PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA
Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Agung Cipto Harjono 4201409097
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hari
: Rabu
Tanggal
: 4 September 2013
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping
Dr. Sarwi, M.Si.
Dr. Sulhadi, M.Si.
NIP: 19620809 198703 1 001
NIP: 19710816 199802 1 001
ii
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 4 September 2013
Agung Cipto Harjono NIM. 4201409097
iii
iv
PENGESAHAN Skripsi yangberjudul Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa disusun oleh Agung Cipto Harjono 4201409097 telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 4 September 2013. Panitia : Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. NIP: 19631012 198803 1 001
Dr. Khumaedi, M.Si. NIP: 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Drs. Hadi Susanto, M.Si NIP: 19530803 198003 1 003 Anggota Penguji/ Pembimbing Utama
Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping
Dr. Sarwi, M.Si. NIP: 19620809 198703 1 001
Dr. Sulhadi, M.Si. NIP: 19710816 199802 1 001
iv
v
MOTTO “Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”(Sayidina Ali) " Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya " (Abraham Lincoln)
PERSEMBAHAN Skripsi ini untuk : Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberi doa, kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku. Kaka dan adikku terimakasih atas dukungan dan doanya. Kekasih ku tersayang, dan beberapa sahabat ku yang senantiasa memberi dukungan. Teman-teman kos on7. Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2009.
v
vi
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikkan skripsi yang berjudul “ Penerapan
Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa ”. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Dr. Kasmadi Imam S, M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES 3. Dr. Sarwi, M.Si., dan Dr. Sulhadi, M.Si, dosen pembimbing yang telah membimbing penyusunan skripsi. 4. Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si., dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah memberikan bekal ilmu. 6. Mokh. Idi Fitriyadi, S. Pd., Kepala SMP Negeri 2 Jatibarang yang telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melakukan penelitian 7. Guru Fisika SMP N 2 Jatibarang yang telah membantu penelitian 8. Teman-teman angkatan 2009 Jurusan Fisika yang telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi. 9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan semua.
vi
vii
Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, September 2013
Penulis
vii
viii
ABSTRAK Harjono, Agung Cipto. 2013. Penerapan model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Sarwi, M.Si, Pembimbing II: Dr. Sulhadi, M.Si. Kata Kunci : Active learning, Kooperatif, Pemahaman Konsep, Kinerja Siswa. Pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered) sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pembelajaran di sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa. Penerapan model active learning berbasis kooperatif diharapkan meningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas VIII dalam pembelajaran fisika sub bahasan alat optik. Sampel diambil secara random sampling diperoleh siswa kelas VIIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dari populasi yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Kelas eksperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif, sedangkan kelas kontrol menggunakan model active learning diskusi. Data dari penelitian ini diperoleh dari tes dan observasi. Teknik analisis data tes menggunakan model kuantitatif sedangkan untuk observasi menggunakan analisis deskriptif. Peningkatan pemahaman konsep siswa diukur dengan tes tertulis sebelum treatmen (pre-test) dan sesudah (pos-test). Peningkatan pemahaman konsep dapat dilihat melalui uji gain. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai gain pemahaman konsep 0,58 termasuk kategori sedang dan lebih tinggi dari nilai gain pemahaman konsep yang diperoleh kelas kontrol yaitu 0,51 tergolong sedang. Data nilai kinerja siswa dari hasil observasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 diuji dengan uji gain untuk mengetahui peningkatan kinerja siswa. Nilai gain kinerja siswa kelas eksperimen 0,22 tergolong rendah dan lebih tinggi dari nilai gain kinerja siswa yang diperoleh kelas kontrol yaitu 0,04 tergolong rendah. Dari beberapa hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Peningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.
viii
ix
ABSTRACT Harjono, Agung Cipto. 2013. Implementation Active Learning Based Cooperative Model to Increase Conceptual Understanding and Students Performance. Thesis, Physics Departement, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Supervisor I: Dr. Sarwi, M.Si, Supervisor II: Dr. Sulhadi, M.Si. Keywords : active learning, Coopertive, Conceptual Understanding, Students’ Performance. Learning should be centered on the learners (student centered) in accordance with the demands of the Education Unit Level Curriculum (SBC) which is required for any educational institution. Learning in schools that implement the SBC is still conventional teacher-centered. Implementation of active learning based cooperative model can increase conceptual undersanding and student performance class VIII in the physics study of Optic. The sampel were taken as random sampling and the sampel were class VIII E as the experiment class and class VIII B as the control class from the population student class VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Experiment class got active learning based cooperative and control class got active learning discussion. The data in this research were obtained by tests and observations. Technique analysis of the data uses quantitive methods, while for observation data using descriptive analysis. The improvements of students’ conceptual understanding were calculated with pre-test and postest. The improvement of conceptual understanding could be seen with the gain test. Gain number of conceptual understanding In experimental class was 0,58 that’s category of medium and it was better than in the control class 0,51 that’s category of medium. The data of students’ performance from observation in first and second meeting was tested with gain test. Gain number of experiment class was 0,22 that’s category of small and it was higher than control class 0,04 that’s category of small. From the calculations above, it can be concluded that the model of active learning based cooperative can improve conceptual understanding and students’ performance. The improvement of conceptual understanding and students’ performance that get active learning based cooperative model is better than student that get active learning discussion.
ix
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii PERNYATAAN ................................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v PRAKATA .......................................................................................................... vi ABSTRAK............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5 1.4 Manfaat Peneltian ........................................................................................... 5 1.5 Batasan Masalah ............................................................................................. 6 1.6 Penegasan Istilah............................................................................................. 6 1.6. 1 Active Learning ......................................................................................... 6 1.6. 2 Pembelajaran Kooperatif ............................................................................ 7 1.6. 3 Pemahaman Konsep .................................................................................. 8 1.6. 4 Kinerja Siswa ............................................................................................. 8
x
xi
1.6. 5 Alat Optik .................................................................................................. 9 1.7 Sistematika Skripsi.......................................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .......................................... 11 2.1
Belajar dan Pembelajaran ........................................................................... 11
2.2
Active Learning .......................................................................................... 13
2.3
Pembelajaran Kooperatif ............................................................................ 16
2.4
Pemahaman Konsep ................................................................................... 19
2.5
Kinerja Siswa ............................................................................................. 21
2.6
Materi Alat Optik ....................................................................................... 23
2.1
Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31
2.2
Hipotesis ................................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35 3.1
Subjek dan Lokasi Penelitian ...................................................................... 35
3.1. 1 Populasi dan Sampel................................................................................... 35 3.1. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 36 3.2
Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
3.3
Desain Penelitian ........................................................................................ 37
3.4
Alur Penelitian ........................................................................................... 37
3.5
Teknik dan Alat Pengumpulan Data............................................................ 39
3.5.1 Teknik dan Alat dokumentasi ..................................................................... 39 3.5.2 Teknik dan Alat Observasi.......................................................................... 39 3.5.3 Teknik Tes ................................................................................................. 40 3.5.4 Pengujian Instrumen ................................................................................... 40
xi
xii
3.6 Metode Analisis Data ...................................................................................... 43 3.5. 1 Analisis Data Tahap Awal .......................................................................... 43 3.5. 2 Analisis Data Tahap Akhir ......................................................................... 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 49 4.1
Hasis Analisis Data Tahap Awal................................................................. 49
4.3.1 Uji Homogenitas ........................................................................................ 49 4.2
Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir ................................................ 50
4.3.1 Kemampuan Pemahaman Konsep ............................................................... 50 4.3.2 Analisis Kinerja Siswa................................................................................ 52 4.3.3 Uji Normalitas ............................................................................................ 53 4.3.4 Uji Kesamaan Dua Varians ......................................................................... 54 4.3.5 Uji Gain ..................................................................................................... 54 4.3.6 Uji t Satu Sampel........................................................................................ 56 4.3.7 Uji t Dua Sampel ........................................................................................ 57 4.3
Pembahasan................................................................................................ 58
4.3.1 Pemahaman Konsep ................................................................................... 58 4.3.2 Kinerja Siswa ............................................................................................. 62 4.3.3 Kendala-Kendala Penelitian........................................................................ 64 BAB V PENUTUP............................................................................................... 66 5.1
Simpulan .................................................................................................... 66
5.2
Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68 LAMPIRAN ......................................................................................................... 71
xii
xiii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test ......................................37 4.1 Hasil Uji Homogenitas .................................................................................49 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...54 4.3 Uji t Satu sampel Pos-test Kelas Eksperimen ...............................................56 4.4 Analisis Uji t Dua Sampel Nilai Pos-test Pemahaman Konsep ......................57 4.5 Analisis Uji t Dua Sampel signifikasi Gain Pemahaman Konsep ..................57
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.1 Bagan deskripsi komponen TGT ..................................................................7 2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata ..............................................................24 2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi.........................26 2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi .............27 2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera..........................................................28 2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lup................................................................29 2.6 Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop .....................................................30 2.7 Kerangka Berfikir ........................................................................................33 3.1 Alur penelitian .............................................................................................38 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa .............................................................................50 4.2 Data Nilai Post-test Siswa ............................................................................51 4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep ..........................................................52 4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1..........................................................52 4.5 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 2..........................................................53 4.6 Peningkatan Rata-Rata Pemahaman Konsep .................................................55 4.7 Peningkatan Tiap Aspek Pemahaman Konsep ..............................................55 4.8 Peningkatan Rata-Rata Kinerja Siswa ..........................................................56
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ........................................................................ 71 2. Soal Uji coba .............................................................................................. 77 3. Rubrik Penilaian Soal Ujicoba .................................................................... 78 4. Daftar Kode Responden Kelas Uji coba Instrumen ...................................... 82 5. Analisis Uji Coba Instrumen ....................................................................... 83 6. Perhitungan Validitas Butir Soal ................................................................. 84 7. Perhitugnan Reliabilitas .............................................................................. 85 8. Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................................................. 86 9. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal........................................................... 87 10. Silabus ...................................................................................................... 88 11. RPP Kelas Eksperimen.............................................................................. 89 12. LDS I Alat Optik ....................................................................................... 95 13. LDS II Alat Optik ..................................................................................... 97 14. Kartu Soal Pertemuan I ............................................................................. 99 15. Kartu Soal Pertemuan II ............................................................................ 100 16. Kunci Jawaban Kartu Soal ........................................................................ 101 17. Lembar Aturan Permainan ........................................................................ 102 18. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Pos-test........................................................... 103 19. Rekap Jumlah Soal Pre-test dan Pos-test ................................................... 106 20. Soal Pre-test dan Pos-test .......................................................................... 107 21. Rubrik Penilaian Soal Pre-test dan Pos-test ............................................... 108
xv
xvi
22. Kriteria Observasi Kinerja Siswa............................................................... 111 23. Lembar Observasi Kinerja Siswa............................................................... 113 24. Nilai Ulangan Tengah Semester 2 Kelas VIII ............................................ 114 25. Uji Homogenitas Populasi ......................................................................... 115 26. Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................... 116 27. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen .................................................. 117 28. Pembagian Kelompok Kelas Kontrol......................................................... 118 29. Analisis Hasil Pre-test Kelas Eksperimen.................................................. 119 30 Analisis Hasil Pre-test Kelas Kontrol ......................................................... 120 31. Analisis Hasil Pos-test Kelas Eksperimen ................................................. 121 32. Analisis Hasil Pos-test Kelas Kontrol ........................................................ 122 33. Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ..................................................................................... 123 34 Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ............................................................................................ 124 35. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ..................................................................................... 125 36. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ............................................................................................ 126 37. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ............................... 127 38. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Kontrol...................................... 128 39. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pos-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................................................... 129
xvi
xvii
40. Perhitungan Uji Gain Kelompok ............................................................... 130 41. Peningkatan rata-rata (gain) Pemahaman Konsep Masing-masing Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................. 131 42. Uji Gain Tiap Aspek Pemahaman Konsep ................................................. 132 43. Uji t Satu Sampel Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ................................... 133 44. Uji t Dua Sampel Data Pos-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol........ 135 45. Uji t Dua Sampel Signifikasi Gain` ........................................................... 136 46. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I.................. 137 47. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ........................ 138 48. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ................ 139 49. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II ....................... 140 50. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Kelas Eksperimen ........................... 141 51. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol........................ 142 52. Uji Gain Kinerja Siswa Pertemuan I dan Pertemuan II .............................. 143 53. Foto Kegiatan Penelitian ........................................................................... 144
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Salah satu prinsip untuk pengembangan KTSP adalah berpusat pada kompetensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik
dan
lingkungannya.
Kurikulum
ini
dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Soehendro, 2006: 5). Kurikulum sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2). Menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
1
2
Kegiatan pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered). Ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pada kenyataannya di lapangan menunjukan bahwa kebanyakan kegiatan pembelajaran di sekolah – sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama bulan maret 2013 di kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang, saat pembelajaran fisika berlangsung proses pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah dan penugasan kepada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menyampaian teori dan siswa mencatat. Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini akan berakibat pada meningkatnya kinerja siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir pembelajaran yang bersifat teacher centered dan pembelajaran akan beralih menjadi student centered. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered adalah model pembelajaran Active Learning.
3
Active Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Active Learning lebih menekankan pada suatu pembelajaran yang membuat siswanya melakukan aktivitas belajar yang bermanfaat dan berpikir tentang apa yang siswa lakukan (Prince, 2007: 1). Siswa bukan lagi sebagai obyek melainkan subyek yang mencari informasi, mencari sumber belajar, membangun pengetahuan berdasarkan apa yang siswa lakukan, apa yang siswa lihat dan apa yang siswa dengar. Pada model ini, guru hanya sebagai fasilitator dan bukan sebagai satusatunya sumber belajar siswa (Yerigan, 2008: 19). Jika siswa aktif maka hal itu menunjukkan bahwa siswa tertarik pada materi yang dipelajari sehingga kinerja siswa dalam kelas pun akan meningkat. Active Learning ini juga memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menemukan beberapa konsep dengan berbagai alternatif yang berbeda antar siswa sehingga pemahaman siswa terhadap konsep meningkat. Salah satu model pembelajaran yang juga dapat meningkatkan kinerja siswa dan Pemahaman konsep adalah model permbelajaran kooperatif. Hasil penelitian Awofala, et al., (2012) menunjukan bahwa penerapan model kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dalam hal pemahaman dan aplikasi daripada di tingkat pengetahuan kognisi. Hasil penelitian Zakaria, dkk (2010) juga menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa dalam matematika serta sikap siswa dalam pembelajaran matematika.
4
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam satu kelompok, karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Pembelajaran kooperatif juga ditekankan bahwa siswa yang bekerja pada satu kelompok harus dapat bekerjasama dengan baik, hal ini akan mengarahkan siswa untuk saling membantu, saling diskusi, saling berargumen, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu (Slavin, 2005: 2). Berdasarkan hal ini, kinerja siswa dapat meningkat dan diharapkan siswa akan memahami konsep atau teori yang diajarkan dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menjadikan model pembelajaran Active Learning yang berbasis kooperatif sebagai salah satu cara membuat pembelajaran fisika lebih menarik dan melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran di kelas melalui penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA”.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan yang diteliti adalah: 1. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa? 2. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif. 2. Mengetahui peningkatan kinerja siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif.
1.4
Manfaat Penelitian Bagi Guru a. Memberikan masukan agar pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan dan kedekatan dengan siswa. b. Mengembangkan kreativitas guru dalam melakukan pembelajaran.
6
Bagi Siswa a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. b. Meningkatkan pemahaman konsep fisika pada siswa. c. Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik. d. Meningkatkan kinerja siswa dalam pembelajaran. Bagi Sekolah Memperluas wawasan tentang berbagai model yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.
1.5
Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. 2. Penelitian ini terbatas pada penerapan model active learning berbasis kooperatif yang digunakan pada mata pelajaran fisika untuk sub pokok bahasan alat optik.
1.6
Penegasan Istilah
1.6.1 Active Learning Active learning atau pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa akan dapat mempelajari materi pelajaran dengan baik.
7
1.6.2 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2). Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Menurut Awofala ( 2012) model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan. Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Bagan deskripsi komponen TGT
8
Penelitin ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Media pembelajaran yang digunakan adalah lembar diskusi dan kartu soal kartu soal. 1.6.3 Pemahaman Konsep Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan
batu-batu
pembangun
dalam
berpikir.
