Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Nomor, Volume, Mei 2015
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PRAMEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Citrabella Pertiwi Yunus Abidin Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT The weaknes of pre reading skill is one as a background of this research in kindergarten group B (5-6 years) in TK laboratorium UPI Kampus Cibiru. Based the observe, prereading learning is not increase. Students can not response them. This research take description about (1) the proses of prereading learning uses Cooperative learning model and (2)the evaluation of prereading skill uses Cooperative Learning model. The method of research use Elliot design in three cycle, nine action. The research use many instruments such as observation from, performance instrument, interview, field note and documentation. It take some data from the research use qualitative technic and quantitative technic. The subject on this research are kindergarten group B students (5-6 years) in Laboratorium UPI Kampus Cibiru are 10 students. The result of this research are (1) the process of pre reading learning skill kindergarten group B use Cooperative Learning model consist of three methods, there are Snowball Throwing, Picture and Picture and Talking Stick. Snowball Throwing method to throwing snowball include some letters, picture and picture do match some picture with word or letter, and talking stick do read a message inside the stick. (2) the result of prereading learning skill use cooperative learning model in kindergarten group B increase. It shows that the avarage of student’s skill in cycleI is 6.04, cycle II is 7.59, and cycle III is 9.83. according from the result, cooperative learning model give positive stimulus and increase prereading skill. It can be recomended to use the model in leraning activity. Key word: Prereading, cooperative Learning mode, student kindergarten group B
Citrabella Pertiwi, Yunus Abidin, Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PRAMEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Citrabella Pertiwi Yunus Abidin1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya keterampilan pramembaca siswa di kelompok TK B (5-6 tahun) di TK laboratorium UPI Kampus Cibiru. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, pembelajaran keterampilan pramembaca masih kurang baik dilakukan. Siswa yang masih kurang merespon dengan kegiatan yang dilakukan guru. Hal tersebut menyebabkan keterampilan pramembaca yang anak miliki kurang baik dan perlu untuk ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai (1) proses pembelajaran keterampilan pramembaca dengan menggunakan model cooperative learning dan (2) hasil belajar keterampilan pramembaca dengan menggunakan model cooperative learning. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK model Elliot yang terdiri dari tiga siklus, sembilan tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, instrument performa, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa TK B (5-6 tahun) TK Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang berjumlah 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pembelajaran keterampilan pramembaca di kelompok TK B dengan menggunakan model cooperative learning terdiri dari tiga metode yaitu snowball throwing, pivture and picture dan talking stick. Metode Snowball Throwing merupakan kegiatan melempar bola salju yang di dalamnya berisi huruf, Picture and Picture merupakan kegiatan mencocokkan gambar dengan kata atau huruf, dan Talking Stick merupakan kegiatan membaca pesan yang ada dalam tongkat. (2) Hasil keterampilan pramembaca dengan menggunakan model Cooperative Learning di kelompok TK B menunjukkan peningkatan. Hal tersebut terbukti dari hasil rata-rata kemampuan anak pada siklus I adalah 6,04, siklus II adalah 7,59, dan siklus III adalah 9,83. Dengan demikian, model Cooperative Learning dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan pramembaca siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran Cooperative Learning dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi guru dalam meningkatkan keterampilan pramembaca di kelompok TK B. Kata Kunci: Keterampilan pramembaca, Cooperative Leraning, siswa kelompok TK B
