UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT (TEPAT GUNA LAHAN) TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI
WAN DWI PUTRA FIRNANDA 0806323271
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2012
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
1092/FT.01/SKRIP/07/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT (TEPAT GUNA LAHAN) TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
WAN DWI PUTRA FIRNANDA 0806323271
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DEPOK JUNI 2012
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Wan Dwi Putra Firnanda
NPM
: 0806323271
Tanda Tangan
:
Tanggal
:
ii
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : : : :
Wan Dwi Putra Firnanda 0806323271 Teknik Sipil Pengaruh Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan) Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building
Telah berhasil diujikan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing 1
: Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT (
)
Pembimbing 2
: Suratman, ST. MT
(
)
Penguji
: Rosmariani, ST. MT
(
)
Penguji
: Ir. Wisnu Isvara, MT
(
)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 20 Juni 2012
iii
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan seminar ini. Penulisan seminar ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada: (1)
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT dan Suratman, ST. MT. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2)
Kedua Orang Tua saya, Wan Amir Firdaus dan Wirdaningsih yang selalu menjadi motivasi bagi saya untuk dengan cepat menyelesaikan studi saya di Teknik Sipil UI ini dan telah memberikan bantuan dukungan moral dan material yang tak ternilai bagi saya;
(3)
Kakak dan Adik saya yang juga selalu menjadi motivasi saya pribadi;
(4)
Sahabat saya Tengku Arif Pahlevi, Ridho Masputra, Rifki Kurniawan, Yulismansyah, Deka, Aidil.
(5)
Seluruh sahabat Teknik Sipil UI 2008, Dimas, Facur, Qi, Nico, Triananda, Tadho, Babe, Sandy, Danang, Gabby, Sella. “Green Builders”, Mila, Bundo, Oghie, Fatih dan Ezi, yang telah memberikan bantuan/dukungan semangat dan doa yang tak ternilai bagi saya selama masa studi saya di FTUI dan pada saat penyusunan skripsi ini;
(6)
Pakar-pakar, semua orang di proyek Jasamarga, Pak Wildan, rekan, dan semua orang yang ikut membantu dan memberi doa untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.
(7)
Dewi Rahmadani, yang selalu memberi dukungan.
iv
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.
Depok, 20 Juni 2012
Penulis
v
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program studi Departemen Fakultas Jenis Karya
: Wan Dwi Putra Firnanda : 0806323271 : Teknik Sipil : Teknik Sipil : Teknik : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh Aspek Appropriate Site Development Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Jakarta Pada tanggal: 20 Juni 2012 Yang Menyatakan
(Wan Dwi Putra Firnanda)
vi
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
ABSTRAK Nama : Wan Dwi Putra Firnanda Program Studi : Teknik Sipil Judul Sripsi : Pengaruh Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan) Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building Laju perkembangan kawasan urban semakin menggurita karena umumnya pemilihan lokasi pembangunan di Indonesia lebih mengutamakan faktor harga tanah daripada faktor lingkungan hidup dan pertimbangan keberlanjutan. Oleh karena itu penulis memilih aspek Appropriate Site Development terkait biaya konstruksi green building dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai faktor dalam aspek tersebut yang mempengaruhi perubahan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan bangunan konvensional, dan seberapa besar perubahan yang disebabkan oleh aspek tersebut. Dari penelitian ini diperoleh pengaruh biaya akibat penerapan ASD sebesar 1,68% dari nilai kontraknya. Kata Kunci: Green building, Appropriate Site Development, biaya konstruksi
ABSTRACT
Name : Wan Dwi Putra Firnanda Study Program : Civil Engineering Thesis Title : The Effect of Appropriate Site Dvelopment Aspects Of Green Building Construction Cost Compared With Conventional Building The rate of development of urban areas is generally faster since the election construction site in Indonesia prefer the land price factor rather than environmental factors and sustainability considerations. Therefore the authors chose Appropriate aspects Appropriate Site Development green building construction costs in hopes of giving information about factors that affect these aspects changes in green building construction costs when compared with conventional buildings, and how big the changes caused by aspect. This study obtain the influence of ASD aspect is 1,68% from the contract value.
Key Words: Green building, Appropriate Site Development, construction cost
vii
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4 1.2.1 Deskripsi Masalah .............................................................................. 4 1.2.2 Signifikansi Masalah .......................................................................... 5 1.2.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7 1.6 Model Operasional Penelitian .................................................................. 7 1.7 Keaslian Penelitian .................................................................................... 8 2. DASAR – DASAR TEORI ............................................................................... 9 2.1 Pendahuluan .............................................................................................. 9 2.2 Green Building........................................................................................... 9 2.2.1 Pengertian Green Building ................................................................. 9 2.2.2 Peraturan Green Building ................................................................. 11 2.2.3 Sistem Rating Greenship .................................................................. 13 2.3 Appropriate Site Development (ASD) ...................................................... 18 2.3.1 Basic Green Area/Area Dasar Hijau ................................................ 18 2.3.2 Site Selection/Pemilihan Tapak ........................................................ 21 2.3.3 Community Accessibility/Aksessibilitas Komunitas ........................ 22 2.3.4 Public Transportation/Transportasi Massal ..................................... 25 2.3.5 Bicycle/Fasilitas untuk Pengguna Sepeda ........................................ 27 2.3.6 Site Landscaping/Lansekap pada Lahan .......................................... 28 2.3.7 Micro Climate/Iklim Mikro .............................................................. 31 2.3.8 Stormwater Management/Manajemen Air Limpasan Hujan ........... 32 2.4 Perbedaan Biaya Dalam Proyek Green Building ................................. 32 2.4.1 Proses Penyusunan Biaya Proyek .................................................... 33 2.4.2 Hal yang Membedakan Biaya dalam Proyek Green Building ......... 36 2.5 Kerangka Berfikir Dan Hipotesa ........................................................... 40 2.5.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 40 2.5.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................... 41
viii
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 42 3.1 Pendahuluan ............................................................................................ 42 3.2 Pemilihan Strategi Penelitian ................................................................. 42 3.3 Proses Penelitian ...................................................................................... 43 3.3.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 43 3.3.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 46 3.3.3 Pengumpulan Data ........................................................................... 62 3.3.4 Analisa Data ..................................................................................... 65 3.4 Kesimpulan .............................................................................................. 69 4. ANALISA DATA ............................................................................................ 70 4.1 Pendahuluan ............................................................................................ 70 4.2 Pengumpulan Data .................................................................................. 70 4.2.1 Kuesioner Tahap Pertama (Pakar).................................................... 70 4.2.2 Kuesioner Tahap Kedua (Pilot Survey) ........................................... 74 4.2.3 Kuesioner Tahap Ketiga (Responden) ............................................. 72 4.3 Analisa Data ............................................................................................. 74 4.3.1 Analisa Non Parametrik ................................................................... 74 4.3.2 Uji Validitas Realibilitas .................................................................. 79 4.3.3 Analisa Deskriptif ............................................................................ 80 4.3.4 Analisa Dengan Menggunakan AHP ............................................... 81 4.3.5 Validasi Pakar .................................................................................. 85 4.3.6 Analisa Studi Kasus ......................................................................... 85 4.4 Kesimpulan .............................................................................................. 98 5. TEMUAN DAN PEMBAHASAN .................................................................. 99 5.1 Pendahuluan ............................................................................................ 99 5.2 Temuan ..................................................................................................... 99 5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner) ............................................................. 99 5.2.2 Temuan 2 (Hasil studi Kasus) ........................................................ 100 5.3 Pembahasan ........................................................................................... 102 5.4 Pembuktian Hipotesa ............................................................................ 105 6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 106 6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 106 6.2 Saran ..................................................................................................... 107 DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 108 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 110
ix
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peringkat Greenship ............................................................................ 18 Tabel 2.2 Contoh Tanaman untuk Roof Garden ................................................. 21 Tabel 2.3 Tabel Standar Pembangunan Fasos pada Perumahan/Pemukiman ..... 24 Tabel 2.4 Perubahan Biaya Proyek Gedung X.................................................... 39 Tabel 3.1 Strategi Penelitian ............................................................................... 42 Tabel 3.2 Variabel Penelitian Appropriate Site Development ............................ 44 Tabel 3.3 Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1 ...................................... 48 Tabel 3.4 Kuisioner Pengambilan Data Tahap 2 ................................................ 57 Tabel 4.1 Profil Pakar ......................................................................................... 71 Tabel 4.2 Data Profil Responden Tahap 3 .......................................................... 73 Tabel 4.3 Pengkodean ......................................................................................... 74 Tabel 4.4 Chi Square Pendidikan Terakhir ......................................................... 76 Tabel 4.5 Chi Square Jabatan .............................................................................. 77 Tabel 4.6 Chi Square Pengalaman Kerja ............................................................ 78 Tabel 4.7 Item Total Statistic .............................................................................. 79 Tabel 4.8 Case Processing Summary .................................................................. 80 Tabel 4.9 Realibility Static.................................................................................. 80 Tabel 4.10 Matriks AHP ....................................................................................... 81 Tabel 4.11 Tahap AHP 2 ....................................................................................... 81 Tabel 4.12 Tabel Bobot ......................................................................................... 82 Tabel 4.13 Perhitungan AHP ................................................................................ 84 Tabel 4.14 Proxy Variabel .................................................................................... 85 Tabel 4.15 Target Pencapaian Rating ................................................................... 87 Tabel 4.16 Presentase Sofscape terhadap Luas Lahan .......................................... 89 Tabel 4.17 Fasilitas Umum ................................................................................... 91 Tabel 4.18 Tanaman Lokal ................................................................................... 94 Tabel 4.19 Nilai Albedo ........................................................................................ 97 Tabel 4.20 Data Curah Hujan................................................................................ 98
x
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2
Proyek Dahana .................................................................................. 3 Model Operasional Penelitian ........................................................... 7 Green Building Can Reduce............................................................ 12 Peraturan Pemerintah RI No. 80 Tahun 1999 Paragraf Ketiga tentang Persyaratan Umum Utilitas Kasiba Pasal 68 Butir a-e ....... 23 Gambar 2.3 Roof Garden .................................................................................... 29 Gambar 2.4 Terrace Garden ............................................................................... 30 Gambar 2.5 Wall Garden .................................................................................... 30 Gambar 2.6 Bagan Project Cost Management Overview ................................... 34 Gambar 2.7 Proses Cost Budgeting..................................................................... 36 Gambar 2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................... 42 Gambar 4.1 Pendidikan Terakhir ........................................................................ 75 Gambar 4.2 Jabatan ............................................................................................. 77 Gambar 4.3 Pengalaman Kerja ........................................................................... 78 Gambar 4.4 WBS Proyek .................................................................................... 86 Gambar 4.5 Desain Awal dan Green................................................................... 87 Gambar 4.6 Luas Vegetasi .................................................................................. 88 Gambar 4.7 Kepadatan Penduduk ....................................................................... 89 Gambar 4.8 Fasilitas Umum ............................................................................... 90 Gambar 4.9 Halte ................................................................................................ 91 Gambar 4.10 Parkir Sepeda dan Shower............................................................... 92 Gambar 4.11 Total Area Vegetasi ......................................................................... 94 Gambar 4.12 Tanaman Lokal ................................................................................ 95 Gambar 4.13 Grass Pavers .................................................................................... 96
xi
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Tahap 1 Lampiran 2. Kuisioner Tahap 2 Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Pakar Pertama Lampiran 4. Data Responden Lampiran 5. Hasil Perhitungan Biaya Lampiran 6. Risalah Sidang Skripsi
xii
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
L atar B elakang Pemanasan global menjadi isu penting di seluruh dunia. Temperatur bumi
yang terus meningkat membuat bumi semakin panas dan menimbulkan ancaman baru, misalnya tingginya frekuensi hujan, badai, angin topan, banjir dan kebakaran hutan. Penggunaan energi untuk keperluan sehari-hari berkontribusi terjadinya efek rumah kaca yang juga berdampak pada pemanasan global. Pemakaian listrik di gedung menyumbang 37% total emisi CO2, penggunaan energi terbesar di gedung adalah untuk pendingin ruangan, penerangan, dan peralatan kantor lainnya. Beberapa contoh sederhana tentang jejak karbon antara lain : setiap lampu berdaya 10 watt yang dinyalakan 1 jam akan menghasilkan CO2 sebesar 9,51 gram, komputer atau perangkat elektronik lainnya yang menyala selama 24 jam jejak karbonnya = 14.000 gr CO2 ekuivalen, perjalanan menggunakan mobil sejauh 1 km akan menghasilkan 200 gr CO2 , 1 lembar kertas A4 ukuran 70 gr = 226, 8 gr CO ekuivalen, dan 10 gr sampah organik = 3,75 g CO22 [1]. Dampak pemanasan global sudah sangat serius dan kian nyata berpengaruh dalam hidup keseharian kita. Meningkatnya suhu bumi menyebabkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulaunya perlu meningkatkan kewaspadaan nya, terutama dalam menghadapi dampak kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pantai dan pesisir Indonesia beserta infrastrukturnya, bahkan bukan tidak mungkin Indonesia menghadapi ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil terluar. Tantangan Indonesia bersama masyarakat dunia adalah bagaimana menghadapi kenaikan suhu bumi akibat emisi karbon dari aktivitas manusia (antropogenik) yang menyebabkan lapisan es di Kutub Utara dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut global sekitar 3 milimiter per tahun. Prof. Dr. Jumina, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta mengungkapkan bahwa pemanasan global
1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
2
menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter [2]. Bila kenaikan suhu bumi tidak dapat ditekan maka dikhawatirkan lapisan es itu akan lenyap dan berakibat pada penenggelaman dataran pantai dan pulaupulau kecil bukan saja di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia tetapi juga ribuan pulau di Indonesia dan pada akhirnya akan merubah peta wilayah yurisdiksi Indonesia. Hasil pemantauan satelit altimetri yang diterbitkan oleh AVISO Perancis menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 9 mm/tahun di Indonesia bagian timur menghadap Samudra Pasifik. Data kenaikan permukaan laut dari hasil pengamatan Jaringan Stasiun Pasang Surut Nasional yang dioperasikan Bakosurtanal telah membuktikan konsistensinya dengan kenaikan permukaan laut hasil pengamatan satelit altimetri tersebut. Rekaman data pasang surut yang mengamati secara permanen sepanjang lebih dari 20 tahun menunjukkan variasi kenaikan permukaan laut sekitar 3 – 8 milimeter per tahun. Bahkan situasi di pantai utara Jawa agak lebih menghawatirkan, dimana data permukaan laut di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya menunjukkan terjadinya variasi yang lebih besar karena diperburuk oleh penurunan tanah sehingga kota-kota besar tersebut menjadi semakin rentan terhadap banjir rob. Prof. Dr. Jumina juga mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500 yang artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan [3]. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu.Laju perkembangan kawasan urban berkembang dengan sangat pesat di Indonesia karena umumnya pemilihan lokasi pembangunan di Indonesia lebih mengutamakan fakor harga tanah daripada faktor lingkungan hidup dan pertimbangan keberlanjutan. Persepsi bahwa pembangunan yang menggunakan lahan baru dinilai lebih murah daripada menggunakan lokasi yang dilengkapi oleh berbagai jaringan fasilitas umum, hal
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
3
ini meningkatkan laju urban sprawl sehingga konversi lahan rural menjadi urban semakin tidak terelakkan. Seiring dengan pertumbuhan luasnya kawasan urban, ketersediaan ruang terbuka hijau (RHT) yang mendukung populasi penduduk justru semakin terbatas. Selain itu, gaya hidup urban menyerap banyak energi dan air serta menghasilkan CO2 dan jejak karbon yang besar. Konsep green yang menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan merupakan hal baru di Indonesia, namun sudah banyak pelaku pasar yang menggunakan label green. Di dunia internasional, baik di Eropa, Amerika, maupun Asia Tenggara, konsep green sudah mulai diadaptasi dan telah menjadi praktik yang umum. Di era globalisasi seperti saat sekarang ini, praktik green building pada industri bangunan menjadi sangat tinggi urgensinya, terutama bagi perusahaan multinasional yang berhubungan dengan masyarakat internasional dan harus memenuhi standar mereka. Di beberapa negara lain, pembangunan kembali di daerah bekas lahan yang sudah mengalami kerusakan, dikenal dengan brownfield sudah lazim digunakan, lahan tersebut dapat berupa TPA dan badan air yang tercemar.
Gambar 1.1 Proyek Dahana Sumber: Dokumentasi Yodiman
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
4
Penelitian yang dilakukan oleh Green Building Council Amerika (USGBC) rata-rata penghematan yang dapat dicapai oleh suatu bangunan hijau antara lain: a. Penghematan energi
= 24 - 50%
b. Penghematan karbon
= 33 - 39%
c. Penghematan air
= 40%
d. Penghematan biaya limbah
= 70%
Greenship, dikenal sebagi suatu alat bantu sistem rating bagi para pelaku industri bangunan, standar yang ingin dicapai dalam penerapan greenship adalah terjadinya suatu bangunan hijau (green building) yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga tahap pengoperasian dan pemeliharaan. Adapun kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi 6 kategori, yaitu: a. Appropriate Site Development/ASD (tepat guna lahan) b. Energy Efficiency and Conservation/EEC (efisiensi dan konservasi energi) c. Water Conservation/WAC (konservasi air) d. Material Resources and Cycle/MRC (sumber dan siklus material) e. Indoor Air Health and Comfort/IHC (kualitas udara dan kenyamanan ruangan) f. Building and environment Management/BEM (manajemen lingkungan bangunan) Penulis
memilih
aspek
yang
pertama,
yaitu
Appropriate
Site
Development/ASD. Pembangunan perkotaan yang tidak terencana menyebabkan konversi lahan hijau menjadi bangunan melaju secara tidak terkendali, hal ini berdampak pada buruknya kualitas udara dan tingginya konsentrasi polutan dan banjir. Di beberapa negara lain, pembangunan kembali di daerah bekas lahan yang sudah mengalami kerusakan, dikenal dengan brownfield sudah lazim digunakan, lahan tersebut dapat berupa TPA dan badan air yang tercemar. 1.2
Per umusan M asalah
1.2.1
Deskripsi Masalah Seperti
yang
kita
tahu
bahwa
konsep
green
sudah
banyak
dikumandangkan di Indonesia. Saat ini, beberapa owner/pemilik mulai
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
5
menyaratkan para calon kontraktor yang akan dipilihnya memiliki kebijakan tentang kelestarian lingkungan, salah satu tujuan dari hal ini adalah agar bangunan yang dikerjakan dapat memenuhi aspek-aspek yang disyaratkan untuk sertifikasi green building. Indonesia sebagai salah satu negara yang diharapkan dunia untuk bisa megurangi efek pemanasan global sudah seharusnya menerapkan dan menegaskan peraturan tentang konsep green building. Pada aspek Appropriate Site Development/ASD sendiri, terdapat beberapa tolak ukur sendiri yang harus dicapai agar suatu bangunan mendapatkan sertifikasi sebagai green building.