Konsep-konsep
merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk memutuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 2011). Konsep dalam fisika adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu dan konsep yang mempermudah komunikasi antar manusia dan membantu manusia berfikir ( Berg, 1988). Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa yang sama dengan konsepsi para fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa dalam memahami hubungan antar konsep pada materi alat optik. 1.6.4 Kinerja Siswa Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3). Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa pada saat belajar dalam kelompok (team study).
9
1.6.5 Alat Optik Materi alat optik merupakan salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran fisika SMP kelas VIII. Materi alat optik diajarkan pada siswa kelas VIII ketika memasuki semester 2 akhir. Setelah melakukan koordinasi dan menyampaikan tujuan penelitian terhadap guru fisika di SMP tempat dilaksanakan penelitian, materi alat optik dipilih sebagai materi yang digunakan dalam penelitian.
1.7
Sistematika Skripsi Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.
1.7.1 Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar dan daftar tabel. 1.7.2 Bagian Isi Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut: Bab 1
: Pendahuluan Bagian bab 1 ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.
10
Bab 2
: Tinjauan Pustaka Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis.
Bab 3
: Metode Penelitian Bagian bab 3 ini berisi metode yang digunakan untuk analisis data yang meliputi: metode penentuan objek penelitian,
metode
pengumpulan
data,
penyusunan
instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab 4
: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian bab 4 ini berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh yang disertai dengan analisis data serta pembahasannya.
Bab 5
: Penutup Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saransaran.
1.7.3 Bagian Akhir Skripsi Bagian bab akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1
Belajar dan Pembelajaran Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat oleh para pakar psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman
yang
diperolehnya
dan
praktik
yang
dilakukannya
(Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007). Morgan dkk. (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan. Sedangkan Ani (2007: 02) menyaakan bahwa belajar merupakan proses terpenting dalam diri manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan, belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
11
12
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman siswa. Sementara menurut aliran behavioristik upaya untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar disebut pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan mmperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku (Sughandi dkk., 2007: 34). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2012: 14). Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa. Pembelajaran
sains
harus
dapat
membantu
siswa
dalam
mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi sains serta mengajarkannya secara lebih efisien dan efektif.
13
Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi sehingga teori-teori fisika sangat membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif. Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Semua proses fisika ternyata dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar. Pemahaman ini memerlukan pengetahuan abstraksi dari proses yang bersangkutan dan penalaran teoretis secara terperinci dalam komponen-komponen dasarnya secara berstruktur agar dapat dirumuskan dan diolah secara kuantitatif. Perumusan kuantitatif ini memungkinkan dilakukan analisis secara mendalam terhadap masalah yang dikaji dan melakukan prediksi tentang hal-hal yang bakal terjadi berdasarkan model penalaran yang diajukan. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya prediksi dan kontrol fisika.
2.2
Active Learning Meyer & Jones (1993) dalam Kennedy (2007: 183) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide – ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari.
14
Menurut Silberman (2004), ketika belajar adalah aktif, siswa melakukan
banyak
aktivitas,
dan
otak
siswa
belajar
berfikir,
menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Secara garis besar active learning atau pembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa akan dapat mempelajari materi pelajaran dengan baik. 2.2.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran aktif. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses pembelajaran aktif antara lain: 1. Kerja kelompok Semua peserta didik aktif dan mendapatkan kesempatan yang sama. Jumlah peserta didik perkelompok tidak lebih dari 6 orang. Adanya umpan balik antarpeserta didik dalam kelompok, antar kelompok dan antara guru-kelompok/seluruh kelas. 2. Kegiatan belajar Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif. Mendorong peserta
didik mencari
jawaban atas pertanyaan.
informasi, data,
dan
mencari
15
3. Teknik bertanya dan penilaian proses Semua
peserta
didik
diberi
kesempatan
yang
cukup
untuk
mengemukakan pendapat dan bertanya. Setiap peserta didik diberi kesempatan lebih dahulu untuk mencoba menjawab pertanyaaan temannya. Guru memberi umpan balik atau catatan bagi setiap tugas yang diberikan 4. Penggunaan beragam sumber belajar Menggunakan lingkungan sekolah serta pengalaman sebagai sumber belajar. Menggunakan
sumber belajar dari media cetak maupun elektronik.
5. Pajangan Hasil kerja, karya serta portofolio peserta didik dipajang di kelas. Tercapainya ciri pembelajaran aktif di atas tentu tidak mudah, khususnya bagi yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran pasif. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber
belajar
yang ada agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Counfucius
dalam Silberman (2004: 1) telah menyatakan tiga
pernyataan sederhana tentang belajar aktif, salah satu pernyataan counfucius adalah “apa yang saya lakukan,saya paham”. Ini berarti dengan
16
belajar aktif, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Sedangkan Mel silberman memperluas tiga pernyataan counfucius tersebut dengan pernyataan yang disebut paham belajar aktif. Paham belajar aktif berisi 4 pernyataan, yaitu : a. Apa yang saya dengar, saya lupa. b. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham. c. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan
dan lakukan, saya akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. d. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya Salah satu alasan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara-pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Berdasarkan hasil penelitian Laws et al. (1999) tentang active learning, pemahaman konsep siswa meningkat setelah diterapkan model active learning.
2.3
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2). Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games
17
Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Awofala et al., (2012) menyatakan bahwa model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan. Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut: a. Presentasi Kelas Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Tim Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
18
c. Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. e.
Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari tingkat mereka. Berdasarkan hasil penelitian Van Wyk (2011: 9) tentang model TGT bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menumbuhkan karakter siswa.
19
2.4
Pemahaman Konsep Pemahaman berasal dari kata “paham” dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan paham apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskanya. Menurut Dahar (1996:160) konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasigeneralisasi. Untuk menyelesaikan suatu masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsepkonsep yang diperolehnya. Secara umum pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk
makna
atau
pengertian
suatu
konsep
berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Pada pemahaman konsep, dikenal suatu teori Benjamin Bloom yang disebut Taksonomi Bloom. Uniknya pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga katagori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga katagori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu : a. Pengetahuan (knowledge) / C1 Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau menggali
informasi
sebelumnya.
(materi
pembelajaran)
yang
telah
dipelajari
20
b. Pemahaman (comprehension) /C2 Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran c. Penerapan (application) /C3 Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. d. Analisis (analysis) /C4 Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan materi kedalam bagian-bagian dalam sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis (syntesis) /C5 Sintesis mengacu pada kemampuan menggabung bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru f. Penilaian (evaluation) / C6 Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang materi pembelajaran untuk tujuan tertentu. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi alat optik, maka instrumen hasil belajar ranah kognitif menggunakan C1 sampai C4 untuk siswa tingkat SMP. Hasil belajar pada ranah afektif berhubungan dengan sikap, minat, emosi, perhatian, penghargaan, dan pembentukan karakteristik diri. Hasil belajar afektif tampak dalam siswa bertingkah laku, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman serta hubungan sosial. Hasil belajar
21
pada ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan kemampuan gerak dan bertindak.
2.5
Kinerja Siswa Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3). Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1995) mengemukakan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa berdasarkan cara siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Stiggins (1994)
juga mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja
siswa, guru menghendaki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat diamati.Penilaian terhadap keterampilan (skill) dan karya cipta siswa menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes kinerja. Tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis. Tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penampilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai
22
dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menilai kinerja dalam proses pembelajaran (Brualdi, A. 1998) : 1. Mendefinisikan tujuan dari penilaian kinerja. Dalam rangka mengelola penilaian yang baik, maka harus menentukan tujuan utama penilaian yang dilakukan. Tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini adalah untuk menilai proses yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan memahami konsep alat optik. 2. Memilih kegiatan yang akan digunakan dalam penilaian kinerja. Setelah menentukan tujuan penilaian kinerja, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa. Kegiatan yang dinilai meliputi kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran. 3. Menentukan kriteria penilaian kinerja. Mendefinisikan kriteria dalam penilaian kinerja dilakukan untuk memilih kegiatan-kegiatan mana yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa.
23
4. Membuat rubrik penilaian kinerja. Rubrik adalah sistem penilaian dimana guru dapat menentukan tingkat
kemampuan
siswa
melakukan
tugas
atau
menampilkan
pengetahuan tentang konsep. Dengan rubrik, guru dapat menentukan berbagai tingkat kemahiran untuk setiap kriteria. Rubrik penilaian kinerja dapat dibuat sendiri atau bisa mencontoh dari rubrik yang sudah ada. Selain itu, kinerja pada setiap tingkat harus didefinisikan secara jelas dan akurat mencerminkan kriteria yang sesuai (Popham,1995). 5. Menilai kinerja. Langkah terakhir adalah melakukan penilaian kinerja siswa dalam proses pembelajaran.
2.6
Materi Alat Optik
2.6.1 Pengertian Alat Optik Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik adalah dengan memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. Pemantulan cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambat cahaya pada reflektor. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.
24
2.6.2 Mata Mata merupakan salah satu alat optik, karena pada mata terdapat benda optik yaitu lensa. Pembentukan bayangan pada mata dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik : 1. Kornea Merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagianbagian lain dalam mata yang halus dan lunak. 2. Aqueous humor (cairan) Terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata. 3. Lensa Terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan. 4. Iris (otot berwarna) Berfungsi untuk membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
25
5. Pupil Berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. 6. Retina (selaput jala) Terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, terbalik dan diperkecil. Pada retina terdapat bintik buta yang mengandung sel batang dan bintik kuning yang mengandung sel kerucut. 7. Bintik buta Merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas atau tidak kelihatan kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning. Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan
hitam/putih dan yang berbentuk
sel
kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata. Karena berbagai hal, kadang-kadang bayangan tidak terbentuk tepat di retina. Hal ini terjadi jika mata mengalami cacat atau objek berada diluar jangkauan penglihatan. Berikut ini adalah beberapa kelainan pada mata :
26
1. Miopi (rabun jauh) Miopi atau rabun jauh adalah salah satu jenis cacat mata yang penglihatannya tampak buram jika melihat benda-benda jauh. Miopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cekung karena dapat menyebarkan sinar agar bayangan tepat di retina. Skema pembentukan bayangan pada mata yang menderita miopi dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi
2. Hipermetropi (rabun dekat) Hipermetropi atau rabun dekat
adalah cacat
mata
yang
penglihatanya tidak jelas untuk benda-benda yang dekat. Hipermetropi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cembung karena dapat mengumpulkan sinar agar bayangan tepat di retina. Skema pembentukan bayangan pada mata yang menderita hipermetropi dapat dilihat pada gambar 2.3.
27
Gambar 2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi
3. Presbiopi (mata tua) Presbiopi merupakan cacat mata yang lebih banyak disebabkan oleh faktor usia. Orang yang usianya sudah lanjut, daya akomodasinya semakin lemah sehingga lensa mata sukar mencembung secembungcembungnya dan sukar memipih sepipih-pipihnya. Cacat mata presbiopi adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh atau dekat dengan jelas. Untuk menolong orang yang menderita cacat mata presbiopi, harus digunakan kacamata rangkap. Lensa kacamata rangkap terdiri atas lensa cekung untuk melihat benda-benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda-benda dekat. 2.6.3 Kamera Kamera merupakan salah satu alat optik yang besar manfaatnya. Dengan adanya kamera kamu dapat mengabadikan kejadian-kejadian penting dan bersejarah dalam bentuk gambar. Kamera terdiri atas tiga bagian utama, yaitu lensa, diafragma, dan film. Cara kerja kamera adalah Benda yang akan diambil gambarnya diletakkan di depan kamera, cahaya yang dipantulkan oleh objek tersebut akan diterima oleh lensa cembung dan akan dibiaskan sehingga
28
membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil di film. Kedudukan lensa terhadap film dapat diubah-ubah. Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang terbentuk jatuh tepat di atas film. Pada film, terdapat zat kimia yang peka terhadap cahaya. Cahaya gelap dan cahaya terang masing-masing akan meninggalkan jejak yang berbeda pada kamera. Dari film, gambar tersebut dapat dicuci dan dicetak.
Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera Jika diperhatikan, prinsip kerja antara kamera dan mata kita adalah sama. Mata kita menangkap bayangannya di retina yang akan diolah oleh otak melalui saraf, sedangkan pada kamera, bayangan yang ditangkap lensa dibentuk pada film. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung bersifat nyata dan terbalik. Bayangan yang dibentuk pada film kamera bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. 2.6.4 Lup Lup adalah alat optik yang menggunakan lensa cembung untuk melihat benda-benda kecil. Lup biasa digunakan untuk melihat namanama jalan di peta yang tercetak sangat kecil, melihat gambar di perangko, dan melihat komponen-komponen jam tangan yang kecil.
29
Agar benda terlihat, maka benda diletakkan di antara titik pusat (O) dan titik fokus (F) sehingga terbentuk bayangan yang bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Saat bayangan terbentuk di titik dekat mata, maka mata berakomodasi maksimum. Jika ingin mengamati benda dengan lup tanpa berakomodasi, maka benda diletakkan tepat di titik fokus lensa sehingga yang masuk ke mata berupa sinar sejajar. Ini dikatakan mengamati dengan mata tidak berakomodasi. Perbesaran bayangan pada lup dapat dihitung dengan persamaan berikut : a. Mata berakomodasi maksimum , dengan Sn adalah jarak titik dekat mata, dan f adalah
jarak fokus lensa. b. Mata tidak berakomodasi , dengan Sn adalah jarak titik dekat mata, dan f adalah jarak
fokus lensa.
Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lup (a) mata berakomodasi (b) mata tidak berakomodasi
30
2.6.5 Mikroskop Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lensa ini dinamakan lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif adalah lensa yang diletakkan dekat dengan objek yang akan diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang diletakkan dekat mata. Jarak fokus lensa objektif lebih kecil dari jarak fokus lensa okuler (fob < fok). Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif di antara Fob dan 2Fob. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif akan menjadi benda bagi lensa okuler. Bila diamati dengan mata berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di antara titik pusat lensa okuler dan titik fokus okuler (Fok). Sedangkan jika diamati dengan mata tanpa berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di titik fokus lensa okuler (Fok).
Gambar 2.6 Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop
31
2.7
Kerangka Berfikir Fakta yang ada di lapangan, pembelajaran masih bersifat informatif,
siswa
kurang
aktif
dalam
pembelajaran
dan
proses
pembelajaran masih menekankan pada aktivitas mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Hal ini berakibat pada rendahnya kinerja para siswa serta kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi yang diajarkan. Model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Melalui model ini, siswa akan menemukan
sendiri
konsep-konsep
materi
yang
diajarkan
dan
mengembangkan pengetahuan tentang materi tersebut dengan diskusi kelompok. Akan tetapi, efektivitas model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran memerlukan penelitian lebih lanjut. Untuk itu perlu dibuat terlebih dahulu perangkat penelitiannya dengan membagi 2 kelas yaitu menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eskperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol menggunakan model active learning dengan diskusi. Variabel dalam penelitian meliputi model active learning berbasis kooperatif sebagai variabel bebas sedangkan untuk variabel terikatnya adalah meningkatnya pemahaman konsep dan kinerja siswa. Desain penelitian control group pretest-posttest.
32
Sebelum diberikan perlakuan kedua kelas diberi pretest dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kedua kelas diberi perlakuan berbeda, kelas eskperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif tipe TGT sedangkan kelas kontrol menggunakan model active learning diskusi. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelas ini diberikan posttest . Dari pretest dan posttest, dapat diketahui sejauh mana keefektifan penerapan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT yang diteliti. Berikut skema kerangka berpikir penelitian.
33
Pembelajaran yang terpusat pada guru Kinerja siswa kurang Siswa kurang menguasai konsep
pretest
Alternative model pembelajaran
Kelas eksperimen
model active learning berbasis kooperatif tipe TGT
Kelas kontrol
Pembelajaran dengan Active
learning dengan diskusi.
Evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar
Kinerja siswa meningkat dan pemahaman konsep siswa meningkat
Siswa kurang menguasai konsep dan kinerja siswa tetap
Peningkatan Pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas kontrol Gambar 2.7 Kerangka Berfikir
34
2.8
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ho : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi. Ha : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi. b. Ho :Peningkatan kinerja siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi . Ha : Peningkatan kinerja siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Subjek dan Lokasi Penelitian
3.1.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 2 Jatibarang tahun pelajaran 2012/2013, yaitu kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H dengan jumlah total sebanyak 228 siswa. Populasi tersebut telah diuji homogenitas dengan menggunakan uji Barlett. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada nilai 2 2 10,726 tabel 12,59 . Ini berarti H0 UTS semester 2 diperoleh hitung
diterima dan artinya populasi tersebut homogen (sebelum diberi perlakuan, berada pada tingkat kemampuan akademik yang sama). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu dipilih 2 kelas secara acak dari populasi yang homogen
sebagai
kelas
kontrol
dan
kelas
eksperimen
dengan
pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, materi berdasarkan pada kurikulum yang sama dan tidak ada kelas unggulan. Kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol.
35
36
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jatibarang yang terletak di Jalan Raya Timur Jatibarang no 14 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 13 Mei sampai dengan tanggal 24 Mei 2013.
3.2
Variabel Penelitian Variabel yang diungkap dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2002: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran active learning berbasis kooperatif. b. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2002: 3). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah peningkatan
pemahaman konsep dan kinerja siswa.
37
3.3
Desain Penelitian Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pretest-posttest. Pola desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test (Arikunto, 2006: 86)
Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
E
01
X
03
K
02
X
04
K keterangan: E
= kelompok eksperimen
K
= kelompok kontrol
01 dan 02
= pre test sebelum penelitian
03 dan 04
= post-test sesudah penelitian
X
= Pembelajaran dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT = pembelajaran dengan model Active learning diskusi
3.4
Alur Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian seperti Gambar 3.1
38 Kelas Eksperimen
Kelas kontrol
Pre-test
Pembelajaran fisika dengan model
Pembelajaran fisika dengan model active learning berbasis kooperatif tipe TGT.
pembelajaran active learning diskusi
Post-test
Analisis
Gambar 3.1 Alur penelitian Alur penelitian gambar 2 dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut: a)
Mengambil nilai ulangan harian materi sebelumnya pada mata pelajaran Fisika kelas VIII tahun ajaran 2012/2013.
b) Menganalisis nilai ulangan harian dengan melakukan uji homogenitas. c)
Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
d) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol. e)
Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT.
f)
Melaksanakan
pembelajaran
dikelas
kontrol
dengan
pembelajaran active learning diskusi. g) Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. h)
Menganalisis data hasil penelitian.
model
39
3.5
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik dan Alat Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai halhal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, surat kabar, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi sampel penelitian, yaitu mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai UTS semester genap siswa yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Alat dokumentasi meliputi lembar cheklist yang berisi hal hal yang akan didokumentasikan, dan kamera untuk dokumentasi kegiatan dalam bentuk gambar. 3.5.2 Teknik dan Alat Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati aspek afektif dan psikomotorik siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini teknik observasi digunakan untuk mengukur kinerja setiap siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan untuk observasi berupa lembar observasi kinerja siswa. Ini berisi jenis kegiatan, kriteria, dan skor penilaian. Adapun skor maksimal untuk masing – masing kriteria adalah 3 dan skor total maksimal untuk seluruh lembar observasi adalah 30.
40
3.5.3 Teknik Tes Tes dalam penelitian merupakan tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi alat optik. Tes yang digunakan adalah tes uraian. Tes ini diuji cobakan kepada siswa kelas VIII A kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis dengan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. 3.5.4. Pengujian Instrumen Tes 3.5.4.1 Validitas isi Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2009: 13). Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2000: 272). 3.5.4.2 Reliabilitas Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya . Rumus yang
41
digunakan untuk menghitung reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 109) :
Keterangan : r11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyaknya items pertanyaan = jumlah varians skor tiap-tiap items = varians total Rumus varians skor items (Arikunto, 2002 : 110) :
Keterangan = varians skor tiap items Xi
= jumlah skor tiap item soal
n
= banyaknya siswa Rumus varians total (Arikunto, 2002 : 111) :
Keterangan : = varians total Xt
= jumlah subyek
n
= banyaknya siswa
42
Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada tabel. Apabila r11> rtabel, maka instrument dikatakan reliabel (Arikunto, 2002:112). 3.5.4.3 Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002: 112) :
dengan
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah : 0 ≤ P ≤ 0,30
soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70
soal cukup ( sedang)
0,70 < P ≤ 1
soal mudah
3.5.4.4 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2002: 112). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian, digunakan rumus sebagai berikut:
43
Kriteria daya pembeda soal adalah:
3.6
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
: soal jelek
0,20 < DP ≤ 0,40
: soal cukup baik
0,40 < DP ≤ 0,70
: soal baik
0,70 < DP ≤ 1,00
: soal sangat baik
Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Tahap Awal 3.6.1.1 Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang di gunakan dalam populasi dalam keadaan homogen (mempunyai kemampuan awal yang sama) atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai UTS fisika semester genap. Rumus yang digunakan adalah uji Bartlett, yaitu:
2 ( Ln10)B (ni 1) log Si 2 dengan
B ( LogS 2 ) (ni 1)
dan Kriteria pengujianya adalah jika 2 hitung < 2
(1-α) (k-1)
dengan dk
= (k-1) dan k adalah jumlah kelas, maka masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau homogen (Sudjana, 2002: 263).
44
3.6.2 Analisa Data Tahap Akhir 3.6.2.1 Analisis Pemahaman Konsep 3.6.2.1.1 Metode Tes Analisis metode tes soal uraian, skornya adalah 0-3. Setelah itu, metode tes ini dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).
Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N <43,75%
= tidak baik
43,75% ≤ N < 62,50%
= cukup
62,50% ≤ N < 81,25%
= baik
81,25% ≤ N ≤ 100,00%
= sangat baik
3.6.2.2 Analisis Kinerja Siswa 3.6.2.2.1 Metode Observasi Penskoran lembar observasi ini dilakukan dengan ratting scale, yaitu skor 1 untuk tidak baik, skor 2 untuk cukup baik, skor 3 untuk baik dan skor 4 untuk sangat baik, sedangkan analisis lembar observasi ini dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).
45
Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N < 43,75%
= tidak baik
43,75% ≤ N < 62,50%
= cukup
62,50% ≤ N < 81,25%
= baik
81,25% ≤ N ≤ 100,00%
= sangat baik
3.6.2.3 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji normalitas ini adalah nilai hasil post-test siswa. Rumus yang digunakan adalah Chi Kuadrat.
k
2
=
Oi Ei 2
i 1
Ei
Keterangan :
2
: harga chi kuadrat
Oi
: frekuensi hasil pengamatan
Ei
: frekuensi yang diharapkan
k
: banyaknya kelas interval Jika 2 hitung ≤ 2
tabel
dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan
taraf signifikasi 5% maka akan berdistribusi normal (Sudjana, 2002: 273).
46
3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan rumus ttest yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F. Rumus yang dipakai adalah:
Jika Fhitung ≤ F1/2 α (V1, V2) dengan α = 5%, kedua kelompok memiliki varians yang sama, dengan : V1 = n1 – 1 (dk pembilang) V2 = n2 – 1 (dk penyebut) 3.6.2.5 Uji t Satu Sampel
Persamaan Uji t satu sampel dalam Sudjana (2005) adalah sebagai berikut :
t
x 0 s n
Dengan arti:
x
= skor rata-rata
0
= Kriteria Ketuntasan Minimum
s
= standar deviasi
n
= jumlah siswa
t
= tingkat keefektifan
Dengan α = 5% dan dk = n-1 maka pembelajaran dikatakan efektif jika t > -t(1-a)(n-1) dan dan tidak efektif jikat -t(1-a)(n-1).
47
3.6.2.6 Uji Gain Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman konsep sebelum perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut:
Keterangan : g
: besarnya faktor g
Spre
: skor rata-rata pre test (%)
Spost
: skor rata-rata post test (%)
Klasifikasi besarnya
dikategorikan sebagai berikut (Hake,
1998: 3).
3.6.2.7
g tinggi
:
g sedang
:
g rendah
:
Uji t Dua Sampel Dalam penelitian ini sampel berkorelasi, sehingga menggunakan rumus t-test: __ t
_
__
x x 1
2
s1 s 2 n n 1
2
2
2r
2
1
s n 1
s n 2
2
48
Keterangan: __
x
= Rata-rata kelas eksperimen
1
__
x
= Rata-rata kelas kontrol
2
s
= Simpangan baku kelas eksperimen
1
s
= Simpangan baku kelas kontrol
2
2
s1
2
s2
= Varian kelas eksperimen = Varian kelas kontrol
r = Korelasi antar sampel dengan Kriteria Pengujian: Harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung< ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007: 217).
BAB 4 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
4.1
Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal
4.1.1 Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian SMP Negeri 2 Jatibarang yang terdiri dari kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas ini adalah nilai UTS semester 2 pelajaran IPA. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah uji Barllet.Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Uji Homogenitas No 1. 2. 3. 4.
Dari
analisis
Sumber Variasi 2
χ hitung dk χ2tabel Kriteria
data
diperoleh
Hasil 10,726 5 12,59 Homogen
χ2 hitung=
10,726.
Kemudian
χ2hitungdibandingkan dengan χ2tabel. Untuk dk= n-1 diperoleh χ2tabel= 12,59. Karenaχ2hitung<χ2tabelmaka populasi mempunyai varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 25.
49
50
4.2
Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir
4.2.1 Kemampuan Pemahaman Konsep Setelah kedua sampel diberikan pre-test kelas kontrol mendapat pembelajaran active learning dengan diskusi dan kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT). Pada akhirpenelitian, kedua kelas melaksanakan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep terhadap materi optik. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. 70 Ni lai Pemahaman Konsep
60
60
60 Kelas Eksperimen
50
Kelas Kontrol
40
36,56 36,87
30
23,33 23,33
20 10 0 Nilai Tertinggi
Rata-Rata
Nilai Terendah
Gambar 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai terendah pemahaman konsep hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 29 dan lampiran 30.
51
100 86,67 Nilai Pemahaman Konsep
80
Kelas Eksperimen 80
73,65
68,85
Kelas Kontrol 56,67
60
50
40 20 0 Nilai Tertinggi
Rata-Rata
Nilai Terendah
Gambar 4.2 Data Nilai Post-test Siswa Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 31 dan lampiran 32. 4.2.1.1 Instrumen Tes Pemahaman
konsep
untuk
materi
optik
diukur
dengan
menggunakan instrumen tes. Pemahaman konsep yang dikaji dalam instrumen tes meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasidan analisis. Hasil pengukuran pemahaman konsep dengan instrumen tes dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35 dan lampiran 36.
Nilai Tes Pemahaman Konsep (%)
52
80 70
Kelas Eksperimen 65,63
60
66,32
69,79 67,71 64,58 61,88
56,25
Kelas Kontrol 57,5
50 40 30 20 10 0 Pengetahuan Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Gambar 4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa nilai masing – masing indikator yang diukur dengan instrumen tes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. 4.2.2 Analisis Kinerja Siswa kinerja siswa selama pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen diukur dengan metode observasi. Kinerja siswa diukur selama dua kali pertemuan yang masing masing dilakukan oleh satu observer. Hasil penilaian kinerja siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
100
Kelas Eksperimen
82,5
Kelas Kontrol
Nilai Kinerja
80 62,5
60
57,27 41,95
40
45 27,5
20 0 Nilai Tertinggi
Rata-Rata
Nilai Terendah
Gambar 4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1
53
Dari Gambar 4.4 diketahui bahwa nilai kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama lebih tinggi daripada kelas kontrol. 100
Kelas Kontrol
80 Nilai Kinerja
Kelas Eksperimen
90 72,5
66,53
60
52,5
44,29
40 27,5
20 0 Nilai Tertinggi
Rata-Rata
Nilai Terendah
Gambar 4.5 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 2 Dari Gambar 4.5 diketahui bahwa nilai kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan kedua lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perhitungan lebih lengkap kinerja siswa dapat dilihat pada lampiran 46, lampiran 47, lampiran 48, dan lampiran 49. 4.2.3 Uji Normalitas Uji
normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
data
terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji ini adalah data post-test. Uji normalitas ini juga digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan, apakah menggunakan statistik parametris atau non parametris. Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test, diperoleh 2 hitung ≤ 2
tabel
baik untuk kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil analisis uji normalitas data post-test dapat dilihat pada
54
tabel 4.2 dan uji normalitas post-test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 dan lampiran 38. Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Variasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
2hitung 2 tabel
10,893 11,07
8,936 11,07
Kriteria
Data bersdistribusi normal
Data bersdistribusi normal
4.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians untuk nilai post-test diperoleh Fhitung = 1.11, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82. Karena Fhitung< Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.dan hasil perhitungan kesamaan dua varians data post-testselengkapnya dimuat pada lampiran 39. 4.2.5 Uji Gain Ujigain
digunakan
untuk
mengukur
peningkatan
rata-rata
pemahaman konsep dan peningkatan rata-rata kinerja siswa. Peningkatan rata-ratapemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas control dapat diperoleh melalui pre-test dan post-test, yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7
Peningkatan rata-rata pemahaman konsep
55
0,6 0,58 0,56 0,54 0,52 0,5 0,48 0,46
0,58
0,51
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.6 Peningkatan Rata-Rata Pemahaman Konsep Hasil uji gain pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar daripada pemahaman konsep kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 40 dan lampiran 42.
Peningkatan rata-rata
0,60
Kelas Eksperimen
0,54 0,48
0,50
Kelas Kontrol
0,45 0,40
0,40
0,39
0,38 0,37
0,30
0,21
0,20 0,10 0,00
Pengetahuan Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Gambar 4.7 Peningkatan Tiap Aspek Pemahaman Konsep Gambar 4.7 menunjukan bahwa hasil uji peningkatan rata-rata tiap-tiap aspek pemahaman konsep kelas eksperimen seluruhnya lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan rata-ratakinerja siswa antara kelas eksperimen dankelas kontrol diperoleh dari penilaian kinerja pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 melalui metode observasi. Hasil peningkatan kinerja antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.7.
56
Peningkatan rata-rata Kinerja siswa
0,25
0,22
0,2 0,15 0,1
0,04
0,05 0 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.8 Peningkatan Rata-Rata Kinerja Siswa Hasiluji gain padaGambar 4.8menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan kinerja siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 52. 4.2.4 Uji t Satu Sampel Uji t satu sampel digunakan untuk mengetahui apakah model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Uji t Satu sampel Pos-test Kelas Eksperimen Nilai Ratarata
0
Dk
thitung
ttabel
Kriteria
73,57
65
31
6,90
2.04
Terima Ho jikathitung
Tabel.4.3 menunjukan bahwa pada taraf kesalahan 5% harga thitung = 6,90 sedangkan harga ttabel 2,04 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dimuat pada lampiran 43.
siswa.Perhitungan selengkapnya
57
4.2.5 Uji t Dua Sampel Uji t dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas kontrol. Hasil analisis dapat dilihat padaTabel 4.4 dan Tabel 4.5. Tabel 4.4 Analisis Uji t Dua Sampel Nilai Pos-test Pemahaman Konsep Kelas
Rata-rata
Eksperimen
73,65
Kontrol
68,85
Dk
thitung
ttabel
Kriteria
62
2.61
2.00
Terima Ho jikathitung
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada taraf 5% harga thitung= 2.61 sedangkan harga ttabel= 2.00. Harga thitung>ttabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan pemahaman konsep kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 46, lampiran 44. Tabel 4.5 Analisis Uji t Dua Sampelsignifikasi Gain Pemahaman Konsep Peningkatan Kelas Dk thitung ttabel Kriteria Rata-rata Eksperimen
0.58
Kontrol
0.51
62
2.69
2.00
Terima Ho jikathitung
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada taraf 5% harga thitung= 2.68 sedangkan harga ttabel= 2.00. Harga thitung>ttabel sehingga Ho ditolak.
58
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan pemahaman konsep kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 46, lampiran 45.
