PENGARUH KONVERSI AGAMA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA (Studi Kasus di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ushuluddin
Oleh: KHADIROTUL KHASANAH NIM: 4102039
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
PENGARUH KONVERSI AGAMA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA (Studi Kasus di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ushuluddin
oleh: KHADIROTUL KHASANAH NIM: 4102039
Semarang, 5 Desember 2007 Pembimbing I
Disetujui oleh Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati NIP. 150 177 038
Rohmah Ulfa, M.Ag NIP. 150 289 731
ii
PENGESAHAN Skripsi Saudara Khadirotul Khasanah No.
Induk:
4102039
telah
dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin Institut Agama
Islam
Negeri
Walisongo
Semarang, pada tanggal 8 Januari 2008 dan telah diterima serta disahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Ushuluddin.
Dekan Fakultas/Ketua Sidang
Dr. H. Abdul Muhaya, M.A NIP. 150 245 380 Pembimbing I
Penguji I
Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati, MA NIP. 150 177 038
Dra. Zaenul Arifin, MA NIP. 150 263 041
Pembimbing II
Penguji II
Rohmah Ulfah, M.Ag NIP. 150 289 731
Drs. H. Sudarto, M.Hum NIP. 130 530 927
iii
MOTTO
’Í<'ρé'¯≈tƒ Èβθà)¨?$#uρ 4 3“uθø)−G9$# ÏŠ#¨“9$# uöyz χÎ*sù (#ρߊ¨ρt“s?uρ 3 ª!$# çµôϑn=÷ètƒ 9öyz ô⎯ÏΒ (#θè=yèøs? $tΒuρ
(١٩٧ :)اﻠﺒﻗﺮة
É=≈t6ø9F{$#
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya, Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah Kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.1 (QS. Al-Baqarah: 197)
1
Muhammad Noor, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1996), hlm. 24.
iv
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana ini, penulis persembahkan pada: Ayahanda Edy Muhyanto dan Ibunda Mudriati serta Adikku tersayang Endah Sayekti Wahyuningsih dan Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku semangat dalam menyusun karya ini.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Abdul Muhaya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin lAIN Walisongo Semarang. 3. Rohmah IJlfa, M.Ag., dan Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati, selaku pembimbing; penulis mengucapkan terima kasih atas semua saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaannya meluangkan waktu dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Ayahanda dan Ibunda tercinta beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil yang tulus dan ikhlas berdo'a demi terselesainya skripsi ini. 6. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah mcmbantu dan memberi dorongan moril dalam penyusunan skripsi ini.
vi
7. Semua
teman-teman
seperjuangan
dan
sepenanggulangan
Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamin. Semarang, Penulis
vii
ABSTRAKSI Pada masa sekarang ini banyak orang yang kurang yakin terhadap agama, nilai-nilai norma atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Karena kepercayaan terhadap agama yang makin luntur, tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia memiliki perasaan bahwa mereka seperti hewan yang justru mengabaikan nilai-nilai spiritual sebagai pedoman hidupnya. Dengan agama manusia bisa terarah jalan hidupnya dalam hidup yang fana ini. Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman keagamaan seseorang dewasa ini dalam kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk perluasan dan pendalaman maupun perkenalan akan memunculkan perbedaan-perbedaan pemahaman ajaran agama. Perbedaan pemahaman ajaran agama tersebut tidak mustahil berakibat terjadinya konversi tindakan keagamaan dan memiliki makna sosial tertentu yang tersembunyi di balik tindakan konversi tersebut, sehingga bisa tercermin dalam akibat-akibat yang terjadi dalam bentuk tindakan aspek-aspek keagamaan tertentu. Dalam uraian di atas ada beberapa permasalahan yang dapat dijadikan penelitian yang perlu dikaji lebih lanjut, adapun permasalahan dalam penelitian ini tentang: bagaimana dampak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga, di samping itu bagaimana pelaku konversi agama menjaga keharmonisan keluarga. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dari hasil penelitian di Kecamatan Gringsing-Kabupaten Batang, dapat diketahui bahwa penyebab konversi agama di Kecamatan Gringsing adalah karena sebagian masyarakat lebih mengedepankan kebutuhan rohaniyahnya. Dan faktor-faktor yang menyebabkan konversi agama di Kecamatan Gringsing lebih mengacu pada faktor ekonomi, sosial, hubungan kekasih, pernikahan dan pengaruh lingkungan. Perbedaan pola konversi agama pada kasus konversi agama di Kecamatan Gringsing tidak jauh dari faktor penyebabnya. Pola konversi dari agama Islam ke Kristen, pada umumnya, antara lain: karena merasa tertekan dengan ajaran agama, ingin mendapatkan kehidupan yang lebih menjanjikan. Sebagian mengalami goncangan jiwa lebih kecil karena mereka yakin akan lebih diperhatikan kehidupannya oleh agama barunya, merasa bahagia karena tekanan jiwanya dapat teratasi dan tidak mengganggu aktifitasnya. Sedangkan pola konversi agama Kristen ke Islam adalah: karena ragu atas dogma ajaran dari pendeta, pergulatan teologi atas kebenaran yang hakiki goncangan jiwanya lebih besar, beradaptasi dengan ajaran agama barunya. Dari hasil penelitian di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang dapat diketahui bahwa dampak konversi agama tidak sampai mengakibatkan keretakan hubungan antar umat beragama sehingga dalam kehidupan sehari-hari bisa terjaga keharmonisan. Untuk menjaga akibat dari adanya tindakan konversi agama yang dilaksanakan oleh para tokoh agama masing-masing sangat berperan penting dalam menanggulangi dampak terjadinya konversi agama terhadap hubungan beragama dalam sebuah keluarga.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv PERSEMBAHAN .............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi ABSTRAKSI ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ............................................................
8
F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 12 BAB II
KONVERSI AGAMA A. Pengertian Konversi Agama ................................................... 14 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Agama ............ 16 C. Keharmonisan Keluarga ......................................................... 22 1. Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam Pandangan Islam ............................................................... 22 2. Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam Pandangan Kristen ............................................................ 24 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga ................................................................................. 25 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga Menurut Pandangan Islam ................................................ 25
ix
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga Menurut Pandangan Kristen ............................................. 27 E. Dampak Konversi ................................................................... 28 BAB III
FENOMENA MASYARAKAT KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG A. Kondisi Penduduk Kecamatan Gringsing .............................. 33 B. Fenomena Konversi Agama di Kecamatan Gringsing ........... 36 C. Motivasi Terjadinya Konversi Agama di Kecamatan Gringsing ................................................................................ 43
BAB IV
DAMPAK KONVERSI AGAMA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN UPAYA MENCIPTAKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA DI KECAMATAN GRINGSING A. Dampak Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga di Kecamatan Gringsing ............................................................. 45 B. Upaya Menciptakan Keharmonisan dalam Keluarga ............. 47
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 52 B. Saran-saran ............................................................................. 52 C. Penutup ................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan peradaban manusia muncul pula berbagai persoalan yang mengidarinya, bukan pada puncak peradaban modern dengan sains dan teknologj sebagai kebanggannya, sehingga manusia semakin berada pada posisi dimana ia melihat diri sebagai sesuatu yang asing. Apabila manusia bergaul dengan interaksi sosial yang menampilkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai agama maka akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila interaksi sosial menampikan perilaku yang melanggar norma-norma agama, maka akan terpengaruh untuk mengikuti perilaku tersebut. Sebagaimana dikutip oleh Mukti Ali, Johan mengemukakan, bahwa manusia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, sangat cepat dan radikal. Perkembangan ini dianggap sebagai hal positif karena membawa penyelesaian terhadap permasalahan yang mendesak seperti dalam kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, dan sebagian yang lain perkembangan tersebut dianggap sebagai hal yang negatif karena dianggap sebagai hal yang tidak direncanakan atau diinginkan, memaksa diri kepada manusia dan membawa efek seperti pelebaran jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin, keraguan relevansi antara nilai-nilai lama untuk keadaan kontemporer.1 Pada masa sekarang ini banyak orang yang kurang yakin terhadap agama, nilai-nilai norma atau bahkan terhadap dirinya sendiri karena kepercayaan terhadap agama yang makin luntur, tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, manusia memiliki perasaan bahwa mereka seperti hewan yang justru mengabaikan nilai-nilai spiritual sebagai pedoman hidupnya. Dengan agarna manusia bisa terarah .jalan hidupnya dalam hidup
1
Mukti Ali, dkk. Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer
2
yang fana ini. Jiwa manusia mendapatkan bimbingan dari Tuhan.2 Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman keagamaan seseorang dewasa ini dalam kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk perluasan dan pendalaman maupun perkenalan akan memunculkan perbedaan-perbedaan pemahaman ajaran agama. Pemahaman ajaran agama tersebut tidak mustahil berakibat terjadinya konversi tindakan keagamaan dan memiliki makna sosial tertentu yang tersembunyi dibalik tindakan konversi tersebut, sehingga bisa tercermin dalam akibat-akibat yang terjadi dalam bentuk tindakan baik tampak (overt) atau tersembunyi (covert) sebagai pengaruh aspek-aspek keagamaan tertentu.3 Konversi agama secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu konversi agama yang dimaksud juga mempunyai beberapa pengertian dengan ciri-ciri sebagai berikut; 1) adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, 2) perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi lingkungan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak, 3) perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri, 4) selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.4 Sedangkan di antara taktor-laktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah sebagai berikut: 1) Faktor keluarga; keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat lainnya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin yang menimpa dirinya. 2) Faktor lingkungan tempat tinggal; orang yang merasa
2
M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 31. 3 Hamidi, Rasionalitas Tauhid dan Kebebasan Berekspresi, (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 7. 4 Mukti Ali, Ibid, hlm. 30.
3
terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang. 3) Faktor perubahan status; perubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya; perceraian, keluar dari sekolah ataupun perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama dan sebagainya. 4) Faktor kemiskinan; kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi. 5) Faktor pendidikan; dalam hal ini literatur ilmu sosial menampilkan argumentasi bahwa pendidikan memainkan peranan lebih kuat atas terbentuknya disposisi religius yang lebih kuat bagai kaum wanita dari pada kaum pria. Lebih lanjut ditemukan fakta dari pendirian sekolah-sekolah keagamaan yang dipimpin oleh Yayasan-yayasan berbagai agama. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian kecil saja dari seluruh jumlah anak didik dari sekolah tersebut masuk agama yang dipeluk pendirinya. Hanya sejauh itu dapat dibenarkan sistem pendidikan lewat persekolahan termasuk faktor pendorong masuk agama.5 Selain itu interaksi antara aspek-aspek keagamaan sulit dipisahkan dengan aktivitas-aktivitas sosial yang lain, sehingga aspek-aspek keagamaan tersebut dapat melahirkan makna sosial tertentu dalam manivestasinya, dimana salah satu wujud dari perkembangan agama pada seseorang di antaranya adalah terjadinya tindakan konversi agama. Menurut Ahli pendidikan bahwa kondisi pendidikan juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama. Hal ini terjadi pada sebagian masyarakat dengan adanya anak didik yang disekolahkan dinaungan yayasan milik agama tertentu tidak harus menganut agama yang sama. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi tidak 5
Mukti Ali, op. cit., hlm. 32.
