UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI
ZIDNI AULIYA 0806454531
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2012
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
1102/FT.01/SKRIP/07/2 012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
ZIDNI AULIYA 0806454531
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DEPOK JUNI 2012
ii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Zidni Auliya
NPM
: 0806454531
Tanda Tangan : Tanggal
: 20 Juni 2012
ii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
:
Nama
: Zidni Auliya
NPM
: 0806454531
Program Studi
: Teknik Sipil
Judul Skripsi
: Pengaruh Aspek Material Resources and Cycle Terhadap
Biaya Konstruksi Green Building
Dibandingkan Dengan Conventional Building
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing 1
: Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T.
(
)
Pembimbing 2
: Suratman, S.T., M.T.
(
)
Penguji
: Ir. Wisnu Isvara, M.T.
(
)
Penguji
: Rosmariani, S.T.,M.T.
(
)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 20 Juni 2012 iii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan seminar ini. Penulisan seminar ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada: (1)
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2)
Suratman, ST. MT selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu dan mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(3)
Pak Wildan dan pegawai proyek Pembangunan Gedung Kantor Jasa Marga lainnya yang telah memberikan informasi terkait penerapan green building di proyek tersebut;
(4)
Ummi Hj Nismawarti dan Cici Evon Siti Fatimah sebagai orang tua yang telah memberikan seluruh perhatian, dukungan, dan bantuan moral serta material yang tak ternilai harganya;
(5)
Keluarga besar Tante Mia dan Om Ihsan yang telah mendukung secara materil selama masa pendidikan saya;
(6)
Seluruh sahabat dan teman-teman satu angkatan Teknik Sipil dan Lingkungan 2008, khususnya Nanda, Dimas, Tadho, Eqhi, Gabby, Piti, Nico, Anggit, Ganjar, serta semua yang selalu berada di Gazeb dan Balebale yang telah memberikan dukungan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;
(7)
Sahabat “Green Builders” yang terdiri dari Amila, Nanda, Oghie, Bundo, dan Fatih, yang telah bersama-sama mengerjakan skripsi mulai dari
iv Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
seminar, bertemu pakar, menyebar kuisioner, sampai tahap penulisan skripsi ini; (8)
Keluarga besar Manajemen Konstruksi 2008 yang telah memberikan dukungannya dalam proses pengerjaan skripsi ini;
(9)
Mbak Dian dan semua staff Departemen Teknik Sipil yang telah mengurusi surat-surat yang berhubungan dengan proses penelitian skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Depok, 20 Juni 2012
Penulis
v Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Zidni Auliya NPM : 0806454531 Program Studi : Teknik Sipil Departemen : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh Aspek Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 20 Juni 2012 Yang menyatakan,
( Zidni Auliya )
viAuliva, FTUI, 2012 Pengaruh material..., Zidni
ABSTRAK
Nama : Zidni Auliya Program Studi : Teknik Sipil Judul : Pengaruh Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan dengan Conventional Building Seiring dengan kebutuhan dan maraknya pembangunan berkonsep green building, muncul sertifikasi green building di Indonesia. Salah satu aspek yang harus dipenuhi adalah material resources and cycle (MRC) yang memiliki 14 poin maksimum dan terdiri dari tujuh subaspek penilaian. Dalam kaitannya dengan biaya konstruksi, subaspek yang mempengaruhi biaya konstruksi pembangunan green building adalah certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, dan regional material. Pada pengaplikasiannya di lapangan, aspek MRC tidak membutuhkan biaya tambahan bergantung dengan ketersediaan produk material yang mendukung dan desain awal proyek. Kata Kunci: biaya konstruksi, green building, material resources and cycle
ABSTRACT
Name : Zidni Auliya Study Program : Civil Engineering Title : The Effect of Material Resources and Cycle Aspect for Green Building Construction Cost Compared to Conventional Building In the name of needs and trends of green building construction concept, the green certification has been made for Indonesia with one of its aspect is material resources and cycle (MRC) which has 14 points maximum score and divided into 7 scoring subaspects. Related to construction cost, 5 subaspects which have influence for making some differences are certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, and regional material. Although in the case, MRC aspect does not make any additional cost depends on the products availability and its prelimanary design. Keyword: construction costs, green building, material resources and cycle
vii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. .x DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi 1. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah..................................................................................... 4 1.2.1 Deskripsi Masalah.............................................................................. 4 1.2.2 Signifikansi Masalah.......................................................................... 5 1.2.3 Rumusan Masalah.............................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 5 1.4 Batasan Masalah.......................................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 6 1.6 Model Operasional Penelitian ..................................................................... 6 1.7 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 7 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9 2.1 Pendahuluan ................................................................................................ 9 2.2 Konsep Green Building Dan Sistem Rating GREENSHIP ......................... 9 2.2.1 Konsep Green Building ..................................................................... 9 2.2.2 Sistem Rating Greenship ................................................................. 11 2.3 Aspek Material Resources And Cycle....................................................... 15 2.3.1 Fundamental Refrigerant (Aplikasi Refrigerant Fundamental) ...... 15 2.3.2 Building and Material Reuse (Penggunaan Kembali Gedung dan Material Bekas)................................................................................ 18 2.3.3 Environmentally Process Product (Produk yang diproduksi ramah lingkungan) ...................................................................................... 20 2.3.4 Non-ODS Usage (Penggunaan material Non-ODS)........................ 22 2.3.5 Certified Wood (Kayu Bersertifikasi) .............................................. 22 2.3.6 Modular Design (Prafabrikasi) ........................................................ 24 2.3.7 Regional Material (Penggunaan Material Setempat) ...................... 26 2.3.8 Jenis-jenis Material .......................................................................... 30 2.4 Pengaruh Biaya Dalam Proyek Green Building........................................ 30 2.4.1 Manajemen Biaya ............................................................................ 30 2.4.2 Hal yang Membedakan Biaya Dalam Proyek Green Building ........ 34 2.5 Kerangka Berpikir Dan Hipotesa .............................................................. 37 2.5.1 Kerangka Berpikir............................................................................ 37 2.5.2 Hipotesa ........................................................................................... 39
viii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 40 3.1 Pendahuluan .............................................................................................. 40 3.2 Pemilihan Strategi Penelitian .................................................................... 40 3.3 Proses Penelitian ....................................................................................... 41 3.3.1 Variabel Penelitian........................................................................... 42 3.3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................ 45 3.3.3 Pengumpulan Data ........................................................................... 54 3.3.4 Analisa Data..................................................................................... 55 3.4 Kesimpulan................................................................................................ 58 4. PENGOLAHAN DATA.................................................................................. 59 4.1 Pendahuluan .............................................................................................. 59 4.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 59 4.2.1 Pengumpulan Data Tahap Pertama.................................................. 59 4.2.2 Pengumpulan Data Tahap Kedua .................................................... 61 4.2.3 Pengumpulan Data Tahap Ketiga .................................................... 62 4.3 Analisa Data .............................................................................................. 64 4.3.1 Analisa Data Kuisioner .................................................................... 64 4.3.2 Analisis Deskriptif ........................................................................... 70 4.3.3 Analisa Peringkat Dengan Metode AHP ......................................... 72 4.3.4 Validasi Pakar .................................................................................. 75 4.3.5 Analisa Data Studi Kasus ................................................................ 76 4.4 Kesimpulan................................................................................................ 82 5. TEMUAN DAN PEMBAHASAN.................................................................. 83 5.1 Pendahuluan .............................................................................................. 83 5.2 Temuan...................................................................................................... 83 5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner) ............................................................ 83 5.2.2 Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) ......................................................... 84 5.3 Pembahasan ............................................................................................... 85 5.4 Pembuktian Hipotesa................................................................................. 88 6. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 89 6.1 Kesimpulan................................................................................................ 89 6.2 Saran.......................................................................................................... 89 DAFTAR ACUAN............................................................................................... 93 DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 100
ix Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Peringkat Sistem Rating GREENSHIP .................................... 12 Tabel 2.2 Tipe-tipe Refrigeran ........................................................................... 16 Tabel 2.3 Project Checklist LEED 2009 for New Construction and Major Renovation.......................................................................................... 19 Tabel 2.4 Steps To Impelementation Of ISO 14001 Standarization .................. 21 Tabel 2.5 Potensi Limbah antara Metode Konvensional dan Prefabrikasi ........ 25 Tabel 2.6 Jenis Material ..................................................................................... 30 Tabel 2.7 Data Kenaikan Biaya Pembangunan DAHANA................................ 36 Tabel 3.1 Tabel Strategi Penelitian .................................................................... 40 Tabel 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 43 Tabel 3.3 Kuisoner Tahap 1 ............................................................................... 47 Tabel 4.1 Profil Pakar......................................................................................... 60 Tabel 4.2 Variabel setelah divalidasi pakar........................................................ 60 Tabel 4.3 Data Responden Pilot Survey............................................................. 62 Tabel 4.4 Data Responden.................................................................................. 63 Tabel 4.5 Test Statistics...................................................................................... 65 Tabel 4.6 Kelompok Jabatan Responden ........................................................... 66 Tabel 4.7 Test Statistics Jabatan......................................................................... 67 Tabel 4.8 Test Statistic Pengalaman Kerja......................................................... 68 Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas.............................................................................. 69 Tabel 4.10 Case Processing Summary ................................................................. 70 Tabel 4.11 Realibility Statistics............................................................................ 70 Tabel 4.12 Tabel Realibilitas................................................................................ 70 Tabel 4.13 Statistik Deskriptif.............................................................................. 71 Tabel 4.14 Matriks Berpasangan.......................................................................... 72 Tabel 4.15 Perhitungan Bobot Elemen................................................................. 73 Tabel 4.16 Bobot Elemen..................................................................................... 73 Tabel 4.17 Perhitungan Nilai Analytical Hierarchy Process ............................... 74 Tabel 4.18 Proxy Variabel.................................................................................... 74 Tabel 4.19 Target Pencapaian Rating................................................................... 78 Tabel 4.20 Biaya Material Proyek........................................................................ 80 Tabel 5.1 Peringkat Proxy Variabel ................................................................... 83 Tabel 5.2 Aplikasi Variabel Pada Studi Kasus................................................... 87 Tabel 5.3 Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi Green Building................ 88 Tabel 6.1 Variabel Pengaruh Biaya Konstruksi ................................................. 89
x Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Model Operasional Penelitian............................................................ 7 Gambar 2.1 The Mechanism Of The Ozone Layer Depleted By Ozone Depleting Substances........................................................................................ 17 Gambar 2.2 Project Cost Management Overview ............................................... 31 Gambar 2.3 Estimate Costs: Input, Tools & Technique, And Output.................. 32 Gambar 2.4 Determine Budget: Inputs, Tools & Techniques, And Outputs........ 34 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................. 38 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 42 Gambar 4.1 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir..........................................................................64 Gambar 4.2 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan....................... 66 Gambar 4.3 Grafik Penyebaran Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ......................................................................................................... 68 Gambar 4.4 Grafik Mean Indikator Variabel ...................................................... 72 Gambar 4.5 Work Breakdown Structure.............................................................. 77 Gambar 4.6 Desain Awal Konvesional Dan Desain Green Building.................. 78 Gambar 4.7 Biaya Material Bersertifikat Iso 14001 Berdasarkan Pekerjaan ...... 81
xi Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11.
Kuisioner Tahap 1 Kuisioner Tahap 2 Hasil Validasi Pakar Profil Responden Tabulasi Hasil pengumpulan Data Kuisioner Tahap 2 Tabel Output Uji Validitas dengan Pearson Correlation Perhitungan Biaya Material Bersertifikat ISO 14001 Perhitungan Biaya Material Regional Material Contoh Sertifikat Produk ISO 14001 Contoh Spesifikasi AC Split Inverter dengan R410a Risalah Perbaikan Skripsi
xii Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Belakangan ini tanpa disadari makin banyak bencana alam dan fenomena-
fenomena alam yang cenderung tidak terkendali. Mulai dari banjir, puting beliung, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Selain itu makin panasnya cuaca yang dirasakan dari tahun ke tahun. Tanda-tanda alam tersebut diyakini menunjukkan bahwa bumi mengalami proses kerusakan. Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan marak diperbincangkan oleh masyarakat dunia, yaitu pemanasan global atau global warming. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan, nitrogen oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin udara (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya menyimpan CO2 juga memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer (Apa Itu Pemanasan Global) [1]. Luas hutan alam Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data World Resources Institute tahun 1997 yang Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen (Institut Studi Arus Informasi (ISAI), 2004) [2]. Pada tahun 2007, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) melaporkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer telah mencapai 379 ppm, melebihi variasi alaminya antara 280 – 300 ppm yang telah bertahan selama kurun waktu 650.000 tahun terakhir. Kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) tersebut telah menyebabkan kenaikan temperatur permukaan bumi sebesar 0,76oC sejak masa sebelum revolusi industri. Sebelas diantara dua belas tahun terpanas sejak tahun 1850 terjadi pada kurun waktu antara 1995 – 2006 (Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2009) [3]. Selain peran CO2, gas-gas lain yang merupakan bahan perusak ozon (BPO) paling berbahaya adalah chlorofluorocarbon (CFC) dan halon. CFC digunakan pada mesin refrigeran dan alat pengondisi udara (Air Conditioner), 1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
2
sedangkan halon digunakan pada produk alat pemadam kebakaran. Permasalahan selain merusak lapisan ozon, BPO yang terlepas ke atmosfir memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dengan adanya emisi CO2. Semakin banyaknya peralatan yang menggunakan BPO semakin besar tantangan untuk mencegah terjadinya emisi yang merusak lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan global (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011) [4]. Dikaitkan dengan perkembangan industri konstruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan infrastruktur di Indonesia, eksploitasi sumber daya alam sebagai sumber material dan penggunaan material yang tidak ramah lingkungan oleh para pelaku industri konstruksi juga mengambil peran dalam meningkatnya pemanasan global. Limbah material konstruksi dianggap sebagai salah satu faktor utama yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Limbah konstruksi yang dimaksud adalah produk yang dihasilkan dan dihilangkan pada kegiatan konstruksi, renovasi, dan pembongkaran lahan kerja pada suatu bangunan atau struktur. Menurut Craven EJ, Okraglik HM, dan Eilenberg IM (1994), kegiatan konstruksi menyumbang 20 – 30% dari seluruh limbah yang tersimpan pada tempat pembuangan sampah di Australia. Menurut Rogoff MJ dan William JF (1994) 29% limbah padat di Amerika Serikat adalah limbah konstruksi. Menurut Ferguson J, dkk. (1995) lebih dari 50% limbah yang tersimpan di tempat pembuangan sampah di Inggris merupakan limbah konstruksi. (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007).[5] Menurut Green Building Council Indonesia, kebijakan pembangunan yang ada selama ini mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan keseimbangan ekosistem. Kebijakan yang ditetapkan biasanya bersifat eksploitatif dan mendorong pemanfaatan yang kurang bertanggung jawab karena pelaku bisnis tidak dituntut untuk melakukan pengelolaan sumber daya menurut kaidah kelestarian usaha dalam jangka panjang (Green Building Council Indonesia, 2010) [6]. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghambat pemanasan global, perubahan iklim, dan degradasi kualitas lingkungan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
3
lingkungan asal. Desain bangunan yang hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material bahan, dikenal dengan konsep green. [7] Konsep green mengacu kepada prinsip keberlanjutan dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Untuk membantu para pelaku industri konstruksi maupun pelaku pendukung lainnya dalam menerapkan praktik green building, terdapat sistem rating GREENSHIP yang disusun oleh GBCI. Dengan adanya sistem rating GREENSHIP, diharapkan tercapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama pemilik dan pengguna bangunan sehingga dapat dicapai suatu bangunan hemat energi -atau lebih dikenal dengan bangunan hijau (green building)- yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Sistem rating GREENSHIP GBCI merupakan sistem penilaian yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik nyata. Dengan sistem penilaian ini, setiap bangunan yang mencanangkan diri sebagai green building akan dinilai dan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem penilaian. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori (Green Building Council Indonesia, 2010) [8], yaitu: a. Appropriate Site Development b. Energy Efficiency and Conservation c. Water Conservation d. Material resources and cycle e. Indoor air health and comfort f. Building and environment management Jika dikaitkan kembali antara penyebab pemanasan global dan konsep green sebagai upaya meredam pemanasan global, kategori penilaian material resources and cycle pada sistem rating GREENSHIP akan menjadi tolok ukur pemakaian material ditinjau dari sumber bahan baku material dan daur pemakaian material itu sendiri. Bahan baku material yang mengandung BPO akan diminimalisir penggunaannya dan secara tidak langsung mempengaruhi dampak pemanasan global.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
4
1.2
Perumusan Masalah
1.2.1 Deskripsi Masalah Berkembangnya kerusakan alam akibat pemanasan global mendesak kebutuhan akan konsep green pada pembangunan secara umum dan penggunaan material secara khusus di Indonesia. Permintaan yang besar terhadap produk green building membuat persaingan yang semakin besar di industri konstruksi. Sertifikasi green building menjadi kebutuhan bagi para stakeholder untuk memenangkan persaingan yang ada. Untuk menjalankan proses sertifikasi dan mendapatkan sertifikat, diperlukan penilaian yang tolok ukurnya telah disusun oleh GBCI. Material resources and cycle (MRC) sebagai salah satu dari enam kategori penilaian, memiliki satu prasyarat utama yang wajib dipenuhi dan enam butir penilaian lainnya. Masing-masing butir penilaian memiliki tolok ukur yang mempunyai persentase biaya minimum dibandingkan dengan total biaya material. Masing-masing tolok ukur memiliki poin penilaian sebagai bagian dari keseluruhan sistem rating GREENSHIP. Prasyarat dan butir penilaian aspek material resources and cycle (MRC) yang dimaksud dalam sistem rating GREENSHIP (Green Building Council Indonesia, 2010) [9] adalah a. Fundamental refrigerant, adalah prayarat MRC atau prasyarat-1 (P1), yaitu mencegah pemakaian bahan perusak ozon (BPO) yang mempunyai ozone depleting potential (ODP) sama atau lebih besar dari 1 (satu). b. Building and material reuse, adalah butir penilaian 1 (MRC-1), yaitu menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi8 penggunaan bahan mentah yang baru. c. Environmentally process product, adalah butir penilaian kedua (MRC-2), yaitu menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. d. Non-ODS usage, adalah butir penilaian ketiga (MRC-3), yaitu menggunakan bahan yang tidak merusak ozon. e. Certified wood, adalah butir penilaian keempat (MRC-4) yaitu menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
5
f. Modular design, adalah butir penilaian kelima (MRC-5), yaitu peningkatan efisiensi penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. g. Regional material, adalah butir penilaian keenam (MRC-6), yaitu mengurangi jejak karbon dengan cara menggunakan material lokal.
1.2.2 Signifikansi Masalah Menurut Poul E Kristensen (2010) terdapat penambahan investasi total biaya konstruksi untuk membangun sebuah gedung berkonsep green building sebesar 5% dari biaya pembangunan gedung biasa (Kementerian ESDM RI, 2010)[10]. Adanya anggapan setiap gedung harus menggelontorkan biaya lebih tinggi 15%-20% dari investasi (PT. HD Capital, Tbk, 2008) [11]. Berdasarkan data pembangunan berkonsep green building Gedung Dahana, didapatkan secara garis besar kenaikan total biaya sebesar 15,1% dibandingkan desain konstruksi secara konvensional dan secara khusus aspek material mempengaruhi 5,53% biaya konstruksi. Peningkatan biaya terjadi pada penggunaan material daur ulang dan kayu bersertifikat legal. [12]
1.2.3 Rumusan Masalah Rumusan yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah a. Faktor apa saja di dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya konstruksi pada pembangunan green building. b. Seberapa besar pengaruh penerapan material resources and cycle terhadap peningkatan biaya proyek pada green building apabila dibandingkan dengan pembangunan konvensional.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah
a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
6
1.4
Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi membahas aspek material resources and cycle dan
pengaruh terhadap biaya konstruksi. Hal ini terkait penilaian tolok ukur sistem rating GREENSHIP yang telah disusun GBCI dan pengaruhnya terhadap perubahan biaya konstruksi. Dengan lingkup penelitian yang digunakan dalam proyek adalah studi kasus proyek pembangunan gedung perkantoran Jasa Marga yang didesain green building oleh kontraktor pelaksananya PT. PP (Persero), Tbk. untuk mendapatkan rating Gold.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada pelaku industri
konstruksi untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh material resources and cycle (MRC) dalam green building dan memberikan gambaran penerapan konsep green building dalam pelaksanaan proyek. Untuk penulis diharapkan dapat menambah wawasan tentang penerapan green building dalam aspek MRC.
1.6
Model Operasional Penelitian Model operasional penelitian dalam skripsi ini dapat dilihat pada gambar
bagan berikut ini:
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
7
Gambar 1.1 Model Operasional Penelitian Sumber: Hasil Olahan
1.7
Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang baru dan belum pernah dilakukan
oleh siapapun. Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan namun berbeda fokus penelitian, seperti a. Pengelolaan Gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Indonesia (Hardjono, 2009)[13]. Abstrak: “sektor properti dinyatakan sebagai salah satu penyumbang terjadinya Global Warming, khususnya gedung perkantoran. Konsep Green Building diajukan oleh sektor properti sebagai tanggapan atas terjadinya Global Warming. Konsep Green Building ini mengacu pada penggunaan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis, meminimalisasi limbah konstruksi dan ramah terhadap lingkungan. Dengan menggunakan analisa frekuensi dan analisa tabulasi silang (crosstab), maka dapat diketahui pertimbangan pengelola terhadap gedung perkantoran yang berkonsep Green Building dalam menghadapi Global Warming yang terdiri dari mengoptimalkan penggunaan lahan, efisiensi penggunaan air,penghematan energi dan mencegah kerusakan atmosfir, penggunaan bahan material yang alami dan ramah lingkungan, kualitas lingkungan di dalam ruangan gedung.” Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
8
Hal yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang saat ini dilakukan adalah pengelolaan gedung perkantoran dengan konsep Green Building secara umum, dilihat dari semua aspek. Selain itu penelitian tersebut juga meneliti tentang pengelolaan gedung yang sudah dibangun lama. Sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah penelitian mengenai pengaruh green building terhadap biaya konstruksi dikhususkan pada aspek material resources and cycle pada pembangunan gedung baru. b. Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan (Siagian, 2010) [14]. Abstrak: “Pembangunan yang terus berjalan telah banyak menghabiskan sumber daya alam dan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada alam. Dan tidak jarang juga pembangunan tersebut mempunyai pengaruh negatif secara sosialekonomi pada daerah itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya budaya dan teknologi, kebutuhan manusia akan terus berkembang, sementara daya dukung alam tidak semakin baik. Menghadapi masalah ini diperlukan usaha-usaha untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan alam tetapi kebutuhan manusia juga tetap dipenuhi dengan baik. Salah satu cara terwujudnya tujuan di atas adalah dengan pemilihan material yang tepat bagi pembangunan yang terus berjalan ini. Selain dapat menghemat sumber daya alam yang dipakai, juga berakibat positif bagi pemakai bangunan. karena pemakai bangunan dan alam ditempatkan dalam posisi yang sama saat pengambilan keputusan.” Dari abstrak di atas dapat dilihat bahwa penelitian tersebut fokus pada pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan dengan tidak membandingkan biaya yang dibutuhkan antara material ramah lingkungan dan tidak.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pendahuluan Pada bab ini akan dipaparkan dasar-dasar teori yang menjadi landasan dan
pendukung penelitian, yaitu literatur yang menjelaskan konsep green building dan sistem rating GREENSHIP, aspek material resources and cycle pada sistem rating GREENSHIP, dan tahapan manajemen biaya proyek.
