PENGARUH KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI ANAK PADA KELUARGA PETANI
NURHARTANTI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Anak pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Nurhartanti NIM I24090050
ABSTRAK NURHARTANTI. Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Anak pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Investasi anak akan menentukan bagaimana kualitas anak dan kesejahteraan keluarga dimasa depan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesejahteraan dan investasi uang dan waktu pada anak di keluarga petani serta melihat faktor-faktor yang memengaruhinya. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak Sekolah Dasar usia 6-12 tahun sebanyak 100 keluarga yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan objektif keluarga petani termasuk tidak miskin. Fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD termasuk kategori sedang. Proporsi pengeluaran pendidikan anak SD 7.14 persen dan kesehatan anak SD 0.51 persen. Rata-rata dalam sehari waktu pengasuhan ibu selama 2 jam 3 menit dan ayah selama 1 jam 29 menit. Hasil regresi logistik menunjukkan semakin besar keluarga akan menurunkan kesejahteraan objektif. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bertambahnya usia anak, semakin lama pendidikan ibu, semakin banyak nilai aset, dan kesejahteraan objektif akan meningkatkan pengeluaran untuk investasi uang. Selanjutnya, bertambahnya usia anak dan kesejahteraan objektif akan mengurangi investasi waktu, tetapi semakin lama pendidikan ibu akan meningkatkan investasi waktu pada anak. Kata kunci: investasi uang, investasi waktu, kesejahteraan objektif ABSTRACT
NURHARTANTI. The Effect Family Welfare toward Child Investment on Farmer Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Child investment will determine how the quality of children and family welfare in the future. This study is aimed to investigation welfare, money investment, and time investment for children in farmer families and the influencing factors. The study was performed in 100 randomly selected families, whose primary school children with age 6-12 years. The results showed that based on the objective welfare, the farmer families could not be categorized as poor families. Education and health facilities for primary school children are in the middle category. Education expending proportion for primary school children 7.14 percent dan health expending 0.51 percent. On average, the mothers and fathers, respectively, spend 2 hours 3 minutes and 1 hour 29 minutes per day on children care. Logistic regression results showed that the increase of the family size would reduce the family welfare. Furthermore, the results of multiple linear regression revealed that age child increase, long mothers education, price asset increase, and objective welfare would increase spending for money investment. In addition, increasing child age and the objective welfare tend to reduce the time investment. However, we found that longer mothers education will increase the time investment in children. Keywords: money investment, objective welfare, time investment
RINGKASAN NURHARTANTI. Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Anak pada Keluarga Petani (kasus Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dibimbing Oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesejahteraan keluarga terhadap investasi anak paa keluarga petani. Lebih lanjut tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi kesejahteraan objektif pada keluarga petani; 2) Menghitung investasi uang pada keluarga petani; 3) Mengidentifikasi investasi waktu pada keluarga petani; 4) Menganalisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif pada keluarga petani; 5) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi uang pada keluarga petani; 6) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi waktu pada keluarga petani. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study dan metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data utama. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun Ilir bermatapencaharian sebagai petani. Populasi penelitian ini adalah keluarga petani lengkap yang terdiri dari ayah dan ibu dengan memiliki anak yang masih berstatus sebagai siswa sekolah dasar (6-12 tahun) di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor. Responden dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu yang berjumlah 100 contoh yang berasal dari dua kampung dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung Wangun Jaya yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik anak; karakteristik keluarga; kesejahteraan keluarga objektif; investasi uang (alokasi pengeluaran dan fasilitas untuk pendidikan dan kesehatan anak) dan investasi waktu (alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah). Kesejahteraan objektif dengan menggunakan BPS garis kemiskinan Indonesia Maret 2013, untuk pedesaan sebesar Rp253 273 per kapita per bulan yang dilihat dari pendapatan keluarga per bulan. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak di modifikasi dari Suryawati (2002). Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak dihitung dari besarnya pengeluaran (rupiah) yang dikeluarkan oleh keluarga (per bulan). Fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak yang di modifikasi dari Simanjuntak (2010) dan Nurafifah (2012) dengan mengajukan masing-masing pertanyaan sebanyak 16 dan 8 pertanyaan dan disediakan 2 jawaban, yaitu tidak diberi skor 1 dan ya diberi skor 2. Alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah di ukur dengan dua puluh satu butir pertanyaan kegiatan pengasuhan setiap harinya (menit/hari) yang dimodifikasi dari Wahini (2012). Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata usia anak SD adalah 9.79 tahun dan lebih dari separuh anak SD (53.00%) berjenis kelamin laki-laki. Proporsi terbesar (45.00%) anak SD merupakan anak bungsu dan proporsi terbesar (27.00%) tingkat pendidikan anak SD berada di kelas 5 SD. Rata-rata usia ayah adalah 42.54 tahun dan rata-rata usia ibu adalah 37.43 tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga pada keluarga petani sebanyak 5 orang. Proporsi terbesar (52.00%) besar keluarga berada dikategori keluarga kecil (≤ 4 orang). Rata-rata lama pendidikan
ibu dan ayah adalah 6 tahun. Pekerjaan utama ayah sebanyak 55.00 persen bekerja sebagai petani pemilik, 40.00 persen sebagai petani penggarap, dan 5.00 persen sebagai buruh tani. Lebih dari separuh ayah (57.00%) memiliki pekerjaan tambahan yaitu buruh bangunan, wirausaha, jasa transportasi, dan peternak. Sebanyak 70.00 persen ibu memiliki pekerjaan seperti buruh tani, sales perabotan, guru, dagang, membantu kelahiran, buruh pabrik, dan pembantu rumah tangga. Rata-rata pendapatan per kapita pada keluarga petani sebesar Rp623 145 per bulan dan pengeluaran per kapita sebesar Rp473 690 per bulan. Kesejahteraan objektif berdasarkan BPS garis kemiskinan Indonesia 2013, sebanyak 20.00 persen keluarga petani berada di kategori miskin dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah Rp253 273 dan sebanyak 80.00 persen berada di kategori tidak miskin dengan pendapatan per kapita per bulan di atas Rp253 273. Selanjutnya, ketersediaan fasilitas pendidikan 81.00 persean dan kesehatan 71.00 persen anak SD termasuk pada kategori sedang. Rata-rata pengeluaran keluarga petani untuk pendidikan anak SD sebesar Rp146 605 per bulan dengan proporsi sebesar 7.14 persen dari total pengeluaran keluarga. Ratarata pengeluaran kesehatan anak SD sebesar Rp11 723 per bulan dengan proporsi sebesar 0.51 persen dari total pengeluaran keluarga. Alokasi waktu pengasuhan yang dilakukan oleh ibu pada keluarga petani terhadap anak SD rata-rata dalam sehari menghabiskan waktu selama 2 jam 3 menit. Sedangkan waktu pengasuhan ayah rata-rata dalam sehari selama 1 jam 29 menit. Analisis uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga objektif. Dua variabel tersebut adalah besar keluarga dan pengeluaran keluarga. Keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih banyak memiliki peluang lebih kecil yaitu sebesar 0.410 untuk sejahtera. Keluarga dengan pengeluaran yang lebih banyak memiliki peluang lebih besar yaitu sebesar 1.000 untuk sejahtera. Hasil uji regresi berganda menunjukkan beberapa faktor yang secara signifikan memengaruhi fasilitas dan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan. Fasilitas pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh usia anak, jenis kelamin, lama pendidikan ibu, aset, dan kesejahteraan objektif. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh jumlah anak sekolah, aset dan kesejahteraan objektif. Hasil uji regresi berganda menunjukkan beberapa faktor yang secara signifikan memengaruhi alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah. Alokasi waktu pengasuhan ibu dipengaruhi oleh usia anak, lama pendidikan ibu, dan kesejahteraan objektif. Alokasi waktu pengasuhan ayah dipengaruhi oleh usia anak dan lama pendidikan ibu. Keterbatasan penelitian ini adalah kesejahteraan keluarga yang hanya dilihat secara objektif dengan membandingkan pendapatan per kapita dengan garis kemiskinan. Selanjutnya investasi uang dan waktu pada penelitian ini hanya melihat satu anak sekolah dasar saja. Penelitian ini melihat rata-rata waktu orang tua untuk mengasuh anak tanpa melihat waktu pengasuhan orang tua saat hari kerja dan hari libur. Selain itu model hasil uji regresi linier berganda pada alokasi waktu pengasuhan ibu yang rendah.
