PENGARUH KETELADANAN BERIBADAH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT REMAJA DI DESA SAMBENG KELURAHAN MANGKUBUMEN SURAKARTA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH: FAJAR ARIBOWO NIM. 11105038
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2014 1
2
ii
3
SKRIPSI PENGARUH KETELADANAN BERIBADAH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT REMAJA DI DESA SAMBENG KELURAHAN MANGKUBUMEN SURAKARTA TAHUN 2013
DISUSUN OLEH: FAJAR ARIBOWO NIM: 11105038 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal ... Februari 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M. Pd
__________________
Sekretaris Penguji
: Achmad Maimun, M. Ag
__________________
Penguji I
: Maryatin, M. Pd
__________________
Penguji II
: Muna Erawati, M. Si
__________________
Penguji III
: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
__________________
Salatiga, Juli 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd NIP.
iii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (2098) 323 706, 323 433 Fax 323 433 Salatiga 507214 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
Dra. Siti Asdiqoh, M. Si DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara FAJAR ARIBOWO Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : FAJAR ARIBOWO NIM : 11105038 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH KETELADANAN BERIBADAH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT REMAJA DI DESA SAMBENG KELURAHAN MANGKUBUMEN SURAKARTA TAHUN 2013. Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, Februari 2014 Pembimbing,
Dra. Siti Asdiqoh, M. Si NIP. 19680812 199403 2003
iv
5
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: FAJAR ARIBOWO
NIM
: 11105038
Jurusan
: TARBIYAH
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Surakarta,
Februari 2014
Yang menyatakan,
Fajar Aribowo NIM. 111 O5 038
v
6
MOTTO
Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Q.S. Al Ikhlas: 1-4).
vi
7
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibuku tersayang yang selalu mendo’akan, memberikan banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang. 2. Saudara-saudaraku
semua
dan
seluruh
keluarga
yang
telah
mendukungku. 3. Semua teman-temanku di STAIN Salatiga yang telah melukis begitu banyak kenangan, serta semua teman-teman angkatan 2005. 4. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis.
vii
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah dengan rendah hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “PENGARUH KETELADANAN BERIBADAH REMAJA
DI
ORANG DESA
TUA
TERHADAP
SAMBENG
KEDISIPLINAN
KELURAHAN
SHALAT
MANGKUBUMEN
SURAKARTA TAHUN 2013”. Skripsi ini telah disusun dengan sebaik-baiknya berdasarkan teori yang diperoleh selama masa kuliah maupun literatur-literatur yang mendukung. Walapun demikian, penulis tidak akan menutup diri atas munculnya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Tarbiyah. 3. Ibu Dra. Asdiqoh, M. Si., selaku Ketua Program Studi PAI dan selaku dosen pembimbing yang penuh perhatian, semangat dan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Remaja Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. viii
9
5. Seluruh staf pengajar dan administrasi, khususnya Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang turut memperlancar penulisan skripsi ini. 6. Orang tuaku, keluargaku dan sahabat-sahabatku yang telah mendukung dan memperlancar penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tersebut di atas besar kemungkinan tidak akan terwujud skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan do’a kepada Allah SWT semoga amal beliu diterima Allah SWT dan mendapat balasan sesuai amalnya. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, Amin... Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga,
Februari 2014
Penulis
ix
10
ABSTRAK Aribowo, Fajar. 11105038. 2014. Pengaruh Keteladanan Beribadah Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Shalat Remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. Kata Kunci: Keteladanan Beribadah Orang Tua, Kedisiplinan Shalat Remaja Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui keteladanan beribadah orang tua dan kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013? (2) Bagaimana kedisiplinan shalat remaja di di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013? (3) Apakah keteladanan beribadah orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun jumlah respondennya 30 remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta. Adapun penelitiannya dilaksanakan pada bulan Desember 2013. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Berdasarkan rumusan masalah di atas, hasil penelitian ini yaitu (1) keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013 diketahui bahwa 60% termasuk dalam kategori baik; 20% termasuk dalam kategori cukup; 13,3% termasuk dalam kategori sedang dan 6, 7% termasuk dalam kategori kurang (2) Kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013 diketahui bahwa 63,3% termasuk dalam kategori baik; 23,3% termasuk dalam kategori cukup; 10,0% termasuk dalam kategori sedang dan 3,3% termasuk dalam kategori kurang (3) Ada pengaruh positif antara keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Hal ini diketahui dari koefisien korelasi antara keteladanan beribadah orang tua dengan kedisiplinan shalat remaja yaitu sebesar 0,718. Nilai rhitung dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment dengan N= 30 dan taraf signifikansi kepercayaan 5% yaitu 0,361; sehingga terbukti rhitung > rtabel, sehingga hipotesis yang diajukan “diterima”. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013.
x
11
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ...............................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
iv
PERSETUJUAN KEASLIAN TULISAN .................................................
v
MOTTO ......................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
ABSTRAK .................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
7
D. Manfaat Penelitian .............................................................
8
E. Definisi Operasional ..........................................................
8
F. Hipotesis ............................................................................
13
G. Jenis Penelitian ..................................................................
13
H. Metode Penelitian ..............................................................
14
I. Statistika Penulisan Skripsi ...............................................
18
xi
12
BAB II
LANDASAN TEORI A. Keteladanan Beribadah Orang Tua ...................................
20
1. Pengertian Keteladanan Beribadah Orang Tua ...........
20
2. Bentuk-Bentuk Keteladanan Ibadah Orang Tua .........
21
3. Aspek-Aspek Keteladanan Ibadah Shalat ...................
23
4. Fungsi Keteladanan Orang Tua ...................................
26
5. Nilai Pendidikan Dalam Keteladanan .........................
27
6. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Ibadah Shalat ....
28
B. Kedisiplinan Shalat ...........................................................
31
1. Pengertian Kedisiplinan ..............................................
31
2. Pengertian Shalat .........................................................
32
3. Dasar Hukum yang Mewajibkan Shalat ......................
33
4. Kedudukan Shalat .......................................................
34
5. Tujuan Shalat ...............................................................
35
6. Kekhusukan dalam Shalat ...........................................
36
7. Hikmah Shalat .............................................................
37
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin dalam
BAB III
Shalat ...........................................................................
41
C. Penelitian Terdahulu .........................................................
45
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran
Umum
Desa
Sambeng
Kelurahan
Mangkubumen Surakarta ..................................................
47
1. Kondisi Geografis .......................................................
47
xii
13
2. Kondisi Demografis ....................................................
47
B. Penyajian Data ...................................................................
50
1. Daftar Nama Responden .............................................
51
2. Data tentang Jawaban Angket Keteladanan Ibadah Orang Tua ....................................................................
52
3. Data tentang Jawaban Angket Kedisiplinan Shalat Remaja ......................................................................... BAB IV
BAB V
57
ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif .............................................................
61
1. Analisis Keteladaan Beribadah Orang Tua .......................
61
2. Analisis Kedisiplinan Shalat Remaja ................................
63
B. Pengujian Hipotesis ...........................................................
66
C. Pembahasan .......................................................................
68
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
70
B. Saran ..................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
14
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi
Penduduk
Desa
Sambeng
Kelurahan
Mangkubumen menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tabel 3.2 Komposisi
Penduduk
Desa
Sambeng
48
Kelurahan
Mangkubumen Menurut pendidikan (Bagi Umur 5 tahun ke atas) .......................................................................................... Tabel 3.3 Komposisi
Penduduk
Desa
Sambeng
49
Kelurahan
Mangkubumen Menurut Mata Pencaharian (Bagi umur 16 tahun ke atas) ............................................................................
50
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden ..........................................................
51
Tabel 3.5 Jawaban Angket Keteladanan Ibadah Orang Tua ....................
52
Tabel 3.6 Skor Jawaban Responden Variabel Keteladanan Ibadah Orang Tua ............................................................................................
54
Tabel 3.7 Kriteria Nilai dari Variabel Keteladanan Ibadah Orang Tua ..
56
Tabel 3.8 Jawaban Angket Kedisiplinan Shalat Remaja ..........................
57
Tabel 3.9 Skor Jawaban Responden Variabel Kedisiplinan Shalat Remaja ......................................................................................
58
Tabel 3.10 Kriteria Nilai dari Variabel Kedisiplinan Shalat Remaja ........
60
Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Responden tentang Keteladanan Beribadah Orang Tua Berdasarkan Angket ......................................................
62
Tabel 4.2 Prosentase Jawaban Responden tentang Keteladanan Beribadah Orang Tua ........................................................................................ xiv
63
15
Tabel 4.3 Prosentase Jawaban Responden tentang Kedisiplinan Shalat Remaja Berdasarkan Angket ...........................................................
64
Tabel 4.4 Prosentase Jawaban Responden tentang Kedisiplinan Shalat Remaja .............................................................................................
65
Tabel 4.5 Koefisien Korelasi Pengaruh Keteladanan Beribadah Orang Tua terhadap Kedisiplinan Shalat Remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta ..............................................