4
secara
langsung
tujuan
yang
hendak
dicapai
sangat
besar
dalam
mempengaruhi pola pikirnya karena kondisi pendidikan kembali menjadi faktor yang cukup efisien dapat mempengaruhi pola pikir seseorang akibat interaksi berkepanjangan dengan keyakinan yang berlainan. Pengalaman keagamaan bersikap harapan-harapan, perasaan-perasaan dan persepsipersepsi
pemeluknya
ketika
berkomunikasi
dengan
Tuhan
sebagai
supranatural Yang Maha Suci sebagai pengalaman objektif dan tanda keagamaan individual. Pengalaman keagamaan seseorang, sebab pengalaman keagamaan sekaligus dapat merupakan pengetahuan keagamaan yang mengacu pada harapan bahwa orang beragama minimal mempunyai pengetahuan tentang prinsip, prinsip keyakinan, kitab suci, tata cara dan tradisi keagamaan.6 Perpindahan agama dari suatu agama keagamaan yang lain demi dapat untuk keluar dari problematika hidupnya. Gejala ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan mungkin terjadinya tindakan konversi agama memang tidak mudah, karena faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama di antaranya pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, hubungan pernikahan, lingkungan agama, ajakan dan suasana, seperti tekanan emosional dan kemauan sendirinya serta faktor-faktor lain baik yang bersifat internal maupun eksternal.7 Konversi tidak terjadi tiba-tiba melainkan melalui sesuatu cara yang unik. Menurut para ahli psikologi agama, mereka sangat tertarik untuk meneliti fenomena tersebut jika diteliti diyakini akan memberikan manfaat mempunyai arti baik bagi pengembangan keilmuan baik sosiologis maupun antropologi agama dan kemasyarakatan (dengan temuan konsep atau tesis), maupun implikasi praktis bagi peningkatan hubungan keberagaman dan kemasyarakatan.
6 7
Ibid, hlm. 8. Zakiah Daradjat, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 159.
5
Penulisan ini melihat bahwa di negara Indonesia sebagai suatu masyarakat yang majemuk baik secara budaya, ras, suku dan agama yang hidup dalam administrasi pemerintahan yang sama tidak mustahil terjadi pembaruan. Kaitannya dengan penulisan ini, penulis mengambil salah satu objek penulisan yakni kehidupan keluarga anggota masyarakat di daerah Kecamatan Gringsing. Penulis menjadikan Kecamatan Gringsing sebagai objek penulisan, hal ini penulis lakukan dengan beberapa pertimbangan di antaranya; di daerah Kecamatan Gringsing banyak dijumpai berbagai persoalan yang sulit diidentifikasi oleh budaya yang membentuk kepribadiannya, karena ia terlibat dalam multi seni sosial dari suatu daerah ke daerah yang lain. Sehingga keberagaman yang dipilih masyarakat menjadi interaksi sosial yang intens kemungkinan untuk terjadinya konversi keyakinan. Konversi agama bisa terjadi di berbagai agama, dan aliran-aliran kepercayaan lain, karena konversi agama sebagaimana dikemukakan oleh Jalaluddin adalah bertaubat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam ajaran agama.8 Sehingga konversi agama dalam konteks kehidupan keluarga seseorang mengandung tiga pengertian yakni; adanya konversi agama secara nyata, pindah agama dan tetap dalam satu rumah namun beda kepercayaan dan agama. Dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa konversi agama adalah terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlainan arah dengan keyakinan semula.9 Penjelasan konversi yang akan diteliti adalah kasus konversi yang terjadi antara agama. Pertabahan keyakinan dari suatu agama kepada agama tertentu dan bukan konversi yang terjadi dalam satu agama, selain itu bagaimana
dampak
terjadinya
tindakan
konversi
agama
terhadap
keharmonisan dalam keluarga terutama dalam obyek penulisan yang akan diteliti yaitu sesuai dengan perkembangan waktu, tuntunan hidup, teknologi dan komunikasi serta semakin berkembangnya dunia pendidikan, dengan 8 9
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 145. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 137.
6
sendirinya melahirkan terciptanya interaksi dinamis yang memungkinkan baik secara internal dalam satu agama maupun secara eksternal antar agama, terjadinya suatu perkembangan atau perubahan tindakan atau perilaku beragama. Fenomena kehidupan beragama di Kecamatan Gringsing yang plural diwarnai terjadinya agama. Dalam kenyataannya masih banyak orang yang mengalami kegoncangan jiwa baik dalam usia remaja maupun dewasa, sehingga perubahan-perubahan keyakinan kadang-kadang masih terjadi, proses konversi agamanya pun sangat beragam dengan banyaknya masyarakat pendatang yang beragam keyakinan disertai perkembangan agama. Selain itu tantangan paling besar dalam kehidupan beragam adalah bisa mendefinisikan dirinya secara tepat di tengah-tengah agama lain. Sebagai generasi pewaris dan penerus perjuangan para tokoh pemikir dalam studi perbandingan agama sudah seharusnya bersikap kritis dan memahami permasalahan yang timbul dikalangan umat beragama terutama di lingkungan sekitarnya. Maka dalam rangka itulah dan dengan tanpa mengesampingkan maksud dan tujuan penulis ini sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan. Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana sebenarnya konversi agama yang terjadi di daerah tersebut kaitannya dengan keharmonisan keluarga. Dalam hal ini penulis menuangkan dalam karya ilmiah (skripsi) dengan judul; Pengaruh Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang). B. Rumusan Masalah Penulisan ini mengungkapkan adanya fenomena sosial perubahan keagamaan atau keyakinan (konversi agama) dalam masyarakat di sejumlah warga masyarakat Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat penulis formulasikan sebagai berikut:
7
1. Bagaimana dam pak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga? 2. Bagaimana pelaku konversi agama menjaga keharmonisan keluarga? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penulisan mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui dampak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga. 2. Untuk mengetahui upaya pelaku konversi agama dalam membina keharmonisan keluarga. D. Tinjauan Pustaka Penulis menyadari bahwasannya penelitian mengenai konversi agama bukanlah hal yang sama sekali baru, banyak tulisan yang membahasnya baik secara detail maupun secara umum. Tulisan-tulisan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: Skripsi Nur Hidayati (1992) dengan judul "Studi Kasus Tentang Konversi Agama di Daerah Kecamatan Gunung Pati". Skripsi ini hanya menjelaskan tentang konversi agama di daerah Gunung Pati, sedangkan skripsi penulis mengkaji tentang Dampak Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan skripsi yang penulis kaji. Buku dengan judul "Sosiologi Agama” oleh D. Hendra Puspita, O.C. Buku ini banyak mengkaji tentang kehidupan bersama `yang disebut masyarakat manusia tidak akan dapat memberikan penjelasan lengkap dan memuaskan. Jikalau orang hanya menggunakan cara pendekatan dari sosiologi umum saja. Karena setiap sosial (baca masyarakat) yang multi kompleks mengandung bagian corak tersendiri, yang disebut fenomena agama. Fenomena tersebut tidak akan jelas dengan sorotan sosiologi umum. Sedangkan skripsi penulis mengkaji bahwa kondisi sosial kehidupan masyarakat sekarang lebih modern dan mengedepankan aspek rasional.
8
Buku dengan judul "Psikologi Agama", karya Jalaluddin. Buku ini membahas tentang hubungan manusia dengan kepercayaannya yang mempengaruhi faktor kejiwaan. Proses dan sistem hubungan ini dapat dikaji secara empiris dengan menggunakan pendekatan psikologi. Misalnya dalam kasus konversi agama. Isi yang termuat dalam do'a-do'a ataupun perilaku keberagaman dapat dilihat dari motivasi yang melatarbelakanginya. Demikian pula mengenai aspek-aspek keagamaan lainnya yang diperlihatkan manusia dalam sikap tingkah laku mereka. Dalam skripsi penulis mengkaji bagaimana upaya
pelaku
konversi
agama
dalam
keluarga
agar
tetap
terjaga
keharmonisannya. Sehingga hubungan dalam keluarga tetap terjalin dengan baik. Buku "Ilmu Jiwa Agama", karya Zakiah Daradjat. Buku ini mengkaji tentang pengertian ilmu agama, pertumbuhan dan perkembangannya dan lapangan penulisan serta metode yang dipakai dalam ilmu jiwa agama. Disamping itu juga mengkaji tentang pertumbuhan jiwa agama pada anak. Perkembangannya pada remaja dan orang dewasa. Dalam skripsi penulis mengkaji bahwa perubahan jiwa seseorang atau tingkah laku individu tidak terlepas dari lingkungan hidupnya. Dari penelitian dan kajian tentang konversi agama dalam karya-karya tersebut di atas, penulis belum melihat adanya penelitian dan pengkajian yang spesifik tentang pengaruh konversi agama terhadap keharmonisan keluarga. Dengan kajian spesifik ini diharapkan dapat dikemukakan saat pemikiran tentang konversi agama dalam konteks keharmonisan keluarga secara komprehensif-interpretatif. E. Metode Penulisan 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun yang dimaksud populasi di sini adalah orang-orang yang mengalami konversi agama yang berada di daerah Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang yang berjumlah 50% yang dijadikan obyek penelitian. Sampel ditentukan
9
secara purposive yaitu mengambil subyek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu.10 Adapun yang dimaksud disini adalah dengan mengacu kepada tujuan penelitian serta karakteristik dari kasus-kasus konversi. 2. Sumber Data a. Sumber primer Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data langsung dalam penelitian ini. Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan, maka sumber primernya adalah data-data yang diperoleh dari lapangan, yaitu masyarakat Kecamatan Gringsing, baik melalui wawancara maupun pengamatan secara langsung ditempat yang dijadikan objek penelitian tersebut. b. Sumber sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dan penunjang dalam penelitian ini. Adapun sebagai data penunjang penulis mengambil dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini, mengumpulkan dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.11 Maksud dari observasi ini adalah penulis langsung datang ke obyek penulisan untuk melihat situasi dan kondisi, juga yang valid, serta mencatat secara sistematis. Sedang obyek observasinya meliputi: responden, kehidupan beragama dan sosial dalam keluarga yang ada di Kecamatan Gringsing.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 20. 11 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990, hlm. 32.
10
b. Metode In Depth Interview Wawancara (interview) dilakukan secara mendalam. Maksud dari interview ini adalah dengan mengumpulkan data melalui wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan responden, para tokoh agama baik dari Islam, Kristen dan juga para tokoh masyarakat di Kecamatan Gringsing. Sutrisno Hadi dalam hal ini mengemukakan bahwa interview adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.12 Dengan demikian sumber-sumber data yang diperlukan dalam penulisan laporan penulisan ini terjaga keasliannya (valid). Untuk mendapatkan data digunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dimaksudkan adalah alat atau instrumen yang digunakan sebagai sarana penunjang dan membantu dalam wawancara secara langsung ke lapangan penulisan dengan menggunakan sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.13 Metode ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid dan obyektif. Dalam prakteknya, metode dengan menggunakan pedoman wawancara tersebut diberikan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam kepada para pelaku konversi agama, tokoh agama dan masyarakat atau informasi di Kecamatan Gringsing dalam rangka untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Motivasi dan kesadaran beragama. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama. 3. Upaya menciptakan konversi agama terhadap keharmonisan keluarga. 4. Dampak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga.
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Jilid II, hlm.
13
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 146.
193.