PENGARUH KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI ANAK PADA KELUARGA PETANI
NURHARTANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap 1nvestasi Anak pacta Keluarga Petani Nama : Nurhartanti N1M : 124090050
Disetujui oleh
Dr. Ir. Istiglaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing
Tanggal Lulus:
0 7 OC T 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Anak pada Keluarga Petani Nama : Nurhartanti NIM : I24090050
Disetujui oleh
Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillah Wa Syukurillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis pengetahuan dan ketabahan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Anak pada Keluarga Petani”. Penulis juga bermaksud untuk mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang terus memberikan bimbingan, saran, arahan, dukungan, nasihat, waktu, dan ilmu pengetahuan dalam penyelesaian tugas akhir. 2. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bantuan dan bimbingannya dalam hal yang berkaitan dengan akademik selama belajar di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3. Bapak Isna Pandija dan Ibu Endang Dwi Ningsih sebagai orangtua dan keempat kakak-kakak tercinta atas dukungan, semangat, dan do’a nya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian. 4. Sekretaris Desa Ciaruteun Ilir, staf pengajar Sekolah Dasar Ciaruteun Ilir, dan warga Ciaruteun Ilir atas bantuan, do’a, dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis. 5. Sahabat yang selalu memotivasi, mendukung, dan memberikan dorongan kepada penulis, Istikhamah, Fitri Apriliana Hakim, Risda Rizkillah, dan Vioci Vesa Denia. 6. Teman-teman IKK 46, khususnya teman satu bimbingan penelitian: Aila Nadiya, Rahmi Maidah, Susanti Kartikasari, dan Noor Aspasia atas kerjasama, kebersamaan, saran, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis 7. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas akhir. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya dengan yang lebih baik. Amin Bogor, Oktober 2013 Nurhartanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
5
Cara Pemilihan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengukuran Variabel
7
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga
9
Kesejahteraan Keluarga Objektif
10
Investasi Uang
10
Investasi Waktu
12
Pembahasan
15
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
19
DAFTRA PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL 1 Variabel, satuan, skala, dan responden 2 Sebaran keluarga petani berdasarkan karakteristik anak dan karakteristik keluarga 3 Sebaran keluarga petani berdasarkan kesejahteraan objektif 4 Sebaran keluarga petani berdasarkan kategori fasiltas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD 5 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengeluaran untuk pendidikan untuk anak SD 6 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengeluaran kesehatan untuk anak SD 7 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengasuhan ibu dan ayah 8 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan objektif 9 Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi uang 10 Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi waktu
6 10 10 11 11 12 12 13 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Kerangka pemilihan contoh
4 5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran keluarga petani berdasarkan jawaban fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD 2 Peta Kecamatan Cibungbulang 3 Peta Desa Ciaruteun Ilir 4 Kondisi rumah, sekolah, dan jalan di Desa Ciaruteun Ilir
22 23 23 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Sekitar 60 persen atau 120 juta penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 70 persen diantaranya hidup dari pertanian, dimana 57.78 persen penduduk miskin Indonesia bekerja di sektor pertanian. 1 Krisnamurti (2008) mengatakan kesejahteraan petani yang relatif rendah dapat dikarenakan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya sebagian petani miskin tidak memiliki faktor produksi apapun kecuali tenaga kerjanya; tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik; infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai; dan ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri. Meningkatkan pembangunan manusia perlu melakukan penanggulangan kemiskinan. Schultz (1981) menyatakan bahwa faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi, dan tanah untuk pertanian, melainkan peningkatan kualitas manusia (human capital) dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas manusia dapat dilakukan melalui investasi terhadap anak. Bryant dan Zick (2006) mengatakan investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang (seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (waktu yang dihabiskan orang tua untuk membesarkan anak baik melalui perawatan atau pemeliharaan). Investasi dengan menghabiskan waktu dan uang dalam menjaga dan menambah kesehatan fisik dan mental dapat dilakukan dengan jogging, kunjungan dokter, pemeriksaan gigi tahunan, dan gizi yang baik. Investasi anak dapat dilakukan orang tua sejak dini, terutama saat anak memasuki usia sekolah. Menurut Rosso dan Arlianti (2009) kesehatan dan gizi buruk pada anak usia sekolah dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan adalah salah satu prasyarat untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Hartoyo (1998) anak yang berasal dari keluarga miskin kemungkinan mengalami hambatan perkembangan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang hidup dari keluarga yang tidak miskin, hal ini karena ketersediaan waktu dan finansial yang dimiliki terbatas. Investasi yang ditanamkan orang tua pada anak diwujudkan dalam proses pengasuhan yang baik, perawatan, pendidikan di sekolah, dan pemenuhan gizi seimbang yang terdapat dalam menu makanan sehari-hari demi perkembangan anak yang maksimal (Becker dan Murphy 1995). Menurut Sunarti (2004) kualitas pengasuhan tidak akan tercapai tanpa curahan waktu yang memadai (kuantitas pengasuhan). Hasil penelitian Amalia (2012) menunjukkan bahwa semakin banyak alokasi waktu ibu untuk pendidikan anak maka prestasi belajar anak cenderung akan semakin baik. Selanjutnya menurut Rahmiati (2012) semakin tinggi alokasi waktu ibu maka semakin tinggi perkembangan fisik anak. Oleh karena itu penting untuk melakukan upaya agar keluarga petani dapat terlepas dari 1
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/11/179899/Petani-Menipis-diNegeri-Agraris [diunduh 19 april 2012].
