1
PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA ( Studi kasus kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ROJIYAH KURNIAWATI NIM 11408120 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
2
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
3
Dimana ada kemauan, Di situ ada jalan Setiap jalan terdapat banyak kesempatan Kesempatan adalah pilihan Hanya ada satu kata “Tidak ada yang abadi melainkan perubahan”
www.rijiyahkurniawatyi.com
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku, Suamiku, dan anakku tercinta yang masih dikandunganku Keluarga dan Sahabatku Teman seperjuangan di HMI Cabang Salatiga Dan teman spesialku yang selalu setia menemaniku disaat senang dan sedihku Terimakasih untuk semuanya YAKUSA
4
ABSTRAK
Kurniawati, Rojiah. 2010. Skripsi. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi kasus kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang) Pembimbing : Drs. Sumarno Widjadipa Kata Kunci : Pengaruh, Keharmonisan Keluarga, Motivasi Belajar Siswa Seorang anak menjadi orang yang terdidik adalah lebih tergantung pada sikap kebiasaan orang tua dalam memajukan kehidupan akademiknya, pentingnya stimulasi yang diberikan orang tua terhadap anaknya dalam belajar menjadi penentu semangat anak dalam belajar, maka sikap atau perilaku orang tua dalam kehidupan keluarga merupakan bagian terpenting yang mempengaruh motivasi anak dalam belajarnya. Penelitian ini upaya untuk mengetahui (1) Bagaimana Keharmonisan Keluarga siswa kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON ? (2) Bagaimanakah Motivasi Belajar Siswa kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON ? (3) Adakah pengaruh antara Keharmonisan Keluarga terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON ?. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi penelitian Kuantitatif, metode pwngumpulan datanya dengan metode angket dan dokumentasi. Berdasarkan pokok masalah dalam penulisan skripsi dan penelitian di lapangan, serta analisis data dari hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut (1)Tingkat keharmonisan siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon dari tafsir nilai mean menunjukan 91,4 artinya Berdasarkan nilai interval tingkat keharmonisan berarti CUKUP, (2) Motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon dari tafsir nilai mean menunjukan 49,8 artinya Berdasarkan nilai interval motivasi belajar siswa berarti BAIK(3) Pengaruh Tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa dari hasil penghitungan r menunjukan 0,575, artinya berdasarkan tabel r product moment ro lebih besar atau sama dengan rt, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keharmonisan keluarga berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon.
5
DEKLARASI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Rojiyah Kurniawati
NIM
: 11408120
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan
Rojiyah Kurniawati
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan taufiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang menurut penulis amat berat ini. Semoga shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW. serta para sahabat dan para pengikutnya. Penulisan skripsi merupakan kewajiban setiap mahasiswa dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi yang berjudul “ PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA
TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi kasus kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang) dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1.
Bpk. DR. Imam Sutomo selaku Ketua STAIN SALATIGA
2.
Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN SALATIGA
3.
Bpk. Drs. Djoko Sutopo, selaku Ketua Program Studi PAI (Extensi) Jurusan Tarbiyah STAIN SALATIGA
4.
Bpk. Drs. Sumarno Widjadipa yang selalu memberi motivasi dan membimbing sampai terselesaikanya skripsi ini.
5.
Bpk. Kepala sekolah SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang) yang dengan keterbukaanya menerima penulis untuk meneliti sekolahanya
6.
Suamiku tercinta dan seluruh teman – teman yang turut membantu terselesainya skripsi ini. Saya selaku penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun,
karena saya menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca semuanya . Salatiga, 20 September 2010 Penulis
7
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………..................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………
iv
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………….
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN…………………………..
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………........ 1 B. Perumusan Masalah…………………………………………..... 5 C. Tujuan Penelitian …………………………………………........ 5 D. Hipotesis …………………………………………..................... 5 E. Kegunaan penelitian ……………………………………………. 6 F. Definisi operasional………………….………………………… 6 G.Metode penelitian.......................................................................... 8 H Sistematika Penulisan Skripsi……...………………………......... 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga ……………………………………….. 13 1. Pengertian ............................................................................... 13 2. Fungsi Keluarga.......................……………………………… 25 B. Motivasi Belajar........................................…...………………… 16 1. Pengertian ............................................................................... 31 2. Ciri- Ciri Motivasi Belajar..................................................... 41 C. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar... 42
BAB III HASIL PENELITIAN
8
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian……………… 46 B. Penyajian Data…..……………………...................................... 48 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan.................……………………………….. 55 B. Analisis Uji Kompetensi.............................................................. 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………..... 67 B. Saran ………………………………………………………....... 68 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….... 69 LAMPIRAN – LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………....... 70
9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUSPN Th. 2003 Pasal 3 menyatakan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan secara tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Disamping itu juga pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Selain itu keluarga juga merupakan fondasi primer bagi perkembangan anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Keluarga juga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama. Keluarga dipandang sebagai peletak dasar bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam lingkungan keluarga, anak belajar sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk
10
Tuhan, sehingga anak tumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan. Suasana kekeluargaan akan tampak dalam hubungan sikap dan perilaku antara kedua orang tua dan perlakuan orang tua terhadap anak. Kehidupan dalam keluarga banyak dipengaruhi oleh proses interaksi dan faktor-faktor tertentu yang memunculkan suatu suasana didalam perilaku sehari-hari dengan anggota lainnya di keluarga. Salah satu faktor tersebut yaitu suasana psikologis yang dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Mustaqim (2003:132) menyatakan seorang anak menjadi orang yang terdidik adalah lebih tergantung pada sikap kebiasaan orang tua dalam memajukan kehidupan akademiknya, pentingnya stimulasi yang diberikan orang tua terhadap anaknya dalam belajar menjadi penentu semangat anak dalam belajar. Pernyataan diatas mengimplikasikan bahwa suasana keharmonisan adalah kebersamaan dan kasih sayang dalam lingkungan pribadi setiap anggotanya, terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hal pembentukan sikap dan perilakunya sehari-hari. Sebab dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian masa kanak-kanak dilingkungan keluarga yang harmois mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan dasar kepribadian dan identitas, pribadi seseorang khususnya dalam hal motifasi belajar anak disekolah. Sebuah keluarga memiliki nilai-nilai, sikap, harapan-harapan serta tuntutan-tuntutan terhadap para anggotanya yang tidak selalu sama dengan keluarga lain, bahkan mungkin tidak sama dengan yang berlaku di sekolah.
