PERLINDUNGAN ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI
VIVI IRZALINDA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perlindungan Anak Dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Anak Pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Vivi Irzalinda NIM I251110141
RINGKASAN VIVI IRZALINDA. Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh lingkungan anak-anak dibesarkan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cianjur yang memiliki potensi masalah lingkungan karena penggunaan pestisida yaitu dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Selain itu, Kabupaten Cianjur memiliki data kasus anak yang meningkat setiap tahunnya, seperti kekerasan fisik, perdagangan anak, kekerasan seksual dan sebagainya. Oleh karena itu, perlindungan anak baik dari fisik maupun lingkungan wajib dilakukan orangtua untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan pestisida dan perlindungan anak dari pestisida, (2) Menganalisis pengaruh aktivitas bersama dan perlindungan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak. Lokasi penelitian dipilih yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian adalah ibu dan anak. Penentuan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria keluarga yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD. Jumlah contoh 120 keluarga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013. Analisis penelitian menggunakan korelasi pearson dan regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan orangtua contoh adalah tingkat sekolah dasar, dengan pendapatan perkapita dibawah garis kemiskinan. Sebagian besar aktivitas ibu-anak dan aktivitas ayah-anak berada pada kategori rendah. Perlindungan fisik anak dalam kategori tinggi, sedangkan perlindungan lingkungan anak pada kategori rendah. Kesejahteraan subjektif anak pada kategori tinggi. Ibu memiliki pengetahuan pestisida pada kategori sedang. Sementara itu perlindungan anak dari pestisida pada kategori rendah. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang berhubungan signifikan dengan perlindungan anak dari pestisida. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak adalah jenis aktivitas bersama orangtua-anak, dan pelindungan fisik. Saran yang diberikan yaitu (1) Perlunya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga dan masyarakat tentang manfaat aktivitas bersama orangtua-anak, terutama aktivitas bersama ayah-anak beserta pola pengasuhannya, (2) Perlu adanya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga, sekolah dan masyarakat terkait pentingnya perlindungan lingkungan anak di keluarga petani.
SUMMARY VIVI IRZALINDA. Child Protection and Its Effect on Child Well-being of Farmer Families. Supervised by HERIEN PUSPITAWATI and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Well-being of the quality of life for life. Child well-being is important to be measured as a form of early identification of problems, find out what happened and why it happened can occur, as well as giving attention to preventive measures against child quality (Thompson & Aked 2009). Welfare of children is influenced by the context and environment in which children thrive. This study was conducted in Cianjur which has environmental hazards in the farm family pesticide hazards. Pesticides can affect the health and development of children. In addition, Cianjur District has a child case data is increasing every year, such as physical abuse, child trafficking, sexual violence and so on. Therefore, the protection of children both physically and environmentally was parent mandatory to improve the welfare of the child. The purpose of this study is the first, analyze the relationship between socio-economic conditions, knowledge of pesticides and the protection of children from pesticides. Secondly, to analyze the effect of joint activities and the protection of children against child subjective well-being. Locations were selected at Sindang Jaya Village, Cipanas District and Ciputri Village, Pacet District, Cianjur Regency West Java Province. Samples were women and children. Determination of the samples were purposively with criteria mothers of children grades 4-6 elementary school. Total sample are 120 family. The research was conducted in July and November 2013. Study analysis was using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression. The results of the study are average parental education is elementary example, the per capita income of more than half of the sample below the poverty line. Most of the activities of the mother-child and father-child activity is in the low category. Physical protection in the high category, while the environmental protection in the low category. Subjective well-being of children at high category. Respondents had knowledge of pesticides in the category. While the protection of children from pesticides in the low category. The results of Pearson correlation test is known that the absence of a significant variable associated with child protection from pesticides. Results of Multiple Linear Regression testing is known that factors that influence subjective well-being of children is a common type of parent-child activities, and physical protection. From the study results suggest that the (1) needed for socialization and assistance for families and communities about the benefits of parent-child activities together, especially with a father-son activity patterns along with parenting. (2) needed for socialization and assistance to families, schools and communities about the importance of the protection of children in the family environment of farmers. Third, needed for socialization impact and effect of pesticides on farm families and farmers in order to increase awareness.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERLINDUNGAN ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI
VIVI IRZALINDA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Diah Krisnatuti M.Si
Judul Tesis Nama NIM
: Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani : Vivi Irzalinda : I251110141
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Ketua
Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: (Tanggal Pelaksanaan Ujian Tesis)
Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah Pascasarjana)
Tanggal Ujian: (tanggal pelaksanaan ujian tesis)
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-November 2013 ini ialah Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikahati, M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing penulis. Terima kasih kepada Ibu Dr. Titiek dan Ibu Alifah selaku tim IPM-CRSP yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. Disamping itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurmala selaku moderator seminar yang telah memberikan masukan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Pak Ujang dan Pak Zaenudin selaku ketua kelompok tani yang telah memberikan izin dan bantuan selama pengambilan data di lapang. Terima kasih kepada Merisa dan Lela yang telah membantu pengambilan data di lapangan. Terima kasih kepada teman-teman S2 IKA, Teh Tika, bu Dian, bu Lisna, Bu Frida, dan Mba Alfa dan bu Ema yang telah memberikan motivasi, masukan dan semangat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Vivi Irzalinda
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 2 3 4
2 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Keluarga Petani Anak Usia Sekolah Aktivitas Bersama Perlindungan Anak Kesejahteraan Subjektif Anak Pestisida Penelitian Terdahulu
4 4 5 6 7 8 10 11 13
3 KERANGKA PEMIKIRAN
14
4 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pengendalian Mutu Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional
17 17 17 18 18 19 21
5 KEADAAN UMUM DESA PENELITIAN
23
6 HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI, PENGETAHUAN PESTISIDA DAN PERLINDUNGAN ANAK DARI PESTISIDA Abstrak Abstract Pendahuluan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Karakteristik Demografi Keluarga Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Karakteristik Usaha Pertanian Pengetahuan Pestisida Perlindungan Anak dari Pestisida Hubungan Antar Variabel Pembahasan Simpulan
25 25 25 25 27 27 28 28 28 29 30 31 32 33 34
Saran Daftar Pustaka 7 PENGARUH AKTIVITAS BERSAMA DAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF ANAK PADA KELUARGA PETANI Abstrak Abstract Pendahuluan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Karakteristik Anak dan Keluarga Pendapatan Keluarga Aktivitas Bersama Perlindungan Anak Kesejahteraan Subjektif Anak Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subjektif Anak Pembahasan Simpulan Saran Daftar Pustaka
35 35
39 39 39 40 41 41 43 43 43 43 45 46 47 48 49 50 50
8 PEMBAHASAN UMUM
53
9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
55 55 56
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
66
DAFTAR TABEL 4.1 4.2 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6
Variabel, jenis data, cara pengumpulan data dan alat bantu Hasil analisis uji reliabilitas dan validasi isi instrumen penelitian Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi keluarga Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan pestisida Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak dari pestisida Hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan pestisida Hubungan antara karakteristik keluarga dan pengetahuan pestisida dengan perlindungan anak dari pestisida Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan keluarga Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas bersama orangtua-anak Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak Sebaran contoh berdasarkan kategori alat pertanian dan pestisida yang diperkenalkan kepada anak Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif anak Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak
18 19 28 29 31 32 32 33 43 44 46 46 47 48
DAFTAR GAMBAR 3.1 4.1
Kerangka pemikiran Metode penarikan contoh
16 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penelitian pendahuluan Pengukuran variabel Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan pestisida Sebaran contoh berdasarkan perlindungan terhadap pestisida Hubungan antar item pertanyaan perlindungan terhadap pestisida dengan pengetahuan pestisida Matriks variabel yang berhubungan dengan perlindungan pestisida Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bersama orangtua Sebaran contoh berdasarkan perlindungan anak Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif anak Ujibeda antar item pertanyaan kesejahteraan subjektif anak dengan jenis kelamin anak Matriks variabel yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif anak
67 70 73 74 76 77 78 79 80 82 84 85
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran signifikan dalam pembentukan kualitas sumberdaya generasi muda sebagai penerus bangsa yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Keluarga harus menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal dalam melindungi dan membina anak-anaknya serta mewujudkan kesejahteraan fisik dan non fisik. Kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami kenaikan dari 0,593 menjadi 0,629. Kualitas sumberdaya generasi muda sangat ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi keluarganya. Namun demikian masih ada berbagai permasalahan sosial ekonomi seperti rendahnya pendidikan dan kemiskinan masih dialami oleh sebagaian keluarga Indonesia terutama di perdesaan. Masalah kemiskinan menjadi masalah utama yang dialami oleh penduduk perdesaan di Indonesia. Masalah kemiskinan di pedesaan dialami oleh 17,9 juta penduduk pada tahun 2013 dan sebanyak 17,7 juta penduduk pada tahun 2014 (BPS 2014). Kualitas generasi muda sebagai penerus bangsa sangat menentukan kualitas Bangsa Indonesia di masa depan. Keluarga mempunyai kewajiban melindungi dan mengasuh anak-anaknya. Merujuk pada fungsi keluarga (BKKBN 1996) maka keluarga berfungsi melakukan perlindungan terhadap anakanaknya. Selanjutnya merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, maka yang disebut dengan perlindungan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-Undang menjamin hak dan kewajiban setiap anak adalah untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan, berhak untuk beribadah, dan berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Perlindungan dan kesejahteraan anak menjadi salah satu isu utama yang diangkat oleh institusi internasional maupun nasional. Hal ini dikarenakan masih banyaknya terjadi bentuk pelanggaran hak anak di Indonesia. KPAI (2012) mencatat sekitar 2,5 juta anak dari 26,3 juta anak usia wajib belajar pada tahun 2010 yang belum menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun. Selanjutnya, 1,87 juta jiwa anak dari 12,89 juta anak usia 13-15 tahun belum mendapatkan hak atas pendidikan.
2
Meningkatnya berbagai bentuk pengabaian dan pelanggaran hak anak di Indonesia juga terjadi sepanjang tahun 2011 dan 2012 sebagaimana dilaporkan oleh UNICEF (2012) bahwa sebanyak 44,3 juta anak Indonesia hidup dalam kemiskinan. Laporan tentang anak putus sekolah yang dilakukan bersama oleh Kementerian Pendidikan, UNESCO, dan UNICEF di tahun 2011 menunjukkan bahwa 2,5 juta anak usia 7-15 tahun mengalami putus sekolah (UNICEF 2012). Berkaitan dengan isu perlindungan dan kesejahteraan anak, maka pemilihan lokasi penelitian adalah di Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan banyaknya permasalahan perlindungan anak dan potensi pertanian. Permasalahan yang dialami oleh Kabupaten Cianjur adalah masalah perlindungan anak dari trafficking dan kekerasan dalam rumahtangga. Kabupaten Cianjur adalah merupakan sentra produksi tanaman sayuran segar yang mempunyai kecenderungan pestisida yang berlebihan. Organisasi kesehatan WHO menunjukkan bahwa negara-negara berkembang mengonsumsi sekitar 20 persen dari produksi pestisida di seluruh dunia (Ejaz et al. 2004). Intensitas penggunaan pestisida dalam produksi tanaman menimbulkan potensi bahaya kerja bagi petani (Minh et al. 2008; Gomes 1997), dan beresiko bagi lingkungan (Li et al. 2007; Anwar et al. 2009; Lamers et al. 2011). Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, mencatat kasus Tuberkolosis (TBC) selama tahun 2013 hingga Maret 2014, mencapai 1.670 kasus. Dengan demikian perlu diwaspadai pentingnya perlindungan anak secara holistik dari sisi sosial dan perlindungan dari bahaya pestisida. Berdasarkan uraian di atas maka topik perlindungan anak dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan anak pada keluarga petani sangat penting untuk dianalisis.
Perumusan Masalah Keluarga petani merupakan keluarga yang memperoleh pendapatan musiman dari kegiatan bertani. Berdasarkan sensus pertanian, selama sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan penduduk petani menjadi 1,2 juta di Jawa Barat (BPS 2013). Hal ini berdampak pada capaian pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja. Penurunan penyerapan tenaga kerja berdampak pada penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 14,4 persen pada tahun 2013. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,9 persen sektor pertanian. Luasnya sektor pertanian menyebabkan penggunaan pestisida yang semakin meningkat. Bertambahnya penggunaan pestisida meningkatkan produksi pertanian. Namun, meskipun pestisida berkontribusi untuk produksi pertanian, pestisida juga bisa merugikan kesehatan manusia dan ekosistem (Tadesse & Asferachew 2008). Bahaya pestisida bagi ekosistem seperti mencemari air, tanah, udara dan makanan serta enzim tanah (Riah 2014; Gomes et al. 1999). Munarso et al. (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kandungan residu pestisida pada Kabupaten Cianjur adalah residu tertinggi 7,4 ppb, dengan mengandung bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbil.
3
Bahaya pestisida bagi kesehatan manusia seperti penurunan kekebalan, gangguan hormon, kecerdasan berkurang, kelainan reproduksi dan kanker (Wiles, Davies & Campbell 1998), meningkatkan resiko penyakit parkinson (Hancock 2008), menghambat perkembangan janin (Petit et al. 2010), masalah kesehatan seperti cacat lahir, kerusakan saraf, kanker, dan efek lain yang mungkin terjadi selama panjang waktu (Van Dijk 2000; Bruce 2002). Selain berbahaya bagi keluarga, pestisida juga berbahaya bagi anak. National Research Council (1984) menunjukkan bahwa bahaya pestisida pada anak-anak dapat mengubah pola perkembangan anak-anak, dan berpengaruh seumur hidup pada disfungsi kesehatan dan beresiko penyakit (National Research Council 1984). Juga, anakanak beresiko terkena penyakit kulit akibat pestisida (Lewis 1994; Fenske 1990; Zartarian 1998). Data kasus anak beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan di Kabupaten Cianjur. Kasus anak di Kabupaten Cianjur antara lain perdagangan anak, kekerasan fisik anak, putus sekolah, dan sebagainya. Menurut KPAI (2011) menerima pengaduan 480 anak korban perdagangan anak dan 2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yakni 2.413 kasus, terdiri dari 1.020 kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk sodomi, perkosaan, pencabulan serta incest, dan selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tingginya angka pengaduan kekerasan terhadap anak dan bahaya pestisida di sekitar anak, menunjukkan tanda bahwa lingkungan anak yang seharusnya menjadi benteng perlindungan anak, saat ini justru menjadi pelaku utama. Keluarga atau orang tua yang oleh UU Perlindungan Anak adalah salah satu pilar penanggung jawab perlindungan anak ternyata telah gagal bahkan menjadi pihak yang menakutkan bagi anak. Ironisnya, kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi justru di lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan dan lingkungan sosial anak. Berdasarkan fakta-fakta diatas, penelitian ini berupaya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Adakah hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bersama orangtua dan perlindungan orang tua dan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis perlindungan anak dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan anak pada keluarga petani. Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan pestisida dan perlindungan anak dari pestisida 2. Menganalisis pengaruh aktivitas bersama dan perlindungan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak.
4
Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian mengenai perlindungan anak serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif anak pada keluarga petani, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan keilmuan di bidang perlindungan dan kesejahteraan anak, penyusunan indikator perlindungan anak dan kesejahteraan anak pada keluarga petani, mengangkat masalah dan isu serta faktor penyebab di keluarga petani. Serta bermanfaat bagi lembaga bidang perlindungan anak dan kesejahteraan anak. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi pengambil keputusan untuk perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan, perlindungan anak dan kesejahteraan anak pada keluarga petani.
2 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah ‖unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anak‖. Keluarga adalah institusi yang ada dalam setiap masyarakat. Menurut Mead dalam Guharja et al. (1992), keluarga didefinisikan sebagai ― the cultural cornerstone of any society, transmitting its history, instilling its prevailing value system and socializing the next genera tion into effective citizens and human beings ‖. Sementara itu Bugers dan Locke dalam Guharja et al. (1992), mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut). Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Pendekatan struktural-fungsional adalah salah satu pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluaga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat. Akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Misalnya, dalam sebuah organisasi sosial pasti ada segmen anggota yang mampu menjadi pemimpin, dan yang menjadi sekretaris atau anggota biasa. Tentunya kedudukan seseorang dalam struktur organisasi akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan te tapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya struktur dan fungsi ini tidak ak an pernah terlepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi 2001). Teori struktural fungsional dikembangkan oleh Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh teori Durkheim, antara lain menjelaskan tentang terciptanya ketertiban sosial melalui common values yang dipegang oleh masyarakat (Hamilton 1983). Menurut Leslie dan Korman dalam Greenwood (1990),
5
pendekatan struktural-fungsional paling sistematis diterapkan dalam kajian terhadap keluarga. Menurut Parsonian yang dikutip Megawangi (1999), keluarga diibaratkan seekor hewan berdarah panas yang dapat memelihara temperatur tubuhnya agar tetap konstan walaupun kondisi lingkungan berubah. Keluarga dianggap selalu dapat beradaptasi secara mulus menghadapi perubahan lingkungan. Oleh karena itu keluarga dianggap sebagai institusi dalam masyarakat yang mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Menurut Merton dan Parson dalam Fakih (1996), teori struktural fungsional memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang saling terkait (agama, pendidikan, struktur politik dan keluarga). Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional dari dimensi struktural adalah (Merton & Parson diacu Fakih 1996) : 1. Untuk melakukan fungsi secara optimal, keluarga harus mempunyai struktur tertentu; 2. Struktur adalah pengaturan peran dalam sistem sosial; 3. Keluarga inti adalah struktur yang paling mampu memberikan kepuasan fisik dan psikolagi anggotanya dan juga menjaga masyarakat yang lebih besar. Keluarga Petani Keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri atas dua atau lebih orang yang berikatan karena sedarah, pernikahan, atau adopsi (Knox & Caroline 1994). Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi, yang senantiasa berinteraksi (mempengaruhi dan dipengaruhi) oleh sistem ekonomi yang lebih besar (Bryant & Keith 1990). Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi, agar sistem tersebut berjalan. Pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999). Agar fungsi keluarga berada pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, berupa suatu rangkaian peran agar sistem sosial dibangun. Menurut Rice dan Tucker (1986), fungsi keluarga dapat digolongkan menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi instrumental, seperti memberikan nafkah dan memenuhi kebutuhan biologis dan fisik kepada para anggota keluarga, umumnya dikaitkan dengan peran orangtua sebagai pencari nafkah. Seda ngkan fungsi kedua adalah fungsi ekspresif, yaitu memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan emosi, dikaitkan dengan peran orangtua sebagai pendidik, pengasuh, dan pelindung bagi anggota keluarganya. Keluarga sebagai institusi pertama, mempunyai peran yang amat penting dalam mewujudkan SDM berkualitas (Syarief 1997). Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga pertanian apabila rumah tangga tersebut melakukan minimal salah satu kegiatan pengguna lahan, bukan pengguna lahan, petani gurem yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar, atau buruh pertanian (BPS 2005). Buruh pertanian adalah orang yang bekerja di sektor pertanian yaitu yang bekerja pada orang lain atau perusa haan yang jenis pekerjaannya masih erat dengan kegiatan pertanian atas dasar balas jasa dengan diberi upah/gaji baik berbentuk uang atau barang (Wasito 2006).
6
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai macam program antara lain program peningkatan kepemilikan lahan oleh petani, dimana melalui Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan mencanangkan pembagian lahan seluas lebih dari 10 juta hektar untuk petani gurem yang lahannya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua (Riyadi & Barus 2006). Terdapat juga program reformasi agraria yakni memberikan lahan kepada petani yang tidak memiliki lahan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, kemiskinan serta mendukung program ketahanan pangan. Program lain yang dilakukan pemerintah adalah konversi berbagai lahan non pertanian menjadi lahan pertanian, pengucuran dana untuk pembelian benih gratis bagi petani, program bibit unggul murah untuk petani miskin, program pupuk murah, subsisi pupuk, subsidi benih, subsidi gabah, serta program Raskin yakni subsidi beras untuk petani miskin (Wasito 2006). Sedangkan program pembiayaan kredit pertanian dengan bantuan jaminan pemerintah sebesar Rp 255 miliar yang digulirkan sejak Oktober 2006 kurang menyentuh kelompok petani kecil karena petani kecil tidak memiliki aset sebagai jaminan pinjaman. Anak Usia Sekolah Perkembangan diartikan sebagai serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman, perkembangan berlangsung secara berkesinambungan dalam diri individu mulai dari lahir hingga meninggal (Hurlock 1991). Perubahan dan stabilitas muncul kedalam beberapa dimensi perkembangan, seperti perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan perkembangan emosional anak. Perkembangan sosial anak pada usia sekolah (6-12 tahun) ditandai dengan hubungan yang luas dengan teman sebayanya. Selain keluarga anak juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelasnya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya menjadi lebih luas. (Papalia, Olds & Feldman 2009). Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menempatkan anak usia sekolah pada tahap industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority). Pada tahapan ini, imajinasi dan antusias anak meningkat. Anak mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Hal yang membahayakan dalam tahapan ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif pada anak (Santrock 2007). Vineland Sosial Maturity Scale (Doll 1953) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan sosial anak usia sekolah. Aspek yang diukur pada instrumen sosial ini mencakup kemandirian umum, kemandirian dalam makan, minum, berpakaian, kemandirian dalam mengatur diri, pekerjaan, komunikasi, kemandirian bergerak serta kemandirian dalam bergaul. Anak usia sekolah adalah anak yang berada periode aktif dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Anak usia sekolah dalam teori kognitif Piaget termasuk pada tahapan operasional konkret (concrete operations). Anak bisa menggunakan berbagai operasi mental seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konret (nyata). Anak-anak usia ini dapat berfikir logis karena anak tidak terlalu egosentris dari usia sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari berbagai macam situasi (Papalia, Olds & Feldman 2009).
7
Perkembangan emosional anak usia sekolah telah dapat menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat memahami secara lebih baik dan mengatur emosi negatif sehingga empati dan perilaku sosial meningkat. Selain dengan lingkungan rumah, kelompok teman sebaya menjadi lebih penting pada anak usia sekolah, kelompok teman sebaya umumnya terdiri dari persamaan usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan status sosial ekonomi serta kedekatan tempat tinggal dan sering berangkat ke sekolah bersama. Kelompok sebaya membantu anak mengembangkan keterampilan sosialnya, hal ini dapat membantu mengembangkan konsep diri dan indentitas gender (Papalia, Olds & Feldman 2009). Menurut Mayer dan Salovey (1997), diacu dalam Mayer, Caruso, dan Salovey (2000) kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali, menggunakan dan mengekspresikan emosi; kemampuan individu untuk mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan proses berpikir; kemampuan individu untuk memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi; serta kemampuan individu dalam meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut emotional intelligence dibagi kedalam empat dimensi, yaitu: Persepsi Emosi, Integrasi Emosi, Pemahaman Emosi dan Pengaturan Emosi, Berdasarkan Meyer dan Salovey (1997), Goleman (2007) menempatkan kecerdasan emosional ke dalam lima dimensi utama yaitu: Kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan sosial. Setiap tahap perkembangan memiliki tugas yang harus dilakukan. Menurut Havighurst (1976), diacu dalam Hurlock (1991), tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), yaitu (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, (5) mengembangkan pengertian-pengertian yang yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, (6) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai, (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan (8) mencapai kebebasan pribadi. Aktivitas Bersama Aktivitas bersama orangtua anak sekolah yaitu ketika setelah pulang sekolah. Ibu menghabiskan waktu dan aktivitas bersama untuk pengasuhan, sedangkan ayah menghabiskan aktivitas bersama anak untuk aktivitas belajar dan aktivitas bermain (Bryant & Zick 1993; Pleck 1997). Anak-anak bersama orangtua melakukan aktivitas bersama seperti olahraga, nonton televisi, bermain di dalam maupun di luar rumah, aktivitas seni dan budaya, dan sebagainya (Harrell et al. 1997; Fjortoft et al. 2010). Anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan (Tucker 2008). Anak dari status sosial ekonomi tinggi, terutama anak laki-laki memiliki aktivitas fisik tetap (monoton) yang sangat tinggi daripada anak laki-laki dari status sosial ekonomi rendah (Harrell et al. 1997).
