Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori terhadap Berat Badan dan Lingkar Pinggang Wanita Obesitas Dewasa Harun Alrasyid Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU Medan
Abstrak: Studi intervensi pada manusia menunjukkan bahwa formula diet dengan pembatasan energi yang berasal dari makanan rendah indeks glikemik dapat menurunkan berat badan dibanding formula diet tinggi indeks glikemik. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh modifikasi diet rendah kalori terhadap berat badan dan lingkar pinggang wanita obesitas visera/abdominal dewasa. Sejumlah 40 orang wanita obesitas dewasa pramenopause menjalani pola diet rendah kalori rendah indeks glikemik dengan campuran 100 gram tempe kedelai,Diet T(+) atau tanpa campuran bahan kedelai,Diet T(-) dalam 12 minggu periode penelitian menggunakan randomized crossover design. Pada 33 subjek yang dapat selesai menjalani proses penelitian ditemukan 6,66% penurunan rerata berat badan (p<0,05) pada perlakuan Diet T(+) dan 6,38% pada perlakuan Diet T(-)(p<0,05). Pengamatan pengukuran lingkaran pinggang menunjukkan rerata penurunan sebesar 8,04% pada kelompok Diet T(+)(p<0,05) dan 4,09% pada kelompok Diet T(-)(p<0,05). Disimpulkan adanya pengaruh diet rendah kalori rendah indeks glikemik yang dikonsumsi secara teratur,baik dengan atau penambahan tempe kedelai, terhadap penurunan parameter antropometri (berat badan, lingkar pinggang) pada wanita obesitas dewasa. Kata kunci: obesitas, lingkar pinggang, berat badan, indeks glikemik, tempe kedelai Abstract: Several intervention studies in human which energy-restricted diets based on lowglycemic index foods produced greater weight loss than equivalent diets based on high-glycemic index foods. We investigated whether a modified low energy diet affect on body weight and waist cicumfrence in adult visceral/abdominal obesity women. This study was conducted under a randomized crossover design. However, only 33 of 40 subjects completed the study.The experimental subjects consumed the low energy low glycemic index foods diet were either consisted of 100 grams cooked soybean-based tempe, Diet T(+) or without soybean-based tempe, Diet T(-), vice-versa. However, a significant decrease in body weight was noted in the Diet T (+) group (6.66%, p<0.05) as in the Diet T(-) group (6.38%, p<0.05). We also found a significant decrease in waist circumference with the Diet T (+) group (8.04%, p<0.05) as in the Diet T(-) group (4.09%, p<0.05), compared to baseline data. However, the results suggest that regular daily intake low energy low glycemic diet were either consisted soybean-based tempe or not, results a reduction in body weight and waist circumference as measurement of abdominal fat accumulation in adult obese women. Keywords: obesity, body weight, waist circumference, glycemic index, soybean- base tempe
PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia menunjukkan kecenderungan kenaikan prevalensi obesitas pada wanita sejalan dengan pertambahan usia (mencapai 41 – 50% pada usia di atas 55 tahun) serta munculnya gangguan kesehatan dalam kelompok usia 35 – 65 tahun berdasarkan kadar kolesterol-total >200 mg%,
dimana persentase pada wanita didapati lebih 1 tinggi dibanding pria. Berat badan individu sebagai suatu komposisi serta penyimpanan energi dalam bentuk trigliserida dijaringan adiposa dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor genetik, lingkungan dan psikososial; kondisi mana akan merubah neraca persamaan energi yang ditentukan oleh asupan energi (energy
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007
267 Universitas Sumatera Utara
Karangan Asli
intake) dan EE (energy expenditure) jangka 2,3
