MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI (Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh A’ISYAH M. NIM : 12107028
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433, 323433 Salatiga 50712 http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: A’isyah M.
NIM
: 12107028
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI (Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Tahun 2009)
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 19 Februari 2010 Pembimbing
Hj. Maslikhah, M.Si. NIP.19700529 200003 2 001
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433, 323433 Salatiga 50712 http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudari : A’isyah M. dengan Nomor Induk Mahasiswa 12107028 yang berjudul Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009)) telah di munaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari sabtu, 13 Maret 2010, dan telah di terima sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Salatiga, 17 Maret 2010
Panitia ujian Ketua sidang
Sekretaris sidang
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr, H. Muh. Saerozi, M. Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag NIP. 19720521 200501 1 003
Winarno, S.Si. , M.Pd NIP. 19730526 199903 1 004 Pembimbing
Hj. Maslikhah, M.Si NIP.19700529 200003 2 001
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433, 323433 Salatiga 50712 http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: A’isyah M.
NIM
: 12107028
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Februari 2010 Yang menyatakan,
A’isyah M. NIM:12107028
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“kemulyaan seseorang itu dengan budi pekerti bukan dengan keturunan” “Janganlah kamu tergesa-gesa ingin mencapai sesuatu, tapi cobalah terus bersabar, karena sabar itu ibarat api yang dapat melunakkan tongkat dari besi” (Syeikh Az-Zarnuji)
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak Maksum dan Ibu
Tarwiyah tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku
dengan
penuh
kerelaan
dan
pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a restunya.
Kakak-kakakku dan adikku tersayang, Mbak
Nur Fadhilah beserta keluarga, Mas Muhlisin beserta keluarga dan Dik Lailatun Bariroh, terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
Kekasihku tercinta Mas Ahmad Fauzi yang
selalu mengsupport dan memotivasi baik dalam keadaan suka maupun duka.
Semua teman-teman PAI transfer senasib
seperjuangan
angkatan
2007
yang
memberikan motivasi dan semangat belajar.
telah
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya kepada makhluk-makhluknya tanpa terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau Baginda Nabi Agung Muhammad Swa. Beserta keluarga, Sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, mutivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Fatchurrohman, M.Pd selaku ketua progdi PAI STAIN Salatiga yang telah merestui penulisan skripsi ini. 3. Hj. Maslikhah, M.Si. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian Akademik STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan pada saya. 5. Bapak KH. Drs. Nasafi selaku pengasuh pondok pesanten Nurul Asna Pulutan Sidorejo Salatiga yang telah mengasuh, mendidik, dan membimbing kepada penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Dengan demikian, akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi Agama, nusa, dan Bangsa
Salatiga, 19 Februari 2010 penulis
A’isyah M. NIM :12107028
ABSTRAK M, A’isyah. 2009. Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Hj.Maslikhah, M.Si Kata kunci: Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Anak merupakan tanggung jawab orang tua oleh karena itu, orang tua adalah faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Sejak anak masih berusia dini anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang ada diluar mareka, ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari orang tua maupun orang lain. Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dalam kaitannya dengan akhlak di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan keluarga, keluargalah yang merupakan pendidikan pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan. Pertanyaan utama yang ingin di jawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang ?, (2) bagaimana persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak usia dini ?, (3) bagaimana variasi model pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang ?. untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat diskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data deduktif, induktif, reduksi, dan sintesis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sentul, mayoritas memeluk agama islam (a) dalam memperkuat keagamaan dimasyarakat mereka melaksanakan nilai-nilai keagamaan, kerukunan beragama, kehidupan beragama, moral dan etika keagamaan, dan melaksanakan kegiatan kegamaan. (b) persepsi masyarakat desa sentul tentang pendidikan akhlak anak usia dini yaitu mempunyai peranan yang sangat penting. (c) variasi model pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat desa sentul, kecamatan gringsing, kabupaten batang yaitu meliputi, metode yang digunakan untuk mendidik akhlak anak usia dini dan materi yang diberikan untuk mendidik akhlak anak usia dini.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO…………………………………………….
i
HALAMAN SAMPUL……………………………………………
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………
iii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………….…….…….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………...…….
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………
vi
KATA PENGANTAR……………………………………………..
vii
ABSTRAK…………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI……………………………..…………………..…….
x
DAFTAR TABEL………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………..…………………...…………
xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang…………………………………..…………
1
B. Rumusan masalah……………………………..…...………
6
C. Tujuan penelitian…………………………………………..
6
D. Manfaat hasil penelitian………….………….……………..
7
E. Penegasan istilah…………………………..……………….
8
F. Metode penelitian………………………...………………..
11
1. Jenis Penelitian……………….………….………………
11
2. Lokasi Dan Waktu Penelitian……………………………
12
3. Subjek Penelitian………….……………………………..
13
4. Metode Pengumpulan Data……………..……………….
14
5. Teknik Analisis Data……….……………………………
16
G. Sistematika Penulisan……..…………………………………
20
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI……………………………………..…. 1.
22
Pendidikan akhlak………..………….…………………..
22
a. Pendidikan……………………………………...…..
22
1) Pengertian Pendidikan……………………………
22
2) Jenis Pendidikan………....…………….………..
23
3) Tujuan Pendidikan……..……………………….
25
4) Ruang Lingkup Pendidikan………………..……
27
5) Tanggung Jawab Pendidikan…….……….……..
33
b. Akhlak……………………..…………………..……
35
1) Pengertian Akhlak…………………………...…..
35
2) Macam-macam Akhlak……….……….…..…….
37
3) Ruang Lingkup Akhlak……..……..…………….
38
c. Pendidikan Akhlak………..…..……………………..
41
1) Pendidikan Akhlak di Rumah…..….…………….
42
2) Pendidikan Akhlak di Sekolah……...……………. 43 3) Pendidikan Akhlak di Masyarakat….……………. 43 2.
Anak usia dini……………………………….………….
49
a. Pengertian Anak………………………..…………….
49
b. Tipologi Anak………………………..………………
49
c. Usia Dini……………………..……..………………..
51
d. Fase-fase Anak Usia 2-4 Tahun……………………… 52 e. Tanda-tanda dan Sifat-sifat Ana kecil..………………
52
f. Perkembangan Anak Usia Dini………………………
53
g. Pendidikan Anak Usia Dini………………………….. 54 3. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini………….…………..… 57 a. Aspek-aspek Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini……….
58
1) Metode…………………………………………… 58 2) Materi……...…………………………………….. b. Aspek-aspek dalam Pembinaan Akhlak Anak Usia Dini
59 61
1) Birul walidain……………………………………
61
2) Berlaku dan Bersifat Jujur………………………
61
3) Belajar Membaca Al-qur’an…………………….
62
4) Membiasakan Berbicara dengan Baik…………..
63
5) Membiasakan Bergaul Dengan Baik……………
63
B. TELAAH PUSTAKA……………………………………….
64
1. Hasanah………………………………………………….
64
2. Sukini…………………………..………………………..
65
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data……………………………………………………
67
1. Lokasi Penelitian.…………………………………………..
67
2. Penduduk…………………………………………………..
67
3. Mata Pencaharian…………………………………………..
68
4. Pendidikan………….………………………………………
69
5. Agama dan Sarana Tempat Ibadah…………………………
69
B. Temuan Penelitian……………………………………………..
70
1. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang……………………………………….…
70
2. Persepsi Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Tentang Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini……..
73
3. Variasi Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang…………… 79 BAB IV : PEMBAHASAN A. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang……………………………..………………
86
B. Persepsi Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Tentang Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini……………
89
C. Variasi Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang………………
93
BABA V : PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………
97
B. Saran……………………………………………………………..
98
C. Penutup………..…………………………………………………
101
DAFTAR TABEL
1. Tabel I nama-nama responden yang dijadikan sampel…………
14
2. Tabel II Jumlah penduduk masyarakat Desa Sentul…………….
67
3. Tabel III Mata Pencaharian Penduduk………………………...
68
4. Tabel IV Tingkat Pendidikan……………………..…………….
69
5. Tabel V Daftar Pemeluk Agama………………..…………….
69
6. Tabel V ITempat Ibadah………………………………………
70
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Kisi-kisi wawancara 4. Pedoman wawancara 5. Daftar Responden 6. Surat ijin penelitian 7. Surat keterangan penelitian 8. Lembar konsultasi pembimbing 9. Laporan SKK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ketika anak dilahirkan ke dunia, anak masih dalam keadaan lemah baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, anak telah memiliki kemampuan bawaan sejak dalam kandungan dalam keadaan suci dan yang menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah orang tuanya. Dalam hadits Rasulullah diriwayatkan :
ًمب مه مُلُد اال يُلذ علّ الفطرة فبءبُاي يٍُداوً َيىصراو ًَيمجسبو Artinya : “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah) kedua orang tuanyalah yang membuatnya kelak jadi yahudi, nasrani atau majusi” (HR. Al Bukhari) (Ummatin, 2006 : 5) Maka setelah manusia lahir di dunia, anak tersebut adalah tanggung jawab orang tuanya, yaitu sebagai pendidik dan pembimbing dalam hal kehidupan anaknya, terutama dalam hal keagamaan dalam penanaman nilainilai aqidah, akhlak dan ibadah. Jelas campur tangan orang tua memiliki peran penting, karena anak merupakan anugrah Allah yang diberikan kepada manusia, dan anak juga merupakan harta dan perhiasan. Dalam Al Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan.
Artinya: “harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia….” (QS. Alkahfi ayat 46) (Anonim Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 450) Oleh karena itu, orang tua atau pendidik merupakan faktor penting keteladanan dalam hal baik buruknya anak. Jika orang tua berakhlak mulia,
jujur, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, berakhlak mulia, dan menjauhkan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu juga sebaliknya jika orang tua berbohong, berkhianat, durhaka, kikir, dan hina maka akhlak anak akan tumbuh buruk. Sejak usia dini, anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Dengan demikian, menurut Jalaludin (1996 : 68) ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru mereka. Perkembangan sosial dan kepribadian anak dimulai dari usia dini sampai dewasa ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, ia mempunyai guruguru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasi. Dalam proses emansipasi dan individu maka teman-teman sebagai mempunyai peranan yang besar (Monks, 1992 : 180) Islam mempunyai dua sumber yaitu Al Qur’an dan As Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua
sumber itulah yang menjadi sumber akhlak islamiyah.Prinsip-prinsip dan kaedah ilmu islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat mutlak dan tepat. Oleh karena itu orang tua maupun keluarga dan masyarakat harus selalu memantau anak-anak dari jarak dekat maupun jarak jauh agar akhlak anak usia dini tidak melenceng dari ajaran Islam yang telah diterapkan dalam Al Qur'an dan sunnah. Akhlak merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, bagaimana manusia dalam menggunakan sumber daya potensi yang tersedia untuk meningkatkan kehidupan lebih baik. Karenanya diperlukan alat yang digunakan untuk menganalisis sekaligus membuktikan konsep Al Qur'an dan hadits yang secara langsung maupun tidak langsung bersentuhan dengan masalah akhlak (Mansur, 2007: 227). Karena akhlak atau prilaku yang ada dalam suatu masyarakat dalam unsur pokok yang membentuk baik buruknya masyarakat tersebut. Jika akhlaknya baik maka masyarakat akan baik dan jika prilaku buruk masyarakat pun akan buruk. Jadi akhlak mempunyai hubungan kausalatif dengan adanya perubahan (Mahmud, 1995 :174) Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan, dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia denga hewan, manusia dengan malaikat, manusia dengan jin, dan
juga dengan alam sekitar. Dengan demikian masyarakat merupakan salah satu tempatuntuk beradaptasi dan berinteraksi manusia. Menurut Koencaraningrat dalam kutipan buku yang berjudul masyarakat Islam pengantar sosiologi dan sosiografi pengarang Sidi Gazalba masyarakat adalah kelompok terbesar dan makhluk-makhluk manusia dimana hidup terjaring sesuatu kebudayaan yang oleh manusia-manusia tadi dirasakan sebagai satu kebudayaan (Gazalba, 1976 : 15) Masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang merupakan salah satu lokasi penduduk yang terletak di sekitar Alas Roban yang letak geografisnya sangat strategis, dimana penduduknya adalah bekerja sebagai buruh swasta. Walaupun penduduknya mayoritas bekerja sebagai buruh swasta, tetapi mereka sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya sejak usia dini, yaitu dengan cara memasukan anak-anaknya ke lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), selain PAUD para orang juga memasukannya ke Madrasah Diniyah. Dengan adanya PAUD dan Madrasah Diniyah, orang tua sangat optimis bahwa anak mereka akan memiliki akhlak yang baik, karena di didik dan di bimbing oleh guru atau ustadz, sehingga orang tua tidak meragukan lagi akhlak anak-anaknya, selain itu juga anak tidak mungkin meniru cara kehidupan modern (Barat) pada zaman sekarang ini. Pada dasarnya pendidikan anak itu berkaitan dengan keluarga, maka keperibadian dan tingkah laku anak tidak terlepas dari peran orang tua, jika orang tuanya baik maka anak akan baik dan sebaliknya jika orang tua
berperilaku jelek maka anak akan ikut jelek, oleh sebab itu anak harus mendapatkan pendidikan akhlak langsung dari orang tua. Semua orang tua ingin memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengasuh anak sejak bayi yaitu, dengan cara pemberian asah (stimulasi yang diberiakan) memberikan contoh perkataan dan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, asih (kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya), dan asuh (kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan) termasuk pendidikan yang diperoleh anak agar dapat mempengaruhi karakter anak. Adapun pendidikan akhlak yang diberikan orang tua kepada anak usia dini antara lain, orang tua melibatkan anak sepenuhnya, yaitu orang tua memiliki tingkat pnengendalian yang tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual, sosial, dan agama sesuai dengan usia dan kemampuan anak-anak. Orang tua penyabar yaitu, akan menerima apa adanya, sedikit memberikan tuntutan pada anak-anaknya, agar anak akan lebih positif dalam perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dalam kaitannya dengan ahklak anak di lingkungan masyarakat, lingkungan keluargalah yang merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbigan, juga dapat dikatakan sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah
dalam keluarga atau orang tua. Tugas orang tua bagi pendidikan anaknya adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan ahklak dan pandangan hidup beragama, karena sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya. Dengan demikian dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian : MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI (Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009).
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang ? 2. Bagaimana persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak bagi anak usia dini ? 3. Bagaimana variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang ?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak usia dini. 3. Untuk mengetahui variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Praktis a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua dalam pendidikan akhlak anak usia dini khususnya bagi masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengembangan pendidikan ahklak bagi anak usia dini khususnya bagi masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. c.
Diharapkan dapat dijadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pertimbangan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang menyangkut masalah pendidikan akhlak anak usia dini khususnya bagi masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
d. Diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis khususnya tentang pendidikan akhlak anak usia dini.