2 kemiskinan sehingga dapat meningkatkan investasi pada anak agar dapat mewujudkan kualitas anak, dimana anak adalah sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pembangunan manusia. Perumusan Masalah Tugas orang tua adalah mencukupi kebutuhan dasar anak dan melatihnya dengan keterampilan hidup yang mendasar, memberikan yang terbaik bagi kebutuhan material anak, memenuhi kebutuhan emosi dan psikologi anak, dan menyediakan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang terbaik (Lestari 2012). Keluarga yang menjalankan tugas tersebut diharapkan dapat membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas. Pada keluarga petani dipedesaan akan sulit untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia jika kesejahteraan keluarga petani dipedesaan masih rendah, dimana ekonomi adalah salah satu indikator kesejahteraan. Keadaan ekonomi keluarga yang rendah dapat menyebabkan kemiskinan yang akan berdampak terhadap kehidupan keluarga diantaranya kondisi kesehatan yang buruk, memberikan pendidikan yang kurang layak, dan putus sekolah. Padahal untuk meningkatkan kulitas sumberdaya manusia, keluarga perlu melakukan investasi pada anak berupa uang untuk pendidikan dan kesehatan anak serta waktu pengasuhan pada anak. Menurut BPS (2012) pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli pangan. Pada umumnya penduduk pedesaan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dengan pendapatan rendah dan di daerah pedesaan belum bisa memenuhi kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan anggota keluarganya. Padahal Gerungan (1991) dalam Sulaeman (2008) menyatakan bahwa keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Kebutuhan ekonomi keluarga secara materil yang tercukupi akan mendukung kesempatan anak untuk mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam hal pendidikan. Menciptakan sumberdaya manusia yang baik salah satunya dapat tergantung dari peran pengasuhan yang dilakukan orang tua. Selama ini pengasuhan cenderung ditugaskan kepada ibu saja, padahal dengan orang tua melakukan pengasuhan bersama dapat membentuk sumberdaya manusia yang lebih baik. Selain itu, penduduk di daerah pedesaan umumnya memiliki pendidikan rendah sehingga kurang memiliki pemahaman untuk meluangkan waktu pengasuhan. Menurut Lestari (2012) pengasuhan bersama adalah pelaksanaan tugas pengasuhan yang dipahami dan dilaksanakan sebagai tugas bersama ayah dan ibu. Wahini (2012) menyatakan pembagian tugas pekerjaan rumahtangga antara istri dan suami tidak seimbang dan lebih banyak ditunjukkan oleh istri di pedesaan. Rapoport dan Bourdais (2007) mengatakan bahwa orang tua yang lebih terdidik menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka. Berdasarkan pemaparan permasalahan diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana kesejahteraan objektif pada keluarga petani? (2) Bagaimana investasi uang pada keluarga petani? (3) Bagaimana investasi waktu pada keluarga petani? (4) Apakah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif pada keluarga petani? (5) Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi uang pada keluarga
3 petani? (6) Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi waktu pada keluarga petani? Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesejahteraan objektif terhadap investasi anak pada keluarga petani. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kesejahteraan objektif pada keluarga petani 2. Menghitung investasi uang pada keluarga petani 3. Mengidentifikasi investasi waktu pada keluarga petani 4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif pada keluarga petani 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi uang pada keluarga petani 6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi waktu pada keluarga petani Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk peneliti agar mengasah kepekaan untuk mencari tahu kebenaran dan memperoleh pengetahuan baru. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan berguna untuk mengembangkan teori khususnya di bidang keluarga. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk masyarakat dalam menyajikan informasi tentang pentingnya mengalokasikan waktu untuk mengasuh anak yang dilakukan secara bersamaan oleh kedua orang tua serta kesiapan materi untuk ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan anak, sebagai bentuk investasi terhadap anak. Selanjutnya bagi lembaga non pemerintah atau pemerintah, informasi yang diperoleh dapat bermanfaat dalam sosialisasi tentang kesejahteraan keluarga dan investasi anak untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga merupakan tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang, perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi ke generasi (Lestari 2012). Fungsi keluarga untuk menjaga keberlangsungan suatu generasi perlu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dengan meningkatkan kualitas anak. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas anak adalah dengan investasi anak. Investasi anak yang dilakukan orang tua dapat berupa uang yaitu alokasi pengeluaran dan fasilitas untuk pendidikan dan kesehatan anak, dan investasi waktu yaitu alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah pada anak. Karakteristik keluarga yang dimiliki oleh setiap keluarga berbeda-beda tergantung dari latar belakang keluarga tersebut. Karakteristik kelurga seperti usia orang tua, jumlah anak sekolah, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan
4 orang tua, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan aset akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga objektif. Selain berhubungan dengan status kesejahteraan keluarga objektif, karakteristik keluarga dan karakteristik anak seperti usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap investasi anak, baik uang (alokasi pengeluaran dan fasilitas khusus anak) dan waktu (alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah). Selain itu status kesejahteraan keluarga objektif juga memiliki pengaruh terhadap investasi anak seperti investasi uang (alokasi pengeluaran dan fasilitas khusus anak) dan investasi waktu (alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah). Sesuai pemaparan di atas, keterkaitan variabel yang diteliti secara sederhana dapat digambarkan dalam Gambar 1. Bagan tersebutlah yang menjadi kerangka pemikiran dari penelitian ini. Karakteristik anak: Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran Tingkat pendidikan
Investasi anak Uang : Fasilitas pendidikan dan kesehatan Pengeluaran pendidikan dan kesehatan
Karakteristik keluarga: Usia Jumlah anak sekolah Besar keluarga Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengeluaran Aset
Kualitas anak
Waktu : Alokasi waktu pengasuhan ibu Alokasi waktu pengasuhan ayah
Kesejahteraan Objektif
Ket :
= variabel yang diteliti
= hubungan yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran
5
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan topik kesejahteraan keluarga petani. Disain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu kali waktu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data utama. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun Ilir bermatapencaharian sebagai petani. Kegiatan penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, dan penulisan hasil penelitian. Waktu yang dibutuhkan adalah tujuh bulan dimulai dari bulan Februari sampai Agustus 2013. Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga petani lengkap yang terdiri dari ayah dan ibu dengan memiliki anak yang masih berstatus sebagai siswa sekolah dasar (6-12 tahun) di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor. Responden dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu yang berjumlah 100 contoh, yang dihitung menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 9 persen dengan jumlah populasi Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 351. Selanjutnya dari 10 kampung, dipilih kampung dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung Wangun Jaya, untuk menentukan jumlah responden di setiap kampung menggunakan proposional lalu dipilih secara acak. Secara ringkas teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Kabupaten Bogor
Purposive
Kecamatan Cibungbulang
Purposive
Desa Ciaruteun Ilir N = 351
Kampung Ciaruteun Ilir N = 81
n = 66
Purposive
Kampung Wangun Jaya N = 41
n = 34 n = 100 Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh
Purposive
Proposional Simple Random Sampling
6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik anak (usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan tingkat pendidikan); karakteristik keluarga (usia, jumlah anak sekolah, besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran,dan aset); kesejahteraan keluarga objektif; investasi uang (alokasi pengeluaran dan fasilitas untuk pendidikan dan kesehatan anak) dan investasi waktu (alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah). Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk di Ciaruteun Ilir dan monografi desa. Rincian variabel, satuan, skala, dan responden disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Variabel, satuan, skala, dan responden No 1
2
Variabel Karakteristik anak Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran Tingkat pendidikan Karakteristik keluarga Usia Jumlah anak sekolah Besar keluarga Lama pendidikan Pekerjaan utama ayah Pekerjaan tambahan ayah Pekerjaan ibu
