PENDIDIKAN AKHLAK MULIA UNTUK ANAK USIA DINI NILAWATI TADJUDDIN Abstrak Akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu merupakan jamak dari kata khuluq. Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktikkan dalam perbuatan, sedang yang buruk dibeenci dan dihilangkan. Dalam ilmu akhlak, objek ilmu akhlak yang dipelajari adalah perilaku manusia, dan penetapan nilai perilaku sebagai baik atau buruk. Dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat perilaku seseorang itu adalah Alqur‟an dan Assunah nabi saw. Apa yang baik menurut alquran dan assunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut alquran dan assunah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi. Eksistensi akhlak yang baik sangatllah berpengaruh bagi kelangsungan umat muslim. Mempelajari ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman ataupun penerang bagi kaum manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Akhlak tidak bisa menjdikan manusia baik atau buruk. Kedudukan akhlak adalah sebagai dokter untuk pasien. Pasien bisa saja tidak mendengarkan informasi yang diberikan dokter tentang kesehatannya. Hal ini mengibaratkan bahwa hidup tanpa petunju akhlak yang baik maka akan mengalami kerugian yang mendalam. Jika petunjuk atau petuah dari dokter diikuti dengan baik maka hal ini akan mendorong kita supaya membentuk hidup yang menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan. Perbuatan baik membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan perbuatan yang baik dan berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan yang baik akan banyak halangannya berbekal akhlak yang mulia seorang mukmin akan semakin teruji dan menjadi insan yang terpuji. Kata Kunci: Pendidikan Akhlak
A. PENDAHULUAN Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk, dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, peranngkai, tingkah laku, atau tabiat. Didalam Da‟iratul Ma‟arif, akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian akhlak adalah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak mulia, sedangkan perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela. Akhalk yang terpuji akan berdampak positif pada pelakunya, begitu juga akhlak tercela yang akan membawa dampak negative. Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk, dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Agama islam mengajarkan hal-hal yang baik dalam segala aspek kehidupan manusia islam adalah ajaran yang benar untuk memperbaiki manusia dalam 1
membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat. Dengan akhlak yang terpuji manusia dapat mendapat derajat yang tinggi baik dimata Allah swt sesame manusia dan semua makhluk Allah. Selain akhlak terpuji, manusia bisa memiliki perilaku tercela yang harus ditinggalkan karena akan menurunkan derajatnya dimata Allah dan makhluk-makhluknya yang lain. Dalam perspektif perbuatan manusia, tindakan atau perbuatan dikategorikan menjadi 2 yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja (Akhlaqi) dan perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak disengaja. B. PEMBAHASAN Dari sudut kebahasaan, alkhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar, atau (bentuk infinitive) dari kata akhlaqa yukhliqu ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af‟ala yuf‟ilu if‟alan yang berarti al-sajiyah (pperangai), ath-tabi‟ah (kelakuan, tabi‟at, watak dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), Al Maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama). Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Pengertian akhlak dari segi istilah imam Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan Ibnu Miskawih mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam Mu‟jam al-wasith Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi Dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalha perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
2
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwar. 5. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang, atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. Akhlak dibagi menjadi 3, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada lingkungannya. a. Akhlak terhadap Allah Swt, antara lain: Al-Hubb, yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan menggunakan firmanNya dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan.; kecintaan kita kepada Allah Swt diwujudkan dengan cara melakssanakan segala perintah dan menjauhi segala LaranganNya. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhoan Allah Swt. Tawakal, berserah diri kepada Allah swt. b. Akhlak terhadap manusia, diantaranya: 1.
Akhlaq terhadap Rasulullah (nabi Muhammad saw), diantaranya:
Mencintai Rasulullah saw secara tulus dengan megikuti semua sunnahnya
Menjadikan rasulullah saw sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan
Menjalankan apa yang disuruhnya, dan tidak melakukan apa yang dilarangnya
2.
Akhlak terhadap orangtua, diantaranya: Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya. Berbuat baik kepada bapak ibu dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan, dan menyakiti hatinya, membuat bapak ibu ridho, Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia
3.
Akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya: Memelihara kesucian diri, Menutup aurat(bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum, dan akhlak islam) berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain 3
4.
