PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBUKAAN PERTAMBANGAN EMAS DI HUTAN BATANG TORU (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)
SKRIPSI
Oleh : FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR 041201008/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skrips : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan) Nama : Fachruddin Fahmy Siregar NIM : 041201008 Jurusan : Kehutanan Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Oding Affandi,S.Hut,M.P Ketua
Drs.Zulkifli Lubis,M.A Anggota
Mengetahui
Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS Ketua Departemen Kehutanan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Public Perception of Mining Gold on The Batang Toru Forest (Case Studies in The District of Batang Toru, Tapanuli Selatan Regency). Under Guidance by ODING AFFANDI and ZULKIFLI LUBIS. Goal of this research is how to describe your perception of society towards the gold mining area in Batang Toru Forest and to describe your relationship to socioeconomic factors (age, education, long living, and income) with the public perception towards the establishment of the gold mining area in Batang Toru Forest in Napa and Aek Pining Village, Batang Toru District, South Tapanuli Regency. This study was conducted in October and November 2008. This research is done with descriptive method, the level of perception using Likert Scale and the relationship to see socio-economic (age, education, long living, and income) to the perception of the local community about the establishment of the gold mining area in Batang Toru Forest using the Spearman Rank correlation. Number of samples taken 80 of the 55 families in Aek Pining and 25 families in the Village of Napa. Collecting data in the primary and secondary research was conducted using questionnaires, interviews, observation, and study literature. Results of research indicate that the people does not yet have sufficient knowledge about the forest. Society also looked at the positive existence of the mining area Batang Toru Forest, because the community is able to increase income, reduce unemployment, although this is felt by some new people. But the infrastructure, environment and culture has not changed significantly. There is a strong relationship between level of education with public perception. There is no strong relationship anatara age, duration of living and income level of public perception. Keywords: perception, community, mining, forestry, social and economic factors.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Di bawah Bimbingan oleh ODING AFFANDI dan ZULKIFLI LUBIS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru dan untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, di Desa Napa dan Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan Skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) terhadap persepsi masyarakat setempat tentang pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel diambil sebanyak 80 KK yaitu 55 KK di Desa Aek Pining dan 25 KK di Desa Napa. Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal ini baru dirasakan sebagian masyarakat. Tetapi menyangkut infrastruktur, kondisi lingkungan dan budaya belum mengalami perubahan yang signifikan. Ada hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi masyarakat. Tidak terdapat hubungan yang kuat anatara umur, lama bermukim dan pendapatan terhadap tingkat persepsi masyarakat. Kata kunci : persepsi, masyarakat, pertambangan, hutan, faktor sosial dan ekonomi.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 22 September 1986, dari ayah Imran Siregar dan ibu Farida Hannum Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara, yaitu Fachruddin Fahmy Siregar dan Zayanthy Fauzi Siregar. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 147534 Batang Toru, pada tahun 2001 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Batang Toru. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Padang Sidimpuan dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU sebagai anggota dan menjadi asisten laboratorium di Departemen Kehutanan. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Jawa Barat Unit III.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru(Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan) “ ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I). 2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis,M.A selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II). 3. Kedua orang tua saya, Imran Siregar dan Hj. Farida Hannum Harahap yang telah memberikan dukungan secara materi dan moril kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Dan kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Hormat Saya Penulis DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRACT .............................................................................................
i
ABSTRAK................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
DAFTAR ISI ............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................. Identifikasi Masalah .......................................................................... Tujuan Penelitian .............................................................................. Hipotesis ........................................................................................... Manfaat Penelitian ............................................................................
1 3 3 3 4
TINJAUAN PUSTAKA Hutan ................................................................................................ Jasa Lingkungan (Hutan) ................................................................... Fugsi Hutan....................................................................................... Manfaat Hutan .................................................................................. Pertambangan.................................................................................... Peran Pertambangan .......................................................................... Persepsi dan Perilaku ........................................................................ Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat ................................................... Landasan Teori.................................................................................. Pendidikan Masyarakat ............................................................. Umur ........................................................................................ Pendapatan ............................................................................... Lama Bermukim .......................................................................
5 5 6 6 7 8 9 11 12 12 12 13 13
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Aek Pining ............................................................................... Keadaan Fisik Lingkungan ....................................................... Kependudukan.......................................................................... Desa Napa ......................................................................................... Keadaan Fisik Lingkungan ....................................................... Kependudukan.......................................................................... Hutan Batang Toru ............................................................................ Perusahaan Pertambangan di Kecamatan Batang Toru.......................
15 15 16 18 18 19 21 22
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. Alat dan Bahan.................................................................................. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... Jenis Data Penelitian ......................................................................... Data Primer .............................................................................. Data Sekunder .......................................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................................ Kuesioner ................................................................................. Wawancara ............................................................................... Observasi.................................................................................. Studi Literatur .......................................................................... Analisa Data ..................................................................................... Defenisi dan Batasan Operasional ..................................................... Defenisi .................................................................................... Batasan Penelitian ....................................................................
24 24 24 25 25 26 26 26 26 26 27 27 28 28 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ............................................................ Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa .......... Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan di Kawasan Hutan Batang Toru ............................................................................ Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Persepsi ........
30 33 38 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ....................................................................................... Saran .................................................................................................
52 53
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
54
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Halaman 1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ........................
15
2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam ...................................
16
3. Kondisi geografi Desa Aek Pining .........................................................
16
4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin ...............
16
5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur ...........................
16
6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan .......
17
7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan mata pencaharian ...................................................................................
18
8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ........................
18
9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam ............................................
19
10. Kondisi geografi Desa Napa .................................................................
19
11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin ......................
19
12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur ...................................
19
13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan ..............
20
14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian ........
21
15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya ....................
21
16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining ..............................................................................
30
17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa ....
30
18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Aek Pining ..............................................................................
31
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa ........
31
20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining ............................................................................. 21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa .........
31 32
22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Aek Pining ..............................................................................
32
23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa ....
32
24. Persepsi masyarakat tentang defenisi hutan merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh manusia ........................................................................................
33
25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar dan sebagai tempat rekresi ..
35
26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan .........................
36
27. Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga dan dilestarikan ....................................................................................
37
28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan di kawasan hutan ..................................................................................
38
29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka ......................
39
30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan tertutup......................
40
31. Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah dengan adanya perusahaan pertambangan ....................................................................
41
32. Persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan setelah adanya perusahaan pertambangan .............................................
42
33. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat ............................................................
43
34. Persepsi masyarakat terhadap pertambagan dalam hubungannya dengan pengangguran...........................................................................
44
35. Persepsi masyarakat tentang hubungan antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat ........................................................
45
36. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubunganya dengan nilai-nilai budaya .....................................................................
46
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
37. Persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya pertambangan ....................................................................................... 38. Analisa korelasi Rank Spearman dengan faktor sosial masyarakat ........ DAFTAR LAMPIRAN
47 48
Halaman 1. Lembaran kuisioner................................................................................
56
2. Data penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan ...................................................................
61
3. Data penduduk Desa Napa, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan ...................................................................
64
4. Korelasi Rank Spearman antara umur dengan persepsi ...........................
65
5. Korelasi Rank Spearman antara pendidikan dengan persepsi ..................
68
6. Korelasi Rank Spearman antara lama bermukim dengan persepsi ...........
71
7. Korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan persepsi..................
74
8. Peta lokasi proyek di Kecamatan Batang Toru .......................................
77
9. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek .............
80
10. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek dengan citra satelit ...............................................................................
78
11. Dokumentasi penelitian ........................................................................
79
12. Surat keterangan selesai penelitian dari Desa Aek Pining .....................
81
13. Surat keterangan selesai penelitian dari Desa Napa...............................
82
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia bisa jadi adalah nama lain dari surga dunia jika dilihat dari melimpahnya kekayaan alam dan kesuburan buminya. Negeri khatulistiwa ini tercatat sebagai pemilik hutan alam khas tropika terluas ketiga setelah Brazil dan Zaire. Sepuluh persen hutan tropika dunia berada di sepanjang khatulistiwa Indonesia. Hutan tipe ini sangat kaya sumber-sumber biologik (10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% reptil, 17% spesies burung) dan beraneka ragam kebudayaan masyarakat lokal. Lebih kurang 250 bahasa lokal dan kelompok etnik yang menghuni kawasan yang penting bagi kesehatan dan kenyaman bumi (Simon, 2004). Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengubah keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Pembangunan daerah dilaksanakan dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, daerah memerlukan dana dan sumber biaya yang tidak sepenuhnya dapat diperoleh dari pemerintah pusat. Setiap daerah memiliki sumber dana pembangunan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan seperti pertambangan dan perkebunan (Simon, 2004) Pembangunan
hutan
selalu
ditujukan
untuk
memaksimumkan
produktivitas dengan berlandaskan kelestarian ekosistem. Dalam strategi kehutanan sosial, produktivitas tidak hanya diukur dengan hasil hutan kayu, melainkan meliputi semua aspek fungsi hutan secara utuh dan kepentingan para pihak. Untuk itu perlu ditunjukkan nilai-nilai yang penting sebagai produk yang diinginkan (Simon, 2004). Pemerintah
kemudian
memproduksi
peraturan-peraturan
yang
memungkinkan para pemodal asing hadir dan diizinkan mengeksploitasi sumberdaya hutan sekalipun pada saat itu tanpa didukung oleh pengetahuan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
kehutanan yang memadai tentang hutan hujan tropika. Akumulasi eksploitasi yang ekonomisentrik tersebut menimbulkan masalah-masalah sosioekologis baru di negeri ini (Simon, 2004). Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa masyarakat lokal yang berada di sekitarnya merupakan bagian dari lingkungan yang sangat mempengaruhi kelangsungannya. Hubungan yang
kurang
baik antara perusahaan dan
lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik. Keberadaan masyarakat lokal kini menjadi semakin kuat dan mereka cenderung lebih berani memperjuangkan hak-haknya bahkan terkadang mereka menuntut di luar kewajaran atau di luar kemampuan perusahaan sehingga banyak perusahaan saat ini yang terancam angkat kaki karena besarnya tekanan dari masyarakat lokal (Sitorus, 2001). Sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat
memberikan dampak
ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak langsung dari perusahaan adalah seperti pembukaan jalan dan transportasi perusahaan dapat sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat, kebutuhan para pekerja perusahaan seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat. Besar kecilnya dampak tersebut sangat bergantung pada tingkat kepedulian perusahaan dan pekerjanya serta kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal dalam memanfaatkan peluang yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat lokal selalu menjadi masalah utama sehingga selalu mereka tersingkir oleh pendatang dalam memanfaatkan peluang. Masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan (Sitorus, 2001). Saat ini, di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan telah dibuka sebuah perusahaan pertambangan emas di mana lokasi dari proyek pertambangannya terletak di hutan masyarakat maupun lahan agroforestri di mana kepemilikan lahannya dimiliki oleh masyarakat, adat maupun desa. Pada saat ini proyek pertambangan pada tahap prakonstruksi yaitu pada tahap pembebasan lahan dan awal konstruksi. Industri pengelolaan ini berpotensi menimbulkan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
dampak positif dan negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas yang ada di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Identifikasi Masalah 1. Bagaimana persepsi masyarakat di Kecamatan Batang Toru terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru. 2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat tehadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. 2. Untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan pihakpihak terkait seperti dinas kehutanan untuk membuat kebijakan yang lebih baik terkait dengan pembukaan pertambangan pada kawasan hutan.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Hutan memiliki definisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam perspektif ahli ekologi, hutan diartikan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001). Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi, hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) (Arief, 2001).
Jasa Lingkungan (Hutan) Jasa lingkungan (hutan) adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi antara lain jasa wisata alam, rekreasi, jasa perlindungan tata air atau hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset). Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik hutan Indonesia yang sangat beragam merupakan keunggulan komparatif tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada konsumen jasa lingkungan (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2007). Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Fungsi Hutan Dalam pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya berdasarkan fungsi pokok tersebut pemerintah menetapkan hutan menjadi tiga yaitu, hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Menurut Arief (2001) hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung) merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah. Sedangkan hutan yang berfungsi konservasi (hutan konservasi) merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi dan akibat kemajuan industri negara maju (Zain, 1998).
Manfaat Hutan Indonesia memilki luas hutan 144 juta hektar atau 75 persen dari total luas daratan. Sekitar 49 juta hektar merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64 juta hektar telah dirancang untuk hutan produksi, dan luas selebihnya sebesar 31 juta hektar disediakan untuk keperluan perluasan pertanian (Zain,1998). Salim (1997) mengklasifikasikan manfaat hutan menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Yang dimaksud dengan manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Manfaat langsung berupa: kayu dan hutan ikutan, seperti rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung hutan adalah manfaat Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung seperti yang dikemukakan Salim (1997), yaitu: 1. Mengatur tata air, 2. mencegah terjadinya erosi, 3. memberikan manfaat terhadap kesehatan, 4. memberikan rasa keindahan, 5. memberikan manfaat di sektor pariwisata, 6. memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan, 7. menampung tenaga kerja, dan 8. menambah devisa negara.