4.3
Pembahasan
4.3.1 Pemahaman Konsep Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Dalam penelitian ini pemahaman konsep ditunjukan pada pemahaman siswa terhadap konsep materi alat optik. Diharapkan siswa akan dapat mengetahui jenis-jenis alat optik dan bagianbagianya, memahami prinsip kerja masing-masing alat optik, serta mengetahui kegunaan masing-masing alat optik. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa SMP setidaknya diperlukan empat komponen ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemahaman konsep dalam penelitian ini diteliti menggunakan instrument tes yang terdiri dari pre-test dan post-test.Kedua tes dilakukan dengan menggunakan soal yang sama yang berisi empat komponen ranah kognitif. Berdasarkan analisis data, rata-rata pemahaman konsep mengalami peningkatan dari keadaan awal (pre-test) dan keadaan akhir
59
(post-test) baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Hasil
penilaian
pemahaman
konsep
untuk
masing-masing
komponen dengan instrumen tes dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari hasil analisis data post-test, diketahui bahwa pemahaman konsep kedua kelas berdistribusi normal. Hal itu sesuai dengan uji normalitas yang ditunjukkan Tabel. 4.2. Diketahui bahwa nilai 2 hitung ≤ 2 tabel baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua varians untuk mengetahui mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians untuk nilai post-test diperoleh Fhitung = 1.11, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82. Karena Fhitung< Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama. Data berdistribusi normal dan kedua sampel memiliki varians yang
sama atau homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan statistik parametris. Selanjutnya dilakukan uji gain untuk mengetahui peningkatan rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol.Data peningkatan
rata-rata
pemahaman
konsep
kelas
eksperimen
dan
pemahaman konsep kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.8.Hasil uji gain menunjukan bahwa untuk kelas eksperimen dan
60
kelas kontrol sama –sama mengalami peningkatan pemahaman konsep dengan nilai gain kelas eksperimen 0,58 yang tergolong sedang dan nilai gain kelas kontrol 0,51 yang tergolong kategori sedang. Peningkatan ratarata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ratarata kelas kontrol karena pada kelas eksperimen menggunakan metode active learning berbasis kooperatif (tipe TGT). Dilakukan uji t satu sempel untuk mengetahui apakah metode active learningberbasis kooperatif dapat efektif meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dari hasil uji t satu sampel pada tabel 4.3 dikeahui bahwa thitung sebesar
6,90 dan ttabel sebesar 2,04 sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kemudian dilakukan uji t dua sampel. Uji t dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Dari hasil analisis data padaTabel 4.4 diperoleh bahwa thitungsebesar 2.61 dan ttabel sebesar2.00. Dari uji t tersebut, diketahui bahwa thitung>ttabel maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelas eksperimen yang mendapat pembelajaranactive learning berbasis kooperatif (tipe TGT) lebih tinggi dari pemahaman konsep kelas kontrol yang mendapat pembelajaran active learning diskusi. Pemahaman
konsep
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
karena
mendapatkan metode active learning berbasis kooperatif (tipe TGT).
61
Active learning berbasis kooperatif (tipe TGT) menggabungkan 2 meode pembelajaran, yaitu metode active learning dan metode kooperatif (tipe TGT), dimana kelebihan masing-masing metode pembelajaran dapat menunjang
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
melakukan active learning dan juga melakukan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Active learning memungkinkan terjadinya aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, danrefleksi yang menggiring kearah pemaknaan mengenaiisi pelajaran, ide – ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi alat optik. Siswa dikelompokan dalam kelompokkelompok belajar dengan jumlah 4 orang masing-masing kelompok. Kemudian siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LDS yang telah disediakan oleh guru. Dalam pembelajaran guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa adalah subjek belajar. Siswa mencari sendiri pengetahuan dan segala sesuatu tentang materi alat optik hingga seluruh LDS dapat diselesaikan tepat waktu. Setelah selesai diskusi kelompok, masing masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan guru meluruskan jawaban yang belum sesuai dengan materi. Dilakukan permainan antar kelompok untuk menambah pemahaman siswa tentang materi alat optik. Berdasarkan
hal-hal
yang
telah
dilakukan
dalam
proses
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap materi alat optik merupakan akibat dari penerapan pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT).Hal ini sesuai
62
dengan penelitian dari Laws dkk., (1999) tentang active learning,dimana pemahaman konsep meningkat setelah diterapkan model active learning dan penelitian yang dilakukan oleh De Lisi dkk.,(2002) tentang metode kooperatif, dimana dengan pembelajaran kooperatif, siswa akan saling berdiskusi untuk memperoleh pemahaman yang lebih bak daripada dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian Awofala, et al. (2012)juga menunjukan bahwa penerapan model kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswaterhadap matematika dalam hal pemahaman dan aplikasi daripada di tingkat pengetahuan kognisi. 4.3.2 Kinerja Siswa Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Kinerja siswa dalam penelitiaan ini mencakup seluru unjuk kerja, tingkah laku, serta interaksi siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Setyono (2005), penilaian kinerja siswa dapat dilakukan dengan pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran. Kinerja siswa dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan metode observasi, dimana terdapat form penilaian kinerja. Form penilaian kinerja terdiri dari tiga komponen utama yaitu macam-macam kegiatan, indikator kegiatan, dan kriteria penilaian. Dalam menilai kinerja siswa peneliti dibantu oleh satu observer, yang bertugas untuk menilaikinerja siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan form penilaian yang telah disediakan.
63
Penilaian kinerja siswa dilakukan dua kali yaitu pada pertemuan pertama pembelajaran dan pertemuan kedua pembelajaran. Kinerja ratarata siswa kelas kontrol pada pertemuan pertama tergolong rendah sedangkan kinerja rata-rata siswa kelas eksperimen tergolong cukup baik. Pada pertemuan kedua kinerja rata-rata siswa kelas kontrol tergolong cukup, dan kinerja rata-rata kelas eksperimen tergolong baik.Data penilaian kinerja siswa dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Data penilaian kinerja siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol selanjutnya dilakukan uji Gain untuk mengetahui peningkatan kinerja rata-rata siswa. Nilai gain kinerja siswa kelas eksperimen adalah 0,22 yang tergolong rendah dan nilai gain kinerja siswa kelas kontrol adalah 0,04 yang tergolong rendah. Setelah dilakukan uji gain diketahui bahwa peningkatan kinerja rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari peningkatan kinerja rata-rata siswa kelas kontrol. Data uji Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.8. Peningkatan rata-rata kinerja siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT) lebih tinggi
dari peningkatan rata-rata
kinerja
siswa
dengan
metode
pembelajaran active learning diskusi.Dalam active learning berbasis kooperatif, siswa melakukan active learning dan juga melakukan pembelajaran kooperatif. Active learning memungkinkan terjadinya aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide – ide, dan
64
berbagai hal yang berkaitan dengan materi alat optik. Pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik untuk melakukan diskusi dan bersaing antar kelompok dalam permainan.Active learning berbasis kooperatif menggabungkan kelebihan masing masing model pembelajaran. Adanya permainan dalam pembelajaran menimbulkan motivasi antar kelompok untuk bersaing menjadi pemenang. Berdasarkan penelitian Van Wyk (2011) tentang model TGT
bahwa Pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks. Kelebihan dari masing – masing model pembelajaran ini saling menunjang dalam meningkatkan kinerja siswa dalam proses pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT) . Adanya hal-hal tersebut di atas menyebabkan peningkatan kinerja kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan dapat disimpulkan
bahwa
active
learning
berbasis
kooperatif
dapat
meningkatkan kinerja siswa. 4.3.3 Kendala-Kendala Penelitian Meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa dengan penerapan metode active learning dalam pembelajaran tentunya tidak berjalan tanpa hambatan. Selama penerapan metode active learning berbasis kooperatif, peneliti sering kali menemukan kendala sehingga pembelajaran tidak sesuai harapan. Kendala yang sering muncul adalah ketika diskusi kelompok berlangsung akan menyita banyak waktu. Pendapat siswa yang berbeda-
65
beda dalam satu kelompok membuat siswa lama dalam mengerjakan LDS, serta ketika penyampaian hasil diskusi kelompok, dimana tiap kelompok memiliki jawaban mereka masing-masing yang berbeda-beda dan saling ingin membenarkan pendapatnya. Jika tidak diarahkan oleh guru, maka pembahasan siswa tentang materi alat optik bisa melebar dan menjauh dari materi alat optik. hal ini akan membuat siswa semakin sulit memahami materi alat optik. Beberapa siswa kesulitan untuk memperoleh jawaban yang tepat untuk LDS, karena keterbatasan media untuk memperoleh informasi. Tidak adanya akses internet pada ruangan serta minimnya buku penunjang pembelajaran membuat siswa kurang mengembangkan wawasannya tentang materi alat optik. kondisi ini akan bertambah buruk jika siswa kurang percaya diri untuk bertanya atau mengungkapkan ketidak tahuanya. Dalam keadaan seperti ini sangat diharapkan munculnya rasa ingin tahu siswa dengan bertanya kepada teman lain atau kepada guru. Selain kedua kendala di atas peneliti juga menemui siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya sehingga cenderung kurang memahami materi yang diajarkan.
BAB 5 PENUTUP 5.1
SIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Hal ini dapat dilihat dari uji t dimana diperoleh thitung 6,90 yang lebih dari
ttabel =2,04 untuk dk=32-1. Adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa juga dapat dilihat dari harga gain ternormalisasi yaitu 0,58 yang termasuk kategori sedang, sedangkan peningkatan kinerja siswa dapat dilihat dari nilai gain yaitu 0,22 yang termasuk kategori rendah.
5.2
SARAN Dari kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka disarankan : 1.
Model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa, maka sebaiknya guru dapat menerapkannya sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran.
2.
Guru perlu membiasakan proses pembelajaran metode active learning berbasis kooperatif agar pemahaman konsep dan kinerja siswa dapat dikembangkan secara maksimal.
66
67
3.
Hendaknya untuk penelitian kedepan, metode active learning berbasis kooperatif dapat lebih dikembangkan guna memperoleh pemahaman konsep dan kinerja siswa yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Arikunto, S. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Awofala, et al. 2012. Achievement in Cooperative versus Individualistic GoalStructured Junior Secondary School Mathematics Classrooms in Nigeria. International Journal of Mathematics Trends and Technology- Volume 3. Berg, Van Den. 1995. Cultural Factors in the Origin and remediation of Alternative Conceptions in Physics. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Brualdi, A. C. 1998. Classroom questions. ERIC Clearinghouse on Assessment and Evaluation. Washington DC. Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. De Lisi, R. (2002). From marbles to instant messenger: Implications of Piaget's ideas about peer learning. Theory into Practice, 41(1), 5 -12. Hake, R. R. 1998. Interactive-enggagment vs tradisional methods : A Sixthousand-studend survey of mechanics Test data for introductory physics. AM. J. Phys. 66: 64-74. Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kennedy, Ruth. 2007. In- Class Debates: Fertile Ground for Active Learning and the Cultivation of Critical Thinking and Oral Communication Skills. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 19 (2) : 183-190. Laws, P., D. Sokoloff, and R. Thornton. 1999. Promoting Active Learning Using the Results of Physics Education Research. UniServeScience News- Volume 13. Morgan, C.T. , dkk. (1986). Introduction to Psychology (7th Ed.). Singapore: McGraw Hill Book Co. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
68
69
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Popham, W. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon. Prince, Michael. 2004. Does Active Learning Work? A Review of the Research. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 93(3): 223-231. Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta. Setyono, Budi. 2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember. Silberman, M. 2004. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) .Yogyakarta: YAPPENDIS. Slavin, R. 2005. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media Soehendro, Bambang . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Menengah. Jakarta: BSNP. Stiggin, R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company. Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. Sughandi. A, dkk. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabet Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Yerigan, T. 2008. Getting Active In The Classroom. Journal of College Teaching & Learning. 5(6): 20-24.
70
Van Wyk, M.M. 2011. The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Students.South Africa: University of the Free State. Zakaria, et al. 2010. The Effects of Cooperative Learning on Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics. Journal of Social Sciences 6 (2): 272-275.
71
Lampiran 1
KISI-KISI SOAL TES UJI COBA Indikator
Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik
Aspek yang dinilai C1
Kemampuan
Pengetahuan
C2
Pemahaman
C4
Analisis
C4
Analisis
C3
Aplikasi
No soal
1. Apa yang dimaksud dengan alat optik? Sebutkan contohnya? 2. Mata merupakan salah satu alat optik. Jelaskan bagian-bagian mata dan fungsinya? 3. Jelaskan bagaimana mata kamu dapat melihat benda-benda di sekitarmu. Bagaimana prosesnya? 4. Pada mata normal, mengapa ketika melihat benda yang terlalu dekat dengan mata terlihat kurang jelas? 5. Seseorang mempunyai titik dekat mata 50 cm. Berapa kekuatan lensa kacamata yang dipakai orang tersebut agar dapat melihat benda dengan normal? Apa jenis lensa kacamata tersebut?
Jawaban
1. Alat optik adalah alat-alat yang prinsip kerjanya berdasarkan sifat cahaya. Contoh alat optik adalah mata, mikroskop, kamera, kacamata, teropong, lup, dan sebagainya. 2. Bagian-bagian mata: a. Retina, bagian mata yang berperan sebagai layar karena digunakan untuk menangkap bayangan. b. Cairan Aqueous, bagian mata yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata c. Iris, bagian mata yang memberi pigmen warna pada mata d. Pupil, bagian mata yang berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata e. Lensa Kristalin, bagian mata yang berfungsi sebagai lensa berfungsi untuk memfokuskan bayangan di retina 3. Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya masuk ke mata. Cahaya masuk
72
ke mata melalui kornea dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar jatuh pada lensa. Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga bayangan nya jatuh tepat di retina. 4. Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan mata tidak terlihat dengan jelas, hal ini karena mata normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda terlalu dekat dengan mata maka bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina. 5. Kekuatan lensa dapat kita hitung
1 1 1 f So Si
Menjelaskan pembentukan
C4
Analisis
6. Bagaimana cara mata mengatur agar bayangan tetap jatuh di retina
1 1 1 1 f 25 50 50 f 50 cm 0,5m 1 1 P 2D f 0,5 Jenis lensanya adalah lensa cembung karena kekuatan lensanya positif. 6. Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan mata untuk mengubah
73
bayangan pada retina mata.
C1
Pengetahuan
C1
Pengetahuan
saat melihat benda jauh maupun dekat? 7. Gambarkan pembentukan bayangan pada retina pada mata normal! 8. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh mata pada retina?
kelengkungan lensa mata sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat benda yang dekat lensa akan mencembung, sedangkan saat benda jauh lensa akan memipih. 7. Pembentukan bayangan pada mata akan jatuh pada retina
8. Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat nyata, terbalik, diperkecil. Menjeaskan beberapa cacat mata dan penggunaan kacamata
C2
Pemahaman
C4
Analisis
C2
Pemahaman
9. Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita rabun dekat? 10. Mengapa orang yang menderita hipermetropi disarankan memakai kaca mata berlensa cembung? 11. Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita rabun jauh?
9. Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di belakang retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk mencembung ketika melihat benda yang jaraknya dekat sehingga panjang fokusnya besar. 10. Orang yang menderita hipermetropi atau rabun dekat disarankan memakai kaca
74
Menjelaskan konsep teleskop, mikroskop, lup kamera sebagai alat optik
C4
Analisis
12. Mengapa orang yang menderita miopi disarankan memakai kaca mata berlensa cekung?
mata berlensa cembungdikarenakan pada penderita hipermetropi bayangan jatuh di belakang retina bukan tepat di retina.Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa mencembung sehingga diperlukan lensa cembung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina. 11. Pada penderita rabun jauht, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di depan retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk memipih ketika melihat benda yang jaraknya jauh sehingga panjang fokusnya kecil. 12. Orang yang menderita miopi atau rabun jauh disarankan memakai kaca mata berlensa cekung dikarenakan pada penderita miopi bayangan jatuh di depan retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa memipih sehingga diperlukan lensa cekung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina.