1.2.2
Signifikansi Masalah Sudah adanya permintaan dari pihak pemilik modal kepada para
kontraktor agar dapat menerapkan konsep green merupakan PR bagi para kontraktor itu sendiri untuk menjawab tantangan tersebut. Apalagi jika pemerintah sudah bisa menegaskan regulasi terkait konsep green ini. Tentu saja, penerapan konsep green ini berbeda dari konsep konvensional yang memungkinkan terjadinya perubahan pada biaya proyek. Anggapan bahwa green building akan menambah biaya proyek masih kental melekat pada pikiran pengusaha/pemilik modal, hal inilah yang harus lebih ditegaskan oleh pemerintah. Adanya pengembang yang mengeluhkan bahwa biaya penerapan konsep hijau ini dapat menambah hingga sekitar 20 persen [5]. Ridwan Kamil (Arsitek) menuturkan hal itu karena pengembang belum berpengalaman. Ia mengingatkan, sertifikasi merupakan hal penting agar pengembang tidak bisa lagi seenaknya mengaku menerapkan konsep hijau di dalam promosi perumahan dan kawasan pemukiman yang mereka iklankan. Dalam pembangunan gedung perkantoran milik PT. Dahana yang bertemakan bangunan hijau, terjadi penambahan biaya sebesar 13,4% jika dibandingkan dengan bangunan konvensional [6]. Dengan adanya kenaikan besaran nilai yang harus diinvestasikan untuk menerapkan konsep green building ini, menyebabkan pemilik bangunan ataupun investor menjadi berpikir ulang untuk menginvestasikan uangnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
6
Hal yang perlu diketahui oleh para investor dengan menerapkan konsep bangunan ramah lingkungan ini, sesungguhnya dapat memberikan penghematan yang lebih besar bagi mereka dalam tahap operasional gedungnya, yang diperkirakan penghematan yang terjadi adalah sebesar 20-30% per bulannya untuk listrik , dsb [7]. Hal yang perlu diketahui juga bagi owner dan kontraktor adalah bahwa pembangunan Green Building memang akan menambah besarnya biaya proyek pada awalnya, namun hal ini adalah sebuah investasi yang akan lebih menguntungkan dimasa mendatang karena tidak memerlukan biaya yang besar untuk perawatan.
1.2.3
Rumusan Masalah
a. Faktor apa saja dalam aspek Appropriate Site Development yang berpotensi mempengaruhi biaya konstruksi dalam pembangunan green building. b. Seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek Appropriate Site Development dalam green building terhadap besarnya biaya proyek apabila dibandingkan dengan konvensional building. 1.3
T ujuan Penelitian Dalam penelitian ini, diharapkan penulis dapat mengidentifikasi faktor
Appropriate Site Development apa saja yang mempengaruhi biaya proyek konstruksi dan menganalisa seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek Appropriate Site Development terhadap perubahan biaya proyek dalam konstruksi green building jika dibandingkan dengan konvensional building mengingat saat ini green building sudah menjadi trend dalam pembangunan masa kini. 1.4
B atasan M asalah Penelitian ini hanya membahas aspek Appropriate Site Development dan
pengaruhnya terhadap biaya konstruksi. Hal ini terkait penerapan segala penunjang yang berguna untuk memenuhi aspek Appropriate Site Development seperti yang telah ditetapkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia) dalam green building dan pengaruhnya terhadap kenaikan atau mungkin penurunan biaya konstruksi. Dengan lingkup penelitian yang digunakan dalam
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
7
proyek ini adalah studi kasus bangunan gedung perkantoran A di Taman Mini yang bertemakan green building milik PT. A dan kontraktor pelaksananya adalah PT. X. 1.5
M anfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, yaitu:
a. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh green building dan aspek didalamnya (dalam hal ini aspek Appropriate Site Development). b. Bagi Pemilik Modal/Owner Diharapkan para pemilik modal tidak lagi merisaukan tentang penambahan biaya dari konsep green pada bangunannya. 1.6
M odel Oper asional Penelitian Berikut adalah model operasional yang akan digunakan dalam penelitian
ini:
Gambar 1. 2 Model Operasional Penelitian Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
8
1.7
K easlian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang baru dilakukan dan sebelumnya
tidak pernah dilakukan oleh siapapun. Walaupun terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang terlihat mirip, namun penelitian ini tidak sama dengan penelitian terdahulu, seperti “Pengaruh penerapan green construction terhadap kinerja biaya proyek di lingkungan pt.pp (persero), tbk” yang ditulis oleh Suratman. Abstrak: “Kerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia. Proses konstruksi bangunan gedung yang banyak memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bakunya sangat dimungkinkan turut andil dalam menciptakan kerusakan tersebut. Green construction merupakan bagian dari pembangunan yang berkelanjutan diharapkan mampu ikut menjaga kelestarian lingkungan. Perbedaan metode pelaksanaan antara green construction dengan konvensional berpengaruh pada kinerja biaya proyek. Melalui penelitian akan didapatkan faktor dominan yang berpengaruh dan kisaran perbedaan biaya.” Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saat ini ditulis adalah, dalam penelitian ini, digunakan parameter green construction terhadap kinerja biaya proyek, sementara dalam penelitian yang saya lakukan digunakan pengaruh green building khususnya aspek Appropriate Site Development/ASD terhadap biaya konstruksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua penelitian ini merupakan suatu hal yang jelas berbeda.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
BAB 2 DASAR – DASAR TEORI
2.1
Pendahuluan Dalam penyusunan bab 2 ini, digunakan berbagai literatur untuk
mendukung dan membantu penulisan terkait green building, aspek water conservation dan pengaruhnya terhadap biaya. Adapun beberapa sumber pustaka yang akan dikaji di bab ini
adalah Buku ilmiah, Jurnal baik lokal maupun
internasional, Undang-undang, Peraturan Pemerintah atau yang mendukungnya, website terkait, majalah, surat kabar, materi hasil seminar dan sumber lain yang dianggap perlu untuk menunjang tinjauan pustaka penelitian ini. Dengan harapan bab 2 ini dapat menjadi penunjang untuk melakukan penelitian ini. 2.2
G r een B uilding
2.2.1
Pengertian Green Building Bangunan konvensional adalah bangunan gedung biasa di Indonesia yang
tidak terdaftar atau tersertifikasi untuk mendapatkan predikat green building oleh green building council Indonesia. Green Building menurut buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau Greenship Versi 1.0 adalah bangunan ramah lingkungan yang dicapai baik dari tahap perencanaan, pembangunan, maupun pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Green Building merupakan suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah atau fasilitas lainnya. Green Building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memeperhatikan lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari mulai pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, renovasi dan perubahan bangunan (US EPA, 2006) [8].. Menurut GBCI, keuntungan membangun sebuah Green Building adalah [9]: a. Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsi-fungsi gedung,
9 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
10
b. Efisensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air, c. Biaya yang hemat dalam operasional sehari-hari untu energi dan konsumsi air, d. Kesehatan jasmani-rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung, e. Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung, f. Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang, g. Preferensi
pasar
yang
lebih
tinggi,
terutama
perusahaan
internasional/multinasional, h. Didapatnya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri rancang bangun, i. Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien maupun karyawan karena merupakan sebuah produk/perusahaan yang memperhatikan lingkungan, j. Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang diharapkan dapat meneruskan sikap tersebut di rumah tangganya masng-masing dan menimbulkan efek multiplier. Penelitian yang dilakukan oleh Green Building Council Amerika (USGBC) rata-rata penghematan yang dapat dicapai oleh suatu bangunan hijau antara lain: a. Penghematan energi
= 24 - 50%
b. Penghematan karbon
= 33 - 39%
c. Penghematan air
= 40%
d. Penghematan biaya limbah
= 70%
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
11
Gambar 2.1 Green Building Can Reduce Sumber : Materi BEM Training GA, Hadjar Seti Adji
2.2.2
Peraturan Green Building Munculnya perhatian dunia terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan hidup, menyebabkan tercetusnya protokol kyoto sebagai salah satu bentuk kepedulian pemimpin dunia terhadap kondisi lingkungan hidup. Protokol Kyoto merupakan hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kyoto, Jepang, pada 1997 yang merupakan amandemen dari Konvensi Rangka Kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCC) yakni sebuah pesetujuan internasional mengenai pemanasan global. Persetujuan ini mulai berlaku sejak 16 Februari 2005 setelah diratifikasi secara resmi di Rusia pada 18 Novemeber 2004 oleh 141 negara yang mewakili 61% seluruh emisi dunia. Kesepakatan ini mewajibkan negara maju yang disebut Annex I untuk menurunkan emisi gas rumah kaca 5,2 persen dari level 1990, sehingga suhu bumi tidak naik lebih dari 2 derajat Celsius. Amerika Serikat akhirnya menolak meratifikasi Protokol Kyoto, sedangkan Cina, India, dan Brasil ketika itu masih menjadi negara berkembang yang belum maju perekonomiannya. Meski demikian, protokol ini menjadi dasar hukum program program mitigasi dan perdagangan karbon [10]. Jika protokol kyoto sukses
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
12
diberlakukan oleh seluruh negara yang meratifikasinya maka, diprediksi hal tersebut akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050 [11]22.
Di beberapa negara maju dunia, pembangunan green building telah
menjadi suatu trend sejak lama seiring dengan penghematan konsumsi energi yang terus dilakukan dan bahkan pembangunan dengan menerapkan konsep green buiding pada bangunannya dapat menambah nilai jual bangunan itu sendiri. Di Indonesia mungkin konsep ini baru menjadi trend, mengingat kebanyakan pelaku konstruksi masih menganggap pembangunan dengan konsep ramah lingkungan akan meningkatkan biaya konstruksi secara signifikan dan sulit untuk dibangun. Padahal, dalam konsep yang tepat green building mampu menghemat konsumsi energi hingga 50% dengan hanya menambahkan 5% saat pembangunannya [12]. Saat ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang turut meratifikasi green protokol kyoto tersebut, turut serta dalam usaha pelestarian lingkungan dengan membuat suatu peraturan yang berkaitan dengan bangunan hijau
melalui
Peraturan Menteri dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun 2010 yang berjudul “Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan”. Keputusan KLH yang dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 2010 ini merupakan peraturan pertama di Indonesia mengenai Green Building. Keputusan ini mendefinisikan “Green Building” sebagai bangunan yang menerapkan prinsipprinsip lingkungan dalam desain, konstruksi, operasi dan manajemennya, yang semuanya penting bagi mitigasi dampak perubahan iklim. Ada banyak regulasi yang berkaitan dengan green buildings, seperti efisiensi energy, efisiensi air, dan lain lain, tetapi KLH adalah yang pertama yang menggunakan istilah “green building” dalam isi keputusannya. Dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur No.8 Tahun 2011 tentang sertifikasi ‘bangunan hijau’ atau green building merupakan salah satu langkah dari pemda DKI Jakarta untuk turut serta dalam upaya sosialisasi bangunan ramah lingkungan dalam konsep pembangunan masa kini. Setelah peraturan ini nantinya diberlakukan di Jakarta, maka mau tak mau para pengelola maupun pelaku konstruksi harus beralih ke konsep green building. Standarisasi gedung ramah lingkungan menurut Pergub tersebut antara lain menggunakan material daur
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
13
ulang, menggunakan penerangan hemat energi kaca double glassing dan air limbah buangan harus bisa bermanfaat lagi untuk operasional pemeliharaan gedung tersebu, misalnya air toilet dapat didaur ulang menjadi air bersih untuk toilet lagi atau menyiram tanaman [13]24.
2.2.3
Sistem Rating Greenship Sistem Rating (Rating System) adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari
aspek yang dinilai yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (point). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating tersebut, maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Jika jumlah semua nilai (point) yang berhasil dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan Sistem Rating (Rating System) tersebut mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi tertentu.
Sistem Rating dipersiapkan dan disusun oleh Green Building Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap Negara tersebut mempunyai Sistem Rating masing-masing. Sebagai contoh: USA mempunyai LEED Rating (Leadership Efficiency Enviroment Design), Malaysia memiliki Green Building Index, Singapore mempunyai GreenMark, dan Australia mempunyai GreenStar. Konsil Bangunan Hijau Indonesia saat ini telah memiliki rating sistem bernama Greenship. Sistem rating ini disusun bersama-sama dengan keterlibatan stakeholder dari profesional, industri, pemerintah, akademisi, dan organisasi lain di Indonesia. Dalam pencapaian green building yang tercantum dalam greenship GBCI terdapat persyaratan awal yang harus dicapai sebelum mencapai rating-rating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada. Berikut adalah persyaratan awal yang harus dicapai: a. Luas Bangunan Sekurang-kurangnya 2500 m2. Batasan ini diterapkan karena bangunan gedung yang besar berpotensi memerlukan energi dan sumber daya dalam jumlah yang besar pada saat membangun, mengoperasikannya, dan memeliharanya. Kondisi ini membuat keberadaan gedung tersebut dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
14
lingkungan, sehingga dengan melakukan perbaikan yang dimulai pada gedung baru berskala besar dapat dirasakan bagaimana pengaruhnya secara nyata pada lingkungan. b. Lokasi tapak bangunan sesuai untuk peruntukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat. Hal ini bertujuan agar terjadinya pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya dan mendorong pengendalian pembangunan
sehingga tercipta
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang. c. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan green building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh GBCI. Hal ini bertujuan agar pihak pemilik atau manajemen gedung dapat bekerja sama dengan pihak GBCI untuk menghimpun database yang akurat sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating GREENSHIP, baik untuk bangunan baru mauppun bangunan eksisting. d. Akan menyertakan salinan dokumen upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) ynang disahkan bapedal. Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia, dengan teknologi yang tepat manusia akan mendapatkan manfaat dan dampak positif dari pembangunan tersebut, namun disaat yang sama terjadi dampak negatif pada lingkungan akibat teknologi itu sendiri. Oleh sebab itu, penyerahan
dokumen
pembangunan
terhadap
ini
bertujuan
untuk
lingkungannya
mendukung
sehingga
pengendalian
terwujud
konsep
berkelanjutan. e. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan dibuat tahan gempa. Indonesia berada pada daerah yang sarat dengan bencana gempa bumi,, oleh karena itu pembangunan tersebut haruslah menjamin keamanan dan keselamatan penghuni gedung tersebut dari ancaman bahaya gempa bumi serta mampu mempertahankan fungsi bangunan tersebut sevcara optimal dan atas ketahanan strukturnya dan konstruksi terhadap beban bencana gempa.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
15
f. Bersedia menandatangani surat yan menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standart pemakai gedung untuk penyandang cacat. Lingkungan yang inklusif merupakan salah satu bentuk usaha dalam mewujudkan keberlanjutan dari aspek sosial yang tentunya akan berdampak positif pada aspek ekonomi maupun lingkungan. Dengan mendorong pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan kesempatan sehingga berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan. g. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan. Kebakaran menimbulkan kerugian tidak hanya dari segi materi tetapi juga sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, diterapkan sistem proteksi terhadap kebakaran yang bertujuan untuk menurunkan resiko terjadinya kebakaran pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung terjamin. Kriteria penilaian pada Greenship dikelompokkan menjadi 6 kategori, yaitu: a. Appropriate Site Development/ASD (tepat guna lahan) Pembangunan kawasan urban yang dilakukan harus dapat menunjang keberlanjutan kawasan dan kualitas ruang secara makro tanpa mengurangi kualitas
lingkungan dan kualitas hidup manusia. Dalam aspek ini, yang
diperhatikan adalah aspek lokasi dan lahan yang berada pada bangunan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya pula, yang diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif terhadap lingkungan hidup adan lingkungan sekitarnya. b. Energy Efficiency and Conservation/EEC (efisiensi dan konservasi energi) Konsumsi energi paling besar dialokasikan ada operasional pengondisian suhu ruang dalam gedung berupa pendingin ruangan, transportasi vertikal, dan penerangan. Oleh sebab itu, dalam aspek ini akan dibahas berbagai persyaratan untuk mengefisiensi dan konservasi energi. Pengoperasian sistem yang baik dapat memerangi perubahan iklim, sejak tahap desain, hingga pengoperasian
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
16
gedung, sehingga efisiensi konsumsi energi dapat meningkat dan jejak karbon, potensi pemanasan global serta potensi penipisan ozon pun berkurang. c. Water Conservation/WAC (konservasi air) Saat ini air menjadi suatu sumber daya yang harus dijaga, mengingat manusia tidak dapat melepaskan diri dari air dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam aspek ini, dibahas berbagai aspek yang menunjang rangkaian konservasi (penyimpanan) air dalam bangunan tersebut, mengingat pentingnya fungsi air dalam kehidupan manusia. d. Material Resources and Cycle/MRC (sumber dan siklus material) Pembalakan hutan dan eksploitasi yang tidak dikelola dengan baik dapat menghancurkan dan menggangu keseimbangan sumber daya alam yang ada. Untuk menahan eksploitasi laju sumber daya alam tidak terbarui, diperlukan upaya memperpanjang daur hidup material. Dalam aspek ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan alam melalui pengelolaan daur hidup material yang lebih baik, dan diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk pembangunan berkelanjutan yang membawa keseimbangan dan pelestarian alam. e. Indoor Air Health and Comfort/IHC (kualitas udara dan kenyamanan ruangan) Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan, oleh sebab itu kualitas udara yang buruk dapat menurunkan produktivitas kerja dari manusia. Dalam aspek ini dibahas, bagaimana pengontrolan kualitas udara yang baik dalam green building sehingga dapat menjaga kesehatan pengguna gedung.
f. Building and environment Management/BEM (manajemen lingkungan bangunan) Perencanaan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, data dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau.
