UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI
MUHAMMAD FATIH 0806454361
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2012
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1102/FT.01/SKRIP/07/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
MUHAMMAD FATIH 0806454361
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DEPOK JUNI 2012
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Muhammad Fatih
NPM
: 0806454361
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 20 Juni 2012
ii Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
iii Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1)
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2)
Suratman, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dan telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(3)
Pak Irwan, Pak Wildan dan pegawai proyek Pembangunan Gedung Kantor Jasa Marga lainnya yang telah memberikan informasi terkait penerapan green building di proyek tersebut;
(4)
Ibu saya, Farida Hanim dan adik saya, Farah Fadilla yang selalu memberikan bantuan dukungan material dan moral serta kasih sayang
(5)
Ayah saya Almarhum Ir. H. Danial, MM yang selalu menjadi motivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan segera menjadi insinyur;
(6)
Sahabat “Green Builders” yang terdiri dari Amila, Bundo, Oghie, Nanda, dan Ezi atas segala pencerahan dan kebersamaannya serta suka dukanya selama merampungkan skripsi ini;
(7)
Seluruh sahabat dan teman-teman satu angkatan Teknik Sipil dan Lingkungan 2008, khususnya Ridha, Tadho, Gabby, Wakros, Dita, Sandy, Dimas, Fatchur, Nanda, Budi, Ganjar, Tony, Jauzy, Iqbal, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas seluruh kebersamaan dan dukungan moralnya;
iv Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
(8)
Seluruh jajaran teman-teman dan sahabat sepenanggungan penghuni kantek dan gazeb atas, yang selalu memberikan kebahagiaan ketika penulis kesulitan dalam penyusunan skripsi ini;
(9)
Keluarga besar 007, SPLT, Futsal Sipil, Pelahap Maut, Mokondo Fast Track, Peteran, IMS 2010, serta Kresma IMS 2010 atas segala kebahagiaan
dan dukungan moralnya yang senantiasa menyemangati
penulis dalam pembuatan skripsi ini; .(10)
Mindo Stevi atas segala motivasi, kesabaran, semangat, kebersamaan dan kebahagiaannya yang senantiasa menemani penulis mulai dari awal penyusunan skripsi ini hingga akhir.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Depok, Juni 2012
Penulis
v Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Muhammad Fatih
NPM
: 0806454361
Program studi : Teknik Sipil Departemen
: Teknik Sipil
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building Bersama dengan perangkat lainnya. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas
Indonesia
mengelola
dalam
berhak
bentuk
menyimpan,
pangkalan
mengalihmediakan/format-kan,
data
(database),
merawat,
dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada tanggal : 20 Juni 2012 Yang Menyatakan
(Muhammad Fatih)
vi Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
ABSTRAK Nama : Muhammad Fatih Program Studi : Teknik Sipil Judul : Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Oleh sebab itu, penulis memilih pengaruh aspek Building Environmental Management (BEM) terkait biaya konstruksi green building dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai faktor dalam aspek tersebut yang mempengaruhi perubahan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan bangunan konvensional, dan seberapa besar perubahan yang disebabkan oleh aspek tersebut. Dari penelitian ini diperoleh pengaruh biaya akibat penerapan BEM sebesar 0,51% dari nilai kontraknya. Kata kunci : Green Building, Aspek Building Environmental Management, biaya konstruksi ABSTRACT Name : Muhammad Fatih Study Program : Civil Engineer Tittle : The Effect of Building Environmental Management Aspect for Green Building Construction Cost Compared With Conventional Building Planning the operation of environmental-friendly building must be concerned since design stage. The coverage is all about resource management by sustainable construction concept planning, data intelligibility, and early handling to help problems solving, include human resources management in assembling Green Building concept to encourage main purpose of another aspects. Therefore, the authors choose the effect of Building Environmental Management (BEM) aspects related to construction cost of green building in order to provide information about the factors of Building Environmental Management aspect which influence changes of green building construction costs compared to conventional buildings, and how much it changes. This study obtain the influence of Building Environmental Management aspect is 0,51% from the contract value. Key words : Green Building, Building Environmental Management Aspect, cost of construction
vii Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... .iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi ABSTRAK/ABSTRACT ...................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xii 1 PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah..................................................................................... 4 1.2.1 Deskripsi Masalah ........................................................................... 4 1.2.2 Signifikansi Masalah ....................................................................... 7 1.2.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 8 1.4 Batasan Penelitian ....................................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 9 1.6 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 9 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................13 2.1 Pendahuluan .............................................................................................. 13 2.2 Konsep Green Building ............................................................................. 13 2.2.1 Pengertian Green Building ............................................................ 13 2.2.2 Perencanaan Green Building ......................................................... 18 2.2.3 Peraturan Green Building .............................................................. 21 2.3 Aspek Building Environmental Management ........................................... 24 2.3.1 Basic Waste Facility ..................................................................... 25 2.3.2 Gp As A Member Of Design Team ............................................... 27 2.3.3 Pollution Of Construction Activity ............................................... 28 2.3.4 Advance Waste Management ........................................................ 33 2.3.5 Proper Comissioning ..................................................................... 36 2.3.6 Submission Gb Implementation For Database .............................. 38 2.3.7 Fit-Out Agreement ........................................................................ 39 2.3.8 Occupant Survey ............................................................................ 41 2.4 Perbedaan Biaya Dalam Proyek Green Building ...................................... 42 2.4.1 Penyusunan Biaya Proyek ............................................................. 42 2.4.2 Hal Yang Membedakan Biaya Green Building ............................. 46 2.5 Kerangka Berpikir Dan Hipotesa .............................................................. 54 2.5.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 54 2.5.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................ 56
viii Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................57 3.1 Pendahuluan .............................................................................................. 57 3.2 Pemilihan Strategi Penelitian .................................................................... 57 3.3 Proses Penelitian ....................................................................................... 58 3.4 Variabel Penelitian .................................................................................... 59 3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 63 3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 72 3.7 Analisa Data .............................................................................................. 72 3.8 Kesimpulan................................................................................................ 75 4 PENGOLAHAN DATA ....................................................................................76 4.1 Pendahuluan .............................................................................................. 76 4.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 76 4.2.1 Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar) .................................. 76 4.2.2 Kuesioner Tahap Kedua (Pilot Survey) ......................................... 81 4.2.3 Kuesioner Tahap Ketiga (Responden) ........................................... 88 4.3 Analisa Data .............................................................................................. 89 4.3.1 Analisa Statistik Kuisioner ............................................................ 89 4.3.1.1 Uji Data Responden ........................................................ 89 4.3.1.2 Tabulasi Data................................................................... 95 4.3.2 Analisa Deskriptif .......................................................................... 97 4.3.3 Analisa Dengan Menggunakan Ahp .............................................. 99 4.3.3.1 Perbandingan Berpasangan Normalitas........................... 99 4.3.3.2 Bobot Elemen .................................................................. 99 4.3.3.3 Uji Konsistensi Matriks Dan Hirarki ............................ 100 4.3.3.4 Rangking Pada Variabel ................................................ 101 4.3.4 ANALISA STUDI KASUS ......................................................... 103 4.3.4.1 Pendahuluan .................................................................. 103 4.3.4.2 Penerapan Konsep Green Building ............................... 105 4.3.4.3 Kesimpulan.................................................................... 118 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................................................119 5.1 Pendahuluan ............................................................................................ 119 5.2 Temuan .................................................................................................... 119 5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner) ........................................................ 119 5.2.2 Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) ..................................................... 120 5.3 Pembahasan ............................................................................................. 122 5.4 Pembuktian Hipotesa............................................................................... 124 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................125 6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 125 6.2 Saran ........................................................................................................ 126 DAFTAR ACUAN ..............................................................................................127 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................130
ix Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Karakteristik Limbah ......................................................................... 30 Tabel 2.2. Organisme yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan ..................... 35 Tabel 2.3. Perbedaan Biaya Konstruksi Non-Green dan Green Building........... 52 Tabel 2.4. Data Proyek Green Building di Subang ............................................. 53 Tabel 3.1. Strategi penelitian .............................................................................. 57 Tabel 3.2. Variabel Penelitian BEM ................................................................... 61 Tabel 3.3. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1 ..................................... 64 Tabel 3.4. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 2 ..................................... 68 Tabel 4.1. Profil Pakar ........................................................................................ 77 Tabel 4.2. Kuisioner Tahap Dua ......................................................................... 79 Tabel 4.3. Data Responden Pilot Survey ............................................................ 81 Tabel 4.4 Perubahan Penulisan Variabel akibat Pilot Survey ............................ 83 Tabel 4.5. Kuisioner Untuk Responden .............................................................. 85 Tabel 4.6 Data Profil Responden Tahap Tiga .................................................... 88 Tabel 4.7. Test Statistics ..................................................................................... 91 Tabel 4.8. Kelompok Jabatan Responden ........................................................... 92 Tabel 4.9. Test Statistics Jabatan......................................................................... 93 Tabel 4.10. Test Statistic Pengalaman Kerja ......................................................... 94 Tabel 4.11. Item-Total Statistic ............................................................................. 95 Tabel 4.12. Case Processing Summary ................................................................. 96 Tabel 4.13. Realibility Statistic ............................................................................. 97 Tabel 4.14. Analisa Deskriptif .............................................................................. 97 Tabel 4.15. Matriks Berpasangan Pengaruh Biaya Pengambilan Keputusan ....... 99 Tabel 4.16. Perhitungan Bobot Elemen ................................................................ 99 Tabel 4.17. Perhitungan Bobot Elemen Masing-masing Pengaruh .................... 100 Tabel 4.18. Nilai Perhitungan AHP .................................................................... 102 Tabel 4.19. Faktor Pengaruh Terhadap Biaya Dominan Variabel ...................... 103 Tabel 4.20. Target Pencapaian Rating ................................................................ 105 Tabel 4.21. Deviasi Biaya BEM ......................................................................... 118 Tabel 5.1. Peringkat Proxy Variabel ................................................................. 119 Tabel 6.1. Faktor BEM yang Mempengaruhi Biaya ......................................... 125 Tabel 6.2 Persentase Penambahan Biaya Keseluruhan .................................... 126
x Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tempat Sampah Organik dan Non Organik ................................... 27 Gambar 2.2. Water Treatment Plant ................................................................... 32 Gambar 2.3. Proses Umum Penanganan Limbah Organik ................................. 34 Gambar 2.4. Proses Penyusunan Anggaran Biaya .............................................. 44 Gambar 2.5. Input, Tools & Techniques, dan Output Estimasi Biaya ................ 45 Gambar 2.6 Aliran data Dalam Proses Penyusunan Estimasi Biaya ................. 45 Gambar 2.7. Proses Cost Budgeting ................................................................... 46 Gambar 2.8. Hubungan antara biaya dengan proses konstruksi ......................... 48 Gambar 2.9 Kerangka Berpikir .......................................................................... 55 Gambar 4.1. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 90 Gambar 4.2. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan ..................... 92 Gambar 4.3. Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ............... 94 Gambar 4.4. Grafik Mean Indikator.................................................................... 98 Gambar 4.5 Masa Kontruksi Proyek ................................................................ 105 Gambar 4.6. Tempat sampah Organik, Anorganik, dan B3 .............................. 107 Gambar 4.7. Alur pembuangan sampah ............................................................ 107 Gambar 4.8. Struktur GP dalam Organisasi Kontraktor ................................... 108 Gambar 4.9. Area Pemilahan dan Pencatatan Limbah Padat ............................ 109 Gambar 4.10. Tempat Sampah di Proyek ........................................................... 110 Gambar 4.11. Penggunaan kembali waste besi beton ......................................... 111 Gambar 4.12. Form monitoring pengeluaran sampah proyek............................. 112 Gambar 4.13. Flowchart pengendalian limbah cair konstruksi........................... 112 Gambar 4.14. Logo Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) ........................................ 113 Gambar 4.15. Contoh Limbah Anorganik........................................................... 113 Gambar 4.16. Tim Proper Comissioning ............................................................ 114 Gambar 4.17. Alat Comissioning ........................................................................ 115 Gambar 4.18. Prosedur pelaksanaan Testing dan Komisioning ......................... 115 Gambar 4.19. Surat Pernyataan Penyerahan Implementasi Green Building ...... 117
xi Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Tahap 1 Lampiran 2. Kuisioner Tahap 2 Lampiran 3. Data Responden Lampiran 4. Instruksi Kerja Pengendalian Limbah Padat Lampiran 5 Contoh Surat Penunjukan GP Lampiran 6. Contoh Daftar Hadir GP Lampiran 7. Flowchat Pengendalian Limbah Padat/Cair Kegiatan Proyek Lampiran 8. Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Limbah Lampiran 9. Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Sampah Anorganik Lampiran 10. Contoh Form Commissioning Lampiran 11. Contoh Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi GB Lampiran 12. Contoh Surat Pernyataan Survey Lampiran 13. Kuisioner Hasil Validasi Pakar Lampiran 14. Pedoman New Building Greenship V.1.0 Lampiran 15. Risalah Sidang Skripsi
xii Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sarana dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastruktur,
merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat. Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung gerak roda pemerintahan, perekonomian, industri dan berbagai kegiatan sosial di masyarakat dan pemerintahan. Mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunanbangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, semuanya memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal. Peran infrastruktur dalam mendukung dinamika suatu negara menjadi sangat krusial untuk memenuhi luasnya cakupan masyarakat tersebut. Dewasa ini bisnis konstruksi semakin marak dan terus berkembang agar dapat memenuhi infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat dan meningkatkan laju pembangunan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)[1] memprediksi sektor konstruksi pada triwulan IV-2011 akan mengalami pertumbuhan signifikan atau tajam dalam Indeks Tendensi Bisnis (ITB) alias kondisi bisnis Indonesia. Sebelumnya pada triwulan III-2011, sektor konstruksi diperkirakan mengalami peningkatan bisnis paling tinggi dengan nilai indeks sebesar 107,55. Dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan aktivitas konstruksi tersebut tentunya sangat besar terhadap lingkungan. Dalam rangka menjaga keselamatan lingkungan dan meningkatkan mutu dari tingginya persaingan bisnis industri konstruksi maka konsep pembangunan berbasiskan prinsip ramah lingkungan mulai diterapkan. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung[2] mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Konsep Green Building di dunia internasional memiliki predikat yang tinggi dan sudah menjadi standard dalam proses pembangunan, dimana Indonesia baru memulai mengadopsi konsep ini. Dalam penerapannya terdapat rating yang menjadi tolak ukur bagi para pelaku industri
1
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
2
yang menerapkan best practices dan mencapai standar yang terukur sesuai dengan peraturan pemerintah. Green Building memberikan keuntungan finansial yang tidak disajikan oleh
bangunan
konvensional.
Keuntungan-keuntungan
tersebut
termasuk
penghematan energi dan air, pengurangan sampah, serta biaya operasional dan maintenance yang lebih rendah. Konsep green yang mengacu kepada prinsip sustainability/keberlanjutan dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan masih merupakan hal yang baru di Indonesia. Tetapi, kenyataannya, telah banyak pelaku pasar yang sudah menggunakan label green. Ini menunjukkan adanya kecenderungan pasar terhadap kesadaran betapa pentingnya penerapan prinsip ini, sehingga muncul keinginan untuk menerapkan praktik ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sudah ada keinginan, masyarakat umum belum memiliki pengetahuan yang cukup serta aksesibilitas terhadap informasi, praktik-praktik, dan produk-produk ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu ada suatu jembatan yang menghubungkan konsep sesungguhnya dengan persepsi yang tersebar di masyarakat. Fauzi Bowo, Gubernur DKI mengisyarat bahwa dalam upaya melindungi bumi dari pemanasan global, konsep Green Building pada bangunan pemerintah akan mulai diterapkan pada tahun 2010[3]. Selain penerapan pada gedung yang dimiliki, intensif dalam bidang birokrasi juga ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi pemain properti mengangkat konsep Green Building dalam proyeknya, yang biasanya diabaikan. Penerapan konsep baru yang merubah konsep tradisional biasanya akan menimbulkan tambahan biaya. Sebagai contoh; penerapan IBS (industrial building system) yang bisa menghemat energi ternyata menimbulkan tambahan biaya sekitar 30-40%, sehingga hal ini ditinggalkan oleh pelaku konstruksi (Davi Sukamta, 2009)[4]. Hal seperti inilah yang sering membuat para pelaku jasa konstruksi mempertimbangkan dengan matang penerapan konsep Green Building di Indonesia. Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah,
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
3
termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Untuk membantu para pelaku industri konstruksi, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku pendukung lainnya dalam menerapkan praktik Green Building, terdapat sistem rating GREENSHIP yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI)[5]. Dengan adanya sistem rating GREENSHIP, akan tercapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, pemilik bangunan, serta pelaku jasa konstruksi. Standar yang ingin dicapai GREENSHIP adalah terjadinya suatu bangunan hemat energi yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan seharihari. Sistem rating GREENSHIP merupakan alat bantu bagi para pelaku industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam menerapkan best practices dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Suatu bangunan akan dinilai rating GREENSHIP oleh seorang Greenship Professional (GP). Dengan sistem penilaian ini, setiap bangunan yang mencanangkan diri sebagai Green Building akan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem penilaian. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu:
Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan)
Energy Efficiency and Conservation (Efisiensi dan Konservasi Energi)
Water Conservation (Konservasi Air)
Material Resources and Cycle (Sumber dan Siklus Material)
Indoor Air Health and Comfort (Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruangan)
Building
Environmental
Management
(Manajemen
Bangunan
dan
Lingkungan) Salah satu aspek yang paling penting dalam penerapan Green Building adalah
Building
Environmental
Management.
Menitikberatkan
kepada
pengelolaan sampah, pelibatan Greenship Professional dalam konstruksi Green Building, serta pengelolaan sumber daya dan data untuk konsep yang berkelanjutan menjadikan Aspek Building Environmental Management sebagai
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
4
penilaian yang penting di dalam sertifikasi Green Building. Jika metode penerapan aspek Building Environmental Management dapat diaplikasikan dengan tepat, maka biaya yang ditimbulkan dalam proses konstruksi Green Building dapat terlihat jelas sehingga kedepannya aspek BEM dapat dijadikan suatu unsur penting dalam proyek konstruksi di Indonesia terutama Green Building.
1.2
Perumusan Masalah
1.2.1
Deskripsi Masalah Dalam proses pembangunan Green Building, permasalahan yang
seringkali dihadapi oleh pelaku konstruksi adalah hal-hal sebagai berikut : a.
Peraturan Pemerintah Saat ini, pemerintah mengikuti perkembangan dunia konstruksi, mengingat konstruksi merupakan salah satu penunjang sektor ekonomi Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dunia konstruksi juga turut serta dalam perusakan alam yang saat ini terjadi di dunia. Oleh sebab itu, kongres Internasional tidak jarang turut serta membahas permasalahan lingkungan. Indonesia sebagai salah satu negara yang mendapatkan dana hibah untuk terus menjaga kelestarian lingkungannya yang berfungsi sebagai salah satu paru-paru dunia, secara tidak langsung harus terus memperbarui undangundangnya
untuk
memperketat
pengawasannya
guna
kelestarian
lingkungan. b.
Permintaan Owner Saat ini Green Building sudah menjadi trend pembangunan masa kini. Pemilik bangunan saat ini tidak jarang mengusung tema Green Building dalam bangunannya, sehingga menuntut kontraktor untuk mampu mengerjakan proyek tersebut dengan baik dan dapat memenuhi aspek-aspek yang disyaratkan untuk sertifikasi Green Building.
c.
Persaingan Bisnis Semakin banyak pelaku konstruksi di Indonesia yang menawarkan harga penawaran yang lebih murah ataupun dengan menawarkan konsep bangunan yang lebih baik dan ramah lingkungan membuat para pelaku
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
5
konstruksi harus menjalani persaingan antara yang satu dengan yang lainnya. d.
Harga pembangunan Green Building lebih tinggi dibandingkan bangunan konvensional Green Building adalah sebuah konsep baru yang ditawarkan untuk pembangunan berkelanjutan serta ramah lingkungan. Tentunya penggunaan metode baru ini akan lebih memakan biaya dibandingkan dengan metode tradisional untuk pembangunan gedung konvensional, sehingga kontraktor seringkali terbentur dengan masalah biayanya. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, salah satu cara yang bisa
diterapkan adalah mengaplikasikan konsep Green Building kepada bangunan yang akan dibangun. Menurut Green Building Council Indonesia,
Green Building
memiliki enam aspek yang harus dipenuhi di Indonesia yakni Appropriate Site Development, Energy Efficiency and Conservation, Water Conservation, Material Resources and Cycle, Indoor Air Helath and Comfort, dan Building and Environmental Management. Masing-masing aspek memiliki tolak ukur dan rating masing-masing untuk mendapatkan sertifikasi sebagai Green Building. Penulis hanya membahas aspek Building Environmental Management, dan hal-hal yang menjadi tolak ukur dalam aspek tersebut adalah sebagai berikut : a.
Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah (Basic Waste Facility) Hal ini adalah prasyarat yang harus dimiliki oleh setiap gedung yang ingin disertifikasi bangunannya sebagai Green Building. Banyaknya sampah yang dihasilkan dalam berbagai bentuk dan semakin sempitnya TPA(Tempat Pembuangan Akhir) menjadi beban berat dalam pengolahan sampah di TPA. Oleh karena itu, tolak ukur dalam prasyarat ini adalah adanya instalasi atau fasilitas di lingkungan gedung untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tanga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik. Dengan melakukan pemilahan sampah dari tahap awal, proses daur ulang akan dimulai lebih cepat sehingga beban TPA dapat berkurang.
b.
Greenship Professional (GP) Sebagai Bagian Dari Tim Desain (GP as a Member Of Design Team)
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
6
Setiap bangunan yang akan disertifikasi sebagai Green Building harus melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi Greenship Professional (GP), yang bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi. c.
Polusi Dari Aktivitas Konstruksi (Pollution Of Construction Activity) Untuk bangunan baru, penerapan konsep ramah lingkungan tidak hanya bertitik berat pada desain atas perencanaan. Proses konstruksi untuk mendirikan bangunan tersebut pun harus menjiwai semangat ramah lingkungan, sehingga bila suatu bangunan dikatakan memenuhi konsep ramah lingkungan, berarti proses penilaiannya telah dilakukan secara komprehensif.
d.
Pengelolaan Sampah yang Baik (Advance Waste Management) Tolak ukur dari aspek ini adalah adanya instalasi pengomposan limbah organik di tapak bangunan serta memberikan rencana kerjasama dengan pihak ketiga untuk masalah pengelolaan limbah anorganik di luar sistem jaringan persampahan kota.
e.
Comissioning yang tepat (Proper Comissioning) Setiap bangunan merupakan suatu produk yang berasal dari perakitan dari berbagai material yang belum tentu cocok satu sama lain. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu proses yang berkesinambungan untuk memastikan semua sistem, terutama pada peralatan (equipment), berjalan sesuai dengan rencana dan berkelanjutan.
f.
Penyerahan Data Implementasi Green Building untuk Database (Submission Green Building Implementation Data for Database) Lemahnya database merupakan bagian dari kurangnya kesadaran atas pentingnya riset dan pengembangan, terutama dalam Green Building ini. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya yang mendorong implementasi aspek-aspek ramah lingkungan dari setiap gedung. Dengan pemberian data Green Building kepada GBCI dan pusat data energi Indonesia, diharapkan kedepannya dapat muncul inovasi serta perubahan baru bagi implementasi Green Building di Indonesia.
g.
Kesepakatan Penyerahan Gedung (Fit-Out Agreement)
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
7
Ketika bangunan yang menganut prinsip Green Building sudah selesai dan akan diserahkan kepada penyewa gedung atau tenant, maka perlu dibuat surat perjanjian dengan tenant untuk memastikan bahwa bangunan akan tetap mengimplementaasikan prinsip Green Building saat fit-out gedung. h.
Survey Penghuni (Occupant Survey) Salah satu perhatian dari prinsip keberlanjutan adalah kenyamanan manusia. Dalam rating ini, didorong suatu tindakan survey untuk mengetahui kenyamanan termal pengguna gedung.
1.2.2
Signifikansi Masalah Praktik Green Building yang masih sangat minim selama ini dikarenakan
penerapan konsep Green Building selalu identik dengan penambahan biaya konstruksi. Akan tetapi, dengan diterbitkannya peraturan yang berkaitan dengan bangunan hijau melalui Peraturan Menteri dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun 2010 yang berjudul “Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan” mendesak para pelaku konstruksi untuk menerapkan prinsipprinsip lingkungan dalam desain, konstruksi, operasi dan manajemennya, yang semuanya penting bagi mitigasi dampak perubahan iklim[6]. Dalam penerapan konsep bangunan ramah lingkungan tersebut, terdapat berbagai macam pendapat mengenai besaran penambahan biaya konstruksi dalam bangunan tersebut. Penerapan konsep Green Building pada gedung yang baru akan dibangun, akan mempengaruhi penambahan biaya investasi sebesar 5-10% dengan memiliki konsep yang matang, namun apabila dilakukan tidak dengan perencanaan yang matang oeh pengembang yang juga belum berpengalaman diperkirakan kenaikan harga pembangunan Green Building dapat bertambah hingga 20% [7]. Pada proyek Green Building yang bertempat di Dahana, proyek yang baru selesai pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan biaya konstruksi sebesar 13,4%. Kenaikan harga yang diakibatkan oleh penerapan Green Building ini memang bersifat pasti. Namun, dengan konsep Green Building yang bertujuan menghemat energi dan terutama kepedulian terhadap lingkungan ini sebenarnya dapat memberikan penghematan yang lebih besar bagi tahap operasional gedung. Misalnya untuk gedung yang sebagian disewa dan dijual, penyewa akan merasa
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
8
diuntungkan dengan biaya operasional lebih murah untuk listrik, yang diperkirakan terjadi penghematan sebesar 20%-30% per bulannya [8]. Pihak Kementerian Perumahan Rakyat[9] juga mendorong pemberian insentif bagi perusahaan pengembang properti yang menggunakan konsep Green Building. Insentif tersebut dapat berupa revisi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pajak, maupun penggunaan bahan bangunan. Penerapan Green Building akan menambah biaya pembangunan sebesar 2% daripada gedung konvesional, namun harga property valuenya akan meningkat 10 kali lipat dibandingkan gedung konvensional[10].
