PENGARUH KUALITAS LINGKUNGAN PENGASUHAN DAN PERILAKU INVESTASI ANAK TERHADAP KUALITAS ANAK PADA KELUARGA DI DAS CIMANUK
RINA MARYANA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perilaku Investasi Anak terhadap Kualitas Anak pada Keluarga di DAS Cimanuk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Rina Maryana NIM I24120006
ABSTRAK RINA MARYANA. Pengaruh Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perilaku Investasi Anak terhadap Kualitas Anak pada Keluarga di DAS Cimanuk. Dibimbing oleh HARTOYO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak pada keluarga di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Jawa Barat. Desain penelitian ini menggunakan cross-sectional study; melibatkan 200 keluarga yang tinggal di hulu (kabupaten Garut) dan hilir sungai (Kabupaten Indramayu) dan memiliki anak usia 2-5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu, usia anak, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK mempengaruhi kualitas anak. Kualitas lingkungan pengasuhan dipengaruhi oleh usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, keikutsertaan anak dalam PAUD/TK dan perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga untuk anak. Alokasi pengeluaran keluarga untuk anak dipengaruhi oleh pendapatan perkapita keluarga. Alokasi waktu ibu untuk anak dipengaruhi usia anak. Kata kunci: kualitas anak, kualitas lingkungan pengasuhan, alokasi waktu ibu, dan alokasi pengeluaran keluarga
ABSTRACT RINA MARYANA. The Influences of Parental of Environmental Quality and Children Investment Behavior on the Quality of Children in Families in Cimanuk Watershed Area. Supervised by HARTOYO. This study aimed to analyze the influence of parental of environmental quality and children investment behavior on the quality of children in families in Cimanuk Watershed Area in West Java. Design of this study using cross-sectional study; involved 200 families with children aged 2-5 years in upstream (Garut District) and downstream (Indramayu District) of Cimanuk Watershed Area. The results showed that the length of mother’s education, child’s age, and children's participation in preschool education influences the quality of children. Parental of environmental quality is influenced by mother’s age, length of mother's education, length of father's education, children's participation in preschool education, and allocation of family expenditures to children. Allocation of family expenditures to children influenced by family income. Allocation of mother’s time to children influenced child's age. Keywords: the quality of children, parental of environkmental quality, allocation of mother’s time, allocation of family expenditures
ii
PENGARUH KUALITAS LINGKUNGAN PENGASUHAN DAN PERILAKU INVESTASI ANAK TERHADAP KUALITAS ANAK PADA KELUARGA DI DAS CIMANUK
RINA MARYANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Pengaruh Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perilaku lnvestasi Anak terhadap Kualitas Anak pada Keluarga di DAS Cimanuk Nama
: Rina Maryana
NIM
: 124120006
Disetuj ui oleh
� Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Pembimbing
Tangga 1 Lulus:
2 5 0 CT 2016
iv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Penyusunan skripsi ini pun tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Tin Herawati, S.P. M.Si dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan kepada penulis. 3. Alfiasari S.P, M.Si selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian yang telah memberikan berbagai saran pada penyelesaian tugas akhir ini. 4. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dukungan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5. Pihak pemerintahan dan para responden di Kabupaten Garut dan Indramayu, yang telah bersedia bekerjasama dalam proses pengambilan data penelitian. 6. Seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan banyak ilmu dan pemahamannya kepada penulis. 7. Kedua orang tua (Warsita dan Wasteni) yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih, juga untuk saudarasaudara kandung maupun ipar penulis yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa. 8. Teman-teman IKK 49, Forum Syiar Islam FEMA (Forsia 1435-1436 H), dan Birena Al-Hurriyyah IPB atas kebersamaan, dukungan, motivasi dan sumber inspirasi selama penulis berkuliah di IPB. 9. Teman-teman satu bimbingan Ajeng, Ima, Ocin, Umi, dan Kak Dinda yang telah berjuang bersama-sama. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas segala kebaikan teman–teman semua. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, dan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi dunia penelitian dan pendidikan.
Bogor, Oktober 2016 Rina Maryana
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
vi vi vi 1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan waktu Penelitian
6
Teknik Pengambilan Contoh
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
9
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
12 13
Hasil Penelitian
14
Karakteristik Keluarga Karekteristik Anak Kualitas Lingkungan Pengasuhan Perilaku Investasi Anak Kualitas Anak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Pengasuhan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Anak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Anak Pembahasan
20 21 22 23 24 26 27 28 24
SIMPULAN DAN SARAN
26
Simpulan
26
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
30
RIWAYAT HIDUP
39
ii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Variabel, jenis data, skala data, dan pengkategorian data Nilai rataan karakteristik keluarga berdasarkan wilayah Sebaran anak balita berdasarkan karakteristik dan wilayah
8 14 15
Sebaran responden berdasarkan indeks kualitas lingkungan pengasuhan dan wilayah
16
Alokasi waktu ibu untuk anak balita berdasarkan wilayah Alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita berdasarkan wilayah Sebaran responden berdasarkan status gizi anak balita dan wilayah Sebaran responden berdasarkan capaian perkembangan anak dan wilayah Sebaran responden berdasarkan indeks kualitas anak dan wilayah Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan perilaku investasi anak terhadap kualitas lingkungan pengasuhan Pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak dimensi alokasi waktu ibu untuk anak Pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, lingkungan pengasuhan, dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak
18 18 19 19 20 21 22 22 23
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Kerangka penarikan contoh 3 Nilai rata-rata pencapaian skor subskala HOME Inventory untuk anak usia <3 tahun 4 Nilai rata-rata pencapaian skor subskala HOME Inventory untuk anak usia >3 tahun
6 7 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak 2 Hasil uji normalitas dan uji asumsi klasik Heteroskedastisitas dari data penelitian 3 Persentase sebaran jawaban responden pada kualitas lingkungan keluarga 4 Persentase sebaran capaian perkembangan anak dilihat dari tiap indikator
31 31 32 36
iv
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada bulan Juli 2015 adalah mencapai 255.993.674 jiwa dan hal ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara ke-5 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan pertama di Asia Tenggara (data CIA The World Fact Book). Meskipun jumlah penduduknya besar, namun ironisnya menurut United Nations Development Programme (UNDP) indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia sampai dengan tahun 2014 masih berada di peringkat 108 dari 187 negara. Hal ini tentu menjadi salah satu persoalan serius, karena semakin rendah peringkat IPM suatu negara mencerminkan semakin rendah pula kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang vital dalam mencapai kemajuan suatu negara termasuk perkembangan ekonominya. Indonesia dianugerahi dengan jumlah SDM yang sangat melimpah. Namun, sangat disayangkan kualitasnya masih rendah dibandingkan negara-negara maju jika dilihat dari IPM-nya. Oleh karena itu, potensi SDM di Indonesia perlu dipersiapkan, dikelola, dan dikembangkan dengan baik untuk bisa meningkatkan kualitasnya. Hal ini merupakan suatu upaya yang sangat penting dalam membangun kemajuan bangsa termasuk untuk membangun perekonomian yang lebih baik di masa depan (Syarief 1997). Pembentukan SDM dimulai dari keluarga yang merupakan institusi pertama dan utama dalam menciptakan SDM berkualitas. Dalam hal ini, anak merupakan aset dan investasi dalam pembangunan manusia menjadi sumberdaya yang berkualitas karena anak adalah generasi penerus bangsa yang potensial untuk dikembangkan. Kualitas anak baik dari aspek fisik yang berupa status gizi dan kesehatan anak maupun non-fisik yang berupa capaian perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beragam faktor. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor gizi, kesehatan dan pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain (Briawan dan Herawati 2008). Menurut teori ekologi dari Bronfenbrenner seorang anak dipengaruhi secara langsung dan tak langsung oleh sistem lingkungan di sekitar anak (Hastuti 2014). Dalam teori tersebut juga dikatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hasil penelitian membuktikan bahwa kualitas perkembangan anak ditentukan oleh peran keluarga dan lingkungan yang baik (Hasanah 2015). Seorang anak selalu berada di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosialnya dan banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekatnya. Di dalam keluarga juga, seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya, di mana dalam proses ini anak diajarkan dan dikenalkan berbagai nilai kehidupan yang sangat berguna dan menentukan perkembangan anak di masa depan. Beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan secara signifikan dan positif dapat mempengaruhi perkembangan anak (Salimar 2010; Hastuti et al. 2010; Dewanggi 2014). Hal ini membuktikan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan yang baik merupakan faktor penting dalam menyiapkan anak berkualitas karena dapat meningkatkan kualitas anak.
2
Selain itu, sumberdaya yang dimiliki keluarga juga menjadi salah satu faktor yang menentukan pembentukan kualitas keluarga dalam membentuk SDM (Syarief 1997). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas dapat dihasilkan melalui investasi pada anak yang dilakukan oleh orang tua (Hartoyo 1998; Afriana dan Puspitawati 2012; Rahmiati dan Puspitawati 2013; Bahri dan Hartoyo 2013; Hasanah 2015). Hal ini membuktikan bahwa perilaku investasi pada anak juga merupakan faktor penting dalam menyiapkan anak berkualitas karena dapat menyebabkan kualitas anak yang dihasilkan menjadi lebih baik. Oleh karena itu penelitian di bidang keluarga terkait pengaruh kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak yang dihasilkan keluarga sangat menarik dan penting untuk dilakukan. Perumusan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk merupakan salah satu DAS utama dari 40 DAS di Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur provinsi tersebut dan mencakup beberapa kabupaten yaitu kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu dengan jumlah penduduk keseluruhannya sebanyak 3,5 juta jiwa di tahun 2001. Bagian hulu Cimanuk terletak di kabupaten Garut, yaitu di Gunung Cikuray dan mengalir ke Utara dan bermuara di Laut Jawa, Kabupaten Indramayu (Pasaribu dan Suradisastra 2010). Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, Indeks Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 72,67 poin dan naik 0,33 poin apabila dibandingkan dengan tahun 2011 (72,34 poin), akan tetapi pencapaian Indeks Kesehatan tersebut belum mencapai target (73,40). Selain itu indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2012 mencapai 73,19 dan naik 0,37 poin apabila dibandingkan dengan tahun 2011 (72,82 poin), akan tetapi pencapaian IPM tersebut juga masih belum mencapai target (75,8 poin) sebagaimana yang tercantum dalam PERDA 9 Tahun 2008 Tentang RPJPD Provinsi Jabar Tahun 2005-2025. Salah satu kabupaten yang memiliki IPM di bawah rata-rata IPM Jawa Barat dengan capaian terendah yaitu Kabupaten Indramayu yang merupakan bagian hilir DAS Cimanuk. Hal ini memperlihatkan bahwa di wilayah tersebut masih memiliki kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Selain itu, dari data mengenai jumlah kematian bayi dan anak balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan masing-masing ada sebanyak 4.803 dari 931.906 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi dan sebanyak 364 dari 931.906 kelahiran hidup untuk angka kematian anak balita. Kabupaten indramayu, Majalengka dan Garut dalam laporan ini termasuk dalam lima besar kabupaten dengan angka kematian bayi tertinggi di Jawa Barat (Dinas Kesehatan Jawa Barat 2012). Hal ini menggambarkan bahwa masih banyak tingkat permasalahan kesehatan serta faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan di wilayah tersebut. Gizi buruk dan pertumbuhan yang terhambat memang merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, bahkan menurut data ada sekitar 1 dari 3 (40%) anak balita di daerah pedesaan terhambat pertumbuhannya (UNICEF 2012). Gizi buruk pada balita merupakan salah satu faktor risiko yang
3
berdampak pada lemahnya sumber daya manusia di masa mendatang (lost generation). Oleh karena itu, pengembangan anak sejak usia dini sangat penting diperhatikan dan tidak boleh diabaikan baik oleh keluarganya sendiri, masyarakat di lingkungan sekitar maupun oleh pemerintah. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak pada keluarga di DAS Cimanuk Jawa Barat? 2. Bagaimana perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak antara keluarga di hulu dan hilir DAS Cimanuk Jawa Barat? 3. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak dan perilaku investasi anak terhadap kualitas lingkungan pengasuhan? 4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak pada keluarga di DAS Cimanuk Jawa Barat? Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi pada anak terhadap kualitas anak yang dihasilkan pada keluarga di DAS Cimanuk Jawa Barat. Secara khusus, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak pada keluarga di DAS Cimanuk Jawa Barat. 2. Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak antara keluarga di hulu dan hilir DAS Cimanuk Jawa Barat. 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak dan perilaku investasi anak terhadap kualitas lingkungan pengasuhan. 4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak. 5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak pada keluarga di DAS Cimanuk Jawa Barat. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk keperluan studi-studi terkait. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan serta dalam melakukan pembinaan pada keluarga agar mampu memperbaiki kualitas anak baik dari segi status gizi maupun capaian perkembangannya. Bagi
4
masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah pengetahuan, serta memberikan informasi yang bermanfaat.