xv
67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Orang tua sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anaknya baik yang berkenaan dengan iman,
moral,
mental, jasmani maupun rohani. Pendidikan pertama yang harus ditanamkan orang tua adalah keimanan dan perilaku agama di dalam diri anak untuk memupuk keteladanan yang baik dalam diri mereka. Oleh karena itu, hendaknya orang tua yang berperan penting dalam pendidikan keluarga harus menerapkan pendidikan agama sejak dini agar anak-anaknya terbiasa melakukan ritual-ritual keagamaan sejak kecil terutama ibadah shalat. Sehingga nanti ketika beranjak dewasa mereka sudah terbiasa melakukan hal-hal keagamaan karena kegiatan keagamaan anak di masa mendatang berawal dari pendidikan agama dalam keluarga sejak dini. Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar dari pendidik kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan dengan normanorma yang Islami agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim (Uhbiyati, 2008: 123). Pendapat lain menyebutkan bahwa pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak yang nantinya dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidupnya bagi
1
2
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat (Daradjat, dkk., 2002: 28). Pendapat di atas mempunyai arti bahwa kebiasaan yang diberikan kepada anak adalah cara bagi orang tua untuk menanamkan jiwa keagamaan kepada anak dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Keluarga merupakan pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu pada masa pra-sekolah. Pada masa tersebut apapun yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas sehingga tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Sehingga jelaslah bahwa keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan besar dalam pembangunan masyarakat, karena keluarga merupakan pondasi bangunan untuk mempersiapkan personil-personilnya. Dalam pendidikan shalat hendaknya orang tua memberikan contoh dan teladan yang baik sejak masa anak-anak sehingga mereka bisa meniru apa yang diajarkan oleh orang tua tentang gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat. Sehingga ketika nanti mereka beranjak dewasa mereka sudah terbiasa melaksanakan shalat dan mereka akan selalu melaksanakan shalat ketika sudah datang waktu shalat. Jadi, anak melaksanakan atau meninggalkan shalat pada saat mereka beranjak dewasa tergantung dari pendidikan shalat yang diberikan orang tua dalam keluarga mereka pada masa anak-anak. Shalat adalah bentuk ibadah yang sangat luhur, amal ibadah terpenting, perintah Allah yang utama dan pilar agama Islam. Oleh karena itu, perbuatan
3
seorang hamba yang pertama akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya (Sirajuddin, 2004: 101). Rasulullah SAW memerintahkan kepada para orang tua untuk mengajarkan shalat lima waktu kepada anaknya sejak usia tujuh tahun. Karena dengan mengajarkan shalat sejak usia tujuh tahun diharapkan nantinya akan terbentuk kedisiplinan shalat dalam diri anak ketika menginjak usia dewasa. Keluarga adalah sebagai unit pertama dan institusi utama dalam masyarakat. Menurut Hasan Langgulung, di dalam keluarga tersebut berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan melalui interaksi dengannya individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi, dan sikapnya dalam hidup dan itu ia memperoleh ketenteraman dan ketenangan (Langgulung, 2005: 346). Ada juga yang mengatakan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya (Zuhairini, 2001: 117). Pada dasarnya umat manusia selalu membutuhkan naungan keluarga dalam segala jenjang umur, mulai sejak kanak-kanak hingga ajal menemuinya.Seorang anak, harus hidup di tengah-tengah keluarga yang utuh. Jika tidak maka akan mempunyai akhlak dan watak yang aneh karena tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Sebagaimana Firman Allah SWT:
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At Tahrim: 6). Berdasarkan Firman Allah tersebut, maka orang tua berkewajiban memelihara anggota keluarga dari hal-hal yang tidak pantas, serta lebih dahulu menjalankan perintah agama secara baik, sebab anak lebih cenderung meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam lingkungan hidupnya. Artinya mendidik anak dengan keteladanan perilaku secara langsung itu lebih baik dari pada hanya dengan nasehat dalam bentuk ucapan-ucapan belaka. Jadi, kalau orang tua memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang baik, maka anakanaknya pun akan menjadi manusia shalih, karena sejak kecil sudah mendapatkan hal-hal yang baik. Namun kenyataan yang kemudian terjadi dalam kehidupan masyarakat kita sekarang, tidak semua anak mendapatkan pengarahan yang baik dari orang tuanya. Padahal orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan anak serta menanamkan norma-norma agama. Hal ini disebabkan pengaruh negatif dari budaya modern yang hanya menonjolkan logika dan materi yang kering dari nilai spiritual. Mereka cenderung mengutamakan hal yang bersifat material dan rasional, tetapi melupakan nilai sosial dan batiniah (Amin, 2000: 287). Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abu Hamid Al Ghazali tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan,
5
bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci siap diberi pahatan apapun. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan maka dia akan tumbuh dalam kebaikan, begitupun sebaliknya (Salwasalsabila, 2008: 5). Orang tua memegang peranan yang sangat penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak bayi lahir ibunyalah yang selalu berada di sampingnya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya dan kebiasaannya (Daradjat, 2006: 35). Dengan demikian orang tua haruslah menjadi contoh bagi anakanaknya. Karena orang tua merupakan contoh baik dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, karena keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak. Jika orang tua atau keluarga mendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, pemberani dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan sifat-sifat mulia ini. Jika sebaliknya dalam keluarga orang tua pendusta, penghianat, berbuat sewenang-wenang, bakhil, pengecut, maka kemungkinan besar anak pun akan tumbuh dengan sifat tercela tersebut (Ulwan, 1981: 2). Desa Sambeng meupakan salah satu desa yang ada di Kelurahan Mangkubumen Surakarta. Saat ini masyarakat Desa Sambeng telah mengalami kemerosotan dalam hal ibadah shalat. Walaupun saat ini masyarakat Sambeng giat membangun dalam bidang fisik maupun mental spiritual yang tercermin dengan banyaknya aktifitas keagamaan yang
6
dilakukan oleh organisasi pemuda seperti pengajian remaja dengan mendatangkan kyai atau tokoh masyarakat ataupun pengajian orang tua (yasinan ibu-ibu dan bapak-bapak), baik yang berpusat di masjid, rumah warga sendiri maupun majlis ta’lim lainnya. Namun sehubungan dengan berbagai aktifitas keagamaan tersebut, kualitas ibadah masyarakat tetap jauh berbeda dibandingkan empat puluh tahun lalu. Dan apabila diamati lebih jauh ada juga ditemukan beberapa gejala yang terjadi sebagai dampak modernisasi dan masuknya budaya asing di Desa Sambeng seperti gaya berpakaian, cara berbicara dan sebagainya. Keadaan tersebut sebenarnya sangat memprihatinkan di atas pentingnya ibadah shalat, sehingga menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja, di tengah arus modernisasi dan mobilitas orang tua yang tinggi. Karena itu agama berfungsi sebagai pengontrol dan filter serta benteng dari setiap perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, sehingga anak akan menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, berbudi luhur dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan demikian penulis memilih judul pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013? 2. Bagaimana tingkat kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013? 3. Apakah
keteladanan
beribadah
orang
tua
berpengaruh
terhadap
kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. 2. Untuk mengetahui kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013
8
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitin ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Dapat memberi dorongan kepada orang tua agar lebih meningkatkan perhatian kepada anak-anaknya dalam masalah ibadah shalat dengan memberi contoh-contoh keteladanan yang baik dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari. b. Memberi masukan kepada orang tua agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas hidup khususnya yang berkaitan dengan ibadah shalat keseharian. 2. Manfaat Teoritis Memperoleh temuan baru di bidang keteladanan beribadah orang tua dan kedisiplinan shalat remaja, khususnya di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013.
E. Definisi Operasional Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel) yang termasuk variabel bebas adalah keteladanan beribadah orang tua, sedangkan variabel terikat adalah kedisiplinan shalat remaja. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang
9
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 38). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian itu harus bisa diukur dan spesifik, serta bisa dipahami oleh orang lain. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut: 1. Keteladanan Ibadah Orang Tua Hery Noer Aly (1999: 178) berpendapat bahwa keteladanan itu adalah sebuah bentuk pendidikan dengan jalan memberikan contoh pada anak baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan lain sebagainya. Menurut Sir Gord Thomson (Gardneu, 2004: 335) keteladanan adalah: “modelling a behavior therapy technique designed to modify behavior through perceptual learning and allowing the individual to imitate”, Keteladanan adalah teknik terapi tingkah laku yang bertujuan untuk memodivikasi
tingkah
laku
melalui
pembelajaran
persepsi
dan
memberikan kesempatan pada anak untuk meniru. Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah memberikan contoh yang baik kepada anak, terutama dalam hal ibadah shalat. Dalam penelitian ini, ibadah yang dimaksud adalah ibadah shalat. Shalat menurut bahasa berarti do’a. Sedangkan shalat menurut Sayyid Sabiq (1997: 205) adalah perbuatan ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
10 salam. Shalat juga sebagai munajat (berdoa dalam hati yang khusyu’) kepada Allah (Surunin, 2004: 190). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa shalat berjama’ah adalah gerakan tubuh yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbirotul ihram beserta niatnya dan ditutup dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat dan rukun yang telah ditentukan yang didirikan oleh dua orang/lebih secara bersama-sama yang seorang di antara mereka menjadi imam sedang lainnya menjadi ma’mum. Pembinaan ketaatan dalam beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga. Kegiatan ibadah yang lebih menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang
mengandung
gerak. Anak-anak suka melakukan shalat,
meniru orang tuanya, kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu. Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus. Sebagai contoh dapat dikemukakan ibadah shalat. Pendidikan shalat meliputi pengajaran bacaan dan kaifiyat shalat dan pembinaan disiplin dalam melakukan shalat. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga/rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak ibu. Dengan demikian dari definisi-definisi tersebut di atas berarti keteladanan ibadah shalat orang tua dapat diartikan dengan perkataan maupun perbuatan dalam beribadah terutama dalam shalat yang dilakukan
11
oleh seorang ayah atau ibu yang patut dicontoh/ditiru. Adapun indikator keteladanan orang tua dalam beribadah adalah sebagai berikut: a. Materi Ibadah Shalat. b. Metode Pendidikan Shalat. c. Hadiah dan Hukuman. 2. Kedisiplinan Shalat Remaja Menurut W.J.S Poerwadarminta (2006: 296), disiplin artinya ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib tersebut.50 Sedangkan menurut Ing Wardiman Djojonegoro kedisiplinan adalah: “Suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui prosedur serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, dan ketertiban (Soemarmo, 2008: 20). Menurut Henry C. Lindgren (2002: 305) dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology in The Classroom, arti kedisiplinan adalah sebagai berikut: “Discipline is that of control by enforcing obedience or orderly conduct.” Artinya disiplin adalah mengontrol dengan mematuhi peraturan atau dilaksanakan dengan teratur. Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai–nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap remaja.
12
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang didalamnya terdapat unsu-unsur ketaatan, kepatuhan dan kesetiaan. Disiplin merupakan kunci sukses, karena dengan disiplin orang bisa berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan dan akan membawa hasil sesuai yang diinginkan. Melalui disiplinlah orang dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Dengan disiplin yang kuat, pada diri remaja akan tumbuh sikap iman yang kuat pula. Dan remaja yang beriman, adalah remaja yang pada dirinya akan tumbuh sifat yang teguh dalam berprinsip, tekun dalam usaha dan pantang menyerah dalam kebenaran. Disiplin adalah kunci kebahagiaan, biasa dengan disiplin, ketenangan hidup akan tercapai (Soejanto, 2005: 74). Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan kedisiplinan ibadah shalat adalah menjalankan ibadah shalat yang dilaksanakan dengan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan ketertiban dari setiap syarat dan rukun yang telah ditentukan. Adapun indikator dari kedisiplinan shalat remaja adalah sebagai berikut: a. Ketepatan (awal) waktu shalat. b. Kelengkapan ibadah shalat.
13
F. Hipotesis Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang artinya kebenaran. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006: 71). Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang harus dilakukan kebenarannya. Hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah: “keteladaan beribadah orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013”. Dengan pengertian, semakin baik keteladanan ibadah orang tua, maka akan semakin baik pula kedisiplinan ibadah shalat anak-anaknya, dan sebaliknya, semakin jelek keteladanan ibadah orang tua, maka semakin jelek pula kedisiplinan ibadah shalat anak.
G. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kancah atau field research, karena penelitian ini dilakukan untuk mencari, menganalisis, dan menginterpretasi dari suatu hasil pengamatan yang terjadi di suatu tempat (Hadi, 2004: 136). Adapun tempat yang menjadi penelitian ini adalah Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi agama, yaitu pendekatan untuk meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang
14
dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut (Sudijono, 2009: 11).
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasional. Dipilihnya kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan variabel tingkat keteladanan ibadah orang tua dengan kedisiplinan shalat remaja. Penulis berusaha mengetahui apakah ada pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 115). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta.
15
b. Sampel Sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Arikunto, 2006: 115). Untuk pengambilan sampel sebagai pedoman adalah apabila subjek yang diteliti lebih dari 100 maka diambil dari semua diantara 10-15℅ atau lebih. Sesuai hasil survey peneliti, jumlah remaja Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta adalah 30 orang. Adapun jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan. Adapun ciri-cirinya yaitu: 1) Remaja Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta. 2) Bertempat tinggal Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta. 3) Berusia antara 15-18 Tahun. Berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang ditentukan di atas, maka diperoleh 30 remaja sebagai sampel penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperhatikan, melihat, mendengar, mencatat, melakukan data yang akan diselidiki. Kualitas ditentukan oleh alat pengambilan data atau alat pengukurannya. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dan observasi.