1.2.3 a.
Rumusan Masalah
Faktor apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang berpotensi mempengaruhi biaya konstruksi dalam pembangunan green building.
b.
Seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek Building Environmental Management dalam green building terhadap besarnya biaya proyek apabila dibandingkan dengan konvensional building.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan
seberapa besar Aspek Building Environmental Management akan mempengaruhi biaya proyek dalam proyek konstruksi Green Building jika dibandingkan dengan konvensional building dan mengidentifikasi dengan tepat aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam Building Environmental Management yang berpotensi untuk menaikkan biaya konstruksi dalam pembangunan Green Building. Mengingat Green Building saat ini sudah menjadi standar dalam pembangunan gedung di Indonesia, diharapkan penelitian ini dapat mendorong minat dan membantu para pelaku konstruksi dan investor untuk menerapkan konsep Green Building pada proyeknya.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
9
1.4
Batasan Penelitian Penelitian ini hanya membahas salah satu aspek Green Building yaitu
aspek Building Environmental Management dan pengaruhnya terhadap biaya konstruksi suatu proyek. Hal ini terkait penerapan segala subkategori yang berguna untuk memenuhi aspek Building Environmental Management seperti yang telah ditetapkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia) dalam Green Building dan pengaruhnya terhadap kenaikan atau mungkin penurunan biaya konstruksi. Lingkup penelitian yang digunakan dalam proyek ini adalah studi kasus bangunan gedung Jasa Marga yang bertemakan Green Building milik Jasa Marga dan kontraktor pelaksananya adalah PT. PP (Persero) Tbk
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
a.
Untuk investor Mendapatkan cara penerapan aspek Building Environmental Management yang optimal sehingga mendapatkan derajat pengembalian investasi yang optimum pada proyek Green Building.
b.
Untuk Kontraktor Pelaksana Proyek Mengetahui dan dapat menerapkan segala aspek Building Environmental Management secara baik serta bisa mengestimasi biaya proyek dari Green Building.
c.
Untuk penulis Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Green Building dan segala jenis aspeknya, terutama aspek Building Environmental Management.
d.
Untuk bidang IPTEK Pengetahuan
yang
baru
mengenai
aspek
Building
Environmental
Management pada Green Building serta metode penerapannya.
1.6
Keaslian Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yang baru
dilakukan dan sebelumnya tidak pernah diteliti oleh siapapun. Walaupun terdapat
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
10
beberapa penelitian sebelumnya yang terlihat mirip, namun penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya : a.
Perancangan bangunan dengan mempertimbangkan aspek energi dan lingkungan (studi kasus: pengamatan beberapa bangunan di Jakarta dan Surabaya dengan menggunakan LEED NC 2.1) oleh Ridho Masruri Irsal Universitas Indonesia Abstrak: “Masalah lingkungan global tidak bisa hanya menjadi sekedar bahan pembicaraan tanpa ada upaya untuk mencegahnya. Sektor bangunan ternyata mengkonsumsi sekitar 50% bahan bakar fosil, paling banyak di antara sektor-sektor lainnya seperti transportasi dan industri. Dapat dibayangkan peranan bidang arsitektur dalam menyumbangkan CO2 yang menjadi pemicu utama masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Pembicaraan mengenai pembangunan yang berkelanjutan sudah ada sejak tahun 1970-an. Konsep sustainability mulai dibahas dan dikembangkan oleh beberapa pakar sehingga dapat lebih dipahami. Dalam perkembangannya, istilah Green Building lebih dikenal oleh masyarakat. Tetapi kriteria-kriteria sebuah bangunan bisa dikatakan green menjadi sulit ditentukan karena belum ada standar yang bisa dijadikan pedoman. Amerika Serikat melalui U.S. Green Building Council menjawab tantangan ini dengan mengeluarkan Leadership in Energy and Environmental Design (LEED). Sistem penilaian ini menguraikan aspek-aspek yang menjadi dasar pemikiran sustainable architecture dan juga strategi-strategi perancangan untuk memenuhi kriteria tersebut. Setelah itu, banyak negara yang ikut mendirikan Green Building Council dan juga sistem rating, baik yang mengadopsi versi U.S. Green Building Council ataupun hasil penyusunan sendiri. Negara kita Indonesia, pada tanggal 12 Maret 2008 sudah mendirikan Green Building Council of Indonesia yang salah satu misinya juga
menerapkan
LEED
untuk
mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan. Menanggapi hal ini, penulis melakukan studi pengamatan pada beberapa bangunan di Indonesia dengan menggunakan LEED. Dari hasil pengamatan pada ketiga bangunan tersebut, memang belum satupun yang mendapatkan sertifikasi LEED. Tetapi upaya untuk menerapkan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
11
prinsip-prinsip sustainability sudah terlihat. Kendalanya, LEED mencakup sangat banyak disiplin ilmu lainnya sehingga perlu adanya koordinasi dari berbagai badan/organisasi yang menangani bidangnya masing-masing. Namun dengan adanya studi pengamatan ini dapat terlihat sejauh mana Indonesia dapat menerapkan LEED sebagai pedoman bagi Green Building Council of Indonesia sebelum menyusun sistem rating sendiri.” Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saat ini ditulis adalah bahwa penelitian ini menganut standar prinsip Green Building sesuai LEED, dimana LEED adalah suatu badan dari Amerika Serikat yang membahas aspek-aspek green yang dalam pengaplikasiannya masih sulit di Indonesia. Sedangkan dalam penelitian yang saat ini ditulis membahas sistem rating GREENSHIP yang ditetapkan oleh GBCI dan membahas detail salah satu aspek GREENSHIP, yaitu Building Environmental Management.
b.
Analisis Pemenuhan Syarat-Syarat Green Building Pada Rumah Susun dengan Metode LEED oleh Ifan Tahari, Universitas Tarumanegara Abstrak : “ Global Warming dan peningkatan penduduk diiringi dengan pembangunan yang pesat menjadi salah satu isu penting di dunia modern ini. Pembangunan yang selama ini dilakukan untuk meningkaktkan kualitas hidup manusia justru menjadi penyumbang terbesar kerusakan alam. Seiring dengan kesadaran akan pentingnya alam maka manusia mulai merancang bangunan yang ramah dengan lingkungan.Salah satu metode standar yang telah digunakan secara luas untuk menilai aspek Green Building suatu bangunan adalah metode LEED (Leadersip in Energy and Enviromental Design). Bangunan yang dijadikan tempat studi kasus pada skripsi ini adalah Rusun Green Parkview di Jl. Daan Mogot Km. 14, Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Administrasi Jakarta Barat dan Rusun Gading Nias di Jl. Pegangsaan Dua Km. 3,3, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Administrasi Jakarta Utara. Apakah Rusun diatas memenuhi syarat dari Green Building dengan metode LEED dilihat dari beberapa aspek yaitu Sustainable Sites, Water Efficiency,
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
12
Energy and Atmosphere, Materials and Resources, Indoor Environmental Quality. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi kepustakaan, studi lapangan dan wawancara. Berdarakan dari ke lima aspek LEED dapat ditarik kesimpulan bahwa ke dua Rusun kurang memenuhi syarat Green Building. Hal ini tampak jelas terlihat dari kurangnya poin pada aspek Energy and Atmosphere.” Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saat ini ditulis adalah dalam penelitian ini, digunakan parameter berdasarkan LEED, dan yang dilakukan adalah penilaian ketercapaian suatu gedung rumah susun sebagai Green Building. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, yang dikaji adalah salah satu aspek dari sistem rating GREENSHIP yaitu Building Environmental Management . Penulis akan menilai seberapa besar penambahan biaya pada konstruksi bangunan gedung akibat pengaruh aspek BEM
tersebut.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pendahuluan Dalam penyusunan bab 2 ini, penulis menggunakan dan mengkaji
berbagai literatur yang ada guna membantu penulisan terkait Green Building, yaitu aspek Building Environmental Management dan pengaruhnya terhadap biaya. Adapun beberapa sumber pustaka yang akan dikaji di bab ini adalah Buku ilmiah, Jurnal baik lokal maupun internasional, Undang-undang, Peraturan Pemerintah atau yang mendukungnya, website terkait, majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber lain yang dianggap perlu untuk menunjang tinjauan pustaka penelitian ini.
2.2
Konsep Green Building
2.2.1
Pengertian Green Building Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, bangunan memiliki arti
sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, menara). Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di salam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempay menanusi melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial, budaya maupun khusus. Green
Building
didefinisikan
sebagai
sebuah
perencanaan
dan
perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memperhatikan lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari
mulai
pengolahan
tapak,
perancangan,
pembangunan,
penghunian,
pemeliharaan, renovasi dan perubahan bangunan (US EPA, 2006)[11]. Pada dasarnya Green Building merupakan suatu praktek dalam membangun, yang dimulai dari pekerjaan struktur hingga pelaksana konstruksi secara keseluruhan. Secara nyata, hal tersebut harus diupayakan agar pelaku pembangunan bertanggungjawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada seefisien mungkin, dalam satu siklus hidup suatu bangunan. Jadi, tidak hanya bermodal
13
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
14
desain saja, tetapi juga harus direalisasikan proses konstruksi, pemeliharaan bangunan, hingga proses renovasi dan dekonstruksi, jika kondisinya perlu dilakukan pada bangunan yang ada. Pada akhirnya, Green Building adalah sebuah proses yang menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, material bahan bangunan maupun sumber daya lainnya. Dengan kata lain konsep ‘green’ dapat dikatakan komitmen menuju hidup yang lebih baik (Techno Konstruksi, September 2011)[12]. Jika ada pihak mengklaim, bahwa bangunannya telah berkonsep green, atau bahkan bangunan sudah sesuai aturan Green Building, maka jika hal tersebut berhubungan dengan pihak lain, misalnya bangunan tersebut nantinya akan disewakan atau dijual kepada klien/konsumen, alangkah baiknya diberikan penjelasan mengenai bangunan tersebut. Pada bagian mana bangunan tersebut yang telah memenuhi persyaratan green, serta institusi atau lembaga mana yang telah mensahkan atau memberikan label green pada unit properti yang bersangkutan. Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria [13] : a.
Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: a) Material bangunan yang bersertifikat eco-label b) Material banguna lokal
b.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: a) Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; b) Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air; c) Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
c.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: a) Menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca;
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
15
b) Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi. d.
Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain: a) Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon; b) Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
e.
Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus; b) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
f.
Terdapat fasilitas pemilahan sampah;
g.
Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: a) Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; b) Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
h.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir b) Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim; c) mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang; d) Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan; dan/atau
i.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain: a) Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut;
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
16
b) Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat. Sebuah kawasan atau bangunan dikatakan green, tidak bisa dilihat setelah bangunan berdiri, tetapi juga harus dilihat bagaimana proses pembangunannya. Proses pembangunan Green Building tersebut juga harus mengandung hal-hal yang bersifat green. Green Building juga tidak bisa dilihat dari phisik bangunan. Ada beberapa kriteria yang diketahui dijadikan dasar ketika ingin mengetahui konsep green dari suatu bangunan. Setidaknya terdapat enam kriteria bangunan green, antara lain : Appropriate Site Development, Energi Efficiency dan Refrigerant, Water Conservation, Material Resource and Cycle, Indoor Health and Comfort serta Building Environment Management (Sulistiyanto, Totok 2011)[13]. Dari keenam kriteria tersebut, dapat dilihat tipe sebenarnya dari bangunan tersebut. Green Building tidak hanya dapat dilihat dari fisik bangunannya semata, tetapi seluruh komponen harus terintegrasi menjadi satukesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Mulai dari proses pembangunan, hingga bangunan tersebut berdiri dan beroperasi, semuanya harus mengacu pada konteks bangunan yang ramah lingkungan. Secara umum, Green Building juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah, atau bahkan kawasan. Sumber daya yang dimaksud adalah energi, air, dan material-material pembentuknya. Diharapkan dengan menerapkan konsen green, dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat dikurangi (Sulistiyanto, Totok 2011)[14]. Green Building tidak hanya berfokus pada masalah ekologi tetapi juga memperhatikan masalah keindahan dan keharmonisan antara struktur bangunan dan lingkungan alamiah disekitarnya, serta tidak melupakan pula perbaikan lingkungan dengan memadukan unsur keindahan arsitektur dengan keramahan lingkungan untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dengan pelestarian lingkungan. Penerapan konsep Green Building merupakan bagian dari green practice atau tindakan ramah lingkungan yang akan mengurangi life cycle cost
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
17
dari bangunan gedung, yang menurut Greenship GBCI[15] (Green Building Council Indonesia) keuntungan membangun sebuah Green Building adalah:
Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsifungsi gedung
Efisensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air
Biaya yang hemat dalam operasional sehari-hari untuk energi dan konsumsi air
Kesehatan jasmani-rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung
Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung
Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang
Preferensi
pasar
yang
lebih
tinggi,
terutama
perusahaan
internasional/multinasional.
Didapatnya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri rancang bangun,
Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien maupun karyawan karena merupakan sebuah produk/perusahaan yang memperhatikan lingkungan
Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang diharapkan dapat meneruskan sikap tersebut di rumah tangganya masngmasing dan menimbulkan efek multiplier. Menurut BPLHD Provinsi DKI Jakarta[16], kriteria Green Building di
Indonesia memiliki parameter sebagai berikut: a.
Pengelolaan Bangunan
.
Pada bangunan baru, kriterianya adalah pengelolaan bangunan pada masa konstruksi, sedangkan pada bangunan eksisting kriterianya adalah pengelolaan bangunan pada masa operasional. b.
Penggunaan Lahan
.
Kriteria ini berlaku untuk bangunan baru, sedangkan untuk bangunan eksisting tidak memakai kriteria ini. c.
Pemanfaatan Energi Listrik
d.
Pemanfaatan dan Konservasi Air
e.
Kualitas Udara dan Kenyaman Ruangan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
18
2.2.2
Perencanaan Green Building Dalam penciptaan sebuah Green Building, dilakukan serangkaian proses
selaku persyaratan dalam perancangan bangunan untuk pencapaian rating bangunan tersebut. Sistem rating tersebut merupakan suatu standart terukur yang berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi, tenant maupun pengguna bangunan, yang dinamakan GREENSHIP. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori aspek yakni;
Appropriate Site Development (ASD)
Energy Efficiency and Conservation (EEC)
Water Conservation (WAC)
Material Resources andCycle (MRC)
Indoor and Health Comfort (IHC)
Building and Environmental Management (BEM) Dalam pembuatannya, GREENSHIP sebagai perangkat penilaian
membutuhkan suatu acuan dan dukungan dari pemerintah. Dalam pembuatannya pun, GREENSHIP menggunakan kriteria penilaian sedapat mungkin berdasarkan standard lokal baku seperti Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Menteri (Permen), Keputusan Menteri (Kepmen), dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut GBCI[17], Peraturan yang menjadi acuan dalam pembuatan GREENSHIP:
Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksessibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
B/277/Dep.III/LH/01/2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
19
Peraturan
Menteri
Negara
32/PERMEN/M/2006
Petunjuk
Perumahan Teknis
Rakyat
Kawasan
RI
Nomor
Siap
Bangun
dan
Authority)
dalam
B-
Lingkungan Siap Bangun.
Keputusan
DNA
(Designated
National
277/Dep.III/LH/01/2009
Keputusan Menteri No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Kotor Domestik
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
UU No. 18 Tahun 2008 Pencapaian aspek GREENSHIP menuju pada pencapaian nilai hasil
rating yang memberikan predikat pada bangunan tersebut dengan predikat penilaian terendah perunggu untuk pencapaian nilai minimal 35, perak dengan pencapaian nilai 47, emas untuk pencapaian nilai 58 dan tertinggi platinum untuk pencapaian nilai minimal 74. Angka yang ditetapkan sebagai nilai minimal peringkat perunggu adalah jumlah nilai yang dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi nilai maksimum dari rating yang pencapaiannya relatif mudah, tidak membutuhkan biaya tambahan dan yang tidak membutuhkan biaya tidak terlalu besar . Nilai minimal perak dapat dicapai bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta sepertiga dari dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar. Nilai minimal emas, diperoleh apabila sebuah proyek tersebut telah memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta dua per tiga dari dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar, sedangkan untuk pencapaian nilai platinum, dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi rating yang pencapaiannya membutuhkan biaya relatif besar dan teknologinya belum tersedia sehingga dapat dikatakan sangat sulit pencapaiannya. Dalam pencapaian Green Building yang tercantum dalam greenship GBCI terdapat persyaratan awal yang harus dicapai sebelum mencapai ratingrating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada. Berikut adalah persyaratan awal yang harus dicapai yakni:
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
20
a.
Luas Bangunan Sekurang-kurangnya 2500 m2 Batasan ini diterapkan karena bangunan gedung yang besar berpotensi memerlukan energi dan sumber daya dalam jumlah yang besar pada saat membangun,
mengoperasikannya,
dan
memeliharanya.
Kondisi
ini
membuat keberadaan gedung tersebut dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada lingkungan, sehingga dengan melakukan perbaikan yang dimulai pada gedung baru berskala besar dapat dirasakan bagaimana pengaruhnya secara nyata pada lingkungan. b.
Lokasi tapak bangunan sesuai untuk peruntukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat. Hal ini bertujuan agar terjadinya pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya dan mendorong pengendalian pembangunan sehingga tercipta lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang.
c.
Bersedia
menandatangani
surat
yang
berisi
persetujuan
untuk
memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan Green Building
dipergunakan
untuk
dipelajari
dalam
studi
kasus
yang
diselenggarakan oleh GBCI Hal ini bertujuan agar pihak pemilik atau manajemen gedung dapat bekerja sama dengan pihak GBCI untuk menghimpun database
yang akurat
sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating GREENSHIP, baik untuk bangunan baru maupun bangunan eksisting. d.
Akan menyertakan salinan dokumen upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) ynang disahkan bapedal. Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia, dengan teknologi yang tepat manusia akan mendapatkan manfaat dan dampak positif dari pembangunan tersebut, namun disaat yang sama terjadi dampak negatif pada lingkungan akibat teknologi itu sendiri. Oleh sebab itu, penyerahan dokumen ini bertujuan untuk mendukung pengendalian pembangunan
terhadap
lingkungannya
sehingga
terwujud
konsep
berkelanjutan.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
21
e.
Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan dibuat tahan gempa. Indonesia berada pada daerah yang sarat dengan bencana gempa bumi,, oleh karena itu pembangunan tersebut haruslah menjamin keamanan dan keselamatan penghuni gedung tersebut dari ancaman bahaya gempa bumi serta mampu mempertahankan fungsi bangunan tersebut sevcara optimal dan atas ketahanan strukturnya dan konstruksi terhadap beban bencana gempa.
f.
Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standart pemakai gedung untuk penyandang cacat. Lingkungan yang inklusif merupakan salah satu bentuk usaha dalam mewujudkan keberlanjutan dari aspek sosial yang tentunya akan berdampak positif pada aspek ekonomi maupun lingkungan. Dengan mendorong pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan kesempatan sehingga berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan.
g.
Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan. Kebakaran menimbulkan kerugian tidak hanya dari segi materi tetapi juga sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, diterapkan sistem proteksi terhadap kebakaran yang bertujuan untuk menurunkan resiko terjadinya kebakaran pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung terjamin.
2.2.3
Peraturan Green Building Munculnya perhatian dunia terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan hidup, menyebabkan tercetusnya protokol kyoto sebagai salah satu bentuk kepedulian pemimpin dunia terhadap kondisi lingkungan hidup. Protokol Kyoto merupakan hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kyoto, Jepang, pada 1997 yang merupakan amandemen dari Konvensi Rangka Kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCC) yakni sebuah pesetujuan internasional
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
22
mengenai pemanasan global. Persetujuan ini mulai berlaku sejak 16 Februari 2005 setelah diratifikasi secara resmi di Rusia pada 18 Novemeber 2004 oleh 141 negara yang mewakili 61% seluruh emisi dunia. Kesepakatan ini mewajibkan negara maju yang disebut Annex I untuk menurunkan emisi gas rumah kaca 5,2 persen dari level 1990, sehingga suhu bumi tidak naik lebih dari 2 derajat Celsius. Amerika Serikat akhirnya menolak meratifikasi Protokol Kyoto, sedangkan Cina, India, dan Brasil ketika itu masih menjadi negara berkembang yang belum maju perekonomiannya. Meski demikian, protokol ini menjadi dasar hukum program program mitigasi dan perdagangan karbon (Tempo, 5 Desember 2011)[18]. Jika protokol kyoto sukses diberlakukan oleh seluruh negara yang meratifikasinya maka, diprediksi hal tersebut akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (Nature, Oktober 2003)[19]. Memang di Indonesia peraturan yang khusus mengatur tentang Green Building terbilang masih sangat sedikit. Hal ini dikarenakan kebanyakan pelaku konstruksi masih menganggap pembangunan dengan konsep ramah lingkungan akan meningkatkan biaya konstruksi secara signifikan dan sulit untuk dibangun. Padahal, dalam konsep yang tepat Green Building mampu menghemat konsumsi energi hingga 50% dengan hanya menambahkan 5% saat pembangunannya (Kristensen, Poul 2010)[20]. Biaya operasional energi listrik dapat dihemat sebanyak 20%-30% perbulannya (Sendjaja, Irwan, 2011)[21]. Saat ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang turut meratifikasi green protokol kyoto tersebut, turut serta dalam usaha pelestarian lingkungan dengan membuat suatu peraturan yang berkaitan dengan bangunan hijau
melalui Peraturan Menteri dari
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun 2010 yang berjudul “Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan”. Keputusan KLH yang dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 2010 ini merupakan peraturan pertama di Indonesia mengenai Green Building. Keputusan ini mendefinisikan “Green Building” sebagai bangunan yang menerapkan prinsip-prinsip lingkungan dalam desain, konstruksi, operasi dan manajemennya, yang semuanya penting bagi mitigasi dampak perubahan iklim. Ada banyak regulasi yang berkaitan dengan Green Buildings, seperti efisiensi energy, efisiensi air, dan lain lain, tetapi KLH
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
23
adalah yang pertama yang menggunakan istilah “Green Building” dalam isi keputusannya. Pembangunan Green Building ini juga merupakan salah satu sikap pelaksanaan ISO 14001 yang berisi tentang standarisasi sistem manajemen lingkungan, yang bertujuan untuk merancang, melaksanakan dan bekerja untuk mengendalikan dampak lingkungan penting dan untuk mencapai kesesuaian dengan peraturan serta mempertahankan dan meningkatkan perbaikan sistem manajemen lingkungan secara terus menerus. Dalam ISO 14001, dijelaskan bahwa manajemen puncak dari suatu organisasi harus menetapkan kebijakan lingkungan, yang diantaranya adalah memastikan peningkatan berkesinambungan dan pencegahan pencemaran akibat dari aktivitas organisasi. Dengan diterbitkannya peraturan gubernur No.8 Tahun 2011 tentang sertifikasi ‘bangunan hijau’ atau Green Building merupakan salah satu langkah dari pemda DKI Jakarta untuk turut serta dalam upaya sosialisasi bangunan ramah lingkungan dalam konsep pembangunan masa kini. Setelah peraturan ini nantinya diberlakukan di Jakarta, maka mau tak mau para pengelola maupun pelaku konstruksi harus beralih ke konsep Green Building. Standarisasi gedung ramah lingkungan menurut Pergub tersebut antara lain menggunakan material daur ulang, menggunakan penerangan hemat energi kaca double glassing dan air limbah buangan harus bisa bermanfaat lagi untuk operasional pemeliharaan gedung tersebu, misalnya air toilet dapat didaur ulang menjadi air bersih untuk toilet lagi atau menyiram tanaman (Sendjaja, Irwan 2011) [22]. Sistem rating GREENSHIP merupakan alat bantu bagi para pelaku industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam menerapkan best practices dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Standar yang ingin dicapai dalam penerapan greenship adalah terjadinya suatu bangunan hijau (Green Building) yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori. Perangkat rating greenship adalah sistem penilaian yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
24
konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata. Tujuan penyusunan GREENSHIP adalah :
Mendorong penerapan best practice dalam industri bangunan di Indonesia,
Mendorong terciptanya lingkungan yang berkualitas melalui bangunan baru yang bermutu baik sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan,
Mendorong pemecahan masalah lingkungan terkini melalui rating dan pembobotan nilainya,
Mendorong pertumbuhan industri bangunan yang berbasis ramah lingkungan, baik operasional maupun produk yang dihasilkannya, di dalam negeri Republik Indonesia,
Mendorong kemajuan teknologi dan riset dalam industri bangunan di dalam negeri Republik Indonesia sehingga tercipta berbagai teknologi yang tepat guna dalam penerapannya,
Mendorong peningkatan dan pemerataan kualitas sumber daya manusia dalam industri bangunan dari waktu ke waktu, dan
Memerangi fenomena perubahan iklim dengan diterapkannya praktik-praktik ramah lingkungan sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
2.3
Aspek Building Environmental Management Dalam penerapan Green Building , terdapat tolak ukur yang harus
dipenuhi sebagai persyaratan untuk tersertifikasinya bangunan sebagai Green Building. Salah satu kategori yang harus dipenuhi adalah Building Environmental Management, untuk mencapai kategori tersebut terdapat 7 aspek dan 1 prasyarat yang harus dipenuhi agar bangunan tersebut sebagai Green Building. Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Adanya kategori Building Environmental Management (BEM) juga memberikan penekanan pada pentingnya faktor manusia sebagai salah satu
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
25
sumber daya yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu bangunan hijau. Suku bangsa di Indonesia lebih dari 300 kelompok etnik dengan bahasa dua kali lipat dari jumlah kelompok itu. Adanya luasan geografis yang besar, bentang alam yang beragam, serta pembangunan dan standar pendidikan yang belum merata menyebabkan perbedaan cara dan standar kerja dari tiap manusia. Dalam pengoperasian suatu bangunan hijau, sangat diperlukan suatu standar manajemen yang terencana dan baku untuk mengarahkan tindakan dari pelaku operasional bangunan dalam melakukan pengelolaan gedung agar dapat menunjukkan hasil yang ramah lingkungan (green performance). Pada aspek ini terdapat dua jenis kategori rating, yaitu rating prasyarat dan rating biasa. Rating prasyarat (P) adalah butir rating yang mutlak harus dipenuhi dan diimplementasi dalam suatu kategori. Apabila butir ini tidak dipenuhi, butir-butir rating lainnya dalam kategori ini tidak dapat dinilai dan tidak akan mendapatkan nilai sehingga proses sertifikasi tidak dapat dilanjutkan. Selanjutnya adalah rating biasa yang merupakan turunan dalam kategori selain butir prasyarat. Butir ini baru dapat dinilai dan diberi nilai kalau semua butir prasyarat dalam kategori tersebut telah dipenuhi atau telah dilaksanakan.