KERANGKA PEMIKIRAN Kualitas anak baik dari aspek fisik yang berupa status gizi dan kesehatan anak maupun non-fisik yang berupa capaian perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beragam faktor. Keluarga dan lingkungan pengasuhan baik secara fisik maupun psikososial merupakan faktor yang utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karakteristik keluarga seperti besar keluarga, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan yang diberikan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak. Lingkungan pengasuhan dalam keluarga sangat penting untuk dikondisikan sebagai tempat pendidikan pertama dan utama karena dapat memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hastuti, Fiernanti, dan Guhardja (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, usia anak, pengeluaran keluarga, alokasi pengeluaran keluarga untuk pangan dan nonpangan, dan alokasi untuk pendidikan. Kualitas lingkungan pengasuhan adalah faktor yang paling terkait dengan perkembangan anak terutama pada aspek sosial emosinya sehingga sangat penting untuk ditingkatkan. Menurut Syarief (1997), faktor ekonomi dan pendidikan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi daya jangkau keluarga untuk memperoleh pangan dalam jumlah dan mutu yang baik serta mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang pada akhirnya akan menetukan kualitas SDM yang dibentuknya. Investasi orang tua terhadap anak adalah segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumber daya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi individu yang produktif dan sejahtera saat dewasa (Khomsan 2015). Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak di masa mendatang (Hartoyo 1998). Karakteristik anak seperti usia anak dan jenis kelamin diduga mempengaruhi investasi anak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa usia anak berhubungan negatif dengan alokasi waktu pengasuhan, artinya semakin besar usia anak semakin kecil waktu yang dicurahkan orang tua untuk mengasuh anak dibandingkan saat anak berusia balita yang membutuhkan banyak perhatian (Sa’diyyah 1998; Meirita 2000; Rahmiati & Puspitawati 2013; Mardiana 2014). Namun sebaliknya, biaya yang dialokasikan orang tua akan semakin besar seiring bertambahnya usia anak. Jenis kelamin anak berpengaruh signifikan dengan perilaku investasi (Mardiana 2014). Dengan kata lain, perspektif orang tua terkait gender anak akan mempengaruhi perilaku investasi seperti investasi dalam bidang pendidikan. Pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan daripada anak perempuan. Selain itu, jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Keadaan gizi dan pertumbuhan laki-laki cenderung lebih baik dari pada gizi dan pertumbuhan anak perempuan dalam kondisi lingkungan yang sama. Selain itu, beberapa penelitian juga menemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif dari partisipasi
5
anak dalam pendidikan prasekolah terhadap perkembangan anak yang merupakan salah satu dimensi dari kualitas anak (Apriana 2009; Hastuti, Alfiasari, dan Chandriyani 2010). Menurut Hayati dan Nordin (2014), pendidikan prasekolah adalah pendidikan asas yang penting karena merupakan pendidikan awal dalam perkembangan hidup seorang individu setelah pendidikan di rumah yang selanjutnya akan menjadi dasar yang dapat menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah. Perilaku investasi anak secara signifikan juga dipengaruhi oleh pendidikan orang tua terutama ibu, di mana semakin tinggi pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi perilaku investasinya pada anak (Rosidah, Hartoyo, & Muflikhati 2012; Afriana 2012; Rahmiati & Puspitawati 2013; Bahri dan Hartoyo 2013; Mardiana 2014; Hasanah 2015). Alokasi uang untuk anak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga (Rosidah, Hartoyo, & Muflikhati 2012; Afriana 2012), jumlah anak sekolah, tipe keluarga, dan kondisi ekonomi atau pendapatan keluarga (Rosidah, Hartoyo, & Muflikhati 2012; Bahri dan Hartoyo 2013; Hasanah 2015). Alokasi waktu ibu untuk mengasuh anak dipengaruhi oleh besar keluarga, artinya semakin banyak anggota keluarga semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk mengasuh anak (Hartoyo 1998; Sa’diyyah 1998; Meirita 2000; Afriana dan Puspitawati 2012; Hasanah 2015). Berdasarkan hasil penelitian Meirita (2000), alokasi waktu pengasuhan dari segi kuantitas berhubungan negatif dengan umur ayah, umur ibu, Artinya, semakin lanjut umur ayah, umur ibu, semakin sedikit alokasi waktu untuk pengasuhan anak. Selain itu, penelitian tersebut juga menemukan adanya hubungan positif nyata antara kuantitas dan kualitas waktu pengasuhan terutama dalam memberi makan anak balita dengan status gizi anak, hal ini diduga karena faktor konsumsi adalah faktor langsung yang berhubungan dengan status gizi anak. Umur anak akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menolong diri sendiri dan tingkah laku sosialnya, hal ini dikarenakan anak akan mengalami peningkatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya seiring dengan bertambahnya umur anak (Hurlock 1999). Beberapa hasil penelitian juga membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara investasi anak dengan kualitas anak (Hartoyo 1998; Afriana dan Puspitawati 2012; Rahmiati dan Puspitawati 2013; Bahri dan Hartoyo 2013; Hasanah 2015). Artinya, dengan melakukan investasi terhadap anak maka akan meningkatkan kualitas anak.
6
Karakteristik keluarga: - Usia orangtua - Lama pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Besar Keluarga
Karakteristik anak: - Usia - Jenis kelamin -Keikutsertaan anak dalam PAUD/TK
Pola konsumsi
Perilaku investasi anak : - Alokasi Uang - Alokasi waktu
Kualitas anak : Status Gizi dan Capaian Perkembangan anak
Kualitas lingkungan pengasuhan: - Anak usia 0-3 tahun - Anak usia 3-6 tahun
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti
METODE Desain, Lokasi, dan waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk yang merupakan salah satu penopang utama sumber daya air di Jawa Barat dan merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa Barat sesudah DAS Ciliwung (Kementerian Lingkungan Hidup 2013). Penelitian ini dikhususkan pada wilayah hulu dan hilir sungai Cimanuk yang terletak di Kabupaten Garut dan Indramayu. Penelitian ini dilakukan di empat desa yang terdiri dari dua desa di masing-masing kabupaten. Desa Tambak Baya dan Desa Sukasenang serta Desa Karang Getas dan Desa Lobener lor dipilih dengan pertimbangan masing-masing desa tersebut merupakan dua desa di Garut dan Indramayu yang dilalui sungai Cimanuk dan memiliki populasi keluarga dengan anak balita yang tinggi. Pengambilan data penelitian dilakukan mulai tanggal 13 April hingga 25 Mei 2016.
7
Teknik Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun yang tinggal di sekitar hulu dan hilir DAS Cimanuk, yaitu di Kabupaten Garut dan Indramayu. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak balita di desa terpilih pada kecamatan terpilih di masing-masing kabupaten. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 200 keluarga yang terdiri dari 50 contoh (ibu dan anak usia 2-5 tahun) di masingmasing desa yang dipilih secara purpossive berdasarkan kriteria penelitian yaitu keluarga yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun. Kerangka penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
DAS Cimanuk
Purposive
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Garut
Purposive
Kec. I
Kec. II
Kec. I
Kec. II
Purposive
Desa A
Desa B
Desa A
Desa B
Purposive
n= 50
n= 50
n= 50
n= 50
Purposive
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh Keterangan: Kabupaten Garut: Kec. (I= Kec.Cisurupan, II= Kec. Bayongbong), Desa (A= Desa Tambak Baya, B= Desa Sukasenang); Kabupaten Indramayu: Kec. (I= Bangodua, II= Jatibarang), Desa (A= Karang Getas, B= Lobener Lor). Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Cara pengumpulan data menggunakan metode survei sampel melalui wawancara. Data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, jurnal, dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteristik keluarga (usia ayah-ibu, lama pendidikan ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan keluarga, dan besar keluarga), karakteristik anak (usia, jenis kelamin, dan keikutsertaan dalam PAUD/TK), kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak, dan kualitas anak (capaian perkembangan dan status gizi anak). Sementara itu, data sekunder meliputi profil desa dan data terkait keluarga dengan anak balita yang diperoleh dari kantor kecamatan, kelurahan, dan posyandu.
8
Variabel kualitas lingkungan pengasuhan diukur menggunakan instrumen HOME Observation for Measurement of the Environment Inventory (HOME Inventory) dari Caldwell dan Bradley (1984) dengan cronbach’s alpha 0,828 untuk anak usia 0-3 tahun dengan total 45 pernyataan dan 0,758 untuk anak usia 3-6 tahun dengan total 55 pernyataan. Perilaku investasi anak diukur menggunakan pendekatan perilaku alokasi waktu ibu untuk anak (menit per hari) dengan metode recall 1x24 jam dan alokasi pengeluaran (pangan dan non pangan) orang tua untuk anak (rupiah per bulan). Kualitas anak diukur menggunakan dua aspek yaitu status gizi yang menggunakan pendekatan antropometri berdasarkan pada simpangan baku (z-skor) dari Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang terdiri dari empat kategori menurut Standar National Center for Health Statistics (NCHS) yaitu status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih serta capaian perkembangan anak diukur menggunakan instrumen perkembangan kognitif yang merupakan kuesioner adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional yang telah dimodifikasi oleh Martianto et al. (2009) dalam Salimar (2010) dengan cronbach’s alpha masing-masing sebesar 0,606; 0,705; 0,736 dan instrumen perkembangan sosial anak dari Vineland Social Maturity Scale (VSMS) dengan cronbach alpha 0,730. Secara lebih rinci, jenis dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Variabel, jenis data, skala data, dan pengkategorian data Variabel Karakteristik keluarga Usia orang tua Lama pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua
Jenis
Primer
Pendapatan keluarga Besar keluarga Karakteristik anak Usia Jenis kelamin Keikutsertaan PAUD/TK Kualitas lingkungan pengasuhan Investasi anak Alokasi waktu Alokasi uang Kualitas anak Status gizi (BB/U)
Primer Primer
Primer
Skala
Pengkategorian data
Rasio Tidak ada Rasio Tidak ada Nominal Tidak bekerja; PNS, buruh tani; petani; buruh lainnya; wiraswasta; pengusaha; karyawan swasta; lainnya Rasio Tidak ada Rasio Tidak ada Rasio Nominal Ordinal Ordinal
Rasio Rasio Ordinal
Primer Perkembangan kognitif
Ordinal
Perkembangan sosial
Ordinal
2-3 tahun; 3-4 tahun; 4-5 tahun 0= perempuan; 1= laki-laki 0= tidak; 1= ya 0= tidak; 1= ya
Tidak ada Tidak ada >2 SD= lebih; -2 SD ≤ Z-score ≤ 2 SD= baik; -3 SD ≤ Z-score <-2 SD= kurang; < -3 SD= buruk 0= tidak mampu; 1= kurang mampu; 2=mampu 0-4 (sama sekali tidak bisa-bisa melakukan tanpa dibantu)
9
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Semua data diolah menggunakan Microsoft Excel for Windows dan dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Package for Sosial Science) versi 20.0 for Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensia. Tujuan dari analisis deskriptif ini yaitu untuk mencari nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum, standar deviasi, frekuensi serta crosstabs dari variabel-variabel dalam penelitian. Statistika inferensia digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel, menganalisis pengaruh kualitas lingkungan pengasuhan dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak (uji regresi linier berganda), dan untuk menganalisis perbedaan antara kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak pada keluarga di hulu dan hilir DAS Cimanuk (uji beda rata-rata). Pernyataan dari variabel kualitas lingkungan pengasuhan dan kualitas anak dimensi perkembangan anak dikuantitatifkan lalu dijumlahkan dan dikonversi dalam bentuk indeks sehingga diperoleh nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100. Indeks dihitung dengan rumus: ilai Aktual – ilai Minimum x 100 ilai Maksimum – ilai Minimum Keterangan: Indeks = skala nilai 0-100 = nilai yang diperoleh responden Nilai aktual Nilai maksimal = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh responden Nilai minimal = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh responden Setelah itu, skor indeks yang dicapai dimasukkan ke dalam kategori kelas. Skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi yang didasarkan pada cut off sebagai berikut (Martianto, Hastuti, Riyadi, Alfiasari 2009): 1. Rendah: <60% 2. Sedang : 60-80% 3. Tinggi : >80% Status gizi dinilai berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dengan menggunakan standar baku WHO-2005. Angka berat badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) yang diperoleh dari: ilai ndividu Subjek – ilai Median aku Rujukan ilai Simpang aku Rujukan Keterangan:
Nilai Individu Subjek = Berat badan riil Nilai Median Baku Rujukan = Berat badan median sesuai umur Nilai Simpang Baku Rujukan = Selisih kasus dengan standar +1 SD atau -1 SD Setelah itu, agar dapat digabungkan dengan dimensi capaian perkembangan anak, Z-score tersebut juga dikonversi dalam bentuk indeks karena data status gizi tersebut tidak linier atau berbentuk kurva. Sehingga, pada akhirnya variabel kualitas anak secara keseluruhan diperoleh dari rata-rata indeks capaian
10
perkembangan anak dan status gizi anak. Ketentuan dalam pembentukan indeks untuk status gizi adalah sebagai berikut (Sutoyo 2010): i. Nilai batas -2 SD ≤ Z-score ≤ 2 SD diasumsikan sebagai nilai ideal karena nilai Z-score tersebut merupakan nilai batas dengan kategori gizi baik. Nilai batas mempunyai nilai indeks 100. ii. Nilai batas -3 SD ≤ Z-score <-2 SD dan < -3 SD merupakan nilai dengan kategori gizi kurang diasumsikan nilai yang mempunyai nilai dibawah ideal/normal. Indeks status gizi pada nilai batas tersebut dihitung dengan cara: ilai Z score – ilai Z score Minimal ndeks S * x 100 ilai Z score maksimal ilai Z score Minimal iii.
