PENGARUH INVESTASI ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN ANAK DI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW)
TRIA KOMALA DEWI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Investasi Anak terhadap Kesejahteraan Anak di Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Tria Komala Dewi NIM I24100029
* Pelimpahan hak atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK TRIA KOMALA DEWI. Pengaruh Investasi Anak terhadap Kesejahteraan Anak di Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW). Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Investasi yang dilakukan orang tua dapat berupa materi dan non materi. Tujuan dilakukannya investasi adalah mewujudkan anak yang sejahtera dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fasilitas pendidikan dan kesehatan anak, alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak, serta alokasi waktu pengasuhan ayah terhadap kesejahteraan anak. Penelitian ini melibatkan 60 keluarga TKW yang memiliki anak usia remaja (1214 tahun) yang dipilih secara purposif. Responden dalam penelitian ini adalah ayah dan anak. Hasil analisis linier berganda menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan dan kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan anak. Sementara itu, alokasi pengeluaran dan kesehatan serta alokasi waktu pengasuhan ayah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan anak subjektif. Kata kunci: investasi anak, keluarga TKW, kesejahteraan anak
ABSTRACT TRIA KOMALA DEWI. The Effect of Child Investment on Child Well-Being of Woman Migrant Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. The investment used by parents are material and non material. The aim of doing investment are to achieve a well-being and qualified children. The research aimed to analyze the effects of health and education facilities for children, the allocation of expenditure for health and children education, and time of father’s parenting toward children well-being. This research involved 60 woman migran families whose adolescent age children (12-14 years old) were selected purposively. Respondents in this research were fathers and child. The regression analysis showed that health and education fasilities for child had not significant effect on child well-being. Meanwhile, allocation of expenditure for health and education children and time of father’s parenting had significant effect on subjective child well-being. Keywords: child investment, child well-being, woman migrant families
PENGARUH INVESTASI ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN ANAK DI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW)
TRIA KOMALA DEWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Investasi Anak terhadap Kesejahteraan Anak di Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Nama : Tria Komala Dewi NIM : I24100029
Disetujui oleh
Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Prof.Dr.Ir Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Investasi Anak terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji, Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen penguji, Ibu Alfiasari SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar, serta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Rizky Sylvia Suistika dan Winny Faramuli sebagai pembahas seminar. Penghargaan dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Ibu Masliha yang telah membantu selama pengumpulan data dan kepada seluruh keluarga responden yang telah bersedia diwawancarai. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada apa, ibu, adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ade Darmansyah, Nenny Vini Mediani, Dwi Puspita Sari, Yosita Fitria Marliani, Herni Dwi Novita Wahyuni, Swara Asa Pratiwi, Anggraini, teman-teman IKK 47, Susi Hasrat Alfisyah, Ruth Africilia Imanuel Erta, Novita Yanti Sidabutar, dan teman-teman Wapemala Sumedang yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan kebersamaan selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Tria Komala Dewi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
5
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
8
HASIL
10
Karakteristik Keluarga
10
Investasi Materi
10
Investasi Non Materi
12
Kesejahteraan Anak
13
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Anak
14
PEMBAHASAN
16
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1. Variabel, skala data, keterangan/kategori, dan sumber acuan 2. Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi karakteristik keluarga contoh 3. Sebaran keluarga berdasarkan tingkat kepemilikkan fasilitas pendidikan dan kesehatan 4. Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi pengeluaran pendidikan 5. Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi pengeluaran kesehatan 6. Jumlah minimum, jumlah maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi waktu pengasuhan ayah 7. Sebaran persentase contoh berdasarkan dimensi kesejahteraan objektif 8. Sebaran persentase contoh berdasarkan dimensi kesejahteraan subjektif 9. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif anak 10. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak
6 10 11 11 12 12 13 14 15 16
DAFTAR LAMPIRAN 1. Sebaran jawaban contoh berdasarkan fasilitas pendidikan dan kesehatan 2. Sebaran jawaban contoh berdasarkan kesejahteraan objektif anak 3. Sebaran jawaban contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif anak 4. Korelasi antarvariabel
22 23 24 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kemiskinan masih menjadi persoalan utama di Indonesia. Menurut data BPS (2014), jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sekitar 28,55 juta penduduk (11,5%) per September 2013. Angka tersebut bertambah sebanyak 480.000 penduduk dibandingkan Maret 2013. Menurut Puspitawati (2013) tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan bagi setiap anggota keluarga, dan melestarikan keturunan dan budaya suku bangsa. Salah satu upaya keluarga miskin untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga adalah menjadi tenaga kerja di luar negeri (Puspitawati dan Setioningsih 2011; Caturiani et al. 2012). Kepergian ibu yang bekerja keluar negeri sebagai TKW memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi keluarga yang ditinggalkan. Salah satu dampak positif menjadi TKW adalah meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga. Hasil penelitian Setioningsih (2010) menunjukkan bahwa saat istri menjadi TKW ratarata pendapatan per bulan keluarga meningkat tiga kali lipat dan aset keluarga mengalami kenaikan sebesar 17,3 persen. Dampak negatif dari kepergian ibu sebagai TKW adalah perubahan struktur keluarga dan fungsi pengasuhan anak. Struktur keluarga merupakan komponen penting dalam kesejahteraan anak (Solomon et al. 2013). Undang-Undang No 4 Tahun 1979 menyatakan bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, secara rohani, jasmani, dan sosial. Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda dalam mengelompokkan dimensi yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan anak. Moore et al. (2008) mengukur kesejahteraan anak berdasarkan empat domain atau dimensi, yaitu fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Dimensi fisik berkaitan dengan kondisi biologis yaitu kondisi kesehatan dan fisik anak serta kebiasaan hidup sehat. Dimensi psikologis melihat kondisi mental dan emosional serta kegiatan keagamaan yang diikuti anak. Dimensi sosial melihat keterlibatan langsung anak dalam pergaulan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah anak. Dimensi pendidikan melihat kehadiran anak di sekolah, kemampuan kognitif dan fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh anak. Kesejahteraan anak memerlukan perhatian khusus, pertama karena masalah kesejahteraan anak tidak hanya berdampak pada saat sekarang saja, tetapi akan memiliki dampak pada masa depan anak-anak. Kedua, karena anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling menderita karena kemiskinan, dan yang ketiga karena masih kurangnya informasi langsung tentang kehidupan anak-anak (Fernandes et al. 2010). Tingkat kesejahteraan seorang anak merupakan gambaran dari kualitas hidupnya (OECD 2009). Menurut Hartoyo (1998) kualitas anak dapat ditingkatkan dengan melakukan investasi terhadap anak melalui segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa investasi anak terdiri dari dua komponen, yaitu nilai uang dan nilai waktu. Nilai uang merupakan uang yang dikeluarkan untuk memberikan makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, perawatan, dan kesehatan. Sementara
2
itu, nilai waktu merupakan waktu yang dihabiskan orang tua dalam membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan. Pollard dan Lee (2003) menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan seorang anak penting untuk diketahui, dengan menganalisis kekuatan yang dimiliki anak dapat ditemukan unsur penting dari kesejahteraan anak yang memungkinkan anak untuk terus berkembang. Di Indonesia, penelitian mengenai kesejahteraan keluarga dan perilaku investasi pada anak sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian dengan melihat kesejahteraan individu anak sebagai salah satu anggota keluarga dan keterkaitannya dengan perilaku investasi pada anak masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penting dilakukan penelitian mengenai pengaruh perilaku investasi anak terhadap kesejahteraan anak.