Pertambangan Pengertian bahan galian menurut Manan dan Saleng (2004) ialah: unsurunsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batubatu mulia seperti emas yang merupakan endapan-endapan alam. Kemudian karakteristiknya berupa: benda padat, cair dan gas yang keadaannya masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam yang melekat pada batuan induknya dan belum terjamah oleh manusia. Pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial. Betapa tidak, karena dalam pengusahaannya diperlukan sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan tinggi dan pola hidup mewah, sementara kemampuan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan masih berpendidikan rendah dan pola hidup sangat sederhana. Akibatnya masyarakat setempat tidak dapat berpartisipasi, sehingga lambat laun perbedaan ekonomi dan status sosial antara pendatang dengan masyarakat sekitar akan semakin tajam dan rawan. Bahkan kesenjangan yang mengarah kepada kecemburuan sosial sering menjadi pemicu kerusuhan dan tindak kriminal (Manan dan Saleng, 2004).
Peran Pertambangan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Penguasaan pertambangan memiliki peran yang strategis dan kontribusi yang besar terhadap pembangunan di daerah. Sebab dengan penguasaan pertambangan di daerah, otomatis akan terbentuk komunitas baru dan pengembangan wilayah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah kegiatan penguasaan pertambangan. Pengembangan wilayah yang demikian akan membawa pengaruh perekonomian daerah, sebab masyarakat pencari kerja dan pelaku ekonomi akan tertarik ke wilayah pertumbuhan yang baru. Dengan demikian lambat laut jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan penguasaan pertambangan (Manan dan Saleng, 2004). Mengenai kontribusi penguasaan pertambangan terhadap kesejahteraan rakyat, secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: kontribusi langsung dan kontribusi tidak langsung. 1. Kontribusi langsung sektor ini pada umumnya dirasakan atau dinikmati oleh masyarakat sekitar wilayah usaha pertambangan, tetapi juga dapat merasakan langsung dampak negatif yang akan timbul akibat pengusahaan pertambangan. Misalnya dari aspek hukum mereka yang memenuhi syarat dapat terlibat langsung dengan menjadi karyawan pada perusahaan pertambangan atau mendapatkan dana recognisi karena tanahnya dimanfaatkan oleh pengusaan pertambangan. 2. Kontribusi tidak langsung terhadap kesejahteraan rakyat adalah melalui penerimaan negara baik iuran pertambangan, pajak maupun non-pajak serta pungutan lain. Penerimaan negara tersebut digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. (Manan dan Saleng, 2004). Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan mereka bukan sebagai korban pasif dari pengusahaan pertambangan. Tapi masyarakat sekitar seharusnya dianggap sebagai suatu potensi yang dapat berperan aktif, sehingga membawa peningkatan kapasitasnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Faktor penghambat untuk dapat menjadikan masyarakat sekitar sebagai aktor atau pelaku adalah tingkat pendidikan rendah, kurang pengalaman dan tidak terlatih, sehingga masyarakat Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
hanya dapat dipekerjakan sampai pada tahap konstruksi yang butuh tenaga kerja semi skilled dan unskilled yang cukup banyak. Setelah itu tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga ahli (Manan dan Saleng, 2004). Banyak perusahaan yang telah berusaha membina hubungan baik dengan masyarakat. Beberapa perusahaan telah memberikan bantuan kepada masyarakat lokal, seperti program bina desa hutan (PBDH), pembuatan jalan, beasiswa, bantuan bibit tanaman pertanian, dan lapangan kerja. Namun, dalam kenyataannya di lapangan, sebagian besar anggota masyarakat tidak puas akan bantuan-bantuan yang selama ini diberikan oleh perusahaan. Kurangnya kesadaran masyarakat lokal akan bantuan yang telah diterima dari perusahaan sering menimbulkan terjadinya ketidakpuasan di antara mereka sehingga dapat menjadi salah satu sumber terjadinya konflik. Konflik tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan yang cenderung merugikan perusahaan dan masyarakat itu sendiri. Bahkan, masyarakat saat ini lebih menerima perusahaanperusahaan baru karena diiming-imingi dengan janji yang lebih menggiurkan terutama untuk jangka pendek (Sitorus, 2001).
Persepsi dan Perilaku Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki
seseorang
mengenai
sesuatu
hal
sedangkan
perilaku
adalah
tindakan/aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat dalam Sandi (2006) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Menurut Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya. Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat bentukFachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain. Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000). Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab (Subagyo, 2005). Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Sesuai dengan pendapat Wibowo (1988), banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan seseorang, kedudukan dalam starata sosial, dan latar belakang sosial budaya.
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat terdiri dari lingkungan alam (ekosistem), lingkungan hidup sosial ekonomi (sosio sistem), lingkungan hidup binaan/tekno sistem (Fandeli, 1992). Ketiga sistem tersebut harus dipandang secara menyeluruh karena ketiga sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang lainnya. Demikian halnya perubahan fungsi lahan juga akan membawa dampak terhadap lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkungan sosial ekonomi maka selayaknya setiap ada pembangunan hendaknya memperhitungkan ketiga aspek tersebut. Dampak sosial ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi dari kegiatan perubahan yang direncanakan, baik perubahan biogenik, sosial ataupun ekonomi (Pelly, 1991).
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Landasan Teori Pendidikan Masyarakat Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, memproduksi sumber-sumber alam, membangun berbagi organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Cara yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah melalui pengetahuan masyarakat dengan memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi) dan pendidikan non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Yusnita dan Sudrajat, 2003). Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berfikir secara alamiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan dengannya, serta menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara teortis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Umur Untuk mengetahui tingkat umur masyarakat, Sinaga (2003) dalam penelitiannya pada masyarakat petani di kawasan hutan Kabupaten Karo membagi tingkat umur menjadi lima kategori, yaitu: a. Golongan sangat muda berusia kurang dari 20 tahun b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun. Seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya.
Pendapatan Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan formal ialah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan di luar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan subsisten ialah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsisten (Sumardi dan Evers, 1985). Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan membiayai kebutuhan
hidup
tidak
sebanding
dengan keinginan untuk
mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi (Sukirno, 1985).
Lama Bermukim Untuk melihat peningkatan kehidupan dapat dilihat pada tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup seseorang dalam suatu wilayah. Di dalam menentukan lamanya masyarakat menempati suatu wilayah kerap kali dihadapkan pada berbagi dilema yang pelik, karena sering kali seseorang pindah melewati suatu daerah tertentu, dan di daerah tersebut disusun data statistika tetapi masyarakat yang telah didata hanya menetap dalam waktu relatif singkat, sehingga akibatnya validitas data yang dihimpun Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
tidak jelas. Sebagai contoh pekerja tambang dan perkebunan seringkali pindah dan bertempat tinggal selama satu tahun dan kemudian pindah lagi untuk bekerja di bidang yang lain (Yassin, 2000). Waktu
yang
dibutuhkan
masyarakat
dalam
beradaptasi
dengan
lingkungannya tidak terlepas dari kondisi pemukiman masyarakat. Hal itu akan terkait dengan pengadaan lahan guna mendapatkan ruang untuk bertempat tinggal. Lingkungan pemukiman akan sangat mempengaruhi pembinaan dan watak manusia. Pemukiman sebagai suatu kesinambungan ruang kehidupan dari seluruh unsurnya, baik yang alami maupun non alami yang saling mendukung dan melindungi secara fisik, sosial dan budaya. Keanekaragaman kondisi sosio budaya, sosio ekonomi dan fisik serta dinamika perubahannya, dijadikan dasar pertimbangan utama pengelolaan dan pengembangan pemukiman yang terpadu secara sosial maupun fungsional. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan untuk melakukan integral sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin peningkatan kulaitas hidup secara berkelanjutan (Syahrin, 1999).
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Batang Toru adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Di dalam Kecamatan Batang Toru terdapat 27 desa. Di antara 27 desa yang ada di Kecamatan Batang Toru tersebut dijadikan penulis menjadi desa sampel dalam penelitian ini, yaitu: Desa Aek Pining dan Desa Napa.
A. Desa Aek Pining Keadaan Fisik Lingkungan Desa Aek Pining adalah tempat penelitian penulis yang mempunyai batas wilayah yaitu: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Napa. b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumuran. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Napa. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya No 1
Penggunaan Pemukiman - Pemukiman Umum 2 Untuk Bangunan - Perkantoran - Sekolah - Tempat Ibadah - Kuburan - Jalan 3 Pertanian Sawah - Sawah Tanah Hujan 4 Perkebunan - Perkebunan Rakyat Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Luas (Ha) 30,73 0,25 3,5 0,5 1,5 1,5 2,0 160,0 199,98
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Desa Aek Pining mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai berikut. Tabel 2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam No 1 2
Bentang Alam Dataran Perbukitan/Pegunungan Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Luas (Ha) 35 165 200
Tabel 3. Kondisi geografi Desa Aek Pining No Kondisi Geografi 1 Tinggi tempat di atas permukaan laut 2 Curah hujan rata-rata pertahun 3 Suhu rata-rata Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Keterangan 201 mdpl 2.000-3.000 mm/tahun 290 C
Kependudukan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Desa Aek Pining berkisar 2.299 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.157 orang dan perempuan 1.142 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 550 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin No 1 2
Jenis Kelamin
Jumlah 1.157 1.142 2.299
Laki-laki Perempuan
Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50
Jumlah 543 329 315 988 124
Persen 23.62 14.31 13.70 42.98 5.39
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
2.299
100
Tingkat umur penduduk di Desa Aek Pining yang paling dominan adalah pada jenjang umur 41-50 tahun yaitu sebesar 988 orang, yang dapat dilihat pada tabel di atas. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU PT
Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Jumlah
Persen
220 756 762 531 30 2.299
9.57 32.88 33.14 23.10 1.31 100
Di Desa Aek Pining pendidikan yang paling dominan adalah SMP sebesar 762 orang (33.14%), SD sebanyak 756 orang (32.88%), SMU sebanyak 531 orang (23.10%), Tidak Sekolah sebanyak 220 orang (9.57%), dan yang paling rendah adalah yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 30 orang (1.31%).
Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian Dengan jumlah penduduk 2.299 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Aek Pining adalah pedagang dan petani. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Desa Aek Pining yaitu sebagai salah satu daerah perkebunan dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini penulis kemukakan dalam bentuk tabel yang tertera di bawah ini. Tabel 7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan mata pencaharian No 1 2 3 4 5 6 7
Mata Pencaharian Petani Peternak Buruh Industri PNS/ABRI Pegawai Swasta Pegawai BUMN/BUMD Perbankan
Jumlah 102 12 56 52 12 5 36
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
8 9 10 11
Pedagang Jasa Angkutan Perbengkelan Lain-lain
Total Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
107 27 11 1.879 2.299
B. Desa Napa Keadaan Fisik Lingkungan Desa Napa adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Batang Toru yang mempunyai batas wilayah yaitu: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batuhoring. b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aek Pahu dan Desa Napa. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Telo. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wek IV. Luas wilayah Desa Napa menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya No 1
Penggunaan Pemukiman - Pemukiman Umum 2 Untuk Bangunan - Perkantoran - Sekolah - Tempat Ibadah - Kuburan - Jalan 3 Pertanian Sawah - Sawah Tanah Hujan 4 Perkebunan - Perkebunan Rakyat Total Sumber data: Kantor Desa Napa
Luas (Ha) 21,02 2,5 6,5 1,0 3,0 3,5 20,0 48,51 103,03
Desa Napa mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai berikut. Tabel 9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam No 1 2
Bentang Alam
Dataran Perbukitan/Pegunungan Total Sumber data: Kantor Desa Napa
Luas (Ha) 200 1.600 1.800
Tabel 10. Kondisi geografi Desa Napa No 1 2
Kondisi Geografi Tinggi tempat di atas permukaan laut Curah hujan rata-rata pertahun
Keterangan 208 mdpl 2.000-3.000 mm/tahun
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
3
290 C
Suhu rata-rata
Sumber data: Kantor Desa Napa
Kependudukan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Desa Napa berkisar 1.025 jiwa yang terdiri dari laki-laki 522 orang dan perempuan 503 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 250 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin No 1 2
Jenis Kelamin
Jumlah 522 503 1.025
Laki-laki Perempuan Total
Sumber: Kantor Desa Napa
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50 Total Sumber data: Kantor Desa Napa
Jumlah 233 155 353 222 62 1.025
Persen 22.73 15.12 34.44 21.66 6.05 100
Tingkat umur penduduk di Desa Napa yang paling dominan adalah pada jenjang umur 31-40 tahun yaitu sebesar 353 orang yang dapat dilihat pada tabel di atas.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persen
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
1 2 3 4 5
Tidak sekolah SD SMP SMU PT Total
466 321 143 56 39 1.025
45.46 31.32 13.95 5.46 3.81 100
Sumber data: Kantor Desa Napa
Di Desa Napa pendidikan yang paling dominan adalah Tidak Sekolah sebesar 466 orang (45.46%), dan yang paling rendah adalah yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 39 orang (3.81%).
Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian Dengan jumlah penduduk 1.025 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani dan pedagang. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Desa Napa yaitu sebagai salah satu daerah perkebunan dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini penulis kemukakan dalam bentuk tabel yang tertera di bawah ini. Tabel 14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mata Pencaharian Petani Peternak Buruh Industri PNS/ABRI Pegawai Swasta Pegawai BUMN/BUMD Perbankan Pedagang Jasa Angkutan Perbengkelan Lain-lain Total Sumber data: Kantor Desa Napa
Jumlah 543 5 58 21 10 1 2 155 33 30 167 1.025
Hutan Batang Toru Kawasan Hutan Batang Toru yang dijadikan sebagai judul penelitian ini merupakan kawasan hutan yang berada di wilayah Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi: hutan produksi terbatas, hutan adat, hutan hak milik, hutan agroforestri dengan total wilayah mencapai 23.742 ha.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Sedangkan kawasan Hutan Batang Toru secara keseluruhan merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total wilayah mencapai 234.399 ha dan mencakup tiga kabupaten, yaitu: Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Hasil survei keanekaragaman hayati menunjukan bahwa kawasan Hutan Batang Toru memiliki tingkat keunikan dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga
dapat
dinyatakan
sebagai
kawasan
penting
bagi
pelestarian
keanekaragaman hayati (key biodiversity area) khususnya orangutan, spesies kebanggaan Provinsi Sumatera Utara. Adapun luas berdasarkan fungsi kawasan Hutan Batang Toru dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya No 1 2 3
Mata Pencaharian Hutan lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Total Sumber data: Kantor Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan
Luas (Ha) 25.315 93.628 17.341 136.284
Perusahaan Pertambangan Di Kecematan Batang Toru Perusahaan pertambangan saat ini yang berada di Kecamatan Batang Toru adalah PT. Agincourt Resources (PT. AGC). Pada bulan April 1996, PT Austindo Mining Corporation (AMC), sebuah perusahaan Indonesia dan Normany Anglo American (NAA), sebuah perusahaan Singapura mengadakan perjanjian patungan untuk mendirikan PT Danau Toba Mining (PTDTM). Pada bulan Juli 2004 AMC mengalihkan andilnya dalam PTDTM kepada PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ), sebagai hasil merjer dan konsolidasi antara AMC dan ANJ. Bulan Maret 2004, ANJ menuntaskan pengalihan sebagian andilnya pada PTAR kepada South Seas Resources Pte Ltd, sebuah perusahaan Singapura. Bulan november 2004, ANJ menuntaskan pengalihan andilnya pada PTAR kepada PT Newton Pasific Nusantara (PTNPN). Sejak terlibat dengan PTDTM, Newmont South East Asia Pte Ltd (NSEA) telah berganti nama beberapa kali dengan nama NAA Indonesia Pte Ltd, Normandy Anglo Pte Ltd dan Normany South East Asia Pte Ltd. Dengan penggabungan Newton dengan Normandy Mining tahun 2002, nama Normandy South Asia Pte Ltd diganti menjadi Newton South East Asia Pte Ltd. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Pada tahun 2006 Agincourt Resources (Singapura) Pte Ltd (ARS) di bawah kelola Agincourt Resorces Ltd. AGC membeli proyek Martabe dan mengendalikan berbagai entitas terkait dari Newmont. Dan perusahaan ini adalah milik Oxiana Ltd. (OXR). OXR mengakuisisi AGC dan hak-hak untuk menuruskan pengembangan proyek bulan April 2007 melalui pengambilalihan perusahaan.
Perusahaan
ini
bertujuan
untuk
mengembangkan
proyek
pertambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Laporan Utama ANDAL, 2008). Proyek ini berada di bawah naungan Kontrak Karya (KK) berdasarkan Keputusan Presiden No. B-143/Pres/1997 tertanggal 17 Maret 1997, Kontrak Karya tersebut telah mengalami dua kali penciutan, saat ini mencakup areal 2.563 km2 . Luas wilayah kegiatan eksploitasi yang diusulkan oleh PT. AGC adalah 28,6 km2 atau 2.863 ha meliputi wilayah dalam satu kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 desa yang berada di sekitar pertambangan emas di Hutan Batang Toru, yaitu: 1. Desa Aek Pining. 2. Desa Napa. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan alasan bahwa daerah tersebut merupakan desa yang paling dekat dengan lokasi pertambangan dan desa yang berpotensi paling besar merima dampak dari pembukaan pertambangan tersebut (Laporan Utama ANDAl, 2008). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober dan Nopember 2008.
Alat dan Bahan Alat-lat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Kuesioner
Alat tulis
Kamera
Komputer Bahan yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi data-data responden yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan. Adapun data sekunder yang dipergunakan meliputi luas hutan, kondisi hutan serta data kependudukan yang diperoleh dari instansi pemerintah (kantor desa, kantor kecamatan, dinas kehutanan) dan studi literatur (studi pustaka). Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan pertambangan emas yaitu Desa Aek Pining dan Desa Napa. Dari data monografi desa tahun 2007, Desa Aek Pining memiliki populasi penduduk sebesar 2.299 jiwa atau 550 KK. Sedangkan Desa Napa sebesar 1.025 jiwa atau 250 KK. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu responden dipilih pertama kali berdasarkan kriteria tingkat pendidikannya. Hal ini dilakukan agar diperoleh keseimbangan antara setiap kriteria, kemudian dilihat berapa jumlah responden berdasarkan kriteria lainnya seperti: umur, pendapatan dan lama bermukim. Sehingga didapatkan hasil yang seimbang antar kriteria. Menurut Arikunto (2006), purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Berdasarkan data populasi yang ada maka untuk menghitung jumlah sampel, digunakan rumus Arikunto. Menurut Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15%, atau 20%-25%, atau lebih, tergantung setidaknya dari: a. Kemampuan penelitian di lihat dari tenaga, dan dana (biaya). b. Sempitnya atau luasnya wilayah penelitian dari subjek, karena hal ini menyangkut sedikit banyaknya data. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik (Arikunto, 2006). Sehingga dari rumus di atas didapat sampel sebesar: 10% x 800 KK = 80 KK.
Jenis Data Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa: Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
a. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Data primer yang diperlukan adalah identitas responden, sosial ekonomi, persepsi,
dan
partisipasi
masyarakat
terhadap
keberadaan
perusahaan
pertambangan emas. b. Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang ada pada instansi pemerintah yang meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan literatur-literatur yang mendukung.
Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dibuat kepada responden, untuk mempermudah peneliti melakukan wawancara secara langsung sehingga tujuan peneltian dapat dijawab. 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dengan mangajukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara ini terstruktur menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada beberapa responden, tokoh yang ada pada desa tersebut dan aparat desa setempat. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada dinas pemerintah daerah yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi pendukung lainnya. 3. Observasi Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak bisa diperoleh dengan cara wawancara, karena terdapat hal-hal yang bersifat rahasia. Sehingga peneliti harus belajar mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah penelitian, yang sangat mungkin itu merupakan jawaban yang diharapkan. 4. Studi literatur (pustaka) Studi literatur (pustaka) ini dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang mendukung akurasi data yang diperlukan dalam penelitian. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Analisis Data Penelitian ini merupakan suatu kajian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu (Usman dan Akbar, 2001). Pada tingkat persepsi menggunakan skala Likert dan untuk melihat hubungan sosioekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim dan pendapatan) terhadap persepsi mayarakat setempat tentang pembukaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank (Nazir, 2003). Dengan rumus sebagai berikut : rs = 1 −
6 ∑ di 2 n n2 −1
(
)
Dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan n = banyak pengamatan
Menurut Priyatno (2008) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut : 0,00 – 0,49 = hubungan rendah 0,50 – 1,00 = hubungan kuat
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi -
Persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkan pesan. -
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
-
Pertambangan di kawasan hutan adalah proses pengambilan atau penggalian (ekstraksi) bahan-bahan mineral yang berada pada suatu kawasan hutan.
-
Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan yang berkenaan dengan masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi.
-
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dijalani masyarakat.
-
Umur adalah jumlah tahun hidup responden mulai lahir sampai saat sekarang.
-
Lama bermukim adalah jumlah tahun menjadi pemukim di lokasi penelitian.
-
Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga.
Batasan Penelitian 1. Persepsi masyarakat terhadap : a. Keberdaan hutan dan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
b. Manfaat hutan dan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, c. Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak: •
Sosial
•
Ekonomi
•
Lingkungan.
2. Faktor sosial meliputi umur, pendidikan dan lama bermukim. 3. Faktor ekonomi meliputi tingkat pendapatan rata-rata masyarakat setiap bulan. 4. Sampel penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang di Desa Aek Pining dan Desa Napa, Kecamatan Batang Toru yang merupakan desa yang paling dekat dengan lokasi pertambangan. 5. Sampel diambil secara purposive sampling. 6. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan perusahaan pada saat tahap eksplorasi perusahaan di kawasan Hutan Batang Toru.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 80 warga dan seluruhnya tinggal di Desa Aek Pining dan Desa Napa, Kecamatan Batang Toru. Keberadaan dan aktivitas dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek seperti berikut.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining dan Desa Napa yang dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 berikut. Tabel 16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU PT Total
Jumlah 11 11 11 11 11 55
Persen 20 20 20 20 20 100
Tabel 17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU PT Total
Jumlah 5 5 5 5 5 25
Persen 20 20 20 20 20 100
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Pada umumnya responden di daerah penelitian hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu dapat dilihat pada data kependudukan menurut tingkat pendidikan di Desa Aek Pining. Di Desa Napa diketahui bahwa tingkat pendidikan paling dominan adalah Tidak Sekolah. Hal ini disebabkan karena responden sebagian besar tidak mempunyai dana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMU dan PT. Dari 80 responden, penulis mengambil responden berdasarkan kriteria pendidikan secara seimbang yaitu 20 persen tiap tingkat pendidikan. Dimaksudkan untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan secara seimbang.
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Aek Pining dan Desa Napa diketahui bahwa kelompok umur yang dominan adalah > 51 sebanyak 21 orang (26%). Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya 31 – 40 sebanyak 21 orang (26%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur < 20 yaitu sebanyak 0 orang (0%), karena tidak dijumpai kepala keluarga di bawah umur lebih kecil dari 20 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19 sebagai berikut. Tabel 18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Aek Pining No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 51 Total
Jumlah 0 13 14 13 15 55
Persen 0 23,64 25,45 23,64 27,27 100
Tabel 19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 51 Total
Jumlah 0 6 7 6 6 25
Persen 0 24 28 24 24 100
Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining dan Desa Napa seperti terlihat pada tabel 20 dan 21 di bawah ini: Tabel 20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining No 1 2 3 4 5
Lama Bermukim (Tahun) ≤5 6 - 10 11 - 15 16 – 20 > 20 Total
Jumlah 7 5 12 1 30 55
Persen 12,73 9,09 21,81 1,82 54,55 100
Tabel 21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa No 1 2 3 4 5
Lama Bermukim (Tahun) ≤5 6 - 10 11 - 15 16 – 20 > 20 Total
Jumlah 9 4 1 2 9 25
Persen 36 16 4 8 36 100
Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada rentang > 21 tahun sebanyak 39 orang (49%). Responden yang telah bermukim di daerah penelitian selama >21 tahun sebagian besar mengatakan bahwa mereka sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut dan tidak pernah pindah.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Komposisi penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23 berikut. Tabel 22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Aek Pining No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendapatan (Rp) ≤ 500.000 501.000 – 1.000.000 1.001.000 – 1.500.000 1.501.000 – 2.000.000 > 2.001.000 Total
Jumlah 11 30 6 5 3 55
Persen 20,00 54,55 10,91 9,09 5,45 100
Tabel 23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa No 1 2 3 4
Tingkat Pendapatan (Rp) ≤ 500.000 501.000 – 1.000.000 1.001.000 – 1.500.000 1.501.000 – 2.000.000
Jumlah 0 16 4 5
Persen 0 64 16 20
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
5
> 2.001.000 Total
0
0
25
100
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat di Desa Aek Pining dan
Desa
Napa
masih
tergolong
rendah,
karena
masyarakat
hanya
menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian yaitu padi sawah dan karet. Sistem yang diterapkan oleh masyarakat juga masih bersifat tradisional, sehingga cenderung produktivitas tidak meningkat. Jumlah responden yang memiliki penghasilan agak tinggi memiliki persentase yang kecil yaitu sebesar 4%. Responden tersebut pada umumnya memiliki usaha sampingan di luar sektor pertanian.
Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa Persepsi masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa dibagi menjadi dua bagian, yaitu persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Batang Toru dan persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas pada kawasan Hutan Batang Toru.
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Batang Toru Persepsi masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa terhadap keberadaan Hutan Batang Toru menyangkut tentang pengertian, manfaat, dampak kerusakan, dan kelestarian hutan. Secara lebih rinci akan dipaparkan di bawah ini.
Persepsi Masyarakat Tentang Defenisi Hutan Dari responden yang ditanyakan bagaimana pendapat mereka tentang apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan, bahwasanya mereka memiliki persepsi yang beragam, hal ini dapat dilihat Tabel 24 sebagai berikut: Tabel 24. Persepsi masyarakat tentang apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan yaitu merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh manusia No
Persepsi
Responden Jumlah
Persen
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Total
0 48 0 32 0 80
0 60,00 0 40,00 0 100
Dari tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 40% responden setuju terhadap peryataan bahwa lokasi pertambangan di daerah mereka adalah kawasan hutan yaitu sesuai dengan defenisi hutan yang merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestariakan oleh manusia. Angka tersebut di atas membuktikan bahwa sebagian masyarakat sudah mengetahui tentang defenisi hutan. Sebagian besar responden mengatakan bahwa informasi tentang hutan mereka ketahui dari dinas kehutanan yang datang melakukan sosialisasi menyangkut hutan yang difasilitasi oleh pemerintah setempat. Namun sebelum adanya pertambangan di daerah mereka, dinas kehutanan tidak pernah melakukan sosialisasi secara khusus. Jadi dapat dikemukakan bahwa mayoritas masyarakat baru mengetahui apa itu hutan, dimana sebelumnya kebanyakan di antara mereka sama sekali tidak tahu apa itu hutan. Menurut penuturan masyarakat bahwa informasi tentang hutan mereka ketahui secara jelas baru tiga tahun terakhir ini, sebelumnya sebagian besar dari masyarakat tidak mengetahuinya secara jelas. Tetapi setelah adanya pertambangan tersebut, dinas kehutanan juga gencar melakukan sosialisasi, sehingga frekuensi mendengar pengertian hutan semakin sering. Dalam penyuluhan terhadap masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa disampaikan bahwa sebagian besar lahan masyarakat masuk dalam kawasan hutan. Kondisi tersebut mempengaruhi persepsi dan pemahaman masyarakat tentang hutan sehingga ada sebagian masyarakat yang mengangap bahwa lahan milik pribadi adalah bukan termasuk areal hutan melainkan areal perkebunan milik masyarakat. Mereka juga mengatakan bahwa areal pertambangan adalah bukan areal hutan melainkan adalah areal perkebunan yang berhak untuk dijual. Fenomena ini juga dapat memicu konflik horizontal antara masyarakat dengan pemerintah, kalau tidak diatasi secara cermat oleh pihak-pihak terkait. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Manfaat Hutan Atas
pernyataan
apakah
hutan
yang
dijadikan
sekarang
areal
pertambangan mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut.
Tabel 25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekresi No
Persepsi
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Total
Responden Jumlah 0 48 0 32 0 80
Persen 0 60,00 0 40,00 0 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian kecil masyarakat setuju bahwa areal pertambangan sekarang ini bermafaat bagi kehidupan masyarakat Batang Toru khususnya masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa, yaitu untuk mengatur tata air, mencegah bajir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi. Responden yang menjawab setuju adalah responden yang memilki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan tidak memiliki lahan hak milik di lokasi pertambangan tersebut dan yang menjawab tidak setuju adalah responden yang tingkat pendidikannya rendah dan merupakan responden yang memilki lahan di lokasi pertambangan dan yang bekerja di perusahaan pertambangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan itu sendiri dan pengaruh ekonomi masyarakat yang rendah sehingga tidak menyadari bahwa kawasan dari areal proyek pertambangan tersebut pada masa yang akan datang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di daerah Batang Toru sendiri.. Pada dasarnya persepsi masyarakat tentang manfaat hutan (seperti pada tabel 25) adalah sama dan bersifat positif. Ada yang lebih mementingkan nilai ekologi daripada ekonomi dan sebaliknya. Persepsi masyarakat dan persepsi yang Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
positif terhadap hutan lebih dipengaruhi oleh faktor sumber informasi tentang pengertian dan manfaat hutan. Pengetahuan masyarakat tentang hutan diperoleh dari sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan. Faktor lainnya yang mempengaruhi kesamaan persepsi tentang manfaat hutan sebahagian masyarakat adalah penyampaian informasi dari masyarakat yang mendengar dan mengikuti secara langsung kegiatan penyuluhan kepada anggota masyarakat yang tidak mengikutinya. Hasil aktivanya masyarakat rata-rata memiliki konsep yang sama tentang manfaat hutan. Selain itu, pengalaman responden yang sudah lama berinteraksi dengan hutan dan sudah sering melihat fonomena alam seperti longsor, juga mempengaruhi persepsi masyarakat tentang manfaat hutan. Hal ini sesuai dengan peryataan Van Den Ban dan Hawkins (1999) bahwa secara teortis pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia.
Dampak Kerusakan Kawasan Hutan Atas pertanyaan apabila Hutan Batang Toru rusak akibat pertambangan akan menyebabkan hutan banjir, longsor, binatang buas masuk ke kampung dan lingkungan akan rusak bahkan menyebabkan hilangnya nyawa manusia pada Tabel 26 berikut. Tabel 26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Total
Responden Jumlah 0 48 0 32 0 80
Persen 0 60,00 0 40,00 0 100
Persepsi masyarakat terhadap dampak kerusakan Hutan Batang Toru (seperti pada tabel 26) diketahui bahwa sebagian kecil masyarakat memiliki pandangan yang positif terhadap hutan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab setuju 32 orang (40%). Hal ini juga tidak terlepas dari pengetahuan dan pamahaman masyarakat akan arti pentingya hutan, dan juga informasi yang mereka terima dari luar mengenai banyaknya bencana alam yang terjadi di daerah lain akibat pertambangan. Rata-rata responden yang menjawab Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
setuju adalah mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya. Responden yang menjawab yang tidak setuju adalah 48 orang (60%). Keadaan ini dipengaruhi kurangnya informasi yang diperoleh responden dan juga mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa areal pertambangan adalah termasuk sebuah kawasan hutan karena mereka menganggap kawasan hutan adalah kawasan yang memang hutan murni dan milik pemerintah dan mereka juga tidak yakin ketika lokasi pertambangan rusak dapat menyebabkan masuknya binatang buas ke perkampungan mereka. Responden yang menjawab tidak setuju adalah dari responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yang mempunyai lahan milik di areal pertambangan dan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Hutan Batang Toru Harus Dijaga dan Dilestarikan Dari pernyataan tentang Batang Toru harus dijaga dan dilestarikan responden menanggapinya secara berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini. Tabel 27. No 1 2 3 4 5
Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga dan dilestarikan Persepsi
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju Total
Responden Jumlah 0 48 0 32 0 80
Persen 0 60,00 0 40,00 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki persepsi yang bervariasi. Dari jumlah responden yang ditanya diketahui bahwa yang manyatakan setuju mempunyai persentase yang paling kecil. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat yang sudah tinggi dan memiliki hubungan yang erat dengan hutan, seperti pekerjaannya yang langsung berhubungan dengan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
hutan yaitu bertani dan berkebun dan yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat memiliki pengharapan yang tinggi terhadap hutan dan mereka menyadari arti pentingnya hutan demi kelestarian yang berkelanjutan. Dan responden yang menjawab tidak setuju akan pelestarian hutan adalah terkecil, hal ini disebabkan kekurangan pengetahuan masyarakat tentang pengertian, fungsi dan manfaat hutan itu sendiri sehingga mereka tidak mengetahui bahwa Hutan Batang Toru yang menjadi areal pertambangan saat ini harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Wibowo (1998) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan pendidikannya.
Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang Toru Keberadaan Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang Toru Dari responden yang ditanya tentang tanggapan mereka terhadap keberadaan pertambangan di Hutan Batang Toru bahwasanya masyarakat memiliki persepsi yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini. Tabel 28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Bermanfaat Tidak Bermanfaat Biasa Saja Bermanfaat Sangat Bermanfaat Total
Responden Jumlah 0 32 0 48 0 80
Persen 0 52,50 0 47,50 0 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat memandang postif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Sesuai dengan penuturan sebagian besar masyarakat bahwa informasi tentang pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru sudah diketahui mereka sejak tahun 2001, kebanyakan masyarakat mengungkapkan bahwa informasi tersebut banyak mereka peroleh dari pemerintah setempat (camat, kepala desa), tokoh adat dan tokoh agama. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Kejelasan informasi tentang pertambangan tersebut semakin diketahui masyarakat setelah adanya sosialisasi secara khusus tahun 2008 dari pihak pertambangan dan pihak-pihak terkait lainya termasuk dinas kehutanan. Masyarakat mengetahui bahwa pertambangan tersebut berada pada kawasan Hutan Batang Toru, di mana kawasan hutan itu terdiri dari hutan adat, hutan rakyat dan hutan produksi. Implikasi dari informasi tersebut membuat kondisi psikologis masyarakat di daerah penelitian mulai memanas, karena mereka takut lahan mereka diklaim sebagai hutan negara yang nota bene sudah memiliki sertifikat dan mereka juga takut dampak yang akan ditimbulkan oleh pertambangan dikemudian hari seperti pada areal pertambangan lain yang ada di Indonesia yang lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap ekologi. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan di kawasan hutan (seperti pada Tabel 28) dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat memandang positif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Jumlah responden yang mengatakan bermanfaat 42 orang (60%) dan mengatakan tidak bermanfaat adalah 38 orang (40%). Masyarakat yang menjawab bermanfaat berharap dengan hadirnya pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan mereka. Seperti pada pembebasan lahan, dan perekrutan tenaga kerja sebesar 1500 karyawan pada tahap konstruksi (Laporan Andal Perusahaan, 2008). Jumlah responden yang mengatakan tidak bermafaat adalah yang paling kecil, mereka adalah responden yang sudah mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi yaitu perguruan tinggi. Mereka menganggap terlalu dini mengatakan bahwa pertambangan ini bermanfaat bagi daerah mereka, karena masih pada tahap konstruksi dan menilai dampak yang ditimbulkan kelak mungkin lebih kearah yang negatif yaitu kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan peryataan Manan dan Saleng (2004) yang menyatakan pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial.
Pola Pertambangan Terbuka
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pertambangan terbuka apabila dilakukan oleh perusahaan pertambangan di areal Hutan Batang Toru nantinya, dapat dilihat pada Tabel 29 sebagai berikut. Tabel 29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka No
Persepsi
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Ragu-Ragu Baik Sangat Baik Total
Responden Jumlah 0 80 0 0 0 80
Persen 0 100 0 0 0 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggapan masyarakat terhadap pola pertambangan terbuka menunjukkan bahwa responden pada umumnya sudah mengetahui apa itu pola pertambangan terbuka yaitu dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawa tidak baik. Responden yang menjawab pola pertambangan terbuka itu menjawab tidak baik yaitu mutlak sebesar 100 %. Mereka mengangap pola pertambangan terbuka itu sangat merugikan secara ekologi. Responden banyak mengetahui informasi tentang pola pertambangan terbuka melalui penyuluhan oleh dinas kehutan, surat kabar maupun berita dari media lainnya. Seperti yang dikutip dari jawaban mereka.
Pola Pertambangan Tertutup Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pola pertambangan tertutup dapat dilihat pada Tabel 30 sebagai berikut. Tabel 30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambagan tertutup No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Baik Tidak Baik Ragu-Ragu Baik Sangat Baik Total
Responden Jumlah 0 0 0 100 0 80
Persen 0 0 0 100 0 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada umunya mengatakan bahwa pola pertambangan tertutup itu lebih baik dari pola pertambangan terbuka. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab baik sebesar 100 %. Mereka sudah memiliki pengetahuan tentang pola pertambangan tertutup yang diperoleh dari pihak pertambangan. Menurut pemahaman mereka bahwa penerapan pola pertambangan nantinya akan mampu meminimalisir dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan, sebab menurut responden pola pertambangan tertutup tidak akan merusak vegetasi yang ada di permukaan tanah.