2.3.1
Basic Waste Facility (Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah) Prasyarat dalam aspek Building Environmental Management
adalah
adanya Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah. Banyaknya sampah yang dihasilkan dalam berbagai bentuk dan semakin sempitnya tempat pembuangan akhir atau TPA ditambah masih rendahnya kesadaran pengguna gedung dalam melakukan pemilahan sampah menyebabkan volume sampah hasil buangan dalam berbagai bentuk yang tercampur baur menjadi beban berat bagi tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan melakukan pemilahan dari tahap awal, proses daur ulang akan dimulai lebih cepat sehingga beban TPA dapat berkurang. Pemilahan sampah adalah salah satu bagian tersulit dari tata rentang pengelolaan sampah, karena berkaitan dengan perilaku manusia yang pasti membutuhkan waktu panjang dan upaya yang besar (Panduan Praktis Pemilahan Sampah, KNLH 2008)[23]. Menurut Pasal 11 UU Nomor 18 Tahun 2008[24]
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
26
tentang pengelolaan sampah, setiap orang berhak memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. Pembinaan yang dimaksudkan berasal dari pemerintah ataupun instansi tertentu. Untuk dapat mengaplikasikan pemilahan sampah tersebut, maka di setiap tempat yang terdapat aktivitas dan kegiatan industri diwajibkan memiliki fasilitas pemilahan sampah yang baik dan benar. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Menurut pasal 41[25], pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dengan adanya UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, diharapkan masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan smapah hingga dapat menikmati hasil dari pengelolaan sampah yang baik. Sementara bagi pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang belum memiliki fasilitas pemilahan sampah harus segera membangun fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun sejak masa konstruksinya. Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga juga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Peran-serta berbagai pemangku kepentingan sangat dibutuhkan dalam mengurangi volume sampah perkotaan. Pemangku kepentingan, baik dari sektor swasta maupun sektor pemerintahan, memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengendalikan dampak lingkungan melalui pengelolaan sampah yang dihasilkan. Langkah awal pengelolaan sampah pada suatu bangunan adalah dengan menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang terpisah antara tempat sampah organik dan anorganik untuk memudahkan proses pengolahan sampah selanjutnya, seperti reuse, reduce, dan recycle.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
27
Tujuan dari prasyarat ini adalah untuk mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana yang mempermudah proses daur ulang. Tolak ukurnya adalah adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik. Dokumen yang nantinya akan dinilai adalah :
Gambar rencana tapak yang menunjukkan lokasi fasilitas pemilahan sampah
Gambar detil fasilitas pemilahan sampah
Foto fasilitas pemilahan sampah yang memperlihatkan adanya labelisasi jenis sampah organik dan anorganik.
Gambar 2.1. Tempat Sampah Organik dan Non Organik Sumber : Olahan Sendiri
2.3.2
GP as a Member of Design Team (GP Sebagai Bagian dari Tim Desain) Desain bangunan hijau sebaiknya mengintegrasikan keenam aspek
konsep Green Building, yaitu tapak, energi, konservasi air, kondisi udara dalam ruang, material ramah lingkungan, dan manajemen lingkungan gedung. Menurut GBCI[26], Greenship Professional (GP) adalah predikat yang dimiliki secara perorangan yang telah mengikuti pendidikan dan memiliki ketrampilan dan pengetahuan untuk mengarahkan tim desain dan pelaksanaan dalam proses pembangunan suatu bangunan hijau yang pada kemudian hari akan disertifikasi oleh GBC INDONESIA sehingga dapat sejalan dengan sistem rating GREENSHIP yang berlaku saat itu. Seorang GP dapat membantu tim desain dan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
28
proses konstruksi dalam mencapai rating-rating yang ditargetkan tersebut dalam mengintegrasikan keahlian hingga lebih mudah mendapatkan sertifikasi. Peran GP dalam tahap desain adalah untuk :
Menganalisis kebutuhan untuk keberlanjutan, peluang, dan hambatan,
Menyarankan implikasi atas kinerja bangunan untuk mencapai target Green Building,
Menyelenggarakan konsultasi umum mengenai desain dan konstruksi,
Mengkoordinasikan masukan dari teknisi spesialis seperti ahli akustik dan ekologi,
Menyiapkan rencana kerja desain keberlanjutan, dan
Mengoordinasikan persiapan atas dokumen yang dibutuhkan untuk penilaian Green Building. Tujuan dari aspek ini adalah untuk mengarahkan langkah-langkah desain
suatu Green Building sejak tahap awal sehingga memudahkan tercapainya suatu desain yang memenuhi rating. Tolak ukurnnya adalah melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi Greenship Professional (GP), yang bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum pendafataran sertifikasi. Poin maksimum yang dicapai apabila terpenuhinya aspek ini adalah 1. Dokumen yang nantinya akan dinilai. Daftar nama GP yang terlibat dalam proyek dan spesialisasi keahliannya Daftar hadir GP selama proyek berlangsung, yang diketahui oleh penanggung jawab proyek bersangkutan Daftar hadir rapat koordinasi selama proyek berlangsung.
2.3.3
Pollution of Construction Activity (Polusi dari Aktivitas Konstruksi) Untuk bangunan baru, penerapan konsep ramah lingkungan tidak hanya
bertitik berat pada desain atau perencanaan. Proses konstruksi untuk mendirikan bangunan tersebut pun harus menjiwai semangat ramah lingkungan, sehingga bila suatu bangunan dikatakan memenuhi konsep ramah lingkungan, berarti proses penilaiannya telah dilakukan secara komprehensif. Aktivitas konstruksi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Meningkatnya aktivitas konstruksi berdampak pada meningkatnya limbah yang
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
29
dihasilkan. Manajemen limbah konstruksi yang komprehensif sangat dibutuhkan di setiap proyek konstruksi, karena sekitar 1 – 10% dari material konstruksi pada umumnya berakhir menjadi limbah di lokasi konstruksi(Susanti, Betty 2009)[27]. Berdasarkan penelitian mengenai manajemen industri konstruksi, terdapat lima faktor yang umumnya menjadi dampak dari pelaksanaan aktivitas konstruksi, diantaranya adalah level kebisingan, kualitas udara, kuantitas dan kualitas air, getaran, dan fasilitas jalan (Sutrisno et, al, 2009)[28]. Terdapat satu faktor yang juga tak kalah pentingnya yaitu sampah, yang dapat berkontribusi membebani TPA. Dampak-dampak negatif tersebut sudah seharusnya diantisipasi oleh para pelaku jasa konstruksi, agar pelaksanaan aktivitas tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemprosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Limbah didefinisikan sebagai material yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan industri yang tidak memiliki nilai sisa (Tam & Tam, 2006)[29]. Sedangkan limbah konstruksi adalah segala sesuatu yang tidak efisien, yang dihasilkan dari penggunaan peralatan, material, atau tenaga kerja, dalam jumlah yang besar pada kegiatan produksi bangunan (Koskela, 1992)[30]. Pada umumnya, limbah konstruksi didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari proses konstruksi, renovasi, dan demolisi pekerjaan konstruksi (Cheung, 1993)[31].
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
30
Tabel 2.1. Karakteristik Limbah Karakteristik Fisika : Warna Bau Padatan Temperatur Kimia: Organik Karbohidrat Minyak dan lemak Pestisida Fenol Anorganik Alkali
Sumber Limbah Bahan organik buangan industri dan domestik Penguraian limbah dan buangan industri Sumber air, buangan industri dan domestik Buangan domestik dan industri
Buangan industri, perdangangan dan domestik Buangan industri, perdangangan dan domestik Buangan hasil pertanian Buangan industri, perdangangan dan domestik
Cholorida Logam berat Nitrogen pH Phospor Sulfur Bahan beracun
Sumber air, buangan domestik, infiltrasi air tanah, buangan air ketel Sumber air, buangan domestik, pelemakan air Buangan industri, perdangangan dan domestik Limbah pertanian dan domestik Limbah industri Limbah industri, domestik dan alamiah Limbah industri, domestik dan alamiah Perdagangan, limbah industri
Biologi : Virus
Limbah domestik
Sumber : Suparni Setyowati Rahayu, Sumber dan Karakteristik Limbah, 2009
Limbah konstruksi dibagi menjadi limbah padat dan limbah cair. Material konstruksi merupakan sumber daya konstruksi yang potensial menjadi limbah dibandingkan sumber daya lainnya, karena sebagian besar material mental yang menjadi input proses konstruksi diperoleh dari sumber tak terbarukan (non renewable). Limbah yang berasal dari pembongkaran atau penghancuran bangunan digolongkan sebagai demolition waste, sedangkan limbah yang berasal dari perubahan bentuk bangunan (remodeling) dan pembangunan rumah atau bangunan komersial, digolongkan sebagai construction waste. Contoh limbah material konstruksi yang sering ditemui adalah tiang pancang, beton ready mix, besi beton, semen, pasir, batu pecah, batu bata, kayu, dan keramik.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
31
Menurut Pasal 1 PP Nomor 82 Tahun 2001(pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air)[32], Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu. Dalam Pasal 24 disebutkan bahwa setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan mengakibatkan pencemaran air. Untuk mencegah limbah cair dari hasil konstruksi, dibutuhkan sebuah Water Treatment Plant (WTP). Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk mengolah air dari kualitas air baku yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan standard yang diinginkan/ditentukan atau siap untuk dikonsumsi. Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan dengan indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa di gunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengenda-pan), Filtrasi dan penambahan desinfektan. Jika dilihat dari jenis senyawanya dibagi menjadi 2(dua) yaitu : a.
Parameter Kimia Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg, Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan (tidak masuk standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan dengan sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse Osmosis atau Demineralier dan Softener.
b.
Parameter Biologi Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di dalam air. Bila jumlah mikro-organisme di dalam air berlebihan biasanya akan mengganggu kesehatan bila di konsumsi. Pengola-han dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya injeksi Chlor, System UV dan System Ozone (O3).
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
32
Gambar 2.2. Water Treatment Plant Sumber : Sewage Treatment
Tujuan dari aspek yang kedua ini adalah untuk mendorong pengurangan sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan polusi dari proses konstruksi. Nilai maksimum yang dapat dicapai dari terpenuhnya aspek ini adalah 2. Tolak ukurnya adalah memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas :
Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
Limbah cair, dengan menjaga kualitas air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota.
Dokumen yang nantinya akan dinilai adalah : Tolak Ukur 1 :
Foto area pemilahan sampah konstruksi
Dokumen dari pihak kontraktor utama mengenai catatan pemilahan sampah
Surat pernyataan kerjasama antara pihak kontraktor utama dan pihak ketiga untuk sampah konstruksi yang bisa didaur ulang
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
33
Tolak Ukur 2 :
Gambar diagram pihak kontraktor utama yang menunjukkan upaya pengendalian kualitas air yang berasal dari aktivitas konstruksi.
2.3.4
Advance Waste Management (Manajemen Sampah yang Baik) Pada umumnya penerapan pengelolaan sampah masih terbatas pada tahap
pengumpulan sampah di sumbernya, pengangkutan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk dapat mengurangi beban TPA, maka diperlukan peran serta berbagai pihak dalam mereduksi volume sampah dari sumber dengan melakukan minimalisasi limbah. Dimulai dari suatu bangunan yang menyediakan pengolahan terpadu dari mulai pemilahan sampah sampai mendaur ulang sampah organik menjadi kompos yang memiliki manfaat ekonomis. Dengan demikian, dukungan pemerintah dan peranserta individu dan masyarakat dalam hal ini pengelola bangunan swasta berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup. Manajemen limbah konstruksi yang komprehensif sangat dibutuhkan di setiap proyek konstruksi, karena sekitar 1-10% dari material konstruksi pada umumnya berakhir menjadi limbah di lokasi konstruksi. Bossink dan Brouwers (1996)[33] menyatakan 13-30% limbah di berbagai negara merupakan limbah konstruksi yang harus dibuang ke landfill, padahal 50-80% dari limbah konstruksi tersebut dapat digunakan kembali atau di daur ulang dengan melakukan pengomposan. Dalam praktiknya, sangat sedikit bangunan di Indonesia yang sudah memiliki fasilitas pengomposan. Menurut J.H. Crawford (2003)[34] kompos didefinisikan sebagai hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Indonesia telah memiliki standar kualitas kompos, yaitu SNI 19-7030-2004 dimana peraturan ini memuat batasbatas maksimum atau minimum sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos dan batas maksimum kandungan logam berat. Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
34
pengomposan akan berlangsung dalam dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, dll.
Gambar 2.3. Proses Umum Penanganan Limbah Organik Sumber : Rynk, 1992
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan aerobik secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahal awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 500 – 700 C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2, uap air dan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
35
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa lahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume/bobot awal bahan.
Tabel 2.2. Organisme yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Sumber : Isroi, Pengomposan Limbah Padat Organik, 2009
Tujuan utama dari aspek ketiga ini adalah mendorong manajemen kebersihan dan sampah secara terpadu sehingga mengurangi beban TPA. Nilai maksimum yang dapat dicapai dari terpenuhinya aspek ini adalah 2. Tolak ukurnya adalah :
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan (1 Poin)
Memberikan pernyataan atau rencana kerjasama untuk pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota. (1 Poin)
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai adalah :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
36
Tolak Ukur 1 :
Gambar rencana tapak yang menggambarkan lokasi fasilitas pengomposan.
Gambar detail fasilitas pengomposan
Foto fasilitas pengomposan
Tolak Ukur 2 :
Surat pernyataan kerjasama pihak pemilik gedung sebagai wakil dari pengelola gedung dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengelolaan sampah tersebut.
2.3.5
Proper Comissioning (Comissioning yang Tepat) Gedung merupakan suatu produk yang berasal dari perakitan berbagai
material yang belum tentu cocok satu sama lain. Hal ini menjadikan setiap gedung unik. Karena itu, untuk memastikan semua sistem berjalan baik, perlu diadakan suatu proses yang berkesinambungan untuk memastikan semua sistem, terutama pada peralatan (equipment) berjalan sesuai dengan rencana dan berkelanjutan. Comissioning gedung merupakan sebuah proses sistematis yang memadukan dan meningkatkan fungsi-fungsi yang sebelumnya terlihat terpisah, dokumentasi operasional peralatan dan fasilitas pelatihan untuk staf, serta uji fungsi dan verifikasi kinerja (Panduan Penerapan Greenship, 2010)[35]. Comissioning adalah sebuah proses pemastian kualitas mulai dari pradesain sampai dengan proses konstruksi, start up, dan meningkatkan kesesuaian harapan pemilik gedung. Comissioning memungkinkan pemilik gedung untuk memulai siklus hidup pada produktivitas optimal dan konsisten dalam mempertahankan kinerja terbaik. Pada dasarnya semua gedung harus melakukan comissioning terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada penggunanya. Dalam Green Building ini, proses comissioning terdapat berbagai perbedaan karena harus mengikuti petunjuk dari GBCI. Proses comissioning ini menekankan kepada pengecekan mesin, misalnya apakah AC yang digunakan memenuhi kriteria keinginan owner dan menggunakan power yang cukup sehingga mampu menghasilkan sistem tata udara hemat energi dengan kenyamanan termal yang baik. Dalam pelaksanaannya, hampir seluruh proyek gedung di Indonesia melakukan comissioning, tetapi
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
37
proses pengecekannya tidak berjalan dengan baik. Sesuai petunjuk GBCI, proses comissioning harus menggunakan alat khusus yang berbeda dengan alat yang biasa digunakan oleh supplier. Tujuan dari aspek ini adalah melaksanakan komisioning pada bangunan yang meliputi item-item tertentu yang antara lain : a.
Sistem tata udara yaitu berupa : a) Mesin utama b) Tower-pompa c) AHU(hanya main supply pada saat dinyalakan) d) Power (meliputi voltage drop, phase balance, infrared yang hanya di panel grounding)
b.
Sistem tata cahaya dalam lux Nilai maksimum yang dapat dimiliki apabila aspek ini terpenuhi adalah 3.
Tolak ukur aspek ini adalah : a) Melakukan prosedur testing commissioning sesuai dengan petunjuk GBCI, termasuk training dengan baik dan benar agar peralatan/sistem berfungsi dan menunjukkan kinerja sesuai dengan perencanaan dan acuan. (2 Poin) b) Desain serta spesifikasi teknis harus lengkap di saat konstruksi melaksanakan pemasangan seluruh measuring adjusting instruments. (1 Poin) Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah : Tolak ukur 1 : a) Salinan jadwal komisioning, termasuk nama penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas b) Surat pernyataan yang ditandatangani oleh kontraktor bahwa akan tunduk atas prosedur dan ketentuan komisioning c) Laporan pelaksanaan komisioning berupa check list formulir ditandatangani penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas yang diketahui project manager dan manajemen konstruksi (MK) bila ada. d) Laporan hasil komisioning antara lain berisi :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
38
(a) Perhitungan unjuk kerja peralatan untuk membuktikan kesesuaian unjuk kerja peralatan yang terpasang dengan yang direncanakan (b) Gambar mekanikal elektrikal (ME) yang akan dikomisioning (c) Gambar diagram detail pemasanagan peralatan beserta aksesori sehingga terlihat measuring dan adjusting instruments (d) Buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan Tolak Ukur 2 : a) Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment b) Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment c) Foto peralatan ukur dan adjustment
2.3.6
Submission Green Building Implementation Data for Database (Penyerahan Data Implementasi Green Building untuk Database) Lemahnya database merupakan bagian dari kurangnya kesadaran atas
pentingnya riset dan pengembangan. Keadaan ini menyebabkan rendahnya inovasi di bidang indutri dalam negeri. Terbangunnya suatu pusat data yang terpercaya diharapkan dapat mendorong adanya inovasi dan peningkatan kinerja yang signifikan dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong hal tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui implementasi aspek-aspek ramah lingkungan dari setiap gedung. Hal tersebut dapat memperkaya databse mengenai gedung-gedung di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai kepentingan ilmiah, seperti penelitian, bahkan kepentingan pihak pembuat kebijakan agar dalam penyusunan peraturan dapat merespons kondisir riil di Indonesia. Tujuan dari aspek kelima ini adalah untuk melengkapi database implementasi Green Building di Indonesia untuk mempertaham standar-standar dan bahan penelitian. Nilai maksimum yang dapat dicapai apabila terpenuhinya aspek ini adalah 2. Namun, terdapat pengecualian aspek ini tidak perlu dipenuhi, yaitu :
Apartemen, tidak termasuk unitnya.
Rumah sakit, mal, dan hotel, tidak termasuk laundry dan F &B.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
39
Perkantoran, tidak termasuk data centre. Tolak ukur dalam aspek ini adalah :
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form dari GBCI, yang merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green Building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian. GBCI-Indonesia akan menjaga kerahasiaan sumber data dan tidak akan menyebarluaskan kepada pihak lain. Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah : a.
Perhitungan persentase kenaikan investasi pembangunan gedung Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional.
b.
Surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk menyerahkan data implementasi kepada GBCI, yang berupa : a) Konsumsi energi setiap tahun (dalam satuan kWh/m2.tahun), yang meliputi : (a) IKE Total, (b) IKE untuk sistem tata udara, (c) IKE listrik untuk sistem tata cahaya dan kotak kontak, dan (d) IKE listrik untuk sistem lainnya b) Konsumsi air dari sumber air primer (PDAM dan air tanah) selama satu tahun c) Konsumsi air dari sumber alternatif selama satu tahun d) Volume sampah organik selama satu tahun e) Volume sampah anorganik selama satu tahun.
2.3.7
Fit-Out Agreement (Kesepakatan Penyerahan Gedung) Informasi sebagai acuan saat fitting out area yang disewakan oleh para
penyewa dalam aplikasi prinsip Green Building belum tersosialisasi. Hal ini menyebabkan persepsi yang berbeda-beda pada penyewa. Untuk itu pihak manajemen perlu memiliki standar yang digunakan untuk mengedukasi tenant dan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
40
pengguna gedung. Definisi tenant sendiri adalah pihak yang menyewa suatu bagian dari property. Kata tenant awal mulanya berasal dari istilah "tenure" di Inggris kuno. Tenure adalah "landlord" atau tuan tanah yang menguasai dan mengelola lahan-lahan untuk keperluan pertanian. Tujuan
dari
penerapan
aspek
keenam
ini
adalah
untuk
mengimplementasikan prinsip Green Building saat fit out gedung dan menjaga kinerja bangunan agar tetap optimal dalam penerapannya. Nilai maksimum yang dicapai dari penerapan aspek ini adalah 1. Terdapat pengecualian dalam aspek ini, yaitu untuk perkantoran yang tidak disewakan, rumah sakit, hotel, dan apartemen yang tidak berlaku. Tolak ukur dalam aspek ini adalah memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung atau tenant, yang terdiri atas :
Menggunakan kayu yang bersertifikat(certified wood)
Mengikuti training yang akan dilakukan oleh manajemen bangunan
Terdapat rencana manajemen indoor air quality setelah konstruksi, dan implementasi ditandatanganinya surat perjanjian ini merupakan prasyarat dalam rating kategori gedung terbangun. Certified Wood bertujuan menggunakan bahan baku kayu yang dapat
dipertanggungjawabkan asal usulnya untuk melindungi kelestarian hutan.
Kayu
yang bersertifikat ini juga prasyarat jika ingin mengekspor kayu ke luar negeri. Di Indonesia terdapat lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang melaksanakan proses akreditasi terhadap lembaga sertifikasi yang akan mengoperasikan sistem sertifikasi di lapangan, lembaga pelatihan, dan sertifikasi personal. LEI ini yang akan mensertifikasi bahan kayu yang sah dan terbebas dari perdagangan kayu ilegal. Dengan mengantongi sertifikat ini, artinya kayu yang dimiliki bukan kayu ilegal atau bukan dari hasil illegal logging. Training yang akan dilakukan oleh manajemen bangunan pada dasarnya wajib diadakan guna mengedukasi pengguna gedung agar mengerti serta mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip gedung sesuai kriteria Green Building yang berlaku. Dengan adanya training ini, diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan gedung misalnya suhu yang terlalu rendah, lampu dinyalakan melebihi jam kerja, dll.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
41
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah :
Surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk memasukkan klausul yang tersebut dalam tolak ukur
Salinan surat perjanjian dengan tenant yang menyebutkan klausul yang bersangkutan.
2.3.8
Occupant Survey (Survey Penghuni) Salah satu perhatian dari prinsip keberlanjutan adalah kenyamanan
manusia. Dalam rating ini, didorong suatu tindakan survey untuk mengetahui kenyamanan termal pengguna gedung. Jika memungkinkan, maka akan diadakan penghematan energi. Penelitian mengenai kenyamanan termal bangunan modern kini menjadi trend dalam rangka menciptakan bangunan modern hemat energi. Salah satu standar yang sudah dibuat adalah standar ASHRAE 55-2005, yang mengacu pada standar 4 musim. Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Kenyamanan termal ialah suatu kondisi dimana kita akan merasa nyaman secara termal, yaitu tidak kepanasan atau kedinginan didalam suatu ruangan tertentu. Kenyaman termal berfungsi sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan
performa
seseorang
untuk
bekerja.
Untuk
menciptakan
kenyamanan termal di suatu tempat tertentu, kondisi-kondisi lingkungan di suatu tempat akan dirancang kondisi termalnya harus diketahui terlebih dahulu. Standar kenyamanan termal yang akan kita rancang juga harus ditetapkan terlebih dahulu guna mencapai hasil yang maksimal. Salah satu pendekatan survey yang digunakan, yang terkait dengan kenyamanan termal, adalah pendekatan adaptif. Pendekatan adaptif menggunakan responden penghuni bangunan yang telah beradaptasi dengan kondisi iklim sekitar. Premis utama model adaptif adalah bahwa penghuni bangunan tidak dianggap sebagai penerima pasif lingkungan termal, tetapi sebaliknya memiliki peran penting dalam menciptakan kondisi yang disukai terkait dengan lingkungan termalnya, dengan tiga jenis adaptasi, yakni pengaturan perilaku, fisiologis, dan psikologis (Brager and Dear, 2001)[36].
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
42
Tujuan adanya aspek ini adalah untuk mengukur kenyamanan pengguna gedung melalui survey yang baku terhadap pengaruh desain dan sistem pengoperasian gedung. Nilai maksimum yang dapat dicapai dalam pencapaian aspek ini adalah 2. Terdapat pengecualian penerapan aspek ini, diantaranya adalah:
Pusat Perbelanjaan responden survey tidak termasuk building maintenance staff.
Rumah sakit responden survey tidak termasuk staf administrasi, tenaga kesehatan, dan
dokter tetap.
Hotel dan apartemen responden survey tidak termasuk staf. Tolak ukur dalam aspek ini adalah memberi pernyataan bahwa pemilik
gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Apabila hasilnya minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survey. Penyerahan data ini merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori existing building.
2.4
Perbedaan Biaya Dalam Proyek Green Building
2.4.1
Penyusunan Biaya Proyek Biaya adalah pengeluaran untuk pelaksanaan proyek, operasi, serta
pemeliharaan instalasi hasil proyek (Soeharto, Iman. 1999)[37]. Salah satu tahap terpenting dalam menyusun biaya proyek atau cost budgeting adalah proses estimasi biaya. Dysert, Larry R.[38] mengungkapkan bahwa estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan dari sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah ditetapkan. Dalam sebuah estimasi biaya terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam memperkirakan beberapa alternatif biaya untuk memulai dan menyelesaikan proyek. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan risiko harus dapat dipertimbangkan, misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya dengan menyewanya saja untuk keperluan proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
43
keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas serta beberapa kategori spesial seperti faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya merupakan penilaian kuantitatif yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek. Dilihat dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka estimasi biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a.
Preliminary Estimate Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain proyek belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan, Estimasi biaya diberikan untuk keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar berdasarkan informasi harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas produksi atau per satuan fungsinya atau per satuan luasnya.
b.