2.2
Konsep Green Building Dan Sistem Rating GREENSHIP
2.2.1 Konsep Green Building Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, bangunan memiliki arti sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, menara). Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di salam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempay menanusi melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial, budaya maupun khusus (Wartawarga Gunadarma, 2009).[15] Definisi green building menurut Chen (2008) adalah sebuah bangunan yang dalam pemanfaatannya (baik sejak saat direncanakan, didesain, dibangun, digunakan, maupun direnovasi) menggunakan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis; meminimalisasi limbah; dan ramah lingkungan. Ramah lingkungan ditekankan pada pemilihan bahan yang tidak bersifat radiatif mudah didaur ulang, dan hasil pembuangan limbahnya seminimal mungkin, dapat di daur ulang oleh alam dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Pitts (2004), green building merupakan konsep yang menjadi solusi bagi dunia properti untuk mengambil peran dalam mengurangi dampak pada global warming. Menurut Jimmy (2008), konsep green building tidak lepas kaitannya dengan efisiensi penggunnaan energi tetapi juga air, melestarikan sumber daya alam dan meningkatkan kualitas udara (Hardjono, 2009). [16] Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 9 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
10 1, bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan
prinsip
lingkungan
dalam
perancangan,
pembangunan,
pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan. [17] Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4 [18] apabila memenuhi kriteria: a. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: a) Material bangunan yang bersertifikat eco-label b) Material banguna lokal b. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: a) Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi b) Menggunakan sumber daya air yang memperhatikan konservasi sumber daya air c) Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan c. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: a) Menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca b) Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi d. Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain: a) Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon b) Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon e. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
11 b) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus f. Terdapat fasilitas pemilihan sampah g. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: a) Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih b) Memaksimalkan penggunaan sinar matahari h. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir, b) Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim, c) Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang, d) Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan i. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain a) Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut, b) Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat. Green building juga diartikan sebagai pendekatan holistik yang memperkecil dampak terhadap lingkungan, mengurangi perawatan, dan membuat ruang kerja yang lebih memiliki daya tarik bagi penghuni gedung tersebut (Kralj & Markic, 2008). [18]
2.2.2 Sistem Rating Greenship Sistem rating GREENSHIP adalah alat bantu bagi pelaku industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam menerapkan best practice dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Standar yang ingin dicapai Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
12 adalah terjadinya suatu green building yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Terdapat empat peringkat GREENSHIP yang kemudian menjadi target pelaksanaan konstruksi yaitu
Tabel 2.1 Tabel Peringkat Sistem Rating GREENSHIP PREDIKAT
NILAI TERKECIL NILAI PRESENTASE (%) PLATINUM 74 73 EMAS 58 57 PERAK 47 46 PERUNGGU 35 35 Sumber: Green Building Council Indonesia, 2010 [19]
Peringkat dari GREENSHIP mencerminkan usaha pemilik gedung. Butir rating yang dimuat di dalamnya mengombinasikan berbagai tingkat kesulitan. Angka yang ditetapkan sebagai nilai minimal peringkat perunggu adalah jumlah nilai yang dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi nilai maksimum dari rating yang pencapaiannya relatif mudah, tidak membutuhkan biaya tambahan, dan yang membutuhkan biaya tidak terlalu besar. Nilai minimal perak dapat dicapai bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta sepertiga dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya relatif besar. Nilai minimal emas diperoleh bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah dan dua per tiga dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya relatif besar. Peringkat platinum dapat dicapai
apabila
sebuah
proyek
memenuhi
rating
yang
pencapaiannya
membutuhkan biaya relatif lebih besar dan teknologinya belum tersedia sehingga dapat dikatakan sangat sulit pencapaiannya. Kriteria penilaian sistem rating GREENSHIP dikelompokkan menjadi enam aspek, (Green Building Council Indonesia, 2010) [20] yaitu: a. Appropriate Site Development
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
13 Penerapan lahan sehingga menjadi tepat guna dan memberikan rasa aman, nyaman serta memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di sekitarnya b. Energy Efficiency and Conservation Penerapan tentang penghematan penggunaan energi dengan pemanfaatan energi alam dengan penerapan pada penerangan, termal dan teknologi pembaruan energi c. Water Conservation Dalam aspek ini, dibahas berbagai aspek yang menunjang rangkaian konservasi (penyimpanan) air dalam bangunan tersebut, mengingat pentingnya fungsi air dalam kehidupan manusia. d. Material resources and cycle Penggunaan material ramah lingkungan pada tahap konstruksi maupun tahap operasional dengan mengedepankan faktor pembangunan berkelanjutan melalui penerapan penggunaan material yang tidak merusak ozon, bersertifikat internasional, pemanfaatan kembali material bekas, dan produk setempat. e. Indoor air health and comfort Suatu penerapan kualitas udara di dalam ruangan baik dari sisi kualitas udara itu sendiri, pencahayaan serta tingkat kebisingan suatu ruangan. f. Building and environment management Merupakan suatu sistem manajerial mengenai lingkungan bangunan dengan merencanakan sistem operasional gedung yang ramah lingkungan mulai dari tahap desain.
Terdapat persyaratan awal untuk dapat menjalankan proses sertifikasi green building (Green Building Council Indonesia, 2010) [21], yaitu: a. Luas bangunan sekurang-kurangnya 2500 m2. Bertujuan membatasi lingkup target dari sistem rating GREENSHIP untuk bangunan baru komersial pada bangunan besar dengan luas minimum 2500 m2. b. Lokasi tapak bangunan sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
14 Bertujuan mendorong pengendalian pembangunan dan pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya sehingga tercipta lingkungan hidup yang selaras, serasi, dan seimbang. c. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan green building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh GBCI. Bertujuan menghimpun database yang akurat sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating GREENSHIP, baik untuk bangunan baru maupun bangunan eksisting. d. Akan menyertakan salinan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) yang disahkan Bapedal. Bertujuan mendukung pengendalian pembangunan terhadap lingkungannya sehingga terwujud konsep berkelanjutan. e. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan dibuat tahan gempa. Bertujuan menjamin keamanan penghuni dari ancaman bencana gempa bumi serta mempertahankan secara optimal fungsi bangunan atas ketahanan struktur dan konstruksi terhadap beban bencana gempa. f. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedunng yang bersangkutan akan memenuhi standar pemakai gedung untuk penyandang cacat. Bertujuan mendorong pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan kesempatan sehingga berdampak positif baik secara ekonomi maupun lingkungan. Berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 60, setiap bangunan gedung harus menyediakan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan manula yang dapat menjamin keamanan, kenyamanan, dan kemandirian mereka untuk bermobilitas dan beraktivitas di dalamnya [23]. g. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
15 Bertujuan mendorong penurunan risiko kebakaran pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung terjamin.
2.3
Aspek Material Resources And Cycle Material adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat
darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. (Ashby, Shercliff, & Cebon, 2007) [23]. Resources atau sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan (Peta Indonesia, 2012) [24]. Sistem rating material resources and cycle (MRC) dalam sistem rating GREENSHIP yang disusun Green Building Council Indonesia (GBCI) memiliki satu butir prasyarat utama dan enam butir penilaian yang masing-masing memiliki tolok ukur. Prasyarat utama adalah mutlak harus dipenuhi dan bila tidak dipenuhi maka enam butir penilaian tidak dapat dinilai sehingga sertifikasi green buiding tidak dapat dilanjutkan. Sedangkan tolok ukur adalah patokan yang dianggap sebagai implementasi dari praktik terbaik sehingga menjadi syarat pencapaian suatu rating dapat diukur. Sebagian besar tolok ukur menggunakan standar yang berlaku di Indonesia dan sebagian rating yang belum memilik standar lokal mengacu kepada standar yang berlaku secara universal (Green Building Council Indonesia, 2010). [25] Prasyarat utama dan butir tolok ukur aspek material resources and cycle memiliki poin atau nilai yang nantinya akan digabungkan dengan aspek green building lainnya menjadi nilai untuk peringkat sistem rating GREENSHIP. Aspek material resources and cycle memiliki nilai maksimum sebanyak 14 poin atau 14% dari nilai maksimum. (Green Building Council Indonesia, 2010). [26]
2.3.1 Fundamental Refrigerant (Aplikasi Refrigerant Fundamental) Fundamental Refrigerant adalah prasyarat utama MRC. Bertujuan mencegah pemakaian bahan perusak ozon (BPO) yang mempunyai kemampuan merusak lapisan ozon sama atau lebih besar dari 1 (satu) yang dapat merusak ozon di lapisan stratosfer (Green Building Council Indonesia, 2010). [27]
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
16 Berikut ini adalah tipe-tipe refrigeran beserta nilai ozone depleting potential (ODP).
Tabel 2.2 Tipe-tipe Refrigeran Refrigerant
Group
Atmospheric
ODP
life R11
CFC
130
1
R12
CFC
130
1
R22
HCFC
15
.05
R134a
HFC
16
0
R404a
HFC
16
0
R410a
HFC
16
0
R507
HFC
130
1
R717
NH3
-
0
R744
CO2
-
0
R290
HC
<1
0
R600a
HC
<1
0
Sumber: Dreepaul [28]
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007
tentang
Larangan
Memproduksi
Barang
yang
Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1, yang dimaksud dengan Bahan Perusak Ozon (BPO) adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfir [29]. BPO
dapat
dikelompokkan
menjadi
beberapa
jenis,
yaitu
chlorofluorocarbon (CFC), hydro-chlorofluorocarbons (HFCs), halon, hydrobromofluorocarbons (HBFCs), bromochloromethane, methyl chloroform, carbon tetrachloride, dan methyl bromide. Dalam pemakaian sehari-hari, jenis yang banyak dipakai adalah CFC dan halon (Asdep Urusan Pengendalian Dampak
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
17 Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2009).[30] Chlorofluorocarbon (CFC) adalah penyebab kerusakan lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet. CFC bukan bahan alami, melainkan bahan kimia yang diproduksi pada tahun 1930. Selanjutnya industri menemukan berbagai variasi penggunaan CFC akibar dari sifat penyerap panas dan tidak reaktif. CFC digunakan sebagai refrigeran pada air conditioner dan lemari pendingin. Sebuah industri kimia di Amerika Serikat memberikan nama dagang freon. Secara kimiawi CFC adalah sebagian kecil dari klasifikasi umum senyawa lainnya yang diketahui sebagai halocarbons (senyawa yang mengandung carbon dan halogen). CFC adalah halocarbon yang terdiri dari elemen karbon, klorin, dan fluorin. CFC biasanya hanya mengandung satu atau dua atom karbon. (Ennis, 2009).[31]
Gambar 2.1 The Mechanism of the Ozone Layer Depleted by Ozone Depleting Substances Sumber: Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan [32]
CFC menjadi bahan kimia yang berbahaya karena memiliki ozone depleting properties/substance, yaitu kemampuan suatu zat untuk merusak lapisan ozon. Berdasarkan gambar di atas, CFC yang telah bebas di udara akan mencapai lapisan ozon. Selanjutnya CFC akan terurai akibat terkena sinar ultraviolet Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
18 sehingga atom klorin yang dimiliki CFC terlepas dan masuk ke lapisan ozon, hal ini yang akan menyebabkan reaksi berantai di dalam lapisan sehingga lapisan ozon rusak dan sinar ultraviolet mencapai permukaan bumi secara langsung. Lapisan ozon penting bagi kelangsungan kehidupan di bumi khususnya manusia karena memiliki kemampuan menyerap radiasi ultra violet. Efek jangka panjang akibat terkena radiasi sinar ultra violet dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1987, sebuah perjanjian internasional Protokol Montreal mengatur pemakaian material yang merupakan bahan perusak ozon yang bertujuan mengurangi dan mengakhiri pemakaian bahan kimia yang termasuk BPO (Ennis, 2009).[33] Harapan kedepan adalah menjadikan Hidrokarbon salah satu alternative pengganti BPO, yang tidak memiliki potensi merusak ozon dan rendah potensi pemanasan globalnya. Pertamina pada saat ini sedang mengembangkan produk Hidrokarbon sebagai pengganti CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin di AC maupun refrigerasi (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011).[34] Tolok ukur yang digunakan pada fundamental refrigerant adalah tidak menggunakan chlorofluorocarbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. (Green Building Council Indonesia, 2010) .[35]
2.3.2 Building and Material Reuse (Penggunaan Kembali Gedung dan Material Bekas) Building and Material Reuse adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga diharapkan dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir dan memperpanjang daur pemakaian suatu material (Green Building Council Indonesia, 2010)[36]. Menurut Bjorn Berge dalam The Ecology of Building Materials,reuse atau penggunaan kembali adalah tingkatan tertinggi dalam daur ulang, yaitu menggunakan kembali barang yang sudah dipakai namun masih memiliki sisa umur. Reuse merupakan tingkatan tertinggi karena tidak memerlukan energi untuk merubah bentuknya atau mengolahnya menjadi bahan layak pakai. Material yang di-reuse adalah material yang siap pakai namun tidak lagi dipakai oleh pengguna Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
19 sebelumnya. Sedangkan recycling memerlukan energi dan proses untuk menjadikan material bekas pakai menjadi material yang layak pakai (Permana, 2008).[37] Butir penilaian Building and Material Reuse memiliki dua tolok ukur, yaitu (Green Building Council Indonesia, 2010) [38] a. Menggunakan kembali semua material bekas , baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material baru yang bersangkutan. Tolak ukur ini memiliki nilai 1 (satu). b. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material baru yang bersangkutan. Tolak ukur ini memiliki nilai 2 (dua). Jika dibandingkan dengan sistem rating LEED, reuse dan recycle menjadi tolok ukur yang dominan pada aspek material & resources. Hal ini terlihat dari project checklist LEED 2009 seperti berikut ini,
Tabel 2.3 Project Checklist LEED 2009 for New Construction and Major Renovation Possible Point: 14
Materials and Resources Storage and Collection of Recyclabeles
Prereq 1 Credit 1.1 Building Reuse - Maintain Existing Walls, Floors, and Roof Credit 1.2 Credit 2 Credit 3 Credit 4 Credit 5 Credit 6 Credit 7
Building Reuse - Maintain 50% of Interior Non-Structural Element 1
Construction Waste Management Material Reuse Recycled Content Regional Materials Rapidly Renewable Materials Certified Wood
1 to 3 1 1 to 2 1 to 2 1 to 2 1 to 2 1 1
Sumber: US Green Building Council, 2002 [39]
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
20 2.3.3 Environmentally Process Product (Produk yang diproduksi ramah lingkungan) Environmentally Process Product adalah menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Standar produk ramah lingkungan yang diakui di dunia internasional adalah ISO 14001 (Green Building Council Indonesia, 2010). [40] Menurut Harrington, H.J (1999) manfaat sertifikasi ISO 14000 adalah (Kristiningrum) [41]: a. Menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan b. Meningkatkan kerja lingkungan c. Memperbaiki tingkat pemenuhan peraturan d. Mengurangi dan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul e. Dapat menekan biaya produksi f. Dapat mengurangi kecelakaan kerja g. Dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah, dan pihakpihak yang peduli terhadap lingkungan h. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan i. Dapat mengangkat citra perusahaan j. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar k. Mempermudah memmperoleh izin dan akses kredit bank l. Dapat meningkatkan motivasi pekerja m. Mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan n. Meningkatkan hubungan dengan supplier o. Langkah menuju pembangunan yang berkelanjutan Berikut ini adalah langkah-langkah implementasi standar ISO 14001
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
21 Tabel 2.4 Steps To Impelementation Of ISO 14001 Standarization Step
Objective
1 2
Obtain senior management commitment to environmental concern set up an environmental steering committe
3
Determine the extend of the company's environmental outlays and requirements
4
Trains the environmental team and employees
5
Establish an effective environmental management system (EMS)
6
Establish environmental policies and procedures
7
Create sound environmental management programmes
8
Maintain correct documentation of the environmental management system
9
Establish a functional process of recording for the EMS
10
Review of the EMS by management
11
Initiate and conduct environmental auditing
12
Select the appropriate standard from the ISO 14000 family
13
Decide on a registration strategy
14
Register to ISO 14001
15
Integrate ISO 14000 with ISO 9000
Sumber: Ball, 2002 [42]
Terdapat tiga tolok ukur penilaian (Green Building Council Indonesia, 2010) [43], yaitu: a. Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara dan direkomendasikan oleh GBCI. Material tersebut minimal bernilai 30% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). b. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang senilai minimal 5% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). c. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumberdaya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) senilai minimal 2% total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). Dalam tolok ukur tidak hanya menggunakan ISO 14001, tetapi aspek ini juga menilai dari penggunaan material hasil proses daur ulang dan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumberdaya terbarukan dengan masa panen kurang dari 10 tahun.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
22 Menurut Bjorn Berge (2000), pada prinsipnya ada tiga tingkatan hierarkial daur ulang sesuai dengan manfaat yang diperoleh (Permana, 2008) [44], yaitu: a. Reuse Tidak memerlukan energi untuk merubah bentuknya atau mengolahnya menjadi bahan layak pakai. Kalau diperlukan, hanya untuk mengangkut atau memindahkan material tersebut. Material yang di-reuse adalah material yang siap pakai namun tidak lagi dipakai oleh pengguna sebelumnya. b. Recycling Memerlukan energi dan proses untuk menjadikan material bekas pakai menjadi material yang layak paki, beda dengan prinsip reuse yang berarti bahwa material bekas pakai adalah material layak pakai. c. Energy Recovery Semua material yang sudah tidak mungkin dipakai dibakar untuk memperoleh energi potensial yang masih terdapat dalam material melalui proses pembakarannya. Contoh yang paling umum adalah membakar kayu bekas untuk penghangat perapian atau memasak. Proses daur ulang bisa menjadi mahal ketika masih jarangnya fasilitas daur ulang karena terlalu besarnya energi yang dibutuhkan untuk melakukan tahaptahap proses menjadikan barang lama menjadi barang siap pakai.
2.3.4 Non-ODS Usage (Penggunaan material Non-ODS) Non-ODS Usage adalah menggunakan bahan dengan zero ODP, yaitu bahan yang tidak memiliki kemampuan untuk merusak lapisan ozon. Tolok ukurnya adalah tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan dengan spesifikasi pada produk air conditioner dan sistem pemadam kebakaran. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). (Green Building Council Indonesia, 2010) [45]
2.3.5 Certified Wood (Kayu Bersertifikasi) Certified Wood bertujuan menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya unntuk melindungi kelestarian hutan (Green Building Council Indonesia, 2010). [46]
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
23 Di Indonesia terdapat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang melaksanakan proses akreditasi terhadap lembaga sertifikasi yang akan mengoperasikan sistem sertifikasi di lapangan, lembaga pelatihan, dan sertifikasi personal. Sampai saat ini LEI telah melakukan proses akreditasi terhadap tiga lembaga sertifikasi untuk melakukan sertifikasi di lapangan, yaitu PT. Mutu Agung Lestari, PT. TUV International Indonesia, PT. Sucofindo. Ketiga lembaga ini telah memenuhi kualifikasi untuk menjalankan proses sertifikasi ekolabel untuk pengelolaan hutan lestari berdasarkan standar LEI. (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009) [47] Berdasarkan standar LEI, terdapat empat sertifikasi yang berkaitan dengan produksi hutan lestari, yaitu: a. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML), PHBML diartikan sebagai segala bentuk pengelolaan hutan dan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara-cara tradisional baik dalam bentuk unit komunitas, unit usaha berbasis komunitas atau koperasi, maupun individual berskala kecil sampai sedang, yang dilakukan secara lestari. Manfaat sertifikasi PHBML bagi para pengelola hutan rakyat adalah membuka akses pasar bagi produk hutan rakyat, dapat memberikan harga jual yang relatif lebih tinggi di tingkat petani dan membuka akses perluasan hutan rakyat bagi kepentingan rehabilitasi lahan sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat (SUCOFINDO, 2011).[48] b. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), adalah serangkaian strategi dan pelaksanaan kegiatan untuk memproduksi hasil hutan tanaman yang menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi kelestarian fungsi produksi, ekologi, sosial dan kepatuhan terhadap regulasi (SUCOFINDO, 2011).[49] c. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL), PHAPL merupakan pengejawantahan dari konsep pembangunan berkelanjutan di bidang kehutanan. Untuk mencapai tujuan PHAPL diperlukan sistem pengelolaan hutan produksi yang menjamin kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologi, dan fungsi sosial hutan. Sertifikasi PHAPL menjadi jembatan informasi mengenai manajemen hutan yang mempunyai kinerja yang baik kepada pembeli produk kayu. Sistem sertifikasi PHAPL telah dikembangkan untuk menjamin pelaksanaan sertifikasi yang efisien, efektif, dan didasarkan Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
24 pada kriteria dan indikator yang menjamin kesetaraan penilaian unsurunsurnya. Pelaksanaan sistem sertifikasi PHAPL dijabarkan dalam pedoman LEI seri 99 (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009) [50]. Sampai saat ini terdapat lima unit manajemen berbasis hutan alam produksi yang telah lulus sertifikasi, yaitu: PT. Diamond Raya Timber (telah ditahan kembali sertifikasinya), PT. Intracawood Manufacturing, PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, PT. Erna Djuliawati, PT. Sumalindo Lestari Jaya Unit II, dan PT. Sarpatim (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009).[51] d. Sertifikasi Lacak Balak (CoC), adalah suatu metode sertifikasi untuk menelusuri perjalanan bahan baku kayu dari hutan ke pabrik, yang dalam prosesnya melewati proses pengangkutan, pengapalan, dan pembuatan produk hingga menjadi produk siap pakai. Penelusuran dan pengujian dilakukan terhadap kemampuan sistem dokumentasi alur kayu di perusahaan yang dapat melacak asal bahan baku ke lokasi di hutan. Bila bahan bakunya dapat dilacak dan sesuai standar LEI, perusahaan itu diberikan sertifikat lacak balak (CoC). Proses penelusuran dan pengujian dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009).[52]
Terdapat dua tolok ukur penilaian (Green Building Council Indonesia, 2010) [53], yaitu a. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang asal kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). b. Jika 30% dari butir tolok ukur di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC). Tolok ukur ini bernilai 1 (satu).
