MEMBERDAYAKAN KONSEP SISWA MELALUI MEDIA DAN EVALUASI PERFORMAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA Makrina Tindangen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman ABSTRACT Boing power student’s concep trought media and performance evaluation of concept mapping to in crease the ability of student’s thinking is one of the way to help the teacher in media and evaluation, which used in teaching learning in order to improve the ability of student’s thinking. This case is very urgent, because some reports of research or in mass-media point thet the ability of Indonesian student’s thinking are still on the low grade thinking, so the problem of the hight grade of thinking. The low understanding of the teacher about the way to solve the thinking problem of student to cause this problem always return from year to year. Certainly, there are teacher who has understand the way to solve the student thinking problem, but it has not been feel in all aspects of Indonesian people. Trought the problem, which is happened in the real life the author want to increase the teacher understanding with writing article so it can be read by audiences and we hope to be able to improve quality and quantity of teacher in powering the student mapping trough media and performance evaluation of the concept mapping to in crease the ability of student thinking. Keyword: Student’s concept, Media, concep mapping
I. PENDAHULUAN Kurikulum saat ini memberikan peluang seluas-luasnya kepada guru untuk menerapkan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran konstruktivis merupakan salah satu elemen pembelajaran kontekstual yang filosofinya adalah siswa harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, siwa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan menyusun pengetahuannya. Secara umum peranan guru sebagai fasilitator dalam penyusun pengetahuan siswa (Johnson, E.B, 2002). Terkait keaktifan siswa dalam proses serta penyusunan pengetahuan salah satu syarat adalah siswa memiliki konsep yang diperolehnya secara bermakna (Ausubel 1968). Tidak mungkin siswa dapat berperan aktif tanpa isi sebagai pijakan dalam berpikir. Isi berkaitan dengan konsep (Arnone, 1998). Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, guru perlu memperhatikan adanya pengatur awal pada awal pelajaran, dalam mengaitkan konsep-konsep adanya proses diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative dan belajar superordinat. Atas dasar teori Ausubel, Novak (!985) mengemukakan gagasan media belajar peta konsep Memberdayakan Konsep Siswa……………(Makrina T)
31
yang menyatakan hubungan antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menolong guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung. Menurut Gagne (1985), agar sampai pada tingkat berpikir pemecahan masalah maka konsep-konsep harus diberdayakan, karena konsep merupakan batu-batu pembangunan (building bloks dalam berpikir). Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses berpikir yang lebih tinggi. Untuk sampai pada tingkatan berpikir pemecahan masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang dimilikinya.
II. METODOLOGI Dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan pemahaman konseptualisasi peta konsep serta operasionalisasi peta konsep. Berkaitan dengan konseptualisasi peta konsep akan dibahas melalui Apa dan Bagaimana Menyusun Peta Konsep, Bagaimana Kegunaan Peta Konsep, Bagaimana Keterkaitan Peta Konsep dengan Peningkatan Kemampuan Berpikir. Sedangkan yang berkaitan dengan operasionaliasi akan dibahas melalui Bagaimana Menerapkan Peta Konsep dalam Pembelajaran, Bagaimana Cara Menggunakan Peta Konsep untuk Mengevaluasi Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran, Bagaimana Mengevaluasi Performan Peta Konsep dalam Pembelajaran.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Konsep Peta konsep adalah gambar dua dimensi yang menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam menyusun peta konsep (diadaptasi dari Dahar 1989, dan Muid 2004), yaitu a. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran. b. Tentukan konsep-konsep yang relevan.