11
4. Metode Analisa Data Setelah data-data terkumpul dengan baik dan sesuai dengan permasalahan, maka langkah-langkah selanjutnya adalah pengolahan data atau menganalisis data tersebut. Pengolahan data yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis non statistic atau deksriptif yaitu sebuah deskripsi yang representative terhadap fenomena yang ditangkap,14 artinya suatu analisis yang berpijak pada kasus yang ada dan terjadi di lapangan. Data-data tersebut supaya dapat berarti dan dapat dengan mudah dipahami maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut: a. Metode deduktif Metode deduktif yaitu suatu cara berfikir yang berpangkal dari kaidah yang dianggap benar pada semua peristiwa yang bersifat universal dari semua jenis, kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus.15 Metode tersebut digunakan untuk membahas masalahmasalah yang ada dalam landasan teori, yaitu permasalahan ditarik secara umum kemudian diuraikan secara terperinci pada sub-sub bab yang lebih khusus. b. Metode induktif Metode induktif yaitu suatu cara pengambilan keputusan yang berangkat dari suatu peristiwa yang bersifat khusus kemudian faktafakta tersebut dijadikan untuk diambil kesimpulan yang bersifat umum.16
Metode
tersebut
akan
digunakan
untuk
membahas
penyusunan skripsi penulisan tentang masalah pengaruh konversi agama terhadap keharmonisan keluarga di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Setelah mendapatkan data yang diperlukan, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu metode 14
Suharsimi Arikunto, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Jilid II,
hlm. 193. 15 16
Sutrisno Hadi, op.cit., hlm. 36. Ibid., hlm. 42.
12
yang digunakan bagi pengetahuan yang secara teknik penekanannya lebih pada kajian peristiwa, partisipan observation atau sosiologi. Metode analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan inI bertujuan untuk menggambarkan fenomena masyarakat dan para konversi agama di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang sebagai basil penelitian yang ada. F. Sistematika Penulisan Untuk sampai pada pembahasan yang menyeluruh dan memudahkan penjabaran skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian Muka (Preliminaris) Pada
bagian
muka
memuat
halaman
judul,
halaman
nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi. b. Bagian Isi Adapun yang termuat dalam bagian isi ini adalah Bah I sampai bab V. adapun lima bab itu sebagaimana berikut: Bab I, merupakan bab pendahuluan sebagai gambaran secara keseluruhan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, clan sistematika penulisan. Bab II, merupakan landasan teori. Bab ini terdiri dari dua sub yakni: konversi agama dan keharmonisan keluarga. Adapun pembahasannya meliputi pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta korelasi keduanya. Bab III, Laporan Hasil Penelitian. Pembahasan dalam bab ini meliputi; Pertama, profit Kecamatan Gringsing, yang meliputi letak geografis, keadaan penduduk, sarana dan prasarana. Kedua, fenomena konversi agama di Kecamatan Gringsing, yang meliputi praktik konversi agama dalam masyarakat. Ketiga, dampak konversi agama terhadap
13
keharmonisan keluarga di Kecamatan Gringsing dalam dua hal yakni dalam hal aqidah dan muamalah. Keempat, pembinaan konversi agama terhadap keharmonisan keluarga di Kecamatan Gringsing. Bab IV, Analisis Terhadap Dampak Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga. Dalam bab ini dipaparkan analisa terhadap data yang telah dikumpulkan mengenai dampak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga dan upaya pembinaan konversi agama dalam keharmonisan keluarga. Bab V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup dari penulis. c. Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.
14
BAB II KONVERSI AGAMA
A. Pengertian Konversi Agama Kata konversi dalam pengertian etimologi berasal dari bahasa latin conversion, yang berarti taubat, pindah, berubah (agama).1 Kata tersebut selanjutnya dipakai dalam bahasa Inggris conversion, yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from state of from one religion to another). Dari makna-makna kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian; bertaubat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama. Makna konversi agama secara terminologi ada beberapa pengertian. Zakiyah Daradjat menyebutkan konversi agama secara terminologi adalah (Inggris: conversion) berarti berlawanan arah, yang dengan sendirinya konversi agama berarti terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.2 Maksud yang sama tetapi dengan penterjemahan kata konversi agama sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin adalah suatu tindakan di mana seseorang atau kelompok orang yang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan arah dengan kepercayaan sebelumnya. Oleh karena itu mempunyai dua pengertian, pindah dari suatu agama ke agama yang lain atau pindah dari suatu tingkatan pendalaman dalam satu agama ke tingkatan yang lebih tinggi3, yaitu dari keadaan belum memahami menjadi memahami dan melaksanakan. Walter Houston Clork dalam The Psychology of Religion memberikan definisi sebagai berikut: Konversi agama sebagai pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama. Lebih jelas dan tegas lagi konversi agama 1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), cet. 1, hlm. 245. Zakiyah Daradjat, Ilmu Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), cet. 1, hlm. 137. 3 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet. 1, hlm. 79. 2
15
menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.4 Istilah konversi agama ada dua madzhab. Pertama, makna konversi sesuai asal bahasa yakni perubahan. Semua perubahan disebut konversi, baik itu perubahan keyakinan dari Islam ke non Islam ataupun dari non Islam ke Islam yang jelas mengalami perubahan agama. Konversi agama juga banyak menyangkut masalah psikologi (kejiwaan) manusia dan pengaruh lingkungan dimana manusia berada. Konversi agama yang dimaksud selain uraian di atas memiliki beberapa pengertian, yaitu: 1.
Terjadinya perubahan pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3.
Perubahan
tersebut
bukan
hanya
berlaku
bagi
perpindahan
kepercayaan dari suatu agama ke agama lain,. tetapi ,juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri. 4.
Faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan makna perubahan selain itu juga disebabkan oleh faktor petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.5 Dengan pengertian konversi agama di atas secara jelas menekankan
pada peristiwa perpindahan atau perubahan pemahaman, loyalitas keyakinan yang ditinggalkan dinilai salah dan yang baru merupakan yang benar. Namun, pada dasarnya tindakan konversi agama sama halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya dan tidak dapat diteliti secara langsung proses terjadinya konversi agama tersebut, dan keyakinan-secara mendadak itu yang diawali oleh konflik batin dan perhelatan jiwa yang sangat panjang dalam perjalanan hidupnya.
4 5
Zakiyah Daradjat, op.cit., hlm. 137. Jalaluddin, op.cit., hlm. 246.
16
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Agama Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya konversi agama itu ada beberapa pendapat, yaitu: 1.
Menurut Zakiyah Daradjat, dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, ada lima faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama yaitu; ketegangan perasaan, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, ajakan/ seruan dan sugesti, emosi dan faktor kemauan.6 a.
Pertentangan batin dan ketegangan perasaan Orang-orang yang mengalami konversi agama dimana dalam dirinya terjadi kegelisahan, gejolak berbagai persoalan yang kadangkadang tidak mampu dihadapinya sendiri. Di antara ketegangan dan kegoncangan dalam dirinya karena tidak mempunyai seseorang dalam menguasai nilai-nilai moral dan agama dalam hidupnya. Sebenarnya orang tersebut mengetahui mana yang benar untuk dilakukan, akan tetapi tidak mampu untuk berbuat sehingga mengakibatkan segala yang dilakukannya serba salah, namun tetap tidak mau melakukan yang benar. Dapat dikatakan dalam semua peristiwa konversi agama mempunyai latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Kepanikan atau kegoncangan jiwa itu kadang membuat orang tiba-tiba mudah terangsang melihat aktivitas keagamaan seseorang atau kebetulan mendengar uraian agama yang mampu menggoyahkan keyakinan sebelumnya, karena yang baru itu dianggapnya dapat memberi ketenangan dari kepuasan batin dan mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.
b.
Pengertian hubungan dengan tradisi agama Di antara pengaruh yang terpenting sehingga terjadi konversi agama adalah faktor pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya di
6
Zakiyah Daradjat, op.cit., hlm. 159-164.
17
waktu kecil, dan keadaan orang tua itu sendiri apakah termasuk orang yang kuat dan tekun beragama atau tidak. Faktor lain yang tidak sedikit pengaruhnya dalam konversi agama adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid-masjid atau gereja-gereja. Aktivitas lembaga keagamaan itu mempunyai pengaruh besar terutama lembaga keagamaan sosialnya. Kebiasaan di waktu kecil melalui bimbingan-bimbingan di lembaga keagamaan itulah termasuk salah satu faktor yang memudahkan terjadinya konversi agama, jika pada usia dewasanya mengalami acuh tak acuh pada agama dan mengalami konflik jiwa dan ketegangan batin yang tidak teratasi. c.
Ajakan/ seruan dan sugesti Peristiwa konversi agama terjadi karena ajakan dan sugesti, yang pada mulanya hanya bersifat dangkal saja atau tidak mendalam tidak sampai pada perubahan kepribadian, namun jika orang yang mengalami konversi dapat merasakan ketenangan dan kedamaian batin dalam keyakinan itu dalam kepribadiannya.7 Orang-orang yang sedang gelisah mengalami keguncangan batin akan mudah menerima ajakan dan sugesti atau bujukan dari orang lain, apalagi sugesti tersebut menjanjikan harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin yang sedang dihadapinya. Karena orang yang sedang gelisah atau guncang batinnya itu inginnya hanya segera terlepas dari penderitaannya. Sementara itu ada pemimpin agama yang mendatangi orang-orang yang mulai memperlihatkan kegoyahan keyakinannya yang disebabkan beberapa hal; karena keadaan ekonomi, rumah tangga, persoalan pribadi dan moral. Dengan datang membawa nasihat, bujukan dan hadiah-hadiah yang menarik akan menambah simpatik hati orang-orang yang sedang mengalami kegoncangan tersebut yang sedang membutuhkan pedoman baru yang dijadikan pedoman dalam hidupnya.
7
Hendro Puspito, op.cit., hlm. 79.
18
d.
Faktor emosi Salah satu faktor yang mendorong terjadinya konversi agama adalah pengalaman emosional yang dimiliki setiap orang dalam kaitannya dengan agama mereka. Berdasarkan penelitian George A. Cob terhadap orang-orang yang mengalami konversi agama lebih banyak terjadi pada orangorang yang dikuasai emosinya, terutama orang yang sedang mengalami kekecewaan akan mudah kena sugesti, terutama bagi orang emosional. Di mana dalam pengalaman emosional ini akan mengakibatkan berkembangnya keyakinan keagamaan atau bisa juga suatu corak pengalaman yang timbul sebagai bagian dari perilaku keagamaan yang mungkin memperkuat, memperkaya atau justru malah memodifikasi kepercayaan keagamaan yang sudah diikuti sebelumnya.
e.
Faktor kemauan Beberapa kasus konversi agama terbukti dari hasil suatu perjuangan batin dan kemauan yang ingin mengalami konversi, dengan kemauan yang kuat seseorang akan mampu mencapai puncaknya yaitu dalam dirinya mengalami konversi. Hal ini dapat diikuti dari riwayat hidup AI-Ghazali yang mengalaminya, bahwa pekerjaan dan bukubuku yang dikarang bukanlah datang dari keyakinan tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan pangkat. Maka sejarah Al-Ghazali dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu:
2.
1)
Periode sebelum mengalami kebimbangan
2)
Periode kebimbangan
3)
Periode konversi agama.8
Menurut Mx Heirich, yang diikuti oleh Drs. D. Hendro Puspito dalam bukunya Sosiologi Agama. Faktor yang mempengaruhi konversi agama ada empat yaitu: faktor pengaruh ilahi, pembebasan dari tekanan batin, suasana pendidika dan pengaruh sosial.9 8 9
Zakiyah Daradjat, op.cit., hlm. 190. HEndro Puspito, op.cit., hlm. 80.