Perumusan Masalah Kabupaten Indramayu memiliki potensi sumberdaya manusia yang cukup besar. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Indramayu mencapai 1.675.790 jiwa dengan kepadatan penduduk 821 jiwa/km2. Jumlah tersebut menurun sebesar 63.633 jiwa dibandingkan tahun 2010, hal ini disebabkan oleh banyaknya arus migrasi penduduk keluar daerah seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (BAPPEDA 2014). Hingga tahun 2013 jumlah TKI asal Indramayu telah mencapai 80.015 orang1. Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada tahun 2014, Kabupaten Indramayu merupakan daerah pengirim TKI (sebagian besar perempuan) terbanyak di Jawa Barat dan di Indonesia. Kepergian anggota keluarga sebagai TKI khususnya istri dalam waktu yang relatif lama akan menyebabkan perubahan struktur keluarga dan fungsi pengasuhan anak. Hal ini mengakibatkan suami memikul peran ganda dalam keluarga yaitu pencari nafkah (breadwinner) dan pengasuh anak (care giver), sehingga terjadi ketidakseimbangan peran di dalam keluarga. Hal tersebut berpotensi menyebabkan berbagai permasalahan keluarga seperti perceraian. Selain berdampak pada hubungan suami istri, perpisahan ibu, dan keluarga juga berdampak kepada kondisi anak. Perpisahan antara ibu dan anak dalam jangka waktu yang relatif lama berdampak pada kondisi anak (Puspitawati dan Setioningsih 2011). Hasil penelitian Graham dan Jordan (2011) menunjukkan bahwa anak dengan orang tua (ayah atau ibu) bekerja sebagai tenaga kerja migran memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. Banyaknya resiko permasalahan yang dihadapi TKW dan keluarganya, tidak mengurungkan niat istri untuk bekerja sebagai TKW di luar negeri. Motivasi istri untuk bekerja sebagai TKW adalah agar dapat memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan keluarga, sehingga dapat merubah status sosial ekonomi keluarga. Mengingat bahwa dengan bekerja di luar negeri dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar daripada di negara asalnya dan tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi (Nurulfirdausi 2010). Semakin sejahtera keluarga maka beragam kebutuhan anggota keluarga dapat terpenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitas (Shinta 2008). Hasil penelitian Shanks et al. (2009) 1
Saifullah M. 2013. [diunduh pada 2013 Nov 11 19:06]. Tersedia pada: http://www.okezone.com.
3
menunjukkan bahwa aset yang dimiliki orang tua berdampak terhadap kesejahteraan anak dan jumlah waktu yang diluangkan orang tua berdampak langsung terhadap pendidikan anak. Namun, hasil penelitian Tanziha (2010) menunjukkan bahwa uang yang dikirimkan oleh TKW ke kampung halamannya terkadang tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan anak. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka beberapa permasalahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak pada keluarga TKW? 2. Bagaimana alokasi waktu pengasuhan ayah pada keluarga TKW? 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan anak pada keluarga TKW? 4. Apa sajakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak?
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak, alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak, dan alokasi waktu pengasuhan ayah terhadap kesejahteraan anak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi fasilitas dan alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak pada keluarga TKW. 2. Menghitung alokasi waktu pengasuhan ayah pada keluarga TKW. 3. Menganalisis tingkat kesejahteraan anak pada keluarga TKW. 4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah yang hasilnya dapat dijadikan acuan dan masukan dalam membuat program untuk meningkatkan kesejahteraan anak, khususnya pada keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW). Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat memperkaya literatur khususnya mengenai investasi dan kesejahteraan anak.
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri/ibu dalam jangka waktu yang relatif lama. Kepergian istri/ibu sebagai TKW menyebabkan adanya perubahan fungsi dan peran di dalam keluarga. Kegagalan transformasi fungsi dan peran dapat menimbulkan dampak negatif pada keluarga, salah satunya adalah tingkat kesejahteraan anak. Upaya keluarga untuk menciptakan anak yang sejahtera salah satunya adalah melakukan investasi pada anak. Menurut Hartoyo (1998) investasi terhadap anak merupakan segala usaha, aktivitas atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak dengan harapan
4
menjadi individu yang produktif pada saat dewasa. Kuantitas dari investasi terhadap anak dapat dilihat dengan mengukur dua sumber daya, yaitu uang dan waktu (OECD 1998). Investasi terhadap anak meliputi waktu yang dimiliki orang tua (parental time) dan pengeluaran yang dilakukan orang tua (parental expenditure) baik berupa barang ataupun jasa yang digunakan oleh anak. Pengeluaran dalam bentuk barang dan jasa yang dikonsumsi oleh anak meliputi perawatan kesehatan, makanan yang sehat, pendidikan, mainan anak, dan lain sebagainya. Sedangkan investasi waktu orang tua meliputi kegiatan merawat anak dan menjaga anak diiringi dengan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan anak (Bryant dan Zick 2006). Kesejahteraan anak merupakan suatu proses interaksi yang dinamis antara faktor dari luar diri anak (latar belakang sosial ekonomi, keluarga, dan keadaan lingkungan) dengan karakteristiknya (kepribadian, kemampuan kognitif, dan sebagainya) untuk memuaskan kebutuhannya dan meningkatkan sumberdaya psikis, kemampuan, dan interaksi yang positif dengan lingkungan yang lebih luas (Thompson dan Aked 2009). Hasil penelitian Moore et al. (2008) menunjukkan bahwa rata-rata anak usia 6-11 tahun memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan anak usia 12-17 tahun. Selain itu, hasil penelitian Asih (2012) menunjukkan bahwa interaksi orangtua-anak berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan anak. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh investasi anak (fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak, alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak, dan alokasi waktu pengasuhan ayah) terhadap kesejahteraan anak (Gambar 1). Karakteristik keluarga TKW : - Usia orang tua - Lama pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Besar keluarga - Pendapatan keluarga - Pengeluaran keluarga - Lama ibu bekerja sebagai TKW
Karakteristik anak : - Usia anak - Jenis kelamin - Urutan kelahiran - Status pendidikan
Investasi materi : - Fasilitas pendidikan dan kesehatan - Pengeluaran pendidikan dan kesehatan
Investasi nonmateri : - Alokasi waktu pengasuhan ayah
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Kesejahteraan anak setelah ditinggal ibu menjadi TKW : - Objektif - Subjektif
5
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional study. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. Lokasi penelitian berada di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut mayoritas istri bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Pengambilan data dilakukan selama dua minggu pada bulan April 2014.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan istri berstatus aktif sebagai TKW yang memiliki anak usia 12-14 tahun. Responden terdiri dari ayah dan anak. Penarikan contoh menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik purposif. Hal ini dilakukan karena data mengenai jumlah dan data keluarga yang sesuai dengan tujuan penelitian tidak tersedia. Sehingga contoh dipilih berdasarkan status ibu sebagai TKW aktif dan memiliki anak usia remaja (12-14 tahun) serta bersedia untuk diwawancarai. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 60 keluarga.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer didapatkan melalui penggalian informasi dari responden yang dilakukan dengan cara wawancara secara langsung kepada ayah dan anak. Wawancara kepada ayah meliputi karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan lama ibu bekerja sebagai TKW), investasi anak materi (fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak), dan investasi anak non materi (alokasi waktu pengasuhan ayah). Wawancara kepada anak meliputi karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin anak, urutan kelahiran, dan status pendidikan), dan kesejahteraan anak (kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
6
Tabel 1 Variabel, skala data, keterangan/kategori, dan sumber acuan No
Variabel
Skala Data
1
Karakteristik keluarga - Usia - Lama pendidikan - Pekerjaan
Rasio Rasio Nominal
-
2
Besar keluarga Pendapatan Pengeluaran Lama bekerja sebagai TKW Karakteristik anak - Usia - Jenis kelamin -
3
4
Urutan kelahiran Status pendidikan
Rasio Rasio Rasio Rasio
Rasio Nominal Rasio Ordinal
Investasi anak a. Materi - Fasilitas pendidikan dan kesehatan - Pengeluaran pendidikan dan kesehatan b. Non Materi - Alokasi waktu ayah Kesejahteraan anak a. Objektif b. Subjektif
Ordinal
Keterangan/Kategori
Sumber Acuan Instrumen
Tahun Tahun [0] Tidak bekerja; [1] Petani; [2]PNS/TNI/POLRI/BUMN; [3] Buruh; [4] Karyawan swasta; [5] Wiraswasta; [6] Lainnya Orang Rupiah/bulan Rupiah/bulan Tahun
Tahun [1] Laki-laki [2] Perempuan Anak ke[0] Tidak sekolah [1] Sekolah
Rasio
[0] Tidak punya [1] Punya Rupiah/bulan
Rasio
Menit/hari
Rasio Rasio
Indeks Indeks
Moore et al. (2008) Microdata Child Well Being Index
Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian Sebelum melakukan pengolahan maka diperlukan cara untuk mengukur dan menilai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran dan penilaian variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan Anak Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan fasilitas pendidikan dan sembilan pertanyaan fasilitas kesehatan yang dimodifikasi dari Rahmiati (2012). Jawaban pertanyaan dinyatakan dalam skor, yaitu skor 1 untuk “punya” dan skor 0 untuk “tidak punya”. Selanjutnya skor masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan diperoleh sub total. Masing-masing sub total ditransformasi ke dalam persentase. Persentase =
