e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR I Kt Ari Darma Putra1,, I Md. Suarjana2, I Wyn. Widiana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dalam perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran mandiri dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 188 orang. Sebanyak 59 siswa yang dipilih sebagai sampel yang ditentukan dengan teknik random sampling. Sampel penelitiannya yaitu 29 orang siswa kelas IV SD 3 Ambengan sebagai kelompok eksperimen dan 30 orang siswa kelas IV SD 2 Ambengan sebagai kelompok kontrol. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa, yang dikumpulkan dengan menggunakan metode tes dengan instrumen pengumpulan datanya menggunakan tes pilihan ganda (objektif) dengan satu jawaban benar. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung sebesar 11,14, sedangkan ttabel dengan db = 59 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran mandiri dan siswa yang belajar dengan penbelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Kata kunci: model pembelajaran mandiri, hasil belajar IPA Abstract This reserach aimed at finding out the problems on differences between the science learning result of students who learnt through independent learning model and the conventional one, of which on the fourth grade on elementary school in Gugus IV, Sukasada in academic year 2014/2015. This reserach was semi experimental. The population was 188 students of fourth grade students in Gugus IV, Sukasada. 59 students were chosen as the sample through random sampling technique. The data analysed was the science learning result, which was collected through testing method by multiple choices (objective) test instrument. The data was analysed by using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The result of this research shows that the t hitung was 11,14 while the ttabel with db- 59 on significance level 5% was 2,000. This means thitung was higher than ttabel (thitung > ttabel), thus H0 is rejected and H1 is accepted. It canbe concluded that there is a difference between the learning result of the studets who learn through independent learnng model and conventional learning model, espciall those in the fourth grade of Gugus IV, Sukasada, Buleleng in academic year 2014/2015. Keywords: independent learning model, science learning result
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam era globalisasi karena visi dan misi pendidikan sekarang lebih ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus mendapat perhatian dan penanganan secara serius agar mencapai mutu pendidikan yang maksimal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kebutuhan akan mutu pendidikan yang terus meningkat tidak luput dari perkembangan kurikulum yang setiap zaman selalu mengalami pengembangan. Kurikulum pendidikan sangat berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sejalan dengan peranan kurikulum dalam pendidikan, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajarmengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan,dan peserta didik. Pemerintah Indonesia dari tahun 1994 telah melakukan perubahan kurikulum sebayak dua kali, dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kemudian yang terakhir kurikulum tngkat satuan pendidikan (KTSP). KBK yang telah direvisi melalui KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis pendidikan formal. Perubahan tersebut harus diikuti oleh guru sebagai orang yang berperan penting serta bertanggung jawab
atas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sehubungan dengan penyelenggaraan pendidikan, tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa, (Dimyati & Mudjiono, 2006:23). Proses pembelajaran merupakan proses di mana guru berperan untuk mengatur, menyiapkan, mengorganisir sumber-sumber belajar, dan membantu siswa sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif, (Suastra, 2009:16). Terciptanya kondisi belajar yang kondusif dalam pembelajaran, akan menunjang tercapainya keberhasilan dalam tujuan instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Menyikapi hal di atas, pemerintah berusaha semaksimal mungkin membenahi kualitas maupun kuantitas di bidang pendidikan diantaranya seperti. (1) Pembangunan gedung-gedung sekolah. (2) Pengadaan sarana prasarana pendidikan. (3) pengangkatan tenaga pendidikan sampai pengesahan undang-undang sistem pendidikan nasional serta undang-undang guru dan dosen. Namun, upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan masih belum optimal. Masalah utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang sering muncul adalah kurang optimalnya proses pembelajaran pada lingkungan pendidikan formal. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya daya serap siswa yang berdampak pula terhadap rerata hasil belajarnya yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya, (Trianto, 2009:5). Kondisi pembelajaran seperti ini, memang mampu membuat siswa menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterima, namun
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