19
a.
Pengaruh Ilahi Kaitannya dengan masalh konversi agama menurut kalangan ahli teologi, pengaruh ilahi sangat menentukan terjadinya konversi agama. Tanpa adanya pengaruh dari ilahi orang tidak sanggup untuk menerima keyakinan yang baru, sehingga bantuan dari Allah SWT ini sangat diperlukan untuk menentukan seseorang akan mengalami konversi agama atau tidak. Manusia tidak mampu menjangkau atau menganalisa secara ilmiah namun yang dapat dimengerti hanyalah setelah kejadian konversi itu terjadi serta amalan yang dilakukan dalam hidupnya sehari-hari. Manakala hidayah Allah SWT telah menembus kalbu tidak ada yang mampu menghalangi, tidak ada gunung yang tinggi, tidak ada jurang yang dalam, semuanya akan mudah dan terang. Dengan kata lain, harapan terakhirlah terjadinya konversi agama dalam kehidupan pribadinya. Hal ini diperkuat dan dipertegas dengan firman Allah SWT dalam surat Fathir ayat 8:
(٨: )ﻔﺎﻃﺮ$YΖ|¡ym çν#u™tsù ⎯Ï&Î#uΗxå â™þθß™ …çµs9 t⎦Éi⎪ã— ⎯yϑsùr& Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.10 (QS. Fathir: 8) Ayat lain juga disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 272:
(٢٧٢:)اﻠﺒﻓﺮة
3 â™!$t±o„ ∅tΒ “ωôγtƒ ©!$# £⎯Å6≈s9uρ óΟßγ1y‰èδ šø‹n=tã }§øŠ©9
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendakinya.11
10 Muhammad Noor, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1996), hlm. 347. 11 Ibid, hlm. 36.
20
b.
Pembebasan dari tekanan batin Orang-orang sedang menghadapi situasi yang mengancam dan menekan batinnya dan tekanan batin itu tidak dapat diatasi dengan kekuatan dunia lain. Di situ ia mendapatkan pandangan yang baru yang dapat mengalahkan motif-motif dan patokan hidup terdahulu yang selama ini ditaatinya. Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan batin yaitu: 1)
Masalah keluarga
2)
Keadaan lingkungan yang menckan dan menimbulkan problem pribadi
3)
Masalah kemiskinan Permasalahan batin itulah yang tidak terselesaikan sehingga
seseorang memberi kekuatan baru yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahannya, dengan kata lain seseorang masuk ke dalam agama baru atau berpindah dari agama terdahulu ke agama yang baru, karena dianggap agama yang baru dapat bisa memberi ketenangan dan kedamaian batin. Maka dari itu orang mengalami tekanan batin akan mudah kena jebakan dan sugesti dari orang lain sehingga mudah mengalami konversi agama. c.
Pengaruh sosial Pengaruh
sosial
ini
sangat
cepat
menjadikan
seseorang
mengalami konversi agama, karena terjadinya konversi tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial. Dalam konversi terdapat pengaruh timbal-balik antara faktor psikologis dan sosial. Variabel-variabel yang berpengaruh atas konversi agama yaitu: 1)
Pengaruh pergaulan antar pribadi. Bukan saja yang berorientasi pada bidang agama, tetapi juga dalam keilmuan dan kebudayaan.
2)
Orang diajak berulang-ulang mcnghadiri kebaktian keagamaan.
3)
Selama waktu “mencari pegangan baru” orang mendapat anjuran dari saudara atau temannya.
21
4)
Sebelum “bertaubat” (mengalami konversi) orang menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama tertentu.12
d.
Suasana pendidikan Pendidikan mempunyai peranan penting dalam terbentuknya jiwa keagamaan, terutama bagi kaum wanita. Banyak yayasan agama mendirikan sekolah-sekolah, walaupun kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari seluruh anak didik yang mau masuk agama yang dianut pendirinya.
Walaupun
demikian
suasana
pendidikan
sangat
berpengaruh sekali terhadap keagamaan seseorang. Dengan suasana yang baru memungkinkan orang mengalami perpindahan agama dengan rela meninggalkan agama terdahulu. Walaupun demikian sebenarnya pendiri sekolah keagamaan bukan semata-mata hanya bertujuan untuk mencari pemeluk baru, akan tetapi harus juga bertujuan untuk mencerdaskan suatu bangsa dalam membangun diri dan masyarakat dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.13 3.
Menurut Wiliam James dalam bukunya Pengalaman-Pengalaman Religius.. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama adalah sebagai berikut: a.
Pengaruh hubungan antar pribadi balk pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan yang lain.
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin sehingga pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal ataupun non formal. c. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat misalnya; teman karib, keluarga, famili dan sebagainya.
12 13
Hendro Puspito, op.cit., hlm. 8. Zakiyah Daradjat, op.cit., hlm. 139-170.
22
d. Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor pendorong konversi agama. e. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama. f. Pengaruh kekuasaan pemimpin. Adapun yang dimaksud di sini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau raja mereka.14 C.
Keharmonisan Keluarga 1.
Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam Pandangan Islam Keharmonisan keluarga atau yang disebut dengan keluarga sakinah dalam agama Islam, terdiri dari dua kata yaitu keluarga dan sakinah. Kalau dari segi bahasa, keluarga berarti ibu bapak dengan anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan batin, sedangkan kata ,sakinah berarti kedamaian, ketenteraman, ketenangan dan kebahagiaan.15 Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi. Kata sakinah sebagai kata sifat yaitu untuk mensifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Munculnya keluarga sakinah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 21 yang mengatakan bahwa tujuan dasar mawaddah dan rahmah, saling mencintai dan penuh rasa kasih sayang antara suami isteri.16
14
William James, Pengalaman-pengalaman Religius, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003), cet. 1, hlm. 240-250. 15 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 413. 16 Ibid., hlm. 7690
23
Adapun bunyi surat ar-Rum ayat 21 adalah sebagai berikut:
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ϵÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ
(٢١: )اﻠﺮﻮمtβρã©3xtGtƒ
5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/
Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari sejenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.17 (QS. Ar-Rum: 21). Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, nomor: D/71/1999 tentang petunjuk pelaksanaan pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III pasal 3, menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material suara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasa serta mampu menyarankan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Sedang Ishak Saih dalam bukunya yang berjudul Managemen Rumah Tangga, menjelaskan bawa keluarga sakinah diidentikkan dengan keluarga sejahtera., menjelaskan sebagai berikut: Keluarga sejahtera dan bahagia ialah keluarga yang dapat mencapai kesuksesan dalam hidupnya, baik material maupun matreriil spiritual yang memberikan nilai-nilai kepuasan yang mendalam kepada anggota keluarga dalam situasi penuh kebangkitan dan ketenteraman hidup bersama. Nampak pula di dalamnya keselarasan dan keseimbangan hidup, sehingga dapat menjadi cermin bagi masyarakat sekelilingnya.18
Menurut Muhammad Arifin Ilham dalam bukunya Zikir Keluarga, Sakinah, bahwa keluarga sakinah adalah: Keluarga yang para penghuninya senantiasa mengingat Allah SWT, baik dalam keadaan senang maupun susah. Rumah keluarga sakinah didalamnya selalu dihiasi dengan aktivitas ibadah kepada-Nya, baik ibadah salat. Bacaan al-Qur'an, ucapan dzikir dan ibadah-ibadah lainnya dan
17 18
Muhammad Noor, dkk., op.cit., hlm. 324. Ishak Salih, Manajemen Rumah Tangga, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 14-15.
24
penghuninya senantiasa menyebarkan salam, kesejukan, ketenangan, keindahan dan kebahagiaan.19 Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah atau keluarga harmonis adalah keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup lahir batin, spiritual dan materiil yang layak, mampu menciptakan suasana saling cinta, kasih sayang (mawaddah wa rahmah), selaras, serasi dan seimbang serta mampu menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, amal saleh dan akhlak mulia dalam lingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 serta selaras dengan ajaran Islam.20 2.
Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam Pandangan Kristen. Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam pandangan Kristen Keharmonisan keluarga atau keluarga bahagia adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih atau persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati, maka dalam keharmonisan keluarga menurut Kristiani pertama-tama diharapkan agar berkembanglah iman yang menghangatkan suasana. Iman di sini bukan pertama-tama berarti pengetahuan agama (meskipun itu juga penting) tetapi lebih-lebih atau penghayatan agama yang diwujudkan dalam usaha untuk menjaga suasana kedamaian, kerjasama dan kerukunan dalam keluarga dengan dcmikian Tuhan sendiri akan hadir di tengah-tengah keluarga. Di dalam agama Kristen kegagalan dalam keharmonisan keluarga tidak akan terjadi apabila dalam keluarga saling memperkuat ikatan cinta mereka dan tidak melarikan diri dari persoalan. Kemesraan, saling pengertian dan penerimaan antara satu dengan yang lain akan makin kuat
19 20
hlm. 10.
Muhammad Arifin Ilham, Zikir Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Media, 2006), hlm. Zaitun Subhan, Manajemen Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004),
25
dan kokoh justru dalam usaha bersama mengatasi masalah-masalah dan gangguan kecil sehari-hari.21 Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan KeluargaSejahtera Pasal 1 dalam bukunya T. Gilarso SJ., yang berjudul Moral Keluarga, Universitas Sanata Dharma, menyatakan bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan Sedangkan pembangunan keluarga harmonis diarahkan pada pengembangan kualitas keluarga melalui upaya kekeluargaan berencana dalam rangka membudayakan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.22 D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut pandangan Islam: a.
Berlandaskan ketauhidan Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibangun di atas fondasi ketauhidan yaitu dibangun semata-mata atas dasar keyakinan kepada Allah SWT dan bukan berhala.
b.
Bersih dari syirik Syarat utama ketauhidan yaitu bebasnya dari syirik atau mempersekutukan Allah SW'I'. Demikianlah suatu keluarga yang sakinah harus bebas dari suasana syirik yang hanya akan menyesatkan kehidupan keluarga.
20. hlm. 17.
21
T. Gilarso SJ., Moral Keluarga, (Yogyakarta: Universitas SanataDharma, 2002), hlm.
22
T. Gilarso SJ., Keluarga Berencana, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2002),
26
c.
Keluarga yang penuh dengan kegiatan ibadah Ibadah merupakan kewajiban manusia sebagai hasil ciptaan Tuhan. Oleh karena itu kegiatan ibadah baik dalam bentuk hablum minallah maupun hablum minannas merupakan ciri utama keluarga sakinah segala aspek perilaku kehidupannya merupakan ibadah.23 Terciptanya
kehidupan
keluarga
yang
islami
seperti
melaksanakan salat dan membiasakan salat berjamaah dalam keluarga atau mengajak keluarga untuk salat berjamaah di masjid, membiasakan zikir dan berdo’a setelah salat dalam keadaan suka maupun duka, selalu membaca mengucapkan kalimat tayyibah.24 d.
T'erjadinya hubungan yang harmonis intern dan ekstern keluarga Keharmonisan hubungan antar anggota keluarga merupakan landasan bagi terwujudnya keluarga bahagia dan sakinah. Demikian pula hubungan dengan pihak-pihak di luar keluarga seperti dengan sanak famili dan tetangga. Dalam suasana yang harmonis penuh kasih sayang dan saling pengertian. Setiap pribadi akan berkembang menjadi sosok insan yang berakhlak mulia di hadapan Allah SWT.
e.