8
Dunn et al. (2003) mengungkapkan orangtua terutama ibu, melakukan aktivitas bersama pada sore hari dan malam pada hari kerja. Aktivitas bersama orangtua dan anak yaitu mengantar anak ke sekolah, menyiapkan makan, mengawasi anak mengerjakan PR. Ibu yang tidak bekerja di luar rumah atau bekerja part-time mempunyai waktu yang luang daripada ibu yang bekerja fulltime, tapi tidak jarang ibu yang bekerja full-time menyesuaikan waktu mereka dengan aktivitas bersama anak. Leavell et al. (2011) menyatakan bahwa kegiatan ayah anak laki-laki yaitu kegiatan fisik, sedangkan ayah anak perempuan melakukan kegiatan dibidang keaksaraan. Menurut Halle (1997) bahwa secara tradisional, dalam keluarga lengkap ibu akan berperan sebagai pengasuh utama dan ayah sebagai pencari nafkah. Padahal, ayah juga berperan dalam segala aspek perkembangan anak, tidak hanya pencari nafkah tetapi juga teman bermain anak. Peran ayah sangat penting dalam perkembangan anak juga didukung oleh Sidi (2007) menyatakan ayah juga merupakan sumber peniruan, sehingga anak akan belajar dari tingkah laku sang ayah, terutama saat anak masih dibawah usia sekolah. Partisipasi ayah dalam hal pemberian makan lebih rendah daripada ibu, tapi ayah cenderung lebih suka untuk menstimulus dan bermain secara fisik, sedangkan ibu lebih menstimulus secara verbal (Parke & Tinsley 1981). Rubin et al. (2004) menunjukkan bahwa ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak mereka sewaktu masih anak-anak dan remaja dibanding dengan yang dilakukan oleh ibu. Saat ayah melakukan aktivitas dengan anak maka kegiatan yang lebih banyak dilakukan adalah kegiatan yang melibatkan fisik dan kegiatan luar ruangan. Perlindungan Anak Definisi Perlindungan Anak Secara umum perlindungan anak tertuang dalam Undang-Undang No. 39 tahun 1990 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Undang-Undang ini anak didefinisikan sebagai ―setiap manusia yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya‖ (Mulyanto 2005). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak -haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU No.23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan pemenuhan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI). Menurut Gosita (2004) perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak adalah
9
melindungi manusia dan membangun manusia seluruhnya. Perlindungan anak suatu masyarakat, bangsa, merupakan tolak ukur peradaban manusia. Dengan demikian, menjadi wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampuan untuk kepentingan bangsa. Hak-Hak Anak Menurut PBB dalam pasal 45 dalam Konvensi Hak Anak (KHA) ada 4 hak dasar anak yang harus diperhatikan antara lain : 1. Hak kelangsungan hidup, termasuk dalam survival right ini adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik. 2. Hak berkembang, bahwa pemberian gizi dan pendidika n serta sosial budaya yang memungkinkan anak berkembang sebagai manusia dewasa yang beridentitas dan bermartabat. 3. Hak memperoleh perlindungan dari berbagai diskriminasi dan tindak kekerasan baik oleh warna kulit, ideologi, politik, agama maupun kondisi fisik. 4. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang menyangkut kepentingan hidupnya. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, Bab II Pasal 2 sampai dengan 9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut: a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Dimaksud dengan asuhan, adalah berbagai upaya yang dilakukan kepada anak-anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar dan anak dan anak yang mengalami masalah kelainan yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. b. Hak atas pelayanan. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna. c. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. d. Hak atas perlindungan lingkungan hidup. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. e. Hak mendapat pertolongan pertama. Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan. f. Hak memperoleh asuhan. Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara, atau orang, atau badan lain. Dengan demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. g. Hak memperoleh bantuan. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan, agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.
10
h. Hak diberi pelayanan dan asuhan. Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan mendorong guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. i. Hak memperoleh pelayanan khusus. Anak cacat berhak memperoleh pelayan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupannya. j. Hak mendapat bantuan dan pelayanan. Anak berhak mendapat bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, dan kedudukan sosial (Darwan 1997) Penyelenggaraan Perlindungan Anak Penyelenggaraan perlindungan anak berdasarkan Undang-undang no 23 Tahun 2002 pasal 42 sampai 58, sebagai berikut: 1. Agama. Setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut agamanya. Sebelum anak dapat menentukan pilihannya, agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya. 2. Kesehatan. Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. 3. Pendidikan. Anak berhak mendapatkan pendapatkan pendidikan dasar minimal 9 tahun. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Kesejahteraan Subjektif Anak Kesejahteraan Berdasarkan Quality of Life. Quality of Life adalah salah satu pendekatan untuk mengukur kepuasaan atau kesenangan seseorang secara subjektif. Kepuasan atau kesejahteraan ini dapat berbeda antara harapan dengan kenyataan dan dapat berbeda setiap orang (Mccall 1975). Menurut Guharja et al.(1992), kepuasan merupakan keluaran yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut olehorang tersebut dan tujuan yang diinginkan, nilai tersebut dapat berubah akibat banyaknya pengalaman. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan yang mencakup aspek kualitas hidup anak di dalam keutuhan satuan keluarga dan budaya bangsa yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial kearah perkembangan pribadi untuk terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya (BPS 1999). Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Undang-Undang No 4 Tahun 1979). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh konteks dan lingkungan dimana anakanak berkembang. Lingkungan yang baik memberikan dukungan yang tepat diperlukan untuk anak-anak untuk berkembang. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya
11
Kesejahteraan Anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (UndangUndang No 4 Tahun 1979). Indikator Child Well Being Index (CWI) Amerika dalam KPPA (2010), terdiri dari material well-being, health, safety/behavioral concerns, productive activity (educational attainments), Placa in community (participation in school or work institutions), social relationships (with family and peers), and emotional/spiritual well-being. Sementara itu, kesejahteraan subjektif anak menurut UNICEF (2007 & 2012) menyatakan ada 8 indikator yaitu kepuasan rumah, kepuasan materi, kepuasan hubungan interpersonal, kepuasan tempat tinggal, kepuasan kesehatan, kepuasan mengelola waktu, kepuasan sekolah dan kepuasan pribadi. Pestisida Pengertian Pestisida Sintetik Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti membunuh. Pestisida sering disebut sebagai pest killing agent. Pengertian pestisida menurut Keputusan Menteri Pertanian No.434.1/Kpts/TP.270/7/2001 yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, memberantas rerumputan, mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewanhewan piaraan dan ternak, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan, dan memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Dadang 2007). Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme sasaran, struktur kimia, mekanisme dan atau toksisitasnya. Selain itu, pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan ketahanannya di lingkungan menjadi dua golongan yaitu persisten, dimana pestisida meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan tidak persisten, adalah pestisida yang mempunyai pengaruh efektif hanya sesaat saja, dan cepat terdegradasi di tanah (Nafis 2009). Dampak Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida sangat potensial dalam menyebabkan permasalahan seperti kontaminasi pada tanah dan ekosistem di sekitarnya. Penyebab permasalahan tersebut dideskripsikan sebagai resiko, yang membahayakan lingkungan dan kesehatan. Resiko yang disebabkan oleh suatu bahan kimia seperti pestisida dengan ukuran dan karakteristik bahaya yang dapat terjadi. Dasar dari terjadinya exposure adalah dari pemakaian dosis zat beracun yang dipilih (Crossan et al. 2005). Resiko atau dampak dapat terjadi apabila terdapat interaksi antara dosis dalam hal ini adalah toksisitas, exposure dan hazard. Seseorang dapat
12
terpapar oleh pestisida melalui kulit (dermal), masuk ke dalam mulut (oral), dan melalui pernafasan (inhalation) (NPIC 2007). Resiko yang dapat terjadi apabila pestisida digunakan tanpa adanya pengetahuan adalah dapat menyebabkan keracunan akut pada manusia. Keracunan akut yang dapat terjadi adalah iritasi dan apabila terjadi kontak dengan kulit dapat terjadi infeksi kulit, kulit melepuh atau kulit menjadi cacat. Keracunan akut dapat pula menyebabkan korosif pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Penggunaan pestisida yang salah dapat pula menyebabkan kerusakan pada otak atau sistem saraf pusat. Hal ini sangat berbahaya bagi anak-anak yang masih rentan terhadap senyawa-senyawa asing. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah sulitnya berkonsentrasi, penurunan daya ingat, dan berubahnya sikap seseorang (Epstein 2002). Pestisida yang digunakan secara terus-menerus dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang nantinya akan menjadi penyakit kronis, kelainan pada bayi yang baru lahir, dan kanker. Selain itu, dampak negatif lain yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya resistensi pada organisme sasaran akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yang sama secara terus-menerus pada dosis yang tidak tepat, keracunan pada hewan peliharaan, dan tercemarnya air serta rusaknya lingkungan (Prasojo 1984). Adapun dampak lain yang dapat ditimbulkan selain yang telah disebutkan adalah tercemarnya makanan, makanan dapat tercemar karena hasil dari pertanaman yang menggunakan pestisida, sehingga akan meninggalkan residu baik itu di dalam makanan atau di permukaan makanan. Pencemaran pestisida juga dapat terjadi pada air minum. Hal ini dapat terjadi karena beberapa pestisida digunakan di tanah yang dapat menyebabkan terbentuknya jalan kecil ke bawah tanah yang menyebabkan air dalam tanah atau permukaan sistem air yang digunakan sebagai suplai air minum tercemar, dan yang paling banyak terjadi adalah terjadinya keracunan pada manusia dalam hal ini adalah pengguna. Pengguna pestisida dapat mengalami keracunan karena berada di sekitar tempat yang menggunakan pestisida (NPIC 2007). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pengendalian Hama terpadu (PHT) merupakan pendekatan dan teknologi pengendalian OPT yang berwawasan ekologi dan ekonomi telah menjadi kebijakan dasar perlindungan tanaman nasional. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru seperti pencemaran lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia dan hewan lain, resistensi hama, serta organisme bukan sasaran menjadi mati (Untung 2007). Munculnya beberapa masalah ini, menggugah para ahli untuk mencetuskan konsep pengelolaan dan Pengendalian Hama Terpadu pada tahun 1950 (Sinaga 2006). Program pelatihan PHT untuk petani dikenal dengan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang didahului dengan pelatihan terhadap petugas pemandu dan memandu para petani SLPHT (Untung 2007), untuk mengelola Program Nasional Pelatihan PHT dibentuk pengelola program pada periode 1987-1993 berada di Bapennas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) dan periode 1993-1998 berada di Departemen Pertanian. Pelatihan, penyuluhan, dan penerapan PHT melalui SLPHT dapat meningkatkan pengetahuan baru di kalangan petani. Pengetahuan ini merupakan
13
tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada akhirnya melahirkan perbuatan atau tindakan. Dengan adanya pengetahuan atau wawasan baru di kalangan petani, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku. Sikap petani terhadap inovasi teknologi sangat tergantung dari pengetahuan dan pengalaman lapangan mereka (Suharyanto et al. 2006). Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun 1986 dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap produksi pertanian nasional. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai korelasi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penerapan PHT dibidang pertanian diharapkan dapat merubah pola bercocok tanam yang kurang efisien sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Pelaksanaan PHT tidak terlepas pula dari factorfaktor yang dapat mempengaruhinya antara lain: lama pendidikan, luas usaha tani, tanggungan keluarga, pengalaman bertani, dan umur petai (Mubyarto 1986). Sikap merupakan potensi pendorong yang ada pada individu untuk bereaksi terhadap lingkungan. Sikap tidak selamanya tetap dalam jangka waktu tertentu tetapi dapat berubah karena pengaruh orang lain melalui interaksi sosial. Sikap petani dalam penerapan inovasi baru dalam pertania juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi di dalam diri individu. Sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap tindakan berikutnya (Suharyanto et al.2006). Penelitian Terdahulu Mammen (2009) menyatakan bahwa ayah lebih banyak menginvestasikan waktunya kepada anak laki-laki daripada dengan anak perempuan, dan mengganti waktu leisure tanpa anak-anak. Anak laki-laki mendapatkan waktu yang lebih banyak daripada anak perempuan, dibandingkan saudara mereka sendiri dalam keluarga. Anak perempuan tanpa saudara laki-laki menerima waktu bersama ayah lebih dari pada anak perempuan tanpa saudara perempuan, namun khusus untuk menonton bersama. Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Penelitian Carlsson et al. (2011) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah jumlah teman dekat, tidak di-bully, serta aktivitas bersama dengan orangtua. Menurut Halle (1997) bahwa secara tradisional, dalam keluarga lengkap ibu akan berperan sebagai pengasuh utama dan ayah sebagai pencari nafkah. Sidi (2007) menyatakan ayah juga merupakan sumber peniruan, sehingga anak akan belajar dari tingkah laku sang ayah, terutama saat anak masih dibawah usia sekolah. Partisipasi ayah dalam hal pemberian makan lebih rendah daripada ibu, tapi ayah cenderung lebih suka untuk menstimulus dan bermain secara fisik, sedangkan ibu lebih menstimulus secara verbal (Parke & Tinsley 1981). Rubin et al. (2004) menunjukkan bahwa ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak mereka sewaktu masih anak-anak dan remaja dibanding dengan yang dilakukan oleh ibu. Saat ayah melakukan aktivitas dengan anak maka kegiatan
14
yang lebih banyak dilakukan adalah kegiatan yang melibatkan fisik dan kegiatan luar ruangan. aktivitas bersama orangtua-anak penting untuk perkembangan anak, yaitu merangsang, stimulus perkembangan anak (Lamb & Lewis 2004) Menurut WHO (2003), negara-negara berkembang menggunakan sekitar dua puluh lima persen dari pestisida di dunia, dan penggunaan adalah meningkatkan trend. Di level dunia, ada estimasi seratus dari seribu orang meninggal setiap tahun akibat dari konsekuensi paparan pestisida (Konradsen et al. 2003; Sekiyama et al. 2007). NRC (1993) menyatakan bahwa anak-anak menerima dosis yang relatif lebih besar daripada orang dewasa bila terkena pestisida di lingkungan, karena fakta bahwa anak-anak bernapas dalam volume yang lebih besar dari udara dan memiliki permukaan kulit yang lebih besar untuk bobot tubuh yang relatif lebih kecil. Anak-anak sangat rentan terhadap efek racun dari bahan kimia banyak karena tubuh mereka lebih kecil dan masih berkembang (National Research Council 1993). Anak-anak lebih rentan untuk terkena paparan senyawa asing seperti pestisida (NRC 1993; Repetto & Baliga 1996).
3 KERANGKA PEMIKIRAN Pendekatan grand theory yang digunakan pada penelitian ini adalah teori struktural-fungsional yang menekankan pada struktur keluarga (orangtua dan anak-anaknya) dan fungsinya dalam membentuk sumberdaya manusia (Skidmore 1979; Spencer dan Inkeles 1982; Turner 1986; Schwartz dan Scott 1994; Macionis 1995; Winton 1995). Adapun pendekatan konsep praktis yang digunakan adalah fungsi keluarga sebagai agen pelindung anak dalam mewujudkan kesejahteraan anak. Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pengembangan sumberdaya manusia. Untuk menjalankan perannya tersebut, keluarga harus berfungsi dengan baik. Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsifungsi utama keluarga adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Perlindungan Anak di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 adalah Perlindungan Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu fungsi keluarga adalah melindungi anak dan anggota keluarga dari ancaman luar keluarga. Ancaman bagi keluarga petani adalah bahaya pestisida. Upaya untuk melindungi keluarga dan anak dari bahaya pestisida adalah dengan adanya pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida setiap anggota keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga terutama anak. Perlindungan anak dan aktivitas bersama orangtua dan anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak yang baik. Peningkatan kesejahteraan anak dapat dilakukan pertama kali melalui keluarga terutama proses pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua. Melalui adanya kebersamaan orangtua dan anak yang
15
baik diharapkan anak dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi anak-anaknya (Becker 1993). Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan yang mencakup aspek kualitas hidup anak di dalam keutuhan satuan keluarga dan budaya bangsa yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial kearah perkembangan pribadi untuk terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya (BPS 1999). Karakteristik keluarga yang terdiri atas pendidikan orangtua, usia orangtua, besar keluarga, pendapatan keluarga merupakan landasan struktural keluarga dalam menjalankan fungsi perlindungan anaknya dan aktivitas bersama antara orangtua dan anaknya. Karakteristik anak yang terdiri atas jenis kelamin anak dan usia anak mempunyai pengaruh terhadap keragaan fungsi perlindungan dan aktivitas bersama orangtua-anak. Pengetahuan orangtua tentang pestisida merupakan modal pengetahuan dalam melindungi anak-anak di lingkungan pertanian. Pengetahuan tentang bahaya pestisida dan cara penanganan serta penyimpanan pestisida berpengaruh terhadap cara melindungi anak-anaknya, seperti yang diungkapkan. Sosialisasi tentang pertanian dan pestisida kepada anak-anaknya juga merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap anak-anak. Selanjutnya, intensitas dan kualitas perlindungan anak dan aktivitas bersama akan berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak petani. Tingkat pendidikan orangtua menentukan tingkat pengetahuan dan tingkat perlindungan terhadap pestisida (Zhang & Lu 2007). Perlindungan terhadap pestisida dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh petani (Price 2000; Koh & Jeyaratnam 1996). Sementara itu, kesejahteraan anak dipengaruhi oleh aktivitas bersama orangtua dan anak dan perlindungan anak (Carlsson et al. 2011) (Gambar 3.1). Secara detil penelitian pendahuluan yang melandasi kerangka pemikiran penelitian disajikan di Lampiran 1.
16
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik Keluarga: - Pendidikan Orangtua - Usia Orangtua - Pekerjaan Orangtua - Pendapatan Orangtua - Jumlah Keluarga - Kepemilikan Aset
Pengetahuan tentang Pestisida
Perlindungan Anak - Fisik - Lingkungan
Kesejahteraan Subjektif Anak
Aktivitas Bersama Orangtua dan Anak
Karakteristik Anak: - Jenis Kelamin - Usia
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
17
4 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan cross sectional study. Data penelitian ini bagian penelitian ―Gender and Integrated Pest Management‖. Lokasi dipilih secara purposive yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang merupakan lokasi Gender IPM-CRSP yang didanai oleh USAID dengan Ketua Tim Gender-IPB Dr. I.r Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan anggota Dr. Titik Sri Yuliani dan Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si. Pemilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah sentra produksi berbagai macam sayuran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013. Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD yang tinggal di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah ibu dan anak. Penentuan responden dilakukan secara purposive dengan kriteria ibu yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD, berasal dari keluarga lengkap, dan bersedia untuk dijadikan sampel. Jumlah contoh adalah 120 orang. Purposive Alasan: provinsi sentra produksi sayuran
Kabupaten Cianjur
Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas
Desa Ciputri Kecamatan Pacet Kecamatan
60 orang
30 (L)
60 orang
30 (P)
30 (L)
30 (P)
120 orang
Gambar 4.1. Metode Penarikan Contoh
Purposive Alasan: desa sentra produksi sayuran dan kelompok tani binaan IPM-CRSP Purposive Alasan: responden adalah petani dan memiliki anak kelas 4 atau 5 atau 6 SD. Purposive
18
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara (kuesioner) terstruktur meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan pestisida, perlindungan terhadap pestisida, aktivitas bersama, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak. Tabel 4.1. Variabel, jenis data, skala dan responden No
1.
Variabel
Karakteristik Keluarga
-
2. 3. 4.
5.
6. 7.
Karakteristik Anak Pengetahuan pestisida Perlindungan terhadap pestisida Aktivitas Bersama orangtua-anak Perlindungan Anak Kesejahteraan Subjektif Anak
-
-
Data yang diteliti
Skala
Responden
Umur Suami dan Ibu Lama pendidikan suami dan ibu Pekerjaan suami dan ibu Jumlah keluarga Pendapatan Umur anak Jenis Kelamin Afeksi psikomotorik
Rasio (tahun) Rasio (tahun)
Ibu
Aktivitas bersama ayah-anak Aktivitas bersama ibu-anak Fisik Lingkungan Rumah Materi Hubungan interpersonal Area tempat tinggal Kesehatan Sekolah Personal
α Cronbach
Nominal Rasio (orang) Rasio (Rp) Rasio (tahun) Nominal Ordinal
Ibu Ibu
0,701
Ordinal
Ibu
0,950
Ordinal
Anak
0,779
Ordinal
Ibu
0,758
Anak
Ordinal
0,857
Pengendalian Mutu Data Reliabilitas Reliabilitas atau keterandalan instrumentasi menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur ihwal yang sama. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu alat ukur adalah sejauh mana alat pengukur
19
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu instrumen (keseluruhan indikator dianggap sudah cukup reliabel (reliabilitas internal) jika α ≥ 0,6. Hasil uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai reliabilitas instrumen untuk beberapa variabel adalah berkisar antara 0,701 hingga 0,950, yang jika dibandingkan dengan indikator Babbie (1992) adalah reliabel (α ≥ 0,6). Dengan demikian, semua variabel dinyatakan sebagai reliabel. Hasil analisis reliabilitas uji coba instrument disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil analisis uji reliabilitas dan validasi isi instrumen penelitian No 1 2 3 4 5
Variabel Pengetahuan pestisida Perlindungan terhadap pestisida Aktivitas bersama Perlindungan anak Kesejahteraan subjektif anak
Reliabilitas (Cronbach Alpha) 0,701 0,950 0,779 0,758 0,857
Kisaran Validasi Isi 0,204* - 0,613** 0,816** - 0,887** 0,135 – 0,709** 0,092 - 0,795** 0,151 - 0,625**
Validitas Validitas instrumen merupakan suatu tingkat keabsahan kuesioner sebagai alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Kerlinger 1986; Arikunto 2002). Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) kesahihan atau validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validitas menyangkut ketepatan dalam penggunaan alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Pada penelitian ini, uji validitas instrument dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (validitas butir) dengan cara meyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori dari konsep yang akan diukur. Menurut Babbie (1992), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator, positif dan lebih besar dari 0,3 (r >0,3), maka instrument tersebut valid. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman, diperoleh koefisien korelasi (r) hampir seluruh variabel lebih dari 0,3 (Tabel 4.2). Pengolahan dan Analisis Data Data primer dianalisis secara deskripsif dan inferensial mencakup karakteristik anak, karakteristik keluarga, aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak. Data inferensial yaitu uji pengaruh regresi linear berganda. Instrumen kesejahteraan subjektif anak menggunakan modifikasi Overall Life Satisfaction (OLS) dan Life Satisfaction Scale (SLSS) oleh Huebner (1991) dan variasi Personal Well-Being Index (PWI) oleh Cummins et al. (2003) dan UNICEF (2012). Sementara itu, instrumen aktivitas bersama orangtua-anak menggunakan Puspitawati (2012) yang telah dimodifikasi. Instrumen perlindungan anak menggunakan kuesioner UNICEF (2012) dengan modifikasi. Selain itu, pengetahuan pestisida menggunakan modifikasi kuesioner disertasi Titik (2013).
20
Pengkategorian untuk variabel aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, dan kesejahteraan subjektif anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak, dikelompokkan menjadi tiga kelompok a. Rendah : < 50.0 b. Sedang : 50.0 – 75.0 c. Tinggi : > 75.0 Pengkategorian untuk variabel pengetahuan pestisida dan kepemilikan aset dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 60.0 Sedang : 60.0 – 80.0 Tinggi : > 80.1 Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah: 1. Uji Cronbach Alpha digunakan untuk uji kekonsistenan antar item pertanyaan 2. Analisis deskriptif mencakup rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dilakukan untuk menyajikan berbagai variabel yang diteliti dalam kuesioner 3. Uji Korelasi Pearson mengetahui hubungan antar variabel. Rumus Korelasi Pearson, yaitu: Artikel 1: n ∑xy − ∑x−∑y r= √((n ∑x2)–(∑x)2(n∑y2) – (∑y)2)
Keterangan: r = koefisien korelasi Pearson X = variabel bebas Y = variabel terikat
4. Uji Regresi Linear Berganda digunakan untuk menguji variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak. Model regresi linear berganda pada penelitian ini adalah: Artikel 2:
21
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6+ β7 X7+β8 X8+ β9 X9+ β10 X10 + ε Keterangan: Y = Kesejahteraan subjektif anak X1 = Jenis kelamin anak X2 = Usia anak X3 = Usia ibu X4 = Lama pendidikan ibu X5 = Lama pendidikan ayah
X6 = Jumlah anggota keluarga X7 = Aktivitas bersama orangtua-anak X8 = Pendapatan keluarga X9 = Perlindungan fisik X10 = Perlindungan lingkungan
Definisi Operasional Usia ayah adalah usia ayah saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun Usia ibu adalah usia ibu saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun Usia anak adalah usia anak terakhir keluarga contoh saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun Lama pendidikan ayah adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan oleh ayah dalam satuan tahun Lama pendidikan ibu adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan oleh ibu dalam satuan tahun Pekerjaan ayah adalah aktivitas ayah yang menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga Pekerjaan ibu adalah aktivitas ibu yang menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi masih tanggungan pencari nafkah utama dalam keluarga. Pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang dihasilkan oleh semua anggota keluarga dalam satu bulan dinyatakan dalam Rp/bulan. Pendapatan per kapita adalah pendapatan total keluarga dibagi jumlah besar keluarga dinyatakan dalam Rp/perkapita/bulan. Pengeluaran keluarga adalah total pengeluaran keluarga yang dikeluarkan semua anggota keluarga berupa pangan dan non-pangan dan dihitung dalam satu bulan (Rp/bulan) Aktivitas bersama adalah aktivitas yang dilakukan bersama-sama oleh orangtua dan anak, dengan cara menghabiskan waktu bersama dan melakukan kegiatan bersama. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, terdiri dari dimensi fisik dan lingkungan. Perlindungan fisik adalah kegiatan orangtua memenuhi kebutuhan fisik anak dan melindungi dari kekerasan fisik. Perlindungan lingkungan adalah kegiatan orangtua melindungi anak dari bahaya lingkungan baik di dalam rumah maupun di luar rumah, serta terdiri dari perlindungan terhadap pestisida.
22
Kesejahteraan subjektif anak adalah tingkat kepuasan yang dirasakan anak terhadap kondisi yang dialami anak saat ini dengan jawaban menggunakan skala likert. Pengetahuan tentang pestisida adalah pengetahuan orangtua terhadap dampak pestisida.