11
Akibatnya tiap keluarga menghasilkan individu yang berbeda-beda. Pola pendidikan yang tidak terarah, hubungan yang kurang harmonis dengan sesama anggota keluarga, kurangnya nilai kebersamaan dalam keluarga, terlalu mengatur dan selalu ingin terlibat dengan kepentingan anak, terlalu ketat, terlalu bebas dan sebagainya tentunya akan berpengaruh terhadap motifasi belajar anak disekolah. Upaya pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa tetapi diarahkan pula kepada perwujudan individu yang mandiri dan memiliki kepribadian yang mantap, mencakup kondisi fisik dan psikis yang tentunya sangat berpengaruh dalam upaya mengembangkan potensi belajar dan proses penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolahnya. Dengan demikian pendidikan dapat dipandang sebagai suatu upaya yang berkaitan dengan proses pengembangan dan pembinaan kepribadian manusia kearah yang lebih potensial. Proses pengembangan dan pembinaan kepribadian individu tersebut tentunya berawal dari “di mana lingkungan itu berasal". Lingkungan yang dianggap penting dalam menumbuhkan atau mempengaruhi kehidupan individu salah satunya adalah lingkungan keluarga. Sesuai dengan pendapat Singgih D. Gunarsa (1993: 5) bahwa lingkungan pertama yang memberikan pengaruh mendalam pada diri adalah lingkungan keluarganya sendiri. Dalam keluarga harmonis biasanya orang tua penuh perhatian, kasih sayang, memberikan waktu yang cukup untuk anak-anaknya, sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis dalam keluarga antara satu anggota keluarga
12
dengan anggota keluarga yang lain. Dengan kondisi keluarga yang harmonis tersebut akan membentuk konsep diri anak yang positif sehingga akan berpengaruh terhadap motifasi belajarnya. Berbeda dengan keluarga yang tidak/ kurang harmonis, dengan orang tua yang kurang perhatian, kurang kasih sayang serta tidak memberikan waktu dan kesempatan pada anak-anaknya, maka akan membentuk anak dengan konsep diri yang negatif sehingga motifasi beajar-pun berkurang. Karena biasanya apa yang dilakukan dan diperbuat oleh anak adalah sesuai dengan apa yang ia pernah dan pelajari selama ia tinggal dalam lingkungannya. Lingkungan tempat belajarnya yang utama dan pertama adalah keluarga, sehingga hasil belajar dari keluarga yang ia peroleh itulah yang ia terapkan dalam kehidupannya. Sedangkan hasil belajar dari keluarganya belum tentu keseluruhannya baik, adapula yang buruk. Maka dari itu suatu keluarga yang harmonis akan membentuk konsep diri anak menjadi baik, dan sebaliknya keluarga yang tidak/kurang harmonis akan membentuk konsep diri yang tidak baik pada anak. Dari latar belakang di atas keharmonisan keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan anak terutama motifasi belajar yang dirasakan anak tersebut, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan mencari sejauh mana hubungannya dan merumuskannya ke dalam
penelitian
yang
berjudul
sebagai
berikut:
PENGARUH
KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
13
SISWA ( Studi kasus KELAS 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang) B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keharmonisan keluarga siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon? 2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon? 3. Apakah ada pengaruh antara keharmonisan keluarga dengan motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memgetahui keharmonisan keluarga siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon 2. Untuk memgetahui motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon. 3. Untuk memgetahui pengaruh antara keharmonisan keluarga dengan motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon. D. Hipotesis Penelitian Proses pengembangan dan pembinaan kepribadian individu tersebut tentunya berawal dari “di mana lingkungan itu berasal". Lingkungan yang dianggap penting dalam menumbuhkan atau mempengaruhi kehidupan individu salah satunya adalah lingkungan keluarga, maka dalam penelitian ini
14
peneliti beranggapan bahwa ada pengaruh tingkat kehrmonisan keluarga siswa dengan motivasi belajar siswa tersebut, artinya semakin harmonis sebuah keluarga maka motivasi belajar siswa akan semakin tinggi dan apabila keharmonisan keluarga rendah maka akan semakin rendah pula motivasi belajar siswa tersebut. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, dan secara khusus bagi guru, dan keluarga. 2. Secara Praktis Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi keluarga dan siswa, diantaranya sebagai berikut : a. Meningkatkan pemahaman kepada siswa tentang arti penting pendidikan. b. Meningkatkan pemahaman kepada orang tua tentang arti penting keharmonisan keluarga c. Meningkatkan pemahaman kepada orang tua dan siswa tentang arti penting pendidikan dan keharmonisan keluarga
15
F. Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul diatas, yaitu : 1. Pengertian Keharmonisan Menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan yang selaras atau serasi. Menurut Singgih Dirga Gunarsa (2004: 209) keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial. Indikator
keharmonisan
keluarga
sebagaimana
dijelaskan
Ahmadi (2008:16) adalah sebagai berikut: a. Saling mencintai dan menyayangi b. Orang tua bisa dijadikan tempat berbagi rasa c. Memenuhi kebutuhan lahir batin d. Keluarga menjadi sumber nilai e. Menjaga silaturahmi dan komunikasi 2. Pengertian Motivasi Belajar Hasan (1994:42) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan dorongan idividu untuk melakukan sesuatu seperti yang diinginkan, dalam hal ini motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Sehingga
16
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar yang dimaksud disini adalah merupakan faktor yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas yaitu dalam hal penumbuhan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar di sekolah Indikator Motivasi belajar siswa antara lain : a. Siswa aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar b. Siswa aktif mencatat dan bertanya pada hal-hal penting dan belum diketahui c. Siswa selalu memperhatikan kalau ada guru yang menerangkan d. Siswa aktif mengerjakan pekerjaan rumah e. Secara kuantitatif, nilai siswa bagus f. Siswa aktif mengikuti kegiatan extra sekola G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilan data deskriptif berupa angka-angka, atau memperlihatkan pernerapan pendekatan pengukuran atau numeric terhadap masalah yang diteliti dan juga pada pengumpulan data analisis data (Brannen, 1997:116) 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang,
17
dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli, terhitung mulai tanggal 1 Mei 2010 sampai dengan 30 Juli 2010. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Hadi, 1987 : 31) dan sampel adalah sebagian yang mewakili keseluruhan untuk dijadikan subjek penelitian, dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang . 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Metode Dokumentasi Arikunto
(1998:131)
mengungkapkan
bahwa
metode
dokumentasi adalah metode penelitian data bersandar pada dokumen tertulis (buku, arsip, dan sebagainya). Metode ini digunakan untuk mengetahui profil sekolah atau berbagai persoalan mengenai SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang b. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang akan digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang
pribadinya/hal-hal
yang
diketahui
(Arikunto,
1987:107), Angket ini akan diberikan kepada siswa kelas 2 SMK
18
ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Untuk mengetahui pola hubungan keluarga atau keharmonisan keluarga siswa 5. Teknik Analisis Data Dalam menganilisis hasil data yang diperoleh pada penelitian ini digunakan dua rumus sebagaimana dijelaskan Hadi (1997:295) sebagai berikut: yaitu prosentase, ini digunakan untuk mengetahui hasil angket dari keharmonisan keluarga dan motivasi belajar siswa, selanjutnya rumus product moment, yang digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh antara keharmonisan keluarga dan motivasi belajar siswa. Adapun rumusnya sebagai berikut : Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data ini adalah sebagai berikut : a. Rumus prosentase : P =
F X 100 % N
Keterangan: P = Angka Presentase F = Frekuensi masing – masing variabel N = Jumlah respoden b. Untuk mengetahui prosentase pengaruh kedua variabel dan menguji hipotesis yang telah diujikan, digunakan analisis Prosentase frekuensi kuadrat dengan rumus : rxy =
XY – (X)(Y) / N {X2 – (X)2 / N }.{Y2 (Y)2 / N
19
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi X dan Y X
= Tingkat Keharmonisan
Y
= Motivasi belajar siswa
H. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan Meliputi : latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: Kajian Pustaka Meliputi teori–teori yang berhubungan dengan variabel yaitu : Tingkat Keharmonisan, dan Motivasi Belajar
BAB III
: Laporan Hasil Penelitian Meliputi gambaran umum lokasi penelitian SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, yang mencakup sejarah berdirinya lokasi, sarana prasarana pendidikan, struktur organisasi SMK ROUDLOTUL FURQON, keadaan guru, keadaan siswa, hasil data siswa antara keharmonisan dan motivasi belajar siswa.
20
BAB IV
: Analisis Data Dalam hal ini penulis berusaha menganalisis data tentang; tingkat keharmonisan dan pengaruhnya terhadap motivai belajar siswa SMK ROUDLOTUL FURQON
BAB V
: Penutup Meliputi : kesimpulan, saran, dan penutup
21
BAB II LANDASAN TEORI A. Keharmonisan Keluarga 1. Pengertian a. Keharmonisan Menurut Singgih Dirga Gunarsa (2004:209) Pengertian keharmonisan menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan yang selaras atau serasi. b. Keluarga Pada hakekatnya, seluruh perilaku manusia bersifat sosial, artinya perilaku tersebut terbentuk dan dipelajari dari bagaimana individu berinteraksi dengan individu lainnya. Semua yang dipelajari manusia merupakan hasil hubungan dengan manusia lainnya. Adanya sifat sosial yang dimiliki oleh masing-masing manusia, maka secara mutlak manusia dituntut untuk mengadakan ikatan-ikatan sosial dengan manusia lain. Salah satu ikatan sosial yang paling dasar adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang terbentuk dari suatu hubungan yang tetap untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkaitan dengan keorang tuaan dan pemeliharaan anak. Keluarga juga merupakan organisasi terbatas yang di dalamnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang berintegrasi dan berkomunikasi sehingga dapat terciptanya peranan-peranan sosial bagi anggotanya.