Segenap anggota keluarga pandai bersyukur kepada Allah SWT Banyak sekali kenikmatan baik lahir maupun batin yang diperoleh dalam keluarga yang pada hakikatnya semua itu merupakan karunia Allah SWT. Keluarga sakinah akan selalu mensyukuri akan segala karunia tersebut kepada pemberinya yaitu Allah SWT.
f.
Tewujud kesejahteraan ekonomi Tidak dapat diingkari bahwa kebutuhan dasar ekonomi (sandang, papan, pangan) merupakan sumber kebahagiaan dan kebutuhan keluarga. Oleh sebab itu keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu mencari sumber-sumber ekonomi di jalan Allah SWT serta
23
Muhammad Surya, Bina Keluarga, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 401. Hasbi Indra, Iskandar Ahza Husaini, Potret Wanita Shalekhah, (Jakarta: Penamadani, 2004), hlm. 71. 24
27
mengelola
dengan
kehidupan keluarga. g.
sebaik-baiknya
sehingga
dapat
mencukupi
25
Adanya sikap saling memahami hak dan kewajiban suami isteri Apabila hak dan kewajiban ini dipenuhi dan masing-masing dapat menunaikan kewajibannya maka kebahagiaan dan kesejahteraan akan tercapai.26
h.
Rumah tangga sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat Setiap anggota keluarga harus senantiasa menyadari bahwa kehidupan di dunia pada dasarnya merupakan persiapan untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan di akhirat. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Surya, bahwa setiap aspek kehidupan dalam keluarga pada dasarnya adalah untuk mencari kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, memperoleh perlindungan dari siksa neraka.27
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut pandangan Kristen Faktor yang
mempengaruhi
keharmonisan
keluarga
menurut
pandangan agama Kristen, tidak jauh beda dengan faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut pandangan agama Islam. Dalam agama Kristen bahwa sebuah keharmonisan keluarga harus benarbenar dijaga supaya tidak menimbulkan konflik yang mengakibatkan perekonomian, karena dalam agama Kristen seseorang yang sudah melaksanakan ikatan pernikahan tidak diperbolehkan bercerai. Apabila dalam pernikahan melakukan perceraian maka disebut zina, kecuali
25
Muhammad Surya, op.cit., hlm. 402-403. Ahmad Rafiq Baihaqy, Membangun Surga Rumah Tangga, (Surabaya: Gita Media Press, 2006), hlm. 62. 27 Muhammad Surya, op.cit., hlm. 403-404. 26
28
apabila salah satunya meninggal dunia maka diperbolehkan menikah lagi.28 Untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis maka ada beberapa langkah yang harus dijalani, yaitu: a. Seiman. Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan keluarga yang bahagia prinsip memilih pasangan yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan sebuah keluarga. b. Saling memaafkan. Orang yang mempunyai kepribadian yang tinggi, memiliki cinta yang murni, dan punya pendalaman agama yang bagus, tentu akan berusaha untuk memaafkan segala kesalahan pasangannya. Memberi maaf adalah sebuah kepribadian yang terpuji dan bisa menjadi modal untuk membina hubungan yang harmonis. c. Saling percaya. Rasa saling percaya akan mengantarkan pada perasaan aman dan nyaman, membangun rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.29 d. Komunikasi. Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan sebuah keluarga. Ciptakan komunikasi sehingga masingmasing pribadi merasa dibutuhkan. e. Bentuklah arti hidup bersama. Hal ini penting untuk menjaga keharmonisan sebuah keluarga. Dengan membentuk arti hidup bersama-sama akan memberikan perasaan sejalan dalam sebuah keluarga. Adanya interaksi yang bagus dalam sebuah keluarga secara konsekuensi akan menimbulkan adanya pembentukan makna hidup bersama.30 E. Dampak Konversi Agama Agama merupakan fenomena sosial yang memiliki dimensi individual di samping yang bersifat sosial. Dalam rangka aktivitas mencapai 28
hlm. 122.
O.S. Eoh, Perkawinan Antar Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 1,
29 Aziz Bachtiar, Menikahlah Maka Engkau Akan Bahagia, (Yogyakarta: AR. Ruzz Media, 2004), hlm. 217-223. 30 Ibid., hlm. 224.
29
tujuan hidup beragama, adalah tujuan mencapai keselamatan hidup seperti yang diajarkan oleh sistem keyakinan, norma lingkungan atau komunitas keagamaan dan pemahaman keagamaan mereka. Agama mempunyai makna atau fungsi dalam kehidupan manusia, maka agama merupakan suatu kebutuhan hidup yang dalam pemenuhan kebutuhannya melalui suatu interaksi dalam suatu sistem yang terbuka dalam diri individu maupun dalam suatu struktur sosial yang plural, yang bisa melahirkan terjadinya suatu tindakan konversi agama, sebagai konsekuensi suatu pilihan rasional. Tetapi beberapa pengetahuan yang menurut rasionalitas tertentu memiliki dasar yang rapuh, karena akan mengakibatkan masalah keberagaman dalam masyarakat di antaranya selain perilaku menyimpang yaitu konversi agama. Sebagai
masyarakat
mayoritas
umat
Islam
yang
hidupnya
berdampingan dengan umat non Islam termasuk yang telah melakukan konversi agama juga tidak pernah terjadi permasalahan bahkan ada yang satu keluarga yang berbeda agama, tetapi masyarakat justru malah menjadikannya sebagai motivasi untuk meningkatkan ajaran agama masing-masing. Begitu juga dengan terjadinya konversi agama, walaupun ada yang belum bisa menerima hanya beberapa saja namun tidak sampai menyinggung perasaan orang yang melakukan konversi agama atau umat beragama dan tidak juga sampai mengucilkannya, hanya saja terlihat ada sedikit perbedaan dalam berinteraksi seperti apabila orang yang konversi itu dari agama Kristen ke Islam, maka akan lebih akrab dan leluasa dalam bergaul. Sebaliknya apabila orang yang konversi itu dari agama Islam ke Kristen, maka hubungan itu secara tidak langsung juga akan langgeng. 1. Dampak konversi agama dalam aqidah dan ibadah Sebagai manusia yang beragama harus memiliki dasar nilai-nilai agama baik dari dimensi hubungan manusia dengan Tuhannya atau hubungan antar sesama manusia. Dengan memiliki dasar nilai-nilai agama tersebut dimaksudkan bahwa perilaku seseorang ada hubungannya dengan masalah ibadah, zikir dan memberi dorongan kepada antar sesama umat
30
beragama untuk mencari karunia Allah SWT dengan berzikir kepada Allah SWT.31 Fenomena beragama merupakan perwujudan sikap dan perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, kramat dan sakral. Ilmu pengetahuan sosial dengan metode peralatannya dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia itu, sehingga menemukan segala unsur yang menjadi terjadinya perilaku itu.32 Dilihat dari sudut sosiologis, agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan di masyarakat. Dengan harapan seseorang memperoleh kemudahan dalam bersosialisasi di dalam lingkungan masyarakat maupun keluarga. Setiap ajaran agama, seseorang dianjurkan berakhlak yang baik. Sebab akhlak merupakan pondasi utama yang menjadi tumpuan membangun manusia. Orang yang sudah memeluk suatu agama tertentu kemudian pindah ke agama lain (konversi) menjadi lebih tekun untuk mempelajari agama dan syari’at-syari’atnya. Dan bahwa dengan yakin agama yang dipeluknya dapat menciptakan rasa kebahagiaan serta mempunyai rasa optimisme untuk mampu dalam menjalankan hidup. Dampak konversi dapat memberi ketenangan dalam menyelesaikan masalah, berperilaku dan budi pekerti dalam pergaulan, cara bertutur kata dan berpakaian.33 2. Dampak konversi agama dalam muamalah Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai
31
139.
32
Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah, 1985), hlm.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 645. 33 Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 243.
31
agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.34 Pengaruh agama dalam kehidupan seseorang adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung dan rasa puas. Pengaruh positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan seseorang selain menjadi motivasi juga merupakan harapan. Agama berpengaruh dalam mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Agama mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban.35 Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang untuk mengejar tingkatan kehidupan yang lebih baik. Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material. Balasan Tuhan beberapa pahala bagi kehidupan hari akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat. Agama yang menjadi anutan seseorang jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dalam sikap, nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis pedoman tingkah laku seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran agama yang diakuinya. Segala bentuk perbuatan yangdilarang agama dijauhinya dan selalu giat dalam menerapkan perintah agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan orang banyak. Dari tingkah laku dan sikap yang demikian tercermin suatu pola tingkah laku yang etis.
34 35
Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 226. Ibid, hlm. 236.
32
Penerapan agama lebih menjurus ke perbuatan bernilai akhlak yang mulia dan bukan untuk kepentingan yang lain.36 3. Dampak konversi agama dalam keluarga Konversi agama dalam keluarga dapat membawa pengaruh yang besar karena seseorang yang mengalami konversi agama, segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama) maka setelah mengalami konversi agama akan timbul gejala-gejala baru yang bisa menjadikan seseorang tersebut mempunyai perasaan yang serba tidak sempurna, yaitu rasa penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan dan bisa menimbulkan tekanan batin karena disebabkan oleh tidak diakuinya sebagai keluarga merasa tersingkir dari lingkungan. Kondisi yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang menjadi kosong dan tidak berdaya sehingga mencari perlindungan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tenteram.37 Proses konversi agama yang dialami seseorang itu berjalan menurut proses kcjiwaan seseorang dalam usaha mencari ketenangan batin. Dimana orang-orang mengalami konversi agama baik orang dewasa maupun remaja adalah gejala jiwa sebagai hasil interaksi sosial. Drs. Abdul Aziz Ahyadi mengemukakan bahwa tingkah laku individu tidak terlepas dari lingkungan hidupnya. Tingkah laku dapat dipandang sebagai interaksi antar manusia dengan lingkungannya.38
36
Ibid, hlm. 237. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), cet. 1, hlm. 252. 38 Drs. H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1998), hlm. 36. 37
33
BAB III FENOMENA MASYARKAT KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG
A. Kondisi Penduduk Kecamatan Gringsing 1. Kondisi ekonomi Kecamatan Gringsing merupakan daerah yang memiliki fisik yang bersih dan tertata rapi, tata letak bangunan rumah terawatt dengan baik, hal ini didukung oleh pola pikir dan pola hidup masyarakat tersebut yang berkeinginan untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Hal ini terbukti dengan semakin lunturnya tradisi-tradisi yang dulu pernah ada, sehingga yang nampak dalam harapan dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan yang lebih baik. Keadaan ekonomi penduduk Kecamatan Gringsing terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu golongan ekonomi bawah (30%), menengah (30%), dan golongan atas (20%). Dengan kondisi yang demikian tingkatan kehidupan
perekonomian
masyarakat Kecamatan Gringsing dapat
dikategorikan sebagai masyarakat yang mampu dan standar. Sedangkan mengenai pekerjaan/ mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani, karyawan, buruh dan pegawai. Sehingga kehidupan masyarakat tergolong cukup. Hal yang demikian menjadikan keamanan masyarakat lebih baik sekaligus dapat menunjang kerukunan hidup umat beragama.1 2. Kondisi Pendidikan Masyarakat Kecamatan Grinsing mengartikan pendidikan sebagai kegiatan pewarisan kebudayaan dari generasi ke generasi yang lain. Mengenai
pendidikan,
Bapak
Priyono
menuturkan
“masyarakat
Kecamatan Gringsing sebagian besar telah mengenyam jenjang pendidikan sehingga dapat dikatakan masyarakat mempunyai pola pikir yang cukup maju. Harapan orang tua untuk menjadikan anaknya bersekolah dan 1
Sumber Monografi Kecamatan Gringsing per Desember 2005.