3
4
5
Pendapatan Pengeluaran Aset Kesejahteraan Objektif Indikator garis kemiskinan BPS Investasi anak a. Uang Fasilitas pendidikan dan kesehatan Pengeluaran pendidikan dan kesehatan b. Waktu Alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah Data monografi desa
Satuan
Skala
Tahun [1] Laki-laki [2] Perempuan -
Rasio Nominal
Tahun Orang Orang Tahun [1] Petani pemilik [2] Petani penggarap [3] Buruh tani [0] Tidak punya [1] Punya [0] Tidak bekerja [1] Bekerja Rupiah/bulan Rupiah/bulan Rupiah
Rasio Rasio Rasio Rasio Ordinal
[0] Miskin [1] Tidak miskin
Rasio
[1] Tidak punya [2] Punya Rupiah/bulan
Ordinal
Menit
Rasio
Responden Ibu atau ayah
Rasio Rasio Ibu atau ayah
Nominal Nominal Rasio Rasio Rasio Ayah atau ibu
Ibu
Rasio
Ibu dan ayah
Data desa
7 Pengukuran Variabel 1. Kesejahteraan keluarga yang dilihat secara objektif dengan menggunakan BPS garis kemiskinan Indonesia Maret 2013, untuk pedesaan sebesar Rp253 273 per kapita per bulan yang dilihat dari pendapatan keluarga per bulan, sehingga kesejahteraan keluarga berdasarkan hal ini dikelompokkan menjadi (0) miskin jika berada di bawah garis kemiskinan dan (1) tidak miskin jika berada di atas garis kemiskinan. 2. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak di modifikasi dari Suryawati (2002). Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak dihitung dari besarnya pengeluaran (rupiah) yang dikeluarkan oleh keluarga (per bulan). Selanjutnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak dihitung dari persentase alokasi yang dikeluarkan keluarga untuk pendidikan dan kesehatan anak dari total pengeluaran keluarga. 3. Fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak yang di modifikasi dari Simanjuntak (2010) dan Nurafifah (2012). Fasilitas pendidikan dan kesehatan anak diukur dengan mengajukan masing-masing pertanyaan sebanyak 16 dan 8 pertanyaan. Setiap butir pertanyaan disediakan 2 jawaban, yaitu tidak diberi skor 1 dan ya diberi skor 2. Selanjutnya skor masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan diperoleh skor total. Masing-masing skor total ditransformasikan kedalam bentuk indeks degan rumus sebagai berikut: Indeks =
x 100
Secara keseluruhan fasilitas pendidikan dan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan perhitungan interval kelas, yaitu: Interval Kelas (IK) =
= 33,3%
cut off yang digunakan untuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, yaitu: a. Rendah : 0% - 33.3% b. Sedang : 33.4% - 66.6% c. Tinggi : 66.7% - 100% 4. Alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah di ukur dengan dua puluh satu butir pertanyaan kegiatan pengasuhan yang dimodifikasi dari Wahini (2012). Alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah dihitung dari lamanya waktu yang diluangkan untuk melakukan setiap kegiatan pengasuhan anak setiap harinya (menit/hari). Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Pemaparan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut, yaitu: 1. Analisis deskriptif meliputi: rataan, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum, digunakan untuk menggambarkan karakteristik anak dan karakteristik keluarga 2. Analisis inferensia meliputi: a) Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi status kesejahteraan objektif keluarga dengan menggunakan
8 variabel karakteristik keluarga (usia, jumlah anak sekolah, besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan aset). b) Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi anak. Berikut adalah model persamaan regresi linier sederhana yang digunakan: Faktor-faktor yang memengaruhi fasilitas kesehatan dan pendidikan anak SD Y1=α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ D1+ D2+ D3+ D4+ D5+ D6+ε Faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran kesehatan dan pendidikan anak SD Y2=α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ D1+ D2+ D3+ D4+ D5+ D6+ε Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi waktu pengasuhan ibu Y3=α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ D1+ D2+ D3+ D4+ D5+ D6+ε Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi waktu pengasuhan ayah Y4=α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ D1+ D2+ D3+ D4+ D5+ D6+ε Keterangan: α = konstanta regresi β = koefisien regresi Y1 = fasilitas pendidikan dan kesehatan anak Y2 = pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak Y3 = alokasi waktu pengasuhan ibu Y4 = alokasi waktu pengasuhan ayah X1 = usia anak (tahun) X2 = usia ayah (tahun) X3 = jumlah anak sekolah (orang) X4 = besar keluarga (orang) X5 = lama pendidikan ayah (tahun) X6 = lama pendidikan ibu (tahun) X7 = aset (rupiah) D1 = jenis kelamin anak (0=laki-laki, 1=perempuan) D2 = urutan kelahiran (0=anak pertama,1=bukan anak pertama) D3 = pekerjaan ayah (0=petani non pemilik, 1=petani pemilik) D4 = pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) D5 = pekerjaan tambahan ayah (0=tidak punya, 1=punya) D6 = status kesejahteraan (0=miskin, 1=tidak miskin) ε = eror Definisi Operasional Kesejahteraan keluarga objektif adalah kesejahteraan keluarga yang dilihat secara objektif diukur dengan membandingkan jumlah pendapatan yang diterima keluarga dengan garis kemiskinan BPS yang dinyatakan dalam miskin dan tidak miskin
9 Investasi uang adalah alokasi berupa uang yang diberikan orang tua kepada anak melalui fasilitas dan biaya untuk pendidikan dan kesehatan. Fasilitas pendidikan dan kesehatan adalah ketersediaan alat yang diberikan dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang pendidikan dan kesehatan anak. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan adalah biaya rutin yang dikeluarkan orang tua untuk biaya sekolah anak dan membeli peralatan sekolah serta untuk kesehatan anak dalam satuan rupiah per bulan. Investasi waktu adalah alokasi waktu pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak saat ini. Alokasi waktu ibu adalah waktu yang diluangkan ibu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dalam hal pengasuhan. Alokasi waktu ayah adalah waktu yang diluangkan ayah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dalam hal pengasuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Secara Geografis, luas Desa Ciaruteun Ilir yaitu 3.60 km2 yang berada pada ketinggian 300 m atau lebih dari permukaan laut. Dari segi demografi, jumlah penduduk di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 10108 jiwa dengan 3104 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT). Desa Ciaruteun Ilir memiliki 10 Kampung, yaitu Kap. Pabuaran; Kap. Tegal Salam; Kap. Ciaruteun Ilir; Kap. Munjul; Kap. Tutul; Kap. Muara Jaya; Kap. Wangun Jaya; Kap. Cikarang; Kap. Padati Mondok; Kap. Bubulak. Terdapat 6 Sekolah Dasar Di Desa Ciaruteun Ilir. Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1), rata-rata usia anak SD pada keluarga petani adalah 9.79 tahun. Lebih dari separuh anak SD (53.00%) berjenis kelamin laki-laki. Proporsi terbesar (45.00%) anak SD merupakan anak bungsu dan proporsi terbesar (27.00%) tingkat pendidikan anak SD berada di kelas 5 SD. Lebih dari separuh usia ayah (56.00%) berada pada kategori usia dewasa madya (41-60 tahun) dengan rata-rata usia 42.54 tahun. Sebanyak 70.00 persen usia ibu berada pada kategori usia dewasa awal (18-40 tahun) dengan rata-rata usia 37.43 tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga pada keluarga petani sebanyak 5 orang. Proporsi terbesar (52.00%) besar keluarga berada dikategori keluarga kecil (≤ 4 orang). Rata-rata lama pendidikan ibu dan ayah adalah 6 tahun. Pekerjaan utama ayah sebanyak 55.00 persen bekerja sebagai petani pemilik, 40.00 persen sebagai petani penggarap, dan 5.00 persen sebagai buruh tani. Lebih dari separuh ayah (57.00%) memiliki pekerjaan tambahan yaitu buruh bangunan, wirausaha, jasa transportasi, dan peternak. Sebanyak 70.00 persen ibu memiliki pekerjaan seperti
10 buruh tani, sales perabotan, guru, dagang, membantu kelahiran, buruh pabrik, dan pembantu rumah tangga. Rata-rata pendapatan per kapita pada keluarga petani sebesar Rp623 145 per bulan dan pengeluaran per kapita sebesar Rp473 690 per bulan. Rata-rata pengeluaran pangan pada keluarga petani lebih besar daripada pengeluaran non pangan yaitu sebesar Rp1 188 624 dan Rp976 264. Proporsi pengeluaran pangan sebesar 56.00 persen dan non pangan 44.00 persen dari total pengeluaran keluarga. Nilai aset yang dimiliki oleh keluarga petani rata-rata sebesar Rp35 986 362. Tabel 2 Sebaran keluarga petani berdasarkan karakteristik anak dan karakteristik keluarga Variabel Usia anak sd (th) Usia ibu (th) Usia ayah (th) Jumlah anak sekolah Besar keluarga Lama pendidikan ibu (th) Lama pendidikan ayah (th) Pendapatan per kapita (Rp) Pengeluaran per kapita (Rp) Pengeluaran pangan (Rp) Pengeluaran non pangan (Rp) Aset (Rp)
Minimum 6 24 28 1 3 0 0 112 667 185 033 592 700 168 050 8 901 833
Maksimum 12 61 63 4 9 16 12 2 314 583 1 117 007 2 395 000 4 024 833 382 651 417
Rataan±SD 9.79±1.653 37.43±7.171 42.54±7.689 1±0.637 5±1.236 5.64±2.46 5.48±2.435 623 145±447 276 473 690±178 959 1 188 624±411 039 976 264±512 447 35 986 362±34 580 000