2.3.6 Modular Design (Prafabrikasi) Modular design atau prafabrikasi merupakan suatu metode yang lahir dari suatu proses kehidupan, pemikiran, perkembangan sosial dan ekonomi serta teknologi. Dalam dunia arsitektur dan konstruksi, pada dasarnya prafabrikasi adalah suatu cara membangun yang mudah dipahami secara konsep dan tidak Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
25 terlalu sulit diterapkan secara konsep dan tidak terlalu sulit diterapkan secara teknis. Prafabrikasi meminimalisir segala sesuatu dalam tahap konstruksi, baik itu tenaga pembangun dan lamanya waktu konstruksi, sehingga segala sesuatu berjalan efektif dan efisien (Amalia, 2008).[54] Banyak penelitian yang telah menidentifikasi keuntungan menggunakan produk prefabrikasi, diantaranya adalah a. Pengawasan yang lebih baik b. Mengurangi biaya konstruksi jangka panjang c. Mempersingkat waktu pelaksanaan konstruksi d. Ramah lingkungan e. Terintegrasi pada bangunan f. Estetika bangunan (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) [55] Tabel 2.5 Potensi Limbah antara Metode Konvensional dan Prefabrikasi Average wastage level (in%) Trades
Conventional (A)
Prefabrication (B)
Percentage of waste reduction [C=(A-B)/A] (%)
Concreting Rebar fixing Bricklaying Drywall Plastering Screeding Tiling
20
2
90
25
2
15 23 25 27
5 0 7
92 100 74
Sumber: Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007[56]
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat potensi menghasilkan limbah pada pembangunan dengan metode konvensional adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan metode prefabrikasi dalam hal pengecoran, pemasangan besi beton, memplester, dan memasang ubin. Hal ini menunjukkan bahwa ketika metode prefabrikasi digunakan untuk komponen-komponen bangunan tertentu akan efektif mengurangi tingkat potensi menghasilkan limbah. (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007). [57]
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
26 Tolok ukur penilaiannya adalah desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi sebesar 30% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1(satu) (Green Building Council Indonesia, 2010). [58]
2.3.7 Regional Material (Penggunaan Material Setempat) Regional material bertujuan mengurangi jejak karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri (Green Building Council Indonesia, 2010).[59] Jejak karbon adalah jumlah total gas rumah kaca yang dihasilkan secara langsung dan tidak langsung untuk mendukung kegiatan manusia , biasanya dinyatakan dalam ton setara dengan karbon dioksida ( co2 ) (timeforchange.org, 2007).[60] Definisi lainnya, jejak karbon adalah tapak karbon berarti jumlah tertentu emisi gas yang relevan dengan iklim perubahan dan manusia yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan konsumsi. (Puspasari)[61]. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksiats (daya racun) masing-masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya. Beberapa faktor yang berperan di dalam ketidakpastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah (Tugaswati) [62] : a. Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan b. Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental c. Realibilitas dari data pajanan d. Jumlah manusia yang terpajan e. Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan dilindungi f. Interaksi antara berbagai senayawa di dalam gas buang, baik yang sejenis maupun antara yang tidak sejenis g. Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek) Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut (Tugaswati) [63] :
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
27 a. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya. Organ pernafasan merupakan bagian paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya terhadap kesehatan. a) Oksida sulfur dan partikulat Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. b) Oksida Nitrogen Nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. c) Ozon dan oksida lainnya Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2 maupun NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
28 senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. b. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam. Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru, bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh. a) Karbon monoksida Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. b) Timbal Timbal ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbel organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini berubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikelpartikel yang berukuran sekitar 0,01 μm. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot. Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia,. Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar Pb 60μg/100 ml, yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. c. Bahan-bahan
pencemar
yang
dicurigai
menimbulkan
kanker
seperti
hidrokarbon.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
29 Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2μm. Beberapa dari bahanbahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit , kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan mesin solar. d. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Beberapa efek negatif dari kebisingan antara lain adalah gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, gangguan komunikasi, kesulitan tidur, gangguan mental dan gangguan kinerja. [64]
Selain
mengurangi
jejak
karbon,
regional
material
juga
dapat
meningkatkan perekonomian nasional dengan menggunakan produk dalam negeri. Akan tetapi peraturan di Indonesia hanya mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2010 pengganti Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam peraturan presiden tersebut ditekankan priorisasi penggunaan produk dalam negeri sebagai bagian dari optimalisasi pemanfaatan produk dalam negeri (Muttaqin, 2010).[65] Butir regional material ini
memiliki dua tolok ukur (Green Building
Council Indonesia, 2010)[66], yaitu a. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada dalam radius 1000 km dari lokasi proyek mencapai 50% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu).
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
30 b. Apabila material di atas berasal dari dalam wilayah Republik Indonesia mencapai 80% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu).
2.3.8 Jenis-jenis Material Berdasarkan prasyarat dan tolok ukur material resources and cycle dapat diketahui jenis-jenis material dan peralatan yang ditinjau dalam aspek material resources and cycle. Berikut ini adalah jenis material berdasarkan tolok ukur.
Tabel 2.6 Jenis Material NO Variabel X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant
Jenis Material AC, hydrant bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
semua material yang bersertifikat ISO
X4
MRC 3 (Non-ODS usage)
X.5 MRC 4 (Certified wood)
AC, hydrant Semua material yang berbahan dasar kayu
X.6 MRC 5 (Modular Design)
semua material prefebrikasi
X.7 MRC 6 (Regional Material)
semua material yang sumber atau fabrikasinya pada radius 1000 km
Sumber: Hasil Olahan
2.4
Pengaruh Biaya Dalam Proyek Green Building
2.4.1 Manajemen Biaya Menurut Project Management Institute dalam Project Management Body of Knowledge (PMBOK 2008), manajemen biaya proyek mendeskripsikan prosesproses dalam perencanaan, estimasi, penganggaran, dan pengendalian biaya sehingga proyek dapat diselesaikan dengan anggaran yang telah ditentukan (Project Management Institute, Inc, 2008) [67]. Kegiatan dalam manajemen biaya termasuk: a. Estimasi Biaya, yaitu proses pengembangan perkiraan sumber daya moneter yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas proyek. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
31 b. Penentuan Anggaran, yaitu proses menjumlahkan estimasi biaya setiap aktivitas atau paket pekerjaan untuk membuat baseline biaya. c. Pengendalian
Biaya,
yaitu
proses
memonitor
status
proyek
untuk
memperbaharui anggaran proyek dan mengelola perubahan terhadap baseline biaya.
Gambar 2.2 Project Cost Management Overview Sumber: Project Management Institute, Inc, 2008 [68]
Dalam PMBOK, estimasi biaya adalah prediksi berdasarkan informasi yang diketahui pada waktu tertentu. Trade-off biaya dan risiko harus dipertimbangkan, seperti membuat atau membeli, membeli atau menyewa, dan alokasi sumber daya untuk mendapatkan biaya yang proyek optimal. Estimasi biaya harus direvisi selama masa perencanaan proyek, selama terdapat tambahan informasi-informasi. Akurasi dari estimasi biaya proyek akan membaik sepanjang kemajuan pada siklus proyek. Biaya diestimasi terhadap seluruh sumber daya yang akan diberdayakan di proyek, seperti tenaga kerja, bahan, peralatan, jasa, dan fasilitas, serta kategoriUniversitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
32 kategori khusus seperti pengaruh inflasi dan biaya kontingensi. Sehingga estimasi biaya merupakan pengukuran kuantitatif dari biaya yang paling mungkin untuk sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Gambar 2.3 estimate costs: Input, Tools & Technique, and Output Sumber: Project Management Institute, Inc, 2008 [69]
Menurut Asiyanto (Ir. Asiyanto, 2005), dalam sebuah proyek selalu terdapat 4 tahapan yang didalamnya terdapat tiga macam cost estimate berikut ini yakni [70]: a. Tahapan Evaluation and Planing Dalam tahapan ini, terdapat Preeliminary Estimate, dimana dalam tahap ini desain proyek belum ada tetapi baru ada dalam bentuk gagasan, sehingga pembiayaan proyek dihitung secara kasar (global). Estimasi ini berguna untuk analisis keputusan studi kelayakan (feasibility study). b. Tahapan Conceptual engineering Dalam tahapan ini terdapat semi detailed estimate, yang dihitung setelah desain dasar dari hal yang ingin dibangun tersebut telah ada, sehingga cost estimate proyek sudah dapat dihitung agak detail berdasarkan perkiraan kuantitas pekerjaan dan informasi harga satuan pada saat yang bersangkutan, namun belum dihitung berdasarkan metode konstruksi yang spesifik. c. Tahapan Detailed Engineering Informasi pada saat tahapan ini sudah lengkap, sehingga dapat dilakukan penyusunan definitive estimate. Dalam tahapan ini, gambar konstruksi telah ada,
sehingga
estimasi
biaya
dapat
dihitung
secara
detail
dengan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
33 mempertimbangkan metode konstruksi yang digunakan, kondisi lokasi proyek, penggunaan sumber daya, dsb. Pada tahapan ini, terdapat dua estimasi yang berbeda yakni owner estimate yang dibuat oleh owner dengan bid price yang diajukan oleh kontraktor. Keduanya menggunakan data yang sama tetapi memiliki tujuan yang berbeda. Untuk owner hal tersebut bertujuan untuk meminimalisasi biaya investasi, namun bagi kontraktor, harga tersebut diharapkan cukup untuk memberikan keuntungan bagi mereka. d. Tahapan Construction Dalam tahapan ini, pembangunan sedang berlangsung sehingga tidak perlu lagi dibuat estimasi pembiayaan.
Tujuan utama dari estimasi biaya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan sumber daya, biaya dan durasi proyek. Hasil dari estimasi biaya biasa juga disebut dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Pada dasarnya penyusunan RAB terdiri dari 3 bagian pokok materi (Trypuji Santoso, 2011)[71]: a. Kesatu: a) Membaca gambar rencana (tahap desain) b) Membuat daftar uraian pekerjaan secara berurutan b. Kedua: a) Menghitung volume tiap-tiap pekerjaan b) Membuat hsp c. Ketiga: a) membuat RAB (RAB = (volume x harga satuan pekerjaan) b) membuat rekapitulasi total (Engineer Estimate) Penentuan anggaran adalah proses pengumpulan atau penjumlah untuk perkiraan biaya pada suatu jenis kegiatan atau paket pekerjaan untuk mendapatkan harga dasar yang sesungguhnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
34
Gambar 2.4 Determine Budget: Inputs, Tools & Techniques, and Outputs Sumber: Project Management Institute, Inc, 2008 [72]
Cost budgeting berguna untuk mematok biaya pelaksanaan proyek atau memberikan batasan uang/dana yang tersedia untuk keperluan biaya proyek seperti; biaya bahan, upah, subkontraktor dan biaya proyek lainnya. (Asiyanto, 2010) [73] 2.4.2 Hal yang Membedakan Biaya Dalam Proyek Green Building Aspek material resources and cycle (MRC) yang terdapat pada sistem rating GREENSHIP berpengaruh pada kemungkinan perubahan biaya proyek. Hal ini disebabkan karena setiap tolok ukur memiliki metode tertentu untuk mencapai target yang ada. Berikut ini adalah rinciannya: a. Fundamental refrigerant (Prasyarat 1) Target
: mencegah pemakaian bahan perusak ozon (BPO) yang
mempunyai ozone depleting potential (ODP) sama atau lebih besar dari satu yang dapat merusak lapisan ozon di lapisan stratosfer. Metode
: pengadaan produk peralatan air conditioning berspesifikasi non-
CFC dan sistem pemadam kebakaran non-halon b. Building and material reuse (MRC 1) Target
: mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat
mengurangi limbah pada pembuangan akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material. Metode
:
a) Mengambil foto/gambar material bekas yang terpasang pada elemen gedung,
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
35 b) Menghitung dan mengonversi harga lama material sesuai harga yang paling baru. c. Environmentally process product (MRC 2) Target
: menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan
bahan baku dan proses produksi yang ramah lingkungan. Metode
:
a) Pengadaan material bersertifikat ISO 14001 dengan surat pengantar barang terlampir dari supplier b) Pengadaan material hasil daur ulang c) Pengadaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek kurang dari 10 tahun. d) Menghitung perbandingan biaya total material bersertifikat terhadap total biaya material. e) Menghitung perbandingan biaya total material hasil daur ulang terhadap total biaya material. f) Menghitung perbandingan biaya total material yang berbahan baku dari sumber daya terbarukan terhadap total biaya material d. Non-ODS usage (MRC 3) Target
: menggunakan bahan dengan zero ODP
Metode
: sama seperti fundamental refrigerant, yaitu pengadaan peralatan
air conditioning dan sistem pemadam kebakaran dengan zero ODP. e. Certified wood (MRC 4) Target
: menggunakan bahan baku yang dapat dipertanggungjawabkan
asal-usulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Metode
:
a) Menggunakan kayu bersertifikat legal sesuai peraturan pemerintah b) Menggunakan kayu bersertifikasi internasional c) Menghitung
perbandingan
biaya
material
kayu
bersertifikat
legal
pemerintah terhadap total biaya kayu d) Menghitung perbandingan biaya material kayu bersertifikat LEI atau FSC terhadap total biaya kayu f. Modular design (MRC 5)
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
36 Target
: meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan
mengurangi sampah konstruksi Metode
:
a) Menggunakan material siap pakai, yang sudah difabrikasi di pabrik supplier-nya. b) Menghitung perbandingan biaya material modular terhadap total biaya material. g. Regional material (MRC 6) Target
: mengurangi jejak karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi
dalam negeri. Metode
:
a) Menggunakan material yang tempat fabrikasi atau lokasi bahan bakunya ada pada radius 1000 km dari proyek atau setidaknya berada di dalam negeri Indonesia. b) Menghitung perbandingan biaya material yang berada dalam radius 1000 km terhadap biaya total material c) Menghitung perbandingan biaya material yang berada dalam wilayah Republik Indonesia. Peningkatan biaya konstruksi pada green building sudah terjadi pada contoh pembangunan gedung lain yang dikerjakan oleh kontraktor yang sama dengan kontraktor yang menangani pembangunan Gedung Jasamarga. Berikut adalah rincian garis besarnya.
Tabel 2.7 Data Kenaikan Biaya Pembangunan DAHANA Kode Rating
Teknologi Green Building yang Teraplikasi
Konvensional
RAB Tambah
% Prosentase
ASD-3
Fasilitas Jalur Pedestrian
Rp0
Rp724.804.338
1,85
ASD-4
Parkir Sepda dan shower
Rp0
Rp17.400.000
0,04
EEC-1
Stopsol dan Ceramic Glass
Rp560.022.224
Rp902.430.513
0,87
EEC-1
AC sistem water coo
Rp1.042.413.080
Rp2.088.000.000
2,66
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
37 Tabel 2.8 (Sambungan) Kode Rating
Teknologi Green Building yang Teraplikasi
Konvensional
RAB Tambah
% Prosentase
EEC-2
Lux dan Motion Sensor
Rp0
Rp612.304.000
1,56
WAC-3
Water Recycling
Rp288.643.200
Rp568.127.313
0,71
WAC-6
Rp0
Rp550.000.000
1,40
Rp2.513.236.138
Rp4.526.490.549
5,13
MRC-4
Sensor dan Control Irigasi Penggunaan Material Daur Ulang Kayu Bersertifikat Legal dan FSC
Rp179.152.584
Rp338.196.839
0,41
IHC-1
CO2 Monitoring
Rp0
Rp184.800.000
0,47
Biaya Total Material
Rp4.583.467.226
Rp10.512.553.552
15,10
MRC-2
Sumber: Data Pembangunan Gedung Dahana [74]
Pada tabel di atas terlihat bahwa aspek material resources and cycle memiliki peningkatan biaya sebesar 4,91% dibandingkan dengan biaya pembangunan konvensional, sebelum diubah menjadi green building.
2.5
Kerangka Berpikir Dan Hipotesa
2.5.1 Kerangka Berpikir Kerangka
berfikir
dalam
penelitian
ini
adalah
diawali
adanya
permasalahan, yaitu pembangunan yang tidak ramah lingkungan, kerusakan lingkungan, kebutuhan produk dan material yang ramah lingkungan, munculnya standar green building, maraknya pembangunan green building, dan terdapat aspek material resources and cycle. Dengan adanya permasalahan, maka muncul rumusan masalah, yaitu Faktor apa saja di dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya konstruksi pada pembangunan green building dan Seberapa besar pengaruh penerapan material resources and cycle terhadap peningkatan biaya proyek pada green building apabila dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Dengan menggunakan studi literatur mengenai green building, aspek material resources and cycle, dan biaya konstruksi. Selanjutnya melakukan strategi penelitian yaitu melakukan survey lapangan dan studi kasus pada suatu
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
38 proyek pembangunan yang berkonsep green building. Pada akhirnya didapatkan hipotesa untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Hipotesanya adalah Faktor environmentally process product, certified wood, dan
modular design
mempengaruhi perubahan biaya dan Pengaruh penerapan aspek MRC dalam proyek green building adalah sekitar 6%.
Permasalahan: 1. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan 2. Kerusakan lingkungan 3. Kebutuhan produk dan material yang ramah lingkungan 4. Muncul standar green building 5. Mulai marak pembangunan berkonsep green building 6. Terdapat aspek material resources and cycle pada standar green building
Rumusan Masalah: 1. Faktor apa saja dalam aspek material resources and cycle yang berpotensi menaikan biaya konstruksi dalam pembangunan green building. 2. Seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek material resources and cycle dalam green building terhadap besarnya biaya proyek apabila dibandingkan dengan konvensional building.
Studi Literatur: 1. Green Building 2. Aspek Material resources and cycle 3. Biaya Konstruksi
Strategi Penelitian 1. Survei Lapangan 2. Studi Kasus proyek pembangunan gedung berkonsep green building
Hipotesa : -Faktor environmentally process product, certified wood, dan modular design mempengaruhi perubahan biaya -Pengaruh penerapan aspek MRC dalam proyek green building adalah sekitar 5%
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir Sumber: Hasil Olahan Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
39
2.5.2 Hipotesa Berdasarkan data literatur, faktor-faktor yang memiliki kemungkinan memberikan dampak peningkatan biaya proyek pada aspek material resources and cycle (MRC) adalah environmentally process product, certified wood, dan modular design. MRC menyumbang peningkatan sekitar 5% secara keseluruhan. Secara tidak langsung dapat diketahui bahwa kemungkinan tidak semua faktor pada aspek MRC dalam green building akan mengalami peningkatan biaya dibandingkan dengan pembangunan konvensional.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Pendahuluan Pada bab ini akan dijabarkan mengenai metodologi penelitian dan teknik
penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan. Yang akan dibahas di dalam bab 3 adalah Pendahuluan, Pemilihan Strategi Penelitian, Proses penelitian yang terdiri dari Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, dan Analisa Data, serta Kesimpulan.
3.2
Pemilihan Strategi Penelitian Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode
penelitian, yaitu jenis pertanyaan yang diajukan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti, dan fokus terhadap peristiwa yang berjalan atau yang baru diselesaikan (Yin, 2002). [75] Berikut ini adalah tabel strategi penelitian berdasarkan teori Robert K Yin:
Tabel 3.1 Tabel Strategi Penelitian Strategi
Jenis pertanyaan yang digunakan
Kendali terhadap peristiwa yang diteliti
Eksperimen Survey
Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar, Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa
Ya Tidak
Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan / baru diselesaikan Ya Ya
Tidak
ya / tidak
Tidak Tidak
Tidak Ya
Analisa Arsip Sejarah Studi kasus
Sumber : Yin, 2002 [76]
Berdasarkan teori metode penelitian yang diperlihatkan pada tabel di atas, maka strategi penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah strategi metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan untuk
40 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
41
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya (Sugiyono, 2009). [77]
3.3
Proses Penelitian Melakukan penelitian yang bersifat ilmiah, memerlukan tahapan-tahapan
atau yang lebih dikenal dengan proses penelitian. Proses penelitian disesuaikan dengan paradigma penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini dilakukan secara bersama (joint research) dengan berbagai aspek yang ada pada green building sesuai dengan GREENSHIP v1.0. Urutan proses penelitian yang akan dilakukan adalah a. Survey pendahuluan Mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui literatur dan diskusi dengan dosen pembimbing. b. Identifikasi masalah Mencari latar belakang dari permasalahan yang dipilih sebagai topik penulisan, dalam hal ini penulis memilih pengaruh penerapan aspek material resources and cycle
dalam
green building terhadap biaya konstruksi dibandingkan
dengan konvensional building. c. Menetapkan tujuan
Setelah menetapkan topik, selanjutnya menetapkan tujuan penelitian, yaitu hal apa saja yang akan didapatkan di akhir penelitian. d. Persetujuan Pembimbing Persetujuan pembimbing adalah tahapan penting untuk meneruskan penelitian, apabila pembimbing tidak menyetujui, maka dimulai kembali dari langkah pertama. e. Mencari informasi Penelitian ini dilakukan dengan cara survey dan studi kasus. Namun sebelumnya, penulis mencari informasi dari literatur. f. Pelaksanaan penelitian Penelitiaan ini dilaksanakan dengan cara survey, yaitu melakukan penyebaran kuisoner dan studi kasus pada suatu proyek pembangunan green building. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
42
g. Pengumpulan dan pengolahan data-data Data-data yang harus dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data umum dan teknis, spesifikasi material, biaya proyek dari pengadaan. Sementara untuk data sekunder, didapatkan dari data-data kuisioner. h. Analisa data Setelah mendapatkan data primer dan sekunder, maka penulis melakukan analisa terhadap keseluruhan data. i. Membuat Kesimpulan Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah diagram alir yang mengambarkan alur penelitian tersebut:
Survey Pendahuluan Identifikasi Masalah Menetapkan Tujuan Penelitian Persetujuan Pembimbing
YA
TIDAK
Mencari informasi Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan dan pengolahan data Analisa Data Membuat Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Sumber: Hasil Olahan
3.3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau suatu kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Variabel Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
43
dapat dibedakan menjadi lima jenis (Sugiyono, 2009) [78], yaitu: a. Variabel Independen (bebas), variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel Dependen (terikat), variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator, variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. d. Variabel Intervening, variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur. e. Variabel Kontrol, variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Yang menjadi variabel dan sub variabel pada penelitian ini adalah kategori-kategori dan tolok ukur dari aspek material resources and cycle pada green building. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel yang ada terhadap peningkatan biaya proyek pada green building.
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
NO
Variabel
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
Sub Variabel X1.1
Indikator
Penggunaan refirigeran nonCFC dan pemadam kebakaran nonhalon
Referensi (Green Building Council Indonesia, 2010) PerMen Perindustrian RI No 33/MIND/PER/4/2007
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
44
Tabel 3.2 (Sambungan) NO
Variabel
X2
MRC 1 (building and material reuse)
Sub Variabel
X2. 1
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
Indikator
Referensi
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan
(Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC
Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan
X3. 1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
X3. 2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun)
Senilai 5% dari total biaya material
X3. 3
Minimal 2% dari total biaya material
(Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO 14001 Certification, 2005) (Howe, 1997) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010)
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
45
Tabel 3.2 (Sambungan) NO
Variabel
Sub Variabel
X4
MRC 3 (NonODS usage)
X4.1
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan
X.5
MRC 4 (Certified wood)
X5.1
Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Sebesar 100% biaya total material kayu
X5.2
Indikator
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal
X.6
MRC 5 (Modular Design)
X6.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Sebesar 30% dari total biaya material
X.7
MRC (Regional Material)
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai total material
50% biaya
Mencapai total material
80% biaya
6
X7.2
Referensi (Green Building Council Indonesia, 2010) Per Men Perindustrian RI Nomor 33/MIND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007)
(Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010)
(Green Building Council Indonesia, 2010)
Sumber: Hasil Olahan
3.3.2 Instrumen Penelitian Variasi jenis instrumen penelitian adalah, angket, ceklis (check-list), atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 1998) [79].
