e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERMUATAN TRI HITA KARANA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV I Wayan Weda Gustana Putra1, Desak Putu Parmiti2, Ignatius I Wayan Suwatra3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Kintamani. Penelitian ini tergolong quasi experiment dengan rancangan non equivalen post-test only control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri di Gugus III Kintamani. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV SDN Banua dan SDN Katung yang dipilih dengan teknik random sampling. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh t hitung = 18,46 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2,02. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 17,7 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol yaitu 12,6. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Kintamani tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: hasil belajar IPA, SAVI, Tri Hita Karana Abstract This research aims to determine the effect of SAVI learning model with Tri Hita Karana on learning outcomes IPA IV grade students in Cluster III Kintamani district. This research is classified as quasi-experimental design with non equivalent post-test only control group design. The population were all IV grade students of State in Cluster III Kintamani. The research sample was grade IV SDN Banua and SDN Katung selected by random sampling technique. IPA student learning outcomes data collected by the method of multiple choice tests. Data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). Based on the analysis of data, obtained thitung = 18.46 and ttabel (at significance level of 5%) = 2.02. This means that thitung > ttabel so that it can be interpreted that there are significant differences between the IPA learning outcomes following study groups with SAVI learning model with Tri Hita Karana and the following study groups with conventional models. Judging from the calculation of the average learning outcomes IPA experimental group was 17.7 higher than average learning outcomes IPA 12.6 in the control group. Thus, it can be concluded that the application of learning models SAVI with Tri Hita Karana effect on learning outcomes IPA IV grade students in Cluster III Kintamani district in the academic year 2015/2016. Keywords: learning outcomes IPA, SAVI, Tri Hita Karana
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Tanpa memiliki pendidikan yang cukup dan memadai setiap individu dapat dipastikan akan kesulitan untuk bersaing dalam era globalisasi. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia untuk memiliki suatu keahlian dan keterampilan dalam dirinya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Kemuajuan ilmu pengetahun dan teknologi menuntut sumber daya manusia untuk memiliki keahlian dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut pendidikan memiliki peranan penting dalam menghadapi kemajuan dan teknologi yang sudah semakin berkembang dewasa ini. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah disiplin ilmu dari physical sciences (ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi dan seterusnya) dan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, dan seterusnya) (Samatowa, 2010:1). IPA merupakan pelajaran yang diwajibkan di SD, karena IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang penuh dengan rahasia (Samatowa, 2010:1). Pendidikan merupakan jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA tersebut. Pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen di dalamnya dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Salah satu komponen dalam pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas atau proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat interaksi antara guru dan peserta didik. Pembelajaran adalah, “Usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto 2009:17). Apabila interaksi yang terjadi berjalan dengan baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan harapan. Pembelajaran di kelas haruslah berpusat pada siswa (student centered), karena siswa harus belajar secara aktif. Pada umumnya siswa di sekolah dasar memiliki tingkat kejenuhan yang
sangat tinggi dalam pembelajaran IPA. Salah satu penyebab kejenuhan siswa adalah kurang terampilnya guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan untuk menghilangkan kejenuhan siswa sehingga semangat belajar siswa meningkat. Pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan ini akan menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan serta sirkulasi dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan. Siswa harus belajar melalui pengalaman langsung untuk mendorong laju perkembangan kognitif siswa (Piaget dalam Samatowa, 2010:5). Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan melibatkan siswa secara langsung dapat memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksiinteraksi dalam pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di SD gugus III Kecamatan Kintamani pada tanggal 6 dan 7 Januari 2015, saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berlangsung, guru yang mengajar menggunakan metode ceramah dan penugasan saja, tanpa adanya variasi dalam pembelajaran sehingga siswa cendrung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada nilai ulangan akhir semester IPA yang diperoleh siswa, ternyata lebih dari setengah dari jumlah siswa secara keseluruhan mendapatkan nilai kurang dari standar KKM yang telah ditepakan oleh sekolah. Lebih lanjut, kurangnya perhatian siswa dalam aktivitas belajar dan pembelajaran ini disebabkan oleh siswa cepat merasa jenuh dan bosan ketika guru menggunakan metode 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ceramah