Semi Detail Estimate Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi biaya sudah dapat dihitung secara detail karena basic design proyek sudah ada. Hasil estimasi biaya pada tahap ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyiapkan dana yang diperlukan bagi proyek tersebut, oleh karena itu sering juga disebut sebagai budget estimate bagi owner
c.
Definitive Estimate Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah dapat dihitung secara detail karena construction drawing sudah ada. Beberapa hal dipertimbangkan dalam estimasi ini antara lain metode konstruksi, kondisi lokasi proyek, preliminary work yang akan dilakukan, penggunaan sumber daya tenaga, alat dan material serta subkontraktor sesuai spesifikasi yang ada serta waktu pelaksanaan proyek. Secara detail, proses penyusunan anggaran biaya proyek sebelum tahap
pelaksanaan dapat digambarkan seperti ini :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
44
Gambar 2.4. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Sumber : Eddy Subiyanto, Kuliah Metode Konstruksi 2010 & Hasil Olahan
Dalam PMBOK disebutkan estimasi biaya adalah prediksi berdasarkan informasi yang diketahui pada waktu tertentu. Trade-off biaya dan risiko harus dipertimbangkan, seperti membuat atau membeli, membeli atau menyewa, dan alokasi sumber daya untuk mendapatkan biaya yang proyek optimal. Estimasi biaya harus direvisi selama masa perencanaan proyek, sepanjang terdapat tambahan informasi-informasi. Akurasi dari estimasi biaya proyek akan membaik sepanjang kemajuan pada siklus proyek. Maka, proses penyusunan estimasi biaya merupakan proses iterative dari fase ke fase.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
45
Gambar 2.5. Input, Tools & Techniques, dan Output Estimasi Biaya Sumber: PMBOK 2008
Gambar 2.6 Aliran data Dalam Proses Penyusunan Estimasi Biaya Sumber: PMBOK 2008
Dalam tahap melakukan manajemen proyek jenis apapun, hal mendasar yang harus dimiliki adalah kumpulan pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai agar sukses dalam menjalankan proyek tersebut. Elemen utama ketika memasuki tahap manapun dalam manajemen proyek adalah cost budgeting. Untuk membuat perencanaan cost budgeting yang efektif, biaya total dari keseluruhan proyek harus ditetapkan. Untuk mencapai ini, setiap bagian dari proyek harus dianalisa dan diberikan estimasi biaya masing-masing. Penjumlahan total dari biaya
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
46
taksiran, baik itu biaya kegiatan maupun dalam paket pekerjaan, dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah parameter yang berfungsi sebagai petunjuk kerja untuk budgeting. Biaya inilah yang nantinya akan dibagikan berdasarkan kebutuhan dari proyek tersebut. Hal ini akan memastikan bahwa target budget akan terpenuhi dengan akurat. A guide to the project management body of knowledge (PMBOK GUIDE) fourth edition, 2008[39], menyatakan cost budgeting adalah proses pengumpulan atau penjumlah untuk perkiraan biaya pada suatu jenis kegiatan atau paket pekerjaan untuk mendapatkan harga dasar yang sesungguhnya. Masukan, alat dan teknik hingga hasil dari proses cost budgeting seperti di bawah ini:
Gambar 2.7. Proses Cost Budgeting Sumber : PMBOK 2008
2.4.2
Hal yang Membedakan Biaya dalam Proyek Green Building Dalam sebuah proyek konstruksi, tidak jarang terjadi proses perubahan
kontrak (Contract Change Order /CCO). Change order adalah usulan perubahan secara tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi dari dokumen kontrak awal seperti menambah, mengurangi pekerjaan, adanya perubahan ini dapat menubah spesifikasi biaya kontrak dan jadwal pembayaran, jadwal proyek. Contract Change Order bisa didefinisikan sebagai modifikasi dari original contract , atau dapat pula didefinisikan sebagai sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh kontraktor, arsitek dan pemiliki setelah kontrak awal dibuat, kemudian dimodifikasi beberapa lingkup pekerjaannya yang menyesuaikan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
47
terhadap biaya dan waktu. (Schaufalberg & Holm, 2002)[40]. Menurut Fisk (2006), Contract Change Order merupakan surat kesepakatan antara pemilik dan kontraktor untuk mengaskan adanya revisi rencana dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat proses konstruiksi berlangsung, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor. Dari semua pendapat yang didefinisikan kesimpulan
bahwa
change
order
merupakan
tersebut, dapat ditarik
persetujuan
tertulis
yang
ditandatangani oleh pemilik, kontraktor dan juga perencana untuk memodifikasi atau memberikan perubahan pada pekerjaan yang telah diatur dalam dokumen kontrak
dimana
perubahan
tersebut
dapat
dipertimbangkan
sehingga
mengakibatkan adanya penyesuaian terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Menurut Fisk (2006), tujuan dari adanya change order adalah[41]:
Untuk mengubah rencana kontrak dengan adanya metode khusus dalam pembayaran
Untuk mengubah spesifikasi pekerjaan, termasuk perubahan pembayaran dan waktu dari kontrak sebelumnya
Untuk persetujuan tambahan pekerjaan baru, dalam hal ini termasuk pembayaran dan perubahan dalam kontrak.
Untuk tujuan administrasi, dalam menetapkan metode pembayaran kerja ekstra maupun penambahannya.
Untuk mengikuti penyesuaian terhadap harga satuan kontrak bila ada perubahan spesifikasi
Untuk pengajuan pengurangan biaya insentif proposal ada perubahan proposal value engineering.
Untuk menyesuaikan jadwal proyek akbat adanya perubahan
Untuk menghindari perselisihan antara pihak kontraktor dan pemilik. Perubahan dalam suatu proses konstruksi baiknya dilakukan pada saat
tahap perencanaan ataupun pada saat studi kelayakan. Hal ini dilakukan agar perubahan (efek) yang dihasilkan terhadap biaya menjadi lebih kecil. Hal ini dapat digambarkan melalui gambar dibawah ini:
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
48
Gambar 2.8. Hubungan antara biaya dengan proses konstruksi Sumber : Construction Project Cost Management
Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek–aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu baik bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi yang berupa sistem rating untuk mendapatkan sertifikasi bangunan hijau. Untuk menerapkan segala konsep tersebut, tentunya dibutuhkan biaya yang besarnya berbeda-beda tergantung dari aspek yang ingin dipenuhi. Masing-masing aspek memiliki sub kategori masing-masing, dan sub kategori tersebut juga memiliki tolak ukur yang dalam penerapannya memungkinkan akan terjadinya penambahan biaya. Perubahan dalam pengerjaan proyek Green Building dapat terjadi sesuai dengan ajuan dari kontraktor maupun permintaan owner yang mengininkan bangunan tersebut menjadi sebuah Green Building. Fokusan dalam penelitian ini adalah
aspek building environmental management, yang dilihat pengaruh
penerapannya dari setiap sub kategori pada sebuah Green Building. Seperti dalam sub kategori advance waste management, penerapannya dalam sebuah Green Building dapat menambah biaya konstruksi akibat pembuatan instalasi pengomposan limbah di area tapak bangunan. Selain itu, seperti dalam aspek GP as a member of design team maka kita harus sudah melibatkan seorang GP mulai
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
49
dari tahap perencanaan desain hingga tahap pendaftaran sertifikasi, yang bertujuan untuk mengarahkan konstruksi bangunan agar lebih mudah mendapatkan sertifikasi, yang tentunya membutuhkan biaya tersendiri untuk keterlibatan GP tersebut. Penerapan aspek – aspek yang harus dipenuhi dalam Green Building apabila dibandingkan dengan suatu bangunan yang non Green Building , dapat saja menambah biaya konstruksi. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai faktor apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang mempengaruhi biaya konstruksi Green Building. Aspek Building Environmental Management (BEM) yang terdapat pada greenship ini berpengaruh pada biaya proyek yang dihasilkan dengan rincian: a. Basic Waste Facility Target
:
Adanya
instalasi
atau
fasilitas
untuk
memilah
dan
mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga berdasarkan jenis organik dan anorganik. Metode : a) Menganalisa gambar tapak yang menunjukkan lokasi fasilitas pemilahan sampah b) Menganalisa gambar detil fasilitas pemilahan sampah c) Menganalisa foto fasilitas pemilahan sampah yang memperlihatkan adanya labelisasi jenis sampah organik dan anorganik. b. GP as a Member of Design Team Target : Melibatkan seorang GP sejak tahap desain Green Building. Metode : a) Memastikan daftar nama GP yang terlibat dalam proyek dan spesialisasi keahliannya b) Memastikan daftar hadir GP selama proyek berlangsung, yang diketahui oleh penanggung jawab proyek bersangkutan c)
Menganalisa daftar hadir rapat koordinasi selama proyek berlangsung
c. Pollution of Construction Activity Target : Mengurangi pengurangan sampah yang dibawa ke TPA dan polusi dari proses konstruksi.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
50
Metode
:
a) Mengambil foto area pemilahan sampah konstruksi b) Memastikan adanya dokumen dari pihak kontraktor utama mengenai catatan pemilahan sampah c) Memastikan adanya surat pernyataan kerjasama antara pihak kontraktor utama dan pihak ketiga untuk sampah konstruksi yang bisa didaur ulang d) Menganalisa gambar diagram pihak kontraktor utama yang menunjukkan upaya pengendalian kualitas air yang berasal dari aktivitas konstruksi ke saluran drainase kota. e) Mengambil foto mengenai pengendalian kualitas air yang berasal dari aktivitas konstruksi. d. Advance Waste Management Target : Mendorong manajemen kebersihan dan sampah secara terpadu sehingga mengurangi beban TPA Metode : a) Menganalisa gambar rencana tapak yang menggambarkan lokasi fasilitas pengomposan b) Menganalisa gambar detail fasilitas pengomposan c)
Mengambil foto fasilitas pengumposan
d) Memastikan adanya surat pernyataan kerjasama pihak pemilik gedung sebagai wakil dari pengelola gedung dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengolaan sampah e. Proper Comissioning Target
: Melaksanakan komisioning pada bangunan yang meliputi
item-item tertentu Metode
:
a) Menganalisa salinan jadwal komisioning, termasuk nama penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas b) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani oleh kontraktor bahwa akan tunduk atas prosedur dan ketentuan komisioning
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
51
c) Menganalisa laporan pelaksanaan komisioning berupa check list formulir ditandatangani penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas yang diketahui project manager dan MK bila ada d) Menganalisa laporan hasil komisioning e) Menganalisa gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment f)
Menganalisa spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
g) Mengambil foto peralatan ukur dan adjustment f. Submission Green Building Implementation Data for Database Target : Menyerahkan data implementasi Green Building kepada GBCI Metode : a) Menganalisa perhitungan persentase kenaikan investasi pembangunan gedung Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional b) Menganalisa surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk menyerahkan data implementasi kepada GBCI, yang berupa konsumsi energi, air, dan sampah selama satu tahun c) Menggunakan alat pengganti udara pada ruangan, misalnya hexox fan g. Fit-Out Agreement Target :Mengimplementasikan prinsip Green Building saat fit-out gedung Metode : a) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk memasukkan klausul mengenai penggunaan kayu bersertifikat, adanya training oleh manajemen bangunan, dan adanya rencana Indoor Air Quality (IAQ) setelah konstruksi dalam tolak ukur b) Memastikan adanya salinan surat perjanjian dengan tenant yang menyebutkan klausul yang bersangkutan h. Occupant Survey Target : Pemilik gedung setuju untuk mengadakan survey suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi Metode : a) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani oleh pemilik gedung bahwa akan mengadakan survey kenyamanan setiap tahun
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
52
Setelah melaksanakan metode yang digunakan pada setiap aspek, didapatkan perbandingan biaya gedung yang menggunakan Green Building dengan gedung konvensional. Hasil didapatkan kemudian di rangkum dengan menggunakan tabel seperti dibawah ini :
Tabel 2.3. Perbedaan Biaya Konstruksi Non-Green dan Green Building No 1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek
Sub variabel
Biaya Konstruksi ∆ Cost Non Green Building Green Building
Item pekerjaan 1 Prasyarat BEM Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-1 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-2 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-3 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-4 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-5 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-6 Item pekerjaan 2 Item pekerjaan 1 BEM-7 Item pekerjaan 2 Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
%
53
Berdasarkan data dari proyek sebelumnya yaitu proyek Green Building di Subang, terdapat perbedaan harga yang signifikan yang dapat dijadikan acuan penelitian.
Tabel 2.4. Data Proyek Green Building di Subang Teknologi Green No Kode rating Building yang teraplikasi 1 Fasilitas Jalur ASD-3 Pedesrtian 2 Parkir sepeda dan ASD-4 shower 3 Stopsol dan EEC-1 ceramic glass 4 AC sistem Water EEC-1 Control 5 Lux dan Motion EEC-2 Sensor 6 Water Recycling WAC-3 7 Sensor dan WAC-6 Control Irigasi 8 Penggunaan MRC-2 material daur ulang 9 Kayu bersertifikat MRC-4 legal dan FSC 10 IHC-1 CO2 Monitoring Biaya Total Material
Konvensional
RAB Tambah
% (prosentase)
Rp -
Rp. 724.804.338
1.64
Rp-
Rp. 17.400.000
0.04
Rp. 560.022.224 Rp. 1.042.413.080
Rp. 902.430.513
0.77
Rp. 2.088.000.000
2.36
Rp Rp. 288.643.200
Rp. 612.304.000 Rp. 568.127.313
1.38 0.63
Rp. -
Rp. 550.000.000
1.24
RP. 2.513.236.138
Rp. 4.526.490.549
4.55
Rp. 179.152.584 Rp. -
Rp. 338.196.839 Rp. 184.800.000
0.36 0.42
Sumber : Olahan
Dari tabel diatas, terlihat proyek tersebut tidak mengaplikasikan aspek BEM secara langsung, namun aspek BEM-4 yaitu Proper Comissioning sebenarnya diaplikasikan dan biayanya digabung dengan poin nomor 4 (EEC 1), dengan penambahan biaya RAB sebesar Rp 225.000.000,00.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
54
2.5
Kerangka Berpikir dan Hipotesa
2.5.1
Kerangka Berpikir Guna menguraikan rumusan masalah dan untuk mendapatkan kesimpulan
yang bermanfaat, penulis berusaha menarik rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan, pertanyaan ini menggambarkan variabel yang akan diteliti. Untuk memperdalam konsep dan teori dari masing-masing variabel dan untuk mendapatkan sub-sub variabel hingga indikatornya, berbagai sumber pustaka dikaji dengan seksama. Sementara hipotesa adalah hasil dari kajian pustaka yang menjadi kesimpulan sementara dari penelitian ini. Penentuan metode penelitian menjadi bagian utama yang sangat berpengaruh terhadap proses penelitian yang akan dilakukan. Kemudian seluruh bahan yang akan dijadikan variabel penelitian dikonsultasikan ke pakar untuk mengetahui detail dari setiap komponen variabel. Kesimpulan penelitian akan diambil dari pengolahan data dan studi kasus yang dilakukan. Alur kerangka berpikir pada penelitian ini terlihat pada gambar dibawah ini :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
55
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir Sumber : Olahan Sendiri
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
56
2.5.2
Hipotesa Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari literatur, diperoleh bahwa
penerapan konsep Green Building pada bangunan akan menambah biaya konstruksi.
Dalam
aspek
Building Environmental
Management
sendiri,
penambahan biaya yang terjadi adalah pada proses comissioning yang terdapat pada aspek BEM-4. Kenaikan biaya yang dihasilkan adalah sebesar 0,508% secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa “Penerapan aspek BEM-4 yaitu Proper Comissioning dalam Green Building dapat meningkatkan biaya konstruksi.”
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang menjelaskan
tentang kerangka berpikir, akan dijelaskan masalah utama penelitian beserta langkah-langkah dan metode penelitian yang akan dilakukan hingga alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
3.2
Pemilihan Strategi Penelitian Dalam menentukan strategi penelitian perlu dipertimbangkan tiga hal,
yaitu jenis pertanyaan yang akan digunakan, kendala terhadap peristiwa yang akan diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang atau baru diselesaikan. Adapun jenis metode penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel strategi penelitian untuk masing-masing situasi :
Tabel 3.1. Strategi penelitian
Jenis pertanyaan yang
Strategi
digunakan
Siapa, apa, dimana, berapa
Survey
banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa
Analisa
peristiwa yang diteliti
Bagaimana, mengapa
Eksperimen
Kendali terhadap
Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan / baru diselesaikan
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
ya / tidak
Arsip
banyak, berapa besar,
Sejarah
Bagaimana, mengapa
Tidak
Tidak
Studi kasus
Bagaimana, mengapa
Tidak
Ya
Sumber : Yin, (2002)
57
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
58
Perbandingan biaya pada aspek BEM proyek Green Building dengan konvesional, melahirkan pertanyaan “apa dan berapa besar “ pada bab I sehingga penulis menggunakan strategi survey, sedangkan pengambilan dan analisa data diambil berdasarkan studi kasus di proyek Y. Tujuan survey ini adalah untuk mengetahui dan memastikan faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya konstruksi dan seberapa besar pengaruhnya. Metode survey yang digunakan adalah dengan metode pengumpulan data dari sebuah populasi dengan cara membagi daftar pertanyaan yang disampaikan.
3.3
Proses Penelitian Langkah-langkah proses penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Survey pendahuluan Penulis melakukan survey pendahuluan terhadap berbagai literature yang ada, proyek konstruksi dan konsultasi dengan pembimbing. Survey yang dilakukan bersifat umum untuk permasalahan yang ditemukan
b.
Identifikasi masalah Setelah melakukan proses survey, penulis mengidentifikasi masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah ini kemudian dijadikan topik permasalahan khusus yang akan dibahas lebih spesifik dan mendalam
c.
Penetapan topik Penetapan topik yang dibahas adalah topik atau kajian khusus yang akan dibahas secara mendalam. Dalam penelitian kali ini, penulis mengkaji pengaruh aspek Building Environmental Management terhadap kinerja biaya proyek pada Green Building.
d.
Penentuan tujuan Penentuan tujuan dari penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang akan dikaji. Hasil atau tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa sajakah pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya konstruksi pada Green Building
dan seberapa besarkah pengaruh aspek
tersebut terhadap kinerja biaya konstruksi Green Building. e.
Persetujuan pembimbing
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
59
Penetapan topik dan tujuan harus disetujui oleh pembimbing. Apabila topik belum diterima, maka penulis harus memulai kembali rancangan penelitian, namun apabila telah disetujui penulis melanjutkan penulisan. f.
Pengumpulan data Pada studi kasus kali ini, data-data sekunder yang dibutuhkan adalah : a) Gambaran umum proyek b) Data umum dan teknis proyek c) Gambar kerja proyek d) Biaya proyek
g.
Pelakasanaan penelitian Pelaksanaan penelitian adalah studi kasus di proyek Y oleh PT X dan study referensi proyek pembangunan yang sejenis, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dan melakukan pengolahan data
h.
Pengolahan data Data-data yang diolah adalah data pekerjaan atau penggunaan material yang berhubungan dengan aspek BEM pada GREENSHIP.
i.
Analisa data Dari data yang didapatkan, dianalisa perbedaan biaya yang dihasilkan oleh design konvensional dengan design green yang diterapkan pada proyek yang diakibatkan oleh adanya penerapan aspek BEM. Hal ini kemudian dikomparasi dengan menggunakan tabel.
j.
Kesimpulan Setelah mendapatkan data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan dari tujuan penelitian.
3.4
Variabel Penelitian Menurut Sugiyono[42], variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat,
gejala atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diteliti untuk dapat ditarik kesimpulannya. Variabel pada penelitian kali ini adalah variabel bebas yakni didapat dari tiap kategori dan subkategori dalam aspek Building Environmental Management pada green building sesuai dengan pedoman dari greenship v.1.0
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
60
Green Building Council Indonesia, yang nantinya akan mempengaruhi (menjadi sebab) dari perubahan atau timbulnya perubahan terhadap biaya konstruksi suatu bangunan gedung apabila dibandingkan dengan konvensional building. Sementara untuk indikatornya, diperoleh dari berbagai referensi seperti yang tertera pada tabel 3.2 berikut ini:
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
61
Tabel 3.2. Variabel Penelitian BEM Variabel X1. Basic Waste Facility X2. GP as a Member of Design Team
X3. Pollution of Construction Activity X4. Advance Waste Management
X5. Proper Comissioning
X1.1
Sub Variabel Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik
X2.1
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
X3.1
Memiliki rencana manajemen limbah padat
X3.2
Memiliki rencana manajemen limbah cair
X4.1
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
X5.1
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
indikator tersedianya tempat sampah organik tersedianya tempat sampah anorganik membayar team GP dalam proses sertifikasi GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
Referensi greenship-GBCI greenship-GBCI pengalaman Techno Konstruksi, September 2011 greenship-GBCI PP Guideline greenship-GBCI
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik
greenship-GBCI
mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar
greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan komissioning
greenship-GBCI
Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
Pengalaman/Ju klak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
pengalaman
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
62
Tabel 3.2 (sambungan) Variabel
Sub Variabel
X5.2
X6. Submission Green Building Implementation Data for Database
X6.1
X6.2
X7.1 X7. Fit-Out Agreement
X7.2 X7.3
X8.1 X8. Occupant Survey X8.2
Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting Instruments
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form GBCI Surat Pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green Buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi Surat perjanjian dengan tenant menggunakan kayu yang bersertifikat Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality Surat perjanjian dengan tenant mengikuti training manajemen bangunan Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
indikator Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment Adanya Perhitungan persentase kenaikan investasi Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah,konsumsi air, dan konsumsi energi
Referensi greenship-GBCI greenship-GBCI
greenship-GBCI
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemilik gedung melaksanakan survey setiap tahun
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Sumber : Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
63
3.5
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan penulis untuk
menganalisa penelitian adalah :
Wawancara langsung kepada pakar yang memahami dan mengerti konsep Green Building dan aspek BEM dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang bersifat tulisan yang ditujukan kepada responden untuk kemudian dicatat dan diolah kembali. Dalam kuesioner tercantum mengenai komentar dan tanggapan mengenai cost component apa saja
dalam
aspek BEM
yang mempengaruhi
pembiayaan dalam
pembangunan Green Building.
Menyebarkan kuesioner tahap kedua, yang bertujuan untuk memeberikan korelasi seberapa berpengaruhnya variable yang ada terhadap biaya pembangunan gedung. Kuesioner ini disebarkan kepada responden dan hasilnya akan dianalisa menggunakan metode statistik. Kriteria responden tersebut adalah Project Manager, Site Manager, Engineer, maupun orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang konstruksi.
Pengambilan data langsung sebagai alat instrument dalam pengumpulan data. Pengambilan data yang diperoleh baik berupa gambar kerja maupun data historis sebelumnya proyek gedung serupa PT X
Software Microsoft Excel 2007 sebagai alat instrument pengolahan data dalam perbandingan biaya.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
64
Tabel 3.3. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1
Variabel
Sub Variabel X1.1
X1. Basic Waste Facility X2.1 X2. GP as a Member of Design Team X3.1 X3. Pollution of Construction Activity
X3.2
Referensi Indikator tersedianya tempat sampah organik
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan tersedianya tempat sampah organik dan anorganik anorganik Melibatkan seorang membayar team GP dalam GP sejak tahap proses sertifikasi desain dan sebelum GP mendampingi tim desain pendaftaran yang terintegrasi dalam optimasi sertifikasi desain dan proses konstruksi Memiliki rencana menyediakan area manajemen limbah pengumpulan, pemisahan, dan padat sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton Memiliki rencana menjaga kualitas seluruh air manajemen limbah yang timbul dari aktivitas cair konstruksi
Faktor Mempengaru hi Ya Tidak
Komentar dan Tanggapan
greenship-GBCI greenship-GBCI pengalaman Techno Konstruksi, September 2011 greenship-GBCI
PP Guideline
greenship-GBCI
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
65
Tabel 3.3. (Sambungan)
Variabel X4. Advance Waste Management
Sub Variabel X4.1 Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan X5.1
X5. Proper Comissioning
X5.2
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting Instruments
Indikator
Referensi greenship-GBCI
Faktor Mempengaru hi Ya Tidak
Komentar dan Tanggapan
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenship-GBCI greenship-GBCI Pengalaman/Juklak PU
pengalaman greenship-GBCI
greenship-GBCI
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
66
Tabel 3.3 (Sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Adanya Perhitungan persentase kenaikan investasi Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional
greenship-GBCI
Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah,konsumsi air, dan konsumsi energi
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Faktor Mempengaru hi Ya Tidak
Komentar dan Tanggapan
X6.1
X6. Submission Green Building Implementation Data for Database
X6.2
X7.1
X7. Fit-Out Agreement
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form GBCI Surat Pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green Buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi Surat perjanjian dengan tenant menggunakan kayu yang bersertifikat
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
67
Tabel 3.3 (Sambungan) X7.2
X7.3
X8.1
X8. Occupant Survey X8.2
Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality Surat perjanjian dengan tenant mengikuti training manajemen bangunan Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemlik gedung melaksanakan survey setiap tahun
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
68
Untuk kuisioner tahap 2, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data).