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
46
Instrumen pada penelitian ini digunakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama melakukan wawancara dengan pakar yang memahami dan mengerti aspek material resources and cycle dalam green building. Pada tahap pertama, wawancara menggunakan instrumen kuisoner dengan tipe kuisoner terbuka. Kuisoner merupakan serangkaian pertanyaan yang dikirimkan per pos atau diserahkan pada responden guna diisi (Dajan, 1973) [80]. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang cara menjawabnya dengan menggunakan keleluasaan kalimat responden. Pada tahap kedua, peneliti menggunakan kuisoner untuk survey seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel penelitian. Kuisoner yang digunakan adalah tipe kuisoner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang cara menjawabnya telah disediakan sehingga responden bisa menjawab dengan mengisi atau mencentang atau memilih jawaban yang telah disediakan. Kuisoner tahap 1 digunakan untuk pengambilan data berupa komentar dan tanggapan dari pakar material resources and cycle untuk validasi variabel dan subvariabel penelitian. Hasil validasi tersebut digunakan pada kuisoner tahap 2. Pakar menurut Kamus Bahasa Indonesia Online adalah ahli atau spesialis, sehingga pakar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang ahli dalam bidang green building secara umum dan material resources and cycle secara khusus baik sebagai akademisi maupun praktisi yang telah berpengalaman dalam bidang konstruksi. Dalam menganalisa data numerik kuisioner tahap 1 digunakan skala nominal yakni merupakan skala yang paling lemah diantara keempat skala pengukuran tersebut. Skala nominal membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Sehingga kita boleh mengklasifikasikan (menyebut) barang-barang yang dihasilkan pada suatu proses dengan predikat cacat atau tidak cacat Skala nominal biasanya juga digunakan bila kita berminat terhadap jumlah benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori nominal.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
47
Tabel 3.3 Kuisoner Tahap 1
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X1.1 Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran nonhalon
minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa X2.1 bahan struktur utama, fasad, minimal 20% total plafon, lantai, partisi, kusen, dan biaya material baru dinding yang bersangkutan
Tidak
Komentar dan tanggapan
(Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008)
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
48
Tabel 3.3 (Sambungan) NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
X4
MRC 3 (NonODS usage)
Tidak
Komentar dan tanggapan
X3.1 Penggunaan material yang Minimal bernilai (Green Building bersertifikat ISO 14001 terbaru 30% dari total Council Indonesia, dan/atau sertifikasi lain yang setara. biaya material. 2010) (ISO 14001 Certification, 2005) (Howe, 1997) X3.2 Penggunaan material yang Senilai 5% dari (Green Building merupakan hasil daur ulang total biaya material Council Indonesia, 2010) X3.3 Penggunaan material yang bahan Minimal 2% dari (Green Building baku utamanya berasal dari sumber total biaya material Council Indonesia, daya terbarukan dengan masa panen 2010) jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak (Green Building ozon pada seluruh sistem bangunan Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
49
Tabel 3.3 (Sambungan) Faktor Yang Berpengaruh NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi Ya
X.5
MRC 4 (Certified wood)
X5.1
Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
Sebesar 100% biaya total material kayu
(Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007)
X5.2
Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal
(Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007)
X.6
MRC 5 (Modular Design)
X6.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Sebesar 30% dari total biaya material
X.7
MRC 6 (Regional Material)
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai 50% total biaya material
(Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010)
Mencapai 80% total biaya material
(Green Building Council Indonesia, 2010)
X7.2
Tidak
Komentar dan tanggapan
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
50
Kuisoner tahap 2 digunakan untuk pengambilan data berupa survey berpengaruh atau tidaknya variabel dan subvariabel penelitian. Pada kuisoner tahap 2 ini terdapat range nilai untuk setiap subvariabel, mulai dari angka 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh. Responden untuk kuisoner tahap 2 adalah personil pada proyek atau manajemen kantor yang menaungi proyek pembangunan green building. Untuk kuisioner tahap 2, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data). (Daniel, 1989) [81] Selain kuisioner, digunakan pula software microsoft excel yang akan membantu perhitungan hasil kuisioner serta pengolahan data guna mengetahui besaran perbandingan biaya.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
51
Tabel 3.4 Kuisoner Tahap 2
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X1.1 Penggunaan refirigeran nonCFC dan pemadam kebakaran non-halon
Minimal 10% total material baru bersangkutan Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun X2.1 tempat lain, berupa bahan Minimal 20% total struktur utama, fasad, plafon, material baru lantai, partisi, kusen, dan bersangkutan dinding
biaya yang
biaya yang
2
3
4
5
(Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
52
Tabel 3.4 (Sambungan)
NO
Variabel
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X4
MRC 3 (Non-ODS usage)
2
3
4
5
X3.1 Penggunaan material yang Minimal bernilai 30% dari (Green Building bersertifikat ISO 14001 total biaya material. Council Indonesia, 2010) terbaru dan/atau sertifikasi (ISO 14001 lain yang setara. Certification, 2005) (Howe, 1997) X3.2 Penggunaan material yang Senilai 5% dari total biaya (Green Building merupakan hasil daur ulang material Council Indonesia, 2010) X3.3 Penggunaan material yang Minimal 2% dari total biaya (Green Building bahan baku utamanya berasal material Council Indonesia, 2010) dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan (Green Building perusak ozon pada seluruh Council Indonesia, 2010) sistem bangunan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
53
Tabel 3.4 (Sambungan) NO
Variabel
X.5
MRC 4 (Certified wood)
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi
1 X5.1
X5.2
Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
Sebesar 100% material kayu
biaya
total
Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal
3
4
(Irland, 2007)
(Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007)
(Irland, 2007)
X.6
MRC 5 (Modular Design)
X6.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Sebesar 30% dari total biaya material
X.7
MRC 6 (Regional Material)
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai 50% total biaya material
(Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010)
Mencapai 80% total biaya material
(Green Building Council Indonesia, 2010)
X7.2
2
(Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007)
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
5
54
3.3.3 Pengumpulan Data Kegiatan
pengumpulan
data
pada
prinsipnya
merupakan
kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 1997)[82]. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yakni data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar, maupun jawaban dari responden yang adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dalam konstruksi green building. Terdapat dua tahapan dalam pengumpulan data primer, pada tahap pertama, wawancara menggunakan instrumen kuisoner dengan tipe kuisoner terbuka. Pada tahap kedua, peneliti menggunakan kuisoner untuk survey seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel penelitian. Sebelum melakukan tahap kedua, peneliti melakukan pilot survey untuk mengetahui ketepatgunaan kuisoner. Sementara untuk data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari literatur, jurnal maupun laporan akhir suatu proyek. Yang termasuk data sekunder adalah: a. Dokumen, data teknis dan gambar kerja proyek green building Y. b. Keterangan
langsung dari pelaksana di lapangan. Praktisi konstruksi yang
sedang mengerjakan proyek serupa ataupun yang memiliki pengalaman di bidangnya, maupun pakar yang mengerti tentang penerapan green building. Setelah semua tahapan penelitian dilakukan, maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji validitas dan realibitas hasil penelitian tersebut dengan cara : a. Uji validitas, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument digunakan untuk mengukur atribut A dan ternyata mampu memberikan informasi tentang A maka instrument tersebut dinyatakan valid. Suatu alat ukur yang valid, tidak hanya sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, namun juga harus mampu memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pada peneltian ini digunakan program SPSS ver. 20 untuk melakukan uji validitas. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
55
b. Uji reliabilitas menyangkut konsistensi alat ukur penelitian. Dikatakan dapat terpercaya jika alat ukur tersebut mantap, stabil dapat diandalkan dan dapat diramalkan sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Uji realibilitas dilakuakn dengan menggunakan metode koefisien alpha cronbach dengan program SPSS. Menurut Sekaran (2003), jika koefisien realibilitas hasil perhitungan menunjukkan angka = 0.6 maka dapat disimpulkan instrument yang bersangkutan dinyatakan reliable (Adikusumo, 2010). [83]
3.3.4 Analisa Data Adapun proses analisa data yang akan dilakukan adalah a. Analisa tahap 1, menggunakan delphi method Metode delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuesioner tang tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsesus yang paling reliable dari sebuah grup ahli. Pendekatan delphi memiliki tiga grup yang berbeda yakni: pembuat keputusan, staf dan responden. Pembuat keputusan akan bertanggung jawab terhadap keluaran dari kajian delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data, dan merevisi kuesioner yang diperlukan. (Ario, 2010)[84] Prosedur delphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini: a) Anonymous (mengabaikan nama) Metode ini tidak mengijinkan anggota komite mengetahui satu sama lain untuk mencegak kemungkinan keberpihakan pada salah satu opini sesorang atau dominasi panelis. Hal ini membuat keaslian dari suatu ide dapat berubah tanpa dipengaruhi satu sama lain, yang masing-masingnya beropini secara independen. b) Iterasi dengan feedback terkontrol Hal ini bertujuan untuk mencegah anggota komite membuat keputusan hanya berdasarkan opini pribadi. Interaksi diantara anggota komite menggunakan kuisioner sebagai media, memungkinkan mereka mengetahui posisi dalam pengumpulan opini, apakah mendukung atau menolak argumen, yang harus Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
56
bekerja dalam tujuan awal tanpa dipengaruhi tujuan individu. Dalam setiap putaran metode delphi ada ringkasan yang memuat masukan sebagai respon dari kuisioner yang disebarkan. c) Respon kelompok secara statistik Hal ini diperlukan untuk mengukur derajat perbedaan opini yang mungkin ada dalam komite, yang dapat pula berupa istilah misalnya median, mean, standar deviasi, dsb. Prosedur metode delphi adalah mengembangkan pertanyaan delphi, memilih dan kontak dengan responden, memilih ukuran contoh, mengembangkan kuisioner dan test, analisis kuisioner, pengembangan kuisioner dan test, menyiapkan laporan akhir. Keungulan metode delphi apabila dibandingkan dengan metode yang lain adalah: a) Metode delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya. b) Masing-masing
responden
memiliki
waktu
yang
cukup
untuk
mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner. c) Menghindari tekanan sosial psikologis d) Perhatian langsung pada masalah e) Memenuhi kerangka kerja f) Menghasilkan catatan dokumen yang tepat.
b. Analisa tahap 2, menggunakan deskriptif analisis (statistik), Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar (Walpole, 1993) [85]. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. (Sugiarto, 2002).[86] Biasanya parameter yang digunakan dalam metode ini adalah mean, modus, frekuensi, persentase, dsb. Analisis deskriptif berusaha mengubah kumpulan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
57
data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dimengerti. Dalam metode analisis deskriptif, nilai ini bisa diwakili oleh: a) Mean Mean adalah nilai rata-rata dari observasi suatu variabel dan merupakan jumlah semua observasi dibagi jumlah observasi. b) Median Mengukur nilai tengah dari data yang telah diurutkan nilai-nilainya dari kecil ke besar, kemudian membaginya secara seimbang di tengah. Median merupakan cara lain mencari nilai yang dapat mewakili sejumlah data yang terkumpul. c) Modus Modus menggambarkan nilai yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi terbanyak. d) Tabel Frekuensi Dalam Tabel frekuensi, data dikelompokkan atau dirigkas dalam bentuk format tabel yang terdiri atas kolom dan baris yang menggambarkan jumlah respon
untuk
tiap
kategori
dari
suatu
variabel.
Tabel
tersebut
,mengelompokkan jawaban responden yang sama dalam satu kategori agar memberikan hasil yang mudah dipahami. e) Persentase Persentase memberikan gambaran mudah guna membandingkan atau mengetahui data terbanyak dalam satuan per seratus (%). f) Diagram Diagram memberikan gambaran visual penyajian data agar lebih mudah dipahami. Dalam penelitian ini, analisa deskriptif yang digunakan hanyalah mean dari tiap data yang dianalisa menggunakan program SPSS ver. 20.
c. Analisa tahap 3 Metode yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarcy Process), yaitu metode yang digunakan untuk mengambil keputsan yang sifatnya kompleks dan di dalamnya terdapat ketergantungan dan pengaruh yang dianalisa terhadap keuntungan, peluang, biaya dan resiko. Pada penelitian ini, AHP Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
58
digunakan untuk melihat tingkat pengaruh dari masing-masing indikator dari variabel yang termasuk dalam aspek material resources and cycle (MRC) terhadap perubahan biaya konstruksi green building. Terdapat empat prinsip dasar AHP, yaitu a) Decomposition Memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya b) Comparative Judgement Pemberian penilaian terhadap elemen-elemen dalam bentuk matriks c) Synthesis Theory Menentukan prioritas dari data matriks yang telah dibuat (pairwise comparison) d) Logical Consistency Menentukan apakah matriks yang dibuat serta prioritas yang ada konsisten atau tidak. Untuk mengetahui konsistensi matriks harus diketahui nilai CR (consistency ratio), dimana matriks dikatakan konsisten apabila CR < 10%.
3.4
Kesimpulan Berdasarkan studi literatur dan rumusan masalah yang ada, penelitian ini
menggunakan metode survey dan studi kasus , dengan instrumen penelitian wawancara menggunakan kuisoner. Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah dokumen, data teknis dan gambar kerja, keterangan pakar dan pelaksana lapangan, serta literatur. Untuk menganalisa data digunakan delphi method, deskriptif analisis, dan analisa studi kasus.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1
Pendahuluan Dalam BAB 4 ini akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data tahap
validasi pakar dan responden , proses analisa data-data yang berhasil dikumpulkan, mulai dari analisa statistik dengan bantuan software SPSS versi 20, serta analisa studi kasus pada proyek termasuk gambaran umum proyek yang akan dijadikan objek studi kasus.
4.2
Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dilakukan 3 (tiga) tahap pengumpulan data yang
bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tahap pertama, peneliti melakukan validasi variabel penelitian menggunakan instrumen penelitian kuisioner tahap pertama kepada pakar green building. Tahap kedua dilakukan pilot survey untuk uji coba isi kuisioner sebelum akhirnya kuisioner tahap kedua disebar pada responden yang sebenarnya. Tahap ketiga adalah pengumpulan data pada proyek pembangunan green building yang dijadikan objek studi kasus.
4.2.1 Pengumpulan Data Tahap Pertama Berdasarkan tinjauan pustaka seperti pada bab 2 dan metode penelitian pada bab 3, diperoleh beberapa variabel yang diturunkan menjadi beberapa subvariabel yang masing-masing memiliki indikator. Pengumpulan data tahap pertama ini ditujukan kepada orang orang yang menguasai hal-hal terkait green building secara baik. Seluruh variabel tersebut divalidasi kepada pakar agar didapatkan variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk kemudian dimasukkan ke dalam kuisioner tahap kedua. Pakar dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang dan berasal dari instansi yang berbeda. Pakar green building tersebut telah disertifikasi sebagai Greenship Professional (GP) oleh GBCI ataupun sebagai tim rating analyst sistem rating GREENSHIP. Mengingat lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga perwakilan GBC Internasional di Indonesia belum lama berdiri, maka ada diantara lima pakar tersebut yang masih memiliki pengalaman kurang dari 5 (lima) tahun. Meskipun memiliki pengalaman kurang dari lima tahun, 59 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
60
mereka dapat dipastikan memahami green building secara mendalam dan memiliki latar belakang pendidikan S2, sedangkan pakar yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun adalah pengalaman di dunia konstruksi dan sejak berdirinya GBCI, baru disertifikasi sebagai seorang GP.
Tabel 4.1 Profil Pakar No 1 2 3 4 5
Nama Ridho Haqi Nana Arthana Ni Made Sasanti Yanu Aryani Dian Fitria
Instansi Pengalaman Pendidikan PT. Pertamina (Persero), Tbk. 4 tahun S1 PT. Artefak Arkindo 16 tahun S1 PT. PP (Persero), Tbk 21 tahun S1 Green Building Council Indonesia 2 tahun S2 Green Building Council Indonesia 2,5 tahun S2
Sumber: Hasil Olahan
Berdasarkan hasil validasi dari kelima pakar tersebut , Tujuh variabel awal tereduksi menjadi lima variabel. Berikut ini adalah hasil validasi subvariabel.
Tabel 4.2 Variabel setelah divalidasi pakar NO
Variabel
X.2
MRC 1 (building and material reuse)
X.3
MRC (Environmentally Process Product)
Sub Variabel
2
X.1.1
X.2.1
Indikator
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
61
Tabel 4.3 (Sambungan) NO
Variabel
X.5
MRC 4 (Certified wood)
Indikator
Sub Variabel X.5.1
Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
Sebesar 100% biaya total material kayu
X.5.2
Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai 50% total biaya material
X.6
MRC 5 Design)
(Modular
X.6.1
X.7
MRC 6 Material)
(Regional
X.7.1
X.7.2
Mencapai 80% total biaya material
Sumber: Hasil Olahan
4.2.2 Pengumpulan Data Tahap Kedua Setelah validasi pakar, tahap selanjutnya adalah menyebarkan dan mengumpulkan data menggunakan kuisioner sifat tertutup kepada responden sebagai pilot survey. Hal ini dilakukan untuk penelitian pendahuluan untuk menguji keefektifan dari metode survey yang digunakan serta untuk melihat apakah responden dapat memahami isi dari kuisioner sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Peneliti menyebarkan kuisioner dengan bertatap muka langsung responden yang merupakan praktisi proyek yang berasal dari instansi yang berbeda. Jumlah responden untuk pilot survey tidak harus banyak tetapi harus cukup mewakili karakteristik responden. Berikut ini adalah profil responden pilot survey.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
62
Tabel 4.4 Data Responden Pilot Survey No
Nama
Jabatan pada proyek
Perusahaan
Pengalaman (tahun)
Pen
1
A.Syauqi
Engineer
PT. Waskita Karya
15
S1
2
Agus Ruliyanto
Kepala Lapangan
PT. Waskita Karya
7
S1
3
Anggraeni
Staff Engineer
1
S1
4
Yucizar Fadli
Komersial
12
S1
5
Anastasya Yolanda
Staff Teknik
PT, Waskita Karya PT Wijaya Karya (Persero), Tbk PT Wijaya Karya (Persero), Tbk
2,5
S1
6
Ali Abrar Sitepu
Kepala Engineering
PT WIKA Gedung
4
S1
7
Fajril Lubab
PT WIKA Gedung
21
S1
8
Juniar Bakti
Manajer Proyek Site Engineering Manager
PT PP (Persero), Tbk
5
S2
9
M.W.Prayogi
Staff Engineer
1
S1
Ade Tauhid
Project Manager
PT PP (Persero), Tbk PT Lemtek Konsultan Indonesia
25
S1
10
Sumber: Hasil Olahan
Responden mengisi kuisioner, memberikan komentar mengenai kalimat dan isi variabel, subvariabel, serta indikator. Dari hasil pilot survey, beberapa responden memberikan masukan mengenai range nilai untuk skala rating 1 sampai 5 yang terdapat pada kuisioner. Dibutuhkan patokan besaran secara pasti yang dapat mewakili nilai 1 sampai 5. 4.2.3 Pengumpulan Data Tahap Ketiga Setelah melakukan tahap pilot survey, selanjutnya dilakukan survey menggunakan kuisioner dengan variabel yang telah divalidasi dan diperbaiki. Responden yang menjadi objek adalah personil pada proyek yang sedang dalam tahap kostruksi. Posisi personil proyek tersebut diantaranya seperti analyst, site engineer manager, site operational manager, general supervisor, quantity surveryor, quality control, konsultan dan sebagainya yang berasal dari instansi yang beragam. Melalui penyebaran kuisioner secara langsung dan email kepada responden di daerah Jakarta, terkumpul sebanyak 37 kuisioner yang selanjutnya hanya tersisa 31 kuisioner yang dapat diolah. Hal ini disebabkan proses pengecekan data responden yang tidak sesuai dengan jabatan yang diinginkan, sehingga dapat
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
63
diketahui tingkat pengembalian kuisioner sebesar 83,78%. Data 31 responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Data Responden Responden
Jabatan
Pengalaman Kerja (th)
Pendidikan Terakhir
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31
Pengelola Teknis Site Operational Management Pengelola Teknis Staf Teknik Engineer ME Jabatan Fungsional sbg Pengelola Teknis Site Engineering Manager Site Operational Manager Quality Control Site Engineering Manager GSP GP dan ME Team Leader dan GP Konsultan Site Engineering Manager Manager QC Site Operational Manager Kepala Lapangan HSE Site Engineer Site Engineer Engineering Pengendalian Operasional Proyek Engineer GSP QS Site Engineer Site Manager Site Manager Staf Teknik Site Engineer Manager
25 12 25 3 4 29 5 25 4 7 18 24 20 19 15 8 15 7 7 4 10 10 14 5 12 6 7 7 6 2 15
s2 s1 s2 s1 s1 s2 s1 s1 s1 s1 d3 s1 s1 s1 s1 s1 s1 s1 s1 s2 s1 s1 s1 s1 d3 s1 s1 s1 s1 s1 s1
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
64
4.3
Analisa Data
4.3.1 Analisa Data Kuisioner 4.3.1.1 Uji Data Responden a. Uji Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengujian data responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir dibagi menjadi tiga kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Pendidikan Terakhir S2 D3 10% 10%
S1 80%
Gambar 4.1 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Olahan
Setelah dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka selanjutnya dilakukan uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS versi 20. Hipotesis yang diusulkan untuk uji Krusian Wallis adalah : H0= Tidak ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar pendidikan reponden yang berbeda H1= Ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar jabatan responden yang berbeda Pengambilan keputusan Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
65
a) Berdasarkan probabilitas : Ho = Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima H1 = Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak b) Berdasarkan nilai Chi-Square : Ho = Jika statistic hitung < statistik tabel, maka Ho diterima H1 = Jika statistic hitung > statistic tabel, maka Ho ditolak Output data hasil uji Kruskal Wallis untuk data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Test Statistics Chi-Square df Asymp. Sig.
X.1.1.1 ,816
X.1.1.2 2,384
X.2.1 1,280
X.3.1 1,819
X.3.2 1,947
X.4.1 1,283
X.5.1 1,206
X.5.2 1,331
2
2
2
2
2
2
2
2
,665
,304
,527
,403
,378
,526
,547
,514
Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 2, maka nilai Chi-Square adalah 5,99. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda.
b. Uji Data Responden Berdasarkan Jabatan Pengujian data responden berdasarkan jabatan dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Pengelompokan jabatan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
66
Tabel 4.7 Kelompok Jabatan Responden Kelompok Jabatan 1 Staff Teknik, Engineer ME, Engineer, Quality Control, Quantity Surveyor 2 3 4 5 6
Site Operational Manager, Kepala Lapangan, Site Engineer Manager, Manager QC, Pengendali Operasional Proyek, Construction Manager Site Engineer Pengelola Teknis GSP Konsultan, Team Leader, dan Greenship Professional (GP)
Sumber: Hasil Olahan
Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Jabatan Responden 6 29%
5 24%
1 5% 2 9%
3 14% 4 19%
Gambar 4.2 Grafik Penyebaran Responden berdasarkan Jabatan Sumber: Hasil Olahan
Setelah membagi enam kelompok jabatan, selanjutnya dilakukan uji KruskalWallis dengan hasil output yang dapat terlihat seperti pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
67
Tabel 4.8 Test Statistics Jabatan Chi-Square df Asymp. Sig.
X.1.1.1 2,690
X.1.1.2 5,862
X.2.1 5,503
X.3.1 5,811
X.3.2 6,123
X.4.1 2,610
X.5.1 2,620
X.5.2 5,764
5
5
5
5
5
5
5
5
,748
,320
,358
,325
,294
,760
,758
,330
Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan jabatan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki jabatan pekerjaan yang berbeda.
c. Uji Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Pengujian data responden berdasarkan pengalaman kerja dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah grafik penyebaran jumlah responden pengalaman kerja.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
68
Pengalaman Kerja (thn) >25 3% 0-5 23%
21-25 13%
16-20 10%
11-15 19%
6-10 32%
Gambar 4.3 Grafik Penyebaran Data Responden berdasarkan Pengalaman Kerja Sumber: Hasil Olahan
Hasil uji Kruskal-Wallis untuk uji data responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Test Statistic Pengalaman Kerja Chi-Square df Asymp. Sig.
X.1.1.1 2,640
X.1.1.2 5,035
X.2.1 6,314
X.3.1 5,324
X.3.2 8,516
X.4.1 1,231
X.5.1 5,184
X.5.2 5,210
5
5
5
5
5
5
5
5
,755
,412
,277
,378
,130
,942
,394
,391
Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan pengalaman kerja, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
69
4.3.1.2 Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas Dengan menggunakan software SPSS ver. 20, dilakukan pengujian validitas dan realibilitas data-data yang didapatkan. Terdapat dua prasyarat untuk menyatakan suatu instrumen dinyatakan valid dan realible, yaitu dinyatakan valid ketika instrumen mampu mengukur apa yang harus diukur dan dikatakan reliable ketika menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun digunakan untuk mengukur berkali-kali. Hasil pengukur yang dilakukan berulang kali menghasilkan hasil yang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat realibilitas yang baik.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Indikator X.2.1.1 X.2.1.2 X.3.1 X.5.1 X.5.2 X.6.1 X.7.1 X.7.2
R hitung 0,821 0,811 0,849 0,934 0,802 0,798 0,826 0,837
R tabel 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Olahan dari Data Hasil SPSS ver. 20
Untuk mengukur valid dan tidaknya dari 8 variabel yang ada, nilai r hitung harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasarkan nilai responden yang berjumlah 32 responden didatakan nilai r tabel yaitu = 0,355. Pada tabel di atas dapat dilihat semua variabel bersifat valid. Tabel output uji validitas dapat dilihat di lampiran 6.
b. Uji Realibilitas Output data pada program SPSS ver. 20 saat uji realibilitas memperlihatkan seluruh data input dinyatakan valid 100%. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
70
Tabel 4.11 Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total
31 0 31
% 100,0 0,0 100,0
Sumber: Hasil olahan SPSS ver. 20
Untuk uji realibilitas, seluruh indikator dinyatakan realible, hal ini dapat dilihat dari nilai alpha cronbachnya. Nilai Alpha Cronbach pada uji realibilitas menunjukkan angka 0,935.