2. Teoritik a. Dapat menyumbangkan wacana baru bagi orang tua tentang pendidikan akhlak sebagai pedoman megnenai pendidikan akhlak anak usia dini yang sesuai dengan ajaran Islam. b. Dapat menjadi panduan dalam berperilaku dan tingkah laku akhlak anak usia dini dalam lingkungan masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam. E. Penegasan Istilah 1. Pendidikan Akhlak a. Pendidikan
Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan psiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 3) Sedangkan pendidikan yang dimaksud oleh penulis ialah bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan akhlak, moral dan sosial yang mendorong seseorang mempunyai potensi menuju terbentuknya kepribadian yang baik.
b. Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Dari pengertian etimologi ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Azmi, 2006 : 40) Secara termologi akhlak (budi pekerti) yang terdiri dari kata budi dan pekerti, “budi” ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pikiran, ratio, yang disebut karakter. “Pekerti” ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dengan tingkah laku manusia. (Djatmiko : 1996 : 26) Sedangkan akhlak yang dimaksud oleh penulis ialah tingkah laku atau akhlak yang mulia yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluk, baik diri sendiri, orang tua maupun orang lain dan lingkungan. c. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan
buruk, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan peperangan, serta perdamaian dan peperangan. Oleh karena itu Islam menetapkan nilainilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu hidup di dunia, sehingga manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat. Dengan demikian pendidikan akhlak yang dimaksud oleh penulis ialah mendidik dan membimbing akhlak yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama baik pendidikan akhlak di rumah, pendidikan akhlak di sekolah, maupun pendidik akhlak di masyarakat, karena pendidikan akhlak adalah tanggung jawab bagi semua orang muslim untuk membawa manusia ke jalan yang benar. 2. Anak Usia Dini a. Pengertian Anak
Anak adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan orang tua kepada Allah SWT. Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya. Dan juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua di akhirat kelak. Oleh karena itu orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni, dan mendidik anakanaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. (Ilyas, 2007 : 172) Dengan demikian anak yang dimaksud oleh penulis ialah : manusia yang masih kecil yang harus dikasihi dan disayangi dan dididik dengan penuh tanggung jawab.
b. Usia Dini
Usia dini adalah anak yang masih berumur antara 2 sampai 6 tahun. Pada masa ini anak sangat sensitif. Ia dapat merasakan apa yang terkandung dalam hati ibu bapaknya, artinya anak masih membutuhkan kasih sayang ayah ibunya yang sungguh-sungguh dan pada masa ini juga anak masih berpikir secara inderawi atau anak belum mampu untuk memahami hal yang maknawi. 3. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini
Pendidikan ankhlak anak usia dini yang dimaksud oleh penulis ialah membimbing atau usaha sadar yang dilakukan oleh orang tua (keluarga), guru (sekolah) dan masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan akhlak yang mulia bagi anak usia dini yaitu usia 2 sampai 6 tahun, yang dapat mendorong seseorang (anak) mempunyai potensi menuju terbentuknya kepribadian yang baik.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Dalam membahas beberapa permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu : data atu informasi yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, tulisan hasil penelitian berisi kutipan– kutipan dari kumpulan informasi untuk memberikan ilustrasi dan mengisi
isi laporan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih menitik beratkan kepada gejala proses dari pada hasil dari proses tersebut. Penelitian
kualitatif
menggunakan
metode
kualitatif
yaitu
pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain : a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan kenyataan jamak. b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. c. Metode ini lebih peka dan lebih menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 1999 : 9-10) 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan di
Desa Sentul, Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang. Penulis memilih lokasi tersebut karena Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang merupakan salah satu lokasi yang ada di sekitar Alas Roban yang letak geografisnya sangat strategis dan dekat dengan jalan Pantura (Jakarta- Semarang). Sedangkan luas Desa sentul adalah 24 km² yang terdiri dari perkampungan penduduk 9 km², hutan Alas roban 11 km², dan persawahan 4 km². Adapun waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih dalam waktu 2 bulan dari proses pengumpulan data hingga selesai penelitian.
3. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitiaan. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua lika-liku yang ada di dalam populasi. (Arikunto, 1998 : 115) Populasi dalam penelitian adalah seluruh masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009 yang berjumlah 1975 jiwa dengan 332 kepala keluarga (KK). b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 1998 : 117) Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan generalisasi. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu. Dalam penelitian ini pengambilan sampel atau subjek penelitian yaitu dengan cara menggunakan metode purposive sampling yaitu subjek di pilih karena beberapa karakteristik, yaitu para orang tua yang mempunyai anak usia dini. Kemudian data yang diperoleh dari sampel dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling), yaitu data dijaring terus menerus sampai menemukan data atau jawaban yang hampir sama. Adapun nama-nama responden yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:
Tabel I
nama-nama responden yang dijadikan sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Tohiroh A. Taufik Tutik Hanifah Sri Hartatik A Wahidin Sri widayanti Safaroh Turyanti Sulatif Khasanudin
Keterangan Ibu Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ayah Ayah
4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi adalah sebagai pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. (Arikunto, 1998 : 146) Metode observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat bantu untuk mendapatkan data-data antara lain, data tentang sosio kultural yang meliputi, kegiatan keagamaan yang dilakukan di masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009. Dan data tentang keadaan lokasi Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Kemudian data persepsi masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009 yaitu tentang pendidikan akhlak anak usia dini dan yang terakhir yaitu pengamatan terhadap variasi model yang dilakukan masyarakat terhadap pendidikan akhlak anak usia dini.
b. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara dan digunakan untuk menilai keadaan seorang mencari data tentang variabel latar belakang, orang tua, pendidikan, perhatian sikap terhadap sesuatu (Arikunto, 1998 : 145) Metode ini digunakan sebagai alat bantu juga yaitu untuk mandapatkan data-data tentang persepsi pendidikan akhlak baagi anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009 yang meliputi kegiatan keagamaan yang diikuti oleh orang tua. Bagaimana cara orang tua mendidik anak usia dini, perilaku dan tingkah laku anak usia dini kepada orang tua, dan apakah penting pendidikan akhlak ditanamkan pada anak usia dini, yang kedua yaitu untuk mandapatkan data tentang variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang yang meliputi, memasukkan anak usia dini ke lembaga pendidikan formal yaitu PAUD, memasukkan anak usia dini ke lembaga nonformal yaitu TPQ atau Madrasah Diniyah, dan mendidik anak cukup dirumah saja yaitu orang tua itu sendiri sebagai pendidik. c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236) Metode dokomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data penduduk masyarakat Desa sentul kecamatan Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009 per kepala keluarga (KK), untuk mendapatkan data tempat beribadah yang ada, dan untuk mendapatkan data tentang keadaan lokasi Desa sentul kecamatam Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009. 5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan panafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefiniskan analisis data sebagi proses yang merinci usaha secar formal untuk menemukan dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan hipotesis kerja itu. Jadi
analisis
data
adalah
proses
mengorganisasikan
dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Moleong, 1999 : 280)
a. Deduktif
Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran
umum
mengenai
suatu
fenomena
(teori)
dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi). Dengan kata lain deduksi berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak berdasarkan generalisasi yang sudah ada (Azwar, 2007 : 40) Pendekatan deduktif adalah berfikir dari suatu keadaan yang abstrak kepada yang kongkret. Dengan kata lain deduktif adalah kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus. Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini yaitu membnatu untuk menyimpulakn hal-hal yang bersifat umum menjadi
khusus
atau
kongkret
dalam
penelitian
ini
untuk
menyimpulakn hasil wawancara dan observasi yang dilakukan antara lain tentang data persepsi masyarakat tentang pendidikan akhlak anak usia dini, kondisi keagamaan masyarakat, dan model masyarakat tentang pendidikan akhlak anak usia dini di Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009. b. Induktif
Induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah
proses
mengorganisasikan
fakta-fakta
atau
hasil-hasil
pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi (Saifuddin Azwar, 2007 : 40) Pendekatan induktif dimaksud untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas dalam analisis data kualitatif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan antara lain : 1) Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam kata. 2) Analisis induktif lebih dapaat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. 3) Analisis demikian lebih dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. 4) Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. 5) Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara peksplisif sebagai bagian dari struktur analisis (Moleong, 1999 : 10)
Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009. Yang meliputi mengenai kondisi keagamaan, persepsi pendidikan akhlak bagi anak usia dini, dan variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada
masyarakat Desa sentul kecamatan Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009. c. Reduksi
Reduksi data ialah proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatancatatan yang tertulis di lapangan sesuai dengan tema yang diteliti. Data yang diperoleh dan lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci (Nasution, 2003 : 129) Pada
mulanya
data
yang
diperoleh dikumpulkan
dan
diindentifikasi secara sederhana yangsesuai dengan data yang diperoleh yaitu tentang kondisi sosiokultural masyarakat. Persepsi pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009. Kemudian datadata tersebut disusun secara teliti, sistematis dan terperinci dalam bentuk uraian atau laporan.
d. Sintesis
Sintesis yaitu mengintegrasikan semua unsur baik dan menyisihkan atau melengkapi semua unsur yang tidak memadai. Sintesis itu tidak menambah pemahaman serba baru, melainkan menyeimbangkan semua yang telah ditentukan (Bakker dan Akhmad Charis Zubair, 1994 : 100)
Penerapan sintesis dalam penelitian ini yaitu menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yakni mengenai pendidikan akhlak anak usia dini, dari hasil data-data yang
telah
disusun
secara
sistematis
yaitu
tentang
kondisi
sosiokultural, persepsi pendidikan akhlak anak usia dini, dan variabel model pendidikan akhlak anak usia dini. Kemudian data-data tersebut digabungkan dengan pengetahuan–pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan pendidikan akhak anak pada usia dini.
G. Sitematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka berisi tentang landasan teori yang membahas tentang pendidikan akhlak, anak usia dini dan pendidikan akhlak anak usia dini, dan berisi tentang telaah pustaka.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang meliputi kondisi keagamaan, persepsi pendidikan akhlak anak usia dini, dan variasi model pendidikan akhlak anak usia dini. BAB IV
: PEMBAHASAN Pembahasan berisi tentang kondisi keagamaan masyarakat, persepsi masyarakat pendidikan akhlak anak usia dini, dan variasi model pendidikan akhlak anak usia dini.
BAB V
: PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan Saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pendidikan Akhlak i.
Pendidikan 1) Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, UU Sisdiknas 2007 : 3) Menurut Dewey pendidikan dalam pengertianya yang dasar merupakan proses perwujudan diri secara utuh menyangkut aspek fisik, intelektual, moral dan sosial (Soewandi dkk, 2005 : 23) Dengan demikian pendidikan menurut penulis ialah dapat disimpulkan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat terhadap perkembangan akhlak, moral, sosial, fisik, dan intelektual yang mendorong seseorang mempunyai potensi menuju terbentuknya
kepribadian yang
matang, yang berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Adapun batasan-batasan pendidikan menurut penulis pendidikan dipandang dari segi pandang masyarakat dan segi pandang individu. a) Pendidikan
segi
pandang
masyarakat
berarti
pewaris
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. b) Pendidikan segi pandang individu berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Pendidikan
dalam Islam adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan sunnah. Menurut
Ahmad
D.
Marimba,
pendidikan
adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Mansur, 2007 : 84) 2) Jenis Pendidikan Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 5)
a) Pendidikan formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 5) Pendidikan sebagaimana diharapkan oleh pendidik adalah pendidikan yang dapat membantu pererta didik memperoleh kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam pengertianya adalah buah pertumbuhan yang seimbang antara pengetahuan dan
intelektual.
Dengan
demikian
pendidikan
formal
diharapkan dapat memberikan ruang kebebasan bagi peserta didik untuk memperkembangkan minat, inisiatif dan imajinasi kreatifnya dalam aktifitas diri atau aktifitas yang digerakkan dari dalam hati (cita-cita) peserta didik. b) Pendidikan informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dalam kaitannya pendidikan informal, keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan, karena menurut Rasulullah fungsi dan peran orang tua akan mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka (Arifin, 2008 : 55)
c) Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara struktur dan berjenjang. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 20) Dalam kaitannya jenis pendidikan dengan pendidikan akhlak yaitu memiliki hubungan yang erat, karena pada hakikatnya orang tua membutuhkan peranan orang lain untuk mendidik dan membimbing anak baik di lembaga pendidikan formal maupun non formal. 3) Tujuan pendidikan Pendidikan bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 8) Pendidikan mempunyai tujuan untuk membantu anak didik agar berkembang menjadi manusia yang utuh, yang bahagia. Oleh karena
itu
kesempurnaan
manusia
hanya
mungkin
dengan
menyempurnakan orang lain dan alamnya, maka pendidikan pun harus membantu orang untuk berbaik dan berlelasi saling membantu dengan orang lain dan juga mengembangkan alam dunia ini. Driyakarta mengungkapkan
dalam bahwa
Slamet
Soewandi
pendidikan
itu
(2005 bertujuan
:
110) untuk
memanusiakan manusia, atau untuk membantu proses hominisasi dan humanisasi. Artinya membantu orang muda untuk semakin menjadi manusia, manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi. Sedangkan tujuan pendidikan dalam islam mempunyai peran Yang sangat penting, sebab pendidikan akan memberikan standar arahan, batas ruang gerak, dan penilaian atas keberhasilan kegiatan yang akan dilakukan oleh manusia, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dalam Al-qur’an surat al mujadilah dijelaskan
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al Mujadilah:11) (Anonim,Al-Qur’an dan terjemahnya, 1999 : 910) Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan berhubungan dengan pendidikan akhlak. Karena pendidikan manusia muda (anak) bukan hanya soal pendidikan dan pengembnagan pengetahuan otak saja, tetapi baik dalam tingkah laku selaku individu dalam kehidupan pribadinya maupun dalam lingkungan serta alam semesta dimana manusia berada. 4) Ruang lingkup pendidikan Kata pendidikan dipergunakan dalam bermacam-macam pengertian. Pada umumnya pengertian pendidikan tergantung pada kata-kata yang mengiringnya. Adapun ruang lingkup pendidikan dalam penelitian ini antara lain pendidik, anak didik, metode dan materi. a) Pendidik a. Pengertian Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam
sistem
pendidikan,
karena
ia
yang
akan
mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat komplementatif (Rosyadi, 2004 : 172) Sedangkan Al-Ghozali mempergunakan pendidik dengan berbagai kata seperti, al-mualimin (guru), almudaris (pengajar), al-muadib (pendidik), dan al-walid
(orang tua). Oleh karana itu, pembahasan dalam bab ini, meliputi semua istilah pendidik tersebut, yakni pendidik dalam arti yang umum, yang bertugas dan bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran (Zainuddin, 1991 : 50) Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal, pertama, karena kodrat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang yang berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga (Rosyadi, 2004 : 174) b. Tugas Pendidik Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam. Karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama, maka inilah tugas orang tua tersebut (Tafsir, 2008 : 74)
Adapun tugas pendidik dalam Islam antara lain; (a) Mengetahui karakter murid (b) Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahlianya, baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam cara yang mengajarkanya. (c) Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkanya (Rosyadi, 2004 : 180) c. Syarat pendidik Syarat menjadi pendidik (guru) antara lain takwa kepada Allah. Sebab pendidik adalah teladan bagi anak didik, berilmu yaitu jika pendidikan pendidik (guru) semakin
baik
maka
makin tinggi
pula derajatnya,
berkelakuan baik yaitu sebagai pendidik harus mempunyai budi pekerti, sehat jasmani yaitu kesehatan seorang pendidik sangat mempengaruhi untuk mendidik anak didik. d. Kompetensi pendidik Kompetensi
diartikan
sebagai
pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan dan bertindak, kompetensi pendidik akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru (Suparlan, 2005 : 93)
Adapun kompetensi sebagai pendidik antara lain, memiliki kepribadian sebagai pendidik, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan penilaian (evaluasi). Dengan demikian secara sederhana pendidik adalah orang yang mengajar dan mendidik anak didik. Jadi seseorang pendidik baik orang tua maupun guru hendaknya mengikuti ajaran Rosulullah, maka ia tidak mencari upah, balas jasa dan ucapan terima kasih dalam mengajarkan ilmu pengetahuan. Tetapi maksud mengajar adalah mencari keridhoan Allah. b) Anak didik (1) Pengertian Anak didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari sistem pendidikan, sehingga ada aliran pendidikan yang menetapkan anak didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Rosyadi, 2004 : 192) Al-Ghozali mempergunakan istilah anak dengan beberapa
kata
seperti,
al-shobiy
(kanak-kanak),
al-
mutaallim (pelajar), dan tolibul ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh karena itu istilah anak didik disini dapat diartikan anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan
obyek utama dari pendidikan (dalam arti yang luas) (Zainuddin, 1991 : 192) (2) Sifat individu anak didik Adapun dalam sifat-sifat umum anak didik antara lain, anak bukan miniatur orang dewasa, anak didik mengikuti fase-fase perkembangan tertentu, anak didik mempunyai pola perkembangan sendiri, anak didik harus melaksanakan perkembangan yaitu tugas yang harus diselesaikan
oleh
individu
dalam
tiap-tiap
fase
perkembangan, anak didik mempunyai kebutuhan antara lain, kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, kebebasan, sukses dan kebutuhan ingin tahu, anak didik merupakan makhluk aktif dan kreatif. (3) Karakteristik anak didik Anak didik memiliki karakteristik tertentu yaitu, belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi
tanggung
jawab
pendidik
(guru),
masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik, dan memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis,
serta
perbedaan
individual
(Djamarah,
2000 : 52) c) Metode (1) Pengertian Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi paham kepada murid-muridnya dan merubah tingkah
lakunya
sesuai
dengan
tujuan-tujuan
yang
diinginkan (Rosyadi, 2004 : 210) (2) Kedudukan metode dalam pendidikan Islam Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang melaksanakan materi yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat pengertian
yang
dipahami oleh anak didik fungsional
dalam
tingkah
menjadi lakunya
(Rosyadi, 2004 : 211) Dengan demikian metode merupakan cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi kepada anak didik. Adapun metode mengajar yang digunakan anara lain, metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, dan metode demonstrasi.