dalam memaparkan materi pelajaran di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari (1) siswa kurang bersemangat ketika mengerjakan tugas, (2) perhatian siswa tidak terpusat ketika guru menyampaikan materi, (3) siswa sering membuat kegaduhan di dalam kelas, serta (4) guru yang belum bisa menciptakan suasana kondusif saat pembelajaran berlangsung. Ini membuktikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Kondisi di atas diperkuat dengan hasil pencatatan dokumen yang dilakukan di seluruh SD Gugus III Kecamatan Kintamani . Data yang diperoleh disajikan pada tabel berikut. Model pembelajaran SAVI merupakan model pembelajaran yang menekankan cara belajar melalui aktivitas (Belajar Berdasar-Aktivitas) yang menuntut siswa untuk memanfaatkan seluruh indra dan pikirannya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran SAVI dikemukakan oleh Dave Meier. SAVI merupakan kependekan/singkatan dari Somatis (belajar dengan berbuat dan bergerak), Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), dan Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung) (Meier, 2001:91). Setiap model pembelajaran pasti memiliki sintaks yang menjadi ciri khas model pembelajaran tersebut. Menurut Meier (2001:106) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model SAVI yaitu sebagai berikut. (1) Tahap persiapan, pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal seperti memberikan sugesti positif kepada siswa, memberikan pernyataan yang bermanfaat kepada siswa, memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. (2) Tahap penyampaian, pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Secara spesifik meliputi hal seperti uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan untuk memancing gairah belajar siswa, pengamatan fenomena dunia nyata untuk memudahkan penyerapan informasi yang akan disampaikan, pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh dalam pembelajaran, dan latihan menemukan (sendiri, berpasangan, dan berkelompok), sehingga memperoleh pengalaman belajar kontekstual yang disesuaikan dengan usia siswa. (3) Tahap pelatihan, pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik meliputi hal seperti aktivitas pemrosesan siswa, simulasi dunia nyata yang disesuaikan dengan usia siswa, dan permainan dalam belajar untuk mencegah kebosanan dalam pembelajaran. (4) Tahap penampilan hasil, pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Secara spesifik meliputi hal seperti penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera setelah siswa mempelajari materi, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, pelatihan terus menerus untuk memaksimalkan kemampuan siswa, dan aktivitas dukungan kawan dan lingkungan yang mendukung. Keempat komponen tersebut menjadi ciri khusus model pembelajaran SAVI. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang saja, tapi harus menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra akan berpengaruh besar dalam pembelajaran (Meier, 2001:91). Model pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar berdasarkan aktivitas yang berarti bergerak aktif secara fisik saat belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar (Astawan, 2010:59). Belajar BerdasarAktivitas (BBA) berarti bergerak aktif 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat langsung dalam proses pembelajaran (Meier, 2001:90). Penerapan BBA akan menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dengan melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dalam belajar. Siswa akan terbiasa untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga penyerapan informasi dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Penggunaan model pembelajaran Somatic Auditory Visualizaion Intellectualy (SAVI) yang bermuatan konsep Tri Hita Karana sangat cocok digunakan dalam pelajaran IPA. Model pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar berdasarkan aktivitas yang berarti bergerak aktif secara fisik saat belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar (Astawan, 2010:59). Hal tersebut berarti bahwa siswa akan terlibat secara langsung dalam pembelajaran dan memperoleh pengalaman secara langsung. Kegiatan ini sangat cocok diterapkan dalam pelajaran IPA untuk menciptakan suasana belajar yang bermakna. Dalam penerapan model pembelajaran SAVI ditanamkan konsep Tri Hita Karana sebagai muatan. Tri Hita Karana berarti, tiga penyebab hubungan yang harmonis untuk mencapai kebahagiaan (Kemendikbud, 2014:41). Tri Hita Karana memiliki tiga bagian yaitu: (1) Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), (2) Pawongan (hubungan manusia dengan manusia), dan (3) Palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan). Tri Hita Karana akan mendorong siswa untuk belajar bermakna melalui interaksi-interaksi yang terjadi saat pembelajaran IPA berlangsung. Parhyangan, dengan penerapan bagian Tri Hita Karana yang pertama ini siswa akan terbiasa untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Kemudian, dengan menerapkan bagian Tri Hita Karana yang kedua yaitu Pawongan siswa akan terbiasa untuk saling menghargai pendapat dan perbedaan dengan temannya, sehingga suasana
