APLIKASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN MEDIA PETA KONSEP SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA Istu Handono email:
[email protected] SMA Negeri 1 Kota Banyuwangi Jawa Timur Abstract This Classroom Action Research is implemented with the aim of applying cooperative learning models by using the table media as a learning tool to improve students' understanding of class XI IS3 on the subject APBN and APBD. This Classroom Action Research was conducted two rounds (two cycles) that in each cycle comprising the steps of action planning, action, action observing, analysis and reflection. Based on the results of this study concluded that the application of cooperative learning model by using the table media as a learning tool to improve students' understanding of class XI IS3 on the APBN and APBD in SMAN I Banyuwangi. Based on student’s responses recap known that the use of cooperative learning model application by using media tool can create a table of subject matter and teacher’s teaching how to be interesting for students. Keywords: Cooperative learning, the table media, APBN dan APBD. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal karena merupakan jenjang pendidikan yang melanjutkan dasar-dasar keilmuan dari Sekolah Menengah Atas. Sesuai dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan kurikulum 2004 menjadi KTSP saat menuntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pendidikan yang kompetitif dan komparatif agar mampu mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional yang diharapkan. Salah satu SDM di bidang pendidikan yang harus berjuang keras mewujudkan hal itu adalah guru, sebab di pundak gurulah pelaksanaan kurikulum pada tingkat pembelajaran diserahkan. Pelaksanaan KTSP untuk guru dapat menciptakan pembelajaran aktif atau kreatif bagi siswa, sehingga dapat menimbulkan kegembiraan dalam belajar. Berkaitan dengan hal itu, guru harus menguasai berbagai strategi pembelajaran dengan mencoba menerapkan berbagai metode maupun penggunaan media yang dapat menarik perhatian siswa, sekaligus mampu mengajak siswa 934
935
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
untuk berpikir kreatif, aktif dan inovatif. Kompetensi mata pelajaran PPkn kelas XI IPS.3 di SMAN I Banyuwangi merupakan kompetensi pemahaman yang harus disampaikan dalam pembelajran tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus ditetapkan dicapai 72. Dari hasil pengamatan mengenai pembelajaran PPkn di Kelas XI IPS.3 tentang kemampuan konsep PPkn APBN dan APBD diperoleh bahwa pembelajaran dimulai dengan menjalaskan materi APBN dan APBD dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru, pada saat menerangkan hanya ada 3 siswa yang mengajukan pertanyaaan tentang materi yang kurang jelas dan guru langsung menjawab pertanyaaan yang disampaikan oleh siswa, siswa hanya mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru, dari umpan balik pertanyaan dari guru hanya mampu dijawab 3 pertanyaan yang benar. Berarti berdasarkan pengamatan dan hasil tes yang dilakukan, prestasi siswa kelas XI IPS.3 Kompetensi Dasar APBN dan APBD masih sangat rendah, siswa yng berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 51,62% dari Kriteria Ketuntasan yang ditetapkan 70,00%. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya siswa kurang dapat memahami konsep yang diberikan yang berarti pula bahwa efektivitas pembelajaran yang dilakukan masih rendah. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan: Mengaplikasikan model cooperative Learning dengan media Peta Konsep
sebagai alat bantu dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPS.3 pada materi pokok APBN dan APBD “ TINJAUAN PUSTAKA Dalam pembahasan keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan hasil belajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa atau seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pengetahuan, pemahaman, sikan dan tingkah laku, ketrampilan dan kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek lain (Nana Sudjana, 1990). Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibeda yaitu tujuan pengajaran, pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar mengajar. PPkn merupakan ilmu yang termasuk rumpun sosial. Menurut Bromcy (1994) keterampilan proses sosial mencakup ketrampilan dasar yaitu: (a) pengamatan, (b) mencatat data (c) mengukur (d) mengimplementasikan prosedur dan (e) mengikuti instruksi dan diikuti ketrampilan proses. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Adapun elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah: (1) interaksi tatap muka siswa yang dapat bertatap muka dalam kelompok, dapat saling berdialog, (2) akuntabilitas individu, penilaian
Istu Handono, Aplikasi Model Cooperative…
ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi antar siswa yang bersifat asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti tengah, pengantar. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah adalah al wasth yang artinya juga tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antar dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau penghubung. Dalam pembelajaran di kelas, media menjadi perantara agar pesan yang akan disampaikan guru dapat dikirim dan dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif” (Yudhi Munadi, 2008) Menurut Nurimansyah Hasibuan (1982), media Peta Konsep adalah media pandang yang berupa perhitungan angka-angka yang tidak diproyeksikan. Media ini antara lain berupa : gambar, grafik, angkaangka, Peta Konsep, kolom itu sendiri dan benda lain yang langsung bisa dilihatnya. Media Peta Konsep ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perantara yang lebih efektif dalam proses pembelajaran.