22
DR. Hammudah dalam Hasan (1994:181) mengemukakan pengertian keluarga adalah persatuan antara dua orang atau lebih yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Terjadinya persatuan ini adalah oleh adanya pertalian perkawinan sehingga ada saling mengikat berdasarkan perkawinan. Hasan (1994:184) mengemukakan pengertian keluarga yaitu, Lembaga kehidupan yang asasi dan alamiah yang secara alamiah dialami oleh manusia . perpaduan dua orang tua yng mempunyai latar belakang cinta kasih selayaknyalah dijadikan landasan dasar dalam memfungsikan keluarga sebagai media pendidikan, dimana dasar-dasar segala aspek pendidikan tertumpu pada awal anak menerima keluarganya. Keluarga yang baik adalah Singgih Dirga Gunarsa (2004: 185) mengemukakan pengertian keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada keluarga yang ada dalam masyarakat itu. Apabila seluruh keluarga sudah sejahtera, maka masyarakat tersebut cenderung akan sejahtera pula. Mustafa (Ayah Bunda, 1986: 6) mengemukakan mengenai pengertian keluarga yaitu, bahwa keluarga adalah kesatuan dari pribadi-pribadi yang ada hubungan karena pernikahan, kelahiran yang
23
berinteraksi dengan tujuan pokok menciptakan dan memelihara normanorma kebudayaan dan mendorong perkembangan fisik, mental dan emosi setiap anggotanya. Maciver
dan Page
(Muhamad
Isa Soeleman,
1994:9)
menyebutkan bahwa terdapat lima ciri khas yang menandai adanya suatu keluarga yaitu: 1) Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita) 2) Dikukuhkan oleh suatu pernikahan 3) Adanya pengakuan terhadap anak yang dilahirkan 4) Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama 5) Diselenggarakannya kehidupan berumah tangga Kelima ciri khas keluarga seperti diungkapkan di atas, ternyata membawa implikasi yang besar dalam penyelenggaraan kehidupan keluarga, baik terhadap fungsi dan peranan keluarga dalam masyarakat maupun
fungsi
dan
peranan
masing-masing
keluarga
serta
pertanggungjawaban yang diemban oleh keluarga. Sayekti Pujosuwarno (1994: 11) mengemukakan bahwa terdapat empat unsur yang terkandung dalam keluarga, yaitu: Keluarga merupakan perserikatan hidup antara manusia yang paling dasar dan kecil. Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin. Perserikatan itu berdasar atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi. Adakalanya keluarga hanya terdiri dari
24
seorang laki-laki saja atau seorang perempuan saja dengan atau tanpa anak. Dari beberapa pengertian tersebut diatas, keluarga adalah suatu ikatan persekutuan atas dasar perkawinan dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. c. Pengertian Keharmonisan Keluarga Pengertian keharmonisan menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan yang selaras atau serasi. Menurut Singgih Dirga Gunarsa (2004: 209) keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial. Peranan keluarga merupakan hal yang prinsipil sekali dalam membentuk kepribadian anak, karena anak lahir, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga tentunya akan memberikan banyak pengalaman bagi anak tersebut yang akan membawa anak ke dalam pengalaman hidup yang beragam. Anak diharapkan mampu bersosialisasi dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan di luar keluarganya dengan norma-norma dan aturan-aturan tertentu sehingga anak mendapatkan pengalamanpengalaman yang baru, belajar memerankan diri sebagai remaja yang dewasa, bergaul secara wajar, mendapatkan kepuasan akan keadaan
25
dirinya dan mampu mengambil sikap dan tindakan yang bertanggung jawab. Untuk mendapatkan hal tersebut tentunya tak lepas dari dorongan dan peran keluarga terutama keharmonisan keluarga yang dirasakan didalamnya atau orang-orang dewasa yang memberinya bantuan. Hal tersebut sangatlah penting bagi anak. Seperti yang diungkapkan oleh B. Simanjuntak dan IL. Pasaribu (1984: 281) bahwa anak tidak akan mampu untuk membentuk dirinya sendiri tetapi membutuhkan orang lain disekitarnya. Keluarga dengan segala aspeknya adalah lingkungan pertama yang akan menentukan peranan lingkungan yang lain. Keluarga memberikan early homes stimulation pada anak membentuk anak dan menempa anak untuk menghadapi lingkungan yang lebih kompleks, sehingga anak tidak akan jatuh ke dalam pengaruh buruk tetapi mampu memanfaatkannya untuk pengembangan dirinya. Mengacu pada pentingnya lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama bagi individu, tentunya akan berhubungan dengan sejauh mana keharmonisan keluarga di dalamnya tercipta, serta dapat tidaknya memberikan peluang bagi anak untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Keharmonisan keluarga dapat terlihat dan tercermin dari sikap dan pandangan akan hidup, kegemaran dan pola kepribadian para anggota di dalamnya.
26
Dalam lingkungan keluarga yang demokratis dan permisif, posisi anak bukanlah sebagai obyek tetapi subyek yang diperlakukan sebagai partner keluarga, mendapat kesempatan untuk menyatakan diri, dihargai keberadaannya sebagai individu, diterima kelebihan dan kelemahannya, serta dihormati hak-haknya sebagai anak di tengah keluarganya. Dalam hal ini, sikap dan perlakuan orang tua yang cenderung menekan, tentunya hanya akan menimbulkan dampak psikologis yang merugikan. Sikap dan perlakuan orang tua dalam praktek pengasuhan dan pendidikan anak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian dan pribadi anak. Anak yang diasuh penuh kehangatan akan menumbuhkan pribadi anak yang memadai dibandingkan dengan anak yang tumbuh dan besar di tengah perlakuan keras dan “ancaman” orang tuanya. Pendisiplinan seringkali dijadikan alasan bagi orang tua dengan bersikap keras terhadap anak. Akibatnya pesan pendidikan yang ingin disampaikan tidak dapat diterima anak sebagai pesan melainkan tekanan. Anak yang mendapatkan curahan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi individu yang memiliki perasaan aman dan kepercayaan diri pada diriya dan orang lain. Situasi seperti ini akan membentuk anak berani menghadapi dunia luar, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Jika anak kurang mendapatkan kasih sayang atau tidak sama sekali mendapatkan rasa
27
aman, cenderung akan memandang dirinya sebagai individu yang kurang mampu, tidak dihargai, merasa tidak dicintai dan tidak mampu mencintai orang lain, pesimis, takut, selalu gelisah, dan selalu merasa tidak bahagia dalam hidupnya. Lingkungan keluarga tampil sebagai penentu paling penting bagi perkembangan psikologis remaja tersebut. Dan orang tua hendaknya mampu mengantisipasi konflik pribadi yang dirasakan anak agar tidak berakibat fatal dan mengantisipasi anak agar tidak mencari kompensasi yang keliru di luar lingkungan lainnya. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluarga Harmonis Membangun sebuah keluarga yang harmonis adalah tugas yang paling penting dalam hidup berkeluarga dan memunculkan berbagai permasalahan yang harus dihadapi keluarga. Untuk itu keluarga yang harmonis harus memiliki konsep diri didalam menjalankan kehidupan keluarganya. Konsep diri dalam keharmonisan keluarga akan memberikan jalan yang terang bagi semua anggota keluarga untuk menuju arah yang ingin dicapainya oleh anggota keluarga. Untuk itu konsep diri yang jelas akan memudahkan bagi anggota keluarga untuk meraih semua apa yang menjadi keinginannya atau citacitanya. Sulitnya memberikan batasan yang umum, tentang keluarga yang harmonis maka satu-satunya cara untuk mengukur kebahagiaan keluarga adalah dengan menggunakan standar keharmonisan keluarga yang telah ditetapkan oleh beberapa pakar/ ahli. Tentu saja ukuran-
28
ukuran itu harus disesuaikan dengan kondisi nyata diri sendiri dan tidak dikaitkan dengan ukuran-ukuran orang lain atau tetangga. Menurut Sarlito
Wirawan Sarwono (1982: 78) dalam
menetapkan ukuran ukuran kebahagiaan keluarga itu hendaknya diperhatikan faktor- faktor sebagai berikut: 1) Faktor kesejahteraan jiwa Rendahnya frekuensi pertengkaran atau percekcokan irumah, saling mengasihi dan saling membutuhkan serta saling tolong menolong antara sesama anggota keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan juga harus memerlukan: a) Sebuah tata hukum (legal system) disiplin yang adil dan konsisten, berdasarkan aturanaturan dan batasan-batasan tertentu. b) Sebuah tata ekonomi yang memungkinkan anak-anak belajar mendapatkan uang melalui usaha, belajar menabung dan belajar cara membelanjakan uang mereka dengan baik. Tradisi kegiatan keluarga yang dapat membangun komunikasi, saling percaya,
dan
kebersamaan.pelajaran masing-masing
sebagainya adalah
dan
indikatorindikator dari adanya jiwa yang
bahagia, sejahtera dan sehat. 2) Faktor kesehatan fisik Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor yang pertama tadi, karena seringnya anggota yang sakit, banyaknya
29
pengeluaran untuk dokter, obatobatan dan rumah sakit, tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga. 3) Faktor perimbangan antara pengeluaran uang dan penghasilan Tidak semua keluarga beruntung dapat memperoleh penghasilan yang mencukupi, tetapi tidak jarang pula keluargakeluarga yang
penghasilannya cukup besar pun mengeluh
kekurangan uang, bahkan sampai berhutang kesana kemari. Masalahnya tidak lain adalah kurang mampunyai keluargakeluarga yang bersangkutan merencanakan hidupnya sehingga pengeluaran pun menjadi tidak terencana. Keluarga, sebagai sebuah lembaga yang paling mendasar dan paling penting diantara semua lembaga, juga harus memiliki konsep diri yang jelas, agar semua anggotanya bisa berbahagia, bersatu dan langgeng. e. Ciri- ciri Keluarga Harmonis Menurut Danuri (1994:53), mengungkapkan bahwa keluarga bahagia adalah keluarga yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. 2) Hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam keluarga dan masyarakat. 3) Terjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosial. 4) Cukup sandang, pangan dan papan. 5) Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia.