Tabel 4.12 Realibility Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,935 8 Sumber: Hasil olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel realibilitas, nilai Alpha Cronbach sebesar 0,935 termasuk dalam kriteria ‘sangat tinggi’.
Tabel 4.13 Tabel Realibilitas No 1. 2.
Interval < 0,200 0,200 – 0,399
Kriteria Sangat rendah Rendah
3. 4. 5.
0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000
Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Sumber: Materi Kuliah Metodologi Penelitian
4.3.2 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif memiliki fungsi menyajikan karakteristik tertentu suatu data dari sampel tertentu. Analisis ini memungkinkan peneliti mengetahui secara Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
71
cepat gambaran sekilas dan ringkas mengenai data yang diperoleh. Dengan bantuan program SPSS ver. 20, diperoleh nilai rata-rata (mean) dan nilai median. Deskriptif untuk sebagian besar variabel yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi adalah bernilai mean 3, yaitu cukup berpengaruh terhadap biaya proyek dengan range 1%<2% biaya konstruksi, sedangkan untuk indikator X.5.2 memiliki nilai mean sebesar 3,58 yang dibulatkan menjadi 4, sehingga dapat dikatakan sangat berpengaruh pada range 2%-<3% terhadap biaya konstruksi.
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif N
X.2.1.1 X.2.1.2 X.3.1 X.5.1 X.5.2 X.6.1 X.7.1 X.7.2 Valid N (listwise)
Statistic 31 31 31 31 31 31 31 31 31
Minimum Maximum Statistic 1 2 2 1 2 1 1 1
Statistic 5 5 5 5 5 4 5 5
Std. Deviation
Mean Statistic 2,74 2,97 3,29 3,52 3,58 3,00 3,26 3,03
Std. Error ,179 ,164 ,213 ,212 ,206 ,139 ,207 ,170
Statistic ,999 ,912 1,189 1,180 1,148 ,775 1,154 ,948
Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Dari data mean pada tiap variabel, maka dapat diperoleh nilai rata-rata dari total mean sebesar 3,17. Nilai mean tiap indikator dapat dibandingkan dengan nilai mean total dan disajikan pada grafik berikut ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
72
Nilai Mean Indikator 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00
Mean
1,50
Total Mean
1,00 0,50 0,00 X.2.1.1X.2.1.2 X.3.1 X.5.1 X.5.2 X.6.1 X.7.1 X.7.2
Gambar 4.4 Grafik Mean Indikator Variabel Sumber: Hasil Olahan
4.3.3 Analisa Peringkat Dengan Metode AHP Dengan metode AHP, peneliti dapat mengetahui peringkat indikator yang menurut responden kuisioner 2 memiliki pengaruh yang terbesar terhadap biaya konstruksi green building
dibandingkan dengan conventional building. Tahap
pertama yang dilakukan pada analisa AHP adalah membuat matriks perbandingan berpasangan untuk pengaruh biaya sehingga didapatkan sebanyak lima elemen yang dibandingkan.
Tabel 4.15 Matriks Berpasangan Sangat
Berpengaruh
Cukup
Kurang
Tidak
Sangat
1
3
5
7
9
Berpengaruh
0,33
1
3
5
7
Cukup
0,20
0,33
1
3
5
Kurang
0,14
0,20
0,33
1
3
Tidak
0,11
0,14
0,20
0,33
1
Jumlah
1,79
4,68
9,53
16,33
25,00
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
73
Selanjutnya adalah perhitungan bobot elemen untuk masing masing unsur dalam matriks seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.16 Perhitungan Bobot Elemen Sangat
Berpengaruh
Cukup
Kurang
Tidak
Jumlah
Prioritas
Persentase
Sangat
0,56
0,64
0,52
0,43
0,36
2,51
0,50
100
Berpengaruh
0,19
0,21
0,31
0,31
0,28
1,30
0,26
51,75
Cukup
0,11
0,07
0,10
0,18
0,2
0,67
0,13
26,72
Kurang
0,08
0,04
0,03
0,06
0,12
0,34
0,07
13,48
Tidak
0,06
0,03
0,02
0,02
0,04
0,17
0,03
6,93
Jumlah
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
Sumber: Hasil Olahan
Dari tabel perhitungan, maka bobot elemen dapat dilihat pada berikut.
Tabel 4.17 Bobot Elemen Tidak Kurang Cukup Berpengaruh Sangat 6,93 13,5 26,7 51,8 100,0 Sumber: Hasil Olahan
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensinya, nilai eigen value maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen value sisa mendekati nol. Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakuakan dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks sebagai berikut.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
74
3 5 7 1 3 5 0.33 1 0.2 0.33 1 3 0.14 0.20 0.33 1 0.11 0.14 0.2 0.33
9 0.5 2.69 7 0.26 1.375 5 0.13 0.676 3 0.07 0.325 1 0.03 0.171
(1)
sehingga didapatkan nilai z maks = 5,237. Besar RCI untuk n = 5 sesuai dengan tabel Sturat H. Mann adalah sebesar 1,12, maka CI = (λmaks-n)/(n-1) adalah CI = 0,059. Selanjutnya CR = 0,059/1,12= 0.053=5,2 %. Nilai tersebut menunjukkan nilai CR <10 % , maka hasil ini mempunyai hirarki konsisten dan tingkat akurasi yang tinggi. Berikut ini adalah tabel perhitungan AHP.
Tabel 4.18 Perhitungan Nilai Analytical Hierarchy Process Var
X2 X3 X5 X6 X7
Ind
1
2
3
4
5
TOTAL
1
2
3
4
5
0,07
0,13
0,27
0,52
1,00
Ind 1
3
10
11
6
1
31
9,68
32,26
35,48
19,35
Ind 2
0
11
12
6
2
31
0,00
35,48
38,71
Ind 3
0
12
4
9
6
31
0,00
38,71
12,90
Ind 4
1
7
5
11
7
31
3,23
22,58
Ind 5
0
7
8
7
9
31
0,00
Ind 6
1
6
16
8
0
31
Ind 7
1
9
7
9
5
Ind 8
1
9
10
10
1
NILAI (%)
3,23
27,74
19,35
6,45
31,59
29,03
19,35
43,05
16,13
35,48
22,58
48,52
22,58
25,81
22,58
29,03
50,66
3,23
19,35
51,61
25,81
0,00
29,98
31
3,23
29,03
22,58
29,03
16,13
41,32
31
3,23
29,03
32,26
32,26
3,23
32,68
Sumber: Hasil Olahan
Dari tabel diatas, maka diperoleh proxy (indikator yang mewakili) tiap variabel yakni:
Tabel 4.19 Proxy Variabel Variabel
X2
Indikator
Penjelasan
Nilai (%)
Indikator 2
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan
31,59
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
75
Tabel 4.20 (Sambungan) Variabel
Indikator
X3
Indikator 3
X5
Indikator 5
X6
Indikator 6
X7
Indikator 7
Penjelasan
Nilai (%)
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material
43,05
50,66
29,98 41,32
Sumber: Hasil Olahan
4.3.4
Validasi Pakar Setelah diperoleh proxy untuk tiap variabel, tahap selanjutnya adalah
validasi proxy kepada pakar untuk mengetahui apakah proxy yang telah dipilih adalah indikator yang tepat mempengaruhi biaya konstruksi green building. Pada variabel X3 dan X6 hanya memiliki satu indikator yang dianalisa menggunakan AHP, sehingga tidak ada keraguan dalam pemilihan indikator sebagai proxy variabel X3 dan X5. Sedangkan untuk variabel X2, X5, dan X7, masing-masing memiliki dua indikator. Pada variabel X2, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Hal ini disebabkan oleh indikator yang terpilih sebagai proxy yaitu X.2.1.2 memiliki tolok ukur yang lebih besar dibandingkan dengan indikator X.2.1.1. Indikator X.2.1.2 memiliki tolok ukur minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan, sedangkan indikator X.2.1.1 memiliki tolok ukur minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan. Oleh karena itu, indikator X.2.1.2 lebih mempengaruhi biaya konstruksi green building. Pada variabel X5, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Pakar sepakat bahwa indikator X.5.2 lebih mempengaruhi biaya konstruksi dibandingkan dengan indikator X.5.1, hal ini disebabkan karena lebih terbatasnya keberadaan material kayu bersertifikat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) dibandingkan dengan keberadaan material kayu bersertifikat legal dari pemerintah (FAKO). Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
76
Pada variabel X7, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Indikator X.7.1 dianggap lebih mempengaruhi biaya konstruksi green building dibandingkan indikator X.7.2. Indikator X.7.1 menjadi dasar dari indikator X.7.2 yaitu penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada dalam radius 1000 km, harus berasal dari dalam wilayah RI mencapai 80% total biaya material. Sehingga indikator X.7.1 memiliki efek domino terhadap indikator X.7.2.
4.3.5 Analisa Data Studi Kasus 4.3.5.1 Pendahuluan Setelah melakukan pengumpulan dan analisa data kuisioner, tahap penelitian selanjutnya adalah analisa studi kasus pada satu proyek pembangunan green building. Objek studi kasus
pada penelitian ini adalah proyek gedung
perkantoran milik PT Jasa Marga yang berlokasi di pintu tol utama TMII Jakarta Timur dengan kontraktor pelaksananya merupakan PT. PP (Persero), Tbk. Berikut adalah data proyek tersebut: Nama proyek
: Pembangunan Kantor Pusat Jasa Marga
Pemberi tugas
: PT. Jasa Marga (Persero), Tbk
Lingkup pekerjaan
: Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal
Konsultan Perencana : PT. Bita Enarcon Engineering Luas lahan
: 8,741 m2
Zoning
: Office building
Gross Building Area
: 4879,3 m2
Berikut ini adalah work breakdown structure proyek,
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
77
Pembangunan Gedung Kantor Pusat Jasa Marga
Pekerjaan Struktur
Pekerjaan Konstruksi Lahan Pekerjaan Beton Pekerjaan Metal
Pekerjaan Arsitektur Pekerjaan Beton
Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan Site
Pekerjaan Mekanikal Pekerjaan Konstruksi Khusus
Pekerjaan Sipil
Pekerjaan Mekanikal
Pekerjaan Site Mekanikal
Pekerjaan Metal
Pekerjaan Site Elektrikal
Perlindungan Panas dan Lembab Pekerjaan Penyelesaian
Pekerjaan Bidang Khusus
Pekerjaan Mekanikal
Gambar 4.0.5 Work Breakdown Structure Sumber: Hasil Olahan
4.3.5.2 Penerapan Konsep Green Building Pembangunan gedung kantor ini ditargetkan memperoleh 65 poin sistem rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat gold. Desain awal (pada saat tender) merupakan desain gedung konvensional yang selanjutnya diubah menjadi desain green building.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
78
Gambar 4.6 Desain Awal Konvesional dan Desain Green Building Sumber: Data Proyek Jasa Marga
Meskipun desain awalnya adalah konvensional tetapi telah memiliki baseline poin green building yaitu sebesar 22 poin.
Tabel 4.21 Target Pencapaian Rating NO
ITEM
1
ASD
2 3
EEC WAC
4 5
MRC IHC
6
BEM
Baseline
Target
4
11
2 4
16 14
Material Resources & Cycle Indoor Health & Comfort Building Enviroment Management
4 6
4 9
1
11
TOTAL
21
65
ELIGIBILITY Appropriate Site Development Energy Efficiency & Conservation Water Conservation
Sumber: Data Proyek Jasa Marga
Aspek material resources and cycle (MRC) memiliki target sebanyak 4 poin dari sebelumnya telah memiliki 4 poin baseline. Target poin MRC berasal dari subaspek Prasyarat 1 (Fundamental Refrigerant), MRC 2 (Environmentally Process Product), MRC 3 (Non-ODS Usage), dan MRC 4 (Certified Wood). Berikut ini adalah pembahasan mengenai perubahan biaya akibat perubahan desain menjadi green building dilihat dari target poin yang berasal dari aspek MRC: a. Prasyarat 1 (Fundamental Refrigerant) Sebagai prasyarat dari aspek MRC dalam rating GREENSHIP, fundamental refrigerant merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu gedung yang Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
79
akan disertifikasi sebagai green building. Prasyarat ini mewajibkan pemakaian sistem refrigeran non-CFC dan non-halon. Sistem refrigeran dapat ditemukan pada pemakaian air conditioner (AC) pada sistem tata udara dan fire extinguisher pada sistem pemadam kebakaran. Dalam proyek pembangunan Gedung Perkantoran Jasa Marga, strategi untuk mencapai target prasyarat ini adalah melampirkan spesifikasi teknis dari AC dan sistem pemadam kebakaran yang tidak mengandung CFC dan Halon. Untuk sistem AC, menggunakan AC split inverter dengan refrigerant R410a dengan nilai ODP sama dengan nol. Sedangkan untuk sistem pemadam kebakaran menggunakan fire extinguisher non-Halon seperti Fe-25 atau Fe-35. Larangan pemakaian produk yang mengandung bahan perusak ozon telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007, sehingga ketersediaan produk yang mendukung fundamental refrigerant sudah menjadi kewajiban bagi produsen. Hal ini menjadikan subaspek prasyarat 1 dapat dipenuhi sejak desain awal proyek (baseline). b. MRC 2 (Environmentally Process Product) Indikator yang digunakan adalah menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 dan atau sertifikasi lain yang setara bernilai minimum 30% total biaya material. Strategi mencapai target poin dari subaspek ini adalah melampirkan spesifikasi teknis dari material berstandar sertifikasi ISO 14001 pada dokumen tender sebagai acuan proses konstruksi. Material bersertifikasi ISO 14001 yang diaplikasikan pada proyek pembangunan Gedung Perkantoran Jasamarga diantaranya adalah sebagai berikut: a) Concrete (Holcim) b) Besi Beton (Krakatau Steel) c) Kaca (Asahimas) d) Aluminium Composite Panel (Alcopanel) e) Sanitary (Toto) f) Cat (ICI Paint) g) Plafond Gypsum (Knauf) h) Lapisan kedap air (BASF) Total biaya material pembangunan gedung kantor pusat Jasamarga dapat dilihat pada tabel berikut. Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
80
Tabel 4.22 Biaya Material Proyek Total Material Kantor Pusat
Rp
24.015.770.327
Standard
Rp
22.946.353.712
Non-standard
Rp
3.513.760.633
Total Material Pekerjaan Sipil
Rp
8.903.465.567
Standard
Rp
Non-standard
Rp
TOTAL MATERIAL BOQ (tanpa PPn)
12.327.470.443 72.299.555
PADA
TOTAL ISO
Rp
32.919.235.894
Rp
12.015.178.306
PERSEN
36%
Sumber: Hasil Olahan
Biaya total material kantor pusat dan pekerjaan sipil berasal dari data bill of quantity (BQ) desain awal. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa proyek pembangunan gedung ini telah memenuhi subaspek MRC 2 sejak desain masih gedung konvensional, yaitu 36% dari total biaya material bersertifikat ISO 14001. Berdasarkan jenis pekerjaannya, biaya material bersertifikat ISO 14001 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
81
Biaya Material Bersertifikat ISO 14001 Mekanikal 10% Arsitektur 35%
Struktur 55%
Gambar 4.7 Biaya Material Bersertifikat ISO 14001 Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Hasil Olahan
Perhitungan secara rinci material yang bersertifikat ISO 14001 dapat dilihat pada lampiran 7.
c. MRC 3 (Non ODS Usage) Strategi untuk mencapai target dari subaspek MRC 3 tidak memiliki perbedaan dengan strategi mencapai target Prasyarat 1, karena keduanya memiliki persamaan konsep dasar, yaitu pemakaian material yang tidak merusak ozon untuk sistem refigeran, perbedaannya adalah pada Prasyarat 1 menekankan nilai ODP < 1, sedangkan MRC 3 menekankan nilai ODP = 0. Spesifikasi teknis material untuk air conditioner dan sistem pemadam kebakaran adalah pemakaian material dengan nilai ODP = 0, maka selain dapat mencapai target prasyarat namun juga dapat mencapai target MRC 3. d. MRC 4 (Certified Wood) Indikator yang digunakan adalah menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai peraturan pemerintah asal kayu (FAKO) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% dari biaya total material kayu. Strategi untuk mencapai target MRC 4 adalah melampirkan spesifikasi teknis dari material kayu dengan prasyarat bahwa kayu yang digunakan bersertifikat legal pada dokumen tender sebagai acuan proses konstruksi serta fit Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
82
out agreement sebagai acuan tenant. Pada proyek ini menggunakan supplier kayu yang telah bersertifikat FAKO. Material kayu digunakan pada pekerjaan pintu dan jendela.
4.4
Kesimpulan Pengumpulan data pada tahap pertama adalah validasi pakar dengan jumlah
pakar sebanyak 5 (lima) orang. Tahap validasi ini mengeliminasi 2 (dua) variabel dari 7 (tujuh) variabel menjadi 5 (lima) variabel. Selanjutnya tahap pilot survey untuk mengetahui efektifitas kuisioner tahap kedua dengan responden sebanyak 10 orang. Hasil yang diperoleh pada pilot survey adalah pemutakhiran penjelasan nilai ukur 1 (satu) sampai 5 (lima) pada kuisioner tahap kedua. Kemudian kuisioner siap disebarkan ke responden. Sebanyak 31 kuisioner yang berasal dari 31 responden berhasil dihimpun yang selanjutnya dilakukan tabulasi data menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan uji validitas realibilitas menggunakan program SPSS ver. 20. Setelah dinyatakan valid dan realible, data dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui peringkat variabel yang paling berpengaruh.
Variabel
yang paling berpengaruh
adalah
Certified
Wood
(Penggunaan kayu bersertifikasi) dengan indikator sertifikasi LEI dan FSC. Analisa data yang terakhir adalah studi kasus pada proyek pembangunan Gedung Kantor Pusat Jasamarga yang memiliki target poin sebanyak 4 (empat) buah dari aspek MRC pada sistem rating GREENSHIP. Empat poin tersebut ditargetkan dapat tercapai melalui subaspek: Prasyarat 1 (fundamental refrigerant), MRC 2 (environmentally process product), MRC 3 (Non-ODS Usage), dan MRC 5 (certifed wood). Sebagian besar target telah terdesain pada desain awal proyek sebagai gedung konvensional.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1
Pendahuluan Bab ini membahas mengenai temuan dan bahasan dari analisa data dalam
upaya menjawab tujuan penelitian. Pada subbab 5.2 akan dibahas temuan penelitian dan subbab 5.3 mengenai pembahasan.
5.2
Temuan
5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner) Setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan melakukan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan proxy variabel dari indikator-indikator yang ada. Berikut ini adalah proxy variabel sesuai dengan peringkat paling berpengaruh.
Tabel 5.1 Peringkat Proxy Variabel Peringkat
Variabel
Indikator
1
X5
Indikator 5
2
X3
Indikator 3
3
X7
Indikator 7
4
X2
Indikator 2
5
X6
Indikator 6
Penjelasan Penggunakan kayu bersertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material
Sumber: Hasil Olahan
Indikator 5 yaitu penggunaan material kayu bersertifikat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) sebesar 30% penggunaan
83 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
84
bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal, menjadi proxy untuk variabel X5 (certified wood) dengan nilai 50,66% dan menjadi peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi green building.
5.2.2 Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) Hasil studi kasus yang dilakukan selama 1 bulan diperoleh informasi bahwa tidak ada perbedaan antara target poin dari aspek MRC terhadap baseline dan tidak semua sub-aspek yang ada pada variabel penelitian dijadikan target pencapaian untuk mendapatkan poin dari aspek MRC. Berikut ini adalah subaspek dari aspek MRC yang menjadi target pencapaian. a. Prasyarat 1 (Fundamental Refrigerant) Pada proyek pembangunan gedung kantor Jasamarga sebagai objek penelitian, subaspek prasyarat 1 telah dilakukan sejak desain awal yang masih menjadi desain konvensional. Hal ini menyebabkan tidak adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai target prasyarat 1. Sistem refrigerant yang digunakan untuk air conditioner adalah R410a dengan menggunakan AC Split Inverter produksi LG dan sistem pemadam kebakaran menggunakan fire extinguisher berbahan Fe-25 produksi Appron. b. MRC 2 (Environmentally Process Product) Penggunaan material bersertifikat ISO 14001 pada desain awal proyek adalah sebesar 36% total biaya material. Dengan total biaya material bersertifikat ISO 14001 sebesar Rp 12.015.178.305,88. c. MRC 3 (Non ODS Usage) Untuk mencapai target pada subaspek MRC 3, pihak kontraktor melakukan tindakan yang sama dengan pemenuhan target pencapaian prasyarat 1. d. MRC 4 (Certified Wood) Penggunaan
material
kayu
ada
pada
desain
baseline
dengan
target
pencapaiannya adalah material kayu bersertifikat FAKO (Faktur Kayu Angkut Olahan) atau setara telah menjadi peraturan pemerintah, maka tidak ada perubahan biaya.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
85
5.3
Pembahasan Tidak adanya perbedaan antara baseline dengan target poin pada aspek
MRC disebabkan oleh desain awal bangunan yang telah memilih material yang berpotensi mendapat poin dari penilaian sertifikasi GREENSHIP. Penggunaan material pada suatu konstruksi bangunan sangat dipengaruhi oleh desain bangunan itu sendiri, hal ini diperoleh dari pendapat pakar. Sehingga hal ini juga mempengaruhi target poin dari aspek MRC. Beberapa variabel pada aspek MRC bisa dipenuhi jika memang telah ada pada desain konstruksinya, baik sebelum didesain sebagai green building maupun sesudah didesain sebagai green building. Apabila dikorelasikan antara hasil temuan dari pengumpulan dan analisa data melalui kuisioner dan analisa studi kasus, maka tidak ditemukan persamaan subaspek yang dipilih oleh pihak kontraktor sebagai target pencapaian sesuai dengan variabel yang paling mempengaruhi biaya konstruksi. Sebagai prasyarat untuk memenuhi sertifikasi green building dari aspek material resources and cycle (MRC), Fundamental Refrigerant merupakan hal yang wajib untuk dipenuhi oleh kontraktor. Selain menjadi kewajiban, apabila prasyarat dapat dicapai maka secara langsung kontraktor bisa memperoleh dua poin dari subaspek MRC 3 (Non-ODS Usage) karena memiliki indikator yang sama, yaitu penggunaan material non-CFC dalam sistem refrigerant. Usaha yang diperlukan untuk mencapai target inipun tidak perlu menambah biaya konstruksi, hal ini terlihat dari hasil validasi pakar mengenai variabel penelitian yang dapat mempengaruhi biaya konstruksi, seluruh pakar (5 orang) secara bulat menyatakan bahwa fundamental refrigerant tidak mempengaruhi biaya konstruksi. Mereka beralasan bahwa produk non-CFC dan non-Halon sudah menjadi standar, apalagi sudah diatur larangan penjualan dan pemakaian produk yang mengandung bahan perusak ozon dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007. Penggunaan material kayu yang bersertifikat FAKO dari Perhutani merupakan pilihan yang menjadi target pencapaian poin dari subaspek certified wood oleh kontraktor, padahal hasil proxy variabel menunjukkan bahwa yang menjadi indikator adalah sertifikat dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
86
Forest Stewardship Council (FSC). Hal ini sangat mungkin terjadi karena ketersediaan supplier material kayu yang bersertifikasi FAKO sudah banyak karena telah menjadi Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.17/MenhutII/2009 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu, sedangkan sertifikasi dari LEI atau FSC belum menjadi kewajiban dan sulit dipenuhi oleh produsen karena ketatnya peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh LEI dan FSC. Target pencapaian selanjutnya adalah pemakaian material bersertifikat ISO 14001 setara dengan minimum 30% total biaya material, yang merupakan variabel environmentally process product (MRC 2). Pada proyek ini tidak memerlukan biaya tambahan untuk mendapatkan poin dari subaspek MRC 2, karena pada desain awal sebelum diubah menjadi desain green building, beberapa jenis material yang diusulkan telah memiliki ISO 14001. Dengan persentase sebesar 36% dari total biaya material, sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan poin. Tiga variabel hasil analisa menggunakan AHP yang tidak diaplikasikan dan dijadikan target pencapaian, diantaranya adalah variabel MRC 6 (Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material), MRC 1 (Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan), dan MRC 5 (Penggunaan material modular atau prafabrikasi sebesar 30% dari total biaya material). Variabel MRC 6 tidak diaplikasikan pada proyek ini karena tidak mencapai tolok ukur yang seharusnya 50% total biaya material. Proyek ini hanya mencapai 46% total biaya material untuk material yang lokasi bahan baku utama atau fabrikasinya dalam radius 1000 km. Detail perhitungan biaya regional material dapat dilihat pada lampiran 8. Sedangkan untuk aplikasi variabel MRC 1 (Building Material Reuse) dan MRC 5 (Modular Design) tidak dilakukan karena tidak didesain awal maupun desain green building. Menurut pakar, pemenuhan poin dari MRC 1 dapat
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
87
dilakukan jika sebuah bangunan baru dibangun pada lahan yang sebelumnya terdapat bangunan lama dengan tujuan renovasi atau mengganti bangunan lama, dan MRC 5 lebih disesuaikan pada rancangan bangunan (by design). Pengaplikasian variabel aspek MRC untuk green building pada proyek dapat dirangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.2 Aplikasi Variabel Pada Studi Kasus No Variabel 1 Fundamental Refrigerant
Baseline Keterangan P Diaplikasikan
Target P
2
Building and Material Reuse
0
tidak diaplikasikan dalam proyek, karena dalam pemenuhan poin untuk variabel ini diperlukan gedung lama atau material bekas.