936
Siswa diharapkan memahami materi yang disampaikan oleh guru denga media Peta Konsep. Tujuan penggunaan media Peta Konsep menurut Saparmoko (1998) adalah: (1) untuk membangkitkan keinginan dan minat baru dalam belajar. Melalui media Peta Konsep siswa akan memperoleh pengalaman yang lebih luas (2) untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh, pengalaman yang konkrit berinteraksi menjadi pengertian. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pelaku PPkn terdiri dari empat, yaitu rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri. Arti Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu (satu tahun), yang telah disetujui oleh DPR. Arti Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran daerah yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu (1 tahun), yang telah disetujui oleh DPRD. Pada dasarnya fungsi APBN dan APBD sebagai berikut: (1) fungsi alokasi adalah fungsi APBN dan APBD dialokasikan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran pemerintah dan daerah, dan (2) fungsi distribusi adalah fungsi APBN dan APBD untuk memberikan berbagai macam subsidi kepada masyarakat yang akan diberikan oleh pemerintah. Pada dasarnya tujuan APBN dan APBD sebagai berikut (1) sebagai pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah, dan (2) dapat
937
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
digunakan
sebagai
target
yang
hendak dicapai pemerintah / daerah
Anggaran Penerimaan
Anggaran Pengeluaran
RAPBN / D
APBN / D Pos Penerimaan
Pos Pengeluaran
1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan bukan pajak 3. Hibah
Realisasi
1. Belanja Pemerintah 2. Belanja Barang 3. Belanja Daerah
Gambar 1. Struktur APBN dan APBD
Permasalahan Siswa kelas XI IS3 kesulitan pada materi pokok APBN dan APBD khususnya dalam menentukan penerimaan dan pengeluaran dalam perhitungan Hasil Tindakan Menerapkan model cooperative learning dengan menggunakan media Peta Konsep sebagai alat bantu pembelajaran
Siswa dapat menentukan penerimaan dan pengeluaran dalam perhitungan dan memahami materi pokok APBN dan APBD
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Konsep-konsep PPkn khususnya pada materi APBN dan APBD yang bersifat konkrit dan sulit
untuk dibuktikan secara nyata karena berupa angka-angka (baik itu penerimaan dan pengeluaran), jika
Istu Handono, Aplikasi Model Cooperative…
cara menyampaikan hanya menggunakan metode ceramah jelas tidak mudah diterima oleh siswa, maka harus dengan contoh yang nyata (misalnya dengan uang kertas). Dengan model pembelajaran seperti ini motivasi siswa tidak akan bangkit, proses pembelajaran bersifat pasif sehingga siswa cenderung malas dan bosan. METODE PENELITIAN Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IS3 MAN 1 Surakarta, siswa kelas tersebut 26 siswa laki-laki semua Tempat penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SMAN I Banyuwangi dengan pertimbangan karena kelas XI IPS3 hasil pencapaian KKM pada kelas tersebut masih rendah. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai dengan Desember 2013 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua kali putaran (dua siklus) yang dalam tiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi tindakan serta analisis dan refleksi Siklus I: (1) Perencanaan Tindakan: Setelah dilakukan identifikasi permasalahan secara seksama melalui analisis terhadap data ulangan dan tugas siswa, serta wawancara terhadap beberapa siswa diketahui bahwa rendahnya prestasi siswa kelas XI IPS.3 pada kompetensi dasar badan usaha “menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD”, disebabkan sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada materi pokok APBN dan APBD khususnya dalam menentukan Peta Konsep perhitungan penerimaan dan pengeluaran dana. Untuk mengatasi