Tabel 3.4. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 2
Variabel
Sub Variabel X1.1
X1. Basic Waste Facility X2.1 X2. GP as a Member of Design Team
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
indikator tersedianya tempat sampah organik
Referensi
Pengaruh Terhadap Kinerja Biaya
greenship-GBCI tersedianya tempat sampah anorganik membayar team GP dalam proses sertifikasi GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
greenship-GBCI pengalaman Techno Konstruksi, September 2011
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
69
Tabel 3.4 (Sambungan) Variabel
Sub Variabel
Referensi
menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan
greenship-GBCI
Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton
PP Guideline
Memiliki rencana manajemen limbah cair
menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
greenship-GBCI
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik
greenship-GBCI
mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar
greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan komissioning
greenship-GBCI
Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
Pengalaman/Juklak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
pengalaman
X3.1 X3. Pollution of Construction Activity
X4. Advance Waste Management
Memiliki rencana manajemen limbah padat X3.2 X4.1
X5.1
X5. Proper Comissioning
Pengaruh Terhadap Kinerja Biaya
indikator
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
70
Tabel 3.4 (Sambungan) Variabel
Sub Variabel
indikator
Referensi
Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment
greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenship-GBCI
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form GBCI
Adanya Perhitungan persentase kenaikan investasi Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional
greenship-GBCI
Surat Pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green Buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah,konsumsi air, dan konsumsi energi
greenship-GBCI
X5.2 Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting Instruments
Pengaruh Terhadap Kinerja Biaya
X6.1
X6. Submission Green Building Implementat ion Data for Database
X6.2
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
71
Tabel 3.4 (Sambungan)
Variabel X7.1
X7.2 X7. Fit-Out Agreement X7.3
X8.1
X8. Occupant Survey
X8.2
Sub Variabel Surat perjanjian dengan tenant menggunakan kayu yang bersertifikat Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality Surat perjanjian dengan tenant mengikuti training manajemen bangunan Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
indikator
Referensi
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemilik gedung melaksanakan survey setiap tahun
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Pengaruh Terhadap Kinerja Biaya
Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
72
1 = Tidak berpengaruh 2 = Kurang berpengaruh 3 = Cukup berpengaruh 4 = Berpengaruh 5 = Sangat berpengaruh
3.6
Pengumpulan Data Proses pengumpulan informasi atau data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini dilakuan dengan metode : a. Dokumen, data teknis dan gambar kerja proyek Green Building Y dan proyek sejenis b. Keterangan langsung dari pelaksana di lapangan.Untuk kuisioner tahap satu, yang menjadi narasumber adalah praktisi konstruksi yang sedang mengerjakan proyek serupa ataupun yang memiliki pengalaman di bidangnya, maupun pakar yang mengerti tentang penerapan Green Building. Pengambilan data mungkin dilakukan sampai 3(tiga) kali sampai mendapatkan keterangan yang valid dari pakar. Untuk kuisioner tahap dua, yang menjadi narasumber adalah responden yang memiliki kriteria sebagai Project Manager, Site Manager, Engineer, maupun orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang konstruksi terutama konstruksi Green Building. c. Literatur atau data historis sebelumnya yang berkaitan dengan manajemen lingkungan bangunan Green Building. d. Wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pakar atau orang yang ahli dan berpengalaman dibidangnya.
3.7
Analisa Data Dalam penelitian ini (analisa studi kasus) , data yang diperoleh dari
kuisioner tahap 1 akan dianalisa dengan metode delphi, sementara untuk analisa kuisioner tahap 2 akan digunakan metode deskriptif analisis (statistik). Metode delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuesioner tang tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsesus
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
73
yang paling reliable dari sebuah grup ahli. Pendekatan delphi memiliki tiga grup yang berbeda yakni: pembuat keputusan, staf dan responden. Pembuat keputusan akan bertanggung jawab terhadap keluaran dari kajian delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data, dan merevisi kuesioner yang diperlukan. Prosedur delphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini: a.
Anonymous (mengabaikan nama) Metode ini tidak mengijinkan anggota komite mengetahui satu sama lain untuk mencegak kemungkinan keberpihakan pada salah satu opini sesorang atau dominasi panelis. Hal ini membuat keaslian dari suatu ide dapat berubah tanpa dipengaruhi satu sama lain, yang masing-masingnya beropini secara independen.
b.
Iterasi dengan feedback terkontrol Hal ini bertujuan untuk mencegah anggota komite membuat keputusan hanya berdasarkan opini pribadi. Interaksi diantara anggota komite menggunakan kuisioner sebagai media, memungkinkan mereka mengetahui posisi dalam pengumpulan opini, apakah mendukung atau menolak argumen, yang harus bekerja dalam tujuan awal tanpa dipengaruhi tujuan individu. Dalam setiap putaran metode delphi ada ringkasan yang memuat masukan sebagai respon dari kuisioner yang disebarkan.
c.
Respon kelompok secara statistik Hal ini diperlukan untuk mengukur derajat perbedaan opini yang mungkin ada dalam komite, yang dapat pula berupa istilah misalnya median, mean, standar deviasi, dsb. Prosedur metode delphi adalah mengembangkan pertanyaan delphi,
memilih dan kontak dengan responden, memilih ukuran contoh, mengembangkan kuisioner dan test, analisis kuisioner, pengembangan kuisioner dan test, menyiapkan laporan akhir. Keunggulan metode delphi apabila dibandingkan dengan metode yang lain adalah: a.
Metode delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
74
b.
Masing-masing
responden
memiliki
waktu
yang
cukup
untuk
mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner. c.
Menghindari tekanan sosial psikologis
d.
Perhatian langsung pada masalah
e.
Memenuhi kerangka kerja
f.
Menghasilkan catatan dokumen yang tepat. Tahap kuisioner 2 akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif
analitis. Dalam analisa ini akan didaptkan gambaran umum karakteristik populasi data. Diharapkan hasil dari kuisioner ini dapat menggambarkan seberapa besar konsep Green Building
ini dilaksanakan pada pelaksanaan proyek bangunan
gedung. Kemudian dilakukan studi kasus pengaruh aspek BEM, terhadap kinerja biaya proyek pada proyek Y yang akan menggunakan data sekunder berupa rencana anggaran biaya proyek. Dengan menggunakan rencana anggaran biaya ini, penulis akan membandingkan estimasi pelaksanaan proyek dengan penerapan konsep green dan conventional building.
Validasi dan realibilitas instrument penelitian Syarat instrument penelitian harus dapat memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas dengan cara : a. Uji validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan pada pakar, selanjutnya dianalisa dengan mengkorelasikan antara butir instrument dengan skor totalnya atau dengan mencari tahu daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. b. Uji reliabilitas menyangkut konsistensi alat ukur penelitian. Dikatakan dapat terpercaya jika alat ukur tersebut mantap, stabil dapat diandalkan dan dapat diramalkan sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Uji realibilitas dilakuakn dengan menggunakan metode koefisien alpha cronbach dengan program SPSS. Menurut Sekaran (2003), jika koefisien realibilitas hasil perhitungan menunjukkan angka ≥ 0.6 maka dapat disimpulkan instrument yang bersangkutan dinyatakan reliable[43]
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
75
3.8
Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur yang ada, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survei dan studi kasus yang selanjutnya akan dianalisa dengan metode delphi dan deskriptif analisis, dengan instrumen penelitian wawancara dengan kuisioner. Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah dokumen, data teknis dan gambar kerja, keterangan dan kuisioner dari pakar dan pelaksana lapangan, serta literatur. Untuk menganalisa data digunakan delphi method, deskriptif analisis, dan analisa studi kasus.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 4 PENGOLAHAN DATA
4.1
Pendahuluan Dalam bab 4 ini akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data,
proses analisa data setelah data-data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan mulai dari analisa statistik dengan bantuan software SPSS versi 20 dan juga analisa studi kasus pada proyek.
4.2
Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, akan dilakukan 3 langkah untuk mengumpulkan
data yang berguna untuk menjawab rumusan masalah. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan validasi seluruh variabel penelitian dengan mengkonsultasikan kepada pakar, lalu selanjutnya dilakukan pilot survey untuk memastikan isi kuisioner sebelum disebar pada responden yang sebenarnya, serta dilakukan penbgumpulan data pada proyek yang akan dijadikan objek studi kasus.
4.2.1
Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar) Berdasarkan hasil kajian pustaka, terdapat 8 variabel dalam penelitian ini
yang diperoleh dari berbagai literatur. Seluruh variable ini kemudian dikonsultasikan kepada 5 pakar Green Building untuk disusun menjadi kuesioner responden tahap kedua, yang tentunya akan mengalami banyak perubahan sesuai komentar dari para pakar tersebut. Para pakar tersebut diminta persetujuan dan komentarnya untuk menyatakan apakah variable tersebut masih memerlukan tambahan atau pengurangan terhadap indikatornya dan apakah variable yang bersangkutan benar mempengaruhi kinerja biaya konstruksi. Variabel yang diberikan penulis bersumber pada greenship GBCI v1.0 yang kemudian indikatornya bersumber pada referensi lainnya seperti pengalaman/data proyek sebelumnya, majalah atau jurnal. Adapaun pakar yang dihubungi oleh peneliti merupakan seorang Greenship Profesional (GP), atau seseorang yang telah mengikuti pelatihan Green Building yang diadakan GBCI dalam jangka waku tertentu serta telah memiliki sertifikat.. Pakar pada tahap kuesioner pertama ini berjumlah 5 orang yang 76
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
77
mempunyai pengalaman dalam menangani pembangunan gedung green. Masingmasing pakar ini memberikan tanggapan, koreksi, penambahan variable dan indikator penelitian. Proses yang dilakukan adalah tatap muka langsung. Setiap variable yang kemudian mengalami perubahan akan dikonsultasikan kembali kepada pakar untuk dikomentari. Adapun profil pakar dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4.1. Profil Pakar NO 1 2 3 4 5
Nama Vidya Fauzianti Yodi Danusastro Ni Made Sasanti Nana Arthana Ridho Haqi
Instansi Pengalaman Pendidikan Green Building Council Indonesia 2 S2 (GBCI) Green Building Council Indonesia 2,5 S2 (GBCI) PT. PP (Persero), Tbk
21
S1
PT Artefak Arkindo PT. Pertamina (Persero)
16 4
S1 S1
Sumber : Olahan
Pakar dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang dan berasal dari instansi yang berbeda. Pakar green building tersebut telah disertifikasi sebagai Greenship Professional (GP) oleh GBCI ataupun sebagai tim rating analyst sistem rating GREENSHIP. Mengingat lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga perwakilan GBC Internasional di Indonesia belum lama berdiri, maka ada diantara lima pakar tersebut yang masih memiliki pengalaman kurang dari 5 (lima) tahun. Meskipun memiliki pengalaman kurang dari lima tahun, mereka dapat dipastikan memahami green building secara mendalam dan memiliki latar belakang pendidikan S2, sedangkan pakar yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun adalah pengalaman di dunia konstruksi dan sejak berdirinya GBCI, baru disertifikasi sebagai seorang GP. Kuisioner untuk tahap pertama dapat dilihat pada Tabel 3-2, dimana hasil kuesioner kepada kelima pakar di atas merupakan validasi dari variable yang sangat memungkinkan mempunyai hubungan erat dengan kinerja biaya proyek khususnya pada proyek bangunan gedung. Hasil yang diperoleh dari varibel ini dihitung jumlah jawaban ya atau tidaknya sebagai penentu keputusan apakah variable ini benar mempengaruhi kinerja biaya atau tidak. Jika terjadi perolehan Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
78
jawaban ya atau tidak yang seimbang, maka variabel tersebut akan ditanyakan kembali ke pakar yang bersangkutan, sehingga didapatkan jawaban pasti dari para pakar. Pada pelaksanaannya metode ini sangatlah memakan waktu yang lama dikarenakan hampir semua pakar merupakan praktisi yang memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi sehingga sulit untuk mentepakan waktu untuk bertemu. Hasil perhitungan kuisoner tahap pertama ini diperoleh dari 8 buah variable yang ada, kemudian berkurang menjadi 6 variabel. Kuisioner yang telah mengalami perubahan ini kemudian disebar kepada para pilot responden untuk dijadikan kuisioner tahap kedua. Berikut adalah tabel variable kuisioner tahap dua:
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
79
Tabel 4.2. Kuisioner Tahap Dua
NO
X1
Variabel
SubNo
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik
Tersedianya tempat sampah organik
greenshipGBCI
Tersedianya tempat sampah anorganik
greenshipGBCI
BEM 1 (Greenship Professional (GP) as a Member of Design Team) Membayar seorang GP untuk mengarahkan Melibatkan seorang jalannya proyek GP sejak tahap X.2.1
X3
Referensi
(Prasyarat) Basic Waste Facility
X.1.1
X2
Sub Variabel
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building
desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
GP mendampingi team desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
pengalaman Techno Konstruksi, September 2011
BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1
X.3.2
Memiliki rencana manajemen limbah padat
Memiliki rencana manajemen limbah cair
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan waste beton dan besi beton Menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
greenshipGBCI
PP Guideline
greenshipGBCI
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
80
Tabel 4.2. (sambungan) X4
X5
X6
BEM 3 (Advance Waste Management) Adanya instalasi untuk pengomposan X.4.1 limbah organik di lokasi bangunan Adanya kerjasama pengelolaan limbah X.4.2 anorganik dengan pihak ketiga ataupun secara mandiri BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
X.5.2
Desain dan Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan measuring Adjusting Instruments
BEM 7 (Occupant Survey) Setelah sertifikasi Green Building, jika hasil survey suhu dan kelembaban menunjukkan 20% X.6.1 responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik
greenshipGBCI
Penggunaan system Dry Anaerobic Digestion and Composting
greenshipGBCI
Mentraining pihak greenshipmanajemen bangunan GBCI dengan baik dan benar Laporan pelaksanaan greenshipkomissioning GBCI Menggunakan measuring adjusting Pengalaman/J instruments sesuai uklak PU standar GBCI Membayar comissioner dari pihak ketiga yang Pengalaman independen Adanya gambar mekanikal elektrikal greenshipyang menunjukkan GBCI instalasi alat-alat ukur dan adjustment Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenshipGBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
81
4.2.2
Kuesioner Tahap Kedua (pilot survey) Pada tahap ini, kuisioner yang telah divalidasi oleh para pakar kemudian
disebar kepada responden yang menjadi pilot survey. Pilot survey adalah para responden yang menjadi tolak ukur apakah kuisoner yang akan diberikan ini sudah sangat mudah dimengerti untuk diisi atau tidak. Respoden yang menjadi pilot survey ini berkriteria sama dengan responden untuk kuisioner tahapa ketiga. Penyebaran kuisioner ini dilakukan secara tatap muka langsung agar maksud responden dapat dengan jelas tersampaikan. Yang menjadi pilot survey ini adalah para praktisi proyek yang berasal dari perusahaan yang berbeda. Para pilot responden ini kemudian dimintai tanggapannya mengenai kejelasan untuk mengisi kuisioner apakah sudah jelas atau belum. Kemudian untuk konten variabel kuisioner, para responden juga dimintai keterangannya mengenai kejelasan mengenai penulisan indikator apakah para responden sudah mengerti.
Tabel 4.3. Data Responden Pilot Survey No
Nama
Jabatan pada proyek
Perusahaan
Pengalama n (tahun)
Pen
1
A.Syauqi
Engineer
PT. Waskita Karya
15
S1
2
Agus Ruliyanto
Kepala Lapangan
PT. Waskita Karya
7
S1
3
Anggraeni
Staff Engineer
1
S1
4
Komersial
12
S1
5
Yucizar Fadli Anastasya Yolanda
Staff Teknik
PT, Waskita Karya PT Wijaya Karya (Persero), Tbk PT Wijaya Karya (Persero), Tbk
2,5
S1
6
Ali Abrar Sitepu
Kepala Engineering
PT WIKA Gedung
4
S1
7
Fajril Lubab
PT WIKA Gedung
21
S1
8
Juniar Bakti
Manajer Proyek Site Engineering Manager
PT PP (Persero), Tbk
5
S2
9
M.W.Prayogi
Staff Engineer
PT PP (Persero), Tbk PT Lemtek Konsultan Indonesia
1
S1
25
S1
10
Ade Tauhid Project Manager Sumber: Olahan Sendiri
Dari hasil pilot survey ini terdapat beberapa revisi mengenai pemilihan kata yang tepat pada petunjuk penjelasan pengisian dan penjelasanan mengenai range nilai yang terdapat pada kuisioner. Beberapa responden menginginkan kejelasan mengenai range nilai tersebut telah dicantumkan angkanya sehingga
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
82
mereka dapat membandingkan pengaruhnya dengan lebih pasti terhadap biaya awal konstruksi. Selain itu juga terdapat beberapa perubahan mengenai penulisan pada indikator dengan tidak merubah arti dari indikator tersebut. Hal tersebut berubah pada semua indikator untuk kecuali variabel X6. Kemudian perubahan ini juga telah ditanyakan kembali dan telah disetujui oleh pakar, berikut adalah tabel perubahan penulisan untuk variabel :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
83
Tabel 4.4 Perubahan Penulisan Variabel akibat Pilot Survey
NO Variabel
X1
SubNo
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik
Tersedianya tempat sampah organik
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga organik
Tersedianya tempat sampah anorganik
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
Membayar seorang GP untuk mengarahkan jalannya proyek
Membayar Team GP dalam proses sertifikasi
GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
GP mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1
X.3.2
X4
Sesudah
BEM 1 (GP as a Member of Design Team)
X.2.1
X3
Sebelum (Prasyarat) Basic Waste Facility
X.1.1
X2
Sub Variabel
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building
Memiliki rencana manajemen limbah padat
Memiliki rencana manajemen limbah cair
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton
Perencanaan pengurangan waste beton dan besi beton Menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
BEM 3 (Advance Waste Management)
X.4.1
Adanya instalasi untuk pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik atau diserahkan ke pihak ketiga
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
84
Tabel 4.4 (sambungan) Adanya kerjasama pengelolaan limbah anorganik dengan pihak ketiga ataupun secara mandiri
X.4.2
X5
Penggunaan system Dry Anaerobic Digestion and Composting
Surat pernyataan kerjasama dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengolahan limbah anorganik
BEM 4 (Proper Comissioning)
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
X.5.1
Mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI Alat ukur dan alat adjustment telah terpasang instalasi (bukan portable)
dihilangkan
Membayar comissioner dari pihak ketiga yang independen Desain dan Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan measuring Adjusting Instruments
X.5.2
X6
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
Adanya gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
BEM 7 (Occupant Survey) Setelah sertifikasi Green Building, jika hasil survey suhu dan kelembaban menunjukkan 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
X.6.1
Surat pernyataan yang ditandatangani
Sumber : Olahan
Berdasarkan hasil dari pilot responden yang kemudian di validasi oleh para pakar, maka variabel kuisioner tahap tiga yang akan diberikan kepada responden adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
85
Tabel 4.5. Kuisioner Untuk Responden
NO Variabel
X1
X2
SubNo
(Prasyarat) Basic Waste Facility Adanya instalasi untuk memilah X.1.1 sampah berdasarkan organik dan anorganik
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building
Referensi
Pengaruh Terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga organik Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik
greenshipGBCI
greenshipGBCI
BEM 1 (GP as a Member of Design Team)
X.2.1
X3
Sub Variabel
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
Membayar Team GP dalam proses sertifikasi
pengalaman
GP mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
Techno Konstruksi, September 2011
BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1
X.3.2
Memiliki rencana manajemen limbah padat
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton
Memiliki rencana manajemen limbah cair
Menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
greenshipGBCI
PP Guideline
greenshipGBCI
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
86
Tabel 4.5 (sambungan) X4
BEM 3 (Advance Waste Management) Adanya instalasi untuk pengomposan X.4.1 limbah organik di lokasi tapak bangunan Adanya kerjasama pengelolaan limbah anorganik X.4.2 dengan pihak ketiga ataupun secara mandiri
X5
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik atau diserahkan ke pihak ketiga
greenship-GBCI
Surat pernyataan kerjasama dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengolahan limbah anorganik
greenship-GBCI
BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
Mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
greenship-GBCI
greenship-GBCI
Pengalaman/Juklak PU
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
87
Tabel 4.5 (sambungan)
X.5.2
X6
Desain dan Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan measuring Adjusting Instruments
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga Adanya gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment
Pengalaman
greenshipGBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenshipGBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
BEM 7 (Occupant Survey) Setelah sertifikasi Green Building, jika hasil survey suhu dan kelembaban menunjukkan X.6.2 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
88
4.2.3
Kuesioner Tahap Ketiga (Responden) Setelah melalui tahap pilot survey, selanjutnya kuisioner disebarkan
kepada para responden. Survey ini dilakukan kepada personil proyek yang sedang melakukan konstruksi bangunan gedung. Melalui email dan penyebaran langsung, kuisioner ini disebarkan kepada lebih dari 30 responden. Setelah melalui beberapa pemeriksaan, maka dipilihlah 31 responden yang sesuai dengan kualifikasi dimana sebagian besar berasal dari proyek bangunan gedung yang berada di Jakarta. Berikut adalah tabel profil para responden yang berjumlah 31 responden dilihat dari pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan. Untuk data lengkap responden terdapat di Lampiran 3.
Tabel 4.6 Data Profil Responden Tahap Tiga Responden
Jabatan
Pengalaman kerja (tahun)
Pendidikan Terakhir
R1
HSE
7
S1
R2
Kepala Lapangan
7
S1
R3
Teknik
15
-
R4
QC
4
S1
R5
SOM
25
S1
R6
SEM
5
S1
R7
SEM
7
S1
R8
GSP
18
D3
R9
konsultan
19
S1
R10
pengelola teknis
29
S2
R11
ME
4
S1
R12
staf teknik
3
S1
R13
pengelola teknis
25
-
R14
SOM
12
S1
R15
pengelola teknis
25
S2
R16
QC
8
S1
R17
SOM
15
S1
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
89
Tabel 4.6 (sambungan) Responden
Jabatan
Pengalaman kerja (tahun)
Pendidikan Terakhir
R18
SEM
15
S1
R19
team leader & GP
20
S1
R20
GP & ME
24
S1
R21
SE
7
S1
R22
QS
6
-
R23
GSP
12
D3
R24
engineer
5
S1
R25
pengendalian operasional proyek
14
S1
R26
engineer
10
S1
R27
SM
6
S1
R28
SM
7
S1
R29
Site engineer
18
SLTA
R30
SE
10
S1
R31 Sumber : Olahan
SE
4
S2
4.3
Analisa Data
4.3.1
Analisa Statistik Kuisioner
4.3.1.1
Uji Data Responden
a.
Uji Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengujian data responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir dibagi menjadi tiga kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
90
pendidikan terakhir D3
S1
S2
lainnya
10% 6% 10%
74%
Gambar 4.1. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Sumber : Olahan Sendiri
Setelah data dikelompokkan menjadi 4 kelompok, maka selanjutnya dilakukan uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS versi 20. Hipotesis yang diusulkan untuk uji Krusian Wallis adalah : H0 = Tidak ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar pendidikan reponden yang berbeda H1 = Ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar jabatan responden yang berbeda Pengambilan keputusan a) Berdasarkan probabilitas : Ho = Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima H1 = Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak b) Berdasarkan nilai Chi-Square : Ho = Jika statistic hitung < statistik tabel, maka Ho diterima H1 = Jika statistic hitung > statistic tabel, maka Ho ditolak Output data hasil uji Kruskal Wallis untuk data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
91
Tabel 4.7. Test Statistics
X.1.1 X.1.2 X.2.1 X.2.2 X.3.1.1 X3.1.2 X.3.2 X.4.1 X.4.2 X.5.1.1 X.5.1.2 X.5.1.3 X.5.1.4 X.5.2.1 X.5.2.2 X.6.1
ChiSquare 3,381 3,539 8,035 8,035 4,777 5,481 2,377 0,681 2,123 1,808 1,934 4,018 2,792 2,843 3,134 1,625
df 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. 0,337 0,316 0,045 0,045 0,189 0,14 0,498 0,878 0,547 0,613 0,586 0,26 0,425 0,416 0,371 0,654
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 3, maka nilai Chi-Square adalah 7,81. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1. Hampir semua variabel diterima sebagai H0, kecuali variabel X.2.1 dan variabel X.2.2 yang tergolong H1, karena nilai chi-square dan Asymp. Sig. tidak memenuhi syarat. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan persepsi responden yang berbeda pendidikan terakhir untuk variabel X.2.1 dan variabel X.2.2. b.
Uji Data Responden Berdasarkan Jabatan Pengujian data responden berdasarkan jabatan dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Pengelompokan jabatan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
92
Tabel 4.8. Kelompok Jabatan Responden Kelompok Jabatan 1 Staff Teknik, Engineer ME, Engineer, Quality Control, Quantity Surveyor Site Operational Manager, Kepala Lapangan, Site Engineer Manager, 2 Manager QC, Pengendali Operasional Proyek, Construction Manager 3 Site Engineer 4 Pengelola Teknis 5 GSP 6 Konsultan, Team Leader, dan Greenship Professional (GP) Sumber: Olahan Sendiri
Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Jabatan
7%
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
3%
13%
32%
13% 32%
Gambar 4.2. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan Sumber : Olahan Sendiri
Setelah membagi enam kelompok jabatan, selanjutnya dilakukan uji Kruskal-Wallis dengan hasil output yang dapat terlihat seperti pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
93
Tabel 4.9. Test Statistics Jabatan ChiSquare
df
Asymp. Sig.
X.1.1
6,257
5
0,282
X.1.2
6,377
5
0,271
X.2.1 X.2.2 X.3.1.1 X3.1.2 X.3.2
11,647 11,647 4,278 4,844 3,295
5 5 5 5 5
0,040 0,040 0,510 0,435 0,655
X.4.1
1,542
5
0,908
X.4.2
3,859
5
0,570
X.5.1.1
10,429
5
0,064
X.5.1.2 X.5.1.3 X.5.1.4 X.5.2.1 X.5.2.2 X.6.1
13,123 5,815 6,856 7,545 6,590 3,794
5 5 5 5 5 5
0,022 0,325 0,232 0,183 0,253 0,579
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan jabatan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Dapat dilihat pada tabel, hampir semua variabel dikelompokkan H0, akan tetapi variabel X.2.1, X.2.2 dan X.5.1.2 tergolong H1 karena tidak memenuhi persyaratan Sig. dan Chi-Square. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan persepsi
jawaban dari responden yang memiliki jabatan pekerjaan yang
berbeda pada variabel X.2.1, X.2.2 dan X.5.1.2. c.
Uji Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Pengujian data responden berdasarkan pengalaman kerja dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah grafik penyebaran jumlah responden berdasarkan pengalaman kerja.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
94
pengalaman kerja 1-5 tahun
6-10 tahun
10-15 tahun
16%
15-20 tahun
>20 tahun
23%
10% 19%
32%
Gambar 4.3. Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Sumber : Olahan Sendiri
Hasil uji Kruskal-Wallis untuk uji data responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10. Test Statistic Pengalaman Kerja ChiSquare
df
Asymp. Sig.
