerita Berpasangan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar dan meningkatkan pengetahuan siswa mengenai keadaan daerah sekitar. Oleh sebab itu penulis merekomendasikan model tersebut kepada para guru, jika berniat melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk menggunakan model tersebut lebih variatif agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana dengan optimal.
Kata kunci : Bercerita Berpasangan, Cooperative Learning, Pemahaman Konsep.
¹Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205595 2 Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung jawab 3 Dosen Pembimbing 2, Penulis penanggung jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Model Cooperative Learning Tipe Bercerita Berpasangan Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS SD| 2 COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE PAIRED STORRYTELLING TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF CONCEPT IN LEARNING SOCIAL STUDIES IN PRIMARY SCHOOL
Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia kampus Cibiru
[email protected]
This research is motivated by the lack understanding of concept in learning social studies in primary school. This happened because the learning model is monotonous, less meaningful and less developed the concept. This study used Cooperative Learning model type Paired Storytelling as a breakthrough to improve the understanding of students’s concept in learning social studies in primary school. The aim of this study is to improve the understanding of concept in learning social studies in primary school. The research was conducted in the fourth grade students of SD Negeri Nagreg 01 Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung with 36 students. This class action research used John Elliot model which refers to three cycles and each cycle consist of three actions. The data collection technique used the guidance field notes, observation, interview sheets and evaluation sheets. Analysis of data conducted in the form of qualitative, quantitative and triangulation. The score in the students’s evaluation learning outcomes increased. This is seen from the average score of the results in the evaluation of the first cycle is 49.8, second cycle is 77.76, and third cycle is 89.42. Thus, Cooperative Learning model type Paired Storytelling is able to improve students's understanding of concept in learning social studies in primary school and increase student's knowledge about the condition of surrounding area. Therefore, the author recommend the model to the teachers, if someone intend to continue this research, be expected to use the model with more varied so that implementation of learning will be optimal.
Keywords: Cooperative Learning Model, Paired Storytelling, Understanding Concept
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
3| A n t o l o g i U P I
Volume
PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam setiap interaksi yang dilakukan manusia, manusia selalu berkomunikasi antar manusia satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk menyampaikan ide, gagasan, harapan, keinginan, dan ekspresi diri. Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari interaksi sosial terutama di lingkungan atau tempat dimana ia berada, Maka dari itu diperlukanya keterampilan sosial agar manusia tersebut mempunyai kompetensi dan keterampilan sosial sehingga bisa menyesuaikan diri dimanapun ia berada. Susanto(2014, hlm. 41) mengungkapkan “keterampilan sosial adalah rangkaian kompetensi penting bagi siswa untuk memulai dan memelihara hubungan sosial positif dengan teman sebaya, pengajar atau lingkungan masyarakat lainnya”. Keterampilan sosial merupakan bagian penting dari kompetensi sosial. Cartledge dan Milburn (dalam Susanto, 2014, hlm. 42) mengungkapkan bahwa: Keterampilan sosial terdiri dari tiga konstruk, yaitu penyesuaian sosial, performasi sosial dan keterampilan sosial. Bagi seorang anak, keterampilan dan kompetensi sosial merupakan faktor penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial dan dinilai oleh sebaya sebagai anak yang tidak memiliki keterampilan sosial, akan kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan lingkungannya, bahkan akan jadi ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya. Dalam kehidupan sosial di masyarakat pentingnya memiliki Ketetampilan sosial diantaranya penyesuaian sosial yang mana keterampilan ini supaya individu bisa menyesuaikan diri atau mengikuti alur
Edisi No.
