PENGARUH NILAI ANAK TERHADAP PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN
NOFIA MUTIARA BAHRI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Nilai Anak terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak miskin adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Nofia Mutiara Bahri NIM I24080060
ABSTRAK NOFIA MUTIARA BAHRI. Pengaruh Nilai Anak terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Dibimbing oleh HARTOYO dan ALFIASARI. Perilaku investasi merupakan faktor penting dalam menyiapkan anak berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi nilai anak terhadap investasi anak pada keluarga miskin dan tidak miskin dengan melibatkan 28 keluarga miskin dan 27 keluarga tidak miskin. Contoh adalah keluarga yang memiliki anak SD kelas 1 dan 2 yang dipilih secara acak dari populasi keluarga yang tinggal di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai ibu menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan pada lama pendidikan istri, kategori kemiskinan keluarga, dan nilai sosial anak terhadap perilaku investasi anak. Lebih lanjut hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah dan nilai ekonomi anak berpengaruh postitif dan signifikan terhadap alokasi pengeluaran investasi anak Kata Kunci: alokasi pengeluaran, nilai anak, keluarga miskin, keluarga tidak miskin, perilaku investasi anak
ABSTRACT NOFIA MUTIARA BAHRI. Influence Value of Children to Children Investment Behavior of Poor and Non-Poor Family. Supervised By HARTOYO and ALFIASARI. Children investment behavior is on important factor to reach qualified children outcomes. This research was to analyze influence of value of children on children investment behavior of poor and non-poor family, involving 28 poor family and 27 non-poor family. Samples were famillies that have children in 1st grade and 2nd grade elementary school that were chosen randomly from the population who lived in Kotabatu Village, Ciomas Sub District, Bogor District. Data were collected by interviewing the mothers and using questionnaire. This research showed that there was positive and significant influence of wife’s education level, family poverty category, and social value of children on children investment behavior. Furthermore, analysis result showed that the number of schooled children and economic value of children had positive and significant influence on children investment expenditure allocation. Keywords: children investment behavior, expenditures allocation, non-poor family, poor family, value of children
RINGKASAN NOFIA MUTIARA BAHRI. Pengaruh Nilai Anak terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Dibimbing oleh HARTOYO dan ALFIASARI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai anak terhadap perilaku investasi pada keluarga miskin dan tidak miskin serta pengaruh nilai anak dan perilaku investasi terhadap alokasi pengeluaran investasi yang dilakukan orang tua. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) menganalisis perbedaan nilai anak yang dianut pada keluarga miskin dan tidak miskin; 2) menganalisis perbedaan perilaku investasi anak yang dilakukan antara keluarga miskin dan tidak miskin; 3) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap nilai anak; 4) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap perilaku investasi; 5) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, nilai anak, dan perilaku investasi terhadap alokasi pengeluaran investasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, yang mana pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan kepadatan penduduk di daerah tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap dengan anak kelas 1 dan 2 SD (Sekolah Dasar) yang terdiri dari keluarga miskin dan tidak miskin, dengan kriteria kemiskinan keluarga berdasarkan indikator rumah tangga miskin BPS (Badan Pusat Statistik) yang tinggal di wilayah Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian ini diambil secara acak dari data penduduk yang memenuhi kriteria populasi di wilayah RW 01 dan RW11, Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 28 keluarga miskin dan 27 keluarga tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah istri dari keluarga contoh yang diwawancarai dengan menggunakan kuesioner. Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, usia istri dan suami, tingkat pendidikan istri dan suami, pekerjaan istri dan suami, pendapatan keluarga perbulan, pendapatan perkapita/bulan, dan indikator rumah tangga miskin BPS), karakteristik anak (usia anak, tingkat pendidikan anak, jumlah anak sekolah, dan jumlah anak putus sekolah), alokasi pengeluaran keluarga (alokasi pengeluaran pangan, alokasi pengeluaran nonpangan, dan alokasi pengeluaran investasi anak), nilai anak (nilai psikologi, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan perilaku investasi (perilaku investasi pendidikan, dan kesehatan). Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan adalah data monografi Kabupaten Bogor dan Kecamatan Ciomas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasnya dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,814 (nilai psikologi), 0,778 (nilai sosial), 0,511 (nilai ekonomi, 0,685 (perilaku investasi pendidikan), dan 0,708 (perilaku investasi kesehatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga tidak miskin (74,1%) adalah keluarga kecil (≤4 orang), sedangkan sebagian keluarga miskin (57,1%) adalah keluarga sedang (5-6 orang). Rata-rata usia suami lebih tua daripada usia istri, meskipun rata-rata usia istri dan suami sama-sama dalam