938
permasalahan tersebut dilakukan upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan/ aplikasi model kooperatif menggunakan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran Beberapa kegiatan yang selanjutnya dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran cooperative learning yang disajikan denan menggunakan Peta Konsep sebagai alat bantu; (2) merancang dan membuat media Peta Konsep yang akan digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran; (3) menyusun perangkat tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa; dan (4) menyusun perangkat monitoring pelaksanaan tindakan. (2) Pelaksanaan Tindakan: Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah: (a) Pendahuluan: Kegiatan guru, membuka pelajaran dengan menyampaikan: Salam pembuka, Menyampaikan tujuan pembelajaran, Memotivasi siswa untuk memusatkan perhatian dengan mengartikan APBN, APBD, fungsi, tujuan menyusun APBN dan APBD. Kegiatan siswa: Mendengarkan, memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru. (b) Kegiatan Inti: Kegiatan Guru: Menjelaskan dengan media Peta Konsep APBN dan APBD, Menyuruh siswa menyebutkan elemen-elemen yang termasuk penerimaan dan pengeluaran APBN dan APBD. Kegiatan Siswa: Mendengarkan dan memperhatikan informasi guru, Memperhatikan dan mengikuti petunjuk guru. (c) Penutup: Kegiatan guru: Mengajak siswa untuk
939
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
menerangkan kembali materi yang baru saja dipelajari, Mengevaluasi kegiatan dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan meminta siswa untuk mengisi lembar observasi yang dibagikan. Kegiatan siswa: Bersama guru merangkum materi yang sudah dipelajari, Mengisi lembar observasi yang dibagikan guru dan mengumpulkannya kebali. (3) Observasi tindakan: Pada tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap tindakan kelas yang dilakukan peneliti dengan menggunakan perangkat monitoring untuk guru dan perangkat evaluasi untuk siswa. Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan adalah rekan/ kawan guru PPkn sebagai kolaborasi yang diamati adalah: (a) Kinerja
guru: Data-data diperoleh dengan lembar pengamatan pelaksanaan tindakan yang sudah disiapkan. (b) Interaksi siswa dalam pembelajaran: Alat yang digunakan untuk memperoleh data-data juga menggunakan lembar pengamatan (4) Analisis dan Refleksi: Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data-data hasil observasi tindakan dan juga tugas yang dikerjakan siswa pada siklus I untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan tindaka yang telah dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini apabila digambarkan dalam bentuk diagram seperti terlihat pada gambar 3.
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaa
Analisis &Refleksi Gambar 3. Siklus penelitian tindakan kelas. Siklus II: (1) Perencanaan Tindakan: Setelah data / informasi yang terkumpul selama pelaksanaan tindakan siklus yang berupa nilai hasil tes siswa dan gambaran proses pembelajaran yang terangkum dalam lembar observasi hasil dari pengamatan 1 dan 2 serta lembar observasi sikap siswa dianalisis dan dievaluasi. Beberapa kegiatan yang selanjutnya dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah: (1) penyusunan ulang rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan yang ditemukan dari tindakan siklus 1, (2) dilakukan penyempurnaan media Peta Konsep yang akan digunakan yaitu dengan menambah pola. (2) Observasi Tindakan: Seperti pada siklus 1, observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas siklus 2 dilakukan oleh satu orang pengamat dengan menggunakan perangkat monitoring untuk guru dan perangkat evaluai untuk siswa.