Skor yang dicapai Skor maksimum
x 100
7
Setelah mendapat persentase, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan perhitungan interval kelas, yaitu : 100 -0
Interval kelas = =33,3% 3 Dengan demikian, fasilitas pendidikan dan kesehatan dikategorikan menjadi: a. rendah : ≤33,3 b. sedang : 33,4% - 66,7% c. tinggi : >66,7% b. Alokasi Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak dihitung dari biaya pengeluaran (rupiah) yang dikeluarkan oleh keluarga per bulan. Selanjutnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan dihitung dari persentase alokasi yang dikeluarkan keluarga untuk pendidikan dan kesehatan anak dari total pengeluaran keluarga. c. Alokasi Waktu Pengasuhan Ayah Alokasi waktu pengasuhan ayah dihitung dari kebiasaan yang dilakukan oleh ayah untuk melakukan kegiatan bersama anak. Kegiatan bersama ini biasa dilakukan setiap hari. Selanjutnya waktu bersama anak tersebut dikonversi ke dalam menit per hari. d. Kesejahteraan Anak Kesejahteraan anak objektif dan kesejahteraan anak subjektif dimodifikasi dari Moore et al. (2008) yaitu instrumen Microdata Child Well Being Index. Nilai cronbach alpha masing-masing adalah 0,817 dan 0,903. Kesejahteraan objektif anak diukur berdasarkan empat dimensi, yaitu dimensi fisik (9 pertanyaan), dimensi psikologis (6 pertanyaan), dimensi sosial (10 pertanyaan), dan dimensi pendidikan (7 pertanyaan). Masing-masing pertanyaan disediakan dua jawaban dengan skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk “tidak”. Selanjutnya skor masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan diperoleh sub total. Masing-masing sub total ditransformasi ke dalam indeks dengan rumus berikut: Indeks=
Skor yang dicapai-skor terendah skor tertinggi-skor terendah
x 100
Setelah mendapat indeks setiap dimensi dijumlahkan dan dibagi empat sehingga menjadi indeks kesejahteraan objektif. Secara keseluruhan, kesejahteraan objektif dikategorikan menjadi dua kelompok dengan perhitungan berdasarkan instrumen Microdata Child Well Being Index (Moore et al. 2008), yaitu sejahtera (nilai indeks ≥75) dan tidak sejahtera (nilai indeks <75). Kesejahteraan subjektif anak juga diukur berdasarkan dimensi yang sama dan setiap dimensi terdiri dari tujuh pertanyaan. Masing-masing pertanyaan disediakan lima jawaban skala Likert dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak puas”, skor 2 untuk jawaban “tidak puas”, skor 3 untuk jawaban “kurang puas”, skor 4 untuk jawaban “puas”, dan skor 5 untuk “sangat puas”. Perhitungan skor dan pengkategorian dilakukan sama seperti pada kesejahteraan objektif.
8
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Pengolah data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berikut ini analisis yang digunakan: Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan lama ibu bekerja sebagai TKW), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin anak, urutan kelahiran, dan status pendidikan), investasi anak materi (fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak), investasi anak non materi (alokasi waktu pengasuhan ayah), dan kesejahteraan anak (kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif). Analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak objektif dan kesejahteraan anak subjektif. Berikut adalah model persamaan regresi linier berganda: a. Faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan objektif anak Y1= α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ β8X8+ β9X9+ D1+D2+ε b. Faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif anak Y2= α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ β8X8+ β9X9+ D1+D2+ε Keterangan : α= konstanta regresi β= koefisien regresi Y1= kesejahteraan objektif anak Y2= kesejahteraan subjektif anak X1= usia ayah (tahun) X2= usia anak (tahun) X3= lama pendidikan ayah (tahun) X4= besar keluarga (orang) X5= pendapatan keluarga per kapita (Rupiah/bulan) X6= lama ibu bekerja (tahun) X7= fasilitas pendidikan dan kesehatan anak (indeks) X8= alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak (Rupiah/bulan) X9= alokasi waktu pengasuhan ayah (menit/hari) D1= jenis kelamin anak (0= laki-laki; 1= perempuan) D2= status pendidikan anak (0=tidak sekolah; 1=sekolah) ε= error
Definisi Operasional Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah tenaga kerja Indonesia berjenis kelamin perempuan yang bekerja di luar negeri.
9
Keluarga contoh adalah keluarga dengan ibu yang sedang bekerja sebagai TKW dan memiliki anak berusia remaja (12-14 tahun). Usia adalah tahun hidup dari ayah, ibu, dan anak saat penelitian berlangsung yang dinyatakan dalam tahun. Lama pendidikan orang tua adalah waktu yang telah ditempuh oleh ayah dan ibu dalam pendidikan formal yang dinyatakan dalam tahun. Pekerjaan orang tua adalah jenis profesi yang digeluti ayah atau ibu dan anggota keluarga lain yang mendapat imbalan berupa gaji/upah. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga inti yang masih menjadi tanggungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup (orang). Pendapatan keluarga adalah upah, gaji, atau hasil yang diperoleh dari semua anggota keluarga yang dinilai dengan uang (Rupiah/bulan). Pengeluaran keluarga adalah jumlah sumberdaya yang dikeluarkan oleh keluarga yang dinilai dengan uang setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Rupiah/bulan). Lama ibu bekerja sebagai TKW adalah waktu yang telah ditempuh ibu hingga saat penelitian berlangsung untuk bekerja sebagai TKW (tahun). Urutan kelahiran anak adalah urutan kelahiran anak di dalam keluarga. Status pendidikan anak adalah status yang disandang anak saat ini dalam menempuh pendidikan formal yang dinyatakan dengan status sekolah dan tidak sekolah. Investasi pada anak adalah manifestasi yang dilakukan oleh orang tua pada anak saat ini dari uang dan waktu yang dimiliki orang tua. Fasilitas pendidikan dan kesehatan anak adalah alat atau jenis-jenis kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak yang disediakan oleh orang tua. Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan adalah jumlah uang yang dialokasikan atau dikeluarkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak yang diteliti (12-14 tahun). Alokasi waktu pengasuhan ayah adalah jumlah waktu yang diluangkan ayah untuk melakukan kegiatan bersama anak setiap hari (menit per hari). Kesejahteraan anak objektif adalah kondisi aktual anak yang dilihat secara objektif pada dimensi fisik, psikologis, pendidikan, dan sosial yang dinyatakan dalam sejahtera dan tidak sejahtera. Kesejahteraan anak subjektif adalah tingkat kepuasan yang dirasakan oleh anak terhadap kondisinya saat ini pada dimensi fisik, psikologis, pendidikan, dan sosial yang dinyatakan dalam sejahtera dan tidak sejahtera. Kesejahteraan fisik adalah kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek fisik atau kesehatannya yang diukur dari aktivitas fisik dan kebiasaan hidup sehat. Kesejahteraan psikologis adalah kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek psikologis yang dikur dari aktivitas keagamaan yang diikuti anak dan keadaan mental anak. Kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek sosial yang diukur dari keterlibatan anak dalam pergaulan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah anak. Kesejahteraan pendidikan adalah kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek pendidikan yang diukur dari kehadiran anak di sekolah, serta sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh anak.
10
HASIL Karakteristik Keluarga Rata-rata usia ayah adalah 41,08 tahun dan ibu adalah 36,85 tahun (Tabel 2). Berdasarkan kategori usia menurut Papalia et al. (2008), maka rata-rata usia ayah berada di tahap dewasa madya (41-65 tahun) dan rata-rata usia ibu berada di tahap dewasa awal (20-40 tahun). Sebanyak 38,3 persen ayah dan hampir separuh ibu (40,0%) tidak menyelesaikan Sekolah Dasar (SD). Sebanyak 50,0 persen keluarga memiliki besar keluarga sebanyak 4 orang. Pendapatan keluarga per kapita per bulan rata-rata sebesar Rp1.060.917,00 dan angka tersebut sangat jauh dari garis kemiskinan Jawa Barat untuk perdesaan yaitu sebesar Rp268.251,00 (BPS 2014). Ibu memiliki kontribusi paling besar dalam pendapatan keluarga yaitu sebesar 63,3 persen. Lebih dari separuh (56,1%) pengeluaran keluarga digunakan untuk non pangan. Rata-rata ibu sudah bekerja lebih dari dua tahun sebagai TKW di luar negeri dan beberapa ibu pergi lebih dari satu kali. Sebanyak 63,3 persen ayah bekerja sebagai buruh tani. Tabel 2
Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi karakteristik keluarga contoh
Variabel Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ayah(tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan keluarga per kapita (Rp/bulan) Pendapatan ayah (Rp/bulan) Pendapatan ibu (Rp/bulan) Pengeluaran keluarga per kapita (Rp/bulan) Lama bekerja ibu (tahun)
Minimum
Maksimum
Rata-rata ± SD
30 25 0 0 3
50 45 12 12 6
41,08 36,85 4,12 3,98 3,72
± ± ± ± ±
4,76 4,52 3,34 3,01 0,69
480.000
2.266.667
1.081.417 ± 430.554,1
600.000 1.200.000
2.500.000 5.000.000
1.317.500 ± 360.417 2.457.500 ± 1.201.688
192.500
845.166,7
529.232,3 ± 149.537,1
0,25
5
2,27 ± 1,05
Rata-rata setiap keluarga memiliki anak lebih dari satu orang dan hampir tiga per empat anak (71,7%) merupakan anak pertama. Hampir separuh anak (48,3%) berada pada usia 14 tahun dan lebih dari separuh anak (53,3%) berjenis kelamin perempuan. Sebelas orang anak (18,3%) tidak bersekolah dengan alasan tidak ingin melanjutkan.