Penulis Penanggung Jawab 1
Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Nomor, Volume, Mei 2015 Pendidikan merupakan hal terpenting dalam sebuah negara, dengan adanya pendidikan akan menciptakan generasi penerus bangsa yang terampil, cerdas, mandiri, kreatif dan memiliki kepribadian yang baik. Ada masa-masa yang sangat penting dalam perkembangan diri manusia yaitu saat anak usia dini. Pada saat usia dini atau usia 0-6 tahun, manusia berada pada pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Saat anak usia dini ini anak mampu menyerap berbagai informasi baik maupun buruk, sosial, emosional, kognitif, bahasa dan spiritual anak mulai terbentuk dan berkembang pesat. Kecerdasan seseorang terbentuk setidaknya sekitar 50% terjadi pada saat anak usia dini. Pada saat anak usia dini merupakan pondasi yang sangat penting bagi kehidupan anak selanjutnya. Sementara masa emas ini hanya datang satu kali dan jika dilewatkan begitu saja hilang semua kesempatan tersebut. Banyak sekali potensi yang dimiliki anak, maka penting pula diberikan dukungan melalui pemberian pendidikan pada anak usia dini. Sehingga apa yang telah anak miliki sejak lahir dapat dikembangkangkan dan menjadi manfaat bagi semua orang. Pada dasarnya pendidikan anak usia dini adalah suatu pola pengembangan anak usia 0-6 tahun, yang bertujuan untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak seperti aspek kognitip, bahasa, sosial dan emosional. Pendidikan anak ini dipersiapkan sedemikian rupa untuk mempersiapkan anak dalam menjalani pendidikan selanjutnya serta dapat menjalani hidupnya di masa yang akan datang. Pendidikan anak usia dini yang baik adalah pendidikan yang dapat menjadikan seseorang atau sekelompok orang menjadi seseorang yang berguna dan menjadi warga negara yang pandai di masa yang akan datang. Salah satu ciri orang yang pandai adalah orang yang
sering membaca, karena dengan membaca manusia akan belajar lebih banyak tentang dunia, dapat berkomunikasi dengan baik, mengetahui berbagai informasi, meningkatkan kemampun berfikir. Oleh karena itu, pramembaca ialah suatu proses yang harus dilalui oleh seseorang untuk dapat mempunyai kemampuan membaca. Menurut Glenn Doman dalam Hasan (2013, hlm. 311), anak perlu diajarkan membaca karena beberapa hal yaitu: a. Anak usia di bawah lima tahun mudah menyerap berbagai informasi dengan cepat. b. Semakin banyak informsi yang di dapat oleh anak maka semakin banyak pula yang di ingat anak. c. Anak usia lima tahun dapat mempelajari bahasa secara utuh dan mudah mengerti bahasa lisan. Menurut Musbikin (2012, hlm. 118-122), memberi pengajaran membaca pada anak tidak perlu dengan pemaksaan tetapi dengan kesabaran dan cara yang tepat untuk mengajarkannya yaitu: a. Awali dengan memperkenalkan huruf. b. Sertakan gambar untuk mempermudah anak belajar. c. Membiasakan membaca buku. d. Kegiatan kreatif untuk mengajarkan membaca. Semua anak bisa dan harus belajar keterampilan membaca di awal tahun sekolah. Namun kemampuan anak dalam membaca awal berbeda-beda, tetapi semua anak akan melalui tahapan membaca awal menurut Yeats (2010, hlm. 5) yaitu: a. Stage 0, Emergent Literacy yaitu mulai bisa mengontrol bahasa lisan atau berbicara, masih bergantung pada gambar yang di dalamnya terdapat teks atau tulisan, mulai berpura-pura membaca. b. Stage 1, Decoding yaitu mulai mengenal hubungan simbol atau