waktu lama. Kelebihan berat badan hingga obesitas sering dihubungkan dengan beberapa penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe-2, penyakit kardiovaskular dan pada akhirnya merupakan faktor risiko bagi penyakit jantung 4 koroner dan stroke iskemik. Jaringan adiposa visera sendiri merupakan faktor risiko independent obesitas abdominal pada inti 5 problema sindrom metabolik (MetS). Studi terdahulu mengemukakan bahwa angka kematian akibat kejadian kardiovaskular pada wanita obesitas empat kali lebih tinggi 6 dibanding non obesitas. Penelitian di Eropa dan Jepang menunjukkan bahwa salah satu faktor risiko penyebab emboli paru populasi wanita adalah pada kelompok yang memiliki 2 7 indeks massa tubuh (IMT) ≥ 25,0 kg/m . Perkembangan teknologi genomik dan biomolekular terbaru merupakan langkah yang cukup besar pada penelitian jaringan adiposa dengan ditemukannya leptin (suatu protein) pada bagian visera abdomen, membuktikan bahwa jaringan adiposa juga merupakan organ endokrin. Ditemukan pula beberapa substansi protein lain berupa sitokin atau molekul menyerupai sitokin yang dikelompokkan sebagai adipositokin atau adipokin, sebahagiannya berperan sebagai sitokin inflamasi, fungsi metabolisme lemak, fungsi hemostasis vaskular maupun pada sistem komplemen, sehingga berperan dalam patofisiologi konsekuensi atau komorbid 8,9 Temuan-temuan dimaksud obesitas. mendasari upaya pencegahan dan penatalaksanaan obesitas sehingga dapat mencegah atau mengurangi komorbid. Penelitian berdasarkan gender menunjukkan wanita lebih peka terhadap diet serat daripada pria. Perbedaan respons kenyang pada pria dan wanita terhadap modifikasi diet secara subjektif didasari adanya perbedaan respons terhadap CCK (kolesistokinin,peptida usus halus), suatu mediator rasa kenyang (bersifat anorektik) dimana sekresinya berhubungan dengan 3,10 keberadaan lemak pada usus halus. Beberapa penelitian dalam lingkup obesitas menunjukkan bahwa asupan diet dengan indeks tinggi glikemik akan memberikan respons hormonal berupa 11,12,13 WHO (2004) kenaikan berat badan. 268
dalam kaitan upaya pencegahan obesitas menganjurkan perlunya dicapai keseimbangan energi melalui diet dengan indeks glikemik rendah, kandungan protein dan serat yang 14 optimal serta rendah lemak. Hubungan yang nyata antara diet serat dalam tatalaksana obesitas adalah melalui pengaruhnya dalam mekanisme asupan energi. Penambahan atau penggabungan serat dalam pola menu adalah suatu strategi untuk meningkatkan kepuasan makan dan rasa kenyang ketika mengkonsumsi bahan makanan rendah kalori; pengaruhnya pada pengosongan lambung, masa transit (transit time) usus halus, proses pencernaan maupun penyerapan zat gizi khususnya 10,12 Perlu karbohidrat dan lemak. dipertimbangkan bahwa seseorang dengan obesitas monogenik lebih sulit ditanggulangi dibanding dengan tipe poligenik mengingat 3 peranan faktor perilaku dalam pola makan. Beberapa bahan makanan tradisional di Indonesia diketahui mempunyai indeks glikemik rendah, seperti misalnya tempe 15 sebagai produk utama kedelai. Tempe kedelai telah dimanfaatkan sebagai sumber makanan berserat rendah lemak jenuh, bebas kolesterol, sumber utama mineral, efek antibiotik dan stimulasi pertumbuhan, bebas toksin kimia, mudah dicerna dan relatif terjangkau dari segi 16,17 ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi nutrisi medik (medical nutrition therapy) berupa diet rendah kalori rendah indeks glikemik dengan kandungan cukup serat terhadap parameter antropometri pada wanita obesitas visera/abdominal dewasa, dalam rangka upaya pencegahan komorbid obesitas. BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan Randomized Crossover Design, berupa penelitian ekseperimen kuasi sama subjek/withinsubjects single-factor two-level design (subjek perlakuan sekaligus sebagai subjek kontrol, menerima satu variabel independen dua jenjang sebagai treatment). Desain ini dimaksudkan untuk meminimalisasi atau menghilangkan pengaruh variasi faktor biologik,variasi waktu kewaktu (timedependent variable), variasi alat ukur yang digunakan dan variasi pengukuran sendiri. Untuk mengurangi carryover effect diterapkan