16
a. Metode Angket Metode angket sebagai metode pokok dalam penelitian ini, metode angket adalah metode penyelidikan dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek penelitian. Metode angket ini merupakan pemberian respon yang berwujud self report atau laporan tentang diri sendiri yang berhubungan dengan pengetahuan atau keyakinan pribadi. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keteladanan orang tua dan kedisiplinan shalat remaja. Adapun angket yang digunakan oleh penelitian ini adalah angket tertutup dengan alasan agar jawaban tidak meluas dan akan terfokus pada tujuan pengukuran dan memudahkan pelaksanaan penelitian. Responden tinggal memilih jawaban yang tersedia berdasarkan alternative jawaban yang ada dengan penskorannya sebagai berikut. Untuk soal favourable bagi resonden yang menjawab A= 4, B= 3, C=2 dan D=1 Untuk soal unfavourable bagi resonden yang menjawab A= 1, B= 2, C= 3, D= 4 b. Metode Observasi Metode observasi yaitu penglihatan, penciuman, pengamatan dan pencatatan terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mengetahui sejauhmana kebenaran dari metode angket itu sendiri.
17
Dari segi kognitif dapat diketahui melalui bagaimana para orang tua mempunyai keteladanan beribadan dan kedisiplinan shalat bagi remaja. Sedangkan dari segi behavior keteladanan beribadan dan kedisiplinan shalat bagi remaja dapat diamati melalui aktivitasaktivitas agama yang dilakukan seperti shalat wajib. 5. Instrumen Penelitian Dalam instrumen penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, maka peneliti menggunakan lembar angket untuk memperoleh jawaban. Angket terdiri dari dua variabel yaitu mengenai keteladanan beribadah orang tua dan kedisiplinan shalat pada remaja. 6. Analisis Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode analisis kuantitatif yaitu untuk mengetahui pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. a. Analisis Pendahuluan Dalam analisis pendahuluan ini penulis mengadakan perhitungan awal dari data yang terkumpul dengan menggunakan teknik presentase dengan rumus sebagai berikut: P =
100%
Keterangan: P = Persentase angka yang dicari F = Frekuensi jawaban yang dipilih
18
N = Jumlah responden b. Analisis Uji Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut: rxy
=
* ∑ √* ∑
(∑ )(∑ )+
(∑ ) +* ∑
(∑ ) +
Keterangan: rxy
= Koefisien antara variabel x dan y
xy
= Jumlah product dari x dan y
x2
= Jumlah kuadrat x
y2
= Jumlah kuadrat y
N
= Jumlah sampel yang dimiliki Jika telah diketahui rxy maka dilakukan analisis uji hipotesis,
sehingga hipotesis yang dikemukakan dapat diterima atau ditolak.
I. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada pada pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
19
hipotesis penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penelitian. BAB II
: Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas teori-teori meliputi keteladanan beribadah orang tua, kedisiplinan shalat, dan penelitian terdahulu.
BAB III
: Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini berisi tentang profil Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta, dokumentasi serta laporan hasil angket yang telah diisi responden (penelitian di lapangan) dalam bentuk tulisan.
BAB IV
: Analisis Data Meliputi analisis data mengenai tingkat keteladanan beribadah orang tua, analisis data mengenai kedisiplinan shalat remaja yang berasal dari lapangan untuk diteliti lebih lanjut sehingga dapat diketahui hasil dari perhitungan kedua data tersebut.
BAB V
: Penutup Berisi kesimpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keteladanan Beribadah Orang Tua 1. Pengertian Keteladanan Beribadah Orang Tua Tidak ada orang tua manapun yang dengan sengaja mendidik anak mereka supaya tidak berhasil dalam hidup. Karena setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya kelak menjadi orang yang sukses dunia akhirat. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang tua berhasil mencapai tujuan tersebut. Seringkali orang tua dengan tidak sengaja dan tanpa disadari, melakukan suatu sikap tertentu. Kemudian anak melihat sikap orang tua tersebut kemudian menerimanya dan memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi pola kepribadian. Sedangkan orang tua biasanya juga mengambil sikap tertentu terhadap anaknya berdasarkan latar belakangnya sendiri dan penampilan anak itu sendiri (Gunarsa, 2008: 45).
Gambar II.1 Hubungan Orang Tua dengan Anak Seperti teori yang dikemukakan oleh William Stern yang mengatakan bahwa baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan
20
21
mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen (Walgito, 2003: 43). Menurut Hery Noer Aly berpendapat bahwa keteladanan itu adalah sebuah bentuk pendidikan dengan jalan memberikan contoh pada anak baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan lain sebagainya (Aly, 1999: 178). Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah memberikan contoh yang baik kepada anak, terutama dalam hal ibadah shalat. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga/rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak ibu. Dengan demikian dari definisi-definisi tersebut di atas berarti keteladanan ibadah shalat orang tua dapat diartikan dengan perkataan maupun perbuatan dalam beribadah terutama dalam shalat yang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu yang patut dicontoh/ditiru. 2. Bentuk-Bentuk Keteladanan Ibadah Orang Tua Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya. Peserta didik cenderung meneladani gurunya, peserta didik meniru baik dalam perilaku yang baik maupun yang jelek sekalipun. Adapun bentuk-bentuk keteladanan ada dua macam yaitu:
22
a. Keteladanan ibadah yang disengaja, yaitu keteladanan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladani. Keteladanan ini dilakukan secara formal, sebagaimana pendidik harus meneladani peserta didiknya dengan teladan yang baik. Misalnya seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh peserta
didik. Seorang imam
membaguskan shalatnya
untuk
mengerjakan shalat yang sempurna. Dalam hal ini Rasulullah telah memberikan teladan langsung kepada para sahabat sehingga mereka telah banyak mempelajari masalah keagamaan sesuai dengan permintaan Rasulullah SAW agar mereka meneladani beliau (An Nahlawi, 2005: 267). b. Keteladanan ibadah shalat yang tidak disengaja, yaitu keteladanan yang terjadi secara langsung dengan memperhatikan pribadi sosok yang diikuti, baik dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat dan keikhlasan (An Nahlawi, 2005: 267). Keteladanan ini dilakukan secara tidak formal. Pengaruh keteladanan ini terjadi secara spontan dan tidak disengaja, ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan oleh orang lain hendaknya memelihara tingkahlakunya, disertai kesadaran bahwa dia akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain, khususnya anak-anaknya. Dalam pendidikan Islam, kedua macam keteladanan tersebut sama pentingnya. Keteladanan yang tidak disengaja dilakukan secara informal,
23
sedangkan yang disengaja dilakukan dengan formal. Keteladanan yang dilakukan secara informal itu kadang-kadang lebih efektif dari pada yang formal. 3. Aspek-Aspek Keteladanan Ibadah Shalat a. Melaksanakan ibadah shalat tepat waktu Semua amal perbuatan memerlukan disiplin waktu, lebih–lebih masalah ibadah terutama shalat. Ibadah shalat harus dikerjakan dengan tertib dan tepat pada waktunya, agar semua berjalan dengan teratur dan seragam (Ardani, 2005: 318). Seorang muslim wajib mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam. Bagaimanapun sibuknya seorang muslim dengan urusan dunianya, seorang muslim harus ingat kepada tuhannya, harus melaksanakan shalat tepat pada waktunya yang telah ditentukan. Menurut Rasjid (2009: 61-62) waktu-waktu shalat yang telah ditentukan sebagai berikut: 1) Shalat Dhuhur, waktunya setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktuya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya, selain itu ketika matahari menonggak (tepat di atas ubun-ubun). 2) Shalat Asyar, waktunya mulai dari habisnya waktu dhuhur, bayang-bayang sesuatu lebih daripada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.
24
3) Shalat Magrib, waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (cahaya matahari yang terpancar di tepi langit sesudah terbenamnya) merah. 4) Shalat Isya’, waktunya mulai dari terbenam
syafaq
merah
(sehabis waktu magrib) sampai terbit fajar. 5) Shalat Subuh, waktunya mulai dari terbit fajar sampai terbit matahari. b. Kekhusu’an melaksanakan ibadah shalat Khusu’ adalah tunduk dan tawadlu’ serta berketenangan hati dan segala anggota kepada Allah SWT (Ash-Shiddieqy, 2001: 12). Selain berdisiplin dalam waktu, pelaksanaan shalat juga memerlukan kedisiplinan dalam kekhusu’an, karena semua itu, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Mendirikan shalat pada hakekatnya adalah bukan hanya gerakan-gerakan lahiriyah saja. Shalat adalah perbuatan yang mencakup tiga aspek yaitu fisik, akal dan hati yang semuanya berpartisipasi dalam perbuatan shalat. Fisik memegang peranan penting dalam berdiri, membungkuk untuk ruku’, sujud, sedangkan lidah bertugas mengucapkan tasbih dan akal berperan dalam tafakkur dan merenung serta memahami apa yang diucapkan, hati ambil bagian dalam kekhusu’an. Kekhusu’an dalam shalat merupakan komponen ruh (jiwa dalam shalat), harus dipenuhi selain komponen lahiriyahnya (syarat dan rukun). Adapun cara untuk khusu’ dalam shalat yaitu:
25
1) Menganggap berdiri dihadapan yang maha berkuasa, yang mengetahui segala rahasia. Dengan yang Maha berkuasalah orang yang shalat itu “bermunajat” 2) Memahami arti apa yang dibaca (al-fatikhah dan surat) dan memperhatikan maknanya. 3) Memahami dzikir-dzikir yang dibaca, yaitu memperhatikan maknanya, kandungannya dan tujuan maksudnya. 4) Memanjangkan ruku’ dan sujud 5) Tidak mempermainkan anggota badan seperti memperbanyak gerakan tangan dan menggaruk kepala 6) Memandang ke tempat sujud 7) Menjauhkan diri dari segala yang membimbangkan hati ((AshShiddieqy, 2001: 12-13). c. Shalat berjama’ah Shalat berjama’ah yaitu apabila dua orang shalat bersama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain (Rasjid, 2009: 106). Sedangkan hukum shalat berjama’ah adalah sunnah muakkad. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga hendaknya mengajarkan kepada anaknya untuk melaksanakan shalat dengan berjama’ah, baik itu berjama’ah di rumah maupun berjama’ah di masjid. d. Berdzikir dan berdo’a Menurut bahasa, berdzikir adalah mengingat atau menyebut tuhan.
Dzikir
kepada
Allah
dapat
diartikan
ingat
kepada
26
Allah/menyebut nama Allah secara berulang-ulang. Maksud lebih jauh dari berdzikir itu, ialah bukan saja harus dilakukan dengan ucapanucapan lisan tetapi
dzikir juga dapat diartikan sebagai kesadaran
manusia akan kewajiban-kewajiban agamanya, yang mendorong untuk melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan degala yang dilarang-Nya (Bukhori, 2008: 50-51). Jadi setiap aktivitas yang dapat mengantarkan kita untuk teringat dan mengingat Allah, maka itulah yang dikatakan sebagai dzikrullah (Amin dan Al Fandi, 2008: 15). 4. Fungsi Keteladanan Orang Tua Keteladanan adalah sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan dan dalam proses kependidikan. Sebab untuk merealisasikan segala apa yang diinginkan oleh pendidikan yang tertuang dalam konsep dan teori harus diterjemahkan dalam kawasan yang salah satu medianya adalah keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan dtirunya dalam tindak tanduknya dan tata santunnya, disadari atau tidak bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik baik ucapan maupun perbuatan. Selain itu keteladanan merupakan faktor yang sangat memberikan bekas dalam memperbaiki anak, memberi petunjuk dan mempersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang secara bersama-sama membangun kehidupan (Ulwan, 1981: 39).