30
6) Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar. 7) Ada jaminan dihari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar dimasa tua. 8) Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar. Sedangkan menurut Singgih Dirga Gunarsa (Sayekti Pujo Suwarno, 1994: 53-56), mengungkapkan bahwa yang harus dipenuhi demi tercapainya keluarga bahagia adalah: 1) Perhatian Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh anggota keluarga adalah dasar pokok hubungan yang baik di antara para anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam keluarga, berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarganya, lebih jauh lagi orang tua harus mengarahkan perhatiannya untuk mencari lebih mendalam sebab dan sumber permasalahan yang terjadi di dalam keluarga dan perlu memperhatikan juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anggota keluarga. 2) Penambahan pengetahuan Keluarga, baik orang tua maupun anak harus menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya. Di luar rumah mereka harus dapat menarik pelajaran dan inti dari segala yang dilihat dan dialaminya. Lebih penting lagi ialah usaha mengetahui mengenai mereka yang dekat yakni seluruh anggota keluarga. Biasanya kita
31
lebih cenderung untuk memperhatikan kejadian-kejadian di luar rumah tangga, sehingga kejadian-kejadian di rumah terdesak dengan kemungkinan timbulnya akibat-akibat yang tidak disangkasangka, karena kelalaian kita. Mengetahui setiap perubahan di dalam keluarga dan perubahan anggota keluarga berarti mengikuti perkembangan setiap anggota. 3) Pengenalan diri Dengan pengetahuan yang berkembang terus sepanjang hidup, maka usaha-usaha pengenalan diri akan dapat dicapai. Pengenalan diri setiap anggota berarti juga pengenalan diri sendiri. Anak-anak biasanya belum mengadakan pengenalan diri dan baru akan mencapainya melalui bimbingan dalam keluarganya, setelah anak banyak pergi keluar rumah, dimana lingkungan lebih luas, pandangan
dan
pengetahuan
diri
mengenai
kemampuan-
kemampuan dan sebagainya akan menambah pengenalan dirinya. Pengenalan diri yang baik akan memupuk pula pengertianpengertian. 4) Pengertian Apabila pengetahuan dan pengenalan diri telah tercapai, maka lebih mudah menyoroti semua kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam keluarga. Masalah-masalah lebih mudah diatasi apabila latar belakang kejadian dapat cepat terungkap. Dengan adanya pengertian dari setiap anggota keluarga,
32
maka akan mengurangi timbulnya
masalah-masalah di dalam
keluarga. 5) Penerimaan Sikap menerima setiap anggota keluarga seagai langkah kelanjutan
pengertian,
berarti
dengan
segala
kelemahan,
kekurangan dan kelebihannya, ia seharusnya mendapat tempat di dalam keluarga. Setiap orang harus yakin ahwa ia sungguh diterima dan merupakan anggota penuh dari keluarganya. Setiap anggota keluarga berhak atas kasih sayang orang tuanya, sealiknya anak harus menunaikan tugas dan kewajiban sebagai anak terhadap orang tuanya. Setiap hak harus diikuti kewajiban. Menerima halhal atau kekuranagn yang tidak mudah diubah sulit, maka setiap menerima terhadap kekurangan itu sangat perlu agar supaya tidak menimbulkan
kekesalan
yang
kronis.
Kekecewaan
yang
disebabkan kegagalan, dapat merusak suasana keluarga dan mempengaruhi perkembangan-perkembangan lainnya. 6) Peningkatan usaha Peningkatan
usaha
perlu
dilakukan
dengan
mengembangkan setiap aspek dari anggotanya secara optimal. Peningkatan usaha ini perlu agar tidak terjadi keadaan yang statis dan membosankan. Peningkatan usaha disesuaikan dengan setiap kemampuan baik materi dari pribadinya sendiri maupun kondisi
33
lainnya. Sebagai hasil peningkatan usaha tentu akan timbul prubahanperubahan lagi. 7) Penyesuaian Penyesuaian harus mengikuti setiap perubahan baik dari pihak orang tua maupun anak. Penyesuaian terhadap perubahanperubahan yang dialami oleh dirinya sendiri, misalnya akibat perkembangan
biologis.
Penyesuaian
meliputi
penyesuaian
terhadap perubahan-perubahan diri sendiri, perubahan diri anggota keluarga lainnya dan perubahan-perubahan di luar keluarga 2. Fungsi-fungsi Keluarga Keluarga sebagai suatu unit yang terkecil dari suatu masyarakat yang dalam proses kehidupannya harus dapat menjalankan tugas dan fungsinya.
Keluarga
mempunyai
banyak
fungsi
dalam
proses
pelaksanaannya satu sama lain saling berkaitan, dan fungsi yang satu melengkapi fungsi yang lainnya. Menurut Muhamad Isa Soeleman (1994: 84-115) terdapat berbagai fungsi keluarga yang harus diterapkan dalam kehidupan suatu keluarga. Fungsi-fungsi tersebut yaitu: a. Fungsi Edukasi Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dipikul oleh orang tua. Keluarga sebagai salah satu unsur pendidikan merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukannya ini, maka wajarlah bila kehidupan keluarga sehari-hari pada saat tertentu menjadi situasi
34
pendidikan yang dihayati oleh anak-anak, sehingga situasi keluarga akan mengarah pada tujuan pendidikan. Pendidikan di dalam keluarga merupakan fondasi yang sangat penting bagi masa depan anggota keluarga terutama anak. Keluarga yang mempunyai fondasi pendidikan yang kuat akan memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan bagi anggota keluarga (anak) menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan pendidikan yang ada di dalam keluarga akan membantu suatu keluarga untuk menjadi lebih kondusif, karena didasari oleh pengetahuan dan persepsi yang sama. Jadi pendidikan terhadap anak-anak dalam keluarga akan mempunyai pemahaman terhadap pribadinya sendiri secara lebih baik. b. Fungsi Sosialisasi Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan individu agar menjadi yang mantap, akan tetapi pula mempersiapkannya menjadi anngota masyarakat yang baik. Dalam pelaksanaan fungsi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial dengan masyarakat lain. Fungsi sosialisasi terhadap anak, dilakukan orang tua untuk membantu anak dalam menemukan tempatnya di kehidupan sosial secara mantap, meliputi penerangan, penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dapat dimengerti anak. Di dalam keluarga harus terdapat fungsi sosialisasi, dimana fungsi itu akan menjadi pedoman
35
bagi anggota keluarga terutama anak-anaknya. Fungsi sosialisasi akan menjadikan anak menjadi manusia yang berjiwa sosial. Keluarga (orang tua) harus memberikan wawasan terhadap anak tentang fungsi manusia sebagai mahluk sosial, dimana ia tidak dapat hidup sendiri. Adanya fungsi sosialisasi yang baik dalam keluarga akan mewujudkan anak mempunyai pemahaman terhadap konsep dirinya kearah yang lebih baik di dalam kehidupan bermasyarakat. c. Fungsi Proteksi atau Fungsi Lindungan Perlindungan ini dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada anggota keluarga terutama anak, sehingga anak mampu mengembangkan
dirinya
dan
menampilkan
peranannya,
serta
mengenal lingkungannya secara luas. Perlindungan di sini menyangkut perlindungan fisik, mental maupun moral. Keluarga (orang tua) harus melindungi kebutuhan jasmani dan rokhani anak anaknya, agar anak merasa nyaman di dalam lingkungan keluarganya. Orang tua tidak boleh membiarkan anak-anaknya merasa terancam atau tidak nyaman didalam keluarga. Hal ini akan memberikan efek negatif terhadap pribadi anak. Dengan adanya perlindungan yang baik dari keluarga, anak akan merasa tenang dimana perlindungan yang di dapatnya dari keluarga (orang tuanya) tidak hanya dirasakan di dalam kehidupan keluarganya saja, tetapi juga dapat dirasakan sampai ia berada di luar lingkungan keluarganya.
36
d. Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan Anak sangat peka terhadap iklim emosional yang terdapat dalam keluarga. Kehangatan yang terpancar dari seluruh gerakan, ucapan, mimik wajah serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Hal ini mengandung implikasi bahwa dalam menghadapi dan bergaul dengan anak, orang tua hendaknya memahami, mampu menangkap dan turut merasakan apa yang dirasakan anak serta bagaimana persepsi anak tentang orang tua dan lingkungan tempat anak tinggal. Fungsi afeksi di dalam keluarga adalah sesama anggota keluarga (orang tua) saling menjaga perasaan masing-masing anggota keluarga yang lain (anakanaknya), dengan tidak meluapkan emosi secara berlebihan, terutama di depan anak, agar perasaannya terjaga. Di dalam keluarga anak seharusnya dilibatkan di setiap situasi dalam keluarga, seperti memusyawarahkan hal-hal yang terjadi di dalam
keluarga
sehingga
anak
merasa
diakui dan dihargai
keberadaannya. Adanya pengakuan terhadap anak di dalam berbagai keadaan akan memberikan pemahaman yang benar terhadap konsep diri anak, karena konsep diri anak sudah terbentuk sejak anak berada di dalam keluarganya. e.
Fungsi Religius Keluarga
mempunyai
fungsi
religius,
artinya
keluarga
berkewajiban untuk memperkenalkan dan mengajak anak serta
37
anggota keluarga lainnya kepda kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah agama, melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan- Nya. Fungsi religius mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan keluarga, karena fungsi ini memberikan wawasan pengetahuan tentang agama terhadap anak, selain itu agama merupakan pegangan bagi hidup kita. Fungsi ini harus ditanamkan sejak dini, agar anak lebih mendalami terhadap agamanya, dan agama dapat membantu individu (anak) sebagai pegangan hidup di dalam mengarungi kehidupannya. Dengan demikian dalam diri anak akan muncul kesadaran dalam beragama dan terbentuk suatu sikap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. f. Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi yang sangat vital dalam berlangsungnya kehidupan tersebut. Dalam pelaksanaan fungsi ekonomis keluarga terdapat berbagai kemungkinan yang akan menambah saling pengertian, solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga. Bila dalam keluarga tidak diimbangi oleh saling pengertian dan kehidupan keluarga yang harmonis, maka dapat saja timbul ekses yang negatif karena tidak didukung oleh pelaksanaan fungsi ekonomis yang baik.