Istu Handono, Aplikasi Model Cooperative…
b
b Pelaksanaan
Pelaksanaan a
c
Perencanaan
940
Observasi
d
a
c
Perencanaan
Observasi
d Analisis dan refleksi
Analisis dan refleksi
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
(3) Analisis dan Refleksi: Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data-data hasil observasi tindakan dan juga hasil tugas yang dikerjakan siswa pada siklus 2 untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif, yang cara mengumpulkan data adalah: (a) Data kinerja guru: lembar observasi, (b) Data interaksi siswa: lembar observasi, (c) Data suasana kelas: lembar observasi. (d) Data tanggapan siswa: lembar observasi. (e) Data hasil belajar siswa: tes/tugas-tugas siswa Dasar untuk memperoleh keberhasilan memiliki indikator pelaksanaan tindakan kelas ini adalah apabila guru mampu mengatasi masalah rendahnya tingkat pemahaman siswa pada materi pokok APBN dan APBD yang ditandai dengan tercapainya tingkat ketuntasan belajar minimal siswa > 72 (dengan KKM = 72)
HASIL PENELITIAN Siklus I: (1) Tahap Perencanaan / Persiapan Tindakan: Pada tahap pertama ini dilakukan identifikasi tentang proses pembelajaran PPkn di kelas XI IPS.3 SMAN I Banyuwangi tahun 2013 / 2014 khususnya pada pembelajaran kompetensi kasar “Menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)”. Identifikasi ini bertujuan untuk mengungkapkan aspek apa saja yang menjadikan siswa kelas XI IPS.3 mengalami kesulitan dalam materi tersebut. Hasil analisis terhadap data nilai ulangan dan tugas siswa, serta dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa menunjukkan sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada materi pokok APBN dan APBD terutama untuk menentukan elemen penerimaan anggaran dan pengeluaran anggaran khususnya cara menempatkan data (anggaran)
941
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
yang harus dimasukkan dalam penerimaan atau pengeluaran anggaran. (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan: Secara garis besar urutan langkah yang dilakukan adalah: (1) Dengan media Peta Konsep, peneliti menjelaskan kepada siswa mengapa pajak dan non pajak termasuk unsur / elemen yang berada di sebelah kiri (penerimaan) dan belanja barang serta gaji pegawai subsidi ditaruh di sebelah kanan (pengeluaran). Siswa diajak untuk menghubungkan di antara kedua elemen tersebut dengan mengingat letak sebelah kiri atau sebelah kanan. (2) Selanjutnya untuk melatih keterampilan dan menanamkan konsep, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 6 siswa dengan pembagian sesuai nomor urut presensi siswa. Kepada setiap kelompok diberikan satu amplop media Peta Konsep dan daftar tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok maupun tugas yang harus diselesaikan individu siswa untuk dapat mengerjakan tugas individu pada tahap II. (3) Observasi Tindakan: Untuk mengurangi adanya pengaruh faktor subjektivitas, peneliti meminta bantuan kepada satu orang pengamat untuk melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas pada siklus pertama ini. Pada saat pengamatan tindakan dilakukan suasana ruangan terang terasa agak panas karena cuaca. Di dalam ruang tersebut siswa dapat leluasa bergerak dan dapat saling memposisikan diri untuk saling berhadapan. Tempat siswa menggunakan media Peta Konsep cukup luas karena kelas tersebut terdapat meja dan kursi yang biasanya digunakan untuk
pelaksanaan pembelajaran. Posisi papan tulis dapat terlihat dengan baik oleh semua siswa dalam ruang tersebut. (4) Analisis dan Refleksi: Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data-data hasil observasi tindakan dan juga hasil tugas yang dikerjakan siswa pada siklus I untuk menegtahui tingkat ketercapaian tindakan yang dilakukan. Dari analisis akan diketahui kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Peneliti mencermati apa saja yang telah berhasil dituntaskan, apa yang belum dapat dituntaskan, serta hambatan-hambatan apa yang dialami. (5) Analisis Data Hasil Observasi: (a) Hasil Tes Siswa: Hasil tes siswa pada pelaksanaan tindakan kelas siklus pertama ini apabila dibandingkan dengan tes. Berdasarkan data perbandingan nilai hasil tes sebelum siswa diberi tindakan dengan setelah diberi tindakan pada siklus pertama mengenai APBN dan APBD nampak bahwa ada perbaikan nilai yang cukup signifikan. Nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 11,67% dan tingkat ketuntasan naik sebesar 38,90%.Secara individu masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai sangat rendah, yaitu nilai 20 (siswa), nilai 30 (6 siswa) dan secara komulatif nilai dibawah 50 sebanyak 10 siswa atau sekitar x 100 = 28,57%. (b) Pengamatan/ Observasi Pelaksanaan: Berdasarkan hasil pengamat 1 terhadap pelaksanaan tindakan guru yang menerapkan/aplikasi