Investasi Materi Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan Anak Sebanyak tiga dari empat anak (75,0%) memiliki fasilitas pendidikan yang tergolong rendah (Tabel 3). Rata-rata orang tua hanya mampu menyediakan dua fasilitas pendidikan untuk anak dan jumlah fasilitas maksimum yang diberikan adalah tujuh fasilitas. Sebanyak 18,3 persen atau sebelas orang anak tidak memiliki fasilitas pendidikan satu pun karena tidak bersekolah. Tidak ada satu
11
keluarga pun yang mengikutsertakan anak dalam les, karena fasilitas tersebut sangat jarang ditemukan di perdesaan. Akan tetapi, terdapat dua belas orang anak responden (20,0%) memiliki komputer atau laptop dan lebih difungsikan untuk hiburan seperti bermain game (Lampiran 1). Hampir tiga per empat anak (71,7%) memiliki fasilitas kesehatan yang tergolong sedang. Hal ini dapat terlihat dari tingginya persentase indikator keluarga yang akan pergi ke dokter/mantri jika anak sakit yaitu sebesar 73,3 persen (Lampiran 1). Namun, tidak ada satu keluarga pun yang menyediakan vitamin/suplemen kesehatan untuk anak. Hal ini mengindikasikan bahwa keluarga hanya melakukan tindakan kuratif (mengobati ketika anak sakit) daripada tindakan preventif (pencegahan). Sebagian besar (80,0%) keluarga telah menyediakan alat kebersihan yang lengkap untuk anak. Rata-rata orang tua hanya menyediakan empat fasilitas kesehatan untuk anak dari sembilan fasilitas kesehatan yang ditanyakan. Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat kepemilikkan fasilitas pendidikan dan kesehatan Kategori Tingkat Kepemilikkan Fasilitas Rendah (0-33,3) Sedang (33,4-66,7) Tinggi (66,8-100,0) Total Min-maks Rata-rata ± sd (indeks)
Pendidikan n
Kesehatan
%
n
45 75,0 15 25,0 0 0,0 60 100,0 0 - 63,64 22,88 ± 13,65
Total
%
17 28,3 43 71,7 0 0,0 60 100,0 9,09 – 54,55 36,81 ± 11,76
n
%
35 58,3 25 41,7 0 0,0 60 100,0 9,09 – 59, 09 29,84 ± 10,66
Alokasi Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan Anak Rata-rata total pengeluaran untuk pendidikan anak adalah Rp243.700,00 per bulan atau sebesar 12,6 persen dari total pengeluaran keluarga. Alokasi pengeluaran paling rendah adalah Rp0 karena terdapat sebelas anak yang tidak sekolah. Jarak sekolah yang cukup jauh menyebabkan rata-rata alokasi pengeluaran untuk transportasi cukup besar yaitu Rp65.877,67 per bulan. Jenis transportasi yang digunakan adalah angkot dan motor pribadi. Rata-rata pengeluaran terbesar dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak adalah uang jajan anak sebesar Rp130.033,33 per bulan. Tabel 4 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi pengeluaran pendidikan Pengeluaran pendidikan anak (Rp/bulan) Uang saku/jajan Biaya les/bimbingan belajar Buku pelajaran Alat tulis Transportasi Seragam sekolah Sepatu Tas Pengeluaran untuk pendidikan
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maksimum 390.000 13.333 33.333 10000 130.000 50.000 16.667 16.667 560.833,33
Rata-rata ± SD 130.033,33 222,22 12.152,78 3.508,33 65.866,67 12.930,56 8.541,67 7.444,44 243.700,00
± ± ± ± ± ± ± ± ±
88.926,16 1.721,33 7.987,59 2.511,64 40,184,09 10.425,83 5.801,21 5.314,64 146.076,67
12
Rata-rata alokasi pengeluaran kesehatan untuk anak sebesar Rp32.550 per bulan atau 1,7 persen dari total pengeluaran keluarga. Alokasi pengeluaran untuk alat kebersihan lebih besar daripada pemeriksaan dokter, karena biaya pemeriksaan dokter tidak selalu dilakukan setiap bulan. Hampir tiga per empat (73,3%) keluarga contoh hanya pergi ke dokter jika sakit saja. Tidak adanya pengeluaran untuk vitamin, mengindikasikan bahwa keluarga hanya melakukan tindakan kuratif (mengobati ketika anak sakit) daripada tindakan preventif (pencegahan). Tabel 5 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi pengeluaran kesehatan Pengeluaran kesehatan anak (Rp/bulan)
Minimum
Pemeriksaan Dokter Obat Vitamin Alat kebersihan Asuransi kesehatan Pengeluaran untuk kesehatan
Maksimum
0 0 0 0 0 8.000
Rata-rata ± SD
30.000 20.000 0 40.000 0 65.000
12.250,00 5.966,67 0,00 14.333,33 0,00 32.550
± ± ± ± ± ±
8.508,47 4.083,73 0,00 9.277,20 0,00 12.092,99
Investasi Non Materi Alokasi Waktu Pengasuhan Ayah Rata-rata alokasi waktu pengasuhan ayah untuk anak adalah sebesar 100,7 menit per hari. Alokasi waktu pengasuhan ayah paling lama selama 28,5 menit digunakan untuk menonton tv bersama dan 27,7 menit untuk mengobrol bersama. Waktu yang digunakan untuk kegiatan menonton tv dan mengobrol bersama biasanya dilakukan bersamaan (overlapping), tapi proporsi waktu untuk mengobrol lebih sedikit. Tabel 6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah minimum, jumlah maksimum, rata-rata, dan standar deviasi alokasi waktu pengasuhan ayah
Alokasi waktu pengasuhan ayah
Sarapan bersama Makan siang bersama Makan malam bersama Menemani belajar Beribadah bersama Olahraga bersama Mengobrol bersama Mengantar ke sekolah Mengajak belanja Rekreasi bersama Menonton tv bersama Mengajak bekerja Mengajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan keluarga/ masyarakat Waktu pengasuhan ayah
Minimum (menit/hari)
Maksimum (menit/hari)
Rata-rata ± SD (menit/hari)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 15 15 20 30 30 40 20 2 1,3 60 30
5,33 3,61 10,00 4,33 7,43 0,50 27,67 0,33 0,22 0,32 28,50 1,83
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
4,94 5,54 84,60 7,99 9,66 3,87 6,06 2,58 0,52 0,53 8,45 5,59
0
30
10,67 ± 10,59
60
166,17
100,75 ± 25,94
13
Kegiatan yang memiliki rata-rata alokasi waktu rendah diantaranya adalah mengajak belanja dan rekreasi bersama. Rendahnya jumlah alokasi waktu untuk kegiatan tersebut disebabkan oleh jarangnya kegiatan tersebut dilakukan bersamasama antara ayah dan anak. Kegiatan belanja dan rekreasi bersama tidak rutin dilakukan oleh ayah dan anak, hanya sesekali saja saat anak libur sekolah atau anak melakukannya dengan anggota keluarga lain seperti nenek atau bibi. Kegiatan mengantar ke sekolah dan olahraga bersama lebih banyak dilakukan oleh anak bersama dengan teman sebaya dibandingkan dilakukan bersama ayah. Selain itu, ayah yang masih bekerja juga menjadi salah satu faktor rendahnya waktu ayah untuk pengasuhan anak.