X.1.1
2,622
4
0,62
X.1.2 X.2.1 X.2.2 X.3.1.1 X3.1.2
2,727 6,616 6,616 1,835 1,181
4 4 4 4 4
0,60 0,16 0,16 0,77 0,88
X.3.2
3,509
4
0,48
X.4.1
2,126
4
0,71
X.4.2
6,703
4
0,15
X.5.1.1 X.5.1.2 X.5.1.3 X.5.1.4 X.5.2.1
5,442 8,352 1,682 5,160 6,848
4 4 4 4 4
0,24 0,08 0,79 0,27 0,14
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
95
Tabel 4.10 (sambungan) ChiSquare
df
Asymp. Sig.
4,731 3,402
4 4
0,32 0,49
X.5.2.2 X.6.1 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 4, maka nilai Chi-Square adalah 9.49. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan pengalaman kerja, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda.
4.3.1.2
Tabulasi Data
Uji Validitas Uji validitas ini dilakukan guna mengetahui ketepatan alat ukur penelitian. Dalam pengujian ini yang menjadi alat ukurnya adalah angka hasil dari korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi pada kuisioner. Dengan menggunakan bantuan software SPSS20 berikut adalah tabel hasil pengolahan data :
Tabel 4.11. Item-Total Statistic
X.1.1.1
Scale Mean if Item Deleted 39,4194
Scale Variance if Item Deleted 130,718
,772
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,941
X.1.1.2
39,3871
130,312
,794
,941
VALID
X.2.1.1 X.2.1.2
39,0968
133,224
,714
,943
VALID
39,0968
133,224
,714
,943
VALID
X.3.1.1
39,0323
129,966
,761
,942
VALID
X.3.1.2
39,4194
136,652
,527
,947
VALID
X.3.2
39,3548
135,370
,605
,945
VALID
X.4.1
39,4839
133,858
,679
,943
VALID
Variabel
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan VALID
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
96
Tabel 4.11 (sambungan) Variabel
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keterangan
X.4.2
39,6774
137,092
,698
,943
VALID
X.5.1.1
39,9032
136,224
,768
,942
VALID
X.5.1.2
39,7097
130,480
,760
,942
VALID
X.5.1.3
39,4516
133,656
,742
,942
VALID
X.5.1.4
39,3871
136,912
,624
,944
VALID
X.5.2.1.
39,6774
136,359
,702
,943
VALID
X.5.2.1.
39,5484
135,456
,654
,944
VALID
39,3226 129,959 Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
,795
,941
VALID
X.6.2
Untuk mengukur tingkat valid dan tidaknya dari 16 variabel yang ada, nilai r (Corrected Item-Total Correlation) harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasrkan nilai responden yang berjumlah 31 responden didatakan nilai r tabel yaitu r = 0,355. Pada tabel di atas dapat dilihat semua variabel bersifat valid. Uji Reabilitas
Tabel 4.12. Case Processing Summary
Cases
N
%
Valid
31
100,0
Excludeda
0
0,0
Total
31
100,0
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Dari tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa 31 reponden yang diujikan dinyatakan valid dengan nilai Alpha Cronbach 0.946.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
97
Tabel 4.13. Realibility Statistic Cronbach's Alpha
N of Items
,946
16
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel tingkat reliabilitas, maka nilai Alpha Cronbach yang didapat adalah 0.946. Nilai tersebut terletak diantara 0.9 hingga 1.00 sehingga tingkat reliabilitasnya tinggi (dapat dipercaya).
4.3.2
Analisa Deskriptif Analisa deskriptif adalah analisa untuk mendapatkan nilai mean dan
median dari seluruh jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari variabel penelitian. Analisa ini memungkinkan peneliti mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas dari data yang diperoleh. Dengan menggunakan bantuan program SPSS, maka akan didapatkan nilai mean yang merupakan nilai rata-rata, serta nilai median. Deskriptif untuk variabel yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi sebagian besar adalah kurang berpengaruh terhadap biaya proyek, yaitu 2 (0% - <1%). Secara rinci deskriptif variabel ini terdapat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.14. Analisa Deskriptif N
Mean
Std. Deviation
Variance
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
Statistic
VAR00001
31
2,6452
,19972
1,11201
1,237
VAR00002
31
2,6774
,19885
1,10716
1,226
VAR00003
31
2,9677
,18828
1,04830
1,099
VAR00004
31
2,9677
,18828
1,04830
1,099
VAR00005
31
3,0323
,20988
1,16859
1,366
VAR00006
31
2,6452
,19972
1,11201
1,237
VAR00007
31
2,7097
,19229
1,07062
1,146
VAR00008
31
2,5806
,18993
1,05749
1,118
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
98
Tabel 4.14 (sambungan)
N
Mean
Std. Deviation
Variance
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
Statistic
VAR00009
31
2,3871
,15153
,84370
,712
VAR00010
31
2,1613
,14735
,82044
,673
VAR00011
31
2,3548
,20504
1,14159
1,303
VAR00012
31
2,6129
,17766
,98919
,978
VAR00013
31
2,6774
,16967
,94471
,892
VAR00014
31
2,3871
,15847
,88232
,778
VAR00015
31
2,5161
,17883
,99569
,991
VAR00016
31
2,7419
,20197
1,12451
1,265
Valid N 31 (listwise) Sumber : Olahan Data SPSS
Dari tabel di atas, nilai variabel X secara total rata jawaban responden terdapat pada nilai yang bila dibulatkan ke bilangan terdekat rata-rata menjadi 2. Sehingga jawaban rata-rata adalah kurang berpengaruh. Grafik rata-rata jawaban ada pada gambar di bawah ini.
Nilai Mean Indikator 3,5 3 2,5 2 1,5
1 0,5 0 1
2
3
4
5
6
7
Mean
8
9
10 11 12 13 14 15 16
Total Mean
Gambar 4.4. Grafik Mean Indikator Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
99
4.3.3
Analisa dengan Menggunakan AHP
4.3.3.1
Perbandingan Berpasangan dan normalitas matriks Tahap pertama yang dilakukan pada analisa AHP adalah membuat
matriks perbandingan berpasangan untuk pengaruh biaya sehingga didapatkan sebanyak lima (5) buah elemen yang dibandingkan. Di bawah ini diberikan matriks berpasangan yang dapat dihitung seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.15. Matriks Berpasangan untuk Pengaruh Biaya Pengambilan Keputusan sangat Sangat
berpengaruh
cukup
sedikit
tidak
1
3
5
7
9
berpengaruh
0.33
1.00
3.00
5.00
7
Cukup
0.20
0.33
1.00
3.00
5
Sedikit
0.14
0.20
0.33
1.00
3
Tidak
0.11
0.14
0.20
0.33
1
Jumlah
1.79
4.68
9.53
16.33
25
Sumber : Data Hasil Olahan
4.3.3.2
Bobot elemen Perhitungan bobot elemen untuk masing-masing unsur dalam matriks
bisa dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.16. Perhitungan Bobot Elemen sangat
berpenga ruh
cukup
sedikit
tidak
jumlah
prioritas
presentase
sangat
0.56
0.64
0.52
0.43
0.36
2.51
0.50
100
berpengaruh
0.19
0.21
0.31
0.31
0.28
1.30
0.26
51.75
cukup
0.11
0.07
0.10
0.18
0.20
0.67
0.13
26.72
sedikit
0.08
0.04
0.03
0.06
0.12
0.34
0.07
13.48
tidak
0.06
0.03
0.02
0.02
0.04
0.17
0.03
6.93
jumlah
1.00
1.00
1.00
1.00
1
5
1
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
100
Sehingga dari tabel perhitungan di atas maka bobot elemen untuk masing-masing risiko dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.17. Perhitungan Bobot Elemen Masing-masing Pengaruh sangat BOBOT
berpengaruh
1.00
cukup
0.52
sedikit
0.27
0.13
tidak 0.07
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
4.3.3.3
Uji konsistensi matriks dan hirarki Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai
diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensi, maka nilai eigen value maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen value sisa mendekati nol. Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakuakan dengan unsurunsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks sebagai berikut.
æ ç ç ç ç ç ç è
1 3 5 7 0.33 1 3 5 0.2 0.33 1 3 0.14 0.20 0.33 1 0.11 0.14 0.2 0.33
9 7 5 3 1
ö æ ÷ ç ÷ ç ÷´ç ÷ ç ÷ ç ÷ ç ø è
0.5 0.26 0.13 0.07 0.03
ö ÷ ÷ ÷= ÷ ÷ ÷ ø
2.69 1.375 0.676 0.325 0.171
sehingga didapatkan nilai z maks = 2.69 + 1.375 + 0.676 + 0.325 + 0.171 = 5.237 dengan banyaknya elemn dalam matriks (n) adalah 5, maka besarnya RCI untuk n=5 sesuai dengan tabel Sturat H. Mann adalah sebesar 1.12, maka CI = (λmaksn)/(n-1) adalah CI = 0.059. Selanjutnya CR = 0.059/1.12= 0.053=5.2 %. Nilai tersebut menunjukkan nilai CR <10 % , maka hasil ini mempunyai hirarki konsisten dan tingkat akurasi yang tinggi.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
101
4.3.3.4
Rangking pada Variabel Berdasarkan uji konsistensi, maka perhitungan untuk pengaruh variabel
terhadap perubahan biaya konstruksi dilakukan dengan memasukkan bobot elemen masing-masing sesuai dengan hasil. Tabel berikut merupakan perhitungan nilai pengaruh terhadap biaya yang digunakan untuk menentukan rangking atau peringkat dalam analisa AHP.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
102
Tabel 4.18. Nilai Perhitungan AHP
Variabel
X1 X2
X3
X4
X5
X6
Total Jawaban Pengaruh Terhadap Peningkatan Biaya
SubVariabel
prosentase total kurang 0,13 45,16129032 41,93548387 35,48387097 35,48387097 41,93548387 48,38709677 38,70967742 48,38709677 51,61290323 51,61290323 41,93548387 48,38709677 48,38709677 58,06451613 41,93548387
cukup 0,27 25,80645161 29,03225806 32,25806452 32,25806452 16,12903226 16,12903226 29,03225806 22,58064516 32,25806452 22,58064516 19,35483871 29,03225806 32,25806452 16,12903226 29,03225806
berpengaruh 0,52 9,677419355 9,677419355 19,35483871 19,35483871 25,80645161 19,35483871 16,12903226 12,90322581 3,225806452 6,451612903 9,677419355 9,677419355 9,677419355 16,12903226 12,90322581
sangat 1 9,677419355 9,677419355 9,677419355 9,677419355 12,90322581 6,451612903 6,451612903 6,451612903 3,225806452 0 6,451612903 6,451612903 6,451612903 0 3,225806452
Nilai
Ranking
X.1.1 X.1.2 X.2.1 X.2.2 X.3.1.1 X3.1.2 X.3.2 X.4.1 X.4.2 X.5.1.1 X.5.1.2 X.5.1.3 X.5.1.4 X.5.2.1 X.5.2.2
1 3 3 1 1 1 3 3 3 3 6 7 2 1 3 4
2 14 13 11 11 13 15 12 15 16 16 13 15 15 18 13
3 8 9 10 10 5 5 9 7 10 7 6 9 10 5 9
4 3 3 6 6 8 6 5 4 1 2 3 3 3 5 4
5 3 3 3 3 4 2 2 2 1 0 2 2 2 0 1
31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
tidak 0,07 9,677419355 9,677419355 3,225806452 3,225806452 3,225806452 9,677419355 9,677419355 9,677419355 9,677419355 19,35483871 22,58064516 6,451612903 3,225806452 9,677419355 12,90322581
28,22581 28,67742 33,29032 33,29032 36,35484 27,83871 28,3871 26,22581 21 17,51613 23,74194 26,06452 26,70968 20,96774 24,12903
7 5 3 2 1 8 6 10 14 16 13 11 9 15 12
X.6.1
4
10
9
6
2
31
12,90322581 32,25806452 29,03225806 19,35483871 6,451612903 29,45161
4
Sumber : Data Hasil Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
103
Berdasarkan ranking hasil tabel tersebut, diperoleh nilai proxy utama indikator yang sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang mewakili variabel tersebut. Indikator tersebut merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 4.19. Faktor Pengaruh Terhadap Biaya Dominan Variabel No
Variabel
Indikator
Nilai
1
X1
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik
28,67742
2
X2
GP mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
33,29032
3
X3
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan limbah padat
36,35484
4
X4
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik atau diserahkan ke pihak ketiga
26,22581
5
X5
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
26,70968
6
X6
Surat pernyataan yang ditandatangani
29,45161
Sumber : Data Hasil Olahan
Berdasarkan tabel di atas, variabel yang paling mempengaruhi biaya konstruksi Green Building adalah menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan limbah padat. 4.3.4
Analisa Studi Kasus
4.3.4.1
Pendahuluan Setelah melakukan pengumpulan dan analisa data kuisioner, maka
penulis melakukan tahap analisa studi kasus pada proyek pembangunan Green Building. Proyek yang dijadikan objek studi kasus pada penelitian ini adalah
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
104
proyek gedung perkantoran milik PT Jasa Marga yang berlokasi di pintu tol utama TMII Jakarta Timur, dengan kontraktor pelaksananya adalah PT. PP (Persero), Tbk. Sesuai dengan visi misi perusahaan kontraktor yang berkomitmen sebagai Green Contractor, maka pembangunan gedung ini akan berlandaskan prinsip ramah lingkungan, serta dalam operasionalnya nantipun juga harus tetap menghemat energi yang dihasilkan. Hal ini didukung pula oleh pemilik gedung yang setuju untuk berkomitmen melaksanakan prinsip green dalam bangunannya. Berikut adalah data umum dari proyek tersebut.
Nama proyek
: Pembangunan Kantor Pusat Jasa Marga Gerbang
Tol TMII Utama
Pemberi tugas
: PT. Jasa Marga (Persero), Tbk
Lingkup pekerjaan
: Struktur, Mechanical, electrical dan Arsitektur
Konsultan Prencana : PT. Bita Enarcon Engineering
Biaya Kontrak
: Rp 38.859.884.343,-
Luas lahan
: 8,741 m2
Zoning
: Office building
KDB
: -
KLB
: -
Gross Building Area : 4879,3 m2
NLA
Sirkulasi ( Non AC) : 1467 m2
Finishing Gedung
: GRC Panel, Alumunium composit
Façade Gedung
: Clear glass
Sistem AC
: Split unit - inverter
Sistem Lift
: VVVF
: 3412 m2
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
105
Gambar 4.5 Masa Kontruksi Proyek 4.3.4.2
Penerapan Konsep Green Building Pembangunan gedung kantor ini ditargetkan memperoleh 65 poin sistem
rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat gold. Desain awal (pada saat tender) merupakan desain gedung konvensional yang selanjutnya diubah menjadi desain Green Building. Meskipun desain awalnya adalah konvensional tetapi telah memiliki baseline poin Green Building yaitu sebesar 22 poin.
Tabel 4.20 Target Pencapaian Rating NO
ITEM
Baseline
Target
4
11
ELIGIBILITY 1
ASD
Appropriate Site Development
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
106
Tabel 4.20 (sambungan)
NO
ITEM
Baseline
Target
2
EEC
Energy Efficiency & Conservation
2
15
3
WAC
Water Conservation
4
15
4
MRC
Material Resources & Cycle
4
4
5
IHC
Indoor Health & Comfort
6
9
6
BEM
Building Environmental Management
1
11
TOTAL
22
65
Sumber: Data Proyek
Aspek Building Environmental Management (BEM) memiliki target sebanyak 11 poin darii sebelumnya telah memiliki 1 poin baseline. Target poin BEM berasal dari subaspek Prasyarat(Basic Waste Facility), BEM-1 (GP as a Member of Design Team), BEM-2 (Pollution of Construction Activity), BEM-3 (Advance Waste Management), BEM-4 (Proper Comissioning), BEM-5 (Submission Green Building Implementation Data for Database), BEM-6 (Fit-Out Agreement), dan BEM-7 (Occupant Survey). Berikut ini adalah pembahasan mengenai perubahan biaya akibat perubahan desain menjadi Green Building dilihat dari target poin yang berasal dari aspek BEM.
a.
Basic Waste Facility (Prasyarat) Sub kriteria ini merupakan suatu pre-requisite atau syarat keharusan yang harus dimiliki setiap gedung dalam menyediakan fasilitas untuk pemilahan sampah domestik dan rencana kerja pemilahan sampah berdasarkan jenis sampah yaitu sampah organik dan sampah non-organik, terutama kriteria wajib dari aspek BEM untuk mendapatkan point rating greenship. Strategi untuk mencapai target pada proyek ini adalah dengan menyediakan tempat sampah yang memilah sampah berdasarkan jenisnya (organik dan anorganik) ketika bangunan akan digunakan. Untuk penerapan aspek ini belum dapat ditinjau karena proyek masih dalam tahap konstruksi,
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
107
tetapi pihak kontraktor sudah sepakat untuk merencanakan tempat sampah yang terpilah berdasarkan jenisnya di bangunan ketika sudah jadi, yaitu berwarna merah untuk sampah B3, berwarna kuning untuk sampah organik, dan berwarna hijau untuk sampah anorganik.
Gambar 4.6. Tempat sampah Organik, Anorganik, dan B3 Sumber : Data Proyek
Tujuan akhir dari penerapan aspek ini adalah pemilahan sampah di tempat pengumpulan akhir sampah proyek (TPS) sehingga sampah sudah terpilah ketika diangkut oleh truk sampah menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di proyek ini akan disediakan lokasi untuk tempat pembuangan sampah akhir di lokasi bangunan berbentuk bak sampah, yang letaknya di pojok lokasi bangunan. Nantinya sampah di bak sampah ini akan diangkut oleh truk dinas kebersihan kota. Alur dan Instruksi kerja pengendalian limbah padat terdapat pada lampiran 4. Sesuai keterangan pihak kontraktor, biaya untuk penerapan aspek ini sudah include kedalam kontrak dan tidak ditampilkan ke dalam BQ karena biayanya sangat kecil. Penerapannya dalam proyek tidak memberikan poin, karena hanya berupa prasyarat.
Gambar 4.7. Alur pembuangan sampah Sumber : Data Proyek
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
108
b.
Greenship Professional (GP) as a Member of Design Team (BEM-1) Strategi untuk mencapai target ini adalah melibatkan Greenship Professional yang tersertifikasi dalam masa perencanaan, konstruksi & sertifikasi. Proyek ini menggunakan seorang GP yang tersertifikasi sejak tahap perencanaan sampai sertifikasi yang berasal dari kontraktor PT. PP (Persero), Tbk. GP diberi surat pernyataan penunjukan GP oleh owner, namun karena proyek ini baru berjalan 20% maka belum dibuat surat penunjukan GP oleh owner. Untuk contoh surat penunjukan GP terdapat pada lampiran 5. Posisi GP dalam struktur organisasi kontraktor akan dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.8. Struktur GP dalam Organisasi Kontraktor Sumber : Data Proyek
Tugas GP di proyek ini adalah mengarahkan desain suatu Green Building sejak tahap awal sehingga memudahkan tercapainya suatu desain yang memenuhi rating, serta berkoordinasi dengan owner. Ketika GP merencanakan pengaplikasian aspek-aspek Green Building pada suatu bangunan, maka GP harus membuat draft exercise sebagai tahap awal perhitungan sebelum aspek-aspek tersebut akan diaplikasikan. GP harus aktif dalam memberi masukan proyek, serta mengcut ketika terjadi kesalahan perencanaan aspek Green Building. Untuk contoh daftar absensi GP dapat
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
109
dilihat di lampiran 6. Sesuai penjelasan dari pihak kontraktor, dimana PT. PP (Persero), Tbk. adalah kontraktor yang berkomitmen tinggi terhadap green building, maka dalam hal ini membebaskan biaya GP dalam semua proyeknya. Dengan kata lain, biaya GP dalam proyek sudah include ke dalam kontrak. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 1 poin dari total 1 poin.
c.
Pollution of Construction Activity (BEM-2) Strategi untuk mencapai poin dalam aspek ini adalah kontraktor diwajibkan mempunyai Rencana Manajemen Sampah konstruksi, baik untuk limbah padat dan cair yang disyaratkan dalam dokumen tender. Untuk limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga. Untuk limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota. Flowchart untuk penanganan limbah padat/cair hasil kegiatan proyek dapat dilihat pada lampiran 7.
Gambar 4.9. Area Pemilahan dan Pencatatan Limbah Padat Sumber : Data Proyek
Dalam proyek Jasa Marga, penanganan limbah padat dengan membuat fasilitas untuk pemilahan sudah diterapkan seperti pada gambar 4-4, namun jenis tempat sampah yang dibedakan di proyek adalah tempat sampah kaleng dan plastik, tempat sampah kertas, tempat sampah rumah tangga, dan tempat sampah padat B3. Menurut Manager SHE, hal ini dilakukan untuk mempermudah karyawan serta tukang yang bekerja agar tidak kebingungan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
110
ketika ingin membuang sampah, dan hal ini baru diterapkan di proyek ini saja. Penggunaan tempat sampah ini sudah efektif karena para tukang mengerti, namun sosialisasinya saja yang belum maksimal.
Gambar 4.10. Tempat Sampah di Proyek Sumber : Data Proyek
Proyek Jasa Marga ini menggunakan jasa PT. PP (Persero), Tbk sebagai kontraktor, dimana PT. PP (Persero), Tbk adalah kontraktor bersertifikat ISO 14001 dan sudah memiliki standar yang baik dalam penanganan limbah konstruksi sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan. Pemilihan material yang digunakan ramah lingkungan, serta diantaranya adalah material daur ulang. Nantinya sisa material seperti waste besi beton dan Alumunium Composite Panel(ACP) akan digunakan kembali misalnya untuk pagar pembatas, tempat sampah, tempat duduk, dll.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
111
Gambar 4.11. Penggunaan kembali waste besi beton Sumber : Data Proyek
Waste besi beton yang lain, serta sisa-sisa kayu dari aktivitas konstruksi akan dibeli oleh pengepul dan diangkut oleh truk. Satuan untuk waste besi beton dan kayu yang akan dibeli oleh pengepul adalah ritase atau per satu truk. Setiap sampah dan limbah yang keluar dari proyek harus dicatat dan dimonitor dengan baik. Surat pernyataan kerjasama pengolahan limbah dengan pihak ketiga belum dibuat untuk proyek ini, untuk contoh surat pernyataan tersebut dapat dilihat di lampiran 8. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 2 poin dari total 2 poin, dimana 1 poin dari aspek ini yaitu Manajemen Limbah Padat sudah menjadi baseline.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
112
Gambar 4.12. Form monitoring pengeluaran sampah proyek Sumber : Data Proyek
Untuk penanganan limbah cair selama konstruksi, tidak memerlukan penanganan dan biaya khusus karena limbah cair yang dihasilkan di proyek ini sangat sedikit. Flowchart pengendalian air dari aktivitas konstruksi ke saluran kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.13. Flowchart pengendalian limbah cair konstruksi Sumber : Data Proyek
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
113
d.
Advance Waste Management (BEM-3) Aspek ini memiliki 2 point jika diaplikasikan secara penuh, namun proyek Jasa Marga tidak berencana untuk membuat fasilitas pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan. Oleh karena itu, strategi yang digunakan untuk mencapai target ini adalah memberikan pernyataan atau rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak ketiga (Ikatan Pemulung Indonesia) di luar sistem jaringan persampahan kota sehingga bisa mengambil 1 point dari penerapan aspek ini.
Gambar 4.14. Logo Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Sumber : Data Proyek
Pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak membutuhkan biaya. Surat pernyataan kerjasama belum dibuat karena proyek ini belum teregistrasi sebagai Green Building, untuk contohnya dapat dilihat di lampiran 9. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 1 poin dari total 2 poin.
Gambar 4.15. Contoh Limbah Anorganik Sumber : Data Proyek
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
114
e.
Proper Comissioning (BEM-4) Strategi untuk mencapai target poin dalam aspek ini adalah melakukan testing comissioning sesuai dengan guideline ASHRAE 0-2005. Tujuan dari Proper Comissioning sendiri adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari peralatan tersebut dan mengecek apakah data-data dari material tersebut sama dengan seperti yang tertera di spesifikasi teknis dari peralatan tersebut. Item yang akan dikomisioning setelah bangunan selesai adalah sistem tata udara, power equipment, dan kuat penerangan (lux) dan prosesnya harus terdokumentasi dengan baik. Proper Comissioning ini nantinya akan dilakukan oleh tim yang kompeten dari supplier, PT. PP (Persero), Tbk, dan pihak GBCI. Tim tersebut merupakan tim yang telah mendapat persetujuan dari Owner sebagai pelaksana kegiatan Proper Comissioning.
Gambar 4.16. Tim Proper Comissioning Sumber : Olahan Sendiri
Adapun
alat-alat
serta
prosedur
pelaksanaan
Testing
dan
Komisioning harus melalui tahapan sebagai berikut :
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
115
Gambar 4.17. Alat Comissioning Sumber : Olahan Sendiri
Gambar 4.18. Prosedur pelaksanaan Testing dan Komisioning Sumber : Data Proyek
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
116
Proses Testing dan Komisioning di proyek Jasa Marga akan dilaksanakan setelah fisik bangunan selesai dibangun, dan item-item yang akan dikomisioning masih dalam tahap perencanaan, sehingga biaya untuk komisioning belum bisa dihitung, hanya berupa estimasi dari pakar. Karena proyek ini tidak menggunakan chiller, maka biaya komisioning akan berkurang dibandingkan dengan proyek Green Building terdahulu, misalnya Dahana atau Kementerian PU. Menurut pakar, estimasi biaya Proper Comissioning
yang
akan
diajukan
ke
owner
adalah
sebesar
Rp
200.000.000,00 dan satuannya adalah lumpsum. Contoh form komisioning dapat dilihat di lampiran 10. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 3 poin dari total 3 poin.
f.
Submission Green Building Implementation Data for Database (BEM-5) Strategi untuk mencapai target poin dari aspek ini adalah menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form dari GBCI, yang merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori dan memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green Building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian. Aspek ini akan diaplikasikan dalam proyek Jasa Marga, format bentuk surat pernyataannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
117
Gambar 4.19. Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi Green Building Sumber : Data Proyek
Pada kenyatannya, pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak membutuhkan biaya. Contoh surat pernyataan dari proyek terdahulu dapat dilihat pada lampiran 11. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 2 poin dari total 2 poin.
g.