rentang usia dewasa muda (20-40 tahun). Istri dan suami keluarga tidak miskin memiliki rata-rata lama sekolah lebih tinggi jika dibandingkan dengan keluarga miskin. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan nyata dan signifikan pada ratarata lama sekolah suami dan istri antara keluarga miskin dan tidak miskin (p≤0,01). Sebagian istri dan suami pada keluarga tidak miskin rata-rata berada pada tingkat SMA. Pekerjaan suami keluarga tidak miskin didominasi PNS dan karyawan, sedangkan suami keluarga miskin didominasi buruh. Sementara itu, istri keluarga miskin dan tidak miskin didominasi dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga tidak miskin (Rp 663.117,3/bulan) lebih besar daripada garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat Rp 231.438,0/bulan. Sementara itu, rata-rata pendapatan per kapita keluarga miskin adalah sebesar Rp 160.696,4/bulan. Rata-rata keluarga memiliki satu orang anak pada rentang usia sekolah dengan tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar). Persentase pengeluaran terbesar keluarga miskin (37,1%) dihabiskan untuk kebutuhan pangan, sedangkan persentase terbesar keluarga tidak miskin (47,2%) dihabiskan untuk kebutuhan nonpangan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa rata-rata nilai psikologi anak pada keluarga tidak miskin (83,7) lebih tinggi jika dibandingkan keluarga miskin (74,5), demikian juga halnya dengan nilai sosial anak pada keluarga tidak miskin (75,1) lebih tinggi jika dibandingkan keluarga miskin (68,6). Akan tetapi nilai ekonomi anak pada keluarga miskin (59,3) lebih tinggi jika dibandingkan keluarga tidak miskin (56,7). Sementara itu, rata-rata perilaku investasi pendidikan (53,9) dan kesehatan (59,9) keluarga tidak miskin lebih tinggi jika dibandingkan dengan perilaku pendidikan (33,1) dan kesehatan (36,5) keluarga miskin. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa keluarga tidak miskin memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai psikologi. Sementara itu, pendapatan keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai sosial. Nilai ekonomi dipengaruhi positif signifikan oleh usia suami dan dipengaruhi negatif signifikan oleh lama pendidikan suami dan jumlah anak sekolah. Sementara itu, uji pengaruh terhadap perilaku investasi menunjukkan lama pendidikan istri, kategori kemiskinan keluarga, dan persepsi nilai sosial anak memiliki pengaruh positif dan signifikan. Uji regresi lain juga menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap alokasi pengeluaran investasi anak. Sementara itu, persepsi nilai ekonomi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap alokasi pengeluaran investasi anak. Kata kunci: alokasi pengeluaran, nilai anak, keluarga miskin, keluarga tidak miskin, perilaku investasi anak
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGARUH NILAI ANAK TERHADAP PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN
NOFIA MUTIARA BAHRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Anak Terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin Nama : Nofia Mutiara Bahri NIM : I24080060
Disetujui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Pembimbing I
Alfiasari, S.P., M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin” ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Ibu Alfiasari, S.P., M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si dan Ibu Tin Herawati, S.P. M.Si selaku Dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh jajaran dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas limpahan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan. Serta untuk responden, kader posyandu, dan jajaran aparat Desa Kotabatu atas bantuan dan kemudahan selama penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada Papa Syamsul Bahri dan Mama Yeniwarti, kakak, Abang-abang, dan Adikku tersayang (Fitria Yeni Bahri, S.Si., Ade Kurniawan, S.Si., Fatra Era Utama Bahri, dan Arif Afdhal Bahri) yang selalu memberikan dukungan moril, do’a, materi dan curahan kasih sayang kepada penulis. Terimakasih kepada Oom Iman Amir dan Tante Dra. Afriyeti, Oom Rizaldi, S.T. dan Tante dr. Tuty Herawaty, Sp.A, Bapak H. Gozali beserta ibu dan kelurga besar di Cibogel atas dukungan, semangat dan kemudahan fasilitas selama di Bogor, serta untuk ketiga keponakanku Azka, Idham, dan Aim yang menjadi obat pelepas lelahku. Serta Hamdi, S.T, M.T. atas motivasi dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada sahabat-sahabat tersayang (Ennie Setyani Rahayu, S.Pi, Ayu Marlika Leni Putri, S.Si, Nadya Khairunnisa, S.Si, Dewi Suci CIA, S.Si, Dewi Sekar Mukhti, S.Si, Alfiana Rachmawati), Salsabila Family tersayang (Sari, Kiki, Noe, Desi, Ringgit, Dhea, Ruroh, Umi, Michele, Titi, Yuni, Mba Lingga dan lainnya), Asrama A2 (Dinda, Septi, Ane dan lainnya), sahabat-sahabat SMAN 2 Lubuk Basung, IKK 45, GM 45, dan KPM 45 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi. Serta pihak-pihak yang belum disebutkan, terima kasih atas semangat dan bantuan yang diberikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Juni 2013 Nofia Mutiara Bahri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
xviii xix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Nilai Anak
5
Perilaku investasi Anak
5
Kesejahteraan keluarga
6
KERANGKA PENELITIAN
9
METODE PENELITIAN
11
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
11
Populasi dan Teknik Penarikan Contoh
11
Jenis dan Pengumpulan Data
12
Pengolahan dan Analisis Data
13
Defenisi Operasional
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Hasil
21
Pembahasan
40
Keterbatasan Penelitian
43
SIMPULAN DAN SARAN
45
Simpulan
45
Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