d) Materi
Dalam proses belajar mengajar itu ada isi (materi) tertentu yang releven dengan tujuan pengajaran. Dengan demikian harus ada keterpautan terus menerus antara koponen yang satu dengan yang lain. Kemampuan dasar membaca, menulis, menghafalkan bagi usia anak-anak memiliki fungsi fundamental utuk dapat mempelajari berbagai ilmu pada jenjang pendidikan. Maka jelaslah bahwa anak-anak perlu dan wajib menerima bermacam ilmu pengetahuan dasar sebagai alat untuk mengembangkan daya ingatan, akal pikiran dan bakat mereka, dan agar dapat menguasai ilmu pengetahuan tersebut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai dasar untuk memperdalam ilmu pengetahuan berikutnya atau bahkan sebagai dasar pandangan dan pegangan hidup nantinya (Zainuddin, 1991 : 74) Jadi materi pendidikan merupakan alat pendidikan yang dapat mepermudah dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan. 5) Tanggung jawab pendidikan a) Orang tua (keluarga) Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan yang baik. Selain itu, peranan
keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkahlaku yang sesuai dengan yang diajarkan disekolahan. (Hasan, 2009 : 19) b) Masyarakat Dalam UU sistem pendidikan nasional pasal 8 dan 9 dijelaskan; (1) Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan,
dan
evaluasi
progam
pendidikan. (2) Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya
dalam
penyelenggaraan
pendidikan.
(Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 11) Dengan demikian pendidikan merupakan tanggung jawab masyarakat. Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan, oleh karena itu masyarakat merupakan lapangan pendidikam setelah orang tua (keluarga). c) Pemerintah Dalam UU sistem pendidikan nasional pasal 10 dijelaskan : Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelnggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 11)
Maka pemerintah berperan penting dan bertanggung jawab atas keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan untuk setiap warga Negara. ii.
Akhlak 1) Pengertian akhlak Secara etimologi akhlak bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Dari pengertian etimologi ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Azmi, 2006 : 40) Sedangkan menurut termologi kata budi pekerti (akhlak) yang terdiri dari kata budi dan pekerti, “budi” ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio, yang disebut karakter. “pekerti” ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanivestasi pada karsa dan tingkahlaku manusia (Djatmiko, 1996 : 26) Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatanperbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu (Mansur, 2007 : 221)
ٍاَلْخُلُقُ حَبلٌ لِلْىَفْسِ دَاعِ َيتٌ إِلَّ َافْعَبلٍَِب مِهْ غَيْرِ فِكْر "Perangai itu ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran" (Djatmiko, 1996 : 27) Menurut Al Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu (Mansur, 2007 : 222)
ختٍ عَهْ تَصَذُ ِر َ ِفَبلْخُلْقُ عِبَب َرةُ عَهْ ٌَيْ َئتٍ فيِ الىَّفْسِ رَاس ٍجتٍ اِلَّ فِكْرٍ ََرََُِيت َ ألفْعَبلِ بَسٍَُُُْلتٍ ََيُسْرٍ مِهْ غَيْرِ حَب َا "Khuluk, perangi ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran" (Djatmiko, 1996 : 27) Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Adapun contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya ialah : (1) Akhlak anak terhadap orang tua. (2) Akhlak terhadap orang lain. (3) Akhlak dalam penampilan diri (Daradjat, 1995 :58) Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama dan setiap aliran filsafat, karena dengan akhlak yang baik, akan tercipta kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam diri individu.
2) Macam-macam akhlak a) Akhlakul karimah (akhlak yang baik) Menurut Al-Ghozali, bahwa akhlak yang baik itu hanya dapat dicapai dengan empat syarat yaitu; tenaga ilmu, tenaga amarah, tenaga syahwat (keinginan), dan tenaga keadilan antara ketiga tersebut. Adapun tenaga ilmu ialah dengan mudah mengetahui perbedaan antara yang benar dan yang dusta dalam perkataan dan antara yang hak dan yang batil dalam kepercayaan dan antara yang indah dan yang keji dalam perbuatan. Tenaga amarah haruslah tunduk menurut kehendak hikmah. Sedangkan syahwat harus tunduk di bawah isyarat khikmah, yaitu isyarat akal dan syara’. Begitu juga tenaga keadilan ialah marem (mengengkang) syahwat dan amarah, supaya menurut isyarat dan syara’ (Yunus, 1992 : 144) Maka
akhlak
yang
mulia
dalam
Islam
adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan memberikan hak kepada yang mempunyainya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhungan dengan makhluk, baik diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dengan sebaik-baiknya seakan–akan melihat Allah. Hurus yakin bahwa Allah selalu melihatnya, sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (Djatmiko, 1996 : 24)
b) Akhlakul madzmunah (akhlak yang tercela) Akhlak yang tercela adalah perbuatan dan perkataan yang keluar dari dari seseorang. Akhlak tercela dan jahat adalah penyAkit jiwa, penyakit batin, penyakit hati. Orang yang tanpa penyakit jiwa akan kehilangan makna hidup yang hakiki, hidup yang abadi (Hamka, 1992 : 1) Dengan demikian kuat atau lemahnya iman seseorang dapat diukur dan diketahui dari prilaku akhlaknya. Karena iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yanh jahat dan buruk laku, mudah terkilir pada perbuatan keji yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. 3) Ruang lingkup akhlak a) Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai kholik. Adapun alasan manusia berakhlak kepada Allah antara lain; pertama, karena Allahlah yang menciptakan manusia. Kedua, karena Allahlah yang memberikan perlengkapan panca indra berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari. Ketiga, Allahlah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia. Keempat, Allahlah yang telah memuliakan manusia dengan diberikan kemampuan menguasai daratan dan lautan (Azmi, 2006 : 63) b) Akhlak terhadap sesama manusia (1) Akhlak terhadap Rasulullah Akhlak kepada Rasulullah dapat diwujudkan dengan melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang, mengikuti sunahsunahnya, karena Rasulullah adalah suriteladan bagi umat manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat. (2) Akhlak terhadap orang tua Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut (Djatmika, 1996 : 203) Seseorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya dalan keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seseorang anak menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat dholim kepada anak. (3) Akhlak terhadap tetangga Hubungan tetangga yang dekat, terutama yang berdampingan dengan rumah kita, mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan kita, yang kedudukanya hampir seperti saudara. Bahkan dalam beberapa hal lebih dekat dari pada saudara yang ada di tempat jauh. Akhlak terhadap tetangga dapat diwujudkan dalam bentuk saling mengujungi, saling membantu di waktu senang lebih-lebih di waktu sedih, saling beri-memberi, saling hormat menghormati, saling menghindari pertengkaran dan permusuhan (Azmi, 2006 : 66) (4) Akhlak terhadap masyarakat Fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat terkait dengan seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri (Arifin, 2008 : 60) Akhlak terhadap masyarakat dapat diwujudkan dengan menghormati nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, saling tolong menolng dalam melakukan kebajikan, menganjurkan masyarakat dan diri sendiri berbuat baik dan mencegah perbuatan keji dan mungkar, serta bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama dan menaati keputusan yang telah diambil.
c) Akhlak terhadap diri sendiri Wujud dari akhlak terhadap diri sendiri antara lain, memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, rendah hati, malu, tidak melakukan perbuatan jahat, menjauhi dengki, menjauhi dendam, berlaku adil terhadap orng lain, dan menjauhi segala perrbuatan sia-sia (Azmi, 2006 : 67) d) Akhlak terhadap lingkungan sekitar Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan di Al-qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai kholifah, dalam pandangan akhlak Islam (Azmi, 2006 : 67) Berdasarkan ruang lingkup akhlak di atas, maka yang menjadi batasan akhlak anak usia dini adalah akhlak terhadap sesama manusia, baik diri sendiri maupun orang lain. iii.
Pendidikan akhlak Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan buruk, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kedholiman, serta perdamaian dan peperangan. Untuk menghadapi hal-hal yang serba kontra tresebut, Islam telah menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang membuat manusia mampu hidup di dunia. Dengan demikian manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan di akhirat, serta mampu berinteraksi dengan orang-orang yang baik dan yang jahat. 1) Pendidikan akhlak di rumah (keluarga) Akhlak adalah hiasan manusia di dunia dan akhirat. Ia harus diperihara agar tetap bercahaya selama-lamanya, Islam mengajarkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (suci). Untuk menjaga kesucianya, kedua orang tua harus mengarahkan anaknya pada nilai-nilai keislaman. (Mustaqin, 2005 : 103) Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua, prilaku dan sopan santun orang tua dalam pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain. Adapun kewajiban orang tua dalam mengembangkan prilaku dan moral pada anak antara lain : (1) Menciptakan kasih sayang dan kehangatan keluarga, kasih sayang yang diberikan orang tua sangat mempengaruhi prilaku moral anak. (2) Menjadi taladan yang baik (uswah hasanah), orang tua biasa menunjukan teladan yang baik di lingkungan, sikapnya akan ditiru oleh anaknya (Mustaqin, 2005 : 106 - 107)
2) Pendidikan akhlak di sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis
melaksanakan
program
bimbimgan
dan
pengajaran kepribadian dan perkembangan akhlak anak. Adapun langkah-langkah untuk perkembangan akhlak disekolah antara lain; a) Sekolah memberikan pengaruh yang positif kepada anak didik secara dini. b) Sekolah mengajarkan tentang kesopanan, kesederhanaan, dan kedisiplinan. c) Sekolah mengajarkan pembiasaan dan latihan bagi anak didik untuk menjauhkan perbuatan yang tercela. d) Sekolah membimbing anak didik untuk berlatih beribadah dan mempelajari syariat agama Islam. 3) Pendidikan akhlak di masyarakat Islam telah menentukan dasar-dasar kehidupan sosial yang menekakan pada keimbangan antara kebutuhan individu, demikian juga sebaliknya, Islam tidak memperkenankan kepentingan individu mengalahkan kepentingan sosial. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini bahwa pendidikan akhlak di masyarakat akan lebih efektif jika sesuai dengan aspek-aspek masyarakat yang meliputi, keagamaan,
persepsi, dan variasi model masyarakat yang bersangkutan mendukung. a) Keagamaan (1) Definisi agama Menurut Sumardi (1985 : 17) bahwa agama adalah keprihatinan Maha Luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya terhadap panggilan dari yang Maha Luhur itu terungkap dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta isinya. Dari uraian diatas menekankan agama sebagai hasil refleksi manusia terhadap panggilan yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Hasilnya diungkap dalam hidup manusia yang terwujud daam hubunganya dengan realitas tertinggi, alam semesta raya
dengan segala
isinya pandangan itu
mengatakan bahwa agama adalah suatuy gerakan dari atas atau wahyu yang di tanggapi oleh manusia yang berada di bawah http://www.Google.co.id/m/: hubungan agama dan budaya tinjuan sosiokultural.di akses 22 Desember 2009 Sedangkan menurut Robet Thouless dalam Nico Syukur Dister Ofm (1988 : 17) agama ialah suatu sikap terhadap dunia, sikap mana menunjuk kapada suatu lingkungan yang
lebih luas dari pada lingkungan dunia ini yang bersifat ruang dan waktu, lingkungan yang luas aalah dunia rohani. Agama (din) berasal dari bahasa arab menurut etimologi, din diartikan sebagai balasan dan ketaatan. Sedangkan
secara
sekumpulan
termologi,
keyakinan,
din
hukum,
diartikan norma
sebagai
yang
akan
menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan manusia, baik di dunia maupun diakhirat. Berdasarkan hal diatas din mencakup tiga dimensi yaitu, keyakinan, (akidah), hukum (syariat), dan norma (akhlak)
http:/aljawad.tripod.com/artikel/agama.htm.