Kesejahteraan Keluarga Objektif Kesejahteraan objektif berdasarkan BPS garis kemiskinan Indonesia 2013 dengan melihat pendapatan per kapita per bulan. Garis kemskinan Indonesia Maret 2013 di perkotaan sebesar Rp289 041 dan di pedesaan sebesar Rp253 273. Desa Ciaruteun Ilir merupakan daerah pedesaan sehingga menggunakan Garis kemiskinan pedesaan. Sebanyak 20.00 persen keluarga petani berada di kategori miskin dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah Rp253 273 dan sebanyak 80.00 persen berada di kategori tidak miskin dengan pendapatan per kapita per bulan di atas Rp253 273 (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran keluarga petani berdasarkan kesejahteraan objektif Kesejahteraan objektif N 20 80 100
Kategori Miskin Tidak miskin Total
% 20.00 80 00 100.00
Investasi Uang Fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan fasilitas pendidikan 81.00 persen dan kesehatan 71.00 persen anak SD termasuk pada kategori sedang. Fasilitas pendidikan yang diberikan oleh orang tua pada anak SD antara lain, yaitu kamar sendiri 13.00 persen, meja belajar 13.00 persen, kalkulator 7.00 persen, buku pelajaran 72.00 persen, alat transportasi seperti sepeda 42.00 persen, mengikuti pengajian/TPA 91.00 persen, orang tua mempunyai tabungan
11 pendidikan anak 41.00 persen, kamus bahasa 53.00 persen, buku gambar 98.00 persen, alat gambar 89.00 persen, buku cerita 46.00 persen, dan buku bacaan mengenai agama 91.00 persen. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan yang diberikan oleh orang tua kepada anak antara lain, yaitu diberikan vitamin 38.00 persen, disediakan menu makanan bergizi dan berimbang 76.00 persen, rutin diberikan obat cacing setiap 6 bulan sekali 27.00 persen, sarapan setiap berangkat sekolah 79.00 persen, tersedia obatobatan 73.00 persen, alat kebersihan lengkap 7.00 persen, dan asuransi kesehatan seperti jamkesmas 46.00 persen. Tabel 4 Sebaran keluarga petani berdasarkan kategori fasiltas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD Kategori Rendah (0% - 33.3%) Sedang (33.4% - 66.6%) Tinggi (66.7% - 100%) Total
Fasilitas pendidikan N % 14 14.00 81 81.00 5 5.00 100 100.00
Fasilitas kesehatan n % 7 7.00 71 71.00 22 22.00 100 100.00
Alokasi pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak SD Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 5), rata-rata pengeluaran keluarga petani untuk pendidikan anak SD sebesar Rp146 605 per bulan. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak SD memiliki proporsi sebesar 7.14 persen dari total pengeluaran keluarga. Rata-rata pengeluaran terbesar dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak adalah pengeluaran untuk jajan sekolah anak sebesar Rp99 550 per bulan. Keluarga yang memiliki anak sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) tidak mengeluarkan biaya untuk SPP yang disebabkan adanya program BOS. Keberadaan Sekolah Dasar yang dekat dengan tempat tinggal membuat keluarga tidak mengeluarkan biaya untuk transportasi sekolah anak SD. Pada keluarga petani tidak ada yang memiliki asuransi pendidikan untuk anak SD Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengeluaran untuk pendidikan untuk anak SD Pengeluaran pendidikan anak SD (Rp/bulan) SPP Transportasi Alat tulis Seragam Sepatu Tas Bulanan pengajian/TPA Buku pelajaran Buku gambar Pinsil warna Tabungan sekolah Jajan sekolah Asuransi pendidikan Total
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 000 0 50 750
Maksimum 0 0 32 000 24 583 25 000 50 000 15 000 12 500 27 000 10 000 85 000 260 000 0 348417
Rataan±SD 0±0 0±0 6 819±5 430 7 002±4 400 5 190±4 183 4 538±5 978 3 375±3 181 1 303±1 635 1 944±3 484 1 073±1 521 15 813±20 649 99 550±39 294 0±0 146 605±50 372
Terlihat pada Tabel 6 rata-rata pengeluaran kesehatan anak SD sebesar Rp11 723 per bulan. Alokasi pengeluaran untuk kesehatan anak SD memiliki proporsi sebesar 0.51 persen dari total pengeluaran keluarga. Rata-rata
12 pengeluaran terbesar dalam alokasi pengeluaran untuk kesehatan anak adalah pengeluaran untuk membeli vitamin sebesar Rp4 341 per bulan. Sebanyak 25 persen anak SD tidak ada pengeluaran untuk alat kebersihan. Hal ini dikarenakan semua alat kebersihan anak masih gabung dengan orang tua, sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan khusus untuk alat kebersihan anak. Pada keluarga petani jaminan kesehatan yang dimiliki adalah jamkesmas sehingga tidak ada pengeluaran untuk membayar asuransi kesehatan. Rata-rata total untuk pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD pada keluarga petani sebesar Rp158 328 per bulan atau 7.65 persen dari total pengeluaran keluarga. Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengeluaran kesehatan untuk anak SD Pengeluaran kesehatan anak SD (Rp/bulan) Alat kebersihan Dokter Obat Periksa gigi Vitamin Asuransi kesehatan Total
Minimum
Maksimum
0 0 0 0 0 0 0
Rataan±SD
20 000 50 000 8 833 5 000 40 000 0 82 500
2 455±3 854 3 878±11 070 846±1 500 72±520 4 341±8 995 0±0 11 723±16 596
Investasi Waktu Alokasi Waktu Pengasuhan Ibu dan Ayah Tabel 7 menunjukkan alokasi waktu pengasuhan yang dilakukan oleh ibu pada keluarga petani terhadap anak SD rata-rata dalam sehari menghabiskan waktu selama 2 jam 3 menit. Sedangkan waktu pengasuhan ayah rata-rata dalam sehari selama 1 jam 29 menit. Waktu pengasuhan ibu paling lama selama 5 jam 30 menit yang digunakan untuk kegiatan menyisir atau menguncir rambut anak, menemani belajar, mendongengkan cerita, menemani tidur malam, mengobrol bersama di waktu senggang, bermain bersama, mengajarkan pengetahuan agama dan keterampilan. Sedangkan untuk waktu pengasuhan ibu yang paling sedikit hanya selama 4 menit yaitu digunakan untuk kegiatan mengajarkan pengetahuan agama dan keterampilan. Selanjutnya waktu pengasuhan ayah paling lama selama 6 jam yang digunakan untuk kegiatan menemani belajar, menemani tidur malam, mengobrol bersama di waktu senggang, mengajarkan pengetahuan agama dan keterampilan. Selain itu terdapat ayah yang tidak meluangkan waktunya untuk mengasuh anak. Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi pengasuhan ibu dan ayah Alokasi waktu pengasuhan (menit/hari)
Minimum
Maksimum
Rataan±SD
Alokasi waktu ibu
4
330
123±74
Alokasi waktu ayah
0
360
89±69
13 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan objektif keluarga petani Pada Tabel 8, analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga adalah besar keluarga dan pengeluaran keluarga. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih banyak memiliki peluang lebih kecil yaitu sebesar 0.410 untuk sejahtera. Keluarga dengan pengeluaran yang lebih banyak memiliki peluang lebih besar yaitu sebesar 1.000 untuk sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan nilai R2 Nagelkerke sebesar 0.442 yang berarti 44.20 persen kesejahteraan keluarga dipengaruhi variabel bebas yang diteliti, sisanya 55.80 persen dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak diteliti. Tabel 8 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan objektif Variabel bebas Konstanta Usia ayah (tahun) Besar keluarga (orang) Lama pendidikan ayah (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Pekerjaan ayah (0: bukan pemilik; 1:pemilik) Pekerjaan ibu (0: tidak bekerja; 1:bekerja) Pekerjaan tambahan ayah (0: tidak punya; 1: punya) Aset (Rp) Pengeluaran total keluarga (Rp) Chi-square R2 Nagelkerke Sig
Kesejahteraan Objektif (0: miskin; 1: tidak miskin) B 2.180 -.044 -.890 .172 -.071 .197 -1.085 .866 .000 .000
Sig. .444 .379 .003 ** .242 .645 .780
Exp(B) 8.844 .957 .410 1.188 .931 1.217
.181 .194
.338 2.378
.437 .000 **
1.000 1.000
2.842 .442 .944
ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01
Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi uang Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi materi dan investasi non materi diuji dengan regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji pada Tabel 9 menunjukkan usia anak berpengaruh positif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan artinya bertambahnya usia anak akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Jenis kelamin anak berpengaruh negatif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan artinya perempuan memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah daripada laki-laki. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan artinya semakin lama pendidikan ibu akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan anak. Aset berpengaruh positif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan artinya bertambahnya nilai aset akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Kesejahteraan objektif berpengaruh positif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan artinya semakin keluarga sejahtera maka akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Model tersebut hanya menjelaskan sebesar
14 27.90 persen pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap variabel fasilitas pendidikan dan kesehatan anak. Tabel 9 Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi uang Fasilitas pendidikan dan kesehatan Variabel Konstanta Usia anak SD (tahun) JK anak SD (0=laki-laki, 1=perempuan) Urutan kelahiran (0=anak pertama, 1=bukan anak pertama) Usia ayah (tahun) Jumlah anak sekolah (orang) Besar keluarga (orang) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Pekerjaan ayah (0=petani non pemilik, 1=petani pemilik) Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak punya, 1=punya) Aset (Rp) Kesejahteraan objektif (0=miskin, 1=tidak miskin) R2 Adj R2 F Sig.