Kesejahteraan Anak Kesejahteraan Objektif Kesejahteraan anak objektif dalam penelitian ini meliputi empat dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi pendidikan. Rata-rata skor kesejahteraan objektif adalah 60,4 dengan skor minimal sebesar 26 dan skor maksimal sebesar 88,5. Lebih dari tiga per empat (76,7%) anak responden berada pada kategori tidak sejahtera. Hal ini disebabkan oleh tidak terjawabnya beberapa indikator kesejahteraan objektif. Pada dimensi fisik, hampir seluruh keluarga (95,0%) tidak menyediakan buah atau sayur setiap hari. Biasanya anak yang tinggal dengan anggota keluarga besar yang disediakan buah atau sayur setiap hari. Pada dimensi psikologis sebanyak 66,7 persen anak merasa bahwa orang tua tidak selalu memahami kondisinya. Lebih dari seperempat (28,3%) anak tidak mampu menunjukkan emosi yang dirasakannya dengan perbuatan. Pada dimensi sosial, satu per empat (25,0%) anak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Hal tersebut didominasi oleh anak laki-laki. Pada dimensi pendidikan, sebanyak 10,0 persen anak pernah tinggal kelas, karena jarang sekolah dan prestasi akademik yang buruk. Separuh anak mengalami kesulitan dalam belajar dan sebagian besar (81,7%) anak hanya belajar jika ada tugas atau ada ulangan esok harinya (Lampiran 2). Pada dimensi psikologis, sosial, dan pendidikan skor tertinggi yang dicapai adalah 100,0. Secara umum, anak yang memiliki skor 100,0 termasuk dalam kategori sejahtera. Data tersebut dapat dikatakan pencilan, karena jumlah anak yang memiliki skor 100,0 hanya tiga orang dari 60 orang responden, sedangkan anak dengan skor terendah (nol) pada dimensi psikologis hanya satu orang dan termasuk dalam kategori tidak sejahtera. Tabel 7 Sebaran persentase contoh berdasarkan dimensi kesejahteraan objektif Kategori
Dimensi Kesejahteraan (%) Fisik
Tidak sejahtera ( ≤75) Sejahtera (>75) Min-maks Rata-rata ± SD
63,3 36,7 33,3–88,8 64,6±16,5
Psikologis 73,3 26,7 0,00–100,0 56,38±23,9
Total
Sosial
Pendidikan
66,7 33,3
90,0 10,0
18,1–100,0 65,6±22,4
14,3–100,0 55,2±23,8
76,7 23,3 26–88,5 60,4±16,9
14
Kesejahteraan Subjektif Hampir seluruh anak (96,7%) termasuk ke dalam kategori tidak sejahtera, pada setiap dimensi yang diteliti (Tabel 8). Skor rata-rata kesejahteraan anak adalah 58,2 dengan skor minimal sebesar 35,0 dan skor maksimal sebesar 90,8 persen. Pada dimensi fisik sebanyak 30,0 persen anak kurang puas dengan makanan yang tersedia di rumah. Sebanyak 35,0 persen anak merasa kurang puas dengan bentuk tubuh dan berat badan saat ini. Hal ini dikarenakan mereka ingin memiliki penampilan fisik yang dinilai baik atau bagus oleh orang lain, khususnya lawan jenis. Pada dimensi psikologis, lebih dari separuh (66,7%) anak sangat tidak puas dengan perhatian yang diberikan oleh ibu. Hal ini dikarenakan mereka hanya melakukan komunikasi melalui telepon dan jarang pula dilakukan. Pada dimensi sosial, sebanyak 36,7 persen anak merasa kurang puas terhadap hubungannya dengan ibu, karena mereka menjadi terpisah dalam waktu yang lama sehingga tidak terjadi interaksi. Pada dimensi pendidikan, satu per empat anak (25,0%) anak tidak puas dengan bantuan ayah saat kesulitan belajar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan ayah, sehingga tidak mampu membantu anak dalam kegiatan belajar. Sebanyak 33,3 persen anak tidak puas dengan hasil pengerjaan tugas sekolahnya (Lampiran 3). Anak yang memiliki skor tertinggi (100,0) pada dimensi fisik termasuk dalam kategori sejahtera. Dimensi psikologis dan dimensi pendidikan memiliki persentase terbesar untuk jumlah anak yang tidak sejahtera, yaitu 96,7 persen dan 95,0 persen. Hal tersebut diduga bahwa kehadiran ayah tidak cukup untuk memberikan kepuasan kepada anak secara psikologis dan pendidikan. Hal ini dikarenakan peran tersebut seharusnya dipenuhi oleh ibu sebagai pemegang peran ekspresif dan pengasuh anak. Tabel 8 Sebaran persentase contoh berdasarkan dimensi kesejahteraan subjektif Kategori
Dimensi Kesejahteraan (%)
Tidak sejahtera ( ≤75) Sejahtera (>75) Min-maks Rata-rata ± SD
Total
Fisik
Psikologis
Sosial
Pendidikan
80,0 20,0
96,7 3,3
88,3 11,7
95,0 5,0
96,7 3,3
36,7-100,0 65,1±12,8
23,3-83,3 50,7±13,7
33,3-93,3 64,6±11,4
10,0-86,7 52,5±17,6
35,0-90,8 58,2±10,9
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Anak Kesejahteraan Objektif Hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R square untuk kesejahteraan objektif sebesar 0,532. Artinya, sebesar 53,2 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif anak dapat dijelaskan oleh model dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jenis kelamin dan status pendidikan anak berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan objektif anak. Jenis kelamin anak memiliki koefisien regresi sebesar 6,601. Artinya, anak perempuan memiliki skor kesejahteraan objektif lebih tinggi daripada anak laki-laki sebesar 6,601 poin. Selain itu, status sekolah memiliki koefisien regresi sebesar 15,705. Artinya, anak yang bersekolah
15
memiliki skor kesejahteraan objektif lebih tinggi sebesar 15,705 poin daripada anak yang tidak sekolah. Hal ini disebabkan salah satu indikator kesejahteraan anak adalah dimensi pendidikan. Lama pendidikan ayah memiliki koefisien regresi negatif terhadap kesejahteraan objektif anak, meskipun tidak signifikan. Hal ini diduga karena hampir seluruh (90,0%) ayah memiliki pendidikan hingga Sekolah Dasar (SD). Pendidikan paling tinggi yang dimiliki oleh ayah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak satu orang. Sedangkan yang menyelesaikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya 8,3 persen atau 5 orang saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan SMA dan SMP termasuk dalam kategori tidak sejahtera. Selain itu, pendapatan yang diperoleh keluarga lebih banyak dimanfaatkan untuk merubah status sosial ekonomi keluarga, seperti membeli atau memperbaiki rumah, bahkan beberapa ayah menggunakannya untuk selingkuh. Tabel 9 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif anak Koefisien β Variabel Konstanta Usia ayah (tahun) Usia anak (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (Rp0.000/bulan) Lama ibu bekerja (tahun) Fasilitas pendidikan dan kesehatan (indeks) Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan (Rp0.000/bulan) Alokasi waktu pengasuhan ayah (menit/hari) Jenis kelamin anak (0=laki-laki;1= perempuan) Status pendidikan anak (0=tidak sekolah; 1=sekolah) F R Adjusted R square Sig
Tidak terstandarisasi 48.986 0,276 -3,190 -0,281 0,937 0,022 -0,500 0,348 0,209 0,064 6,601 15,705
Terstandarisasi
Sig
0,077 -0,147 -0,055 0,038 0,056 -0,031 0,219 0,181
0,144 0,474 0,163 0,601 0,720 0,660 0,750 0,124 0,320
0,098 0,197 0,361
0,356 0,045* 0,025* 7,108 0,620 0,532 0,000**
keterangan: *=p<0,05; **=p<0,01
Kesejahteraan Subjektif Nilai Adjusted R square kesejahteraan subjetif anak adalah sebesar 0,446 (Tabel 10). Artinya, sebesar 44,6 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak dapat dijelaskan oleh model yang digunakan dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan serta alokasi waktu pengasuhan ayah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif anak. Artinya, setiap kenaikan Rp10.000 pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak akan meningkatkan kesejateraan subjektif anak sebesar 0,321 poin dan setiap kenaikan satu menit alokasi waktu pengasuhan ayah akan meningkatkan kesejahteraan subjektif anak sebesar 0,110 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran
16
pendidikan dan kesehatan serta alokasi waktu pengasuhan ayah yang tinggi dapat meningkatkan kepuasan anak. Sama halnya dengan kesejahteraan objektif, lama pendidikan ayah berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini diduga disebabkan oleh hampir seluruh ayah memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Namun, status pendidikan anak yang tidak sekolah lebih baik daripada anak yang sekolah, meskipun hasil tersebut tidak signifikan. Hal ini diduga karena anak yang tidak bersekolah memiliki kepuasan yang lebih tinggi saat tidak bersekolah dibandingkan saat bersekolah. Anak yang tidak bersekolah lebih banyak waktu untuk bermain, tetap mendapatkan uang saku dari orang tua, dan dapat melakukan kegiatan sesuai minatnya. Salah satu contoh adalah seorang anak lebih memilih merawat dan memelihara ayam daripada melanjutkan sekolah. Tabel 10 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak Koefisien β Variabel Konstanta Usia ayah (tahun) Usia anak (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (Rp0.000/bulan) Lama ibu bekerja (tahun) Fasilitas pendidikan dan kesehatan (indeks) Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan (Rp0.000/bulan) Alokasi waktu pengasuhan ayah (menit/hari) Jenis kelamin anak (0=laki-laki;1= perempuan) Status pendidikan anak (0=tidak sekolah; 1=sekolah) F R Adjusted R square Sig
Tidak terstandarisasi 44,954 -0,188 -0,585 -0,724 1,234 0,022 -0,982 0,272 0,321 0,110 -0,888 -0,751
Terstandarisasi
Sig
-0,082 -0,042 -0,222 0,078 0,088 -0,095 0,266 0,433
0,058 0,485 0,712 0,058 0,500 0,524 0,374 0,087 0,032*
0,262 -0,041 -0,027
0,027* 0,695 0,875 5,323 0,549 0,446 0,000**
keterangan: *=p<0,05; **=p<0,01
