PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POGIL DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS IV

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POGIL DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS IV I Made Helly Mahayana1, I Gede Margunayasa2, I Made Citra Wibawa3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran POGIL terhadap pemahaman konsep IPA dengan mengontrol minat belajar siswa kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada. Penelitian ini tergolong penelitian quasi experiment dengan rancangan Posttest Only Control Group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri di gugus VI Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 243 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV SDN 1 Panji Anom dan SDN 4 Panji Anom yang berjumlah 64 siswa yang diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep IPA dan kuesioner minat belajar. Data analisis menggunakan statistik deskriptif, data menggunakan analisis statistik ANAKOVA satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (Sig. = 0,001). (2) terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol minat belajar (Sig. = 0,001). (3) terdapat korelasi yang signifikan antara minat belajar dengan pemahaman konsep IPA (Sig. = 0,001). Jadi, terdapat pengaruh model POGIL setelah minat belajar siswa dikontrol terhadap pemahaman konsep IPA. Kata kunci: model POGIL, pemahaman konsep IPA, minat belajar

Abstract This research aimed to determine the effect of of POGIL learning model in terms of understanding on science concepts by controlling the interest in student learning in fourth grade elementary school in Cluster VI Sukasada District . This research is classified as quasi experiment with the design of the post-test only control group design. The population of the research is a fourt grade students in Cluster VI Elementary School Sukasada District 2015/2016 school year totaling 243 student. Samples were students of fourt grade elementary school N 1 Panji Anom and elementary school N 4 Panji Anom totaling 64 students selected by simple random sampling technique. The research instrument was a test of understanding science concepts and interest in learning questionnaires. Data were analyzed using descriptive statistics, Anova one lanes and the product moment correlation. The results showed (1) there are significant differences between the groups


understanding science concepts of students that learned with POGIL learning model and student groups that learned with conventional learning models (sig. = 0,001). (2) there are significant differences between the groups understanding science concepts of students that learned with POGIL learning model and student groups that learned with conventional learning models after controlling interest in learning (sig. = 0,001). (3) there is a significant correlation between interest in learning and understanding science concepts (sig. = 0,001). So, there is influence of POGIL model after controlling the interest in student learning toward understanding on science concepts. Keywords: POGIL models, understanding the concept of science, interest in learning

PENDAHULUAN Di zaman globalisasi seperti ini perkembangan pendidikan merupakan sesuatu hal yang paling mendorong untuk kemajuan zaman. Pendidikan merupakan salah satu wadah investasi yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pendidikan di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan masih dalam proses kemajuan atau perjalanan. Peroses kemajuan tersebut pasti akan selalu ada suatu perubahan untuk hal yang lebih baik. Pendidikan akan membawa dampak yang positif terhadap perkembangan zaman. Hal inilah yang mengharuskan semua masyarakat harus mendapatkan pendidikan. Dilihat dari segi peraturan perundang-undangan memang telah mengarahkan pendidikan Indonesia kearah kemajuan. jika dilihat dari realitanya ternyata pendidikan di Indonesia dapat dikatakan belum mencapai kemajuan yang diharapkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan peryataan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang dimuat dalam Republika.co.id (Senin, 01 Desember 2014) yang menyatakan pendidikan saat ini berada dalam kondisi gawat darurat mengacu kepada hasil survei PISA yang menempatkan Indonesia pada rangking 64

dari 65 negara. Selain itu dalam Tribunjogja.com (Senin, 12 Mei 2014) menyatakan data dari UNESCO tahun 2012 menempatkan Indonesia di peringkat ke-64 dari 120 negara berdasarkan Indeks Pembangunan Pendidikan. Fakta-fakta tersebut menunjukkan pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia ada beberapa hal yang harus dibenahi dalam pendidkan di Indonesia. Hal yang harus dibenahi adalah dari segi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Dimana dalam pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Dimana penggunaan metode ceramah sering dikenal sebagai pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang seperti biasa dilakukan disekolah. Ini dibuktikan dari penelitian-penelitian pendidikan yang berupa tesis maupu skripsi, dimana menurut penjelasan pada tesis dan skripsi dinyatakan bahwa guru sering menggunakan pembelajaran konvensional. Salah satu buktinya dijelaskan dalam kajian penelitian yang relevan. Menurut Degeng (dalam Agung, 2014) menyatakan pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang cenderung pada belajar hafalan dan penilaian yang bersifat tradisional dimana menuntut pada satu jawaban benar. Agung (2014) menyatakan, ciri-ciri pembelajaran konvensional yaitu 1) peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, 2) siswa belajar secara individual, 3) pembelajaran yang dilakukan bersifat abstrak dan teoritis, 4) prilaku dibangun atas kebiasaan, 5) kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat


final, 6) pendidik adalah penentu proses pembelajaran, 7) prilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, 8) pembelajaran berpusat pada pendidik, 9) pembelajaran bersifat mekanistik. Apabila guru cenderung menggunakan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran maka akan mengakibatkan siswa menjadi pasif dan siswa menjadi bosan. Sehingga akan mengakibatkan minat belajar siswa menjadi rendah. Menurut Sukardi (dalam Susanto, 2013) minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Minat timbul tidak secara tiba-tiba atau sepontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar dan bekerja, ini jelas membuktikan bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan (Bernard dalam Susanto, 2013). Minat merupakan faktor penentu dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang tidak sesuai dengan minat siswa, maka akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar (Susanto, 2013). Minat belajar merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Dapat ditegaskan bahwa faktor minat merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan belajar (Usman dalam Susanto, 2013). Masih rendahnya minat belajar IPA siswa dibuktikan dari wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 Nopember 2015, dimana menurut guru IPA kelas IV yang ada di SD gugus VI Kecamatan Sukasada, rendahnya minat siswa belajar IPA dapat dilihat ketika guru meminta siswa untuk membawa alat-alat atau tumbuhan yang akan dipakai pada pelajaran IPA mereka cendrung tidak membawa. Selain itu menurut guru IPA kelas IV yang ada di SD gugus VI Kecamatan Sukasada ketika mengadakan percobaan diluar maupan didalam kelas siswa asik bermain dan bercanda dengan temannya tanpa menghiraukan percobaan dan intruksi yang diberikan guru. Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 17 Nopember 2015 pada pelajaran IPA di kelas IV gugus VI Kecamatan Sukasada, rendahnya

minat belajar siswa dapat dilihat ketika: 1) saat guru memasuki kelas siswa cendrung ribut, ribut yang dimaksudkan adalah siswa cenderung bermain dengan temantemannya, ada yang kejar-kejaran, ada yang keluar masuk kelas, ada siswa yang bermain petak umpet didalam kelas, dan bahkan ada siswa yang hanya diam sambil tidur-tiduaran di mejanya, ini tentu membuktikan bahwa mereka tidak bergairah dalam belajar IPA, 2) saat guru bertanya apakah kalian sudah belajar, siswa menjawab belum, dan disaat guru meminta siswa membaca buku IPA ternyata siswa banyak yang saling lempar kertas, ada siswa yang membaca buku komik dan bahkan ada siswa yang tidak mengeluarkan buku IPA, ini membuktikan bahwa siswa tidak mempunyai inisiatif untuk belajar dan tidak menyukai pelajaran IPA, 3) disaat guru mengajukan pertanyaan siswa tidak ada yang mau berusaha menjawab, siswa hanya bengong sambil menoleh kebawah mereka pura-pura membaca buku, dan ada siswa yang mau menjawab tapi malumalu mengacungkan tangan, ini membuktikan bahwa respon siswa terhadap permasalahan yang disampaikan guru masih rendah, 4) ketika ada seseorang yang lewat di depan kelas, siswa dengan kompak menoleh keluar, ini membuktikan bahwa konsentrasi siswa dalam belajar IPA masih rendah. Berdasarkan temuan tersebut yang didukung oleh indikator minat, dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat digolongkan masih rendah khususnya dalam belajar IPA. Rendahnya minat belajar siswa khususnya dalam belajar IPA tentu akan memberikan dampak terhadap pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang di pelajari khususnya pada mata pelajaran IPA. Pemahaman menurut Winkel (2007) mencangkup kemampuan untuk menangkap dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal ini menandakan apabila minat siswa dalam belajar rendah maka siswa akan sulit untuk menangkap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Winataputra (1995) menyatakan pemahaman diartikan siswa mampu memahami (mengartikan) apa yang 3


METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). dengan rancangan Post-Test Only Control Group design Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 243 siswa. Sampel yang digunakan telah diuji kesetaraannya. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD N 1 Panji Anom dan Siswa kelas IV SD N 4 Panji Anom yang berjumlah 64 siswa, dipilih dengan teknik simple random sampling. Seluruh siswa dalam kelas yang menjadi sampel diberikan tes pemahaman konsep IPA dan kuesioner minat belajar. Data yang dianalisis adalah data yang berasal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu satu variabel bebas, satu kovariabel, dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (A) yaitu: (1) model pembelajatan POGIL (A1), dan pembelajaran konvensional (A2). Kovariabel dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa (X), dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA (Y). Pengumpulan data pemahaman konsep IPA siswa digunakan tes pemahaman konsep IPA dan data minat belajar dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner minat belajar pada siswa. Uji coba istrumen dilakukan pada tes pemahaman konsep dan kuesioner minat belajar. Uji coba tes pemahaman konsep IPA meliputi validitas isi, validitas butir, reliabilitas tes, daya beda tes dan tingkat kesukaran butir tes. Sedangkan uji coba kuesioner minat belajar meliputi validitas isi, validitas butir, dan reliabilitas. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis deskriptif. Pada tahap kedua dilakukan uji prasyarat untuk pembuktian persyaratan analisis statistik, yang terdiri dari uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians dan uji linearitas data. Sedangkan pada tahap ketiga dilakukan analisis untuk pembuktian hipotesis.

sedang dikomonikasikan kepadanya. Jadi pemahaman merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengartikan dan memahami materi yang disampaikan oleh seseorang atau guru. Agung (2010) menyatakan pemahaman konsep merupakan proses mengetahuinya seseorang tentang apa yang dikomunikasikan, yang berupa ide yang mempersatukan fakta-fakta tanpa harus dikaitkan dengan materi lain. Ini diartikan bahwa dalam belajar siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal, melainkan harus mampu memahami apa yang mereka pelajari dalam belajar. Hamzah (2011) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan, dan menanamkan sesuatu. Pemahaman konsep IPA merupakan merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengartikan dan memahami materi-materi dengan cara mengkaitkan, mengelompokan dan membedakan antar konsep IPA, dan mengamplikasikan konsep-konsep yang ada dalam pelajarana IPA. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada. (2) menganalisis pengatuh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol minat belajar pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada. (3) menganalisis korelasi yang signifikan antara minat belajar dan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada.

4


HASIL dan PEMBAHASAN HASIL Data dalam penelitian ini adalah skor pemahaman konsep IPA siswa (Y) dan minat belajar siswa (X) sebagai akibat dari penggunan pada model POGIL (A1) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol yang (A2). Untuk Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tersaji pada Tabel 1.

Pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dilakukan melalui metode statistika. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Anakova satu jalur (ANAKOVA A). Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan metode statistika tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians dan Uji Linieritas data. Seluruh pengujian yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS versi 17 for windows.

Tabel 1. Rangkuman Statistik Deskriptif Statistik A1X A1Y N Mean Median Modus SD Varians Range Minimum Maksimum

34 120,50 121,50 124 11,537 133,106 43 98 141

34 73,40 76,67 67 11,853 140,497 48 45 93

Berdasarkan Tabel 1. Menunjukkan bahwa data pemahaman konsep IPA siswa yang dibelajarakan dengan model POGIL yaitu rata-rata hitung (mean) sebesar 73,40, median sebesar 76,67, modus sebesar 67, standar deviasi sebesar 11,853, varians sebesar 133,106, range 48, skor minimumnya 45, dan skor maksimumnya adalah 93. Sedangkan analisis deskriptif data pemahaman konsep IPA siswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan rata-rata hitung (mean) sebesar 53,12, median sebesar 51,67, modus sebesar 47, standar deviasi sebesar 15,780, varians sebesar 249,000, range 64, skor minimumnya 23, dan skor maksimumnya adalah 87. Berdasarkan analisis deskriptif, dapat diperoleh bahwa pemahaman konsep IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL (A1Y) lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep IPA siswa