Pengembangan Wilayah Atas
pernyataan
bagaimana
tanggapan
masyarakat
terhadap
pengembangan wilayah tersebut setelah adanya pertambangan di kawasan hutan pada Desa Aek Pining dan Desa Napa disajikan dalam Tabel 31 berikut. Tabel 31. Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah dengan adanya perusahaan pertambangan No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Berkembang Tidak Berkembang Seperti Semula Berkembang Sangat Berkembang Total
Responden Jumlah 0 0 48 32 0 80
Persen 0 0 60,00 40,00 0 100
Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah di Desa Aek Pining dan Desa Napa setelah adanya perusahaan pertambangan (seperti pada Tabel 31) diketahui bahwa 32 responden menjawab berkembang. Karena menurut respoden di daerah tersebut sudah dibangun beberapa infrastruktur, misalnya base camp meskipun ini khusus untuk perusahaan pertambangan, kamar mandi umum (belum selesai sepenuhnya) dan daerah mereka sudah semakin ramai dikunjungi orangorang dari luar daerah sehingga transportasi sudah semakin lancar. Hal yang paling menonjol adalah dengan adanya pertambangan ini sejumlah operator telepon seluler juga sudah ada. Sedangakan responden yang menjawab seperti semula adalah mereka yang dominan (golongan yang berpendidikan tinggi dan bekerja pada Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
pemerintahan daerah). Hal ini dikarenakan kegiatan pertambangan masih dalam tahap awal kontruksi. Belum tampak perkembangan daerah yang ditimbulkan oleh perusaahan pertambangan. Sehingga terlalu dini menyatakan bahwa dengan adanya pertambangan sekarang ini menimbulkan pengembangan wilayah secara signifikan. Walau ada satu persatu perkembangan tapi hal ini bukan sepenuhnya karena kehadiran perusahaan pertambangan.
Perubahan Jalan Atas pernyataan tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan setelah adanya perusahaan pertambangan dapat dilihat pada tabel 32 dibawah ini. Tabel 32. Persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan setelah adanya perusahaan pertambangan No 1 2 3 4 5
Persepsi Menjadi Sangat Rusak Menjadi Rusak Seperti Semula Menjadi Baik Menjadi Sangat Baik Total
Responden Jumlah 0 5 27 48 0 80
Persen 0 6,25 33,75 60,00 0 100
Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan bahwa mayoritas masyakarakat mengatakan jalan menjadi baik. Mereka megatakan hal tersebut karena adanya perbaikan jalan di daerah mereka setelah adanya perusahaan pertambangan. Padahal fakta yang didapat dari pemerintah daerah setempat yaitu camat diketahui bahwa perbaikan jalan di daerah tersebut itu bukan dari perusahaan pertambangan tetapi itu berasal dari pemerintah. Sebagian kecil masyarakat beranggapan bahwa perusahaan pertambangan di daerah mereka hanya akan merusak jalan, karena dengan adanya pertambangan tersebut truk-truk milik perusahaan pertambangan masuk ke daerah mereka sehingga lebih rentan dalam pengrusakan jalan.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Menurut pengakuan sebagian masyarakat bahwa walaupun sudah ada perusahaan pertambangan di Hutan Batang Toru kondisi jalan masih seperti dulu sebelum ada pertambangan. Artinya belum ada perbaikan jalan yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Mereka menilai adapun pembangunan jalan, bukan jalan akses atau jalan umum masyarakat melainkan jalan untuk kepentingan perusahaan untuk masuk ke dalam areal pertambangan. Adapun responden yang mengatakan jalan menjadi rusak sebanyak 5 orang (6,25%). Mereka yang menjawab tidak ada perbaikan jalan dan jalan masih seperti semula adalah responden yang memilki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada yang menjawab ada perbaikan jalan.
Pertambangan dan Pendapatan Atas pertanyaan tentang persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 33 di bawah ini. Tabel 33. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Berkurang Berkurang Biasa Saja Bertambah Sangat Bertambah Total
Responden Jumlah 0 0 6 74 0 80
Persen 0 0 7,25 92,75 0 100
Persepsi masyarakat tentang peningkatan pendapatan setelah adanya perusahaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru dapat dilihat pada Tabel 33, yang menunjukkan bahwa responden yang mengatakan pendapatan masyarakat bertambah adalah yang paling dominan yaitu sebesar 92,75 %, karena mereka mendapatkan pendapatan dari hasil pembebasan lahan dan sebagian mereka juga menjadi pekerja di perusahaan tersebut. Menurut penuturan masyarakat bahwa di daerah tersebut ada perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan pertambangan sebanyak 1500 orang dari penduduk sekitar yang dijadikan sebagai pekerja pada tahap konstruksi. Pada tahap ini juga menyerap banyak proyekproyek pembangunan seperti proyek pembangunan jalan dan bangunan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
pertambangan lainnya yang kesemuanya dikerjakan oleh masyarakat di sekitar pertambangan seperti masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa. Hal itu juga diperkuat dalam Andal perusahaan yang akan melibatkan masyarakat setempat dalam semua pekerjaan pertambangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus (2001) yang menyatakan bahwa sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan. Hal ini juga diperkuat oleh sebagian responden yang menyatakan bahwa dengan adanya perusahaan pertambangan saat ini lapangan pekerjaan baru mulai terbuka. Seperti: katering, dan penginapan. Yang sebelum adanya perusahaan pertambangan usaha tersebut belum ada. Sesuai dengan penuturan responden yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, setelah adanya pertambangan terjadi kenaikan harga dan hasil penjualan yang signifikan. Seperti sayur daun ubi yang dulunya satu ikat Rp. 500 menjadi Rp. 2.000 per ikat. Begitu juga dengan harga-harga barang lainnya. Kenaikan harga tersebut juga diikuti oleh kenaikan penjualan oleh pedagang. Dari tabulasi terebut membuktikan bahwa setelah adanya pertambangan di Hutan Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, meskipun peningkatan pendapatan tersebut masih mulai dirasakan sebagian orang. Kemudian masyarakat yang menjawab biasa saja adalah 6 orang (11%), karena mereka belum merasakan secara langsung peningkatan pendapatan tersebut. Karena mereka tidak mendapatkan pengaruh sedikitpun dengan adanya pertambangan di daerah mereka.
Pertambangan dan Pengangguran Atas pernyataan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan di Hutan Batang Toru dalam hubungannya dengan pengangguran disajikan dalam Tabel 34 di bawah. Tabel 34. Persepsi masyarakat terhadap pertambagan dalam hubungannya dengan pengangguran No
Persepsi
Responden
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
1 2 3 4 5
Sangat Bertambah Bertambah Biasa Saja Berkurang Sangat Berkurang Total
Jumlah 0 0 0 100 0 80
Persen 0 0 0 0 0 100
Dari hasil yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa responden yang mengatakan dengan adanya pertambangan pengangguran berkurang adalah 100%. Hal ini mereka lihat dari perekrutan tenaga kerja sebesar 1500 orang menjadi karyawan perusahaan dan pada tahap ini juga menyerap banyak proyek-proyek pembangunan seperti proyek pembangunan jalan dan bangunan pertambangan lainnya yang kesemuanya dikerjakan oleh masyarakat di sekitar pertambangan seperti masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa. (Dalam Andal Perusahaan, 2008). Temuan ini membuktikan bahwa dengan perusahaan pertambangan di Hutang Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa dapat menekan laju pengangguran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus (2001) yang menyatakan bahwa pertambangan dapat memberikan beberapa dampak yaitu kesempatan kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan.
Hubungan Perusahaan Pertambangan dengan Masyarakat Atas pertanyaan bagaimana persepsi masyarakat tentang hubungan perusahaan pertambangan dengan masyarakat disajikan dalam Tabel 35 di bawah ini. Tabel 35. Persepsi masyarakat tentang hubungan antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Sering Terjadi Konflik Sering Terjadi Konflik Terjadi Konflik Baik Sangat Baik Total
Responden Jumlah 0 0 11 69 0 80
Persen 0 5 13,75 86,25 0 100
Dari tabel tabulasi di atas menunjukkan bahwa hubungan masyarakat dengan perusahaan pertambangan adalah baik. Jumlah masyarakat yang mengatakan baik sebanyak 69 orang (86,25%). Hal ini membuktikan bahwa Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
sampai sejauh ini hubungan perusahaan pertambangan dengan masyarakat adalah baik, masyarakat merasa tidak pernah merasa ada konflik yang terjadi antara masyarakat dan perusahaan. Dari sebagian penuturan responden yang tinggal di Desa Aek Pining ada terjadi konflik dari beberapa masyarakat. Yang kemudian terjadi adalah blokade jalan akses ke camp oleh penduduk yang memiliki rumah di kedua sisi jalan di desa Aek Pining. Hal ini disebabkan oleh mereka merasa terganggu akibat kebisingan dan debu yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan yang lewat dari belakang rumah mereka.. Tetapi sekarang konflik itu telah berakhir. Dengan solusi, perusahaan pertambangan meminta ijin kepada masyarakat Desa Aek Pining menggunakan dan membangun jalan akses lainnya yang jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus (2001) yang meyatakan bahwa hubungan yang kurang baik antara perusahaan dan lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik.
Pertambangan dan Nilai-Nilai Budaya Atas pernyataan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya dengan nilai-nilai budaya disajikan dalam Tabel 36 berikut ini. Tabel 36. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubunganya dengan nilai-nilai budaya No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Bagus Tidak Bagus Biasa Saja Bagus Sangat Bagus Total
Responden Jumlah 0 63 0 17 0 80
Persen 0 78,75 0 21,25 0 100
Dari hasil temuan menunjukkan bahwa masyarakat yang mengatakan semakin tidak bagus adalah yang paling dominan yaitu sebesar 78,75%, hal ini disebabkan masyarakat melihat dengan adanya pertambangan ini banyak menimbulkan sisi negatif terhadap perilaku masyarakat khususnya remaja yang semakin kebarat-baratan dan pola masyarakat yang lebih hidup poyah-poyah seperti minum yang beralkohol dan main perempuan, hal ini didapat dari fakta di Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
lapangan oleh peneliti sendiri dan penuturan oleh responden yang nota benenya adalah kepala keluarga. Jumlah responden yang mengatakan bagus ada sebesar 17 orang (21,25%), hal ini disebabkan oleh pihak perusahaan pertambangan bersedia membantu ketika masyarakat mengadakan acara adat, misalnya pesta perkawinan. Sehingga mereka beranggapan bahwa perusahaan masih memiliki perhatian terhadap kehidupan sosial mereka. Menurut
pengamatan
sebagian
responden,
pada
awal
masuknya
perusahaan pertambangan rasa kekeluargaan di antara masyarakat masih terjalin dengan baik. Seperti intensitas silatuhrahmi antara keluarga hampir tiap hari mereka lakukan. Tetapi setelah adanya perusahaan, suasana kekeluargaan menjadi berkurang, hal itu sangat dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dahulu, sistem kekeluargaan sangat akrab. Bila seorang anggota masyarakat mendapat ikan, rusa atau hasil buruan lain selalu dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat lain. Demikian juga bila suatu keluarga mendapat rejeki, yang lain juga ikut merasakan. Perubahan sosial tersebut sangat terasa terutama sejak masuknya perusahaan yang lebih banyak mempengaruhi perekonomian di Batang Toru. Hal itu disebabkan oleh kebiasaan sebagian masyarakat yang semakin konsumtif dan idealis karena peningkatan taraf hidupyang sangat cepat. Dampak sosial juga terjadi pada anak-anak, terutama yang berumur 10–15 tahun. Banyak orang tua melibatkan mereka bekerja untuk mencari uang. Mereka menjual sayuran dan hasil pertanian lain ke kamp perusahaan terutama sebelum berangkat atau sepulang sekolah dan pada hari libur. Mereka juga membantu orang tua mencari ikan, hasil hutan, dan berladang. Perkembangan anak menjadi kurang baik karena tidak ada waktu untuk bermain dan istirahat. Hampir semua anak tidak menikmati istirahat siang. Jam belajar mereka pada malam hari juga terganggu karena lelah bekerja setelah membantu orang tua pada siang harinya. Salah seorang guru SD yang sekaligus guru SMP di Batang Toru mengatakan bahwa perkembangan dan belajar anak kurang diperhatikan oleh sebagian besar orang tuanya karena adanya pertambangan ini.
Kondisi Lingkungan dan Pertambangan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Atas pertanyaan bagaimana persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya pertambangan di Hutan Batang toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa pada saat ini disajikan dalam Tabel 37 sebagai berikut. Tabel 37. Persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya Pertambangan No 1 2 3 4 5
Persepsi Sangat Tidak Baik Tidak Baik Ragu-Ragu Baik Sangat Baik Total
Responden Jumlah 0 24 0 56 0 80
Persen 0 30,00 0 70,00 0 100
Masyarakat di sekitar proyek memiliki penilaian tersendiri terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayahnya. Hasil survei mendapatkan sekitar 70% menganggap kondisi lingkungan hidup di daerahnya masih terbilang baik. Mayoritas responden di masing-masing desa di Kecamatan Batang Toru menyatakan bahwa kualitas lingkungan di desa mereka dalam kondisi baik (Tabel 37). Secara umum dapat dinyatakan aktivitas pertambangan sejauh ini tidaklah mengganggu kondisi lingkungan hidup. Meskipun mayoritas responden menyatakan tidak ditemukan adanya pencemaran, tetapi sebagian kecil responden (responden yang sudah memiliki tingkat pendidikan di perguruan tinggi) menyatakan adanya pencemaran oleh perusahaan pertambangan. Adanya gangguan yang disebabkan oleh perusaahaan pertambangan terungkap selama wawancara dengan beberapa responden, yaitu kegiatan pertambangan sempat mengotori sungai aek pahu beberapa tahun silam. Sekitar dua tahun silam, menurut penuturan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai aek pahu (Desa Aek Pining) pernah terjadi pencemaran dalam bentuk tumpahan minyak. Sebagian responden juga menyatakan adanya pencemaran limbah pemboran yang tersisa di lokasi pertambangan.