Di
akses 8 Januari 2010 Dengan demikian ketiga dimensi tersebut tidak bisa dipisahkan dan dengan menjalankan din kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan akan teraih didunia dan diakhirat. (2) Faktor keagamaan Agama pada dasarnya memiliki faktor integrasi dan disitegrasi. (a) Faktor intregrasi Faktor mengajarkan
intregrasi,
antra
lain,
agama
persaudaraan
atas
dasar
iman,
kebangsaan, dan kemanusiaan. Agama mengajarkan
kedamaian dan kerukunan diantara manusia dan sesama makhluk. Agama mengajarkan budi pekerti yang luhur dalam masyarakat. (b) Faktor disitregrasi Sedangkan faktor disitregrasi diantaranya adalah jalan hidup yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan prasangka negatif atau sikap memandang rendah pemeluk agama lain (Basyuni, 2006 : 5-6) Keagamaan yang dimaksud oleh peneliti yaitu kondosi keagamaan
masyarakat
Desa
Sentul,
Kecamatan
Gringgsing, Kabupaten Batang yang meliputi faktor integrasi dan faktor disitergrasi. b) Persepsi Persepsi adalah pengumpulan, penerimaan, pandangan, pengertian, yaitu kesadaran intuitif (berdasarkan firasat), terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadao sesuatu (Komaruddin, 2000 : 191 ) sedangkan menurut Mar’at (1981). bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerusuhi
oleh
informasi
baru
dari
lingkungan
http://teori.psikologi.blogspot.com/2008/05/pengertian persepsi.htlm. Di akses 10 Desember 2009
Adapun yang dimaksud oleh peneliti adalah persepsi masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringgsing, Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak usia dini yang meliputi Birul Walidain, berlaku dan bersifat jujur, belajar membaca Alqur’an, membiasakan berbicara dengan baik, dan membiasakan bergaul dengan baik. c) Variasi model Variasi
adalah
kelainan,
keanekaragaman
suatu
hubungan diantara serangkai nilai satu variabel dengan serangkai nilai variabel lain.variasi mencakup konsep fungsi dan dinyatakan dalam identitas (Komaruddin, 2000 : 190) sedangkan model adalah suatu diskripsi atau anologi yang digunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat langsung diamati (Komaruddin, 2000 : 152) jadi variasi model adalah keanekaragaman atau macam-macam cara. Adapun yang dimaksud oleh peneliti adalah variasi model pendidikan akhlak anak usia dini masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringgsing, Kabupaten Batang yasng meliputi metode dan materi. Adapun dasar-dasar kehidupan sosial dalam Islam antara lain;
a) Memuliakan dan menghormati manusia Diantara dasar kehidupan sosial terpenting dalam pandangan islam dalah memuliakan manusia, menghormati hak-haknya, dan melarang setiap tindakan yang melanggar hakhaknya (Mahmud, 2004 : 101) b) Menekankan harkat dan martabat manusia Dalam pandangan Islam manusia memiliki kehormatan dan kedudukan yang tinggi. Allah mengharamkan segala perbuatan yang mencemarkan kehormatan manusia, apalagi menyakiti dirinya dan merampas hak-haknya (Mahmud, 2004 : 102) c) Manusia sebagai bagian dari masyarakat Manusia merupakan bagian dari masyarakat, tempat ia hidup. Ia tidak bisa berpisah dari masyarakatnya dan menjauh dari manusia lainya kecuali dalam keadaan tertentu yang mengharuskan untuk menjauhi masyarakatnya tersebut, seperti terjadinya fitnah dan lain-lain (Mahmud, 2004 : 103) Dengan demikian pendidikan akhlak adalah tanggung jawab bagi semua orang muslim, karena dengan pendidikan akhlak akan membawa manusia ke jalan yang benar. Dan islam tidak menetapkan nilai-nilai akhlak pada wacana dan teori saja. Disamping itu islam juga menuntut umatnya untuk mempraktekan akhlak tersebut.
3. Anak Usia Dini a. Pengertian Anak Anak adalah amanah yang harus di pertanggung jawabkan orang tua kepada Allah SWT. Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya. Dan anak juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua di akhirat kelak. Oleh karena itu orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni, dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang (Ilyas, 2007 : 172) b. Tipologi Anak Anak menurut Al-Qur’an dapat dikelompokan kepada empat tipologi yaitu; 1) Anak sebagai perhiasan hidup dunia
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan". (Q.s AlKahfi : 46) (Anonim, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 450)
2) Anak sebagai ujian
"Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar". (Q.S Al Anfal; 28)(Anonim, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 264) 3) Anak sebagai musuh
"Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhatihatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S Al-Taghaban; 14) (Anonim, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 942) 4) Anak sebagai cahaya mata
"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertakwa". (Q.S Al-Furqon : 74) (Anonim, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 569) c. Usia dini
Usia dini adalah anak yang masih berumur antara 2 sampai 6 tahun. Pada masa ini anak sangat sensitif, ia dapat merasakan apa yang terkandung dalam hati ibu bapaknya, artinya anak masih membutuhkan kasih sayang ayah ibunya yang sungguh-sungguh dan pada masa ini juga anak masih berfikir secara inderawi atau anak belum mampu untuk memahami hal yang maknawi (abstrak). Hal yang diperlukan anak usia dini adalah melatih kemampuan fisik, mendorong anak mau bergaul, dan mengembangkan angan-angan pada tahap ini, aspek intelektualnya tentang konsep ruang dan waktu mulai berkembang lebih nyata. Gangguan yang mudah timbul pada tahap ini adalah masalah pergaulan dengan teman, pasif dan takut berbuat sesuatu, takut mengemukakan sesuatu, kurang kemampuan, masalah belajar, dan merasa bersalah ( Hasan, 2009 : 134) Maka masa ini juga merupakan masa krisis pertama, yang sangat memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan bertindak dari orang tua sebagai pendidik. Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendak pada anak-anak, namun bagi anak-anak harus ditumbuhkan kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan dikenalkan juga dengan disiplin (Hadari Nawawi, 1993 : 155) Oleh karena itu sejak dini telah diupayakan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang baik, maka pada masa akhir ini anak akan lebih mudah bergaul dengan orang lain. Pada usia ini dengan berkembangnnya sikap sosial yang positif. Perkembangan sosial pada
akhir masa ini didukung pula oleh perkembangan emosi dan proses berfikir yang semakin meningkat. Perkembangan itu merupakan faktor yang penting bagi anak untuk mencapai sukses dalam perkembangan di sekolah atau di madrasah (Nawawi, 1993 : 156) d. Fase-fase anak usia 2-4 tahun 1) Anak mempunyai pengertian tentang benda-benda 2) Anak menyadari alam tanggapan dalam dirinya 3) Anak mulai mempunyai hubungan logis yang sederhana dengan dunia luar. (Abu Ahmadi dan Zulafdi Ardian, 1989 : 127) Dalam fase ini hubungan anak-anak dengan benda-benda di sekitarnya sangat luas. Dalam fase ini juga, anak mulai mengenal bahasa dan mulai mengenal dunia luar. Bahkan kadang-kadang juga sudah mulai memasukan diri dalam masyarakat. e. Tanda-tanda dan sifat-sifat anak kecil 1) Egosentris – naif Dalam tingkatan ini anak masih sagat dikuasai oleh dorongan mempertahankan diri. oleh karenanya anak mempunyai sikap memandang dunia dari sudut pandanganya sendiri.
2) Kesatuan hidup phisio – psikis Kesatuan pertumbuhan antara tubuh dan jiwa sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Setelah anak lahir senantiasa
ada korelasi pertumbuhan antara jasmani dan rohani bagi anak lahir dan batin adalah satu 3) Hubungan sosialnya terbatas Sejak lahir anak bersatu dengan lingkungan . hubunganya dengan lingkungan baik dengan benda-benda maupun dengan manusia mula-mula sangat terbatas, kemampuan mengenal barabgbarang dengan segala sifatnya maju selangkah demi selangkah. 4) Sikap hidup fisiognomis Fisiognomis yaitu bentuk lahir yang dialami sebagai perwujudan atau pernyataan pribadi. f. Perkembangan anak usia dini Perkembangan anak usia dini meliputi, perkembangan pikiran, perkembangan daya pikiran, perkembangan bahasa, perkembangan perasaan, perkembanga fantasi, perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkembangan moral, dan perkembangan keagamaan. Dalam proses pertumbuhan maupun perkembangan anak dalam kenyataanya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu; faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal)
1) Faktor internal (keturunan atau pembawaan)
Karekteristrik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orng tuanya. Karekteristik tersebut menyangkut fisik, psikis, dan sifat-sifat mental. 2) Faktor eksternal (lingkungan) Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliouti fisik dan social budaya. Lingkungan merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat indranya.oleh karena itu, sifat seseorang anak dalam perkembangan dan pertumbuhannya berbeda. g. Pendidikan anak usia dini 1) Pengertian Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga eman tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat agar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 2) Deskripsi pendidikan anak usia dini Pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat dideskripsikan sebagai berikut : a) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah upaya untuk menstimulasi,
membimbing,
mengasuh,
dan
memberikan
kegiatan pembelajaran yang akan mengahasilkan kemempuan dan ketrampilan pada anak. b) Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi. (Mansur, 2007 : 88-89) 3) Arah pendidikan anak usia dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar beberapa arah berikut ini; a)
Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan keras)
b) Kecerdasan (daya piker daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) c)
Sosioemosional (sikap dan prilaku serta agama bahasa dan komunikasi) yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Hasan, 2009 : 16)
4) Tujuan pendidikan anak usia dini Ada dua tujuan diselenggarakan pendidikan anak usia dini antara lain;
a)
Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembanganya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengurangi kehidupan di masa dewasa.
b) Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Hasan, 2009 : 17) 5) Strategi mendidik anak usia dini Ada beberapa strategi dalam mendidik anak usia dini antara lain; a) Mengidenfikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak usia dini sebagaimana yang diharapkan b) Memilih
system
pendekatan
mendidik
anak
usia
dini
berdasarkan pandangan hidup c) Memilih dan menetapkan prosedur yang tepat d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh orang tua atau pendidik dalam melakukan evaluasi, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan. (Mansur, 2007 : 306)
4. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Dasar pendidikan akhlak bagi orang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar niscaya akhlaknyapun akan benar, baik dan lurus, begitu pula sebaiknya jika aqidahnya salah dan melenceng maka akhlaknya pun tidak akan benar (Mahmud, 2004 : 84) Pendidikan akhlak yang bersumber dari aqidah yang benar merupakan contoh prilaku yang harus di ikuti oleh manusia, mereka harus memperhatikannya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang akan menghantarkan mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Untuk menjaga kebenaran pendidikan akhlak dan agar seseorang selalu di jalan Allah yaitu jalan yang sesuai dengan apa yang telah di gariskan-Nya, maka aqidah harus dijadikan dasar pendidikan akhlak manusia (Mahmud, 2004 : 85) Pendidikan akhlak harus disesuaikan dengan tingkatan usia, dan pemahaman manusia, karena tidak semua pokok dan aqidah pendidikan bisa diterapkan pada setiap tingkatan usia. Begitu pula dengan pendidikan akhlak yang dimaksudsupaya harapan-harapan yang di inginkan lebih jelas.
a. Aspek-aspek pendidikan akhlak anak usia dini Adapun aspek-aspek dalam pendidikan akhlak anak usia dini yang meliputimetode dan materi pendidikan Islam antara lain sebagai berikut: 1) Metode Metode diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat pribadi yang Islami. Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. a) Metode hiwar (dialog) Hiwar adalah hubungan percakapan antara seorang anak dengan orang tuanya. Metode ini merupakan suatu keharusan bagi orang tua terhadap anak-anaknya sebab dengan metode ini akan terjadi percakapan yang dinamis, lebih mudah dipahami, lebih berkesan dan orang tuanya sendiri tahu sejauh mana tingkat perkembangan pemikiran dan sikap yang dimiliki anak (Azmi, 2006 : 31) b) Metode kisah (cerita) Kisah memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan anak dan kesadaran berpikir, kisah termasuk metode pendidikan Islam yang paling efektif, karena kisah yang diberikan kepada anak didik dapat mempengaruhi perasaan dengan kuat (Azmi, 2006 : 32)
c) Metode keteladanan Keteladanan dalam pendidikan Islam adalah metode yang paling efektif dan efisien dalam membentuk kepribadian anak. Posisi pendidik sebagai teladan yang baik bagi anakanaknya akan ditirunya dalam berbagai ucapan dan perilaku (Azmi, 2006 : 34) d) Metode pembiasaan Dalam
pembinaan
sikap,
metode
pembiasaan
merupakan metode yang efektif dalan mendidik anak. Pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, akan menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang biasa dilakukan. 2) Materi Ada beberapa materi pendidikan Islam yang perlu diberikan kepada anak didik, agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun materi pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Aqidah Aqidah memiliki enam pokok-pokok keyakinan yaitu, iman kepada Allah, iman kepada malaikatNya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para RasulNya, iman kepada hari
akhir, dan iman kepada qadhar baik dan buruk. Pokok-pokok keyakinan tersebut disebut rukun iman. b) Ibadah Sebagai orang tua sangat dianjurkan sedini mungkin memberi
pembiasaan
dan
latihan
beribadah
seperti,
mengajarkan shalat, mengajarkan membaca Al-qur’an, dan mampu
mengerjakan
segala
sasuatu
yang
baik
dan
meninggalkan yang buruk. c) Intelektual Pengembangan potensi akal melalui pemberian materi pendidikan intelektual anak tidak kalah pentingnya, tanggung jawab pemberian materi pendidikan intelektual merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan saling menopong dalam upaya membentuk anak yang terdidik secara sempurna. d) Sosial Pemberian materi pendidikan sosial kepada anak, agar anak dapat mudah beradaptasi dengan lingkungannya sekitar, dengan pemberiaan materi pendidikan sosial diharapkan anak dapat bersikap benar dalam pergaulan dengan orang-orang disekitarnya.
b. Aspek-aspek dalam pembinaan akhlak anak usia dini 1) Birul walidain (berbuat kebajikan kepada orng tua) Birul walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam, dalam Al-Qur’an di jelaskan
"Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". (Q.S. Al-Israa’; 23) ( Anonim, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1999 : 247)
Adapun cara-cara bagi anak untuk dapat mewujudkan birul walidain antara lain; a) Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan b) Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh terima kasih dan kasih saying atas jasa-jasa keduanya yang tidak bisa dinilai dengan apapun c) Mendoakan ibu dan bapak semoga diberi oleh Allah keampunan, rahmad dan lain-lain. (Ilyas, 2007 : 154) 2) Berlaku dan bersifat jujur Perintah menjalani hidup jujur dan menjauhi dusta adalah perintah Rasululuuh SAW. Oleh karena itu berlaku dan bersifat jujur diajarkan sejak anak berusia dini, untuk bisa menjadi orang jujur, tentu perlu belajar dan berlatih melalui contoh orang-orang
terdekat. Disilah pentingnya peran orang tua bagi seorang anak untuk mendidik dan mengarahkanya menjadi orang yang jujur. Rasululullah SAW memerintahkan setiap muslim, untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan akan mengantarkanya kesurga. Sebaliknya beliau melarang umatnya berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan akan berakhir di neraka (Ilyas, 2007 : 81) 3) Belajar membaca Al-qur’an Dalam hadits di terangkan
َضَّ اهللُ عَهِ الىَ ِبيِ صَلَّ اهللُ عَلَ ْيًِ ََسَلَمَ قَبل ِ َعَهْ عُثْمَبنَ ر (ِخَيْرُكُمْ مَهْ تَعَلَمَ القُرّْأَنَ ََعَلَ َمًُ )رَاي البخبر "Diriwatkan dari Utsman, Rosulullah pernah bersabda, “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-qur’an lalu mengajarkanya kepada orang lain". (H.R al bukhori) (Ummatin, 2006 : 71)
Hadits di atas mengajarkan kepada kita agar mau mempelajari Al-qur’an. Rasulullah juga mengajarkan kita agar mengajarkan Al-qur’an kepada keluarga, kerabat dan masyarakat. Melalui proses belajar seseorang bisa tahu dan mengerti isi Alqur’an dan menjadikanya petunjuk dalam hidupnya. Dengan demikian belajar membaca Al-qur’an harus di mulai sejak anak berusia dini, baik dengan cara memasukanya ke TPQ (Taman Pendidikan Al-qur’an) maupun orang tua sendiri yang mengajarkanya.