51
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Karakteristik rumah tangga miskin Variabel, definisi operasional, dan skala data Variabel, skala data, dan kategori data Sebaran keluarga berdasarkan 14 indikator rumah tangga miskin BPS Sebaran penduduk Desa Kotabatu tahun 2011 berdasarkan usia Sebaran penduduk Desa Kotabatu tahun 2012 berdasarkan tingkat pendidikan Sebaran penduduk Desa Kotabatu tahun 2012 berdasarkan mata pencaharian Sebaran jumlah anggota keluarga berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran usia suami dan istri berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran tingkat pendidikan suami dan istri berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran suami dan istri berdasarkan pekerjaan utama dan status kemiskinan keluarga Sebaran pendapatan keluarga berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran pendapatan keluarga perkapita perbulan berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran jumlah rata-rata anak berdasarkan kelompok usia anak dan status kemiskinan keluarga Sebaran jumlah rata-rata anak berdasarkan tingkat pendidikan anak dan status kemiskinan keluarga Sebaran jumlah anak sekolah berdasarkan status kemiskinan keluarga Sebaran jumlah anak putus sekolah berdasarkan status kemiskinan keluarga Nilai rata-rata, standar deviasi, persentase rata-rata pengeluaran pangan, nonpangan, dan anak per bulan berdasarkan kesejahteraan keluarga Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengeluaran pangan dan status kemiskinan keluarga Nilai rata-rata, standar deviasi, persentase rata-rata alokasi pengeluaran pangan per bulan berdasarkan status kemiskinaan keluarga Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengeluaran nonpangan dan status kemiskinan keluarga Nilai rata-rata, standar deviasi, persentase rata-rata alokasi pengeluaran nonpangan per bulan berdasarkan kemiskinan keluarga Sebaran nilai psikologis anak pada keluarga miskin dan tidak miskin Sebaran nilai sosial anak pada keluarga miskin dan tidak miskin Sebaran nilai ekonomi anak pada keluarga miskin dan tidak miskin Sebaran perilaku investasi pendidikan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin Sebaran perilaku investasi kesehatan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin Sebaran alokasi pengeluaran investasi anak berdasarkan tingkat pendidikan dan status kemiskinan
7 12 13 15 21 21 22 23 23 24 25 26 26 27 27 28 28 29 30 30 31 32 33 33 34 34 35 36
29 30 31 32 33
Variabel-variabel yang memengaruhi nilai psikologi anak (skor) Variabel-variabel yang memengaruhi nilai sosial anak (skor) Variabel-variabel yang memengaruhi nilai ekonomi anak (skor) Variabel-variabel yang memengaruhi perilaku investasi anak (skor) Variabel-variabel yang mempengaruhi alokasi pengeluaran investasi anak (persentase)
36 37 38 39 40
DAFTAR GAMBAR 1 Alur kerangka pemikiran penelitian 2 Skema cara pengambilan contoh
10 11
PENDAHULUAN Latar Belakang Keluarga memiliki peran yang penting dalam masa depan anak. Anak merupakan anugerah yang memiliki nilai tersendiri bagi orang tua. Sejak lama keberadaan anak dalam pernikahan menjadi keharusan dan merupakan salah satu momen dalam siklus kehidupan berkeluarga. Bahkan diyakini bahwa tidak memiliki anak merupakan sebuah malapetaka karena anak dianggap sebagai penerus garis keturunan keluarga. Seseorang tidak akan dianggap sebagai seorang dewasa sampai memiliki seorang anak (Kim et al. 2005). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), nilai berkaitan dengan apa yang diinginkan atau dianggap berharga. Nilai anak menjadi kriteria utama dalam mencapai tujuan sehingga menentukan keberlanjutan seluruh keputusan dan tindakan orang tua dalam membesarkan anak. Suckow dan Klaus (2002) membagi nilai anak menjadi tiga dimensi, yaitu nilai psikologi-emosional anak, nilai ekonomi-utilitarian anak, dan nilai sosial-normatif anak. Penelitian Suckow dan Klaus (2002) mengungkapkan bahwa pada negara yang memiliki kelembagaan alternatif dalam melindungi warga negara yang sakit dan pengangguran seperti Jerman dan Israel, dimensi nilai ekonomi menjadi hal yang tidak terlalu penting. Sementara itu, orang tua di Turki menganut nilai psikologis anak menjadi lebih penting yang menandakan hubungan emosional yang dekat antara orang tua dan anak (Kagitcibasi & Ataca 2005). Hal berbeda ditunjukkan pada masyarakat Afrika yang mana nilai sosial anak menjadi hal yang penting karena anak menjadi penguat kedudukan ibu dalam hubungan pernikahan dan komunitas (Dyer 2007). Hastuti, Alfiasari, dan Chandriyani (2010) memaparkan bahwa nilai psikologi merupakan persepsi nilai anak bagi orang tua dalam mencurahkan kasih sayang dan merupakan sumber kebahagiaan keluarga. Anak juga merupakan tempat mensosialisasikan nilai-nilai (nilai sosial) dan tempat orang tua menggantungkan harapan baik di masa sekarang maupun di masa depan (nilai ekonomi). Penelitian yang dilakukan Hastuti, Alfiasari, dan Chandriyani (2010) di daerah rawan pangan menunjukkan bahwa persepsi nilai anak lebih besar pada nilai ekonomi, kemudian diikuti nilai sosial, dan nilai psikologi. Orang tua yang mengikuti program KB (Keluarga Berencana) menilai bahwa keberadaan anak akan menjamin keberadaan orang tua di hari tua, dapat memberi hiburan, menghindari kesendirian, dan menjadikan orang tua lebih bertanggungjawab (Hartoyo, Latifah, & Mulyani 2010). Temuan tersebut menunjukan bahwa anak dinilai dengan memberikan manfaat ekonomi dan jaminan di hari tua. Penilaian orang tua terhadap anak akan ikut memengaruhi perilaku investasi yang dilakukan oleh orang tua. Deacon dan Firebaugh (1988) menyatakan bahwa keluarga memiliki tanggung jawab dalam perawatan anggota keluarganya. Keluarga yang dapat berfungsi dengan baik tentu juga akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Investasi orang tua terhadap anak merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, salah satunya melalui alokasi uang dan waktu untuk pendidikan dan kesehatan (Bryant &Zick