Istu Handono, Aplikasi Model Cooperative…
cooperative learning dengan menggunakan media model Peta Konsep sebagai alat Bantu dalam pembelajaran materi APBN dan APBD. Nampak bahwa secara umum aplikasi model pembelajaran dan media yang digunakan sesuai (cocok). Hal ini nampak bahwa aplikasi model dan media Peta Konsep tersebut dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan baik atau baik sekali, hal tersebut akan menumbuhkan rasa senang pada siswa, dan bisa tercapai suasana yang komunikatif ketika proses pembelajaran berlangsung. (c) Sikap Siswa: Apabila dicermati hasil perhitungan rekap respon siswa terhadap pembelajaran pelaksanaan tindakan siklus pertama pada Peta Konsep, pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning dengan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada materi APBN dan APBD mendapat respon yang baik dari siswa. (6) Refleksi: Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diperoleh dari observasi pelaksanaan tindakan siklus pertama ini diperoleh bahwa secara umum pemilihan model pembelajaran cooperative learning dengan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajarn dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi APBN dan APBD. Hal ini terlihat dari meningkatnya tingkat ketuntasan dan nilai rata-rata yang diperoleh. Penggunaan model dan media ini juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Siklus II: (1) Tahap Perencanaan (Persiapan Tindakan): Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus pertama diperoleh bahwa secara umum pemilihan
942
model pembelajaran cooperative learning dengan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi APBN dan APBD. Model tersebut juga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan baik dan dapat menciptakan suasana menarik dalam belajar. (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan: Tahap ini merupakan saat di mana peneliti melaksanakan pembelajaran dengan model cooperative learning menggunakan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah skenario pembelajaran yang telah diperbaiki berdasar hasil analisis dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus pertama dan yang dirumuskan dalam RPP. Secara garis besar urutan langkahlangkah yang dilakukan oleh peneliti adalah: (a) Memotivasi siswa dengan menekankan akan pentingnya menuliskan fungsi dan tujuan APBN dan APBD dalam berbagai unsur atau elemen yang berhubungan dengan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). (b) Mengingatkan kembali kepada siswa bahwa anggaran yang digunakan suatu Negara adalah Anggaran Pendapatan Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sangat penting. (3) Observasi Tindakan: Untuk mengetahui situasi dan kondisi saat pelaksanaan penelitian tindakan siklus kedua dilakukan, peneliti kembali meminta kepada pengamat I yang melakukan observasi tindakan pada siklus
943
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
pertama. Hal ini dilakukan agar pengamat sekaligus dapat membandingkan situasi dan kondisi pada saat pelaksanaan tindakan siklus pertama dan siklus kedua. Suasana ruangan tempat dilakukannya pelaksanaan tindakan siklus kedua ini hampir sama dengan keadaan pada saat pengamatan tindakan siklus pertama yaitu suasana ruangan cukup terang, terasa agak panas karena cuaca, siswa dapat leluasa bergerak. (4) Analisis dan Refleksi: Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Dengan menggunakan data-data yang diperoleh dan hasil observasi tindakan peneliti menganalisis kelemahan, hambatan yang ada serta keuntungan dan kelebihan yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas ini untuk memperbaiki proses pembelajaran. (5) Analisis Data Hasil Observasi: (a) Hasil