3
Environmentally Process Product
1
sudah diaplikasikan pada baseline sebesar 36%
1
4
Non-ODS Usage
2
Diaplikasikan
2
5
Certified Wood
1
Diaplikasikan, pada indikator sertifikat FAKO
1
0
0
6
Modular Design
0
tidak diaplikasikan, karena untuk pemenuhan poin variabel ini tergantung pada desain konstruksi (by design)
7
Regional Material
0
tidak diaplikasikan, karena tidak mencapai 50% total biaya material (46%)
0
Sumber: Hasil Olahan
Karena penelitian ini bersifat joint research, maka secara keseluruhan aspek green building diketahui memiliki peningkatan biaya konstruksi, berikut ini adalah kenaikan biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building:
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
88
Tabel 5.3 Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi Green Building No.
Aspek
%Penambahan
1
Appropriate Site Development
1,68%
2
Energy Efficiency & Conservation
3,24%
3
Water Conservation
1,75%
4
Material Resources and Cycle
0,00%
5
Indoor Health and Comfort
0,01%
6
Building Environmental Management
0,51%
Total
7,19%
Sumber: Hasil Olahan
5.4
Pembuktian Hipotesa Sesuai dengan hasil temuan dari analisa data secara validasi pakar, statistik,
dan studi kasus serta penjelasan temuan pada bab ini, maka hipotesa penelitian tidak sepenuhnya terbukti, yaitu: a. Faktor yang mempengaruhi biaya konstruksi dari aspek material resources and cycle (MRC) adalah certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, dan regional material. b. Besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dibandingkan dengan gedung konvensional adalah tidak ada, sedangkan pada hipotesa berdasarkan data proyek terdahulu yang menjadi literatur memiliki pengaruh biaya mencapai 5%.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut, a. Faktor yang mempengerahui biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1 Variabel Pengaruh Biaya Konstruksi Aspek
Indikator
MRC 4
Certified Wood
Indikator 5
MRC 2
Environmentally Process Product
Indikator 3
MRC 6
Regional Material
Indikator 7
MRC 1
Building Material Reuse
Indikator 2
MRC 5
Modular Design
Indikator 6
Penjelasan Penggunakan kayu bersertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material
Sumber: Hasil Olahan
b. Tidak ada perubahan biaya konstruksi green building pada aspek material resources and cycle (MRC).
6.2
Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan penelitian studi kasus dengan jumlah objek studi yang lebih dari satu dengan target pencapaian rating yang sama. Sehingga dapat diperoleh data pembanding.
89 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
90
b. Dapat dilakukan penelitian mengenai pengaruh aspek material resources and cycle terhadap metode konstruksi suatu bangunan.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
91
DAFTAR ACUAN [1]
(t.thn.). Dipetik Desember 1, 2011, dari Apa Itu Pemanasan Global: http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm
[2]
Institut Studi Arus Informasi (ISAI). (2004). Potret Buram Hutan Indonesia. Dipetik Desember 1, 2011, dari Institut Studi Arus Informasi: http://www.isai.or.id/?q=node/10
[3]
Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). Tentang Ozon: Latar Belakang Perlindungan Ozon. Dipetik Desember 6, 2011, dari Perlindungan Lapisan Ozon Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.ozonindonesia.org/index.php?table=lbozon&view=true&no=1
[4]
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.menlh.go.id/pengertian-lapisanozon-bahan-perusak-ozon-dampak-bagi-kesehatan/
[5]
Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42 , 3642–3654
[6]
Green Building Council Indonesia. (2010). GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA turut mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Jakarta, hal. 2
[7]
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
[8]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
[9]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
92
[10]
Kementerian ESDM RI. (2010, April 14). Arsip Berita: Umum: Green Building Hemat Konsumsi Energi Hingga 50%. Dipetik Desember 6, 2011, dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral: http://esdm.go.id/berita/umum/37-umum/3301-green-building-hematkonsumsi-energi-hingga-50.html
[11]
PT. HD Capital, Tbk. (2008). Hemat biaya jangka panjang, green building belum terlalu diminati. Dipetik Desember 25, 2011, dari HD Capital: http://www.hdx.co.id/id/news/2011/december/5/hemat-biaya-jangkapanjang-green-building-belum-terlalu-diminati
[12]
Data Biaya Proyek Pembangunan Dahana
[13]
Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra
[14]
Tahari, I. (2010, Juli). Juli 2010: Analisis Pemenuhan Syarat-Syarat Green Building Pada Rumah Susun dengan Metode LEED. Dipetik Desember 8, 2011, dari Skripsi S1 Teknik Sipil: http://karyailmiah.tarumanagara.ac.id/index.php/S1TS/article/view/2613
[15]
Wartawarga Gunadarma. (2009). Pengertian Bangunan Gedung
[16]
Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra
[17]
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan
[18]
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4
[19]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
93
[20]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
[21]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
[22]
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 60
[23]
Ashby, M., Shercliff, H., & Cebon, D. (2007). Materials - Engineering, Science, Processing and Design
[24]
Peta Indonesia. (2012). Sumber Daya. Dipetik Januari 30, 2012, dari Peta Indonesia: Geoportal Indonesia: http://www.petaindonesia.org/bumi/sumber-daya/
[25]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
[26]
Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia
[27]
Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[28]
Dreepaul, R. Alternative Refrigerants. Institut Superieur de Technologie
[29]
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007 Tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1
[30]
Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). BPO: Jenis BPO: Jenis-
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
94
Jenis BPO. Dipetik Desember 6, 2011, dari Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.ozonindonesia.org/index.php?table=jenbpo&view=true&no=2 [31]
Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: http://www.pollutionissues.com/Br-Co/CFCs-Chlorofluorocarbons.html
[32]
Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan. History of Chlorofluorocarbons. Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan
[33]
Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: http://www.pollutionissues.com/Br-Co/CFCs-Chlorofluorocarbons.html
[34]
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.menlh.go.id/pengertian-lapisanozon-bahan-perusak-ozon-dampak-bagi-kesehatan/
[35]
Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[36]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[37]
Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI
[38]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
95
[39]
US Green Building Council. (2002). Green Building Rating System For New Construction and Major Renovation LEED NC Version 2.1. USGBC Leadership in Energy and Environmental Design
[40]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[41]
Kristiningrum, M. S. (t.thn.). KAJIAN MANFAAT PENERAPAN ISO 14001 PADA 12 PERUSAHAAN
[42]
Ball, J. (2002). Can ISO 14000 and eco-labelling turn the construction industry green? Building and Environment 37 , 421-428
[43]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[44]
Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI
[45]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-3: Non-ODS Usage. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 47). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[46]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[47]
Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Akreditasi LEI. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/akreditasi-lei
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
96
[48]
SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: http://www.sucofindo.co.id/?lev=2&services=140§or=32&id=229
[49]
SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: http://www.sucofindo.co.id/?lev=2&services=140§or=32&id=228
[50]
Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Pedoman Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/dokumen-sertifikasi-phapl
[51]
Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/sertifikasi-phapl
[52]
Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Setifikasi CoC. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/sertifikasi-coc
[53]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[54]
Amalia, A. (2008). Prafabrikasi Antara Arsitektur, Teknologi, dan Sosial Ekonomi. Depok: Departemen Arsitektur FTUI
[55]
Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42 , 3642–3654
[56]
Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42 , 3642–3654
[57]
Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42 , 3642–3654
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
97
[58]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-5: Modular Design. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[59]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[60]
timeforchange.org. (2007). What is a carbon footprint - definition. Dipetik Desember 6, 2011, dari Time for Change: http://timeforchange.org/what-isa-carbon-footprint-definition
[61]
Puspasari, N. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan Permukiman di Surabaya Timur dan Utara. Surabaya
[62]
Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
[63]
Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
[64]
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
[65]
Muttaqin, Z. (2010, Agustus 15). Mendongkrak Penggunaan Produk Dalam Negeri. Dipetik Desember 25, 2011, dari LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: http://www.lkpp.go.id/v2/contentlistdetail.php?mid=3556899059&id=6294860568
[66]
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia
[67]
Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal. 165-178). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
98
[68]
Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal. 165-178). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc
[69]
Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal. 165-178). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc
[70]
Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
[71]
Trypuji Santoso, S. (2011). Optimasi Kinerja Proyek Dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak Terhadap Biaya Dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City). Depok: Departemen Teknik Sipil FTUI
[72]
Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal. 165-178). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc
[73]
Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
[74]
Data Pembangunan Gedung Dahana
[75]
Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press
[76]
Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press
[77]
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
[78]
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
99
[79]
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
[80]
Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro International
[81]
Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia
[82]
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
[83]
Adikusumo, B. (2010). Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia
[84]
Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi
[85]
Walpole, R. E. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
[86]
Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
100
DAFTAR REFERENSI
(t.thn.). Dipetik Desember 1, 2011, dari Apa Itu Pemanasan Global: http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm
Adikusumo, B. (2010). Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Aguilar, F., & Vlosky, R. (2007). Consumer willingness to pay price premiums for environmentally certified wood products in the U.S. Forest Policy and Economics , 1100-1112.
Amalia, A. (2008). Prafabrikasi Antara Arsitektur, Teknologi, dan Sosial Ekonomi. Depok: Departemen Arsitektur FTUI.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi. Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). Tentang Ozon: Latar Belakang Perlindungan Ozon. Dipetik Desember 6, 2011, dari Perlindungan Lapisan Ozon Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.ozonindonesia.org/index.php?table=lbozon&view=true&no=1 Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). BPO: Jenis BPO: JenisJenis BPO. Dipetik Desember 6, 2011, dari Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
101
Republik Indonesia: http://www.ozonindonesia.org/index.php?table=jenbpo&view=true&no=2 Ashby, M., Shercliff, H., & Cebon, D. (2007). Materials - Engineering, Science, Processing and Design. Asiyanto. (2010). Construction Project Cost Management. Jakarta: Pradnya Paramitha. Ball, J. (2002). Can ISO 14000 and eco-labelling turn the construction industry green? Building and Environment 37 , 421-428. Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro International.
Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia.
Dreepaul, R. Alternative Refrigerants. Institut Superieur de Technologie.
Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: http://www.pollutionissues.com/Br-Co/CFCsChlorofluorocarbons.html Green Building Council Indonesia. (2010). GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA turut mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Jakarta. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
102
Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-3: Non-ODS Usage. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 47). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-5: Modular Design. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia. Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra. Howe, R. (1997, November). ISO 14001: The Green Standard. hal. 133-134. Institut Studi Arus Informasi (ISAI). (2004). Potret Buram Hutan Indonesia. Dipetik Desember 1, 2011, dari Institut Studi Arus Informasi: http://www.isai.or.id/?q=node/10 Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Irland, L. C. (2007). Developing Markets for Certified Wood Products: Greening the Supply Chain for Construction Materials. Journal of Industrial Ecology , 201-216. ISO 14001 Certification. (2005). National Driller , 31. Kementerian ESDM RI. (2010, April 14). Arsip Berita: Umum: Green Building Hemat Konsumsi Energi Hingga 50%. Dipetik Desember 6, 2011, dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral: http://esdm.go.id/berita/umum/37-umum/3301-green-building-hematkonsumsi-energi-hingga-50.html
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
103
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: http://www.menlh.go.id/pengertian-lapisanozon-bahan-perusak-ozon-dampak-bagi-kesehatan/ Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Kristiningrum, M. S. (t.thn.). KAJIAN MANFAAT PENERAPAN ISO 14001 PADA 12 PERUSAHAAN. Langston, C., Wong, F. K., Hui, E. C., & Shen, L.-Y. (2008). Strategic assessment of building adaptive reuse opportunities in Hong Kong. Building and Environment 43 , 1709-1718. Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Akreditasi LEI. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/akreditasi-lei Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Pedoman Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/dokumen-sertifikasi-phapl Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/sertifikasi-phapl Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Setifikasi CoC. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: http://www.lei.or.id/id/sertifikasi-coc Ministry
of Economy, Trade, and Investment Japan. History of Chlorofluorocarbons. Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan.
Murray, B., & R.C.Abt. (2001). Estimating price compensation requirements for eco-certified forestry. Ecological Economics 36 , 149-163. Muttaqin, Z. (2010, Agustus 15). Mendongkrak Penggunaan Produk Dalam Negeri. Dipetik Desember 25, 2011, dari LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: http://www.lkpp.go.id/v2/contentlistdetail.php?mid=3556899059&id=6294860568 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1. Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
104
Peta Indonesia. (2012). Sumber Daya. Dipetik Januari 30, 2012, dari Peta Indonesia: Geoportal Indonesia: http://www.petaindonesia.org/bumi/sumber-daya/ Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal. 165-178). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc. PT. HD Capital, Tbk. (2008). Hemat biaya jangka panjang, green building belum terlalu diminati. Dipetik Desember 25, 2011, dari HD Capital: http://www.hdx.co.id/id/news/2011/december/5/hemat-biaya-jangkapanjang-green-building-belum-terlalu-diminati Puspasari, N. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan Permukiman di Surabaya Timur dan Utara. Surabaya. Rocha, C. G., & Sattler, M. A. (2008). A discussion on the reuse of building components in Brazil: An analysis of major social, economical and legal factors. Resources, Conservation and Recycling 54 , 104-112. Siagian, I. S. (2010). Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. Program Studi Arsitektur FT USU. SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: http://www.sucofindo.co.id/?lev=2&services=140§or=32&id=229 SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: http://www.sucofindo.co.id/?lev=2&services=140§or=32&id=228 Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42 , 3642–3654. timeforchange.org. (2007). What is a carbon footprint - definition. Dipetik Desember 6, 2011, dari Time for Change: http://timeforchange.org/whatis-a-carbon-footprint-definition Trypuji Santoso, S. (2011). Optimasi Kinerja Proyek Dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak Terhadap Biaya Dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City). Depok: Departemen Teknik Sipil FTUI. Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
105
US Green Building Council. (2002). Green Building Rating System For New Construction and Major Renovation LEED NC Version 2.1. USGBC Leadership in Energy and Environmental Design. Walpole, R. E. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wartawarga Gunadarma. (2009). Pengertian Bangunan Gedung. Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press.
Universitas Indonesia
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
LAMPIRAN 1 KUISIONER TAHAP 1 VALIDASI PAKAR
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 1. Kuisioner Tahap 1 Validasi Pakar
PENGARUH ASPEK MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA PAKAR GREEN BULDING (ANALISA VARIABEL ASPEK MATERIAL RESOURCES AND CYCLE PADA GREEN BUILDING)
ZIDNI AULIYA 0806454531
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JANUARI 2012
L1-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
ABSTRAK Belakangan ini isu pemanasan global yang disebabkan kerusakan lingkungan menjadi marak diperbincangkan. Oleh karena itu, pembangunan berkonsep ramah lingkungan (green building) menjadi kebutuhan di masyarakat. Untuk menjadikan suatu bangunan menjadi green building, proses pembangunan harus sesuai dengan aturan yang ada. Untuk mencapainya dibutuhkan biaya konstruksi yang berbeda dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Untuk itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perbedaan biaya khususnya dalam aspek material resources and cycle(MRC) dan menganalisa seberapa besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dengan hipotesa awal bahwa secara umum terdapat peningkatan biaya konstruksi.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional.
L1-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu. Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi 1. Peneliti/Mahasiswa
: Zidni Auliya pada Hp 087877225285 atau pada email
[email protected]
2. Dosen Pembimbing 1
: Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email
[email protected]
3. Dosen Pembimbing 2
: Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail:
[email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya, Zidni Auliya
L1-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
DATA RESPONDEN 1. Nama Responden
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur
:
4. Nama Proyek
:
5. Jabatan Pada Proyek
:
6. Perusahaan
:
7. Pengalan Kerja
:
8. Pendidikan Terakhir
: SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu)
9. Tanda tangan
:
(tahun)
L1-4 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pengisian Ya/Tidak cost component apa saja dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building 2. Jawaban merupakan komentar/presepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building.
L1-5 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 1
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X1.1 Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran nonhalon
minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa X2.1 bahan struktur utama, fasad, minimal 20% total plafon, lantai, partisi, kusen, dan biaya material baru dinding yang bersangkutan
L1-6 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Tidak
Komentar dan tanggapan
(Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008)
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan)
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X3
X4
MRC 2 (Environmentally Process Product)
MRC 3 (NonODS usage)
X3.1 Penggunaan material Minimal bernilai 30% yang bersertifikat ISO dari total biaya material. 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan
Tidak
Komentar dan tanggapan
(Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO 14001 Certification, 2005) (Howe, 1997)
total (Green Building Council Indonesia, 2010) Minimal 2% dari total (Green biaya material Building Council Indonesia, 2010) Senilai 5% dari biaya material
(Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/MIND/PER/4/2007
L1-7 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan)
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X.5
MRC 4 (Certified wood)
Tidak
Komentar dan tanggapan
X5.1 Penggunaan bahan Sebesar 100% biaya total (Green Building material kayu yang material kayu Council Indonesia, bersertifikat legal sesuai 2010) dengan peraturan (Aguilar & pemerintah tentang kayu Vlosky, 2007) dan sah terbebas dari (Irland, 2007) perdagangan kayu ilegal (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) X6.1 Penggunaan material Sebesar 30% dari total (Green Building modular atau prafabrikasi biaya material Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) X5.2 Penggunakan kayu Sebesar 30% penggunaan bersertifikassi dari bahan material kayu yang Lembaga Ekolabel sudah bersertifikat legal Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
X.6
MRC 5 (Modular Design)
L1-8 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan)
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor Yang Berpengaruh Ya
X.7 MRC 6 (Regional X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan Material) baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Tidak
Komentar dan tanggapan
Mencapai 50% total biaya (Green Building material Council Indonesia, 2010)
Mencapai 80% total biaya (Green Building material Council Indonesia, 2010)
L1-9 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2 KUISIONER TAHAP 2 RESPONDEN
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 2. Kuisioner Tahap 2 Responden PENGARUH ASPEK MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA RESPONDEN (ANALISA VARIABEL ASPEK MATERIAL RESOURCES AND CYCLE PADA GREEN BUILDING)
ZIDNI AULIYA 0806454531
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JANUARI 2012
L2-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
ABSTRAK Belakangan ini isu pemanasan global yang disebabkan kerusakan lingkungan menjadi marak diperbincangkan. Oleh karena itu, pembangunan berkonsep ramah lingkungan (green building) menjadi kebutuhan di masyarakat. Untuk menjadikan suatu bangunan menjadi green building, proses pembangunan harus sesuai dengan aturan yang ada. Untuk mencapainya dibutuhkan biaya konstruksi yang berbeda dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Untuk itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perbedaan biaya khususnya dalam aspek material resources and cycle(MRC) dan menganalisa seberapa besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dengan hipotesa awal bahwa secara umum terdapat peningkatan biaya konstruksi.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional.
L2-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu. Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi 1. Peneliti/Mahasiswa
: Zidni Auliya pada Hp 087877225285 atau pada email
[email protected]
2. Dosen Pembimbing 1
: Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email
[email protected]
3. Dosen Pembimbing 2
: Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail:
[email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya, Zidni Auliya
L2-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
DATA RESPONDEN 1. Nama Responden
:
2. Jenis Kelamin
: L / P(lingkari yang sesuai)
3. Umur
:
4. Nama Proyek
:
5. Jabatan Pada Proyek
:
6. Perusahaan
:
7. Pengalaman Kerja
:
8. Pendidikan Terakhir
:SLTA/D3/S1/S2/S3/ (lingkari yang sesuai)
9. Tanda tangan
:
(tahun)
L2-4 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Jawaban merupakan komentar/presepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam setiap aspek green building
(greenship v.1.0) yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building. 2.Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan memberikan tanda √ pada kuesioner.