Sedangkan fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 4) Membiasakan berbicara dengan baik Etika
berbicara
yang
baik
pada
anak-anak
akan
berpengaruh pada perilaku masing-masing indufidu, adapun adap berbicara dengan baik antara lain sebagai berikut; berbiara dengan bahasa yang bisa dipahami oleh orang lain, berbicara dengan pelan-pelan agar maksud pembicaraan bisa dipahami orang yang mendengarkan, hendaknya mengindari kata-kata kotor dan memilih kata-kata yang cocok, tidak boleh menghina dan merendahkan orang lain dalam pembicaraan, dan jujur ketika berbicara. 5) Membiasakan bergaul dengan baik Orang tua dapat memilihkan teman yang bai untuk anaknya, seorang anak relatif lebih sulit untuk memilih teman untuk dirinya sendiri, maka orang tuanya yang memang sudah berpengalaman hidup, harus membantu anak untuk memilihkan teman yang dapat membantu anaknya menuju kebaikan.
B. Telaah Pustaka Penelitian-penelitian tentang tema ini sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para penulis antara lain : 1. Hasanah (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tahun 2003) dalam skripsinya yang berjudul “Urgensi Pendidikan Akhlak pada Anak Balita di Era Modern”. Adapun hasil penelitianya yaitu pertumbuhan minat anak balita (usia di bawah lima tahun), tidak dapat dipisahkan dari pembentukan kepribadian dan perkembangan anak pada umumnya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu melalui berbagai tahap, dan masing-masing tahap mempunyai ciri-ciri sendiri. Pertumbuhan itu tidak dapat dipercepat dari luar. Melainkan ia harus berjalan sesuai dengan irama dan cirinya masingmasing. Anak balita adalah anak yang masih berpikir secara konkret, artinya mereka belum bisa berpikir secara abstrak. Oleh karena itu dalam mendidik orang tua harus memberikan contoh yang nyata agar mereka mengerti apa yang diajarkan. Artinya sebagai orang tua tidak boleh mendidik anak tentang hal-hal yang abstrak layaknya bagi orang dewasa, sehingga anak balita tidak akan mengerti apa yang diajarkan. Dalam memberikan materi tentunya orang tua harus menggunakan metode, agar nantinya pendidikan bisa terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dan metode yang paling penting dalam mendidik anak balita adalah metode keteladanan dan pembiasaan. Karena anak mempunyai sifat
yang cenderung untuk meniru. Oleh karena itu dengan kedua metode itulah anak dapat meniru dari apa yang diteladankan dan pembiasaan oleh orang tuanya. Apabila pendidikan dapat terarah sesuai dengan tujuan, maka anak akan menjadi orang yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan persamaan Hasanah dengan peneliti adalah mengangkat tema tentang pendidikan akhlak pada usia dini atau balita. 2. Sukini (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2006) dalam skripsinya yang berjudul “Pendidikan Akhlak Anak dalam Perspektif Al Qur'an”. Adapun hasil penelitiannya adalah aspek-aspek perkembangan anak,
perkembangan
fisik
dan
motorik,
perkembangan
pikiran,
perkembangan moral dan nilai-nilai agama, perkembangan sosial emosional. Konsep pendidikan akhlak anak, Al Qur'an surat Luqman ayat 1819, dalam surat ini diperintahkan untuk bersikap lemah lembut, rendah hati, penuh wibawa. Al Qur'an surat Al Furqon ayat 63-77, menganjurkan pada kita untuk mengupayakan terbentuknya sifat dan sikap Ar Rahman pada diri kita. Al Qur'an surat Al Qalam, akhlak yang paling tinggi adalah baginda Nabi Muhammad. Implementasi, dalam upaya pendidikan akhlak tidak terlepas dari dasar dan alasan yang tepat. diantara dasar mengapa pendidikan akhlak anak harus diberikan adalah sebagai upaya penyampaian amanat mengenai
ajaran dan kaidah-kaidah Islam pada anak sebagai salah satu pihak yang berhak menerima amanat. Sedangkan Persamaan peneliti Sukini dengan penulis adalah mengangkat tema tentang pendidikan akhlak anak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Lokasi penelitian Desa Sentul mempunyai luas tanah 24 km² yang terdiri dari perkampungan penduduk seluas 9 km², hutan Alas Roban 11 km², dan persawahan 4 km². Adapun letak dan batas-batas Desa Sentul adalah sebagai berikut: a. Bagian timur
: Hutan Alas Roban
b. Bagian barat
: Desa Suradadi
c. Bagian utara
: Jalan raya dan hutan Alas Roban
d. Bagian selatan
: Sawah dan hutan Alas Roban
Dengan demikian, dilihat dari letak dan batas-batas Desa Sentul dapat disimpulkan bahwa lokasi Desa Sentul terdapat jalan raya dan di kelilingi oleh hutan Alas Roban. 2. Penduduk Desa Sentul terdiri dari 9 Rt dan 5 Rw dengan jumlah penduduk sebagai berikut : Tabel II Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Sentul NO
Rt
Rw
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
1.
I
I
35
210
2.
II
I
38
228
NO
Rt
Rw
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
3.
III
II
36
216
4.
IV
II
38
220
5.
V
III
36
200
6.
VI
III
37
225
7.
VII
IV
35
212
8.
VIII
IV
47
223
9.
X
V
40
241
332
1975
Jumlah
Dengan demikian jumlah keseluruhan penduduk adalah 1975 jiwa degan 332 kepala keluarga. 3. Mata pencaharian Mata
pencaharian penduduk masyarakat Desa Sentul sebagai
berikut: Tabel III Mata pencaharian penduduk No
Nama pekerjaan
1
Petani
10 %
2
Buruh bangunan
10 %
3
Buruh swasta
60 %
4
Pedagang
15 %
5
Pegawai (PNS)
5%
Jumlah
Presentase
100 %
Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa pekerjaan atau mata pencaharian sehari-hari masyarakat Desa Sentul mayoritas sebagai buruh swasta. 4. Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009 adalah sebagai berikut: Tabel IV Tingkat pendidikan No
Jenis Pendidikan
Presentase
1
Perguruan tinggi
5%
2
SLTA / MA
25 %
3
SLTP/ MTs
30 %
4
SD / MI
30 %
5
Tidak sekolah / tidak lulus
10 %
Jumlah
100 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Sentul mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi. 5. Agama dan sarana tempat ibadah Tabel V Daftar pemeluk agama
No
Jenis Agama
Presentase
1
Islam
2
Kristen katolik
-
3
Kristen protestan
-
4
Budha
-
100%
5
Hindu
-
6
Konghucu
-
Jumlah
100 %
Dari keterangan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk masyarakat Desa Sentul mayoritas memeluk agama Islam. Tabel VI Tempat ibadah No
Nama tempat
1
Musholla
11
2
Masjid
2
Jumlah
Jumlah
13
Semua masyarakat Desa Sentul memeluk agama Islam, sehingga tidak terdapat sarana tempat ibadah lain.
B. Temuan Penelitian 1. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Tahun 2009 a. Nilai-nilai keagamaan Agama dalam kehidupan berfungsi sebagai sesuatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. secara umum, norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianut yaitu Islam. Sebagai
sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan serta dipertahankan sebagai cirri khas. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bersikap, berpenampilan, atau dalam tujuan yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Adapun dalam meningkatkan nilai-nilai keagamaan masyarakat Desa Sentul terwujud dalam bentuk norma-norma tentang bagaimana sikap diri antara lain, berpenampilan yang sewajarnya, menghormati orang lain dan menghargai orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. b. Kerukunan beragama Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang hendak menjamin pengakuanserta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain yang sesuai dengan moral nilai-nilai keagamaan dan ketertipan dalam suatu masyarakat. Dalam
memperdayakan
dan
meningkatkan
kerukunan
beragama masyarakat Desa Sentul pada umumnya mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasan kebangsaan yaitu masyarakat menyelesaikan sendiri masalah-masalah kerukunan beragama, seperti saling menghormati baik intern maupun antar sesama agama Islam yang mempunyai perbedaan dalam pemahaman, dan menghormati pendapat-pendapat orang lain dalam masalah keagamaan.
c. Kehidupan beragama Masyarakat Desa Sentul mayoritas memeluk agama Islam sehingga dalam kehidupan beragama terjalin tali persaudaraan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Yang ditandai oleh sifat saling menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan bertanggung jawab
dalam
melaksanakan
kehidupan
beragama.
Selain
itu
masyarakat memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat khususnya para tokoh masyarakat dan pada umunya masyarakat luas, dengan tradisi keagamaan yang merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan dan perilaku masyarakat yang menyangkut kehormatan, harga diri, dan jati diri masyarakat. d. Moral dan etika keagamaan Moral dan etika sangat mempengaruhi keagamaan seseorang. Sehingga harus ada bimbingan dan pengamalan dalam kehidupan beragama, sebagaimana masyarakat Desa Sentul dalam meningkatkan moral dan etika keagamaan masyarakat yaitu dengan mengadakan kegiatan religius agar tertanam sikap jujur, saling menghargai, bertoransi kepada orang lain dan lain sebagainya karena, jika moral dan etika keagamaan terbentuk dengan baik maka apa yang di ingin kanoleh masyarakat akan terwujud e. Kegiatan keagamaan
Masyarakat
Desa Sentul mayoritas memeluk agama Islam
sehingga kegiatan keagamaan Masyarakat Desa Sentul adalah sebagai berikut; 1) Kegiatan mingguan Setiap malam jum’at (hari kamis) diadakan tahlil keliling yang terdiri dari kelompok atau jamaah putra dan putrid, dan setiap malam senin (hari minggu) diadakan perjanjen (shalawatan) kililing. 2) Kegiatan bulanan Setiap
bulan
Masyarakat
Desa
sentul
mengadakan
pengajian selapanan yang dilaksanakan setiap hari sabtu kliwon dan diadakan istiqosah berjamaah setiap bulan. 3) Kegiatan tahunan Setiap tahun masyarakat Desa Sentul mengadakan khol yaitu memperingati wafatnya para kyai atau ulama, dan selain itu masyarakat juga memperingati hari-hari besar Islam. Dengan demikian, untuk mengembangkan kegiatan keagamaan yang sudah terselengara masyarakat berpartisipasi dan mengikuti kegiatan tersebut dengan keikhlasan. 2. Persepsi masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak usia dini
a. Pendidikan akhlak anak usia dini Persepsi masyarakat tentang pendidikan akhlak anak usia dini, bahwa masyarakat menganggap akhlak merupakan suatu yang penting dan utama dalam berperilaku dan bertingkah laku di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, sehingga sebagai orang tua harus mengajarkan kepada anak tentang akhlak sejak awal. Sebagaimana di paparkan oleh Bapak Ahmad Taufik dan Ibu Sri Hartatik “Akhlak itu penting sekali bagi anak usia dini, karena jika sejak dini anak sudah diajari tentang perilaku dan tingkah laku yang baik maka setelah dewasa anak akan mempunyai akhlak yang baik, baik dengan orang tua maupun orang lain” “Akhlak adalah sesuatu perilaku yang baik, maka penting sekali untuk diajarkan kepada anak sejak usia dini, karena akhlak yang baik akan menjadi bekal waktu dewasa nanti dalam kehidupan bermasyarakat” Dari
paparan
diatas
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat Desa Sentul sangat memperhatikan perilaku dan tingkah laku anak-anak sejak usia dini, sehingga akhlak harus diajarkan sejak anak masih usia dini, karena dapat membentuk perilaku dan tingkah laku anak hingga dewasa nanti baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dengan demikian dapat diartiakan bahwa persepsi masyarakat Desa Sentul tentang pendidikan akhlak anak usia dini mempunyai peranan yang penting. Adapun usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak adalah menyekolahkan anak antara lain sebagai beikut:
1) Pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Pada umumnya para orang tua yang mempunyai anak usia dini yaitu anak yang berusia 2 sampai 6 tahun, memasukkan anakanaknya di PAUD, karena menurut mareka lembaga tersebut dapat membantu memmpunyai
perkembangan peranan
dan
yang
pertumbuhan
sangat
penting,
anak
dan
sebagaimana
dipaparkan oleh bapak Sulatif “Lembaga pendidikan PAUD adalah lembaga yang dapat mengembangkan tingkahlaku dan prilaku anak usia dini, dan sangat membentu untuk pertumbuhan anak untuk berfikir dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di masyarakat” Dari katerangan bapak Sulatif di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan PAUD mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, karena dari situlah anak mulai mengenal orang lain yaitu guru dan temen-temen sejawatnya sehingga akan mulai berpikir tentang makna kehidupan. 2) Pendidikan MADIN (Madrasah Diniyah) Madrasah
Diniyah
merupakan
salah
satu
lembaga
pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu agam Islam. Menurut masyarakat, MADIN tidak kalah pentingnya dengan lembaga pendidikan lain, karena MADIN juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendidik akhlak anak usia dini, sebagaimana di paparkan oleh ibu Sri Widayanti
“Selain ilmu umum anak harus mengetahui ilmu agama sejak usia dini, maka dari itu saya memasukkan anak ke MADIN agar bias belajar ilmu agama yaitu hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang harus di tinggalkan, selain itu anak juga lebih memahami tentang Allah, malaikat, dan rasul Allah” Dari keterangan ibu Sri Widayanti dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan MADIN sangat berparan penting untuk anak usia dini, selain bisa membantu menumbuhkan sikap dan prilaku yang baik bagi anak, lembaga pendidikan MADIN juga dapat membantu anak untuk lebih mengenal Allah SWT, karena ilmu-ilmu agama sangat penting untuk kehidupan didunia dan di akhirat. b. Aspek-aspek dalam pembinaan akhlak anak usia dini Dalam membina akhlak anak usia dini mayarakat Desa Sentul menerapkan pengajaran birul walidain, berlaku dan bersifat jujur, belajar membaca Al-qur’an, membiasakan berbicara dengan baik, dan membiasakan bergaul dengan baik. 1) Persepsi masyarakat tentang Birul walidain
Birul walidain adalah berbuat kebajikab kepada orang tua, oleh karena itu seorang anak harus diajarisejak kecil tentang birul walidain
dengan menanamkan kepada anak untuk mengikuti
keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, memiliakan kedua orang tua, dan mendoakan kedua orang tua. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Turyanti “ Seorang anak harus mendengarkan nasehat orang tua dan menghormati serta memuliakan orang tua, sehingga anak harus diajari birul walidain”
Dari paparan diatas dapat di simpulkan bahwa menanamkan birul walidain kepada anak merupakan cara yang baik untuk membentuk akhlak anak , sehingga anak sejak kecil harus diajari tentang birul walidain. 2) Persepsi masyarakat tentang berlaku dan bersifat jujur
Berlaku dan bersifat jujur kepada orang tua, orang lain, maupun terhadap diri sendiri merupakan perintah ajaran Islam oleh karena itu, setiap manusia harus berlaku dan bersifat jujur. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tohiroh “ Berlaku dan bersifat jujur merupakan cara yang penting untuk anak usia dini, karena jika anak diajari berlaku dan bersifat jujur sejak dini agar anak menjadi orang jujur waktu dewasa nanti, oleh karena itu saya sebagai orang tua selalu berusaha mengajarkan tentang kejujuran dan anak tidak boleh berbohong kepada orang tua maupun orang lain” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa berlaku dan bersifat jujur kepada orang lain merupakan kewajiban setiap orang, oleh karena itu anak harus diajari tentang berlaku dan bersifat jujur sejak anak masih usia dini karena dengan itu anak akan terbentuk akhlak yang baik hingga dewasa nanti. 3) Persepsi masyarakat tentang belajar membaca Al-qur’an
Islam
mengajarkan agar
manusia
mengajarkan dan
mempelajarti Al-qur’an untuk dijadikan petunjukdalam hidup. Oleh karena itu, anak harus diajari belajar membaca Al-qur’an sejak anak masih usia dini dengan cara mendengarkan maupun
membaca sendiri, sebagaimana di paparkan oleh Bapak Ahmad Wahidin “ Setiap hari saya mengajarkan kepada untuk belajar membaca Al-qur’an, kadang-kadang saya yang membaca kemudian anak tak suruh mendengarkan, karena jika anka usia dini sudah diajari belajar membaca Al-qur’an nanti kalau sudah dewasa akan terbiasa membaca tanpa disuruh, karena Al-qur’an sebagai petunjuk dalam kehidupan” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa mengajari anak belajar membaca Al-qur’an merupakan suatu yang penting yang harus diberikan kepada anak sejak masih berusia dini karena, Al-qur’an adalah sebagai pegangang dan petunjuk manusia dalam kehidupan didunia maupun di akhirat. 4) Persepsi masyaralat tentang membiasakan berbicara dengan baik
Berbicara dengan baik pada anak-anak akan berpengaruh pada perilaku masing-masing, oleh sebab itu anak harus dibiasakan untuk berbicara dengan baik sejak anak masih berusia dini. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Khasanudin “Sebagai orang tua saya mengajarkan kepada anak tentang etika berbicara dengan baik yaitu dengan cara yang sopan dan santun dan menghindari kata-kata kotor serta tidak boleh menghina orang lain dalam pembicaraan, karena jika anak sejak dini sudah diajari cara berbicara dengan baik maka akhlak anak akan terbentuk dengan baik pula” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa mengajari anak membiasakan untuk berbicara dengan baik merupakan salah satu jalan yang harus dilakukan orang tua untuk membentuk dan mewujudkan perilaku dan tingkah laku anak sejak masih usia dini.