Fit-Out Agreement (BEM-6) Aspek ini tidak diterapkan pada proyek Jasa Marga.
h. Occupant Survey (BEM-7) Strategi untuk mencapai target poin aspek ini adalah memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Apabila
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
118
hasilnya minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung harus setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survei. Dalam proyek ini, pihak Jasa Marga setuju untuk mengadakan survey suhu dan kelembaban setelah okupansi masuk, namun surat pernyataan belum dapat dibuat karena proyek baru berjalan 20% dan belum teregistrasi sebagai Green Building. Pada kenyatannya, pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak membutuhkan biaya. Untuk contoh surat pernyataan dapat dilihat pada lampiran 12. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 2 poin dari total 2 poin.
4.3.4.3
Kesimpulan Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan secara terstruktur dan
terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap 1 berupa validasi kepada pakar semua variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya, lalu dilanjutkan tahap 2 yang berupa penyebaran kuisioner kepada responden untuk mengetahui dan tingkat pemahaman terhadap isi kuisoner tersebut, serta tahap 3 berupa penyebaran kuisioner pada para responden di proyek gedung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari penerapan indikator yang ada dalam kuisioner terhadap perubahan biaya konstruksi. Selanjutnya hasil dari pengumpulan data tahap 3 tersebut diolah dengan SPSS dan metode AHP, kemudian hasilnya kembali dibawa kepada pakar untuk diberikan pendapatnya. Hasil variabel yang didapat dibawa ke proyek kantor pusat Jasa Marga sebagai objek studi kasus. Tabel 4.21 Deviasi Biaya BEM No
Aspek
1 2 3 4 5
Prasyarat (Basic Waste Facility) BEM - 1: GP as a member of design team BEM - 2 : Pollution of Construction Activity BEM - 3 : Advance Waste Management BEM - 4 : Proper Comissioning BEM - 5 : Submission GB Implementation for Database BEM - 6 : Fit Out Guide (tidak diterapkan) BEM - 7 : Occupant Survey
6 7 8
Non-Green Building
Green Building
0 0 0 0
Deviasi
0 0 0 0 0 0 200.000.000 200.000.000
0
0
0
0
0
0
Sumber : Olahan
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan dan bahasan mengenai
analisa data, sehingga tujuan penelitian dapat terjawab. Pada Sub bab 5.2 akan membahas mengenai temuan penelitian, Sub bab 5.3 pembahasan dan pada Sub bab 5.4 adalah pengujian hipotesa.
5.2
Temuan
5.2.1
Temuan 1 (Hasil Kuisioner) Setelah melakukan validasi pakar untuk semua variabel, pengumpulan
data kuisioner dari responden, dan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka didapat proxy variabel atau perwakilan suatu variabel dari setiap indikator-indikator yang ada. Berikut akan disajikan proxy variabel sesuai dengan peringkat yang paling berpengaruh atau berpotensi tertinggi dalam meningkatkan biaya konstruksi Green Building sesuai aspek BEM.
Tabel 5.1. Peringkat Proxy Variabel Peringkat Variabel
Indikator
1
X3
Indikator 5
2
X2
Indikator 4
3
X6
Indikator 16
Penjelasan Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan limbah padat selama aktivitas konstruksi Greensip Professional (GP) mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi Membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa setelah sertifikasi Green Building, owner akan mengadakan survey suhu dan kelembaban, dan jika hasilnya 20% responden tidak nyaman maka akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
119
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
120
Tabel 5.1 (sambungan) Peringkat Variabel
Indikator
4
X1
Indikator 2
5
X5
Indikator 13
6
X4
Indikator 8
Penjelasan Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik Membayar proper comissioning sesuai petunjuk GBCI yang dilakukan oleh pihak ketiga Adanya foto dan denah instalasi fasilitas pengomposan limbah organik di lokasi bangunan atau diserahkan ke pihak ketiga
Sumber : Olahan
Indikator 5 yaitu menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan limbah padat selama aktivitas konstruksi menjadi proxy untuk variabel X3(Pollution of Construction Activity) dengan nilai
36,35% dan menjadi
peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi Green Building.
5.2.2
Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) Penulis melakukan studi kasus di proyek selama kurang lebih 1 bulan.
Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai variabel dan aspek BEM yang diaplikasikan di proyek, misalnya dengan wawancara kepada Greenship Professional, manager SHE, dan staff proyek. Dari informasi yang didapat, hanya 6 aspek BEM yang diterapkan di proyek guna meraih poin dari aspek BEM. Berikut akan dijelaskan subaspek dari aspek BEM yang menjadi target pencapaian. a.
Basic Waste Facility (Prasyarat Aspek) Pada proyek pembangunan gedung kantor pusat Jasa Marga, prasyarat ini akan dilaksanakan nantinya ketika bangunan sudah selesai dibangun. Untuk penerapan aspek ini biayanya sudah include ke dalam kontrak dan tidak ditampilkan ke BQ karena biayanya sangat kecil, sehingga nantinya pengadaan untuk tempat sampah yang terpilah jenisnya akan dilakukan ketika bangunan sudah selesai.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
121
b.
GP as a Member of Design Team Selama penulis melakukan studi kasus di proyek Jasa Marga, GP selalu standby di kantor dan selalu aktif dalam mengarahkan proses desain agar gedung menerapkan semua aspek Green Building dengan efektif. Kekurangannya adalah daftar absen GP selama rapat belum terdokumentasi dengan baik, karena proyek belum teregistrasi sebagai Green Building. GP di proyek berjumlah 1 buah, dan tidak terjadi penambahan biaya untuk aspek ini karena biaya GP sudah dibebaskan oleh pihak kontraktor. Hal ini dikarenakan PT. PP (Persero), Tbk adalah kontraktor yang berkomitmen tinggi terhadap green building, sehingga GP akan disediakan langsung oleh pihak PT. PP (Persero), Tbk dan biayanya sudah include ke dalam kontrak.
c.
Pollution of Construction Activity Pada proyek pembangunan gedung kantor Jasa Marga, aspek ini sudah diterapkan dengan sangat baik. Hal ini karena PT. PP (Persero), Tbk bersertifikasi ISO 14001 yang artinya sudah memiliki standar yang baik dalam penanganan limbah konstruksi, serta PT. PP (Persero), Tbk sudah berkomitmen
sebagai
green
contractor
yang
selalu
menerapkan
pembangunan berbasiskan ramah lingkungan, sehingga tidak membutuhkan biaya untuk penerapan aspek ini dan sudah menjadi standar pembangunan bagi pihak kontraktor. Dari awal pembangunan, pengurangan waste besi beton sudah direncanakan dengan baik, pembuatan fasilitas untuk pemilahan sampah konstruksi sudah diterapkan walaupun dengan klasifikasi tempat sampah yang berbeda dari biasanya.
Tidak diperlukan extra cost untuk
penerapan aspek ini, sebaliknya malah menghasilkan uang karena waste besi beton dan kayu akan diambil oleh pengepul dan dibeli oleh pabrik untuk di daur ulang. Untuk limbah cair tidak diperlukan penanganan khusus, karena sangat sedikit limbah cair yang dihasilkan.
d.
Advance Waste Management
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
122
Pembuatan fasilitas pengomposan tidak dilakukan di proyek ini, namun untuk pengolahan limbah anorganik akan diserahkan kepada pihak ketiga sehingga tetap didapat 1 poin akibat penerapan aspek ini. e.
Proper Comissioning Proses comissioning belum dilakukan sebagai penerapan aspek ini karena comissioning akan dilakukan ketika bangunan selesai dibuat, serta item-item
yang akan
dicomissioning
nantinya
masih
dalam
tahap
penggodokan, sehingga nominal biaya belum dapat diketahui. Karena proyek ini tidak menggunakan chiller, maka biaya komisioning akan berkurang dibandingkan dengan proyek Green Building terdahulu, misalnya Dahana atau Kementerian PU. Berdasarkan pendapat pakar, estimasi biaya Proper Comissioning
yang
akan
diajukan
ke
owner
adalah
sebesar
Rp
200.000.000,00 dan satuannya adalah lumpsum.
f.
Submission Green Building Implementation Data for Database Aspek ini belum dapat ditinjau karena data implementasi Green Building akan diserahkan ketika bangunan sudah selesai dibangun. Namun pihak owner dan kontraktor sudah setuju untuk menyerahkan data implementasi Green Building dari bangunannya dan nantinya akan dituangkan dalam bentuk surat pernyataan.
g.
Occupant Survey Aspek ini akan diterapkan nantinya dan sebagai buktinya akan dibuat surat pertanyaan oleh owner untuk mengadakan survey suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Pihak owner juga sudah setuju untuk mengadakan perbaikan apabila hasil survey menyatakan minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya.
5.3
Pembahasan Dari hasil pengolahan data menggunakan metode AHP, diperoleh
variabel yang paling signifikan dalam meningkatkan biaya adalah X3 yaitu menyediakan area pemisahan, pengumpulan, dan pencatatan limbah padat selama
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
123
konstruksi. Pakar berpendapat bahwa hal ini diakibatkan perbedaan persepsi, karena responden yang dipilih berasal dari berbagai instansi. Padahal, pelaksanaan variabel X3 dalam proyek ini tidak menimbulkan biaya, malahan menghasilkan uang karena limbah padat yang dihasilkan dijual ke pabrik. Hal ini diakibatkan PT. PP (Persero), Tbk sebagai kontraktor sudah menerapkan manajemen limbah padat sebagai standar dalam konstruksinya, sehingga sistem manajemen limbah padat PT. PP (Persero), Tbk sudah sesuai dengan penerapan variabel ini. Hampir semua aspek BEM diterapkan kepada proyek pembangunan kantor pusat Jasa Marga, termasuk prasyarat aspek yang harus diterapkan agar mendapat poin. Aspek yang tidak diterapkan adalah X7 yaitu Fit-Out Agreement, karena dari awal desain aspek tersebut tidak dijadikan target poin. Aspek X4 yaitu Advance Waste Management diterapkan hanya pada satu indikatornya saja, sehingga hanya mendapat 1 dari 2 poin yang dapat dicapai. Dari hasil penelitian studi kasus dapat dilihat bahwa kenaikan biaya konstruksi pada variabel aspek BEM diakibatkan oleh variabel X5 atau Proper Comissioning. Hal ini diakibatkan oleh proses yang dilakukan harus sesuai standar GBCI, yang jauh lebih rumit dan berbeda dari comissioning yang dilakukan pada gedung biasa. Pelaksanaan proper comissioning bisa memakan waktu satu minggu, tergantung berapa banyak item yang akan dicomissioning dan pelaksanaannya harus didokumentasi dan diawasi dengan ketat, sehingga membuat variabel ini akan memakan biaya yang besar. Variabel lain yang berpotensi untuk menaikkan biaya konstruksi secara signifikan adalah X2 yaitu penggunaan Greenship Professional(GP) sebagai bagian dari tim desain, namun karena dalam proyek ini biaya GP sudah include dalam kontrak, maka variabel ini tidak menimbulkan biaya. Dalam penelitian ini juga diperoleh beberapa masukan dari pakar tentang penerapan aspek Green Building ini. Perbedaan biaya Green Building akan terjadi jika terjadi perubahan desain dari yang awalnya non-Green menjadi Green. Namun jika dari tahap desain sudah berkonsep Green, maka peningkatan biaya yang terjadi tidak akan signifikan. Sehingga kesimpulannya jika mindset para pelaku konstruksi sudah green, maka biaya konstruksi Green Building tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan gedung konvensional. Meskipun diawal
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
124
dibutuhkan investasi yang lebih tinggi daripada gedung conventional, namun pada masa operasional biaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil hal ini dikarenakan adanya penghematan energi dari sistem tata udara, power equipment, dan kuat penerangan (lux) yang sudah dicomissioning serta perencanaan yang matang sejak tahap desain.
5.4
Pembuktian Hipotesa Dari hasil temuan yang ada dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa
hipotesa dari penelitian ini yaitu aspek Proper Comissioning merupakan aspek yang meningkatkan biaya konstruksi Green Building terbukti. Dengan peningkatan biaya akibat penerapan aspek tersebut adalah sebesar Rp 200.000.000,- atau 0,51% dari total biaya.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut : a.
Penerapan aspek Building Environmental Management yang mempengaruhi perubahan biaya Green Building adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1. Faktor BEM yang Mempengaruhi Biaya No
Variabel
Sub Variabel
1
BEM-2 Pollution of Construction Activity
X.3.1.1
2
BEM-1 GP as a Member of Design Team
X.2.2
3
BEM-7 Occupant Survey
X.6.1
4
BEM Prasyarat Basic Waste Facility
X.1.2
5
BEM-4 Proper Comissioning
X.5.1.4
6
BEM-3 Advance Waste Management
X.4.1
Indikator Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan limbah padat selama aktivitas konstruksi Greensip Professional (GP) mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi Membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa setelah sertifikasi Green Building, owner akan mengadakan survey suhu dan kelembaban, dan jika hasilnya 20% responden tidak nyaman maka akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik Membayar proper comissioning sesuai petunjuk GBCI yang dilakukan oleh pihak ketiga Adanya foto dan denah instalasi fasilitas pengomposan limbah organik di lokasi bangunan atau diserahkan ke pihak ketiga
Sumber : Olahan
b.
Peningkatan
biaya
konstruksi
yang
diakibatkan
aspek
Building
Environmental Management adalah sebesar 0,51% dari nilai kontrak, diakibatkan oleh Variabel X5 yaitu Proper Comissioning.
125
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
126
c.
Secara keseluruhan, perubahan biaya yang terjadi akibat penerapan aspek green building pada proyek ini adalah :
Tabel 6.2 Persentase Penambahan Biaya Keseluruhan No
Aspek
% Penambahan
1
Appropriate Site Development
1,68%
2
Energy Efficiency & Conservation
3,24%
3
Water Conservation
1,75%
4
Material Resources & Cycle
0,00%
5
Indoor Health & Comfort
0,01%
6
Building Enviromental Management
0,51%
Total
7,19%
Sumber: Olahan Sendiri
6.2
Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
a.
Untuk studi kasus proyek Green Building sebaiknya dilakukan lebih dari satu proyek, karena pengaplikasian Green Building di tiap bangunan akan berbeda tergantung targetan ratingnya.
b.
Penelitian ini dapat diteruskan dengan menghitung penghematan biaya yang mungkin diperoleh dari penerapan aspek BEM ini pada masa maintenance.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR ACUAN
[1]
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik 2011 No.72/11, 7 November 2011
[2]
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
[3]
www.detiknews.com/fauzi-bowo-mengisyarat-green-building.com, diakses tanggal 11 Desember 2011
[4]
Sukamta, Davy, Februari 2009. Mendadak green. 23 Februari 2009
[5]
Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0 , 2010
[6]
Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun 2010
[7]
“Peningkatan Investasi Green Building”, Bisnis Indonesia, Oktober 2011, hal 8
[8]
Irwan Sendjaja - Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia, Saatnya Pengelola Gedung Beralih ke "Green Building". Kompas 17 Februari 2011
[9]
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/15359/Developer-yangKembangkan-Green-Building-Dapat-Insentif, diakses tanggal Novermber 2011
[10] www.e-realestat.com/wordpress/2009/04/page/2, Desember 2011
diakses
tanggal
20
30
[11] bplhd.jakarta.go.id/06_greenbuilding.php, diakses tanggal 25 November 2011 [12] “Green Building Tidak Bisa Dilihat Dari Phisik Bangunan”, Majalah Techno Konstruksi, September 2011, hal 12 [13] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab II Pasal 4 [14] “Standarisasi Green Building Perlu Dipercepat”, Majalah Techno Konstruksi, November 2011, hal 8 [15] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0 , 2010
127
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
128
[16] http://bplhd.jakarta.go.id/06_greenbuilding.php, diakses tanggal 5 Desember 2011 [17] www.gbcindonesia.org [18] http://www.tempo.co/read/news/2011/12/05/095370037/Menikam-ProtokolKyoto-di-Durban diakses tanggal 5 Desember 2011 [19] http://www.antaranews.com/print/1258882598/javascript: diakses tanggal 5 Desember 2011 [20] Poul E. Kristensen-Direktur Manager IEN Consultant, Media Informasi dan Komunikasi Dewan Energi Nasional Edisi Ke III, 2010. [21] (Irwan Sendjaja-Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia AMPRI, Februari 2011). [22] http://www.indopos.co.id/index.php/politika/71-jakarta-raya-reviews/6292gedung-bertingkat-harus-bersertifikat.htmlm, diakses tanggal 4 Desember 2011 [23] http://www.batukar.info/referensi/panduan-praktis-pemilahan-sampah, diakses tanggal 12 Desember 2011 [24] Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 11 [25] Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 41 [26] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0, 2010 [27] Susanti, Betty. “Investigasi Komposisi Limbah Material Konstruksi Perumahan”. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol 18, Maret 2009. Hal 11 [28] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0, 2010. hal. 64 [29] Tam & Tam, A Review On the Viable Technology for Construction Waste Recycling, http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/10072/1/39236.pdf, diakses tanggal 1 Desember 2011 [30] Koskela, L., Application of the New Production Philosophy to Construction. Technical Report # 7. Center for Integrated Facility Engineering. Department of Civil Engineering. Stanford University, 1992.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
129
[31] http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/10072/15026/1/146319.pdf, diakses tanggal 1 Desember 2011 [32] Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 1 [33] Bossink, B.A. G., and Brouwers, H.J.H., Construction Waste: Quantification and Source Evaluation, Journal of Construction Engineering and Management, 122(1), 55-60, 1996 [34] Crawford, J.H. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P. Ouellette (ed). 2003. hal 68-77 [35] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0 , 2010 [36] http://www.ccitonline.com/mekanikal/tikipagehistory.php?page=Menentukan+Kenyamanan+Termal+Ruangan+Berda sarkan+Arah+Aliran+dan+Posisi+Kipas+Exhaust&diff2=9&diff_style=unid iff, diakses tanggal 3 Desember 2011 [37] Soeharto, Imam, (1998). Manajemen Proyek (Dari konseptual sampai operasional), Jilid I, Jakarta Erlangga [38] http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/129191-T%2026784Pebgelolaan%20Risiko-Tinjauan%20literatur.pdf, diakses tanggal Desember 2011
&
[39] Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Mangement Body of Knowledge, 4th Edition [40] Sapulette, William. Analisa Penyebab, Proses Administrasi, Pengaruh Change Order pada Proyek Infrastruktur dan Bangunan Gedung di Ambon. Tesis Petra Surabaya, 2008 [41] Peter Kurnia Wijaya, Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change Order pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004. hal 15 [42] Murni, Imam. Faktor Penyebab, Akibat dan Proses Pengolahan Change Order pada proyek Rumah Tinggal di Surabaya. Tesis Petra Surabaya, 2007 [43] Adikusumo, Bayu. Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction Pada Bangunan Gedung Terhadap Penambahan Biaya Pada Pelaksanaan Proyek.Thesis, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia,Depok.2010
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, Bayu. Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction Pada Bangunan Gedung Terhadap Penambahan Biaya Pada Pelaksanaan Proyek.Thesis, Program Sarhana Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia,Depok.2010Cuma Pengembang Ecek-ecek Risaukan Biaya Green Building. kompas.com, 6 Maret 2011 Anonymous, 2010. Daur Ulang Sampah Anorganik dan Pemberdayaan Pemulung. [Homepage of Docstoc][Online] http://www.docstoc.com/docs/3379776/ daur-ulang/ Anonymous. 2010. Sampah (Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam). http://www.dephut.go.id/Halaman/Standardisasi_&_Lingkungan Kehutanan. Jakarta. Indonesia Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi. Asiyanto.Construction Project Cost Management.Jakarta: Pradnya Paramitha, 2010. BEAM Society. 2009. Building Environmental Assessment Method. Hongkong BEAM Plus. 2009. BEAM Society Building Environmental Assessment Method New Building. Hongkong. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik 2011 No.72/11, 7 November 2011 Bossink, B.A. G., and Brouwers, H.J.H., Construction Waste: Quantification and Source Evaluation, Journal of Construction Engineering and Management, 122(1), 55-60, 1996 Building Commissioning Association (BCA). 2008. Best Commissioning Existing Buildings. BCA. Portland. USA.
Practices in
Building Commissioning Association (BCA). 2005. Commissioning for Great Buildings. BCA. Portland. USA. Crawford, J.H. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P. Ouellette (ed). 2003. hal 6877
130
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
131
Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro International. Dall’O’, Giuliano, Alessandro Speccher, Elisa Bruni. 2012. The Green Energy Audit, a New Procedure for the Sustainable Auditing of Existing Buildings Integrated with the LEED Protocols. Journal of Sustainable Cities and Society 3(2012) 54-65. Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia. Green Building Council Indonesia, The Definition in Creating Green Office.(Jakarta : 2010). hal 1 Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 , 2010. Jakarta : Green Building Council Indonesia Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra. Howe, R. (1997, November). ISO 14001: The Green Standard. hal. 133-134. ISO 14001 Certification. (2005). Kastaman, R & A. Moetangad. 2006. Perancangan Reaktor Sampah Terpadu dan Pengembangan Mikroba Penghilang Bau Sampah dalam Rangka Mengatasi Masalah Sampah di Perkotaan. Jurnal Agrikultura Volume 17 Nomor 3, Desember 2006. Koskela, L., Application of the New Production Philosophy to Construction. Technical Report # 7. Center for Integrated Facility Engineering. Department of Civil Engineering. Stanford University, 1992. Kurnia, Peter Wijaya and Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change Order pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004 Sulistiyanto, Totok. “Green Building Tidak Bisa Dilihat Dari Phisik Bangunan”, Majalah Techno Konstruksi, September 2011, hal 12 Murni, Imam. Faktor Penyebab, Akibat dan Proses Pengolahan Change Order pada proyek Rumah Tinggal di Surabaya. Tesis Petra Surabaya, 2007 Mills, Evan. 2011. Building Commissioning : a Golden Opportunity for Reducing Energy Costs and Greenhouse Gas Emissions in the United States. Springerlink.com.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
132
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab II Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 1 Peter Kurnia Wijaya, Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change Order pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004. hal 15 Poerbo, H. 2002. Utilitas Bangunan. Djambatan. Jakarta. Indonesia. Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Mangement Body of Knowledge, 4th Edition Raharjo, Mursid. 2007. Memahami AMDAL. Graha Ilmu. Yogyakarta. Indonesia. Redaksi Butaru.Green Building A Sustainable Consept for Construction Development in Indonesia..2010 Saptoadi. 2003. Studi Potensi Pengomposan Sampah Kota sebagai salah Satu Alternatif Pengelolaan Sampah di TPA dengan menggunakan Aktivator EM4 (Effective Microorganism). Dalam Budiharjo, M.A. 2006. Jurnal Presipitasi, Volume 1 Nomor 1 September 2006. Sapulette, William. Analisa Penyebab, Proses Administrasi, Pengaruh Change Order pada Proyek Infrastruktur dan Bangunan Gedung di Ambon. Tesis Petra Surabaya, 2008 Simulation Report, Dahana, Subang.PT DAHANA,Subang, hal 48 Soeharto, Imam, (1998). Manajemen Proyek (Dari konseptual sampai operasional), Jilid I, Jakarta Erlangga Standarisasi Green Building Perlu Dipercepat, Majalah Techno Konstruksi, November 2011. Hal 12 Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suratman. Pengaruh penerapan green construction terhadap kinerja biaya proyek di lingkungan PT PP (persero),Tbk.Thesis, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia,Depok.2010.
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
133
Susanti, Betty. “Investigasi Komposisi Limbah Material Konstruksi Perumahan”. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol 18, Maret 2009. Hal 11 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 11 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 41 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Yin, K Robert. Studi Kasus Desain & Metode.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. hal.8
Universitas Indonesia Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 1 KUISIONER PENGUMPULAN DATA TAHAP 1 (VALIDASI PAKAR)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: Kuisioner Tahap 1
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING APABILA DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL (Studi Kasus : Proyek Y pada PT. X)
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA PAKAR GREEN BULDING (ANALISA VARIABEL ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PADA GREEN BUILDING)
MUHAMMAD FATIH 0806454361
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
ABSTRAK
Maraknya isu kerusakan lingkungan akibat konstruksi mulai menjadi concern tersendiri bagi para pelaku konstruksi. Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Pada penelitian ini, proyek yang akan peneliti tinjau adalah salah satu proyek bangunan yang mengikuti prinsip green building yang dibuat oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang terangkum dalam greenship dengan targetan rating GOLD. Konstruksi green building biasanya akan menambah biaya jika dibandingkan dengan conventional buiding. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja pada Building Environmental Management (BEM) dan seberapa besar pengaruh aspek BEM apabila dibandingkan dengan konsep konvensional terhadap kinerja biaya konstruksi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dan studi kasus pada proyek Y oleh PT. X
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya 2. Menganalisa seberapa besar pengaruh penerapan BEM terhadap peningkatan biaya proyek apabila dibandingkan dengan bangunan konvensional
L1-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya
INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi
1. Peneliti/Mahasiswa 2. Dosen Pembimbing 1 3. Dosen Pembimbing 2
: Muhammad Fatih pada Hp 082113122388 atau pada email
[email protected] : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email
[email protected] : Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail:
[email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya
Muhammad Fatih
L1-3 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
DATA RESPONDEN DAN PETUNJUK SINGKAT 1. Nama Responden
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur 4. Nama Proyek
:
5. Jabatan Pada Proyek
:
6. Perusahaan
:
7. Pengalaman Kerja
:
8. Pendidikan Terakhir
: SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu)
9. Tanda tangan
:
(tahun)
L1-4 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Jawaban merupakan komentar/persepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building. 2. Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan menulis komentar/pendapat pada bagian 1 dan memberikan tanda contreng (X) pada kuesioner bagian 2.