Keterangan Penilaian : Seberapa besar pengaruh penerapan aspek green building terhadap PERUBAHAN BIAYA KONSTRUKSI DARI NILAI KONTRAK green building bila dibandingkan dengan conventional building : 1= Tidak berpengaruh
(0%)
2= Kurang berpengaruh
(0 - <1%)
3 = Cukup berpengaruh
(1% -<2%)
4= Berpengaruh
(2% -<3%)
5= Sangat berpengaruh
(≥3%)
L2-5 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 2 NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Perubahan Biaya
Referensi
1 X.1
MRC 1 (building and material reuse)
X.2
MRC (Environmentally Process Product)
X.3
MRC 4 wood)
X.1.1
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan
2
3
4
5
GREENSHIP-GBCI, LEED USGBC, (Rocha & Sattler, 2008), (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) GREENSHIP-GBCI, LEED USGBC, (Rocha & Sattler, 2008), (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) GREENSHIP-GBCI, (ISO 14001 Certification, 2005), (Howe, 1997)
2
X.2.1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
(Certified
X.3.1
Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
Sebesar 100% biaya total material kayu
GREENSHIP-GBCI, (Aguilar & Vlosky, 2007), (Irland, 2007)
X.3.2
Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal
GREENSHIP-GBCI, (Aguilar & Vlosky, 2007), (Irland, 2007), (Murray & R.C.Abt, 2001)
Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh
L2-6 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan)
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X.4
MRC (Modular Design)
5
X.4.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Sebesar 30% dari total biaya material
GREENSHIP-GBCI, (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007)
X.5
MRC (Regional Material)
6
X.5.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek
Mencapai total material
50% biaya
GREENSHIP-GBCI
X.5.2
Penggunaan wilayah RI
Mencapai total material
80% biaya
GREENSHIP-GBCI
material
berasal
dari
dalam
2
3
4
5
Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh
L2-7 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan)
NO
Variabel
X.5
MRC 4 (Certified wood)
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi
1 2 3 4 5 X5.1 Penggunaan bahan material Sebesar 100% biaya total (Green Building kayu yang bersertifikat legal material kayu Council Indonesia, 2010) sesuai dengan peraturan (Aguilar & Vlosky, pemerintah tentang kayu dan 2007) sah terbebas dari (Irland, 2007) perdagangan kayu ilegal (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) X6.1 Penggunaan material Sebesar 30% dari total biaya (Green Building modular atau prafabrikasi material Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) X5.2 Penggunakan kayu Sebesar 30% penggunaan bersertifikassi dari Lembaga bahan material kayu yang Ekolabel Indonesia (LEI) sudah bersertifikat legal atau Forest Stewardship Council (FSC)
X.6
MRC 5 (Modular Design)
Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh
L2-8 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan)
NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi
1 2 3 4 5 X.7 MRC 6 Material)
(Regional X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai 50% total biaya (Green Building material Council Indonesia, 2010)
Mencapai 80% total biaya (Green Building material Council Indonesia, 2010)
Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh
L2-9 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 3 HASIL VALIDASI PAKAR
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 3. Hasil Validasi Pakar
RIDHO HAQI Faktor Yang Berpengaruh NO
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Komentar dan tanggapan Ya
X1 X2
Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse)
X1.1
X2.1
X3
MRC (Environmentally Process Product)
2
X.5
MRC 3 (Non-ODS usage) MRC 4 (Certified wood)
non-CFC
dan
pemadam v
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
X3.1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
X3.2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
v
Gedung Konventional telah menerapkan Dapat mereduce cost dengan memanfaatkan recycled material
v sda harga tidak berbeda, bisa dengan sourcing supplier v
X3.3
X4
Penggunaan refirigeran kebakaran non-halon
Tidak
X4.1 X5.1
X5.2
X.6
MRC 5 Design)
(Modular
X6.1
X.7
MRC 6 Material)
(Regional
X7.1
X7.2
Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Penggunaan material modular atau prafabrikasi Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material
harga di pasaran sama v konventional building sudah banyak memanfaatkan material tersebut v v
Sebesar 100% biaya material kayu
total
v
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
v
Mencapai 50% total biaya material
v
sudah banyak diterapkan material dengan sertifikat tersebut terbatas jumlahnya dan harga lebih mahal
sda gedung konvensional menggunakan material non modular
v
mereduce cost karena biaya delivery rendah
Mencapai 80% total biaya material
konventional building telah banyak menerapkan v
L3-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 3. (Lanjutan)
NO
Variabel
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse)
X2
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
Sub Variabel
X1.1
X3.2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang
Senilai 5% dari total biaya material
v
X3.3
Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun)
Minimal 2% dari total biaya material
v
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Sebesar 100% biaya total material kayu
v
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
v
X.5
MRC 4 (Certified wood)
X5.1
X5.2
MRC 6 Material)
(Regional
v
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
X4.1
X.7
Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran nonhalon
X3.1
X2.1
MRC 3 (Non-ODS usage)
MRC 5 (Modular Design)
Indikator
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
X4
X.6
NANA ARTHANA Faktor Yang Berpengaruh Komentar dan tanggapan Ya Tidak
X6.1
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
v
mengurangi biaya
v mengurangi biaya v
v
by design v
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek
Mencapai 50% total biaya material
v
mengurangi biaya
X7.2
Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai 80% total biaya material
v
mengurangi biaya
L3-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 3. (Lanjutan)
NO
Variabel
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X3
MRC 2 (Environmentally Process Product)
Sub Variabel X1.1
X2.1
Indikator
Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran nonhalon Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
X3.1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
X3.2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang
X3.3
Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
X4
MRC 3 (Non-ODS usage)
X4.1
X.5
MRC 4 (Certified wood)
X5.1
X5.2
NI MADE SASANTI Faktor Yang Komentar dan Berpengaruh tanggapan Ya Tidak v
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
v
mengurangi biaya
v mengurangi biaya v
Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material
v bisa iya, bisa tidak, tergantung kondisi v v
Sebesar 100% biaya total material kayu
v
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
v
X.6
MRC 5 (Modular Design)
X6.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
X.7
MRC 6 Material)
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek
Mencapai material
50%
total
biaya
v
mengurangi biaya
X7.2
Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai material
80%
total
biaya
v
mengurangi biaya
(Regional
L3-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
v
mengurangi biaya
Universitas Indonesia
Lampiran 3. (Lanjutan)
YANU ARYANI NO
Variabel
X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse)
X2
Sub Variabel X1.1
MRC (Environmentally Process Product)
2
Indikator
Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran non-halon
refrigeran non-CFC sudah umum dan banyak tersedia di pasaran, tinggal pemilihannya saja
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
X3.1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
X3.2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang
Senilai 5% dari total biaya material
X3.3
Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Penggunaan material modular atau prafabrikasi
Minimal 2% dari total biaya material
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
v
apalagi jika bangunan baru tersebut berasal dari pemugaran (major refurbishment), selain menghemat biaya konstruksi, juga mengurangi sampah konstruksi
v sda material ini available di market. Yang diperlukan pemilihan material dari vendor yang bersertifikat v
v
X4 X.5
MRC 3 (Non-ODS usage) MRC 4 (Certified wood)
Komentar dan tanggapan
v
X2.1
X3
Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak
X4.1 X5.1
X5.2
X.6
MRC 5 Design)
(Modular
X6.1
X.7
MRC 6 Material)
(Regional
X7.1
v v Sebesar 100% biaya total material kayu
v
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
v
Mencapai 50% total biaya material
v
Mencapai 80% total biaya material
v
produk masih jarang di pasaran sehingga biasanya lebih mahal biasanya, biayanya untuk kayu bersertifikat lebih mahal karena untuk biaya lingkungan. Dan hingga saat ini ketersediaan kayu bersertifikat belum beredar dan diketahui oleh umum
v
X7.2
kesulitannya adalah mencari material konstruksi yang daur ul;ang, tidak semudah material dari bisnis as usual tergantung arsiteknya dengan kekuatan material ini
L3-4 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
idem harga sama seperti material dengan konstruksi umum, hanya masalahnya lamanya waktu untuk pemesanan dan presisi yang optimal bisa lebih murah karena tidak perlu produk impor dan ikut mendukung produksi nasional
Universitas Indonesia
Lampiran 3. (Lanjutan)
DIAN FITRIA NO
Variabel
Sub Variabel
Faktor Yang Berpengaruh
Indikator
Ya X1
Prasyarat Fundamental Refrigerant
X2
MRC 1 (building and material reuse)
X1.1
Komentar dan tanggapan
Tidak
Penggunaan refirigeran non-CFC dan pemadam kebakaran non-halon v
X3
MRC (Environmentally Process Product)
2
X2.1 X3.1
Penggunaan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara.
X3.2
Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang
X3.3
X4 X.5
MRC 3 (Non-ODS usage) MRC 4 (Certified wood)
Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding
X4.1 X5.1
X5.2
Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material.
v
mengurangi biaya
v mengurangi biaya v
Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material
v
Pre consumer -> sisa produksi, post consumer -> setelah pakai
v v Sebesar 100% material kayu
biaya
total v
Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material
v
v
www.lei.co.id menurunkan biaya, no waste biaya transportasi
X.6
MRC 5 Design)
(Modular
X6.1
Penggunaan material modular atau prafabrikasi
X.7
MRC 6 Material)
(Regional
X7.1
Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek
Mencapai material
50%
total
biaya
v
X7.2
Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI
Mencapai material
80%
total
biaya
v
L3-5 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4 PROFIL RESPONDEN
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 4. Profil Responden
No
Nama
Nama Proyek
Jabatan
Pengalam an Kerja (th) 25
Pendi dikan
1
Utuy R Sulaiman
Ged Utama Kementerian PU
Peng Teknis
2
Hendro Dewantoro,
Ged Utama Kementerian PU
SOM
12
s1
3
Ir. Dadang Supriandoko Untung Susilo
Ged Utama Kementerian PU
Peng Teknis
25
s2
Ged Utama Kementerian PU
Staf Teknik
3
s1
5
Muhammad Sandy Yudha Pratama
Ged Utama Kementerian PU
Engineer ME
4
s1
6
Tulus RS
Ged Utama Kementerian PU
Peng Teknis
29
s2
7
Suci Dwi Cahyani
Kemang Village Residence
SEM
5
s1
8
Wiratno
Kemang Village
SOM
25
s1
9
Sandi Darmawan,
Kemang Village Residence
Quality Control
4
s1
10
Triady AK
Kemang Village
SEM
7
s1
11
Andy Paramita
Hotel Kemang JW Marriot
GSP
18
d3
12
Bambang Tutuko
GP dan ME
24
s1
13
Chary Bintoro
Perencanaan Gedung KBI Solo Gedung Penataan Ruang PU
20
s1
14
19
s1
15
Aswin Gautama Pohan, ipm Kalsum
Team Leader & GP Konsultan SEM
15
s1
16
Dian Intan P
Gedung Kemenakertrans Nifarro Apartment
Manager QC
8
s1
17
Sardjani
Nifarro Apartment
SOM
15
s1
18
Agus Ruliyanto
World Class University
Ka. Lapangan
7
s1
19
Kurniawan
World Class University
HSE
7
s1
20
Wildan Nachdy
Kantor Jasamarga
Site Engineer
4
s2
21
Henry Ardianto
Kantor Jasamarga
Site Engineer
10
s1
22
Yadi Triyadi
PKIA - RSCM
Engineering
10
s1
23
Nurkholim, ST
PKIA - RSCM
POP
14
s1
24
Gema Khalid Nur
PKIA - RSCM
Engineer
5
s1
25
Sukmono Irwan D.
PKIA - RSCM
GSP
12
d3
26
Dedi Nurtopo
PKIA - RSCM
QS
6
s1
27
Surahman
Eye Centre RSCM
Site Engineer
7
s1
28
Anton I
Site Manager
7
s1
29
Indra Jaya
Site Manager
6
s1
30
-
Gedung Laboratorium Biomedis Kemenkes Gedung Kantor Bank BNI Cab. Gunung Sitoli World Class University
Staf Teknik
2
s1
31
-
World Class University
Site Engineer Manager
15
s1
4
Ciputra World Parkir
L4-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
s2
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 5 TABULASI HASIL PENGUMPULAN DATA KUISIONER TAHAP 2
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 5. Tabulasi Hasil pengumpulan Data Kuisioner Tahap 2
X.2 X.1.1
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
X.3
X.1.1.1
X.1.1.2
2 4 2 4 2 3 3 5 4 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 4 2 3 1 3 2 1 3 4 3 1 2
2 4 2 4 3 3 4 5 5 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2
X.5
X.6
X.7
X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 2 3 3 3 2 2 5 5 5 4 5 5 2 2 2 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 4 5 2 2 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 5 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 5 3 4 2 5 2 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
L5-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 6 TABEL OUTPUT UJI VALIDASI PEARSON CORRELATION
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 6. Tabel Output Uji Validitas dengan Pearson Correlation
Correlations
X.1.1.1
Pearson Correlation
X.1.1.1 1
Sig. (2-tailed) N X.1.1.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.2.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.3.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.4.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.5.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.5.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X.1.1.2 ,868**
X.2.1 ,542**
X.3.1 ,654**
X.3.2 ,513**
X.4.1 ,775**
X.5.1 ,609**
X.5.2 ,643**
TOTAL ,821**
,000
,002
,000
,003
,000
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
,868**
1
,624**
,666**
,496**
,660**
,578**
,618**
,811**
,000
,000
,005
,000
,001
,000
,000
,000 31
31
31
31
31
31
31
31
31
,542**
,624**
1
,793**
,752**
,543**
,746**
,553**
,849**
,002
,000
,000
,000
,002
,000
,001
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
**
**
**
1
**
**
**
**
,934**
,654
,666
,793
,000
,000
,000
31
31
31
31
**
**
**
**
,513
,003
,496
,752
,005
,000
,830
,830
,730
,707
,819
,000
,000
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
1
*
**
**
,802**
,000
,000
,000
,450
,011
,563
,001
,625
31
31
31
31
31
31
31
31
31
,775**
,660**
,543**
,730**
,450*
1
,597**
,726**
,798**
,000
,000
,002
,000
,011
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
,609**
,578**
,746**
,707**
,563**
,597**
1
,663**
,826**
,000
,001
,000
,000
,001
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
,643**
,618**
,553**
,819**
,625**
,726**
,663**
1
,837**
,000
,000
,001
,000
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
**
**
**
**
**
**
**
**
1
,821
,811
,849
,934
,802
,798
,826
,000
,837
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
31
31
31
31
31
31
31
31
31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
L6-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 7 PERHITUNGAN BIAYA MATERIAL BERSERTIFIKAT ISO 14001
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Material Bersertifikat ISO 14001
Lantai Dasar 1.444.614.266,38
Struktur Pekerjaan Beton Struktural
1.444.614.266,38
Sloof Beton TB1 300x600
374.907.542,73
Sloof Beton TB2 250x450
79.705.041,99
Kolom Beton K1 450x450
392.188.433,90
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
456.427.492,80
Pelat Lantai Beton t = 100 mm
29.306.365,40
Pelat Beton Tangga Type 1
11.487.472,50
Pelat Beton Tangga Type 2
13.456.753,50
Pelat Beton Tangga Type 3
18.051.742,50
Kolom Beton K2 200x200
5.306.973,58
Balok Beton B3 200x400
4.301.445,02
Balok Beton B4 300x450
8.225.764,44
Dinding Beton W1
51.249.238,02 149.480.460,00
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA
149.480.460,00
a. Tipe : Wall mounted - FCU D-1 s/d FCU-D-4; FCU-D-13; FCU-D-14; FCU-D-16; FCU-D-17
67.261.744,00
- kapasitas : 18.000 btu/h - FCU D-5
4.739.099,00
- kapasitas : 12.000 btu/h - FCU D-6; FCU D-7
6.826.780,00
- kapasitas : 5.000 btu/h - FCU D-8 s/d FCU-D-12 - kapasitas : 22.000 btu/h - FCU D-15 - kapasitas : 14.000 btu/h
63.652.600,00 7.000.237,00
L7-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan) 365.614.715,09
Arsitektur Pekerjaan Beton Non Struktural
21.482.843,42
Kolom praktis 110x110
7.381.615,40
Balok Lintel 110x110 Meja beton bertulang t = 100 mm
13.383.189,66 718.038,36
Pekerjaan Metal Arsitektural
63.039.302,40
Railing Steel + Kaca
42.224.438,40
Railing Steel Pipe
20.814.864,00 13.692.591,20
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
Lapisan Kedap Air
2.630.948,00
Waterproofing untuk toilet area
2.630.948,00
Penutup Dinding
11.061.643,20
Dinding Gypsum
11.061.643,20
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
77.194.648,90
Jendela Dan Bukaan
77.194.648,90
Dinding Kaca
77.194.648,90
Pekerjaan Penyelesaian Langit-langit / Plafon
135.299.428,17 50.572.866,39
Pas. Plafond Kalsiboard
5.709.689,27
Pas. Plafond Gypsum
44.863.177,12
Pengecatan dan Pelapisan
84.726.561,78
Cat dinding Interior
23.491.576,29
Cat dinding Exterior (Weathershield)
23.820.518,40
Cat Plafond
37.414.467,09
PEKERJAAN MEKANIKAL
54.905.901,00
Perlengkapan Plambing
54.905.901,00
Washtafel
8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.170.804,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir
2.226.447,00
Janitor
4.356.254,00
L7-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan)
Lantai 1 Struktur
2.424.724.368,26
Pekerjaan Beton Struktural
2.373.720.999,21
Balok Beton B1 300x600
370.547.069,40
Balok Beton B1A 300x600
4.248.905,44
Balok Beton B2 250x450
120.963.516,80
Kolom Beton K1 450x450
378.755.554,17
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
672.936.790,89
Ring Balok Beton RB1 300x600
160.420.249,60
Ring Balok Beton RB2 250x450
32.998.107,87
Pelat Dak Beton S2 t = 110 mm
469.241.266,37
Pelat Beton Tangga Type 1
13.194.564,60
Pelat Beton Tangga Type 2
15.426.481,00
Pelat Beton Tangga Type 3
16.903.484,50
Kolom Beton K2 200x200
5.812.571,16
Balok Beton B3 200x400
4.301.445,02
Balok Beton B4 300x450
8.225.764,44
Dinding Beton W1
48.741.858,90
Metal Struktural
51.003.369,05
Plat Baja t=4 mm
30.724.907,85
Agkur
20.278.461,20
L7-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan) Arsitektur
819.459.878,71
PEKERJAAN BETON
22.768.865,04
Pekerjaan Beton Non Struktural
22.768.865,04
Kolom praktis 110x110
9.724.475,94
Balok Lintel 110x110
11.746.396,68
Meja beton bertulang t = 100 mm
1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
132.124.827,20
Pekerjaan Metal Arsitektural
132.124.827,20
Railing Steel + Kaca
109.575.391,20
Railing Steel Pipe
22.549.436,00
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
86.282.018,35
Lapisan Kedap Air
16.437.554,29
Waterproofing untuk toilet area
2.785.732,24
Waterproofing screed untuk Roof
13.651.822,05
Penutup Dinding
69.844.464,06
Dinding Gypsum
69.844.464,06
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
416.978.719,00
Jendela dan Bukaan Dinding Kaca
416.978.719,00
PEKERJAAN PENYELESAIAN
79.135.296,12
Langit-langit / Plafon
8.806.422,33
Pas. Plafond Kalsiboard
7.505.487,33
Pas. Plafond Gypsum
1.300.935,00
Pengecatan dan Pelapisan
70.328.873,79
Cat dinding Interior
45.443.162,31
Cat dinding Exterior (Weathershield)
22.237.076,40
Cat Plafond
2.648.635,08
PEKERJAAN MEKANIKAL
82.170.153,00
Perlengkapan Plambing
82.170.153,00
Washtafel
10.380.175,00
Hang Washtafel
6.676.369,00
Kloset Duduk
32.136.660,00
Shower Set
9.911.840,00
Floor drain
4.303.234,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir
2.226.447,00
Janitor
4.356.254,00
Kitchenzink berikut Kran
2.477.960,00
L7-4 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan)
Mekanikal
413.565.332,00
PEKERJAAN TATA UDARA AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol dan support
413.565.332,00 413.565.332,00
a. Tipe : Wall mounted - FCU 1-30/CU 1-30; FCU 1-31/CU 1-31; FCU 1-32/CU 1-32; FCU 1-33/CU 1-33
50.922.080,00
- kapasitas : 22.000 btu/h - FCU 1-5/CU 1-5; FCU 1-6/CU 1-6; FCU 1-16/CU 1-16; FCU 1-17/CU 1-17
13.653.560,00
- kapasitas : 9.000 btu/h - FCU 1-3/CU 1-3; FCU 1-4/CU 1-4; FCU 1-7/CU 1-7; FCU 1-8/CU 1-8
13.653.560,00
- kapasitas : 7.000 btu/h b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 1-11/CU 1-11
26.638.070,00
- kapasitas : 48.000 btu/h - FCU 1-9/CU 1-9; FCU 1-10/CU 1-10 - kapasitas : 32.000 btu/h - FCU 1-19/CU 1-19; FCU 1-21/CU 1-21; FCU 1-22/CU 1-22; FCU 1-26/CU 1-26; FCU 1-27/CU 1-27
35.930.420,00
83.631.150,00
- kapasitas : 30.000 btu/h - FCU 1-1/CU 1-1; FCU 1-2/CU 1-2; FCU 1-18/CU 1-18 - kapasitas : 28.000 btu/h - FCU 1-13/CU 1-13 s/d FCU 1-15/CU 1-15
46.461.750,00
47.669.757,00
- kapasitas : 24.000 btu/h - FCU 1-20/CU 1-20; FCU 1-34/CU 1-34; FCU 1-35/CU 1-35
52.966.395,00
- kapasitas : 22.000 btu/h - FCU 1-12/CU 1-12; FCU 1-24/CU 1-24; FCU 1-25/CU 1-25; FCU 1-28/CU 1-28; FCU 1-29/CU 1-29 - kapasitas : 18.000 btu/h
42.038.590,00
L7-5 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan) Lantai 2 1.021.319.811,14
Struktur Pekerjaan Beton Struktural Balok Beton B1 300x600 Balok Beton B1A 300x600
1.004.318.956,57 240.151.972,88 4.070.881,36
Balok Beton B2 250x450
65.575.684,20
Kolom Beton K1 450x450
195.056.363,74
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
433.639.823,01
Pelat Beton Tangga Type 1
8.205.575,00
Pelat Beton Tangga Type 2
9.288.710,90
Pelat Beton Tangga Type 3
14.770.035,00
Kolom Beton K2 200x200
4.389.554,43
Balok Beton B3 200x400
1.431.673,60
Balok Beton B4 300x450
7.365.909,03
Dinding Beton W1
20.372.773,42
Metal Struktural
17.000.854,57
Plat Baja t=4 mm
10.241.635,95
Agkur
6.759.218,62
L7-6 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan)
Arsitektur PEKERJAAN BETON
570.482.975,53 17.505.452,32
Pekerjaan Beton Non Struktural Kolom praktis 110x110 Balok Lintel 110x110 Meja beton bertulang t = 100 mm
17.505.452,32 7.638.367,24 8.569.092,66 1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
68.961.626,80
Pekerjaan Metal Arsitektural
68.961.626,80
Railing Steel + Kaca
55.605.422,40
Railing Steel Pipe
13.356.204,40
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