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Persepsi Hubungan faktor sosial masyarakat dibagi menjadi 4 bagian yaitu hubungan antara umur dengan persepsi masyarakat, hubungan antara pendidikan dengan persepsi masyarakat, hubungan antara lama bermukim dengan persepsi Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
masyarakat, dan hubungan antara pendapatan dengan persepsi masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut hubungan faktor sosial masyarakat (pendidikan, umur, lama bermukim dan pendidikan) dengan persepsi masyarakat terhadap pertambangan di Hutan Batang Toru disajikan pada Tabel 38 berikut. Tabel 38. Analisa korelasi Rank Spearman dengan faktor sosial masyarakat No
Faktor Sosial
1 2 3 4
Pendidikan Umur Lama Bermukim Pendapatan
Rank Spearman 0.5027 -0.1083 -0.2005 0,2239
t hitung
t tabel
5,1356 -0.9622 -0.9316 2,0289
1.991 1.991 1.991 1.991
Kesimpulan Hubungan Kuat Hubungan Rendah Hubungan Rendah Hubungan Rendah
Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi Masyarakat Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh responden melalui bangku sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa pendidikan formal responden yang paling banyak adalah SD, dan yang terendah adalah Perguruan Tinggi (PT). Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh rs sebesar 0.5027 dengan t hitung =
5,1356 dan t tabel = 1.991 α = 0,05, sehingga t hitung > t tabel (lampiran 3). Atas
dasar analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal memiliki hubungan yang kuat terhadap persepsi masyarakat. Artinya masyarakat yang berpendidikan tinggi dengan masyarakat yang berpendidikan rendah memiliki persepsi yang berbeda terhadap pertambangan di Hutan Batang Toru. Hal ini didukung oleh pendapat Van Den Ban dan Hawkins (1999) yang mengatakan bahwa pendidikan secara teortis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat jelas perbedaan antara masyarakat yang pendidikannya tinggi dengan masyarakat yang pendidikannya rendah. Masyarakat yang pendidikannya tinggi pandangannya lebih visioner (berpikir jangka panjang) dalam menganalisa perkembangan di daerah mereka. Sedangkan masyarakat yang pendidikannya rendah cenderung skeptis dan memikirkan kepentingan sesaat dalam mencermati segala perkembangan yang ada, khususnya menyangkut pertambangan yang ada di kawasan Hutan Batang Toru pada saat ini.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Hubungan antara Umur dengan Persepsi Masyarakat Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan peringkat Spearman diperoleh rs= -0.1083, ini menunjukkan bahwa umur dengan persepsi memiliki hubungan yang rendah. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi di antara 0.00 – 0.49 menunjukkan korelasi rendah dan 0.50 – 1.00 menunjukkan korelasi sangat kuat (Priyatno, 2008). Berdasarkan analisis yang dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa t
hitung
= -0.9622 dan t
tabel
=1.991 pada α = 0.05, sehingga t
hitung
tabel
(Lampiran 4), dengan demikian H0 tidak diterima, artinya bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara umur dengan persepsi masyarakat. Karena t hitung
nilainya negatif, maka berarti umur berhubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap persepsi masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa umur berhubungan negatif dengan persepsi masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa. Temuan tersebut membuktikan bahwa baik yang tua maupun yang muda memiliki pandangan yang tidak berbeda terhadap pertambangan pada kawasan Hutan Batang Toru. Kondisi ini dipengaruhi oleh karena pertambangan di Hutan Batang Toru masih dalam tahap awal konstruksi belum sampai pada tahap eksploitasi. Masyarakat belum sepenuhnya memahami pertambangan yang ada di daerah mereka, sehingga keterbatasan informasi ini berimplikasi terhadap mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinaga (2003) yang menyatakan seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya.
Hubungan antara Lama Bermukim dengan Persepsi Masyarakat Hubungan antara lama bermukim dengan persepsi masyarakat terhadap pertambangan di kawasan hutan diuji dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa antara lama bermukim dengan persepsi masyarakat terhadap pertambangan di kawasan hutan memiliki hubungan yang sangat rendah dimana rs sebesar -0.2005 dengan t dan t tabel = 1.991 pada α = 0,05, sehingga t
hitung
hitung
= -0.9316
(Lampiran 5).
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa masyarakat yang sudah lama bermukim dengan yang baru bermukim persepsinya sama terhadap pertambangan di Hutan Batang Toru. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan informasi tentang pertambangan yang diterima masyarakat. Menurut penuturan sebahagian besar responden bahwa pertambangan tersebut diketahui informasinya sekitar 8 tahun yang lalu, dimana ketika itu masyarakat tidak terlalu menanggapi informasi tersebut, karena pada saat itu tahapan kegiatan pertambangan adalah penyelidikan umum, sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan informasi sangat terbatas. Setelah sampai pada tahap eksplorasi dan konstruksi masyarakatpun semakin banyak mendapat informasi tentang keberadaan pertambangan itu, dan beberapa masyarakat ada yang menjadi karyawan di perusahaan pertambangan tersebut. Apalagi dengan adanya beberapa pertemuan secara formal antara masyarakat dengan pihak pertambangan dan pihak-pihak terkait lainnya yang difasilitasi oleh pemerintah setempat (kepala desa dan camat). Mayoritas masyarakat telah bermukim di Aek Pining dan Desa Napa sudah lebih dari 20 tahun, namun informasi tentang pertambangan di Hutan Batang Toru pada daerah mereka diketahui secara jelas masih tiga tahun terkahir ini, sehingga hal ini mempengaruhi pandangan mereka.
Hubungan antara Pendapatan dengan Persepsi Masyarakat Hubungan antara pendapatan dengan persepsi masyarakat terhadap pertambangan di kawasan hutan diuji dengan korelasi Spearman, sehingga setelah dianalisis diketahui bahwa rs sebesar 0.2239 dengan t
hitung
= 2,0289 dan t
tabel
=
1991 pada α = 0,05 sehingga t hitung > t tabel ( Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa antara pendapatan dengan persepsi masyarakat memiliki hubungan yang kuat. Artinya masyarakat dengan pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang pendapatannya rendah memiliki persepsi yang berbeda. Hal ini diketahui bahwa masyarakat yang mempunyai ekonomi yang rendah lebih kurang menghargai hutan dibandingkan oleh masyarakat yang mempunyai ekonomi yang lebih besar. Terbukti dari persepsi mereka tentang areal pertambangan. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Persepsi masyarakat terhadap Hutan Batang Toru Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang hutan. Walau ada sebagian masyarakat yang sudah mengerti tentang manfaat suatu hutan. Hal ini disebabkan terlebih karena pendidikan dan perekonomian responden sendiri. 2. Persepsi masyarakt terhadap pertambangan di kawasan hutan Masyarakat memandang positif keberadaan pertambangan di Hutan Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa. Karena dengan adanya perusahaan pertambagan tersebut pendapatan masyarakat menjadi bertambah, walaupun masih dirasakan sebagian anggota masyarakat, pengangguran juga berkurang meskipun penurunan tingkat pengangguran tersebut masih rendah. Namun menyangkut pengembangan wilayah, perubahan jalan keberadaan budaya, kondisi lingkungan, dan keadaan irigasi belum mengalami perubahan yang signifikan. 3. Adanya hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi masyarakat. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
4. Terdapat hubungan yang rendah antara umur terhadap tingkat persepsi masyarakat. 5. Terdapat hubungan yang rendah antara lama bermukim terhadap tingkat persepsi masyarakat. 6. Terdapat hubungan yang rendah antara pendapatan terhadap tingkat persepsi masyarakat.
Saran 1. Melihat realitas pendidikan di Desa Aek Pining dan Desa Napa yang tergolong masih rendah, maka perusahaan pertambangan setelah memasuki tahap eksploitasi nantinya melalui community development harus lebih berfokus kepada peningkatan pendidikan generasi muda di daerah tersebut, baik itu penekanannya kepada pendidikan formal atau pendidikan alternatif, misalnya dengan pelatihan-pelatihan. 2. Perlu dibentuk sebuah wadah masyarakat (penguatan institusi lokal yang sudah ada sebelumnya) sebagai lembaga kontrol serta menjembatani aspirasi masyarakat dalam membuat kesepakatan-kesepakatan dengan perusahaan pertambangan. Sehingga konsekuensi yang diakibatkan oleh adanya pertambangan tersebut tidak merugikan masyarakat setempat. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam sebagai langkah memonitoring perkembangan pertambangan di Hutan Batang Toru, misalnya menyangkut dampak ekologi yang ditimbulkan oleh perusahaan pertambangan.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Azwar, S. 2000. Sikap Manusia – Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2007. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Bogor. Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Prinsip Dasar dan Penerapannya Dalam Pembangunan. Penerbit Liberty. Bogor Manan, B dan A. Saleng. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta. Nazir, M. 2003. Metode Peneltian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pelly, U. 1991. Dampak Kegiatan Pembangunan Pada Sosial Budaya (Sebuah Kerangka Analisis Dampak Lingkungan Sosial). Kursus Dasar-Dasar Amdal X. USU. Medan. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Mediakom. Yogyakarta. Salim, H. S. 1997. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Sandi R. 2006. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Tentang Keberadaan HPHTI Toba Pulp Lestari di Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Program Sarjana Kehutanan – USU. Medan. Simon, H. 2004. Membangun Kembali Hutan Indonesia. Pustaka Pelajar. Jakarta. Sinaga, S. 2003. Perilaku Masyarakat Petani Terhadap Eksploitasi Lapisan Tanah Atas Pada Lantai Hutan dan Kerugian Fisik yang Diakibatkannya di Kawasan Hutan Kabupaten Karo. Tesis Program Pasca Sarjana USU. Medan. Sitorus, S. 2001. Dampak Perusahaan Terhadap Hasil Hutan dan Masyarakat Disekitarnya. Forest Product and People Programme Center for International Forestry Research. Bogor. Subagyo, P. J. 2005. Hukum Lingkungan – Masalah dan Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta. Sumardi, M dan H. D. Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. CV Rajawali. Jakarta. Syahrin, A. 1999. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. USU Press. Medan. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Usman, H dan P. S. Akbar. 2001. Metodologi Peneltian Sosial. Bumi. Aksara. Jakarta. Van Den Ban, A. W dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Wibowo, I. 1998. Psikologi Dasar. Universitas Terbuka. Karunika. Jakarta. Yasin, M. 2000. Dasar-Dasar Demografi. UI Press. Jakarta. Yusnita, I dan A. Sudrajat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor. Zain A. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka Cipta. Jakarta.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 1. lembaran Kuisioner I. JATI DIRI RESPONDEN 1. Nama