PEMBAHASAN Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan baik dalam bentuk barang maupun jasa merupakan salah satu komponen investasi anak (Bryant dan Zick 2006). Penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga TKW memiliki alokasi pengeluaran untuk pendidikan sebesar Rp243.700,00 per bulan dan kesehatan sebesar Rp32.550,00 per bulan. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan pada keluarga nelayan di Indramayu, yaitu sebesar Rp97.050,84 per bulan dan Rp30.318,90 per bulan (Saraswati 2012). Namun, lebih dari separuh (53,3%) pengeluaran pendidikan digunakan untuk uang jajan anak dan keluarga tidak mengeluarkan biaya untuk SPP anak. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
17
Menengah Pertama (SMP) mendapatkan program BOS sehingga biaya SPP gratis. Meskipun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat anak yang tidak bersekolah (18,3%). Artinya, faktor ekonomi bukan lagi alasan anak tidak bersekolah akan tetapi tingkat kesadaran orang tua tentang pendidikan yang sangat rendah yang menyebabkan anak tidak bersekolah. Fasilitas merupakan barang yang disediakan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu orang anak pun yang memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan dengan kategori tinggi. Artinya, orang tua (ayah) memiliki perhatian yang kurang terhadap kebutuhan-kebutuhan anak. Hal ini diduga dipengaruhi oleh pendidikan ayah dan tidak adanya sosok ibu di dalam keluarga. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) ibu berperan dalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis anak, pendidik, manajer yang bijaksana, serta merawat dan mengurus keluarga, sedangkan ayah berperan untuk mencari nafkah, memberi rasa aman, berpartisipasi dalam pendidikan anak, dan pelindung dalam pendidikan anak. Temuan menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan dan kesehatan anak tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan anak. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya keluarga yang memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan dalam kategori tinggi. Komponen lain dari investasi terhadap anak adalah waktu. Waktu yang dimaksud adalah kegiatan orang tua dalam merawat anak, menjaga anak, dan dalam kegiatan-kegiatan tersebut biasanya orang tua mengajarkan anak kemampuan tertentu (Bryant dan Zick 2006). Kepergian istri menjadi TKW menyebabkan ayah harus menjalankan peran sebagai pengasuh di dalam keluarga. Rata-rata alokasi waktu pengasuhan ayah adalah 100,7 menit per hari. Hasil tersebut lebih banyak daripada alokasi waktu pengasuhan ayah pada keluarga petani dengan orang tua lengkap yaitu 89 menit per hari (Nurhartanti 2013). Padahal ayah pada keluarga TKW selain melakukan pengasuhan ayah juga masih menjalankan perannya sebagai pencari nafkah utama. Terdapat 76,7 persen anak keluarga TKW termasuk dalam kategori tidak sejahtera secara objektif dan hampir seluruh (96,7%) anak keluarga TKW tidak sejahtera secara subjektif. Ketidakhadiran ibu menjadi salah satu penyebab banyaknya anak yang termasuk dalam kategori tidak sejahtera. Hal ini dikarenakan lama ibu bekerja menjadi TKW berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan anak meskipun tidak signifikan. Artinya, semakin lama ibu bekerja sebagai TKW maka tingkat kesejahteraan anak anak semakin rendah. Hasil ini mendukung hasil penelitian Ying dan Kwan (2008) yang menunjukkan bahwa anak yang tinggal dengan orang tua lengkap memiliki kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal bersama orang tua tunggal atau bersama anggota keluarga lain. Selain itu, hasil penelitian Graham dan Jordan (2011) juga menunjukkan bahwa terpisahnya anggota keluarga karena menjadi tenaga kerja di luar negeri memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan anak. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa jenis kelamin dan status pendidikan anak berpengaruh terhadap kesejahteraan anak secara objektif. Anak perempuan memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian Asih (2012) yang menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi, karena anak perempuan lebih bisa mengembangkan komponen kesejahteraannya lebih baik. Status pendidikan anak berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan objektif. Artinya, anak yang
18
bersekolah memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak bersekolah. Hal tersebut mendukung hasil penelitian Bradshaw dan Richardson (2009) yang menunjukkan bahwa pendidikan yang diperoleh anak akan meningkatkan kesejahteraannya. Selain pendidikan yang diperoleh anak terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak, yaitu sekolah, tugas sekolah, dan hubungan dengan teman sebaya (Bradshaw et al. 2013). Hampir seluruh (96,7%) anak termasuk dalam kategori tidak sejahtera secara subjektif. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak serta alokasi waktu pengasuhan ayah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif anak. Semakin tinggi alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak maka akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif anak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Caceres dan Depiano (2005) yang menunjukkan bahwa perbedaan alokasi investasi pada anak dapat meminimalkan dampak terhadap kesejahteraan anak. Anak akan memiliki kesejahteraan subjektif yang lebih baik jika ayah mengalokasikan waktu pengasuhan lebih banyak. Kepergian ibu menjadi TKW menuntut ayah untuk memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam melakukan kegiatan bersama anak. Hal ini berkaitan dengan interaksi yang dilakukan antara ayah dan anak saat ibu di luar negeri. Hasil penelitian Susanto (2013) menunjukkan bahwa interaksi yang hangat dan penuh kasih sayang antara ayah dan anak dapat menjadikan remaja yang mampu menghadapi berbagai macam masalah. Namun, pada usia ini waktu yang dihabiskan anak dengan orang tua lebih sedikit karena anak lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya (Collins dan Madsen 2002 dalam Santrock 2007). Meskipun demikian, menurut Collins et al. (1995) dalam Santrock (2007) orang tua tetap menjadi agen penting dalam kehidupan anak. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak dapat menggambarkan keluarga TKW secara umum karena pengambilan contoh dilakukan secara puposif. Perbedaan penggunaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menyebabkan penelitian ini dilakukan dengan didampingi oleh warga. Selain itu, pada penelitian ini tidak membandingkan perilaku investasi pada anak sebelum istri/ibu menjadi TKW.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu orang anak pun yang memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang termasuk kategori tinggi. Keluarga TKW memiliki alokasi pengeluaran untuk pendidikan sebesar 12,6 persen dari total pengeluaran keluarga dengan rata-rata Rp243.700,00 per bulan. Sedangkan alokasi pengeluaran untuk kesehatan anak sebesar 1,7 persen dari total pengeluaran keluarga dengan rata-rata Rp32.550,00 per bulan. Rata-rata alokasi waktu pengasuhan ayah sebesar 100,75 menit per hari, selain menjadi pengasuh anak ayah juga dituntut untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan sehari-
19
hari. Kesejahteraan objektif anak lebih dari tiga per empat terkategori tidak sejahtera. Dilihat dari kesejahteraan subjektif hampir seluruh anak terkategori tidak sejahtera. Anak perempuan memiliki kesejahteraan objektif yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak yang bersekolah memiliki kesejahteraan objektif yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah. Anak akan lebih merasa sejahtera jika orang tua (ayah) mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan serta waktu pengasuhan yang lebih banyak untuk anak.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, orang tua masih memiliki kesadaran yang rendah mengenai pentingnya pendidikan anak. Hal ini terlihat dari masih adanya anak yang tidak bersekolah di usia 12-14 tahun. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dan tenaga pendidik setempat dapat melakukan pendekatan kepada keluarga-keluarga akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak. Selain itu, diharapkan instansi-instansi terkait dapat menyediakan lapangan kerja atau memberikan pelatihan kepada perempuan-perempuan usia produktif agar para perempuan khususnya ibu tidak menjadi TKW, sehingga dapat menjalankan perannya sebagai ibu secara optimal dalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis bagi anak-anak. Penelitian selanjutnya, disarankan dapat dilakukan pada keluarga TKI (ayah yang bekerja di luar negeri) dan melihat tingkat kesejahteraan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA Asih RRDSI. 2012. Pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap kesejahteraan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Indramayu. 2014. Statistik data dan informasi. [internet]. [diunduh 2013 Nov 14]. Tersedia pada: http://bappedaindramayu.madebychocaholic.com. [BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. 2013. Dharma Wanita BNP2TKI Baksos Ke Anak TKI Indramayu. [internet]. [diunduh pada 2014 Feb 14]. Tersedia pada: http://bnp2tki.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2) [internet]. [diunduh pada 2014 Juni 3]. Tersedia pada: http://bps.go.id. Bradshaw J, Moartorano B, Natali L, De Neubourg C. 2013. Children’s subjective well being in rich countries. J Child Indicator Research. doi:10.1007/s12187-013-9196-4. [ diunduh 2014 Mar 2]. Tersedia pada: http://link.springer.com. Bradshaw J, Richardson D. 2009. An index of child well-being in Europe. J Child Indicator Research. doi:10.1007/s12187-009-9037-7. [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada : http://link.springer.com.