23
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Desa Ciputri secara administratif termasuk dalam Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data monografi desa, batas-batas Desa Ciputri meliputi, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang, sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Gede, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra. Desa Ciputri termasuk desa dengan iklim tropis yang memiliki tipologi dataran tinggi, berbukit dan bergunung-gunung. Jenis tanah di desa ini adalah jenis Podsolik-Andosol yang subur. Desa ini sudah memiliki jalan aspal dengan jarak dari kota kecamatan 6,20 km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu 30 menit, sedangkan jarak dari kota kabupaten 14,60 km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dalam waktu 45 menit. Luas keseluruhan dari Desa Ciputri adalah 636 ha, dimana penggunaan lahan terluas digunakan untuk bangunan seluas 206,56 ha, pertanian seluas 200,74 ha, kehutanan seluas 101,20 ha dan perkebunan seluas 81,22 ha. Luas lahan sisanya digunakan untuk perladangan, pemukiman, peternakan dan perikanan. Desa Ciputri memiliki 2.772 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 10.048 jiwa dengan rincian 5.235 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 4.813 jiwa penduduk perempuan. Sebagian besar 80,0 persen masyarakat Desa Ciputri bermata pencaharian sebagai petani, dan sebanyak 200 kepala keluarga masih memanfaatkan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Tingkat pendidikan masyarakat Desa Ciputri 50 persen Sekolah Dasar (SD), 40 persen tidak tamat SD, 15 persen Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 5 persen Sekolah Menengah Atas (SMA). Desa Ciputri mempunyai sarana dan prasarana terdiri dari 2 SD, 1 SMP, puskesmas, rumah saung untuk kegiatan masyarakat, perpustakaan anak-anak, lapangan olahraga, lapangan bermain anak dekat rumah saung. Desa Ciputri mempunyai rumah saung sebagai pusat kegiatan masyarakat. Mulai dari dapur ibu-ibu untuk menciptakan olahan makanan yang sebagai sumber penghasilan, perpustakaan anak-anak, pusat berkumpulnya remaja dan anak-anak. Setiap malam minggu, rumah saung ini ramai oleh anak-anak dan remaja yaitu adanya kegiatan pencak silat, melestarikan budaya sunda, dan rapat-rapat untuk hari raya islam. Adanya rumah saung ini, diakui oleh tokoh masyarakat Desa Ciputri untuk mengurangi kenakalan remaja. Penggunaan lahan yang luas untuk kegiatan pertanian disebabkan kondisi iklim Desa Ciputri yang sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman holtikultur, terutama sayuran dataran tinggi. Jenis sayuran dataran tinggi di Desa Ciputri yaitu brokoli, pakcoy, sawi, wortel, daun bawang, cabe, bayam, selada, tomat dan sebagainya. Selain itu, Desa Ciputri juga termasuk kawasan perkebunan dan kehutanan, dimana di desa ini terdapat perkebunan teh dan stroberi yang luas dan berada di bawah kaki Gunung Gede (Pemerintah Desa Ciputri 2012). Penggunaan pestisida di Desa Ciputri Kabupaten Cianjur tergolong tinggi (Munarso et al. 2006). Petani di Cianjur terdiri dari petani organik dan petani konvensional yang menggunakan pestisida. Namun, jumlah petani organik masih sedikit sekitar 7 orang di Desa Ciputri.
24
Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Desa Sindang Jaya kabupaten Cianjur memiliki luas areal 512 Ha, terdiri dari 9 RW dan 45 RT. Desa Sindang Jaya memiliki batas wilayah, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sindanglaya. Kondisi geografis Desa Sindang Jaya, yaitu ketinggian dari permukaan laut (±1.100 M), curah hujan (3.000 MM/tahun), tofografi adalah dataran tinggi, dan suhu udara rata-rata 200-300C. Status pertanahan di Desa Sindang Jaya, yaitu tanah kas desa (1.400 M 2) dan tanah bersertifikat (53.386 Ha). Jumlah penduduk Desa Sindang Jaya tahun 2008 adalah 11.484 jiwa yang terdiri dari 5.975 jiwa laki-laki dan 5.509 jiwa perempuan. Lama pendidikan penduduk umumnya terdiri dari kelompok 0-1 tahun (677 orang), 2-4 tahun (1251 orang), dan 5-6 tahun (566 orang), dengan kata lain tingkat pendidikan penduduk pada jenjang SD. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Sindang Jaya adalah sebagai tani yang terdiri dari petani (1.1942 orang) dan buruh tani (813 orang), serta sebagian kecil adalah wiraswasta (1.297 orang) dan karyawan (149 orang). Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Sindang Jaya terdiri kelompok bermain (1 gedung), TK (1 gedung), SD (5 gedung), dan SLTP (1 gedung), pesantren (7 gedung), madrasah (15 gedung), sedangkan belum ada SLTA. Organisasi sosial di desa Sindang Jaya terdiri dari pramuka gudep (350 anggota), karang taruna (100 anggota), LSM (15 anggota), kelompok PKK (17 anggota), dan dasawisma (400 anggota). (Sumber: Profil Monografi Desa Sindang Jaya 2011). Tempat bermain anak-anak di lokasi penelitian Desa Sindang Jaya adalah di kebun pertanian. Umumnya, anak-anak bermain laying-layang di lahan kebun. Anak-anak Desa Sindang Jaya sekolah TPA pada pagi hari dan sore hari. Kegiatan TPA di pagi hari yaitu pukul 6 pagi hingga pukul 7 pagi. Berdasarkan pengamatan kualitatif tidak ditemukan korban trafficking dan TKW di lokasi penelitian. Lahan pertanian di Desa Sindang Jaya digunakan untuk budidaya tanamana holtikultur, yaitu sayuran dataran tinggi. Jenis sayuran dataran tinggi yaitu pakcoy, kentang, wortel, brokoli, daun bawang, cesin, sawi, lobak, cabe, dan sebagainya. Selain itu, Desa Sindang Jaya terkenal dengan produksi kembang atau tanaman pekarangan yang berada di pekarangan rumah petani. Kegiatan pemeliharaan dan perawatan dilakukan oleh perempuan atau ibu petani. Jenis tanaman pekarangan yaitu ruskus, roskol, buntut bajing, grasena, sansivera, pakis duren, melati, anggrek, laderlip, lidah buaya dan sebagainya. Pembeli umumnya datang ke rumah petani untuk membeli tanamanan pekarangan ini. Petani Desa Sindang Jaya selain menggunakan pestisida untuk membunuh hama juga menggunakan trikoderma, sebagai pengendali hama yang bersifat alami. Petani Desa Sindang Jaya yang menggunakan trikoderma sekitar 23 orang.
25
6 HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI, PENGETAHUAN PESTISIDA DAN PERLINDUNGAN ANAK DARI PESTISIDA Relationship About Social Economy Condition and Knowledge of Pesticides and Child Protection of Pesticides Vivi Irzalinda, Herien Puspitawati, Istiqlaliyah Muflikhati Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan tentang pestisida dan perlindungan anak pestisida dari pestisida. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi dipilih secara purposive di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, dan Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 120 sampel dipilih secara purposive diantara keluarga petani. Temuan menunjukkan pengetahuan pestisida pada contoh anak laki-laki dan contoh anak perempuan pada kategori sedang. Walaupun pengetahuan yang dimiliki pada kategori sedang, namun upaya perlindungan anak dari bahaya pestisida masih tergolong rendah. Tidak ada variabel yang berhubungan signifikan positif dengan perlindungan anak dari pestisida. Rekomendasi perlunya sosialisasi pengetahuan, dampak pada keluarga tentang bahaya pestisida. Kata kunci: pengetahuan tentang pestisida, perlindungan anak dari pestisida. Abstract The purpose of this study was to analyze the relationship between socioeconomic conditions and knowledge of pesticides on pesticide protection. This study used a cross-sectional study design. Locations was purposively selected in the Village Ciputri, District Pacet, and Sindang Jaya Village, District Cipanas, Cianjur Regency West Java Province. 120 samples were selected purposively among farm families. The findings showed that affective knowledge and psychomotor pesticide in the low category. Protection of pesticides in the low category. Factors associated with pesticide protection is psychomotor knowledge. Recommendations need for dissemination of knowledge, and the impact of interventions on the family of pesticides. Keywords: knowledge of pesticides, pesticide protection
Pendahuluan Latar Belakang Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyatakan hampir separuh dari total 28,7 juta penduduk miskin Indonesia atau 13 juta orang adalah petani. Petani merupakan salah satu jenis pekerjaan yang paling umum yang ada di dunia. Hampir 50 persen tenaga kerja dunia bekerja di bidang pertanian beresiko terhadap pengembangan pestisida (Das et al. 2001). Pemanasan global
26
menciptakan ancaman pestisida pada keamanan makanan dan kesehatan manusia (Koirala et al. 2009). Potensi dan dampak perubahan iklim terhadap keamanan pestisida adalah masalah diperdebatkan dan diselidiki secara luas (Bailey 2008). Pestisida diklasifikasikan sebagai sangat berbahaya oleh FAO dan WHO, termasuk dilarang oleh beberapa negara, dan tak henti-hentinya digunakan di negara-negara berkembang (WHO 2003). Menurut WHO (2003), negara-negara berkembang menggunakan sekitar dua puluh lima persen dari pestisida di dunia, dan penggunaan adalah meningkatkan trend. Di level dunia, ada estimasi seratus dari seribu orang meninggal setiap tahun akibat dari konsekuensi paparan pestisida (Konradsen et al. 2003; Sekiyama et al. 2007). Sayuran segar merupakan bagian penting dari diet yang sehat karena merupakan sumber penting vitamin dan mineral. Namun, sayuran juga dapat menjadi sumber racun dari pestisida (Knezevic & Serdar 2008). Lebih dari 1000 senyawa pestisida digunakan pada tanaman pertanian untuk mengontrol jamur, serangga dan gulma (Ortelli et al. 2006). Upaya mencolok pestisida dalam mencegah, kerugian tanaman dan pengendalian penyakit telah menyebabkan penerimaan dan memperluas pestisida digunakan di seluruh dunia (Sharp & Peter 2005). Namun, pestisida ampuh untuk membunuh hama mengalami peningkatan kecemasan bahwa pestisda adalah agen-agen penyakit manusia dan pencemaran lingkungan. Pengamatan jangka panjang terhadap pestisida, paparan dosis rendah berhubungan dengan efek kesehatan manusia seperti penurunan kekebalan, gangguan hormon, kecerdasan berkurang, kelainan reproduksi dan kanker (Wiles, Davies & Campbell 1998). Petani holtikultura menggunakan berbagai pestisida yang berbeda untuk mengurangi kerugian dari hama dan penyakit. Namun, meskipun pestisida berkontribusi untuk produksi pertanian, bukti beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa pestisida juga bisa merugikan kesehatan manusia dan ekosistem (Tadesse & Asferachew 2008). Pestisida secara substansial memberikan kontribusi terhadap mengendalikan hama dan meningkatkan hasil panen untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat dan pengendalian hama penyakit. Dampak pestisida adalah salah satu resiko dari pekerjaan paling penting di negara-negara berkembang diantaranya petani (Konradsen et al. 2003; Coronado et al. 2004). Salah satu faktor utama kontaminasi atau keracunan pestisida pada negara berkembang adalah penggunaan yang tidak aman atau penyalahgunaan pestisida. Penelitian terdahulu telah mengidentifikasi unsur-unsur penggunaan pestisida yang tidak aman seperti; kurangnya perhatian terhadap tindakan pencegahan keselamatan, bahaya lingkungan, dan informasi tentang pertolongan pertama dan penangkal yang diberikan pada label, penggunaan yang salah dan perawatan yang tidak tepat pada peralatan penyemprotan, dan kurangnya penggunaan alat pelindung dan pakaian yang sesuai selama penggunaan pestisida (Damalas et al. 2006; Ajayi & Akinnifesi 2008; Sosan & Akingbohungbe 2009). Penggunaan pestisida menurut Flint dan Bosh (1981) merupakan alternatif terakhir apabila dilakukan suatu sistem pengendalian hama melalui pendekatan ekonomi dan ekologi yang dikenal sebagai pengendalian hama terpadu. Berbagai bahaya pestisida baik bagi kesehatan keluarga petani maupun bagi kesehatan lingkungan mendorong melakukan penelitian tentang hubungan kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan pestisida serta perlindungan terhadap pestisida.
27
Tujuan 1. Menganalisis karakteristik sosial ekonomi keluarga petani; 2. Menganalisis pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida; 3. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan dan perlindungan terhadap pestisida Metode Penelitian Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data penelitian ini bagian penelitian ―Gender and Integrated Pest Management‖. Lokasi dipilih secara purposive yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang merupakan lokasi Gender IPM-CRSP yang didanai oleh USAID. Pemilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah sentra produksi berbagai macam sayuran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013. Prosedur Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga petani yang tinggal di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah ibu. Penentuan responden dilakukan secara purposive dengan kriteria ibu yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD, berasal dari keluarga lengkap, dan bersedia untuk dijadikan sampel. Jumlah contoh adalah 120 keluarga. Jenis dan Cara pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Jenis data primer diperoleh dengan wawancara (kuesioner) terstruktur adalah: 1) karakteristik anak, yang terdiri umur dan jenis kelamin; 2) karakteristik keluarga, yang terdiri dari usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan pekerjaan, 3) pengetahuan pertanian dan pestisida; dan 4) perlindungan pestisida. Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang dianalisis secara deskripsif mencakup karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan pertanian, perlindungan pestisida. Data inferensial yaitu uji korelasi pearson. Pengkategorian untuk variabel pengetahuan pestisida dan perlindungan anak dari pestisida dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 60,0 Sedang : 60,0 – 80,0 Tinggi : > 80,1
28
Hasil Karakteristik Demografi Keluarga Rataan usia ibu adalah 37,0 tahun dengan rentang usia 21-75 tahun. Sementara itu, rataan usia ayah adalah 42,6 tahun dengan rentang usia 29-72 tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5,5 orang dengan jumlah anggota minimal adalah 3 orang dan maksimal adalah 11 orang. Berdasarkan BKKBN (1998) keluarga contoh tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Pekerjaan contoh adalah petani pemilik (95,0%) dan buruh tani (8,3%). Tabel 6.1. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi keluarga Variabel Usia Ibu Usia Ayah Jumlah Anggota Keluarga
Satuan Tahun Tahun Orang
Min-Max 21-75 29-72 3-11
Rataan ± Std 37,0 ± 7,7 42,6 ± 8,5 5,5 ± 1,5
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rataan lama pendidikan ayah adalah 6,0 tahun, dengan rentang lama pendidikan 0-12 tahun. Selain itu, rataan lama pendidikan ibu adalah 5,8 tahun dengan rentang lama pendidikan adalah 012 tahun. Pendapatan keluarga terdiri dari pendapatan pertanian dan pendapatan non-pertanian. Pendapatan pertanian yaitu pendapatan dari hasil kebun. Sementara itu, pendapatan non-pertanian terdiri dari pendapatan usaha penjualan tanaman pekarangan, usaha berdagang dan kredit. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata pendapatan pertanian sebesar Rp 1 191 500 /bulan dengan rentang minimal sebesar Rp 70 000/bulan dan maksimal Rp 10 000 000/bulan. Sementara itu, rata-rata pendapatan non-pertanian sebesar Rp 1 074 200 /bulan dengan rentang minimal Rp 20 000/bulan dan maksimal Rp 6 500 000/bulan. Adapun ratarata persentase pendapatan pertanian sebesar 75,6 persen dan rata-rata persentase non-pertanian sebesar 24,3 persen. Selain itu, kategori pendapatan perkapita keluarga didekatkan oleh batas garis kemiskinan masyarakat Kabupaten Cianjur yaitu Rp 268 251/kap/bulan (BPS 2013). Rata-rata pendapatan keluarga perkapita sebesar Rp 326 960 /kap/bulan, dengan rentang minimal Rp 20000/kap/bulan sampai maksimal Rp 1 830 000/kap/bulan. Berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Cianjur maka diketahui bahwa lebih dari setengah (59,7%) keluarga menyatakan memiliki pendapatan kurang dari Rp 268 251/kap/bulan. Pengeluaran keluarga pada penelitian ini terdiri dari pengeluaran pangan dan non-pangan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata pengeluaran pangan Rp 993 000/bulan dengan rentang minimal Rp 354 000/bulan dan maksimal Rp 2 880 000. Sementara itu, rata-rata pengeluaran non-pangan sebesar Rp 332 585/bulan dengan rentang minimal Rp 75 000/bulan dan maksimal Rp 2 214 000/bulan. Adapun rata-rata persentase pengeluaran pangan sebesar 75,0 persen dan rata-rata pengeluaran non-pangan sebesar 25,0 persen.
29
Tabel 6.2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Variabel Lama Pendidikan - Ibu - Ayah Pendapatan - Pertanian - Non-pertanian Persentase pendapatan - Pertanian - Non-pertanian Pendapatan perkapita Pengeluaran - Pangan - Non-pangan Persen pengeluaran - Pangan - Non-pangan
Satuan
Min-Max
Rataan ± Std
Tahun Tahun
0-12 0-12
5,8 ± 1,4 6,0 ± 1,6
Rp/bulan Rp/bulan
70 000 – 10 000 000 20 000 – 6 500 000
1 191 500 ± 1 335 530 1 074 200 ± 1 200 780
Persen Persen Rp/kap/bulan
0 – 100 0 – 100 20 000–1 830 000
75,6 ± 32,3 24,3 ± 32,3 326 960 ± 313 190
Rp/bulan Rp/bulan
354 000 – 2 880 000 75 000 – 2 214 000
993 000 ± 388 600 332 585 ± 238 042
Persen Persen
42,8 – 94,1 5,8 – 57,1
75,0 ± 10,4 25,0± 10,4
Kepemilikan aset pada penelitian ini berupa kepemilikan lahan, kepemilikan barang berharga, kepemilikan hewan ternak, dan kepemilikan bahan dan alat-alat pertanian. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa persentase terbesar kepemilikan lahan yang dibeli secara bersama yaitu kebun (42,5%) dan rumah (56,7%). Persentase terbesar contoh yang tidak memiliki kepemilikan lahan yaitu pekarangan (60,0%), sawah (92,5%), kolam (97,5%). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden sebagian besar tidak memiliki kepemilikan barang berharga, yaitu kendaraan (49,2%), televisi (52,5%), kulkas (86,7%), dan emas (76,7%). Sementara itu, responden menyatakan memiliki handphone sebanyak 55,0 persen. Persentase terbesar responden menyatakan tidak memiliki hewan ternak, yaitu kambing (89,2%), ayam (85,8%), bebek/itik (100,0%), kerbau/sapi (99,2%) dan ikan (96,7%). Selain itu, responden menyatakan memiliki bahan dan alat-alat pertanian dengan cara dibeli bersama suami-istri, yaitu mesin semprot pestisida (69,2%), pestisida (76,7%), cangkul (77,5%), bibit (77,5%) dan pupuk (78,3%). Karakteristik Usaha Pertanian Usaha pertanian pada penelitian ini adalah petani sayuran atau holtikultur. Umumnya, contoh pada penelitian ini memiliki luas lahan kebun yang sempit atau kurang dari satu hektar. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa contoh Desa Ciputri lebih aktif daripada contoh di Desa Sindang Jaya. Contoh Desa Ciputri memiliki kegiatan sosial dan perkumpulan usaha bidang kerajinan. Usaha bidang kerajinan contoh Desa Ciputri adalah olahan hasil pertanian, meliputi olahan makanan, kerajinan kain, bros, sabun dan sebagainya. Sementara itu, contoh di Desa Sindang Jaya lebih banyak di rumah mengurus tanaman pekarangan, yaitu kembang untuk dijual. Contoh Desa Sindang Jaya memiliki usaha tambahan yaitu petani kembang yang ditanam di pekarangan rumah petani. Jenis usaha tanaman kembang seperti, ruskus, roskol, buntut bajing, grasena, sansivera, pakis duren, melati, anggrek, laderlip, lidah buaya dan sebagainya. Tiga jenis tanaman pekarangan yang paling banyak
30
ditanam adalah ruskus, buntut bajing, dan roskol. Penjualan tanaman kembang dilakukan dengan cara pembeli datang ke rumah petani secara langsung. Umumnya pembeli banyak membeli tanaman ruskus yang digunakan sebagai tanaman dekorasi. Hasil dari penjualan tanaman kembang digunakan oleh contoh untuk menambah kebutuhan sehari-hari dan untuk menambah uang jajan anak. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa jenis tanaman kebun adalah wortel, brokoli, bayam, pakcoy, kentang, selada, daun bawang, cesin, sawi, kacang, seledri dan sebagainya. Persentase terbesar (43,3%) contoh menyatakan jumlah tanaman kebun dalam satu musim sebanyak tiga jenis tanaman. Tiga jenis tanaman yang sering ditanam adalah wortel, brokoli, dan pakcoy. Hasil analisis diketahui bahwa pada penelitian ini terdiri dari anggota kelompok tani (15,0%) dan non-kelompok tani (85,0%). Anggota kelompok tani adalah anggota kelompok binaan IPM-CRSP. Sebanyak 16,7 persen contoh menyatakan pernah mengikuti penyuluhan tentang pertanian. Pelatihan pertanian yang diikuti responden adalah pelatihan membuat pestisida, pertanian organik, trichoderma, dan pembuatan pupuk. Berdasarkan hasil diketahui bahwa contoh menggunakan pestisida untuk tanaman di kebun. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis pestisida yang sering digunakan yaitu antrakol, supergo, rusban, proklem, kulakron, dupon, skor, decis, dan pripaton. Persentase terbesar (47,3%) contoh menyatakan memakai pestisida sebanyak satu jenis pestisida selama satu musim. Selain itu, hasil pengamatan diketahui bahwa umumnya petani juga mencampurkan dua jenis pestisida menjadi satu dengan alasan untuk menghemat uang. Selain itu, contoh menyatakan petani menghabiskan tiga botol selama musim tanam. Trichoderma adalah pengendali hama terpadu yang bersifat alami dan berasal dari cendawan. Trichoderma adalah salah satu cara alami untuk menghilangkan hama akar tanaman sebagai pengganti pestisida. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebanyak 1,7 persen contoh telah menggunakan trichoderma sebagai pengganti pestisida. Pengetahuan Pestisida Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari berbagai sumber yang ada di sekitarnya. Djoenaesih (1991) menyatakan pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan adalah sesuatu yang diterima kebenarannya oleh semua atau pada umunya orang yang dapat digunakan untuk keperluan atau kebutuhan sehari-hari, tanpa harus mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya tentang yang diketahui itu. Jadi pengetahuan itu diakui kebenarannya, tanpa harus mengetahui mengapa demikian atau apa sebabnya harus demikian (Sarwono 2005). Pada penelitian ini, pengetahuan dibagi dimensi afeksi dan psikomotorik. Bila dipilah berdasarkan jenis kelamin, maka contoh laki-laki dan contoh perempuan pada umumnya memiliki pengetahuan pestisida yang baik. Contoh laki-laki memiliki pengetahuan dalam hal seperti pestisida yang paling berbahaya untuk lingkungan (96,7%), pestisida yang aman untuk lingkungan (96,7%), dosis pestisida yang aman untuk lingkungan (90,0%) dan pestisida membahayakan keluarga (66,7%). Sama halnya dengan contoh perempuan memiliki pengetahuan dalam hal seperti pestisida yang paling berbahaya untuk lingkungan (96,7%),
31
pestisida yang aman untuk lingkungan (98,3%), dosis pestisida yang aman untuk lingkungan (90,0%) dan pestisida membahayakan keluarga (80,0%). Namun, contoh laki-laki dan perempuan menyatakan tidak memiliki pengetahuan dalam hal seperti, pestisida berwawasan lingkungan (94,2%), dampak pestisida (72,5%), gejala keracunan pestisida (61,7%). Bila dipilah berdasarkan jenis kelamin anak maka diketahui bahwa persentase terbesar contoh laki-laki (41,7%) dan contoh perempuan (46,7%) memiliki pengetahuan pestisida pada kategori sedang. Bila dilihat dari rata-rata pengetahuan contoh perempuan (66,7%) lebih tinggi dari contoh laki-laki (65,3%). Berdasarkan hasil uji beda maka diketahui bahwa tidak ada beda pengetahuan pestisida antara contoh laki-laki dan contoh perempuan. Tabel 6.3. Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan pestisida No
1 2 3
Kategori
Rendah (≤ 60,0) Sedang (60,1 – 80,0) Tinggi (≥ 80,1)
Total Rata-rata ± Std Min-Max p-value
Keluarga dengan Anak Laki-laki n % 18 30,0
Keluarga dengan Anak Perempuan n % 17 28,3
Total n 35
% 29,2
25
41,7
28
46,7
53
44,2
17
28,3
15
25,0
32
26,7
60 100,0 65,3 ± 15,9 26,7-100,0
60 100,0 66,7 ± 18,0 26,7-100,0 0,669
120 100,0 66,0 ± 16,9 26,7 – 100,0
Keterangan: secara detail pertanyaan pengetahuan pestisida disajikan pada Lampiran 4.