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4Sumatera y Desember 2007 Universitas Utara
Harun Alrasyid
Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori…
satu periode washout selama dua minggu. Pertemuan terjadwal dengan subjek penelitian dilakukan untuk menilai kepatuhan terhadap protokol diet. Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada gambar berikut. Diet T (+)
HD
Diet T (-)
R
AD
Data awal antropometri Diet T (-)
WO
Diet T (+)
Keterangan: HD = home diet, R = randomization, Diet T (+) = diet rendah kalori rendah indeks glikemik campuran tempe kedelai, Diet T (-) = diet rendah kalori rendah indeks glikemik tanpa campuran tempe kedelai, WO = periode wash out, melaksanakan home diet kembali, AD = analisa data
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Putri Hijau Medan periode Juli 2005 hingga Desember 2005 setelah mendapat persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan FKUSU dan instansi terkait. Pemilihan lokasi didasarkan pada kepentingan memenuhi jumlah sampel dan kontrol subjek sesuai desain penelitian. Populasi target penelitian adalah wanita dewasa obesitas, sedang populasi terjangkau adalah seluruh tenaga kesehatan wanita obesitas yang bertugas di Rumah Sakit Putri Hijau Medan, memenuhi kriteria penerimaan yang telah ditentukan. Randomisasi kelompok perlakuan diet dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) menggunakan sejumlah amplop tertutup rapat dengan proporsi blok subjek terbagi sama untuk pengelompokan perlakuan diet. Sebagai kriteria penerimaan adalah: subjek wanita obesitas usia 25 – 55 tahun dan masih menstruasi (pramenopause), didiagnose obesitas berdasarkan indeks massa 2 tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m dan/atau memiliki ukuran lingkar pinggang (LP) ≥ 80 cm 14 berdasarkan kriteria Regional Asia Pasifik. Kriteria penolakan adalah ditemukannya proteinuria pada pemeriksaan awal atau sudah mengetahui adanya proteinuri dari pemeriksaan laboratorium terdahulu; riwayat atau sedang menderita gangguan faal hati, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, riwayat stroke; sedang menjalani terapi hormonal, obat hipoglikemik,
fitofarmaka, obat anoreksigenik/psikotropika; kehamilan atau sedang menyusukan; ditemukan gejala-gejala/tanda-tanda inflamasi, perokok. Sebagai kriteria pengeluaran adalah subjek yang tidak menjalankan aplikasi diet sesuai protokol penelitian atau ditemukan indikasi yang termasuk kriteria penolakan sewaktu menjalani penelitian. Subjek terpilih kemudian masuk dalam siklus pertama penelitian, melaksanakan aktivitas rutin serta menjalankan pola kebiasaan makan seharinya (home diet) selama empat minggu tanpa intervensi. Dimaksudkan dengan aktivitas rutin adalah kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tugas terkait berupa kegiatan medis/perawatan di rumah sakit, ditambah senam pagi ringan yang terstruktur 2 x ½ jam tiap minggunya. Instrumen penelitian adalah peralatan berupa Body Fat Monitor/Scale digital TANITA BF 662 (Japan, ketelitian 0,1 kilogram), alat ukur tinggi badan microtoise Somatometre inter 6 (London, ketelitian 0,1 centimeter), alat ukur lingkaran pinggang elastis (Roche, ketelitian 0,1 centimeter), sphygmomanometer Nova (ketelitian 1,0 mmHg), stethoscope Littmann Classic II (3 M-USA), timbangan dapur/food balance scale (ketelitian 