C2
Pemahaman
C1
Pengetahuan
C2
Pemahaman
13. Jelaskan pembentukan bayangan pada teleskop? 14. Apa yang dimaksud dengan periskop? 15. Jelaskan pembentukan bayangan
13. Cahaya yang masuk ke teleskop melalui sebuah lensa cembung yang disebut lensa objektif dan memperoleh bayangan nyata. Kemudian bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa
75
C2
Pemahaman
C4
Analisis
C2
Pemahaman
pada periskop? 16. Jelaskan pembentukan bayangan pada lup? 17. Mengapa untuk menghasilkan bayangan tegak dan diperbesar pada lup, benda harus diletakkan di antara F dan O (ruang I)? 18. Jelaskan pembentukan bayangan pada mikroskop?
cembung kedua yang disebut lensa okuler dengan panjang fokus yang lebih pendek sehingga dapat melihat bayangan maya dan diperbesar. Pembentukan bayangan pada teleskop mirip dengan mikroskop. 14. Periskop adalah alat bantu optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada dalam sudut tertentu. 15. Ketika melihat dari ujung bawah, cahaya sejajar masuk melalui ujung atas mengenai cermin, oleh cermin yang membentuk sudut 450 cahaya akan dipantulkan ke cermin bawah yang juga membentuk sudut 450. Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan diterima mata sehingga dapat melihat benda yang berada di atas. 16. Lup terdiri dari satu lensa cembung. Beda diletakkan di depan lensa cembung pada ruang I, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diperoleh bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar. 17. Untuk menghasilkan bayangan yang terletak di jauh tak, sehingga sifat yang diperoleh sama tegak dan diperbesar. 18. Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan
76
lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif yaitu antara titik F dan 2F lensa objektif atau di ruang 2 lensa objektif. Bayangan yang diperoleh oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar. Bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler dan harus berada di ruang 1 lensa okuler sehingga bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler bersifat maya, dan diperbesar Menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, periskop dan sebagainya
C4
Analisis
C3
Aplikasi
19. Mikroskop terus dikembangkan, sehingga berhasil dibuat mikroskop elektron, apa perbedaan mikroskop elektron dengan mikroskop cahaya? 20. Sebutkan penerapan lensa pada teknologi dan manfaatnya untuk masyarakat!
19. Mikroskop elektron memiliki kemampuan memperbesar bayangan jauh lebih baik daripada mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya mampu mengamati virus sedangkan mikroskop cahaya tidak bisa 20. Penerapan lensa dalam teknologi diantaranya digunakan pada lup, mikroskop, kamera dan kaca mata. Lup sering digunakan oleh tukang arloji untuk melihat benda yang ukurannya kecil. Mikroskop dapat digunakan untuk melihat bakteri. Kamera digunakan untuk mengasilkan foto. Kaca mata dapat digunakan untuk menolong orang yang menderita cacat mata.
77
Lampiran 2
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA Alamat : Gedung D-7, kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, website :
1. Jelaskan bagaimana mata kamu dapat melihat benda-benda di sekitarmu. Bagaimana prosesnya? 2. Pada mata normal, mengapa ketika melihat benda yang terlalu dekat dengan mata terlihat kurang jelas? 3. Seseorang mempunyai titik dekat mata 50 cm. Berapa kekuatan lensa kacamata yang dipakai orang tersebut agar dapat melihat benda dengan normal? Apa jenis lensa kacamata tersebut? 4. Bagaimana cara mata mengatur agar bayangan tetap jatuh di retina saat melihat benda jauh maupun dekat? 5. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh mata pada retina? 6. Hipermetropi (rabun dekat) adalah salah satu kelainan pada mata, Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita rabun dekat? 7. Mengapa orang yang menderita hipermetropi disarankan memakai kaca mata berlensa cembung? 8. Miopi (rabun jauh) adalah salah satu kelainan pada mata Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita miopi? 9. Mengapa orang yang menderita miopi (rabun jauh) disarankan memakai kaca mata berlensa cekung? 10. Teleskopadalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada teleskop! 11. Periskop adalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada periskop! 12. Lup (kaca pembesar) adalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada lup! 13. Mengapa untuk menghasilkan bayangan tegak dan diperbesar pada lup, benda harus diletakkan di antara F dan O (ruang I)? 14. Mikroskop adalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada mikroskop! ------Selamat mengerjakan-----
78
Lampiran 3
RUPBRIK PENILAIAN SOAL UJI COBA Kemampuan Analisis
Analisis
Aplikasi
No soal 1
2
3
Jawaban Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya masuk ke mata. Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar jatuh pada lensa. Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga bayangan nya jatuh tepat di retina. Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan mata tidak terlihat dengan jelas, hal ini karena mata normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda terlalu dekat dengan mata maka bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina. Kekuatan lensa dapat kita hitung
1 1 1 f So Si 1 1 1 1 f 25 50 50 f 50 cm 0,5m 1 1 P 2D f 0,5 Jenis lensanya adalah lensa cembung karena kekuatan lensanya positif.
Skors 3
Keterangan
2
Menjelaskan proses terjadinya bayangan secara urut dan rinci Menjelaskan proses terjadinya bayangan secara urut
1
Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Menjelaskan secara rinci penyebab dan akibatnya
2 1
Menjelaskan penyebab dan akibatnya tidak secara rinci Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
3
Memberikan jawaban dengan benar disertai kesimpulan benar Memberikan jawaban dengan benar dan kesimpulan salah Mencoba menjawab dan menyertakan alasan tetapi salah Tidak ada jawaban
2 1 0
79
Analisis
Pengetahuan
4
5
Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan mata untuk mengubah kelengkungan lensa mata sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat benda yang dekat lensa akan mencembung, sedangkan saat benda jauh lensa akan memipih. Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat nyata, terbalik, diperkecil.
3
Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2
Memberikan jawaban dengan benar dan tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
1 0 3 2 1
Pemahaman
Analisis
Pemahaman
6
7
8
0 3
Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di belakang retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu 2 untuk mencembung ketika melihat benda yang jaraknya dekat sehingga panjang fokusnya besar. 1
Orang yang menderita hipermetropi atau rabun dekat disarankan memakai kaca mata berlensa cembung dikarenakan pada penderita hipermetropi bayangan jatuh di belakang retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa mencembung sehingga diperlukan lensa cembung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina. Pada penderita rabun jauh, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di depan retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan disertai bukti yang benar Memberikan jawaban dengan benar dan disertai bukti yang salah Mencoba menjawab dan menyertakan bukti tetapi salah Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2 1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
3
Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak
80
memipih ketika melihat benda yang jaraknya jauh sehingga panjang fokusnya kecil.
Analisis
Pemahaman
Pemahaman
Pemahaman
9
10
11
12
1
lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2 1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2 1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
Ketika melihat dari ujung bawah, cahaya sejajar masuk melalui ujung atas mengenai cermin, oleh cermin yang membentuk sudut 450 cahaya akan dipantulkan ke cermin bawah yang juga membentuk sudut 450. Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan diterima mata sehingga dapat melihat benda yang berada di atas.
3
1
Memberikan jawaban dan prosesnya dengan benar dan lengkap Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
Lup terdiri dari satu lensa cembung. Benda diletakkan di depan lensa cembung pada ruang I, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diperoleh
3
Memberikan jawaban dengan benar dan disertai alasan yang benar Memberikan jawaban dengan benar dan disertai
Orang yang menderita miopi atau rabun jauh disarankan memakai kaca mata berlensa cekung dikarenakan pada penderita miopi bayangan jatuh di depan retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa memipih sehingga diperlukan lensa cekung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina. Cahaya yang masuk ke teleskop melalui sebuah lensa cembung yang disebut lensa objektif dan memperoleh bayangan nyata. Kemudian bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa cembung kedua yang disebut lensa okuler dengan panjang fokus yang lebih pendek sehingga dapat melihat bayangan maya dan diperbesar. Pembentukan bayangan pada teleskop mirip dengan mikroskop.
2
2
81
bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar.
Analisis
Pemahaman
13
14
Untuk menghasilkan bayangan yang terletak di jauh tak hingga (ruang IV), sehingga sifat yang diperoleh sama tegak dan diperbesar.
Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif yaitu antara titik F dan 2F lensa objektif atau di ruang 2 lensa objektif. Bayangan yang diperoleh oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar. Bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler dan harus berada di ruang 1 lensa okuler sehingga bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler bersifat maya, dan diperbesar
1 0 3 2
alasan yang salah Mencoba menjawab dan menyertakan alasan tetapi salah Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2 1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
Lampiran 4
82
Daftar Kode Responden Kelas Uji Coba Instrumen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kelas IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A IX A
Kode Siswa UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32
Lampiran 5
83
Lampiran 6
84 PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL
rumus yang digunakan :
rxy
N XY ( X )( Y )
N X
2
( X ) 2
N Y
2
( Y ) 2
Kriteria pengambilan keputusan: Butir angket valid jika rxy > rtabel Perhitungan : Berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1. No X Y 38 1 3 9 1444 35 2 3 9 1225 32 3 3 9 1024 30 4 3 9 900 30 5 3 9 900 27 6 1 1 729 26 7 1 1 676 26 8 3 9 676 25 9 2 4 625 25 10 2 4 625 25 11 3 9 625 3 24 12 9 576 3 24 13 9 576 2 24 14 4 576 2 24 15 4 576 1 23 16 1 529 17 1 23 1 529 18 3 23 9 529 19 3 23 9 529 20 1 21 1 441 21 1 21 1 441 22 2 21 4 441 23 1 20 1 400 24 2 20 4 400 25 2 20 4 400 26 2 20 4 400 27 1 19 1 361 28 1 18 1 324 29 1 16 1 256 30 1 15 1 225 31 1 15 1 225 32 1 14 1 196 Jumlah 62 747 144 18379 Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh
rxy
XY 114 105 96 90 90 27 26 78 50 50 75 72 72 48 48 23 23 69 69 21 21 42 20 40 40 40 19 18 16 15 15 14 1546
32.1546 (62)(747)
32.144 (62) 32.18379 (747) 2
rxy 0,65833 Harga r tabel = 0,349 karena rxy>r tabel maka butir soal nomor 1 valid
2
85
Lampiran 7
PERHITUNGAN RELIABILITAS Rumus yang digunakan: 2 n i r11 1 2 n 1 t
Kriteria pengambilan keputusan: Apabila r11 > r tabel, maka angket tersebut reliabel 1. Perhitungan varians total Rumus yang digunakan adalah:
2 t
Y
2
( Y ) 2
n n
sehingga varians totalnya adalah: (747)2 32 29,4133 32
18379
t2
2. Perhitungan varians butir Rumus yang digunakan adalah:
2 i
X
2
( X ) 2
n
n
varians butir ke-1 adalah: 144
2 t
( 62 ) 32 32
2
0 , 7461
dan seterusnya sampai varians butir 14 dengan demikian jumlah varian butir ke 1 sampai ke 14 adalah
2 i
8 , 917
3. Perhitungan koefisien reliabilitas
8,917 32 r11 1 0,7335 32 1 29,4133 harga r tabel = 0,349 karena harga r 11> r tabel maka butir soal tersebut reliabel
86
Lampiran 8
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL Rumus yang digunakan:
DP
Mean kelompok atas Mean kelompok bawah skor maksimal soal
Keterangan: DP
:
Daya Pembeda
Kriteria Interval DP 0,00 0,20 0,40 0,70
0,20 0,40 0,70 1,00 Negative
Kriteria Jelek Cukup Baik Sangat Baik Sangat tidak baik, sebaiknya dibuang
Berikut ini perhitungan daya pembeda pada butir nomor 1. No kelompok atas No kelompok bawah 1 3 29 1 2 3 30 1 3 3 31 1 4 3 32 1 ∑
∑
12 mean kelompok atas =
4
12 3 4
mean kelompok bawah = 4 1 4
DP
3 1 0,6667 3
(antara nilai 0,40-0,70 maka soal dikatakan baik) Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.
87
Lampiran 9
TINGKAT KESUKARAN Rumus yang digunakan:
TK
Mean skormaksimal
Kriteria pengambilan keputusan: interval tingkat kesukaran 0 0,3 0,7
0,3 0,7 1
kriteria sukar sedang mudah
Berikut ini perhitungan tingkat kesukaran pada butir nomor 1. Mean = 1,9375 skor maksimal soal = 3
TK
1,9375 0,6458 3
Untuk soal butir nomor 1, dikatakan mempunyai tingkat kesukaran sedang Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.
88
Lampiran 10 Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran
: IPA FISIKA
Kelas/Semester
: VIII /2
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
MendeskripsiAlat-alat Optik kan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan Pembelajaran
Menggali informasi dari nara sumber untuk memperoleh penjelasan tentang fungsi mata sebagai alat optik dan tentang cacat mata
Indikator
Studi pustaka untuk membedakan ciri-ciri kamera dan lup sebagai alat optik Melalui diskusi kelompok dapat dijelaskan cara kerja alat-alat optik yang terdapat dalam kehidupan
Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik Menggambarkan pembentukan bayangan benda pada retina Menjelaskan beberapa cacat mata dan penggunaan kaca mata
Menjelaskan konsep teleskop, periskop, loop, dan mikroskop sebagai alat optik.
Menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, periskop dan sebagainya
Penilaian Tes kognitif (pemahaman konsep) : tes esai Kinerja siswa : lembar observasi
Alokasi Waktu 4x40 menit
Sumber/Ba han/Alat Buku siswa, buku referensi, alat-alat spt; mikroskop, lop, kamera, Lembar Diskusi Siswa, media (powerpoint)
Lampiran 11
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: VIII/2
Pokok Bahasan
: Optik
Alokasi Waktu
: 4 pertemuan (2 x 40 menit)
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Indikator 1. Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik. 2. Menggambarkan bayangan benda pada retina. 3. Menjelaskan beberapa cacat dan penggunaan kacamata. 4. Menjelaskan konsep teleskop, periskop, loop, dan mikroskop sebagai alat optik. 5. Menjelaskan cara
kerja
beberapa
produk
teknologi
yang
relevan
seperti
mikroskop,periskop, dan teleskop. D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok siswa dapat menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik. 2. Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok siswa dapat menggambarkan informasi bayangan obyek pada retina. 3. Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok siswa dapat menjelaskan beberapa cacat dan penggunaan kacamata. 4. Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok siswa dapat menjelaskan konsep teleskop, periskop, loop, dan mikroskop sebagai alat optik. 5. Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok siswa dapat menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan seperti mikroskop,periskop, dan teleskop.
90
E. Model dan Metode Pembelajaran o Model Pembelajaran : Active learning berbasis kooperatif o Metode : Diskusi kelompok Ceramah F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Kegiatan
Alokasi
Aktivitas
Waktu
Pendahuluan
5 menit
Guru
Siswa a. Siswa menjawab pertanyaan
a. Guru membuka kelas.
dari guru. Kegiatan Inti
60 menit
a. Guru memberikan pretest untuk a. Siswa menjawab pretest untuk materi optik. materi Optik.
Penutup
15Menit
a. Guru membagi siswa dalam 4
a. Siswa optik
kelompok. b. Guru menugaskan siswa untuk
mempelajari untuk
materi
pertemuan
selanjutnya
mempelajari materi optik. c. Guru menutup kelas Pertemuan II Kegiatan
Alokasi Aktivitas
Waktu Pendahuluan
5 menit
Pendahuluan a. Guru membuka kelas b. Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran Motivasi: Mata manusia berfungsi untuk melihat suatu benda atau objek.
91
Dengan mata kita dapat mengetahui bentu benda, warna benda serta ukuranya. Nah kenapa mata kita bisa melihat? Kegiatan Inti
60 menit
Kegiatan inti a.
Eksplorasi 1. Guru membimbing siswa untuk mencari informasi seluasluas nya tentang alat optik. 2. Guru membimbing siswa untuk berkelompok sesuai kelompoknya untuk mengerjakan LDS yang disediakan. 3. Guru memfasilitasi siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok
b. Elaborasi 1. Guru memberikan arahan agar secara santun setiap anggota kelompokdalam melakukandiskusi. 2. siswa secara kelompok bekerjasama menjawab pertanyaan – pertanyaan di LDS 3. Dengan pemantauan guru, Siswa dalam kelompoknya berdiskusi mengenaimateri alat optik mata. c. Konfirmasi 1. Guru
memoderatori
menyampaikan
diskusi
pendapat;
kelas:
sementara
ada
kelompok
kelompok
lain
menanggapi pendapat dan menjadi pendengar yang baik untuk memperoleh kesimpulan 2. Guru memfasilitasi siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti oleh siswa, kemudian guru meluruskan pemahaman dan memberikan penguatan. 3. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa Penutup
15Menit
a. Guru mengadakan permainan sederhana untuk menambah pemahaman siswa pada materi alat optik mata. b. Guru mengumumkan skor dalam permainan untuk masing-masing kelompok. c. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari sub materi
92
selanjutnya yaitu teleskop,periskop,kamera,dan mikroskop. d. Guru menutup pembelajaran.
Pertemuan III Kegiatan
Alokasi Aktivitas Waktu
Pendahuluan
5
menit
a. Guru membuka kelas. b. Guru mengingatkansub materi sebelumnya tentang alat optik mata. c. Guru memberi motivasi kepada siswa.