kenyataannya siswa tidak memahami materi tersebut. Metode yang sering digunakan cenderung pada metode ceramah komunikasi satu arah. Kecenderungan dalam penerapan metode ini memberikan dampak terhadap penyerapan materi yang sedikit oleh siswa terutama dalam pelajaran. Penyampaian materi kepada siswa dengan penerapan metode ini memberikan dominasi guru dan siswa hanya sebatas menjadi pendengar pasif. Hal ini berdampak terhadap kurangnya siswa dalam mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan, sikap dan perilaku yang diperoleh sehingga menjadi tidak bermakna dan tidak bertahan lama. Dalam pembelajaran khususnya pada bidang mata pelajaran IPA di sekolah dasar, proses pembelajaran secara umum hanya mengemukakan konsep-konsep dalam suatu materi. Guru hanya memberikan penjelasan secara umum, dan siswa diminta membaca buku dan menjawab soal sesuai dengan yang ada dalam buku teks tersebut. Keadaan ini menciptakan kurangnya interaksi antar siswa sehingga kelas menjadi terlihat pasif. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep pembelajaran IPA yang menekankan pada produk dan proses ilmiah melalui pembentukan sikap ilmiah siswa. IPA berasal dari bahasa Inggris “Science” perkataan singkat dari Natural Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, (Sudana, dkk, 2010:2). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sains atau IPA merupakan pengalaman individu manusia yang oleh masing-masing individu itu dirasakan atau dimaknai berbeda atau sama. Dalam pembelajaran IPA, siswa akan belajar mengenai konsep yang mempersatukan fakta-fakta dari pengetahuannya. Setelah itu siswa akan dapat membentuk prinsip dari konsekonsep yang telah dikonstruksi yang kemudian akan menjadi hukum-hukum alam yang terdiri dari kumpulan prinsip. Pengetahuan IPA yang menekankan pada
pencarian konsep-konsep ilmiah siswa akan dapat memberikan wawasan yang dimiliki siswa tentang kategori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi-pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata menjadi satu konsep yang utuh. Guru sebagai tenaga pendidik harus kreatif dalam mengelola pembelajaran agar tercipta proses belajar yang aktif, efektif, dan tidak membosankan. Sehubungan dengan kinerja guru dalam mengajar, Sanjaya (dalam Susanto 2013:32) mengemukakan bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan model pembelajaran. Demikian halnya yang terjadi di beberapa SD di gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, seperti SD N 1 Sukasada, SD N 2 Sukasada, SD N 3 Sukasada, SD N 4 Sukasada, SD N 5 Sukasada, SD N 1 Ambengan, SD N 2 Ambengan, dan SD N 3 Ambengan akibat dari proses belajar mengajar yang masih tergolong tradisional. Berikut tabel nilai ratarata ulangan tengah semester (UTS) dari beberapa SD di gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Hal ini terlihat dari total 8 kelas yang ada, hanya 6 kelas yang memenuhi KKM, diantaranya: SD N 1 Sukasada (rata-rata 73,05; KKM 65), SD N 2 Sukasada (ratarata 77,86; KKM 67), SD N 3 Sukasada (rata-rata 71,68; KKM 63), SD N 5 Sukasada (rata-rata 71,44; KKM 70), SD N 1 Ambengan (rata-rata 69,68; KKM 66), dan SD N 2 Ambengan (rata-rata 70,07; KKM 67). Selain keenam kelas tersebut, terdapat dua kelas lainnya yang memiliki rata-rata di bawah KKM, diantaranya: SD N 4 Sukasada (rata-rata 63,85; KKM 64), dan SD N 3 Ambengan (rata-rata 66,66; KKM 67). Hal tersebut menandakan bahwa hasil belajar IPA siswa belum maksimal. Berdasarkan rata-rata di atas, dapat dikatakan bahwa nilai UTS IPA siswa kelas IV di gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng yang diperoleh masih rendah. Hal ini membuktikan proses belajar
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
yang dilakukan oleh guru masih tergolong sederhana (pembelajaran bersifat konvensional) yang berdampak pada hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar dalam pembelajaran konvensional dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa, dilanjutkan dengan pemberian contoh soal, diskusi, tanya jawab sampai guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan bisa dipahami oleh siswa. Model pembelajaran seperti ini cenderung bersifat teacher centered dan siswa hanya sebagai pembelajar pasif. Pembelajaran yang terus menerus seperti ini tidak akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Menyikapi permasalahan tersebut, upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui penerapan model pembelajaran mandiri. Model pembelajaran mandiri, akan mengubah proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, memberikan kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga siswa akan memperoleh pemahaman yang mendalam. Melalui model pembelajaran mandiri maka siswa akan aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga pembelajaran IPA menjadi tidak membosankan. Model pembelajaran mandiri sangat sesuai diterapkan karena dalam proses belajarnya disertai dengan permainan melalui turnamen dengan menyesuaikan karakteristik siswa sekolah dasar yang senang bermain. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Mandiri Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2014/2015”.