0,1 Kg). Data antropometri diperoleh dengan pengukuran pada awal studi sewaktu mulai home diet, kemudian pengukuran ulang pada akhir penelitian setelah perlakuan Diet T (+)/Diet T (-) selesai. Pengukuran dibantu oleh seorang wanita tenaga pembantu peneliti yang sudah dilatih sebelumnya menggunakan alat ukur antropometri.Berat badan ditimbang sebelum pemberian makanan pagi hari pada ruangan tertutup. Subjek memakai pakaian minimal tanpa alas kaki dan aksesori. Berat badan dicatat dengan angka satu digit dibelakang koma. Pengukuran dilakukan dua kali berturut-turut diselingi jeda untuk autokalibrasi. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise yang ditempelkan pada dinding berjarak dua meter dari lantai yang datar. Subjek berdiri tegak dalam posisi anatomis. Pengukur diturunkan hingga menyentuh vertex. Dilakukan dua kali pengukuran, diambil pada inspirasi maksimal dengan posisi mata pemeriksa setingkat dengan vertex subjek. Hasil pengukuran dicatat dengan nilai milimeter terdekat. Lingkaran pinggang diukur menurut AHA/NHLBI Scientific 18 Statement. Subjek dalam keadaan berdiri tidak
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007
269 Universitas Sumatera Utara
Karangan Asli
menahan nafas. Dilakukan dua kali pengukuran melingkar abdomen yang dipertemukan pada sisi lateral dataran horizontal setentang pertengahan antara puncak krista iliakum dengan bagian terbawah tulang iga. Pembacaan dilakukan pada saat akhir ekspirasi normal. Diet Eksperimen Diet T (+) adalah pola menu rendah kalori seimbang 1500 -1600 kalori (rendah lemak dan karbohidrat; cukup protein, vitamin, mineral dan air), disusun oleh peneliti bersama dengan instalasi gizi rumah sakit tempat penelitian dari bahan makanan rendah indeks glikemik dengan penambahan tempe kedelai, untuk melengkapi sumber bahan makanan sesuai kriteria pola diet. Konsumsi 100 gram tempe kedelai/hari diberikan bervariasi baik terpisah (digoreng dengan minyak nabati, dikukus) maupun sebagai unsur menu utama harian. Proporsi protein tempe kedelai turut diperhitungkan dalam proporsi gizi seimbang pada Diet T(+) dengan modifikasi sumber protein lainnya. Diet T (-) adalah pola menu rendah kalori seimbang 1500-1600 Kalori, disusun dari bahan makanan rendah indeks glikemik tanpa campuran tempe kedelai maupun bahan pangan olahan kedelai seperti tahu, kecap, tauco, susu kedelai, makanan olahan kedelai lainnya, diberikan dalam proporsi seperti pada perlakuan Diet T (+). Perlakuan silang untuk pertukaran Diet T (+) dan Diet T(-) dilakukan setelah 4 minggu tahapan pertama perlakuan diet, setelah periode wash out. 17
Bahan/Sarana Pembuatan Tempe Kedelai Digunakan kacang kedelai (Glycine max species) bermutu standar; ragi tempe (Rhizopus species, mikroorganisme yang tergolong kapang), berupa inokulum tempe merek dagang Raprima produksi PT. Aneka Fermentasi Industri (AFI) Bandung (Depkes RI. SP. No.738/10.20/2003) melalui teknologi lisensi dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Disampaing itu disediakan peralatan pemrosesan tempe, ruang kerja untuk penyimpanan bahan dan pengolahan serta ruang fermentasi dengan suhu 0 sekitar 30 C. Prosedur baku pembuatan tempe kedelai dilaksanakan atas arahan peneliti melalui satu pengrajin tempe di kelurahan Tanjung
270