Agustus 2016
kehidupan dengan lingkungan soaial masayarakat dimanapun ia berada, performasi soaial yaitu keterampila berprilaku atau beretika dalam lingkungan sosial masyarakat dan juga keteramilan sosial secara umum yang menyangkut pada kemampuan dan pengetahuan dalam renah sosial itu sendiri. Pembelajaran dan pembentukan keterapilan sosial harus diterapkan sejak dini atau usia anak-anak agar mereka terlatih dan mempunyai keterampilan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya bahkan masyarakat lainnya sehingga mereka dapat menyesuaikan dengan keadaan sosial yang ada dan dapat di terima oleh lingkungannya dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut agar seseorang mempunyai keterampilan sosial maka diperlukannya sebuah proses pembelajaran, baik pembelajaran yang didapatkan dari lingkungan sosialnya ataupun dari pendidikan formal. Dalam pendidikan formal keterampilan sosial seseorang didapat dan dimuat dalam sebuah mata pelajaran yaitu Ilmu pengetahuan sosial (IPS), yang mana dalam IPS ini mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan pemahaman sosial. Susanto (2014, hlm. 41) mengungkapkan bahwa “pengembangan mata pelajaran IPS diarahkan pada pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan global yang selalu mengalami perubahan setiap saat”. Pengembangan ilmu pengetahuan sosial juga mangembangkan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang untuk memasuki era globalisasi. Berkaitan dengan hal tersebut dalam proses pendidikan ini juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Hal ini sejalan dengan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi:
¹Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205595 2 Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung jawab 3 Dosen Pembimbing 2, Penulis penanggung jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Model Cooperative Learning Tipe Bercerita Berpasangan Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS SD| 4 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmun, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian undang-undang diatas diuraikan bahwa tujuan pendidikan tersebut diwujudkan dalam berbagai mata pelajaran. Diantaranya dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial yaitu mata pelajaran yang menjadikan siswa sebagai warga negara yang memiliki sikap demokrasi, bertanggung jawab serta memiliki potensi yang baik dalam memajukan pembangunan bangsa kearah yang lebih baik.Ilmu pengetahuan sosial di negara kita yang diatur dan disahkan oleh Peraturan Pemerintah (dalam Sapriya, 2015, hlm. 46) sebagai berikut: Disahkannya UU No.20/2003 yang diikuti oleh adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan perlu adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pengembangan kurikulum mata pelajaran Sekolah umumnya dan khususnya untuk mata pelajaran IPS mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Sejalan dengan penetapan pemerintah mengenai pentingnya dilaksanakan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ini sehingga dimuat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yaitu KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) seperti yang telah diungkapkan oleh Susanto (2014, hlm. 32) bahwa tujuan pendidikan IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemu, di tingkat lokal, nasional, dan global. Pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di Sekolah dasar rata-rata di dominasi oleh pembelajaran pengetahuan dasar yang bersifat naratif dan deskriptif atau berbentuk hafalan yang mana dalam hal ini siswa memerluakan pengetahuan dan ingatan sebagai penunjangnya. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang berbentuk hafalansiswa membutuhkan pembelajaran yang efektif dan bermakna sehingga siswa mampu memahami, mudah diingat dan mudah disimpan dalam ingatansiswa. Permasalahan yang terjadi dilapangan dalam pembelajaran IPS di SD susahnya mempelajari pembelajaran IPS yang bersifat naratif dan deskriftif atau berbentuk hafalan sehingga berdampak pada rendahnya pemahaman konsep
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
5| A n t o l o g i U P I
Volume
siswa pada pembelajaran IPS di SD. Hal tersebut karena berbagai faktor, diantaranya yaitu karena materi pelajarannya terlalu banyak yang harus diingat, dan metode pembelajaran yang monoton sehingga siswa susah memahami mengenai pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Dari beberapa permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Dasar yang telah di jelaskan diatas, penulis telah menganalisis dan menemukan solusi yang cocok untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut. Permasalahan utamanya ialah susahnya memahami bahan pelajaran yang besifat deskriptif dan naratif atau hafalan dan metode atau cara mengajar guru dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang kurang relevan dan cenderung monoton sehingga siswa susah untuk memahaminya. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis menawarkan sebuah solusi yaitu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe bercerita berpasangan (Paired Storytelling) dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Dasar terutama dalam pembelajaran yang bersifat deskriftif dan naratif atau bentuk hafalan. Dalam model bercerita berpasangan ini siswa akan dikelompokan, masing-masing kelompok berjumlah 2 orang atau berpasangan dan akan terjadi komunikasi aktif antara siswa yang satu dengan pasangannya.
Edisi No.
Agustus 2016
pembelajaran di kelas secara lebih profesional.Desainpenelitian yang digunakandalampenelitianiniadalahdesain Elliot yang dilaksanakansebanyaktigasiklusdansetiap siklusterdiridaritigatindakan. Partisipanpadapenelitianiniadalahsis wa kelas IV di SD Nagreg 01, kecamatan Nagreg, kabupaten Bandung. Siswa kelas IV tersebut berjumlah 36 orang siswa. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu catatan lapangan, lembar observasi, lembar kerja siswa, alat evaluasi, wawancara.Teknikanalisis data yang digunakanyaituanalisis data kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan penelitian dengan menggunakan model cooperative learning tipe Bercerita Berpasangan (paired storytelling) yang telah dilaksankan,dapatdilihatbahwapemahama n konsep siswameningkatpadasetiapsiklusnya. Untuklebihjelasnya, peningkatantersebutdapatdilihatpadagam barberikut.