* = Indeks Status Gizi Kurang Nilai batas >2 SD merupakan nilai dengan kategori gizi lebih diasumsikan nilai yang mempunyai nilai diatas ideal/normal. Indeks status gizi pada nilai batas tersebut dihitung dengan cara: ndeks S
*
ilai Z score maksimal – ilai Z score x 100 ilai Z score maksimal ilai Z score Minimal
* = Indeks Status Gizi Lebih Secara rinci analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masig tujuan adalah sebagai berikut: 1. Kualitas lingkungan pengasuhan diukur dengan cara mengumpulkan data terkait kebiasaan ibu dalam memberikan stimulasi dalam pengasuhan anak. Skoring dilakukan terhadap semua pertanyaan sehingga diperoleh skor total. Jawaban “tidak” diberikan skor 0, dan jawaban “ya” diberikan skor 1. Dengan demikian akan diperoleh skor yang berkisar 0–45 untuk anak usia di bawah 3 tahun dan 0-55 untuk anak usia di atas 3 tahun. Skor tersebut kemudian diubah dalam bentuk indeks dan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan cut off. 2. Perilaku investasi anak diukur dengan cara mengumpulkan data terkait alokasi waktu ibu untuk anak yang menggunakan recall 1x24 jam terhadap aktivitas ibu dan alokasi pengeluaran keluarga untuk anak (rupiah per bulan). 3. Kualitas anak diukur dengan capaian perkembangan anak dan status gizinya. Skoring pada dimensi perkembangan anak dilakukan terhadap semua indikator sehingga diperoleh skor total. Pada perkembangan kognitif skoring berkisar 02, anak akan diberikan skor 0 jika diketahui “tidak mampu”, skor 1 jika “kurang mampu”, dan skor 2 jika “mampu”. Dengan demikian akan diperoleh skor berkisar 0-22 untuk anak usia 3-4 tahun, 0-24 untuk anak usia 2-3 tahun dan 4-5 tahun. Pada perkembangan sosial anak skoring berkisar 0-4, anak akan diberikan skor 0 jika anak “sama sekali tidak bisa menunjukan kemampuannya bahkan setelah dibantu dan dilakukan pengulangan”, skor 1 jika “terkadang bisa namun juga terkadang tidak bisa menunjukan kemampuannya”, skor 2 jika “tidak bisa menunjukan kemampuan dikarenakan tidak adanya kesempatan untuk melakukannya. Apabila ada kesempatan, dengan sedikit belajar pasti bisa melaksanakannya”, skor 3 jika “tidak bisa menunjukan kemampuan dikarenakan hambatan tertentu, namun mampu
11
melaksanakan apabila hambatan tidak ada”, dan skor 4 jika “bisa melakukan atau pernah bisa melakukan tanpa dukungan tertentu”. Dengan demikian akan diperoleh skor berkisar 0-40 untuk anak usia 2-3 tahun dan 0-24 untuk anak usia 3-4 tahun dan 4-5 tahun. Skor tersebut kemudian diubah dalam bentuk indeks dan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan cut off. 4. Karateristik keluarga dan karakteristik anak dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang meliputi uji crosstab, nilai minimal–maksimal, frekuensi, nilai rata-rata, dan standar deviasi. 5. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan digunakan uji regresi linier berganda dengan model sebagai berikut: Y = a + d1 X1 + b1 X2 + b2 X3 + b3 X4 + b4 X5 + b5 X6 + b6 X7 + d2 X8+ b7 X9+ b8 X10+ b9 X11+ e Keterangan: Y = kualitas lingkungan pengasuhan (indeks) a = konstanta b = koefisien regresi e = penyimpangan d = koefisien dummy X1= wilayah (0= hulu, 1= hilir) X2= usia ibu (tahun) X3= lama pendidikan ibu (tahun) X4= lama pendidikan ayah (tahun) X5= besar keluarga (orang) X6= pendapatan perkapita keluarga (Rp/bulan) X7= usia anak (tahun) X8= jenis kelamin anak (0=perempuan, 1=laki-laki) X9= keikutsertaan anak dalam PAUD/TK (skor) X10= perilaku investasi anak dimensi alokasi waktu ibu (menit/hari) X11= perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga (Rp/bulan) 6. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku investasi anak baik itu dimensi alokasi waktu ibu untuk anak maupun dimensi alokasi pengeluaran keluarga untuk anak digunakan uji regresi linier berganda dengan model sebagai berikut: Y = a + d1 X1 + b1 X2 + b2 X3 + b3 X4 + b4 X5 + b5 X6 + b6 X7 + d2 X8+ b7 X9+ e Keterangan: Y = perilaku investasi anak (menit/hari untuk dimensi alokasi waktu ibu untuk anak; Rp/bulan untuk dimensi alokasi pengeluaran keluarga untuk anak) a = konstanta b = koefisien regresi e = penyimpangan d = koefisien dummy
12
X1= wilayah (0= hulu, 1= hilir) X2= usia ibu (tahun) X3= lama pendidikan ibu (tahun) X4= lama pendidikan ayah (tahun) X5= besar keluarga (orang) X6= pendapatan keluarga (Rp/bulan) X7= usia anak (tahun) X8= jenis kelamin anak (0=perempuan, 1=laki-laki) X9= keikutsertaan anak dalam PAUD/TK (skor) 7. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kualitas anak baik secara keseluruhan maupun per dimensinya (perkembangan anak dan status gizi anak) digunakan uji regresi linier berganda dengan model sebagai berikut: Y = a + d1 X1 + b1 X2 + b2 X3 + b3 X4 + b4 X5 + b5 X6 + b6 X7 + d2 X8 + b7 X9 + b8 X10 + b9 X11+ e Keterangan: Y = kualitas anak (indeks) a = konstanta b = koefisien regresi e = penyimpangan d = koefisien dummy X1= wilayah (0= hulu, 1= hilir) X2 = usia ibu(tahun) X3= lama pendidikan ibu (tahun) X4= lama pendidikan ayah (tahun) X5= besar keluarga (orang) X6= pendapatan keluarga (Rp/bulan) X7= usia anak (tahun) X8= jenis kelamin anak (0=perempuan, 1=laki-laki) X9= keikutsertaan anak dalam PAUD/TK (skor) X10= kualitas lingkungan pengasuhan (indeks) X11= alokasi waktu ibu untuk anak (menit/hari) X12= alokasi pengeluaran keluarga untuk anak (Rp/bulan) 8. Uji beda Independent Samples T-Test digunakan untuk melihat perbedaan karateristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak, dan kualitas anak menurut wilayah yang berbeda (hulu dan hilir Sungai Cimanuk). Definisi Operasional Contoh adalah subjek yang terpilih untuk pembelajaran yang mewakili sebuah populasi yang besar. Contoh dalam penelitian ini yaitu 200 keluarga yang memiliki anak usia 2-5 tahun di DAS Cimanuk Jawa Barat.
13
Karakteristik keluarga adalah semua informasi yang terkait dengan identitas contoh meliputi usia ayah dan ibu, lama pendidikan (ayah dan ibu), pekerjaan (ayah dan ibu), pen dapatan keluarga, dan besar keluarga. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga inti baik yang tinggal dalam satu rumah maupun yang sudah tidak tinggal satu rumah. Pekerjaan adalah usaha tertentu yang dilakukan oleh anggota keluarga terutama ayah dan ibu dalam rangka memperoleh penghasilan berupa uang. Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diterima keluarga sebagai hasil usaha dari semua anggota keluarga termasuk perolehan bantuan dari pihak lain (swasta, pemerintah) yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga dalam rupiah per bulan. Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua semasa hidupnya yang berupa tingkat pendidikan terakhir dan lama pendidikan dalam tahun. Usia Orang tua adalah informasi terkait lama hidup ayah dan ibu terhitung sejak lahir hingga tahun 2016 dalam tahun. Karakteristik anak adalah semua informasi terkait anak terakhir keluarga yang meliputi usia anak, jenis kelamin, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK. Usia anak adalah informasi terkait lama hidup anak terhitung sejak lahir hingga tahun 2016 dalam tahun. Keikutsertaan anak dalam PAUD/TK adalah keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran di pendidikan anak usia dini/taman kanak-kanak. Perilaku investasi anak adalah tindakan dan biaya yang dikeluarkan orang tua untuk menunjang kehidupan anak yang diukur melalui alokasi sumberdaya yang meliputi alokasi waktu ibu (menit/hari) dan uang atau pengeluaran keluarga (rupiah/bulan) untuk anak. Alokasi waktu adalah penggunaan waktu ibu untuk mengasuh anak yang diukur menggunakan metode recall 1x24 jam yang meliputi kegiatan menemani anak bermain, menyiapkan dan memberi makan, dan memberikan pengajaran. Alokasi uang adalah penggunaan uang atau semua pengeluaran keluarga per bulan dalam satu tahun terakhir terutama yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak baik berupa kebutuhan dasar maupun kebutuhan penunjang lainnya terutama biaya untuk makanan, kesehatan dan pendidikan. Kualitas lingkungan pengasuhan adalah stimulasi yang diberikan keluarga dalam memberikan kehangatan, suasana penerimaan, pemberian teladan atau contoh, dan pemberian pengalaman yang diukur dengan HOME inventory for early childhood. Kualitas anak adalah sekumpulan kriteria yang menunjukkan kualitas dari anak balita yang meliputi status gizi anak dan capaian perkembangan anak. Status gizi anak adalah kondisi fisik anak yang dilihat dari indikator berat badan menurut umur (BB/U) sesuai standar atau angka ideal. Capaian perkembangan anak adalah kemampuan kognitif dan sosial emosi anak sesuai dengan usianya yang diukur menggunakan kuesioner perkembangan kognitif dan instrumen Vineland Social Maturity Scale.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan usia ayah dan ibu adalah berkisar antara 23-60 tahun dan 22-52 tahun dengan usia rata-rata masing-masing sebesar 38.60 tahun dan 33.63 tahun. Lama pendidikan yang ditempuh oleh ayah dan ibu adalah 0-16 tahun (tidak sekolah-perguruan tinggi) dan 2-16 tahun (SD kelas 2-perguruan tinggi) dengan rata-rata sekitar 8.26 tahun dan 7.98 tahun (SMP). Jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh ayah dalam penelitian ini adalah sebagai wiraswasta (30%), sedangkan ibu sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (67.5%). Pendapatan keluarga dalam penelitian ini sangat beragam mulai dari Rp260.000/bulan sampai Rp17.500.000/bulan dan pendapatan rata-rata sebesar Rp2.755.900/bulan dengan pendapatan perkapita antara Rp37.100 sampai Rp3.500.000 dan rata-rata sebesar Rp613.900. Besar keluarga dalam penelitian ini berkisar antara 3-11 orang dengan rata-rata sebesar 5 orang. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan (p<0.01) antara besar keluarga di kedua wilayah, di mana besar keluarga di Kabupaten Garut (hulu) lebih besar dibandingkan di Kabupaten Indramayu. Selain itu, perbedaan yang sangat signifikan juga terdapat antara pendapatan keluarga di kedua wilayah, dimana pendapatan di Kabupaten Indramayu (hilir) lebih tinggi dibandingkan di Kabupaten Garut (hulu). Sementara itu, untuk variabel usia orang tua (ayah-ibu) dan lama pendidikan ayah-ibu tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah (p>0.05). Secara rinci data terkait nilai rataan dari karakteristik keluarga dan hasil analisis uji beda di kedua wilayah tersebut bisa dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Nilai rataan karakteristik keluarga berdasarkan wilayah (n=200 keluarga) Variabel Hulu Hilir Total P-value Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD Usia suami (tahun) 39.18±6.65 38.01±6.79 38.60±6.73 0.220 Usia istri (tahun) 33.74±5.77 33.53±6.32 33.63±6.05 0.807 Lama pendidikan 8.09±3.07 8.42±3.22 8.26±3.14 0.459 suami (tahun) Lama pendidikan istri 7.75±2.77 8.20±2.88 7.98±2.83 0.261 (tahun) Besar keluarga (orang) 5.17±1.69 4.33±0.94 4.75±1.43 0.000** Pendapatan perkapita 455295.96± 772534,39± 613915.18± 0.000** (Rp/bulan) 444480.02 530128,12 487304.07 Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **signifikan pada p-value <0.01
15
Karakteristik Anak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari anak balita yang diteliti berada pada rentang usia 4-5 tahun dengan rata-rata usia sekitar 3,76 tahun. Jika dilihat secara keseluruhan, anak balita yang diteliti yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, jika dilihat di masing-masing wilayah di daerah hulu atau kabupaten Garut justru sebaliknya. Meskipun hampir setengah dari total anak balita yang diteliti dalam penelitian ini telah memasuki usia prasekolah (4-5 tahun), namun keikutsertaan anak dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/TK) masih terbilang rendah yaitu sekitar 25 persen di daerah hulu dan 29 persen di daerah hilir, sedangkan sisanya ada sekitar tiga perempat anak balita yang belum mengikuti PAUD/TK. Hal ini dikarenakan pada umumnya sekolah-sekolah di wilayah tersebut terutama di daerah hulu, baru memperbolehkan anak mengikuti pendidikan setelah mencapai usia 5 tahun bahkan lebih. Hasil uji beda rata-rata terhadap variabel usia anak menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah (p>0.05). Secara rinci sebaran karakteristik anak di kedua wilayah tersebut bisa dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan karakteristik anak dan wilayah Variabel Usia 2-3 tahun 3-4 tahun 4-5 tahun Total Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Keikutsertaan PAUD/TK Ya Tidak Total
Hulu
Hilir
Total
n
%
n
%
N
%
31 22 47 100
31 22 47 100
27 27 46 100
27 27 46 100
58 49 93 200
29.0 24.5 46.5 100
51 49 100
51 49 100
46 54 100
46 54 100
97 103 200
48.5 51.5 100
25 75 100
25 75 100
29 71 100
29 71 100
54 146 200
27.0 73.0 100
Kualitas Lingkungan Pengasuhan Kualitas lingkungan pengasuhan anak dalam penelitian ini terdiri dari dua macam berdasarkan kelompok usia. Pertama, kualitas lingkungan pengasuhan untuk anak usia di bawah tiga tahun yang terdiri dari enam dimensi yaitu dimensi tanggap rasa dan kata (TRK), penerimaan terhadap perilaku anak (PPA), pengorganisasian lingkungan anak (PLA), penyediaan mainan untuk anak (PMA), keterlibatan ibu terhadap anak (KIA), dan kesempatan variasi asuhan anak (KVA). Kedua, kualitas lingkungan pengasuhan untuk anak usia di atas tiga tahun yang terdiri dari delapan dimensi yaitu dimensi stimulasi belajar (SBEL), stimulasi bahasa (SB), lingkungan fisik (LF), kehangatan dan penerimaan (KP), stimulasi akademik (SA), modeling (MOD), variasi stimulasi pada anak (VSA)
16
dan hukuman (HUK). Jika dilihat berdasarkan capaian tiap dimensinya (gambar 3 dan 4), kualitas lingkungan pengasuhan tertinggi untuk anak usia di bawah tiga tahun ada pada dimensi tanggap rasa dan kata dengan nilai rataan indeks sebesar 87.1 di hulu dan 87.2 di hilir dari rentang 1-100, kemudian untuk anak usia di atas tiga tahun ada pada dimensi stimulasi bahasa dengan nilai rataan indeks sebesar 91.0 baik di hulu maupun hilir. Selain itu, dimensi yang masih tergolong rendah yaitu kesempatan variasi asuhan anak dengan nilai rataan indeks sebesar 50.3 di hulu dan 54.0 di hilir untuk anak usia di bawah tiga tahun dan dimensi stimulasi belajar untuk anak usia di atas tiga tahun. Capaian tersebut berlaku untuk kedua wilayah penelitian baik itu di hulu maupun hilir. Kualitas lingkungan pengasuhan anak usia <3 tahun 100,0
Kualitas lingkungan pengasuhan anak usia >3 tahun 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TRK PPA PLA PMA KIA KVA Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Gambar 3 dan 4 Nilai rata-rata pencapaian skor subskala HOME Inventory Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lingkungan pengasuhan anak berada dalam kategori sedang (tabel 4). Artinya kualitas lingkungan pengasuhan yang diberikan ibu untuk anak sudah tergolong cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah menyediakan stimulasi yang dibutuhkan anak dengan cukup. Hasil uji beda ratarata terhadap variabel kualitas lingkungan pengasuhan menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah. Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan indeks kualitas lingkungan wilayah Hulu Hilir Kualitas lingkungan pengasuhan n % n % 28 28 15 15 Rendah (<60%) 60 60 75 75 Sedang (60-80%) 12 12 10 10 Tinggi (>80%) Total 100 100 100 100
pengasuhan dan Total N 43 135 22 200
% 21.5 67.5 11.0 100
Hasil analisis deskriptif (lampiran 3) menunjukkan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan anak yang masih rendah untuk anak usia di bawah tiga tahun terdapat pada dimensi penyediaan mainan untuk anak yaitu dilihat dari rendahnya proporsi ibu yang menyediakan mainan koordinasi antara mata dan tangan yang sederhana berupa dua bagian mainan yang dapat disatukan seperti kotak dan tutupnya (15.5%), pada dimensi keterlibatan ibu terhadap anak yaitu
17
dilihat dari rendahnya proporsi ibu yang melakukan pengaturan jadwal bermain anak (25.9%) dan menyediakan mainan baru untuk menantang keterampilan baru anak dibandingkan dengan mainan yang telah ada (20.7%), sedangkan untuk yang kualitasnya tinggi terdapat pada dimensi tanggap rasa dan kata yaitu dilihat dari tingginya proporsi ibu yang berbicara kepada anak (100%), menanggapi ocehan anak dengan kata-kata (100%), dan membelai atau mencium anak selama kunjungan (96.6%). Hasil analisis deskriptif (lampiran 3) juga menunjukkan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan anak yang masih rendah untuk anak usia di atas tiga tahun terdapat pada dimensi stimulasi belajar yaitu dilihat dari rendahnya proporsi anak yang memiliki buku sendiri paling sedikit sepuluh buah (8.5%), keluarga membeli atau membaca koran setiap hari (1.4%), dan berlangganan paling sedikit satu majalah (3.5%), pada dimensi variasi stimulasi pada anak yaitu dilihat dari rendahnya proporsi keluarga yang menempelkan hasil karya anak di satu tempat di rumah untuk dihargai bersama (15.5%), sedangkan untuk yang kualitasnya tinggi terdapat pada dimensi stimulasi bahasa yaitu dilihat dari tingginya proporsi anak yang diajari untuk mengucapkan salam, terimakasih, maaf dan lainnya (98.6%), anak diberi kesempatan berbicara kemudian ibu mendengarkan cerita atau pengalaman (98.6%), pada dimensi lingkungan fisik yaitu dilihat dari tingginya proporsi tetangga yang bersikap ramah (99.3%), pada dimensi kehangatan dan penerimaan yaitu dilihat dari tingginya proporsi ibu yang berbicara pada ank-anaknya minimal dua kali (99.3%), menjawab pertanyaan atau permintaan anak dengan kata-kata (98.6%), dan menanggapi omongan anak dengan kata-kata selama kunjungan (97.9%). Perilaku Investasi Anak Perilaku investasi anak dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu alokasi waktu ibu dan alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi waktu ibu untuk anak berkisar antara 20-970 menit per hari dengan rata-rata sebesar 425,22 menit atau sekitar 7,08 jam per hari. Jika dilihat dari jumlah total alokasi waktu ibu untuk anak di wilayah hilir (Indramayu) lebih banyak dibandingkan di wilayah hulu (Garut) dengan selisih sebanyak 7,91 menit per hari. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah alokasi waktu ibu untuk anak balita pada masing-masing kategori, alokasi waktu ibu di hulu untuk kategori mengajari anak, memandikan anak, dan memberikan makan anak lebih banyak dibandingkan di hilir dengan selisih masing-masing sebanyak 9,99 menit per hari, 7,15 menit per hari, dan 10,69 menit per hari. Namun, untuk alokasi waktu ibu di hilir pada kategori mengasuh anak secara umum lebih banyak dibandingkan di hulu dengan selisih sebanyak 35,74 menit per hari. Hasil uji beda rata-rata terhadap variabel alokasi waktu ibu untuk anak balita secara keseluruhan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah. Namun, jika dilihat pada setiap dimensi maka ditemukan perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) pada dimensi alokasi waktu ibu untuk memandikan anak antara kedua wilayah. Alokasi waktu ibu untuk memandikan anak di Kabupaten Garut (hulu) lebih banyak dibandingkan di Kabupaten Indramayu (hilir).