Mulia Kota Medan, untuk selanjutnya tempe kedelai mentah dibawa secara reguler ke Instalasi Gizi Rumah Sakit. Dilakukan penimbangan proporsi sesuai kebutuhan subjek penelitian, kemudian dilakukan proses pemasakan untuk konsumsi subjek penelitian. Pada saat awal penelitian diperoleh 40 subjek wanita dewasa yang memenuhi kriteria penerimaan, 7 subjek tidak dapat mengikuti proses studi hingga akhir, sehingga analisis data dilakukan pada 33 subjek. Variabel-variabel dinyatakan dengan Mean ± SD. Metode Wilcoxon Signed Ranks Test, diaplikasikan untuk mengetahui pengaruh perlakuan Diet T(+)/Diet T(-) terhadap berat badan (BB) dan lingkar pinggang (LP). Asosiasi antara 2 variabel antropometri diperlihatkan dengan uji koefisien Spearman’s rho. Data-data diolah dan dianalisis menggunakan komputer dengan perangkat lunak SPSS for Window versi 11,5. Signifikansi diperoleh pada p < 0,05. HASIL PENELITIAN Variabel antropometrik pada Tabel 1 memperlihatkan keseluruhan subjek yang dianalisis mempunyai rentang nilai IMT ≥ 25 2 kg/m (sesuai kriteria obesitas untuk Regional Asia Pasifik) dengan faktor risiko berdasarkan parameter LP ≥ 80 cm pada wanita. Uji statistik Spearman’s rho memperlihatkan korelasi bermakna antara lingkar pinggang (LP), berat badan (BB) dan indeks massa tubuh (IMT) (masing-masing r=0,66 dan r=0,66; p < 0,01) (tidak ditampilkan dalam tabel). Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada akhir studi diperoleh gambaran berat badan keseluruhan subjek setelah menjalani protokol perlakuan diet. Rerata penurunan berat badan setelah perlakuan Diet T(+) adalah sebesar 6,66% (p<0,05) sementara pada perlakuan Diet T(-) diperoleh rerata penurunan 6,38% (p<0,05). Pengamatan pada akhir studi juga memperlihatkan penurunan rerata parameter LP, yaitu sebesar 8,40% (p<0,05) pada kelompok perlakuan Diet T (+) dan 4,09% (p<0,05) pada kelompok perlakuan Diet T(-) dibandingkan dengan base-line (menjalani home-diet, tanpa intervensi).
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4Sumatera y Desember 2007 Universitas Utara
Harun Alrasyid
Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori…
Tabel I. Karakteristik klinis subjek pada awal penelitian * Variabel Minimum Maksimum Usia (tahun) 26 50 BB (kg) 61,6 96,7 IMT (kg/m2) 25,9 35,74 LP (cm) 84,40 108,70 *n = 33. BB=berat badan. IMT=indeks massa tubuh.LP=lingkar pinggang.
Mean ± SD 39 ± 6 72,43 ± 7,87 30,21 ± 2,69 94,33 ± 5,31
Tabel II. Karakteristik subjek diakhir studi Variabel BB (kg) LP (cm)
Home Diet n=33 72,43 ± 7,87 94,30 ± 5,30
Diet T (+) n=17 67,60 ± 86,40 ±
PEMBAHASAN Survei epidemiologi dan promosi kesehatan dimasyarakat biasanya mengambil ukuran indeks massa tubuh (BMI,body mass index) sebagai indikator yang berguna dalam menentukan obesitas secara menyeluruh serta lingkar pinggang/LP (waist cicumference) sebagai ukuran akumulasi lemak abdominal sekaligus sebagai indikator obesitas sentral. Parameter-parameter ini memperlihatkan hubungan dengan faktor risiko yang telah diuraikan sebelumnya, khusus 4 Prinsip pada kelompok wanita dewasa. penatalaksanaan obesitas sendiri terdiri dari motivasi prilaku makan, terapi gizi medik, perubahan gaya hidup dengan latihan jasmani teratur, terapi farmakologis dan tindakan 5 pembedahan. Fokus studi ini adalah mengamati pengaruh terapi gizi medik terhadap perubahan berat badan dan lingkar pinggang. Gambaran umum proporsi pola makan harian keseluruhan subjek pada awal penelitian diperoleh berdasarkan kuesioner anamnese gizi 2 kali 24 jam (two days recall method). Hasil yang diperoleh adalah bahwa rerata konsumsi energi total sebesar 2330,60 ± 482,15 Kalori dengan kisaran (range) yang cukup besar antara 1400 – 3617 Kalori. Hanya sekitar 10% subjek mengkonsumsi tempe kedelai rerata kurang dari satu kali dalam seminggu dalam jumlah di bawah konsumsi perlakuan, 25,8% subjek mengkonsumsi kurang dari 2000 Kalori/hari, tetapi masih tergolong obesitas. Diasumsikan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan energi dalam tubuh pada sebahagian subjek sebagai salah satu faktor bertambahnya berat badan di samping faktor lainnya, seperti dikemukakan oleh 2 Goran and Weisner (2000) serta Spiegelman and 3 Flier (2001).