Tes Siswa: Berdasarkan rekap di atas perbandingan hasil tes siswa tersebut nampak pada pelaksanaan tindakan siklus II ini ada keunikan nilai ratarata kelas dan juga kenaikan jumlah nilai dengan > 70 bila dibandingkan dengan hasil tes tindakan siklus pertama. Hasil tes siswa pada pelaksanaan tindakan siklus kedua, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 11,57% terhadap siklus pertama dan 7,87% terhadap sebelum adanya tindakan. Untuk tingkat ketuntasan, hasil pelaksanaan tes pada tindakan siklus kedua mengalami kenaikan 38,9% bila dibandingkan terhadap siklus pertama dan kenaikan 100% bila dibandingkan dengan siklus yang kedua, memberi dampak positif pada proses pembelajaran terbukti dapat
menaikkan nilai rata-rata kelas. Akan tetapi apabila dicermati secara individual masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai sangat rendah yaitu 30 sebanyak 1 siswa. Sedangkan secara komunikatif jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari 50 sebanyak 1 siswa. (b) Pengamatan Pelaksanaan Tindakan: Apabila dicermati data rekapan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus kedua yang dilakukan pengamat I dan pengamat 2 mengidentifikasikan bahwa model cooperative learning dengan media Peta Konsep ini sangat baik untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, menciptakan suasana menarik dalam belajar sehingga sangat baik untuk dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar (6) Refleksi: Analisis terhadap data yang diperoleh dari observasi pelaksanaan tindakan siklus II memperkuat hasil analisis terhadap data pengamatan yang diperoleh pada tindakan siklus I yaitu bahwa secara umum pemilihan model pembelajaran cooperative learning dengan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi APBN dan APBD sangat baik dan sesuai diterapkan dalam pembelajaran. Tindakan siklus II mampu meningkatkan tingkat ketuntasan minimal siswa dan ratarata kelas yang diperoleh pada siklus I. perbaikan penggunaan model dan media yang dilakukan pada siklus II juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, begitu juga sikap senang siswa pada materi dan proses pembelajaran jika dibandingkan terhadap kondisi yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I.
Istu Handono, Aplikasi Model Cooperative…
Belajar PPkn Secara Mudah, Yogyakarta: FE UNY
Pelaksanaan tindakan siklus II juga lebih dapat menciptakan suasana menarik dalam belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat peneliti simpulkan sebagai berikut: (1) Aplikasi model cooperative learning dengan media Peta Konsep sebagai alat bantu dalam pembelajaran baik sekali untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran, dapat menciptakan suasana bermain dalam belajar dan dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar PPkn. (2) Pada penelitian tindakan kelas ini dengan aplikasi model cooperative learning dengan media Peta Konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok APBN dan APBD dengan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan sebesar 67,71 dan tingkat ketuntasan sebesar 72 dan nilai ratarata kelas pada siklus I sebesar 60% serta nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 63,00 dengan tingkat ketuntasan sebesar 70 dengan demikian bahwa tindakan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan (tingkat ketuntasan) sebesar 89,92%
944
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Muhammad Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya Mardianto dan Amir Suhardimanto, 2007, Dunia PPkn, SMA – MA kelas XI, Jakarta: Yudistira Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nurimansyah Hasibuan. 1982. Pengantar Ekonometrika Edisi Pertama Cetakan 7 belas, Yogyakarta: BPFE UGM Oemar
Hamaliki, 1994, Media Pendidikan. Jakarta: Alumni
DAFTAR PUSTAKA Arif
S. Sadiman. 1998. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 1991. Media Pengajaran, Depdikbud Dirjek Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Das Salirawati, 2007, Media Peta Konsep Sebagai Sarana
Sugiyanto, 2008, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG), Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta Suparmoko, 1998, Pengantar PPkn Makro Edisi Ketiga Cetakan ke 003, Yogyakarta: PBFE UGM