2 2006). Orang tua harus membagi semua sumber daya untuk semua anak-anak dalam keluarga dan bahkan mungkin anak-anak dalam satu keluarga bersaing dalam menerima investasi manusia dari orang tua. Orang tua melakukan investasi bagi anak sebagai salah satu peran dalam mewujudkan tingkat kesejahteraan individu di masa depan (Bagby 2011). Investasi yang dilakukan setiap orang tua berbeda bagi tiap anak dan tingkat sosial ekonomi keluarganya. Kemajuan ekonomi suatu negara akan terlihat dari besarnya investasi terhadap pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh orang tua. Hal tersebut menunjukkan perhatian keluarga terhadap investasi sumber daya manusia (Mursa 2007). Perilaku investasi yang dilakukan orang tua tidak saja akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terhadap anak tapi juga ikut berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah negara. Mursa (2007) membagi dasar investasi sumber daya manusia menjadi dua yaitu investasi terhadap pendidikan (tingkat pendidikan tinggi dan ilmu), dan perbaikan tingkat kesehatan. Anak adalah sumber daya berharga dan tahan lama. Pada keluarga miskin dan menengah, anak diharapkan dapat membantu orang tua di masa yang akan datang. Selain itu, anak juga merupakan sumber daya untuk investasi. Hasil penelitian terhadap suku Jawa dan Minang menunjukan bahwa pengeluaran keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu dan uang. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan kualitas anak (Hartoyo 1998). Keluarga dengan pendapatan yang rendah akan mempersempit peluang keluarga miskin untuk menyekolahkan anak sebagai investasi jangka panjang. Sementara itu, hasil penelitian Permatasari (2010) menunjukan bahwa pendapatan dan pendidikan ayah berpengaruh terhadap besarnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Sejalan dengan itu, Hartoyo (1998) juga menemukan bahwa pengeluaran keluarga, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anak yang bersekolah, dan kelompok suku berpengaruh terhadap pengeluaran uang untuk anak (pangan, pendidikan, dan kesehatan). Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku investasi yang dilakukan oleh orang tua berbeda-beda, dipengaruhi oleh kondisi status sosial ekonomi keluarga. Kondisi sosial ekonomi keluarga terkait erat dengan kondisi kesejahteraan. Pada keluarga miskin jumlah anak yang banyak dan terbatasnya pendapatan menyebabkan anak mengonsumsi makanan yang kurang bergizi dan saling bersaing untuk mendapatkan makanan bergizi jika dibandingkan dengan anak dari keluarga tidak miskin dengan jumlah anak yang sama (Bagby 2011). Selain itu anak-anak dari keluarga miskin mengalami putus sekolah lebih cepat, cenderung tidak terlalu aktif, dan lebih cepat bekerja, jika dibandingkan dengan anak dari keluarga tidak miskin (Bagby 2011). Penelitian Surachman, dan Hartoyo (2012) juga menunjukkan bahwa perilaku investasi pada keluarga yang tidak miskin lebih baik jika dibandingkan dengan keluarga miskin, baik dari alokasi investasi waktu maupun alokasi investasi uang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa keluarga tidak miskin melakukan investasi pendidikan dan kesehatan lebih baik jika dibandingkan dengan keluarga miskin. Berdasarkan rumusan latar belakang tersebut, penelitian tentang pengaruh nilai anak dan perilaku invetasi terhadap alokasi pengeluaran keluarga perlu
3 dilakukan. Lebih lanjut, kajian yang membahas keterkaitan antarvariabel tersebut dengan memotret fenomena yang berbeda antara keluarga miskin dan tidak miskin dapat memberikan bukti empiris bagaimana perbedaan nilai anak dan perilaku investasi dipengaruhi oleh alokasi pengeluaran yang berbeda pada keluarga miskin dan tidak miskin. Perumusan Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata lama pendidikan dan standar hidup menjadi pengukur standar kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, IPM Kabupaten Bogor masih berada pada angka 72,16 dengan Angka Harapan Hidup (AHH) pada angka 68,86, Angka Melek Huruf (AMH) pada angka 95.02 dan rata-rata lama sekolah selama 7,98 tahun. Hal ini menyebabkan nilai IPM Kabupaten Bogor belum bisa dikatakan dalam kategori tinggi. Selain itu, rata-rata lama sekolah yang masih rendah menyebabkan pekerjaan yang didapatkan memberikan pendapatan yang rendah sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor masih tergolong rendah. Rusastra dan Napitulu (2008) memaparkan bahwa angka partisipasi anakanak dari keluarga miskin lebih rendah daripada anak-anak dari keluarga tidak miskin dan angka putus sekolah anak dari keluarga miskin lebih tinggi dibandingkan anak-anak dari keluarga tidak miskin pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Berdasarkan data BPS dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) KOR tahun 2009, masih terdapat sebanyak 2.470.180 jiwa (76,3%) penduduk berusia sepuluh tahun keatas yang putus sekolah dan 167.972 jiwa (5,2%) yang belum pernah bersekolah. Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak orang tua yang belum memberikan investasi pendidikan yang memadai bagi anak. Hal tersebut menunjukan bahwa orang tua dari keluarga miskin masih memiliki kesadaran yang rendah untuk memberikan investasi bagi anaknya jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak miskin. Padahal menurut Surachman, dan Hartoyo (2012) kualitas sumber daya manusia menentukan status sosial ekonomi individu yang salah satunya dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Hasil penelitian Puspitawati et al. (2009) menunjukan bahwa 55,7 persen orang tua atau wali setuju bahwa anak adalah tenaga kerja keluarga. Keluarga miskin cenderung menilai anak secara ekonomi pada saat sekarang sehingga anak diberdayakan sebagai investasi dalam membantu memenuhi perekonomian keluarga dengan cara bekerja sejak dini dan putus sekolah. Sementara itu pada keluarga tidak miskin anak dinilai secara ekonomis pada masa depan sehingga orang tua melakukan investasi pada anak dengan cara memenuhi pendidikan dan kesehatannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan status ekonomi keluarga akan menentukan investasi pada anak. Berdasarkan permasalahan yang ada diatas dapat dilihat beberapa rumusan permasalahan yang muncul, yaitu: 1. Bagaimana perbedaan nilai anak yang dianut oleh keluarga miskin dan tidak miskin? 2. Bagaimana perbedaan perilaku investasi yang dilakukan oleh keluarga miskin dan tidak miskin?
4 3. Bagaimana pengaruh nilai anak yang dianut terhadap perilaku investasi yang dilakukan oleh orang tua? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini untuk melihat pengaruh nilai anak terhadap perilaku investasi anak usia sekolah pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis perbedaan nilai anak yang dianut pada keluarga miskin dan tidak miskin 2. Menganalisis perbedaan perilaku investasi anak yang dilakukan antara keluarga miskin dan tidak miskin 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap nilai anak 4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap perilaku investasi 5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, nilai anak, dan perilaku investasi terhadap alokasi pengeluaran investasi Manfaat Penelitian Penelitian tentang pengaruh nilai anak terhadap perilaku investasi pada keluarga miskin dan tidak miskin ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan bidang ekonomi keluarga, terutama terkait dengan perilaku investasi orang tua terhadap anak dan kemiskinan keluarga. Selain itu bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai nilai anak dan perilaku investasi orang tua terhadap anak. Selain itu, diharapkan agar pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bogor dapat memanfaatkan penelitian ini dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
5
TINJAUAN PUSTAKA Nilai Anak Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), nilai merupakan apa yang diinginkan atau dianggap berharga, menjadi kriteria utama dalam mencapai tujuan, sehingga menentukan keberlanjutan seluruh keputusan dan tindakan. Hoffman dan Hoffman (1973) dalam Trommsdorff dan Nauck (2005) menyatakan bahwa nilai anak merupakan fungsi anak yang bisa diberikan kepada orang tua atau kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh anak bagi orang tua. Suckow dan Klaus (2002) membagi nilai anak menjadi tiga dimensi, yaitu nilai psikologi-emosional anak, nilai ekonomi-utilitarian anak, dan nilai sosial-normatif anak. Menurut Kagitcibasi dan Ataca (2005), nilai utilitarian atau nilai ekonomi merupakan termasuk kebutuhan materi anak dari kecil hingga dewasa, kemudian bagaimana anak bisa menjaga orang tua di hari tua dan kesediaan anak untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan perekonomian keluarga. Nilai psikologi anak adalah bagaimana seseorang mendapatkan keuntungan dengan memiliki anak, seperti kesenangan, kegembiraan, merasa memiliki teman, rasa bangga, serta rasa kepuasan melihat anak-anak beranjak dewasa (Kagitcibasi dan Ataca 2005). Dan nilai sosial anak adalah bagaimana penerimaan lingkungan sosial terhadap anak, seperti meneruskan nama dan garis keturunan keluarga (Kagitcibasi dan Ataca 2005). Hernawati (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa orang tua tidak membedakan jenis kelamin anak dalam memberikan penilaian terhadap anak, baik nilai psikologis, nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai religius. Sebagian besar contoh dalam penelitian tersebut memiliki nilai yang sama baik terhadap anak laki-laki maupun anak perempuan. Hal ini diperkuat dalam penelitian Kartino (2005), yang menunjukan tidak adanya perbedaan persepsi pada orang tua antara anak laki-laki dan perempuan dalam mempersepsikan nilai anak, baik nilai ekonomi, nilai psikologi, dan nilai sosial. Berdasarkan hasil penelitian Hernawati (2002), secara umum orang tua dengan tingkat sosial rendah menilai anak memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan orang tua dengan tingkat sosial tinggi. Dari hasil penelitian Hastuti, Alfiasari, dan Chandriyani (2010) sebagian orang tua responden mempunyai harapan nilai psikologis yang tinggi terhadap anaknya, orang tua mengharapkan anak bisa memberikan kebahagiaan bagi orang tua. Kemudian orang tua juga memiliki pendapat nilai sosial yang tinggi untuk anak. Orang tua memiliki persepsi bahwa anak dapat meningkatkan derajat keluarga dan memiliki harapan agar anak bisa berperilaku yang sesuai dengan nilai dan aturan dalam masyarakat agar status dalam masyarakat bisa lebih baik dan terpandang. Perilaku Investasi Anak Hartoyo (1998) mengemukakan investasi orang tua terhadap anak merupakan segala usaha, aktivitas atau alokasi sumber daya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan pada saat dewasa akan menjadi individu yang produktif. Investasi untuk anggota keluarga dapat berarti sebagai investasi sumber daya manusia yang dapat dilakukan melalui pendidikan, pengalaman, dan kesehatan.