kelas menjadi harmonis. Kemudian yang ketiga Palemahan, dengan penerapan bagian Tri Hita Karana yang terakhir ini siswa akan terbiasa untuk memanfaatkan lingkungannya dengan bijak dan menjaga lingkungannya supaya tetap asri dan lestari. Berdasarkan pemaparan di atas, siswa akan belajar dengan aktif dan mampu membangun sendiri pengetahuannya karena siswa dituntut untuk memanfaatkan seluruh indera dalam berinteraksi saat pembelajaran IPA berlangsung. Siswa juga akan terbiasa untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan, menghargai pendapat orang lain, dan selalu menjaga lingkungannya agar tetap asri. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA, maka pengembangan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan tahap perkembangan anak sekolah dasar yang berada pada tahap oprasional kongkrit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD semester II tahun pelajaran 2015/2016 di gugus III Kecamatan Kintamani. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). dengan rancangan Non Equivalen PostTest Only Control Group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jumlah SD keseluruhan yaitu 6 SD dengan 6 kelas. Jumlah siswa kelas IV secara keseluruhan adalah 142. Populasi yang digunakan telah diuji kesetaraannya. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan objek penelitian, yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik random sampling. Dari enam SD yang ada di Gugus III Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dilakukan dua kali pengundian. Pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian, dua kelas yang muncul 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
langsung dipilih sebagai kelas sampel. Kemudian, kedua kelas yang terpilih menjadi sampel kemudian diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV SDN Banua sebagai kelas Eksperimen dan SDN Katung sebagai kelas Kontrol. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana, sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana yang diterapkan pada kelompok eksperimen. Pembelajaran dengan model SAVI adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menggunakan indranya untuk mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan. Pembelajaran dengan model SAVI berpusat pada siswa atau student centered karena seluruh indra siswa berperan dalam pembelajaran, mulai dari belajar dengan bergerak (Somatic), belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan mengamati dan menggambarkan (Visualization), dan yang terakhir belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir (Intellectualy). Model pembelajaran ini didukung oleh konsep Tri Hita Karana yang menjadikan siswa terbiasa untuk menjaga keharmonisan dengan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran ini, siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga mampu untuk memahami materi yang diberikan. Model pembelajaran SAVI memiliki 4 langkahlangkah dalam pelaksanaannya antara lain: 1) persiapan, 2) penyampaian, 3) pelatihan, 4) penampilan hasil. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil belajar
merupakan skor yang diperoleh oleh siswa setelah belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar diukur dengan tes pilihan ganda (soal objektif). Dalam penelitian ini hasil belajar merupakan skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal post-tes hasil belajar IPA. Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif saja. Pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai hasil belajar IPA ranah kognitif, dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes yang digunakan adalah dengan menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda. Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk memeroleh atau mengumpulkan data dalam mencapai tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data skor tes akhir setelah diberikan perlakuan adalah tes hasil belajar IPA. Tes hasil belajar IPA terdiri dari 25 butir soal yang berbentuk pilihan ganda. Dalam penelitian ini, tes hasil belajar IPA terbatas pada penilaian kognitif saja. Penilaian untuk tiap butir soal menggunakan skala 0 hingga 1. Skor 0 untuk jawaban salah dan skor 1 untuk jawaban benar. Rentang skor yang mungkin diperoleh siswa adalah 0-25. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 25 merupakan skor maksimal ideal. Skor yang diperoleh siswa kemudian dikali 100 dan dibagi 25 untuk memperoleh nilai siswa. Kisi-kisi tes hasil belajar IPA pada siswa kelas IV berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Kisi kisi tes secara lengkap dapat dilihat di lampiran. Uji coba tes hasil belajar IPA meliputi validitas isi, validitas butir, reliabilitas tes, daya beda butir tes dan tingkat kesukaran butir tes. Suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. Sebelum tes disebarkan kepada siswa, maka tes yang dibuat diuji terlebih dahulu melalui validasi pakar. Setelah direvisi, instrumen diujicobakan di lapangan. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. Uji 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas akan dilakukan pada instrumen tes hasil belajar IPA siswa. Uji validitas ini akan dilakukan setelah dilakukan uji validitas isi dengan rumus Gregory atas penilaian dari ahli. Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai tingkat kepercayan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg). Untuk menghitung reliabilitas instrument tes hasil belajar yang datanya berbentuk data dikotomi digunakan formula Kuder Richardson 20 (KR-20). Taraf kesukaran tes adalah kesulitan tes dipandang dari kemampuan peserta didik untuk menjawab soal tersebut, artinya tes tersebut akan lebih banyak dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai dan lebih banyak dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai. Uji coba tes hasil belajar IPA pada penelitian ini telah dilakukan di 2 Sekolah Dasar yang terdapat di Gugus III Kecamatan Kintamani yaitu, SD Negeri Katung dan SD Negeri Banua. Uji coba tes IPA ini diujicobakan pada siswa kelas V semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis deskriptif. Pada tahap kedua dilakukan uji prasyarat untuk pembuktian persyaratan analisis statistik, yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas varians antar kelompok.