Dalam aspek ini, memberikan
penekanan pada pentingnya faktor manusia sebagai salah satu sumber daya
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
17
yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu bangunan hijau yang pengoperasiannya, diperlukan suatu standar manajemen yang terencana dan baku untuk mengarahkan tindakan dari pelaku operasional bangunan. Untuk menciptakan sebuah green building, harus dilaui serangkaian proses. Bagi sebuah bangunan baru, tentunya terlebih dahulu ditetapkan bahwa bangunan yang akan dirancang dan dibangun akan menjadi suatu green building. Pemilik atau pihak manajemen sudah harus menetapkan peringkat mana yang ingin dicapai. Penetapan tujuan ini diperlukan karena untuk mencapai tingkatan tertentu tentu diperlukan pencapaian nilai minimum. Semakin tinggi peringkat yang diinginkan, semakin banyak nilai yang harus dicapai. Pencapaian nilai minimum ini mencerminkan usaha dan produk akhir tertentu yang diharapkan berlanjut hingga ke pengoperasian. Dari awal tentu pemilik sudah dapat memproyeksikan apakah usaha yang dilakukan setara dengan pengembalian investasi yang akan diperoleh atau tidak. Ada empat tingkat peringkat GREENSHIP, yaitu
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
18
Tabel 2.1 Peringkat Greenship PREDIKAT PLATINUM EMAS PERAK PERUNGGU
NILAI TERKECIL PERSENTASE (%) NILAI 70 73 54 57 44 46 33 35
Sumber : Buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau Greenship Versi 1.0
2.3
A ppr opr iate Site Development (A SD) Perkembangan kawasan urban berkembang dengan sangat pesat karena
umumnya pemilihan lokasi pembangunan di Indonesia lebih mengutamakan faktor harga tanah daripada faktor lingkungan hidup dan pertimbangan keberlanjutan. Persepsi bahwa pembangunan yang menggunakan lahan baru dinilai lebih murah daripada menggunakan lokasi yang dilengkapi oleh berbagai jaringan fasilitas umum meningkatkan laju urban sprawl sehingga konversi lahan rural menjadi urban semakin tidak terelakkan. Seiring dengan pertumbuhan luasnya kawasan urban, ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang mendukung populasi penduduk justru semakin terbatas. Selain itu, gaya hidup urban menyerap banyak energi dan air serta menghasilkan CO2 dan jejak karbon yang besar. Pembangunan kawasan urban yang dilakukan harus dapat menunjang keberlanjutan kawasan dan kualitas ruang secara makro, tanpa mengurangi kualitas lingkungan dan kualitas hidup manusia seperti produktivitas, kesempatan kerja, dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Sebaliknya, semua itu mestinya dapat meningkat. Dengan memerhatikan aspek lokasi dan lahan, diharapkan adanya upaya mengurangi pengaruh negatif keberadaan bangunan terhadap lingkungan hidup dan lingkungan sekitarnya.
2.3.1
Basic Green Area/Area Dasar Hijau Pembangunan perkotaan yang tidak terencana menyebabkan konversi
lahan hijau menjadi bangunan melaju yang tak terkendali. Salah satu akibatnya adalah kualitas udara yang buruk serta tingginya konsentrasi polutan dan banjir. Kualitas udara disebabkan CO2 sebagai hasil aktivitas manusia tidak dapat terserap oleh tanaman yang jumlahnya sedikit. Banjir terjadi karena tidak adanya
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
19
daerah resapan air, yang disebabkan tertutupnya tanah oleh bangunan dan pengerasan permukaan lahan. Untuk itu, perlu didorong adanya tindakan yang segera untuk mengatasi hal ini. Basic Green Area merupakan salah satu persyaratan dari aspek Appropriate Site Develepment, tolak ukur yang dilihat dari persyaratan ini, yaitu adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak. Area ini memiliki vegetasi mengikuti Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a) dengan komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan. Vegetasi itu sendiri menurut Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah keseluruhan tumbuhan dan tanaman yang menutupi permukaan tanah. Isi dari Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a), yaitu: (2) Vegetasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta peruntukannya, yaitu: a. botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah/permukaan; Kriteria Vegetasi untuk RTH Pekarangan dalam Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH): a. Kriteria Vegetasi untuk RTH Pekarangan Rumah Besar, Pekarangan Rumah Sedang, Pekarangan Rumah Kecil, Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut: a) memiliki nilai estetika yang menonjol; b) sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan c) bangunan;
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
20
d) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran e) tidak mengganggu pondasi; f) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain g) seimbang; h) jenis tanaman tahunan atau musiman; i) tahan terhadap hama penyakit tanaman; j) mampu menjerap dan menyerap cemaran udara; k) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran l) burung. b. Kriteria Vegetasi untuk Taman Atap Bangunan dan Tanaman dalam Pot a) tanaman tidak berakar dalam sehingga mampu tumbuh baik dalam pot atau bak tanaman; b) relatif tahan terhadap kekurangan air; c) perakaran dan pertumbuhan batang yang tidak mengganggu struktur bangunan; d) tahan dan tumbuh baik pada temperatur lingkungan yang tinggi; e) mudah dalam pemeliharaan.
Tabel 2.2 Contoh Tanaman untuk Roof Garden
No. I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis dan Nama Tanaman Perdu/semak Akapali merah Nusa Indah merah Daun Mangkokan Bogenvil merah Azalea Soka daun besar Bakung Oleander Palem Kuning Sikas
Nama Latin Acalypha wilkesiana Musaenda erytthrophylla Notophanax scutelarium Bougenvillea glabra Rhododendron indicum Ixora javonica Crinum asiaticum Nerium oleander Chrysalidocaus lutescens Cycas revolata
Keterangan Daun berwarna Berbunga Berdaun unik Berbunga Berbunga Berbunga Berbunga Berbunga Daun berwarna Bentuk unik
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
21
Tabel 2.2 (sambungan) No. 11 12 13 II 1 2 3
Jenis dan Nama Tanaman Alamanda Puring Kembang Merak Ground Cover Rumput Gajah Lantana ungu Rumput kawat
Nama Latin Aalamanda cartatica Cidiaeum varigatum Caesalphinia pulcherima
Keterangan Merambat berbunga Daun berwarna Berbunga
Axonophus compressus Lantana camara Cynodon dactylon
Tekstur kasar Berbunga Tekstur sedang
Sumber: Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2.3.2
Site Selection/Pemilihan Tapak Site selection bertujuan untuk menghindari pembangunan di area
greenfileds dan menghindari pembukaan lahan baru. Di beberapa tempat di negara lain, adanya pembangunan kembali di daerah bekas lahan yang sudah mengalami kerusakan yang dikenal dengan brownfield merupakan hal yang lazim digunakan. Lahan yang dimaksud dapat berupa TPA, badan air yang tercemar, dan daerah padat yang sarana dan prasarananya di bawah standar. Selain itu, salah satu akibat pembangunan perkotaan yang tidak terencana adalah meluasnya wilayah daerah belakang perkotaan (hinterland and suburban) yang umumnya menyerang kawasan pertanian yang berfungsi sebagai sumber pasokan makanan dan daerah penyangga. Tetapi keadaan ini berlangsung terusmenerus sehingga daerah ini makin lama makin meluas. Pada kenyataanya daerah perkotaan dapat ditingkatkan kepadatannya dengan pembangunan yang lebih vertikal dan melakukan revitalisasi lingkungan. Karena itu, perlu didorong adanya gerakan untuk mengoptimalkan lahan yang ada di perkotaan. Kategori Site Selection memiliki 2 tolak ukur, yaitu: a. Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi sarana dan prasarana serta telah memenuhi standar Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun san Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraf ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68 yang masih berdensitas rendah, yaitu
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
22
tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha). b. Untuk pembangunan yang berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan, seperti tempat pembuangan akhir (TPA), badan air yang tercemar, dan daerah padat yang sarana dan prasarananya di bawah standar Peraturan
Menteri
Perumahan
Rakyat
Republik
Indonesia
32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun san Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraf ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68, revitalisasi dilakukan dengan melengkapi tapak dengan sarana prasarana tersebut.
Gambar 2.2 Peraturan Pemerintah RI No. 80 Tahun 1999 Paragraf Ketiga tentang Persyaratan Umum Utilitas Kasiba Pasal 68 Butir a-e Sumber:Peraturan pemerintah RI No.80 Tahun 1999
2.3.3
Community Accessibility/Aksessibilitas Komunitas Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, tentang
Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial, termuat definisi akan fasilitas sosial, yaitu ; fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
23
lingkungan permukiman
yang meliputi fasilitas: kesehatan, pendidikan,
perbelanjaan dan niaga, peribadatan, rekresi/budaya, olahraga dan taman bermain, pemerintah & pelayanan umum serta pemakaman umum. Sedangkan Prasarana lingkungan meliputi jalan, saluran pembuangan air limbah dan saluran pembuangan air hujan serta utilitas umum terdiri dari Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, kebersihan/pembuangan sampah dan pemadam kebakaran. Kebutuhan akan fasilitas sosial ini satu sama lainnya akan berbeda dan sangat tergantung pada minimal jumlah penduduk pendukung yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas sosial. Berdasarkan ketentuan Kepmen PU No. 378/KPTS/1987, maka pedoman penyediaan setiap fasilitas sosial adalah seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Tabel Standar Pembangunan Fasos pada Perumahan/Pemukiman
No 1
Jenis Fasilitas Sosial
L. (M2) Lahan
L. (M2) Bangunan
Kapasitas
Pendidikan 1200
15 252 m2/murid
6000
2340
15 585 m2/murid
SMP
28000
13154
15 1577 m2/murid
SMU
42000
16890
15 3390 m2/murid
TK
1000
SD
2
Min. Penduduk Pendukung (p)
Kesehatan Puskesmas Balai pengobatan Klinik bersalin Apotek
30000
1650 -
0,1 m2/p
3000
300 -
0,16 m2/p
6000
1200 -
200 m2/1000p
10000
250 -
0,35 m2/p
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
24
Tabel 2.3 (Sambungan) No
Jenis Fasilitas Sosial
Praktek dokter 3
Perbelanjaan dan Niaga Pusat Perbelanjaan Pertokoan Kios
4
Kantor polisi Kantor pos pembantu Pos hansip/gardu jaga+bBalai pertemuan
Mushola
Gd. Serbaguna
1 dok/3000p
500 -
30000
13500
4500 0,45m2/p
2500
1250
450 0,5 m2/p
250
100
50 1 m2/p
30000
500 -
0,13 m2/p
30000
200 -
0,13 m2/p
30000
100 -
0,13 m2/p
2500
300 -
0,16 m2/p
30000 -
-
1,2 m2/jemaah
2500 -
-
1,2 m2/jemaah
30000
2000 -
0,13 m2/p
120000
24000 -
30000
9000 -
250
250 -
1 m2/p
2500
750 -
0,3 m2/p
-
Olahraga dan Lapangan GOR
8
Kapasitas
Rekreasi dan kebudayaan Gd. Bioskop
7
3000
L. (M2) Bangunan
Peribadatan Mesjid
6
L. (M2) Lahan
Pemerintah & Ply. Umum Kantor pem. Lingkungan
5
Min. Penduduk Pendukung (p)
Taman Lapangan Olahraga Pemakaman Umum
2% -
0,3 m2/p
-
-
Sumber: Standar Pembangunan Fasos pada Perumahan/Pemukiman
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
25
Terdapat beberapa tolak ukur dalam kategori ini, yaitu: a. Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. b. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki. c. Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal. d. Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari.
2.3.4
Public Transportation/Transportasi Massal Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Alat Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Disini hanya akan dibahas transportasi darat. Angkutan
Jalan
adalah
kendaraan
yang
diperbolehkan
untuk
menggunakan jalan. Angkutan jalan ini diantaranya adalah : a. Sepeda Motor, adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping. b. Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. c. Mobil Bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
26
d. Mobil Barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus. Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman. Angkutan umum yang juga sering digunakan oleh masyarakat adalah kereta apai. Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif besar sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara. Kondisi transportasi umum di Indonesia cukup kompleks. Keberadaan transportasi umum perkotaan di negeri ini memiliki lebih dari satu jenis moda transportasi, di antaranya bus umum, angkutan perkotaan, metromini, dan bemo. Selain itu, juga terdapat transportasi umum yang nontrayek, seperti taksi, ojek, bajaj, becak, dan delman. Sistem transportasi perkotaan yang bersifat rapid transit juga dikembangkan di Indonesia, antara lain Bus Rapid Transit (bus way) dan kereta komuter rel listrik (KRL). Sebagian besar transportasi umum tersebut kurang ter-manage dengan baik, yang menyebabkan kondisi yang kurang teratur di segala aspek. Kondisi lalu lintas yang semakin bertambah padat, dengan banyaknya kendaraan pribadi dan transportasi umum, menyebabkan kemacetan jaringan transportasi di perkotaan besar di Indonesia. Pengurangan kendaraan pribadi akan mengurangi jumlah kendaraan di jalanan, yang secara langsung juga berdampak pada pengurangan emisi CO2 dari kendaraan bermotor.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
27
Tolak ukur yang terdapat pada ketogori ini, yaitu: a. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp. atau b. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung. c. Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Bab 2B.
2.3.5
Bicycle/Fasilitas untuk Pengguna Sepeda Tujuan dari kategori ini adalah mendorong penggunaan sepeda bagi
penghuni dan tamu gedung dengan memberikan fasilitas yang memadai bagi penggunanya sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor Saat ini pertambahan populasi mobil sebagai kendaraan kelas menengah tidak dapat dihindari. Mobil dan kendaraan bermotor lainnya masih mendapatkan fasilitas yang cukup besar, khususnya pada kota-kota besar di Indonesia. Salah satu substitusi potensialnya adalah penggunaan sepeda, terutama sebagai sarana transportasi alternatif untuk bepergian ke tempat bekerja. Berbeda dengan mobil dan kendaraan bermotor, selama ini keberadaan sepeda justru kurang mendapat perhatian dan fasilitas. Dan berbeda dengan di kota-kota yang relatif lebih kecil seperti Yogyakarta, sepeda telah difasilitasi oleh pemerintah dengan dibangunnya lajur khusus untuk sepeda. Beberapa kota di Jawa memang memiliki sejarah dalam transportasi sepeda, sehingga sepeda bisa dianggap sebagai gaya hidup tradisional di Indonesia. Bahkan sejumlah universitas telah menyediakan tempat bersepeda.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
28
Terdapat beberapa tolak ukur pada kategori ini, yaitu: a. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung. b. Apabila butir 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda.
2.3.6
Site Landscaping/Lansekap pada Lahan Indonesia, dengan kondisi keanekaragaman hayati yang tinggi dan dengan
keunggulannya masing- masing, sudah sepatutnya perlu mengembangkan ekologi lansekap yang baik, yang meliputi penataan ruang berdasarkan struktur lahan, fungsi lingkungan, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi lingkungannya. Keunggulan dari kemampuan tanaman tersebut sangat diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi green building dalam bentuk optimal\isasi ruang terbuka hijau (RTH) dalam bentuk koefisien daerah hijau (KDH) pada lahan pembangunan green building. Degradasi RTH di perkotaan dapat membuat berkurangnya kualitas lingkungan. Kondisi RTH di Jakarta, sebagai contoh, saat ini hanya 9% dari perencanaan tata ruang RTH yang sebesar 30% (PU, 2009). Apabila kondisi pemenuhan RTH ini tidak dapat dicapai, akan terjadi penurunan kualitas lingkungan berupa pencemaran udara dan banjir yang semakin meningkat, penurunan keanekaragaman hayati, peningkatan panas, dan berbagai masalah sosial seperti ketidaknyamanan dan stres. Tujuan dari kategori ini adalah memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup mengurangi limpasan permukaan terhadap beban sistem drainase sehingga meminimalkan dampak terhadap neraca air bersih dan sistem air tanah, mengurangi heat island, reduksi CO2 dan zat polutan lain pencegah erosi, konservasi lahan dan penanganan polusi. Terdapat beberapa tolak ukur pada kategori ini, yaitu: a. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
29
garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan. b. Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 di atas. c. Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% luas tajuk/ jumlah tanaman.