6 Investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu uang dari jasa (seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (merupakkan waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan) (Bryant & Zick 2006). Menurut Hartoyo (1998) anak merupakan sumber daya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk sumber daya yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan atau uang. Tipe keluarga juga mempunyai andil dalam perilaku investasi yang dilakukan orang tua. Keluarga luas memiliki perilaku investasi yang rendah jika dibandingkan dengan keluarga inti. Begitu juga dengan pendapatan keluarga, keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan memberikan perilaku investasi yang tinggi bagi anak. Mursa (2007), membagi dasar investasi sumber daya manusia menjadi dua yaitu investasi terhadap pendidikan dari tingkat pendidikan tinggi dan ilmu, dan perbaikan tingkat kesehatan. Investasi Pendidikan Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas yang tinggi bagai masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Penambahan anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah dalam investasi keluarga (Leibowitz 1982). Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa alasan seseorang menginvestasikan pendidikan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan di masa yang akan datang dan semakin lama pendidikan maka akan semakin meningkat kesempatan seseorang dalam mengganti biaya pendidikannya. Hartoyo (1998) menyatakan bahwa pengeluaran keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, dan kelompok suku memiliki hubungan yang signifikan dengan pengeluaran untuk pendidikan. Keluarga dengan jumlah anggota yang besar akan memiliki pengeluaran yang kecil untuk pendidikan. Investasi Kesehatan Investasi kesehatan berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki tujuan agar manusia memiliki produtivitas dan pendapatan yang tinggi di kemudian hari. Pendidikan memiliki hubungan secara positif dengan investasi kesehatan, hasil penelitian Edwards dan Grossman (1979) dalam Bryant dan Zick (2006) menunjukan bahwa kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa investasi kesehatan termasuk memelihara kesehatan dan menjaga fisik serta mental. Olahraga, melakukan kontrol ke dokter, dan mengkonsumsi gizi yang baik merupakan investasi terhadap kesehatan. Kesejahteraan Keluarga Undang-undang No.10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
7 Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan BPS untuk menentukan sasaran program BLT yaitu 14 indikator rumah tangga miskin. Indikator tingkat kesejahteraan keluarga digunakan untuk membagi responden dalam penelitan ini menjadi keluarga miskin dan tidak miskin. Keluarga yang memenuhi sembilan kriteria atau lebih dinyatakan sebagai keluarga miskin. Sedangkan keluarga yang memenuhi kriteria kurang dari sembilan dinyatakan sebagai keluarga tidak miskin, ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik rumah tangga miskin No. 1. 2. 3.
Variabel Kemiskinan Luas lantai bangunan tempat tinggal Jenis lantai bangunan tempat tinggal Jenis dinding banguna tempat tinggal
4. 5. 6.
Fasilitas tempat buang air besar Sumber penerangan rumah tangga Sumber air minum
7. 8. 9.
Bahan bakar untuk memasak Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun Frekuensi makan dalam sehari Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
10. 11. 12.
13.
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga
14.
Pemilikan aset/harta bergerak maupun tidak bergerak
Karakteristik kemiskinan Kurang dari 8 m² per orang Tanah/bambu/kayu murahan Bambu/rumbia/ kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester Tidak ada, menumpang rumah lain Bukan listrik Sumur, mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan Kayu bakar/arang/minyak tanah Satu kali atau dua kali seminggu Tidak pernah membeli/satu stel Satu kali/dua kali sehari Tidak mampu membayar Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh tani/ nelayan/buruh bangunan/pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rpp. 600.000,00 per bulan Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamatan SD Tidak punnya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor, dan barang modal lainnya.