20
Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Oragnization of the Household. New York (US): Cambridge University Press. Ed ke-2. Caceres J, Delpiano. 2005. The impacts of family size on investment in child quality. E-journal of Applied Microeconomic. [diunduh 2014 Feb 8 ]. Tersedia pada : http://www.eco.uc3m.es. Caturiani SI, Meiliyana, Ma’arif S. 2012. Pemetaan permasalahan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Lampung (ID): Univesitas Lampung. Fernandes L, Mendes A, Teixeira AAC. 2010. FEP Working Papers: A Review Essay On Child Well-being Measurement: Uncovering The Paths For Future Research. Porto (PT): Universidade De Porto. Graham E, Jordan LP. 2011. Migrant parents and the psychological well-being of left-behind children in shouteast asia. J Marriage and Family. 73:763787.doi:10.1111/j.1741-3737.2011.00844.x.[diunduh 2013 Sep 21]. Tersedia pada: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 2004. Psikologi Praktis:Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID): Gunung Mulia. Hartoyo. 1998. Investmenting in children;study of rural families in Indonesia [Disertasi]. Blacksburg (US): Virginia Tech University. Moore KA, Theokas C, Lippman L, Bloch M, Vandivere S, O’hare W. 2008. A microdata child well being index: conceptualization, creation, and findings. J Child Indicator Research. 1:17-50. [ diunduh 2014 Mar 2]. Tersedia pada: http://link.springer.com. Nurhartanti. 2013. Pengaruh kesejahteraan keluarga terhadap investasi anak pada keluarga petani [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurulfirdausi K. 2010. Analisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan manajemen keuangan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) (Kasus di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [OECD] Organisation for Economic Co-Operation and Development. 1998. Human Capital Investment:an International Comparison. Paris (FR): OECD Publishing. [OECD]. . 2009. Comparative child well-being across the OECD [internet]. [diunduh 2013 Sep 29]. Tersedia pada: http://www.oecd.org. Papalia DE, Old SW, Feldman R D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). AK Anwar, penerjemah. Jakarta (ID) : Kencana. Ed ke-9. Pollard EL, Lee PD 2003. Child well-being: a systematic review of the literature. J Social Indicator Research. 61:59-78. Puspitawati H. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor (ID): IPB Press. Puspitawati H, Setioningsih SS. 2011. Fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW). JIKK. 4:11-20. Rahmiati TSA. 2012. Analisis investasi dan kualitas anak usia sekolah pada keluarga petani di kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21
Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Rahmawati M, A Kuswanti, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjembahan dari Child Development. Ed ke-11. Saraswati A. 2012. Persepsi dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setioningsih SS. 2010. Fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shanks TW, Kim Y, Loke V, Destin M. 2009. Assets and child well-being in developed countries. CSD Working Papers. Washington (UK): Washington University in St.Louis. [diunduh 2013 Sep 29]. Tersedia pada: http://csd.wustl.edu. Shinta Y. 2008. Analisis alokasi pengeluaran dan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Solomon C, Fears, Falk G, Fernandes AL, Alcantara. 2013. Child well-being and noncustodial fathers. CRS Report for Congress. [diunduh 2013 Sep 29]. Tersedia pada: http://www.fas.org. Susanto MD. 2013. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping dan resiliensi remaja. J Sains dan Praktik Psikologi. 1(2):101-113. [diunduh 2014 Feb 23]. Tersedia pada: http://ejournal.umm.ac.id. Tanziha I. 2010. 40 persen Anak TKW Memiliki Perkembangan Rendah [internet]. [ diunduh 2014 Juli 2]. Tersedia pada:http://ilkom.fmipa.ipb.ac.id. Thompson S, Aked J. 2009. A guide to measuring children’s well-being. [internet]. [diunduh 2013 Nov 25]. Tersedia pada: http://www.actionforchildren.org.uk. Ying, Kwan K. 2008. Life satisfaction and family structure among adolescent in Hong Kong. J Social Indicator Research. 86:59-67. doi: 10.1007/s11205007-9092.8. [diunduh 2014 Mar 2]. Tersedia pada: http://link.springer.com.
22
LAMPIRAN Lampiran 1 No
Sebaran jawaban contoh berdasarkan fasilitas pendidikan dan kesehatan Pertanyaan
a. Fasilitas Pendidikan 1 Memiliki kamar sendiri 2 Memiliki meja belajar 3 Memiliki buku sebagai sumber untuk belajar 4 Memiliki komputer atau laptop 5 Memiliki kamus bahasa sendiri 6 Mengikuti kegiatan pengajian/TPA 7 Mengikuti les/bimbingan belajar 8 Memiliki perlengkapan sekolah yang lengkap 9 Mengikuti les musik/tari/olahraga 10 Orang tua memiliki asuransi pendidikan untuk anak b. Fasilitas Kesehatan 1 Pergi ke dokter/mantri jika sakit 2 Memiliki waktu istirahat yang cukup (tidur 8 jam dalam sehari) 3 Mengkonsumsi vitamin/suplemen kesehatan Memiliki alat kebersihan lengkap (sikat gigi, sabun, sampo, pasta 4 gigi) 5 Sarapan di rumah sebelum berangkat sekolah Berolahraga minimal satu kali dalam seminggu (contoh setiap 6 hari minggu) 7 Teredia kotak obat/P3K di rumah 8 Memiliki asuransi kesehatan anak 9 Diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah
Jawaban % Ya Tidak 75,0 8,3 56,7 20,0 6,7 6,7 5,0 73,3 0,0 0,0
25,0 91,3 43,3 80,0 93,3 93,3 95,0 26,7 100,0 100,0
76,7 86,7 0,0
23,3 13,3 100,0
80,0
20,0
35,0
65,0
1,7
98,3
13,3 0,0 81,7
86,7 100,0 18,3
23
Lampiran 2 Sebaran jawaban contoh berdasarkan kesejahteraan objektif anak No
Pernyataan