Gambar 2.3 Roof Garden Sumber : Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
30
Gambar 2.4 Terrace Garden Sumber : Wikipedia
Gambar 2.5 Wall Garden Sumber : Wikipedia
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
31
2.3.7
Micro Climate/Iklim Mikro Tingginya laju urbanisasi yang ditandai dengan meningkatnya lahan
terbangun (pemukiman dan industri) menjadi salah satu penyebab meluasnya iklim mikro pada urban heat island, yaitu bertambah luasnya area yang bersuhu tinggi atau di atas 30oC (Tursilowati, 2007). Meluasnya heat island akan menyebabkan penurunan kenyamanan kehidupan manusia. Kondisi di Indonesia yang suhu udaranya relatif panas menjadi bertambah panas sehingga manusia membutuhkan pendingin seperti AC dan kipas angin yang lebih besar. Situasi ini akhirnya akan berdampak pada pemborosan energi listrik dan polusi yang menyebabkan green house effect. Perlu dipikirkan penataan ruang yang memperhitungkan luasan dan formasi area hijau dan tingginya kepadatan penduduk. Mengingat semakin meluasnya penyebaran kawasan urban di setiap kota di Indonesia, perubahan iklim mikro di setiap kota akan berdampak pada pemanasan global. Tujuan dari kategori ini adalah memperbaiki kondisi iklim mikro mencakup kenyamanan suhu, angina, dan kualitas lingkungan manusia di luar ruangan pada sekeliling bangunan sehingga memengaruhi kondisi udara di dalam ruangan. Kategori ini memiliki beberapa tolak ukur, yaitu: a. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan. b. Menggunakanberbagaimaterialuntukmenghindariefekheatislandpadaareanonatap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan. c. Desain menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.2.3.c mengenai Sabuk Hijau. dan/atau d. Desain lansekap menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
32
2.3.8
Stormwater Management/Manajemen Air Limpasan Hujan Indonesia sebagai negara tropis memiliki kondisi rata-rata curah hujan
yang berbeda-beda di setiap daerah, dengan rata-rata per bulan 360 mililiter. Keuntungan dari keadaan ini adalah ketersediaan air yang cukup, namun berdampak buruk apabila limpasan air hujan itu tidak dikelola dengan baik sehingga bisa menimbulkan genangan air dan polusi air permukaan. Pada beberapa tempat, jenis tutupan lahan seperti gedung, perumahan, jalan, trotoar, dan lahan parkir dapat menyebabkan water run off sehingga air yang terserap ke tanah menjadi berkurang. Saluran limpasan air hujan yang tidak terawat
juga
menimbulkan
genangan,
yang
akan
menjadi
tempat
perkembangbiakan nyamuk, kecoa, dan tikus. Jenis binatang ini tentunya dapat menggangu kesehatan manusia. Tujuan dari kategori ini adalah mengurangi beban jaringan drainase kota dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara terpadu. Kategori ini juga memiliki beberapa tolak ukur, yaitu: a. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. b. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. c. Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan. d. Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan. 2.4
Per bedaan B iaya Dalam Pr oyek G r een B uilding Biaya (cost) adalah pengeluaran atau pengorbanan yang tak terhindarkan
untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat; pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman, pengepakan, dan penjualan dimaksudkan untuk memperoleh
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
33
penghasilan; dalam laporan laba rugi perusahaan, komponen biaya merupakan pengurang dari pendapatan; pengertian biaya berbeda dengan beban; semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban adalah biaya [14]47. Dalam sebuah proses konstruksi terdapat dua jenis biaya yakni direct cost (biaya langsung)
dan
indirect cost (biaya tidak langsung). Biaya langsung adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kehiatan yang berhubungan langsung dengan konstruksi yang bersangkutan, hasil dari pembiayan ini pada umumnya dapat berupa fisik, seperti: biaya material, tenaga kerja, peralatan, subkontraktor. Sementara, biaya tidak langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan yang tidak berkaitan dengan proyek konstruksi yang bersangkutan dan hasilnya biasanya tidak berbentuk fisik. Menurut Alhuja:1990 yang diutip dari Laode Moh. Saidin: 2003, biaya tidak langsung meliputi field cost, overhead cost, interest cost , contingencies dan escalation [15]48. Secara matematis, biaya langsung diperoleh dari hasil perkalian antara kuantitas pekerjaan dan faktor unit price, sementara untuk biaya tidak langsung biasanya untuk menutupi biaya tetap, resiko dan keuntungan bagi pelaksana proyek.
Menurut versi kontraktor, biaya tidak
langsung ini merupakan biaya tidak standar yang jumlahnya berbeda-beda tiap proyek tergantung pada situasi dan kondisi dari perusahaan ataupun proyek tersebut [16]49. Cost structure adalah susunan biaya yang dibuat secara detail agar pemilik perusahaan mengetahui biaya mana yang sangat diperlukan, mana yang tidak diperlukan, ataupun biaya mana yang sangat mendesak dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk kepentingan perencanaan suatu bisnis atau proyek [17]50.
2.4.1
Proses Penyusunan Biaya Proyek Menurut Project Management Body Of Knoledge (PMBOK), manajemen
biaya proyek merupakan deskripsi dari proses-proses dalam perencanaan, estimasi, penganggaran, dan pengendalian biaya sehingga proyek dapat diselesaikan dengan anggaran yang telah ditentukan. Kegiatan pembiayaan terdiri dari : a. Estimasi biaya
: Proses pengembangan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas proyek.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
34
b. Penentuan anggaran
: Proses menjumlahkan estimasi biaya setiap aktivitas atau paket pekerjaan untuk membuat baseline biaya.
c. Pengendalian biaya
:
Proses
monitoring
status
proyek
untuk
memperbaharui anggaran proyek dan mengelola perubahan terhadap baseline biaya.
Gambar 2.6 Bagan Project Cost Management Overview Sumber : PMBOK 2008
Estimasi biaya merupakan tahap awal dari proses perencanaan konstruksi. Menurut Asiyanto, dalam menyelesaikan terdapat 4 tahap yang dalam estimasi biaya yaitu : a. Evaluation and Planing Tahap ini desain proyek belum ada tetapi masih dalam bentuk gagasan. Preeliminary Estimate dihitung dengan perhitungan kasar (global), dimanana perhitungan ini berguna untuk menganalisa keputusan tentang study kelayakan (feasibility study). b. Conceptual Engineering
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
35
Perhitungan biaya pada tahap ini sudah lebih detail daripada tahap sebelumnya. Desain proyek yang telah memenuhi feasibility study kemudian dibuat sehingga estimasi biaya sudah dapat dihitung berdasarkan kuantitas pekerjaan dan informasi harga satuan. c. Tahapan Detailed Engineering definitive estimate merupakan tahapan estimasi biaya yang telah lengakap informasinya. Dalam tahap ini komponen yang telah ada meliputi gambar kerja sebagai biaya metode konstruksi yang meliputi penggunaan sumber daya dan kondisi lokasi proyek. Estimasi biaya pada tahap ini dilakukan oleh owner sebagai owner estimate dan bid price oleh kontraktor. Estimasi yang dibuat owner bertujuan untuk meminimalisasi biaya investasi, namun kontraktor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. d. Tahapan Construction Dalam tahapan ini, pembangunan sedang berlangsung sehingga tidak perlu lagi dibuat estimasi pembiayaan. Didalam tahap ini, pengendalian biaya dari budget yang telah disusun menjadi sangat penting. Menurut A guide to the project management body of knoledge (PMBOK GUIDE) fourth edition,
cost
budgeting merupakan proses pengumpulan atau penjumlah untuk perkiraan biaya pada suatu jenis kegiatan atau paket pekerjaan untuk mendapatkan harga dasar yang sesungguhnya. Secara garis besar, maka input, tools dan output dari proses cost budgetingadalah sebagai berikut:
Gambar 2.7 Proses Cost Budgeting Sumber : A guide to the project management body of knowledge (PMBOK GUIDE) fourth edition, 2008.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
36
Proses konstruksi tidak jarang terjadi perubahan kontrak yang lebih dikenal dengan Contract Change Order. Menurut Fisk (2006) change order merupakan surat kesepakatan anatar pemilik dan kontraktor untuk menegasakan adanya revisi-revisi rencana, dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor. Tujuan dari change order menurut Fisk (2006) adalah : • Untuk mengubah rencana kontrak dengan adanya metoda khusus dalam pembayaran. • Untuk mengubah spesifikasi pekerjaan, termasuk perubahan pembayaran dan waktu kontrak dari sebelumnya. • Untuk persetujuan tambahan pekerjaan baru, dalam
hal ini termasuk
pembayaran dan perubahan dalam kontrak. • Untuk tujuan administrasi, dalam menetapkan metoda pembayaran kerja ekstra maupun penambanhannya. • Untuk mengikuti penyesuaian terhadap harga satuan kontrak bila ada perubahan spesifikasi. • Untuk pengajuan pengurangan biaya intensif proposal ada perubahan proposal value engineering. • Untuk menyesuaikan skedul proyek akibat perubahan. • Untuk menghindari perselisihan antara pihak kontraktor dan pemilik. Dalam proses pengerjaan proyek green ini terjadi perubahan kondisi dimana kontraktor maupun owner menginginkan bangunan tersebut menjadi bangunan hijau. Dalam pelaksanaan nantinya tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan design yang terjadi akibat penerapan konsep green building.
2.4.2
Hal yang Membedakan Biaya dalam Proyek Green Building Aspek Appropriate Site Development (ASD) yang terdapat pada
Greenship ini berpengaruh pada biaya proyek yang dihasilkan dengan rincian: a. Basic Green Area Target
: Memelihara atau memperluas kehijauan kota.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
37
Metode
: Menganalisa gambar rencana tapak dan detail yang memuat
informasi mengenai vegetasi, apakah terdapat luas area minimum untuk vegetasi sebesar 10% dari luas total lahan. b. Site Selection Target
: Menghindari pembangunan di area greenfields dan menghindari
pembukaan lahan baru. Metode
:
a) Menganalisa peta lokasi, apakah menunjukkan adanya sarana dan prasarana yang memenuhi standar Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun san Lingkungan
Siap
Bangun
yang
Berdiri
Sendiri,
yaitu
tingkat
okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha). b) Menganalisa gambar rencana revitalisasi, apakah menunjukkan adanya sarana dan prasarana yang memenuhi standar Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun san Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraf ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68, yaitu revitalisasi dilakukan dengan melengkapi tapak dengan sarana prasarana tersebut. c. Community Accessibility Target
: Mendorong pembangunan di tempat yang sudah memiliki
jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian pengguna gedung. Metode
:
a) Menganalisa peta lokasi bangunan apakah terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. b) Menganalisa peta lokasi bangunan apakah ada akses pejalan kaki ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki. c) Menganalisa peta lokasi apakah tersedia fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
38
d. Public Transportation Target
: Penghuni gedung dan tamu gedung menggunakan kendaaraan
umum. Metode
:
a) Menganalisa peta lokasi bangunan apakah terdapat halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m dari gerbang lokasi bangunan. b) Menganalisa rencana tapak dan detail yang menunjukkan penyediaan fasilitas menunggu transportasi umum bagi pengguna gedung. e. Bicycle Target
: Penghuni gedung dan tamu gedung menggunakan sepeda.
Metode
:Perhitungan jumlah parkir sepeda terhadap penghuni gedung (1
unit parker sepeda per 20 pengguna gedung). f. Site Landscaping Target
: Memelihara atau memperluas kehijauan kota.
Metode
: Menganalisa gambar rencana lansekap apakah terdapat area
vegetasi yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. g. Microclimate Target
: Memperbaiki kondisi iklim mikro.
Metode
:
a) Menganalisa spesifikasi material (atap dan non-atap) yang nilai albedonya minimum 0.3. b) Menganalisa gambar rencana dan detail tapak yang menunjukkan fasilitas pedestrian h. Storm Water Management Target
: Mengurangi beban jaringan drainase kota dari kuantitas limpasan
air hujan. Metode
: Menganalisa laporan penanganan stormwater yang berisi skema
penanganan dan rencana penanganan stormwater. Setelah melaksanakan metode yang digunakan pada setiap aspek, didapatkan perbandingan biaya gedung yang menggunakan green building dengan gedung konvensional. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pekerjaan Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
39
suatu proyek gedung perkantoran yang dibangun PT X, dapat dilihat bahwa pengaruh penerapan aspek-aspek green building dalam proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 4 Perubahan Biaya Proyek Gedung X
No. Kode rating 1
ASD-3
2
ASD-4
3
EEC-1
4
EEC-1
5
EEC-2
Teknologi Green Building yang teraplikasi Fasilitas Jalur Pedesrtian Parkir sepeda dan shower Stopsol dan ceramic glass AC sistem Water Control Lux dan Motion Sensor
Konvensional
RAB Tambah
%
Rp -
Rp 724.804.338
1,63
Rp -
Rp 17.400.000
0,04
Rp 560.022.224
Rp 902.430.513
0,77
Rp 1.042.413.080 Rp 2.088.000.000 2,35 Rp -
Rp 612.304.000
1,38
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
40
Tabel 2.4 (sambungan)
No. Kode rating
Teknologi Green Building yang teraplikasi
Konvensional
RAB Tambah
%
Water Recycling
Rp 288.643.200
Rp 568.127.313
0,63
Rp. -
Rp 550.000.000
1,24
RP 2.513.236.138
Rp 4.526.490.549
4,52
Rp 179.152.584
Rp 338.196.839
0,36
Rp -
Rp 184.800.000
0,42
Rp 4.583.467.226
Rp 10.512.553.552
13,32
6
WAC-3
7
WAC-6
8
MRC-2
9
MRC-4
Sensor dan Control Irigasi Penggunaan material daur ulang Kayu bersertifikat legal dan FSC
10
IHC-1
CO2 Monitoring
Biaya Total Material
Sumber: Data Pembangunan Gedung X dari PT X
Berdasarkan tabel diatas, maka kita dapat melihat bahwa besarnya pengaruh penarapan water conservation terhadap biaya konstruksi adalah sebesar 1,67% yang diperoleh dari kategori ASD 3 dan ASD 4. 2.5
K er angka B er fikir Dan H ipotesa
2.5.1
Kerangka Berfikir Dalam melakukan proses penelitian, perlu adanya uraian kerangka berfikir
guna menjelaskan alur penelitian. Penulis menarik rumusan masalah berdasarkan latar belakang penulisan yang kemudian dikaitkan dengan studi literatur dan data historis yang terkait. Hipotesa kemudian dirangkum dari hasil kajian pustakan dan menjadi kesimpulan sementara penelitian ini. Berikut adalah kerangka berfikir dari penelitian:
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
41
Gambar 2. 8 Kerangka Berpikir Sumber: Olahan Sendiri
2.5.2
Hipotesa Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari studi literatur, diperoleh data
penerapan green building ternyata dapat menambah biaya konstruksi. Dalam aspek Appropriate Site Development ini, penambahan biaya yang terjadi adalah pada komponen material yang dipakai, pada ASD 3 Fasilitas Jalur Pedesrtian dan ASD 4 Parkir sepeda dan shower. Kenaikan biaya yang dihasilkan sebesar 1,67%. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa aspek Appropriate Site Development dapat menambah biaya konstruksi.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Pendahuluan Dalam sebuah penelitian, perlu adanya perancangan alur penelitian yang
sistematis dan terorganisir sehingga penelitian dapat dilakukan secara efektif dan tepat pada sasaran tujuan penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang metode penelitian yang akan menjelaskan mengenai kerangka berfikir yang menjelaskan masalah utama penelitian dan langkah-langkah dan metode penelitian yang akan dilakukan. 3.2
Pemilihan Str ategi Penelitian Dalam menentukan strategi penelitian perlu dipertimbangkan tiga hal,
yaitu jenis pertanyaan yang akan digunakan, kendala terhadap peristiwa yang akan diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang atau baru diselesaikan. Adapun jenis metode penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel strategi penelitian untuk masing-masing situasi :
Tabel 3. 1 Strategi Penelitian
Jenis pertanyaan yang digunakan
Strategi Eksperimen Survey Analisa Arsip Sejarah Studi kasus
Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar, Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa
Kendali terhadap peristiwa yang diteliti
Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan / baru diselesaikan
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
ya / tidak
Tidak Tidak
Tidak Ya
Sumber : Yin (2002)
42 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
43
Sesuai dengan rumusan masalah untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “seberapa besar”, maka berdasarkan tabel diatas, strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan studi kasus yang akan dilakukan pada sebuah proyek pembangunan green building. 3.3
Pr oses Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara bersama ( joint
research) dengan berbagai aspek yang ada pada green building sesuai dengan greenship v.1.0 seperti Apropriate Site Development (ASD), Energy Eficiency and Conservation (EEC), Material Resources and Cycle (MRC), Indoor Health and Comfort (IHC) dan Building Environmental Management (BEM) sehingga membentuk satu kesatuan menjadi green building secara keseluruhan. Dalam melakukan sebuah penelitian, maka proses penelitian akan menjadi langkah (tahapan) yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil (kesimpulan) dari penelitian tersebut. Secara sederhana proses penelitian dapat dibagi menjadi 5 tahapan yakni: a. Identifikasi masalah. Mencari latar belakang dari permasalahan yang timbul. b. Mencari informasi tentang masalah c. Pengumpulan dan pengolahan data-data. Tahapan ini merupakan tahapan penting yang menentukan keakuratan dan kevalidan dari hasil yang didapatkan. d. Menganalisis data-data. e. Membuat kesimpulan. Dari hasil pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disusun sebuah kesimpulan dari penelitian tersebut.
3.3.1
Variabel Penelitian Menurut Sugiono, variable penelitian merupakan suatu atribut, sifat, gejala
atau nilai dari orang, obyek, atau keguatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diteliti untuk dapat ditarik kesimpulannya. Variabel pada penelitian kali ini adalah seluruh hal yang
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
44
digunakan untuk membuat perbandingan biaya konstruksi green building dengan konvensional yang diakibatkan oleh aspek ASD. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yakni dalam tiap kategori dan subkategori dalam aspek water conservation pada green building sesuai dengan pedoman dari greenship Green Building Council Indonesia, yang nantinya akan mempengaruhi (menjadi sebab) dari perubahan atau timbulnya perubahan terhadap biaya konstruksi suatu bangunan gedung apabila dibandingkan dengan konvensional building, indikatornya diperoleh dari berbagai referensi seperti yang tertera pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Variabel Penelitian Appropriate Site Development NO
X1
Variabel
Prasyarat 1 Basic Green Area
SubNo
X.1.1
X.2.1
X2
ASD 1 (Site Selection) X.2.2
X.3.1
X3
ASD 2 (Community Accessibility) X.3.2
Referensi
Sub Variabel Area lansekap vegetasi yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman,seluas minimum 10% dari luas total lahan. Pembangunan pada kawasan yang lebih kompak (>300 orang/Ha) Bangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan Minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
45
Tabel 3.2 (Sambungan) No
Variabel
SubNo
X.3.3
X3
ASD 2 (Community Accessibility)
X.3.4
X.4.1 X4
ASD 3 (Public Transportation) X.4.2
X.5.1 X.5
ASD 4 (Bicycle) X.5.2
X.6.1
X.6
ASD 5 (Site Landscaping)
X.6.2
Sub Variabel
Referensi
Fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
greenship-GBCI, US GBC
Halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
greenship-GBCI, US GBC
Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat Tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% jumlah tanaman
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
46
No
Tabel 3.2 (Sambungan) SubSub Variabel No
Variabel
X.7.1
X.7.2 X.7
ASD 6 (Microclimate) X.7.3
X.7.4
X.8.1
X.8
ASD 7 (Storm Water Management) X.8.2
X.8.3
Referensi
Material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo minimum 0,3 Material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo minimum 0,3 Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG Penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
greenship-GBCI, US GBC
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
3.3.2
Instrumen Penelitian Penyusunan alat ukur untuk menganalisa penelitian adalah :
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
47
a. Wawancara langsung kepada pakar yang memahami dan mengerti konsep green building dan aspek ASD. b. Pengambilan data langsung sebagai alat instrument dalam pengumpulan data. c. Software Microsoft excel 2007 sebagai alat instrument pengolahan data dalam perbandingan biaya.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
48
Tabel 3. 3 Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1
NO
X1
X2
Variabel
Prasyarat 1 Basic Green Area
SubNo
Sub Variabel
X.1.1
Area lansekap vegetasi yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman,seluas minimum 10% dari luas total lahan.