Kegiatan Inti
60 menit
Kegiatan inti a. Eksplorasi 1. Guru membimbing siswa untuk mencari informasi seluasluas nya tentang alat –alat optik. 2. Guru membimbing siswa untuk berkelompok sesuai kelompoknya untuk mengerjakan LDS yang disediakan 3. Guru memfasilitasi siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok b. Elaborasi 1. Guru memberikan arahan agar secara santun setiap anggota kelompokdalam melakukandiskusi. 2. siswawa
secara
kelompok
bekerjasama
menjawab
pertanyaan – pertanyaan di LDS 3. Dengan pemantauan guru, Siswa dalam kelompoknya berdiskusi mengenai alat-alat optik. c. Konfirmasi 1.
Guru
memoderatori
menyampaikan
diskusi
pendapat;
kelas:
sementara
ada
kelompok
kelompok
lain
menanggapi pendapat dan menjadi pendengar yang baik untuk memperoleh kesimpulan. 2. Guru memfasilitasi siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti oleh siswa, kemudian guru
93
meluruskan pemahaman dan memberikan penguatan. 3. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. Penutup
15 Menit
a. Guru mengadakan permainan sederhana untuk menambah pemahaman siswa pada materi alat-alat optik. b. Guru mengumumkan skor dalam permainan untuk masing-masing kelompok. c. Guru mengumumkan tim terbaik dan memberikan reward untuk tim tersebut. d. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari seluruh materi yang telah dipelajari. e. Guru menutup pembelajaran.
Pertemuan IV Kegiatan
Alokasi
Aktivitas
Waktu
Guru
Siswa
Pendahuluan
5 menit
Guru membuka kelas.
Kegiatan Inti
60 menit
Guru memberikan postest untuk Siswa menjawab postest untuk materialat Optik.
Penutup
15 Menit
materi optik.
Guru menutup kelas
G. Sumber Belajar Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
H. Penilaian Aspek penilaian dan instrumen a. Pemahaman Konsep
94
Aspek Penilaian
teknik
instrumen
a. Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optik.
Tes tertulis (esai)
Soal pretest dan postest
b. Menggambarkan bayangan benda pada retina. c. Menjelaskan
beberapa
cacat
dan
penggunaan kacamata. d. Menjelaskan konsep teleskop, periskop, loop, dan mikroskop sebagai alat optik. e. Menjelaskan cara kerja beberapa produk teknologi
yang
relevan
seperti
mikroskop,periskop, dan teleskop.
b. Kinerja siswa Aspek Penilaian a.
Kinerja siswa saat pembelajaran
b.
Kinerja kelompok diskusi
teknik observasi
instrumen Lembar observasi (terlampir)
Tagihan a. Lembar Diskusi Siswa (LDS)
Mengetahui Guru Mapel Fisika
Praktikan
___________________ NIP.
Agung Cipto Harjono NIM. 420140909
95
Lampiran 12 KELOMPOK : ................ Nama anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4.
................................................. ................................................. ................................................. .................................................
LEMBAR DISKUSI SISWA ALAT OPTIK 1. Apa yang dimaksud dengan alat Optik? Sebutkan beberapa contoh alat optik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Perhatikan skema gambar mata dibawah ini.
a.
Sebutkan bagian – bagian mata 1) 2) 3) 4) 5)
b.
Sebutkan pula fungsi masing-masing bagian mata 1) 2) 3) 4)
96
5)
3.
Mengapa mata termasuk salah satu alat optik? Bagian apa dari mata yang termasuk kedalam alat optik?
4.
Gambarkan pembentukan bayangan pada mata.
5.
Kelainan pada mata a. Sebutkan macam-macam kelainan pada mata dan jelaskan. 1) 2) 3) b. Sebutkan pula penanggulangan pada kelainan mata tersebut 1) 2) 3)
6. Jika diketahui titik dekat mata normal adalah 25 cm, dan titik jauh mata normal adalah ~ (tak hingga). Lengkapilah tabel berikut ini. Titik dekat
Titik jauh
Fokus
Kekuatan
Jenis kelainan
No
penderita (cm)
penderita (cm)
Lensa (cm)
Lensa
mata
1
50
Normal
2
Normal
100
3
Normal
50
97
Lampiran 13 KELOMPOK : ................ Nama anggota Kelompok : 5.
.................................................
6.
.................................................
7.
.................................................
8.
.................................................
LEMBAR DISKUSI SISWA ALAT OPTIK 1. Alat optik apa yang dapat anda gunakan untuk merekam suatu objek dalam bentuk gambar? Bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
2. Alat optik apa yang dapat anda gunakan untuk mengamati suatu mikroorganisme? Bagaimana ciri bayangan yang dibentuk dengan alat tersebut?
3. Alat optik apa yang berupa lensa cembung tunggal dengan titik fokus dekat, dan biasa digunakan untuk melihat benda atau tulisan yang kecil agar terlihat lebih besar? bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
4. Merancang periskop sederhana Alat dan bahan Kertas karton tebal dengan ukuran panjang 57 cm dan lebar 34 cm, gunting, pensil, penggaris, cermin datar. Cara kerja Bagilah lebar karton masing-masing 8 cm, dan sisa kan 2 cm dan garislah dengan pensil seperti gambar berikut
98
a. Guntinglah bagian-bagian yang diberi garis tebal b. Lipatlah bagian yang di beri tanda titik-titik c. Lubangilah bagian yang diberi warna hitam. Letakkan cermin datar pada bagian yang digunting d. Lipatlah bagian-bagian tadi sehingga membentuk sebuah kotak dan kuatkan menggunakan lem. Hasilnya adalah sebuah alat yang menyerupai periskop.
Pertanyaan Posisikan matamu di bagian bawah ujung periskop buatanmu.Apa yang dapat kamu lihat? Mengapa demikian? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... .......... Berilah kesimpulan dari hasil kegiatan tersebut. ......................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Lampiran 14
1. Berikut ini contoh alat optik adalah.... a. telinga b. hidung c. mata d. kulit
99
2. Bagian mata yang berfungsi membentuk bayangan adalah …. a. lensa b. iris c. pupil d. retina
3. Bagian retina yang
4. Berikut yang bukan bagian dari mata
mengandungselkerucutadalah ….
adalah...
a. Bintikbuta
a. retina
b. Bintikbening
b. prisma
c. Vitreous humor
c. lensa
d. Aqueous humor
d. pupil
5. Cacat mata miopi dapat ditolong dengankacamata .... a. berlensa cembung supaya mengumpulkan sinar b. berlensa cekung supaya dapat mengumpulkan sinar c. berlensa cembung supaya dapat menyebarkan sinar d. berlensa cekung supaya dapatmenyebarkan
6. Seseorang yang tidak dapat melihat bendabenda jauh karena ukuran bola mata yang terlalu tebal disebut cacat mata .... a. miopi b. hipermetropi c. emetropi d. presbiopi
sinar 7. Mata yang tidak bisa melihat benda dekat
8. Jangkauan mata normal adalah antara 25
disebabkan lensa mata tidak dapat
cm sampai tak terhingga. Apabila jangkauan
mencembung sehingga bayangan jatuh di
penglihatan maksimalmu hanya 100 cm,
belakang retina disebut ....
dapat dipastikan ....
a. mata normal
a. mata masih normal
b. mata hipermetropi
b. memiliki cacat mata miopi
c. mata miopi
c. memiliki cacat mata hipermetropi
d. mata presbiopi
d. memiliki cacat mata presbiopi
Lampiran 15
100
2.
Berikut
alat
optik
yang
prinsip
1. Fungsi prisma pada periskop adalah ....
kerjanyahampir sama dengan mata adalah ....
a. pengatur bayangan
a. kacamata
b. pembelokan bayangan
b. kamera
c. pembesar bayangan
c. mikroskop
d. pembentukan bayangan
d. lup
3.
Agar
lup,benda
bayangan
tampak
diletakkan
antara
jelas F
pada
dan
O
sehinggadiperoleh bayangan dengan sifat .... a. maya, diperbesar, dan tegak
4.
Alat
optik
yang
dapat
melihat
bendabendarenik adalah .... a. mikroskop b. lup
b. nyata, diperbesar, dan tegak
c. kamera
c. maya, diperbesar, dan terbalik
d. periskop
d. nyata, diperbesar, dan terbalik
6. Alat yang dipasang pada kapal selamuntuk 5. Bagaimana ciri bayangan akhir yang mengintai kapal-kapal musuh ataumelihat dibentuk pada mikroskop...
benda-benda di permukaan airlaut adalah ....
a. nyata,terbalik dan diperbesar
a. teropong binokuler
b. maya,terbalik dandiperbesar
b. teropong pantul
c. maya,tegak dandiperbesar
c. periskop
d. maya,terbalik dandiperkecil
d. teropong bias
7.Alat
optik
yang
digunakan
mengambil gambar suatu objek adalah.. a. teropong b. mikroskop c. kamera d. teleskop
untuk
8. bagaimana ciri bayangan yang dibentuk oleh kamera... a. maya, terbalik dan diperkecil b. maya, tegak dan diperkecil c. nyata, terbalik dan dipebesar d. nyata, terbalik dan diperkecil
101
Lampiran 16 Kunci Jawaban Kartu Soal
Games Pertemuan I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
c a b d d a b b
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
b b a a b c c d
Games Pertemuan II
Lampiran 17
102
ATURAN PERMAINAN 1. 2. 3. 4.
Siswa mengambil satu kartu nilai Mengisi tabel tabel dengan angka yang diperoleh pada kartu (1-5) Mengambil satu kartu soal Apabila mendapat kartu soal yang sama dengan putaran sebelumnya, maka harus mengambil kartu soal yang lain. 5. Apabila menjawab dengan benar siswa mendapat skor soal 10 dan apabila salah mendapat skor 0 6. Kocok kembali kartu nilai, dan ulangi permainan sampai 5 putaran
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Putaran Kartu
1
2
3
4
5
Total
Soal
Kartu
Soal
Kartu
Soal
Kartu
Soal
103
Lampiran 18
KISI-KISI SOAL Pre-test dan Pos-test Indikator
Menjelaskan Fungsi Mata Sebagai Alat Optik
Aspek yang dinilai C4
Kemampuan
Analisis
C4
Analisis
C3
Aplikasi
No soal
15. Jelaskan bagaimana mata kamu dapat melihat benda-benda di sekitarmu. Bagaimana prosesnya? 16. Pada mata normal, mengapa ketika melihat benda yang terlalu dekat dengan mata terlihat kurang jelas? 17. Seseorang mempunyai titik dekat mata 50 cm. Berapa kekuatan lensa kacamata yang dipakai orang tersebut agar dapat melihat benda dengan normal? Apa jenis lensa kacamata tersebut?
Jawaban
21. Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya masuk ke mata. Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar jatuh pada lensa. Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga bayangan nya jatuh tepat di retina. 22. Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan mata tidak terlihat dengan jelas, hal ini karena mata normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda terlalu dekat dengan mata maka bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina. 23. Kekuatan lensa dapat kita hitung 1 1 1 f So Si
1 1 1 1 f 25 50 50 f 50 cm 0,5m 1 1 P 2D f 0,5
104
Menggambarkan Pembentukan Bayangan Pada Retina
C4
Analisis
18. Bagaimana cara mata mengatur agar bayangan tetap jatuh di retina saat melihat benda jauh maupun dekat? 19. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh mata pada retina?
C1
Pengetahuan
Menjelaskan Beberapa Cacat Mata dan Penggunaan Kacamata
C2
Pemahaman
20. Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita rabun dekat?
C4
Analisis
21. Mengapa orang yang menderita miopi disarankan memakai kaca mata berlensa cekung?
Jenis lensanya adalah lensa cembung karena kekuatan lensanya positif. 24. Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan mata untuk mengubah kelengkungan lensa mata sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat benda yang dekat lensa akan mencembung, sedangkan saat benda jauh lensa akan memipih. 25. Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat nyata, terbalik, diperkecil. 26. Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di belakang retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk mencembung ketika melihat benda yang jaraknya dekat sehingga panjang fokusnya besar. 27. Orang yang menderita miopi atau rabun jauh disarankan memakai kaca mata berlensa cekung dikarenakan pada penderita miopi bayangan jatuh di depan retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa memipih sehingga diperlukan lensa cekung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina.
105
Menjelaskan Konsep Mikroskop, Teleskop, Loop sebagai Alat Optik
C2
Pemahaman
C4
Analisis
C2
Pemahaman
22. Jelaskan pembentukan bayangan pada lup? 23. Mengapa untuk menghasilkan bayangan tegak dan diperbesar pada lup, benda harus diletakkan di antara F dan O (ruang I)? 24. Jelaskan pembentukan bayangan pada mikroskop?
28. Lup terdiri dari satu lensa cembung. Beda diletakkan di depan lensa cembung pada ruang I, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diperoleh bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar. 29. Untuk menghasilkan bayangan yang terletak di jauh tak hingga, sehingga sifat yang diperoleh sama tegak dan diperbesar. 30. Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif yaitu antara titik F dan 2F lensa objektif atau di ruang 2 lensa objektif. Bayangan yang diperoleh oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar. Bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler dan harus berada di ruang 1 lensa okuler sehingga bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler bersifat maya, dan diperbesar
106
Lampiran 19
Rekap Jumlah Soal Pre-test dan Pos-test
No
Jenis Soal
Jumlah Soal
Presentase
Nomer Soal
1
C1
1
10 %
5
2
C2
3
30 %
6,8,10
3
C3
1
10 %
3
4
C4
5
50 %
1,2,4,7,9
107
Lampiran 20
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA Alamat : Gedung D-7, kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, website :
1. Jelaskan bagaimana mata kamu dapat melihat benda-benda di sekitarmu. Bagaimana prosesnya? 2. Pada mata normal, mengapa ketika melihat benda yang terlalu dekat dengan mata terlihat kurang jelas? 3. Seseorang mempunyai titik dekat mata 50 cm. Berapa kekuatan lensa kacamata yang dipakai orang tersebut agar dapat melihat benda dengan normal? Apa jenis lensa kacamata tersebut? 4. Bagaimana cara mata mengatur agar bayangan tetap jatuh di retina saat melihat benda jauh maupun dekat? 5. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh mata pada retina? 6. Hipermetropi (rabun dekat) adalah salah satu kelainan pada mata, Bagaimana proses pembentukan bayangan pada orang yang menderita rabun dekat? 7. Mengapa orang yang menderita miopi (rabun jauh) disarankan memakai kaca mata berlensa cekung? 8. Lup (kaca pembesar) adalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada lup! 9. Mengapa untuk menghasilkan bayangan tegak dan diperbesar pada lup, benda harus diletakkan di antara F dan O (ruang I)? 10. Mikroskop adalah salah satu alat optik, Jelaskan pembentukan bayangan pada mikroskop! ------Selamat mengerjakan-----
108
Lampiran 21
RUPBRIK PENILAIAN SOAL Kemampuan Analisis
Analisis
Aplikasi
No soal 1
2
3
Jawaban Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya masuk ke mata. Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar jatuh pada lensa. Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga bayangan nya jatuh tepat di retina. Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan mata tidak terlihat dengan jelas, hal ini karena mata normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda terlalu dekat dengan mata maka bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina. Kekuatan lensa dapat kita hitung
1 1 1 f So Si 1 1 1 1 f 25 50 50 f 50 cm 0,5m 1 1 P 2D f 0,5 Jenis lensanya adalah lensa cembung karena kekuatan lensanya positif.
Skors 3
Keterangan
2
Menjelaskan proses terjadinya bayangan secara urut dan rinci Menjelaskan proses terjadinya bayangan secara urut
1
Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Menjelaskan secara rinci penyebab dan akibatnya
2 1
Menjelaskan penyebab dan akibatnya tidak secara rinci Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
3
Memberikan jawaban dengan benar disertai kesimpulan benar Memberikan jawaban dengan benar dan kesimpulan salah Mencoba menjawab dan menyertakan alasan tetapi salah Tidak ada jawaban
2 1 0
109
Analisis
Pengetahuan
4
5
Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan mata untuk mengubah kelengkungan lensa mata sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat benda yang dekat lensa akan mencembung, sedangkan saat benda jauh lensa akan memipih. Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat nyata, terbalik, diperkecil.