Analisis terakhir pada tahap ketiga dilakukan analisis untuk pembuktian hipotesis. Pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dilakukan melalui metode statistika. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (ttest) HASIL DAN PEMBAHASAN Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus III Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli yang dilaksanakan pada rentang waktu semester II (genap) pada tahun pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dari Senin, 29 Februari 2016 sampai dengan Jumat, 8 April 2016. RPP eksperimen dan RPP kontrol yang digunakan disajikan terlampir. Pelaksanaan post test pada kelas eksperimen dilakukan pada hari Jumat, 8 April 2016. Pelaksanaan post test pada kelas kontrol dilaksanakan pada hari Rabu, 6 April 2016. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah lembar soal objektif yang terdiri dari 25 soal. Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa kelas IV dari penerapan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Hasil perhitungan analisis deskriptif dirangkum dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rangkuman Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok Kelompok Statistik Eksperimen Kontrol Mean 17,7 12,6 Median 18 12,5 Modus 19 12 Varians 8,9 13 Standar Deviasi 2,9 3,6 Skor minimum 10 5 Skor maxsimum 24 19 Rentangan 14 14 Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif yang telah dilakukan diperoleh bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada skor rata-rata kelompok kontrol (17,7 > 12,6).
Hal tersebut berarti bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen termasuk katagori tinggi yaitu 17,7 yang berada pada rentangan 15 - 20. Rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol termasuk katagori sedang yaitu 11,6 yang berada pada rentangan 10 - 15. Jika dimasukkan kedalam kurva sebaran data, maka hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen adalah kurva juling negatif (mean lebih kecil daripada median dan median lebih kecil daripada modus (17,7<18<19)). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Sedangkan, hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol adalah kurva juling positif (modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (12<12,5<12,6)). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians yang dikenakan pada kedua kelompok. Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat yaitu uji normalitas yang dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap post test hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol. Uji normalitas dilakukan
untuk mengkaji apakah suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau menyelidiki bahwa f0 (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang dari fe (frekuensi harapan) dalam distribusi normal empirik. Uji normalitas distribusi data menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas, terbukti bahwa data yang didapatkan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus polled varians. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan rumus polled varians menggunakan bantuan program Microsoft Excell 2013 for Windows diperoleh thit = 18,46 dan ttab dengan taraf signifikan 5% dan db = 38 adalah 2,02. Hal ini berarti thit lebih besar dari ttab (18,46 > 2,02), sehingga hasil penelitian dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rangkuman hasil uji hipotesis Jumlah Mean Sampel Penelitian siswa Kelompok eksperimen 20 17,7 Kelompok kontrol 20 11,6
Standar Deviasi 3 3,6
Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Untuk mengetahui seberapa besar pengarauh model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA antara kedua kelompok tersebut. Rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen adalah 17,7,
Varian
db
thitung
ttabel
8,9 12,8
38
18,46
2,02
sedangkan rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 11,6. Hal tersebut berarti bahwa rata-rata skor kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor kelompok kontrol (Meks > Mkon). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA pada 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa kelas IV SD Negeri Banua dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang tergolong tinggi pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami dan menerapkan berbagai materi/informasi melalui belajar aktif dan interaksi dengan lingkungan. Model pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar berdasarkan aktivitas yang berarti bergerak aktif secara fisik saat pembelajaran berlangsung, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat aktif dalam proses belajar. Informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Selanjutnya kondisi pembelajaran yang tercipta mendorong siswa dalam mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui kegiatan langsung yang ada pada model pembelajaran SAVI. Dengan demikian, siswa akan menjadi aktif dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna, sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada guru lagi (teacher centered), melainkan berpusat pada siswa (student centered). Faktor kedua, pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana, siswa bisa belajar memahami dan menerapkan nilainilai penting konsep Tri Hita Karana dalam belajar. Tri Hita Karana akan mendorong siswa untuk belajar bermakna melalui interaksi-interaksi yang terjadi saat pembelajaran IPA berlangsung. Bagian Tri Hita Karana yang pertama Parhyangan, dengan penerapan bagian Tri Hita Karana ini siswa akan terbiasa untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Kemudian, dengan menerapkan bagian Tri Hita Karana yang kedua yaitu Pawongan siswa akan terbiasa untuk saling menghargai pendapat dan perbedaan dengan temannya, sehingga suasana kelas menjadi harmonis. Kemudian yang ketiga Palemahan, dengan penerapan bagian Tri
Hita Karana yang terakhir ini siswa akan terbiasa untuk memanfaatkan lingkungannya dengan bijak dan menjaga lingkungannya supaya tetap asri dan lestari. Kedua faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPA siswa yang tergolong tinggi pada kelas eksperimen sejalan dengan pendapat Astawan (2010); dan Partadjaja (2009). Pendapat tersebut di antaranya menyatakan bahwa model pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar berdasarkan aktivitas yang berarti bergerak aktif secara fisik saat belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar (Astawan, 2010:59). Selanjtnya Tri Hita Karana sebagai konsep yang bersifat universal dan merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan dan keharmonisan lahir batin. (Partadjaja, 2009:74). Temuan penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Yudiari (2015), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SAVI berbantuan media Mind Mapping dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal tersebut berarti bahwa model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Senada dengan hasil tersebut, penelitian Kusumayuda (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SAVI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal tersebut berarti bahwa model pembelajaran SAVI mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga dengan penerapan model pembelajaran SAVI akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang terkait dengan penggunaan konsep Tri Hita Karana dilakukan oleh Dwipayana (2013), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CTL bermuatan Tri Hita Karana dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian tersebut berarti bahwa, model pembelajaran yang bermuatan konsep Tri 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Hita Karana dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan pemaparan dan temuan secara empirik, teori, maupun penelitian yang sejalan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
didukung dengan media pembelajaran yang relevan atau yang lain sebagainya untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengelola pembelajaran. (3) Kepala Sekolah disarankan agar memberikan informasi dan memfasilitasi guru agar mampu menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mutu pendidikan sekolah dapat meningkat. (4) Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dalam bidang IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data menggunakan uji-t sampel independen (tak-berkorelasi) dengan menggunakan rumus polled varians diperoleh thit = 18,46 dan ttab dengan taraf signifikan 5% dan db = 38 adalah 2,02. Hal ini berarti thit lebih besar dari ttab (18,46 > 2,02), sehingga hasil penelitian dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI bermuatan Tri Hita Karana berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Bertolak dari hasil penelitian, dapat diajukan saran, yaitu (1) Siswa agar terus mengembangkan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di alam semesta dengan berpartisipasi aktif, melibatkan indra sebanyak mungkin, menerapkan konsep keharmonisan, dan selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. (2) Guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan
DAFTAR PUSTAKA Astawan, I Gede. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha. Kemendikbud. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Meier,
Dave. 2001. The Accelerated Learning (Handbook). Bandung: Mizan Pustaka.
Partadjaja, Tjok Rai. 2009. Pendidikan Agama Hindu. Singaraja: Undiksha. Samatowa. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:PT Indeks Permata Putri Media. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
9