18
Tabel 5 Nilai rata-rata alokasi waktu ibu untuk anak balita berdasarkan wilayah Variabel/
Hulu Rataan±SD Mengajari anak 40.53±63.35 Memandikan anak 34.30±23.11 Mengasuh anak secara 289.60±180.27 umum Memberikan makan anak 56.83±71.83 Total 421.26±176.34
(menit/hari)
Hilir Rataan±SD 30.54±43.19 27.15±14.11 325.34±180.54
Total Rataan±SD 35.54±54.31 30.73±19.43 307.47±180.84
46.14±43.75 429.17±187.06
51.48±59.56 425.22±181.36
P-value 0.194 0.009** 0.163 0.205 0.759
Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **signifikan pada p-value <0.01
Perilaku investasi anak yang berupa alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita terdiri dari alokasi pengeluaran pangan dan non pangan. Alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita secara keseluruhan berkisar antara Rp16.000-1.545.500 per bulan dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp624.000 per bulan yang terdiri dari Rp145.000 atau sebesar 23,5 persen untuk pangan dan Rp479.000 atau sebesar 76,8 persen untuk non pangan (sandang, pendidikan, kesehatan, dll). Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 6, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan total alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita di kedua wilayah penelitian lebih banyak dikeluarkan untuk kebutuhan non pangan yakni lebih dari tiga perempatnya. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) pada alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita antara kedua wilayah, dimana jumlah alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita di Kabupaten Indramayu (hilir) lebih besar dibandingkan di Kabupaten Garut (hulu) baik dilihat secara total maupun per kategori (pengeluaran pangan dan non pangan). Tabel 6 Nilai rata-rata alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita berdasarkan wilayah Variabel/ Hulu Hilir Total P-value (Rp/bulan) Rata-rata (%) Rata-rata (%) Rata-rata (%) Pangan 118.936,55 21.5 171.074,03 24.6 145.005,29 23.2 0.005** Non-pangan 434.592,44 78.5 523.332,66 75.4 478.962,55 76.8 0.011* Total 553.528,99 100 694.406,69 100 623.967,84 100 0.001** Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **signifikan pada p-value <0.01
Kualitas Anak Kualitas anak atau derajat kehandalan dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak (Sunarti 2004). Kualitas anak dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu status gizi dan capaian perkembangan anak. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dalam penelitian ini diukur menggunakan salah satu indikator antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U). Berat badan menurut umur adalah keadaan status gizi yang menggambarkan status gizi saat ini. Nilai z-skor dalam penelitian ini berkisar antara -4 (status gizi buruk) sampai 3 (status gizi lebih), dengan rata-rata sebesar -1,10 (status gizi baik) dan standar deviasi 1,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi balita di kedua wilayah
19
sebagian besar (85% di Hulu dan 76% di Hilir) termasuk dalam kategori gizi baik (tabel 7). Akan tetapi, di kedua wilayah penelitian masih terdapat balita yang mengalami gizi lebih dan gizi buruk yaitu masing-masing sebanyak 1% dan sebanyak 1,5%. Hasil uji beda rata-rata terhadap variabel status gizi dilihat berdasarkan nilai z-skor dari anak balita menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan status gizi anak balita dan wilayah Status gizi Lebih Baik Kurang Buruk Total
Hulu n 1 85 12 2 100
% 1 85 12 2 100
Hilir n 1 75 23 1 100
% 1 75 23 1 100
Total N 2 160 35 3 200
% 1.0 80.0 17.5 1.5 100
Kualitas anak berdasarkan capaian perkembangan anak dalam penelitian ini diukur menggunakan dua dimensi perkembangan yaitu kognitif dan sosial anak. Hasil penelitian dalam tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar capaian perkembangan anak berada pada kategori sedang (cukup baik) untuk dimensi perkembangan kognitif (40% di Hulu; 45% di Hilir) dan pada kategori tinggi (baik) untuk dimensi perkembangan sosial (53% di Hulu; 49% di Hilir). Jika dilihat secara keseluruhan, proporsi anak yang capaian perkembangannya terkategori sedang dan tinggi lebih besar dibandingkan yang terkategori rendah. Hal tersebut berlaku di kedua wilayah penelitian. Hasil uji beda rata-rata terhadap variabel perkembangan anak menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua wilayah baik untuk dimensi perkembangan kognitif maupun dimensi perkembangan sosial. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan capaian perkembangan anak dan wilayah Dimensi/ kualitas Kognitif -Rendah -Sedang -Tinggi Total Sosial -Rendah -Sedang -Tinggi Total
Hulu n
%
Hilir n
%
Total N
%
37 40 23 100
37 40 23 100
23 45 32 100
23 45 32 100
60 85 55 200
30.0 42.5 27.5 100
18 29 53 100
18 29 53 100
14 37 49 100
14 37 49 100
32 66 102 200
16.0 33.0 51.0 100
Hasil analisis deskriptif terhadap kulaitas anak pada dimensi capaian perkembangan anak (lampiran 4) menunjukan bahwa capaian yang masih rendah untuk anak usia 2-3 tahun yaitu berada pada kemampuan mengelompokkan benda-benda yang sama (bentuk lingkaran, segiempat, dan segitiga warna-warni) dan mengelompokan warna (6.9%) untuk perkembangan kognitif serta kemampuan memakai pakaian atau jaket tanpa dibantu (25.9%) untuk
20
perkembangan sosial anak, sedangkan capaian yang tinggi berada pada kemampuan mengerti dan melaksanakan satu perintah sederhana (86.2%) serta meniru perbuatan orang dewasa (91.4%) untuk perkembangan kognitif dan kemampuan memulai aktivitas bermain sendiri (94.8%) untuk perkembangan sosial. Capaian yang masih rendah untuk anak usia 3-4 tahun yaitu berada pada kemampuan menyebutkan tiga nama bentuk (2.1%), mengenal dan menyebutkan enam buah warna (16.7%) untuk perkembangan kognitif serta kemampuan mengancingkan jaket atau pakaian (35.4%) untuk perkembangan sosial, sedangkan capaian yang tinggi berada pada kemampuan menerima dan melaksanakan perintah menggunting (85.4%) untuk perkembangan kognitif serta kemampuan berjalan menuruni tangga (89.6%), bermain secara kooperatif sesuai level prasekolah (85.4%), dan membantu aktivitas rumah tangga sederhana (85.4%) untuk perkembangan sosial. Capaian yang masih rendah untuk anak usia 4-5 tahun yaitu berada pada kemampuan dalam menyebutkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segiempat, segitiga, oval) untuk perkembangan kognitif (18.1%) dan kemampuan memelihara diri sendiri ketika di toilet untuk perkembangan sosial, sedangkan capaian yang tinggi berada pada kemampuan mengelompokan warna dan menyebutkan hitungan angka 1-5 (85.1%) untuk perkembangan kognitif serta kemampuan pergi ke sekitar area rumah tetangga tanpa harus diawasi atau ditemani (93.6%) untuk perkembangan sosial. Kualitas anak secara keseluruhan dinilai berdasarkan rata-rata dari indeks capaian perkembangan anak dan status gizi anak menghasilkan indeks kualitas anak yaitu berkisar antara 19.2-99.0 dengan nilai rataan sebesar 82.4 dari rentang 1-100. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak balita di kedua wilayah penelitian (68%) termasuk dalam kategori kualitas anak yang tinggi (tabel 9). Hal ini berarti lebih dari setengah anak balita di kedua wilayah penelitian ini memiliki status gizi baik dan capaian perkembangan (kognitif dan sosial) yang optimal, meskipun masih ditemukan anak balita yang termasuk dalam kategori kualitas anak yang rendah yang menunjukkan adanya anak balita yang memiliki status gizi buruk maupun lebih dan capaian perkembangan (kognitif dan sosial) yang juga masih rendah yaitu sebesar 6.5 persen. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan indeks kualitas anak dan wilayah Kualitas anak
Hulu
Hilir
Total
n
%
n
%
N
%
Rendah (<60%) Sedang (60-80%) Tinggi (>80%)
4 28 68
4 28 68
9 23 68
9 23 68
13 51 136
6.5 25.5 68.0
Total
100
100
100
100
200
200
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Pengasuhan Analisis regresi berganda dilakukan pada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas lingkungan pengasuhan mencakup wilayah tempat tinggal responden, usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, pendapatan perkapita keluarga, besar keluarga, usia anak, jenis kelamin anak, keikutsertaan anak dalam PAUD/TK, dan perilaku investasi anak (tabel 10)
21
menunjukkan hasil yang signifikan (p<0.01). Model ini mempunyai adjusted R square sebesar 0.308. Artinya bahwa kualitas lingkungan pengasuhan dapat dijelaskan sebesar 30.8 persen oleh variabel-variabel dalam penelitian, sementara sisanya sebesar 70.2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil uji pengaruh tersebut juga menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas lingkungan pengasuhan adalah usia ibu (p<0.05), lama pendidikan ibu (p<0.01), lama pendidikan ayah (p<0.05), keikutsertaan anak dalam PAUD/TK (p<0.01), dan perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga (p<0.05). Artinya, dengan semakin meningkatnya usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, keikutsertaan anak dalam PAUD/T, dan alokasi pengeluaran keluarga untuk anak akan meningkatkan kualitas lingkungan pengasuhan. Tabel 10 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan perilaku investasi anak terhadap kualitas lingkungan pengasuhan Variabel Konstanta Wilayah (0=hulu;1=hilir) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Pendapatan perkapita (Rp/bulan) Besar keluarga (orang) Usia anak (tahun) Jenis kelamin anak (0=perempuan;1=laki-laki) Keikutsertaan PAUD/TK (0=tidak; 1=ya) Perilaku investasi anak alokasi waktu ibu (menit) alokasi pengeluaran keluarga (Rp/bulan) F R Adjusted R2 Sig.
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 37.249 1.009 0.302 1.080 0.495 8.698E-007 0.276 0.053 -1.170
Koefisien terstandarisasi (β)
Sig.
0.050 0.180 0.301 0.153 0.044 0.039 0.065 -0.058
0.000 0.448 0.019* 0.000** 0.045* 0.521 0.639 0.406 0.337
5.723
0.251
0.002**
-0.001 4.714E-006
-0.014 0.143
0.825 0.028* 9.065 0.589 0.308 0.000
Keterangan: *signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi anak Analisis regresi berganda dilakukan pada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap perilaku investasi anak baik itu pada dimensi alokasi waktu ibu maupun alokasi pengeluaran keluarga untuk anak mencakup wilayah tempat tinggal responden, usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, pendapatan perkapita keluarga, besar keluarga, usia anak, jenis kelamin anak, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK yang menunjukkan hasil signifikan (p< 0.01). Pada dimensi alokasi waktu ibu untuk anak, model tersebut mempunyai adjusted R square sebesar 0.122. Artinya bahwa alokasi waktu ibu untuk anak dapat dijelaskan sebesar 12.2 persen oleh variabel-variabel dalam penelitian, sementara
22
sisanya sebesar 87.7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil uji pengaruh tersebut juga menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan negatif terhadap alokasi waktu ibu untuk anak adalah usia anak (p<0.01). Artinya, dengan meningkatnya usia anak justru akan menurunkan jumlah alokasi waktu ibu untuk anak. Tabel 11 Pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak dimensi alokasi waktu ibu Variabel
Konstanta Wilayah (0=hulu;1=hilir) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Pendapatan perkapita (Rp/bulan) Besar keluarga (orang) Usia anak (tahun) Jenis kelamin anak (0=perempuan;1=laki-laki) Keikutsertaan PAUD/TK (0=tidak;1=ya) F R Adjusted R2 Sig.
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 631.996 14.125 -2.160 4.552 8.431 -4.690E-005
Koefisien terstandarisasi (β)
Sig.
0.039 -0.072 0.071 0.146 -0.133
0.000 0.595 0.404 0.414 0.086 0.076
1.882 -4.828 -18.498
0.015 -0.328 -0.051
0.874 0.000** 0.451
-1.730
-0.004
0.963 4.079 0.402 0.122 0.000
Keterangan: *signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Pada dimensi alokasi pengeluaran keluarga untuk anak, model tersebut mempunyai adjusted R square sebesar sebesar 0.112. Artinya bahwa alokasi pengeluaran keluarga untuk anak dapat dijelaskan sebesar 11.2 persen oleh variabel-variabel dalam penelitian, sementara sisanya sebesar 88.8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil uji pengaruh tersebut juga menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh sangat signifikan poitif terhadap alokasi pengeluaran keluarga untuk anak adalah pendapatan perkapita keluarga (p<0.01). Artinya, dengan meningkatnya pendapatan perkapita keluarga akan meningkatkan jumlah alokasi pengeluaran keluarga untuk anak. Tabel 12 Pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga Variabel Konstanta Wilayah (0=hulu;1=hilir) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun)
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 5.398x105 8.411x104 -2.664x103 -8.088x103 1.426x104
Koefisien terstandarisasi (β) 0.138 -0.053 -0.075 0.146
Sig. 0.002 0.064 0.544 0.393 0.088
23 Tabel 12 Pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik anak terhadap perilaku investasi anak dimensi alokasi pengeluaran keluarga (lanjutan) Variabel Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Besar keluarga (orang) Usia anak (tahun) Jenis kelamin anak (0=perempuan;1=laki-laki) Keikutsertaan PAUD/TK (0=tidak;1=ya) F R Adjusted R2 Sig.
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 0.139
Koefisien terstandarisasi (β) 0.234
Sig. 0.002**
-1.201x104 1.267x103 -2.436x104
-0.056 0.051 -0.040
0.551 0.550 0.559
1.713x104
0.025
0.787 3.788 0.390 0.112 0.000
Keterangan: *signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Anak Analisis regresi berganda dilakukan pada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas anak mencakup wilayah tempat tinggal responden, usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, pendapatan perkapita keluarga, besar keluarga, usia anak, jenis kelamin anak, keikutsertaan anak dalam PAUD/TK, kualitas lingkungan pengasuhan, dan perilaku investasi anak yang terdiri dari dimensi alokasi waktu ibu dan alokasi pengeluaran kleuarga untuk anak yang menunjukkan hasil signifikan (p<0.01). Model ini mempunyai adjusted R square sebesar 0.146. Artinya bahwa kualitas anak dapat dijelaskan sebesar 14.6 persen oleh variabel-variabel dalam penelitian, sementara sisanya sebesar 85.4 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil uji pengaruh tersebut juga menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas anak adalah lama pendidikan ibu (p<0.05), usia anak (p<0.05), dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK (p<0.05). Artinya, dengan semakin meningkatnya pendidikan ibu, usia anak, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK akan meningkatkan kualitas anak. Tabel 13 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, lingkungan pengasuhan, dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak Variabel Konstanta Wilayah (0=hulu; 1=hilir) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Pendapatan perkapita (Rp/bulan) Besar keluarga (orang) Usia anak (tahun) Jenis kelamin anak (0=perempuan; 1=laki-laki) Keikutsertaan PAUD/TK (0=tidak; 1=ikut)
Koefisien tidak Koefisien Sig. terstandarisasi (B) terstandarisasi (β) 72.494 0.000 -0.870 -0.033 0.648 -0.114 -0.053 0.541 0.845 0.183 0.041* -0.139 -0.033 0.697 -2.336E-006 -0.092 0.229 0.419 0.046 0.618 0.199 0.188 0.032* -1.639 -0.063 0.349 6.303
0.215
0.021*
24 Tabel 13 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, lingkungan pengasuhan, dan perilaku investasi anak terhadap kualitas anak (lanjutan) Variabel Kualitas lingkungan pengasuhan Perilaku investasi anak alokasi waktu ibu (menit) alokasi pengeluaran keluarga (Rp/bulan) F R Adjusted R2 Sig.