3
Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2
Memberikan jawaban dengan benar dan tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
1 0 3 2 1
Pemahaman
Analisis
Pemahaman
6
7
8
0 3
Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina tetapi di belakang retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu 2 untuk mencembung ketika melihat benda yang jaraknya dekat sehingga panjang fokusnya besar. 1
Orang yang menderita miopi atau rabun jauh disarankan memakai kaca mata berlensa cekung dikarenakan pada penderita miopi bayangan jatuh di depan retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa memipih sehingga diperlukan lensa cekung agar bayangan yang diperoleh tepat di retina. Lup terdiri dari satu lensa cembung. Benda diletakkan di depan lensa cembung pada ruang I, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diperoleh bayangan yang bersifat maya, tegak dan
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan disertai bukti yang benar Memberikan jawaban dengan benar dan disertai bukti yang salah Mencoba menjawab dan menyertakan bukti tetapi salah Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
1 0 3 2
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan disertai alasan yang benar Memberikan jawaban dengan benar dan disertai alasan yang salah
110
diperbesar.
Analisis
Pemahaman
9
10
Untuk menghasilkan bayangan yang terletak di jauh tak hingga (ruang IV), sehingga sifat yang diperoleh sama tegak dan diperbesar.
Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif yaitu antara titik F dan 2F lensa objektif atau di ruang 2 lensa objektif. Bayangan yang diperoleh oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar. Bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler dan harus berada di ruang 1 lensa okuler sehingga bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler bersifat maya, dan diperbesar
1 0 3 2
Mencoba menjawab dan menyertakan alasan tetapi salah Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0 3
Tidak ada jawaban Memberikan jawaban dengan benar dan lengkap
2 1
Memberikan jawaban dengan benar tetapi tidak lengkap Mencoba menjawab tetapi salah
0
Tidak ada jawaban
111
Lampiran 22
Kriteria Observasi Kinerja Siswa A. Pedoman Penskoran : 4 : semua deskripsi muncul 3 : dua deskripsi muncul 2 : satu deskripsi muncul 1 : tidak ada deskripsi muncul Kegiatan
Indikator a. Siswa mengajukan pertanyaan.
Deskripsi pertanyaan berkaitan dengn materi pertanyaan tentang pengembangan materi pertanyaan
tentang
penerapan
materi dalam kehidupan sehari-hari I. Kegiatan awal
b. Siswa memberikan pendapat.
pengajaran
pendapat berkaitan dengan materi pendapat tentang pengembangan materi pendapat tentang penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari
c. Siswa memperhatikan penjelasan
memperhatikan penjelasan mencatat penjelasan membaca bahan ajar yang ada
a. Siswa aktif dalam kelompok
aktif mencatat hasil diskusi aktif dalam mendiskusikan jawaban LDS
II. Diskusi Kelompok
aktif menyampaikan pendapat b. Siswa bekerjasama dalam kelompok
bekerjasama
dalam
mencari
jawaban LDS dari berbagai sumber membagi tugas untuk mengerjakan LDS mengerjakan seluruh pertanyaan dalam LDS
112
a. Siswa memperhatikan
memperhatikan
penyampaian hasil
dan
mencatat
penjelasan kelompok lain
diskusi kelompok lain
mengajukan pendapat memberikan pertanyaan untuk hal yang belum dipahami
III. Penyampaian hasil diskusi
b. Siswa menyampaikan membacakan seluruh hasil diskusi hasil diskusi kelompok
kelompok memberi
penjelasan
untuk
pertanyaan dari kelompok lain mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan pendapat a. Siswa mengajukan pertanyaan
pertanyaan berkaitan dengn materi pertanyaan tentang pengembangan materi pertanyaan
tentang
penerapan
materi dalam kehidupan sehari-hari IV Aktifitas akhir pembelajaran
b. Siswa menyampaikan pendapatnya untuk
pendapat sesuai dengan materi pendapat tentang pengembangan
penarikan kesimpulan
(relaksasi dan
materi pendapat tentang penerapan materi
evaluasi)
dalam kehidupan sehari-hari c. Siswa memperhatikan
memperhatikan penjelasan
penyampaian
mencatat penjelasan
kesimpulan oleh guru
membaca bahan ajar yang ada
Nilai Kinerja siswa
:
x 10 =
113
Lampiran 23
KELAS
:
PEREMUAN KE
:
Kegiatan =>
Kegiatan Awal
Indikator => No
Nama
a Kode Siswa
b
c
Diskusi Kelompok a b
Penyampaian Hasil a
b
K. Akhir Pembelajaran a
b
c
Nilai
114
Lampiran 24
Nilai Ulangan Tengah Semester 2 Kelas VIII
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
X S2 Ni - 1 (Ni-1) Log Si (Ni-1)Si2
VIII B 80 86 84 88 82 81 88 85 87 86 93 80 90 94 86 83 82 82 85 91 90 80 82 80 82 80 77 81 77 77 78 88
VIII C 82 80 77 82 76 78 71 75 85 74 73 83 77 75 77 81 77 77 78 88 80 76 80 76 83 84 73 83 82 82 85 91
VIII D 79 79 74 82 71 83 86 72 89 78 83 85 75 76 82 85 74 78 82 80 86 79 72 86 85 81 89 90 81 89 86 81 79 82
2685 83,91 21,77 31 41,47 674,72
2541 79,41 20,96 31 40,96 649,72
2759 81,15 26,92 33 47,19 888,26
Kelas VIII E 82 88 85 82 86 77 78 79 75 76 75 79 83 85 86 80 80 82 80 81 89 86 81 79 79 80 79 78 80 86 79 72
2587 80,84 15,88 31 37,22 492,22
VIII F 87 83 82 77 77 77 88 91 85 78 80 80 77 79 78 81 82 78 80 81 84 78 84 76 76 79 78 74 78 78 84 77 77 80
VIII G 83 82 81 80 77 84 78 80 75 83 80 76 80 80 86 82 78 80 78 74 78 78 84 77 77 80 86 76 80 81 84 78
VIII H 86 86 80 86 80 86 83 83 80 84 83 84 84 83 93 84 80 97 89 86 80 84 84 89 83 80 93 84 77 77 93 83
2724 80,12 14,47 33 38,30 477,53
2556 79,88 9,40 31 30,17 291,50
2704 84,50 21,74 31 41,46 674,00
221,00 276,77 4147,95
115
Lampiran 25
UJI HOMOGENITAS POPULASI Hipotesis Ho : s21 Ha : s21
= =
s22 s22
= =
s23 …. s29 s23 … s29
Kriteria: Ho diterima jika 2 hitung < 2 (1-a (k-1) Daerah Daerah penerimaan Ho
penolakan Ho
2(a)(k-1) Pengujian Hipotesis 2
2
2
Sampel
ni
dk = ni - 1
B C D E F G H
32 32 34 32 34 32 32
31 31 33 31 33 31 31
21,77 20,96 26,92 15,88 14,47 9,40 21,74
674,72 649,72 888,26 492,22 477,53 291,50 674,00
1,3378 1,3214 1,4300 1,2008 1,1605 0,9733 1,3373
41,471 40,962 47,191 37,225 38,296 30,172 41,456
228
221
131,13
4147,95
8,7610
276,772
Si
(dk) Si
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: (ni-1) Si2 4147,9504 = = S2 (ni-1) 221 Log S2 = 1,2734
log Si
=
(dk) log Si
2
18,769
Harga satuan B B
2 = (Log S ) (ni - 1)
= = 2
1,2734 x Daerah penerimaan Ho 281,43
Daerah 221 penolakan Ho
2
= (Ln 10) { B - (ni-1) log Si }
= 2,3026 281,43 276,7724 = 10,726 Untuk a = 5% dengan dk = k - 1 = 7 - 1 = 6 diperoleh 2 tabel =
10,7258
Karena 2 sama
hitung
< 2
tabel
12,59
12,59
maka data antar kelompok mempunyai varians yang
116
Lampiran 26
Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
KODE KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL (VIIIE) (VIIIB) E-1 K-1 E-2 K-2 E-3 K-3 E-4 K-4 E-5 K-5 E-6 K-6 E-7 K-7 E-8 K-8 E-9 K-9 E-10 K-10 E-11 K-11 E-12 K-12 E-13 K-13 E-14 K-14 E-15 K-15 E-16 K-16 E-17 K-17 E-18 K-18 E-19 K-19 E-20 K-20 E-21 K-21 E-22 K-22 E-23 K-23 E-24 K-24 E-25 K-25 E-26 K-26 E-27 K-27 E-28 K-28 E-29 K-29 E-30 K-30 E-31 K-31 E-32 K-32
117
Lampiran 27
Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen
KELOMPOK I
KELOMPOK II
KELOMPOK III
E-21
E-2
E-5
E-17
E-16
E-23
E-19
E-26
E-29
E-32
E-11
E-9
KELOMPOK IV
KELOMPOK V
KELOMPOK VI
E-15
E-22
E-30
E-20
E-18
E-4
E-8
E-12
E-24
E-10
E-6
E-28
KELOMPOK VII
KELOMPOK VIII
E-30
E-14
E-1
E-13
E-25
E-27
E-7
E-31
118
Lampiran 28
Pembagin Kelompok Kelas Kontrol
KELOMPOK I
KELOMPOK II
KELOMPOK III
K-14
K-11
K-20
K-16
K-3
K-19
K-5
K-17
K-18
K-30
K-29
K-27
KELOMPOK IV
KELOMPOK V
KELMOMPOK VI
K-13
K-21
K-4
K-8
K-15
K-10
K-23
K-25
K-6
K-31
K-26
K-24
KELOMPOK VII
KELOMPOK VIII
K-7
K-32
K-2
K-9
K-28
K-1
K-22
K-12
119
Lampiran 29
ANALISIS HASIL PRE-TEST VIII E (kelas eksperimen)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode
E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32
Skor
Nilai
12 13 12 9 11 10 7 9 18 9 14 12 10 9 13 10 14 8 14 11 11 12 7 13 11 12 12 7 8 10 11 12
40 43,3333 40 30 36,6667 33,3333 23,3333 30 60 30 46,6667 40 33,3333 30 43,3333 33,3333 46,6667 26,6667 46,6667 36,6667 36,6667 40 23,3333 43,3333 36,6667 40 40 23,3333 26,6667 33,3333 36,6667 40
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal jumlah sangat paham jumlah paham jumlah cukup paham jumlah tidak paham
Ketuntasan tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas
Keterangan Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham
0 32 60 23,3333 36,5625 0 0 0 4 28
120
Lampiran 30
ANALISIS HASIL PRE-TEST VIII B (kelas Kontrol)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8 K-9 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32
Skor 9 11 10 7 7 18 9 14 12 10 15 9 14 12 10 9 13 10 14 8 14 10 11 12 7 13 12 12 7 8 10 17
Nilai 30 36,6666667 33,3333333 23,3333333 23,3333333 60 30 46,6666667 40 33,3333333 50 30 46,6666667 40 33,3333333 30 43,3333333 33,3333333 46,6666667 26,6666667 46,6666667 33,3333333 36,6666667 40 23,3333333 43,3333333 40 40 23,3333333 26,6666667 33,3333333 56,6666667
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal jumlah sangat paham jumlah paham jumlah cukup paham jumlah tidak paham
Ketuntasan tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas tidak tuntas 0 32 60 23,3333 36,875 0 0 0 7 25
Keterangan Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Cukup paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Tidak paham Cukup paham
121
Lampiran 31
ANALISIS HASIL POST-TEST KELAS VIII E (Kelas Eksperimen) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode
E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32
Skors 21 26 20 21 23 21 23 22 25 19 20 21 19 21 21 25 17 24 26 21 26 22 21 23 23 24 21 22 22 21 26 20
Nilai 70 86,6667 66,6667 70 76,6667 70 76,6667 73,3333 83,3333 63,3333 66,6667 70 63,3333 70 70 83,3333 56,6667 80 86,6667 70 86,6667 73,3333 70 76,6667 76,6667 80 70 73,3333 73,3333 70 86,6667 66,6667
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal jumlah sangat paham jumlah paham jumlah cukup paham jumlah tidak paham
Ketuntasan tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas 29 3 86,6667 56,6667 73,6458 90,625 6 25 1 0
Keterangan paham Sangat paham paham paham paham paham paham paham Sangat paham paham paham paham paham paham paham Sangat paham Cukup paham paham Sangat paham paham Sangat paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham Sangat paham paham
122
Lampiran 32
ANALISIS HASIL POST-TEST KELAS VIII B (Kelas Kontrol) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode
E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32
Skors 19 20 21 18 21 19 24 15 19 22 21 23 22 24 18 20 20 24 21 19 21 21 22 21 24 19 19 24 20 21 19 20
Nilai 63,33333 66,66667 70 60 70 63,33333 80 50 63,33333 73,33333 70 76,66667 73,33333 80 60 66,66667 66,66667 80 70 63,33333 70 70 73,33333 70 80 63,33333 63,33333 80 66,66667 70 63,33333 66,66667
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal jumlah sangat paham jumlah paham jumlah cukup paham jumlah tidak paham
Ketuntasan tidak tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tidak tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tidak tuntas tuntas 22 10 80 50,0000 68,8542 68,75 0 29 3 0
Keterangan paham paham paham Cukup paham paham paham paham Cukup paham paham paham paham paham paham paham Cukup paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham paham
Lampiran 33
123
Lampiran 34
124
Lampiran 35
125
Lampiran 36
126
127
Lampiran 37 UJI NORMALITAS POST-TEST DATA NILAI KELAS VIII E Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi Ei 2 Ei
i1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika 2 < 2 tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 56,67 61,84 67,01 72,18 77,35 82,52
-
60,84 66,01 71,18 76,35 81,52 86,69
= = = =
86,67 56,67 31,00 6
Batas Kelas 56,17 61,34 66,51 71,68 76,85 82,02
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
Z untuk batas kls. -2,32 -1,63 -0,95 -0,26 0,42 1,11
Peluang untuk Z 0,4898 0,4487 0,3281 0,1030 0,1644 0,3665
= = = =
Luas Kls. Untuk Z 0,0411 0,1206 0,2251 0,2673 0,2021 0,3665
Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1= 5 diperoleh ² tabel =
5,17 73,65 7,54 32
Ei
Oi
1,3152 3,8591 7,2025 8,5548 6,4675 11,7268
1 2 13 4 6 6
(Oi-Ei)² Ei 0,076 0,896 4,667 2,425 0,034 2,797
²
=
10,8934
11,07
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan
10,893 11,07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal 20 18
Frekuensi
#### 1 #### 2 #### 13 #### 4 #### 6 #### 6
16 14 12 10 8 6 4 2 0 0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Prestasi Belajar
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
128
Lampiran 38 UJI NORMALITAS POST-TEST DATA NILAI KELAS VIII B Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi Ei 2 Ei
i1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika 2 < 2 tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 50,00 55,17 60,34 65,51 70,68 75,85
-
54,17 59,34 64,51 69,68 74,85 80,02
= = = =
80,00 50,00 31,00 6
Batas Kelas 49,50 54,67 59,84 65,01 70,18 75,35
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
Z untuk batas kls. -2,78 -2,04 -1,29 -0,55 0,19 0,93
Peluang untuk Z 0,4973 0,4792 0,4023 0,2096 0,0755 0,3246
Luas Kls. Untuk Z 0,0181 0,0769 0,1927 0,2851 0,2491 0,3246
Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1= 5 diperoleh ² tabel = Daerah penerimaan
= = = =
5,17 68,85 6,96 32
Ei
Oi
0,5787 2,4604 6,1670 9,1235 7,9709 10,3875
1 0 9 5 11 6
(Oi-Ei)² Ei 0,307 2,460 1,301 1,864 1,151 1,853
²
=
8,9366
11,07
Daerah penolakan Ho
8,9366 11,07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal 20 18
Frekuensi
#### 1 #### 0 #### 9 #### 5 #### 11 #### 6
16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 0,00
10,00
20,00
30,00
40,00 50,00 60,00 Prestasi Belajar
70,00
80,00
90,00
100,00
Lampiran 39
129
Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hipotesis : Ho : σ12 = σ22 ( Varians homogen ) Ha
: σ12 > σ22 ( Varians tidak homogen )
Uji Hipotesis : Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus :
Kriteria : Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel
Daerah peneriman H0 F tabel Sumber Variasi Jumlah n x Varians(S2) Standar Deviasi (S)
Eksperimen 2357 32 73,65 56,89 7,54
Kontrol] 2203 32 68,85 51,41 7,17
Berdasarkan Rumus maka diperoleh : F=
56,89
=
1,11
51,41 Pada a = 5% dengan : dk pembilang = 32 - 1 = dk penyebut = 32 - 1 = F tabel = 1,82
31 31
Daerah peneriman H0
1,11
1,82
Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.