150.988.567,22
Lapisan Kedap Air
131.047.873,86
Waterproofing untuk toilet area
2.905.949,28
Waterproofing screed untuk Roof
128.141.924,58
Penutup Dinding
19.940.693,36
Dinding Gypsum
19.940.693,36
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
164.994.966,60
Dinding Kaca
164.994.966,60
PEKERJAAN PENYELESAIAN
106.065.761,59
Langit-langit / Plafon
68.621.025,73
Pas. Plafond Kalsiboard
6.221.696,52
Pas. Plafond Gypsum
566.340,37
Pengecatan dan Pelapisan
37.444.735,86
Cat dinding Interior
24.388.252,98
Cat dinding Exterior (Weathershield)
11.889.691,80
Cat Plafond
1.166.791,08
PEKERJAAN MEKANIKAL
61.966.601,00
Perlengkapan Plambing
61.966.601,00
Washtafel
8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.397.290,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir
2.226.447,00
Janitor
8.712.508,00
Kitchenzink berikut Kran
2.477.960,00
L7-7 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan)
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol dan support
317.966.872,00 317.966.872,00 317.966.872,00
a. Tipe : Wall mounted - FCU 2-19/CU 2-19 s/d FCU 2-22/CU 2-22
66.904.920,00
- kapasitas : 30.000 btu/h - FCU 2-3/CU 2-3 s/d FCU 2-6/CU 2-6
70.621.860,00
- kapasitas : 22.000 btu/h - FCU 2-1/CU 2-1; FCU 2-7/CU 2-7 s/d FCU 2-11/CU 2-11
90.321.642,00
- kapasitas : 20.000 btu/h - FCU 2-25/CU 2-25
8.407.718,00
- kapasitas : 14.000 btu/h - FCU 2-14/CU 2-14
4.739.099,00
- kapasitas : 12.000 btu/h - FCU 2-2/CU 2-2
4.150.583,00
- kapasitas : 9.000 btu/h - FCU 2-12/CU 2-12; FCU 2-13/CU 2-13; FCU 2-16/CU 2-16 s/d FCU 2-18/CU 2-18
17.066.950,00
- kapasitas : 5.000 btu/h b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 2-15/CU 2-15
19.823.680,00
- kapasitas : 36.000 btu/h - FCU 2-23/CU 2-23 s/d FCU 2-24/CU 2-24
35.930.420,00
- kapasitas : 32.000 btu/h
L7-8 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan) Lantai 3 Struktur
1.713.288.399,19
Pekerjaan Beton Struktural
1.679.286.690,05
Balok Beton B1 300x600
240.151.972,88
Balok Beton B1A 300x600
4.070.881,36
Balok Beton B2 250x450
65.575.684,20
Kolom Beton K1 450x450
195.193.561,68
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
433.639.823,01
Ring Balok Beton RB1 300x600
248.125.990,55
Ring Balok Beton RB2 250x450
66.264.392,51
Pelat Atap Beton S2 t = 110 mm
373.288.165,38
Pelat Beton Tangga Type 1
8.205.575,00
Pelat Beton Tangga Type 2
9.518.467,00
Kolom Beton K2 200x200
2.317.908,99
Balok Beton B3 200x400
1.434.330,45
Dinding Beton W1
31.499.937,04
Metal Struktural
34.001.709,14
Plat Baja t=4 mm
20.483.271,90
Agkur
13.518.437,24
612.696.860,35
Arsitektur PEKERJAAN BETON
28.128.559,70
Pekerjaan Beton Non Struktural
28.128.559,70
Kolom praktis 110x110
9.981.227,78
Balok Lintel 110x110
16.849.339,50
Meja beton bertulang t = 100 mm
1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
28.372.642,00
Pekerjaan Metal Arsitektural
28.372.642,00
Railing Steel + Kaca
16.057.180,80
Railing Steel Pipe
12.315.461,20
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
34.547.217,16
Lapisan Kedap Air
2.905.565,20
Waterproofing untuk toilet area
2.905.565,20
Penutup Dinding
31.641.651,96
Dinding Gypsum
31.641.651,96
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
396.739.980,70
Dinding Kaca
396.739.980,70
L7-9 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan) PEKERJAAN PENYELESAIAN Langit-langit / Plafon Pas. Plafond Kalsiboard
60.715.412,79 6.786.958,98 6.220.618,61
Pas. Plafond Gypsum
566.340,37
Pengecatan dan Pelapisan
53.928.453,81
Cat dinding Interior
31.512.218,01
Cat dinding Exterior (Weathershield)
21.295.188,60
Cat Plafond PEKERJAAN MEKANIKAL Perlengkapan Plambing
1.121.047,20 64.193.048,00 64.193.048,00
Washtafel
8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.397.290,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir
4.452.894,00
Janitor
8.712.508,00
Kitchenzink berikut Kran
2.477.960,00 267.899.691,00
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA
AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol dan support a. Tipe : Wall mounted - FCU 3-11/CU 3-11; FCU 3-12/CU 3-12
267.899.691,00 267.899.691,00
31.593.990,00
- kapasitas : 28.000 btu/h - FCU 3-31/CU 3-31
15.053.607,00
- kapasitas : 20.000 btu/h - FCU 3-15/CU 3-15 s/d FCU 3-20/CU 3-20 - kapasitas : 18.000 btu/h - FCU 3-1/CU 3-1; FCU 3-13/CU 3-13; FCU 3-27/CU 3-27; FCU 3-28/CU 3-28
50.446.308,00
18.956.396,00
- kapasitas : 12.000 btu/h - FCU 3-2/CU 3-2; FCU 3-5/CU 3-5; FCU 3-6/CU 3-6; FCU 3-14/CU 3-14 - kapasitas : 7.000 btu/h - FCU 3-7/CU 3-7 s/d FCU 3-10/CU 3-10; FCU 3-25/CU 3-25; FCU 3-26/CU 3-26; FCU 3-29/CU 3-29; FCU 3-30/CU 3-30 - kapasitas : 5.000 btu/h b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 3-21/CU 3-21 s/d FCU 3-24/CU 3-24 - kapasitas : 34.000 btu/h - FCU 3-3/CU 3-3; FCU 3-4/CU 3-4 - kapasitas : 32.000 btu/h
13.653.560,00
27.307.120,00
75.577.780,00 35.310.930,00
L7-10 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 7. (Lanjutan)
Lantai Atap 243.224.308,98
Arsitektur PEKERJAAN LEMBAB
PERLINDUNGAN
PANAS
&
243.224.308,98
Lapisan Kedap Air
243.224.308,98
Waterproofing screed untuk Roof
243.224.308,98
Facade 1.650.840.367,25
Arsitektur PEKERJAAN FASADE
1.650.840.367,25
Pekerjaan Fasade
1.650.840.367,25
Jendela kaca t=5cm
1.027.467.529,30
Allumunium Composite Panel
623.372.837,95
L7-11 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 8 PERHITUNGAN BIAYA MATERIAL REGIONAL MATERIAL
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Material Regional Material Lantai Dasar Struktur Pekerjaan Beton Struktural
1.444.614.266,38
Sloof Beton TB1 300x600
374.907.542,73
Sloof Beton TB2 250x450
79.705.041,99
Kolom Beton K1 450x450
392.188.433,90
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
456.427.492,80
Pelat Lantai Beton t = 100 mm
29.306.365,40
Pelat Beton Tangga Type 1
11.487.472,50
Pelat Beton Tangga Type 2
13.456.753,50
Pelat Beton Tangga Type 3
18.051.742,50
Kolom Beton K2 200x200
5.306.973,58
Balok Beton B3 200x400
4.301.445,02
Balok Beton B4 300x450
8.225.764,44
Dinding Beton W1
51.249.238,02
Arsitektur Pekerjaan Beton Non Struktural Kolom praktis 110x110
21.482.843,42 7.381.615,40
Balok Lintel 110x110
13.383.189,66
Meja beton bertulang t = 100 mm
718.038,36
Pekerjaan Metal Arsitektural
63.039.302,40
Railing Steel + Kaca
42.224.438,40
Railing Steel Pipe PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB Lapisan Kedap Air
20.814.864,00 13.692.591,20 2.630.948,00
Waterproofing untuk toilet area
2.630.948,00
Penutup Dinding
11.061.643,20
Dinding Gypsum
11.061.643,20
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
77.194.648,90
Jendela Dan Bukaan
77.194.648,90
Dinding Kaca
77.194.648,90
Pekerjaan Penyelesaian
135.299.428,17
Langit-langit / Plafon
50.572.866,39
Pas. Plafond Kalsiboard
5.709.689,27
Pas. Plafond Gypsum
44.863.177,12
Pengecatan dan Pelapisan
84.726.561,78
Cat dinding Interior
23.491.576,29
Cat dinding Exterior (Weathershield) Cat Plafond
23.820.518,40 37.414.467,09
L8-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) PEKERJAAN MEKANIKAL
54.905.901,00
Perlengkapan Plambing Washtafel
54.905.901,00 8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.170.804,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir
2.226.447,00
Janitor
4.356.254,00
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol a. Tipe : Wall mounted - FCU D-1 s/d FCU-D-4; FCU-D-13; FCU-D-14; FCU-D-16; FCU-D-17 - kapasitas : 18.000 btu/h - FCU D-5
149.480.460,00 149.480.460,00 67.261.744,00 4.739.099,00
- kapasitas : 12.000 btu/h - FCU D-6; FCU D-7
6.826.780,00
- kapasitas : 5.000 btu/h - FCU D-8 s/d FCU-D-12
63.652.600,00
- kapasitas : 22.000 btu/h - FCU D-15
7.000.237,00
- kapasitas : 14.000 btu/h Sistem Penerangan Lampu TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency c/w TLD TMS/236, 2 x 36 w, Surface Mounted Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E27
73.667.734,00 38.380.740,00 4.008.324,00 5.095.926,00 632.995,00
TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted
1.356.684,00
Exit Lamp TL 1 x 8 w
2.293.352,00
Downlight PLE 14 w, E27 Surface Mounted
5.854.185,00
Downlight PLE 14 w, E27
11.017.008,00
Lampu Roset PLE 11 w, E27
5.028.520,00
PEKERJAAN PASANGAN
192.553.407,76
Pelesteran Plesteran + Acian
91.616.896,56 68.082.785,40
Acian Halus Beton
23.534.111,16
Pasangan Batu Bata Beton Pas. Dinding Bata Beton Ringan
100.936.511,20 100.936.511,20
L8-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan)
Lantai 1 Struktur Pekerjaan Beton Struktural
2.373.720.999,21
Balok Beton B1 300x600
370.547.069,40
Balok Beton B1A 300x600
4.248.905,44
Balok Beton B2 250x450
120.963.516,80
Kolom Beton K1 450x450
378.755.554,17
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
672.936.790,89
Ring Balok Beton RB1 300x600
160.420.249,60
Ring Balok Beton RB2 250x450
32.998.107,87
Pelat Dak Beton S2 t = 110 mm
469.241.266,37
Pelat Beton Tangga Type 1
13.194.564,60
Pelat Beton Tangga Type 2
15.426.481,00
Pelat Beton Tangga Type 3
16.903.484,50
Kolom Beton K2 200x200
5.812.571,16
Balok Beton B3 200x400
4.301.445,02
Balok Beton B4 300x450
8.225.764,44
Dinding Beton W1
48.741.858,90
Metal Struktural
51.003.369,05
Plat Baja t=4 mm
30.724.907,85
Agkur
20.278.461,20
Arsitektur PEKERJAAN BETON
22.768.865,04
Pekerjaan Beton Non Struktural
22.768.865,04
Kolom praktis 110x110
9.724.475,94
Balok Lintel 110x110
11.746.396,68
Meja beton bertulang t = 100 mm
1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
132.124.827,20
Pekerjaan Metal Arsitektural
132.124.827,20
Railing Steel + Kaca
109.575.391,20
Railing Steel Pipe
22.549.436,00
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
86.282.018,35
Lapisan Kedap Air
16.437.554,29
Waterproofing untuk toilet area
2.785.732,24
Waterproofing screed untuk Roof
13.651.822,05
Penutup Dinding
69.844.464,06
Dinding Gypsum
69.844.464,06
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
416.978.719,00
L8-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) Dinding Kaca
416.978.719,00
PEKERJAAN PENYELESAIAN Langit-langit / Plafon
79.135.296,12 8.806.422,33
Pas. Plafond Kalsiboard
7.505.487,33
Pas. Plafond Gypsum
1.300.935,00
Pengecatan dan Pelapisan
70.328.873,79
Cat dinding Interior
45.443.162,31
Cat dinding Exterior (Weathershield)
22.237.076,40
Cat Plafond
2.648.635,08
PEKERJAAN MEKANIKAL Perlengkapan Plambing Washtafel Hang Washtafel
82.170.153,00 82.170.153,00 10.380.175,00 6.676.369,00
Kloset Duduk
32.136.660,00
Shower Set
9.911.840,00
Floor drain
4.303.234,00
Urinoir Sekat Urinoir Janitor Kitchenzink berikut Kran
9.701.214,00 2.226.447,00 4.356.254,00 2.477.960,00
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA
413.565.332,00 413.565.332,00
AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol a. Tipe : Wall mounted - FCU 1-30/CU 1-30; FCU 1-31/CU 1-31; FCU 1-32/CU 1-32; FCU 1-33/CU 1-
50.922.080,00
- FCU 1-5/CU 1-5; FCU 1-6/CU 1-6; FCU 1-16/CU 1-16; FCU 1-17/CU 1-17
13.653.560,00
- FCU 1-3/CU 1-3; FCU 1-4/CU 1-4; FCU 1-7/CU 1-7; FCU 1-8/CU 1-8
13.653.560,00
b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 1-11/CU 1-11 - FCU 1-9/CU 1-9; FCU 1-10/CU 1-10
26.638.070,00 35.930.420,00
- FCU 1-19/CU 1-19; FCU 1-21/CU 1-21; FCU 1-22/CU 1-22; FCU 1-26/CU 1- FCU 1-1/CU 1-1; FCU 1-2/CU 1-2; FCU 1-18/CU 1-18 - FCU 1-13/CU 1-13 s/d FCU 1-15/CU 1-15
83.631.150,00 46.461.750,00 47.669.757,00
- FCU 1-20/CU 1-20; FCU 1-34/CU 1-34; FCU 1-35/CU 1-35
52.966.395,00
- FCU 1-12/CU 1-12; FCU 1-24/CU 1-24; FCU 1-25/CU 1-25; FCU 1-28/CU 128; FCU 1-29/CU 1-29
42.038.590,00
L8-4 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan)
Sistem Penerangan
173.926.275,00
Lampu TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted
92.113.776,00
TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency c/w Battery Nicad TLD TMS/236, 2 x 36 w, Recessed Mounted
32.066.592,00 849.321,00
TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted
2.531.980,00
TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc Exit Lamp TL 1 x 8 w
1.356.684,00 4.586.704,00
Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E27
2.341.674,00
Downlight PLE 14 w, E27
33.051.024,00
Lampu Roset PLE 11 w, E27
5.028.520,00
PEKERJAAN PASANGAN
282.245.713,27
Pelesteran
123.579.381,51
Plesteran + Acian
107.021.757,21
Acian Halus Beton
16.557.624,30
Pasangan Batu Bata Beton
158.666.331,76
Pas. Dinding Bata Beton Ringan
158.666.331,76
L8-5 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) Lantai 2 Struktur Pekerjaan Beton Struktural Balok Beton B1 300x600
1.004.318.956,57 240.151.972,88
Balok Beton B1A 300x600
4.070.881,36
Balok Beton B2 250x450
65.575.684,20
Kolom Beton K1 450x450
195.056.363,74
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
433.639.823,01
Pelat Beton Tangga Type 1
8.205.575,00
Pelat Beton Tangga Type 2
9.288.710,90
Pelat Beton Tangga Type 3
14.770.035,00
Kolom Beton K2 200x200
4.389.554,43
Balok Beton B3 200x400
1.431.673,60
Balok Beton B4 300x450
7.365.909,03
Dinding Beton W1
20.372.773,42
Metal Struktural
17.000.854,57
Plat Baja t=4 mm
10.241.635,95
Agkur
6.759.218,62
Arsitektur PEKERJAAN BETON
17.505.452,32
Pekerjaan Beton Non Struktural
17.505.452,32
Kolom praktis 110x110
7.638.367,24
Balok Lintel 110x110
8.569.092,66
Meja beton bertulang t = 100 mm
1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
68.961.626,80
Pekerjaan Metal Arsitektural
68.961.626,80
Railing Steel + Kaca
55.605.422,40
Railing Steel Pipe
13.356.204,40
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
150.988.567,22
Lapisan Kedap Air
131.047.873,86
Waterproofing untuk toilet area
2.905.949,28
Waterproofing screed untuk Roof
128.141.924,58
Penutup Dinding
19.940.693,36
Dinding Gypsum
19.940.693,36
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
164.994.966,60
Dinding Kaca
164.994.966,60
PEKERJAAN PENYELESAIAN
106.065.761,59
Langit-langit / Plafon Pas. Plafond Kalsiboard Pas. Plafond Gypsum
68.621.025,73 6.221.696,52 566.340,37
L8-6 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) Pengecatan dan Pelapisan
37.444.735,86
Cat dinding Interior Cat dinding Exterior (Weathershield)
24.388.252,98 11.889.691,80
Cat Plafond
1.166.791,08
PEKERJAAN MEKANIKAL
61.966.601,00
Perlengkapan Plambing
61.966.601,00
Washtafel
8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.397.290,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir Janitor Kitchenzink berikut Kran AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel a. Tipe : Wall mounted
2.226.447,00 8.712.508,00 2.477.960,00 317.966.872,00
- FCU 2-19/CU 2-19 s/d FCU 2-22/CU 2-22
66.904.920,00
- FCU 2-3/CU 2-3 s/d FCU 2-6/CU 2-6 - FCU 2-1/CU 2-1; FCU 2-7/CU 2-7 s/d FCU 2-11/CU 2-11 - FCU 2-25/CU 2-25 - FCU 2-14/CU 2-14 - FCU 2-2/CU 2-2 - FCU 2-12/CU 2-12; FCU 2-13/CU 2-13; FCU 2-16/CU 2-16 s/d
70.621.860,00 90.321.642,00 8.407.718,00 4.739.099,00 4.150.583,00 17.066.950,00
b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 2-15/CU 2-15 - FCU 2-23/CU 2-23 s/d FCU 2-24/CU 2-24 Sistem Penerangan Lampu
19.823.680,00 35.930.420,00 137.081.032,00
TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted
83.158.270,00
TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted,
20.041.620,00
TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted Exit Lamp TL 1 x 8 w
452.228,00 3.797.970,00 3.440.028,00
Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E27
2.341.674,00
Downlight PLE 14 w, E27
18.820.722,00
Lampu Roset PLE 11 w, E27
5.028.520,00
PEKERJAAN PASANGAN
150.241.298,31
Pelesteran
64.110.999,27
Plesteran + Acian
58.095.406,47
Acian Halus Beton Pasangan Batu Bata Beton Pas. Dinding Bata Beton Ringan
6.015.592,80 86.130.299,04 86.130.299,04
L8-7 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan)
Lantai 3 Struktur Pekerjaan Beton Struktural
1.679.286.690,05 240.151.972,88
Balok Beton B1 300x600 Balok Beton B1A 300x600
4.070.881,36
Balok Beton B2 250x450
65.575.684,20
Kolom Beton K1 450x450
195.193.561,68
Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm
433.639.823,01
Ring Balok Beton RB1 300x600
248.125.990,55
Ring Balok Beton RB2 250x450
66.264.392,51
Pelat Atap Beton S2 t = 110 mm
373.288.165,38
Pelat Beton Tangga Type 1
8.205.575,00
Pelat Beton Tangga Type 2
9.518.467,00
Kolom Beton K2 200x200
2.317.908,99
Balok Beton B3 200x400
1.434.330,45
Dinding Beton W1
31.499.937,04
Metal Struktural
34.001.709,14
Plat Baja t=4 mm
20.483.271,90
Agkur
13.518.437,24
Arsitektur PEKERJAAN BETON
28.128.559,70
Pekerjaan Beton Non Struktural
28.128.559,70
Kolom praktis 110x110
9.981.227,78
Balok Lintel 110x110
16.849.339,50
Meja beton bertulang t = 100 mm
1.297.992,42
PEKERJAAN METAL
28.372.642,00
Pekerjaan Metal Arsitektural
28.372.642,00
Railing Steel + Kaca
16.057.180,80
Railing Steel Pipe
12.315.461,20
PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
34.547.217,16
Lapisan Kedap Air
2.905.565,20
Waterproofing untuk toilet area
2.905.565,20
Penutup Dinding
31.641.651,96
Dinding Gypsum
31.641.651,96
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
396.739.980,70
Dinding Kaca
396.739.980,70
PEKERJAAN PENYELESAIAN
60.715.412,79
Langit-langit / Plafon
6.786.958,98
L8-8 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) Pas. Plafond Kalsiboard Pas. Plafond Gypsum
6.220.618,61 566.340,37
Pengecatan dan Pelapisan
53.928.453,81
Cat dinding Interior
31.512.218,01
Cat dinding Exterior (Weathershield)
21.295.188,60
Cat Plafond
1.121.047,20
PEKERJAAN MEKANIKAL
64.193.048,00
Perlengkapan Plambing
64.193.048,00
Washtafel
8.304.140,00
Hang Washtafel
5.722.602,00
Kloset Duduk
21.424.440,00
Floor drain
3.397.290,00
Urinoir
9.701.214,00
Sekat Urinoir Janitor Kitchenzink berikut Kran
4.452.894,00 8.712.508,00 2.477.960,00
Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA
267.899.691,00
AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain,
267.899.691,00
a. Tipe : Wall mounted - FCU 3-11/CU 3-11; FCU 3-12/CU 3-12
31.593.990,00
- FCU 3-31/CU 3-31
15.053.607,00
- FCU 3-15/CU 3-15 s/d FCU 3-20/CU 3-20
50.446.308,00
- FCU 3-1/CU 3-1; FCU 3-13/CU 3-13; FCU 3-27/CU 3-27; FCU 3-28/
18.956.396,00
- FCU 3-2/CU 3-2; FCU 3-5/CU 3-5; FCU 3-6/CU 3-6; FCU 3-14/CU 3-
13.653.560,00
- FCU 3-7/CU 3-7 s/d FCU 3-10/CU 3-10; FCU 3-25/CU 3-25; FCU 3-
27.307.120,00
b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 3-21/CU 3-21 s/d FCU 3-24/CU 3-24
75.577.780,00
- FCU 3-3/CU 3-3; FCU 3-4/CU 3-4 Sistem Penerangan Lampu
35.310.930,00 142.902.494,00
TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted
78.040.838,00
TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency
30.062.430,00
TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted Exit Lamp TL 1 x 8 w Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E27
452.228,00 3.797.970,00 3.440.028,00 2.341.674,00
Downlight PLE 14 w, E27
19.738.806,00
Lampu Roset PLE 11 w, E27
5.028.520,00
L8-9 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 8. (Lanjutan) PEKERJAAN PASANGAN
245.531.193,74
Pelesteran
102.495.045,66
Plesteran + Acian
96.479.452,86
Acian Halus Beton
6.015.592,80
Pasangan Batu Bata Beton Pas. Dinding Bata Beton Ringan
143.036.148,08 143.036.148,08
Lantai Atap Arsitektur PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB
243.224.308,98
Lapisan Kedap Air
243.224.308,98
Waterproofing screed untuk Roof
243.224.308,98
PEKERJAAN PASANGAN
57.168.176,49
Pelesteran
23.027.700,09
Plesteran + Acian
23.027.700,09
Pasangan Batu Bata Beton
34.140.476,40
Pas. Dinding Bata Beton Ringan
34.140.476,40
Facade Arsitektur PEKERJAAN FASADE
1.650.840.367,25
Pekerjaan Fasade
1.650.840.367,25
Jendela kaca t=5cm
1.027.467.529,30
Allumunium Composite Panel
623.372.837,95
Dinding GRC
1.807.659.767,16
Total Biaya Regional Material Radius 1000km
Rp
Perbandingan thd Biaya Total Material
L8-10 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
15.278.155.397,61 46%
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 9 CONTOH SERTIFIKAT PRODUK ISO 14001
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 9. Contoh Sertifikat Produk ISO 14001
L9-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 10 CONTOH SPESIFIKASI AC SPLIT INVERTER R410a
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 10. Contoh Spesifikasi AC Split Inverter R410a
L10-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 11 RISALAH PERBAIKAN SKRIPSI
Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Lampiran 11. Risalah Perbaikan Skripsi
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK
RISALAH PERBAIKAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa pada: Hari, Tanggal : Rabu, 20 Juni 2012 Jam
: 13.00 WIB – selesai
Tempat
: Ruang Kuliah K.105 Depok
Telah berlangsung Sidang Ujian Skripsi Program Pendidikan Sarjana S1 Reguler Fakultas Teknik Universitas Indonesia Departemen Teknik Sipil pada Semester Genap 2011/2012 dengan peserta :
Nama
: Zidni Auliya
NPM
: 0806454531
Judul Seminar Skripsi : Pengaruh Aspek Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building
Dan dinyatakan harus menyelesaikan perbaikan Skripsi yang diminta oleh Dosen Penguji, yaitu :
L11-1 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 11. (Lanjutan)
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T. No.
Rekomendasi
Koreksi yang dilakukan
1
Perbaiki format halaman lampiran
2
Jelaskan validasi pakar setelah AHP
Sudah dilakukan pada hal. 106 – 153 Sudah dilakukan pada hal. 76 – 77
Dosen Pembimbing : Suratman, S.T., M.T. No. Rekomendasi 1 Konsisten dalam penamaan kontraktor di studi kasus
Koreksi yang dilakukan Sudah dilakukan pada hal. 77 Sudah dilakukan, tidak ditemukan potensi aspek lain
2
Hitung potensi aspek lain jika ada
3
Jelaskan alasan tidak ada perbedaan poin baseline dan target Sudah dilakukan pada hal. 87
Dosen Penguji No. 1 2
: Rosmariani, S.T.,M.T. Rekomendasi
Koreksi yang dilakukan
Pengertian building and material reuse
Sudah dilakukan pada hal. 18
Material apa saja yang termasuk aspek building and material reuse
Dosen Penguji
Sudah dilakukan pada hal. 19
: Ir. Wisnu Isvara, M.T.
No.
Rekomendasi
Koreksi yang dilakukan
1
Masukkan perhitungan sebagai pembuktian variabel material bersertifikat ISO 14001 sudah terpenuhi tanpa tambahan biaya
Sudah dilakukan pada Lampiran 7 (hal. 132-142)
2
Penjelasan ISO 14001 sudah memenuhi poin
Sudah dilakukan halaman 81
3
Perhitungan pembuktian variabel lain (MRC 6)
Sudah dilakukan pada Lampiran 8 (hal. 143-152)
4
Penjelasan variabel lain tidak diaplikasikan
Sudah dilakukan halaman 87-89
L11-2 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
pada
pada
Universitas Indonesia
Lampiran 11. (Lanjutan)
Skripsi ini telah selesai diperbaiki sesuai dengan keputusan sidang skripsi Rabu, 20 Juni 2012 dan telah mendapat persetujuan dari dosen dan pembimbing.
Depok, 25 Juni 2012 Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T.
Suratman, S.T., M.T.
Dosen Penguji I
Dosen Penguji II
Ir. Wisnu Isvara, M.T
Rosmariani, S.T.,M.T.
L11-3 Pengaruh material..., Zidni Auliva, FTUI, 2012
Universitas Indonesia