Citrabella Pertiwi, Yunus Abidin, Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning suara, mulai fokus pada tulisan, mulai mencoba memahami tulisan dan menebak tulisan. c. Stage 2, Confirmation and Fluency yaitu mulai berkembang dalam keterampilan membaca, mulai mengenal kata, mengetahui apa yang dilihatnya (tulisan). d. Stage 3, Learning the New (Single Viewpoint) yaitu memahami keterampilan membaca itu penting Untuk mencapai keberhasilan dalam pramembaca faktor salah satu yang mempengaruhinya adalah mengenai anak mampu berbicara dengan baik daik dan lancar. Dalam berbicara anak dilatih motorik bicaranya, belajar mengucapkan kata, membangun kosa kata, serta membentuk kalimat (Hurlock, 1987, hlm.183). Dengan anak mampu berbicara ketika berinteraksi maka akan mendukung anak dalam keterampilan pra membaca. Salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung anak dalam keterampilan pramembaca ialah Model cooperative learning. Menurut Abidin (2012, hlm. 23) bahwa Sistem pembelajaran cooperatif learning Merupakan suatu pembelajaran yang gotong royong sehingga pengajarannya memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan siswa lainnya untuk menjalankan tugastugasnya. Dengan cara yang seperti itu, memungkinkan timbulnya persepsi positif tetang yang dapat dilakukan siswa berdasarkan kemampuannya dan adil dari anggota kelompok lainnya selama bekerja sama dalam kelompok. Model cooperative learning ini memiliki banyak sekali metode yang menunjang dalam pembeljaran, namun dalam penelitian ini peneliti akan membatasi metode yang digunakan dengan tiga metode saja yaitu metode snowball throwing, picture and picture dan talking stick. Metode Snowball Throwing merupakan metode pembelajaran yang
melalui penerapan strategi yang tidak membosankan, dan memperbanyak kosa kata. e. Stage 4, Multiple Viewpoint yaitu mulai memahami apa yang dibacanya dan serta menghubungkan fakta dan konsep yang telah diberikan. f. Stage 5, Worldview yaitu pemikiran tentang melihat dunia melalui membaca. diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju yang terbuat dari kertas yang diremas membentuk bulatan, serta di dalamnya terdapat pertanyaan yang dilempar pada siswa untuk memberikan konsep pemahaman materi dan mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Huda, (2013, hlm. 226). Sedangkan Picture and picture adalah metode pembeajaran dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Gambar yang telah disediakan guru, disusun atau dipasangkan secara logis dan sistematis Huda (2013). Metode talking stick yaitu kegiatan ini diawali oleh guru yang memberikan penjelasan mengenai materi pembelajaran setelah itu peserta didik diberikan kesempatan untuk memahai materi tersebut dan kemudian guru memberikan tongkat yang berisi pertanyaan yang akan dijawab oleh murid yang memegang stick tersebut Suprijono (2012). Ketiga metode tersebut peneliti memodifikasi langkahlangkah pembelajarannya agar sesuai dengan pembelajaran yang ada di Pendidikan Anak usia Dini. METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain PTK Elliot. Karena Penelitian Tindakan Kelas ini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah pada proses pembelajaran di kelas terutama dalam perbaikan hasil belajar siswa. Desain John eliot ini digunakan karena desain ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tindkaan.
Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Nomor, Volume, Mei 2015 Partisipan dalam penelitian ini adalah kelompok B TK Laboraturium UPI Kampus Cibiru yang bertempat di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung dengan jumlah peserta didik 10 orang terdiri dari 5 orang peserta didik perempuan dan 5 orang peserta didik laki-laki yang memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Definisi operasional yang sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. Pra membaca adalah pembelajaran membaca yang diberikan pada anak usia dini atau prasekolah dengan cara yang menyenangkan. Kemampuan tersebut akan diukur dengan indikator membedakan simbol-simbol huruf, Mencocokkan gambar dengan huruf yang sesuai dan membaca huruf yang digabungkan. Kemudian, akan dinilai menggunakan pedoman skoring rubrik., dengan skor 1 sampai 4. Model cooperative learning adalah model yang menekankan pada kegiatan bekerjasama atau kelompok. Metode yang digunakan oleh peneliti dari model cooperative learning ini yaitu metode snowball throwing, picture and picture. dan talking stick. Instrumen yang digunakan antara lain lembar observasi, instrumen performa, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif, dan kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan umum siklus I tindakan 1, 2, dan 3, yaitu perencanaan kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian. Perencanaan ini meliputi pembuatan RPPH, mempersiapkan media pembelajaran, dan instrument penelitian. Penelitian tindakan I dilaksanakan pada tanggal 02, 03 dan 05 Maret 2015. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18,