Diet T(-) n=16
6,78 5,10
68,53 ± 90,40 ±
7,75 5,10
Karakteristik Antropometri Setelah Diet Eksperimen Bentuk perlakuan diet yang diaplikasikan pada penelitian ini, khususnya Diet T(+) diharapkan telah memenuhi unsur-unsur terapi nutrisi medik yang dianjurkan pada obesitas, yaitu restriksi kalori seimbang sebagai sumber energi (1500 – 1600 Kalori), modulasi makronutrien berupa penggunaan bahan makanan rendah indeks glikemik berupa 19 tempe kedelai. Nieman et al. (2002) menggunakan protokol diet 1200-1300 Kalori (NCEP, The National Cholesterol Education Program, Step I diet), lebih rendah dari protokol diet dalam studi ini pada wanita obesitas tingkat sedang, untuk mendapatkan pengaruh diet, latihan jasmani ataupun keduanya terhadap profil lipid dan antropometri. Pada penelitian ini kegiatan senam pagi dua kali seminggu serta aktivitas fisik rutin subjek merupakan variabel yang dapat dikontrol berdasarkan kualitasnya, sperti juga dikemukakan oleh 6 Mavri et al. (1999) serta Lee and Lip 20 (2003). Setelah mengikuti 12 minggu periode studi didapati penurunan kumulatif rerata parameter antropometri keseluruhan subjek, yaitu masing-masing sebesar 6,04% (4,38 ± 0,17 kg) untuk berat badan, 8,16% (7,87 ± 0,57 cm) untuk lingkar pinggang (LP), dan 2 6,15% (1,86 kg/m ) untuk IMT. Hasil akhir rerata berat badan kelompok subjek yang mendapat Diet T(+) atau Diet T(-) (67,60 ± 6,78 kg vs 68,5 ± 7,75 kg) tidak terdapat perbedaan. Pengukuran pada akhir penelitian memperlihatkan pengurangan rerata parameter LP yang bermakna, dimana
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007
271 Universitas Sumatera Utara
Karangan Asli
secara klinis lebih besar pengaruh perlakuan Diet T(+) dibandingkan Diet T(-) (86,40 5,15 cm vs 90,47 5,15 cm). Apabila pengukuran sederhana LP dapat menggambarkan penimbunan lemak sentral (abdominal), seperti yang dikemukakan 21 oleh Déspres et al. (2001) , hasil akhir ini dapat menggambarkan terjadinya pengurangan lemak abdominal subjek akibat pengaruh perlakuan protokol diet dimana peranan penambahan tempe kedelai terlihat lebih menonjol. Naaz et al. 22 (2003) pada penelitiannya menggunakan hewan percobaan tikus yang diberikan genistein isoflavon kedelai (konsentrasi 99%) memperlihatkan efek antilipogenik berupa pengurangan ukuran lapisan lemak visera. Beberapa peneliti telah mengemukakan manfaat pola diet rendah indeks glikemik pada penatalaksanaan obesitas.12,23 Peneliti lain menambahkan pula serat makanan (dietary fiber) pada pola diet rendah indeks glikemik 10 dimaksud. Dengan penambahan tempe kedelai pada protokol diet, dari aspek klinis ternyata diperoleh rerata penurunan berat badan yang relatif lebih besar (6,66% vs 6,38%) walaupun secara statistik perbedaan ini tidak bermakna. Bagaimana pengaruh penambahan penambahan tempe kedelai sebagai sumber dietary fiber terhadap turunnya berat badan 24 masih kontroversi. Merz-Demlow et al. (2000) dengan subjek pramenopause, dan Ridges et al. 25 (2001) dengan subjek wanita pascamenopause, pada penelitian jangka panjang menggunakan diet isoflavon tempe dan bukan tempe, tidak mendapatkan perubahan berat badan maupun IMT yang bermakna. Penurunan berat badan pada