Pengeluaran pendidikan dan kesehatan
β tidak terstandarisasi 27.939 .287 -1.053
β terstandarisasi .187 -.208
.826
.154
.192
6906.592
.057
.648
-.001 -.170
-.004 -.043
.973 .700
779.624 -24786.936
.104 -.274
.374 .021
.040 .086 .400 -.102
.019 .083 .387 -.020
.855 .415 .000 ** .833
7555.973 398.408 1775.287 7198.374
.164 .017 .076 .062
.150 .875 .465 .536
-.003
-.001
.995
-5256.317
-.042
.700
.770
.151
.099
-3230.867
-.028
.771
1.816E-8 1.863
.247 .295
.008 ** .002 **
.001 42736.778
.348 .298
.001 .003
.374 .279 3.949 .000
Sig. .000 .047 * .020 *
β tidak terstandarisasi 40044.528 1600.997 -3730.483
β terstandarisasi .046 -.032
Sig. .492 .640 .727
.298 .191 2.802 .002
Tabel 9 menunjukkan jumlah anak sekolah berpengaruh negatif signifikan terhadap pengeluaran pendidikan dan kesehatan artinya semakin banyak jumlah anak sekolah akan menurunkan pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk setiap anak. Aset berpengaruh positif signifikan terhadap pengeluaran pendidikan dan kesehatan artinya bertambahnya nilai aset akan menaikkan pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD. Kesejahteraan objektif berpengaruh positif signifikan terhadap pengeluaran pendidikan dan kesehatan artinya semakin keluarga sejahtera maka akan meningkatkan pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak. Model tersebut hanya menjelaskan sebesar 19.10 persen pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap variabel pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak. Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi waktu Hasil uji pengaruh pada Tabel 10 menunjukkan bahwa usia anak berpengaruh negatif signifikan terhadap alokasi waktu pengasuhan ibu artinya bertambahnya usia anak akan menurunkan alokasi waktu pengasuhan ibu. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu pengasuhan ibu artinya semakin lama pendidikan ibu akan meningkatkan alokasi waktu
*
** **
15 pengasuhan ibu. Kesejahteraan objektif berpengaruh negatif signifikan terhadap alokasi waktu pengasuhan ibu artinya semakin keluarga sejahtera akan menurunkan alokasi waktu pengasuhan ibu. Model tersebut hanya menjelaskan sebesar 8.50 persen pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap alokasi waktu pengasuhan ibu. Tabel 10 Pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap investasi waktu Alokasi waktu pengasuhan ibu Variabel Konstanta Usia anak SD (tahun) JK anak SD (0=laki-laki, 1=perempuan) Urutan kelahiran (0=anak pertama, 1=bukan anak pertama) Usia ayah (tahun) Besar keluarga (orang) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Pekerjaan ayah (0=petani non pemilik, 1=petani pemilik) Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak punya, 1=punya) Aset (Rp) Kesejahteraan objektif (0=miskin, 1=tidak miskin) R2 Adj R2 F Sig.
β tidak Β terstandarisasi terstandarisasi 160.373 -11.603 -.259 3.915 .027 25.204
.161
1.002 -1.371 1.154 9.280 -13.121
.104 -.023 .038 .309 -.089
4.831
.030
9.921 -1.940E-7 -40.206
Sig. .046 .014 * .788 .218
Alokasi waktu pengasuhan ayah β tidak β terstandarisasi terstandarisasi 162.954 -11.423 -.271 -17.315 -.125
Sig. .029 .009** .203
10.498
.071
.580
.224 .720 3.877 6.113 -25.061
.025 .013 .136 .216 -.180
.840 .899 .299 .047* .092
.789
-9.565
-.063
.569
.067
.513
10.937
.078
.438
-.091 -.219
.379 .040 *
-8.681E-8 -15.470
-.038 -.089
.706 .391
.401 .822 .738 .006 ** .409
.196 .085 1.762 .067
.214 .105 1.968 .037
Tabel 10 menunjukkan bahwa usia anak berpengaruh negatif signifikan terhadap alokasi waktu pengasuhan ayah artinya bertambahnya usia anak akan menurunkan alokasi waktu pengasuhan ayah. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu ayah artinya semakin lama pendidikan ibu akan meningkatkan alokasi waktu pengasuhan ayah. Model tersebut hanya menjelaskan sebesar 10.60 persen pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan kesejahteraan objektif terhadap alokasi waktu pengasuhan ayah.
Pembahasan Kesejahteraan objektif menggunakan BPS garis kemiskinan Indonesia untuk pedesaan dilihat dari pendapatan per kapita per bulan. Menurut Puspitawati (2012) kesejahteraan keluarga objektif dapat diukur salah satunya berdasarkan pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga petani yang termasuk miskin 20.00 persen dan tidak miskin 80.00 persen. Penelitian Kusumo et al (2008) mengatakan bahwa sebanyak 76 persen keluarga petani memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan. Banyaknya keluarga petani yang berada di atas garis kemiskinan
16 tidak sesuai dengan Witrianto (2005) yang mengatakan bahwa secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan di daerah-daerah yang padat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Pendapatan keluarga petani di Desa Ciaruteun Ilir sebagian besar berada di atas garis kemiskinan karena lebih dari separuh responden ayah berstatus petani pemilik dan memiliki pekerjaan tambahan, ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah, dan anak yang membantu pendapatan keluarga. Di sisi lain lebih dari separuh keluarga petani termasuk dalam kategori keluarga kecil sehingga pendapatan per kapita yang diperoleh menjadi lebih lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD yang diberikan oleh orang tua pada keluarga petani termasuk kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD pada keluarga petani sudah cukup memadai, tetapi keluarga tidak memiliki asuransi pendidikan dan kesehatan untuk anak SD, hanya memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah yang masih kurang dimanfaatkan dengan optimal. Hasil penelitian Nurafifah (2012) di Kabupaten Subang juga menunjukkan bahwa investasi materi berupa alokasi pengeluaran dan fasilitas pendidikan dan kesehatan remaja berada pada kategori sedang. Alokasi pengeluaran pendidikan untuk satu anak SD 7.14 persen dengan rata-rata Rp146 605 per bulan. Alokasi pengeluaran kesehatan untuk satu anak SD 0.51 persen dengan rata-rata Rp11 723 per bulan. Sedangkan alokasi pengeluaran pendidikan untuk semua anak sebesar 10.49 persen dan kesehatan untuk semua anak 1.00 persen. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa alokasi pengeluaran pada keluarga petani untuk pendidikan lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004), Shinta (2008) dan Rosidah (2011). Sedangkan alokasi pengeluaran untuk kesehatan pada keluarga peatni lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Shinta (2008) dan Rosidah (2011). Penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) pada keluarga nelayan, menunjukkan bahwa pengeluaran per bulan untuk pendidikan anak jauh lebih kecil yaitu sebesar Rp 5 065.2 (1.50%) pada keluarga juragan dan Rp 4 481.5 (2.30%) pada keluarga buruh. Menurut Shinta (2008) rata-rata alokasi pengeluaran kesehatan masyarakat pesisir secara keseluruhan adalah 4.20 persen dan alokasi pengeluaran pendidikan secara keseluruhan adalah 5.20 persen. Sedangkan penelitian Rosidah (2011) pengeluaran untuk pendidikan anak SD 10.05 persen dan kesehatan 1.49 persen. Alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah pada keluarga petani terhadap anak SD rata-rata dalam sehari masing-masing selama 2 jam 3 menit dan 1 jam 29 menit. Alokasi waktu pengasuhan ibu yang lebih besar daripada ayah, sesuai dengan fungsi suami dan istri dalam keluarga. Menurut Parson dan Bales (1955) dalam Hill (2006) struktural fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif. Sebuah keluarga inti tersusun dari seorang suami pencari nafkah dan istri ibu rumah tangga merupakan sistem yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru. Walaupun fungsi ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai pengasuh tetapi jika pengasuhan dilakukan bersama akan memberikan dampak yang lebih baik untuk anak. Lamb dan Lewis (2004) dalam Mammen (2009) mengatakan bahwa waktu ayah adalah penting untuk perkembangan anak-anak dan bahwa ayah bermain dengan anak-anaknya dapat lebih merangsang dan memberikan dampak yang tidak terduga daripada ibu.