19, dan 20 Maret 2015. Penelitian ke III dilaksanakan pada tanggal 06, 07 dan 09 April 2015. Setiap tindakan dalam satu siklus menngunakan metode yang berbeda. Pada tindakan satu menggunakan metode Snowball Throwing, tindakan dua menggunakan metode Picture and Picture dan tindakan tiga menggunakan metode Talking Stick. Kegiatan dengan menggunakan metode Snowball Throwing diawali dengan pembagian kelompok dan penjelasan materi atau penyampaian sub tema yang akan pelajari, kemudian pembagian kertas yang berisi gambar, huruf awal serta huruf akhir yang kemudian anak membuathnya menjadi bola-bola dan menyebutnya dengan bola salju. Kemudian anak melempar bola tersebut dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya secara bergantian. Selanjutnya anak membuka kertas tersebut dan mencari huruf serta gambar sesuai dengan petunjuk yang ada di dalam bola salju. Kegiatan dengan menggunakan metode Picture and Picture diawali dengan pembagian kelompok dan penjelasan materi atau penyampaian sub tema yang akan dipelajari. Kemudian anak diperkenalkan dengan bebagai benda yang memiliki huruf akhir atau huruf awal yang sama dengan benda yang menjadi materi dalam pembelajaran. Selanjutnya anak mencocokkan gambar dengan gambar yang memiliki huruf atau kata yang sama serta anak mencari huruf untuk nama kata benda tersebut. Kegiatan dengan metode Talking Stick diawali dengan pembagian kelompok serta penjelasan materi atau penyampaian sub tema yang akan dipelajari. Setiap kelompok diminta secara bergantian untuk mengambil tongkat yang telah dilapisi kata atau gambar yang sesuai dengan tema. Kemudian anak membaca kata tersebu dan mencari gambar serta kata yang
Citrabella Pertiwi, Yunus Abidin, Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning sesuai dengan isi pesan yang ada dalam tongkat. Berbagai temuan di dapat pada setiap siklusnya. Pada siklus I temuan yang didapat adalah pada proses pembelajaran, ketika menggunakan metode snowball throwing anak terlihat senang karena baru pertama kali menggunakan metode tersebut. Anak senang ketika meremas kertas menjadi bola dan melempar pada temannya, selain itu dengan menggukan metode snowball throwing ini anak menjadi lebih bersemangat karena kegiatan diadakan seperti lomba dan anak menjadi penasaran dengan isi yang ada di dalam bola. Namun, anak masih kebingungan tentang arah melempar bola serta ada beberapa anak yang saling berebut ketika akan melempar bola sehingga keadaan menjadi tidak kondusif. Selanjutnya ketika kegiatan menggunakan metode picture and picture anak terlihat dengan mudah dapat mencocokkan gambar dengan gambar yang memiliki huruf awal yang sama meskipun anak selalu bertanya pada guru sebelum mencocokkan gambar tersebut. Selain itu menggunakan metode ini pun membuat anak lebih memahami mengenai pengetahuan yang disampaikan guru karena disajikan benda-benda yang berhubungan dengan tema melalui gambar. Namun, ketika anak mencocokkan gambar dengan gambar bentuk huruf anak mengalami kesulitan dan seringkali keliru ketika mengambil huruf yang sesuai. Serta, masih ada beberapa anak yang tidak ingin bergantian ketika menempel gambar dan akhirnya keadaan menjadi tidak terkendali. Kemudian, ketika menggunakan metode talking stick anak terlihat antusias melakukan kegiatan karena tongkatnya dilapisi dengan gambar-gambar yang disukai anak,. Selain itu dengan menggunakan metode ini terlihat dengan jelas siapa saja anak yang belum