34
berpendidikan tinggi daripada orang tuanya. Dengan keadaan apapun mereka akan berusaha agar anuknya belajar di sekolah”. Bapak Priyono juga menuturkan bahwa mendidik harus mencakup banyak hal, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, keamanan sosial sampai pada perkembangan iman. Pendidikan dimaksudkan untuk membuat manusia lebih meningkatkan kehidupan alamiahnya menjadi berbudaya.2 Sebagian masyarakat Kecamatan Gringsing bersekolah di lembaga formal yang umum, dan sebagian yang lain lebih mempercayakan bersekolah di lembaga formal agama dengan maksud agar dapat memperoleh pengetahuan umum dan agamanya. Lembaga pendidikan yang ada di Kecamatan Gringsing baik lembaga formal maupun non formal sejak dahulu sudah ada mulai dari TK/RA sampai SLTP. Bahkan sekarang sudah ada beberapa telah dibangun SLTA, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah dengan gedung yang baru dan daya tampung yang besar, Pendidikan Pesantren. Lembaga pendidikan berperan penting dalam meningkatkan ilmu dan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Gringsing. Dengan lokasi sekolah yang cukup terjangkau, juga kualitas sekolah yang tidak diragukan. Persaingan antar lembaga sekolah diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam menuntut ilmu, sehingga lembaga sekolah Islam yang berdiri setelah lembaga sekolah umum berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta fasilitasnya.3 3. Agama Ada 4 agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Gringsing, yaitu Islam (57.567 orang), Kristen Katholik (l82 orang), Kristen Protestan (99 orang) dan Budha (5 orang). Dan ada sarana tempat ibadah di Kecamatan Gringsing yaitu; masjid (20), musholla (75), gereja (1) dan
2 3
Wawancara dengan Bapak Priyono. Wawancara dengan Kyai H. Muhammad Sholichin.
35
rumah ibadah bukan gereja 6 buah (berupa rumah biasa yang digunakan untuk kegiatan keagamaan). 4. Kondisi sosial Kondisi sosial ini sangat cepat menjadikan seseorang mengalami konversi agama, karena terjadinya konversi tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial. Dalam konversi terdapat pengaruh timbale balik antara faktor psikologis dan sosial. Variabel-variabel yang berpengaruh atas konversi agama yaitu: a. Pengaruh pergaulan antar pemuda. Bukan saja yang berorientasi pada bidang agama, tetapi juga dalam bidang keilmuan dan kebudayaan. b. Orang diajak berulang-ulang menghadiri kebaktian keagamaan. c. Selama waktu "mencari pegangan baru" orang mendapat anjuran dari saudara atau temannya. d. Sebelum mengalami konversi, orang menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama tertentu.4 Kehidupan
masyarakat
di
Kecamatan
Gringsing
mempunyai
karakteristik yang sudah mengakar, di samping sifat dan karakteristik gotong-royong dan sifat kekeluargaan yang tinggi dengan bersedia berkorban
untuk
kepentingan
umum
dan
lebih
mengutamakan
musyawarah untuk mencapai mufakat, solidaritas tinggi, kepatuhan dan rasa kepercayaan diri yang kuat terhadap agamanya sebagai ciri masyarakat agamis, patuh terhadap ulama dan tokoh masyarakat yang dituakan mempunyai penempatan harga diri yang tertinggi serta memiliki etika yang kuat, sebagaimana sifat umum masyarakat Kecamatan Gringsing. Kondisi sosial keagamaan yang nampak dalam sistem kehidupan masyarakat
Kecamatan
Gringsing
sekarang
lebih
modern
dan
mengedepankan aspek rasionalitas. Selain dari aspek-aspek tersebut, memang ada ajaran agama yang secara riil mengatur kehidupan sosial dalam masyarakat seperti saling menghormati, tenggang rasa terhadap 4
Hendro Puspito, Sosiologi Agam, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet. 1, hlm. 82.
36
sesama umat beragama. Kehidupan masyarakat Kecamatan Gringsing yang tenang sangat mendukung masyarakat dalam mengekspresikan perilaku sosial keagamaan.5 B. Fenomena Konversi Agama di Kecamatan Gringsing 1. Mereka yang mengalihkan keyakinannya dari agama Islam ke agama Kristen a. Kasus PJ usia 25 tahun, dari Desa Kutosari PJ mengungkapkan bahwa selama ini kehidupannya telah mengalami berbagai liku-liku, sehingga membuatnya beralih-alih dalam memeluk agama, yaitu dari agama Islam berpindah ke agama Kristen. Awal, sewaktu kecil ia hidup dalam keluarga yang rajin menjalankan ajaran agama Islam. Setelah mengenal seorang pemuda kebetulan Non-Islam, ia rela meninggalkan agama Islam sampai pernikahannya juga dilaksanakan di gereja. Setelah itu, ia diajak suaminya menempati sebuah perumahan pertanian tempat suaminya bekerja. Beberapa tahun kemudian tiba-tiba dalam pernikahannya mengalami konflik-konflik karena dari pihak orang tua perempuannya pada mulanya tidak menyetujui pernikahan tersebut. Tapi tidak selamanya orang tua tersebut membenci anaknya karena anaknya menikah dengan agama yang berbeda. Sejak PJ mempunyai keturunan, maka orang tua PJ kembali bersikap baik dan PJ diakui sebagai keluarganya. Selanjutnya pernikahan PJ kembali mengalami masalah ekonomi, tapi pernikahan itu tidak sampai mengalami perceraian karena PJ dan suaminya dapat menyelesaikan masalah-masalah itu dengan baik sehingga tetap terjaga keharmonisan dalam rumah tangganya. Dan mulai saat itu rumah tangganya dibina dengan saling percaya dan terbuka sehingga menjadi harmonis. 38
5
Wawancara dengan Kyai H. Muhammad Sholichin, Rabu 16 Mei 2007.
37
b. Kasus ER usia 23 tahun, dari Desa Gringsing Berasal dari kota Solo, berada di Gringsing karena mengikuti orang tuanya yang ditugaskan mengajar di salah satu SD yang berada di Gringsing. Dari kecil sampai saat ini, ER mengikuti kedua orang tuanya. Tapi semenjak SLTA sampai saat ini ER mengalami permasalahan dalam agamanya. Awalnya pada saat ER duduk dibangku SD sampai SLTA, ER giat dan tekun dalam menjalankan ibadah. Pada suatu ketika, ER melanjutkan sekolah ke SLTA dan semenjak itu sampai sekarang ia telah mengalami perpindahan agama. Karena pada waktu di SLTA, ER bersekolah di sebuah yayasan Kristen yaitu SLTA Theresiana. Kedua orang tuanya melarangnya, tapi ER masih tetap saja pada keinginannya karena mengikuti teman-temannya. Pada mulanya tidak ada permasalahan. tapi dengan berjalannya waktu, ER berubah agama yang tadinya Islam pindah ke Kristen karena terpengaruh oleh lingkungan, pergaulan, dan sekolah. Orang tuanya sudah berusaha dengan keras menasihatinya, tapi ER tetap saja tidak mau mengikuti ajaran kedua orang tuanya yang beragama Islam. Dengan
keputusan
yang
dipilihnya,
ER
harus
bisa
bertanggungjawab atas agama yang dipilihnya. Apalagi sekarang ER sudah dewasa jadi sudah tahu mana yang terbaik untuk ER. c. Kasus AN usia 27 tahun di Desa Gringsing AN berasal asli dari Desa Gringsing. Kisah AN hampir sama dengan PJ. AN yang menganut agama Islam menikah dengan non-Islam. Awalnya AN kuliah disebuah Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta. AN yang termasuk keluarga yang taat beragama mengenal seseorang laki-laki non-Islam. Akhirnya keduanya mempunyai ikatan sampai ke pernikahan. Memang berat akibatnya AN menikah dengan seseorang yang beragama non-Islam. Selain AN dijauhi dari orang
38
tuanya, AN juga telah mencoreng nama baik keluarga. Karena AN percaya
bahwa
laki-laki
yang
menjadi
calon
suaminya
itu
bertanggungjawab dengan baik, maka ia mengikuti keyakinan hatinya dan sampai sekarang AN tidak diakui oleh keluarganya. la dan suaminya bertempat tinggal di Gringsing, AN telah membina keluarga yang harmonis, pertentangan batin tetap ada setelah AN keluar dari Islam, tetapi ia berusaha bagaimana menjaga agar keluarga tetap terjaga dengan baik. d. Kasus ID usia 28 tahun Desa Plelen ID merasa tidak puas terhadap agama Islam yang pernah dia peluknya, sehingga la berpindah ke agama Kristen karena disebabkan berbagai hal. la beranggapan bahwa dalam agama Islam menyulitkan dirinya dan merasa kurang diperhatikannya oleh para tokoh agama Islam, terutama dalam hal bantuan berupa materi yang sangat dibutuhkannya. Tidak seperti yang dilakukan oleh tokoh agama Kristen
yang
secara
langsung
terjun
ke
masyarakat
dan
memberikannya bantuan berupa nasihat-nasihat dan materi, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Setelah mengikuti agama Kristen, ia selalu mendapatkan perhatian yang serius dari pihak gereja yang ada di desanya yang terdekat. Dengan agama yang baru, ia merasa ada kemajuan dalam hidup di bidang usahanya. Disebabkan karena mendapatkan tambahan bantuan materi yang dibutuhkannya atau moral dari kawan-kawannya. mengenai kegiatan keagamaan yang dilaksanakannya sesuai dengan perintah agama yang baru dipeluk. Bahkan setelah memeluk agama Kristen, ia merasa bahwa dengan agamanya yang baru ini lebih ringan dalam menjalankan ajaran agama dibandingkan dengan Islam. Karena hanya satu kali dalam seminggu sembahyangnya tidak seperti dalam Islam setiap hari. Kini ID hidup disebuah rumah kontrakan yang berada di Desa Plelen bersama suami karena dia sudah menikah karena
39
menurut ia itu lebih baik dan tidak menjadi permasalahan bagi keluarganya. e. Kasus NT usia 61 tahun dari Desa I'lelen Pada awalnya dia memeluk agama Islam, namun setelah dia merasa bahwa usahanya tidak berhasil, dia mencoba berpindah ke agama Kristen. Kemudian Allah memberikan ujian dengan usahanya di bidang perdagangan itu membaik dan kehidupannya berbeda dengan dulu. Maka ia tekadkan untuk berpindah ke agama Kristen. la hidup bersama suaminya dan sampai sekarang ia mempunyai seorang anak. Pada awal membangun rumah tangga, ia merasa bahwa dirinya miskin terus. Setelah itu melihat temannya yang beragama Kristen bekerja di bidang perdagangan itu semakin maju, ia terus berpikir kenapa ia yang berdo'a dan berusaha terus tiap hari kehidupannya belum juga berubah, sedangkan temannya yang beragama Kristen usahanya semakin membaik. Dalam hatinya ia berubah keyakinan bahwa ia ingin hidup menjadi lebih baik, maka ia berpindah agama dari Islam ke Kristen. la mengatakan bahwa semua agama itu baik, akan tetapi mungkin yang paling cocok untuk dipeluknya adalah agama Kristen, karena mampu memberi kesejahteraan tersendiri. 2. Mereka yang mengalihkan keyakinannya dari agama Kristen ke agama Islam a. Kasus SR usia 23 tahun dari Desa Kutosari Pada mulanya SR beragama Kristen Protestan yang aktif dalam menjalankan ajaran agama. la termasuk salah satu anggota keluarga yang rajin beribadat dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Namun berkat hidayah yang diberikan oleh Allah SWT dan lingkungan pergaulannya sehari-hari menjadikan ia beralih ke agama Islam dengan ikhlas. Dalam keluarganya hanya ia dan ibunya saja yang beragama Kristen. Namun dalam usianya yang semakin dewasa, ia
40
mengalami konversi agama yaitu berpindah ke agama Islam, tepatnya pada tahun 2002. Kisah diawali pada hari raya. Sebagaimana diperingati oleh semua kaum muslimin sebagai hari dan bulan kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Pada hari raya Idul Fitri, ia berada di rumah menghormati keluarga dan saudaranya yang sedang merayakan Idul Fitri. la merasa sangat terharu dan merasa senang melihat semua orang muslim merayakan hari raya Idul Fitri dan ia mendengar ucapan ayahnya bahwa setelah berpuasa satu bulan penuh
semua
merasakan
kebahagiaan.