Akhlak terhadap keluarga, diantaranya: Saling membina rasa cinta dan kasi sayang dalam kehidupan keluarga. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, Memelihara hubungan silaturahmi dan melanjutkan silaturahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.
5. Akhlak terhadap tetangga diantaranya: Saling bantu diwaktu senang, lebih-lebih tatkala susah, Saling beri memberi, saling hormat menghormati, Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan 6. Akhlak terhadap masyarakat, diantaranaya: Memuliakan tamu, Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan, Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita. c.
Akhlak terhadap lingkungan, diantaranya: Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan Allah swt. Untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya. Sayang kepada sesama makhluk
B. Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela Pengertian akhlak terpuji dan akhlak tercela Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran islam. Akhlak yang terpuji dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Taat lahir Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungannya, dan dikerjakan oleh anggota lahir, beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir: a. Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang. Namun sifat penyesalannya merupakan taat batin. Tobat, menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah. b.
Amar makruf dan nahi munkar, perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran. Sebagai implementasi perintah allah, “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat 4
yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang mungkar” (QS Ali-Imron : 104) c.
Syukur, berterimakasih kepada nikmat yang telah di anugerahkan allah kepada manusia dan seluruh makhluknya. Perbuatan ini termasuk yang sedikit dilakukan oleh manusia, sebagaimana firman allah, “dan sedikit sekali dari hamba-hamba yang berterima kasih “ (QS. Saba‟ : 13)
2.
Taat batin Sedangkan taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan oleh anggota batin (hati) a. Tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada allah dalam menghadapi, menanti atau menunggu hasil pekerjaan. b. Sabar, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sabar dalam beribadah, sabar ketika dilanda mala petaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, sabar dalam perjuangan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa semua yang dihadapi adalah ujian dan cobaan dari allah swt. c. Qana‟ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh allah. Menurut Hamka Qana‟ah meliputi: 1) Menerima dengan rela akan apa yang ada 2) Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar 3) Menerima dengan sabar akan ketentuan tuhan 4) Bertawakkal kepada tuhan 5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia Akhlak tercela adalah sifat-sifat atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma
islam. Perilaku akhlak tercela yang harus dihindari a) Israf Israf secara bahasa berasal dari kata yang berarti melanggar batasan dan mengabaikan sesuatu. Israf secara istilah ialah (syarak) berlebih-lebihan menuju pada larangan allah swt. Baik sedikit atau banyak. Contoh sikap israf adalah dalam hal makan, hendaknya tidak berlebih-lebihan. Rosulullah mengingatkan kita bahwa hendaknya
5
lambung kita diisi dengan sepertiga-sepertiga. Sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi ntuk nafas. b) Tabzir Tabzir atau boros dalam bahasa
arab disebut dengan kata bazzara-yubazziru-
tabzirun. Secara istilah boros adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara menghamburhamburkan uang ataupun barang karena kesenangan ataupun kebiasaan. Contoh sikap tabzir, di dalam hadis yang diriwayatkan abdullah bin umar dia menceritakan bahwa rosullullah melintas ketika sa‟ad sedang berwudhu dengan memakai air yang berlebihan, kemudian nabi bertanya, “mengapa kamu memakai air dengan berlebihan?” kemudian sa‟ad bertanya, “apakah ini berlebih-lebihan ya rosullullah?” kemudian beliau menjawab, “ya, meskipun kamu berwudu di sungai yang mengalir kamu tidak boleh berlebihan.” c) Gibah (pergunjingan) Gibah adalah menceritakan tentang seseorang kepada orang lain yang tidak disukai oleh orang yang dijadikan objek cerita. Secara umum, gibah sebagai perbuatan yang dilarang dalam ajaran islam meskipun apa yang