A2X

A2Y

30 123,43 123,00 121 11,212 125,702 50 96 146

30 53,12 51,67 47 15,780 249,000 64 23 87

yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (A2Y). Sebelum uji hipotesis, selain analisis deskriptif analisis yang dilakukan selanjutnya yaitu uji prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians dan uji linearitas regresi. Yang dibantu dengan aplikasi SPSS versi 17.0 for winsows. Adapun hasil uji prasyarat yaitu untuk uji normalitas sebaran data diperoleh taraf signifikansi untuk pemahaman konsep IPA yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL sebesar 0,068, ini artinya Kolmogorov-Smirnov > 0,05 dan Pemahaman konsep IPA yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional sebesar 0,200, ini artinya Kolmogorov-Smirnov > 0,05. Dari analisi normalitas sebaran data dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA siswa untuk kelompok eksperimen

5


POGIL dan pembelajaran konvensional adalah data homogen. Untuk uji linearitas regresi diperoleh niali untuk deviation from linearity memiliki signifikansi sebesar 0,815 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa X dan Y adalah linear atau minat belajar dan pemahaman konsep IPA adalah linear.

dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas varians diperoleh angka signifikansi pemahaman konsep IPA dengan model POGIL dan pembelajaran konvensional sebesar 0,072 lebih besar dari 0,05 (0,072 > 0,05), sehingga dapat dikatakan data pemahaman konsep IPA dengan model

hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian dengan bantuan program SPSS versi 17 for windows. Pengujian hipotesis digunakan teknik ANAKOVA satu jalur (ANAKOVA A) Adapun ringkasan hasil pengujian dengan ANAKOVA satu jalur (ANAKOVA A) tersaji pada Tabel 2.

PEMBAHASAN Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini yaitu analisis kovarian satu jalur (ANAKOVA A) yang dibantu dengan aplikasi SPSS versi 17.0 for windows. Untuk pembuktian

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Pertama Sumber Varians

JK

df

RJK

F

Signifikansi

Pembelajaran

9626,071a

2

4813,036

34,205

0,001

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17 for windows dapat dijabarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini nilai signifikansi = 0,001. Hal ini berarti nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran POGIL lebih unggul dalam meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa daripada pembelajaran konvensional. Pencapaian ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Mulligan (2014) menyatakan, POGIL adalah salah satu jenis kegiatan kelompok kecil di mana siswa terlibat dengan memberikan peran tertentu karena mereka melanjutkan melalui eksplorasi kegiatan, pengembangan konsep, dan fase baru aplikasi konsep.

Pembelajaran IPA dengan menerapkan model POGIL adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan ilmu pengetahuan secara team. Model pembelajaran POGIL merupakan model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan dalam proses pembelajaran, pemikiran, pemecahan masalah, komunikasi, manajemen, dan penilaian. Model pembelajaran POGIL merupakan pembelajaran inquiry yang berorientase proses yang berpusat pada siswa. Dalam kelas POGIL, siswa bekerja dalam kelompok (disebut belajar tim) yang bertujuan penguasaan konsep. Melalui POGIL siswa mampu mengembangkan keterampilan, berpikir tingkat tinggi dan metakognisi, komunikasi, kerja tim, manajemen, dan penilaian serta tidak lagi mengandalkan hafalan, tetapi mengembangkan keterampilan untuk sukses dalam pembelajaran (Widyaningsih, 2012). Hanson (dalam Suranata, 2012) menyatakan bahwa model POGIL merupakan elaborasi dari 3 komponen, yaitu tim belajar, aktivitas inkuiri terbimbing, dan metakognisi. Ketiga komponen tersebut dikemas melalui siklus belajar yang terdiri dari 3 fase yaitu 6