27
Pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah SWT. Oleh karena itu, keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan sikap menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama dan begitu pula sebaliknya. Jadi fungsi keteladanan berarti sebagai dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang yang diikutinya/orang yang dicontoh, yaitu orang tuanya. 5. Nilai Pendidikan Dalam Keteladanan Keteladanan merupakan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh teladan baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik (Arif, 2002: 119). Tinjauan dari sudut ilmiah menunjukkan bahwa pada dasarnya keteladanan memiliki sejumlah azas kependidikan yaitu: a. Pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan dihadapan anak didiknya. Artinya setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat dipublikasikan. Dengan
28
begitu para pendidik harus menyempurnakan dirinya dengan akhlak mulia yang berasal dari Al-Quran dan perilaku Rasulullah SAW. b. Islam telah menjadikan pribadi Rasulullah sebagai teladan yang terus menerus bagi seluruh pendidik. Islam tidak menyajikan keteladanan sekedar untuk dikagumi melainkan semata-mata untuk diterapkan dalam diri mereka sendiri, setiap orang diharapkan meneladaninya sesuai dengan kemampuannya (An Nahlawi, 2005: 262-263). Dalam pendidikan, keteladanan merupakan cara yang paling efektif dalam membentuk perilaku moral, spiritual, dan sosial anak didik. Seorang pendidik adalah figur panutan yang akan ditiru segala tutur kata maupun perbuatannya. Meskipun fitrah anak didik suci, dalam arti jiwa anak memiliki potensi-potensi yang cenderung kepada perbuatan baik, peserta didik tetap tidak akan mampu mewujudkan potensi-potensi kebaikan tanpa secara langsung menyaksikan contoh kebaikan dan nilai-nilai moral dari seorang yang dianggap sebagai model bagi dirinya (Untung, 2005: 161). Jadi, orang tua hendaknya tidak hanya mampu memerintahkan atau memberikan teori kepada anak-anaknya, tetapi lebih dari itu, orang tua harus mampu menjadi panutan bagi anak-anaknya, sehingga anak dapat mengikutinya, tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karena itu, keteladanan merupakan faktor dominan bagi keberhasilan pendidikan. 6. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Ibadah Shalat Peran dan tanggung jawab dalam pendidikan anak terletak pada orang tua sehingga orang tualah yang bertanggung jawab untuk menjaga,
29
memelihara, dan memberi anak pendidikan yang baik (Langgulung, 2005: 148). Pendidikan terhadap anak dimulai sejak anak lahir kedunia. Pada hakikatnya anak yang baru saja lahir sudah berkewajiban menuntut ilmu, tetapi anak yang baru lahir belum bisa mencari ilmu sendiri. Maka adalah kewajiban orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah, karena orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orang tua lah anak-anak pertama kali menerima pendidikan (Daradjat, 2006: 36). Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak-anaknya. Pembinaan ketaatan dalam beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga. Kegiatan ibadah yang lebih menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya, kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu. Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus. Sebagai contoh dapat dikemukakan ibadah shalat. Pendidikan shalat meliputi pengajaran bacaan dan kaifiyat shalat dan pembinaan disiplin dalam melakukan shalat (Daradjat, 2005: 60-62). Salah seorang psikolog, Hurlock yang dikutip oleh Syamsu Yusuf berpendapat bahwa orang tua atau keluarga merupakan training centre, yaitu bahwa orang tua atau keluarga mempunyai peran sebagai pusat
30
pendidikan bagi anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai (Yusuf, 2009: 138). Oleh karena itu, keluarga sebagai pengalaman pendidik pertama bagi anak hendaknya mengajarkan shalat kepada anaknya sejak dini, pada saat anak-anak masih kecil agar nantinya apabila anak beranjak dewasa, mereka sudah terbiasa melakukan shalat lima waktu. Sehingga penanaman pendidikan shalat pertama kali pada anak harus dimulai orang tua pada waktu anak berusia 7 tahun dan harus dibiasakan menunaikan shalat. Karena dalam usia 7 tahun memang anak dirasa sudah memiliki kemampuan untuk mengemban amanat itu. Pertama anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk mengingat bacaan-bacaan shalat, karena perkembangan intelektualnya sudah memungkinkan untuk itu. Kemudian yang kedua, anak-anak juga sudah memiliki kesadaran terhadap tanggungjawab yang diberikannya. Jadi orang tua harus menyuruh anak yang berusia 7 tahun untuk mendirikan shalat dengan cara memberi perintah dan memberi teguran tegas jika anak meninggalkannya, maka tentulah sebelum berumur 7 tahun dia telah belajar shalat, sehingga di usia 7 tahun anak telah praktek melaksanakan shalat. Ada dua hal penting mengenai peran orang tua dalam pendidikan shalat anaknya, yaitu proses dan tanggung jawab. Proses di sini maksudnya yaitu apabila bapak/ibu tidak bisa mengajarkan shalat kepada anaknya secara langsung, maka bisa diserahkan kepada orang tua lain yang
masih
dalam
lingkungan
keluarga
misalnya
kakek/nenek,
31
paman/bibi, atau kakaknya. Tetapi apabila dalam lingkungan keluarga yang tidak bisa mengajarkan shalat kepada sang anak, maka bisa diserahkan kepada guru ngaji atau ustadz. Sedangkan yang dimaksud tanggung jawab yaitu walaupun orang tua sudah menitipkan anaknya kepada guru ngaji atau ustadz, orang tua harus tetap memberikan teladan yang baik di lingkungan keluarga dalam pelaksanaan shalat. Jadi, orang tua tetap bertanggung jawab dalam pelaksanaan shalat lima waktu sang anak.
B. Kedisiplinan Shalat 1. Pengertian Kedisiplinan Bicara masalah disiplin sering dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya. Disiplin merupakan hal yang sangat penting di dalam berbagai aktifitas manusia. Untuk memperoleh gambaran tentang disiplin banyak para ahli yang berpendapat sebagai berikut: a. Menurut Suharsimi Arikunto, memberikan disiplin sebagai bentuk kepatuhan seseoarng terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku atas dorongan dari dalam diri seseorang yang sesuai dengan kata hatinya (Arikunto, 2003: 114). b. Menurut Mas’ud Abdul Qohar disiplin diartikan sebagai patuh terhadap peraturan yang sangat keras dari organisasi.
32
c. Jika ditinjau dari sudut keagamaan, Nurcholis Madjid menyatakan disiplin adalah sejenis perilaku taat dan patuh yang sangat terpuji (Madjid, 2007: 87). Selanjutnya dijelaskan bahwa kepatuhan tersebut merupakan keikutsertaan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan hal-hal yang terpuji dan tidak melangggar larangan Allah (Madjid, 2007: 87). Ketaatan terhadap peraturan ini juga dilaksanakan secara sadar, ikhlas lahir bathin, sehingga timbul rasa malu untuk melanggarnya. Bila melanggar akan terkena sanksi, baik sanksi terhadap sesama manusia maupun sanksi dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu ada rasa takut untuk melanggar peraturan dan norma yang berlaku tersebut, sehingga seseorang menjadi disiplin. 2. Pengertian Shalat Pengertian shalat menurut bahasa Arab berarti do’a. Hal ini sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh: a. Menurut Nazaruddin Rozak (2007: 178) shalat berarti suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun tertentu”.
b. Menurut Hasbi Ash Shiddiqie, mendefinisikan ibadah sebagai ta’rif yang melengkapi rupa dan hakikat shalat sebagai berikut: “Berharap hati (jiwa) kepada Allah SWT yang mendatangkan takut, menumbuhkan rasa kebesaran-Nya dengan sepenuh hati khusuk dan ikhlas di dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam” (As Shiddiqiey, 2001: 64).
33
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa shalat merupakan pancaran dari perbuatan-perbuatan lahir dan bathin, dilengkapi dengan ucapan (bacaan) berupa permohonan kepada Allah SWT yang telah ditentukan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah SWT menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. 3. Dasar Hukum yang Mewajibkan Shalat Dalil atau hukum yang mewajibkan shalat, tercantum
dalam 2
sumber hukum Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45 dan Surat An-Nur 56:
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Ankabut: 45). Dalam surat An-Nur ayat 56 disebutkan:
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah kepada Rosul supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. An-Nur : 56) Jadi shalat merupakan kewajiban setiap muslim (pemeluk agama Islam) baik pria maupun wanita dan shalat itu merupakan tiang agama.
34
4. Kedudukan Shalat Dalam ajaran agama Islam shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting dan menduduki urutan kedua setelah tertanamnya iman dan aqidah dalam hati. Shalat menjadi indikator bagi orang yang bertaqwa dan shalat merupakan pembeda antara seorang mukmin (percaya kepada Allah) dan yang tidak mukmin yaitu yang meninggalkan shalat (Depag RI, 2004: 14). Shalat adalah kewajiban yang konstan dan absolut untuk hamba sahaya dan kaum merdeka, untuk si kaya dan si miskin, untuk orang sehat dan orang sakit. Kewajiban ini tidak gugur bagi siap saja yang sudah sampai pada usia baligh, dalam keadaan bagaimanapun juga tidak seperti puasa, zakat dan haji dengan beberapa syarat dan sifat. Dalam waktu tertentu dan dalam batas tertentu pula, di samping itu ibadah lain yang diterima oleh Nabi melalui wahyu di bumi, tetapi shalat mesti dijemput oleh beliau sendiri ke hadirat Allah di langit, untuk itulah beliau di ma’rojkan (Yunus, 1999: 7). Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan shalat ini, dinukilkan dari uraian Sayid (1997: 191) sebagai berikut: a. Shalat merupakan tiang agama, dimana ia tidak dapat berdiri sendiri tegak kecuali dengan itu. b. Shalat adalah ibadah yang pertama diwajibkan oleh Allah pada malam mi’roj. c. Shalat merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab.
35
d. Shalat adalah wasiat terakhir yang diamanatkan Rosulullah sewaktu hendak meninggal. e. Ia adalah barang terakhir yang lenyap dari agama dengan arti bila ia hilang, maka hilang pulalah agama secara keseluruhan. f. Disebabkan pentingnya shalat dalam Islam, maka penganutnya disuruh mengerjakannya baik di waktu damai maupun perang. 5. Tujuan Shalat Tujuan utama atau sasaran pokok dari shalat adalah agar manusia yang melakukannya senantiasa mengingat Allah. Dengan mengingat Allah akan terbayang dan terlukis dalam hati sanubarinya segala sifat-sifat Allah yang Maha Esa dan Maha Sempurna. Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Q.S. Thoha: 14).
Ingat terhadap Allah membuat manusia senantiasa waspada dan dengan kewaspadaan itu akan senantiasa menghindarkan diri dari segala macam perbuatan keji dan tercela. Dengan begitu berarti ia telah luput dari pelanggaran-pelanggaran hukum yang akan menjerumuskan kelembah kehinaan dan kesengsaraan di dunia dan di akhirat.