Dimensi Fisik 1 Menggosok gigi 2 kali dalam sehari 2 Memiliki keterbatasan fisik * 3 Memiliki penyakit menahun (contoh asma, alergi)* 4 Memiliki keterbatasan panca indera* 5 Selalu sarapan sebelum berangkat sekolah 6 Disediakan buah atau sayur setiap hari 7 Tidur cukup setiap hari (8 jam per hari) 8 Selalu berolahraga minimal satu kali dalam seminggu 9 Menonton tv maksimal 3 jam dalam sehari Dimensi Psikologis 1 Meceritakan masalah yang dialami kepada orang tua atau orang terdekat 2 Orang tua selalu memahami kondisi saya (contoh bertanya jika saya terlihat murung) 3 Mampu menunjukkan emosi yang dirasakan dengan perbuatan 4 Merasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki 5 Orang tua mendukung pengembangan kemampuan saya 6 Merasa tertekan atau memiliki masalah dalam satu minggu terakhir* Dimensi Sosial 1 Memiliki hubungan dekat dengan orang tua (ayah) 2 Mampu bekerjasama dalam kelompok 3 Ikut berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan 4 Memiliki teman dekat di sekolah dan di rumah 5 Selalu meminta izin kepada ayah jika pergi bersama teman 6 Mampu mengatasi masalah sendiri 7 Mampu memahami perasaan orang lain 8 Mudah untuk diajak berdiskusi 9 Pernah mengejek orang lain * 10 Pernah memiliki masalah dengan orang lain * Dimensi Pendidikan 1 Ayah pernah dipanggil ke sekolah karena pernah bermasalah* 2 Pernah tinggal kelas* 3 Memiliki nilai merah di buku raport* 4 Mengalami kesulitan dalam belajar* 5 Ayah membantu dalam mengatasi kesulitan saat belajar 6 Ada waktu khusus untuk belajar 7 Ayah menuntut untuk berprestasi Keterangan: *=pernyataan negatif
Jawaban % Ya Tidak 75,0 5,0 13,3 11,7 51,7 5,0 63,3 78,3 35,0
25,0 95,0 86,7 88,3 48,3 95,0 36,7 21,7 65,0
58,3
41,7
33,3
66,7
71,7 45,0 76,7 46,7
28,3 55,0 23,3 53,3
51,7 51,7 55,0 100,0 46,7 80,0 70,0 83,3 30,0 25,0
48,3 48,3 45,0 0,0 53,3 20,0 30,0 16,7 70,0 75,0
28,3 10,0 25,0 50,0 16,7 18,3 65,0
71,7 90,0 75,0 50,0 83,3 81,7 35,0
24
Lampiran 3 Sebaran jawaban contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif anak No
Pernyataam STP
Dimensi Fisik 1 Kondisi kesehatan 2 Bentuk tubuh dan berat badan saat ini 3 Kemampuan fisik tubuh 4 Makanan yang tersedia di rumah 5 Waktu istirahat (tidur) 6 Melakukan olahraga minimal 1 kali dalam seminggu 7 Kebersihan rumah Dimensi Psikologis 1 Perhatian ibu 2 Perhatian ayah 3 Pemahaman ayah atas kondisi yang dialami 4 Rasa percaya diri atas kemampuan yang dimiliki 5 Dukungan orang tua terhadap kemampuan saya 6 Kehidupan saat ini 7 Kemampuan atau keterampilan yang dimiliki Dimensi Sosial 1 Hubungan dengan ayah 2 Hubungan dengan ibu 3 Hubungan dengan teman di sekolah 4 Pergaulan dengan teman 5 Pergaulan dengan tetangga 6 Batasan waktu bermain yang diberikan orang tua 7 Kehidupan di sekolah Dimensi Pendidikan 1 Pemanggilan orang tua karena bermasalah di sekolah 2 Prestasi di sekolah 3 Pengerjaan tugas sekolah 4 Fasilitas pendukung yang diberikan orang tua untuk belajar 5 Kualitas pendidikan di sekolah 6 Dukungan ayah terhadap pendidikan 7 Bantuan ayah saat kesulitan belajar
Jawaban % TP KP P
SP
13,3 1,7 31,7 43,3 10,0 3,3 8,3 35,0 48,3 5,0 6,7 10,0 13,3 53,3 16,7 0,0 20,0 30,0 45,0 5,0 1,7 1,7 16,7 71,7 8,3 6,7 21,7 20,0 46,7 5,0 1,7 13,3 10,0 61,7 13,3 66,7 8,3 1,7 0,0 18,3 11,7 6,7
16,7 26,7 25,0 31,7 8,3 3,3 16,7
16,7 35,0 40,0 21,7 10,0 45,0 35,0
0,0 30,0 31,7 43,3 55,0 38,3 36,7
0,0 0,0 1,7 3,3 8,3 1,7 5,0
8,3 20,0 30,0 38,3 3,3 15,0 30,0 36,7 16,7 1,7 0,0 1,7 8,3 85,0 5,0 0,0 1,7 3,3 83,3 11,7 0,0 1,7 8,3 88,3 1,7 0,0 10,0 15,0 71,7 3,3 21,7
6,7 11,7 56,7
23,3 53,3 20,0
3,3
3,3
0,0
8,3 21,7 21,7 43,3 11,7 20,0 33,3 33,3 11,7 21,7 26,7 36,7
5,0 1,7 3,3
8,3 16,7 11,7 61,7 3,3 11,7 23,3 53,3 15,0 25,0 23,3 35,0
1,7 8,3 1,7
Keterangan : SKP=Sangat tidak puas; TP= Tidak Puas; KP=Kurang puas; P=Puas; SP= Sangat Puas; *=pernyataan negatif
25
Lampiran 4 Korelasi antarvariabel Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
2 1
3
0,855
**
1
4
5
6 **
7 **
8
9
10
11
12 **
13
14
15
16
17
0,041
0,050
0,023
0,072
0,098
0,037
0,073
-0,004
0,155
-0,018
0,046
0,175
0,186
0,035
0,276*
0,213
0,070
0,021
-0,084
-0,098
0,337
0,013
-0,118
0,243
-0,009
-0,072
-0,140
0,296* 0,029
-0,295* -0,148
-0,054
-0,040
0,242
0,033
0,126
-0,217
0,052
-0,177
-0,400** 0,084
0,169
-0,171
0,125
-0,130
-0,005
-0,014
-0,043
0,036
0,071
0,093
0,124
-0,011
-0,016
-0,465** 1
-0,279*
-0,027
0,151
-0,074
-0,014
0,035
-0,220
-0,015
-0,045
0,110
-0,085
0,052
-0,578** 0,111
0,043
*
0,168
0,354**
0,146
1
0,818** 1
1
-0,384
0,270 1
-0,224 1
0,187
-0,079
-0,433
0,112
0,128
0,210
0,342
**
*
0,290*
0,230
0,336**
*
0,151
0,380**
0,280
0,029
-0,029
-0,092
-0,221
-0,163
1
-0,241
-0,038
-0,201
0,068
-0,263 0,039
1
0,005
0,075
0,018
-0,079
0,036
1
-0,011
-0,210
-0,095
-0,032
1
0,555** 1
0,624** 0,702 1
**
-0,199
-0,209
-0,234
0,103
-0,228
0,007
0,263* -0,152
0,072 0,284 0,118 1
*
0,063 -0,197
0,628**
0,477**
**
0,627**
0,632**
0,599**
0,219
0,356**
1
0,760** 1
0,581
Keterangan : 1= Usia ayah; 2= Usia ibu; 3= Lama pendidikan ayah; 4= Lama pendidikan ibu; 5= Besar keluarga; 6= Pendapatan per kapita per bulan; 7=Pengeluaran per kapita per bulan; 8= Lama bekerja ibu; 9= Usia anak; 10= Jenis kelamin anak; 11= Urutan lahir anak; 12= Status pendidikan anak; 13= Fasilitas pendidikan dan kesehatan; 14= Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan; 15= Alokasi waktu pengasuhan ayah; 16= Kesejahteraan objektif anak; 17= Kesejahteraan subjektif anak.
25
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 7 Juni 1992 dari apa Deparman dan ibu Eti Wartika. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, penulis memiliki dua orang adik perempuan (Deva Destiara dan Devi Destiari). Penulis tinggal di Wado, Kabupaten Sumedang, tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumedang dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi kampus. Pada periode 2010-2011 penulis aktif sebagai anggota divisi vocal Lingkung Seni Gentra Kaheman IPB. Periode 2011-2012 penulis aktif sebagai anggota divisi Entrepreneurship Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO). Pada periode 2012-2013 penulis aktif dalam himpunan mahasiswa yang sama sebagai bendahara divisi Entrepreneurship. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Sumedang pada tahun 2010 hingga 2014. Kegiatan kepanitian yang diikuti penulis selama berkuliah di IPB, diantaranya adalah Gebyar Nusantara 2011 sebagai bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah Sumedang, Campus Day Sumedang 2012 sebagai anggota divisi acara, Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia 2012 sebagai anggota divisi konsumsi, Masa Perkenalan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen 2012 sebagai ketua divisi konsumsi, Family and Consumer Day 2012 sebagai anggota divisi dana usaha, Hari Keluarga 2013 sebagai anggota divisi fundrising, dan Family and Consumer Day 2013 sebagai bendahara.
27