la
mengetahui
bahwa
sesungguhnya puasa menjadikan diri manusia lebih baik, termasuk untuk kesehatan dan ia membenarkan ajaran Islam karena agama Islam menurut ia adalah agama yang bisa diterima oleh akal. Secara diamdiam ia membandingkan antara agama Kristen dengan Islam yang sudah dipeluk ayahnya dan kakaknya. Pada malam hari Natal ia bermimpi supaya membersihkan dirinya dan melihat dua sinar, yang satu terang dan yang satu redup. Dari kedua sinar tersebut yang mampu menyinari dengan terang, banyak diikuti oleh orang banyak termasuk ayah dan saudarasaudaranya berada di situ. Kemudian pagi harinya mimpi tersebut diceritakan kepada ibunya sebelum berangkat ke gereja. Pertama kali ibunya marah tapi setelah dijelaskan dengan rinci akhirnya ibunya tahu apa yang dimaksudnya. Hasil dari mimpi yang disampaikan kepada keluarganya terutama pada ibunya tersebut, la boleh tidak mengikuti acara Natalan di gereja. Bahkan ibunya juga turut pindah agama setelah mendengar ceritanya. Dan kini terbentuklah keluarga yang seagama, dalam hal ini mengembirakan ayah dan saudara-saudaranya. Mulai saat ini ia aktif dalam kegiatan keagamaan Islam yang berada dilingkungannya dan selalu berusaha mempelajari ajaran Islam secara sungguh-sungguh.
41
b. Kasns NR usia 14 tahun dari Desa Gringsing NR pada awalnya beragama Kristen Katholik ia mengikuti ayahnya, karena ibunya dan ayahnya telah bercerai karena konflik perbedaan agama yang menjadikan kedua orang tuanya bercerai. Kini dia bersama ibunya dan saudara-saudaranya di Desa Gringsing. Ayahnya Kristen dan ibunya beragama Islam. Kedua orang tuanya memberi kebebasan pada NR untuk mengikuti yang ia sukai. Pada awalnya, dia mengikuti ayahnya selama kurang lebih satu tahun. Dia merasakan bahwa kehidupannya tidak mempunyai arti. Setelah berlalu satu tahun lebih, ia memilih beragama Islam seperti ibu dan saudara-saudaranya. Setelah mengalami kehidupan bersama ibunya dan saudarasaudaranya yang mayoritas beragama Islam, dia merasakan kehidupan lebih baik. Berhagai kegiatan remaja ia ikuti dan merasa damai dibandingkan
kehidupan
sebagai
pemeluk
Kristen
Katholik.
Hubungannya dengan lingkungan sekitarnya berjalan dengan baik. la selalu berusaha menyesuaikan diri. la punya teman yang aktif dalam kegiatan kerohanian Islam dan teman karibnya yang dulu Kristen bersedia mengikuti agama Islam. Semenjak Itu dia merasa lebih damai. Dan ia mendapat dukungan dari lingkungan dan saudara-saudaranya, sehingga menambah lebih mantap keimanannya. c. Kasus AS usia 34 tahun dari Desa Kutosari AS rnengemban tugas sebagai guru SD, sejak kecil ia memeluk Kristen. Selama hidupnya ia merasa kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sibuk sendiri-sendiri dengan pekerjaannya, keterbukaan dalam keluarganya kurang baik. Mengenai agama, orang tuanya hanya menyuruh ke gereja setiap minggunya, tetapi kurang memperhatikan urusan lainnya.
42
AS mulai tugas di Kutosari sebagai guru SD sekitar tahun 2004/2005 dan kost di daerah lingkungannya yang mayoritas beragama Islam. Di tempat ia kerja hanya ia yang beragama non-Islam. Dari sinilah secara langsung ia menyaksikan kehidupan pemeluk Islam yang sebelumnya hanya didengar saja. Ternyata kehidupan mereka selalu rukun dalam segala hal dan menjunjung tinggi rasa hormat terhadap sesama yang seagama maupun lain agama. Dari sinilah mulai ada ketertarikan terhadap agama Islam dan berbagai kegiatan keagamaan yang sering dilihatnya. la sering membaca buku-buku sekitar Islam dari temannya. Dan sedikit demi sedikit ia membenarkan dan hatinya mengakui kebenaran tentang ajaran Islam yang bisa diterima oleh akal. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk agama Islam. Dan meminta temannya supaya mengantarkan ke rumah tokoh agama Islam untuk menyatakan masuk Islam. Mulai saat itulah ia mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitarnya dan berusaha mempelajari dengan membaca buku-buku. d. Kasus TL usia 56 tahun dari Desa Kutosari TL. aslinya dari kota Batang, berada di Kutosari karena mengikuti anaknya. Sejak kecilnya ia memeluk agama Islam, kemudian memeluk agama Kristen karena mengikuti suaminya dan anak-anaknya semuanya juga beragama Kristen. Semenjak suaminya meninggal,
beliau
hidup
sendiri
karena
anak-anaknya
sudah
berkeluarga. Semenjak hidup sendirian dan ia sering pindah dari anak satu ke anak lainnya. Dan di masa tuanya itu ia merasa kurang bahagia. Di Kutosari ia merasa cocok dan damai dibandingkan keluarga anakanak yang lain yang hanya mengejar duniawi saja. TL memperhatikan kebutuhan batinnya seperti yang diinginkan ibunya. Secara
langsung
la
menyaksikan
kehidupan
keagamaan
masyarakat di lingkungannya yang mayoritas beragama Islam. Hal itu mengingatkan pada masa lalu yang selama ini telah ditinggalkannya.
43
Berbagai pengalaman di tempat itu membuatnya selalu ingat akan masa lalunya ketika masih bersama orang tuanya bersama-sama mengerjakan amalan yang diajarkan Islam. Ada pertentangan batin antara tetap beragama Kristen atau pindah Islam. Karena melihat kesabaran anaknya yang beragama Islam yang merawatnya ketika sakit, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke agama Islam. e. Kasus DS usia 20 tahun dari Desa Plelen Sejak kecilnya ia beragama Kristen dan ia hanya tamat SLTP, karena keluarganya tidak mampu menyekolahkannya lagi. Yang menyebabkan ia pindah agama dari Kristen ke agama Islam adalah berawal dari melihat teman-temannya di pabrik tempat kerjanya pada menjalankan shalat. Awalnya ia sering bertanya pada temantemannya tentang shalat dan kebetulan temannya itu mempunyai wawasan tentang ajaran agama Islam yang luas, sehingga bisa menjelaskannya dan masuk akal. Setelah itu la mulai tertarik dengan agama Islam, kemudian ia memberitahukan kedua orang tuanya tapi orang tuanya tidak menyetujui apabila dia masuk Islam, dia akan dikeluarkan dari keluarga tersebut bila masuk Islam karena ayahnya adalah pendeta. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk masuk Islam walaupun ia dikeluarkan dari keluarganya. Dengan di antar temannya ia ke rumah tokoh agama untuk menyatakan masuk Islam. Berdasarkan data tersebut bisa diketahui bahwa konversi dalam keluarga
di
Kecamatan
Gringsing
itu
kelihatannya
bisa
mempertahankan keharmonisan dalam sebuah keluarga, meskipun ada gejolak batin. C. Motivasi Terjadinya Konversi Agama di Kecamatan Gringsing Dilihat dari data yang diperoleh ada beberapa motivasi yang mempengaruhi terjadinya seseorang mengalihkan agama atau konversi agama di daerah tersebut.
44
Dengan jumlah penduduk masyarakat Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang 57.853 yang mengalihkan agama Kristen ke Islam sebanyak 35 orang, mereka yang mengalihkan agama tersebut karena pengaruh pergaulan antar pribadi dan pergulatan teologi atas kebenaran yang hakiki. Mereka yang mengalihkan agama Islam ke Kristen sebanyak 15 orang. Pada umumnya mereka yang mengalihkan agama tersebut karena kondisi ekonomi yang sulit dapat mendorong dan mempengaruhi seseorang sehingga terjadi konversi agama karena masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Disamping itu juga pengaruh dari keluarga karena ketidakserasian dalam keluarga dan kurang mendapatkan pengakuan kaun kerabat lainnya dapat menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya. Dalam wawancaranya dengan Bapak Nur Cholis salah satu pegawai bagian keagamaan yang ada di Kecamatan Gringsing bahwa bertambahnya pengetahuan dan pengalaman keagamaan, seseorang dewasa ini dalam kehidupannya baik dalam bentuk perluasan dan pendalaman maupun perkenalan akan memunculkan perbedaan-perbedaan ajaran agama. Perbedaan pemahaman ajaran agama tersebut tidak mustahil berakibat terjadinya konversi tindakan keagamaan dan memiliki makna sosial tertentu yang tersembunyi dibalik tindakan konversi tersebut, sehingga bisa tercermin dalam akibat-akibat yang terjadi dalam bentuk tindakan aspek-aspek keagamaan tertentu.
45
BAB IV DAMPAK KONVERSI AGAMA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN UPAYA MENCIPTAKAN KEHARMONISAN KELUARGA DI KECAMATAN GRINGSING
A. Dampak Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga di Kecamatan Gringsing Agama merupakan fenomena sosial yang memiliki dimensi individual di samping yang bersifat sosial untuk tujuan hidup beragama adalah mencapai keselamatan hidup seperti yang diajarkan oleh sistem keyakinan, norma, lingkungan atau komunitas keagamaan dan pemahaman keagamaan mereka. Konversi agama dalam sebuah keluarga tidak selalu menjadikan keluarga pecah. Tapi ada pula suatu keluarga yang menjadi pecah karena terjadinya
konversi.