studi ini masih lebih kecil bila dibandingkan dengan 6 temuan Mavri et al. (1999) yang mendapatkan penurunan rerata 17 kg (14,0 ± 8.0 kg) pada sekelompok wanita obesitas yang mendapat pola diet tertentu selama 10 – 12 minggu; walau terjadi kembali kenaikan berat badan dalam jangka waktu 5 bulan setelah studi dihentikan. Nieman et al. 19 (2002) dari penelitiannya pada wanita obesitas tingkat sedang mendapatkan penurunan berat badan 7,8 ± 0,7 kg (dengan diet saja) dan 8,1 ± 0,6 kg (diet dan latihan jasmani) setelah 12 minggu. Secara statistik walaupun pada penelitian ini parameter berat badan dan LP menurun, hasilnya belum mencapai rentang nilai yang aman untuk pencegahan terjadinya risiko bagi kesehatan seperti 14 dikemukakan WHO (2004). AHA/NHLBI (American Heart Association/US National Heart, Lung, and Blood Institute) seperti dikemukakan 18 Grundy et al. (2005) , menganjurkan pencapaian 272
target terapi obesitas abdomen berupa penurunan berat badan antara 7% -10% lebih besar dari yang ditemukan pada studi ini (6,38%-6,66%), berdasarkan protokol diet. KESIMPULAN DAN SARAN Keseluruhan parameter antropometri penelitian ini (berat badan, lingkar pinggang) menurun secara bermakna sebagai pengaruh perlakuan diet rendah kalori dan rendah indeks glikemik, baik dengan atau tanpa penambahan tempe kedelai; dalam hal mana aktivitas fisik merupakan faktor yang dapat dikontrol. Karakteristik subjek pada studi ini masih memperlihatkan manfaat terapi nutrisi medik (non farmakologik) dimana pola diet rendah kalori rendah indeks glikemik dengan penambahan tempe kedelai dapat memberi manfaat klinis dalam rangka upaya pencegahan atau memperlambat timbulnya penyulit atau faktor-faktor risiko pada masa dewasa, wanita obesitas khususnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI. Studi morbiditas dan disabilitas. Dalam:Tim Surkesnas Badan Litbang Kesehatan (editor). Buku Laporan Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS). Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001. 2. Goran MI and Weinsier RL. Role of environmental vs. metabolic factors in the etiology of obesity: time to focus on environment. Obesity Research 2000, 8: 407-8. 3. Spiegelman B.M, Flier J.S. Obesity and the Regulation of Energy Balance (Review). Cell 2001, 104:531-543. http://www.cell.com/content/article/fu l, cited Feb., 17, 2004. 4. Zhou BF, Cooperative Meta-analysis Group of Working Group on Obesity in China. 2002. Predictive values of body mass index and waist circumference for risk factors of certain related diseases in Chinese adults: study on optimal cut-off points of body mass index and waist circumference in Chinese adults. Asia Pacific J Clin Nutr 11:S685-S693.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4Sumatera y Desember 2007 Universitas Utara
Harun Alrasyid
Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori…
5. Tjokroprawiro A. The core of the metabolic syndrome (is the visceral obesity the missing link?). In: Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahyo A et al. (eds).Proceedings of SUMETSU-I: The Metabolic Syndrome (The MetS). Pusat Diabetes & Nutrisi RSU Dr.Soetomo-FK UNAIR-Surabaya, 2005. pp 78–88.