17 Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan objektif keluarga petani adalah besar keluarga dan pengeluaran keluarga. Besar keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan objektif. Keluarga kecil lebih memiliki peluang untuk lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang lebih besar. Hal ini sejalan dengan penelitian Muflikhati et al (2010) bahwa besar keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga nelayan Pengeluaran keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan objektif. Selanjutnya, keluarga yang memiliki pengeluaran tinggi akan meningkatkan kesejahteraan objektif. Pengeluaran yang tinggi cenderung memiliki pendapatan yang tinggi pula sehingga pengeluaran keluarga dapat menggambarkan pendapatan keluarga. Menurut Elmanora et al (2012) kesejahteraan keluarga petani dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan usia anak, lama pendidikan ibu, aset, dan kesejahteraan objektif berpengaruh positif signifikan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD. Semakin bertambahnya usia anak cenderung akan menambah kepemilikan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sesuai dengan penelitian Rahmiati (2012) bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara usia anak dengan investasi materi. Keluarga dengan tingkat pendidikan ibu yang tinggi cenderung menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan anak lebih baik. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu akan menambah pengetahuan dan kesadaran pentingnya pendidikan dan kesehatan anak. Selain itu, anak perempuan memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah daripada anak laki-laki. Megawangi (1999) mengatakan bahwa keluarga dalam kondisi miskin, dimana sumber daya yang ada akan dialokasikan pada sektor yang paling menguntungkan. Dalam hal ini biasanya anak laki-laki diharapkan dapat membantu orang tua dan adik-adiknya kelak kalau sudah bekerja. Keterbatasan uang maka pendidikan anak perempuan menjadi prioritas kedua. Faktor budaya akan memberikan pembenaran pada praktik ini. Besar keluarga, aset, dan kesejahteraan objektif berpengaruh positif signifikan terhadap pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD. Keluarga besar cenderung akan memiliki pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak yang tinggi. Saraswati (2012) mengatakan bahwa alokasi pengeluaran pendidikan anak pada keluarga nelayan dipengaruhi oleh besar keluarga. Selanjutnya, jumlah anak berpengaruh negatif signifikan terhadap pengeluaran dan pendidikan anak SD. Keluarga yang memiliki anak sekolah yang lebih banyak akan mengurangi pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk tiap anak. Hal ini dikarenakan pengeluaran uang yang harus dibagi untuk semua anak sekolah. Sejalan dengan Suryawati (2002) alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak dipengaruhi jumlah anak sekolah. Keluarga yang memiliki nilai aset lebih besar maka fasilitas dan pengeluaran pendidikan dan kesehatan untuk anak SD meningkat. Selanjutnya, keluarga yang sejahtera akan meningkatkan fasilitas dan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak SD. Hal ini disebabkan keluarga yang sejahtera dapat lebih besar mengalokasikan pendapatannya untuk fasilitas dan pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD. Hasil uji regresi menunjukkan usia anak berpengaruh negatif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah. Bertambahnya usia anak akan menurunkan waktu pengasuhan ibu dan ayah. Sejalan dengan penelitian Hartoyo
18 (1998) ketika anak tumbuh lebih tua, keluarga dapat mengurangi waktunya dengan anak. Hal ini karena anak yang bertambah usianya akan berkurang ketergantungannya terhadap orang tua karena anak akan beralih kepada teman sebayanya. Hurlock (1980) mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar atau akhir masa kanak-kanak belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Hasil uji menunjukkan lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah. Ibu yang berpendidikan lebih tinggi, lebih banyak meluangkan waktu untuk mengasuh anak dan mendorong ayah untuk meluangkan waktunya untuk mengasuh anak lebih banyak. Sesuai dengan Rapoport dan Bourdais (2007) yang mengatakan bahwa orang tua yang lebih terdidik menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka. Orang tua yang berpendidikan memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengatur jadwal sehari-hari dan mereka cenderung memiliki lebih banyak waktu untuk berinvestasi pada anak-anak mereka, untuk menghasilkan anak yang lebih berpendidikan. Pendidikan akan menambah pengetahuan dan kesadaran orang tua bahwa pengasuhan pada anak penting untuk dilakukan. Selanjutnya, kesejahteraan objektif berpengaruh negatif terhadap waktu pengasuhan ibu, artinya keluarga sejahtera cenderung memiliki waktu pengasuhan ibu yang rendah. Hal ini dikarenakan terjadinya pertukaran bentuk investasi, dengan semakin besar pendapatan keluarga maka ibu akan memanjakan anak dalam bentuk investasi uang sebagai ganti dari berkurangnya waktu pengasuhan ibu kepada anak (Suryawati 2002).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesejahteraan objektif berdasarkan garis kemiskinan BPS dilihat dari pendapatan per kapita, menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga petani termasuk kategori tidak miskin. Investasi uang dalam bentuk fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD pada keluarga petani termasuk kategori sedang. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD pada keluarga petani rata-rata masing-masing sebesar Rp146 605 dan Rp11 723 per bulan dengan proporsi masing-masing sebesar 7.14 persen dan 0.51 persen dari total pengeluaran keluarga. Investasi waktu pada keluarga petani, menunjukkan waktu pengasuhan ibu terhadap anak SD rata-rata selama 2 jam 3 menit per hari dan waktu pengasuhan ayah rata-rata selama 1 jam 29 menit per hari. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar keluarga akan menurunkan kesejahteraan objektif dan semakin tinggi pengeluaran keluarga maka akan meningkatkan kesejahteraan objektif. Bertambahnya usia anak, semakin lama pendidikan ibu, semakin banyak nilai aset, dan semakin keluarga sejahtera akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD. Anak perempuan memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah daripada laki-laki. Selanjutnya bertambahnya nilai aset dan semakin keluarga sejahtera akan meningkatkan pengeluaran pendidikan dan kesehatan anak SD. Semakin banyak jumlah anak sekolah akan menurunkan pengeluaran pendidikan dan kesehatan
19 untuk anak SD. Pada investasi waktu menunjukkan bahwa bertambahnya usia anak akan menurunkan waktu pengasuhan ibu dan ayah. Semakin lama pendidikan ibu akan meningkatkan waktu pengasuhan ibu dan semakin keluarga sejahtera akan menurunkan waktu pengasuhan ibu. Saran Keluarga diharapkan dapat lebih mengalokasikan pendapatannya untuk pendidikan dan kesehatan anak. Orang tua perlu menanamkan kesadaran dan perhatian terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan anak. Pembagian waktu orang tua terutama waktu pengasuhan dapat dibagi dengan baik sehingga diharapkan dengan meluangkan waktu pengasuhan dapat meningkatkan kualitas pengasuhan. Ayah diharapkan dapat melibatkan dirinya untuk pengasuhan pada anak dan memahami bahwa waktu pengasuhan ayah sama pentingnya dengan waktu pengasuhan ibu. Keterbatasan penelitian ini adalah kesejahteraan keluarga yang hanya dilihat secara objektif dengan membandingkan pendapatan per kapita dengan garis kemiskinan. Selanjutnya investasi uang dan waktu pada penelitian ini hanya melihat satu anak sekolah dasar saja. Penelitian ini melihat rata-rata waktu orang tua untuk mengasuh anak tanpa melihat waktu pengasuhan orang tua saat hari kerja dan hari libur. Selain itu model hasil uji regresi linier berganda pada alokasi waktu pengasuhan ibu yang rendah, yang disebabkan karakteristik responden yang hampir sama atau variasinya kecil dan tidak melihat dari persepsi orang tua untuk kegiatan pengasuhan. Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan meneliti menggunakan garis kemiskinan berdasarkan pengeluaran, melihat investasi pada semua anak, memperhitungkan waktu pengasuhan orang tua di saat hari kerja dan hari libur, dan meneliti persepsi orang tua terhadap pendidikan dan nilai anak.