eksplorasi, penemuan konsep, dan aplikasi. Metakognisi yang dimaksud adalah sebagai pengetahuan seseorang mengenai proses berpikirnya sendiri dan hasil dari segala sesuatu yangberkaitan dengan proses berpikir tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pengetahuan metakognisi meliputi dua hal, yaitu kesadaran pada apa yang telah diketahui (self awareness) yang merupakan pengetahuan metakognitif dan bagaimana mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif (self regulation) merupakan keterampilan metakognitif. (Hanson dalam Suranata, 2012). Secara teoritis model POGIL adalah model pembelajaran yang dapat dikatakan mampu meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Agung (2010) menyatakan pemahaman konsep merupakan proses mengetahuinya seseorang tentang apa yang dikomunikasikan, yang berupa ide yang memepersatukan fakta-fakta tanpa harus dikaitkan dengan materi lain. Ini diartikan bahwa dalam belajar siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal, melainkan harus mampu memahami apa yang mereka pelajari dalam belajar. Hamzah (2011) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan

kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan, dan menanamkan sesuatu. Pemahaman konsep IPA merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengartikan dan memahami materi-materi dengan cara mengkaitkan, mengelompokan dan membedakan antar konsep IPA, dan mengamplikasikan konsep-konsep yang ada dalam pelajaran IPA. Berdasarkan paparan tesebut dapat dinyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran POGIL akan dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian Pt Sulastriningsih dan Kd Suranata, (2012) yang menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran POGIL secara signifikan meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa, dimana siswa dalam kelompok eksperimen memiliki kinerja yang lebih baik daripada siswa dalam kelompok kontrol. Berdasarkan paparan di atas, tampak jelas bahwa model pembelajaran POGIL lebih baik diterapkan untuk siswa daripada pembelajaran konvensional. Untuk ringkasan hasil uji Anakova satu jalur (ANAKOVA A) untuk hipotesis kedua pada tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Kedua Sumber Varians

JK

df

RJK

F

Signifikansi

Pembelajaran

7544,271

1

7544,271

53,615

0,001

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17 for windows dapat dijabarkan hasil uji hipotesis setelah dikontrol dalam penelitian ini nilai signifikansi = 0,001. Hal ini berarti nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol minat belajar pada siswa kelas IV SD tahun

pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada Secara teoritis kita ketahui bahwa model pembelajaran POGIL dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Selain model pembelajaran tentu ada hal-hal lain yang juga berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa, misalnya saja minat belajar. Berpengaruhnya minta belajar siswa oleh model POGIL dapat dikatakan tidak semua siswa akan terpangaruh, ini dikarenakan ada pengaruh lain yang dapat mengganggu minat belajar siswa, misalnya saja disaat penggunaan model POGIL dalam pembelajaran siswanya dalam keadaan sakit. Apabila siswa sakit 7


maka penggunaan model POGIL dalam pembelajaran tidak akan berpengaruh terhadap minat belajar sehingga pemahaman konsep IPA tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu minat belajar siswa setiap individu juga dapat dikatakan berbeda-beda, untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol setiap siswa pasti akan memiliki minat belajar yang berbeda. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dimana menurut guru IPA kelas IV yang ada di SD gugus VI Kecamatan Sukasada, minat siswa belajar IPA rendah, ini dapat dilihat ketika guru meminta siswa untuk membawa alat-alat atau tumbuhan yang akan dipakai pada pelajaran IPA mereka cenderung tidak membawa. Selain itu menurut guru IPA kelas IV yang ada di SD gugus VI Kecamatan Sukasada ketika mengadakan percobaan diluar maupan didalam kelas ada siswa asik bermain dan bercanda dengan temannya tanpa menghiraukan percobaan dan intruksi yang diberikan guru. Untuk alasan ini, kemudian minat belajar siswa dikontrol. Sehingga penelitian yang dilakukan ini adalah setelah mengontrol minat belajar apakah ada perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan pembelajaran konvensional. Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu (Safari, dalam Ristiani, 2014). Menurut Woolfolk (dalam Suarni, 2014) menyatakan bahwa minat menunjuk kepada dorongan yang diperoleh dari aktivitas diri. Belajar tanpa minat akan menyebabkan siswa sulit dalam mencapai keberhasilan secara optimal karena minat belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar. Minat belajar adalah keinginan, kemauan atau kesukaan seseorang untuk merubah tingkah laku dan merubah kemampuan maupun pengetahuan dari negatif ke positif, dari yang tidak tahu menjadi tahu yang nantinya akan