mengenal huruf dan menggabungkan huruf serta terlihat percaya diri anak ketika membaca pesan yang ada dalam tongkat. Namun, ketika anak belum mampu mengenal huruf anak mengalami kesulitan sehingga memmerlukan waktu yang lama agar anak dapat membaca pesan tersebut. Masih pada siklus I, ada beberapa temuan lain yaitu ketika penjelasan mengenai pembelajaran masih ada beberapa anak yang bermain-main dan tidak memperhatikan, untuk itu guru harus lebih bisa mengkondisikan anak bila perlu menggunakan perjanjian dengan anak supaya memperhatikan guru. Selanjutnya pada siklus I masih ada anak yang tidak mengikuti kegiatan karena tidak ingin menyentuh lem. Sebaiknya guru memberikan lem yang lebih menarik atau guru dapat meminta anak untuk menyimpannya saja tanpa menggunakan lem serta memberikan lebih banyak reward untuk memotivasinya. Kemudian masih ada beberapa anak yang mendominasi kegiatan. Sebaiknya guru memberikan tugas epada masing-masih siswa dan meminta anak untuk bekerjasama. Berdasarkan refleksi pada siklus I maka pembelajaran keterampilan pramembaca pada siklus II. Guru menggunakan lem yang berwarna warni serta menyimpan kartu huruf di atas karpet, sehingga anak yang pada siklus I tidak mengikuti kegiatan sekarang mengikuti kegitatan. Selain itu guru memberikan penjelasan dengan jelas dan membuat perjanjian dengan siswa agar memperhatikan guru sehingga siswa tidak ada lagi yang bermain-main ketika guru menjelaskan mengenai materi. Namun ketika melakukan kegiatan masih ada beberapa anak yang sulit ketika mencari huruf karena ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, anak ada yang kurang bersemangat karena telah melaksanakan kegiatan olah raga.
Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Nomor, Volume, Mei 2015 Menindaklanjuti berbagai kondisi di atas, pada siklus III guru menggunakan kata dengan bahasa Indonesia serta mengajak anak untuk melakukan ice breaking untuk membangkitkan semangat anak. Selain itu, guru membawa benda nyata yang sesuai dengan tema yaitu makanan untuk membantu anak lebih bersemangat lagi. Akhirnya anak bersemangat dan berusaha keras untuk dapat menyelesaikan kegiatan. Berdasarkan serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan, secara umum keterampilan pramembaca anak mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan pramembaca anak dapat dilihat dari sajian gambar di bawah ini. Berdasarkan diagram di atas, pada indikator pertama membedakan huruf di siklus 1 mendapatkan nilai 1,81 karena pada proses pembelajaran masih banyak anak yang bertanya mengenai huruf serta masih banyak anak yang keliru mengambil huruf. pada siklus ke 2 indikator pertama mendapatkan 2,66 karena dalam proses pembelajaran masih ada beberapa anak yang masih bertanya mengenai huruf, namun jumlah murid yang bertanya tidak sebanyak pada siklus 1. Pada siklus ke 3 mengalami kenaikan yaitu 3,51 karena dalam proses pembelajaran hampir semua anak mampu membedakan huruf, mampu bekerjasama dengan baik bersama temannya. Berdasarakan diagram di atas, indikator ke dua mencocokkan gambar dengan kata atau gambar yang sesuai pada siklus pertama mendapatkan nilai 2,42. Dalam proses pembelajaran beberapa anak belum bisa mencocokkan gambar dengan kata atau huruf awal dari gambar tersebut, karena untuk bisa mencocokkan gambar anak harus mampu mengenal huruf awal yang ada dalam kata tersebut. Selain itu, anak sering kali tertukar antara gambar yang satu dengan
yang lainnya. indikator kedua pada siklus ke dua mendapatkan 3,03. Dalam proses pembelajaran masih ada beberapa anak yang merasa kebingungan dengan gambar yang akan dicocokkan karena gambar yang di dapat sudah tidak rapi. Selanjutnya indikator dua pada siklus ke tiga mendapatkan 3,78. Pada siklus tiga ini hampir semua anak dapat melakukan mencocokkan gambar dengan baik karena dalam proses pembelajaran selain adanya gambar guru menyediakan benda nyata yang sesuai dengan gambar. Sehingga anak menjadi semakin bersemangat untuk melakukan kegiatan. Berdasarkan diagram di atas, indikator ke tiga membaca huruf yang digabungkan pada siklus perta mendapatkan rata-rata 1,81. Dalam proses pembelajaran hanya ada dua orang anak