Perlindungan Anak dari Pestisida Perlindungan anak dari pestisida pada penelitian ini adalah upaya keluarga untuk melindungi anak dan keluarga dari bahaya pestisida. Upaya perlindungan terhadap pestisida berupa memperkenalkan fungsi dan bahaya pestisida terhadap anak dan keluarga. Bila dipilah berdasarkan jenis kelamin, maka diketahui bahwa umumnya contoh anak laki-laki tidak dilindungi dalam hal, seperti tidak diperkenalkan dengan pestisida (61,7%), tidak dijelaskan fungsi pestisida (66,7%), tidak dijelaskan bahaya pestisida bagi kesehatan (55,0%), tidak diajarkan bermain jauh dari alat pestisida (56,7%), tidak diajarkan menggunakan alat pestisida dengan hati-hati (55,0%). Sementara itu, contoh anak perempuan umumnya tidak dilindungi dalam hal, seperti tidak diperkenalkan dengan pestisida (63,3%) dan tidak dijelaskan tentang fungsi pestisida (63,3%). Bila ditarik kesimpulan, umumnya contoh anak perempuan mendapat perlindungan yang lebih besar dari pada contoh anak lakilaki oleh orangtuanya. Hal ini juga dapat dilihat pada rata-rata contoh anak perempuan (53,5%) lebih besar dari contoh anak laki-laki (45,8%). Sementara itu, berdasarkan presentase terbesar contoh anak laki-laki (56,7%) dan contoh anak perempuan (46,7%) menyatakan memiliki perlindungan anak dari pestisida pada kategori rendah. Berdasarkan uji beda, maka diketahui bahwa tidak ada perbedaan
32
perlindungan anak dari pestisida pada contoh anak laki-laki dan contoh anak perempuan. Tabel 6.4. Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak dari pestisida No
Kategori
Anak Laki-laki n % 34 56,7 6 10,0 20 33,3 60 100,0 45,8 ± 42,9 0 -100,0
1 Rendah (≤ 60,0) 2 Sedang (60,1 – 80,0) 3 Tinggi (≥ 80,1) Total Rata-rata ± Std Min-Max p-value
Anak Perempuan n % 28 46,7 10 16,7 22 36,7 60 100,0 53,5 ± 41,8 0 -100,0 0,321
Total n % 62 51,7 16 13,3 42 35,0 120 100,0 49,6 ± 42,3 0 -100,0
Keterangan: secara detail pertanyaan perlindungan terhadap pestisida disajikan pada Lampiran 5.
Hubungan Antar Variabel Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Pestisida Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson diketahui bahwa adanya hubungan signifikan positif antar variabel kepemilikan aset dengan pengetahuan tentang pestisida (r=0,197, p=0,031). Artinya, semakin banyak kepemilikan aset yang dimiliki contoh maka semakin meningkat pengetahuan tentang pestisida. Tabel 6.5. Hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan pestisida Variabel Pendidikan ayah (tahun) Kepemilikan aset (skor) Pendapatan (Rp/bulan) Pengeluaran keluarga (Rp/bulan)
Pengetahuan pestisida (koefisien korelasi) 0,126 0,197* 0,114 -0,126
* signifikan pada p ≤ 0,05 ** signifikan pada p ≤ 0,01
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Pengetahuan Pestisida dengan Perlindungan Anak dari Pestisida Berdasarkan analisis diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara variabel karakteristik keluarga dan pengetahuan pestisida dengan perlindungan anak dari pestisida. Namun, hasil analisis uji korelasi antar item pertanyaan menyatakan ada hubungan signifikan positif antara pengetahuan pestisida dengan perlindungan anak dari pestisida, yaitu pengetahuan pestisida membahayakan keluarga dengan perlindungan anak dari pestisida, seperti diperkenalkan dengan pestisida (r=0,211, p=0,021), dijelaskan tentang fungsi pestisida (r=0,270, p=0,003), dijelaskan bahaya pestisida terhadap kesehatan (r=0,220, p=0,016), diajarkan untuk tidak bermain dengan alat pestisida (r=0,189, p=0,039), dan diajarkan menggunakan alat pestisida secara hati-hati (r=0,180, p=0,050). Artinya, semakin baik pengetahuan tentang pestisida membahayakan keluarga, maka akan semakin meningkat diperkenalkan perlindungan anak dari pestisida, meliputi diperkenalkan dengan pestisida, dijelaskan fungsi pestisida, dijelaskan bahaya pestisida terhadap kesehatan, diajarkan tidak bermain dengan alat pestisida, dan diajarkan menggunakan pestisida dnegan hati-hati. Selain itu,
33
terdapat hubungan signifikan positif antara memiliki pengetahuan tentang gejala keracunan pestisida dengan anak dijelaskan tentang fungsi pestisida (r=0,190, p=0,039). Artinya, semakin meningkat pengetahuan tentang gejala keracunan pestisida maka akan meningkat perlindungan terhadap pestisida tentang fungsi pestisida. Secara detail uji korelasi disajikan pada Lampiran 6. Tabel 6.6. Hubungan antara karakteristik keluarga dan pengetahuan pestisida dengan perlindungan terhadap pestisida Variabel Usia Ibu (tahun) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Jumlah anggota keluarga Kepemilikan aset (skor) Pengeluaran (Rp/bulan) Pendapatan (Rp/bulan) Pengetahuan tentang pestisida (skor)
Perlindungan terhadap Pestisida (koefisien korelasi) 0,085 0,050 0,099 0,099 -0,013 0,106 -0,116 -0,093
Pembahasan Dalam penelitian ini, rataan usia ibu berusia antara 37 tahun. Hasil penelitian ini senada dengan yang ditemukan oleh peneliti lain di negara lainyang memiliki usia ibu berkisar 35-40 tahun (Recena et al. 2006; Atreya 2007). Latar belakang pendidikan petani di daerah penelitian tergolong rendah. Hasil yang senada juga dilaporkan di negara-negara berkembang lainnya, yaitu memiliki tingkat pendidikan yang rendah (Hurtig 2003; Recena et al. 2006; Oliveira-Silva et al. 2001; Mekonnen & Agonafir 2002). Petani dengan pendidikan formal rendah mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi saat menggunakan pestisida, karena kesulitan dalam memahami petunjuk penggunaan dan prosedur keselamatan disertakan pada label produk. Dari hasil analisis menyatakan setiap rumah petani menggunakan satu jenis pestisida yang berbeda. Hal ini dikarenakan, umumnya petani pada penelitian ini adalah petani yang memiliki luas lahan kecil. Hasil penelitian ini lebih baik dari penelitian Stout et al. (2009) menyatakan 74 persen rumahtangga di US menggunakan pestisida, dengan rata-rata 3-4 jenis pestisida berbeda digunakan pada setiap rumah petani (Whitmore et al. 1992). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan contoh laki-laki dan perempuan pada kategori sedang. Berdasarkan pengamatan dilapang diketahui bahwa walaupun memiliki pengetahuan yang cukup baik, namun penyimpanan alat pestisida masih belum aman, seperti di dapur atau dekat alat masak keluarga. Hal ini terjadi karena keterbatasan ruang yang dimiliki keluarga. Kemudian masih rendahnya dalam hal mengolah botol pestisda tidak secara aman, penyalahgunaan dosis pemakaian dan tidak membaca petunjuk dengan cermat. Penelitian ini senada dengan Zhang dan Lu (2007) menyatakan umumnya petani tidak memiliki pengetahuan yang luas terhadap pestisida. Sementara itu, pengetahuan petani tentang bahaya pestisida sangat penting untuk pencegahan keracunan akut. Pengetahuan yang salah dapat mengganggu kemampuan pekerja untuk melindungi diri terhadap risiko bahaya pestisida (Koh & Jeyaratnam 1996).
34
Selain itu, hasil penelitian ini senada dengan studi di negara-negara berkembang terhadap pengetahuan dan praktek petani tentang pestisida telah dilaporkan memiliki pengetahuan rendah (Ibitayo 2006; Nalwanga & Ssempebwa 2011), penggunaan peralatan pelindung non-pribadi (Sivayoganathan et al. 1995), penyimpanan pestisida yang tidak aman di rumah (Ngowi 2002; Ajayi & Akinnifesi 2008), pembuangan tidak aman botol kosong pestisida (Ibitayo 2006), penyalahgunaan pestisida dan pengetahuan relatif rendah tentang label keselamatan pestisida (Ajayi & Akinnifesi 2008). Sebuah studi pada praktekpraktek keselamatan petani di Ethiopia melaporkan penggunaan usang peralatan pelindung non-pribadi (Mekonnen & Agonafir 2002). Dari hasil analisis diketahui bahwa perlindungan pestisida pada keluarga petani masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan umumnya keluarga petani belum memperkenalkan sejak dini bahaya pestisida kepada keluarganya. Perlindungan pestisida sangat penting dilakukan, mengingat bahaya pestisida yang sangat kompleks baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Walaupun pestisida meningkat hasil panen, namun bahaya pestisida sangat besar seperti mencemari air, tanah, udara dan makanan serta enzim tanah (Riah 2014; Gomes et al. 1999), meningkatkan resiko penyakit parkinson (Hancock 2008), menghambat perkembangan janin (Petit et al. 2010), masalah kesehatan seperti cacat lahir, kerusakan saraf, kanker, dan efek lain yang mungkin terjadi selama panjang waktu (Van Dijk 2000; Bruce 2002). Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, responden masih minim melindungi keluarganya dari bahaya pestisida, seperti masih banyak keluarga yang meletakkan pestisida di dapur dan dekat alat memasak keluarga. Hal ini sangat beresiko besar bagi kesehatan keluarga petani di masa yang akan datang. Terbukti, hasil penelitian ini menyatakan adanya keluarga petani yang mengalami penyakit asma, sesak napas, bronchitis, dan batuk-batuk (Ohayo-Mitoko et al. 2000; Smit et al. 2003; Kamel et al. 2005). Walaupun pengetahuan pestisida contoh berada pada kategori sedang, namun perlindungan yang dilakukan orangtua tergolong rendah, terutama pada anak laki-laki. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian di Lebanon yaitu Salameh et al. (2004), melaporkan tingkat pengetahuan penggunaan pestisida tinggi, tetapi penggunaan tindakan perlindungan semakin rendah. Hasil penelitian ini tidak konsisten pada penelitian Price (2000) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan dari pendidikan berhubungan dengan perilaku pengendalian hama dan pestisida yang lebih baik. Buruh tani dengan pengetahuan pestisida baik yang lebih cenderung menggunakan pestisida sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan untuk tindakan perlindungan. Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu pertama, rata-rata pendidikan orangtua contoh adalah SD, sebagian besar usia ayah dan ibu tergolong dewasa awal, persentase pendapatan dari pertanian lebih besar dari pendapatan non-pertanian, pengeluaran pangan keluarga lebih besar daripada pengeluaran non-pangan, dan contoh masih menggunakan pestisida untuk lahan di kebun.
35
Kedua, pengetahuan pestisida keluarga dengan anak laki-laki dan keluarga dengan anak perempuan pada kategori sedang. Demikian juga perlindungan anak dari pestisida keluarga anak perempuan dan anak laki-laki berada pada kategori rendah. Ketiga, adanya hubungan signifikan positif antar variabel kepemilikan aset dengan pengetahuan tentang pestisida. Variabel karakteristik keluarga dan pengetahuan pestisida tidak berhubungan signifikan dengan perlindungan pestisida. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan yaitu pertama perlu adanya sosialisasi dampak dan pengaruh pestisida kepada keluarga untuk meningkatkan kesadaran keluarga. Kedua, Intervensi menyeluruh diperlukan untuk mengurangi baik paparan dan risiko kesehatan, termasuk pelatihan, promosi pengendalian hama terpadu (HPT) secara menyeluruh kepada petani. Ketiga, Sampel yang homogen mungkin menyebabkan karakteristik keluarga tidak berhubungan signifikan terhadap perlindungan pestisida sehingga perlu adanya pengambilan contoh yang heterogen. Daftar Pustaka Ajayi OC, & Akinnifesi FK. 2008. Farmers' understanding of pesticide safety labels and field spraying practices: a case study of cotton farmers in northern Cote d'Ivoire. Sci. Res. Essays 2, 204-210. Atreya K. 2007. Pesticide use knowledge and practices: gender differ-ences in Nepal. Environ Res;104(2):305–11 Bailey D. 2008. Climate change impacts on the UnitedStates. National Assessment Synthesis Team, US Global Change Research Program, David Suzuki Foundation, Canada. Bruce DR. 2002. The foundation for global action on persistent organic pollutants: a United States perspective. Washington: EPA, Office of Research and Development. http://www.epa.gov [BPS] Biro Pusat Statistik Jakarta. 1993. Analisis Perkembangan Kesejahteraan Rumah Tangga di Indonesia 1983-1991 (Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional). Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik Coronado GD, Thompson B, Strong L, Griffith WC, Islas I. 2004. Agricultural task and exposure to organophosphate pesticides among farm workers. Environ. Health18 Persp, 112, 142-147 Damalas CA, Georgiou EB, Theodorou MG. 2006. Pesticide use and safety practices among Greek tobacco farmers: A survey. Int. J. Environ. Health Res. 16, 339-22 348. Das R, Steege A, Baron S, Beckman J, & Harrison R. 2001. Pesticide related illness among migrant farm workers in the United States Int J. Occup Environ Health Oct-Dec 7(4): 303-12 Djoenaesih S. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi Jilid 1. Yogyakarta: Liberty. Flint, & Bosh VD. 1981. Introduction to Integrated Pest Management. New York: Plenum Press.
36
Gomes J, Lloyd OL, & Revitt DM. 1999. The influenceof personal protection, environmental hygiene and exposure to pesticides on the health of immigrant farm workers in a desert country. International Archives of Occupa-tional and Environmental Health, 72, 40–45. Hancock DB, Martin ER, Mayhew GM, Stajich JM, Jewett R, Stacy MA, Scott BL, Vance JM, & Scott WK. 2008. Pesticide exposure and risk of Parkinson's disease: A family-based case-control study. BMC Neurology Journal. doi:10.1186/1471-2377-8-6. Hurtig AK, San Sebastian M, Soto A, Shingre A, Zambrano D, Guerrero W. 2003. Pesticide use among farmers in the Amazon basin of Ecuador. Arch Environ Health; 58(4):223–8 Ibitayo OO. 2006. Egyptian farmers' attitudes and behaviors regarding agricultural pesticides: implications for pesticide risk communication.Risk Anal,26(4):989–995. Kamel F, Engel LS, Gladen BC, Hoppin JA, Alavanja MC, Sandler DP. 2005. Neurologic symptoms in licensed private pesticide applicators in the agricultural health study. Environ Health Per-spect;113(7):877–82 Knezevic Z, & Serdar M. 2008. Screening of fresh fruits and vegetables for pesticide residues on Croatian Market. J. Food Control doi, 10:1016 Koh D, & Jeyaratnam J. 1996. Pesticide hazards in devel-oping countries.The Science of the Total Environment,188, S78–S85. Koirala P, Dhakal S, & Tamrakar AS. 2009. Pesticides and Food Safety Issues in Nepal. The Journal of Agriculture and Environment, 10: 33-36 Konradsen F, Van der Hoek W, Cole DC, Hutchinson GI, Daisley H, Singh S, Eddleston M. 2003. Reducing acute poisoning in developing countriesoptions for restricting the availability of pesticides. Toxicology, 192: 249261. Mekonnen Y, Agonafir T. 2002. Pesticide sprayers' knowledge, attitude and practice of pesticide useuse on agricultural farms of Ethiopia.Occup Med,52(6):311–315 Nalwanga E, Ssempebwa JC. 2011. Knowledge and practices of in-home pesticide use: a community survey in Uganda.J Environ Publ Health, 230894. Accessed at URL: http//www.hindawi.com/journals/jeph/2011/ 230894 Ngowi AVF. 2002. Health Impacts of Pesticides in Agriculture in Tanzania.Tampere, Finland: Tampere University press: PhD Thesis Oliveira-Silva JJ, Alves SR, Meyer A, Perez F, Sarcinelli PN, da Costa Mattos RC. 2001. Influence of socioeconomic factors on the pesticides poisoning, Brazil. Rev Saude Publica;35(2):130–5. Ohayo-Mitoko GJ, Kromhout H, Simwa JM, Boleij JS, Heederik D. 2000. Self reported symptoms and inhibition of acetylcholinesterase activity among Kenyan agricultural workers. Occup Environ Med;57(3):195–200 Ortelli D, Edder P, & Corvi C. 2006. Multi residue analysis of 74 pesticides in fruits and vegetable by liquid chromatography-electro spray-tandem ass spectrometry. Analtica Chimica Acta, 520: 33-45 Petit C, Chevrier C, Durand G, Monfort C, Rouget F, Garlantezec R, Cordier S. 2010. Impact on fetal growth of prenatal exposure to pesticides due to
37
agricultural activities: a prospective cohort study in Brittany, France. Environmental Health 9:71. Price LL. 2000. Demystifying farmers‘ entomological and pest management knowledge: A methodology for assessing the impact on knowledge from IPM-FFS and NES interventions. ProQuest: Agriculture and Human Values. Recena MC, Caldas ED, Pires DX, Pontes ER. 2006. Pesticides expo-sure in Culturama, Brazil—knowledge, attitudes, and practices. Environ Res. 2006;102(2):230–6 Salameh PR, Baldi I, Brochard P, Abi Saleh B. 2004. Pesticides in Lebanon: a knowledge, attitude, and practice study. Environ Res;94(1):1–6. Sarwono P. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka, Yogyakarta. Sekiyama M, Tanaka M, Gunawan B, Abdoellah O, Watanabe C. 2007. Pesticide usage and its association with health symptoms among farmers in rural villages in West Java, Indonesia. Environ Sci,14:23–33 Sharp DS, & Peter C. 2005. Delayed health hazard of pesticides exposure. Annual review of public health, vol 27:312-316 Sivayoganathan C, Gnanachandran S, Lewis J, Fernando M. 1995. Protective measure use and symptoms among agropesticide applicators in SriLanka.Soc Sci Med,40(10):431–436. Smit LA, van-Wendel-de-Joode BN, Heederik D, Peiris-John RJ, van der Hoek W. 2003. Neurological symptoms among Sri Lankan farmers occupationally exposed to acetylcholinesterase-inhibiting insecticides. Am J Ind Med;44(3):254–64 Sosan MB, & Akingbohungbe AE. 2009. Occupational insecticide exposure and \perception of safety measures among cacao farmers in southwestern Nigeria. Arch.Environ. Occup. Health, 64, 185-193. Stout DM II, Bradham KD, Egeghy PP, Jones PA, Croghan CW, Ashley PA. 2009. American healthy homes survey: a national study of residential pesticides measured from floor wipes.Environmental Science and Technology43:4294–4300 Tadesse A, & Asferachew, A. 2008. An Assessment of The Pesticide Use, Practice And Hazards in The Ethiopian Rift Valley. Africa Stockpiles program, Annex 6, 61p. Van Dijk HFG, Brussaard L, Stein A, Baerselman F. 2000. Field research for the authorisation of pesticides. Ecotoxicology, 9(6), 377–381 Wiles R, Davies K, & Campbell C. 1998. Over exposed organophosphate insecticides in children's food. Environmental working group, Washington. Whitmore RW, Kelly JE, Reading PL. 1992. The National Home and Garden Pesticide Survey, Volume 1. Executive Summary,Results, and Recommendations. Prepared by Research Triangle Institute. Rpt no RTI/5100/17–01F, Washington, DC: United States Environmental Protection Agency. WHO. 2003. Pesticide residue in food. In: International program on chemical safety Joint FAO/WHO meeting on pesticides results evaluations 2002, part 2 Toxicology. Zhang H, & Lu Y. 2007. End-users‘ knowledge, attitude, and behavior towards safe use of pesticides: a case study in the Guanting Reservoir area, China.
38
Springer Science+Business Media B.V. 29:513–520. DOI 10.1007/s10653007-9120-2
39
7 PENGARUH AKTIVITAS BERSAMA DAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF ANAK PADA KELUARGA PETANI Effects Of Time-Shared Activities Among Parent-Child And Child Protection Toward The Subjective Well-Being Of Children Of Farmer Families Vivi Irzalinda, Herien Puspitawati, Istiqlaliyah Muflikhati
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas bersama dengan orang tua-anak dan perlindungan anak serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif anak. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi dipilih secara purposive di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, dan Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 120 sampel secara dipilih purposive diantara keluarga petani. Temuan menunjukkan bahwa aktivitas bersama orang tua-anak dengan tingkat rendah kategori. Perlindungan anak dalam aspek fisik dalam kategori rendah dimana perlindungan lingkungan anak berada dalam kategori tinggi. Subjektif kesejahteraan anak berada pada kategori tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah aktivitas bersama orang tua-anak, dan perlindungan fisik. Direkomendasikan bahwa sosialisasi perlindungan anak, aktivitas bersama dan anak kesejahteraan sangat diperlukan di kalangan keluarga petani. Kata Kunci: Aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif Abstract The purpose of this study was to analyze the time-shared activities with parents-child and the protection of children and its influence on subjective wellbeing of children. This study was a descriptive cross-sectional study design. Locations were selected purposively at Ciputri Village, Pacet Sub District, and Sindang Jaya Village, Cipanas Sub District, Cianjur District-West Java Province. 120 samples were purposively chosen among farmer families. Findings showed that there was time-shared activities parent-child with a low level of category. Child protection in physical aspect was in the low category where the environmental protection of child was in high category. Subjective well-being of children was in the high category. Factors influencing the subjective well-being of the child were time-shared activities with parent-child, and physical protection. It was recommended that dissemination of child protection, time-shared activities and child well-being very necessary among farmer families. Keywords: time-shared activities with parent-child, child protection, child wellbeing,
40
Pendahuluan Latar Belakang Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Periode anak sekolah dasar adalah periode anak belajar (Havighurst 1972). Perkembangan anak adalah hasil interaksi antara lingkungan anak-anak dimana mereka tinggal. Lingkungan mikrosistem adalah lingkungan yang dihabiskan anak dalam waktu panjang, antara lain keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga (Bronfenbrenner 1979). Kualitas anak ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara ibu dan anak dalam sebuah keluarga. Interaksi orangtua-anak yang terjadi di dalam keluarga sebagai lingkungan terdekat anak akan sangat memengaruhi kehidupan anak (Hastuti et al. 2008). Aktivitas bersama orangtua dan anak merupakan bagian dari interaksi orangtua dan anak. Kesejahteraan menggambarkan kualitas kehidupan anak dalam kehidupannya. Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh konteks dan lingkungan dimana anak-anak berkembang. Lingkungan yang baik memberikan dukungan yang tepat diperlukan untuk anakanak untuk berkembang. Penelitian Carlsson et al. (2011) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah jumlah teman dekat, tidak di-bully, serta aktivitas bersama dengan orangtua. Anak secara umum merupakan tanggungjawab keluarga, yang dimulai sejak sepasang pria dan wanita bersepakat membentuk keluarga. Fungsi keluarga menurut BKKBN (1996) salah satunya adalah fungsi perlindungan. UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Menurut Gosita (2004) perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak adalah melindungi manusia dan membangun manusia seluruhnya. Perlindungan anak suatu masyarakat, bangsa, merupakan tolak ukur peradaban manusia. Dengan demikian, menjadi wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampuan untuk kepentingan bangsa. Petani holtikultura menggunakan berbagai pestisida berbeda untuk mengurangi kerugian dari hama penyakit. Namun, meskipun pestisida berkontribusi untuk produksi pertanian, bukti beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa mereka juga bisa merugikan kesehatan manusia dan ekosistem (Tadesse & Asferachew 2008). Bukti substansial yang dikumpulkan selama setengah abad terakhir telah menunjukkan bahwa paparan lingkungan pada awal kehidupan dapat mengubah pola perkembangan anak-anak, dan berpengaruh seumur hidup pada disfungsi kesehatan dan beresiko penyakit
41
(National Research Council 1984). Paparan bahan kimia diidentifikasi berpotensi berbahaya bagi perkembangan awal anak diantaranya adalah radiasi ozon (Newcombe et al. 1971), pestisida organoklorin (Longnecker et al. 1997; Longnecker et al. 2001; Longnecker et al. 2002), polusi udara di luar ruangan (Trasande et al. 2005), dan pestisida tertentu lainnya (Gray et al. 2001), terutama insektisida organofosfat (NRC 1993). Anak-anak lebih rentan untuk terkena paparan senyawa asing seperti pestisida (National Research Council 1993; Repetto & Baliga 1996). Anak-anak lebih rentan terhadap pestisida karena anak-anak menghirup dosis pestisida yang relatif lebih besar daripada orang dewasa bila terkena pestisida di lingkungan, karena fakta bahwa anak-anak bernapas dalam volume yang lebih besar dari udara dan memiliki permukaan kulit yang lebih besar untuk bobot tubuh yang relatif lebih kecil (NRC 1993), rentan terhadap efek racun dari bahan kimia karena tubuh mereka lebih kecil dan masih berkembang (NRC1993), sistem kekebalan tubuh anak-anak belum sepenuhnya berkembang hingga usia remaja, hati dan ginjal anak-anak tidak mampu untuk detoksifikasi dan mengeluarkan bahan kimia tertentu secepat orang dewasa. Hal ini memberikan kontribusi terhadap toksisitas yang lebih besar dari beberapa zat pada bayi dan anak-anak (NRC 1993). Sehingga, anak-anak beresiko terkena penyakit kulit akibat pestisida, baik di dalam maupun di luar ruangan, karena perilaku dan gaya hidup mereka sering kontak dengan banyak permukaan yang terkontaminasi dengan residu pestisida (Lewis 1994; Fenske 1990; Zartarian 1998), anak menunjukkan perilaku sering tangan-ke-mulut, menelan debu atau tanah yang terkontaminasi dengan jumlah yang relatif besar (Lewis et al. 1994; Hawley 1985), mereka duduk, merangkak atau berguling di tanah, atau terhirup udara yang banyak pestisida (Zweiner & Ginsburg 1988; Fenske 1990). Keluarga petani memiliki resiko besar terhadap bahaya pestisida. Penggunaan dan penyimpanan yang tidak aman akan menyebabkan dampak buruk bagi keluarga terutama anak. Untuk itu, penting untuk meneliti perlindungan anak. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis aktivitas bersama dan perlindungan anak serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif anak. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis aktivitas bersama orangtua-anak dan perlindungan anak. 2. Menganalisis kesejahteraan subjektif anak. 3. Menganalisis pengaruh aktivitas bersama dan perlindungan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak. Metode Penelitian Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data penelitian ini bagian penelitian ―Gender and Integrated Pest Management‖. Lokasi dipilih secara purposive yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang merupakan lokasi Gender IPM-CRSP yang didanai oleh USAID. Pemilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah sentra produksi berbagai macam sayuran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013.