32
Exacta, Vol. V, No.1, Juni 2007:31-38
c. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh misalnya: paling inklusif
Tumbuhan Fotosintesis Air – Karbondioksida – glukosa – oksigen Sel-sel tumbuhan – Amilum – Udara
Paling tidak inklusif
Cadangan makan
d. Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif. e. Hubungkan konsep-konsep dengan kata atau kata-kata dan garis penghubung (Gb. 1) Tumbuhan
melakukan Fotosintesis
memerlukan Air
menghasilkan
Karbon dioksida
Glukosa
diedarkan ke
bergabung
ke
Sel-sel tumbuh an
Oksigen
diubah menjadi
Amilum
dilepaskan ke
Udara
membentuk sebagai Cadangan makanan Gambar 1 Contoh Peta Konsep Fotosistesis Memberdayakan Konsep Siswa……………(Makrina T)
33
Kegunaan Peta Konsep a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama (key concept) dari pokok bahasan baru yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu, serta memperlihatkan pula hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang mereka gambar itu. Pendekatan lain yang dapat digunakan guru ialah memilih beberapa konsep penting dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Para siswa kemudian disuruh menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Lalu para siswa diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep-konsep itu hingga membentuk proposisi yang bermakna. Dari peta-peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. (Roth, 1994; Lumpe et al,1995; Muid, 2004). b. Mempelajari cara belajar Bila seorang siswa dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran, ia tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya. Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu, ia akan berusaha untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya. Tetapi perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru, jadi seakan-akan mau menyenangkan guru, melainkan harus timbul dari keinginan siswa untuk mau memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri. Siswa benar-benar harus mempunyai kesiapan dan minat untuk belajar bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap ini harus dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi peta konsep berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar. c. Mengungkapkan konsepsi salah Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan diatas, peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada siswa.konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
34
Exacta, Vol. V, No.1, Juni 2007:31-38
d. Alat evaluasi Peta konsep yang dibuat siswa mencerminkan apa yang telah diketahuinya, bagaimana cara siswa belajar, serta dapat mengetahui tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswa, sehingga peta konsep sangat tepat untuk digunakan sebagai alat ukur dalam mengevaluasi.Dalam menilai peta konsep menurut Novak (1985) memperhatikan empat kriteria penilaian yaitu: 1) kesahihan proposisi; 2) adanya hirarki; 3) adanya kaitan silang; 4) adanya contoh-contoh. (Dahar, 1989). Peranan Peta Konsep dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa Menurut Gagne (1985), konsep-konsep merupakan dasar bagi proses berpikir yang lebih tinggi. Dengan membuat peta konsep maka konsep-konsep akan menjadi bermakna sehingga memudahkan siswa untuk memecahkan masalah. Untuk memecahkan masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturanaturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang dimilikinya. Kemampuan untuk memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan. Bila para siswa memecahkan suatu masalah yang mewakili kejadian-kejadian nyata, mereka terlibat dalam perilaku berpikir. Dengan mencapai pemecahan suatu masalah secara nyata, para siswa juga mencapai suatu kemampuan baru. Mereka telah belajar sesuatu yang dapat digeneralisasikan pada masalah-masalah lain yang mempunyai ciri-ciri formal yang mirip. Ini berarti mereka telah memperoleh suatu aturan baru atau mungkin juga suatu set baru tentang aturan sehingga mereka akan berada pada jenjang berpikir tingkat tinggi (Dahar. R.W, 1989) Cara Menerapkan Peta Konsep dalam Pembelajaran Penggunaan peta konsep
dalam pembelajaran yang mengacu pada prinsip
instruksional kognitif antara lain adalah pendekatan kelompok untuk peta konsep yang dikemukakan oleh
Brown, 2003 mengacu pada prinsip kognitif belajar bermakna
(meaningfull learning) Ausubel. Ciri khas pendekatan kelompok untuk peta konsep yang dikembangkan oleh Brown (2003), adalah sebelum siswa membuat peta konsep dalam kelompok, guru melakukan usaha melalui berbagai kegiatan misalnya laboratorium, pengamatan di luar kelas, menyediakan fasilitas berupa video, mempresentasikan konsep-konsep yang penting agar siswa memperoleh konsep-konsep yang representatif mengenai materi pelajaran yang dipelajari. Langkah selanjutnya Memberdayakan Konsep Siswa……………(Makrina T)
35
adalah siswa dibagi dalam kelompok, siswa bekerja membuat peta konsep bersama kelompok, siswa secara berkelompok mempresentasikan peta konsep dalam diskusi klasikal, guru menilai peta konsep yang dikerjakan siswa berkelompok. Sintaks pendekatan kelompok yang dikemukakan oleh Brown (2003) adalah Tabel 1 Sintaks Pendekatan Kelompok untuk Peta Konsep
Kegiatan Guru
Langkah-langkah Pokok
-Memberikan pelajaran singkat mengenai: materi pelajaran yang menjadi pembahasan -Memasukkan berbagai macam aktivitas di kelas termasuk video, dalam upaya agar siswa konsep yang representatif kelas termasuk video, laboratorium dalam upaya agar siswa mendapatkan konsep yang representatif -Membagi siswa dalam kelompok dan individu
Kegiatan Awal
Memperhatikan penjelasan guru Bekerja dalam kegiatan laboratorium Memperhatikan konsepkonsep yang disajikan dalam tampilan video Mengambil 10 fakta pada video yang berhubungan dengan materi pelajaran yang menjadi pembahasan Membentuk kelompok dan individu
- Menugaskan siswa berkelompok dan individu membuat peta konsep - Sebagai fasilitator dan moderator dalam diskusi kelas membahas peta konsep yang dikerjakan kelompok maupun individu Menilai peta konsep kelompok dan individu
Kegiatan Siswa
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Bekerja kelompok dan individu membuat peta konsep Menyajikan peta konsep berkelompok atau individu Berperan aktif dalam pembahasan peta konsep dalam diskusi kelas.