Koefisien tidak Koefisien Sig. terstandarisasi (B) terstandarisasi (β) 0.018 0.014 0.865 -0.004 -2.015E-006
-0.059 -0.047
0.414 0.514 3.842 0.445 0.146 0.000
Keterangan: *signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Pembahasan Anak merupakan generasi penerus bangsa. Keluarga terutama orang tua berperan penting dalam peningkatan kualitas anak, dimana menurut Sunarti (2012) keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak terjadi di dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua penting untuk selalu memperhatikan capaian perkembangan anaknya pada setiap tahapan perkembangannya, karena kegagalan pada salah satu tahap perkembangan anak akan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa kualitas perkembangan anak ditentukan oleh peran keluarga dan lingkungan yang baik (Hasanah 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, keikutsertaan anak dalam PAUD/TK, dan alokasi pengeluaran keluarga untuk anak secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan pengasuhan. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Hastuti, Fiernanti, dan Guhardja (2011) dan Sutoyo (2010) yang juga menemukan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Artinya, dengan semakin meningkatnya lama pendidikan ibu, maka akan meningkatkan kualitas lingkungan pengasuhan, begitu juga dengan lama pendidikan ayah. Hal ini diduga karena tingginya pendidikan orang tua pada umumnya berbanding lurus dengan wawasan dan cara pandangnya dalam pengasuhan anak. Orang tua dengan pendidikan tinggi biasanya lebih terbuka dalam menerima pengetahuan baru dan dalam hal ini terutama yang terkait dengan cara pengasuhan anak yang lebih baik. Usia ibu juga menjadi salah satu faktor yang secara nyata mempengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan. Usia biasanya dapat menggambarkan pengalaman hidup seseorang, semakin lanjut usia seorang biasanya pengalaman yang sudah dilalui juga akan semakin banyak. Penelitian ini menemukan adanya pengaruh pendapatan keluarga terhadap alokasi pengeluaran keluarga untuk anak. Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi atau pendapatan keluarga secara signifikan memengaruhi perilaku investasi anak terutama dalam alokasi pengeluaran (Rosidah, Hartoyo, & Muflikhati 2012; Bahri dan Hartoyo 2013; Hasanah 2015). Semakin tinggi pendapatan keluarga maka alokasi pengeluaran untuk anak balita akan semakin banyak. Selain itu, penelitian ini juga
25
menemukan bahwa usia anak berpengaruh negatif dengan alokasi waktu ibu untuk anak. Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa usia anak berhubungan negatif dengan alokasi waktu pengasuhan (Sa’diyyah 1998; Meirita 2000; Rahmiati & Puspitawati 2013; Mardiana 2014). Artinya, semakin besar usia anak akan menurunkan jumlah alokasi waktu ibu untuk anak, dimana ketika usia anak semakin besar maka waktu yang dicurahkan orang tua untuk mengasuh anak akan semakin sedikit jika dibandingkan saat anak masih berusia lebih kecil yang membutuhkan lebih banyak perhatian. Menurut Sutoyo (2010) hal tersebut dikarenakan saat masih kecil, anak masih sangat tergantung kepada orang tua dalam berbagai hal. Akan tetapi semakin bertambah usia, kemampuan mobilitas sosialnya bertambah, maka dengan sendirinya alokasi waktu ibu untuk anak semakin berkurang, namun secara kualitas tetap diperlukan penggunaan waktu secara efektif untuk anak. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hartoyo (1998) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi alokasi waktu ibu adalah usia anak. Penelitian ini juga menemukan bahwa lama pendidikan ibu, usia anak, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas anak. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2006) dan Latifah et al. (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan anak yang merupakan salah satu aspek dari kualitas anak. Hal ini dikarenakan semakin tingginya pendidikan ibu biasanya akan sebanding dengan peningkatan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki ibu terutama dalam melakukan pengasuhan sebagai upaya peningkatan kualitas anak. Ibu yang berpendidikan tinggi biasanya lebih terbuka dalam hal-hal baru karena lebih sering mengikuti kemajuan pemberitaan baik melalui artikel-artikel, surat kabar, majalah, televisi maupun internet terkait informasi seputar anak juga memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam mengakses informasi maupun pengetahuan mengenai pengasuhan anak sehingga bisa lebih memahami kebutuhan dan perkembangan diri anak (Arifa 1993) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas anak baik dari segi capaian perkembangan maupun status gizinya. Usia anak dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK mempengaruhi kualitas anak. Artinya, peningkatan usia anak akan sebanding dengan peningkatan kualitasnya dan anak yang mengikuti PAUD/TK akan memiliki kualitas yang lebih baik. Menurut Hurlock (1999), anak akan mengalami peningkatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya seiring dengan bertambahnya usia anak. Keikutsertaan anak dalam PAUD/TK sangat membantu anak dalam meningkatkan kualitas dirinya karena anak mendapatkan lebih banyak stimulasi perkembangan melalui berbagai aktivitas selama mengikuti proses pembelajaran yang juga didukung oleh kualitas pembelajaran yang diterapkan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hastuti, Alfiasari, dan Chandriyani (2010) yang menemukan bahwa partisipasi anak dalam pendidikan prasekolah berpengaruh positif terhadap perkembangan anak yang merupakan salah satu dimensi dari kualitas anak dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan Hayati dan Nordin (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan asas yang penting karena merupakan pendidikan awal dalam perkembangan hidup seorang individu setelah pendidikan di rumah yang selanjutnya akan menjadi dasar yang dapat menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah. Menurut hasil
26
penelitian Apriana (2009) pendidikan anak usia dini yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak, yaitu melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dari berbagi aktivitas pembelajaran yang sesuai. Menurut Theo dan Martin (2004), pendidikan anak usia dini juga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya (Apriana 2009). Sementara itu, dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dari kualitas lingkungan pengasuhan terhadap kualitas anak baik pada dimensi status gizi maupun dimensi capaian perkembangan anak, temuan tersebut berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kualitas lingkungan pengasuhan mempengaruhi kualitas anak terutama dimensi perkembangan anak (Salimar 2010; Hastuti et al. 2010; Dewanggi 2014). Dalam penelitian ini juga tidak ditemukan adanya pengaruh dari perilaku investasi anak baik dimensi alokasi waktu ibu untuk anak maupun dimensi alokasi pengeluaran keluarga untuk anak terhadap kualitas anak. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya temuan tersebut berbeda, karena penelitian Hartoyo (1998) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara investasi waktu orang tua dengan kualitas anak. Hal tersebut juga berbanding terbalik dengan penelitian Rahmiati dan Puspitawati (2013) yang menyatakan bahwa keberhasilan orang tua melakukan investasi akan berdampak pada hasil kualitas anak yang baik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Besar keluarga dan pendapatan perkapita keluarga di kedua wilayah penelitian ini memiliki perbedaan yang nyata, dimana untuk besar keluarga di Kabupaten Garut (hulu) lebih besar dibandingkan di Kabupaten Indramayu sedangkan untuk pendapatan keluarga justru sebaliknya. Perbedaan yang nyata juga ditemukan pada alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita di kedua wilayah, dimana jumlah alokasi pengeluaran keluarga untuk anak balita di Kabupaten Indramayu (hilir) lebih besar dibandingkan di Kabupaten Garut (hulu) baik dilihat secara total maupun per kategori (pengeluaran pangan dan non pangan). Sementara itu, untuk variabel usia orang tua (ayah-ibu), lama pendidikan ayah-ibu, dan usia anak di kedua wilayah tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata. Kualitas lingkungan pengasuhan dan alokasi waktu ibu untuk anak balita antara kedua wilayah secara keseluruhan juga tidak memiliki perbedaan yang nyata. Akan tetapi, pada alokasi waktu ibu untuk memandikan anak antara kedua wilayah terdapat perbedaan yang nyata, yaitu di Kabupaten Garut (hulu) lebih banyak dibandingkan di Kabupaten Indramayu (hilir). Hasil uji pengaruh dalam penelitian ini menemukan bahwa semakin meningkatnya usia ibu, lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, keikutsertaan anak dalam PAUD/TK, dan alokasi pengeluaran keluarga untuk anak akan meningkatkan kualitas lingkungan pengasuhan; semakin besar usia anak akan menurunkan jumlah alokasi waktu ibu untuk anak; semakin besar pendapatan
27
keluarga akan meningkatkan jumlah alokasi pengeluaran keluarga untuk anak; dan semakin meningkatnya lama pendidikan ibu, usia anak, dan keikutsertaan anak dalam PAUD/TK akan meningkatkan kualitas anak. Saran Keluarga terutama orang tua harus lebih memberikan perhatian terhadap perkembangan anak dan berusaha untuk mengoptimalkan perkembangan anak dalam setiap tahapannya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh para orang tua yaitu dengan mengikutsertakan anak dalam PAUD/TK ketika usianya telah mencukupi, meningkatkan pengetahuan terkait tahap perkembangan anak dan upaya untuk mengoptimalkan capaian perkembangan anak sesuai usianya. Bagi masyarakat, penulis menyarankan untuk senantiasa mementingkan pendidikan anak terutama bagi perempuan sebagai calon ibu yang akan melahirkan, mengasuh dan mendidik generasi penerus bangsa. Selain itu, penulis juga menyarankan pada dinas pendidikan setempat untuk melakukan sosialisasi kepada keluarga mengenai pentingnya keikutsertaan anak dalam pendidikan prasekolah serta sosialisasi terkait penerapan pendidikan holistik kepada lembaga pendidikan anak usia dini. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan dua dimensi untuk mengukur kualitas anak yaitu dari capaian perkembangan anak (kognitif dan sosial) dan status gizi anak (indikator BB/U), sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk bisa melakukan perluasan aspek pengamatan terhadap hal-hal yang belum diamati dan dianalisis dari penelitian ini misalnya status kesehatan anak dan capaian perkembangan anak dimensi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA [CIA] Central Intelligence Agency. 2015. The World Fact Book: Indonesia [diunduh 2015 November 3]. Tersedia pada: [Internet]. https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html. [DISKES JABAR] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 [Internet]. [diunduh 2016 Feb 8] Tersedia pada:http://www.diskes.jabarprov.go.id/application/modules/pages/files/CE TAK_PROFIL_KESEHATAN_REVISI_11.pdf. [UNDP] United Nations Development Programme. 2014. Human development index (HDI) [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 20]. Tersedia pada: http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/IDN. [UNICEF Indonesia]. 2012. Laporan tahunan 2012 [Internet]. [diunduh 2015 Februari 15]. Tersedia pada: http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731 .pdf. Afriana, Puspitawati. 2012. Analisis Investasi dan Kualitas Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Apriana R. 2009. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo
28
Kecamatan Banyumanik Semarang) [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Arifa DS. 1993. Pola Pengasuhan, Status Gizi, Kemampuan Menolong Diri Sendiri, dan Sosialisasi Anak Bailta pada Keluarga Ibu Pekerja dan Ibu bukan Pekerja (Studi kasus pada TK Tunas Sejahtera di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bahri, Hartoyo. 2013. Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan tidak Miskin. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 6(3): 190-198. Briawan D, Herawati T. 2008. Peran Stimulasi Orangtua terhadap Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 1(1): 6376. Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household, Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press. Cadwell BM, Bradley RH. 1984. Home Observation for Measurement of The Environment. Arkansas (US): University of Arkansas. Dewanggi M. 2014. Pengaruh Kelekatan, Gaya Pengasuhan, dan Kualitas Lingkungan Pengasuhan terhadap Karakter Anak Perdesaan dan Perkotaan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah. 2007. Inovasi Gizi dan Pengembangan Modal Manusia. [Orasi Ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hartoyo, Hastuti D. 2003. Perilaku investasi pada anak keluarga nelayan dan implikasinya terhadap pengentasan kemiskinan. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hartoyo. 1998. Investing In Children: Study Of Rural Families In Indonesia [Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University [Internet]. [diunduh 2015 Nov 5]. Tersedia pada: http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-1129822160/unrestricted/ETD.PDF. Hasanah SU. 2015. Perilaku Investasi pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hastuti D. 2013. Pengasuhan: Teori dan prinsip serta aplikasinya di Indonesia [Modul Kuliah]: Ilmu keluarga dan konsumen IPB. Hastuti D, Alfiasari, Chandriyani. 2010. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 3(1): 27-34. Hastuti D, Fiernanti, Guhardja. 2011. Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Balita di Daerah Rawan Pangan. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 4(1): 57-65. Hayati F, Nordin M. 2014. Pengasuhan dan Peran Orang Tua (Parenting) serta Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak di PAUD Banda Aceh, Indonesia. Jurnal Pendidikan 1(1): 16-30. Hurlock EB. 1999. Perkembangan Anak. Jilid 2 (M. Tjandrasa dan M. Zarkasih, penerjemah). Jakarta: Erlangga. Khomsan A. 2015 November 5. Investasi Anak vs Kemiskinan. Koran sindo online [Internet]. [diunduh 2015 Nov 10]. Tersedia pada: http://www.koransindo.com/news.php?r=1&n=2&date=2015-11-05. Latifah M, Alfiasari, Neti H. 2009. Kualitas Tumbuh Kembang, Pengasuhan Orang Tua, dan Faktor Risiko Komunitas pada Anak Usia Prasekolah