Pada
dasarnya
semua
umat
beragama
wajib
mendakwahkan agamanya kepada semua umat manusia tanpa paksaan. Terjadinya konversi agama dalam sebuah keluarga di Kecamatan Gringsing menjadikan masyarakat lebih mawas diri dalam menjalani kehidupan beragama dan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Masyarakat
di
Kecamatan
Gringsing
telah
mengalami
perkembangan yang cukup pesat termasuk interaksi hubungan antar anggota keluarga dalam kehidupan beragama. Dialog antar anggota keluarga sangat penting karena untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Dampak konversi agama yang dikemukakan pada kasus di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tidak sampai mengakibatkan perpecahan antar hubungan keluarga, sehingga dalam kehidupan sehari-hari terjaga keharmonisan. Dampak konversi agama terhadap keharmonisan keluarga di Kecamatan Gringsing dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.
46
1. Dialog Keseharian Pada tingkat kehidupan sehari-hari ada dialog yang dinamakan “Dialog Kehidupan”. Dalam dialog ini dimaksudkan agar hubungan antar anggota keluarga bekerjasama untuk saling menjaga kepercayaan dan keyakinan. Dialog antar keluarga dalam kehidupan yang ada di Kecamatan Gringsing berlangsung dengan baik, timbulnya konflik dalam anggota keluarga tidak menimbulkan perpecahan dalam sebuah keluarga. Tujuan dialog adalah untuk saling belajar dan menghargai sebuah keberagamaan. Bukan membanding-bandingkan dan mencari agama mana yang paling benar. Dengan adanya dialog dapat untuk menelaah secara mendalam dan kritis agama sendiri-sendiri. Hanya dengan kesadaran kehidupan beragama antar anggota keluarga yang ada di Kecamatan Gringsing bisa lebih bermakna. 2. Dialog Teologis Toleransi agama dalam keluarga timbul sebagai konsekuensi dari kebebasan beragama. Bapak M. Achsin mengemukakan, selama belum mendapatkan ketenteraman dan harapan dalam hidupnya, bisa saja seseorang berpindah-pindah agama dan toleransi dapat terjadi karena adanya perbedaan prinsip yang memang harus diakui dan dihormati. Dampak terjadinya konversi agama terhadap keluarga di Kecamatan Gringsing tidak sampai mengakibatkan keretakan hubungan antar anggota keluarga dan tidak sampai menimbulkan konflik beragama, meskipun ada gejolak batin tapi tetap bisa mempertahankan hubungan keharmonisan dalam sebuah keluarga. Karena dalam sebuah keluarga sadar akan toleransi beragama, saling menghormati aktivitas dalam beragama satu sama lain dengan tidak menimbulkan permasalahan dan menyinggung aqidah syari’ah suatu agama. Para pelaku konversi agama dalam keluarga yang ada di Kecamatan Gringsing pada umumnya mereka merasa lebih baik karena tekanan
47
jiwanya dapat teratasi dan tidak mengganggu aktivitasnya dan mereka yakin akan lebih tenang dengan agama barunya. Hubungan keharmonisan dalam keluarga dapat meningkatkan rasa persatuan, kesatuan dan kekeluargaan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang dapat mengancam dari segi keamanan maupun dari segi sosial kekeluargaan. Hubungan keharmonisan dalam sebuah keluarga juga dapat meningkatkan nilai kegotong-royongan yang sudah ada. B. Upaya Menciptakan Keharmonisan dalam Keluarga 1. Upaya dari luar (tokoh masyarakat Pembinaan kerukunan akibat konversi agama pada sebuah keluarga adalah merupakan langkah yang penting, di mana masalah konversi agama berarti perpindahan agama selain yang bersangkutan. Ajaran agama itu harus disebarluaskan atau didakwahkan kepada seluruh umat manusia. Namun tentu ada aturan agar dakwah tersebut tidak ditujukan kepada orang yang sudah mempunyai agama atau bisa mengganggu agama lainnya. Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam pemerintahan Indonesia yaitu: dalam melakukan dakwah atau khotbah juga pembinaan bimbingan harus sesuai dengan bidang, tugas dan wewenang masing-masing. Jadi langkah yang paling tepat dalam rangka menjaga akibat adanya konversi agama bagi pemeluk agama Islam. a. Upaya pembinaan Upaya yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan terhadap umat Islam yang mengalami konversi agama yaitu yang baru masuk Islam adalah lebih ditekankan pada segi pemeliharaan, pemupukan dan dorongan
kepada
mereka
yang
dianggapnya
menguntungkan
perkembangan Islam. Sebagai contoh adalah upaya pemeliharaan dengan memberikan dorongan kepada mereka yang mempunyai keinginan untuk mengikuti ajaran agama Islam dengan tidak langsung memberikan beban yang
48
memberatkan, seperti harus melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya akan tetapi dari sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, kemudian sampai pada target secara utuh. Adapun prinsip-prinsip pembinaan yang perlu diperhatikan para mu'allaf yang masuk Islam yaitu: 1) Pembinaan dilakukan dengan cara yang baik untuk meningkatkan iman mereka, sebab pada dasarnya keimanan mereka masih lemah. 2) Pengetahuan yang masih sedikit tentang ajaran Islam bagi mu'allaf, maka pembinaan diusahakan untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap ajaran Islam terutama rukun Islam. 3) Bagi mu'allaf menerima ajaran Islam dan perintah-perintah ibadah serta larangan-Nya harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan dan kemampuan mereka. Memberikan kabar gembira
dan
memerintahkan
sesuatu
amal
ibadah
yang
memudahkan adalah agar mereka tidak merasa keberatan dan gelisah dalam menjalankan ajaran Islam sebagaimana Hadits Nabi SAW:
“Dari Barid bin Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Musa berkata: “Pernah Rasulullah SAW, jika mengutus salah seorang sahabat, untuk sesuatu keperluannya, beliau bersabda: “berilah kabar gembira dan jangan menggelisahkan dan berbuatlah sesuatu yang memudahkan dan jangan membuat sesuatu yang menyulitkan” (HR. Muslim) b. Upaya pencegahan Upaya pencegahan timbulnya konversi agama yang dilakukan berkenaan dengan masalah tersebut dengan cara memberikan tugas yang ringan, bimbingan yang terus-menerus serta nasihat-nasihat serta
49
pengarahan sesuai dengan kemampuan. Juga tidak kalah pentingnya harus diperhatikan kondisi kehidupannya, terutama terhadap mu'allaf atau orang-orang yang bertanda-tanda mau keluar dari agama Islam yang disebabkan karena tekanan ekonomi. Dalam hall ini bisa dengan jalan memberikan zakat kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu mereka merasa diperhatikan nasibnya. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT surat at-Taubah ayat 60:
öΝåκæ5θè=è% Ïπx©9xσßϑø9$#uρ $pκön=tæ t⎦,Î#Ïϑ≈yèø9$#uρ È⎦⎫Å3≈|¡yϑø9$#uρ Ï™!#ts)àù=Ï9 àM≈s%y‰¢Á9$# $yϑ¯ΡÎ) š∅ÏiΒ ZπŸÒƒÌsù ( È≅‹Î6¡¡9$# È⎦ø⌠$#uρ «!$# È≅‹Î6y™ †Îûuρ t⎦⎫ÏΒÌ≈tóø9$#uρ É>$s%Ìh9$# †Îûuρ
(٦٠:)اﻠﺘﻮﺒﺔ
ÒΟ‹Å6ym íΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 «!$#
“Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin, pengurus zakat, para mu’allah yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk di jalan Allah, dan orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu kenyataan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah: 60) 2. Upaya dari dalam (keluarga) Pendidikan agama hendaknya dapat menjadikan kepribadian seseorang, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan agama akan sukses, apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi seseorang. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan agama atau mengembangkan intelek seseorang saja dan tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan
50
agama saja, akan tetapi ia menyangkut keseluruhan diri pribadi seseorang mulai dari latihan-latihan amaliyah sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam serta manusia dengan dirinya sendiri1 Tumbuh dan berkembangnya kesadaran agama dan pengalaman agama dapat disebabkan oleh pengaruh pendidikan keluarga. Apabila di lingkungan keluarga tidak diberikan pendidikan agama, maka sulit untuk memperoleh kesadaran dan pengalaman agama yang memadai. Bahwa kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anakanaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa bertanggungjawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka.2 Pengaruh agama dalam kehidupan
keluarga
dapat
memberi
kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi motivasi untuk berbuat yang lebih baik. Agama dalam kehidupan keluarga selain menjadi motivasi juga merupakan harapan. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu yang tidak nampak. Pengaruh agama terhadap keluarga juga dapat membawa segi negatif karena problema dalam keluarga dapat mempengaruhi jiwa keagamaan seseorang, sehingga problema yang dihadapi dapat mengubah jiwa
124.
1
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), cet. 1, hlm.
2
Hendro Puspito O.C., Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1984). Cet. 2, hlm. 84.
51
seseorang menjadi pernah dan menjadikan berbagai tingkah laku keagamaan yang menyimpang.3
3
Ibid., hlm. 90.
52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi dan analisis skripsi penelitian yang berjudul “Pengaruh Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang” dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan konversi agama pada seseorang lebih mengacu pada faktor ekonomi, sosial dan budaya, yaitu hubungan kekasih, pernikahan,
pengaruh
lingkungan
keagamaan
dan
faktor
ingin
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 2. Dampak terjadinya konversi agama dalam sebuah keluarga di Kecamatan Gringsing tidak sampai mengakibatkan keretakan antar hubungan anggota keluarga dan tidak sampai menimbulkan permasalahan yang berbuntut konflik beragama karena dalam keluarga sadar akan toleransi beragama, dan saling menghormati. Mereka pelaku konversi agama merasa lebih baik karena mereka yakin akan lebih tenang dengan agama barunya. 3. Upaya pembinaan akibat dari adanya tindakan konversi agama yang dilaksanakan oleh para tokoh agama masing-masing, sangat berperan penting dalam menanggulangi dampak terjadinya konversi agama terhadap hubungan keluarga. Ajaran, himbauan dan penjelasan yang disampaikan melalui upaya pembinaan tersebut dapat dipahami dan dijunjung tinggi oleh setiap individu, sehingga dalam sebuah keluarga dapat mengerti dan memahami arti pentingnya kerukunan hidup dalam keluarga. B. Saran-saran 1. Hendaknya orang yang mengalami konversi agama, dengan agama barunya lebih dimantapkan keyakinannya baik orang Islam maupun Kristen, sehingga tidak akan terjadi konversi agama yang kedua kali.
53
2. Hendaknya masyarakat Islam sadar akan pentingnya iman dalam menjalankan agama, karena dengan keyakinan yang kuat akan tercapailah kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Kepada semua masyarakat harus selalu menjaga kerukunan hidup dalam lingkungan maupun keluarga, supaya terciptanya kehidupan beragama selaras dan seimbang. 4. Kepada tokoh agama Islam di daerah Kecamatan Gringsing dalam rangka membina dan mengajarkan agama lebih ditingkatkan dan disesuaikan dengan keadaan situasi lingkungan masyarakat. C. Penutup Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas pemberian karunia-Nya hingga penulis skripsi ini dengan judul “Pengaruh Konversi Agama Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang)”. Penulisan skripsi ini sudah penulis usahakan semaksimal mungkin, namun demikian masih banyak kekurangan dan kelemahan. Itu semua merupakan keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharapkan mudahmudahan skripsi ini bermanfaat bagi umat Islam, terutama bagi penulis. Aamin yaa rabbal aalamiin!