5) Persepsi masyarakat tentang membiasakan bergaul dengan baik
Sudah merupakan fitrah manusia bahwa setiap orang membutuhkan teman dan sahabat untuk saling mengasihi dan menyayangi,
oleh
sebab
itu,
sebagai
orang
tua
harus
memperhatikan anak-anaknya dan yang paling penting adalah membiasakan anak untuk bergaul dengan baiknyaitu mencari teman yang baik. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tutik Hanifah “Membiasakan bergaul dengan baik bagi anak usia dini merupakan tugas orang tua untuk mengajarinya, oleh sebab itu, sebagai orang tua saya juga memilihkahkan teman yang baik untuk anak saya. Karena jika anak bergaul dengan teman yang baik, maka ia akan ikut baik dan sebaliknya” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa mencarikan dan memilih teman yang baik untuk anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua untuk membantu anak dalam bergaul dengan baik, karena anak akan mudah terpengaruh dari luar termasuk teman-temannya. 3. Variasi Model Pendidikan Akhlah Anak Usia Dini Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Setiap orang tua tentunya mempunyai perbedaan dan kesamaan dalam mendidik dan membimbing anaknya khususnya dalam bidang pendidikan akhlak, sebagaimana masyarakat Desa sentulyang mempunyai variasi model dalam menerapkan pendidikan akhlak untuk anak usia dini yaitu melalui metode dan materi.
a.
Metode pendidikan akhlak untuk anak usia dini Dalam proses pendidikan Islam khususnya pendidikan akhlak, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Adapun metode yang digunakan oleh masyarakat Desa Sentul yaitu orang tua yang mempunyai anak usia dini antara lain sebagai berikut : 1) Metode hiwar (dialog) Dialog atau percakapan antara anak dengan orang tua merupakan suatu keharusan bagi orang tua untuk menerapkan kepada anak karena dengan dialog orang tua dapat mengarahkan anak-anaknya. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Sulatif “ Dengan percakapan membantu saya dalam mendidik akhlak anak, karena biasanya anak sering bertanya kepada saya tentang sesuatu yang belum ia ketahui atau pahami, maka dengan itu saya memberikan jawaban sekaligus mengarahkan dengan benar dan baik” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode hiwar (dialog) merupakan metode yang cocok untuk diterapkan kepada anak usia dini yaitu untuk membantu terbentuknya akhlak yang baik bagi anak usia dini. 2) Metode kisah (cerita) Berbicara kepada anak usia dini memiliki peranan yang penting dalam memperkokoh ingatan dan berpikir anak, karena pada dasarnya masa anak-anak gemar sekali untuk menyimak dan
mendengarkan cerita dari orang tua. Sebagaimana di paparkan oleh Ibu Safarah “Dalam memberikan cerita kepada anak, biasanya saya memgangkat kisah-kisah Nabi yaitu sebagai salah satu cara untuk menyampaikan ajaran Islam yang mengandung makna dan arti dibalik cerita tersebut, karena dengan bercerita kepada anak tentang ajaran Islam akan membantu membentuk akhlak anak usia dini” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode kisah atau cerita akan membantu orang tua dalam mendidik dan membentuk akhlak anak usia dini, karena dengan bercerita anak akan lebih senang dalam menerima pendidikan akhlak. 3) Metode keteladanan Orang tua sebagai teladan bagi anak harus memperlihatkan contoh yang baik kepada anak-anaknya, maka anak akan melakukan perilaku yang baik dan begitu pula sebaliknya. Anak usia dini sangat membutuhkan keteladanan dari orang tuanya oleh karena itu, sebagai orang tua harus berusaha selalu memberikan contoh dan perilaku yang baik karena dengan keteladanan bisa membentuk keperibadian anak, sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Sri Widayanti “ Dalam membentuk kepribadian anak, saya selalu memberikan contoh yang baik dalam berprilaku maupun bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, karena jika saya memberikan contoh yang baik maka anak akan menirukan dan sebaliknya jika saya berbuat jelek maka anak akan meniru jelek”
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode keteladanan mempunyai peranan yang penting dan efektif dalam menyampaikan pendidikan akhlak bagi anak usia dini, karena pada dasarnya sifat anak usia dini akan meniru orang tua. 4) Metode pembiasaan Pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak akan mudah bagi anak untuk melakukan apa yang dibiasakannya. Oleh karena itu, metode pembiasaan mempunyai peranan penting dalam mendidik akhlak anak usia dini, sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tutik Hanifah “Jika anak masih usia dini selalu dibiasakan untuk melaksanakan ajaran agama, maka anak akan terbiasa melaksanakanya, oleh karena itu saya selalu membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang positif dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan masyarakat maupun keluarga” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembiasaan baik diterapkan untuk membantu mendidik anak usia dini dalam membentuk akhlak yang baik dalam kehidupan di masyarakat maupun di lingkungan keluarga. b.
Materi pendidikan akhlak bagi anak usia dini Materi pendidikan diberikan kepada anak, agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh sebab Itu sebagai orang tua harus menyiapkan materi yang baik untuk anak usia dini, adapun materi pendidikan akhlak bagi anak usia dini masyarakat Desa Sentul antara lain sebagai berikut:
1) Aqidah Aqidah adalah persoalan pertama yang diserukan oleh Islam, oleh sebab itu sebagai orang tua harus mengajarkan aqidah kepada anak sejak anak masih usia dini, karena aqidah merupakan perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenaran kepada sesuatu, sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Turyanti “ Dalam mendidik akhlak anak usia dini, saya menyampaikan materi tentang aqidah, karena aqidah mempunyai peranan yang sangat penting yaitu tentang rukun iman, oleh sebab itu aqidah harus di berikan kepada anak usia dini secara terus menerus” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa materi aqidah adalah materi yang harus di sampaikan kepada anak sejak anak masih berusia dini, karena aqidah mengandung rukun iman dan dapat mmbantu anak dalam mengimaninya. 2) Ibadah Bentuk pengabdian manusia kepada TuhanNya adslsh fitrah manusia, oleh sebab itu sebagai orang tua berkewajiban mengarahkan kembali fitrah pengabdian anak kepada Tuhan, masa kecil merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk beribadah, sehingga pada masa dewasa kelak anak sudah bisa beribadah dengan baik. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tutik Hanifah “ Ibadah mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan akhlak, oleh sebab itu saya memberikan pengajaran tentang ibadah khususnya shalat kepada anak sejak masih usia dini,
karena jika anak sudah diajari beribadah sejak kecil maka setelah dewasa anak akan terbiasa melaksanakannya” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang materi ibadah mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik akhlak anak usia dini karena, dengan ibadah anak akan lebih mengenal Tuhannya. 3) Intelektual Materi intelektual tidak kalah pentingnya dengan materi lain karena, materi pendidikan intelektual merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam upaya membetuk anak secara sempurna, karena pada hakikanya akal manusia perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Oleh sebab itu sebagai orang tua harrus mengajari atau berusaha memberi pendidikan intelektual yaitu dengan menyekolahkan anak maupun dengan cara sendiri. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Ahmad wahidin “Selain mengajarkan tentang aqidah dan beribadah saya mengajarkan anak tentang intelektual, karena intelektual tidak kalah pentingnya dengan materi lain, dengan intelektual yang baik anak akan terbentuk akhlak yang baik juga, dan dengan intelektual yang tinggi anak bisa memahami sesuatu, berpikir, dan memecahkah masalah yang dihadapinya, adapun cara yang saya lakukan adalah menyekolahkan anak” Dari paparan diatas dapat disimpulkanbahwa materi intelektual adalah materi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian anak, oleh sebab itu anak harus diajari tentang intelektual sejak masih berusia dini, sehingga anak akan
mempunyai prilaku dan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan tujuan pendidikan akhlak. 4) Sosial Pemberian materi sosial kepada anak bertujuan agar anak dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkunan masyarakat, baik bersama orang dewasa maupun dengan teman seusianya, dengan pemberian materi pendidikan sosial diharapkan agar anak dapat bersikap
benar
dalam
pergaulanya
dengan
orang-orang
disekitarnya. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Khasanudin “Dalam mengembangkan pendidikan akhlak bagi anak usia dini saya mengajarkan dengan materi pendidikan social, karena dengan materi sosial membantu anak untuk beradaptasi kepada orang lain, karena setiap manusia harus saling membantu dan saling menyayangi” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik akhlak anak usia dini harus diikuti dengan mengajarkan materi sosial, karena pendidikan sosial mempunyai peranan penting yaitu dalam beradaptasi dan berprilaku dalam lingkungan masyarakat.
BAB IV PEMBAHASAN A. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang 1. Nilai-nilai keagamaan Dalam meningkatkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Desa Sentul mewujudkanya dalam bentuk norma-norma yaitu tentang bagaimana cara bersikap diri yang baik terhadap orang lain, antara lain saling mengormati, saling menghargai, dan berpenampilan yang sewajarnya, karena agama mengajarnya untuk seperti itu. Sebagaimana diungkapkan oleh Sumardi (1985 : 17) bahwa agama adalah keprihatinan Maha Luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya terhadap panggilan dari yang Maha Luhur itu terungkap dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia
dan
terhadap
alam
semesta
raya
serta
isinya
http://www.Google.co.id/m/: hubungan agama dan budaya tinjuan
sosiokultural. Diakses 22 Desember 2010 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keagamaan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari khususnya dalam masyarakat, sebelumnya telah dijelaskan bahwa agama mengajarkan tentang persaudaraan, kedamaian dan kemanusiaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu nilai-nilai keagamaaan dalam masyarakat harus ditingkatkan sesuai dengan ajaran agama.
2. Kerukunan beragama Dalam meningkatkan kerukunan beragama masyarakat Desa Sentul pada umumnya mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasan keagamaan maksudmya bahwa masyarakat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat-pendapat atau
pemahaman yang berbeda yaitu tidak memandang bahwa pemahaman yang berbeda adalah salah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan beragama sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat krena dengan kerukunan beragama akan menciptakan masyarakat yang religius dengan tali persaudaraan yang kuat, dan tidak mengakibatkan permusuhan akan tetapi perdamaian yang terbentuk. 3. Kehidupan beragama Dalam meningkatkan kehidupan beragama masyarakat Desa menjalin tali persaudaraan yang erat dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Robet Thouless dalam Nico Syukur Dister Ofm (1988 : 17) agama ialah suatu sikap terhadap dunia, sikap mana menunjuk kapada suatu lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia ini yang bersifat ruang dan waktu, lingkungan yang luas aalah dunia rohani.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan beragama berpengaruh
terhadap
sikap
seseorang
terhadap
Tuhan,
manusia,maupun terhadap lingkunganyang akan menciptakan hidup tentram dan tertib dalam masyarakat. 4. Moral dan etika keagamaan Dalam meningkatkan moral dan etika keagamaan masyarakat mengadakan kegiatan religius yaitu agar tertanam sikap jujur, saling menghargai, bertoleransi kepada orang lain yang akan menimbulkan jiwa sosial. Dengan moral dan etika keagamaan yang baik maka apa yang di inginkan oleh masyarakat akan terwujud yaitu dalam kehidupan bermasyarakat akan menciptakan kehidupan beragama yang tentram dan tertib. Oleh karena itu setiap individu maupun kelompok harus memiliki moral dan etika keagamaan. 5. Kegiatan keagamaan Masyarakat Desa Sentul mayoritas memeluk agama Islam, dalam mengembangkan kegiatan keagamaan masyarakat berpartisipasi, dan mengikuti kegiatan yang sudah di selenggarakan oleh masyarakat dengan penuh kerelaan dan keikhlasan, sehingga kegiatan keagamaan di masyarakat Desa Sentul sangat maju, adapun kegiatanya antara lain, tahlil, shalawatan, pengajian, istiqhosah, dan memperingati hari besar islam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan dimasyarakat akan menciptakan suasana masyarakat yang religius dan masyarakat yang berjiwa sosial yang tinggi, karena dengan adanya kegiatan
keagamaan
masyarakat
akan
mudahberadatasi
dan
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh sebab itu kegiatan keagamaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Persepsi Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tentang Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini 1. Pendidikan akhlak anak usia dini Sebelumnya telah dijelaskan bahwapersepsi masyarakat tentang pendidikan akhlak anak usia dini mempunyai peranan yang penting dan utama dalam menciptakan perilaku dan tingkah laku dalam kehidupan dilingkungan masyarakat maupun dilingkungan keluarga. Sebagaimana menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu (Mansur, 2007 : 221) Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama, karena dengan akhlak yang baik akan tercipta kebaikan dan kedamaian dalam masyarakat maupun dalam diri sendiri. Oleh sebab itu pendidikan akhlak harus mulai diterapkan kepada anak, sejak anak masih berusia dini, dan orang tua harus bertanggung jawab atas pendidikan tersebut.