Mengumpulkan Peta Konsep kelompok dan individu
(Brown, 2003 halaman: 120-125)
Cara Mengevaluasi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa Dari contoh peta konsep yang ada pada bagian menyusun peta konsep dapat disusun pertanyaan-pertanyaan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir siswa adalah: 1. Bahan apa saja yang diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis? 2. Apa yang dihasilkan proses fotosintesis?
36
Exacta, Vol. V, No.1, Juni 2007:31-38
3. Berasal dari mana glukosa dan oksigen? 4. Jelaskanlah fungsi glukosa bagi tumbuhan? 5. Dari mana manusia memperoleh oksigen? 6. Buatlah peta konsep proses fotosintesis! Jika siswa dapat menjawab kelima pertanyaan ini maka menurut Gagne (1988), siswa telah sampai pada tingkatan berpikir pemecahan masalah mengenai Fotosintesis. Hal ini terjadi karena dalam peta konsep memuat kosep-konsep prasyarat secara lengkap mengenai fotosintesis. Sehingga peranan guru sebagai fasilitator sangat penting dalam mencapai kelengkapan peta konsep yang dibuat siswa dari setiap materi pelajaran. Cara Penskoran Performan Evaluasi Penyusunan Peta Konsep Penskoran Evaluasi Performan Penyusunan Peta Konsep Nama Siswa: Kelas : Rubrik No. ASPEK PENILAIAN SKOR 4 3 2 1. Konsep-konsep yang tercantum 2. Penentuan konsep utama 3. Penyusunan hierarkhi 4. Pemberian kata penghubung 5. Ketepatan peletakkan posisi konsep dari konsep yang lain
1
Beri tanda cek (v) pada kolompokyang sesuai dengan criteria: 4: bila tahapan ini dilakukan dengan benar dan rapi 3: bila tahapan ini dilakukan dengan benar tetapi tidak rapi 2: bila tahapan ini dilakukan tapi salah 1: bila tahapan ini tidak dilakukan (Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kajian naskah maka ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan sebagai berikut.
Memberdayakan Konsep Siswa……………(Makrina T)
37
1. Peta konsep merupakan media belajar bermakna, karena melalui peta konsep terjadi kaitan-kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dalam bentuk proposisi-proposisi. 2. Peta konsep mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa, karena telah terjadi belajar bermakna pada siswa sehingga siswa memiliki aturan-aturan yang dapat digunakannya dalam pemecahan masalah ( kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi). 3. Peta konsep sangat baik digunakan sebagai alat ukur untuk evaluasi, karena melalui peta konsep guru dapat mengetahui konsep yang dimiliki siswa, cara belajar siswa serta miskonsepsi, sehingga guru memperoleh masukan dalam perbaikan pembelajaran. Saran 1. Agar peta konsep menjadi media belajar bermakna bagi siswa maka peta konsep harus dibuat siswa sendiri tanpa interfensi guru. 2. Peta konsep khas bagi setiap siswa atau kelompok, sehingga tidak perlu guru mengadakan penyeragaman. Daftar Pustaka Arnone, V.C. 1998. The Nature of Conceptions; A Point of View, Journalof Education Psychology. 26 (6). P.231-235 Ausubel, David P. 1968. Educational Psychology, A Cognitive View. New York; Holt, Rinehart and Winston, Inc. Brown, D.S. 2003. A Group Approach to Cocept Mapping. The American Biology Teacher. 65 (3).p.192-197 Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas. 2003. Evaluasi Biologi SMP. Jakarta; Dirjen Dikdasmen Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Gagne. E.D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston: Little, Brown Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc Lumpe, A. T. and Staver, J. R. 1995. Peer Collaboration and Concept Development: Learning About Photosynthesis. Journal of Research in Science Teaching, 32 (1). P. 71-98. Muid, D. 2004. Sains Biologi untuk SMP Kelas I Semester 2. Jakarta. Erlangga Novak, J.D. and Gowin, D.B. 1985. Learning How to Learn. Cambridge: Cambridge University Press. Roth, W. 1994. Students Views of Collaborative Concept Mapping: An Emancipatory Research Project. Science Education. 78 (1). P.85-92
38
Exacta, Vol. V, No.1, Juni 2007:31-38