DAFTRA PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2012. Jakarta(ID): BPS. Amalia R. 2012. Pengaruh persepsi pendidikan dan nilai anak terhadap alokasi waktu ibu dan prestasi belajar anak [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Becker GS, Murphy KM. 1995. The family and the state. Febrero RI, Scwartz PS, editor. The Essence of Becker. USA: Hoover Institution Press. Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of The Household (2nd Ed). Cambridge: Cambridge University Press. Elmanora, Muflikhati I, Alfiasari. 2012. Kesejahteraan keluarga petani kayu manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5(1). Hartoyo, Hastuti, D. 2004. Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Nelayan dan Implikasinya terhadap Pengentasan Kemiskinan [Laporan Penelitian]. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor Hartoyo. 1998. Investing in children: study of rural families in Indonesia [disertasi]. Blacksburg: Virginia tech university.
20 Hill SA. 2006. Marriage among African American Women: A Gender Perspective. Journal of Comparative Family studies. Vol. 37; 3. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Krisnamurti B. 2008. Agenda Pemberdayaan Petani dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. 11 No. 7 [Jurnal On-Line]; Diperoleh dari: http://www.ekonomirakyat.org/edisi19/artikel 3.htm; Internet; Diakses pada 11 Agustus 2013. Kusumo RAB, Sunarti E, Pranadji DK. 2008. Analisis Peran Gender serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. Media Gizi & Keluarga. Vol 32 (2): 52-64 Lestari S. 2012. Psikologi Keluarga, Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga . Jakarta (ID): Prenada Media Group. Mammen K. 2009. Fathers’ time investments in children: do sons get more?. Published online: 28 August 2009, Springer-Verlag. Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda? : sudut pandang baru tetang relasi gender. Bandung: Mizan Media Utama. Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, Puspitawati H. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga:Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1). Nurafifah D. 2012. Analisis nilai anak, investasi anak, dan potensi perdagangan anak (kasus di Kabupaten Subang) [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press. Rahmiati TSA. 2012. Analisis investasi dan kualitas anak usia sekolah pada keluarga petani di Kabupaten Cirebon [skripsi]. Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rapoport B, Bourdais CL. 2007. Parental time and working schedules. SpringerVerlag 2007. Rosidah U. 2011. Kajian strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir (di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara) [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rosso JMD, Arlianti R. 2009. Investasi untuk kesehatan dan gizi sekolah di Indonesia. Public Diclosure Authorized: Basic Education Capacity-Trust Fund Saraswati A. 2012. Persepsi dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Schultz TW. 1981. Investing in People: The Economics of Population Quality. Berkeley: University of California Press. Shinta Y. 2008. Analisis alokasi pengeluaran dan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Indramayu [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
21 Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima program keluarga harapan (PKH) [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sulaeman P. 2008. Analisis alokasi pengeluaran keluarga peserta dan bukan peserta proyek penanggulangan kemiskinan perkotaan [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati: tantangan yang menyenangkan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Suryawati. 2002. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wahini M. 2012. Nilai ekonomi dan non-ekonomi pekerjaan rumah tangga istri [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Witrianto. 2005. Hubungan Saling Ketergantungan antar Petani dan Pedagang Perantara di Pedesaan Minangkabau. Makalah: Antropologi Ekonomi. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
22 Lampiran 1 Sebaran keluarga petani berdasarkan jawaban fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak SD No
Pernyataan
Fasilitas pendidikan Anak mempunyai kamar sendiri 1 Anak mempunyai meja belajar sendiri 2 Anak mempunyai komputer/laptop/mesin tik 3 Anak mempunyai kalkulator 4 Anak mempunyai alat tulis sendiri 5 Anak memiliki buku-buku pelajaran sendiri 6 Anak mempunyai alat transportasi sendiri 7 Anak mengikuti pengajian/sekolah agama/TPA/sekolah 8 mingguan Anak mengikuti les/bimbingan belajar selain sekolah 9 Orang tua mempunyai tabungan bagi pendidikan anak 10 Anak mempunyai kamus bahasa sendiri 11 Anak mempunyai buku gambar sendiri 12 Anak mempunyai alat menggambar sendiri 13 Anak mempunyai buku cerita sendiri 14 Anak mempunyai buku bacaan mengenai agama sendiri 15 Orang tua mempunyai asuransi pendidikan untuk anak 16 Fasilitas kesehatan Anak rutin diberikan suplemen/vitamin kesehatan 1 Anak dibawa ke dokter/mantri/dukun jika sakit 2 Anak disediakan menu makanan yang bergizi dan 3 berimbang Anak diberikan obat cacing secara rutin minimal 6 bulan 4 sekali Anak diberikan sarapan pagi setiap berangkat sekolah 5 Dirumah tersedia obat-obatan (minyak kayu putih, betadin, 6 obat penurun panas) untuk anak Anak diberi alat kebersihan lengkap (sampo, sabun, sikat 7 gigi, pasta gigi) Orang tua mempunyai asuransi kesehatan anak 8
Persentase jawaban fasilitas pendidikan dan kesehatan anak SD (n=100) Ya Tidak 13.00 13.00 00.00 7.00 100.00 72.00 42.00
87.00 87.00 100.00 93.00 00.00 28.00 58.00
91.00
9.00
00.00 41.00 53.00 98.00 89.00 46.00 91.00 00.00
100.00 59.00 47.00 2.00 11.00 54.00 9.00 100.00
38.00 100.00
62.00 00.00
76.00
24.00
27.00
73.00
79.00
21.00
73.00
27.00
7.00
93.00
46.00
54.00
25
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan seorang putri terakhir dari Bapak Isna Pandija dan Ibu Endang Dwi Ningsih yang dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1992 di Jakarta. Penulis memiliki empat orang kakak yang bernama Setio Pramana, Arif Fajri, Fatwa Riyanti, dan Anita Fauziah. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Al-Ikhlas pada tahun 1996-1997. Lalu melanjutkan SDN 03 pagi Tegal Alur pada tahun 1997-2003. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama didapatnya di SMPN 249 Jakarta Barat pada tahun 2003-2006 sedangkan pendidikan Sekolah Mengengah Atas didapatnya di SMAN 33 Jakarta Barat pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009 penulis di terima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis mengikuti kegiatan organisasi yang ada di kampus yaitu menjadi bendahara Divisi Human Resources pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor (HIMAIKO IPB) periode 2011-2012. Selain itu penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian seperti Masa Perkenalan Departemen yang berada di divisi Pendamping Anggota Kelompok (PAK) dan Masa Perkenalan Fakultas sebagai anggota divisi konsumsi serta berbagai kegiatan HIMAIKO salah satunya menjadi bendahara acara kuliah umum dengan tema “Seni berkomunikasi dan trik lolos dalam interview”. Selain bergabung dengan organisasi dan menjadi bagian dari kepanitiaan, penulis juga mengikuti beberapa acara yang diadakan oleh departemen dan fakultas. Dengan berbagai kegiatan yang diikuti oleh penulis menambah keterampilan, pengetahuan, dan menjadikan kepribadian yang matang.