X.2.1
Pembangunan pada kawasan yang lebih kompak (>300 orang/Ha)
Membangun pada kawasan yang lebih kompak (>300 orang/Ha)
greenshipGBCI, US GBC
X.2.2
Bangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan
Pembangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 1 (Site Selection)
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
Adanya area lansekap vegetasi yang bebas dari struktur bangunan dan greenshipstruktur sederhana bangunan GBCI, US GBC taman,seluas minimum 10% dari luas total lahan.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
49
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya Ya
X3
X.3.1
Minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak
X.3.2
Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
ASD 2 (Community Accessibility)
Komentar dan Tanggapan
Tidak
Minimal terdapat 7 jenis fasilitas umum dalam jarak greenshippencapaian jalan utama GBCI, US GBC sejauh 1500 m dari tapak Adanya akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder greenshipdan/atau lahan milik orang GBCI, US GBC lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
50
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya Ya
X3
X.3.3
Fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
Adanya fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
greenshipGBCI, US GBC
X.3.4
Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
Persetujuan owner untuk membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
greenshipGBCI, US GBC
ASD 2 (Community Accessibility)
Komentar dan Tanggapan
Tidak
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
51
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
X4
X.5
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.4.1
Halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
greenshipGBCI, US GBC
X.4.2
Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
greenshipGBCI, US GBC
X.5.1
Tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
ASD 3 (Public Transportation)
ASD 4 (Bicycle)
Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya X.5.2 shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
52
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
X.6
Variabel
ASD 5 (Site Landscaping)
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
Area lansekap berupa Adanya area lansekap vegetasi (softscape) yang berupa vegetasi (softscape) bebas dari bangunan taman yang bebas dari bangunan (hardscape) yang terletak di taman (hardscape) yang atas permukaan tanah seluas terletak di atas permukaan greenshipX.6.1 minimal 40% luas total lahan, tanah seluas minimal 40% GBCI, US GBC termasuk taman di atas luas total lahan, termasuk basement, roof garden, taman di atas basement, roof terrace garden, dan wall garden, terrace garden, dan garden wall garden Penggunaan Tanaman lokal Tanaman lokal (indigenous) (indigenous) dan budidaya dan budidaya lokal dalam lokal dalam skala provinsi skala provinsi menurut greenshipX.6.2 menurut Lembaga Ilmu Lembaga Ilmu Pengetahuan GBCI, US GBC Pengetahuan Indonesia Indonesia (LIPI) sebesar 60% (LIPI) sebesar 60% jumlah jumlah tanaman tanaman
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
53
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
X.7
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.7.1
Material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo minimum 0,3
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo minimum 0,3
greenshipGBCI, US GBC
X.7.2
Material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo minimum 0,3
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo minimum 0,3
greenshipGBCI, US GBC
X.7.3
Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
X.7.4
Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya fitur yang mencegah terpaan angin greenshipkencang kepada pejalan kaki GBCI, US GBC di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
ASD 6 (Microclimate)
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
54
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
X.8
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.8.1
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
greenshipGBCI, US GBC
X.8.2
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
55
Tabel 3.3 (Sambungan)
NO
X.8
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.8.3
Penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
Adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
greenshipGBCI, US GBC
X.8.4
Teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
Menggunakan teknologiteknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Tidak Ya
Sumber : Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
56
Selanjutnya, untuk kuisioner tahap 2, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data).
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
57
Tabel 3. 4 Kuisioner Pengambilan Data Tahap 2
NO
X1
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.1.1
Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
Adanya akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkannya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
greenshipGBCI, US GBC
X.1.2
Fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
greenshipGBCI, US GBC
ASD 2 (Community Accessibility)
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
58
Tabel 3.4 (sambungan)
Variabel
X2
X.3
ASD 3 (Public Transportation)
SubNo
Sub Variabel
X.2.1
Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
X.3.1
Tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
X.3.2
Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
ASD 4 (Bicycle)
Indikator
Menyediakan Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
59
Tabel 3.4 (sambungan)
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X.4
X.5
ASD 5 (Site Landscaping)
X.4.1
Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden
greenshipGBCI, US GBC
X.5.1
Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
X.5.2
Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang (pohon pelindung, atap) kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
ASD 6 (Microclimate)
2
3
4 5
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
60
Tabel 3.4 (sambungan)
NO
X.6
Variabel
SubNo
Sub Variabel
X.6.1
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
X.6.2
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
ASD 7 (Storm Water Management)
Indikator
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
61
Tabel 3.4 (sambungan)
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X.6
X.6.3
Penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
Adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
greenshipGBCI, US GBC
X.6.4
Teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
Menggunakan teknologiteknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
2
3
4 5
Sumber : Olahan Sendiri
Ket:
1 = Tidak berpengaruh 2 = Kurang berpengaruh 3 = Cukup berpengaruh 4 = Berpengaruh 5 = Sangat berpengaruh
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
62
3.3.3
Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan informasi atau data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sebelum proses pengumpulan data dilakukan, maka hal yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah penelitian ini akan mengumpulkan data dari populasi (kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama) secara keseluruhan subjek atau hanya sebagiannya yang biasa disebut sebagai sampel (bagian dari populasi yang memiliki ciri sama dengan populasi) [18]57. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Secara garis besar terdapat 2 jenis teknik sampling yakni probability sampling dan non probability sampling [19]58. Dalam penelitian ini, maka peneliti akan melakukan pengambilan data dengan cara sampling (pengumpulan data dengan penarikan sampel). Sampling adalah kegiatan mengambil sebagian dari populasi yang akan diteliti dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang akan diambil mewakili ciri populasinya yang nantinya akan menghasilkan data perkiraan (estimate) atas populasi. Prosedur pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yakni random dan non random. Berikut adalah penjabaran dari prosedur random dan non random [20]59: a. Random atau Acak Teknik sampling ini dikenal juga sebagai sampling peluang, dimana teknik ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 1997:61). Dalam prosedurnya, setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel karena pengambilannya dilakukan secara acak. Untuk mengambil sampel dengan sampling
peluang, maka langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut ini: a) Menentukan kesalahan sampling Kesalahan sampling adalah kekeliruan yang disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap terhadap populasi. Tingkat kesalahan berhubungan dengan resiko pengambilan keputusan dan ukuran sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel secara acak juga Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
63
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kesalahan sampling karena membuat terambilnya seluruh ciri anggota populasi ke dalam sampel terpilih. b) Menentukan ukuran sampel Prinsip dalam penentuan ukuran sampel adalah semakin besar sampel , maka akan semakin dekat sampel dengan populasi, sehingga tingkat kesalahan semakin kecil. c) Mengambil sampel dengan teknik yang tepat Cara mengambil sampel sangatlah tergantung kepada teknik sampling yang digunakan. Terdapat beberapa cara mengambil sampel dalam sampling random yaitu sampling acak sederhana, sampling acak berstarata, sampling acak berkluster dan sampling acak bertingkat. b. Non Random Pengambilan sampel dimana tidak setiap anggota populasi memiliki peluang terpilih sebagai sampel (non probability sampling)
Dalam prosedur
pengambilan sampel non random tidak terdapat kegiatan penentuan kesalahan sampling dan ukuran sampel sebab penarikan sampel dari populasinya tidak memperhitungkan
peluang
kesesatan
dalam
pengambilan
keputusan
berdasarkan sampel. Berdasarkan pertimbangan yang menjadi dasar dilakukan sampling, terdapat beberapa jenis sampling yang tergolong sampling tidak acak adalah sampling bertujuan, sampling kebetulan, sampling kuota, sampling tersedia, sampling sistematik. Menurut Arikunto (1997), pengumpulan data dapat diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yakni data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar, maupun jawaban dari responden yang adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dalam konstruksi green building , ataupun data lainnya seperti: a.
Dokumen, data teknis dan gambar kerja proyek green building Y
b.
Keterangan langsung dari pelaksana di lapangan. Praktisi kosntruksi yang sedang mengerjakan proyek serupa ataupun yang memiliki pengalaman di bidangnya, maupun pakar yang mengerti tentang penerapan green building. Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
64
Sementara untuk data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari literatur, jurnal maupun laporan akhir suatu proyek.Selain itu, data-data juga dapat diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner terhadap responden yang dibagi menjadi dua tahapan kuisioner. Kuisioner tahap 1 berguna untuk memvalidasi pakar apakah subvariabel yang telah penulis cantumkan ke dalam kuisoner tersebut merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi perbandingan biaya konstruksi dalam green building, serta untuk memperkaya variabel yang ada melalui masukan tambahan dari responden. Dengan kriteria pakarnya adalah orang-orang yang memiliki keahlian dibidang akademisi maupun praktisi yang memiliki pengalaman kerja minimal 15 tahun dalam mengelola proyek konstruksi. Selanjutnya, setelah mendapatkan variabel- variabel yang sesuai dengan penelitian ini sesuai dengan arahan pakar, maka penelitian dapat dilanjutkan dengan menggunakan kuisioner tahap 2 yang merupakan olahan lanjutan dari kuisioner tahap 1 yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan variabel tersebut ke dalam green building apabila dibandingkan dengan konvensional building, yang akan diberikan kepada responden. Namun, sebelum seluruh kuisioner tahap 2 disebarkan pada responden, maka peneliti akan melakukan pilot survey yakni merupakan penelitian pendahuluan untuk menguji keefektifan dari metode survey yang digunakan, ataupun untuk melihat apakah responden dapat memahami isi dari kuisioner sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Sampel yang digunakan dalam pilot survey tidak harus banyak, tetapi harus cukup dianggap dapat mewakili karakteristik responden. Hasil dari pilot survey
ini menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki kuisioner sebelum
melakukan survey secara keseluruhan pada seluruh responden dengan menggunakan kuisioner tahap 2. Berikutnya, setelah semua tahapan itu dilakukan, maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji validitas dan realibitas. Validitas berasal dari bahasa latin validus yang berarti kuat. Terdapat dua buah konsep validitas yakni validitas penelitian dan validitas pengukuran. Validitas penelitian adalah dearjat kebenaran kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian yang dipengaruhi dan sinilai berdasarkan metode penelitian yang digunakan, keterwakilan sampel penelitian dan sifat populasi asal sampel (Last, 2001). Sementara untuk validitas pengukuran merupakan pernyataan tentang derajat kesesuaian hasil pengukuran Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
65
sebuah alat ukur(instrumen) dengan apa yang sesungguhnya ingin diukur oleh peneliti [21]60. Uji validitas dan realibilitas dalam
hasil penelitian tersebut
dilakukan dengan cara : a. Uji validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan pada pakar, selanjutnya dianalisa dengan mengkorelasikan antara butir instrument dengan skor totalnya atau dengan mencari tahu daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. b. Uji reliabilitas menyangkut konsistensi alat ukur penelitian. Dikatakan dapat terpercaya jika alat ukur tersebut mantap, stabil dapat diandalkan dan dapat diramalkan sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan metode koefisien alpha cronbach dengan program SPSS. Menurut Sekaran (2003), jika koefisien realibilitas hasil perhitungan menunjukkan angka ≥ 0.6 maka dapat disimpulkan instrument yang bersangkutan dinyatakan reliable [22]61.
3.3.4
Analisa Data Dalam penelitian ini (analisa studi kasus) , data yang diperoleh dari
kuisioner tahap 1 akan dianalisa dengan metode delphi, sementara untuk analisa kuisioner tahap 2 akan digunakan metode deskriptif analisis (statistik). Metode delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Metode ini hampir mirip teknik grup pakar, karena memiliki kesamaan untuk menjaring pendapat dari para pakar, namun metode delphi tidak mengumpulkan pakar dalam tempat yang sama, melainkan menjaring pendapat dengan bertahap melalui media kuisioner [23]62.
Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan
komunikasi melalui beberapa kuesioner tang tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsesus yang paling reliable dari sebuah grup ahli. Pendekatan delphi memiliki tiga grup yang berbeda yakni: pembuat keputusan, staf dan responden. Pembuat keputusan akan bertanggung jawab terhadap keluaran dari kajian delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data, dan merevisi kuesioner yang diperlukan. Prosedur delphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini [24]63 : Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
66
a. Anonymous (mengabaikan nama) Metode ini tidak mengijinkan anggota komite mengetahui satu sama lain untuk mencegah kemungkinan keberpihakan pada salah satu opini seseorang atau dominasi panelis. Hal ini membuat keaslian dari suatu ide dapat berubah tanpa dipengaruhi satu sama lain, yang masing-masingnya beropini secara independen. b. Iterasi dengan feedback terkontrol Hal ini bertujuan untuk mencegah anggota komite membuat keputusan hanya berdasarkan opini pribadi. Interaksi diantara anggota komite menggunakan kuisioner sebagai media, memungkinkan mereka mengetahui posisi dalam pengumpulan opini, apakah mendukung atau menolak argumen, yang harus bekerja dalam tujuan awal tanpa dipengaruhi tujuan individu. Dalam setiap putaran metode delphi ada ringkasan yang memuat masukan sebagai respon dari kuisioner yang disebarkan. c. Respon kelompok secara statistik Hal ini diperlukan untuk mengukur derajat perbedaan opini yang mungkin ada dalam komite, yang dapat pula berupa istilah misalnya median, mean, standar deviasi, dsb. Adapun prosedur dalam pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode delphi adalah: a. Mengembangkan pertanyaan delphi Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar pertanyaan oleh pembuat keputusan. Responden harus dapat memahami garis besar pertanyaan. b. Memilih dan kontak dengan responden Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar sebagai berikut: secara personal responden mengetahui permasalan yang ada, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi, transformasi untuk melengkapi delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat responden akan termasuk informasi yang mereka nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain c. Memilih ukuran contoh Ukuran panel responden bervariasi dengan kelompok yang homogen dengan 10-15 partisipan d. Mengembangkan kuisioner dan test Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
67
Kuisioner dalam delphi mengikuti partisipan untuk menulis respons pada garis besar permasalahan. Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1. Dengan fokusan pada kuisioner 2 adalah untuk mengidentifikasi
area
yang disetujui dan
mengidentifikasi
bagian
yang
diinginkan
tidak, mendiskusikan dan serta
membantu
partisipan
mengetahui posisi masing-masing untuk menuju pendapat yang akurat. e. Analisis kuisioner Analisis kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang berisi bagian-bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden terhadap kuisioner. f. Pengembangan kuisioner dan test Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan dari kuisioner 1 dan kuisioner 3 dikembangkan dari hasil kuisioner 2. Fokusannya adalah untuk mengidentifikasi area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi
bagian
yang
diinginkan
serta
membantu
partisipan
mengetahui bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui posisi masing-masing dan bergerak menuju pendapat yang akurat.Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk penyelesain masalah dan didesain untuk mendorong masukan proses delphi. g. Menyiapkan laporan akhir Laporan akhir harus meringkas tujuan dan proses hasil yang baik. Dengan menggunakan metode ini kita bisa mendapatkan beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan metode yang lain yakni sebagai berikut: a) Metode delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya. b) Masing-masing
responden
memiliki
waktu
yang
cukup
untuk
mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner. c) Menghindari tekanan sosial psikologis d) Perhatian langsung pada masalah e) Memenuhi kerangka kerja f) Menghasilkan catatan dokumen yang tepat. Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
68
Dalam kuisioner yang kedua, digunakan analisa data dengan metode analisis deskriptif (metode statistik). Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis yang bertujuan untuk mendekripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya (Irawan, 2004). Biasanya parameter yang digunakan dalam metode ini adalah mean, modus, frekuensi, persentase, persentil, dsb [25]64.
Analisis
deskriptif berusaha mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dimengerti. Dalam metode analisis deskriptif, nilai ini bisa diwakili oleh [26]65: a. Mean Mean adalah nilai rata-rata dari observasi suatu variabel dan merupakan jumlah semua observasi dibagi jumlah observasi. b. Median Mengukur nilai tengah dari data yang telah diurutkan nilai-nilainya dari kecil ke besar, kemudian membaginya secara seimbang di tengah. Median merupakan cara lain mencari nilai yang dapat mewakili sejumlah data yang terkumpul. c. Modus Modus menggambarkan nilai yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi terbanyak. d. Tabel Frekuensi Dalam Tabel frekuensi, data dikelompokkan atau dirigkas dalam bentuk format tabel yang terdiri atas kolom dan baris yang menggambarkan jumlah respon untuk tiap kategori dari suatu variabel. Tabl tersebut ,emhelompokkan jawaban responden yang sama dalam satu kategori agar memberikan hasil yang mudah dipahami. e. Persentase Persentase memberikan gambaran mudah guna membandingkan atau mengetahui data terbanyak dalam satuan per seratus (%) f. Diagram Diagram memberikan gambaran visual penyajian data agar lebih mudah dipahami. Setelah diketahui pengaruh danfaktor yang mempengaruhi biaya sesuai data yang didapatkan dari kuisioner tahap 1 dan 2, maka penelitian ini
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
69
dilanjutkan dengan studi kasus pada sebuah proyek konstruksi perkantoran yang awalnya bertema konvensional kemudian berubah menjadigreen building. Dalam penelitian ini, analisa deskriptif yang digunakan hanyalah mean dari tiap data yang dianalisa menggunakan program SPSS ver. 20. Metode yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarcy Process), yaitu metode yang digunakan untuk mengambil keputsan yang sifatnya kompleks dan di dalamnya terdapat ketergantungan dan pengaruh yang dianalisa terhadap keuntungan, peluang, biaya dan resiko. Pada penelitian ini, AHP digunakan untuk melihat tingkat pengaruh dari masing-masing indikator dari variabel yang termasuk dalam aspek material resources and cycle (MRC) terhadap perubahan biaya konstruksi green building. Terdapat empat prinsip dasar AHP, yaitu: a.