29
Wilayah Pedesaan di Bogor. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 2(2): 143153 Mardiana. 2014. Nilai Anak dan Perilaku Investasi Orang tua terhadap Anak Usia Prasekolah di Desa dan Kota [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Martianto D, Riyadi H, Hastuti D, Alfiasari. 2009. Kajian Ketahanan Pangan dan Alokasi Sumberdaya Keluarga serta kaitannya dengan Status Gizi dan Perkembangan Anak, Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Meirita. 2000. Hubungan kuantitas dan kualitas waktu ibu untuk pengasuhan dengan status gizi anak balita di Desa Rancamaya Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Napitupulu, Ester L. 2015 Oktober 27. Investasi pada Anak Usia Dini Tuai Generasi Emas. Kompas online [Internet]. [diunduh 2015 Nov 10]. Tersedia pada: http://print.kompas.com/baca/2015/10/27/Investasi-pada-Anak-UsiaDini-Tuai-Generasi-Emas. Pasaribu, Suradisastra. 2010. Harmonisasi Kelembagaan Pengelolaan DAS. Laporan penelitian: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Puspitawati H. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor (ID) : IPB Press. . 2013. Ekologi Keluarga, konsep dan lingkungan. Bogor (ID) : IPB Press. Rahmiati, Puspitawati. 2013. Hubungan antara Investasi dan Kualitas Anak Usia Sekolah pada Keluarga . Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 6(3): 154-162. Rosidah, Hartoyo, Muflikhati. 2012. Kajian Strategi koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir. Jurnal ilmu keluarga dan konsumen 5(1): 77-87. Rusyantia A. 2006. Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Kualitas Pengasuhan Anak dan Kualitas Anak serta Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kualitas Anak Peserta TP Karakter Sutera Alam [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sa’diyyah. 1998. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Pengasuhan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Studi Kasus pada Etnis Jawa dan Minang) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salimar. 2010. Pengaruh Beban Kerja, Pengetahuan, dan Status Gizi Ibu terhadap Pola Asuh dan Tumbuh Kembang Anak Balita pada Keluarga Miskin [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunarti E. 2012. Fungsi dan Peran Keluarga. Artikel ilmiah [Internet]. [diunduh 2016 Maret 20]. Tersedia pada: http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Dr.-Euis-Sunarti-ok-fungsidan-peran-keluarga.pdf. Surachman A. 2011. Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi Pada Anak (Kasus di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sutoyo IGN S. 2010. Indikator Kualitas Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syarief H. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: suatu telaahan gizi masyarakat dan sumber daya keluarga [Orasi Ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 1 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik anak, kualitas lingkungan pengasuhan, perilaku investasi anak dan kualitas anak
Lampiran 2 Hasil uji normalitas dan uji asumsi klasik Heteroskedastisitas dari data penelitian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
200 Mean Std. Deviation Absolute
0E-7 12,35856065 ,077
Most Extreme Differences Positive Negative
,043 -,077
Kolmogorov-Smirnov Z
1,092
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
,184
32
Keterangan: Hasil output gambar scatterplot, didapat titik menyebar di bawah serta di atas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Maka dapat disimpulakan variabel bebas dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas. Lampiran 3 Persentase sebaran jawaban responden pada kualitas lingkungan keluarga Kulaitas lingkungan pengasuhan untuk Anak Usia 2-3 tahun (n=58) n
Pertanyaan No. Tanggap Rasa dan Kata 1. Ibu berbicara kepada anaknya selama kunjungan. 2. Ibu menanggapi ocehan anaknya dengan kata-kata selama kunjungan. 3. Ibu menyebutkan nama barang atau orang kepada anaknya selama kunjungan. 4. Omongan ibu jelas dan dapat dipahami dengan baik. 5. Ibu aktif dalam omong-omng selama kunjungan, dan tidak hanya menjawab pertanyaan singkat. 6. Ibu berbicara secara bebas dan terbuka tanpa malu-malu atau menutup nutupi sesuatu. 7. Ibu memperbolehkan anaknya bermain-main di tempat yang kurang bersih seperti: di tanah, tempat bermain, dll. 8. Ibu memuji anaknya secara spontan selama kunjungan. 9. Ibu menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada anaknya lewat katakata, seperti: sayang. 10. Ibu membelai atau mencium anaknya selama kunjungan. 11. Ibu menanggapi secara positif pujian Anda dengan mengatakan benar atau memang,dll.
Jawaban Ya Tidak 100.0 0.0 100.0 0.0 93.1 6.9 94.8 89.7
5.2 10.3
77.6
22.4
77.6
22.4
71.7 72.4
29.3 27.6
96.6 81.0
3.4 19.0
33
n
Pertanyaan
No. Penerimaan Terhadap Perilaku Anak 12. Ibu pernah berteriak kepada anaknya selama kunjungan.* 13. Ibu pernah menunjukkan kekecewaan kepada anaknya, baik dengan kata maupun isyarat selama kunjungan.* 14. Ibu pernah memukul atau mencubit anaknya selama kunjungan.* 15. Ibu pernah menghukum anaknya dalam satu minggu terakhir.* 16. Ibu pernah memarahi anaknya, baik dengan kata maupun dengan isyarat selama kunjungan.* 17. Ibu melarang anak bermain sesuka hatinya, baik dengan kata-kata maupun tindakan selama kunjungan.* 18. Terdapat buku di rumah keluarga yang dikunjungi. 19. Keluarga yang dikunjungi mempunyai binatang peliharaan yang dapat diajak bermain-main oleh anak-anak, seperti kucing, anjing, dll. Pengorganisasian Lingkungan Anak 20. Apabila ibu pergi meninggalkan anak, anak diasuh oleh orang-orang yang sama terus. 21. Dalam satu minggu terakhir ibu pernah mengajak anaknya pergi ke pasar atau warung atau toko untuk berbelanja. 22. Anak pernah diajak pergi meninggalkan rumah dalamsatu minggu terakhir. 23. Anak pernah diajak ke dokter atau puskesmas atau mantri untuk diobatkan dalam 3 bulan terakhir. 24. Terdapat tempat khusus untuk menyimpan alat-alat mainan anak atau barang miliki anak lain. 25. Tempat bermain-main anak berbahaya.* Penyediaan Mainan untuk Anak 26. Terdapat mainan atau alat untuk latihan gerakan anak, seperti bola kaleng, balok, dll. 27. Terdapat mainan yang dapat didorong atau ditarik seperti mobil, mobilan, kereta-keretaan, dll. 28. Terdapat mainan atau alat untuk belajar berjalan bagi anak, seperti geritan, kursi beroda, sepeda roda tiga, dll. 29. Ibu menyediakan mainan dan membiarkan anak untuk main sendiri. 30. Ibu menyediakan mainan yang tepat sesuai dengan usia anak, seperti: boneka, pasar-pasaran, rumah-rumahan. 31. Ibu menyediakan alat belajar sesuai usia anak, seperti mobil-mobilan, meja kursi, pinsil mainan. 32. Ibu menyediakan mainan koordinasi mata tangan sederhana: 2 bagian mainan dapat disatukan, seperti kotak dan tutupnya. 33. Ibu menyediakan mainan koordinasi mata tangan yang lebih kompleks: 3 bagian dapat disatukan. 34. Ibu menyediakan alat mainan belajar menggambar atau menulis atau musik mainan. Keterlibatan Ibu terhadap Anak 35. Ibu sering mengawasi anak secara langsung atau sambil bekerja. 36. Ibu sering berbicara kepada anaknya selama mengerjakan sesuatu pekerjaan. 37. Ibu selalu memperhatikan dan merangsang perkembangan anak misal memberikan mainan, membiarkan anak bergaul.
Jawaban Ya Tidak 25.9 29.3
74.1 70.7
12.1 32.8 32.8
87.9 67.2 67.2
43.1
56.9
44.8 34.5
55.2 65.5
72.4
27.6
79.3
20.7
63.8
36.2
58.6
41.4
56.9
43.1
41.4
58.6
69.0
31.0
79.3
20.7
63.8
36.2
91.4 82.8
8.6 17.2
84.5
15.5
43.1
56.9
15.5
84.5
65.5
34.5
82.8 93.1
17.2 6.9
89.7
10.3
34
n No. 38.
Pertanyaan
bu menyediakan mainan untuk “kematangan” jiwa anak (boneka, buku cerita). 39. Ibu mengatur, kapan anak boleh bermain, dan kapan tidak boleh bermain. 40. bu menyediakan mainan baru untuk “menantang” keterampilan baru untuk anak dibandingkan dengan mainan yang telah ada. Kesempatan Variasi Asuhan Anak 41. Suami selalu ikut mengasuh anak setiap hari 42. Ibu mendongeng kepada anaknya dalam satu minggi beberapa kali. 43. Anak diajak untuk makan bersama-sama dengan anggota keluarga yang tlah dewasa. 44. Dalam satu bulan terakhir, keluarga dikunjungi (sampai menginap) orang lain atau keluarga ini mengunjungi saudaranya (dan menginap). 45. Anak mempunyai buku miliknya sendiri.
Jawaban Ya Tidak 60.3 39.7 25.9
74.1
20.7
79.3
72.4 32.8 93.1
27.6 67.2 6.9
34.5
65.5
27.6
72.4
Kulaitas lingkungan pengasuhan untuk Anak Usia 3-5 tahun (n=142) No. Stimulasi Psikososial Ya Stimulasi Belajar 1. Anak punya mainan untuk belajar tentang warna, bentuk, dan ukuran. 29.6 2. Anak punya 3 mainan yang memiliki peraturan dalam permainannya 18.3 (ulartangga, congklak, monopoli, catur). 3. Anak punya tape recorder dan kaset/VCD (Nyanyian, cerita, 42.3 pengetahuan, dll). 4. Anak punya mainan bebas ekspresi (spidol, crayon, cat air). 76.8 5. Anak punya mainan untuk melatih gerakan tangan yang halus (puzzle, 48.6 lilin, dll). 6. Anak punya mainan untuk belajar angka. 43.7 7. Anak punya buku sendiri paling sedikit 10 buah. 8.5 8. Keluarga punya buku paling sedikit 10 buah. 19.7 9. Keluarga membeli/membaca koran setiap hari. 1.4 10. Keluarga berlangganan paling sedikit 1 majalah. 3.5 11. Anak diajari tentang bentuk-bentuk. 55.6 Stimulasi Bahasa 12. Anak diajari mengenal nama-nama binatang melalui buku, puzzle, 78.9 games. 13. Anak diajari huruf-huruf alfabet. 82.4 14. Anak diajari untuk mengucapkan salam, terimakasih, maaf, dan lain98.6 lain. 15. Ibu berbicara dengan tata bahasa yang benar. 95.1 16. Anak diberi kesempatan berbicara, ibu mendengarkan 98.6 cerita/pengalaman. 17. Kata-kata ibu selalu menyenangkan anak. 95.8 18. Anak diberi kesempatan memilih sendiri makanan yang 89.4 diinginkannya. Lingkungan Fisik 19. Rumah keluarga aman dari bahaya (sungai, selokan besar, jalan). 57.7 20. Tempat mainan anak aman dari semua kemungkinan bahaya. 56.3
Tidak 70.4 81.7 57.7 23.2 51.4 56.3 91.5 80.3 98.6 96.5 44.4 21.1 17.6 1.4 4.9 1.4 4.2 10.6
42.3 43.7
35
No. Stimulasi Psikososial 21. Keadaan dalam rumah tidak gelap atau monoton. 22. Para tetangga bersikap ramah. 23. Rumah tidak sempit. 24. Ruang dalam rumah tidak dipenuhi dengan alat rumah tangga. 25. Dalam rumah bersih dan rapi. Kehangatan dan Penerimaan 26. Ibu menggendong anak sekurang-kurangnya 10 menit sampai seperempat jam setiap hari. 27. Ibu berbicara pada anak-anaknya sekurang-kurangnya 2 kali selama kunjungan. 28. Ibu menjawab pertanyaan atau permintaan anak dengan kata-kata. 29. Ibu menanggapi ocehan atau omongan anaknya dengan kata-kata selama kunjungan. 30. Ibu memuji anaknya secara spontan sekurang-kurangnya 2 kali selama kunjungan. 31. Ibu mencium atau membelai atau merangkul anak sekurang-kurangnya sekali selama kunjungan. 32. Ibu membantu anak menunjukkan kepintarannya selama kunjungan. Stimulasi Akademik 33. Anak diajari tentang warna. 34. Anak diajari menyanyi. 35. Anak diajari pengertian ruang/dimensi (besar-kecil, luar-dalam, dll). 36. Anak diajari tentang angka. 37. Anak diajari membaca kata-kata (mama, kaka, dede, kaki). Modeling 38. Anak disuruh menunggu waktu makan atau jajan yang tepat. 39. TV tidak selalu disetel setiap saat. 40. Anak dikenalkan pada tamu. 41. Anak dapat menunjukkan kekecewaan atau kemarahannya tanpa dibalas dengan kemarahan dari ibunya. 42. Anak dapat memukul ibunya tanpa dibalas dengan pukulan yang sama kerasnya. Variasi Stimulasi pada Anak 43. Anak mempunyai alat musik mainan atau sungguhan 44. Anak diajak jalan-jalan (piknik, berbelanja) sekurang-kurangnya dua minggu sekali. 45. Anak diajak pergi sejauh 80 km atau lebih pada tahun lalu. 46. Anak diajak ke musium (taman mini, toko buku, kebun binatang) pada tahun lalu. 47. Anak diharuskan mengambil dan mengembalikan mainannya sendiri tanpa bantuan. 48. Ibu berbicara menggunakan kalimat yang rumit, baik struktur maupun kata yang digunakan.* 49. Hasil karya anak ditempelkan di satu tempat di rumah (dihargai bersama). 50. Anak diajak makan bersama keluarga paling tidak sekali dalam 1 hari. 51. Anak diperbolehkan memilih makanan yang digemarinya di warung.