Keterangan Penilaian untuk bagian 2: 1= Tidak berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi 2= Kurang berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi 3= Cukup berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi 4= Berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi 5= Sangat berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
L1-5 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
Kuesioner Tahap I : Variabel
X1. Basic Waste Facility
X2. GP as a Member of Design Team
X3. Pollution of Construction Activity
X4. Advance Waste Management
Sub Variabel
X1.1
Indikator
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik
X2.1
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
X3.1
Memiliki rencana manajemen limbah padat
X3.2
Memiliki rencana manajemen limbah cair
X4.1
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
tersedianya tempat sampah organik tersedianya tempat sampah anorganik membayar team GP dalam proses sertifikasi GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik
Referensi
Faktor Mempengaruhi Ya Tidak
Komentar dan Tanggapan
greenship-GBCI greenship-GBCI pengalaman Techno Konstruksi, September 2011 greenship-GBCI
PP Guideline
greenship-GBCI
greenship-GBCI
L1-6 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
X5. Proper Comissioning
X5.1
X5.2
X6. Submission Green Building Implementati on Data for Database
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting Instruments
X6.1
Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form GBCI
X6.2
Surat Pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi
mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment Adanya Perhitungan persentase kenaikan investasi green building terhadap pembangunan gedung konvensional Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah,konsumsi air, dan konsumsi energi
greenship-GBCI greenship-GBCI Pengalaman/Jukla k PU pengalaman
greenship-GBCI
greenship-GBCI
greenship-GBCI
greenship-GBCI
L1-7 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (Lanjutan)
X7.1
X7. Fit-Out Agreement
X7.2
X7.3
X8.1 X8. Occupant Survey X8.2
Surat perjanjian dengan tenant menggunakan kayu yang bersertifikat Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality Surat perjanjian dengan tenant mengikuti training manajemen bangunan Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemlik gedung melaksanakan survey setiap tahun
greenship-GBCI
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
L1-8 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2 KUISIONER PENGUMPULAN DATA TAHAP 2 (PENGARUH ASPEK TERHADAP PENINGKATAN BIAYA)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2 : Kuisioner Tahap 2
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING APABILA DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL (Studi Kasus : Proyek Y pada PT. X)
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA RESPONDEN GREEN BULDING (ANALISA VARIABEL ASPEK MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GREEN BUILDING)
MUHAMMAD FATIH 0806454361
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
ABSTRAK
Maraknya isu kerusakan lingkungan akibat konstruksi mulai menjadi concern tersendiri bagi para pelaku konstruksi. Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Pada penelitian ini, proyek yang akan peneliti tinjau adalah salah satu proyek bangunan yang mengikuti prinsip green building yang dibuat oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang terangkum dalam greenship dengan targetan rating GOLD. Konstruksi green building biasanya akan menambah biaya jika dibandingkan dengan conventional buiding. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja pada salah satu aspek Green Building yaitu aspek Manajemen Lingkungan Bangunan/Building Environmental Management (BEM) dan seberapa besar pengaruh aspek BEM apabila dibandingkan dengan konsep konvensional terhadap kinerja biaya konstruksi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dan studi kasus pada proyek Y oleh PT. X
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya 2. Menganalisa seberapa besar pengaruh penerapan BEM terhadap peningkatan biaya proyek apabila dibandingkan dengan bangunan konvensional
L2-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (Lanjutan)
KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya
INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi
1. Peneliti/Mahasiswa 2. Dosen Pembimbing 1 3. Dosen Pembimbing 2
: Muhammad Fatih pada Hp 082113122388 atau pada email
[email protected] : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email
[email protected] : Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail:
[email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya
Muhammad Fatih
L2-3 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (Lanjutan)
DATA RESPONDEN DAN PETUNJUK SINGKAT 1. Nama Responden
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur 4. Nama Proyek
:
5. Jabatan Pada Proyek
:
6. Perusahaan
:
7. Pengalaman Kerja
:
8. Pendidikan Terakhir
: SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu)
9. Tanda tangan
:
(tahun)
L2-4 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (Lanjutan)
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Jawaban merupakan komentar/persepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building. 2. Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan memberikan tanda contreng (X) pada kuesioner bagian 2.
Keterangan Penilaian untuk bagian 2: 1= Tidak berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (0% dari nilai kontrak) 2= Kurang berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (0% - < 1% dari nilai kontrak) 3= Cukup berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (1% - < 2% dari nilai kontrak) 4= Berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (2% - < 3% dari nilai kontrak) 5= Sangat berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building ( ≥ 3% dari nilai kontrak)
L2-5 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (Lanjutan) Kuesioner Tahap II
NO X1
X2
X3
Variabel
Sub- No
Sub Variabel
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building
Pengaruh Terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
(Prasyarat) Basic Waste Facility Tersedianya instalasi beserta tempat sampah untuk memilah Adanya instalasi untuk sampah rumah tangga organik X.1.1 memilah sampah berdasarkan Tersedianya instalasi beserta organik dan anorganik tempat sampah untuk memilah sampah rumah tangga anorganik BEM 1 (Greenship Professional (GP) as a Member of Design Team) Membayar Team GP dalam proses sertifikasi Melibatkan seorang GP sejak GP mendampingi team desain X.2.1 tahap desain dan sebelum sampai dengan proses sertifikasi pendaftaran sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
2
3
4
greenship-GBCI
greenship-GBCI
pengalaman Techno Konstruksi, September 2011
BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1
X.3.2
Memiliki rencana manajemen limbah padat
Memiliki rencana manajemen limbah cair
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton Menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi L2-6
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
greenship-GBCI
PP Guideline greenship-GBCI Universitas Indonesia
5
Lampiran 2: (Lanjutan) (sambungan) X4
X5
BEM 3 (Advance Waste Management) X.4.1
Adanya instalasi untuk pengomposan limbah organik di lokasi bangunan
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik atau diserahkan ke pihak ketiga
greenship-GBCI
X.4.2
Adanya kerjasama pengelolaan limbah anorganik dengan pihak ketiga ataupun secara mandiri
Surat pernyataan kerjasama dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengolahan limbah anorganik
greenship-GBCI
Mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar
greenship-GBCI
BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
X.5.2
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
Desain dan Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan measuring Adjusting Instruments
Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
greenship-GBCI Pengalaman/Juklak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
Pengalaman
Adanya gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment
greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenship-GBCI
L2-7 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (Lanjutan) (sambungan) X6
BEM 7 (Occupant Survey)
X.8.2
Setelah sertifikasi Green Building, jika hasil survey suhu dan kelembaban menunjukkan 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani
L2-8 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
greenship-GBCI
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 3 DATA LENGKAP RESPONDEN
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 3 : Data Responden no name 1 Kurniawan 2 Agus Ruliyanto 3 A. Syauqi
sex age company L 35 PT Waskita Karya L 34 PT Waskita Karya L 35 PT Waskita Karya
4
Sandy Darmawan
L
28 PT PP (persero) Tbk
5
Wiratno
L
50 PT PP (persero) Tbk
6
Suci Dwi Cahyani
P
25 PT PP (persero) Tbk
7
Triady A. K.
L
32 PT PP (persero) Tbk
8
Andy Paramita
L
37 PT PP (persero) Tbk
9
Aswin Gautama Pohan
L
43
10 11 12 13 14 15
Tulus R. S. M. Sandy Yudha Pratama Untung Susilo Dadang Supriandoko Hendro Dewantoro Utuy R. Sulaiman
L L L L L L
57 27 26 58 35 57
16 Dian Intan P.
P
30
17 Sardjani
L
41
18 Kalsum 19 Chary Bintoro
L L
40 -
PT Bimatekno Karyatama Konsultan (Beca) KemenPU KSO PP-Brantas PT PP (persero) Tbk KemenPU PT PP (persero) Tbk Ditjen Cipta Karya PT Hutama Karya (persero) PT Hutama Karya (persero) PT PP (persero) Tbk PT Arkonin
project World Class University World Class University World Class University Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel) Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel) Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel) Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel) Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
jabatan HSE Kepala Lapangan Teknik
exp education 7 S1 7 S1 15 -
QC
4
S1
SOM
25
S1
SEM
5
S1
SEM
7
S1
GSP
18
D3
konsultan
19
S1
pengelola teknis ME staf teknik pengelola teknis SOM pengelola teknis
29 4 3 25 12 25
S2 S1 S1 S1 S2
Nifarro @ Kalibata
QC
8
S1
Nifarro @ Kalibata
SOM
15
S1
SEM team leader & GP
15 20
S1 S1
Gedung Utama KemenPU Gedung Utama KemenPU Gedung Utama KemenPU Gedung Utama KemenPU Gedung Utama KemenPU Gedung Utama KemenPU
Gedung Parkir Kemenakertrans Gedung Penataan Ruang PU L3-1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 3: (Lanjutan) no 20 21 22 23 24
name Bambang Tutuko Surahman Dedi Nurtopo Sukmono Irwan Diantoro Gema Khalid Nur
sex age company L - PT Arkonin L 35 PT PP (persero) Tbk L 28 PT PP (persero) Tbk L 46 PT PP (persero) Tbk L 30 PT PP (persero) Tbk
project Gedung KBI - Solo eye center RSCM PKIA RSCM PKIA RSCM PKIA RSCM
25 Nurkholim
L
34 PT PP (persero) Tbk
PKIA RSCM
26 Yadi Triyadi F.
L
PKIA RSCM
27 Indra Jaya
L
28 29 30 31
L L L L
34 PT PP (persero) Tbk PT Team Nawa Graha 32 Kencana 32 PT Candra Baga 41 PT. PP 42 PT. PP 28 PT. PP
Anton I. Sujanto Henry Ardianto Wildan Nachdy
BNI cab Gunung Sitoli Lab Biomedis Kemenkes Gedung Parkir Kejaksaan Agung RI Kantor JasaMarga Kantor JasaMarga
L3-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
jabatan GP & ME SE QS GSP engineer pengendalian operasional proyek engineer
exp education 24 S1 7 S1 6 12 D3 5 S1 14
S1
10
S1
SM
6
S1
SM Site engineer SE SE
7 18 10 4
S1 SLTA S1 S2
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4 INSTRUKSI KERJA PENGENDALIAN LIMBAH PADAT
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 4 : Instruksi Kerja Pengendalian Limbah Padat
L4-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 5 SURAT PENUNJUKAN GP (GREENSHIP PROFESSIONAL)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 5: Contoh Surat Penunjukan GP
L5-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 6 DAFTAR HADIR GP (GREENSHIP PROFESSIONAL)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 6 : Contoh Daftar Hadir GP
L6-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 6 : (Lanjutan)
L6- 2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 7 FLOWCHART PENANGANAN LIMBAH PADAT/CAIR
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 7: Flowchart Penanganan Limbah Padat/Cair Hasil Kegiatan Proyek
L7-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 8 SURAT PERNYATAAN PENGELOLAAN LIMBAH DENGAN PIHAK KETIGA
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 8: Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Limbah dengan Pihak Ketiga
L8-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 9 SURAT PERNYATAAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK DENGAN PIHAK KETIGA
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 9: Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Sampah Anorganik dengan Pihak Ketiga
L9-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 10 FORM KOMISSIONING
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 10 : Contoh Form Komissioning
L10-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-3 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-4 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 11 SURAT PERNYATAAN PENYERAHAN DATA IMPLEMENTASI GREEN BUILDING
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 11 : Contoh Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi GB
L11-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 12 SURAT PERNYATAAN SURVEY
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 12 : Contoh Surat Pernyataan Survey
L12-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 13 KUISIONER HASIL VALIDASI PAKAR
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 13 : (Lanjutan)
NO X1
Variabel
Sub- No
Adanya instalasi untuk memilah sampah berdasarkan organik dan anorganik
hasil pakar Ya
Tidak
Hasil Validasi
Tersedianya tempat sampah organik
greenshipGBCI
4
1
Ya
Tersedianya tempat sampah anorganik
greenshipGBCI
3
2
Ya
Membayar Team GP dalam proses sertifikasi
pengalaman
5
0
Ya
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
GP mendampingi team desain sampai dengan proses sertifikasi yang terintegrasi dalam optimasi desain dan proses konstruksi
Techno Konstruksi, September 2011
5
0
Ya
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan
greenshipGBCI
4
1
Ya
Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton
PP Guideline
3
2
Ya
Menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi
greenshipGBCI
4
1
Ya
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah organik atau diserahkan ke pihak ketiga
greenshipGBCI
5
0
Ya
BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1
X.3.2 X4
Referensi
BEM 1 (GP as a Member of Design Team)
X.2.1
X3
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building
(Prasyarat) Basic Waste Facility
X.1.1
X2
Sub Variabel
Memiliki rencana manajemen limbah padat
Memiliki rencana manajemen limbah cair
BEM 3 (Advance Waste Management)
X.4.1
Adanya instalasi untuk pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
L13-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 13 : (Lanjutan)
X.4.2
X5
Adanya kerjasama pengelolaan limbah anorganik dengan pihak ketiga ataupun secara mandiri
Surat pernyataan kerjasama dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengolahan limbah anorganik
5
0
Ya
4
1
Ya
3
2
Ya
4
1
Ya
BEM 4 (Proper Comissioning) Mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar X.5.1
X.5.2
X6
greenshipGBCI
Melakukan testing komissioning sesuai petunjuk GBCI
Desain dan Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan measuring Adjusting Instruments
Laporan pelaksanaan komissioning Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
greenshipGBCI greenshipGBCI Pengalaman/J uklak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
Pengalaman
5
0
Ya
Adanya gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur dan adjustment
greenshipGBCI
0
5
Tidak
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenshipGBCI
2
3
Tidak
greenshipGBCI
0
5
Tidak
BEM 5 (Submission Green Building Implementation Data for Database)
X.6.1
Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form GBCI
Adanya perhitungan persentase kenaikan investasi green building terhadap pembangunan gedung konvensional
L13-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 13 : (Lanjutan)
X.6.2
X7
Surat pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi
greenshipGBCI
0
5
Tidak
BEM 6 (Fit -Out Agreement) X.7.1
Surat perjanjian dengan tenant menggunakan kayu yang bersertifikat
Surat Pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
1
4
Tidak
X.7.2
Surat perjanjian dengan tenant terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality
Surat Pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
1
4
Tidak
Surat Pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
1
4
Tidak
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemilik gedung melaksanakan survey setiap tahun
greenshipGBCI
1
4
Tidak
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenshipGBCI
2
3
Tidak
Surat perjanjian dengan tenant mengikuti training manajemen bangunan BEM 7 (Occupant Survey) Surat Pernyataan bahwa pemilik gedung akan X.8.1 mengadakan survey suhu dan kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi X.7.3
X8
Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah, konsumsi air, dan konsumsi energi
X.8.2
Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
L13-3 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 14 PEDOMAN NEW BUILDING GREENSHIP V.1.0
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan) Acuan Penilaian Nilai Nilai Maks
Perangkat Penilaian Kode Rating Appropriate Site Development Prasyar at 1
17%
Basic Green Area
P
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak Area ini memiliki vegetasi mengikuti PERMENDAGRI No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a) dengan komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan. ASD 1
ASD 2
Site Selection Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi sarana prasarana serta telah memenuhi standar Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68 yang masih berdensitas rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha) Untuk pembangunan yang berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan, seperti tempat pembuangan Akhir (TPA), badan air yang tercemar, dan daerah padat yang sarana dan prasarananya di bawah standar Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68, revitalisasi dilakukan dengan melengkapi tapak dengan sarana prasarana tersebut. Community Accessibility Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak
L14-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
P
P
2
1
1
2 1
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan-nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari ASD 3
ASD 4
Public Transportation A. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp atau B. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Lampiran 2B. Bicycle Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
ASD 5
Site Landscaping Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan. Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 di atas.
L14-2 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1
1
2 2 1
1
1
2 1 1 3
1
1
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% luas tajuk/ jumlah tanaman ASD 6
ASD 7
Micro Climate Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan Desain menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.2.3.c mengenai Sabuk Hijau dan/atau Desain lansekap menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung Storm Water Management Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG atau Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan SUB TOTAL
1 3 1
1
1
1 3 1
2 1 1 17
Energy Efficiency and Conservation Prasyar at 1
26%
Electrical Sub Metering
P
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi: · Sistem tata udara · Sistem tata cahaya dan kotak kontak · Sistem beban lainnya Prasyar at 2
OTTV Calculation
P
P
L14-3 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2000 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung
P
EEC 1
Energy Efficiency Measure
20
Opsi 1
1.
20
Opsi 2
Opsi 3
EEC 1-1. Energy modelling software
Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib untuk level platinum). EEC 1-2. Worksheet standar GBCI Dengan menggunakan perhitungan worksheet, setiap penghematan 2% dari selisih antara gedung designed dan baseline mendapat nilai 1 poin. Penghematan mulai dihitung dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline. Worksheet dimaksud disediakan oleh GBCI. EEC 1-3. Penghematan per komponen yang sudah ditentukan Caranya adalah dengan memperhitungkan secara terpisah overall thermal transfer value (OTTV) dari selubung bangunan dan mempertimbangkan pencahayaan buatan, transportasi vertikal, dan coefficient of performance (COP). EEC 1-3-1 BUILDING ENVELOPE Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m2 (SNI 036389-2000) mendapatkan nilai 1 poin (sampai maksimal 5 poin). EEC 1-3-2 NON-NATURAL LIGHTING Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan sebesar 30%, yang lebih hemat daripada daya pencahayaan yang tercantum dalam SNI 03 6197-2000 Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik) untuk ruang kerja Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor gerak (motion sensor) Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat buka pintu EEC 1-3-3 VERTICAL TRANSPORTATION Lift menggunakan traffic management system yang sudah lulus traffic analysis atau menggunakan regenerative drive system atau Menggunakan fitur hemat energi pada lift, menggunakan sensor gerak, atau sleep mode pada eskalator EEC 1-3-4 COP Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP minimum 10% lebih besar dari standar SNI 03-6390-2000 L14-4 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1 s.d 20
15 1 s.d 15 10
5 5 2 1 1 1 1 1 1
1 2 2
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan)
EEC 2
EEC 3
EEC 4
EEC 5
Natural Lighting Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, didapatkan tambahan nilai 2 poin Ventilation Tidak mengondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta tidak melengkapi ruangan tersebut dengan sistem ventilasi Climate Change Impact Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara design building dan base building dengan menggunakan grid emission factor (konversi antara CO2 dan energi listrik) yang telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada B/277/Dep.III/LH/01/2009 On Site Renewable Energy Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 poin (sampai maksimal 5 poin). SUB TOTAL
4
2
2 1 1 1
1
5 1 s.d 5 26
Water Conservation Prasyar at 1
WAC 1
21%
Water Metering
P
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut: 1. Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti sumber PDAM atau air tanah 2. Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang 3. Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi Water Use Reduction 1. Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir. L14-5 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
P
8 1
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) 1. Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada poin 1 akan mendapatkan nilai 1 dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 poin. WAC 2
WAC 3
WAC 4
Water Fixtures A. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), pada tekanan air 3 bar, sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk water fixture. atau B. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), , pada tekanan air 3 bar, sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk water fixture. atau C. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), , pada tekanan air 3 bar, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk water fixture Water Recycling Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flushing, irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada) Alternative Water Resource A. Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas wudu, atau air hujan atau B. Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas
WAC 5
WAC 6
Rainwater Harvesting A. Instalasi tangki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan sesuai dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat menurut BMKG atau B. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 75% dari perhitungan di atas atau C. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 100% dari perhitungan di atas Water Efficiency Landscaping
L14-6 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1 s.d 7 3
1
2
3
3 3 2 1
2 3 1
2
3 2
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau PDAM.
1
Menerapkan sistem instalasi untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
1
SUB TOTAL
21
Material Resource and Cycle Prasyar at 1
14%
Fundamental Refrigerant
P
Tidak menggunakan chloro fluoro carbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran MRC 1
MRC 2
MRC 3
MRC 4
Building and Material Reuse Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material baru yang bersangkutan (struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding) atau Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material baru yang bersangkutan (struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding) Environmentally Processed Product Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara dan direkomendasikan oleh GBCI. Material tersebut minimal bernilai 30% dari total biaya material. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang senilai minimal 5% dari total biaya material Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) senilai minimal 2% dari total biaya material Non ODS Usage Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Certified Wood
L14-7 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
P 2
1
2
3 1
1
1 2 2 2
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan)
MRC 5
MRC 6
Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Modular Design Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material Regional Material Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek mencapai 50% dari total biaya material Apabila material di atas berasal dari dalam wilayah Republik Indonesia mencapai 80% dari total biaya material
1
1 3 3 2 1 1
SUB TOTAL
14
Indoor Health and Comfort Prasyar at 1
IHC 1
IHC 2
IHC 3
10%
Outdoor Air Introduction
P
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan Standar SNI 03-6572-2001 Tabel. 4.4.2 CO2 Monitoring Untuk ruangan tertentu, antara lain banquet, ruang rapat umum, general office (ruangan dengan kepadatan tinggi) dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill. Environmental Tobacco Smoke Control Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok. Apabila tersedia, bangunan/area merokok itu minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela. Chemical Pollutants Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBCI
L14-8 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
P 1
1
2
2
3 1
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber, antara lain produk kayu lapis, papan partikel, papan serat, insulasi busa, dan laminating adhesive, dengan syarat tanpa tambahan urea formaldehyde, atau memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBCI Tidak menggunakan material yang mengandung asbes, merkuri, dan styrofoam IHC 4
IHC 5
IHC 6
Outside View Apabila 75% dari net lettable area (NLA) menghadap langsung ke pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu garis lurus Visual Comfort Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2000 Tabel 1
1 1 1 1 1
Thermal Comfort
1
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 250C dan kelembaban relatif 60% IHC 7
1
Acoustic Level Tingkat kebisingan pada 90% dari nett lettable area (NLA) tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000, seperti terlihat pada Tabel 1 SUB TOTAL
1 1 1
10
Building Environmental Management Prasyar at 1
13%
Basic Waste Management
P
Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik BEM 1
BEM 2
10
GP as a Member of The Project Team Melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi Greenship Professional (GP), yang bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi Pollution of Construction Activity Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas: Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
L14-9 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
P 1 1 2
1
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota BEM 3
BEM 4
BEM 5
BEM 6
BEM 7
Advance Waste Management Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan Memberikan pernyataan atau rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota Proper Commissioning Melakukan prosedur testing- commissioning sesuai dengan petunjuk GBCI, termasuk training dengan baik dan benar agar peralatan/sistem berfungsi dan menunjukkan kinerja sesuai dengan perencanaan dan acuan. Desain serta spesifikasi teknis harus lengkap di saat konstruksi melaksanakan pemasangan seluruh measuring adjusting instruments. Submission Implementation Green Building Data for Database · Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form dari GBCI, yang merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori · Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian Catatan: GBC-Indonesia akan menjaga kerahasiaan sumber data dan tidak akan menyebarluaskan kepada pihak lain. Fit Out Guide Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung atau tenant, yang terdiri atas: a. Menggunakan kayu yang bersertifikat b. Mengikuti training yang akan dilakukan oleh manajemen bangunan c. Terdapat rencana manajemen indoor air quality (IAQ) setelah konstruksi, dan implementasi ditandatanganinya surat perjanjian ini merupakan prasyarat dalam rating kategori gedung terbangun. Occupant Survey Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Apabila hasilnya minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survei. L14-10 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1 2 1 1 3 2
1 2
2
1
1
2
2
Universitas Indonesia
Lampiran 14 : (Lanjutan) Penyerahan data ini merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori existing building.
45
SUB TOTAL
13
Total Nilai Keseluruhan Maksimum
101
L14-11 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 15 RISALAH SIDANG SKRIPSI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : Risalah Sidang Skripsi
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK
RISALAH SIDANG SKRIPSI
Dengan ini dinyatakan bahwa pada:
Hari
: Rabu, 20 Juni 2012
Jam
: 14.00 WIB – selesai
Tempat
: Ruang K.105 Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Telah berlangsung Ujian Skripsi Semester Genap 2011/2012 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan peserta :
Nama
: Muhammad Fatih
NPM
: 0806454361
Judul Skripsi
: Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap Biaya
Konstruksi
Green
Building
Dibandingkan
Dengan
Conventional Building
Dan dinyatakan harus menyelesaikan perbaikan Skripsi yang diminta oleh Dosen Penguji, yaitu :
L15-1 Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 15 : (Lanjutan)
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T. No
Pertanyaan
Perbaikan (koreksi) Yang Sudah Dilakukan
1
Perbaikan terhadap sistematika penulisan, yaitu perbaikan cover, abstrak dijadikan 1 halaman, serta format penulisan disesuaikan SK Rektor.
Sudah dilakukan
2
Subbab sistematika dihilangkan
Sudah dilakukan
3
Penambahan kesimpulan secara global
penulisan
Sudah dilakukan pada hal 124
Dosen Pembimbing : Suratman, S.T., M.T. No
Perbaikan (koreksi) Yang Sudah Dilakukan
Pertanyaan
1
Mencantumkan tabel deviasi biaya BEM
Sudah dilakukan pada hal 117
2
Menjelaskan menurut GBCI
Sudah dilakukan pada hal 36 dan 37
3
Menghilangkan kalimat kontraktor pada prasyarat
4
Comissioning tanggungan
Menjelaskan biaya overhead GP
Dosen Penguji No
proses
sudah dilakukan pada hal. 119 Sudah dilakukan pada hal 107108
: Ir. Wisnu Isvara, M.T. Perbaikan (koreksi) Yang Sudah Dilakukan
Pertanyaan
1
Pisahkan biaya maintenance
konstruksi
dan
2
Penjelasan Green Building mengurangi life-cycle cost
akan
3
Menjelaskan bobot poin yang didapat dari tiap aspek
Sudah dijelaskan pada bab studi kasus
Menjelaskan aplikasi aspek di proyek
Sudah dilakukan pada bab studi kasus
4
L15-2
Tidak terdapat biaya selama konstruksi Sudah dilakukan pada hal 122
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : (Lanjutan)
Dosen Penguji No
: Rosmariani, S.T.,M.T. Perbaikan (koreksi) Yang Sudah Dilakukan
Pertanyaan
1
Menjelaskan overhead GP
Sudah dilakukan pada hal 107108
2
Mencantumkan masa konstruksi proyek
Sudah dilakukan pada hal 104
3
Menjelaskan prasyarat include atau belum
Sudah dilakukan pada hal 119
apakah sudah
L15-3
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : (Lanjutan)
Skripsi ini telah selesai diperbaiki sesuai dengan keputusan sidang seminar skripsi Rabu, 20 Juni 2012 dan telah mendapat persetujuan dari dosen dan pembimbing.
Depok 25 Juni 2012 Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Suratman, S.T., M.T.
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T.
Dosen Penguji I
Dosen Penguji II
Rosmariani, S.T.,M.T.
Ir. Wisnu Isvara, M.T.
L15-4
Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012