Decomposition Memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya
b.
Comparative Judgement Pemberian penilaian terhadap elemen-elemen dalam bentuk matriks
c.
Synthesis Theory Menentukan prioritas dari data matriks yang telah dibuat (pairwise comparison)
d.
Logical Consistency Menentukan apakah matriks yang dibuat serta prioritas yang ada konsisten atau tidak. Untuk mengetahui konsistensi matriks harus diketahui nilai CR (consistency ratio), dimana matriks dikatakan konsisten apabila CR < 10%.
3.4
K esimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur yang ada, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survei dan studi kasus yang selanjutnya akan dianalisa dengan metode delphi dan deskriptif analisis, dengan instrumen penelitian wawancara dengan kuisioner. Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah dokumen, data teknis dan gambar kerja, keterangan pakar dan pelaksana lapangan, serta literatur. Untuk menganalisa data digunakan delphi method, deskriptif analisis, AHP dan analisa studi kasus. Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
BAB 4 ANALISA DATA 4.1
Pendahuluan Bab analisa data merupakan bagian dari bab yang menentukan hasil dari
penelitian ini. Pada bab ini akan dibahas mengenai proses bagaimana peneliti mendapatkan data hingga menganalisa data yang diperoleh. Terdapat tiga tahapan pelaksanaan penelitian, yaitu kuesioner tahap pertama kepada pakar untuk memvalidasi variable penelitian, kemudian dilajutkan dengan survey tahap kedua kepada responden, kemuadian dianalisa dnegan metode statistic. Berikutnya akan dilakukan studi kasus pada proyek pembangunan gedung Y yang dikonstruksi oleh kontraktor X. 4.2
Pengumpulan Data
4.2.1
Kuesioner Tahap Pertama (Pakar) Berdasarkan hasil kajian pustaka, variable penelitian yang didapatkan
adalah seperti yang tertuang pada table 3.2 dimana pada penelitian ini terdapat 8 variabel. Seluruh variable ini kemudian dikonsultasikan kepada para pakar untuk disusun menjadi kuesioner responden tahap kedua. Para pakar diminta komentarnya untuk menyatakan apakah variable tersebut masih memerlukan tambahan atau pengurangan terhadap indikatornya dan apakah variable yang bersangkutan benar mempengaruhi kinerja biaya konstruksi. Variabel yang diberikan penulis bersumber pada green ship GBCI v1.0 yang kemudian indikatornya bersumber pada referensi lainnya seperti pengalaman/data proyek sebelumnya, majalah atau jurnal. Adapaun pakar yang dihubungi oleh peneliti merupakan seorang Green Profesional (GP). Pakar pada tahap kuesioner pertama ini berjumlah 5 orang yang mempunyai pengalaman dalam menangani pembangunan gedung green. Masingmasing pakar ini memberikan tanggapan, koreksi, penambahan variable dan indikator penelitian. Proses yang dilakukan adalah tatap muka langsung. Setiap variable yang kemudian mengalami perubahan akan dikonsultasikan kembali kepada pakar untuk dikomentari. Adapun profil pakar yang sesuai dengan tabel :
70 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
71
Tabel 4. 1 Profil Pakar
Responden Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Pakar 5
No. 1 2 3 4 5
Jabatan Tim GBCI TA QA Asisten Estimator Rating Analysis GP
Perusahaan GBCI PT. Artefak Arkindo Pertamina GBCI PT. PP (Persero) Tbk
Pengalaman Kerja (th) 2.5 16 4 2 21
Sumber : Hasil Olahan
Pemilihan pakar didasari oleh backgound pendidikan dan sertifikasi keahlian (peran pakar sebagai greenship profesional). Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa pengalaman pakar berkisar antara 2-21 tahun, pada dasarnya pengalaman dari pakar dalam hal green building baru berkisar 2-3 tahun hal ini terjadi karena GBC Indonesia sendiri baru berdiri sejak tahun 2009. Sementara untuk pengalaman yang lebih dari 3 tahun merupakan pengalaman mereka bekerja di bidang yang mereka jalani, bukan pengalaman dalam bidang Green Building. Kuisioner untuk tahap pertama dapat dilihat pada lampiran 1, dimana hasil kuesioner kepada kelima pakar di atas merupakan validasi dari variable yang sangat memungkinkan mempunyai hubungan erat dengan kinerja biaya proyek khususnya pada proyek bangunan gedung. Hasil yang diperoleh dari varibel ini dihitung jumlah jawaban ya atau tidaknya sebagai penentu keputusan apakah variable ini benar mempengaruhi kinerja biaya atau tidak. Jika terjadi perolehan jawaban ya atau tidak yang seimbang, maka variabel tersebut akan ditanyakan kembali ke pakar yang bersangkutan, sehingga didapatkan jawaban pasti dari para pakar. Pada pelaksanaannya metode ini sangatlah memakan waktu yang lama dikarenakan hampir semua pakar merupakan praktisi yang memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi sehingga sulit untuk mentepakan waktu untuk bertemu. Hasil perhitungan kuisoner tahap pertama ini diperoleh dari 8 buah variable yang ada, kemudian berkurang menjadi 6 variabel. Kuisioner yang telah
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
72
mengalami perubahan ini kemudian disebar kepada para pilot responden untuk dijadikan kuisioner tahap kedua.
4.2.2 Kuesioner Tahap Kedua (Pilot Survey) Pada tahap ini, kuisioner yang telah divalidasi oleh para pakar kemudian disebar kepada responden yang menjadi pilot survey. Pilot survey adalah para responden yang menjadi tolak ukur apakah kuisoner yang akan diberikan ini sudah sangat mudah dimengerti untuk diisi atau tidak. Respoden yang menjadi pilot survey ini berkriteria sama dengan responden untuk kuisioner tahapa ketiga. Penyebaran kuisioner ini dilakukan secara tatap muka langsung agar maksud responden dapat dengan jelas tersampaikan. Yang menjadi pilot survey ini adalah para praktisi proyek yang berasal dari perusahaan yang berbeda. Para pilot responden ini kemudian dimintai tanggapannya mengenai kejelasan untuk mengisi kuisioner apakah sudah jelas atau belum. Kemudian untuk konten variabel kuisioner, para responden juga dimintai keterangannya mengenai kejelasan mengenai penulisan indikator apakah para responden sudah mengerti. Dari hasil pilot survey, tidak ditemukan responden yang tidak mengerti dengan kata-kata yang terdapat pada kuisioner yang diberikan kepada mereka, sehingga tidak terjadi perubahan yang berarti pada kuisioner, beberapa responden bertanya tentang kejelasan mengenai range nilai tersebut dicantumkan angkanya sehingga mereka dapat membandingkan pengaruhnya dengan lebih pasti terhadap biaya awal konstruksi.
4.2.3
Kuesioner Tahap Ketiga (Responden) Setelah melalui tahap pilot survey, selanjutnya kuisioner disebarkan
kepada para responden. Survey ini dilakukan kepada personil proyek yang sedang melakukan konstruksi bangunan gedung. Melalui email dan penyebaran langsung, kuisioner ini disebarkan kepada lebih dari 30 responden. Setelah melalui beberapa pemeriksaan, maka dipilihlah 32 responden yang sesuai dengan kualifikasi dimana sebagian besar berasal dari proyek bangunan gedung yang berada di Jakarta. Berikut adalah tabel profil para responden yang berjumlah 32 responden dilihat dari pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
73
Tabel 4. 2 data Profil Responden Tahap 3
No.
Nama Responden
Jabatan
Perusahaan
Pengalaman Kerja (th)
1
Responden 1
Manag. QC
PT. HK (Persero)
8
2
Responden 2
Site Operational Manag.
PT. HK (Persero)
15
3
Responden 3
Pengelola Teknis
K. PU
29
4
Responden 4
ME
KSO PP-BRANTAS
4
5
Responden 5
Staff Teknik
PT. PP (Persero) Tbk
3
6
Responden 6
Pengelola Teknis
K. PU
25
7
Responden 7
Pengelola Teknis
Ditjen. Cipta Karya
25
8
Responden 8
SOM
PT. PP (Persero) Tbk
12
9
Responden 9
SEM
PT. PP (Persero) Tbk
15
10
Responden 10
HSE
PT. Waskita Karya (Persero)
7
11
Responden 11
-
PT. Waskita Karya (Persero)
2
12
Responden 12
-
PT. Waskita Karya (Persero)
15
13
Responden 13
Kepala Lapangan
PT. Waskita Karya (Persero)
7
14
Responden 14
Site Engineer
PT. PP (Persero) Tbk
7
15
Responden 15
QS
PT. PP (Persero) Tbk
6
16
Responden 16
GSP
PT. PP (Persero) Tbk
12
17
Responden 17
Engineer
PT. PP (Persero) Tbk
5
18
Responden 18
Pengendalian Operasional Proyek
PT. PP (Persero) Tbk
14
19
Responden 19
Engineer
PT. PP (Persero) Tbk
10
20
Responden 20
TL & GP
PT. Arkonin
20
21
Responden 21
GP & ME
PT. Arkonin
24
22
Responden 22
Konsultan
-
19
23
Responden 23
QC
PT. PP (Persero) Tbk
4
24
Responden 24
SOM
PT. PP (Persero) Tbk
25
25
Responden 25
SEM
PT. PP (Persero) Tbk
5
26
Responden 26
SEM
PT. PP (Persero) Tbk
7
27
Responden 27
GSP
PT. PP (Persero) Tbk
18
28
Responden 28
Site Engineer
PT. PP (Persero) Tbk
4
29
Responden 29
Site Engineer
PT. PP (Persero) Tbk
10
30
Responden 30
SE
PT. PP (Persero) Tbk
18
31
Responden 31
SM
PT. Team Nawa Graha Kencana
6
32
Responden 32
SM
PT. Candrabaga
7
Sumber : Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
74
4.3
A nalisa Data
4.3.1
Analisa Non Parametrik Analisis non parametrik adalah metode uji yang lebih longgar dari uji
statistik parametrik, dalam uji non parametrik ini data yang ada tidak harus terdistribusi secara normal, sehingga uji ini sering disebut uji bebas distribusi. [95] Dari 33 responden yang dianggap memenuhi kriteria responden, dilakukan analisa non paramterik berdasarkan profil responden yang mengisi kuisioner tersbut, yakni berdasarkan posisi, lama pengalaman, dan pendidikan terakhir dari responden yang mengisi kuiioner tersebut. Dengan bantuan software SPSS versi 20, dilakukan uji independent K- Sample (dengan kruskal wallis) karena jumlah range kelasnya yang lebih dari 2. Dilakukan pengkodean sesuai dengan profil dari responden, berikut adalah tabel pengkodean sesuai dengan profil responden yang telah mengisi kuisioner penelitian ini:
Tabel 4. 3 Pengkodean Variabel
Posisi
Pengalaman
Pendidikan
Uraian Staff Engineer Site, Operational, QC Manager Site Engineer Pengelola Teknis GSP Konsultan 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun >20 tahun SLTA D3 S1 S2
Kode 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
75
Analisa ini dilakukan untuk menguji perbedaan jawaban kuisioner dengan kriteria yang berbeda. Hipotesa yang diusulkan adalah sebagai berikut ini: Ho
= Tidak ada perbedaan persepsi responden yang berbeda jabatan, pendidikan dan lama bekerja
Ha
= Ada perbedaan minmal satu persepsi responden yang berbeda jabatan, pendidikan, dan lama bekerja Sedangkan pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak jika
hipotesis nol (Ho) yang diusulkan [96]: a. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig > level of significant (α) sebesar 0,05 dan nilai chi square < dari nilai X20,05(df) b. Ho ditolak jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig < level of significant (α) sebesar 0,05 dan nilai chi square > dari nilai X20,05(df) Uji Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengujian data responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir dibagi menjadi 4 kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Gambar 4. 1 Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
76
Dari hasil pengkodean dan dari hasil rekapitulasi data responden yang mengisi kuisioner tersebut, maka dapat diperoleh data jumlah persentase pendidikan terakhir dari para responden, dimana sebesar 81%
dari total
responden memiliki pendidikan terakhir S1, 9% responden pendidikan terakhirnya adalah S2, 6% responden pendidikan terakhirnya ada pada tingkat D3, dan 3% responden memiliki pendidikan terakhir SLTA. Tabel 4. 4 Chi Square Pendidikan Terakhir ChiSquare Df Asymp. Sig.
X.1.1
X.1.2
X.2.1
X.3.1
X.3.2
X.4.1
X.5.1
X.5.2
X.6.1
X.6.2
X.6.3
X.6.4
4.641
4.065
2.938
6.220
10.525
5.488
2.125
2.696
5.845
1.864
.953
1.115
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
.200
.255
.401
.101
.015
.139
.547
.441
.119
.601
.813
.773
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Dari output tersebut, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar variabel tidak memenuhi hipotesa (ho) karena pada sub-variabel X.3.2 nilai Chi-Square > X20,05(df) dan nilai Asymp. Sig pada sub-variabel X.3.2 < 0,05 dapat disimpulkan pada sub-variabel X.3.2 terjadi perbedaan persepsi antar responden akibat perbedaan pendidikan terakhir.
Uji Data Responden Berdasarkan Jabatan Dari hasil pengkodean dan dari hasil rekapitulasi data responden yang mengisi kuisioner tersebut, maka dapat diperoleh data jumlah persentase posisi dalam proyek dari para responden, dimana sebesar 19% ada staff engineer, 34% adalah posisi yang berada pada level manager yakni site engineering manager, site operational manager, dan manajer quality control, 19% adalah site engineer, 13% pengelola teknis, 9% konsultan, serta 6% adalah general supervisor.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
77
Gambar 4. 2 Jabatan Sumber: Hasil Olahan
Tabel 4. 5 Chi Square Jabatan
ChiSquare df Asymp. Sig.
X.1.1
X.1.2
X.2.1
X.3.1
X.3.2
X.4.1
X.5.1
X.5.2
X.6.1
X.6.2
X.6.3
X.6.4
7.592
8.364
4.945
9.587
17.078
4.760
5.802
8.038
8.454
7.201
2.267
3.810
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
.180
.137
.423
.088
.004
.446
.326
.154
.133
.206
.811
.577
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Dari output tersebut, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar variabel memenuhi hipotesa (ho) karena memenuhi nilai Asymp. Sig > level of significant ( α ) sebesar 0,05 dan nilai chi square dalam hal ini sebesar 11,07050 < dari nilai X20,05(df). Namun, untuk sub-variabel X.3.2 terjadi ketidaksesuaian dengan hipotesa yang telah ditentukan, sehingga dapat dilihat bahwa dalam sub-variabel tersebut, terjadi perbedaan persepsi responden berdasarkan jabatannya.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
78
Uji Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Dari hasil pengkodean dan dari hasil rekapitulasi data responden yang mengisi kuisioner tersebut, maka dapat diperoleh data jumlah persentase lamanya pengalaman dalam proyek dari para responden, dimana sebesar 31% dari total responden memiliki pengalaman 6-10 tahun, 22% responden memiliki pengalaman 1-5 tahun, 19% responden memiliki pengalaman 11-15 tahun, 16% responden memiliki pengalaman >20 tahun, dan 13% responden memiliki pengalaman 16-20 tahun.
Gambar 4. 3 Pengalaman Kerja Sumber: Hasil Olahan
Tabel 4. 6 Chi Square Pengalaman Kerja
Chi-Square df Asymp. Sig.
X.1.1 3.618 4
X.1.2 7.510 4
X.2.1 5.852 4
X.3.1 9.922 4
X.3.2 7.722 4
X.4.1 2.369 4
X.5.1 4.225 4
X.5.2 5.751 4
X.6.1
X.6.2
X.6.3
X.6.4
5.151 4
2.214 4
.940 4
3.112 4
.460
.111
.210
.042
.102
.668
.376
.219
.272
.696
.919
.539
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Dari output analisa non parametrik tersebut, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar sub-variabel memenuhi hipotesa (ho) karena memenuhi nilai Asymp. Sig >
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
79
level of significant ( α ) sebesar 0,05 dan nilai chi square dalam hal ini sebesar 9,48773 < dari nilai X20,05(df),, namun pada X.3.1 terjadi ketidaksesuaian dengan hipotesa yang telah ditentukan, sehingga dapat dilihat bahwa dalam sub-variabel tersebut, terjadi perbedaan persepsi responden berdasarkan pengalaman kerja.
4.3.2
Uji Validitas Realibilitas Uji validitas ini dilakukan guna mengetahui ketepatan alat ukur penelitian.