METODE Penelitian ini adalah quasi experiment (penelitian semu). Karena tidak semua variabel (gejala) yang muncul dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Dalam kegiatan penelitian akan diteliti tentang hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel dalam kelompok yang diberikan perlakuan (kelompok eksperimen dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan kelompok kontrol). Hal ini disebabkan karena tidak semua variabel (gejala) yang muncul dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, khususnya pada siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen non-equivalent posttest only control group desain. Pemilihan desain ini dipilih karena hanya ingin mengetahui hasil belajar IPA siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA antara kedua kelompok, sehingga dalam penelitian ini tidak mempergunakan skor pretest. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sudjana (dalam Agung, 2011:45) populasi ialah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Dalam penelitian ini, populasi berasal dari jumlah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data penelitian ini adalah skor hasil IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran Mandiri pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada tabel 4.1.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Tabel 4.1 Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Siswa Data Hasil belajar IPA
Statistik Mean Median Modus Skor minimum Skor maksimum Rentangan
Kelompok Eksperimen 30,38 30,75 33,4 21 37 16
Hasil post-test terhadap 29 orang siswa kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 37 dan skor terendah adalah 21. Skor tes hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen terlampir. Berdasarkan tabel 4.1, dapat dideskripsikan bahwa nilai mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dari data hasil belajar IPA kelompok eksperimen yaitu: mean (M) = 30,38; median (Md) = 30,75; dan modus (Mo) = 33,4. Mean, median, dan modus hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi.
Kelompok Kontrol 16,9 16,5 15,83 7 28 21
Berdasarkan poligon pada gambar 1, diketahui Mo > Me > M (33,4 > 30,75 > 30,38). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.
Interval
M = 16,9 Me = 16,5 Mo = 15,83
Frekuensi
Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Hasil belajar IPA Siswa Kelompok Kontrol
Interval
M = 30,38 Me = 30,75 Mo = 33,4
Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Tabel 1 diketahui Mo>Me>M (15,83<16,5<16,9) menyebabkan kurva pada gambar 2 membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Sebelum dilanjutkan ke uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Square ( 2 ), menunjukkan bahwa data hasil belajar IPA siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Demikian halnya pada uji homogenitas dengan menggunakan rumus uji F, diperoleh hasil bahwa data hasil belajar IPA kedua kelompok adalah homogen. Setelah uji prasyarat terpenuhi, dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan independent sample t-test (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mandiri dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian hipotesis yaitu H0 ditolak jika thitung > ttabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mandiri dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.
PEMBAHASAN Model pembelajaran Mandiri yang digunakan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang digunakan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor hasil belajar IPA. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 30,38 berada pada katagori tinggi, sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 16,9 berada pada katagori sedang. Jika skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung
tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPA siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar 11,14 dan ttabel sebesar 2,000 (pada db = 57 dan taraf signifikansi 5%). Dengan demikian, thitung lebih besar dari ttabel yang menunjukkan bahwa hasil penelitian adalah signifikan. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mandiri dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Mandiri berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Perbedaan hasil belajar IPA yang ditunjukkan oleh siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara kedua kelompok pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional cenderung bersifat pasif. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Penyampaian materi oleh guru dilaksanakan dengan metode ceramah yang memusatkan guru sebagai sumber informasi (teacher-centered). Dalam penyajian materi, guru juga jarang mengaitkan kehidupan nyata dan masalahmasalah siswa dalam kehidupannya seharihari dengan materi yang dibahas, melainkan lebih cenderung berpatokan pada buku sumber. Disela-sela kegiatan penyampaian materi, terjadi tanya jawab antara guru dan siswa. Namun, kegiatan tanya jawab hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Setelah kegiatan tanya jawab, guru memberikan tugas yang dikerjakan siswa secara individu maupun berpasangan. Kegiatan pembelajaran yang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
demikian dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, terlihat jelas bahwa siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan antusiasme siswa dalam belajar juga rendah, sehingga semakin menambah kecenderungan siswa untuk menghapal materi. Temuan tersebut didukung oleh Suleman (dalam Rasana, 2009:18) yang mengungkapkan bahwa “pembelajaran konvensional merupakan metode yang paling efisien dalam mengajar yang bersifat hafalan (ingatan)”. Pembelajaran yang demikian berdampak pada kurangnya pemerolehan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dan materi yang diberikan. Berbeda halnya dengan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Mandiri. Apabila dilihat dari segi antusiasme dan keaktifan siswa dalam belajar, siswa di kelas eksperimen memiliki antusiasme dan keaktifan yang tinggi dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari peranan guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang terjadi pada setiap langkah-langkah model pembelajaran Mandiri. Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rinci. Pengajaran sendiri berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil, masing-masing membahas satu konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan. Besar langkah bisa berbedabeda, namun urutannya perlu diperhatikan dengan teliti. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memerhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan. Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya. Karena itu, kita perlu menanyai atau menantang siswa untuk menunjukkan kepahaman mereka atau penggunaan bahan yang dipelajari. Siswa kemudian harus menerima kepastian tentang kebenaran jawabannya atau upaya lainnya.