Sebagaimana usaha yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sentulkhususnya orang tua yang mempunyai anak usia dini mereka menyekolahkan
anak
untuk
membantu
dalam
mendidik
dan
membentukakhlak anak yaitu, dilembaga pendidikan PAUD, dan lembaga pendidikan MADIN.karena lembagapendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. 2. Aspek-aspek dalam pembinaan akhlak anak usia dini a. Birul walidain (berbuat baik kepada orang tua Bahwa
menanamkan
birul
walidain
kepada
anak
merupakan cara yang baik untuk membentuk akhlak anak , sehingga anak sejak kecil harus diajari tentang birul walidain. Menurut yuhanar ilyas (2007 : 154)
cara untuk
mewujudkan birul walidai antara lain, mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh terima kasih dan kasih saying atas jasa-jasa keduanya yang
tidak bisa dinilai dengan
apapun, dan mendoakan ibu dan bapak semoga diberi oleh Allah keampunan, rahmad dan lain-lain. Dengan demikian mengajarkan birul walidain mempunyia peranan penting dalam membentuk akhlak anak usia dini yaitu dengan harapan agar anak medengarkan nasehat orang tua, memuliakan orang tua, dan tidak durhaka kepada orang tua. b. Berlaku dan bersifat jujur
Berlaku dan bersifat jujur kepada orang lain merupakan kewajiban setiap orang , oleh karena itu anak harus diajari tentang berlaku dan bersifat jujur sejak anak masih usia dini. Sebagaimana perintah Rasulullah bahwa muslim, untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan akan mengantarkanya kesurga. Sebaliknya beliau melarang umatnya berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan akan berakhir di neraka (Ilyas, 2007 : 81) c. Belajar membaca Al-qur’an Mengajari anak belajar membaca Al-qur’an merupakan suatu yang penting yang harus diberikan kepada anak sejak masih berusia dini karena, Al-qur’an adalah sebagai pegangang dan petunjuk manusia dalam kehidupan didunia maupun di akhirat. Sebagaimana perintah Rasulullah agar mau mempelajari Al-qur’an. Rosulullah jaga mengajarkan kita agar mengajarkan Alqur’an kepada keluarga, kerabat dan masyarakat. Melalui proses belajar seseorang bisa tahu dan mengerti isi Al-qur’an dan menjadikanya petunjuk dalam hidupnya.
d. Membiasakan berbicara dengan baik Mengajari anak membiasakan untuk berbicara dengan baik merupakan salah satu jalan yang harus dilakukan orang tua untuk
membentuk dan mewujudkan perilaku dan tingkah laku anak sejak masih usia dini.karena etika berbicara tang baik pada anak-anak akan berpengaruh pada perilaku masing-masing individu. Dengan demikian anak harus di ajari tentang cara atau adab berbicara dengan baik kepada orang lain menghindari kata-kata kotor, memilih kata-kata yang baik, dan jujur ketika berbicara. e. Membiasakan bergaul dengan baik Mencarikan dan memilih teman yang baik untuk anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua untuk membantu anak dalam bergaul dengan baik, karena anak akan mudah terpengaruh dari luar termasuk teman-temannya. Dan anak relative lebih sulit untuk memilih teman untuk dirinya sendiri, maka orang tuanyalah yang harus memilihkan karena orang tua lebih berpengalaman dalam hidup, yaitu untuk membantu anaknya menuju kebaikan.
C. Variasi Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Msyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang 1. Metode pendidikan akhlak anak usia dini
Metode mempunyai kedudukan penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, dan metode diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan pada diri seseorang. a. Metode hiwar (diaolg) Metode hiwar (dialog) merupakan metode yang cocok untuk diterapkan kepadda anka usia dini yaitu untuk membantu terbentuknya akhlak yang baik bagi anak usia dini. Sebelumya telah dijelaskan bahwa metode ini merupakan suatu keharusan bagi orang tua terhadap anak-anaknya sebab dengan metode ini akan terjdi percakapan yang dinamis, lebih mudah dipahami, lebih berkesan dan orang tuanya sendiri tahu sejauh mana tingkat perkembangan pemikiran dan sikap yang dimiliki anak (Azmi, 2006 : 31) b. Metode kisah (cerita) Metode kisah atau cerita akan membantu orang tua dalam mendidik dan membentuk akhlak anak usia dini, karena dengan bercerita anak akan lebih senang dalam merima pendidikan akhlak. Sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa metode Kisah memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan anak dan kesadaran berpikir, kisah termasuk metode pendidikan Islam yang paling efektif, karena kisah yang diberikan kepada anak didik dapat mempengaruhi perasaan dengan kuat (Azmi, 2006 : 32) c. Metode keteladanan
Metode keteladanan mempunyai peranan yang penting dan efektif dalam menyampaikan pendidikan akhlak bagi anak usia dini, karena pada dasarnya sifat anak usia dini akan meniru orang tua. Sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa Keteladanan dalam pendidikan Islam adalah metode yang paling efektif dan efisien dalam membentuk kepribadian anak. Posisi pendidik sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya akan ditirunya dalam berbagai ucapan dan perilaku (Azmi, 2006 : 34) d. Metode pembiasaan Metode pembiasaan baikk diterapkan untuk membantu mendidik anak usia dini dalam membentuk akhlak yang baik dalam kehidupan di masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa metode pembiasaan merupakan metode yang efektif dalan mendidik anak. Pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, akan menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang biasa dilakukan.
2.
Materi pendidikan akhlak anak usia dini Materi yang diberikan kepada anak yaitu agar tujuan pendidikan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
a. Materi aqidah Aqidah adalah materi yang harus di sampaikan kepada anak sejak anak masih berusia dini, karena aqidah mengandung rukun iman dan dapat mmbantu anak dalam mengimaninya. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa aqidah memiliki enam pokok-pokok keyakinan yaitu, imankepada Allah, iman kepada malaikatNya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para RasulNya, iman kepada hari akhir, dan iaman kepada qadhar baik dan buruk. b. Materi ibadah Materi ibadah mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik akhlak anak usia dini karena, dengan ibadah anak akan lebih mengenal Tuhannya. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa orang tua sangat dianjurkan sedini mungkin memberi pembiasaan dan latihan beribadah seperti, mengajarkan shalat, mengajarkan membaa Alqur’an, dan mampu pmengerjakan segala sasuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk.
c. Materi intelektual Intelektual adalah materi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian anak, oleh sebab itu anak harus
diajari tentang intelektual sejak masih berusia dini, sehingga anak akan mempunyai prilaku dan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan tujuan pendidikan akhlak. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pemberian materi pendidikan intelektual anak tidak kalah pentingnya, tanggung jawab pemberian materi pendidikan intelektual merupaknan satu kesatuan yang saling terkait dan saling menopong dalam upaya membentuk anak yang terdidik secara sempurna. d. Materi sosial Dalam mendidik akhlak anak usia dini harus diikuti dengan mengajarkan materi sosial, karena pendidikan sosial mempunyai peranan penting yaitu dalam beradaptasi dan berprilaku dalam lingkungan masyarakat. Sebelumnya telah dijelaskan agar anak dapat mudah beradaptasi dengan lingkungannya sekitar, dengan pemberiaan materi pendidikan sosial diharapkan anak dapat bersikap benar dalam pergauan dengan orang-orang disekitarnya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang.
Masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang adalah masyarakat muslim, karena nasyarakatnya mayoritas memeluk agama Islam, bahkan tidak ada yang memeluk agama selain agama Islam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sentul adalah masyarakat yang tergolong religius. Sedangkan dalam memperkuat keagamaan dimasyarakat mereka melaksanakan nilai-nilai keagamaan, kerukunan beragama, kehidupan beragama, moral dan etika keagamaan dan melaksanakan kegiatan keagamaan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, bahwa kondisi keagamaan masyarakat yang religius dapat membantu orang tua dalam proses pendidikan akhlak anak usia dini. 2. Persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang.
Persepsi masyarakat tentang pendididkan akhlak anak usia dini yaitu bahwa mendidik anak sejak anak masih berusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak yang meliputi, birul walidain, berlaku dan bersifat jujur, belajar membaca Al-qur’an,
membiasakan berbicara dengan baik, dan membiasakan bergaul dengan baik. Aspek-aspek yang disebut diatas mempunyai peranan yang penting dalam mendidik dan membentuk akhlak anak usia dini, sahingga orang tua harus menanamkan aspek-aspek tersebut dengan harapan agar tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan akhlak. 3. Variasi model pendidikan akhlak anak usia dini masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Variasi model pendidikan akhlak anak usia dini masyarakat Desa Sentul yaitu meliputi metode dan materi. Pertama metode, metode yang digunakan untuk mendidik akhlak anak usia dini yaitu, metode hiwar (dialog), kisah (cerita), keteladanan,dan pembiasaan kedua materi, materi yang diberikan untuk mendidik akhlak anak usia dini yaitu, materi aqidah, materi ibadah, materi intelektual, dan materi sosial Metode-metode dan materi diatas mempunyai peranan penting dan efektif jika ditanamkan untuk anak, dalam mendidik dan membentuk akhlak anak usia dini.
B. Saran-Saran
Ada beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian tentang pendidikan akhlak anak usia dini sebagai berikut :
1. Kondisi keagamaan a. Kepada instansi pendidikan
Bahwa kondisi keagamaan dalam suatu lingkungan baik lingkungan kecil maupun lingkungan besar adalah tanggung jawab instansi pendidikan untuk menciptakan suasa lingkungan yang sesuai dengan norma-norma agama dan ajaran-ajaran agama. Oleh karena itu setiap
lembaga
atau
instansi
pendidikan
harus
menyediakan
pembelajaran tentang keagamaan. b. Kepada masyarakat
Bahwa kondisi keagamaan dalam suatu masyarakat mempunyai peranan penting yaitu dalam menjalin tali persaudaraan untuk enjalankan norma-norma yang berlaku, oleh karena itu, menciptakan kondisi keagamaan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama adalah tanggung jawab semua masyarakat. 2. Persepsi pendidikan akhlak anak usia dini a. Kepada instansi penidikan Bahwa pendidikan akhlak anak usia dini merupakan hak anak yang sangat paling utama untuk dipertanggung jawabkan, karena akhlak akan mempengaruhi moral bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, setiap instansi pendidikan perlu memberikan anjuran kepada pelaku pendidik yang berkaitan dengan pendidikan akhlak yaitu dengan cara diintensifkan, dilatihkan, dan dibiasakan dengan harapan agar sesuai dengan ajaran agama. b. Kepada masyarakat Bahwa pendidikan akhlak bagi anak usia dini merupakan hak anak yang sangat penting, sehingga masyarakat harus sadar bahwa pendidikan akhlak
merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya orang tua dan guru, karena akhlak akan mempengaruhi moral dan norma-norma yang ada, sehingga akan terbentuk dan tercipta generasi penerus yang berakhlak mulia di lingkungan masyarakat. c. Kepada orang tua Bahwa perlunya pengetahuan dan pengalaman tentang akhlak di lingkungan keluarga, yaitu pendidikan akhlak harus mulai diterapkan kepada anak sejak sedini mungkin, karena bagaimanapun anak adalah amanah dari Allah kepada manusia yang harus di pertanggung jawabkan kedua orang tuanya, anak akan berakhlak mulia atau buruk tergantung orang tua yang mendidik. 3. Variasi model pendidikan akhlak anak usia dini a. Kepada masyarakat Dalam mendidik akhlak anak usia dini perlu adanya metode dan materi. Oleh karena itu setiap masyarakat bertanggung jawab atas metode dan materi yang diberikan untuk pendidikan akhlak anak usia dini. b. Kepada orang tua Dalam mendidik dan membentuk akhlak anak usia dini, orang tua harus menanamkan materi dan menggunakan metode yang dapat membantu dalam mendidik akhlak anak usia dini yang sesuai dan mudah diterima oleh anak usia dini.
C. Penutup
Demikian kajian skripsi yang dapat peneliti sajikan, tentu semua masih banyak kekeliruan dan kekurangan, sehingga dapat dikaji ulang lagi. Oleh karena itu, peneliti tidak menutup kritik maupun saran yang dapat membangun dan dapat menghasilakn pemahaman yang efektif dan efesien. Akhirnya puji syukur “alhamdulillah” panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk, kemudahahan, serta kelancaran dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Seiring doa peneliti haturkan kepada sang Kholiq semoga karya ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi masyarakat luas. “Amiiiiin"
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Ardian Zulafdi. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Bandung. CV. Armico. Anonim. 2007. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, Anonim, 1999. Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahanya. Semarang. CV. Asy syifa. Arifin, Samsul Bambang. 2008. Psikologi Agama. Bandung. Pustaka Setia Arikonto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta, Edisi Revisi. Azmi, Mahammad, 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. Yogyakarta. Bulukar. Azwar, Saefudin. 2007. Metode Penelitian, Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset. Bakker, Anton Dan Zubair, Ahmad Kharis. 1994. Metodelogi Penelitian Filsafat, Yogyakarta. Kanisius. Basyuni, Muhamad M. 2006. Kebijakan Dan Setrategis Kerukunan Beragama. Jakarta. Bidang Litbang Dan Diklat Departemen Agama Islam.
Darajat, Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Bandung. CV. Ruhama. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dan Interaksi Edukatif Pendidikan Guru. Jakarta. Rineke Cipta. Djamiko, Rachmad. 1996. Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta. Pustaka Panjimas. Fajri, Emzul, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Ratu Aprelia Senja Diva Publishes. Gazalba, Sidi. 1976. Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi Dan Sosiografi. Jakarta. Bulan Bintang. Hamka.1992. Akhlakul Karimah. Jakarta. Pustaka Panjimas. Hasan, Maemunah. 2009. PAUD (pendidikan anak usia dini). Yogyakarta. Diva Press (Anggota IKAPI). Hasanah. 2003. Urgensi Pendidikan Anak Pada Anak Balita Di Era Modern, Jurusan Tarbyah STAIN Salatiga. Ilyas, Yuhanar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset. Jalaluddin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta PT. Rineka Cipta. Komaruddin, Tjuparman Drayooke, Dan Komaruddin S. 2006. Kamus Istilah Karya Ilmiyah. Jakarta. Bumi Aksara,
Mahmud, Ali Abdul Hakim. 1995. Akhlak Mulia, Terj. Abdul Hayyie Al Kattani, Jakarta. Gema Insane. Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Meleong, Lexy J. 1999. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Monks, F.J. 1992. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagianya. Yogyakarta. Gajahmada University Press. Mustaqim, Abdul, 2005. Menjadi Orang Tua Bijak Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak. Bandung,Albayan Mizan. Nasution, S. 2003. Metode Pendidikan Naturalistik kualitatif . Bandung,Tarsito, Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya. Al-Ikhlas, Surabaya. Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Soewandi, Slamet,Widaryanto, Bram Barli,Dan Nugraha Tri Setia. 2005. Pelangi Pendidikan Tinjauan Dari Berbagai Perspektif. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Sukini. 2006. Pendidikan Akhlak Anak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Suparlan. 2005. Menjadi Garu Efektif. Yogyakarta. Hikayat Plubising.
Syukur, Nico Dister Ofm. 1998. Pengalaman Dan Motivasi Beragama. Yogyakarta. Kanisius, , Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Ummatin, Khoiro. 2006. 40 Hadits Shahih. Yogyakarta. PT.Lksi Pelangi Aksara. Yunus, Muhamad. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Hidakarya Agung.
http://teori.psikologi.bliogpsot.com/2008/pengertian persepsi.htm
Diakses 10 Desember
2009 http://www.google.co.id/m/
Hubungan
Agama
Dan
Sosiokultural. Diakses 22 Desember 2009 http://aljawad.tripod.com/artikel/agama Diakses 8 januari 2010
Budaya
Tinjauan
PEDOMAN WAWANCARA
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Tahun 2009) 1.