42
Prosedur Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga petani terdiri atas ayah dan ibu serta minimal 1 orang anak kelas 4 sampai 6 SD yang tinggal di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah ibu dan anak. Penentuan responden dilakukan secara purposive dengan ibu yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD, berasal dari keluarga lengkap, dan bersedia untuk dijadikan sampel. Jumlah contoh adalah 120 keluarga. Jenis dan Cara pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis data primer diperoleh dengan wawancara (kuesioner) terstruktur adalah: 1) karakteristik anak, yang terdiri umur dan jenis kelamin; 2) karakteristik keluarga, yang terdiri dari usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pekerjaan; 3) aktivitas bersama orangtua dan anak; 4) perlindungan anak yang terdiri dari fisik dan lingkungan; 5) kesejahteraan subjektif anak. Reliabilitas menghasilkan nilai Cronbach Alpha yaitu aktivitas bersama orangtua-anak (0,779), perlindungan anak (0,758) dan kesejahteraan subjektif anak (0,857). Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang dianalisis secara deskripsif mencakup karakteristik anak, karakteristik keluarga, aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, dan kesejahteraan subjektif anak. Data inferensial yaitu uji pengaruh yaitu uji regresi berganda. Pengkategorian variabel aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, dan kesejahteraan subjektif anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 50.0 Sedang : 50.0 – 75.0 Tinggi : > 75.0 Uji Regresi Linear Berganda digunakan untuk menguji variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak. Model regresi linear berganda pada penelitian ini adalah: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6+ β7 X7+β8 X8+ β9 X9+ β10 X10 + ε Keterangan: Y = Kesejahteraan subjektif anak X1 = Jenis kelamin anak X6 = Jumlah anggota keluarga
43
X2 = Usia anak X3 = Usia ibu X4 = Lama pendidikan ibu X5 = Lama pendidikan ayah
X7 = Aktivitas bersama orangtua-anak X8 = Pendapatan keluarga X9 = Perlindungan fisik X10 = Perlindungan lingkungan Hasil
Karakteristik Anak dan Keluarga Rataan usia anak berusia 11,1 tahun dengan minimal umur 9 tahun dan maksimal 14 tahun. Proporsi jenis kelamin anak adalah anak laki-laki (50,0%) dan anak perempuan (50,0%). Rataan usia ibu adalah 37,0 tahun dengan rentang usia 21-75 tahun. Sementara itu, rataan usia ayah adalah 42,6 tahun dengan rentang usia 29-72 tahun. Rataan lama pendidikan ayah adalah 6 tahun, dengan rentang lama pendidikan 0-12 tahun. Selain itu, rataan lama pendidikan ibu adalah 5,8 tahun dengan rentang lama pendidikan adalah 0-12 tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5,5 orang dengan jumlah anggota minimal adalah 3 orang dan maksimal adalah 11 orang. Berdasarkan BKKBN (1998) keluarga contoh tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Pekerjaan contoh adalah petani pemilik (95,0%) dan buruh tani (5,0%). Tabel 7.1. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan keluarga Variabel Usia Anak Usia Ibu Usia Ayah Lama Pendidikan Ibu Lama Pendidikan Ayah Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan perkapita
Satuan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Orang Rp/kap/bulan
Min - Max 9 - 14 21-75 29-72 0-12 0-12 3-11 20 000–1 830 000
Rataan ± Std 11,1 ± 1,06 37,0 ± 7,7 42,6 ± 8,5 5,8 ± 1,4 6,0 ± 1,6 5,5 ± 1,5 326 960 ± 313 190
Pendapatan Keluarga Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Cianjur tahun 2013 adalah Rp 970 000. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebanyak 38,7 persen keluarga menyatakan memiliki pendapatan di bawah UMR. Rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp 1 732 200/bulan dengan jumlah pendapatan keluarga minimal Rp 100 000/bulan dan maksimal adalah Rp 10 600 000/bulan. Menurut BPS (2013), batas garis kemiskinan masyarakat Kabupaten Cianjur adalah Rp 268 251/kap/bulan. Rata-rata pendapatan perkapita adalah Rp 326 960/bulan/kapita, dengan rentang Rp 20 000 bulan/kapita sampai Rp 1 830 000/bulan/kapita. Berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Cianjur maka diketahui bahwa lebih dari setengah (59,7%) keluarga menyatakan memiliki pendapatan perkapita perbulan kurang dari Rp 268 251. Aktivitas Bersama Aktivitas bersama orangtua dan anak terdiri dari aktivitas bersama ibuanak, dan aktivitas bersama ayah-anak. Aktivitas bersama ibu-anak yang sering dilakukan adalah makan pagi bersama (51,7%), saat ibu bekerja di kebun (69,2%), dan anak akan berangkat sekolah (53,3%). Artinya, anak jarang menghabiskan
44
waktu bersama ibunya. Bila dikategorikan, persentase terbesar (61,7%) aktivitas bersama ibu-anak berada pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas bersama ayah-anak yang sering dilakukan adalah saat ayah bekerja di kebun (72,5%), dan anak akan berangkat sekolah (51,7%). Bila dikategorikan, persentase terbesar (77,5%) aktivitas ayahibu pada kategori rendah. Hal tersebut menandakan bahwa anak tidak banyak menghabiskan kegiatan bersama ayah mereka. Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ayah selalu berangkat ke kebun jam 6 pagi hingga siang hari. Sementara itu, siang hari hingga malam hari anak berangkat sekolah dan mengaji, sehingga waktu bersama ayah-anak sedikit sekali. Bila dipilah berdasarkan jenis kelamin anak, maka diketahui bahwa aktivitas bersama ibu-anak laki-laki (70,0%) lebih rendah dari pada aktivitas bersama ibu-anak perempuan (53,3%). Aktivitas bersama ibu-anak laki-laki yang sering dilakukan adalah saat belajar (51,7%) dan anak akan pergi berangkat sekolah (50,0%). Sementara itu, aktivitas bersama ibu-anak perempuan yang sering dilakukan adalah makan pagi bersama (53,3%), makan malam bersama (55,0%), menemani orangtua bekerja (70,0%), anak akan berangkat ke sekolah (56,7%) dan anak pulang sekolah (50,0%). Aktivitas bersama ayah-anak laki-laki (85,0%) lebih rendah daripada aktivitas ayah-anak perempuan (70,0%). Aktivitas bersama ayah-anak laki-laki yang sering dilakukan adalah menemani orangtua bekerja di kebun (73,3%), dan anak akan berangkat ke sekolah (50,0%). Sementara itu, akitivitas bersama ayahanak perempuan yang sering dilakukan adalah menemani orangtua bekerja di kebun (71,7%), dan anak akan berangkat ke sekolah (53,3%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas orangtua dengan anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan. Tabel 7.2. Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas bersama orangtua-anak No
Kategori
1 Rendah (≤ 50,0) 2 Sedang (50,1 -75,0) 3 Tinggi (≥ 75,1) p-value
n 74 43 3
Ibu-Anak % 61,7 35,8 2,5
n 93 26 1
Ayah-Anak % 77,5 21,7 0,8
0,281 Ibu-Anak Perempuan n % 1 Rendah (≤ 50,0) 32 53,3 2 Sedang (50,1 -75,0) 25 41,7 3 Tinggi (≥ 75,1) 3 5,0 p-value 0,164 Ayah Anak Laki-laki Ayah-Anak Perempuan n % n % 1 Rendah (≤ 50,0) 51 42 85,0 70,0 2 Sedang (50,1 -75,0) 9 15,0 17 28,3 3 Tinggi (≥ 75,1) 0 0,0 1 1,7 p-value 0,504 Keterangan: secara detail pertanyaan aktivitas bersama orangtua-anak disajikan pada Lampiran 8. Ibu Anak Laki-laki n % 42 70,0 18 30,0 0 0,0
45
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa orangtua petani sibuk melakukan aktivitas bertani seperti menanam, menyiangi, memupuk dan menjaga kebun, sehingga waktu orangtua-anak semakin berkurang. Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas bersama orangtua-anak dapat dilihat pada Tabel 7.2. Partisipasi ayah dalam hal pemberian makan lebih rendah daripada ibu, tapi ayah cenderung lebih suka untuk menstimulus dan bermain secara fisik, sedangkan ibu lebih menstimulus secara verbal (Parke & Tinsley 1981). Penelitian ini senada dengan Rubin et al. (2004) menunjukkan bahwa ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak mereka sewaktu masih anak-anak dibanding dengan yang dilakukan oleh ibu. Saat ayah melakukan aktivitas dengan anak maka kegiatan yang lebih banyak dilakukan adalah kegiatan yang melibatkan fisik dan kegiatan luar ruangan. Perlindungan Anak Fungsi keluarga menurut BKKBN (1996) salah satunya adalah fungsi perlindungan. UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak pada penelitian ini terdiri atas perlindungan fisik dan perlindungan lingkungan. Perlindungan fisik adalah kegiatan orangtua memenuhi kebutuhan fisik anak dan melindungi dari kekerasan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya orangtua memberikan perlindungan fisik kepada anak dengan baik. Namun, baik contoh laki-laki (60,0%) maupun contoh perempuan (68,3%) tidak diajarkan untuk berhati-hati dengan media sosial karena umumnya anak sekolah dasar di desa belum menggunakan media sosial. Bila dipilah berdasarkan jenis kelamin anak, maka diketahui bahwa persentase terbesar anak laki-laki (65,0%) dan anak perempuan (66,7%) memiliki perlindungan fisik pada ketegori tinggi. (Tabel 7.3). Perlindungan lingkungan adalah kegiatan melindungi anak dari bahaya lingkungan dan pestisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum banyak perlindungan lingkungan yang dilakukan orangtua kepada anak, terutama kepada anak laki-laki. Umumnya, contoh menyatakan bahwa anak laki-laki tidak dilindungi dalam hal, yaitu tidak diperkenalkan dengan pestisida (61,7%), tidak dijelaskan fungsi pestisida (66,7%), tidak dijelaskan bahaya pestisda terhadap kesehatan, tidak diajarkan untuk tidak bermain dengan alat pestisida (56,7%), tidak diajarkan menggunakan alat pestisida secara hati-hati (55,0%). Sementara itu, contoh menyatakan anak perempuan tidak dilindungi dalam hal, yaitu tidak diperkenalkan dengan bahaya pestisida (63,3%), tidak dijelaskan tentang fungsi pestisida (63,3%). Dengan demikina, hasil analisis menyatakan bahwa persentase terbesar contoh anak laki-laki (56,7%) memiliki perlindungan lingkungan pada kategori rendah, sedangkan contoh anak perempuan (45,0%) memiliki perlindungan lingkungan pada kategori tinggi.
46
Tabel 7.3. Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak No
Kategori
Fisik n
%
Lingkungan n %
Total Anak Rendah (≤ 50,0) 5 4,2 58 48,3 Sedang (50,1 -75,0) 36 30,0 23 19,2 Tinggi (≥ 75,1) 79 39 32,5 65,8 Anak Laki-laki 1 Rendah (≤ 50,0) 4 6,7 34 56,7 2 Sedang (50,1 -75,0) 17 28,3 14 23,3 3 Tinggi (≥ 75,1) 39 12 20,0 65,0 Anak Perempuan 1 Rendah (≤ 50,0) 1,7 24 40,0 1 2 Sedang (50,1 -75,0) 31,7 9 15,0 19 3 Tinggi (≥ 75,1) 40 27 66,7 45,0 Keterangan: secara detail pertanyaan perlindungan anak disajikan pada Lampiran 9. 1 2 3
Selain itu, salah satu bentuk perlindungan terhadap bahaya pestisida dan pertanian adalah memperkenalkan anak sejak dini jenis alat-alat pestisida dan pertanian yang berbahaya. Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif diketahui bahwa rata-rata contoh anak laki-laki dan contoh anak perempuan telah diperkenalkan alat pertanian dan alat pestisida yang berbahaya. Anak laki-laki dan anak perempuan sudah mengenal parang, pacul, skop, garu, pakwel, kapak, linggis, hand sprayer, bibit, pupuk dan pestisida. Berdasarkan hasil analisis bahwa anak perempuan lebih dikenalkan alat-alat pertanian dan pestisida dari pada anak laki-laki. Secara detail disajikan pada Tabel 7.4. Tabel 7.4 Sebaran contoh berdasarkan alat pertanian dan pestisida yang diperkenalkan kepada anak No
Alat
1 Parang 2 Pacul 3 Skop 4 Garu 5 Pakwel 6 Kapak 7 Linggis 8 Hand sprayer 9 Bibit 10 Pupuk 11 Pestisida p-value
Anak Laki-laki Anak Perempuan Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) Ya (%) 23,3 76,7 8,3 91,7 23,3 76,7 6,7 93,3 23,3 76,7 10,0 90,0 25,0 75,0 8,3 91,7 25,0 75,0 10,0 90,0 21,7 78,3 8,3 91,7 21,7 78,3 6,7 93,3 23,2 76,7 6,7 93,3 23,3 76,7 13,3 86,7 31,7 68,3 15,0 85,0 36,7 63,3 35,0 65,0 0,026
Ujibeda p-value 0,024 0,010 0,051 0,014 0,031 0,041 0,081 0,010 0,160 0,031 0,851
Kesejahteraan Subjektif Anak Kesejahteraan menggambarkan kualitas kehidupan anak dalam kehidupannya. Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Indikator kesejahteraan subjektif anak terdiri dari kepuasan rumah, kepuasan materi, kepuasan terhadap
47
hubungan interpersonal, kepuasan terhadap area tempat tinggal, kepuasan terhadap kesehatan, kepuasan terhadap sekolah, dan kepuasan personal (Huebner 1991; Cummins et al. 2003; UNICEF 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden memiliki kategori yang tinggi di semua indikator kesejahteraan subjektif anak. Namun, hanya beberapa indikator kesejahteraan yang memiliki nilai rendah, yaitu nilai di sekolah (57,5%), penyimpanan pestisida atau alat penyemprot atau pupuk kimia di rumah (64,2 %), dan kamar sendiri (69,2%). Bila dikategorikan maka diketahui bahwa persentase terbesar (95,8%) anak memiliki kesejahteraan subjektif anak pada klasifikasi tinggi (Tabel 7.5). Bila analisis dipilah berdasarkan jenis kelamin anak maka diketahui bahwa contoh anak laki-laki dan contoh perempuan menyatakan tidak puas dalam hal transportasi umum/angkutan umum ke sekolah, dan lapangan bermain anak. Pada umumnya transportasi umum di desa menggunakan ojek, jalan kaki atau diantar oleh orangtua. Sementara itu, hasil pengamatan menunjukkan sedikit adanya lapangan bermain. Selain itu, presentase terbesar contoh laki-laki (96,7%) dan contoh perempuan (95,0%) memiliki kesejahteraan subjektif pada kategori tinggi. Selain itu, berdasarkan hasil uji beda diketahui bahwa anak laki-laki memiliki tingkat kesejahteraan subjektif lebih besar daripada anak perempuan. Umumnya anak laki-laki lebih puas dari anak perempuan dalam hal ketersediaan ruangan di dalam rumah, penyimpanan pestisida/alat penyemprot/pupuk kimia di rumah, hubungan dengan saudara/kerabat jauh dan keramahan teman sekolah (Lampiran 11). Tabel 7.5. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif anak No
Kategori
Anak Laki-laki n % 0 0,0 2 3,3 58 96,7 60 100,0 92,7 ± 6,4 69,0 – 100,0
Anak Perempuan Total n % n % 1 Rendah (≤ 50,0) 0 0,0 0 0,0 2 Sedang (50,1 -75,0) 3 5,0 5 4,2 3 Tinggi (≥ 75,1) 57 115 95,0 95,8 Total 60 100,0 120 100,0 Rata-rata ± SD 91,1 ± 8,4 91,9±7,5 Min – Max 67,8 – 100,0 67,8 – 100,0 p-value 0,223 Keterangan: secara detail pertanyaan kesejahteraan subjektif anak disajikan pada Lampiran 10.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subjektif Anak Variabel-variabel yang disusun dalam model dapat menjelaskan 20,9 persen pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif anak (Tabel 7.6). Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak adalah aktivitas bersama antara orangtua (β=0,350, p=0,01) dan anak dan perlindungan fisik (β=0,226, p=0,05). Artinya, setiap peningkatan aktivitas bersama orangtua-anak dan perlindungan fisik satu satuan maka akan meningkatkan kesejahteraan subjektif anak sebesar β. Semakin bertambah aktivitas bersama orangtua dan anak, maka semakin meningkat kesejahteraan subjektif anak. Juga sama halnya dengan perlindungan fisik memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif anak.
48
Semakin bertambah perlindungan fisik, maka semakin meningkat kesejahteraan kesejahteraan subjektif anak. Tabel 7.6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak Variabel
Kesejahteraan Subjektif Anak Beta t Sig. -0,112 -1,333 0,185 0,008 0,090 0,929 0,068 0,591 0,556 -0,017 -0,191 0,849 0,019 0,195 0,846 -0,144 -1,204 0,231 -0,053 -0,260 0,795 -0,047 -0,233 0,817 0,350 3,814 0,000*** 0,226 2,374 0,019** -0,042 -0,480 0,632 118 3,842(0,000) 0,283 0,209
Jenis kelamin anak (0=L; 1= P) Usia anak (tahun) Usia ibu (tahun) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendapatan (Rp/bln) Pendapatan (Rp/bln/kap) Aktivitas bersama orangtua dan anak (skor) Perlindungan fisik (skor) Perlindungan lingkungan (skor) Df F(p) R2 Adj R2 Keterangan: * signifikan pada p<0,10, ** signifikan pada p<0,05, ***signifikan pada p<0,01
Pembahasan Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif anak dipengaruhi oleh aktivitas bersama orangtua-anak. Aktivitas bersama orangtuaanak yang baik akan meningkatkan kesejahteraan anak. Penelitian ini senada dengan Carlsson et al. (2011) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah jumlah teman dekat, tidak di-bully, serta meluangkan waktu dan berbincang dengan orangtua. Selain itu, aktivitas bersama orangtua-anak penting untuk perkembangan anak, yaitu merangsang, stimulus perkembangan anak (Lamb & Lewis 2004), media belajar (Wong et al. 2008), menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak (Hardjadinata 2009). Kesejahteraan subjektif anak tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin anak. Bila diuji beda, maka anak laki-laki memiliki kesejahteraan subjektif lebih tinggi daripada anak perempuan. Anak laki-laki memiliki kesejahteraan subjektif lebih tinggi dari anak perempuan dalam hal ketersediaan ruangan di dalam rumah, penyimpanan pestisida/alat penyemprot/pupuk kimia di rumah, hubungan dengan saudara/kerabat jauh dan keramahan teman sekolah. Dari hasil analisis uji pengaruh kesejahteraan subjektif anak dipengaruhi oleh perlindungan fisik. Semakin baik perlindungan fisik yang diberikan orangtua maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif anak. Perlindungan fisik yang diberikan orangtua adalah menanamkan ilmu agama sejak dini. Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, orangtua mendidik dan melindungi anak dengan membekali ilmu agama yang kuat. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas anak untuk mengaji yang cukup padat setiap harinya. Aktivitas mengaji dilakukan tiga kali setiap harinya, yaitu pagi, sore dan malam. Selain itu, anak dibekali dengan seni dan
49
budaya daerah setempat. hal ini dapat dilihat dengan adanya sanggar budaya dan seni setiap malam minggu. Kegiatan sanggar budaya dan seni berupa pencak silat, angklung, drama komedi, dan gendang. Orangtua menyatakan hal ini cukup efektif untuk menyalurkan bakat anak dan mencegah anak dalam pergaulan bebas. Aquilino (1986), Clark dan Ladd (2000) menyatakan bahwa pola asuh yang jelas terkait dengan kualitas anak. Hasil penelitian ini juga senada dengan (Rickman & Davidson 1994; Furnham & Cheng 2000) menunjukkan bahwa kepribadian orang tua juga dapat berkontribusi untuk perkembangan dan kesejahteraan anak. Selain itu, hasil penelitian menyatakan orangtua mencubit atau memukul kepada anak jika melakukan kesalahan. Hal ini akan berdampak buruk bagi anak. Pengalaman menyaksikan, mendengar, mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif pada keamanan, stabilitas hidup dan kesejahteraan anak (Carlson 2000). Anak yang mengalami kekerasan fisik juga berdampak negatif terhadap perkembangan emosi, yang sering berlanjut sampai remaja atau dewasa (Messman-Morre, Walsh, & DiLillo 2010). Kekerasan fisik anak dapat melemahkan emosional dan masalah perilaku yang dapat bertahan sampai dewasa dan hubungan sosial ke masa depan, termasuk hubungan orangtua-anak. Hal ini dapat mengarah langsung kerusakan neurologis, cedera fisik, rasa sakit dan cacat. Juga terkait dengan perilaku agresif, masalah emosional dan perilaku, dan kesulitan pendidikan pada masa anak-anak (Finkelhor 2008). Dari hasil analisis diketahui bahwa orangtua mendukung kegiatan pendidikan anak seperti menamani belajar dan memberikan pendidikan agama sejak dini. Hal ini senada dengan Pailhe dan Solaz (2007) menyatakan bahwa orang tua berkontribusi pada pendidikan anak-anak dan meluangkan waktu orang tua dengan anak. Dari hasil analisis menyatakan bahwa orangtua menemani belajar anak. Hal ini senada dengan Cooper et al. (1998) menyatakan orangtua menciptakan lingkungan belajar dengan menyediakan tempat belajar dan menentukan waktu makan, tidur dan pekerjaan rumah serta belajar dan menemani anak belajar. Selain itu, orangtua memuji anak ketika anak mendapatkan hasil yang baik di sekolah. Hasil ini konsisten dengan Miserandino (1996) menyatakan orangtua memotivasi anaknya dengan cara ekstrinsik maupun intrinsik. Orangtua yang menggunakan cara ekstrinsik yaitu dengan cara memberikan uang atau barang apabila sang anak mendapatkan peringkat yang bagus atau menghukumnya apabila peringkat sang anak buruk. Orangtua yang menggunakan cara intrinsik yaitu dengan cara memuji kemampuan atau kerja keras mereka. Motivasi intrinsik akan lebih efektif untuk pembelajaran sang anak. Simpulan Rata-rata pendidikan orangtua contoh adalah SD, dengan pendapatan perkapita lebih dari separuh contoh dibawah garis kemiskinan. Sebagian besar usia ayah dan ibu tergolong dewasa awal. Sebagian besar aktivitas ibu-anak dan aktivitas ayah-anak berada pada kategori rendah. Perlindungan anak yang orangtua dilakukan yaitu perlindungan fisik pada kategori tinggi, sedangkan perlindungan lingkungan pada kategori rendah. Kesejahteraan subjektif anak pada kategori sangat tinggi. Anak laki-laki memiliki kesejahteraan subjektif anak lebih tinggi daripada anak perempuan.
50
Anak laki-laki memiliki tingkat kesejahteraan subjektif lebih besar daripada anak perempuan. Umumnya anak laki-laki lebih puas dari anak perempuan dalam hal ketersediaan ruangan di dalam rumah, penyimpanan pestisida/ alat penyemprot/ pupuk kimia di rumah, hubungan dengan saudara/kerabat jauh dan keramahan teman sekolah. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak adalah jenis kelamin anak, usia ayah, usia ibu, aktivitas bersama orangtua-anak, dan pelindungan fisik. Jenis kelamin dan usia ayah memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif anak. Usia ibu, aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan fisik memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif anak. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan yaitu pertama, perlunya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga dan masyarakat tentang manfaat aktivitas bersama orangtua-anak, terutama aktivitas bersama ayah-anak beserta pola pengasuhannya. Aktivitas bersama orangtua-anak adalah sebagian kecil dari investasi anak, yang berdampak pada kualitas anak masa depan dan juga pembagunan nasional. Kedua, perlu adanya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga, sekolah dan masyarakat terkait pentingnya perlindungan lingkungan anak di keluarga petani. Ketiga, populasi pada penelitian ini memiliki karakteristik contoh yang homogen, sehingga pemilihan lokasi pada penelitian selanjutnya diharapkan memiliki karakteristik yang contoh yang berbeda, misalnya petani dataran rendah dan petani dataran tinggi. Daftar Pustaka Aquilino WS. 1986. Children‘s perceptions of marital interaction. Child Study Journal, 16, 159-172. BKKBN. 1996. Panduan Pembagunan Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional. Jakarta. _______. 1998. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN. [BPS]. 2000. Laporan Kesejahteraan Anak. Jakarta: Badan Pusat Statistik. _____. 2013. Data Informasi Kemiskinan 2012-2013. Jakarta: BPS Pusat. Bronfenbrenner U. 1979. The ecology of human development: Experiments by nature and design. Cambridge, MA: Harvard University Press. Carlson BE. 2000. Children exposed to intimate partner violence: Research findings and implications for intervention. Trauma, Violence and Abuse, 1, 321-340. Carlsson F, Lampi E, Li W, Martinsson P. 2011. Subjective well-being among preadolescents. Journal Departement of Economics: University of Gothenburg. Clark KE, & Ladd GW. 2000. Connectedness and autonomy support in parentchild relationships: Links to children‘s socioemotional orientation and peer relationships. Developmental Psychology, 36,485-498.