18. Grundy SM, Cleeman JL, Daniels SR et al. Diagnosis and management of the metabolic syndrome. Circulation 2005, 112:2735.
6. Mavri A,Stegnar M,Krebs M et al. ”Impact of adipose tissue on Plasminogen Activator Inhibitor-1 in Dieting Obese Women”, Arterioscler Thromb Vasc Biol 1999, 19:1582-7. 7. Goldhaber SZ. Pulmonary embolism (Seminar).Lancet 2004, 363: 1295-305. 8. Kim S, Moustaid-Moussa N. Secretory, endocrine and autocrine/paracrine function of the adipocyte. Symposium: Adipocyte function, Differentiation and Metabolism. J Nutr 2000, 130,12. 9. Gong D, Yang R, Munir K, Horenstein R, Shuldiner A. New progress in adipocytokine research. Current Opinion in Endocrinology & Diabetes 2003, 10(2):115-21. 10. Burton-Freeman B. Dietary fiber and energy regulation.J Nutr 2000, 272S-5S. 11. Messina MJ.Legumes and soybeans: overview of their nutritional profiles and health effects.Am J Clin Nutr 1999, 70:439S-50S. 12. Ludwig DS.Dietary glycemic and obesity. J Nutr 2000, 130: 280S-3S. 13. Pi-Sunyer FX. 2002. Glycemix index and disease. Am J Clin Nutr 76 (suppl): 290S-8S. 14. WHO Technical Report Series.Obesity: preventing and managing the global epidemic 2004. http://www.who.int/ entity/dietphysicalactivity/publication, cited 7/12/04. 15. Waspadji S, Suyono S, Sukardji K, Moenarko R (editor). Indeks glikemik berbagai makanan Indonesia. Jakarta, Pusat Diabetes dan Lipid FKUI/RSCM. 2003.
19. Nieman DC, Broek DW, Butterworth D, Utter AC, Nieman CC. “Reducing diet and/or exercise training decreases the lipid and lipoprotein risk factors of moderately obese women”. J Am Coll Nutr 2002;21:4, 344-50. 20. Lee K.W, Lip G.Y.H. Effects of Lifestyle on Hemostatis, Fibrinolysis, and Platelet Reactivity. Archs. Intern. Med 2003, 163: 2368-92. 21. Després JP, Lemieux I, Prod’homme D. Treatment of obesity: need to focus on high risk abdominally obese patients. BMJ 2001, 322; 716-20. 22. Naaz A, Yellayi S, Zakroczymski MA, Bunick D, Doerge DR, Lubhan DB et al. “ The soy isoflavon genistein decrease adipose deposistion in mice”. Endocrinology 2003, 144:3315-20. 23. Miller JCB, Holt SHA, Pawlak DB, McMillan J. Glycemic index and obesity. Am J Clin Nutr 2002, 76(suppl):281S-5S. 24. Merz – Demlow BE, Duncan Am, Wangen KE, Xu X, Carr TP, Phipps WR, Kurzer MS. Soy Isoflavons improve plasma lipids in normocholesterolemia, premenopausal women. Am J Clin Nutr 1999,71: 1462-9. 25. Ridges L, Sunderland R, Moerman K, Meyer B, Astheimer L, Howe P. Cholesterol lowering benefits of soy and linseed enriched foods. Asia Pasific J Clin Nutr 2001, 10(3): 204-211.
16. Shurtleff W, Aoyagi A. The Book of Tempeh. New York-Harper & Row Pub., 1979. pp103-16. 17. Suprapti ML. Pembuatan tempe. JogyakartaPenerbit Kanisius 2003,1-64.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007
273 Universitas Sumatera Utara