Dalam pengujian ini yang menjadi alat ukurnya adalah angka hasil dari korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi pada kuisioner. Dengan menggunakan bantuan software SPSS-20 berikut adalah tabel hasil pengolahan data :
Tabel 4. 7 Item Total Statistic
Variabel X.1.1 X.1.2 X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 X.6.1 X.6.2 X.6.3 X.6.4
Scale Mean if Item Deleted 33.2813 33.0000 33.2188 33.5625 33.3750 32.8750 33.1563 33.1250 33.0625 32.9063 32.8125 32.6563
Cronbach's Scale Corrected Alpha if Variance Keterangan Item-Total Item if Item Correlation Deleted Deleted 42.789 .591 .875 VALID 41.484 .734 .866 VALID 40.693 .662 .871 VALID 43.609 .684 .870 VALID 45.855 .611 .876 VALID 42.500 .585 .876 VALID 42.136 .720 .867 VALID 41.984 .716 .868 VALID 45.286 .533 .878 VALID 46.217 .441 .883 VALID 45.706 .417 .885 VALID 46.555 .370 .886 VALID
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Untuk mengukur tingkat valid dan tidaknya dari 12 variabel yang ada, nilai r (Corrected Item-Total Correlation) harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasrkan nilai responden yang berjumlah 32 (nilai N-2)
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
80
responden didatakan nilai r tabel yaitu r = 0,349. Pada tabel di atas dapat dilihat semua variabel bersifat valid.
Tabel 4. 8 Case Processing Summary
Valid Excludeda Total
Cases
N 32 0 32
% 100.0 0.0 100.0
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Dari tabel 4. di atas, terlihat bahwa 32 reponden yang diujikan dinyatakan valid dengan nilai Alpha Cronbach 0.885.
Tabel 4. 9 Realibility Static Cronbach's Alpha .885
N of Items 12
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel tingkat realible, maka nilai Alpha Cronbach = 0.885
≥
0.8 sehingga tingkat reliabilitasnya tinggi (dapat dipercaya).
4.3.3
Analisa Deskriptif Analisa deskriptif berfungsi untuk mendapatkan nilai mean dan median
dari seluruh jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari variabel penelitian. Analisa ini memungkinkan peneliti mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas dari data yang diperoleh. Dengan menggunakan bantuan program SPSS, maka akan didapatkan nilai mean yang merupakan nilai rata-rata, serta nilai median. Dari hasil pengolah data tersebut, dapat dilihat bahwa indikator pada sub-variabel X.6.4 memiliki nilai mean tertinggi dengan nilai mean 3.4375.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
81
4.3.4
Analisa Dengan Menggunakan AHP Tahap pertama yang dilakukan pada analisa AHP adalah membuat matriks
perbandingan berpasangan untuk pengaruh biaya sehingga didapatkan sebanyak lima (5) buah elemen yang dibandingkan. Di bawah ini diberikan matriks berpasangan yang dapat dihitung seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 10 Matriks AHP sangat
berpengaruh
cukup
sedikit
tidak
sangat
1
3
5
7
9
berpengaruh
0.33
1.00
3.00
5.00
7
cukup
0.20
0.33
1.00
3.00
5
sedikit
0.14
0.20
0.33
1.00
3
tidak
0.11
0.14
0.20
0.33
1
jumlah
1.79
4.68
9.53
16.33
25
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Perhitungan bobot elemen untuk masing-masing unsur dalam matriks bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 11 Tahap AHP 2
Sangat
Sangat 0.56
Berpengaruh 0.64
Cukup 0.52
Sedikit 0.43
Tidak 0.36
Jumlah 2.51
Prioritas 0.5
Presentase 100
Berpengaruh Cukup
0.19 0.11
0.21 0.07
0.31 0.1
0.31 0.18
0.28 0.2
1.3 0.67
0.26 0.13
51.75 26.72
Sedikit Tidak
0.08 0.06
0.04 0.03
0.03 0.02
0.06 0.02
0.12 0.04
0.34 0.17
0.07 0.03
13.48 6.93
Jumlah
1
1
1
1
1
5
1
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Sehingga dari tabel perhitungan di atas maka bobot elemen untuk masing-masing risiko dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
82
Tabel 4. 12 Tabel Bobot
BOBOT
Sangat
Berpengaruh
Cukup
Sedikit
Tidak
1
0.52
0.27
0.13
0.07
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Uji konsistensi matriks dan hirarki Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensi, maka nilai eigen value maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen value sisa mendekati nol. Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakuakan dengan unsurunsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks sebagai berikut.
æ ç ç ç ç ç ç è
1 3 5 7 0.33 1 3 5 0.2 0.33 1 3 0.14 0.20 0.33 1 0.11 0.14 0.2 0.33
9 7 5 3 1
ö æ ÷ ç ÷ ç ÷´ ç ÷ ç ÷ ç ÷ ç ø è
0.5 0.26 0.13 0.07 0.03
ö ÷ ÷ ÷= ÷ ÷ ÷ ø
2.69 1.375 0.676 0.325 0.171
sehingga didapatkan nilai z maks = 2.69 + 1.375 + 0.676 + 0.325 + 0.171 = 5.237 dengan banyaknya elemn dalam matriks (n) adalah 5, maka besarnya RCI untuk n=5 sesuai dengan tabel Sturat H. Mann adalah sebesar 1.12, maka CI = (λmaksn)/(n-1) adalah CI = 0.059. Selanjutnya CR = 0.059/1.12= 0.053=5.2 %. Nilai tersebut menunjukkan nilai CR <10 % , maka hasil ini mempunyai hirarki konsisten dan tingkat akurasi yang tinggi.
Rangking pada Variabel Berdasarkan uji konsistensi, maka perhitungan untuk pengaruh variabel terhadap perubahan biaya konstruksi dilakukan dengan memasukkan bobot elemn
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
83
masing-masing sesuai dengan hasil. Tabel berikut merupakan perhitungan nilai pengaruh terhadap biaya yang digunakan untuk menentukan rangking atau peringkat dalam analisa AHP.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
84
Tabel 4. 13 Perhitungan AHP
Variabel
Prosentase Nilai
Responden
Sub-Variabel
Jumlah
0.069251112
0.134795225
0.267194175
0.517544745
1
1
2
3
4
5
Nilai (%)
Ranking
1
2
3
4
5
X.1.1
0
17
6
7
2
32
1.177268897
0.808771347
1.870359228
1.03508949
32
36.89148896
10
X.1.2
0
10
12
7
3
32
0.692511116
1.617542695
1.870359228
1.552634235
32
37.73304727
4
X2
X.2.1
1
15
7
5
4
32
1.038766674
0.943566572
1.335970877
2.070178981
32
37.3884831
6
X3
X.3.1
1
18
8
5
0
32
1.246520009
1.078361797
1.335970877
0
32
35.66085268
12
X.3.2
0
12
17
3
0
32
0.831013339
2.291518818
0.801582526
0
32
35.92411468
11
X4
X.4.1
1
7
12
8
4
32
0.484757781
1.617542695
2.137553404
2.070178981
32
38.31003286
2
X5
X.5.1
0
12
12
6
2
32
0.831013339
1.617542695
1.603165053
1.03508949
32
37.08681058
8
X.5.2
1
9
14
6
2
32
0.623260005
1.887133144
1.603165053
1.03508949
32
37.14864769
7
X.6.1
0
9
13
10
0
32
0.623260005
1.752337919
2.671941755
0
32
37.04753968
9
X.6.2
0
6
15
10
1
32
0.41550667
2.021928368
2.671941755
0.517544745
32
37.62692154
5
X.6.3
0
7
11
12
2
32
0.484757781
1.48274747
3.206330105
1.03508949
32
38.20892485
3
X.6.4
0
5
10
15
2
32
0.346255558
1.347952246
4.007912632
1.03508949
32
38.73720993
1
X1
X6
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
85
Dari tabel di atas, diperoleh niali proxy utama indikator yang sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang mewakili variabel tersebut. Indikator tersebut merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 4. 14 Proxy Variabel No.
Variabel
1 2 3 4 5 6
X1 X2 X3 X4 X5 X6
SubVariabel X.1.2 X.2.1 X.3.2 X.4.1 X.5.2 X.6.4
Nilai (%) 37.73304727 37.3884831 35.92411468 38.31003286 37.14864769 38.73720993
Sumber: Hasil Olahan
4.3.5
Validasi Pakar Setelah diperoleh proxy dari tiap variabel, maka hal yang selanjutya
dilakukan adalah memvalidasi kembali tiap proxy tersebut kepada pakar, agar mengetahui apakah proxy yang telah dipilih adalah indikator yang tepat mempengaruhi biaya konstruksi green building.
4.3.6
Analisa Studi Kasus
4.3.6.1 Pendahuluan Proyek pembangunan Gedung Y ini merupakan kompleks gedung perkantoran yang dikerjakan oleh PT X dengan menerapkan konsep green building. Sesuai dengan visi misi perusahaan kontraktor dan didukung pula oleh pemilik gedung yang juga berkomitmen atas pelestarian lingkungan, gedung ini termasuk kategori gedung yang hemat energy. Pihak kontraktor menjalankan Principles of Green / Sustainable Architecture.
Data Umum Proyek Nama Proyek
: Pembangunan Kantor Pusat Y gerbang tol TMII Utama
Pemberi Tugas
: PT. Y
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
86
Konsultan Perencana : PT. Z Nilai Proyek Awal
:
Tipe Kontrak
: Lumpsum Fixed Price
Masa Pelaksanaan
:
Masa Pemeliharaan
:
Luas Lahan
: 8.741 m2
Luas Bangunan Pusat : 4.879,3 m2 Lingkup Pekerjaan
: Struktur, M/E, dan Arsitektur
Berikut ini adalah work breakdown structure proyek yang menjadi objek studi kasus,
Gambar 4. 4 WBS Proyek Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
87
4.3.6.2 Penerapan Konsep Green Building Pembangunan gedung kantor ini ditargetkan memperoleh 65 poin sistem rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat gold. Desain awal (pada saat tender) merupakan desain gedung konvensional yang selanjutnya diubah menjadi desain green building.
Gambar 4. 5 Desain Awal dan Green Sumber: Data Proyek Jasa Marga
Meskipun desain awalnya adalah konvensional tetapi telah memiliki baseline poin green building yaitu sebesar 22 poin.
Tabel 4. 15 Target Pencapaian Rating NO
ITEM
Baseline
Target
ELIGIBILITY 1
ASD
Appropriate Site Development
4
11
2
EEC
Energy Efficiency & Conservation
2
16
3
WAC
Water Conservation
2
14
4
MRC
Material Resources & Cycle
3
4
5
IHC
Indoor Health & Comfort
6
9
6
BEM
Building Enviroment Management
1
11
20
65
TOTAL Sumber: Hasil Olahan
Proyek ini mengaplikasikan beberapa tolok ukur dalam konsep green khususnya aspek ASD, yaitu: ASD P1 Basic Green Area
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
88
ASD 1 Site Selection ASD 2 Community Accessibility ASD 3 Public Transportation ASD 4 Bicycle ASD 5 Site Landscaping ASD 6 Micro Climate ASD 7 Storm Water Management Dari beberapa pengaplikasian ASD diatas, ada yang didapat dengan sendirinya karena memang sudah by designed sehingga tidak memerlukan effort penambahan biaya dari pengaplikasiannya, namun terdapat beberapa poin yang memerlukan effort biaya, berikut penjabarannya: ASD P1 Basic Green Area Pada
P1
ASD,
proyek
ini
memenuhi
persyaratan,
luas
area
untuk
vegetasi/softscape yang tidak terkena structure sebanyak 4,479m² (51%) atau > 10% dari luas total lahan (8,741 m2).
Gambar 4. 6 Luas Vegetasi Sumber: Data Proyek
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
89
Tabel 4. 16 Presentase Sofscape terhadap Luas Lahan
Sumber: Data Proyek
ASD 1 Site Selection Pada ASD 1, proyek ini mendapatkan 1 poin, yaitu: • Membangun bangunan di kawasan yang masih berdensitas rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha)
Gambar 4. 7 Kepadatan Penduduk Sumber: Wikipedia
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
90
Berdasarkan data kependudukan, lokasi bangunan berada pada area dengan kepadatan 14,311 Jiwa/ km2 atau 143 Jiwa/Ha < 300 Jiwa/Ha. Total built up = 4,879 m2
Asumsi pengguna bangunan = 10 Jiwa/m2 Total pengguna bangunan = 488 Jiwa Data pengguna bangunan menunjukkan total pengguna bangunan adalah 488 Jiwa untuk luasan lahan 8,741 m2. Atau setara dengan 558 Jiwa/Ha > 300 Jiwa/Ha.
ASD 2 Community Accessibility Pada ASD 2 didapat 2 poin, yaitu: • Terdapat minimum 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 meter dari tapak. • Membuka akses pejalan kaki ke minimum 3 fasilitas umum sejah 300 meter.
Gambar 4. 8 Fasilitas Umum Sumber: Data Proyek
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
91
Tabel 4. 17 Fasilitas Umum No. 1 2 3 4 5 6 7
Fasilitas Umum Rumah sakit Haji Mall " Tamini square" SPBU Masjid ( AT Tin) Terminal angkutan umum ( Pinang ranti) Pasar Induk ( Kramat jati) Taman umum (TMII)
Sumber: Data Proyek
ASD 3 Public Transportation Pada ASD 3, proyek ini mengambil 1 poin, yaitu: • Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 M (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyebrangan dan ramp. Poin ini dapat dicapai dikarenakan memang sudah terdapat hate dalam jangkauan < 300 m dari site, seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4. 9 Halte Sumber: Data Proyek
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
92
ASD 4 Bicycle Pada ASD 4, didapat 2 poin, yaitu: • Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna tetap gedung. • Apabila memenuhi tolok ukur diatas dan menyediakan shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda tersedia. Total built up = 4,879 m2 Asumsi pengguna bangunan = 10 Jiwa/m2 Total pengguna bangunan = 488 Jiwa Lahan parkir sepeda yang harus disediakan adalah 488 jiwa / 20 parkir = 25 Area Parkir. Fasilitas ruang shower dan loker = 25 Area / 10 shower = 3 shower.
Gambar 4. 10 Parkir Sepeda dan Shower Sumber: Data Proyek
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
93
ASD 5 Site Landscaping Pada ASD 5, didapat 3 poin, masing-masing dari: • Adanya area lansekap berupa vegetasi (Softcape) minimum 40% luas total lahan termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden. • Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 diatas. • Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam provinsi sebesar 60% luas tajuk / jumlah tanaman.
Terdapat Total Area Vegetasi sebasar : 4,479 m2 atau 51 % dari total luas lahan. Untuk landscaping pemilihan jenis tanaman diutamakan pada jenis tanaman lokal (Indigeneous) dan budidaya lokal. Untuk dapat memberikan tambahan point sekaligus memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitar, diperlukan penambahan area Roof garden sebesar : 700 m2 atau 8 %, yang didapatkan optimalisasi area atap yang ada, dengan penggunaan paving grass dan tanaman perdu.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
94
Gambar 4. 11 Total Area Vegetasi Sumber: Hasil Olahan
Tabel 4. 18 Tanaman Lokal No.
Tanaman Indegenoue
1
Sawo kecik
2
Kenari
3
Batavia
4
Palem putri
5
Kamboja bali
6
pangkas kuning
7
Pucuk merah
8
Bambu
Sumber: Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
95
Gambar 4. 12 Tanaman Lokal Sumber: Data Proyek jasa Marga
Penggunaan green pavers untuk mengoptimalkan area vegetasi pada lahan bangunan juga diterapkan seperti terlihat pada gambar dibawah:
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
96
Gambar 4. 13 Grass Pavers Sumber: Data Proyek Jasa Marga
ASD 6 Micro Climate Pada ASD 6 didapat 2 poin, yaitu: • Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai Albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. • Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non - atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. Untuk menghindari efek heat island pada atap bangunan, digunakan finish material beruba concrete screed dengan high revlective roof paint sehingga nilai albedo lebih besar dari 0,3. Pada Fasade bangunan, efek heat island dapat ditanggulagi dengan pemilihan jenis material yang bersifat reflective, kombinasi antara grc panel dengan high reflective wheathershield paint dengan reflective glass dan alumunium composite panel. Pada area landscape, komposisi lahan vegetasi hijau dengan penerapan grass pavers pada area parkir serta paving blok pada jalan, diharapkan dapat memaksimalkan nilai albedo hingga mencapai kisaran angka 0,5.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
97
Berikut ditampilkan data perhitungan nilai albedo pada area atap dan non atap yang didapat.
Tabel 4. 19 Nilai Albedo NO
NILAI SOLAR REFLECTANCE
BAHAN PERMUKAAN
LOKASI
1
ATAP
Concrete slab Reflective light roof paint
0.3 0,5-0,8
2
FASADE
GRC panel /new portland cement Reflective light wheathershield paint Reflective glass Alumunium composite sheet
0,7-0,8 0,5-0,8 0,5-0,9 0,5-0,6
Area tanah dengan vegetasi
0,3-0,5
Paving grass Paving blok
0,3-0,5 0.5
3
LANDSCAPE Softscape Parking area Hardscape
Sumber: Data proyek jasa Marga
ASD 7 Storm Water Management Hanya didapat 1 poin pada ASD 7, yaitu: • Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
98
Tabel 4. 20 Data Curah Hujan
Sumber: Data BMKG
4.4
K esimpulan Pengumpulan data dilakukan secara terstruktur dan terbagi menjadi tiga
tahapan yakni tahap 1 berupa validasi variabel-variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini, kemudian tahap 2 berupa penyebaran kuisioner kepada responden awal (Pilot Responden) untuk mengetahui reaksi dan tingkat pemahaman terhadap isi kuisoner tersebut, serta tahap 3 berupa penyebaran kuisioner pada para responden di proyek gedung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari penerapan indikator yang ada dalam kuisioner terhadap perubahan biaya konstruksi. Selanjtnya hasil dari pengumpulan data tahap 3 tersebut, diolah dengan SPSS dan metode AHP, kemudian hasilnya kembali dibawa kepada pakar untuk diberikan komentar dan pendapatnya. Hasil dari pengolahan tahap 3 tersebut, dibawa ke proyek kantor pusat Jasa Marga sebagai objek studi kasus.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1
Pendahuluan Bab ini membahas mengenai temuan dan bahasan dari analisa data dalam
upaya menjawab tujuan penelitian. Pada subbab 5.2 akan dibahas temuan penelitian dan subbab 5.3 mengenai pembahasan. 5.2
T emuan
5.2.1
Temuan 1 (Hasil Kuisioner) Setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan
melakukan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan proxy variabel dari indikator-indikator yang ada. Berikut ini adalah proxy variabel sesuai dengan peringkat paling berpengaruh:
Tabel 5. 1 Proxy Variabel No.