51
Cooper HH, Lindsay JJ, Nye B, & Greathouse S. 1998. Relationships between attitudes about homework, the amount of homework assigned and completed, and student achievement. Journal of Educational Psychology 90: 70-83 Crittenden P. 1998. Child Neglect: Causes and Contributions. In H. Dubowitz (ed) (1999) Neglected Children: Research, Practice and Policy. Thousand Oaks: Sage. Cummins R, Eckersley R, Pallant J, Van VJ, & Misajon R. 2003. ‗Developing a national index of subjective wellbeing: the Australian Unity Wellbeing Index‘, Social Indicators Research, vol. 64, pp 159-190. Fenske. 1990. Potential exposure and health risks of infants following indoor residential pesticide applications. American Journal of Public Health 80(6):689-693. Finkelhor D. 2008. Childhood Victimiza-tion: Violence, Crime, and Abuse in the Lives of Young People. New York, NY: Oxford University Press. Furnham A, & Cheng H. 1999. Personality and predictors of mental health and happiness in the east and West. Personality and Individual Differences, 27, 395-403. Gray LE, Ostby J, Furr J, Wolf CJ, Lambright C, Parks L, Veeramachaneni DN, Wilson V, Price M, Hotchkiss A, Orlando E, & Guillette L. 2001. Effects of environmental antiandrogens on reproductive development in experimental animals. Hum.Reprod Update. 7(3), 248-264. Gosita A. 2004. Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan). Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Hadawi RA. 2001. Psikologi Perkembangan Mengenal Sifat dan Kemampuan Anak-Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Halle T. 1999. The Meaning of Father Involvement for Children. Tersedia pada: http://www.childtrends.org/files/dadmeaning.pdf.[diunduh8Januari2014]. Hastuti D, Syarief H, Megawangi R, Guhardja S, & Patmonodewo S. 2008. Karakteristik Keluarga, Interaksi Ibu-Anak, dan Pengasuhan serta Pengaruhnya pada Tumbuh Kembang Anak di Bogor dan Depok. Media Gizi dan Keluarga 32 (1): 42-55. Havighurst J. 1972. Developmental tasks and education (3rd ed.) New York: D. Mekay Company. Hawley JK. 1985. Assessment of health risk from exposure to contaminated soil. Risk Anal. 5:289-302. Huebner ES. 1991. Correlates of life satisfaction in children. School Psychology Quarterly 6: 103-111. Kendall-Tackett KA. 2001. Physiological correlates of childhood abuse: chronic hyper-arousal in PTSD, depression, and irritable bowel syndrome. Child Abuse Neglect; 24(6):799-810. Kendall-Tackett KA. 2003 Treating the lifetime health effects of childhood victimization Kingston, NJ: Civic Research Institute Inc. Lamb ME, & Lewis C. 2004. The development and significance of father –child relationships in two-parent families. In M. E. Lamb (Ed.),The role of the father in child development(4th ed., pp. 272–306). Hoboken, NJ: Wiley.
52
Land K, Lamb V, Meadows S, & Taylor A. 2007. Measuring Trends in Child Well-Being: An Evidence-Based Approach. Social Indicators Research: [Diunduh 1 September 2013]; 80 (1), 105-132. Lewis RG, Fortmann RC, & Camann DE. 1994. Evaluation of methods for monitoring the potential exposure of small children to pesticides in the residential envi-ronment. Arch. Environ. Contamin. and Toxicol. 26:37-46 Longnecker MP, Klebanoff MA, Brock JW, Zhou H, Gray KA, Needham LL, & Wilcox AJ. 2002. Maternal serum level of 1,1-dichloro-2,2-bis (pchlorophenyl) ethylene and risk of cryptorchidism, hypospadias, and polythelia among male offspring. American Journal of Epidemiology 155(4), 313-322. 2-15. Longnecker MP, Klebanoff MA, Zhou H, & Brock JW. 2001. Association between maternal serum concentration of the DDT metabolite DDE and preterm and small-for-gestational-age babies at birth. Lancet 358(9276), 110-114. 7-14. Longnecker MP, Rogan WJ, & Lucier G. 1997. The human health effects of DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) and PCBS (polychlorinated biphenyls) and an overview of organochlorines in public health. Annu.Rev.Public Health 18, 211-244. Lupton C, Burd L, & Harwood R. 2004. Cost of fetal alcohol spectrum disorders. Am.J.Med.Genet.C.Semin.Med.Genet. 127(1), 42-50. 5-15 Messman-Morre T, Walsh K, & DiLillo D. 2010. Emotion dysregulation and risky sexual behavior in revictimization. Child Abuse & Neglect, 34(12), 967–976. National Research Council. 1993. Pesticides In the Diets of Infants and Children.Washington, DC: National Academy Press. National Research Council. 1984. Toxicity Testing: Needs and Priorities. Washington, D.C., National Academy Press. Newcombe HB, & McGregor JF. 1971. Childhood cancer following obstetric radiography. Lancet 2(7734), 1151-1152. 11-20. Papalia D, & Olds S. 1998. Human Development. (7th ed). New York : Mc. Graw Hill. Parsons T, & Bales RF. 1955. Family, social-ization and interaction process. Glencoe, IL: Free Press. Repetto & Baliga. 1996. Pesticides and the immune system. Washington, DC: World Resources Institute (March) Rickman M. & Davidson R. 1994. Personality and behavior in parents of tempermentally inhibited and unhibited children. Developmental Psychology, 30(3), 346-354. Sidi I. 2007. Ayah Vs Anak Lelakinya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tadesse A, & Asferachew A. 2008. An Assessment of The Pesticide Use, Practice And Hazards in The Ethiopian Rift Valley. Africa Stockpiles program, Annex 6, 61p. Thompson S, & Aked J. 2009. A guide to measuring children‘s well-being. Diunduh dari: www.actionforchildren.org.uk [8 April 2014] Trasande L, Landrigan PJ, & Schechter C. 2005. Public health and economic consequences of methyl mercury toxicity to the developing brain. Environ.Health Perspect. 113(5), 590-596.
53
Trasande L, & Thurston GD. 2005. The roleof air pollution in asthma and other pediatric morbidities. J.Allergy Clin.Immunol. 115(4), 689-699. Yeung WJ, Liver MR, & Brooks-Gun J. 2002. How Money Metters for Young Children‘s Development: Parental Investment and Family Processes. Journal of Child Development. 73. Zartarian. 1998. Dermal exposure: The missing link. Environ. Sci. and Tech.134A (March 1). Zweiner & Ginsburg. 1988. Organophosphate and carbamate poisoning in infants and children. Pediatrics81(1):121-126
8 PEMBAHASAN UMUM Dari hasil uji pengaruh diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan anak adalah aktivitas bersama orangtua-anak, dan perlindungan fisik. Hasil penelitian ini senada dengan Carlsson et al. (2011) menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif orang tua tidak mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak, juga tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan subjektif anak dengan kesejahteraan orang tua mereka. Sebaliknya, faktor-faktor seperti jumlah teman dekat, tidak diganggu, dan menghabiskan waktu dan berbincang dengan orang tua berkorelasi positif dengan kesejahteraan subjektif anak. Temuan lain yang menarik adalah bahwa kesejahteraan anak tampaknya tidak berkorelasi dengan kinerja sekolah mereka. Aktivitas bersama orangtua, baik ayah maupun ibu, dengan anak masih tergolong rendah. Pekerjaan petani membutuhkan ketelatenan, mulai dari menanam, merawat, menyiangi, menjaga hingga panen sehingga membutuhkan waktu yang lama. Pekerjaan petani yang cukup padat mempengaruhi berkurangnya waktu orangtua bersama anak. Sehingga akan mempengaruhi waktu bersama baik secara kuantitas maupun kualitas. Hasil penelitian ini didukung oleh Benson dan Mokhari (2011) yang menyatakan bahwa jam kerja orang tua dapat mempengaruhi baik secara kualitas maupun kuantitas dalam hal menghabiskan waktu orangtua dengan anak-anak. Aktivitas bersama orangtua-anak dapat dilakukan seperti membangun atau memperbaiki bangunan mainan dan membaca. Selain itu, hasil penelitian ini didukung oleh Cardoso et al. (2010) menyatakan hubungan antara orang tua dan penggunaan waktu anak adalah konsisten dengan mekanisme yang berbeda yaitu model peran orang tua, preferensi transmisi antargenerasi, atau efek jaringan. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh Martinez (2013) menyatakan bahwa investasi dalam pengukuran kesejahteraan anak diperlukan, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan subyektif, penggunaan waktu, dan peran anak-anak dalam rumah tangga dan dalam masyarakat. Sementara itu, penelitian Haye et al. (2012) menemukan faktor yang mempengaruhi dukungan aktivitas fisik orangtua-anak adalah relasi, individu dan sosial budaya. Pada hasil penelitian ini terlihat bahwa aktivitas bersama ayah-anak sangat rendah. Aktivitas bersama ayah-anak penting untuk perkembangan anak. Selain itu, aktivitas bersama ayah-anak lebih memiliki pengaruh daripada kebersamaan ibu dan anak. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Hallberg dan Klevmarken (2002) menyatakan bahwa perubahan dalam jam kerja ibu memiliki kurang
54
pengaruh daripada perubahan jam kerja ayah dalam hal melakukan kegiatan bersama orangtua dan anak. Selain itu, hasil pengamatan menyatakan umumnya orangtua menghabiskan hari libur bersama keluarga. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Hallberg dan Klevmarken (2002) menyatakan orang tua lebih memilih kegiatan bersama dengan anak-anak mereka, dan pada waktu libur orangtua memilih melakukan kegiatan diluar rumah secara bersama-sama. Perlindungan pestisida pada keluarga petani masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran keluarga petani terhadap bahaya pestisida baik didalam maupun diluar ruamah. Hal ini dapat terlihat bahwa orangtua masih menyimpan pestisida dan alat pertanian di dapur, baik di dekat alat masak maupun diatap dapur. Perlindungan anak terhadap bahaya pestisida inipun masih tergolong rendah. Penyimpanan pestisida yang tidak tepat dan aman seperti di dapur akan menyebabkan anak mudah menjangkau pestisida sehingga menyebabkan akibat yang fatal. Hasil penelitian ini senada dengan Stadlinger et al. (2011) menyatakan bahwa umumnya petani meletakkan pestisida di dapur dan hanya dua petani yang meletakkan pestisida diluar rumah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keluarga petani menyatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit asma, alergi, batuk-batuk, bronchitis. Hal ini terjadi karena lemahnya perlindungan pestisida terhadap keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian studi-studi lain tentang bahaya pestisida seperti meningkatkan resiko penyakit parkinson (Hancock 2008), menghambat perkembangan janin (Petit et al. 2010), masalah kesehatan seperti cacat lahir, kerusakan saraf, kanker, dan efek lain yang mungkin terjadi selama panjang waktu (Van Dijk 2000; Bruce 2002). Dari hasil analisis menyatakan responden sering bermasalah pada kesuburan tanah yang setiap tahunnya semakin menurun. Hasil ini didukung oleh Riah et al. (2014) menyatakan penggunaan pestisida di bidang pertanian telah sangat meningkat selama 40 tahun terakhir untuk meningkatkan hasil panen. Namun, saat ini sebagian besar pestisida yang mencemari air, tanah, suasana dan makanan. Pestisida juga berdampak tanah enzim, yang merupakan katalis penting berkuasa kualitas kehidupan tanah. Secara khusus, aktivitas enzim tanah berguna untuk kontrol siklus nutrisi dan fertilisasi. Selain itu, keamanan keluarga petani terhadap bahaya pestisida masih rendah. Hal ini terlihat pada umumnya keluarga petani mencuci alat pestisida pada bak penampungan yang sama dengan mencuci alat dapur. Adapun sistem perairan di desa petani yaitu mengalir dari atas kebawah melewati bak penampungan setiap rumah. Artinya, air yang sudah tercemar pestisida dari rumah atas akan masuk ke rumah yang berada di bawahnya. Sehingga kemanan air pada keluarga petani pada penelitian ini sangat tidak aman. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan pestisida pada kategori sedang. Pengetahuan pestisida berguna untuk mencegah bahaya pestisida terhadap diri sendiri dan keluarga. Penelitian ini senada dengan Stadlinger et al. (2011) menyatakan bahwa pengetahuan pestisida petani daerah Rufiji di Tanzania tergolong sedang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perlindungan dari pestisida. Hal ini dapat dijelaskan yaitu umumnya petani mengetahui dan membaca petunjuk dosis pestisida jika akan menggunakan pestisida. Namun, dalam praktiknya petani masih lalai untuk
55
menaati peraturan yang telah dibuat. Hal ini dapat terlihat bahwa petani masih menggabungkan dua jenis pestisida menjadi satu dengan alasan hemat dan agar tidak mengeluarkan biaya banyak. Hasil penelitian ini konsisten dengan Salameh et al. (2004), melaporkan tingkat pengetahuan penggunaan pestisida tinggi, tetapi penggunaan tindakan perlindungan semakin rendah. Selain itu, penelitian ini senada dengan Lekei et al. (2014) menyatakan bahwa petani di desa Tanzania memiliki pengetahuan yang baik namun praktek melindungi diri dari bahaya pestisida sangat rendah. Selain itu, hasil analisis diketahui bahwa keluarga petani pada penelitian ini, sebagian besar adalah keluarga miskin. Adapun, kesejahteraan subjektif anak yang memiliki kategori yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif anak tidak ada kaitannya dengan latar belakang keluarga miskin. Hal ini didukung dengan hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif anak tidak ada hubungan dengan pendapatan keluarga. Hasil penelitian ini tidak senada dengan hasil penelitian Main (2014) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan prediktor penting dari kesejahteraan subjektif anak serta anak yang berasal dari ekonomi tinggi lebih berhasil daripada keluarga yang berasal dari pendapatan minimum. Selain itu, hasil penelitian Cummins (2000) menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan dan kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian ini tidak senada dengan Main (2014) dikarenakan pada penelitian ini memiliki karakteristik keluarga yang sangat homogen. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Clair (2012) menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kepuasan hidup orang tua dan kepuasan hidup anak-anak mereka, yang berbeda antara ibu dan ayah. Kepuasan hidup yang tinggi pada ibu ditemukan lebih berpengaruh pada anak-anak yang memiliki kepuasan tinggi. Sementara itu, pengaruh kepuasan hidup ayah tidak ada variasi, kepuasan hidup ayah memiliki pengaruh yang konsisten pada anak-anak terlepas dari tingkat kepuasan hidup. Tidak ada hubungan signifikan antara kesejahteraan afektif orangtua dengan kepuasan hidup anak-anak mereka. Temuan untuk kepuasan hidup orang tua, kualitas hubungan dengan ibu mereka ditemukan bervariasi sesuai dengan tingkat kepuasan hidup anak sementara kualitas hubungan dengan ayah memiliki pengaruh yang konsisten.
9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata pendidikan orangtua contoh adalah SD, dengan pendapatan perkapita lebih dari separuh contoh dibawah garis kemiskinan. Sebagian besar usia ayah dan ibu tergolong dewasa awal. Sebagian besar aktivitas ibu-anak dan aktivitas ayah-anak berada pada kategori rendah. Perlindungan fisik pada kategori tinggi, sedangkan perlindungan lingkungan pada kategori rendah. Kesejahteraan subjektif anak pada kategori sangat tinggi. Anak laki-laki memiliki kesejahteraan subjektif anak lebih tinggi daripada anak perempuan. Responden memiliki pengetahuan pestisida pada kategori sedang. Sementara itu perlindungan anak dari pestisida pada kategori rendah.
56
Dari hasil analisis diketahui bahwa tidak adanya variabel yang berhubungan signifikan positif dengan perlindungan dari pestisida. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak adalah jenis aktivitas bersama orangtua-anak, dan pelindungan fisik. Aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan fisik memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif anak. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan yaitu pertama perlunya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga dan masyarakat tentang manfaat aktivitas bersama orangtua-anak, terutama aktivitas bersama ayah-anak beserta pola pengasuhannya. Aktivitas bersama orangtua-anak adalah sebagian kecil dari investasi anak, yang berdampak pada kualitas anak masa depan dan juga pembagunan nasional. Kedua, Perlu adanya sosialisasi dan pendampingan kepada keluarga, sekolah dan masyarakat terkait pentingnya perlindungan lingkungan anak di keluarga petani. Ketiga, perlu adanya sosialisasi dampak dan pengaruh pestisida terhadap keluarga dan pertanian agar kesadaran petani meningkat. Keempat, populasi pada penelitian ini memiliki karakteristik contoh yang homogen, sehingga pemilihan lokasi pada penelitian selanjutnya diharapkan memiliki karakteristik yang contoh yang berbeda, misalnya petani dataran rendah dan petani dataran tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada project Gender-CRSP didanai USAID dan IPB – Virginia Tech. Hasil penelitian yang disajikan ini menggunakan sebagian data penelitian hasil kerjasama ketiga institusi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ajayi OC, & Akinnifesi FK. 2008. Farmers' understanding of pesticide safety labels and field spraying practices: a case study of cotton farmers in northern Cote d'Ivoire. Sci. Res. Essays 2, 204-210. Anwar S, Liaquat F, Khan QM, Khalid ZM, Iqbal S. 2009. Biodegradation of chlorpyrifos and its hydrolysis product 3,5,6-trichloro-2-pyridinol by Bacillus pumilusstrain C2A1. J Hazard Mater 168:400–405 Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aquilino WS. 1986. Children‘s perceptions of marital interaction. Child Study Journal, 16, 159-172. Atreya K. 2007. Pesticide use knowledge and practices: gender differ-ences in Nepal. Environ Res;104(2):305–11 Babbie E. 1992. The Practice of Social Research. Sixth Edition. Belmont, California: Wadsworth Publish Company
57
Bailey D. 2008. Climate change impacts on the UnitedStates. National Assessment Synthesis Team, US Global Change Research Program, David Suzuki Foundation, Canada. Becker GS. 1993. Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education (3rd ed.): The University of Chicago Press. Benson L, & Mokhtari M. 2011. Parental Employment, Shared Parent-Child Activities and Childhood Obesity. Springer. 32:233-244. DOI 10.1007/s10834-011-9249-0 Bruce DR. 2002. The foundation for global action on persistent organic pollutants: a United States perspective. Washington: EPA, Office of Research and Development. http://www.epa.gov [BKKBN]. 1996. Panduan Pembagunan Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional. Jakarta. ________. 1998. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN. [BPS]. 1993. Analisis Perkembangan Kesejahteraan Rumah Tangga di Indonesia 1983-1991 (Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional). Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik _____. 2000. Laporan Kesejahteraan Anak. Jakarta: Badan Pusat Statistik. _____. 2013. Data Informasi Kemiskinan 2012-2013. Jakarta: BPS Pusat. Bronfenbrenner U. 1979. The ecology of human development: Experiments by nature and design. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household, Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press. __________________. ―Trends in time spent caring for children: 1924:31 vs. 1981. Proceedings of the American Statistical Association‘s 1993 Winter Conference, 401-409. Cardoso AR, Fontainha E, Monfardini C. 2010. Children‘s and Parents‘ time use: empirical evidence on investment in human capital in france, Germany and Italy. Springer. 8:479-504. DOI 10.1007/s11150-010-9090-5 Carlson BE. 2000. Children exposed to intimate partner violence: Research findings and implications for intervention. Trauma, Violence and Abuse, 1, 321-340. Carlsson F, Lampi E, Li W, Martinsson P. 2011. Subjective well-being among preadolescents. Journal Departement of Economics: University of Gothenburg. Chaudhry IS, Malik S, Hassan A, Faridi MZ. 2010. Does education alleviate poverty? Empirical evidence from Pakistan. IRJFE: Issue 52 (2010). Clair A. 2012. The Relationships parent‘s subjective well-being and the life satisfaction of their children in Britain. Springer: Springer Netherlands. DOI: 10.1007/s12187-012-9139-5. Clark KE, & Ladd GW. 2000. Connectedness and autonomy support in parentchild relationships: Links to children‘s socioemotional orientation and peer relationships. Developmental Psychology, 36,485-498. Cooper HH, Lindsay JJ, Nye B, & Greathouse S. 1998. Relationships between attitudes about homework, the amount of homework assigned and completed, and student achievement. Journal of Educational Psychology 90: 70-83
58
Coronado GD, Thompson B, Strong L, Griffith WC, Islas I. 2004. Agricultural task and exposure to organophosphate pesticides among farm workers. Environ. Health18 Persp, 112, 142-147 Cracolici MF, Giambona F, Cuffaro M. 2013. Family Structure and Subjective Economic Well-Being: Some New Evidence. Springer. DOI 10.1007/s11205-013-0425-5 Crittenden P. 1998. Child Neglect: Causes and Contributions. In H. Dubowitz (ed) (1999) Neglected Children: Research, Practice and Policy. Thousand Oaks: Sage. Crossan AN, Nguyen TTT, Pham NH, & Ivan RK, editor. 2005. Safer Selection and Use of Pesticide. Australia: Pirion Ltd. Cummins RA. 2000. ‗Personal income and subjective well-being: A review‘. In Journal of Happiness Studies vol.1 no.2 pp133-158. Cummins R, Eckersley R, Pallant J, Van VJ, & Misajon R. 2003. ‗Developing a national index of subjective wellbeing: the Australian Unity Wellbeing Index‘, Social Indicators Research, vol. 64, pp 159-190. Dadang. 2007. Insektisida Untuk Pertanian. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Damalas CA, Georgiou EB, Theodorou MG. 2006. Pesticide use and safety practices among Greek tobacco farmers: A survey. Int. J. Environ. Health Res. 16, 339-22 348. Das R, Steege A, Baron S, Beckman J, & Harrison R. 2001. Pesticide related illness among migrant farm workers in the United States Int J. Occup Environ Health Oct-Dec 7(4): 303-12. Djoenaesih S. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi Jilid 1. Yogyakarta: Liberty. Doll EA. 1953. The measurement of social competence: A manual for the Vineland Social Maturity Scale. (US): Educational Test Bureau Educational Publishers. Dunn JS, Kinney DA, Hofferth SL. 2003. Parental Ideologies and Children‘s After School Activities. The American Behavioral Scientist, pp 1359 Eipstein SS. 2002. Home and garden pesticide. University of Illinois. http://www.preventcancer.com/consumers/household/pesticides_home.htm [3 Juli 2014]. Ejaz S, Akram W, Lim CW, Lee JJ, Hussain I. 2004. Endocrine disrupting pesticides: a leading cause of cancer among rural people in Pakistan. Exp Oncol 26:98–105 Fakih M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fenske. 1990. Potential exposure and health risks of infants following indoor residential pesticide applications. American Journal of Public Health 80(6):689-693. Finkelhor D. 2008. Childhood Victimiza-tion: Violence, Crime, and Abuse in the Lives of Young People. New York, NY: Oxford University Press. Fitzpatrick MA, & Marshall LJ. 1996. The effect of family communication environment on children‘s social behavior during middle childhood. Communication Research 23 (4): 379-407. Fjortoft I, Kristoffersen B, Segie J. 2010. Children in Schoolyards: Tracking Movement Patterns and Physical Activity In Schoolyards Using Global
59
Positioning System and Heart Rate Monitoring. Landscape and Urban Planning, 93. Flint, & Bosh VD. 1981. Introduction to Integrated Pest Management. New York: Plenum Press. Furnham A, & Cheng H. 1999. Personality and predictors of mental health and happiness in the east and West. Personality and Individual Differences, 27, 395-403. Gray LE, Ostby J, Furr J, Wolf CJ, Lambright C, Parks L, Veeramachaneni DN, Wilson V, Price M, Hotchkiss A, Orlando E, & Guillette L. 2001. Effects of environmental antiandrogens on reproductive development in experimental animals. Hum.Reprod Update. 7(3), 248-264. Goleman D. 2007. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ. T Hermaya, Penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, Terjemahan dari: Emotional Intelligence. Gomes J, Lloyd OL, & Revitt DM. 1999. The influenceof personal protection, environmental hygiene and exposure to pesticides on the health of immigrant farm workers in a desert country. International Archives of Occupa-tional and Environmental Health, 72, 40–45. Gosita A. 2004. Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan). Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Hadawi RA. 2001. Psikologi Perkembangan Mengenal Sifat dan Kemampuan Anak-Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Hallberg D, & Klevmarken A. 2002. Time for Children: A study of parent‘s time allocation. Springer Journal. 16:205-226 Halle T. 1999. The Meaning of Father Involvement for Children. Tersedia pada: http://www.childtrends.org/files/dadmeaning.pdf.[diunduh8Oktober2014]. Hamilton P. 1983. Key Sociologists Talcott Parsons. Ellis Horwood Tavistock Publications Limited. England Hancock DB, Martin ER, Mayhew GM, Stajich JM, Jewett R, Stacy MA, Scott BL, Vance JM, & Scott WK. 2008. Pesticide exposure and risk of Parkinson's disease: A family-based case-control study. BMC Neurology Journal. doi:10.1186/1471-2377-8-6 Harrel J, Gansky S, Bradley C, McMurray R. 1997. Leisure time activities of elementary school children. Nursing Research, 46, 5: 246-53. Hastuti D, Syarief H, Megawangi R, Guhardja S, & Patmonodewo S. 2008. Karakteristik Keluarga, Interaksi Ibu-Anak, dan Pengasuhan serta Pengaruhnya pada Tumbuh Kembang Anak di Bogor dan Depok. Media Gizi dan Keluarga 32 (1): 42-55. Havighurst J. 1972. Developmental tasks and education (3rd ed.) New York: D. Mekay Company. Hawley JK. 1985. Assessment of health risk from exposure to contaminated soil. Risk Anal. 5:289-302. Haye KDL, Heer HDD, Wilkinson AV, Koehly LM. 2012. Predictor of ParentChild Relationship that Support Physical Activity in Mexican-American Families. Springer. 37:234-244. DOI 10.1007/s10865-012-9471-8. Huebner ES. 1991. Correlates of life satisfaction in children. School Psychology Quarterly 6: 103-111.