38
Fungsi ekonomi berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk mencukupi kehidupan berumah tangga. Fungsi ini berperan penting untuk menunjang kelangsungan kehidupan dalam keluarga. Keluarga dengan kebutuhan ekonomi yang cukup akan memberikan keharmonisan dalam keluarganya, terutama terhadap kebutuhan anak, tetapi berbeda jika suatu keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan (kurang), dengan keadaan seperti ini biasanya kehidupan keluarga kurang harmonis, karena ada salah satu fungsi yang tidak dapat terpenuhi. Dengan ekonomi yang baik akan memberikan bekal kepada anak untuk mengembangkan dirinya dengan baik, karena kebutuhan anggota keluarga tercukupi. Dengan adanya hal ini, yaitu kebutuhan yang terpenuhi, menjadikan anak akan mempunyai motivasi belajar secara baik terhadap keluarganya. g. Fungsi Rekreasi Keluarga memerlukan suasana yang mampu mengakrabkan satu sama lain dan mampu menghubungkan antar anggota keluarga untuk saling mempercayai, bebas dari ketakutan, bebas dari beban yang memberatkan dan diwarnai suasana santai, rekreasi memberikan keseimbangan atas pengeluaran energi yang dikeluarkan setelah melakukan tugas sehari-hari yang rutin bahkan sangat monoton sehingga menimbulkan kebosanan. Fungsi rekreasi sangat penting untuk memberikan suasana yang lebih santai namun penuh keakraban dalam suatu keluarga. Keluarga
39
yang memenuhi fungsi ini secara baik, akan memberikan dukungan yang baik terhadap anak-anaknya. Dengan demikian adanya fungsi rekreasi yang baik di dalam kehidupan keluarga akan memberikan pemahaman konsep diri terhadap anak secara baik. B. Motivasi Belajar 1. Pengertian a. Motivasi Motivasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin atau hati orang yang menggerakkan perilaku sadarnya untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai sasaran yang ditujunya. (Hardjana, 1994:21). Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa, motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilakunya kearah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam studinya. Menurut M. Dalyono (1997: 235) motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Motivasi sebagai faktor batin berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, serta giat membaca untuk meningkatkan
40
prestasi serta memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran yang akibatnya mereka akan mengalami kesulitan belajar. Motivasi menggerakkan organisme mengarahkan
tindakan
serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. Dengan mempelajari motivasi maka akan ditemukan mengapa individu berbuat sesuatu tetapi motivasi individu tidak dapat diamati secara langsung. Sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi itu dalam bentuk tingkah laku yang nampak pada individu setidaknya akan mendekati kebenaran apa yang menjadi motivasi individuyang bersangkutan Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (1996:74) pengertian motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan dari pengertian itu mengandung tiga unsur atau elemen penting yaitu: 1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu. Perkembangan dengan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysicological yang penampilannya akan menyangkut kekuatann fisik mereka.
41
2) Motivasi ditandai dengan munculya rasa atau feeling efeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalanpersoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia 3) Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. Teori kebutuhan dari Maslow yang menyebutkan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki yang terdiri atas: 1) Survival, kebutuhan yang paling dasar yakni makanan, air, udara, dan perumahan. 2) Safety, kebutuhan untuk merasa aman secara fisik maupun psikis dan bebas dari bahaya. 3) Belonging, kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 4) Self Esteem, keinginan untuk mendapatkan persetujuan dan pengakuan. 5) Intelectual
achievement,
kebutuhan
untuk
mengerti
dan
menyelidiki. 6) Aesthetic Appreciation, mencari keindahan, tersusun dengan rapi dan pantas 7) Self Actualization, memenuhi dirinya sendiri dan realisasi dari semua, dimana orang bisa atau mampu melakukan (Djiwandono, 1989:156).
42
Teori Maslow ini mengasumsikan bahwa manusia berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum berpokok (fisiologis) sebelum bertinggi. Artinya bahwa minat maupun motivasi untuk belajar tidak dapat berkembang kala kebutuhan yang paling dasar tidak terpenuhi. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan fisik. Siswa yang datang kesekolah tanpa makan pagi yang cukup, sakit atau sebelumnya tidak dapat tidur dengan nyenyak atau membawa persoalan-persoalan yang sifatnya pribadi misalnya cemas ataupun takut tidak akan berminat mengaktualisasikan dirinya dengan memanfaatkan belajar sebagai sarana untuk mengembangkan potensipotensi yang dimiliki. b. Belajar Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadainya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa (Fajar,2002:9). Menurut Hilgard (Pasaribu, 1983:59) belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Menurut
43
Aaron Q. Sartain dkk, (dalam Max Darsono, 2000:4) mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Slometo (1995:18) merumuskan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi dari beberapa pendapat para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang terjadi pada diri seseorang yang disertai dengan perubahan tingkah laku reaksi dari lingkungan sendiri. 1) Tujuan Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan belajar secara umum ialah untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku orang belajar. Perubahan yang dimaksud tentu
yang bersifat positif yang membantu proses
perkembangan. Taxonomy Bloom dan Simpson, menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang belajar, sehingga terjadiperubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi pada tiga ranah, yaitu:
44
a) Ranah Kognitif, tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Terdiri dari: 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3) penerapan; 4) analisa; 5) sintesa dan 6) evaluasi. b) Ranah Afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap, minat, dan nilai. Terdiri dari: 1) penerimaan; 2) partisipasi; 3) penilaian; 4) organisasi; dan 5) pembentukan pola hidup c) Ranah Psikomotorik,
tentang
kemampuan
fisik
seperti
ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek, dan kreativitas. Tujuan
pembelajaran
adalah
bentuk
harapan
yang
dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan pengalaman belajar. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Makna belajar adalah adanya perubahan perilaku setelah seseorang melaksanakan pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan perubahan perilaku yang relative permanen. Banyak faktor yang akan
45
berpengaruh terhadap proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, secara global faktor-faktor tersebut dibagi menjadi: a) Faktor Internal Faktor internal berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah) (1) Aspek fisiologis Kondisi umum dan toner (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ siswa terutama indra pendengaran dan indra penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerima
atau
menyerap
pengetahuan
atau
ilmu
pengetahuan yang diberikan. (2) Aspek psikologis Faktor-faktor
psikologis
yang
mempengaruhi
belajar siswa antara lain adalah: (a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi. Menurut Reber, intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
46
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Syah, 1997: 133-134). (b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang berupa kecenderungan untuk mereka atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. (c) Bakat siswa Menurut Chaplin, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 1997: 135) (d) Minat siswa Menurut Reber, minat adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (Syah, 1997: 136) (e) Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organosme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasokan daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 1997:136-137). Motivasi ini
47
bisa timbul dari dalam diri siswa atau dari luar diri siswa, motivasi menunjukan kepada suatu keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu motivasi merupakan sesuatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan orang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. b) Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu: 1) Lingkungan sosial Lingkungan
sosial
siswa
adalah
masyarakat,
tetangga, dan teman sepermainan disekitar lingkungan siswa tersebut. 2) Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat belajar, keadaan, cuaca, waktu belajar yang digunakan. c. Pengertian Motivasi Belajar Menurut
Toeti
Soekamto
dan
Udin
Saripudin
Winataputra (1997:40) ada tiga teori motivasi, antara lain adalah: 1) Dorongan Belajar Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang didorong kearah proses belajar karena adanya suatu
48
kebutuhan. Kebutuhan ini yang menyebabkan adanya dorongan internal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang menuju kearah tercapainya tujuan belajar. Tercapainya tujuan tersebut selanjutnya akan menyebabkan menurunnya intesitas dorongan. 2) Insentif Teori insentif mengatakan bahwa adanya suatu karakteristik tertentu pada tujuan dapat menyebabkan terjadinya tingkah laku ke arah tujuan itu. Di sini tujuan yang
menyebabkan
dinamakan
insentif.
adanya Setiap
tingkah orang
laku
tersebut
mengharapkan
kesenangan dengan mencapai insentif yang bersfat positif, dan sebaliknya akan menghindari insentif yang bersifat negatif. 3) Motivasi Berprestasi Menurut Mc Clelland dalam Toeti Soekamto dan Udin
Saripudin
mempunyai
Winataputra
motivasi
untuk
(1997:41) bekerja
seseorang
karena
adanya
kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini bersifat intrisik dan relative stabil. Seringkali motivasi berpestasi ini dinyatakan sebagai “n-ach”. Orang yang mempunyai n-ach tinggi ingin menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka. Orang dengan n-ach
49
tinggi selalu memilih bekerja untuk tugas-tugas yang mempunyai mereka
derajat
tantangan
menginginkan
sedang-sedang
keberhasilan.