:
2. Agama
:
3. Umur (Tahun)
:
4. Pekerjaan
:
6. Pendapatan (Rp)
:
7. Lama Bermukim (Tahun)
:
8. Pendidikan
: a. Tidak sekolah c. SMP b. SD
e. PT
d. SMU
II. SOSIAL EKONOMI Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Batang Toru Sebagai Areal Pertambangan 1. Bagaimana pendapat Bapak apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan yaitu merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh manusia ? 5. Sangat Setuju Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
4. Setuju 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Setuju 1. Sangat Tidak Setuju
2. Apakah hutan yang dijadikan sekarang areal pertambangan mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi bagi Bapak ? 5. Sangat Setuju 4. Setuju 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Setuju 1. Sangat Tidak Setuju
3. Apabila kawasan pertambangan rusak. apakah menurut Bapak akan menyebabkan banjir, mengakibatkan longsor, binatang buas akan masuk ke kampung dan lingkungan juga akan menjadi rusak dan bahkan dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia ? 5. Sangat Setuju 4. Setuju 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Setuju 1. Sangat Tidak Setuju
4. Hutan areal pertambangan harus dijaga dan dilestarikan. Bagaimana menurut Bapak ? 5. Sangat Setuju 4. Setuju 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Setuju 1. Sangat Tidak Setuju
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Persepsi Masyarakat Tentang Pertambangan di Kawasan Hutan Batang Toru 1. Bagaimana tanggapan Bapak terhadap keberadaan pertambangan di kawasan hutan Batang Toru ini ? 5. Sangat Bermafaat 4. Bermanfaat 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Bermanfaat 1. Sangat Tidak Bermafaat
2. Bagaimana menurut pendapat Bapak pola pertambangan terbuka apabila dilakukan pada perusahaan pertambangan di kawasan ini ? 5. Sangat Baik 4. Baik 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Baik 1. Sangat Tidak Baik
3. Dan bagaimana menurut pendapat Bapak pola pertambangan tertutup ? 5. Sangat Baik 4. Baik 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Baik 1. Sangat Tidak Baik
4. Bagaimana menurut pendapat Bapak pengembangan wilayah di daerah ini dengan adanya pembukaan perusahaan pertambangan ini ? 5. Sangat Berkembang 4. Berkembang 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Berkembang Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
1. Sangat Tidak Berkembang
5. Bagaimana menurut pendapat Bapak kondisi jalan setelah ada perusahaan pertambangan ini ? 5. Jalan Menjadi Sangat Bagus 4. Jalan Menjadi Bagus 3. Biasa Saja/Tetap Seperti Semula 2. Jalan Menjadi Rusak 1. Jalan Menjadi Sangat Rusak
6. Bagaimana menurut pendapat Bapak terhadap pembukaan pertambangan di daerah ini dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat ? 5. Pendapatan Masyarakat Sangat Bertambah 4. Pendapatan Masyarakat Bertambah 3. Biasa Saja 2. Pendapatan Masyarakat Berkurang 1. Pendapatan Masyarakat Sangat Berkurang
7. Bagaimana menurut pendapat Bapak terhadap pembukaan pertambangan di daerah ini dalam hubungannya dengan pengangguran? 5. Pengangguran Sangat Berkurang 4. Pengangguran Berkurang 3. Biasa Saja 2. Pengangguran Bertambah 1. Pengangguran Sangat Bertambah
8. Bagaimana
menurut
pendapat
Bapak
hubungan
antara
perusahaan
pertambangan dengan masyarakat di daerah ini ? 5. Sangat Baik 4. Baik 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Baik Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
1. Sangat Tidak Baik
9. Bagaimana menurut Bapak keberadaan budaya/adat di daerah ini setelah pembukaan perusahaan pertambangan ini ? 5. Semakin Bagus 4. Bagus 3. Biasa Saja 2. Tidak Bagus 1. Sangat Tidak Bagus 10. Bagaimana kondisi lingkungan di daerah ini dengan adanya pembukaan pertambangan menurut pendapat Bapak ? 5. Sangat Baik 4. Baik 3. Ragu-Ragu 2. Tidak Baik 1. Sangat Tidak Baik
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 2 Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama DM Simanjuntak Puddin Harahap Irsan Siregar Jadi Ritonga Darmin Lomo Hasibuan Sulasmin Raja Ritonga Imran Harahap Oka Siregar Mura Siregar Royhansyah Herman Susilo Kaharuddin Bahrum Harahap Subroto Suyono Parmuhunan Sabar Saiman Irsan Hasibuan Salahuddin Harahap Lahmuddin Samsuddin Ritonga
Umur (Tahun)
Agama
Pendidikan
53 36 25 48 32 41 42 26 52 43 40 24 22 33 26 30 47 36 39 52 40 46 61 52
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
PT PT PT PT PT PT PT PT PT PT PT SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMU SMP SMP
Pekerjaan Guru PNS PNS PNS PNS PNS Karyawan Perkebunan Guru Pedagang Wiraswasta Anggota DPR Pegawai Swsata Jasa Angkutan Pedagang Guru Polisi Perbengkelan Peternak Pedagang Perbengkelan Petani Pedagang Petani Petani
Pendapatan (Rp dalam ribuan) 2.000 1.500 1.200 2.000 1.500 2.000 2.000 1.000 2.500 2.500 5.000 1.000 500 750 1.000 1.200 500 750 1.000 750 500 2.000 500 500
Lama Bermukim (Tahun) 1 2 25 48 15 20 15 26 52 7 10 24 22 33 26 10 10 36 5 1 40 5 27 52
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 2 Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Nama Heriansyah Hamonangan Hasibuan Burhanuddin Hendra Sakti Heri Siregar Sugiyono Leman Sapar Hasibuan Hasonangan Siregar Susanto Surady Susilo Saiful Agus Supryadi Saifullah Wagimin Djafaruddin Yengki Gunaldi Yusuf Faisal Suwandi Suparno Sutopo
Umur (Tahun)
Agama
Pendidikan
24 39 52 45 23 61 56 61 29 60 40 48 40 35 59 60 46 55 50 27 36 59 58
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
SMP SMP SMP SMP SMP SMP SMP SMP SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah
Pekerjaan Jasa Angkutan Perbengkelan Pedagang Pedagang Buruh Petani Guru Petani Buruh Petani Pedagang Pedagang Petani Pedagang Pedagang Petani Pedagang Pedagang Petani Pedagang Buruh Petani Petani
Pendapatan (Rp dalam ribuan) 600 750 1.000 1.00 80 750 1.500 750 800 500 1.000 1.000 750 1.000 1.000 750 750 500 750 1.500 800 500 500
Lama Bermukim (Tahun) 24 39 52 45 23 61 56 61 29 15 13 17 21 6 50 15 46 2 22 3 36 15 15
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
48 Zainuddin
25
Islam
Tidak Sekolah
Karyawan Perkebunan
800
25
Lampiran 2 Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan No 49 50 51 52 53 54 55
Nama Moh. Usni Zunaidi Susanto Nasiruddin Wirowo Mahmuddin Suryadi
Umur (Tahun)
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
28 44 42 35 43 40 27
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah
Petani Pedagang Buruh Petani Buruh Petani Pedagang
Pendapatan (Rp dalam ribuan) 750 1.000 800 750 800 500 1.000
Lama Bermukim (Tahun) 28 30 25 12 15 13 11
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 3 Data Penduduk Desa Napa, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Marlan Uskam Nur Panyahatan Gatot Pebriandi Masrianto M. Pulungan Hamonangan Amran Siregar Siholongan Roni Heri Irawan Masliadi Marahot Siregar Kasman Siregar Aripin Ritonga Samsul Arifin Daulat Pulungan Imran Pulungan Tamrin Pulungan Zainal
Umur (Tahun)
Agama
Pendidikan
25 27 61 32 31 53 45 43 33 26 28 28 45 46 31 35 55 51 53 30
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
PT PT PT PT PT SMU SMU SMU SMU SMU SMP SMP SMP SMP SMP SD SD SD SD SD
Pekerjaan Guru PNS Pensiunan Kejaksaan PNS PNS Petani Pedagang Pedagang Petani Jasa Angkutan Buruh Tambang Buruh Tambamg Petani Petani Buruh Tambang Buruh Tambang Petani Pedagang Pedagang Buruh
Pendapatan (Rp dalam ribuan) 1.750 1.500 1.500 2.000 2.000 750 1.200 2.000 750 600 800 800 750 1.200 800 800 500 2.000 1.000 800
Lama Bermukim (Tahun) 5 15 61 32 31 10 5 5 10 26 1 3 45 46 2 5 1 51 53 2
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
21 22 23 24 25
Idris Batubara Marwan Banir Siregar Luhut Pandapotan
60 45 45 40 36
Islam Islam Islam Islam Islam
Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah
Petani Petani Petani Pedagang Buruh Tambang
600 600 1.000 1.000 800
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
60 30 10 10 20
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi No Pendidikan Rank Persepsi Rank di Pendidikan (X) Persepsi (Y) 1 5 72.5 3.21 39 33.5 2 5 72.5 3.5 65.5 7 3 5 72.5 3.36 55 17.5 4 5 72.5 3.36 55 17.5 5 5 72.5 3.36 55 17.5 6 5 72.5 3.57 71.5 1 7 5 72.5 3.57 71.5 1 8 5 72.5 3.21 39 33.5 9 5 72.5 3.21 39 33.5 10 5 72.5 3 32 40.5 11 5 72.5 3.36 55 17.5 12 5 72.5 3.43 60.5 12 13 5 72.5 3.43 60.5 12 14 5 72.5 3.36 55 17.5 15 5 72.5 3.43 60.5 12 16 5 72.5 3.43 60.5 12 17 4 56.5 2.86 21.5 35 18 4 56.5 3 32 24.5 19 4 56.5 2.93 27.5 29 20 4 56.5 3.43 60.5 -4 21 4 56.5 3.36 55 1.5 22 4 56.5 3.36 55 1.5 23 4 56.5 3.5 65.5 -9 24 4 56.5 3.57 71.5 -15 25 4 56.5 3.71 77.5 -21 26 4 56.5 3.5 65.5 -9 27 4 56.5 3.21 65.5 -9 28 4 56.5 3.5 65.5 -9 29 4 56.5 2.93 27.5 29 30 4 56.5 3.29 44.5 12 31 4 56.5 3.57 71.5 -15 32 4 56.5 3.07 34.5 22 33 3 40.5 3.43 60.5 -20 34 3 40.5 2.79 16 24.5 35 3 40.5 2.86 21.5 19 36 3 40.5 2.86 21.5 19 37 3 40.5 3.29 44.5 -4 38 3 40.5 2.93 27.5 13
di 2 1122.25 49 306.25 306.25 306.25 1 1 1122.25 1122.25 1640.25 306.25 144 144 306.25 144 144 1225 600.25 841 16 2.25 2.25 81 225 441 81 81 81 841 144 225 484 400 600.25 361 361 16 169
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