dipergunjingkan tersebut adalah fakta. Akan tetapi, jika pembicaraan keburukan orang lain tersebut untuk keperluan penyelidikan dan penegakan hukum, hal tersebut di perbolehkan. Salah-satu contoh gibah ialah, misalnya ada seseorang yang didakwa melakukan korupsi pada sebuah institusi pemerintah. Maka, orang-orang yang tidak terlibatdalam keperluan penyelidikan tidak boleh membincangkan tindakan korupsi tersebut. Dalam keseharian kita sering tanpa sadar telah membicarakan keburukan orang lain atau bergunjing, misalnya saat menonton tayangan gosip di televisi kita kemudian ikut membincangkannya dengan teman-teman kita. Agar dapat menghindari perilaku gibah, bayangkan saja jika yang digunjingkan orang lain, tentu kita tidak mau. d) Fitnah Berasal dari bahasa arab yang berarti kekacauan, bencana, cobaan, ujian dan siksaan. Fitnah dalam bahasa indonesia dipahami sebagai berita bohong atau desas desus tentang seseorang, karena ada maksud-maksud yang kurang baik dari pembuat fitnah terhadap sasaran fitnah. Al-qur‟an menggambarkan bahwa fitnah akibatnya lebih kejam dari pada pembvunuhan terdapat dalam (surat al-baqarah :191). Akibat perbuatan fitnah dapat memutuskan hubungan persaudaraan, persahabatan, dan kekeluargaan di dalam 6
kehidupan manusia sehari-hari, membuat kawan menjadi lawan dan menyalakan api permusuhan. Agar dapat terhindar dari perbuatan fitnah-memfitnah, maka seseorang harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengendalikan lidahnya agar tidak terlalu banyak berbicara. Sebab faktor utama timbulnya fitnah adalah dari lisan. Apabila seseorang tidak yakin dapat mengendalikan lisannya, jalan yang baik menurut rosullulah adalah diam.
C. Hadits-hadits yang termasuk dalam pembahasan akhlak terpuji انصالج:اٖ انعًم احة انٗ هللا ذعانٗ؟لال: صٙساند انُث: هللا عُّ لالٙ عثذانشحًٍ عثذهللا تٍ يسعٕد سظٙعٍ ات )ّٛم هللا (يرفك عهٛ شى اٖ؟انجٓاد فٗ سث:لهد.ٍٚ تش انٕانذ:لال:ٖشى ا: لهد.عهٗ ٔلرٓا Diriwayatkan dari Abu abdirrahman Abdullah ibnu mas‟ud RA,dia berkata:aku bertanya kepada Nabi SAW:apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT?Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”.aku bertanya lagi:kemudian apa?Beliau menjawab: “Birrul walidain”.kemudian aku bertanya lagi:seterusnya apa?Beliau menjawab: “Jihad fi sabilillah Akhlak adalah perilaku lisan, perbuatan fisik, bahkan perbuatan diam kita. Semua tindaktanduk kita adalah akhlak kita. Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah swt berupa Ibadah, dan kepada Rasulullah Saw. Dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik pada manusia yang lain.
Menjadi manusia yang berakhlak mulia bukanlah suatu hal yang mudah. Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah swt. Kepada kita semua untuk memperbaiki akhlak manusia. Beliau bersabda: “sesungguhnya aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak”. Akhlak adalah cerrmin hati. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik maka berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki akhlak buruk maka hidupnya akan suram, dan akan membawa kerusakan baik bagi dirinya sendiri dan ligkungan sekitarnya. Itulah sebabnya setiap manusia harus memperbaiki akhlaknya.
Memiliki akhllak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapapun. Artinya, akhlak mennentukan baik buruknya seorang dihadapan sesama. 7
a. Hadits tentang kejujuran membawa kebaikan َٔ نجَُّ ِح ِّ إِ ٌَّ ان: ّ ٔسهّى لمٛ صهّٗ هللا عهٙث َ ص ْذ َ َْ ْٓ ِذ٘ إِنَٗ اٚ َْٓذ إِنَٗ ْانثِشِّ َٔإِ ٌَّ اْنثِ َّشٚ ق ّ ُّ هللا عُّ عٍ انٙس عثذهللا تٍ يسعٕد سظٚحذ ْ ْ ُ ُ ْ ْ َّ َ َ َ ُ َصْ ُذَٛإِ ٌَّ ان َّش ُج َم ن َة َ ُكرٚ َّٗ َك ِزبُ ََرٛ َٔ إِ ٌَّ ان َّش ُج َم ن.اس َ َٔإِ ٌَّ ْان ِك ْز.مًاْٚ ص ِّذ ِ ٌَ َْٕ ُكٚ َّٗق َحر ِ َُ ْٓ ِذ٘ إِنٗ انٚ َ ْٓ ِذ٘ إِنٗ انفجُْٕ ِس َٔ إِ ٌَّ انفجُْٕ ِسٚ ب .ِع ُْ َذ هللاِ َك َّزاتًا )ٍٍٛ ايُٕااذمٕاهللا ٔكَٕٕا يع انصادلٚٓا انزٚاأٚ : ٗ تاب لٕل هللا ذعان96: كراب األدب-87 : ٗ(أَشج انثخاسٖ ف Terjemah Hadits: ”Abdullah ibnu Mas‟ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka. Dan seorang yang dusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya perkataan dan kenyataan atau I‟tiqd yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tapi juga dalam hatinya dan juga dala setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta untuk berlaku jujur. Kebenaran perkataan akan membawa dampak kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan.
Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancararkan ke dalam lubuk hati dan pikirannya. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar pun terbiasa untuk jujur. [5]
Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan masingmasing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya
8
dengan penuh dengan kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya. Kerika seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima ucapannya dihadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya dihadapan para hakim serta disenangi pembicaranya. Sebaliknya, bagi mereka yang sellau berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memiliki pandangann yang baik oleh orangorang di sekitarnya.
b. Hadits tentang perbuatan baik dengan tetangga ثحٛٔإٌ اصاترّ يص,ّش ُْأذَٛ ّٔإٌ اصاتر,ّٔإٌ اعٌٕ سرشذ,ّٔإٌ افرمش الشظر,ّّعرٛٔإٌ ياخ ش,ّحك انجاس إٌ يشض عذ ذ )َٗح لذسن إال أٌ ذغشف نّ يُٓا (سٔاِ انطثشاٚٔال ذؤرِ تش,حّّٚ انشٛٔال ذشفع تُاءن فٕق تُائّ فرس ّذ عه,ّرٚع ّز ”hak tetangga ialah, apabila ia sakit kita menjenguknya, apabila ia meninggal, kamu mengiringi jenazahnya, apabila kita membutuhkan sesuatu, kamu meminjaminya,apabila ia tidak memiliki pakaian kamu memberikan pakaian, apabila ia mendapatkan kebajikan kamu mengucapkan selamat kepadanya, apabila ia mendapatkan musibah kamu bertakziah kepadanya, jangan kamu meninggikan rumahmu atas rumahnya sehingga angin terhalang masuk rumahnya, dan janganlah kamu menyakiti dengan bau periukmu kecuali kamu memberinya sebagian dari masakan itu.” (HR.Thabrani). Dari hadits di atas dapat kita ambil pelajaran, untuk mengukur keimanan seseorang menurut cara Rasulullah saw. Yaitu agar keimanan seseorang muslim dilihat dari tiga hal, yaotu: kebaikannya terhadap tetangga, berbuat baik terhadap tamu dan perkataannya kepada orang lain. Tiga alat ukur yang sudah disampaikan oleh Rasulullah saw di atas dijadikan barometer bagi seorang dalam kehidupan sehari-hari. Tidak menyakiti hati tetangga, menghormati tamu, dan berkata baik atau memilih diam menjadi kerangka ukur bagi orang yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir. Orang yang sudah mendeklarasikan beriman kepada Allah swt dan hari akhir, dilarang keras mengganggu, apalagi menyakiti tetangga, baik fisik maupun psikis. Menghormati dan memuliakan orang lain merupakan langkah baik untuk membangun relasi antara lembaga keluarga dengan tetangga.