Mereka
karena tidak
menyenangi tugas yang mudah dan tidak memberikan tantangan. 4) Motivasi Kompetensi Menurut Robert White dalam Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997: 42) menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai Keinginan untuk menunjukan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. 2. Ciri-ciri Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2000: 81) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya). c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya, masalah agama, politik, ekonomi, Kebutuhan estetis, fisiologis, keamanan, kebutuhan dicintai dan diakui, aktualisasi diri
Kebutuhan untuk harga diri dan berprestasi pemberantasan
50
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, moral dan sebagainya). d. Lebih senang bekerja sendiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif) f. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu g. Tidak mudah melepaskan yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal C. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa Peranan keluarga merupakan hal yang prinsipil sekali dalam membentuk kepribadian anak, karena anak lahir, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga tentunya akan memberikan banyak pengalaman bagi anak tersebut yang akan membawa anak ke dalam pengalaman hidup yang beragam. Anak diharapkan mampu bersosialisasi dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan di luar keluarganya dengan norma-norma dan aturanaturan tertentu sehingga anak mendapatkan pengalaman-pengalaman yang baru, belajar memerankan diri sebagai remaja yang dewasa, bergaul secara wajar, mendapatkan kepuasan akan keadaan dirinya dan mampu mengambil sikap dan tindakan yang bertanggung jawab. Untuk mendapatkan hal tersebut tentunya tak lepas dari dorongan dan peran keluarga terutama keharmonisan keluarga yang dirasakan didalamnya atau orang-orang dewasa yang memberinya bantuan. Hal tersebut sangatlah penting bagi anak. Seperti yang
51
diungkapkan oleh B. Simanjuntak dan IL. Pasaribu (1984: 281) bahwa anak tidak akan mampu untuk membentuk dirinya sendiri tetapi membutuhkan orang lain disekitarnya. Keluarga dengan segala aspeknya adalah lingkungan pertama yang akan menentukan peranan lingkungan yang lain. Keluarga memberikan early homes stimulation pada anak membentuk anak dan menempa anak untuk menghadapi lingkungan yang lebih kompleks, sehingga anak tidak akan jatuh ke
dalam
pengaruh
buruk
tetapi
mampu
memanfaatkannya
untuk
pengembangan dirinya. Mengacu pada pentingnya lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama bagi individu, tentunya akan berhubungan dengan sejauh mana keharmonisan keluarga di dalamnya tercipta, serta dapat tidaknya memberikan peluang bagi anak untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Keharmonisan keluarga dapat terlihat dan tercermin dari sikap dan pandangan akan hidup, kegemaran dan pola kepribadian para anggota di dalamnya. Dalam lingkungan keluarga yang demokratis dan permisif, posisi anak bukanlah sebagai obyek tetapi subyek yang diperlakukan sebagai partner keluarga,
mendapat
kesempatan
untuk
menyatakan
diri,
dihargai
keberadaannya sebagai individu, diterima kelebihan dan kelemahannya, serta dihormati hak-haknya sebagai anak di tengah keluarganya. Dalam
hal
ini,
52
menimbulkan dampak psikologis yang merugikan. Sikap dan perlakuan orang tua dalam praktek pengasuhan dan pendidikan anak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian dan pribadi anak. Anak yang diasuh penuh kehangatan akan menumbuhkan pribadi anak yang memadai dibandingkan dengan anak yang tumbuh dan besar di tengah perlakuan keras dan “ancaman” orang tuanya. Pendisiplinan seringkali dijadikan alasan bagi orang tua dengan bersikap keras terhadap anak. Akibatnya pesan pendidikan yang ingin disampaikan tidak dapat diterima anak sebagai pesan melainkan tekanan. Anak yang mendapatkan curahan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi individu yang memiliki perasaan aman dan kepercayaan diri pada diriya dan orang lain. Situasi seperti ini akan membentuk anak berani menghadapi dunia luar, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Jika anak kurang mendapatkan kasih sayang atau tidak sama sekali mendapatkan rasa aman, cenderung akan memandang dirinya sebagai individu yang kurang mampu, tidak dihargai, merasa tidak dicintai dan tidak mampu mencintai orang lain, pesimis, takut, selalu gelisah, dan selalu merasa tidak bahagia dalam hidupnya. Lingkungan keluarga tampil sebagai penentu paling penting bagi perkembangan psikologis remaja tersebut. Dan orang tua hendaknya mampu mengantisipasi konflik pribadi yang dirasakan anak agar tidak berakibat fatal dan mengantisipasi anak agar tidak mencari kompensasi yang keliru di luar lingkungan lainnya.
53
Kearmonisan keluarga menjadi penentu tingkat motivasi siswa khususnya dalam hal belajar di sekolah, anak akan merasa malas berangkat sekolah ketika pada waktu di rumah sudah mendapatkan sarapan pagi berupa pertengkaran keluarga dan sejenisnya karena tidak mendapatkan dorongan untuk giat bersekolah atau bisa dikatakan motivasi belajar anak tersebut kecil. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, serta giat membaca untuk meningkatkan prestasi serta memecahkan
masalah
yang
dihadapinya.
Sebaliknya
mereka
yang
motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran yang akibatnya mereka akan mengalami kesulitan belajar. Motivasi menggerakkan organisme mengarahkan
tindakan serta
memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. Dengan mempelajari motivasi maka akan ditemukan mengapa individu berbuat sesuatu tetapi motivasi individu tidak dapat diamati secara langsung. Sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi itu dalam bentuk tingkah laku yang nampak pada individu setidaknya akan mendekati kebenaran apa yang menjadi motivasi individu yang bersangkutan
54
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Nama Sekolah Sekolah ini bernama Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul ulama Roudlotul Furqon Banyubiru, yang kemudian disingkat dengan SMK NU Roudlotul Furqon Banyubiru, Bertempat di Dusun Krajan, Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. 2. Visi SMK NU Roudlotul Furqon Adapun Visi SMK NU Roudlotul Furqon Adalah TAAT KEPADA AJARAN AGAMA, UNGGUL DALAM IPTEK, DAN SANTUN DALAM BERAKHLAQUL KARIMAH 3. Misi SMK NU Roudlotul Furqon Misi SMK NU Roudlotul Furqon adalah : a. Membimbing siswa dengan ajaran Islam Ahlu Sunnah Wal Jamaah b. Menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan handal sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang teknik komputer dan jaringan 4. Pendiri SMK NU Roudlotul Furqon Pendiri SMK NU Roudlotul Furqon adalah tokoh masyarakat dilingkungan kecamatan banyubiru, kabupaten semarang di bawah payung Lembaga Pendidkan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama Kabupaten Semarang
55
5. Managemen SMK NU Roudlotul Furqon SMK NU Roudlotul Furqon Bernaung di bawa lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kabupaten Semarang, namun demikian dengan surat keputusan LP Ma’arif kabupaten Semarang tentang komposisi dan personalia pengurus SMK NU Roudlotul Furqon, maka exofficio manajemen LP Ma’arif dilimpahkan kepada pengurus SMK NU Roudlotul Furqon Secara sistematis, manajemen dikelompokan dalam dua hal, sebagai berikut : pertama, yang berkaitan dengan man, material, dan money (3M) berada ditangan pengurus
LP Ma’arif NU Kabupaten
Semarang c.q. Pengurus SMK NU Roudlotul Furqon. Dengan demikian penetapan dan pengangkatn personalia, baik yang tetap maupun yang tidak tetap, serta urusan kelaikan sarana dan prasarana dan keuangan menjadi tangung jawab pengurus SMK NU Roudlotul Furqon. Kedua, Manajemen yang berkaitan dengan teknik edukatif dan administratif menjadi tangung jawab kepala sekolah beserta dewan guru. Dengan pembatasan manajemen ini diharapkan kepala sekolah dan dewan guru lebih terfokus pada teknik edukatif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 6. Kurikulum SMK NU Roudlotul Furqon Kurikulum adalah program pembelajaran dalam garis-garis besar sebagai acuhan dalam proses pembelajaran, adapun kurikulum yang dipakai oleh SMK NU Roudlotul Furqon adalah kurikulum 2004 yang disempurnakan beserta suplemenya ditambah dengan kurikulum Al-Islam
56
ala Ahlul sunnah wal Jama’ah, yaitu Fiqih, Aqidah Akhlak, SKI, AlQur’an- Hadist, Bahasa Arab, dan ke-NU-an Sesuai dengan landasan program dan pengembangan maka struktur program dan alokasi waktu yang tersedia adalah terlampir. Berkenaan dengan kurikulum yang masih bersifat umum, maka seorang
guru
berkewajiban
merencanakan,
mengorganisasikan,
melaksanakan, mengevaluasi program, pada akhirnya akan ditentukan analisis dan tindak lanjut. Untuk melengkapi kurikulum yang ada, maka direncanakan ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler materi pondok pesantren, misalnya Baca Tulis Al-Qur’an dan kajian kitab-kitab salafiyah, komputer, pramuka, dan olah raga, sesuai dengan bakat minat siswa. B. Penyajian Data Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada hari Rabu, 29 Juli 2010, dapat peneliti laporkan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Daftar Guru SMK NU Roudlotul Furqon Tabel 1 Daftar Guru SMK NU Roudlotul Furqon NO
NAMA
Pangkat / golongan
MAPEL
1
M. Fahmi Dzulfiadi, S.IP.
Kepala Sekolah
Aswaja, B.Jawa
2
Nur Asrori, A.Md.