Lampiran 40
130
PERHITUNGAN PENINGKATAN UJI GAIN KELOMPOK Hasil analisis data kelas kontrol diperoleh bahwa: Rata-rata kemampuan awal : =
36,88
Rata-rata kemampuan akhir : =
68,85
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep sebagai berikut:
= 0,51 Kriteria peningkatannya adalah sedang, karena
Hasil analisis data kelas eksperimen diperoleh bahwa: Rata-rata kemampuan awal : =
36,56
Rata-rata kemampuan akhir : =
73,65
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep sebagai berikut:
= 0,58 Kriteria peningkatannya adalah sedang, karena
Lampiran 41
131
Peningkatan rata-rata (gain) pemahaman konsep masing-masing siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
No
Gain Kontrol Kontrol (x2)
Gain eksperimen(x1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
0,48 0,47 0,55 0,48 0,61 0,08 0,71 0,06 0,39 0,60 0,40 0,67 0,50 0,67 0,40 0,52 0,41 0,70 0,44 0,50 0,44 0,55 0,58 0,50 0,74 0,35 0,39 0,67 0,57 0,59 0,45 0,23
0,50 0,76 0,44 0,57 0,63 0,55 0,70 0,62 0,58 0,48 0,38 0,50 0,45 0,57 0,47 0,75 0,19 0,73 0,75 0,53 0,79 0,56 0,61 0,59 0,63 0,67 0,50 0,65 0,64 0,55 0,79 0,44
Σ S2 X
15,69
18,56
0,026 0,5
0,017 0,58
x y (X?-X ) (X - X ) ? -0,01 -0,02 0,06 -0,01 0,12 -0,41 0,22 -0,43 -0,10 0,11 -0,09 0,18 0,01 0,18 -0,09 0,03 -0,08 0,21 -0,05 0,01 -0,05 0,06 0,09 0,01 0,25 -0,14 -0,10 0,18 0,07 0,10 -0,04 -0,26
? -0,08 ? 0,18 -0,14 -0,01 0,05 -0,03 0,12 0,04 0,00 -0,10 -0,20 -0,08 -0,13 -0,01 -0,11 0,17 -0,39 0,15 0,17 -0,05 0,21 -0,02 0,03 0,01 0,05 0,09 -0,08 0,07 0,06 -0,03 0,21 -0,14
x²
xy
y²
0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,17 0,05 0,18 0,01 0,01 0,01 0,03 0,00 0,03 0,01 0,00 0,01 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,06 0,02 0,01 0,03 0,01 0,01 0,00 0,07 0,793276
0,01 0,03 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,04 0,01 0,02 0,00 0,01 0,03 0,15 0,02 0,03 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,04 0,02
0,00 0,00 -0,01 0,00 0,01 0,01 0,03 -0,02 0,00 -0,01 0,02 -0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,03 0,03 -0,01 0,00 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 -0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 -0,01 0,04
0,53549 0,115097
132
Lampiran 42 UJI GAIN Tiap Aspek Pemahaman Konsep Uji Gain Kelas Eksperimen No 1 2 3 4
aspek Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Analisis
pre-test pos-test 42,71 65,63 45,83 66,32 34,38 69,79 30,21 61,88
gain 0,40 0,38 0,54 0,45
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang
gain 0,21 0,37 0,48 0,39
Kriteria Rendah Sedang Sedang Sedang
Uji Gain Kelas Kontrol No 1 2 3 4
aspek Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Analisis
pre-test pos-test 44,79 56,25 44,1 64,58 37,5 67,71 30,83 57,5
Lampiran 43
133 UJI t satu sampel Nilai Pos-test Kelas Eksperimen
Σ= X? =
2060 73,57143
1531,746
38 5
Standar deviasi s
7, 02 93 07
23 1
(Xi - X?)^2Varians s2 12,7551 171,4853 47,67574 12,7551 9,580499 12,7551 9,580499 0,056689 95,29478 104,8186 47,67574 12,7551 104,8186 12,7551 12,7551 95,29478 285,771 41,32653 171,4853 12,7551 171,4853 0,056689 12,7551 9,580499 9,580499 41,32653 12,7551 0,056689 0,056689 12,7551 171,4853 47,67574 11 6
70 86,66667 66,66667 70 76,66667 70 76,66667 73,33333 83,33333 63,33333 66,66667 70 63,33333 70 70 83,33333 56,66667 80 86,66667 70 86,66667 73,33333 70 76,66667 76,66667 80 70 73,33333 73,33333 70 86,66667 66,66667
(Xi - X?) -3,57143 13,09524 -6,90476 -3,57143 3,095238 -3,57143 3,095238 -0,2381 9,761905 -10,2381 -6,90476 -3,57143 -10,2381 -3,57143 -3,57143 9,761905 -16,9048 6,428571 13,09524 -3,57143 13,09524 -0,2381 -3,57143 3,095238 3,095238 6,428571 -3,57143 -0,2381 -0,2381 -3,57143 13,09524 -6,90476
,4 1
Xi
49
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
134
Lampiran 44
135
Uji t dua sampel
DATA HASIL POST-TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis Ho :
≤
: Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan Peningkatan pemahaman konsep kelas kontrol
Ha :
>
: Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari pada Peningkatan Pemahaman konsep kelas kontrol
Uji Hipotesis digunakan rumus
X1 X 2
t
2 2 s s s1 s2 2r 1 2 n n n1 n2 1 2
dimana,
Sumber Variasi n Varians (S2) X
Kelas Kontrol 32 48,47 68,85
Kelas Eksperimen 32 56,89 73,65
Ho ditolak jika t hitung > t tabel diperoleh r = -0,020264741 t =
2,614529576
pada α = 5% dengan dk = 32 + 32 -2 = 62 diperoleh t tabel = 2,00
Daerah penerimaan Ho 2.00
2,6145296
karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari pada Pemahaman konsep kelas kontrol
Lampiran 45 136 Uji t dua sampel Signifikasi Gain
Nilai Gain kelas eksperimen dan Kelas Kontrol Hipotesis Ho :
?
: Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan pemahaman konsep kelas kontrol
Ha :
>
: Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari pada Pemahaman konsep kelas kontrol
Uji Hipotesis digunakan rumus
X1 X 2
t
2 2 s s s1 s2 2r 1 2 n n n1 n2 1 2
dimana,
Sumber Variasi n Varians (S2) X
Kelas Kontrol 32 0,026 0,5
Kelas Eksperimen 32 0,017 0,58
Ho ditolak jika t hitung > t tabel diperoleh r = 0,176594258 t =
2,689392783
pada α = 5% dengan dk = 32 + 32 -2 = 62 diperoleh t tabel = 2,00
Daerah penerimaan Ho 2.00
2,6893928
karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Peningkatan Pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari pada Pemahaman konsep kelas kontrol
137
Lampiran 46
Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I Kegiatan => Indikator => Kelompok Kode Siswa E21 E17 I E19 E32 E2 E16 II E26 E11 E5 E23 III E29 E9 E15 E20 IV E8 E10 E22 E18 V E12 E6 E30 E4 VI E24 E28 E30 E1 VII E25 E7 E14 E13 VIII E27 E31
Diskusi Penyampaia Kelompok n Hasil a b a b
Kegiatan Awal a
b 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1
c 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 4 4 3 3
4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 2 3 3 2 2 3 3 4 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 3
4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2
4 1 1 1 1 1 4 1 3 1 4 1 4 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
K. Akhir Pembelajaran a b c 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL
4 4 4 1 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3
31 23 23 21 25 22 21 21 25 21 29 22 33 21 24 21 21 18 22 20 26 23 23 20 32 20 20 18 24 24 20 19
2
S X max min
Nilai
77,5 57,5 57,5 52,5 62,5 55 52,5 52,5 62,5 52,5 72,5 55 82,5 52,5 60 52,5 52,5 45 55 50 65 57,5 57,5 50 80 50 50 45 60 60 50 47,5 1832,5 89,258 57,266 82,5 45
Kinerja
Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Sangat Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi
138
Lampiran 47
Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I Kegiatan => Indikator => Kelompok Kode Siswa K14 K16 I K5 K30 K11 K3 II K17 K29 K20 K19 III K18 K27 K13 K8 IV K23 K31 K21 K15 V K25 K26 K4 K10 VI K6 K24 K7 K2 VII K28 K22 K32 K9 VIII K1 K12
Diskusi Kelompok a b
Kegiatan Awal a
b 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1
c 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1
4 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 4 1 1 2
4 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Penyampaia n Hasil a b 3 2 1 1 2 1 1 1 3 1 2 1 4 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 4 2 3 1
3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2 4 3 3 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 4 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
K. Akhir Pembelajaran a b c 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL
3 3 3 1 2 3 2 2 4 4 2 2 4 2 4 3 4 3 4 2 3 4 2 2 4 4 4 3 4 2 3
22 19 17 12 20 15 17 16 22 13 17 12 25 14 17 13 18 16 14 16 16 16 16 11 25 17 17 15 21 17 17 14
S2 X max min
Nilai
55 47,5 42,5 30 50 37,5 42,5 40 55 32,5 42,5 30 62,5 35 42,5 32,5 45 40 35 40 40 40 40 27,5 62,5 42,5 42,5 37,5 52,5 42,5 42,5 35 1342,5 73,6832 41,9531 62,5 27,5
Kinerja
Cukup Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah
139
Lampiran 48
Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II Kegiatan => Indikator => Kelompok Kode Siswa E21 E17 I E19 E32 E2 E16 II E26 E11 E5 E23 III E29 E9 E15 E20 IV E8 E10 E22 E18 V E12 E6 E30 E4 VI E24 E28 E30 E1 VII E25 E7 E14 E13 VIII E27 E31
Diskusi Penyampai Kelompok an Hasil a b a b
Kegiatan Awal a
b 1 1 4 1 1 1 3 1 4 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1
c 1 1 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 3
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4
2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 3
4 3 3 2 3 3 4 2 4 2 3 2 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 1 3 4 2 3 1 2 4 2 1
K. Akhir Pembelajaran a b c 1 4 1 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1
1 1 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 3 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 3
TOTAL
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 28 34 25 33 25 28 21 29 27 23 27 31 28 27 26 22 25 27 25 26 26 23 31 27 22 26 22 36 25 23 27
S2 X max min
Nilai
65 70 85 62,5 82,5 62,5 70 52,5 72,5 67,5 57,5 67,5 77,5 70 67,5 65 55 62,5 67,5 62,5 65 65 57,5 77,5 67,5 55 65 55 90 62,5 57,5 67,5 2062,5 79,866 66,532 90 52,5
Kinerja
Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Cukup Tinggi Sangat Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Sangat Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi
140
Lampiran 49
Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II Kegiatan => Indikator => Kelompok Kode Siswa K14 K16 I K5 K30 K11 K3 II K17 K29 K20 K19 III K18 K27 K13 K8 IV K23 K31 K21 K15 V K25 K26 K4 K10 VI K6 K24 K7 K2 VII K28 K22 K32 K9 VIII K1 K12
Diskusi Penyampai Kelompok an Hasil a b a b
Kegiatan Awal a
b 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
c 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 4 1 3 1 1 3
4 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 4 1 1 1 4 1 1 3 4 1 1 2
4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 3 1 1 2 1 1 2 3 1 1 2
3 3 1 1 2 2 1 1 4 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2
4 1 1 1 3 1 4 1 3 1 4 1 3 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
3 2 1 1 3 3 3 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 4 1 1 4 1 2 1 2 2 2 1
K. Akhir Pembelajaran a b c 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1
TOTAL
3 3 2 2 2 2 4 2 4 3 2 2 4 2 4 2 4 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2
29 19 14 14 24 16 22 14 23 17 20 14 21 13 16 12 20 18 11 17 19 20 15 11 24 14 19 17 26 18 14 16
2
S X max min
Nilai
72,5 47,5 35 35 60 40 55 35 57,5 42,5 50 35 52,5 32,5 40 30 50 45 27,5 42,5 47,5 50 37,5 27,5 60 35 47,5 42,5 65 45 35 40 1417,5 120,66 44,297 72,5 27,5
Kinerja
Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah
Lampiran 50
141 Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen
Kegiatan => Indikator => Pertemuan Ke => Kelompok Kode Siswa E21 E17 I E19 E32 E2 E16 II E26 E11 E5 E23 III E29 E9 E15 E20 IV E8 E10 E22 E18 V E12 E6 E30 E4 VI E24 E28 E30 E1 VII E25 E7 E14 E13 VIII E27 E31
a 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1
Kegiatan Awal b c 2 1 2 1 2 1 1 4 1 1 1 3 1 4 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 1 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 3
4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3
Diskusi Kelompok a b 1 2 1 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 2 3 3 2 2 3 3 4 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 3
Penyampaian Hasil a b 1 2 1 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4
4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2
2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 3
4 1 1 1 1 1 4 1 3 1 4 1 4 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
Kegiatan Akhir Pembelajaran a b c 1 2 1 2 1 2 4 3 3 2 3 3 4 2 4 2 3 2 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 1 3 4 2 3 1 2 4 2 1
1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1
1 4 1 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 1 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 3 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 3
4 4 4 1 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3
TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
57 51 57 46 58 47 49 42 54 48 52 49 64 49 51 47 43 43 49 45 52 49 46 51 59 42 46 40 60 49 43 46
2
S X max min
Nilai 71,25 63,75 71,25 57,5 72,5 58,75 61,25 52,5 67,5 60 65 61,25 80 61,25 63,75 58,75 53,75 53,75 61,25 56,25 65 61,25 57,5 63,75 73,75 52,5 57,5 50 75 61,25 53,75 57,5 1980 52,9233871 61,875 80 50
Kinerja Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi Cukup Tinggi
142
Lampiran 51 Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Kegiatan => Indikator => Pertemuan Ke => Kelompok Kode Siswa K14 K16 I K5 K30 K11 K3 II K17 K29 K20 K19 III K18 K27 K13 K8 IV K23 K31 K21 K15 V K25 K26 K4 K10 VI K6 K24 K7 K2 VII K28 K22 K32 K9 VIII K1 K12
a 1 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1
Kegiatan Awal b c 2 1 2 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 4 1 3 1 1 3
4 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 4 1 1 2
Diskusi Kelompok a b 1 2 1 2 4 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 4 1 1 1 4 1 1 3 4 1 1 2
4 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 3 1 1 2 1 1 2 3 1 1 2
3 2 1 1 2 1 1 1 3 1 2 1 4 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 4 2 3 1
Penyampaian Hasil a b 1 2 1 2 3 3 1 1 2 2 1 1 4 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2
3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2 4 3 3 2 2 2 2
4 1 1 1 3 1 4 1 3 1 4 1 3 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
1 1 1 1 1 1 4 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 1 4 3 1
Kegiatan Akhir Pembelajaran a b c 1 2 1 2 1 2 3 2 1 1 3 3 3 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 4 1 1 4 1 2 1 2 2 2 1
1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1
3 3 3 1 2 3 2 2 4 4 2 2 4 2 4 3 4 3 4 2 3 4 2 2 4 4 4 3 4 2 3 3
TOTAL 3 3 2 2 2 2 4 2 4 3 2 2 4 2 4 2 4 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2
51 38 31 26 44 31 39 30 45 30 37 26 46 27 33 25 38 34 25 33 35 36 31 22 49 31 36 32 47 35 31 33
S2 X max min
Nilai 63,75 47,5 38,75 32,5 55 38,75 48,75 37,5 56,25 37,5 46,25 32,5 57,5 33,75 41,25 31,25 47,5 42,5 31,25 41,25 43,75 45 38,75 27,5 61,25 38,75 45 40 58,75 43,75 38,75 41,25 1383,75 84,66324 43,24219 63,75 27,5
Kinerja Tinggi Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah
143
Lampiran 52
144
Lampiran 53
FOTO PENELITIAN
Siswa Melakukan Pre-Test
Siswa Melakukan Active Learning Berbasis Kooperatif
Hasil Diskusi Kelompok
145
Hasil Diskusi Kelompok
Penyampaian Hasil Diskusi Kelompok
Pelaksanaan Post-Test