36
6. Kekhusukan dalam Shalat Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya.” (Q.S. Al Mu’minun : 1-2). Adapun pengertian khusu’ yaitu: a. Menurut Hasybi Asy-Shiddieqy, bahwa khusu’ artinya tunduk dan tawanduk serta berketenangan hati dan segala anggota kepada Allah (Asy-Shiddieqy, 2001: 75). b. Menurut
Bustanuddin
Agus,
khusu’
artinya
suasana
yang
menyejukkan jiwa dan dikatakan sebagai rohnya shalat. Shalat tanpa khusu’ ibarat tubuh tanpa ruh (Agus, 2003: 2). c. Sedangkan menurut Departeman Agama RI, khusu’ adalah kesatuan dari 3 unsur kejiwaan yaitu kesadaran, pengertian dan pemusatan perhatian (Depag RI, 2004: 20). 1) Kesadaran Orang yang melakukan shalat itu sadar bahwa ia dalam shalatnya sedang melakukan munajat atau suatu permohonan langsung kepada Allah. Kesadaran ini dirasakan sejak ia berdiri menghadap kiblat, menundukkan kepada dengan mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan “Allahu Akbar” sampai ia mengakhirinya
dengan
mengucapkan
“Assalamu’alaikum
37 Warohmatullahi Wabarokatuh” sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. 2) Pengertian Orang yang melakukan shalat itu mengerti atau dapat menghayati makna dari segala bacaan dan yang diucapkannya. Demikian pula dengan gerakan-gerakan dan tingkah laku yang dilakukannya, sehingga segala gerakan yang disertai ucapkan itu lahir dari lubuk hatinya yang dalam. 3) Pemusatan perhatian Seluruh perhatian dan dorongan jiwa tercurah dan terpusat kepada apa yang dibaca, diucapkan sejalan perhatiannya terhadap gerakan-gerakannya. Jadi dalam untuk khusu’ 100% memang sulit, tetapi kita tetap berusaha terus meningkatkan kekhusukan itu. Diantara langkah praktis ini adalah dengan memilih tempat dan suasana yang mendukung (kondusif) untuk dapat memahami arti dan makan yang dibaca, membacanya dengan terdengar oleh telinga sendiri dan melaksanakan dengan berjamaah. 7. Hikmah Shalat Shalat menjadi salah satu hasil yang terpenting dari Isra’ Mi’raj itu mengandung hikmah dan rahasia-rahasia yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia di dunia dan di akherat. Kebahagiaan di dunia dan di akherat hanya dinikmati oleh orang-orang yang dinamakan muflihun sebagaimana Firman Allah:
38
Artinya: “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Baqarah : 5) Menurut Mufid (2002: 20-25) dalam buku Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam, hikmah shalat dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: a. Membiasakan Hidup Bersih Kebersihan merupakan kebutuhan hidup manusia, karena dengan kebersihan manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan lancar tanpa hambatan. Salah satu cara untuk membiasakan hidup bersih yang paling efektif adalah dengan melaksanakan Shalat secara teratur dan benar. Sebagaimana kita maklumi bahwa orang yang melakukan Shalat, syaratnya harus bersih, suci dari hadats dan najis, bersih badan, pakaian, tempat dan lingkungannya. Oleh karena itu, manusia harus senantiasa membiasakan hidup bersih. Jadi, Shalat merupakan upaya yang paling efektif dalam membiasakan hidup bersih lahir dan batin. b. Membiasakan Hidup Sehat Sehat merupakan karunia Allah yang diberikan manusia dan harus disyukuri. Dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktivitas kehidupan beribadah dengan baik. Cara mensyukuri kesehatan tersebut adalah dengan mempergunakan kesehatan untuk beribadah kepada Allah dan memelihara kesehatan tersebut. Adapun cara membiasakan hidup sehat adalah dengan Shalat.
39
Selain memuat bacaan-bacaan tertentu, Shalat juga terdiri atas gerakan-gerakan yang tertib, sehingga apabila dilaksanakan secara teratur akan berfungsi sebagai olah tubuh yang baik untuk kesehatan. Dengan demikian, baik dilihat dari wudhu, ataupun gerakan Shalat ternyata sangat efektif untuk membiasakan manusia hidup sehat. Gerakan-gerakan dalam Shalat itu justru nilainya di atas gerakan senam ataupun olah raga. c. Membina Kedisiplinan Disiplin sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang disiplin akan sukses dalam kehidupan, masyarakat yang disiplin akan mencerminkan ketenangan dan ketentraman. Sebaliknya orang yang tidak disiplin akan rugi dalam kehidupannya dan merugikan kehidupan orang lain. Adapun cara membina kedisiplinan adalah Shalat secara teratur, baik dan benar. Melakukan Shalat dituntun disiplin baik dengan waktu maupun ketaatan. Shalat harus dilakukan pada waktunya. Tidaklah mungkin shalat subuh dilakukan pada waktu dzuhur, shalat jum’at dilakukan pada hari kamis dan seterusnya. Ketika imam sujud, maka semua jama’ah harus sujud. Dengan demikian shalat mampu membina kedisiplinan. d. Melatih Kesabaran Manusia harus membiasakan diri untuk bersikap sabar. Dengan sabar hidup menjadi tenang dan tenteram, serta tujuan hidup dapat
40
tercapai. Orang yang tidak sabar dalam kehidupan akan mengalami depresi mental dan stres. Shalat yang dilakukan dengan baik dan benar dapat melatih kesabaran. Orang yang shalat harus sabar mengikuti imam. Maksudnya tidak boleh mendahului imam. Orang yang shalat harus menunggu tepat waktunya shalat dan harus sabar menyelesaikan perbuatan shalat. e. Mengikat Tali Persaudaraan Sesama Muslim Mengingat pentingnya silaturrahmi dalam kehidupan, manusia harus senantiasa menyambung silaturrahmi. Dengan silaturrahmi, persoalan hidup menjadi mudah, jiwa menjadi tenang, rizki menjadi luas, bahkan umur menjadi panjang. Cara membina silaturrahmi yang baik adalah dengan shalat, khususnya shalat berjama’ah. Rosulullah SAW senantiasa shalat berjamaah dan menyuruh umatnya untuk selalu berjamaah dalam setiap shalat fardlu dengan melipatgandakan pahalanya sampai 27 kali lipat dari shalat sendirian. Di samping shalat berjamaah, shalat Jum’at, shalat Idul Fitri dan Idul Adha-pun berfungsi untuk meningkatkan tali persaudaraan sesama muslim. f. Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar Manusia diperintah untuk mendirikan shalat dengan baik dan benar. Hadirkan hati dan pikiran dengan khusuk dan ikhlas sehingga yakin bahwa kita sedang berdialog dengan Allah (Sang pencipta dan
41
penata alam semesta). Kita merasakan betapa pentingnya shalat itu dalam kehidupan karena salah satu komunikasi langsung antara kholiq and makhluk ialah melalui shalat. Shalat yang demikian akan mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. g. Shalat dapat Menentramkan Batin Kehidupan modern mengakibatkan kebutuhan yang meningkat. Hal tersebut akan berdampak semakin meningkatnya persaingan prestise yang membawa manusia pada kegelisahan dan kecemasan. Untuk mengantisipasi kehidupan tersebut, cara paling ampuh ialah dengan melakukan shalat secara baik dan benar. Dengan cara shalat orang
akan
dapat
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
sekaligus
menentramkan bathinnya. 8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin dalam Shalat Seperti halnya belajar perilaku disiplin juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang memberi motivasi kepada individu-individu berperilaku disiplin. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin antara lain: a. Faktor Intern Faktor ini adalah berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang mampu memberi dorongan kepada siswa untuk dapat berdisiplin dengan baik, tanpa dorongan dari luar. Siswa mampu membiasakan berdisiplin terus menerus dan sanggup mengerjakan sesuatu dengan segala senang hati (Gunarsa, 2008: 135).
42
b. Faktor Ekstern Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau siswa mampu memberi dorongan untuk berdisiplin, antara lain: 1) Teman Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas agama, beribadah dan sebagainya, biasanya remaja itu sangat dipengaruhi oleh temantemannya, misalnya remaja yang ikut dalam kelompok yang tidak sembahyang atau acuh tak acuh terhadap ajaran agama, maka ia akan mau mengorbankan sebagian keyakinannya demi untuk mengikuti kebiasaan teman sebayanya (Daradjat, 2002: 63). Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang teman mudah sekali terpengaruh oleh teman-temannya. Kalau teman mereka berperilaku baik, maka ia akan berperilaku baik pula. Perilaku baik dan buruk dipengaruhi dari luar atau kelompok lain. Seseorang akan bisa disiplin apabila dipengaruhi oleh kelompok yang disekelilingnya mempunyai sikap disiplin, begitu juga sebaliknya kelompok ini berpengaruh besar di dalam kedisiplinan seseorang. 2) Kewibawaan Guru Di mata anak, sosok guru merupakan figur dan suri tauladan yang sempurna menurut mereka. Jika seorang guru dapat memberi contoh yang baik, maka hal ini akan efektif dalam pembentukan disiplin siswa. Karena kewibawaan dan kepribadian guru adalah
43
faktor yang terpenting untuk mencapai disiplin yang baik (Awwad, 1999: 13). 3) Orang Tua Menanamkan disiplin anak, sebaiknya dimulai dari orang tua memberi contoh yang baik demi terlaksananya sikap disiplin. Contoh sikap disiplin yang konsisten dan konsekwensi harus ditujukan kepada orang tua melalui kekompakan mereka dalam bertindak membina rumah tangga. Perbedaan persepsi antara kedua orang tua merupakan hal yang wajar, namun di atas semua itu, kepentingan anak tetap diutamakan. Idealnya semua pihak yang berada dalam lingkungannya kelurga ikut andil dan berperan penting dalam menanamkan disiplin pada anak. Sedangkan menurut pendapat Norcholis Madjid (2007: 88) diantara faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin beribadah adalah: a. Taqwa kepada Allah atau keinsyafan yang mendalam akan makna ketuhanan Yang Maha Esa. Seseorang yang mempunyai komitmen terhadap keimanannya kepada Allah akan selalu berbuat sesuai dengan norma dan aturan yang diyakini kebenarannya. Karena ia sadar bahwa Allah akan selalu menyertai dimanapun ia berada. Kesadaran itu akan membimbing kepada perilaku yang baik yaitu akhlakul karimah.
44
b. Keabsahan tatanan atau aturan Ketika suatu tatanan dirasakan oleh masyarakat sebagai tatanan tidak adil yang berarti tidak absah, maka sulit sekali diharapkan kepatuhan mereka dengan sendirinya sulit terjadi perilaku yang disiplin. Jika faktor di atas telah terpenuhi dan ditunjang dengan sarana yang baik, maka kedisiplinan dari individu akan timbul dengan baik. Sarana-sarana pendisplinan yang baik menurut Michael Fucoult meliputi: 1) Pengawasan hierarkis atau suatu mekanisme yang tidak dapat dilihat oleh pihak yang dipantau. 2) Normalisasi Suatu normalisasi hukuman di dalam inti disiplin. Istilah yang dipakai untuk menyebut hukuman disiplin adalah sanksi. Hukuman disiplin ini dimengerti sebagai suatu yang dapat membuat anak-anak merasakan pelanggaran yang telah dibuatnya. 3) Pengujian Pengujian merupakan paduan dari tehnik pengawasan hierarkis dan normalisasi. Pengujian merupakan pemantauan normalitatif yang mampu mengklasifikasikan menentukan mutu dan menghukum yang dipanatu (Hardiyanto, 2007: 93). Selain memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya sikap disiplin dan timbulnya sarana-sarana yang baik diperlukan metode yang tepat. Dengan metode penerapan disiplin yang tepat, maka individu
45
tidak merasa diperintah dan dipaksa untuk melaksanakan suatu aturan atau tatanan.
C. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang keteladanan beribadah orang tua terutama pada ibadah shalat pada dasarnya telah banyak dilakukan. Hal ini di tunjukkan dari banyaknya buku-buku dan hasil penelitian tentang pentingnya keteladanan ibadah orang tua bagi anak. Wahyuningsih (STAIM Klaten, 2006) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan Shalat terhadap Kestabilan Emosi (Studi Terhadap Anak Panti Asuhan
Yatim Piatu 'Aisyiyah Klaten)” membahas tentang
kedisiplinan shalat anak di panti asuhan tersebut, dan pengaruh kedisiplinan shalat terhadap terhadap kestabilan emosi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kestabilan emosi anak ditinjau dari pandangan psikologi, dikarenakan berbagai persoalan yang dihadapi anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan 'Aisyiyah Klaten yang sangat berpengaruh dalam pendidikan individu yang mereka jalani. Karena kestabilan emosi itu merupakan sumber kekuatan yang besar. Namun, kedisiplinan shalat bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi anak asuh di Panti Asuhan tersebut. Karena masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kestabilan emosi anak, seperti faktor lingkungan, latar belakang keluarga, dan faktor usia. Ulil Huda (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Ibadah Orang Tua Terhadap Keaktifan Ibadah Shalat Anak di
46 MI Ma‟ arif Bandungan”, bahwa hasil penelitian tersebut ada pengaruh antara pelaksanaan ibadah shalat orang tua terhadap keaktifan ibadah shalat anak MI Ma’arif Bandungan. Artinya semakin rajin orang tua dalam menjalankan shalat semakin tinggi pula anak tekun ibadah shalat. Rodhiyah (2006) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Ibadah Orang Tua Terhadap Ibadah Siswa MI Salafiyah Desa Kalirandu Kec.Petarukan Kab. Pemalang”. Bahwa hasil penelitian tersebut terdapat pengaruh positif antara aktivitas ibadah orang tua terhadap ibadah siswa kelas III MI Salafiyah Desa Kalirandu, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Artinya semakin tinggi aktivitas ibadah orang tua, maka akan berpengaruh terhadap tinngginya kemampuan ibadah anak-anaknya. Persamaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah terletak pada variabelnya, yaitu sama-sama membahas tentang ibadah dan keteladanan. Dimana dari hasil penelitian di atas disebutkan secara signifikan aktivitas keagamaan terutama ibadah berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah siswa. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, bahwa penelitian ini lebih mengkhususkan penelitiannya pada hubungan anatara keteladanan ibadah shalat berjama’ah orang tua dengan kedisiplinan ibadah shalat berjama’ah remaja.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta 1. Kondisi Geografis Desa Sambeng Mangkubumen merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari. Adapun batas-batas wilayah Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara
: Wilayah
Kelurahan
Manahan
dan
Kelurahan
Kelurahan
Gilingan
dan
Kelurahan
Gilingan. b. Sebelah Timur : Wilayah
Punggawan. c. Sebelah Barat
: Wilayah Kelurahan Manahan dan Kelurahan.
d. Sebelah Selatan : Wilayah Kelurahan Sriwedari dan Penumping. Luas wilayah Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen adalah 79,7 Ha yang secara administratif mencakup 14 RW dan 58 RT. 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk
Desa
Sambeng Kelurahan Mangkubumen
berdasarkan laporan monografi dinamis bulan Maret 2013 tercatat sebanyak 10.071 jiwa terdiri dari 5.005 penduduk laki-laki (49,7%) dan 5.066 penduduk perempuan (50,3%). Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin secara jelas dapat dilihat dari tabel 3.1:
47
48
Tabel 3.1 Komposisi Penduduk Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0 - 4 559 304 863 8,58 5 - 9 218 515 731 7,26 10 – 14 630 547 1.087 10,80 15 – 19 636 465 1.101 10,94 20 – 24 525 497 1.022 10,15 25 – 29 527 507 1.034 10,27 30 – 39 792 779 1.577 15,69 40 – 49 810 520 1.030 10,23 50 – 59 371 403 774 7,68 60+ 431 416 847 8,42 Jumlah 5.005 5.066 10.071 100 Sumber: Laporan Monografi Dinamis Kel. Mangkubumen tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa golongan usia penduduk yang paling banyak berada pada kelompok umur 30 - 39, yaitu sebanyak 1.577 atau sekitar 15,69%, kemudian menyusul kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 1.101 atau sekitar 10,94%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan usia produktif di Kelurahan Mangkubumen cukup tinggi dan ini merupakan nilai tambah bagi Kelurahan tersebut. Tetapi cukup tingginya jumlah penduduk usia produktif tersebut tidak didukung dengan tingginya tingkat pendidikan masyarakat ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang belum tamat SD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2:
49
Tabel 3.2 Komposisi Penduduk Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Menurut pendidikan (Bagi Umur 5 tahun ke atas) Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Tamat Akademi/P.T. 530 5,75 Tamat SLTA 1.487 16,15 Tamat SLTP 1.930 20,96 Tamat SD 120 1,30 Tidak Tamat SD 770 8,38 Belum Tamat SD 4.351 47,25 Tidak Sekolah 20 0,21 Jumlah 9.208 100 Sumber: Laporan Monografi Dinamis Kel. Mangkubumen tahun 2013 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen memiliki penduduk yang belum tamat SD sebesar 4.351 atau sekitar 47,25%, sedangkan yang sudah tamat pendidikan dasar sebesar 1.930 atau sebesar 20,96% dan yang tamat SLTA sebesar 1.487 atau 16,15%, sedangkan yang tamat akademi/P.T. berjumlah 530 atau 5,75%. Dengan banyaknya penduduk yang belum tamat SD, maka penduduk Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen kebanyakan bekerja sebagai buruh industri. Jenis mata pencaharian sebagai buruh industri paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen, seperti dalam tabel 3.3:
50
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Menurut Mata Pencaharian (Bagi umur 16 tahun ke atas) Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Pengusaha 61 0,73 Buruh Industri 1.991 23,49 Buruh Bangunan 515 6,08 Pedagang 900 10,62 Pengangkutan 73 0,87 Peg. Negeri (Sipil/ABRI) 902 10,65 Pensiunan 542 6,4 Lain-lain 3.450 40,7 Jumlah 8.477 100 Sumber: Laporan Monografi Dinamis Kel. Mangkubumen tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja sebagai buruh industri berada di tingkatan nomor satu yaitu sebesar 1.991 atau 23,49 %, lalu diikuti oleh Pegawai Negeri (sipil/ABRI) sebesar 902 atau sekitar 10,65 %, dan selanjutnya adalah pedagang sebesar 900 atau sekitar 10,62 %.
B. Penyajian Data Dalam pengumpulan data pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap
kedisiplinan
shalat
remaja
di
Desa
Sambeng
Kelurahan
Mangkubumen Surakarta tahun 2013 penulis menggunakan teknik angket. Jumlah pertanyaan dalam angket yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan. Data tentang keteladanan beribadah orang tua dan kedisiplinan shalat remaja diperoleh dari angket yang penulis bagikan kepada responden. Angket
51
tentang keteladanan beribadah orang tua terdiri dari 10 soal, sedangkan untuk angket kedisiplinan shalat remaja terdiri dari 10 soal. Pertanyaan disediakan 4 opsi alternatif jawaban untuk menghindari kencenderungan memilih yang tengah, dengan bobot nilai sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4 2. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3 3. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2 4. Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1 Untuk mengetahui lebih jelas tentang keteladanan beribadah orang tua dan kedisiplinan shalat remaja, penulis akan menyajikan data mentah sebagai berikut: 1. Daftar Nama Responden Dalam daftar responden yang dijadikan objek penelitian adalah remaja Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta. Untuk jelasnya penulis sajika dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.4 Daftar Nama Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Lengkap AR Ar R DA Di DNS IWP Ir KA RO RT RA
Jenis Kelamin L L L P P P P L L L L
52
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
SAA SMH SA SM SNA S Mi S Si M TA TM VC W WP Wi WDS YDS HI YB To
P P P P P P L P P P P L L P P L L L L
2. Data tentang Jawaban Angket Keteladanan Ibadah Orang Tua Berdasarkan penyebaran angket keteladanan ibadah orang tua diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.5 Jawaban Angket Keteladanan Ibadah Orang Tua No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A A D B A A B B D A
2 B A C B A A A A C A
3 A B C A A A A A C A
Pilihan Jawaban 4 5 6 7 B B C A B C A C D C D D A A A A A A A B A A A A A A B A A B B A D D D C C A A A
8 A A C A B A B A C A
9 A A C A B B A A C B
10 A A C C B C A A C B
A 6 6 7 6 8 7 7 7
Jumlah B C 3 1 2 2 6 2 1 4 1 1 3 3 6 2 1
D 4 4 -
53
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
B A B B A B C A A A B B A B A B A A A D
B A A B A A A A A A A B A A A A C B A C
A A D B A A A A A A A A C A A A B A B D
A A C A A A A A C A B A A A A B A A A C
A A D C A A A A A A A A A B A A A C A D
A C A B A B A A A C A A A B A B A B A A
B A B B A A A A A A C B B A A A A A B B
A C B B A B A A A C B A C A A A A A A D
B C A A B A A A B C A B B A A A A B A D
A C D A A A C B C B A A A A D A A A A C
6 6 3 3 9 7 8 9 7 7 6 6 6 7 9 7 8 6 8 1
4 3 6 1 3 1 1 1 3 4 2 3 3 1 3 2 1
4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 3
Dalam perhitungan skor jawaban responden penulis memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dari jawaban responden dengan ketentuan, yaitu jawaban A benilai 4, jawaban B bernilai 3, jawaban C bernilai 2 dan jawaban C bernilai 1. Hasil penilaian kuantitatif adalah sebagai berikut:
3 1 5
54
Tabel 3.6 Skor Jawaban Responden Variabel Keteladanan Ibadah Orang Tua No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 1 3 4 4 3 3 1 4 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 1
2 3 4 2 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2
3 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 1
4 3 3 1 4 4 4 4 4 1 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2
Nomor Item 5 6 3 2 2 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 4 4 4 4 4 2 1 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 1 4
7 4 2 1 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3
8 4 4 2 4 3 4 3 4 2 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 1
9 4 4 2 4 3 3 4 4 2 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 1
10 4 4 2 2 3 2 4 4 2 3 4 2 1 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2
Jumlah 35 34 16 36 36 37 37 37 16 36 36 32 26 32 39 37 36 39 35 33 35 36 34 37 37 37 37 35 38 18