8
9
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga memiliki kewajiban dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, usia anak, pendidikan orang tua, pekerjaan dan pendapatan orang tua. Perbedaan ini akan memengaruhi keadaan keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga. Karakteristik keluarga dan anak tersebut juga merupakan faktor yang akan memengaruhi nilai anak yang dianut, yaitu nilai psikologi, nilai ekonomi dan nilai sosial. Persepsi orang tua terhadap nilai anak di masa yang akan datang akan memengaruhi perilaku investasi yang dilakukan kepada anak pada saat sekarang. Keluarga miskin dan keluarga tidak miskin akan memiliki perbedaan terhadap nilai anak yang dianut. Oleh karena itu, perilaku investasi yang dilakukan orang tua pun akan berbeda. Investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang dan jasa seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan; dan nilai waktu yaitu waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan (Bryant & Zick 2006). Keluarga tidak miskin cenderung akan melakukan perilaku investasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan keluarga miskin. Selain tingkat kesejahteraan keluarga, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga akan memengaruhi bagaimana sebuah keluarga memberikan perlakuan terhadap anak-anaknya. Semakin tinggi pendapatan dan tingkat pendidikan keluarga maka akan semakin besar kemungkinan orang tua untuk menyekolahkan anak, memberikan perawatan kesehatan yang baik, dan memenuhi kebutuhan dasar anak lainnya. Selain itu alokasi pengeluaran keluarga untuk anak pada keluarga miskin dan tidak miskin juga berbeda. Keluarga miskin cenderung memiliki pendapatan rendah dan jumlah keluarga yang besar. Oleh karena itu, semakin besar ukuran keluarga maka akan semakin kecil pengeluaran untuk masing-masing anggota keluarga (Rosidah 2011). Keterkaitan variabel perilaku investasi yang dilakukan keluarga berdasarkan nilai anak yang dianut dan karakteristik keluarga yang menjadi kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
10
Karakteristik Keluarga : 1. Besar keluarga 2. Usia suami & istri 3. Tingkat pendidikan suami dan istri 4. Pekerjaan responden dan suami responden 5. Pendapatan keluarga 6. Pengeluaran keluarga 7. Kategori kemiskinan
Karakteristik Anak : 1. usia anak 2. jumlah anak sekolah
Nilai Anak (value of children) 1. Ekonomi 2. Psikologi 3. Sosial
Perilaku Investasi : 1. Pendidikan 2. Kesehatan
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian
Alokasi pengeluaran investasi: 1. Pendidikan 2. Kesehatan
11
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Ciomas dipilih secara purposive karena merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat di Kabupaten Bogor, yaitu 7.994 jiwa/km². Sementara itu Desa Kotabatu dipilih secara purposive karena Desa Kotabatu merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Ciomas, yaitu 22.084 jiwa. Waktu pengambilan data dilakukan selama lima minggu, dari 25 November hingga 29 Desember 2012. Populasi dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Bogor yang mempunyai anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar (SD) yang merupakan keluarga lengkap. Masa saat anak kelas 1 dan 2 SD merupakan masa awal anak memulai sekolah, pada masa ini orang tua cenderung aktif untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak. Selanjutnya pada desa Kotabatu dipilih dua RW secara acak, dan dari kedua RW tersebut diambil keluarga dengan anak kelas 1 dan 2 SD yaitu RW1(56 keluarga) dan RW11(42 keluarga). Pembagian keluarga miskin dan tidak miskin didasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari kader posyandu di kedua RW terpilih. Pada kerangka contoh tersebut diperoleh 56 keluarga miskin dan 40 keluarga tidak miskin. Dari kerangka contoh tersebut dipilih 30 keluarga miskin dan 30 keluarga tidak miskin secara acak. Kemudian dari 60 keluarga contoh, dilakukan cleaning data, dan didapatkan 55 keluarga, terdiri dari 28 keluarga miskin dan 27 keluarga tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah istri dari keluarga contoh terpilih. Pemilihan Kab. Bogor
purposive
Kecamatan Ciomas
purposive
Desa Kotabatu
RW 11 (keluarga yang memiliki anak SD kelas 1 dan 2=42)
Keluarga miskin n=15 keluarga)
Keluarga tidak miskin n=15 keluarga)
purposive RW 1 (keluarga yang memiliki anak SD kelas 1 dan 2=56)
Keluarga miskin n=15 keluarga)
Keluarga tidak miskin n=15 keluarga)
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh
simple random
stratified random
12 Jenis dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui penggalian informasi dari responden yang dilakukan dengan cara wawancara secara langsung kepada ibu meliputi karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, usia istri dan suami, tingkat pendidikan istri dan suami, pekerjaan istri dan suami, pendapatan keluarga perbulan, pendapatan perkapita/bulan, dan indikator rumah tangga miskin BPS), karakteristik anak (usia anak, tingkat pendidikan anak, jumlah anak sekolah, dan jumlah anak putus sekolah), alokasi pengeluaran keluarga (alokasi pengeluaran pangan, alokasi pengeluaran nonpangan, dan alokasi pengeluaran investasi anak), nilai anak (nilai psikologi, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan perilaku investasi (perilaku investasi pendidikan, dan kesehatan), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh pihak lain, meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Kotabatu dan Kantor Kecamatan Ciomas. Kuesioner yang telah disusun sebagai instrumen dalam penelitian ini telah diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah hasil yang diperoleh instrumen memiliki nilai yang konsisten untuk setiap penggunaan instrumen. Nilai Cronbach's alpha dari instrumen nilai psikologis anak adalah sebesar 0,814 dari 12 pertanyaan, nilai sosial anak sebesar 0,778 dari 10 pertanyaan, dan nilai ekonomi anak sebesar 0,511 dari 13 pertanyaan. Kuesioner nilai anak merupakan modifikasi penelitian Kartino (2005) dan Hernawati (2002). Selanjutnya nilai Cronbach's alpha dari instrumen perilaku investasi pendidikan sebesar 0,652 dari 18 pertanyaan, dan perilaku investasi kesehatan sebesar 0,708 dari 18 pertanyaan. Kuesioner perilaku investasi anak merupakan pengembangan dari konsep Bryant dan Zick (2006). Tabel 2 Variabel, defenisi operasional, dan skala data No. 1.