60
Hurlock EB. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Hurtig AK, San Sebastian M, Soto A, Shingre A, Zambrano D, Guerrero W. 2003. Pesticide use among farmers in the Amazon basin of Ecuador. Arch Environ Health; 58(4):223–8 Ibitayo OO. 2006. Egyptian farmers' attitudes and behaviors regarding agricultural pesticides: implications for pesticide risk communication.Risk Anal,26(4):989–995. Kamel F, Engel LS, Gladen BC, Hoppin JA, Alavanja MC, Sandler DP. 2005. Neurologic symptoms in licensed private pesticide applicators in the agricultural health study. Environ Health Per-spect;113(7):877–82 Kendall-Tackett KA. 2001. Physiological correlates of childhood abuse: chronic hyper-arousal in PTSD, depression, and irritable bowel syndrome. Child Abuse Neglect; 24(6):799-810. Kendall-Tackett KA. 2003 Treating the lifetime health effects of childhood victimization Kingston, NJ: Civic Research Institute Inc. Kerlinger FN. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. 1996. Profil Gender Nasional Tahun 1996. Jakarta: Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Knezevic Z, & Serdar M. 2008. Screening of fresh fruits and vegetables for pesticide residues on Croatian Market. J. Food Control doi, 10:1016 Koh D, & Jeyaratnam J. 1996. Pesticide hazards in devel-oping countries.The Science of the Total Environment,188, S78–S85. Koirala P, Dhakal S, & Tamrakar AS. 2009. Pesticides and Food Safety Issues in Nepal. The Journal of Agriculture and Environment, 10: 33-36 Konradsen F, Van der Hoek W, Cole DC, Hutchinson GI, Daisley H, Singh S, Eddleston M. 2003. Reducing acute poisoning in developing countriesoptions for restricting the availability of pesticides. Toxicology, 192: 249261. Lamb ME, & Lewis C. 2004. The development and significance of father –child relationships in two-parent families. In M. E. Lamb (Ed.),The role of the father in child development(4th ed., pp. 272–306). Hoboken, NJ: Wiley. Lamers M, Anyusheva M, Nguyen VV, Streck T. 2011. Pesticide pollution in surface- and groundwater by paddy rice cultivation: a case study from Northern Vietnam. Clean Air Soil Water 39:356–361 Land K, Lamb V, Meadows S, & Taylor A. 2007. Measuring Trends in Child Well-Being: An Evidence-Based Approach. Social Indicators Research: [Diunduh 1 September 2013]; 80 (1), 105-132. Leavell AS, Tamis-LeMonda CS, Rubie DN, Zosuls KM, Cabrera NJ. 2011. African American, White and Latino Fathers‘ Activities with their sons and daughters in Early Childhood. Springer. 66:53–65. DOI 10.1007/s11199011-0080-8 Lee J. 2007. Sibling size and investment in children‘s education: an Asian instrument. Springer-Verlag. Vol. 21: 855-875
61
Lekei EE, Ngowi AV, London L. 2014. Farmers‘ knowledge, practices and injures associated with pesticide exposure in rural farming villages in Tanzania. BMC Public Health2014,14:389 Lewis RG, Fortmann RC, & Camann DE. 1994. Evaluation of methods for monitoring the potential exposure of small children to pesticides in the residential envi-ronment. Arch. Environ. Contamin. and Toxicol. 26:37-46 Li A, Tanabe S, Jiang G, Giesy JP, Lam PKS. 2007. Persistent organic pollutants in Asia: sources, distributions, transport and fate. Elsevier Science, Amsterdam Longnecker MP, Klebanoff MA, Brock JW, Zhou H, Gray KA, Needham LL, & Wilcox AJ. 2002. Maternal serum level of 1,1-dichloro-2,2-bis (pchlorophenyl) ethylene and risk of cryptorchidism, hypospadias, and polythelia among male offspring. American Journal of Epidemiology 155(4), 313-322. 2-15. Longnecker MP, Klebanoff MA, Zhou H, & Brock JW. 2001. Association between maternal serum concentration of the DDT metabolite DDE and preterm and small-for-gestational-age babies at birth. Lancet 358(9276), 110-114. 7-14. Longnecker MP, Rogan WJ, & Lucier G. 1997. The human health effects of DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) and PCBS (polychlorinated biphenyls) and an overview of organochlorines in public health. Annu.Rev.Public Health 18, 211-244. Lupton C, Burd L, & Harwood R. 2004. Cost of fetal alcohol spectrum disorders. Am.J.Med.Genet.C.Semin.Med.Genet. 127(1), 42-50. 5-15 Macionis JJ. 1995. Sociology. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Main G. 2014. Child poverty and children‘s subjective well-being. Journal springer online. DOI: 10.1007/s12187-014-9237-7. Mammen K. 2009. Fathers‘ time investments in children: do sons get more?. Springer Verlag. Vol.24:839-871.
Martinez LJV. 2013. Bridging the gap: conceptual and empirical dimensions of child wellbeing in rural Mexico. Springer. 116:567-591. DOI 10.1007/s11205-013-0289-8 Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda,Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Jakarta: Penerbit Mizan. Messman-Morre T, Walsh K, & DiLillo D. 2010. Emotion dysregulation and risky sexual behavior in revictimization. Child Abuse & Neglect, 34(12), 967–976. Mekonnen Y, Agonafir T. 2002. Pesticide sprayers' knowledge, attitude and practice of pesticide useuse on agricultural farms of Ethiopia.Occup Med,52(6):311–315 Meyer JD, DR Caruso, P Salovey. 2000. Emotional Intelligent Meets Traditional Standards for an Intelligence. Intelligence 27 (4) : 267-298. New York (US): Elsevier Science Inc. Mubyarto. 1986. Pengantar ekonomi pedesaan. Jakarta (ID). Jaya Pirusa. Munarso SJ, Miskiyah, Broto W. 2006. Studi kandungan Residu Pestisida pada Kubis, Tomat, dan Wortel di Malang dan Cianjur. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Vol 2.
62
[NPIC] National Pesticide Information Centre. 2007. Assessing Health Risks from Pesticides. www.agric.gov [5 Juli 2014] Nafis F. 2009. Persepsi masyarakat perkotaan terhadap hama permukiman serta pengujian perangkap dan pestisida untuk mengendalikan tikus dan kecoa [Tesis]. Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nalwanga E, Ssempebwa JC. 2011. Knowledge and practices of in-home pesticide use: a community survey in Uganda.J Environ Publ Health, 230894. Accessed at URL: http//www.hindawi.com/journals/jeph/2011/ 230894 National Research Council. 1993. Pesticides In the Diets of Infants and Children.Washington, DC: National Academy Press. National Research Council. 1984. Toxicity Testing: Needs and Priorities. Washington, D.C., National Academy Press. Newcombe HB, & McGregor JF. 1971. Childhood cancer following obstetric radiography. Lancet 2(7734), 1151-1152. 11-20. Ngowi AVF. 2002. Health Impacts of Pesticides in Agriculture in Tanzania.Tampere, Finland: Tampere University press: PhD Thesis Noor NM, Gandhi AD, Ishak I. 2012. Development of Indicators for family wellbeing in Malaysia. Springer. 115: 279-318. DOI 10.1007/s11205-102-02191. Oliveira-Silva JJ, Alves SR, Meyer A, Perez F, Sarcinelli PN, da Costa Mattos RC. 2001. Influence of socioeconomic factors on the pesticides poisoning, Brazil. Rev Saude Publica;35(2):130–5. Ohayo-Mitoko GJ, Kromhout H, Simwa JM, Boleij JS, Heederik D. 2000. Self reported symptoms and inhibition of acetylcholinesterase activity among Kenyan agricultural workers. Occup Environ Med;57(3):195–200 Ortelli D, Edder P, & Corvi C. 2006. Multi residue analysis of 74 pesticides in fruits and vegetable by liquid chromatography-electro spray-tandem ass spectrometry. Analtica Chimica Acta, 520: 33-45. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2009. Perkembangan Manusia. edisi 10, Marswendy B, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Humanika, Terjemahan dari: Human Development, ed 10th Papalia D, & Olds S. 1998. Human Development. (7th ed). New York : Mc. Graw Hill. Park SM, Cho SI, Choi MK. 2010. The Effect of Paternal Investment On Female Fertility Intention In South Korea. Evolution and Human Behavior. Korea. Parsons T, & Bales RF. 1955. Family, social-ization and interaction process. Glencoe, IL: Free Press. Petit C, Chevrier C, Durand G, Monfort C, Rouget F, Garlantezec R, Cordier S. 2010. Impact on fetal growth of prenatal exposure to pesticides due to agricultural activities: a prospective cohort study in Brittany, France. Environmental Health 9:71. Pleck JH. 1997. ―Paternal Involvement: Levels, Sources, and Consequences. In M. E. Lamb (Ed.), The Role of the Father in Child Development (pp. 66103). New York: Wiley. Prasojo BJ. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Ed ke-2. Jakarta: Penebar Swadaya.
63
Price LL. 2000. Demystifying farmers‘ entomological and pest management knowledge: A methodology for assessing the impact on knowledge from IPM-FFS and NES interventions. ProQuest: Agriculture and Human Values. Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press. Rahmat J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Recena MC, Caldas ED, Pires DX, Pontes ER. 2006. Pesticides expo-sure in Culturama, Brazil—knowledge, attitudes, and practices. Environ Res. 2006;102(2):230–6 Repetto & Baliga. 1996. Pesticides and the immune system. Washington, DC: World Resources Institute (March) Riah W, Laval K, Ajzenberg EL, Mougin C, Latour X, Gattin IT. 2014. Effects of Pesticides on soil enzymes: a review. Springer Journal. 12:257–273. DOI 10.1007/s10311-014-0458-2. Rice AS, & Tucker SM. 1986 . Family Life Management 6nd ed. New York: McMillan Publishing Company. Rickman M. & Davidson R. 1994. Personality and behavior in parents of tempermentally inhibited and unhibited children. Developmental Psychology, 30(3), 346-354. Riyadi MA, & Barus DM. 2006. Tanah pertanian - bagi-bagi lahan untuk si gurem. http://www.greenvisions.blogspot.com/2006_11_01_archive.html[4 Januari 2014] Rusastra IW, Napitupulu TA. 2008. Karakteristik wilayah dan keluarga miskin di pedesaan: basis perumusan intervensi kebijakan. Di dalam: Yusdja et al., 92editor. Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Salameh PR, Baldi I, Brochard P, Abi Saleh B. 2004. Pesticides in Lebanon: a knowledge, attitude, and practice study. Environ Res;94(1):1–6. Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak.edisi kesebelas jilid 2, Rahmawati M, A Kuswanti, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga, Terjemahan dari: Child Development, elevent edition. Sarwono P. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka, Yogyakarta. Schwartz MA, & Scott BM. 1994. Marriages and Families: Diversity and Change. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Sekiyama M, Tanaka M, Gunawan B, Abdoellah O, Watanabe C. 2007. Pesticide usage and its association with health symptoms among farmers in rural villages in West Java, Indonesia. Environ Sci,14:23–33 Sharp DS, & Peter C. 2005. Delayed health hazard of pesticides exposure. Annual review of public health, vol 27:312-316 Sidi I. 2007. Ayah Vs Anak Lelakinya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sivayoganathan C, Gnanachandran S, Lewis J, Fernando M. 1995. Protective measure use and symptoms among agropesticide applicators in SriLanka.Soc Sci Med,40(10):431–436. Skidmore W. 1979. Theoretical Thinking in Sociology. Second Editon. Cambridge University Press. New York. Smit LA, van-Wendel-de-Joode BN, Heederik D, Peiris-John RJ, van der Hoek W. 2003. Neurological symptoms among Sri Lankan farmers occupationally
64
exposed to acetylcholinesterase-inhibiting insecticides. Am J Ind Med;44(3):254–64 Singarimbun M, & Efendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Slamet Y. 1993. Analisis Kualitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabara Sosan MB, & Akingbohungbe AE. 2009. Occupational insecticide exposure and \perception of safety measures among cacao farmers in southwestern Nigeria. Arch.Environ. Occup. Health, 64, 185-193. Spencer M, & Inkeles A. 1982. Foundations of Modern Sociology. Third Edition. Prentice, Inc. New Jersey. Stadlinger N, Mmochi AJ, Dobo S, Gyllback E, Kumblad L. 2011. Pesticides use among smallholder rice farmer in Tanzania. Springer. 13:641–656. DOI 10.1007/s10668-010-9281-5 Steward, Cooper S, & Friedley. 1996. Communication and gender (3 rd Ed.) Scottdale, AZ: Gorsuch Scarisbrick. Stout DM II, Bradham KD, Egeghy PP, Jones PA, Croghan CW, Ashley PA. 2009. American healthy homes survey: a national study of residential pesticides measured from floor wipes.Environmental Science and Technology43:4294–4300 Suharyanto, Suprapto, & Rubiyo. 2006. Analisis Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Tanaman Perkebunan Berbasis Kelapa di Kabupaten Tabanan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. hal 146 – 154. Syarief H. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas Suatu Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Tadesse A, & Asferachew A. 2008. An Assessment of The Pesticide Use, Practice And Hazards in The Ethiopian Rift Valley. Africa Stockpiles program, Annex 6, 61p. Thompson S, & Aked J. 2009. A guide to measuring children‘s well-being. Diunduh dari: www.actionforchildren.org.uk [8 April 2014] Tomyn AJ, Norrish JM, Cummins RA. 2011. The subjective wellbeing of indigenous Australian adolescents: validating the personal wellbeing indexschool children. Springer. 110:1013-1031. DOI 10.1007/s11205-011-9970-y Trasande L, Landrigan PJ, & Schechter C. 2005. Public health and economic consequences of methyl mercury toxicity to the developing brain. Environ.Health Perspect. 113(5), 590-596. Trasande L, & Thurston GD. 2005. The roleof air pollution in asthma and other pediatric morbidities. J.Allergy Clin.Immunol. 115(4), 689-699. Tucker P. 2008. The Physical Activity Level of Preschool-Aged Children: A System Review. Early Childhood Research Quarterly, 23(4), 547-558. Turner JH. 1986. The Structure of Sociological Theory (4th Ed), Chicago, Illinois. The Dorsey Press. Turner JS, Helms DB. 1991. Life Span Development. United States of America (US): Holt, Rinehart, and Winston, Inc. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Perlindungan Anak. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979. Kesejahteraan Anak. UNICEF. 2012. Indonesia Laporan Tahunan. UNICEF
65
Untung K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Van Dijk HFG, Brussaard L, Stein A, Baerselman F. 2000. Field research for the authorisation of pesticides. Ecotoxicology, 9(6), 377–381 Wasito. 2006. Perspektif Ketahanan Keluarga dalam Program Ketahanan Pangan di Indonesia. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Wiles R, Davies K, & Campbell C. 1998. Over exposed organophosphate insecticides in children's food. Environmental working group, Washington. Winton, C.A. 1995. Frameworks for Studying Families. The Duskin Publishing Group, Inc. Guilford, Connecticut. Whitmore RW, Kelly JE, Reading PL. 1992. The National Home and Garden Pesticide Survey, Volume 1. Executive Summary,Results, and Recommendations. Prepared by Research Triangle Institute. Rpt no RTI/5100/17–01F, Washington, DC: United States Environmental Protection Agency. WHO. 2003. Pesticide residue in food. In: International program on chemical safety Joint FAO/WHO meeting on pesticides results evaluations 2002, part 2 Toxicology. Yeung WJ, Liver MR, & Brooks-Gun J. 2002. How Money Metters for Young Children‘s Development: Parental Investment and Family Processes. Journal of Child Development. 73. Zartarian. 1998. Dermal exposure: The missing link. Environ. Sci. and Tech.134A (March 1). Zhang H, & Lu Y. 2007. End-users‘ knowledge, attitude, and behavior towards safe use of pesticides: a case study in the Guanting Reservoir area, China. Springer Science+Business Media B.V. 29:513–520. DOI 10.1007/s10653007-9120-2 Zweiner & Ginsburg. 1988. Organophosphate and carbamate poisoning in infants and children. Pediatrics81(1):121-126
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Penelitian pendahuluan
1. Perlindungan anak - Gosita (2004) perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. 2. Perlindungan anak terhadap pestisida - Minh et al. (2008); Gomes (1997) menyatakan penggunaan pestisida menimbulkan bahaya bagi petani. - Li et al. (2007); Anwar et al. (2009); Lamers et al. (2011) menyatakan penggunaan pestisida menimbulkan bahaya bagi lingkungan. - Wiles, Davies dan Campbell (1998) menyatakan bahaya pestisida yaitu penurunan kesehatan manusia seperti penurunan kekbalan, gangguan hormon, kecerdasan berkurang, kelainan reproduksi dan kanker. - Hancock (2008) menyatakan bahaya pestisida yaitu meningkatkan resiko penyakit Parkinson - NRC (1984) menyatakan pestisida mengubah pola perkembangan anak, disfungsi kesehatan dan beresiko penyakit. - NRC (1993) Anak-anak lebih rentan terhadap pestisida karena anak-anak menghirup dosis pestisida yang relatif lebih besar daripada orang dewasa bila terkena pestisida di lingkungan, karena fakta bahwa anak-anak bernapas dalam volume yang lebih besar dari udara dan memiliki permukaan kulit yang lebih besar untuk bobot tubuh yang relatif lebih kecil - Lewis et al. (1994); Hawley (1985) anak menunjukkan perilaku sering tangan-ke-mulut, menelan debu atau tanah yang terkontaminasi dengan jumlah yang relatif besar - Zweiner dan Ginsburg (1988); Fenske (1990) mereka duduk, merangkak atau berguling di tanah, atau terhirup udara yang banyak pestisida - Lewis (1994); Feske (1990); Zartarian (1998) menyatakan Anak-anak beresiko terkena penyakit kulit akibat pestisida. - Price (2000); Koh dan Jeyaratnam (1996) perlindungan terhadap pestisida dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki petani - Riah (2014); Gomes et al. (1999) menyatakan bahaya pestisida bagi ekosistem seperti mencemari air, tanah, udara dan makanan serta enzim tanah - Petit et al. (2010) pestisida berdampak pada menghambat perkembangan janin. - Van Dijk (2000); Bruce (2002) menyatakan pestisida menyebabkan masalah kesehatan seperti cacat lahir, kerusakan saraf, kanker, dan efek lain yang mungkin terjadi selama panjang waktu. - Konradsen et al. (2003); Sekiyama et al. (2007) menyatakan seratus dari seribu orang meninggal setiap tahun akibat dari konsekuensi paparan pestisida.
68
-
Damalas et al. (2006); Ajayi dan Akinnifesi (2008); Sosan dan Akingbohungbe (2009) menyatakan unsur-unsur penggunaan pestisida yang tidak aman seperti; kurangnya perhatian terhadap tindakan pencegahan keselamatan, bahaya lingkungan, dan informasi tentang pertolongan pertama dan penangkal yang diberikan pada label, penggunaan yang salah dan perawatan yang tidak tepat pada peralatan penyemprotan, dan kurangnya penggunaan alat pelindung dan pakaian yang sesuai selama penggunaan pestisida. - Ohayo-Mitoko et al. (2000); Smit et al. (2003); Kamel et al. (2005) menyatakan keluarga petani yang mengalami penyakit asma, sesak napas, bronchitis, dan batuk-batuk. 3. Pengetahuan Pestisida - Djoenaesih (1991) menyatakan pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan adalah sesuatu yang diterima kebenarannya oleh semua atau pada umunya orang yang dapat digunakan untuk keperluan atau kebutuhan sehari-hari, tanpa harus mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya tentang yang diketahui itu. - Zhang dan Lu (2007) menyatakan tingkat pendidikan ortu menentukan tingkat pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida. - Tadesse dan Asferachew (2008) menyatakan pestisida merugikan manusia dan ekosistem. - Munarso et al. (2006) menyatakan kandungan residu pestisida pada Kabupaten Cianjur adalah residu tertinggi 7,4 ppb, dengan mengandung bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbil. - Knezevic & Serdar 2008) menyatakan sayuran segar merupakan bagian penting dari diet yang sehat karena merupakan sumber penting vitamin dan mineral. Namun, sayuran juga dapat menjadi sumber racun dari pestisida. - Ortelli et al. (2006) menyatakan lebih dari 1000 senyawa pestisida digunakan pada tanaman pertanian untuk mengontrol jamur, serangga dan gulma. - Flint dan Bosh (1981) penggunaan pestisida adalah alternatif terakhir untuk mengendalikan hama. - Lekei et al. (2014) menyatakan bahwa petani di desa Tanzania memiliki pengetahuan yang baik namun praktek melindungi diri dari bahaya pestisida sangat rendah. - Salameh et al. (2004), melaporkan tingkat pengetahuan penggunaan pestisida tinggi, tetapi penggunaan tindakan perlindungan semakin rendah. 4. Kesejahteraan subjektif anak - Thompson dan Aked (2009) kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak. - Huebner (1991); Cummins et al. (2003); UNICEF (2012) Indikator kesejahteraan subjektif anak terdiri dari kepuasan rumah, kepuasan materi, kepuasan terhadap hubungan interpersonal, kepuasan terhadap area tempat
69
-
-
-
-
-
-
-
tinggal, kepuasan terhadap kesehatan, kepuasan terhadap sekolah, dan kepuasan personal. Carlsson et al. (2011) menyatakan kesejahteraan subjektif anak dipengaruhi oleh aktivitas bersama orangtua-anak dan perlindungan fisik anak. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah aktivitas bersama orangtua-anak penting untuk perkembangan anak, yaitu merangsang, stimulus perkembangan anak (Lamb & Lewis 2004), media belajar (Wong et al. 2008), menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak (Hardjadinata 2009). Aquilino (1986), Clark dan Ladd (2000) menyatakan bahwa pola asuh yang jelas terkait dengan kualitas anak. Rickman dan Davidson (1994); Furnham dan Cheng (2000) menunjukkan bahwa kepribadian orang tua juga dapat berkontribusi untuk perkembangan dan kesejahteraan anak. Carlson (2000) menyatakan pengalaman menyaksikan, mendengar, mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga menimbulkan pengaruhpengaruh negatif pada keamanan, stabilitas hidup dan kesejahteraan anak. Martinez (2013) menyatakan bahwa investasi dalam pengukuran kesejahteraan anak diperlukan, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan subyektif, penggunaan waktu, dan peran anak-anak dalam rumah tangga dan dalam masyarakat. Main (2014) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan prediktor penting dari kesejahteraan subjektif anak serta anak yang berasal dari ekonomi tinggi lebih berhasil daripada keluarga yang berasal dari pendapatan minimum. Cummins (2000) menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan dan kesejahteraan subjektif.