Variabel
1 2 3 4 5 6
X1 X2 X3 X4 X5 X6
SubVariabel X.1.2 X.2.1 X.3.2 X.4.1 X.5.2 X.6.4
Nilai (%) 37.73304727 37.3884831 35.92411468 38.31003286 37.14864769 38.73720993
Sumber: Hasil Olahan
Dapat dilihat dari tabel diatas, merupakan sub-variabel proxy dari tiap variabel, variabel X1 Community Accessibility, proxynya adalah X.1.2 Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki, variabel X2 Public Transportation, proxynya adalah X.2.1 Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat, variabel X3 Bicycle, proxynya adalah X.3.2 Apabila butir 1 (X.3.1) di atas terpenuhi, tersedianya
99 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
100
shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda, variabel X4 Site Landscaping, proxynya adalah X.4.1 Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, variabel X5 Microclimate, proxynya adalah X.5.2 Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung, variabel X6 Storm Water Management, proxynya adalah Teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan. Dari 6 variabel tersebut, dapat disimpulkan yang menjadi variable proxy adalah variable X6 Storm Water Management, dengan nilai 38.73%,dan menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi green building.
5.2.2
Temuan 2 (Hasil studi Kasus) Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada bab 4, maka
diketahuilah variabel-variabel yang mengalami perubahan biaya konstruksi pada proyek yang dijadikan objek studi kasus. Berikut ini adalah subaspek dari aspek ASD yang menjadi target pencapaian: a. ASD P1 Basic Green Area Pada P1 ASD, proyek ini memenuhi persyaratan, luas area untuk vegetasi/softscape yang tidak terkena structure sebanyak 4,479m² (51%) atau > 10% dari luas total lahan (8,741 m2). b. ASD 1 Site Selection Pada ASD 1, proyek ini mendapatkan 1 poin, yaitu: a) Membangun bangunan di kawasan yang masih berdensitas rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha). c. ASD 2 Community Accessibility Pada ASD 2 didapat 2 poin, yaitu: a) Terdapat minimum 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 meter dari tapak. b) Membuka akses pejalan kaki ke minimum 3 fasilitas umum sejah 300 meter. d. ASD 3 Public Transportation
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
101
Pada ASD 3, proyek ini mengambil 1 poin, yaitu: a) Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 M (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyebrangan dan ramp. e. ASD 4 Bicycle Pada ASD 4, didapat 2 poin, yaitu: a) Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna tetap gedung. b) Apabila memenuhi tolok ukur diatas dan menyediakan shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda tersedia. f. ASD 5 Site Landscaping Pada ASD 5, didapat 3 poin, masing-masing dari: a. Adanya area lansekap berupa vegetasi (Softcape) minimum 40% luas total lahan termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden. b. Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 diatas. c. Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam provinsi sebesar 60% luas tajuk / jumlah tanaman. g. ASD 6 Micro Climate Pada ASD 6 didapat 2 poin, yaitu: a. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai Albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. b. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non - atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. Untuk mendapat poin diatas kembali tidak terjadi perubahan biaya, hal ini dikarenakan material yang dipilih baik atap maupun non-atap sudah memiliki nilai albedo >0.3. h. ASD 7 Storm Water Management Hanya didapat 1 poin pada ASD 7, yaitu:
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
102
a. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. 5.3
Pembahasan Hasil setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan
melakukan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka didapatkan variabel X1 Community Accessibility, proxynya adalah X.1.2 Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki, variabel X2 Public Transportation, proxynya adalah X.2.1 Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat, variabel X3 Bicycle, proxynya adalah X.3.2 Apabila butir 1 (X.3.1) di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda, variabel X4 Site Landscaping, proxynya adalah X.4.1 Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, variabel X5 Microclimate, proxynya adalah X.5.2 Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung, variabel X6 Storm Water
Management,
proxynya
adalah
Teknologi-teknologi
yang
dapat
mengurangi debit limpasan air hujan. Pada analisa studi kasus, ditemukan: a. ASD P1 Basic Green Area Pada P1 ASD, proyek ini memenuhi persyaratan, luas area untuk vegetasi/softscape yang tidak terkena structure sebanyak 4,479m² (51%) atau > 10% dari luas total lahan (8,741 m2). b. ASD 1 Site Selection Pada ASD 1, proyek ini mendapatkan 1 poin, yaitu: a)
Membangun bangunan di kawasan yang masih berdensitas rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha).
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
103
Untuk mendapatkan poin ini tidak terjadi perubahan biaya dikarenakan lokasi proyek ini sendiri sudah memenuhi kriteria yang dibutuhkan. c. ASD 2 Community Accessibility Pada ASD 2 didapat 2 poin, yaitu: a) Terdapat minimum 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 meter dari tapak. b) Membuka akses pejalan kaki ke minimum 3 fasilitas umum sejah 300 meter. Tidak terjadi perubahan biaya untuk mendapatkan poin diatas karena lokasi proyek ini sendiri sudah memenuhi kriteria yang dibutuhkan. d. ASD 3 Public Transportation Pada ASD 3, proyek ini mengambil 1 poin, yaitu: a) Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 M (walking
distance)
dari
gerbang
lokasi
bangunan
dengan
tidak
memperhitungkan panjang jembatan penyebrangan dan ramp. Untuk mendapat poin diatas, tidak terjadi perubahan biaya karena memang sudah terdapat halte dalam jangkauan < 200 m dari lokasi proyek. e. ASD 4 Bicycle Pada ASD 4, didapat 2 poin, yaitu: a) Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna tetap gedung. b) Apabila memenuhi tolok ukur diatas dan menyediakan shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda tersedia. Untuk mendapat poin diatas, terjadi penambahan biaya sebesar Rp 38.098.635,00. f. ASD 5 Site Landscaping Pada ASD 5, didapat 3 poin, masing-masing dari: a) Adanya area lansekap berupa vegetasi (Softcape) minimum 40% luas total lahan termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden. b) Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 diatas.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
104
c) Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam provinsi sebesar 60% luas tajuk / jumlah tanaman. Untuk mendapat poin diatas, terjadi penambahan biaya sebesar Rp 463.796.000,00. g. ASD 6 Micro Climate Pada ASD 6 didapat 2 poin, yaitu: a) Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai Albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. b) Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non - atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai dengan perhitungan. Untuk mendapat poin diatas kembali tidak terjadi perubahan biaya, hal ini dikarenakan material yang dipilih baik atap maupun non-atap sudah memiliki nilai albedo >0.3. h. ASD 7 Storm Water Management Hanya didapat 1 poin pada ASD 7, yaitu: a) Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. Untuk mendapat poin diatas, terjadi penambahan biaya sebesar Rp 151.155.560,00. Secara keseluruhan, perubahan biaya yang terjadi akibat penerapan aspek green building adalah:
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
105
Tabel 5. 2 Prosentase Penambahan Biaya Keseluruhan No
Aspek
% Penambahan
1
Appropriate Site Development
1,68%
2
Energy Efficiency & Conservation
3,24%
3
Water Conservation
1,75%
4
Material Resources & Cycle
0,0%
5
Indoor Health & Comfort
0,01%
6
Building Environtment Management
0,51%
Total
7,19%
Sumber: Olahan Sendiri
5.4
Pembuktian H ipotesa Dari hasil temuan yang ada dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa
hipotesa dari penelitian ini yakni ASD 3 Fasilitas Jalur Pedestrian dan ASD 4 Parkir sepeda dan shower merupakan aspek yang mempengaruhi perubahan biaya terbukti, namun ternyata ASD 3 Fasilitas Jalur Pedesrtian pada proyek ini tidak mengalami penambahan biaya, hal ini dikarenakan proyek ini tidak mengambil poin pada Fasilitas Jalur Pedestrian, melainkan mengambil dari poin adanya halte atau stasiun dalam jangkauan 300 m dari gerbang lokasi. Di proyek ini juga ditemukan bahwa tidak hanya kedua aspek itu saja yang mengalami penambahan biaya melainkan juga aspek ASD 5 (Site Landscaping) dan ASD 7 (Storm Water Management). Dengan perubahan biaya akibat penerapan aspek
ASD secara
keseluruhan tersebut sebesar 1,68%.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
106
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
K esimpulan Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Faktor yang mempengerahui biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building adalah sebagai berikut.
Tabel 6. 1 Variabel Pengaruh No.
Variabel
SubVariabel
1
ASD 2 Community Accessibility
X.1.2
2
ASD 3 Public Transportation
X.2.1
3
ASD 4 Bicycle
X.3.2
4
ASD 5 Site Landscaping
X.4.1
5
ASD 6 Microclimate
X.5.2
6
ASD 7 Storm Water Management
X.6.4
Indikator Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum Menyediakan Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat Apabila butir 1 di atas (X.3.1) terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan Adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
Sumber: Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
107
b. Dari hasil studi kasus, akibat penerapan aspek ASD, didapat penambahan 1,68%. 6.2
Sar an Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan penelitian studi kasus dengan jumlah objek studi yang lebih dari satu dan memiliki target pencapaian sertifikasi green building yang sama, misal gold dengan gold atau platinum dengan platinum.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
108
DAFTAR ACUAN
[1] Persi, P. D. (2011, Oktober 26). Green Hospital/ Green Building Concept And Carbon Footprint. December 2, 2011. http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&catid=8&nid=593 [2] BAKOSURTANAL. Workshop Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada Lingkungan Pantai Indonesia. December 2, 2011. http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/workshop-dampak-kenaikanpermukaan-laut-pada-lingkungan-pantai-indonesia-2/ [3] Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni. December 2, 2011. http://blog.unsri.ac.id/ditalia/global-warming/tahun-2500-bumi-tak-layakhuni/mrdetail/40557/ [4] Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0. (2010). Jakarta: GBCI. [5] M Latief. Cuma Pengembang Ecek-ecek Risaukan Biaya "Green Building". Kompas 6 Oktober 2011 [6] Data PT Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk , 2011 [7] Irwan Sendjaja - Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia, Saatnya Pengelola Gedung Beralih ke "Green Building". Kompas 17 Februari 2011 [8] http://bplhd.jakarta.go.id/06_greenbuilding.php diakses tanggal 5 Desember 2011 [9] Green Building Concil Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0 , 2010. [10] http://www.tempo.co/read/news/2011/12/05/095370037/Menikam-ProtokolKyoto-di-Durban diakses tanggal 5 Desember 2011 [11] http://www.antaranews.com/print/1258882598/javascript: diakses tanggal 5 Desember 2011 [12] Poul E. Kristensen-Direktur Manager IEN Consultant, Media Informasi dan Komunikasi Dewan Energi Nasional Edisi Ke III, 2010. [13] (Irwan Sendjaja-Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia AMPRI, Februari 2011). [14] .http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/biaya.aspx ., diakses tanggal 5 Januari 2012 [15] Suratman, Pengaruh Penerapan Green Construction Terhadap Kinerja Biaya Proyek di Lingkungan PT PP (Persero), Tbk. Depok: Universitas Indonesia, 2010.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
109
[16] Asiyanto. Construction Paramitha, 2010
Project
Cost
Management.Jakarta:
Pradnya
[17] Ismanthono, Kamus Istilah Ekonomi dan Bisnis (hal. 70). Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.2010 [18] Purwanto. Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. [19] http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/teknik-pengambilan-sampelpenelitian.html diakses tanggal 4 Januari 2012 [20] Purwanto. Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. [21] Bhisma Murti. Validitas dan Realibilitas Pengukuran. Matrikulasi Program Studi Doktoral FK UNS, Surakarta. 2011 [22] Bayu Adikusumo. Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction Pada Bangunan Gedung Terhadap Penambahan Biaya Pada Pelaksanaan Proyek. Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia,Depok.2010 [23] Nachrowi Djalal and Hardius Usman . Teknik Pengambilan Keputusan . Jakarta: Grasindo ,2004. hal.229 [24] Marimin. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakata: Grasindo , 2005. hal .24 [25] Ali Barohoh. Statistik dengan SPSS 15. Jakarta: Elex Media Komputerindo, 2008. [26] Istijanto. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. hal 91
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
110
DAFTAR REFERENSI
Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0. (2010). Jakarta: GBCI. An American National Standard. A Guide to the Project Management Body Of Knowledge (PMBOK)Fourth Editon. New Town Square: Project Management Institute Inc, 2008. Asiyanto. Construction Project Cost Management.Jakarta: Pradnya Paramitha, 2010 Barohoh, Ali. Statistik dengan SPSS 15. Jakarta: Elex Media Komputerindo, 2008. Green Building Concil Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi 1.0 , 2010. Green Building Council Indonesia. (2010). GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA turut mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Jakarta. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-P1. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-1. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-2. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-3. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 47). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-4. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-5. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-6. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
111
Green Building Council Indonesia. (2010). ASD-7. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Hardjono, Rosita. Pengelolaan Gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Skripsi Petra Surabaya, 2009. Purwanto. Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
LAMPIRAN 1 KUISIONER TAHAP 1
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Lampiran 1: Kuisioner Tahap 1
NO
X1
X2
Variabel
Prasyarat 1 Basic Green Area
SubNo
Sub Variabel
X.1.1
Area lansekap vegetasi yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman,seluas minimum 10% dari luas total lahan.
X.2.1
Pembangunan pada kawasan yang lebih kompak (>300 orang/Ha)
Membangun pada kawasan yang lebih kompak (>300 orang/Ha)
greenshipGBCI, US GBC
X.2.2
Bangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan
Pembangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 1 (Site Selection)
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
Adanya area lansekap vegetasi yang bebas dari struktur bangunan dan greenshipstruktur sederhana bangunan GBCI, US GBC taman,seluas minimum 10% dari luas total lahan.
L1-1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya Ya
X3
X.3.1
Minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak
X.3.2
Akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
ASD 2 (Community Accessibility)
Komentar dan Tanggapan
Tidak
Minimal terdapat 7 jenis fasilitas umum dalam jarak greenshippencapaian jalan utama GBCI, US GBC sejauh 1500 m dari tapak Adanya akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan- nya dengan jalan sekunder greenshipdan/atau lahan milik orang GBCI, US GBC lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
L1-2 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya Ya
X3
X.3.3
Fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
Adanya fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum
greenshipGBCI, US GBC
X.3.4
Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
Persetujuan owner untuk membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
greenshipGBCI, US GBC
ASD 2 (Community Accessibility)
L1-3 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Komentar dan Tanggapan
Tidak
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
X4
X.5
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.4.1
Halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
greenshipGBCI, US GBC
X.4.2
Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
greenshipGBCI, US GBC
X.5.1
Tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
ASD 3 (Public Transportation)
ASD 4 (Bicycle)
Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya X.5.2 shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
L1-4 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
X.6
Variabel
ASD 5 (Site Landscaping)
SubNo
Sub Variabel
Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman X.6.1 (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut X.6.2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% jumlah tanaman
Indikator
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Penggunaan Tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% jumlah tanaman
Referensi
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
L1-5 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
X.7
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.7.1
Material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo minimum 0,3
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo minimum 0,3
greenshipGBCI, US GBC
X.7.2
Material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo minimum 0,3
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap sehingga nilai albedo minimum 0,3
greenshipGBCI, US GBC
X.7.3
Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
X.7.4
Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya fitur yang mencegah terpaan angin greenshipkencang kepada pejalan kaki GBCI, US GBC di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
ASD 6 (Microclimate)
L1-6 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
X.8
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.8.1
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
greenshipGBCI, US GBC
X.8.2
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
L1-7 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Lanjutan
NO
X.8
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Referensi
X.8.3
Penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
Adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
greenshipGBCI, US GBC
X.8.4
Teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
Menggunakan teknologiteknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
L1-8 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Pengaruh terhadap Komentar Peningkatan dan Biaya Tanggapan Ya Tidak
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2 KUISIONER TAHAP 2
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Lampiran 2: Kuisioner Tahap 2
NO
X2
X.3
Variabel
ASD 3 (Public Transportation)
SubNo
Sub Variabel
X.2.1
Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat
X.3.1
Tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
X.3.2
Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
ASD 4 (Bicycle)
Indikator
Menyediakan Fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung Apabila butir 1 di atas terpenuhi, tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda
L2-1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Lanjutan
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
X.4.1
Area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden
greenshipGBCI, US GBC
X.5.1
Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya Pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
X.5.2
Fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
Adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang (pohon pelindung, atap) kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
greenshipGBCI, US GBC
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X.4
X.5
ASD 5 (Site Landscaping)
ASD 6 (Microclimate)
L2-2 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
2
3
Universitas Indonesia
4 5
Lampiran 2: Lanjutan
NO
X.6
Variabel
SubNo
Sub Variabel
X.6.1
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
X.6.2
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
ASD 7 (Storm Water Management)
Indikator
Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG Adanya pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85% total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
L2-3 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Referensi
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya 1 2 3 4 5
greenshipGBCI, US GBC
greenshipGBCI, US GBC
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Lanjutan
NO
Variabel
SubNo
Sub Variabel
Indikator
Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya
Referensi 1
X.6
X.6.3
Penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
Adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
greenshipGBCI, US GBC
X.6.4
Teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
Menggunakan teknologiteknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
greenshipGBCI, US GBC
ASD 7 (Storm Water Management)
L2-4 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
2
3
Universitas Indonesia
4 5
LAMPIRAN 3 REKAPITULASI HASIL PAKAR PERTAMA
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Lampiran 3: Rekapitulasi Hasil Pakar Pertama
L3-1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4 DATA RESPONDEN
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Lampiran 4: Data Responden
L4-1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 5 HASIL PERHITUNGAN BIAYA
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Lampiran 5: Hasil Perhitungan Biaya
L5-1 Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 6 RISALAH SIDANG SKRIPSI
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
L6-1
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
L6-2
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012
L6-3
Universitas Indonesia
Pengaruh appropriate..., Wan Dwi Putra Fernanda, FT UI, 2012