Bagaimana bapak/ibu dalam melaksanakan ajaranajaran agama yang di anut ?
2.
Bagaimana
bapak/ibu
dalam
melaksanakan
Bagaimana
bapak/ibu
dalam
melaksanakan
kerukunan beragama ? 3. kehidupan beragama ? 4.
Bagaimana bapak/ibu dalam melaksanakan moral dan etika keagamaan ?
5.
Bagaimana bapak/ibu dalam melaksanakan dan mengembangkan kegiatan keagamaan ?
6.
Bagaimana bapak/ibu tentang pendidikan akhlak anak usia dini ?
7.
Apa saja yang bapak/ibu ajarkan untuk membentuk akhlak anak usia dini ?
8.
Bagaimana
persepsi bapak/ibu tentang birul
walidain ? 9.
Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang berlaku dan bersifat jujur ?
10.
Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang belajar membaca Al-qur’an ?
11.
Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang membiasakan berbicara dengan baik ?
12.
Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang membiasakan bergaul dengan baik ?
13.
Apakah lembaga pendidikan PAUD mempunyai peranan penting dalam mendidik akhlak anak usia dini ?
14.
Apakah lembaga pendidikan MADIN mempunyai peranan penting dalam mendidik akhlak anak usia dini ?
15.
Variasi dan model apa saja yang bapak/ibu berikan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
16.
Metode apa saja yang
bapak/ibu gunakan untuk
mendidik akhlak anak usia dini ? 17.
Materi apa saja yang bapak/ibu berikan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
18.
Bagaimana jika metode hiwar (dialog) diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
19.
Bagaimana jika metode kisah (cerita) diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
20.
Bagaimana jika metode keteladanan diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
21.
Bagaimana jika metode pembiasaan diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
22.
Bagaimana jika materi aqidah diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
23.
Bagaimana jika materi ibadah diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
24.
Bagaimana jika materi intelektual diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
25.
Bagaimana jika materi sosial diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ?
N O 1
TEORI
KISI-KISI WAWANCARA PENGERTIAN PERTANYAAN
Keagamaan
1.Definisi agama
1. Bagaimana bapak/ibu dalam
Menurut Sumardi (1985 : 17)
melaksanakan
bahwa
agama yang di anut ?
agama
adalah
ajaran-ajaran
keprihatinan Maha Luhur dari 2. Bagaimana bapak/ibu dalam manusia yang terungkap selaku
melaksanakan
jawabannya terhadap panggilan
beragama ?
kerukunan
dari yang Maha Luhur itu 3. Bagaimana bapak/ibu dalam terungkap
dalam
hidup
manusia,
pribadi
atau
kelompok
terhadap
melaksanakan
kehidupan
beragama ?
Tuhan, 4. Bagaimana bapak/ibu dalam
terhadap manusia dan terhadap
melaksanakan moral dan etika
alam semesta raya serta isinya.
keagamaan ?
Dari uraian diatas menekankan 5. Bagaimana bapak/ibu dalam agama sebagai hasil refleksi
melaksanakan
manusia terhadap panggilan
mengembangkan
yang Maha Kuasa dan Maha
keagamaan ?
Kekal.
Hasilnya
diungkap
dalam hidup manusia yang terwujud
daam
hubunganya
dengan realitas tertinggi, alam semesta raya dengan segala isinya
pandangan
mengatakan
bahwa
itu agama
dan kegiatan
adalah suatuy gerakan dari atas atau wahyu yang di tanggapi oleh manusia yang berada di bawah http://www.Google.co.id/m/: hubungan agama dan budaya tinjuan sosiokultural. Sedangkan
menurut
Robet
Thouless dalam Nico Syukur Dister Ofm (1988 : 17) agama ialah
suatu
sikap
terhadap
dunia, sikap mana menunjuk kapada suatu lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia ini yang bersifat ruang dan waktu, lingkungan yang luas aalah dunia rohani. Agama
(din)
berasal
dari
bahasa arab menurut etimologi, din diartikan sebagai balasan dan ketaatan. Sedangkan secara termologi, sebagai
din
diartikan sekumpulan
keyakinan, hukum, norma yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan manusia, baik
di
dunia
maupun
diakhirat. Berdasarkan hal diatas din mencakup tiga dimensi yaitu, keyakinan, (akidah), hukum
(syariat), dan norma (akhlak) http:/aljawad.tripod.com/artikel /agama.htm Dengan
demikian
ketiga
dimensi tersebut tidak bisa dipisahkan
dan
dengan
menjalankan din kebahagiaan, kedamaian akan
dan
teraih
ketenangan
didunia
dan
diakhirat. 2.Faktor keagamaan Agama
pada
dasarnya
memiliki faktor integrasi dan disitegrasi. Faktor intregrasi, antra lain, agama
mengajarkan
persaudaraan atas dasar iman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Agama kedamaian
mengajarkan dan
kerukunan
diantara manusia dan sesama makhluk. Agama mengajarkan budi pekerti yang luhur dalam masyarakat. Sedangkan faktor disitregrasi diantaranya adalah jalan hidup yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan prasangka negatif atau sikap memandang rendah pemeluk agama lain (Mahammad M. Basyuni, 2006
: 5-6) Keagamaan
yang
dimaksud
oleh peneliti yaitu kondosi keagamaan masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringgsing, Kabupaten
Batang
yang
meliputi faktor integrasi dan faktor disitergrasi.
2
Persepsi
Persepsi adalah pengumpulan, 1. Bagaimana bapak/ibu tentang penerimaan,
pandangan,
pengertian,
yaitu
kesadaran
pendidikan akhlak anak usia dini ?
intuitif (berdasarkan firasat), 2. Apa terhadap
kebenaran
atau
kepercayaan langsung terhadao
saja
ajarkan
yang
untuk
bapak/ibu membentuk
akhlak anak usia dini ?
sesuatu (Komaruddin, 2000 : 3. Bagaimana persepsi bapak/ibu 191
)
sedangkan
Mar’at (1981 :
menurut
tentang birul walidain ?
) bahwa 4. Bagaimana persepsi bapak/ibu
persepsi adalah suatu proses
tentang berlaku dan bersifat
pengamatan seseorang yang
jujur ?
berasal
dari
suatu
kognisi 5. Bagaimana persepsi bapak/ibu
secara terus menerusuhi oleh
tentang belajar membaca Al-
informasi baru dari lingkungan
qur’an ?
http://teori.psikologi.blogspot.c 6. Bagaimana persepsi bapak/ibu om/2008/05/pengertian
tentang membiasakan berbicara
persepsi.htlm
dengan baik ?
Adapun yang dimaksud oleh
7. Bagaimana persepsi bapak/ibu
peneliti adalah persepsi
tentang membiasakan bergaul
masyarakat Desa Sentul,
dengan baik ?
Kecamatan Gringgsing, Kabupaten Batang tentang
8. Apakah lembaga pendidikan PAUD
mempunyai
peranan
pendidikan akhlak anak usia
penting dalam mendidik akhlak
dini yang meliputi Birul
anak usia dini ?
Walidain, berlaku dan bersifat
9. Apakah lembaga pendidikan
jujur, belajar membaca Al-
MADIN mempunyai peranan
qur’an, membiasakan berbicara
penting dalam mendidik akhlak
dengan baik, dan membiasakan
anak usia dini ?
bergaul dengan baik
3
Variasi model
Variasi adalah kelainan,
1. Variasi dan model apa saja
keanekaragaman suatu
yang bapak/ibu berikan untuk
hubungan diantara serangkai
mendidik akhlak anak usia
nilai satu variabel dengan
dini ?
serangkai nilai variabel
2. Metode
apa
saja
yang
gunakan
untuk
lain.variasi mencakup konsep
bapak/ibu
fungsi dan dinyatakan dalam
mendidik akhlak anak usia
identitas (Komaruddin, 2000 :
dini ?
190) sedangkan model adalah
3. Materi
apa
saja
yang
berikan
untuk
suatu diskripsi atau anologi
bapak/ibu
yang digunakan untuk
mendidik akhlak anak usia
membantu proses visualisasi
dini ?
sesuatu yang tidak dapat
4. Bagaimana jika metode hiwar
langsung diamati
(dialog)
(Komaruddin, 2000 : 152) jadi
mendidik akhlak anak usia
variasi model adalah
dini ?
keanekaragaman atau macam-
diterapkan
untuk
5. Bagaimana jika metode kisah
macam cara. Adapun yang
(cerita)
dimaksud oleh peneliti adalah
mendidik akhlak anak usia
variasi model pendidikan
dini ?
akhlak anak usia dini
diterapkan
6. Bagaimana
jika
untuk
metode
masyarakat Desa Sentul,
keteladanan diterapkan untuk
Kecamatan Gringgsing,
mendidik akhlak anak usia
Kabupaten Batang yasng meliputi metode dan materi
dini ? 7. Bagaimana
jika
metode
pembiasaan diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ? 8. Bagaimana jika materi aqidah diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ? 9. Bagaimana jika materi ibadah diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ? 10.
Bagaimana
jika
materi
intelektual diterapkan untuk mendidik akhlak anak usia dini ? 11.
Bagaimana
sosial
jika
materi
diterapkan
untuk
mendidik akhlak anak usia dini ?
S Daftar Nama-Nama Responden
Tanggal
Nama orang tua
lahir
Ayah
Ibu
NO Nama Anak
1
Khusnul Yakin
17-05-2007
Cholidin
Yunaida
2
Wildan Aldiansyah
26-05-2007
M.Ali
Thohiroh
3
Melia Hasanofa
03-07-2007
A. Taufik
Siti Masturoh
4
Naela Rahma Dewi
17-07-2007
Sulatif
Inayati
5
Rafly Abi Maulana
20-07-2007
Rusto
Tutik Hanifah
6
Dwi Agustiina Nazwa
04-08-2007
Nur Khamilin
Warjiyati
7
Stifani Dwi Sanjani
22-08-2007
Slamet B
Sri Hartatik
8
Rifaai Akbar
26-10-2007
M. Thohirin
Sulita
9
Alika fatimatul Amro
01-11-2007
Khasanudin
Umul Farikhah
10
Dony Perdana Rahman
31-10-2007
A.wahidin
Viola S
11
Naim Ali Saputro
10-12-2007
Sukirno
Sri Widayani
12
Mahta Yasinta
01-11-2007
Sudadi
Sofaroh
13
Dina Milatul Aulia
11-01-2008
Asikin
Jumraton
14
Khaidar Roisul Rijal
30-01-3008
Sulistianto
Turyanti
15
Zada Fadul Aishar
08-07-2008
Mauludin
Aliyah
16
Dava Sandi B. P
01-02-2008
Nur Yasin
Usriyah
17
Awan Ilham
05-05-2007
Abdul Rasyid
Nur Khasanah
18
Rizki Agung Nugroho
30-08-2007
M. Kholiodin
Khumairoh
19
Aulia Ilma Khasanah
24-07-2007
Rosyidin
Komariyah
20
Dwi Maryam
05-04-2007
Ahmad Aris
Maskanah
21
Duta Hulam
01-01-2008
Khafidzin
Sri lestari
22
Laela Khasanah
05-06-2006
Arifin
Marisa
23
Raya Imtihan
07-07-2006
Romadi
Nur Andana
24
A. Khoirul Ilham
07-05-2006
Bejo Utomo
Dewi Khasanah
25
Ihya’ Kuncoro
02-03-2006
Khoirudin
Yaenah
26
Raisa Hamdani
03-07-2006
Turwanto
Lilis Fariyah
27
Nazil maulana
11-08-2006
Rohwanto
Maemunah
Tanggal
Nama orang tua
lahir
Ayah
Ibu
NO Nama Anak
28
Titik kurniati
13-06-2006
Warwan
Wasilah
29
Rahlwa Naela
17-09-2006
Nur faizin
Rosyidah
30
Laelatul Munawaroh
07-01-2007
Kuswanto
Halimah
LAPORAN SKK Nama NIM Jurusan/ Progdi
No 1.
: A’isyah M : 121 07 028 : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Jenis kegiatan Ospek 2005
Status Peserta
Pelaksanaan 24-27 Agustus
Nilai 3
2005 2
Pendidikan dan Latihan
Peserta
Calon Pramuka Pandega
13 Septemper
2
2005
(PLCPP) 3
MAPABA 2005 PMII
Peserta
16-18 September
2
2005 4
Diskusi dan Buka
Peserta
13 Oktober 2005
2
Peserta
18 Oktober 2005
2
Peserta
21-24 Januari
2
Bersama PMII 5
Sarasehan dan Buka Bersama “Salatiga Menuju Kota Pendidikan Dan Olahraga
6
Gladi wira Brigsus (GWB) XII
7
Pembrivetan dan
2006 Peserta
Pelantikan (VETTIK) XII 8
Seminar dan Dialog
04-05 Februari
2
2006 Panitia
15 Juni 2006
3
Peserta
07 Oktober 2006
2
Interaktif FMPD2 9
MASTABA 2006 IMPBS
(Ikatan Mahasiswa Pekalongan Batang Di Salatiga) 10
Pendidikan dan Latihan
Panitia
Calon Pramuka Pandega
21-14 November
3
20063
(PLCPP) XVI 11
Seminar Sehari
Panitia
15 Januari 2007
3
Peserta
16 April 2007
2
Panitia
14-17 Desember
3
Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan Penularan Penyakit Lewat Tranfusi Darah 12
DIALOG INTERAKTIF (FMPD)2 “Prospek Kelulusan Mahasiswa D2 dan Evaluasi KKL
13
Gladi Wira Brigsus (GWB) XIV
14
2007
Anggota Brigsus Racana
Komandan
Kusuma Dilaga Woro
regu SAR
22 Mei 2007
4
11 September
2
Srikandi Gugua Depan Kota Salatiga 02.23702.238 15
Workshop Komputer
Peserta
2007 16
Sarasehan Bela Negara
Panitia
Dan Buka Bersama 17
Bakti Sosial Korban
24 September
3
2008 Panitia
Bencana Bajir Di
01-02 Januari
3
2008
Surakarta 18
Seminar Nasional dan
Peserta
07 Oktober 2008
6
Sarasehan Gubernur JATENG “Memberdayakan Ekonomi Syariah di Jawa Tengah” 19
Seminar dan Silaturrahmi
Peserta
Nasional 20
15-17 Desember
6
2008
Bedah Film Laskar
Peserta
04 April 2009
2
Pelangi Dan Penanggulangan Dana Untuk Korban Situ Gintung Jumlah
57
Salatiga, 12 Februari 2009 Mengetahui Pembantu Ketua Bidang kemahasiswaan
Drs. Miftahuddin, M.Ag Nip.19700922 199403 1 002
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa: Nama
:
A’isyah M.
Tempat/Tgl lahir :
Batang 03, Maret 1987
Jenis kelamin
:
Perempuan
Agama
:
Islam
Jurusan/Prodi
:
Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat
:
Desa Sojomerto Rt 01/Rw 05 Kec. Reban Kab. Batang 51273
Pendidikan
: 1. MI Sojomerto Reban Batang lulus Tahun 1999 2. MTs AL-Huda Reban Batang lulus Tahun 2002 3. MA Darul Amanah Sukorejo Kendal lulus Tahun 2005 4. DII STAIN Salatiga lulus Tahun 2007 5. SI STAIN Salatiga Tahun 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 19 Februari 2010
A’isyah M.