Ya 86.6 99.3 83.1 77.5 78.9
Tidak 13.4 0.7 16.9 22.5 21.1
58.5
41.5
99.3
0.7
98.6 97.9
1.4 2.1
73.2
26.8
89.4
10.6
71.8
28.2
82.4 84.5 53.5 93.7 65.5
17.6 15.5 46.5 6.3 34.5
26.1 77.5 78.9 69.7
73.9 22.5 21.1 30.3
52.8
47.2
28.2 40.8
71.8 59.2
59.9 31.7
40.1 68.3
75.4
24.6
43.0
57.0
15.5
84.5
85.9 94.4
14.1 5.6
36
No. Stimulasi Psikososial Hukuman 52. Ibu tidak memarahi anak, baik dengan kata-kata maupun isyarat lebih dari. 53. Ibu tidak membatasi atau melarang anak secara fisik (misalnya tidak ditarik paksa, tidak dicubit) selama kunjungan. 54. Ibu tidak menampar, atau memukul anak selama kunjungan anda. 55. Ibu tidak menghukum anak lebih dari sekali dalam satu minggu terakhir (hukuman fisik).
Ya
Tidak
73.9
26.1
79.6
20.4
82.4 87.3
17.6 12.7
Lampiran 4 Persentase sebaran capaian perkembangan anak dilihat dari tiap indikator A. Perkembangan Kognitif* Perkembangan kognitif anak balita kelompok usia 2-3 tahun n=58) Jawaban No. Indikator M KM TM Menirukan 3 suara binatang (misalnya suara ayam, kucing, 44.8 27.6 27.6 1 kambing) Mengerti penggunaan benda-benda (contoh: gelas digunakan 69.0 13.8 17.2 2 untuk air minum, piring untuk tempat nasi/makanan, tas untuk menyimpan buku/mainan) Mengerti dan melaksanakan 1 perintah sederhana (contoh: 86.2 12.1 1.7 3 menunjuk bagian dari gambar ayam) Meniru perbuatan orang dewasa (contoh: memakai tas, 91.4 6.9 1.7 4 memakai sandal, masak-masakan, minum sendiri) 70.7 17.2 12.1 5 Menyebutkan nama benda (jendela, gelas, piring) Mengelompokan benda-benda yang sama (bentuk lingkaran, 13.8 29.3 56.9 6 segiempat, segitiga warna-warni) 43.1 32.8 24.1 7 Dapat menyebutkan nama sendiri 32.8 29.3 37.9 8 Membedakan besar dan kecil dari 3 buah balok 56.9 17.2 25.9 9 Menirukan garis lurus 6.9 22.4 70.7 10 Mengelompokan warna 77.6 20.7 1.7 11 Menyatakan kalimat pendek minimal terdiri dari 2 kata Melipat kertas secara sembarangan 62.0 19.0 19.0 12 Perkembangan kognitif anak balita kelompok usia 3-4 tahun (n=48) Jawaban No. Indikator M KM TM 1 Menirukan gambar bersilang (dua garis bersilangan) 50.0 12.5 37.5 2 Mengetahui umur sendiri ketika ditanya 20.8 20.8 58.4 Mengelompokan benda yang sama (berbentuk lingkaran, 41.7 31.3 27.0 3 segiempat, segitiga, dan oval warna-warni) Anak mampu menyebutkan 3 nama bentuk (lingkaran/bundar, 2.1 22.9 75.0 4 persegi/segiempat, segitiga) Anak mampu menunjukan benda yang paling pendek dan 39.6 35.4 25.0 5 paling panjang (5 bentuk ukuran) 6 Menerima perintah menggunting dan melaksanakannya 85.4 8.3 6.3 7 Menyusun puzzle sederhana (4 keping) 54.2 35.4 10.4 8 Menyebutkan angka 1-5 62.5 33.3 4.2
37
9 10 11
Menyusun/menunjuk balok berukuran besar/kecil (5 ukuran 56.2 25.0 18.8 balok) Mengelompokan 3 bentuk benda berdasarkan warna (6 warna: 54.2 16.7 29.1 hitam, putih, merah, kuning, biru, hijau) Mengenal dan menyebutkan 6 buah warna (hitam, putih, merah 16.7 45.8 37.5 kuning, biru, hijau)
Perkembangan kognitif anak balita kelompok usia 4-5 tahun (n=94) Jawaban No. Indikator M KM TM Menyebutkan 4-6 warna atau lebih (kuning, biru, oren, hijau, 72.3 14.9 12.8 1 ungu, coklat, hitam, merah, putih) Mengelompokan warna-warna kuning, biru, oren, ungu, coklat, 91.5 3.2 5.3 2 hitam, hijau, merah, dan putih Mengelompokan bentuk benda yang sama (lingkaran, 81.9 9.6 8.5 3 segiempat, segitiga, oval, laying-layang warna warni) Menyusun keping-keping warna sesuai pola (menggunakan 83.0 13.8 3.2 4 puzzle lebih dari 6 keping) 5 Menyebutkan hitungan angka 1-5 85.1 10.6 4.3 Menggambar orang dengan 2-5 bagian badan yang dapat 47.9 17.0 35.1 6 dikenal seperti kepala, tangan, dan kaki 7 Mewarnai gambar sampai tuntas (ikan) dengan pensil warna 71.3 22.3 6.4 8 Mampu menulis angka 1 83.0 7.4 9.6 9 Mengetahui dan menyebut nama bapaknya 83.0 4.3 12.8 Menyebut bentuk-bentuk geometri (lingkaran/bundar, 18.1 28.7 53.2 10 segiempat/persegi/kotak, segitiga, lonjong/oval) 11 Menggambar bentuk hewan 27.7 23.4 48.9 12 Menghubungkan titik-titik 80.9 13.8 5.3 *Keterangan: M= Mampu (skor=2); KM= Kurang Mampu (skor=1); TM= Tidak Mampu (skor=0)
B. Perkembangan Sosial* Perkembangan sosial anak balita kelompok usia 2-3 tahun (n=58) Skor No. Indikator 2 4 3 72.4 1.7 8.6 1 Meminta untuk pergi ke toilet Meminta objek sederhana yang berbahaya 81.0 0.0 5.2 2 94.8 0.0 1.7 3 Memulai aktivitas bermain sendiri Memotong sesuatu menggunakan gunting 43.1 0.0 12.1 4 41.4 1.7 13.8 5 Melepas pakaian atau jaket 29.3 3.4 31.0 6 Mengeringkan tangan sendiri 25.9 0.0 15.5 7 Memakai pakaian atau jaket tanpa dibantu 62.1 1.7 13.8 8 Makan menggunakan garpu 48.3 1.7 25.9 9 Mengambil minum tanpa dibantu 10 Menghubungkan pengalaman ketika bercerita 53.4 1.7 6.9
1 5.2 5.2 1.7 8.6 12.1 8.6 6.9 12.1 5.2 6.9
Perkembangan sosial anak balita kelompok usia 3-4 tahun (n=48) Skor No. Indikator 4 3 2 1 Berjalan menuruni tangga (satu tangga per satu 89.6 2.1 4.2 4.2 1 langkah)
0 12.1 8.6 1.7 32.2 31.0 27.6 51.7 10.3 19.0 31.0
0 0.0
38
2 3 4 5 6
Bermain secara kooperatif sesuai level prasekolah Memperlihatkan kemampuan membuat pertunjukan untuk orang lain Mengancingkan jaket atau pakaian Mencuci tangan sendiri Membantu aktivitas rumah tangga sederhana
85.4 0.0 6.3 6.3 2.1 43.8 0.0 14.6 10.4 31.3 35.4 2.1 20.8 8.3 68.8 2.1 14.6 2.1 85.4 0.0 2.1 2.1
Perkembangan sosial anak balita kelompok usia 4-5 tahun (n=94) Skor No. Indikator 4 3 2 1 Memelihara diri sendiri ketika di toilet 53.2 1.1 25.5 2 Mencuci muka tanpa dibantu 77.7 2.1 16.0 3 Memakai baju sendiri kecuali mengikat 62.8 3.2 12.8 Pergi ke sekitar area rumah tetangga tanpa harus 93.6 0.0 3.2 4 diawasi atau ditemani Menggunakan pensil atau krayon untuk 80.9 2.1 2.1 5 menggambar 84.0 0.0 6.4 6 Bermain permainan secara kompetitif
33.3 12.5 10.4
1 7.4 0.0 12.8 2.1
0 12.8 4.3 8.5 1.1
6.4
8.5
5.3
4.3
*Keterangan Pemberian skor/penilaian: (4): Bila responden bisa melakukan atau pernah bisa melakukan tanpa dukungan tertentu. (3): Bila responden tidak bisa menunjukan kemampuan dikarenakan hambatan tertentu, namun mampu melaksanakan apabila hambatan tidak ada. (2): Bila responden tidak bisa menunjukan kemampuan dikarenakan tidak adanya kesempatan untuk melakukannya. Apabila ada kesempatan, dengan sedikit belajar pasti bisa melaksanakannya. (1): Bila responden terkadang bisa namun juga terkadang tidak bisa menunjukan kemampuannya. (0): Bila responden sama sekali tidak bisa menunjukan kemampuannya bahkan setelah dibantu dan dilakukan pengulangan.
39
RIWAYAT HIDUP Penulis adalah putri kelima dari enam bersaudara dari pasangan Warsita dan Wasteni. Penulis lahir di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 21 Juni 1993. Penulis merupakan lulusan dari MAN Model Babakan Ciwaringin, Cirebon. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada tahun 2012-2016 di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi. Penulis berperan sebagai staf bidang Kurikulum dan Kesiswaan Birena Al-Hurriyyah IPB pada tahun 2013-2014, bendahara 2 badan pengurus harian Lembaga Dakwah Fakultas Ekologi Manusia (Forsia) pada tahun 2013-2014, bendahara bidang kurikulum dan kesiswaan Birena Al-Hurriyyah IPB pada tahun 2014-2015, anggota divisi syiar Forsia 2014-2015, dan anggota Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Birena Al-Hurriyyah IPB pada tahun 2015-2016, dan sebagainya. Penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitiaan seperti program I-SHARE (IPB Social and Health Care) tahun 2012 sebagai anggota divisi konsumsi, Fastival Anak Soleh ke-7 tahun 2013 sebagai anggota divisi penanggung jawab lomba MTQ, MPKMB angkatan 50 IPB tahun 2013 sebagai penanggung jawab kelompok, Islamic Youth Camp (IYC) Birena Al-Hurriyyah IPB tahun 2014 dan 2016 sebagai penanggung jawab kelompok, acara santunan 1000 anak yatim oleh IPB tahun 2014 sebagai penanggung jawab kelompok, Forsia Islamic Festival tahun 2014 (FIF 1435 H) sebagai Bendahara 2, dan lain-lain. Selain pengalaman dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam mahasiswa TPB IPB selama tiga semester berturut-turut yakni pada tahun 20142016, menjadi guru les privat SMP untuk mata pelajaran Matematika dan IPA pada tahun 2014-2015, menjadi fasilitator di Beewhite Management sejak tahun 2016, dan menjadi guru honor untuk mata pelajaran Matematika dan IPA di SMK Al-Azhar plus. Penulis juga pernah melakukan kegiatan magang di sekolah karakter, Indonesia Heritage Foundation (IHF) pada tahun 2016.