Waka Sarpras Kaprodi
Produktif
3
Ummi Nu’ammah, S.Pd
Guru
IPA, Kimia, Fisika , Bhs Arab
57
4
M. Nuruddin
Bendahara
Tahfidzul Qur’an
5
Peny Hartanti, S.Pd
Waka Kurikulum
Bhs. Indonesia
6
Ahmad Sholiqin
Guru
Produktif
7
Ahmad Muhadjir, S.Pd
Guru
Matematika
8
Sri Atikah
Staf TU
-
9
M. Son’ani, S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
10
Abdul rohman Z
Guru
Tahfidzul Qur’an
11
Roudloh, S.Si
Waka Kesiswaan
SBK, Mat
12
Eko Setyo B.S., S.Si
Guru
Penjaskes
13
Miftakhul Ainun N
Guru
Produktif
14
Mulyanto Handoyo, S.Pd
Guru
PKN
15
Daryati, S.Pd
Guru
Bhs. Inggris
16
Drs. Purwanto
Guru
IPS, BHS. Jawa
17
M. Budhi santoso, S.Ag
Guru
Kewirausahaan
18
Sri Hartono R, S.Pd
Guru
Bhs Indonesia
2. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 2 SMK ROUDLOTUL FURQON Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
58
TABEL 2 DAFTAR MURID KELAS 2 SMK ROUDLOTUL FURQON
NO
NAMA
NIS
1
ATIN MUSTAVIDAH
200994001
2
ARIF COERUL ANWAR
200994002
3
HARTATIK
200994003
4
ILYAS ROBAWI
200994004
5
IMAM ARIFIN
200994005
6
IMAM MUSTOFA
200994006
7
ISTIANAH
200994007
8
JOKO SUSANTO
200994008
9
KHONIK NUR FARIDAH
200994009
10
MASRUHAN
2009940010
11
M. KHOTIM
2009940011
12
ROMADHIN
2009940012
13
SABIHUL HUDA
2009940013
14
ULA SHOLIKHAH
2009940014
15
WINDARYANI
2009940015
3. Hasil Penelitian Melalui Angket Dalam hal ini hasilnya adalah diketahuinya data-data frekuensi dari beberapa variabel penelitian sebagai berikut :
59
a. Hasil Angket Mengenai Tingkat Keharmonisan Keluarga Tabel 3 Hasil Angket Mengenai Tingkat Keharmonisan Keluarga Alternatif Jawaban NO
Pernyataan Tentang Keharmonisan Keluarga
1
2
3
4
5
Ketercukupan fisik 1
Ketercukupan pangan
6
6
3
2
Ketercukupan sandang
8
7
1
3
Ketercukupan papan
6
8
1
4
Ketercukupan kesehatan
7
7
1
5
Ketercukupan kebutuhan akan
9
5
1
kesehatan Ketercukupan Ekonomi 6
Ketercukupan kebutuhan sekolah
1
9
4
1
7
Ketercukupan transportasi
1
7
5
2
8
Ketercukupan kebutuhan hiburan
2
2
10
9
Kebutuhan komunikasi (HP)
1
1
9
4
1
1
4
4
5
1
Kesejahteraan jiwa 10
Hubungan bapak – ibu
11
Hubungan bapak – anak
2
6
2
5
12
Hubungan ibu – anak
1
5
4
5
13
Hubungan sesama anak
7
4
4
60
14
Hubungan anggota keluarga – orang
3
7
4
2
lain yang berada atau ikut dirumah orang tua 15
Pemenuhan rasa aman di rumah
1
5
5
4
16
Pemenuhan rasa keadilan di rumah
1
7
4
3
17
Pemenuhan rasa nyaman di rumah
3
5
5
2
18
Kebiasaan makan bersama
2
1
7
2
3
19
Komunikasi antar keluarga
1
1
7
3
3
20
Sholat berjama’ah
3
2
5
2
3
21
Pembiasaan solat malam
6
2
6
1
4
7
4
4
6
4
1
Kesempatan dan dukungan 22
Kebebasan dalam menentukan tempat belajar tambahan
23
Kesempatan
anak
dalam
mengembangkan bakat 24
Bimbingan orang tua dalam agama
1
9
4
1
25
Dukungan orang tua dan anak
1
6
4
4
26
Ucapan
selamat
orang
tua
atas
1
7
4
3
Pemberian hadiah orang tua atas
1
9
4
1
6
2
1
keberhasilan anak 27
prestasi anak 28
Rekreasi bersama keluarga
4
2
61
b. Hasil Angket Mengenai Motivasi Belajar Siswa Tabel 4 Hasil Angket Mengenai Motivasi Belajar Siswa Alternatif Jawaban NO
Pernyataan Tentang Motivasi Belajar
1
2
3
4
5
1
6
3
5
KUALITAS KEDISIPLINAN 1
Kesanggupan kedatangan di sekolah
2
Absensi
1
6
6
2
3
Kesungguhan waktu dalam proses
1
6
6
2
belajar mengajar 4
Kelengkapan catatan pelajaran
2
3
7
3
5
Kesanggupan mengerjakan tugas tugas
1
3
7
3
1
1
3
9
1
1
2
2
7
3
1
1
2
9
3
1
1
9
3
sekolah AKTIFITAS DI SEKOLAH 6
Memanfaatkan
kesempatan
untuk
bertanya kepada guru 7
Partisipasi dalam belajar kelompok
8
Upaya
untuk
pengetahuan
mencari lain,
bacaan
yang
/
mampu
melengkapi materi pelajaran 9
Upaya / kegiatan yang dilakukan siswa untuk mendukung semangat belajar siswa seperti do’a, berwudlu,
1
62
dan sejenisnya 10
Pengaturan schedull / jadwal belajar
2
8
4
1
3
7
4
1
9
5
2
7
4
1
1
9
1
3
1
3
7
1
3
6
5
2
2
diluar jam pelajaran (les, bimbel dan sejenisnya) KUALITAS PERILAKU BELAJAR 11 Berkomunikasi dengan guru setiap ada
1
materi yang belum dipahami 12 Perhatian siswa terhadap materi saat guru menerangkan pelajaran 13 Melengkapi catatan
pelajaran yang
2
tertinggal (karena sakit dan keperluan lain) PRESTASI BELAJAR 14 Upaya untuk meraih rangking 1 di kelas 15 Upaya
untuk
mengikuti
setiap
perlombaan yang di adakan oleh sekolah 16 Upaya dalam meraih juara olimpiade dan sejenisnya
63
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah proses penggalian data yang dibutuhkan selesai, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu mengolah data-data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode angket. Proses analisa data ini meliputi tahapan-tahapan data. A. Analisis Pendahuluan Langkah analisa data ini meliputi tahapan tabulasi data dan membuat tabel persiapan untuk analisis data. Dari pengolahan data penelitian berikut akan disajikan data hasil penelitian mengenai nilai-nilai variabel Tingkat keharmonisan Keluarga (variabel X) dan Motivasi belajar siswa (variabel Y) 1. Data Tingkat Keharmonisan Keluarga Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk mengetahui nilai rata-rata atau mean dari data tingkat keharmonisan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 DISTRIBUSI ANGKET TENTANG TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA Jumlah responden adalah 15 Siswa
Distribusi Jawaban
No
1
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
10
14
4
0
0
20
42
16
0
78
64
2
1
0
15
10
2
1
0
45
40
10
96
3
4
4
19
1
0
4
8
57
4
0
73
4
0
2
2
15
9
0
4
6
60
45
115
5
0
0
6
16
6
0
0
18
64
30
112
6
6
2
11
9
0
6
4
33
36
0
79
7
2
7
17
2
0
2
14
51
8
0
75
8
0
1
8
5
14
0
2
24
20
70
116
9
2
3
12
5
6
2
6
36
20
30
94
10
0
2
12
13
1
0
4
36
52
5
97
11
5
0
4
14
5
5
0
12
56
25
98
12
1
4
13
8
2
1
8
39
32
10
90
13
0
10
14
4
0
0
20
42
16
0
78
14
4
4
19
1
0
4
8
57
4
0
73
15
0
0
6
16
6
0
0
18
64
30
112
Jumlah
1386
Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) dari kompetensi guru sebelum sertifikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA Skor 73
Frekuensi (F) Persen (%) Komulatif Persen 2
13.33333
13.3333
F.x 146
65
75
1
6.666667
20 75
78
2
13.33333
33.33333 156
79
1
6.666667
40
90
1
6.666667
46.66667
94
1
6.666667
53.33333
79 90 94 96
1
6.666667
60
97
1
6.666667
66.66667
96 97 98
1
6.666667
73.33333 98
112
2
13.33333
86.66667 224
115
1
6.666667
93.33333
116
1
6.666667
100
Total
15
100
115 116 1386 Kemudian dihitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut:
fx
= 1386 15 = 91,4 Setelah diketahui nilai mean, untuk melakukan penafsiran nilai mean yang telah didapat, peneliti membuat interval kategori dengan cara atau langkah-langkah sebagai berikut : i
R K
66
Keterangan : i
:
Interval kelas
R
:
Range
K
:
Jumlah kelas 5 (berdasarkan jumlah multiple choice) Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus :
R = H– L+1 H = Jumlah item X Skor tertinggi, a = 5 = 28 x 5 = 140 L = Jumlah item x skor terendah, c = 1 = 28 x 1 = 28 Jadi, R = H – L + 1 R = 140 – 28 +1 = 113 113 i = 5 = 22,6 → 23 (dibulatkan) Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai 22,6 dibulatkan 23 sehingga interval
yang
diambil
bisa
kelipatan
23,
sehingga
mengkategorikannya dapat diperoleh interval sebagai berikut :
untuk
67