Setiap keberhasilan menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk melanjutkan ke langkah berikutnya. Perbedaan proses pembelajaran yang terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memberikan dampak yang berbeda pula pada hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model Mandiri menyebabkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlatih untuk mampu memecahkan permasalahan yang ditemui, bekerja sama dengan siswa lainnya, menyampaikan pendapat, dan mengkomunikasikan sesuatu yang ada di pikirannya kepada guru dan siswa lain. Ilmu yang diperoleh siswa juga akan lebih lama diingat karena diperoleh tidak sekedar hapalan, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep juga akan meningkat. Dengan demikian, hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran koperatif tipe Mandiri lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Mandiri yang dilakukan oleh Beratha (2009) dengan judul “Pengaruh model self-directed learning terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gianyar tahun ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran self-directed learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ida Ayu Sita Astari (2013) dengan judul “Pengaruh model self-directed learning terhadap hasil belajar IPA kelas IV SDN di kelurahan Kaliuntu Singaraja pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013”. Dari penelitian yang telah dilakukan di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran mandiri atau self-directed learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Penelitian tersebut akan dijadikan acuan atau petunjuk, sehingga akan mempermudah perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa model pembelajaran
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Mandiri telah mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Maka dari itu, pemebelajaran Mandiri ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran IPA di Gugus IV Kecamatan Sukasada.
pihak yang berkepentingan melakukan penelitian tentang pembelajaran Mandiri.
dalam model
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mandiri dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Hal ini berdasarkan perhitungan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh thitung sebesar 2,04 sedangkan ttabel dengan db = 37 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,02. Artinya thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 15,70 sedangkan ratarata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 12,68. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Mandiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA setelah mengikuti pembelajaran di kelas. 2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meberikan wawasan pengetahuan tentang model/strategi pembelajaran dalam memotivasi belajar siswa sehingga nantinya akan bermuara padapeningkatan hasil belajar siswa. 3) Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan ide-ide serta dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak-
-------. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja : Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Arifin, Zainal. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arsa,
Made Suda. 2012. Penerapan Pendekatan STS (Science Technology Society) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 5 Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Undiksha.
Astari, Ida Ayu Sita. 2013. Pengaruh Model Self-Directed Learning terhadap Hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN di Kelurahan Kaliuntu Singaraja pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Undiksha. Handayani, NNL. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Mandiri Terhadap Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP N 3 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 1 (3). 505-610. Terdapat dalam http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_pendas/articl e/viewFile/505/297.pdf. Diakses pada tanggal 5 Februari 2015.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Herdianto, Kadek. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MANDIRI (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Hasil belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi (tidak diterbitkan). Undiksha. Jihad, A. & Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Juliantara, Ketut. 2009. “Pendekatan Pembelajaran Konvensional”. Tersedia pada http://edukasi.kompasiana.com/2009/ 12/20/pendekatan-pembelajarankonvensional-40376.html. (diakses tanggal 4 Maret 2015). Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Muchtar, dkk. 2004. Fenomena Sains. Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas 4 SD. Jakarta: Yudistira. Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Permata Puri Media.
Sudana, Dewa Nyoman, dkk. 2010. Bahan Ajar Pendidikan SD. Singaraja: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Uno, H.B. 2012. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wijayanti, Ni Luh Gede Suryani. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SD Negeri I Krobokan. Skripsi (tidak diterbitkan). Undiksha. Yasin, Sanjaya. 2012. “Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam dan Karakteristik Bidang Kajian Ilmu IPA”. Tersedia pada http://www.sarjanaku.com/2012/09/pe ngertian-ilmu-pengetahuan-alamdan.html. (diakses tanggal 5 Maret 2015).
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Yeni, Ety Mukhlesi. 2011. “Pemanfaatan Benda-benda Manipulatif untuk Meningkatkan Hasil belajar Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN Gugus I di Kecamatan Pandrah Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Tahun Ajaran 2010/2011)”. ISSN 1412-565X, Edisi Khusus No. 1 (hlm. 63-75).