55
b. Mencari Lebar Interval Untuk mengetahui kriteria penilaian dari variabel keteladanan beribadah orang tua ke dalam kriteria Baik, Cukup, Sedang dan Kurang, maka perlu mengetahui jarak pengukuran terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R =H–L Keterangan: R = Range (Jarak Pengukuran) H = Skor Tertinggi L = Skor Terendah Dilihat dari tabel di atas jadi, R = 39 – 16 R = 23 Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan, sehingga bisa dicari lebr interval (i) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: i
= R/4
i
= 23/4
i
= 5,75 6 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka kriteria nilai yang
diperoleh adalah sebagai berikut: 34 – 39
= Baik (A)
28 – 33
= Cukup (B)
22 – 27
= Sedang (C)
16 – 21
= Kurang (D)
56
Tabel 3.7 Kriteria Nilai dari Variabel Keteladanan Ibadah Orang Tua No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama AR Ar R DA Di DNS IWP Ir KA RO RT RA SAA SMH SA SM SNA S Mi S Su M TA TM VC W WP Wi WDS YDS HI YB To
Jumlah Skor 35 34 16 36 36 37 37 37 16 36 36 32 26 32 39 37 36 39 35 33 35 36 34 37 37 37 37 35 38 18
Kriteria Nilai A A D A A A A A D A A B C B A A A A A B A A A A A A A A A D
57
3. Data tentang Jawaban Angket Kedisiplinan Shalat Remaja Berdasarkan penyebaran angket kedisiplinan
shalat remaja
diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.8 Jawaban Angket Kedisiplinan Shalat Remaja No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 B A C A A A A A D A A D B B A A A A B A A A B A B A A B B A
2 A B A A A C B A D A C C D A A A A A A A A A C A B A A A B C
3 C B C A B A A A C A A D C A A B A A A A A C B A A A B A A A
Pilihan Jawaban 4 5 6 7 C B A B A A A B B C A B B B A A B A A A A A A A A B A A B A A A C D D D A A A A A A A B C A C A D A B A A A B A A A A A A A C B A A A A A A A A A B A A A A C A A B A B B A A A A B B A A A A A A B A B B A B A A A C B A B B A A A A B B A A A
8 B A C A A A C B C A B B B B A B A A B C A A B A A A A A A A
9 B A C B A A B A C A A C A A B A B A B C A A A A A B A A B B
10 A A B A A A B B D A A B B A A A B A A A A A C A A A B A A B
A 3 7 2 7 8 9 5 7 10 7 2 3 7 9 6 8 10 6 7 8 8 3 10 6 7 6 7 6 6
Jumlah B C 5 2 3 3 5 3 2 1 4 1 3 4 2 1 2 4 4 1 3 1 3 1 2 4 3 2 1 1 5 2 4 3 3 1 3 4 3 1
D 6 2 2 -
58
Dalam perhitungan skor jawaban responden penulis memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dari jawaban responden dengan ketentuan, yaitu jawaban A benilai 4, jawaban B bernilai 3, jawaban C bernilai 2 dan jawaban C bernilai 1. Hasil penilaian kuantitatif adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Skor Jawaban Responden Variabel Kedisiplinan Shalat Remaja No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 3 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4
2 4 3 4 4 4 2 3 4 1 4 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 2
3 2 3 2 4 3 4 4 4 2 4 4 1 2 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4
4 2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3
Nomor Item 5 6 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4
7 3 3 3 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4
8 3 4 2 4 4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
9 3 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
10 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3
Jumlah 31 37 27 37 38 38 34 37 14 40 36 24 28 37 39 35 38 40 36 34 38 37 31 40 36 37 35 37 36 35
59
b. Mencari Lebar Interval Untuk mengetahui kriteria penilaian dari variabel keteladanan beribadah orang tua ke dalam kriteria Baik, Cukup, Sedang dan Kurang, maka perlu mengetahui jarak pengukuran terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R =H–L Keterangan: R = Range (Jarak Pengukuran) H = Skor Tertinggi L = Skor Terendah Dilihat dari tabel di atas jadi, R = 40 – 14 R = 26 Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan, sehingga bisa dicari lebr interval (i) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: i
= R/4
i
= 26/4
i
= 6,5 7 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka kriteria nilai yang
diperoleh adalah sebagai berikut: 35 – 41
= Baik (A)
28 – 34
= Cukup (B)
21 – 27
= Sedang (C)
14 – 20
= Kurang (D)
60
Tabel 3.10 Kriteria Nilai dari Variabel Kedisiplinan Shalat Remaja No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama AR Ar R DA Di DNS IWP Ir KA RO RT RA SAA SMH SA SM SNA S Mi S Su M TA TM VC W WP Wi WDS YDS HI YB To
Jumlah Skor 31 37 27 37 38 38 34 37 14 40 36 24 28 37 39 35 38 40 36 34 38 37 31 40 36 37 35 37 36 35
Kriteria Nilai B A C A A A A A D A A C B A A A A A A A A A B A A A A A A A
BAB IV ANALISIS DATA
Untuk mengolah data yang telah terkumpul dan untuk mengambil kesimpulan penelitian, maka perlu adanya analisis data. Analisis data dilakukan dalam rangka untuk pengujian hipotesis yang telah dirumuskan untuk memperoleh simpulan berdasarkan data tersebut. Rumusan hipotesis dapat diterima apabila kebenaran dalam analisis data telah terbukti. A. Analisis Deskriptif 1. Analisis Keteladaan Beribadah Orang Tua Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta pada tahun 2013. Analisis mengenai tingkat keteladanan beribadah orang tua ini menggunakan sistem prosentase dari setiap jawaban responden yang diklarifikasikan dalam kriteria nilai penilaian berdasarkan jawaban yang diperoleh, kemudian diprosentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P
=
100%
Keterangan: P
= Proporsi Individu dalam Golongan
F
= Frekuensi
N = Jumlah Subyek dalam Golongan
61
62
Adapun
langkah-langkah
dalam
analisis
ini
adalah
dengan
menentukan jumlah responden yang tergolong memperoleh nilai A (Baik), B (Cukup), C (Sedang) dan D (Kurang) dalam variabel keteladanan beribadah orang tua. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Responden tentang Keteladanan Beribadah Orang Tua Berdasarkan Angket No
Item Soal
1. Orang tua Anda senantiasa mengajarkan bacaan-bacaan dalam shalat 2. Orang tua Anda senantiasa mengajarkan gerakan dalam shalat 3. Orang tua Anda melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya 4. Orang tua Anda selalu menyegerakan shalat 5. Orang tua Anda membiarkan Anda untuk tidak melaksanakan shalat dalam keadaan sakit 6. Ketika Anda bermain sampai sore orang tua Anda mengingatkan Anda untuk shalat 7. Orang tua Anda membangunkan Anda setiap pagi untuk melaksanakan shalat shubuh 8. Orang tua Anda memuji Anda ketika Anda melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya 9. Orang tua Anda menegur Anda ketika Anda meninggalkan shalat 10. Orang tua Anda menegur Anda ketika Anda bangun kesiangan dan belum melaksanakan shalat shubuh Rata-Rata
Jawaban
Presentase (%)
A B C
D
A
B
C
D
15 11 1
3 50,0% 36,7% 3,3% 10,0%
20 6
4
0 66,7% 20,0% 13,3% 0,0%
21 4
3
2 70,0% 13,3% 10,0% 6,7%
20 4
4
2 66,7% 13,3% 13,3% 6,7%
20 3
4
3 66,7% 10,0% 13,3% 10,0%
18 7
3
2 60,0% 23,3% 10,0% 6,7%
18 8
3
1 60,0% 26,7% 10,0% 3,3%
18 6
5
1 60,0% 20,0% 16,7% 3,3%
16 9
4
1 53,3% 30,0% 13,3% 3,3%
16 4
8
2 53,3% 13,3% 26,7% 6,7%
18 6
4
2 60,7% 20,0% 13,3% 6,7%
63
Dalam tabel kriteria nilai untuk variabel keteladanan beribadah orang tua jumlah responden sebanyak 30 remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memperoleh kriteria nilai: a. Kategori Baik (A) sebanyak 18 orang b. Kategori Cukup (B) sebanyak 6 orang c. Kategori Sedang (C) sebanyak 4 orang d. Kategori Kurang (D) sebanyak 2 orang Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.2 Prosentase Jawaban Responden tentang Keteladanan Beribadah Orang Tua No 1. 2. 3. 4.
Kategori
Lambang
Frekuensi
Prosentase
A B C D
18 6 4 2 30
60,00% 20,00% 13,33% 6,67% 100%
Baik Cukup Sedang Kurang Jumlah
2. Analisis Kedisiplinan Shalat Remaja Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta pada tahun 2013. Analisis mengenai tingkat kedisiplinan shalat remaja ini menggunakan sistem prosentase dari setiap jawaban responden yang diklarifikasikan dalam kriteria nilai penilaian berdasarkan jawaban yang
64
diperoleh, kemudian diprosentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P
=
100%
Keterangan: P
= Proporsi Individu dalam Golongan
F
= Frekuensi
N = Jumlah Subyek dalam Golongan Adapun
langkah-langkah
dalam
analisis
ini
adalah
dengan
menentukan jumlah responden yang tergolong memperoleh nilai A (Baik), B (Cukup), C (Sedang) dan D (Kurang) dalam variabel kedisiplinan shalat remaja. Tabel 4.3 Prosentase Jawaban Responden tentang Kedisiplinan Shalat Remaja Berdasarkan Angket No
Item Soal
1. Anda melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya 2. Anda senantiasa bangun pagi unuk melaksanakan shalat subuh 3. Anda melakukan gerakan shalat dengan tumakninah (berhenti sejenak) 4. Anda tetap melaksanakan shalat walaupun dalam keadaan sakit 5. Anda mengqodlo shalat ketika Anda lupa melaksanakan shalat 6. Ketika waktu shalat tiba Anda sedang bermain dengan temanteman Anda, apakah Anda akan melaksanakan shalat terlebih dalulu
Jawaban
Presentase (%)
A B C
D
A
B
C
D
19 8
1
2 63,3% 26,7% 3,3% 6,7%
19 4
5
2 63,3% 13,3% 16,7% 6,7%
19 5
5
1 63,3% 16,7% 16,7% 3,3%
19 7
3
1 63,3% 23,3% 10,0% 3,3%
20 8
1
1 66,7% 26,7% 3,3% 3,3%
20 5
4
1 66,7% 16,7% 13,3% 3,3%
65
7. Anda tetap melaksanakan shalat walaupun tidak ada orang tua di rumah 8. Anda tidak pernah lupa melaksanakan shalat meskipun sedang bepergian 9. Anda tidak marah ketika diingatkan orang tua atau teman untuk melaksanakan shalat 10. Ketika cuaca sangat dingin apakah Anda tetap melaksanakan shalat Rata-Rata
20 9
0
1 66,7% 30,0% 0,0% 3,3%
17 9
4
0 56,7% 30,0% 13,3% 0,0%
17 9
4
0 56,7% 30,0% 13,3% 0,0%
20 8
1
1 66,7% 26,7% 3,3% 3,3%
19 7
3
1 63,3% 23,3% 10,0% 3,3%
Dalam tabel kriteria nilai untuk variabel kedisiplinan shalat remaja dengan jumlah responden sebanyak 30 remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memperoleh kriteria nilai: a. Kategori Baik (A) sebanyak 19 orang b. Kategori Cukup (B) sebanyak 7 orang c. Kategori Sedang (C) sebanyak 3 orang d. Kategori Kurang (D) sebanyak 1 orang Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.4 Prosentase Jawaban Responden tentang Kedisiplinan Shalat Remaja No 1. 2. 3. 4.
Kategori Baik Cukup Sedang Kurang Jumlah
Lambang
Frekuensi
Prosentase
A B C D
19 7 3 1 30
63,3% 23,3% 10,0% 3,3% 100%
66
B. Pengujian Hipotesis Pada bab I penulis sebelumnya telah merumuskan hipotesis “keteladaan beribadah orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013”. Untuk menguji kebenarannya, penulis mengadakan penelitian pada remaja di di Desa Sambeng,
Kelurahan
Mangkubumen
keteladanan beribadah orang tua
Surakarta
yang
menunjukkan
dengan kedisiplinan shalat remaja.