digunakan untuk bermasyarakat. Minat belajar memiliki dimensi dan indikator yang dijadikan tolak ukur untuk melihat sejauh mana siswa memiliki minat untuk belajar. Safari (dalam Ristiani, 2014) menyatakan dimensi minat belajar ada empat yaitu 1) kesukaan, 2) ketertarikan, 3) perhatian, dan 4) keterlibatan. Dari dimensi minat belajar memiliki beberapa indikator yang dimana akan mengacu pada pemahaman konsep IPA siswa yaitu: (1) bergairah untuk belajar, menyukai pelajaran IPA, mempunyai inisiatif untuk belajar, indikator ini membuat siswa mudah menjelaskan konsep-konsep dalam pelajaran IPA, selain itu siswa menjadi mampu untuk menginterpretasi konsep-konsep dalam pelajaran IPA. (2) merespon permasalahan yang disampaikan guru, ketertarikan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran indikator ini membuat siswa mudah merangkum konsep-konsep IPA yang mereka temukan dalam pembelajaran, selain itu siswa menjadi mudah membandingkan semua konsep IPA yang mereka temukan dalam pembelajaran. (3) konsentrasi dalam belajar, dan perhatian pada objek yang diamati indikator ini membuat siswa menjadi lebih mudah membandingkan konsep-konsep IPA yang mereka temukan dalam pembelajaran. (4) terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, ulet dalam belajar IPA, kerja keras dalam memecahkan masalah IPA, indikator ini membuat siswa menjadi lebih mudah untuk mengklasifikasikan konsep-konsep IPA dalam pembelajaran dan siswa menjadi lebih mudah untuk menduga konsep-konsep IPA dalam pembelajaran. Hal tersebut dilihat berdasarkan pengamatan peneliti pada kelompok eksperimen dimana indikator-indikator pemahaman konsep IPA siswa muncul pada fase-fase model pembelajaran POGIL. Munculnya indikator-indikator pemahaman konsep IPA siswa dijelaskan sebagai berikut: (1) fase eksplorasi, pada fase ini siswa bekerja dengan aktif dan kompak sehingga indikator pemahaman konsep IPA yang muncul yaitu siswa mampu mengiterpretasi segala informasi yang mereka temukan untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pada 8


fase ini siswa juga dapat mendugamenduga informasi apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. (2) fase pengenalan konsep pada fase ini indikator yang muncul yaitu siswa dapat menjelaskan semua hal-hal yang mereka temukan pada saat menggali informasi, selain itu siswa juga dapat membandingkan segala informasi yang mereka temukan dengan informasi yang ditemukan kelompok lain, sehingga pembelajaran yang aktif tercipta. (3) fase aplikasi konsep, pada fase ini indikator pemahaman konsep IPA yang muncul yaitu siswa akan dapat memberikan contoh-contoh penerapan lain dari informasi atau dari hipotesis yang mereka pecahkan dalam kelompok. Lain halnya pada kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional siswa bersifat pasif, pembelajaran monoton dan kurang memacu siswa untuk berkompetisi dalam

pembelajaran, dan siswa cenderung hanya menunggu materi dari guru sehingga menimbulkan kurangnya pemahaman siswa akan materi yang dipelajari. Ini membuktikan bahwa minat belajar berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh yang dilakukan oleh Cahyani, dkk (2013) dimana Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan mengikuti model pembelajaran POE (A1B1) memiliki skor hasil belajar IPA rata-rata sebesar 30,00, sedangkan kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan mengikuti model pembelajaran konvensional (A2B1) memiliki skor hasil belajar IPA rata-rata sebesar 24,66. Untuk ringkasan hasil uji Anakova satu jalur (ANAKOVA A) untuk hipotesis ketiga tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Hipetesis Ketiga Sumber Varians Minat Belajar