39 3 40.5 3 32 8.5 Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi No Pendidikan Rank Persepsi Rank di Pendidikan (X) Persepsi (Y) 40 3 40.5 2.86 21.5 19 41 3 40.5 2.93 27.5 13 42 3 40.5 3.21 39 1.5 43 3 40.5 3.36 55 -14.5 44 3 40.5 3.86 80 -39.5 45 3 40.5 3.71 77.5 -37 46 3 40.5 3.71 77.5 -37 47 3 40.5 3.71 77.5 -37 48 3 40.5 3.57 71.5 -31 49 2 24.5 2.93 27.5 -3 50 2 24.5 2.57 2.5 22 51 2 24.5 2.79 16 8.5 52 2 24.5 2.57 2.5 22 53 2 24.5 2.64 7.5 17 54 2 24.5 2.57 2.5 22 55 2 24.5 2.64 7.5 17 56 2 24.5 2.86 21.5 3 57 2 24.5 2.93 27.5 -3 58 2 24.5 2.86 21.5 3 59 2 24.5 2.71 12 12.5 60 2 24.5 3.36 55 -30.5 61 2 24.5 3.36 55 -30.5 62 2 24.5 3.07 34.5 -10 63 2 24.5 3.29 44.5 -20 64 2 24.5 3.29 44.5 -20 65 1 8.5 2.64 7.5 1 66 1 8.5 2.79 16 -7.5 67 1 8.5 2.71 12 -3.5 68 1 8.5 3.14 36 -27.5 69 1 8.5 2.64 7.5 1 70 1 8.5 2.64 7.5 1 71 1 8.5 2.57 2.5 6 72 1 8.5 2.71 12 -3.5 73 1 8.5 2.64 7.5 1 74 1 8.5 2.86 21.5 19 75 1 8.5 2.93 27.5 13
72.25 di 2 361 169 2.25 210.25 1560.25 1369 1369 1369 961 9 484 72.25 484 289 484 289 9 9 9 156.25 930.25 930.25 100 400 400 1 56.25 12.25 756.25 1 1 36 12.25 1 361 169
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
76
1 8.5 3.21 39 1.5 Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi No Pendidikan Rank Persepsi Rank di Pendidikan (X) Persepsi (Y) 77 1 8.5 3.29 44.5 -36 78 1 8.5 3.57 71.5 -63 79 1 8.5 3.57 71.5 -63 80 1 8.5 3.57 71.5 -63 -51.5
2.25 di 2 1296 3969 3969 3969 42429.8
RS = 0.5027 T hitung = 5.1356 T tabel = 1.9910
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi No Umur Rank Persepsi Rank di Umur (X) Persepsi (Y) 1 53 65 3.21 39 26 2 36 30 3.5 65.5 -35.5 3 25 6 3.36 55 -49 4 48 56.5 3.36 55 1.5 5 32 22.5 3.36 55 -32.5 6 41 40 3.57 71.5 -31.5 7 42 41.5 3.57 71.5 -30 8 26 9 3.21 39 -30 9 52 61.5 3.21 39 22.5 10 43 44 3 32 12 11 40 36.5 3.36 55 -18.5 12 25 6 3.43 60.5 -54.5 13 27 12 3.43 60.5 -48.5 14 61 77.5 3.36 55 22.5 15 32 22.5 3.43 60.5 -38 16 31 20.5 3.43 60.5 -40 17 24 3.5 2.86 21.5 -18 18 22 1 3 32 -31 19 33 24.5 2.93 27.5 -3 20 26 9 3.43 60.5 -51.5 21 30 18.5 3.36 55 -36.5 22 47 55 3.36 55 0 23 36 30 3.5 65.5 -35.5 24 39 32.5 3.57 71.5 -39 25 52 61.5 3.71 77.5 -16 26 40 36.5 3.5 65.5 -29 27 46 53 3.21 65.5 -12.5 28 53 65 3.5 65.5 -0.5 29 45 49 2.93 27.5 21.5 30 43 44 3.29 44.5 -0.5 31 33 24.5 3.57 71.5 -47 32 26 9 3.07 34.5 -25.5 33 61 77.5 3.43 60.5 17 34 52 61.5 2.79 16 45.5 35 24 3.5 2.86 21.5 -18
di 2 676 1260.25 2401 2.25 1056.25 992.25 900 900 506.25 144 342.25 2970.25 2352.25 506.25 1444 1600 324 961 9 2652.25 1332.25 0 1260.25 1521 256 841 156.25 0.25 462.25 0.25 2209 650.25 289 2070.25 324
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
36 37
39 32.5 2.86 21.5 11 52 61.5 3.29 44.5 17 Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi No Umur Rank Persepsi Rank di Umur (X) Persepsi (Y) 38 45 49 2.93 27.5 21.5 39 23 2 3 32 -30 40 61 77.5 2.86 21.5 56 41 56 69 2.93 27.5 41.5 42 61 77.5 3.21 39 38.5 43 29 17 3.36 55 -38 44 28 15 3.86 80 -65 45 28 15 3.71 77.5 -62.5 46 45 49 3.71 77.5 -28.5 47 46 53 3.71 77.5 -24.5 48 31 20.5 3.57 71.5 -51 49 60 74 2.93 27.5 46.5 50 40 36.5 2.57 2.5 34 51 48 56.5 2.79 16 40.5 52 40 36.5 2.57 2.5 34 53 35 27 2.64 7.5 19.5 54 59 71.5 2.57 2.5 69 55 60 74 2.64 7.5 66.5 56 46 53 2.86 21.5 31.5 57 55 67.5 2.93 27.5 40 58 50 58 2.86 21.5 36.5 59 27 12 2.71 12 0 60 35 27 3.36 55 -28 61 55 67.5 3.36 55 12.5 62 51 59 3.07 34.5 24.5 63 53 65 3.29 44.5 20.5 64 30 18.5 3.29 44.5 -26 65 36 30 2.64 7.5 22.5 66 59 71.5 2.79 16 55.5 67 58 70 2.71 12 58 68 25 6 3.14 36 -30 69 28 15 2.64 7.5 7.5 70 44 46 2.64 7.5 38.5 71 42 41.5 2.57 2.5 39 72 35 27 2.71 12 15
121 289 di 2 462.25 900 3136 1722.25 1482.25 1444 4225 3906.25 812.25 600.25 2601 2162.25 1156 1640.25 1156 380.25 4761 4422.25 992.25 1600 1332.25 0 784 156.25 600.25 420.25 676 506.25 3080.25 3364 900 56.25 1482.25 1521 225
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
73 74
43 44 2.64 7.5 36.5 40 36.5 2.79 16 20.5 Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi No Umur Rank Persepsi Rank di Umur (X) Persepsi (Y) 75 27 12 2.79 16 -4 76 60 74 3.29 44.5 29.5 77 45 49 3.29 44.5 4.5 78 45 49 3.57 71.5 -22.5 79 40 36.5 3.57 71.5 -35 80 36 30 3.57 71.5 -41.5 -101.5
1332.25 420.25 di 2 16 870.25 20.25 506.25 1225 1722.25 94559.8
RS = -0.1083 T hitung = -0.9622 T tabel = 1.9910
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi No Lama Rank Lama Persepsi Rank di Bermukim Bermukim (X) Persepsi (Y) 1 1 2.5 3.21 39 -36.5 2 2 6.5 3.5 65.5 -59 3 25 49 3.36 55 -6 4 48 70 3.36 55 15 5 15 34 3.36 55 -21 6 20 40.5 3.57 71.5 -31 7 15 34 3.57 71.5 -37.5 8 26 52 3.21 39 13 9 52 74 3.21 39 35 10 7 18 3 32 -14 11 10 22 3.36 55 -33 12 5 13.5 3.43 60.5 -47 13 15 34 3.43 60.5 -26.5 14 61 79.5 3.36 55 24.5 15 32 60 3.43 60.5 -0.5 16 31 59 3.43 60.5 -1.5 17 24 46.5 2.86 21.5 25 18 22 43.5 3 32 11.5 19 33 61 2.93 27.5 33.5 20 26 52 3.43 60.5 -8.5 21 10 22 3.36 55 -33 22 10 22 3.36 55 -33 23 36 62.5 3.5 65.5 -3 24 5 13.5 3.57 71.5 -58 25 1 2.5 3.71 77.5 -75 26 40 65 3.5 65.5 -0.5 27 5 13.5 3.21 65.5 -52 28 10 22 3.5 65.5 -43.5 29 5 13.5 2.93 27.5 -14 30 5 13.5 3.29 44.5 -31 31 10 22 3.57 71.5 -49.5 32 26 52 3.07 34.5 17.5 33 27 54 3.43 60.5 -6.5 34 52 74 2.79 16 58
di 2 1332.25 3481 36 225 441 961 1406.25 169 1225 196 1089 2209 702.25 600.25 0.25 2.25 625 132.25 1122.25 72.25 1089 1089 9 3364 5625 0.25 2704 1892.25 196 961 2450.25 306.25 42.25 3364
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
35 36 37
24 46.5 2.86 21.5 25 39 64 2.86 21.5 42.5 52 74 3.29 44.5 29.5 Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi No Lama Rank Lama Persepsi Rank di Bermukim Bermukim (X) Persepsi (Y) 38 45 66.5 2.93 27.5 39 39 23 45 3 32 13 40 15 34 2.86 21.5 12.5 41 56 77 2.93 27.5 49.5 42 61 79.5 3.21 39 40.5 43 29 56 3.36 55 1 44 1 2.5 3.86 80 -77.5 45 3 9.5 3.71 77.5 -68 46 45 66.5 3.71 77.5 -11 47 46 68.5 3.71 77.5 -9 48 2 6.5 3.57 71.5 -65 49 15 34 2.93 27.5 6.5 50 13 28.5 2.57 2.5 26 51 17 39 2.79 16 23 52 21 42 2.57 2.5 39.5 53 6 17 2.64 7.5 9.5 54 50 71 2.57 2.5 68.5 55 15 34 2.64 7.5 26.5 56 46 68.5 2.86 21.5 47 57 2 6.5 2.93 27.5 -21 58 22 43.5 2.86 21.5 22 59 3 9.5 2.71 12 -2.5 60 5 13.5 3.36 55 -41.5 61 1 2.5 3.36 55 -52.5 62 51 72 3.07 34.5 37.5 63 53 76 3.29 44.5 31.5 64 2 6.5 3.29 44.5 -38 65 36 62.5 2.64 7.5 55 66 15 34 2.79 16 18 67 15 34 2.71 12 22 68 25 49 3.14 36 13 69 28 55 2.64 7.5 47.5 70 30 57.5 2.64 7.5 50 71 25 49 2.57 2.5 46.5
625 1806.25 870.25 di 2 1521 169 156.25 2450.25 1640.25 1 6006.25 4624 121 81 4225 42.25 676 529 1560.25 90.25 4692.25 702.25 2209 441 484 6.25 1722.25 2756.25 1406.25 992.25 1444 3025 324 484 169 2256.25 2500 2162.25
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
72 73 74
12 27 2.71 12 15 15 34 2.64 7.5 26.5 13 28.5 2.79 16 12.5 Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi No Lama Rank Lama Persepsi Rank di Bermukim Bermukim (X) Persepsi (Y) 75 11 26 2.79 16 10 76 60 78 3.29 44.5 33.5 77 30 57.5 3.29 44.5 13 78 10 22 3.57 71.5 -49.5 79 10 22 3.57 71.5 -49.5 80 20 40.5 3.57 71.5 -31 -51.5 RS T hitung T tabel
225 702.25 156.25 di 2 100 1122.25 169 2450.25 2450.25 961 102426
= -0.2005 = -0.9316 = 1.9910
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi No Pendapatan Rank Persepsi Rank di Pendapatan (X) Persepsi (Y) 1 2000 73 3.21 39 34 2 1500 64.5 3.5 65.5 -1 3 1200 59.5 3.36 55 4.5 4 2000 73 3.36 55 18 5 1500 64.5 3.36 55 9.5 6 2000 73 3.57 71.5 1.5 7 2000 73 3.57 71.5 1.5 8 1000 50 3.21 39 11 9 2500 78.5 3.21 39 39.5 10 2500 78.5 3 32 46.5 11 5000 80 3.36 55 25 12 1750 68 3.43 60.5 7.5 13 1500 64.5 3.43 60.5 4 14 1500 64.5 3.36 55 9.5 15 2000 73 3.43 60.5 12.5 16 2000 73 3.43 60.5 12.5 17 1000 50 2.86 21.5 28.5 18 500 6 3 32 -26 19 750 23 2.93 27.5 -4.5 20 1000 50 3.43 60.5 -10.5 21 1200 59.5 3.36 55 4.5 22 500 6 3.36 55 -49 23 750 23 3.5 65.5 -42.5 24 1000 50 3.57 71.5 -21.5 25 750 23 3.71 77.5 -54.5 26 500 6 3.5 65.5 -59.5 27 2000 73 3.21 65.5 7.5 28 750 23 3.5 65.5 -42.5 29 1200 59.5 2.93 27.5 32 30 2000 73 3.29 44.5 28.5 31 750 23 3.57 71.5 -48.5 32 600 13.5 3.07 34.5 -21 33 500 6 3.43 60.5 -54.5
di 2 1156 1 20.25 324 90.25 2.25 2.25 121 1560.25 2162.25 625 56.25 16 90.25 156.25 156.25 812.25 676 20.25 110.25 20.25 2401 1806.25 462.25 2970.25 3540.25 56.25 1806.25 1024 812.25 2352.25 441 2970.25
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
34 35 36 37
500 6 2.79 16 -10 600 13.5 2.86 21.5 -8 750 23 2.86 21.5 1.5 1000 50 3.29 44.5 5.5 Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi No Pendapatan Rank Persepsi Rank di Pendapatan (X) Persepsi (Y) 38 1000 50 2.93 27.5 22.5 39 800 36.5 3 32 4.5 40 750 23 2.86 21.5 1.5 41 1500 64.5 2.93 27.5 37 42 750 23 3.21 39 -16 43 800 36.5 3.36 55 -18.5 44 800 36.5 3.86 80 -43.5 45 800 36.5 3.71 77.5 -41 46 750 23 3.71 77.5 -54.5 47 1200 59.5 3.71 77.5 -18 48 800 36.5 3.57 71.5 -35 49 500 6 2.93 27.5 -21.5 50 1000 50 2.57 2.5 47.5 51 1000 50 2.79 16 34 52 750 23 2.57 2.5 20.5 53 1000 50 2.64 7.5 42.5 54 1000 50 2.57 2.5 47.5 55 750 23 2.64 7.5 15.5 56 750 23 2.86 21.5 1.5 57 500 6 2.93 27.5 -21.5 58 750 23 2.86 21.5 1.5 59 1500 64.5 2.71 12 52.5 60 800 36.5 3.36 55 -18.5 61 500 6 3.36 55 -49 62 2000 73 3.07 34.5 38.5 63 1000 50 3.29 44.5 5.5 64 800 36.5 3.29 44.5 -8 65 800 36.5 2.64 7.5 29 66 500 6 2.79 16 -10 67 500 6 2.71 12 -6 68 800 36.5 3.14 36 0.5 69 750 23 2.64 7.5 15.5 70 1000 50 2.64 7.5 42.5
100 64 2.25 30.25 di 2 506.25 20.25 2.25 1369 256 342.25 1892.25 1681 2970.25 324 1225 462.25 2256.25 1156 420.25 1806.25 2256.25 240.25 2.25 462.25 2.25 2756.25 342.25 2401 1482.25 30.25 64 841 100 36 0.25 240.25 1806.25
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
71 72 73 74
800 36.5 2.57 2.5 34 750 23 2.71 12 11 800 36.5 2.64 7.5 29 500 6 2.79 16 -10 Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi No Pendapatan Rank Persepsi Rank di Pendapatan(X) Persepsi (Y) 75 1000 50 2.79 16 34 76 600 13.5 3.29 44.5 -31 77 600 13.5 3.29 44.5 -31 78 1000 50 3.57 71.5 -21.5 79 1000 50 3.57 71.5 -21.5 80 800 36.5 3.57 71.5 -35 -51.5
1156 121 841 100 di 2 1156 961 961 462.25 462.25 1225 66215.3
RS = 0.2239 T hitung = 2.0289 T tabel = 1.9910
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 8. Peta Lokasi Proyek di Kecamatan Batang Toru
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 9. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal Proyek
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 10. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal Proyek dengan Citra
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Desa Aek Pining
Gambar 2. Wawancara dengan Masyarakat
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Gambar 3. Batang Toru dari Atas Bukit
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009
Gambar 4. Batang Toru Dari Dekat
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009. USU Repository © 2009