100 80 60
Tindakan 1
40
Tindakan 2
20
Tindakan 3
0
METODE
Siklus 1Siklus 2Siklus 3
Metodepenelitian yang digunakanadalahPenelitianTindakanKelas (PTK).Menurut Hendriana dan Afrilianto (2014, hlm. 31) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki/meningkatkan praktik
Gambar 1 Nilai Rata-rata hasil evaluasi
Untuk melihat peningkaan pemahaman konsep, dilihat dari hasil belajar siswa, yang mana untuk mengetahui hasil belajar ini didapat dari
¹Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205595 2 Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung jawab 3 Dosen Pembimbing 2, Penulis penanggung jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Model Cooperative Learning Tipe Bercerita Berpasangan Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS SD| 6 evaluasi siswa. Berdasarkan hasil tes evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 tindakan 1 kebanyakan siswa memperoleh nilai rendah/di bawah 70. Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 28 orang. dengan perolehan nilai 100: 1 0rang, nilai 90: 1 0rang, nilai 80:1 orang, nilai 70: 3 orang, nilai 60: 7 orang, nilai 50: 3 orang, nilai 40: 4 orang, nilai 30: 2 orang, nilai 20: 2 orang dan nilain 10: 4 orang. dengan demikian pada siklus 1 tindakan 1 ini jika KKM siswa adalah 70, maka siswa yang memenuhi KKM berjumlah 5 orang atau (17,86%) sedangkan sisanya 23 siswa atau (82,14%) siswa belum memenuhi KKM. Pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 tindakan 2 kebanyakan siswa memperoleh nilai rendah/di bawah 70. Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 26 orang. dengan perolehan nilai 90: 1 0rang, nilai 80:1 orang, nilai 70: 3 orang, nilai 60: 4 orang, nilai 50: 8 orang, nilai 40: 4 orang, nilai 30: 2 orang, nilai 20: 2 orang dan nilain 10: 2 orang. dengan demikian pada siklus 1 tindakan 1 ini jika KKM siswa adalah 70, maka siswa yang memenuhi KKM berjumlah 5 orang atau (15,38%) sedangkan sisanya 23 siswa atau (84,62%) siswa belum memenuhi KKM. Lalu, pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 tindakan 3 kebanyakan siswa masih memperoleh nilai rendah/di bawah 70. Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 28 orang. dengan perolehan nilai 100: 4 0rang, nilai 90: 2 0rang, nilai 80: 2 orang, nilai 70: 3 orang, nilai 60: 3, nilai 40: 2 orang, nilai 30: 2 orang, nilai 20: 6 orang dan nilain 10: 3 orang. dengan demikian pada siklus 1 tindakan 1 ini jika KKM siswa adalah 70, maka siswa yang
memenuhi KKM berjumlah 5 orang atau (33,33%) sedangkan sisanya 23 siswa atau (66,66%) siswa belum memenuhi KKM. Tindakan
Jumlah siswa
1 2 3
28 1350 26 1270 30 1570 Rata-rata Tabel 1.
Jumlah Total nilai
Nilai ratarata 48,21 48,85 52,33 49,80
Hasil evaluasi siklus 1. Pada penelitia siklus II memperoleh peningkatan. Berdasarkan hasil tes evaluasi yang dilakukan pada siklus II tindakan 1, hasil evaluasi siswa dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 32 orang. dengan perolehan nilai 100: 2 0rang, nilai 92: 5 0rang, nilai 83: 7 orang, nilai 75: 9 orang, nilai 67: 2 orang, nilai 58: 2 orang, nilai 50: 3 orang, dan nilai 33: 2. dengan demikian pada siklus II tindakan 1 ini jika KKM siswa adalah 70, maka siswa yang memenuhi KKM berjumlah 23 orang atau (71,87%) sedangkan sisanya 9 siswa atau (28,13%) siswa belum memenuhi KKM. Pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus II tindakan 2. Hasil evaluasi siswa, dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 35 orang. dengan perolehan nilai 100: 10 0rang, nilai 90: 4 0rang, nilai 80: 3 orang, nilai 70: 10 orang, dan nilai 60: 8 orang. dengan demikian pada siklus II tindakan 2, siswa yang memenuhi KKM berjumlah 23 orang atau (65,71%) sedangkan sisanya 12 siswa atau (34,29%) siswa belum memenuhi KKM. Selanjutnya pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus II tindakan 3.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
7| A n t o l o g i U P I
Volume
Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 36 orang. dengan perolehan nilai 100: 8 0rang, nilai 90: 1 0rang, nilai 80: 15 orang, nilai 70: 7 7 orang, nilai 60: 5. maka siswa yang memenuhi KKM berjumlah 31 orang atau (86,11%) sedangkan 5 siswa atau (14,89%) siswa belum memenuhi KKM. Tindakan Jumlah Jumlah Nilai siswa Total ratanilai rata 1 32 2382 74,43 2 35 2780 79,42 3 36 2860 79,44 Rata-rata 77,76 Tabel 2. Hasil evaluasi siklus 2. 2 Berdasarkan hasil tes evaluasi yang dilakukan pada siklus III tindakan 1 mengalami perubahan ke arah peningkatan yang signifikan. Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 34 orang. dengan perolehan nilai 100: 5 0rang, nilai 90: 10 0rang, nilai 80: 12 orang, dan nilai 70: 7 orang. dengan demikian pada siklus III tindakan 1, semua siswa memenuhi KKM. Pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus III tindakan 2, semua siswa mendapatkan hasil yang diharapkan. Dengan rincian an sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 34 orang. dengan perolehan nilai 100: 20 0rang, nilai 90: 3 0rang, nilai 80: 7 orang, nilai 70: 4 orang. dengan demikian pada siklus III tindakan 2, semua siswa memenuhi KKM. Nilai N minimal yang didapat siswa 70. Lalu pada tes evaluasi yang dilakukan pada siklus III tindakan 3, semua siswa mendapatkan hasil yang diharapkan. Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa yang hadir dan mengikuti tes evaluasi sebanyak 32 orang. dengan n perolehan nilai 100: 20
Edisi No.
Agustus 2016
0rang, nilai 90: 3 0rang, nilai 80: 7 orang, nilai 70: 4 orang. dengan demikian pada siklus III tindakan 2, semua siswa memenuhi KKM. Nilai minimal yang didapat siswa 70. Tindakan
1 2 3
Jumlah siswa
Jumlah Total nilai 2850 3110 2950
34 34 32 Rata-rata Tabel 3 Hasil evaluasi siklus 33.
Nilai ratarata 83,82 91,47 92,42 89,24
Peningkatan eningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV menggunakan model Cooperative Learning tipe bercerita berpasangan berbasis kearifan lokal ini mendapatkan peningkatan yang cukup singkat persiklusnya
rata Nilai Rata-rata persiklus 77,76
89,42
49,8
siklus 1 siklus 2 siklus 3
Gambar 2 rata persiklus Nilai rata-rata Dari grafik di atas dapat di tarik kesimpilan, bahwa dalam penelitian ini terjadi peningkatan setiap siklu siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata rata nilai hasil evaluasi
¹Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205595 2 Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung P jawab 3 Dosen Pembimbing 2, Penulis enulis penanggung jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Hari Muhamad Tawakal¹, Solihin Ichas H², Nono Harsono S³ Model Cooperative Learning Tipe Bercerita Berpasangan Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS SD| 8 siswa yaitu 49,80. Dari penelitian yang dilaksanakan pada siklus I, peneliti mendapat beberapa temuan. Setelah itu melalui refleksi, analisis dan rekomendasi perbaikan yang selanjutnya dibuat perencanaan dan pelaksanaan tindakan Pada siklus II nilai rata-rata nilai hasil evaluasi siswa meningkat yaitu, menjadi 77,76 dan pada sikus 3 juga mendapatkan peningkatan menjadi 89,42. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan mengenai penggunaan model pembelajaran Cooperative learning tipe Bercerita Berpasangan untuk meningkatkan Pemahaman Konsep IPS SD. sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe bercerita berpasangan dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar. 2. peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV menggunakan model Cooperative Learning tipe bercerita berpasangan berbasis kearifan lokal ini mendapatkan peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 nilai ratarata nilai hasil evaluasi siswa yaitu 49,80. Setelah itu melalui refleksi, analisis dan rekomendasi perbaikan, nilai hasil evaluasi siswa meningkat pada siklus II menjadi 77,76 dan pada sikus III juga mendapatkan peningkatan menjadi 89,42.
DAFTAR PUSTAKA Herdiana dan Afrilianto. (2014). Panduan badi Guru Penelitian Tindakan Kelas susatu Karya Tulis ilmiah. Bandung: PT Reflika Aditama Sapriya. (2015). Pendidikan IPS. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA Sisdiknas. (2013). Undang-undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: fokusmedia Susanto. (2014). Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. PRENANDAMEDIA GROUP
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.