JK

df

RJK

F

Signifikansi

3191,349

1

3191,349

22,680

0,001

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17 for windows dapat dijabarkan hasil uji hipotesis setelah dikontrol dalam penelitian ini nilai signifikansi = 0,001. Hal ini berarti nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara minat belajar (X) dengan pemahaman konsep IPA (Y) pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan, bahwa ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan pemahaman konsep IPA siswa, hal ini didukung oleh Woolfolk (dalam Suarni, 2014) menyatakan bahwa minat menunjuk kepada dorongan yang diperoleh dari aktivitas diri. Belajar tanpa minat akan menyebabkan siswa sulit dalam mencapai keberhasilan secara optimal karena minat belajar yang dimiliki

siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belaja. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dihitung adalah pemahaman konsep IPA siswa, sehingga dapat dikatakan minat belajar memiliki korelasi yang signifikan dengan pemahaman konsep IPA siswa. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Cahyani, dkk 2013 dimana Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan mengikuti model pembelajaran POE (A1B1) memiliki skor hasil belajar IPA rata-rata sebesar 30,00, sedangkan kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan mengikuti model pembelajaran konvensional (A2B1) memiliki skor hasil belajar IPA rata-rata sebesar 24,66.

9


SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada (signifikansi = 0,001). (2) terdapat pengaruh yang signifikan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol minat belajar pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada (signifikansi = 0,001). (3) terdapat korelasi yang signifikan antara minat belajar (X) dengan pemahaman konsep IPA (Y) pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2015/2016 di Gugus VI Kecamatan Sukasada (signifikansi = 0,001). Bertolak dari hasil penelitian, dapat diajukan saran, yaitu (1) Kepada guru bidang studi IPA di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada bahwa dalam pembelajaran harus menggunakan pembelajaran POGIL agar dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa serta nantinya dapat mengasah kemampuan guru agar mampu lebih baik lagi. (2) Kepada siswa kelas IV di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Dalam pembelajaran terutamanya dalam menggunakan pembelajaran POGIL siswa harus meningkatkan kerjasama, kepribadian, dan mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh agar apa yang ingin diketahui atau ingin dipahami dapat diterima dan dikembangkan dengan baik. (3) Kepada sekolah, dengan penerapan model POGIL pada pembelajaran dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas, sehingga dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia (siswa) untuk dapat berkompetisi di era globalisasi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A.Gede. 2010. Evaluasi Penelitian; Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. B Uno, Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Republika. 2014. Hasil Survei PISA. Jakarta: Republika. Tersedia Pada: http://www.republika.co.id/berita/p endidikan/eduaction/14/12/01/nfw 9ur-mendikbud-sebut-pendidikanindonesia-gawat. Diakses tanggal 23 November 2015. Ristiani, Ni Luh Reny. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus VIII Se-JAS (Jagapati Angantaka Sedang) Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Pendidikan dasar Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Mullen, Linda Greef And Dena Hale. 2009. Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activities: A New Innovation For Marketing Classes. Volume 19, Number 1. (hlm 73) Suarni, Ni Ketut. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA, Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Kuta. Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Pendidikan dasar Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Suranata Kd dan Pt Sulastriningsih. 2012. Pengaruh Model Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas V SD Gugus Kecamatan Buleleng. Volume 1. Tersedia pada: 10


http://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/article/view/820. Diakses tanggal 26 Nopember 2015. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan ke-1. Jakarta: Prenadamedia group. Tribunjogja. 2014. Data dari UNESCO tahun 2014. Yogyakarta: Tribunjogja. Tersedia pada: http://jogja.tribunnews.com/2014/ 05/12/peringkat-pendidikanindonesia-terendah. Diakses tanggal 24 Nopember 2015. Winataputra. 1995. Model Pembelajaran dan Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Winkel, W. S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POGIL DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS IV

Recommend Documents