c. Hadits tentang etika duduk di jalan ٍْ ُٕل هللاِ َيا تُ َّذ نََُا ِي ِّ ٍذ ْانـ ُخ ْذ ِسٛ َس ِعٙع ٍَْ أَتِـ َ َا َسسٚ خ لَانُٕا َ َُّا ُك ْى َٔ ْانـ ُجهِٚال إ َ َ ِّ َٔ َسه َّ َى لْٛ َصهَّٗ هللاُ َعه َ ِ٘ أَ ٌَّ َسسُٕ َل هللا ِ ٕس تِانط ُشلَا ُ َيـ َجانِ ِسَُا ََرَ َح َّذ ال َ ٚرُ ْى فَأَ ْعطُٕا انطَّ ِشْٛ ِّ َٔ َسهَّ َى إِ ٌْ أَتَـْٛ َصهَّٗ هللاُ َعه َ َُٕل هللاِ ل َ َا َسسٚ كٚ َ ِال َسسُٕ ُل هللا َ ََٓا فَمِٛز ف ِ ك َحمَُّّ لَانُٕا َٔ َيا َحك انطَّ ِش َع ٍِ ْانـ ًُ ُْ َك ِشُٙ ْٓ َُُّٔف َٔ ان َ َغَط انث ِ ص ِش َٔ َكف األَ َرٖ َٔ َسد ان َّسالَ ِو َٔ ْاألَ ْي ُش تِ ْانـ ًَ ْعش
9
Dari Abu Said Al-Khudry radhiallahu‟anhu dari Nabi shallallâhu „alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di jalan”.Maka para Sahabat berkata: “Kami tidak
dapat
meninggalkannya,
karena
merupakan
tempat
kami
untuk
bercakap-
cakap”.Rasûlullâh shallallâhu „alaihi wasallam berkata: “Jika kalian enggan (meninggalkan bermajelis di jalan), maka berilah hak jalan”.Sahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu?” Beliau menjawab:
“Menundukkan
pandangan,
menghilangkan
gangguan,
menjawab
salam,
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.” Kandungan hadits di atas adalah larangan keras duduk-duduk di pinggir jalan, sebab itu adalah majelis setan, kecuali apabila hak jalan tersebut ditunaikan. Itulah alasan kenapa Nabi Saw melarang kita duduk-duduk di tepi jalanan atau semisalnya. Tetapi dari hadits di atas kita dapati pula bahwa selain Rasulullah saw. Melarang duduk di pinggir jalan, beliau membolehkannya dengan catatan harus menunaikan hak-hak jalan tersebut sebagai syarat pembolehannya. Kita juga dapati bahwa larangan duduk di pinggir jalan ditunjukkan bagi mereka yang tetap ingin duduk di pinggir jalan tetapi menunaikan syarat-syarat tadi. Rasulullah saw berpesan, bahwa jika memang duduk di jalan itu diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, maka wajib memenuhi hak-hak orang lain yang melewati mereka, di antaranya yang disebutkan dalam hadits ini ada empat macam hak. Yaitu: pertama, menundukkan (membatasi) pandangan (dari melihat para wanita yang bukan mahramnya yang melewatinya atau hal-hal yang diharamka). Kedua, tidak mengganggu (menyakiti) orang dengan ucapan maupun perbuatan. Ketiga, menjawab salam. Keempat, memerintahkan (manusia) kepada kebaikan dan mencegah (mereka) dari perbuatan mungkar. D. Hadit-hadits yang termasuk dalam pembahasan akhlak tercela س ٔال ذحسسٕا ٔال ذجسسٕا ٔالٚاكى ٔانظٍ فئٌ انظٍ أكزب انحذٚ إ:ّ ٔ سهى لالٛ صهٗ هللا عهٙ عٍ انُث: شجٚ ْشٙعٍ أت )٘ذحاسذٔا ٔال ذذاتشٔا ٔال ذثاغعٕا ٔكَٕٕا عثاد هللا إَٕاَا (سٔاِ انثخاس Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: ”jauhilah oleh kalian berprasangka, karena Sesungguhnya berprasangka itu ucapan paling dusta. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah memata-matai, janganlah saling bersaing, iri hati, benci dan berselisih. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (H.R. Bukhari). Persaudaraan menjadi kata kunci pesan rasulullah dalam hadits di atas. Dalam membina dan menjaga keutuhan persaudaraan, kita harus selalu menjauhi prasangka, mencari-cari 10
kesalahan orang lain, memata-matai, saling iri, dan benci satu dengan yang lain. Jika kita tidak bisa menjauhi apa yang sudah digariskan Rasulullah (kebiasan jelek) di atas, maka yang tersisa adalah sebuah permusuhan dan saling membenci antara satu dengan yang lain. Tentu ini adalah awal bencana keretakan, ketidakrukunan dan hilangnya harmoni di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. a. Hadits tentang ghibah dan buhtan َّ لَانُٕا.ُثَحّٛ ٔسهى لَا َل أَذَ ْذسٌَُٔ َيا ْان ِغٛهللاِ صهٗ هللا عه َّ َشجَ أَ ٌَّ َسسُٕ َلْٚ ع ٍَْ أَتِٗ ُْ َش مٛ َ ال ِر ْك ُش َ ِ ل.َُِ ْك َشٚ ن أَََ انَ تِ ًَا َ َ ل.