Sedangkan untuk menguji kevalidan data, maka data yang telah diperoleh tersebih dahulu dilakukan penghitungan statistik. Alasan digunakan analisis data statistik adalah: 1. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif yang sudah diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk angka. 2. Penulis akan lebih mudah menentukan apakah hipotesis yang akan diuji dapat diterima atau ditolak. 3. Akan diperoleh kesimpulan yang objektif. Dalam analisis statistik ini, penulis menggunakan rumus product moment yaitu untuk mencari besarnya angka korelasi antara keteladanan beribadah orang tua dengan kedisiplinan shalat remaja.
rxy =
* ∑ √* ∑
(∑ )(∑ )+
(∑ ) +* ∑
(∑ ) +
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y xy = Jumlah product dari x dan y x2 = Jumlah kuadrat x y2 = Jumlah kuadrat y N = Jumlah sampel yang dimiliki
67
Apabila rhitung telah diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel koefisien korelasi product moment dengan kriteria rhitung > rtabel pada signifikansi taraf kepercayaan 5% maka hipotesis kerja diterima, namun sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka hipotesis ditolak. Untuk lebih mudahnya dalam perhitungan korelasi, penulis akan sajikan tabel koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 4.5 Koefisien Korelasi Pengaruh Keteladanan Beribadah Orang Tua terhadap Kedisiplinan Shalat Remaja di Desa Sambeng Kelurahan Mangkubumen Surakarta No
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
35 34 16 36 36 37 37 37 16 36 36 32 26 32 39 37 36 39 35 33 35 36 34 37 37 37 37 35 38 18 1009
31 37 27 37 38 38 34 37 14 40 36 24 28 37 39 35 38 40 36 34 38 37 31 40 36 37 35 37 36 35 1042
1225 1156 256 1296 1296 1369 1369 1369 256 1296 1296 1024 676 1024 1521 1369 1296 1521 1225 1089 1225 1296 1156 1369 1369 1369 1369 1225 1444 324 35075
961 1369 729 1369 1444 1444 1156 1369 196 1600 1296 576 784 1369 1521 1225 1444 1600 1296 1156 1444 1369 961 1600 1296 1369 1225 1369 1296 1225 37058
1085 1258 432 1332 1368 1406 1258 1369 224 1440 1296 768 728 1184 1521 1295 1368 1560 1260 1122 1330 1332 1054 1480 1332 1369 1295 1295 1368 630 35759
68
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui: ∑X
= 1009
∑Y
= 1042
∑X2
= 35075
∑Y2
= 37058
∑XY
= 35759
N
= 30
rxy
=
=
(∑ )(∑ )
∑
(∑ ) +* ∑
√* ∑
√*
=
√*
=
√*
=
√
(∑ ) +
(
) +*
+*
+*
(
) (
) +
+
+
= = 0,718
C. Pembahasan Nilai koefisien korelasi (rhitung) hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan rtabel. Nilai rtabel untuk sampel 30 dan signifikan pada taraf 5% adalah 0,361. Jika rhitung > rtabel, berarti ada pengaruh positif antara variabel X dan Y. Jika rhitung = 0, maka dikatakan bahwa antara variabel X dan Y tidak ada pengaruh sama sekali. Jika rhitung < rtabel, maka hipotesis ditolak. Adapun variabel X dalam penelitian ini adalah keteladanan beribadah orang tua, sedangkan variabel Y adalah kedisiplinan
69
shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Dari hasil perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan rhitung sebesar 0,718. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan rhitung dengan rtabel. Harga rtabel untuk jumlah responden 30 dan signifikan pada taraf kepercayaan 5% adalah 0,361. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hasil perhitungan lebih besar dari rxy pada tabel signifikan taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh keteladaan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “keteladaan beribadah orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013” dapat diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen surakarta, dapat ditarik kesimpulan: 1. Tingkat keteladanan beribadah orang tua di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013 berada pada beberapa tingkatan. Hal ini dapat diketahui bahwa 60% termasuk dalam kategori baik; 20% termasuk dalam kategori cukup; 13,33% termasuk dalam kategori sedang dan 6,67% termasuk dalam kategori kurang. 2. Kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013 berada pada beberapa tingkatan. Hal ini dapat diketahui bahwa 63,3% termasuk dalam kategori baik; 23,3% termasuk dalam kategori cukup; 10,0% termasuk dalam kategori sedang dan 3,3% termasuk dalam kategori kurang. 3. Ada pengaruh positif antara keteladanan beribadah orang tua terhadap kedisiplinan shalat remaja di Desa Sambeng, Kelurahan Mangkubumen Surakarta tahun 2013. Hal ini diketahui dari koefisien korelasi antara keteladanan beribadah orang tua dengan kedisiplinan shalat remaja yaitu sebesar 0,718. Nilai rhitung dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment dengan N= 30 dan taraf signifikansi kepercayaan 5% yaitu 0,361; sehingga
70
71 terbukti rhitung > rtabel, sehingga hipotesis yang diajukan “diterima”.
B. Saran-Saran Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis mempunyai saran–saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua a. Orang tua merupakan contoh ideal yang tingkah lakunya dan sopan santunnya akan ditiru, maka hendaknya orang tua memberikan teladan/contoh yang baik bagi bagi anak-anaknya. b. Hendaknya orang tua memberikan perhatian yang lebih besar kepada anak dalam masalah ibadah shalat. c. Hendaknya orang tua mengajarkan shalat kepada anaknya sejak masih kecil. d. Hendaknya orang tua memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat. 2. Bagi siswa a. Keteladanan merupakan suatu metode dengan memberikan contoh/teladan yang baik. Untuk itu, para siswa hendaknya mengikuti teladan/contoh yang baik dari orang tua. b. Hendaknya siswa memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.
72
DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin. 2003. Al-Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Amin, Darori. 2000. Islam & Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media. Amin, Syamsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2008. Energi Dzikir: Mententramkan Jiwa Membangkitkan Optimisme, Jakarta: Amzah. An-Nahlawi, Abdurrahman. 2005. ‟ Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama‟ Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Gema Insani Press. Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Ardani, M. 2005. Al-Quran dan Sufisme Mangkunegara IV, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. Arif, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press. Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 2001. Pedoman Shalat, Semarang: Rizki Putra. Awwad, Jaudah Muhammad. 1999. Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta: Gema Insani Press. Bukhori, Baidi. 2008. Dzikir Al-Asma‟ Al-Husna: Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja, Semarang: Syiar Media Publishing.
Darajat, Zakiyah dkk., 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara. Daradjat, Zakiyah. 2005. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: Ruhama.
Daradjat, Zakiah. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Depag RI, 2004. Rukun Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia. Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno, 2004. Metodologi Research, ogyakarta: Andi Offset.
73
Hardiyanto, P. Sunu. 2007. Disiplin Tubuh Bengkel Individu Modern, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Langgulung, Hasan. 2005. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, dan Pendidikan, Jakarta: Al Husna Zikra. Lindgren, Henry C. 2002. Educational Psychology in The Classroom, New York: Modern Asia Edition. Madjid, Nurcholis. 2007. Masyarakat Religius, Jakarta: Paramida Paramadina. Mufid, Ahmad Syafi’i. et. al, 2002. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Yudistira. Rasjid, Sulaiman. 2009. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Razak, Nazaruddin. 2007. Dienul Islam, Bandung: Al Ma’arif. Rodhiyah, 2006. Pengaruh Aktivitas Ibadah Orang Tua terhadap Ibadah Siswa MI Salafiyah Desa Kalirandu, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Semarang: Skripsi Fakultas Tarbiyah.
Salwasalsabila, Syarifah. 2008. Mendidik Anak Berpuasa, Yogyakarta: Harmoni. Sabiq, Sayyid. 1997. Fiqhussunnah, Terj. Mahyuddin Syaf, Fiqih Sunnah I Bandung: Al-Ma’arif . Sirajuddin, 2004. Temui AKU di Akhir Malam, Bandung: Hikmah. Soemarmo. 2008, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, Jakarta: Mini Jaya Abadi. Soejanto, Agus. 2005. Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudijono, Anas, 2009. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Surunin, 2004. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uhbiyati, Nur. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. Ulwan, Abdullah Nasih. 1981. Tarbiyatul Aulad Fil Islam,Terj. Saifullah Karnalie dan Hery Noer Aly, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Asy syifa’.
74
Ulil Huda, 2009. Pengaruh Pelaksanaan Ibadah Orangtua Terhadap Keaktifan Ibadah Shalat Anak di MI Maarif Bandungan, Semarang: Skripsi Tarbiyah. Untung, Moh Slamet. 2005. Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putera. Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Wahyuningsih. 2006. Pengaruh Kedisiplinan Shalat terhadap Kestabilan Emosi (Studi Terhadap Anak Panti Asuhan Yatim Piatu 'Aisyiyah Klaten). Klaten: Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Klaten.
W.J.S Poerwadarminta, 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya. Yunus M.S., 1999. Gerak Sholat dalam Animasi, Jakarta: Salam.
Zuhairini, 2001. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fajar Aribowo
Tempat/Tanggal Lahir
:
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat
: Jl.Cocak I no 25, Mangkubumen,
Riwayat Pendidikan
: 1. SD 2. SMP 3. SMA Negeri 7 Surakarta 4. STAIN Salatiga
Surakata
76
ANGKET PENELITIAN
Nama
: ___________________________
Umur
: ___________________________
Alamat
: ___________________________
Pilihlah jawaban dari beberapa alernatif jawaban di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang () pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda! A. Keteladanan Beribadah Orang Tua 1. Apakah orang tua Anda senantiasa mengajarkan bacaan-bacaan dalam shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 2. Apakah orang tua Anda senantiasa mengajarkan gerakan dalam shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 3. Apakah orang tua Anda melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 4. Apakah orang tua Anda selalu menyegerakan shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 5. Apakah orang tua Anda membiarkan Anda untuk tidak melaksanakan shalat dalam keadaan sakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 6. Apakah ketika Anda bermain sampai sore, orang tua Anda mengingkatkan Anda untuk Shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah
77
7. Apakah orang tua Anda membangunkan Anda setiap pagi untuk melaksanakan shalat subuh? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 8. Apakah orang tua Anda memuji Anda ketika Anda melaksanakan slahat lima waktu tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 9. Apakah orang tua Anda menegur Anda ketika Anda meninggalkan shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 10. Apakah orang tua Anda menegur Anda ketika Anda bangun kesiangan dan belum melaksanakan shalat shubuh? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah B. Kedisiplinan Shalat 1. Apakah Anda melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 2. Apakah Anda senantiasa bangun pagi unuk melaksanakan shalat subuh? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 3. Apakah Anda melakukan gerakan shalat dengan tumakninah (berhenti sejenak)? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 4. Apakah Anda tetap melaksanakan shalat walaupun dalam keadaan sakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah
78
5. Apakah Anda mengqodlo shalat ketika Anda lupa melaksanakan shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 6. Apakah ketika waktu shalat tiba Anda sedang bermain dengan teman-teman Anda, apakah Anda akan melaksanakan shalat terlebih dalulu? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 7. Apakah Anda tetap melaksanakan shalat walaupun tidak ada orang tua di rumah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 8. Apakah Anda tidak pernah lupa melaksanakan shalat meskipun sedang bepergian? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 9. Apakah Anda tidak marah ketika diingatkan orang tua atau teman untuk melaksanakan shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah 10. Apakah ketika cuaca sangat dingin Anda tetap melaksanakan shalat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah --- Terima Kasih ---