yang telah mampu mencapai skor 4 dan yang lainnya masih mendapatkan skor di bawah 4, kebanyakan anak mendapatkan skor 1 dan 2. Pada siklus ke dua indikator ketiga mendapatkan 1,9. Dalam proses pembelajaran ada beberapa anak yang sudah menunjukkan perbaikan dibanding dengan siklus satu. Pada siklus ke tiga untuk indikator ke tiga mendapat 2,54. Walaupun rata-rata yang dicapai kurang dari standar penilaiana seharusnya, namun pada siklus tiga ini mengalami penaikan nilai. Anak yang mendapatkan skor 1 dan 2 mulai berkurang. Adapun hasil kemampuan keterampilan pramembaca anak dari 3 indikator dalam 3 siklus dalam bentuk diagram. Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui keterampilan pramembaca anak meningkat. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 6,04 dan dari rata-rata nilai tersebut masih ada anak yang mendapatkan nilai rendah dan masih belum memahami kegiatan yang akan dilakukan. Pada
Citrabella Pertiwi, Yunus Abidin, Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning siklus II, nilai rata-rata siswa naik 1,55 poin (hasil selisih dari siklus I dan II) yaitu 7,59. Meskipun nilai rata-rata siswa telah meningkat namun tetap saja masih ada anak yang mendapatkan nilai rendah walaupun jumlahnya telah berkurang. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Inggris dan gambar yang kurang jelas. Pembalajaran baru dapat dikatan berhasil pada siklus III. Rata-rata nilai siswa naik 2,24 poin (hasil selisih siklus II dan siklus III) yaitu 9,83. Pada siklus III ini tidak ada lagi siswa yang mendapatkan skor rendah. KESIMPULAN Proses pembelajaran keterampilan pramembaca di kelompok TK B dengan menggunakan model Cooperative Learning dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu metode Snowball Throwing, Picture and Picture dan Talking Stick. Metode Snowball Throwing yaitu metode menggunakan media bola salju yang terbuat dari kertas yang bentuk seperti bola, pembuatan bola salju ini dilakukan oleh anak. Dalam bola salju tersebut berisi huruf awal dari kata yang akan dicari dan berisi gambar serta dua huruf akhir dari kata yang akan dicari. Sedangkan metode Picture and Picture adalah mencocokkan gambar dengan gambar yang memiliki huruf awal atau huruf akhir yang sama selain itu mencocokkan gambar dngan huruf awal yang sama dengan kata. Selanjutnya adalah metode Talking Stick adalah menggunakan media tongkat yang dilapisi kata dan gambar. Anak membuka pesan dalam tongkat setelah itu anak mencari huruf dan gambar sesuai dengan pesan yang ada dalam tongkat. pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning dengan ketiga
metode tersebut menunjukkan respon positif dari siswa. Hal tersebut terbukti ketika melakukan wawancara dengan anak. Anak lebih menyukai pembelajaran menggunakan Model cooperatif Learing dengan tiga metode tersebut. Dengan demikian, model Cooperative Learning dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan pramembaca. Pemerolehan hasil belajar siswa dalam keterampilan pramembaca menggunakan model Cooperative Learning menunjukkan hasil yang meningkat. Peningkatan terjadi pada setiap siklus penelitian yang dilakukan. Data nilai rata-rata hasil keterampilan pramembaca setiap siklus adalah sebagai berikut: Siklus I sebesar 6,04 pada siklus II sebesar 7,59 dan pada siklus III sebesar 9,83. Maka, penggunaan model Cooperative Learning dapat meningkatkan keterampilan pramembaca anak di kelompok TK B. DAFTAR PUSTAKA` Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Hasan, M. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press. Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hurlock. E.B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Musbikin, I. (2012). Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta: Flash Books. Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning Teori & Implikasi PAIKEM. Jogjakarta: Pustaka Belajar. Yeats. (2010). Early Reading: Igniting Education For All. RTI
Meningkatkan Keterampilan Pramembaca dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Nomor, Volume, Mei 2015