Variabel Karakteristik keluarga responden a. Jumlah anggota keluarga b. Usia Suami dan istri c. Pendidikan Suami dan Istri d. Pekerjaan suami dan istri
e. Pendapatan Keluarga 2.
Karakteristik Anak a. Usia b. Tingkat pendidikan anak c. Jumlah anak sekolah
Definisi Operasional
Banyaknya anggota keluarga yang terikat perkawinan (orang) Usia suami dan istri pada saat dilakukan wawancara (tahun). Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh suami dan istri (tahun) Jenis pekerjaan suami dan istri (1=tidak bekerja; 2=wirausaha; 3=pedagang; 4=petani; 5=PNS; 6=karyawan; 7=buruh; 8=lain-lain) Jumlah penghasilan semua anggota keluarga dalam satu bulan (rupiah) Usia anak responden pada saat dilakukan wawancara (tahun) Jenjang pendidikan terakhir yang djalani anak Jumlah anak yang masih menempuh pendidikan formal (orang)
Skala data
Rasio Rasio Rasio Nominal
Rasio
Rasio Nominal Rasio
13 Tabel 2 Variabel, defenisi operasional, dan skala data (lanjutan) No. 3.
Variabel Definisi Operasional Kategori kemiskinan Empat belas kriteria rumah tangga miskin keluarga BPS (miskin≥9; tidak miskin<9) Alokasi pengeluaran keluarga a. Pangan Alokasi uang (rupiah) untuk pangan keluarga perbulan b. Nonpangan Alokasi uang (rupiah) unutk nonpangan keluarga perbulan c. Anak Alokasi uang (rupiah) untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan uang jajan semua anak per bulan Nilai Anak a. Psikologi Persepsi responden mengenai keuntungan dan kerugian mempunyai dan membesarkan anak dilihat dari segi psikologi (anak sebagai sumber kepuasan) b. Sosial Persepsi responden mengenai keuntungan dan kerugian mempunyai dan membesarkan anak dilihat dari segi sosial (anak meneruskan nama dan garis keturunan keluarga) c. Ekonomi Persepsi responden mengenai keuntungan dan kerugian mempunyai dan membesarkan anak dilihat dari segi ekonomi Perilaku Investasi untuk anak a. Investasi pendidikan Tindakan yang dilakukan orang tua untuk menunjang pendidikan anak b. Alokasi pengeluaran Jumlah uang (rupiah) untuk biaya pendidikan anak pendidikan anak yang bersekolah dalam perbulan c. Investasi kesehatan Tindakan yang dilakukan orang tua untuk menunjang kesehatan anak d. Alokasi pengeluaran Jumlah uang (rupiah) untuk biaya kesehatan anak kesehatan anak yang bersekolah perbulan
4.
5.
6.
Skala data Nominal
Rasio Rasio Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Ordinal Rasio
Ordinal Rasio
Pengolahan dan Analisis Data Dari pengumpulan data melalui instrumen kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Tabel 3 menunjukkan variabel, skala, dan kategori olahan data yang diperoleh. Tabel 3 Variabel, skala data, dan kategori olahan data 1.
Variabel Skala data Karakteristik keluarga responden a.
Jumlah anggota keluarga
Rasio
b.
Usia Suami
Rasio
c.
Usia istri
d.
Pendidikan suami
Rasio
Kategori olahan data [1] Keluarga kecil (≤4 orang) [2]Keluarga sedang (5-6 orang) [3] Keluarga besar (≥7 orang) [1] Dewasa muda (20-40 tahun) [2] Dewasa tengah (41-65 tahun) [3] Dewasa akhir (>65 tahun) [1] Tidak sekolah (0 tahun)
14 Tabel 3 Variabel, skala data, dan kategori olahan data (lanjutan) Variabel
e.
Pendidikan istri
f.
Pekerjaan suami
Skala data
Rasio
Nominal g.
2.
Pekerjaan istri
h.
Pendapatan Keluarga
Rasio
i.
Pendapatan perkapita
Rasio
b. Tingkat pendidikan anak
4.
5.
Rasio
Ordinal
d. Jumlah anak sekolah
Rasio
e. Jumlah anak putus sekolah
Rasio
Kriteria rumah tangga miskin BPS Alokasi pengeluaran keluarga
Nominal
a.
Pangan
Rasio
b.
Nonpangan
Rasio
[5] PNS [6] Karyawan [7] Buruh [8] Lain-lain
[1]