70
Lampiran 2. Pengukuran variabel Karakteristik Contoh dan Anak ` Pengukuran usia anak, usia orangtua, lama pendidikan orangtua, jumlah anggota keluarga, pengeluaran keluarga dan pendapatan keluarga memiliki skala rasio. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan pokok dan sampingan suami dan istri. Pengkategorian pendapatan dan pengeluaran per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur 2013 dikategorikan rendah apabila lebih kecil dari Rp 268 251/kap/bulan (BPS 2013). Pengkategorian pendapatan dan pengeluaran per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor 2009 dikategorikan rendah apabila lebih kecil dari Rp 268 251/kap/bulan. Pengetahuan Pestisida Instrumen pengetahuan pestisida menggunakan modifikasi kuesioner disertasi Titik (2013). Instrumen asli Titik (2013) adalah 20 pertanyaan yang terdiri dari dimensi kognitif, afeksi dan psikomotorik. Setelah dimodifikasi, penelitian ini menggunakan 10 item pertanyaan. Pengukuran pengetahuan pestisida didasarkan atas 10 pertanyaan. Masingmasing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: ―tidak‖ diberi nilai 0 dan ―ya‖ diberi nilai 1 sehingga total skor antara 0-10. Pengkategorian untuk variabel pengetahuan pestisida dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 60,0 Sedang : 60,0 – 80,0 Tinggi : > 80,1 Perlindungan Anak dari Pestisida Instrumen perlindungan anak dari pestisida merupakan bagian dari instrument perlindungan anak dimensi lingkungan. Instrumen ini lebih spesifik tentang perlindungan dari pestisida. Pengukuran perlindungan anak dari pestisida didasarkan atas 8 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: ―tidak‖ diberi nilai 0 dan ―ya‖ diberi nilai 1 sehingga total skor antara 0-8. Pengkategorian untuk variabel pengetahuan pestisida dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 60,0 Sedang : 60,0 – 80,0 Tinggi : > 80,1
71
Aktivitas Bersama orangtua-anak Instrumen aktivitas bersama orangtua-anak menggunakan Puspitawati (2012) yang telah dimodifikasi. Pengukuran perlindungan anak dari pestisida didasarkan atas 22 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: ―tidak‖ diberi nilai 0 dan ―ya‖ diberi nilai 1 sehingga total skor antara 0-22. Pengkategorian variabel aktivitas bersama orangtua-anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 50.0 Sedang : 50.0 – 75.0 Tinggi : > 75.0 Perlindungan Anak Instrumen perlindungan anak menggunakan kuesioner UNICEF (2012) dengan modifikasi. Instrumen asli UNICEF (2012) terdiri dari 10 pertanyaan yang dengan dimensi fisik dan psikososial. Setelah dimodifikasi, item pertanyaan menjadi 24 pertanyaan yang terdiri dari dimensi fisik dan lingkungan. Pengukuran perlindungan anak dari pestisida didasarkan atas 24 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: ―tidak‖ diberi nilai 0 dan ―ya‖ diberi nilai 1 sehingga total skor antara 0-24. Pengkategorian variabel perlindungan anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 50.0 Sedang : 50.0 – 75.0 Tinggi : > 75.0 Kesejahteraan Subjektif Anak Instrumen kesejahteraan subjektif anak menggunakan modifikasi Overall Life Satisfaction (OLS) dan Life Satisfaction Scale (SLSS) oleh Huebner (1991) dan variasi Personal Well-Being Index (PWI) oleh Cummins et al. (2003) dan UNICEF (2012). Instrument asli adalah 10 pertanyaan yang terdiri dari dimensi kepuasan rumah, kepuasan materi, kepuasan terhadap hubungan interpersonal, kepuasan terhadap area tempat tinggal, kepuasan terhadap kesehatan, kepuasan terhadap sekolah, dan kepuasan personal (Huebner 1991; Cummins et al. 2003; UNICEF 2012). Setelah dimodifikasi item pertanyaan menjadi 28 pertanyaan yang sesuai dengan kondisi lokasi penelitian. Pengukuran perlindungan anak dari pestisida didasarkan atas 28 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan: ―tidak‖ diberi nilai 0 dan ―ya‖ diberi nilai 1 sehingga total skor antara 0-28.
72
Pengkategorian variabel kesejahteraan subjektif anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 50.0 Sedang : 50.0 – 75.0 Tinggi : > 75.0
73
Lampiran 3. Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Nama Barang
1
Sumber/Asal 2
I. Kepemilikan Lahan Kebun 31,7 Pekarangan 60,0 Rumah 9,2 Sawah 92,5 Kolam 97,5 II. Barang Berharga Kendaraan (mobil, motor, sepeda) 49,2 Televisi 52,5 Kulkas 86,7 Handphone 21,7 Emas 76,7 III. Kepemilikan Hewan Ternak Kambing 89,2 Ayam 85,8 Bebek/itik 100,0 Kerbau/sapi 99,2 Ikan 96,7 IV. Kepemilikan Bahan dan Alat - alat pertanian Mesin semprot pestisida 15,0 Pestisida 8,3 Cangkul 7,5 Bibit 7,5 Pupuk 6,7 Ket: 1= tidak ada, 2= bawaan suami atau istri, 3= dibeli bersama
3
31,7 19,2 33,3 4,2 0,0
42,5 20,8 57,5 3,3 2,5
9,2 0,8 0,0 23,3 13,3
41,7 46,7 13,3 55,0 10,0
0,8 0,8 0,0 0,0 0,0
10,0 13,3 0,0 0,8 3,3
15,8 15,0 15,0 15,0 15,0
69,2 76,7 77,5 77,5 78,3
74
Lampiran 4. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang pestisida No
Pernyataan
1
Memiliki pengetahuan tentang pestisida yang paling berbahaya untuk lingkungan Memiliki pengetahuan tentang pestisida yang aman untuk lingkungan Memiliki pengetahuan tentang pestisida berwawasan lingkungan Memiliki pengetahuan tentang pestisida membahayakan keluarga Memiliki pengetahuan tentang dampak pestisida Memiliki pengetahuan tentang gejala keracunan pestisida Memiliki pengetahuan tentang hama yang paling merugikan tanaman kebun Memiliki pengetahuan tentang penyebab penyakit tanaman Memiliki pengetahuan tentang Bio-pestisida Memiliki pengetahuan tentang dampak penggunaan pestisida Memiliki pengetahuan tentang pestisida yang paling manjur untuk mengendalikan hama serangga Memiliki pengetahuan tentang memilih pengendali hama yang berwawasan lingkungan walaupun harganya lebih mahal Memiliki pengetahuan menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama/penyakit tanaman Memiliki pengetahuan menggunakan pestisida sesuai petunjuk dari sumber informasi
2
3
4
5 6
7
8
9 10
11
12
13
14
Anak lakiAnak Total Ujibeda laki Perempuan p-value Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 3,3 3,3 3,3 1,000 96,7 96,7 96,7
3,3
96,7
1,7
98,3
2,5
97,5
0,563
98,3
1,7
90,0
10,0
94,2
5,8
0,052
33,3
66,7
20,0
80,0
26,7
73,3
0,100
70,0
30,0
75,0
25,0
72,5
27,5
0,544
66,7
33,3
56,7
43,3
61,7
38,3
0,264
28,3
71,7
21,7
78,3
25,0
75,0
0,403
33,3
66,7
25,0
75,0
29,2
70,8
0,319
23,3
76,7
21,7
78,3
22,5
77,5
0,829
8,3
91,7
13,3
86,7
10,8
89,2
0,382
30,0
70,0
26,7
73,3
28,3
71,7
0,688
31,7
68,3
38,3
61,7
35,0
65,0
0,448
68,3
31,7
81,7
18,3
75,0
25,0
0,093
11,7
88,3
15,0
85,0
13,3
86,7
0,595
75
No
Pernyataan
15
Memiliki pengetahuan sebelum menggunakan pestisida membaca aturan pemakaian Uji beda
Anak lakiAnak Total Ujibeda laki Perempuan p-value Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 10,0 90,0 10,0 90,0 10,0 90,0 1,000
0,669
76
Lampiran 5. Sebaran contoh berdasarkan perlindungan anak dari pestisida No
1
2
3
4
5
6
7
8
Pernyataan
Anak dan keluarga diperkenalkan dengan pestisida Anak dan keluarga dijelaskan tentang fungsi pestisida Anak dan keluarga dijelaskan bahayanya pestisida terhadap kesehatan Anak dan keluarga diajarkan untuk tidak bermain dengan alat pestisida Anak dan keluarga diajarkan menggunakan alat pestisida secara hatihati Anak dan keluarga dilarang mendekat ketika orangtua sedang melakukan penyemprotan menggunakan pestisida Orangtua mengawasinya sambil bekerja ketika anak bermain di lahan pertanian Anak dan keluarga diberitahu bahaya/penyakit yang ditimbulkan dari pestisida Uji beda
Total
Anak lakiAnak Ujibeda laki Perempuan p-value Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 37,5 61,7 38,3 63,3 36,7 0,852 62,5
65,0
35,0
66,7
33,3
63,3
36,7 0,705
50,0
50,0
55,0
45,0
45,0
55,0 0,277
49,2
50,8
56,7
43,3
41,7
58,3 0,102
50,0
50,0
55,0
45,0
45,0
55,0 0,277
34,2
65,8
38,3
61,7
30,0
70,0 0,340
40,0
60,0
45,0
55,0
35,0
65,0 0,267
51,7
48,3
55,0
45,0
48,3
51,7 0,469
0,321
77
Lampiran 6. Hubungan antar item pertanyaan perlindungan terhadap pestisida dengan pengetahuan pestisida No Perlindungan terhadap pestisida PP1 PP2 1 Anak dan keluarga diperkenalkan dengan pestisida ,211* ,048 2 Anak dan keluarga dijelaskan tentang fungsi pestisida ,270** ,031 3 Anak dan keluarga dijelaskan bahayanya pestisida terhadap ,220* ,027 kesehatan 4 Anak dan keluarga diajarkan untuk tidak bermain dengan ,189* alat pestisida ,021 5 Anak dan keluarga diajarkan menggunakan alat pestisida ,180* secara hati-hati ,027 6 Anak dan keluarga dilarang mendekat ketika orangtua -,052 sedang melakukan penyemprotan menggunakan pestisida ,025 7 Orangtua mengawasinya sambil bekerja ketika anak -,033 ,044 bermain di lahan pertanian 8 Anak dan keluarga diberitahu bahaya/penyakit yang ,162 ,069 ditimbulkan dari pestisida Keterangan: PP1 : Memiliki pengetahuan tentang pestisida membahayakan keluarga PP2 : Memiliki pengetahuan tentang dampak pestisida PP3 : Memiliki pengetahuan tentang gejala keracunan pestisida
PP3 ,105 ,190* ,148 ,084 ,037 -,063 -,098 ,090
78
Lampiran 7. Matriks korelasi pearson variabel yang berhubungan dengan perlindungan pestisida X1 X2 X1 1 X2 -,125 1 X3 -,151 ,386** X4 ,597** -,235** X5 -,120 ,051 X6 -,095 -,082 X7 -,012 ,219* X8 -,023 ,126 PP ,085 ,050 Keterangan: X1 = Usia ibu X2 = Pendidikan ayah X3 = Pendidikan ibu X4 = Jumlah anggota keluarga X5 = Kepemilikan aset X6 = Pengeluaran X7 = Pendapatan X8 = Pengetahuan pestisida PP = Perlindungan pestisida * signifikan pada p ≤ 0.05 ** signifikan pada p ≤ 0.01
X3
X4
X5
X6
X7
X8
PP
1 -,348** -,042 -,089 ,103 -,080 ,099
1 -,068 ,034 -,003 ,060 ,099
1 ,186* ,190* ,197* -,013
1 -,031 -,126 ,106
1 ,114 -,116
1 -,093
1
79
Lampiran 8. Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bersama orangtua No
1
2
3
4 5 6 7 8 9 10
Aktivitas Bersama
Makan pagi bersama Saat makan siang bersama Makan malam bersama Menjelang tidur Setelah beribadah Menonton tv Orang tua bekerja Anak belajar Anak bermain Anak akan berangkat sekolah
Ibu-Anak
Ayah-Anak
Ujibeda (p-value)
Ibu-Anak Laki-laki Tidak Ya
Ibu-Anak Perempuan Tidak Ya
Ujibeda (p-value)
Ayah-Anak Laki-laki Tidak Ya
Ayah-Anak Perempuan Tidak Ya
Ujibeda (p-value)
Tidak
Ya
Tidak
Ya
48,3
51,7
69,2
30,8
0,011
50,0
50,0
46,7
53,3
0,718
73,3
26,7
65,0
35,0
0,327
85,8
14,2
93,3
6,7
0,394
91,7
8,3
80,0
20,0
0,068
96,7
3,3
90,0
10,0
0,146
52,5
47,5
55,8
44,2
0,324
60,0
40,0
45,0
55,0
0,102
60,0
40,0
51,7
48,3
0,362
66,7
33,3
75,8
24,2
0,110
70,0
30,0
63,3
36,7
0,443
75,0
25,0
76,7
23,3
0,833
85,8
14,2
85,8
14,2
0,170
86,7
13,3
85,0
15,0
0,796
83,3
16,7
88,3
11,7
0,436
62,5
37,5
70,0
30,0
0,760
70,0
30,0
55,0
45,0
0,091
73,3
26,7
66,7
33,3
0,430
30,8
69,2
27,5
72,5
0,113
31,7
68,3
30,0
70,0
0,845
26,7
73,3
28,3
71,7
0,840
52,5
47,5
68,3
31,7
0,341
48,3
51,7
56,7
43,3
0,365
66,7
33,3
70,0
30,0
0,698
63,3
36,7
65,0
35,0
0,001
68,3
31,7
58,3
41,7
0,259
70,0
30,0
60,0
40,0
0,255
46,7
53,3
48,3
51,7
0,015
50,0
50,0
43,3
56,7
0,468
50,0
50,0
46,7
53,3
0,718
80
No
11
Aktivitas Bersama
Anak pulang sekolah Rata-rata ± Std p-value
Ibu-Anak
Ayah-Anak
Tidak Ya Tidak 53,3 46,7 74,2
7,7 ± 3,5
Ya 25,8
8,6 ± 4,7 0,281
Ujibeda (p-value) 0,103
Ibu-Anak Laki-laki Tidak Ya 56,7 43,3
Ibu-Anak Perempuan Tidak Ya 50,0 50,0
4,2 ± 1,8
4,8 ± 2,5 0,164
Ujibeda (p-value) 0,468
Ayah-Anak Laki-laki Tidak Ya 21,7 78,3
Ayah-Anak Perempuan Tidak Ya 30,0 70,0
3,5 ± 1,8
3,8 ± 2,4 0,504
Ujibeda (p-value) 0,301
81
Lampiran 9. Sebaran contoh berdasarkan perlindungan anak No
Pertanyaan
Perlindungan Fisik 1 Ibu mengingatkan anak untuk memotong kuku seminggu sekali 2 Anak diberikan sandal/alas kaki untuk digunakan saat keluar rumah 3 Anak diajarkan untuk mencuci tangan setelah buang air besar 4 Orangtua sering memukul, menendang, mencubit anak* 5 Anak ditampar keras dengan tangan* 6 Anak dipukuli jika melakukan kesalahan* 7 Anak diajarkan unruk tidak mudah berbicara dengan orang asing 8 Anak diajarkan untuk persiapan menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki 9 Anak diajarkan untuk berhati-hati dengan facebook, twitter dan lain-lain 10 Ada sekat antar kamar tidur anak dengan anak yang lain atau dengan orangtua 11 Orangtua menanyai anak, apabila anak terlambat pulang sekolah 12 Anak diberikan bimbingan agama (ikut mengaji/TPA) Perlindungan Lingkungan 13 Anak diperkenalkan dengan pestisida 14 Anak dijelaskan tentang fungsi pestisida 15 Anak dijelaskan bahayanya pestisida terhadap kesehatan 16 Anak diajarkan untuk tidak bermain dengan alat pestisida 17 Anak diajarkan menggunakan alat pestisida secara hati-hati 18 Anak dilarang mendekat ketika orangtua sedang melakukan penyemprotan menggunakan pestisida 19 Orangtua mengawasi anak sambil bekerja ketika anak bermain di lahan pertanian 20 Anak diberitahu bahaya/penyakit yang ditimbulkan dari pestisida 21 Petani menggunakan pestisida sesuai petunjuk/aturan dari sumber informasi
Anak
Anak Lakilaki Tidak Ya
Anak Perempuan Tidak Ya
Ujibeda (p-value)
Tidak
Ya
3,3 3,3 10,0 30,8 3,3 23,3 20,8 39,2
96,7 96,7 90,0 69,2 96,7 76,7 79,2 60,8
3,3 3,3 8,3 41,7 3,3 26,7 23,2 48,3
96,7 96,7 91,7 58,3 96,7 73,3 76,7 51,7
3,3 3,3 11,7 20,0 3,3 20,0 18,3 30,0
96,7 96,7 88,3 80,0 96,7 80,0 81,7 70,0
1,000 1,000 0,547 0,010 1,000 0,392 0,504 0,040
64,2 19,2 2,5 6,7
35,8 80,8 97,5 93,3
60,0 16,7 5,0 8,3
40,0 83,3 95,0 91,7
68,3 21,7 0,0 5,0
31,7 78,3 100,0 95,0
0,345 0,491 0,081 0,468
62,5 65,0 50,0 49,2 50,0 34,2
37,5 35,0 50,0 50,8 50,0 65,8
61,7 66,7 55,0 56,7 55,0 38,3
38,3 33,3 45,0 43,3 45,0 61,7
63,3 63,3 45,0 41,7 45,0 30,0
36,7 36,7 55,0 58,3 55,0 70,0
0,852 0,705 0,277 0,102 0,277 0,340
40,0
60,0
45,0
55,0
35,0
65,0
0,267
51,7 35,0
48,3 65,0
55,0 31,7
45,0 68,3
48,3 38,3
51,7 61,7
0,469 0,448
82
No
22 23
Pertanyaan
Petani membaca aturan pemakaian sebelum menggunakan pestisida Petani lebih memilih pengendali hama yang berwawasan lingkungan walaupun harganya jauh lebih mahal 24 Petani lebih memilih pestisida untuk mengendalikan hama permukiman dibanding cara lain karena lebih simpel, murah dan efektif Rata-rata skor ± Std Uji beda
Anak
Anak Lakilaki Tidak Ya Tidak Ya 29,2 70,8 21,7 78,3 12,5 87,5 11,7 88,3 10,8
89,2
16, 8 ± 3,8
10,0
90,0
16,4 ± 3,7 0,257
Anak Perempuan Tidak Ya 36,7 63,3 13,3 86,7 11,7
88,3
17,2 ± 3,9
Ujibeda (p-value) 0,072 0,785 0,771
83
Lampiran 10. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif anak No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pertanyaan
Kebersihan rumah Ketersediaan air bersih di rumah Ketersediaan ruangan di dalam rumah Ketersediaan barang-barang di rumaah Penyimpanan pestisida/alat penyemprot/pupuk kimia di rumah Fasilitas belajar yang dimiliki Uang saku yang didapatkan untuk jajan Kamar sendiri di rumah Kepuasan terhadap askes Teman-teman di rumah Hubungan dengan saudara/kerabat jauh Pengasuhan dan komunikasi dengan orangtua Perlindungan yang diberikan orangtua dalam hal pengawasan pergaulan/bermain di luar rumah Perlindungan yang diberikan orangtua dalam hal nasehat dan bimbingan kesehatan badan Perlindungan yang diberikan orangtua berkaitan dengan pestisida, bahan beracun Keamanan daerah tempat tinggal Transportasi umum/angkutan ke sekolah Ketersediaan lapangan bermain di sekitar rumah Penanganan dan perawatan orangtua ketika sakit Kualitas kesehatan badan sendiri Kenyamanan dan kebersihan lingkungan sekolah Keramahan teman sekolah Pelayanan guru sekolah
Tidak Puas 0,8 0,0 1,7 2,5 8,3
Anak Puas
Anak Laki-laki Tidak Puas Puas Puas Sekali 0,0 10,0 90,0 0,0 10,0 90,0 0,0 8,3 91,7 1,7 11,9 86,4 6,7 16,7 76,7
Anak Perempuan Tidak Puas Puas Puas Sekali 1,7 8,3 90,0 0,0 8,3 91,7 3,3 11,7 85,0 3,3 15,0 81,7 10,0 38,3 51,7
9,2 9,2 10,0 13,4 27,5
Puas Sekali 90,0 90,8 88,3 84,0 64,2
9,2 10,0 14,2 5,8 1,7 3,3 1,7 0,0
14,2 18,3 16,7 20,8 22,5 20,8 9,2 21,7
76,7 71,7 69,2 73,3 75,8 75,8 89,2 78,3
8,3 10,0 10,0 5,0 1,7 1,7 1,7 0,0
11,7 13,3 23,3 18,3 20,0 13,3 6,7 18,3
80,0 76,7 66,7 76,7 78,3 85,0 91,7 81,7
10,0 10,0 18,3 6,7 1,7 5,0 1,7 0,0
16,7 23,3 10,0 23,3 25,0 28,3 11,7 25,0
73,3 66,7 71,7 70,0 73,3 66,7 86,7 75,0
0,0
26,7
73,3
0,0
28,3
71,7
0,0
25,0
75,0
1,7
26,7
71,7
3,3
26,7
70,0
0,0
26,7
73,3
0,8 13,3 19,2 3,3 2,5 2,5 1,7 0,0
11,7 15,8 6,7 7,5 15,8 6,7 15,0 12,5
87,5 70,8 74,2 89,2 81,7 90,8 83,3 87,5
1,7 11,7 20,0 3,3 3,3 5,0 0,0 0,0
11,7 15,0 6,7 10,0 15,0 6,7 13,3 13,3
86,7 73,3 73,3 86,7 81,7 88,3 86,7 86,7
0,0 15,0 18,3 3,3 1,7 0,0 3,3 0,0
11,7 16,7 6,7 5,0 16,7 6,7 16,7 11,7
88,3 68,3 75,0 91,7 81,7 93,3 80,0 88,3
84
No
Pertanyaan
24 Nilai saya di sekolah 25 Kebahagiaan secara umum untuk diri sendiri 26 Peran dan manfaat diri sendiri terhadap orang lain 27 Kemandirian diri sebagai anak 28 Kebanggaan sebagai anak petani (anak desa) Rata-rata ± Std Uji beda
Tidak Puas 2,5 0,0 1,7 3,3 0,8
Anak Puas 40,0 10,0 15,0 16,7 8,3 77,2 ± 6,3
Puas Sekali 57,5 90,0 83,3 80,0 90,8
Anak Laki-laki Tidak Puas Puas Puas Sekali 3,3 36,7 60,0 0,0 11,7 88,3 0,0 15,0 85,0 1,7 15,0 83,3 1,7 6,7 91,7 77,7 ± 5,5 0,352
Anak Perempuan Tidak Puas Puas Puas Sekali 1,7 43,3 55,0 0,0 8,3 91,7 3,3 15,0 81,7 5,0 18,3 76,7 0,0 10,0 90,0 76,7 ± 7,0
85
Lampiran 11. Ujibeda antar item pertanyaan kesejahteraan subjektif anak dengan jenis kelamin anak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pertanyaan Kebersihan rumah Ketersediaan air bersih di rumah Ketersediaan ruangan di dalam rumah Ketersediaan barang-barang di rumah Penyimpanan pestisida/alat penyemprot/pupuk kimia di rumah Fasilitas belajar yang dimiliki Uang saku yang didapatkan untuk jajan Kamar sendiri di rumah Kepuasan terhadap askes Teman-teman di rumah Hubungan dengan saudara/kerabat jauh Pengasuhan dan komunikasi dengan orangtua Perlindungan yang diberikan orangtua dalam hal pengawasan pergaulan/bermain di luar rumah Perlindungan yang diberikan orangtua dalam hal nasehat dan bimbingan kesehatan badan Perlindungan yang diberikan orangtua berkaitan dengan pestisida, bahan beracun Keamanan daerah tempat tinggal Transportasi umum/angkutan ke sekolah Ketersediaan lapangan bermain di sekitar rumah Penanganan dan perawatan orangtua ketika sakit Kualitas kesehatan badan sendiri Kenyamanan dan kebersihan lingkungan sekolah Keramahan teman sekolah Pelayanan guru sekolah Nilai saya di sekolah Kebahagiaan secara umum untuk diri sendiri Peran dan manfaat diri sendiri terhadap orang lain Kemandirian diri sebagai anak Kebanggaan sebagai anak petani (anak desa)
Rata-rata L P 2,90 2,88 2,90 2,92 2,92 2,82 2,85 2,78 2,70 2,42 2,72 2,63 2,67 2,57 2,57 2,53 2,72 2,63 2,77 2,72 2,83 2,62 2,90 2,85 2,82 2,75 2,72 2,75 2,67 2,73 2,85 2,88 2,62 2,53 2,53 2,57 2,83 2,88 2,78 2,80 2,83 2,93 2,87 2,77 2,87 2,88 2,57 2,53 2,88 2,92 2,85 2,78 2,82 2,72 2,90 2,90
p-value L P 0,553 0,788 0,531 0,754 0,158 0,004 0,130 0,440 0,019 0,016 0,244 0,476 0,329 0,411 0,188 0,804 0,195 0,435 0,311 0,567 0,000 0,021 0,171 0,473 0,079 0,380 0,414 0,683 0,088 0,463 0,293 0,619 0,288 0,527 0,664 0,820 0,248 0,532 0,639 0,846 0,164 0,004 0,204 0,009 0,585 0,785 0,835 0,740 0,227 0,547 0,071 0,398 0,030 0,273 0,947 1,000
86
Lampiran 12. Matriks variabel yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif anak X1 X2 X3 X1 1 X2 -,166 1 X3 -,004 ,148 1 X4 ,061 ,058 -,125 X5 -,123 -,041 -,151 X6 ,134 ,023 ,597** X7 ,024 -,025 -,031 X8 ,131 -,085 ,074 X9 ,136 -,220* ,123 X10 ,056 ,076 -,076 PP -,086 -,056 ,061 Keterangan: X1 = Jenis kelamin anak X2 = Usia anak X3 = Usia ibu X4 = Pendidikan ayah X5 = Pendidikan ibu X6 = Jumlah anggota keluarga X7 = Pendapatan keluarga X8 = Aktivitas bersama orangtua-anak X9 = Perlindungan fisik X10 = Perlindungan lingkungan KSA = Kesejahteraan subjektif anak * signifikan pada p ≤ 0.05 ** signifikan pada p ≤ 0.01
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
KSA
1 ,386** -,235** ,067 ,047 -,038 -,166 ,029
1 ,348** -,077 -,013 ,107 -,147 ,079
1 ,062 ,026 -,075 -,024 -,112
1 ,035 ,065 ,054 -,013
1 ,359** ,259** ,429**
1 ,121 ,378**
1 ,065
1
87
88
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bandar Lampung, 13 Juli 1988. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, dan Ibu Rosnida S,Pd. Penulis tamat dari Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar Lampung tahun 2006. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 bersama teman, penulis mendirikan Yayasan Pewaris Peradaban 554 dan menjadi asisten dosen Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc, hingga saat ini. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan S2 Jurusan Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak Institut Pertanian Bogor. Penulis dapat berbahasa Jepang secara pasif.