Tabel 6 NILAI INTERVAL TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA No
Interval
Kategori
Kode
1
141
SANGAT BAIK
A
2
96 – 119
BAIK
B
3
73 - 96
CUKUP
C
Hasil di atas menunjukkan mean dengan hasil 91,4 dari hasil Tingkat Keharmonisan Keluarga siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon adalah tergolong kategori Cukup karena termasuk dalam interval 73 - 96 2. Data Motivasi Belajar Siswa Dari data nilai angket mengenai motivasi belajar siswa kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk mengetahui nilai rata-rata atau mean dari motivasi belajar siswa siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7 DISTRIBUSI ANGKET TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SISWA Distribusi Nilai
No
Skor
Jawaban 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
4
3
3
2
4
4
6
9
8
20
47
2
0
1
7
7
1
0
2
21
28
5
56
68
3
0
4
11
1
0
0
8
33
4
0
45
4
0
6
3
7
0
0
12
9
28
0
49
5
0
1
6
9
0
0
2
18
36
0
56
6
3
8
3
2
0
3
16
9
8
0
36
7
0
1
9
3
3
0
2
27
12
15
56
8
0
1
4
4
7
0
2
12
16
35
65
9
0
1
9
5
1
0
2
27
20
5
54
10
0
3
10
1
2
0
6
30
4
10
50
11
3
3
3
4
3
3
6
9
16
15
49
12
4
7
2
3
0
4
14
6
12
0
36
13
4
3
3
2
4
4
6
9
8
20
47
14
0
4
11
1
0
0
8
33
4
0
45
15
0
1
6
9
0
0
2
18
36
0
56
Jumlah
691
Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) dari motivasi belajar siswa, pada tabel berikut : Tabel 8 DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI BELAJAR SISWA Frekuensi
Persen
Komulatif
Skor
(F)
(%)
Persen
F.x
36
2
13.3333
13.3333
72
69
45
2
13.3333
26.6667
90
49
2
13.3333
40
98
47
2
13.3333
53.3333
94
50
1
6.66667
60
50
54
1
6.66667
66.6667
54
56
4
26.6667
93.3333
224
65
1
6.66667
100
65
Total
15
100
747
Kemudian dihitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut: M = ∑fx’ N 747 = 15 = 49,8 Setelah diketahui nilai mean, untuk melakukan penafsiran nilai mean yang telah didapat, peneliti membuat interval kategori dengan cara atau langkah-langkah sebagai berikut : i
R K
Keterangan : i
:
Interval kelas
R
:
Range
K
:
Jumlah kelas 3 (berdasarkan jumlah multiple choice)
70
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R = H– L+1 H = Jumlah item x Skor tertinggi, a = 5 = 16 x 5 = 90 L = Jumlah item x skor terendah, d = 1 = 16 x 1 = 16 Jadi, R = H – L + 1 R = 90 – 16 +1 = 107 i = 107 5 = 21, 4 → 21 (dibulatkan) Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai 21, 4 dibulatkan 21 sehingga interval
yang
diambil
bisa
kelipatan
21,
sehingga
untuk
mengkategorikannya dapat diperoleh interval sebagai berikut : Tabel 9 NILAI INTERVAL MOTIVASI BELAJAR SISWA No
Interval
Kategori
Kode
1.
>60
Sangat Baik
A
2.
38 – 59
Baik
B
3.
16 – 37
Cukup
C
Hasil di atas menunjukkan mean dengan hasil 49,8 dari motivasi belajar siswa adalah tergolong baik karena termasuk dalam interval 38 - 59.
71
B. Analisis Uji Hipotesis Dari data diatas maka Untuk mengetahui prosentase pengaruh Tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswai, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien antar variabel, Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membuat Tabel Penolong Untuk Menghitung Prosentase Besarnya Pengaruh Tabel 10 TABEL PENOLONG UNTUK MENGHITUNG PROSENTASE BESARNYA PENGARUH No. Resp
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
78
47
6084
2209
3666
2
96
56
9216
3136
5376
3
73
45
5329
2025
3285
4
115
49
13225
2401
5635
5
112
56
12544
3136
6272
6
79
36
6241
1296
2844
7
75
56
5625
3136
4200
8
116
65
13456
4225
7540
9
94
54
8836
2916
5076
10
97
50
9409
2500
4850
11
98
49
9604
2401
4802
12
90
36
8100
1296
3240
72
13
78
47
6084
2209
3666
14
73
45
5329
2025
3285
15
112
56
12544
3136
6272
1386
38047
70009
747 131626
Dengan melihat tabel kerja koefisien di atas dapat diketahui ∑X
= 1386
∑Y
= 747
∑X2
= 131626
∑Y2
= 38047
X.Y
= 70009
Untuk mengetahui prosentase pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi dapat digunakan rumus : XY – (X) (Y) N rxy = ---------------------------------
√ X – (X)N 2
2
2 . Y2 - (Y) N
rxy = Koefisien Korelasi X dan Y X
= Kompetensi Guru Sebelum Sertifikasi
Y
= Kompetensi Guru Setelah Sertifikasi
XY = Produk dari X dan Y N
= Jumlah Sampel yang diteliti
73
70009 – (1386) (747) 15 rxy = --------------------------------------------------------
√ 131626 – (1386). 15
2
38047 - (747)2 15
70009 – 69022,8 rxy = -----------------------------------------------------
√ (131626 – 128066) (38047 – 37200,6) rxy =
986,2 √ 3650 . 846,4
rxy =
986,2 √ 3089360
rxy =
986,2 1757, 657
rxy = 0,575 Setelah diketahui r (Koefisien korelasi) dari variabel X dan Y, maka selanjutnya akan dikonfirmasi dengan nilai r product moment (nilai r dalam tabel) untuk diketahui signifikan atau tidaknya sebagai jawaban atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, bila r diperoleh sama atau lebih besar dari tabel r, maka nilai r yang diperoleh berarti signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : N
Taraf Signifikasi 5%
15
0,456
1% 0,575
74
Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa : Untuk taraf signifikasi 5% adalah rt = 0,456 Jadi
ro > rt
Untuk taraf signifikasi 1% adalah rt = 0,575 Jadi
ro = 0,575
ro = 0,575
ro > rt
Oleh karena nilai ro yang diperoleh lebih besar dari nilai rt, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, maka nilai r yang diperoleh adalah signifikan. Artinya ada korelasi atau ada pengaruh yang positif antara tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon tahun ajaran 2010-2011.
75
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan pokok masalah dalam penulisan skripsi dan penelitian di lapangan, serta analisis data dari hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Tingkat keharmonisan siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon
dapat
ditafsirkan atau dijelaskan bahwa nilai mean menunjukan 91,4 artinya Berdasarkan nilai interval tingkat keharmonisan berarti cukup 2.
Motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon dapat ditafsirkan atau dijelaskan bahwa mean menunjukan 49,8 artinya Berdasarkan nilai interval motivasi belajar siswa berarti baik
3.
Sehingga ada Pengaruh yang positif antara keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa dari hasil penghitungan r menunjukan 0,575, artinya berdasarkan tabel r product moment ro lebih besar atau sama dengan rt, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keharmonisan keluarga berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas 2 SMK Roudlotul Furqon.
B.
Saran Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, yaitu : 1.
Bagi seluruh pengurus yayasan dan dewan guru SMK Roudlotul Furqon, hendaknya
tetap
memperyahankan
lembaga
tersebut
mengingat
eksistensi lembaga pendidikan berbasis keagamaan saat ini mulai
76
terancam dengan kemajuan jaman dan globalisasi, sebagai harapan masyarakat dalam transformasi nilai-nilai agama dan moralitas masyaratak banyubiru pada khususnya. 2.
Bagi orang tua siswa, bahwa prestasi belajar bagi anak-anaknya hendaknya diperhatikan secara sungguh-sungguh. Keberhasilan prestasi belajar akan menjadi motivasi hidup tersendiri bagi anak-anak baik dilingkungan masyarakat, keluarga maupun sekolah.