هللاُ َٔ َسسُٕنُّ ُ أَ ْعهَ ُى ُ ُ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ ْ َ ) ِّ فمذ تََٓرُّ (سٔاِ يسهىَِٛكٍ فٚ ِّ َيا ذَمٕ ُل فم ِذ اغرَ ْثرَُّ َٔإٌِ ن ْىِْٛدَ إِ ٌْ َكاٌَ فِٗ أَ َِٗ َيا أَلٕ ُل لا َل إٌِ كاٌَ فَٚأَفَ َشأ Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bertanya: “tahukah kamu sekalian, apakah menggunjing itu?” para sahabat berkata: “Allah swt dan Rasul-Nya lebih mengetahui‟. Beliau bersabda: “yaitu bila kamu menceritakan keadaan saudaramu yang ia tidak menyenanginya”. Ada seorang sahabat bertanya: “bagaimana seandainya saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudara saya itu?” beliau menjawab: “apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudaramu itu, maka berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada saudaramu, maka kamu bener-benar membohongkannya”. (H.R. Muslim Dari hadits di atas nabi saw menjelaskan makna ghibah, yaitu dengan mneyebut-nyebut orang lain dengan sesuatu yang ia benci, baik tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka setiap kalimat yang kita ucapkan sementara ada orang lain yang membencinya, jika ia tahu kita mengatakan demikian maka itulah ghibah. Dan jika sesuatu yang kita sebutkan itu ternyata tidak ada pada dirinya, berarti kita telah melakukan dua kejelekan sekaligus: ghibah dan Bhutan (dusta). Imam nawawi ra mengatakan, Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, dunianya, jiwanya, akhlaknya, anakanaknya, istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimic bicaranya, atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang bersifat mengejek baik dengan ucapan maupun isyarat. Tidak semua jenis ghibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis ghibah yang diperbolehkan yaitu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan ghibah. Ada enam jenis ghibah yang diperbolehkan yaitu: 1. Orang yang terdzolimi mengadukan kedzolimannya yang dilakukan orang lain kepada penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki kekuatan untuk mengadili
11
perbuatannya tersebut. Sehingga diperbolehkan mengatakan”Si Fulan telah mendzalimi diriku” atau “Dia telah berbuat demikian kepadaku.” 2. Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran. Maka sesorang diperbolehkan mengatakan,”Fulan telah berbuat demikian maka cegahlah dia!” 3. Meminta fatwa kepada mufti (pemberian ffatwa) dengan mengatakan: Si Fulan telah mendzolimi diriku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang Manfaat mempelajari ilmu akhlak Berkenaandengan manfaat mempelajari ilmu akhlak, ahmad amin mengatakan sebagai berikut: Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat dzalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk. Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan. Selain itu ilmu akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, harmonis, rukun, sejahtera lahir dan batin. Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juhga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehiduqpan manusia disegala bidang. Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahayya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya .orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya. Dengan demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa ilmu akhlak bertujuan untuk memberikann pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukanny, dan terhadap perbuatan yang buruk, ia berusaha untuk menghindarinya.
E. KESIMPULAN
12
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu „anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu „alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
DAFTAR PUSTAKA Al-Maududi, Abul A.la. 1984. Al-Khilafah wa al-Mulk. Terj. Oleh Muhammad AlBaqir. Bandung: Mizan. Ary Ginanjar Agustian. 2005. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Penerbit Arga. Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Marzuki. 2008. ”Pembentukan Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY. Moleong, Lexy J. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muka Sa.id. 1986. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Muslim Nurdin. 1995. Moral & Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta.
13