Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 46-52
Pengaruh Genistein terhadap Ekspresi Protein Ki-67 pada Kultur Sel Endometriosis Feva Tridiyawati1, Sutrisno2, Dwi Yuni3 1 Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2 DivisiFertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang/Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Genistein adalah salah satu terapi untuk endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian genistein dosis tinggi terhadap ekspresi protein Ki-67 pada kultur sel endometriosis. Penelitian eksperimental ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan kultur sel endometriosis. Jaringan endometriosis diambil dari pasien penderita endometriosis melalui tindakan laparoskopi, dilakukan kultur hingga konfluent. Kultur dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan yaitu kultur tanpa perlakuan, kultur + genistein 5μM/L, kultur + genistein 10 μM/L, kultur + genistein 20 μM/L, kultur + genistein 30 μM/L, kultur + genistein 40 μM/L, kultur + genistein 50 μM/L, kemudian di inkubasi pada suhu 37˚C selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Ekspresi protein Ki-67 diketahui dengan pemeriksaan flowcytometri. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji ANOVA dan uji regresi. Genistein mampu menurunkan ekspresi protein Ki-67 terendah pada pemberian dosis 40 μM/L (30.23+11.82 %) dan 50 μM/L (30.49+16.73 %) bila dibandingkan dengan perlakuan dosis yang lain. Terdapat perbedan bermakna rerata ekspresi Ki-67 antara kelompok waktu inkubasi 6 jam (12.08+2.74 %), 24 jam (45.03+4.08 %), dan 48 jam (38.88 + 2.87 %). Simpulan, terdapat pengaruh yang bermakna pemberian genistein dosis tinggi terhadap penurunan ekspresi protein Ki-67 pada kultur sel endometriosis, terutama pada dosis 50 μM/L pada waktu inkubasi 6 jam. (MOG 2014;22:4652) Kata Kunci: Endometriosis, Genistein, Ki-67
ABSTRACT Genistein is one therapy for endometriosis. This study was to prove the effect of high doses of genistein on the expression Ki-67 protein in cell culture endometriosis. This study had been performed in Physiology Laboratorium, Medical Faculty of Brawijaya University Malang, using cell culture endometriosis.Endometriosis tissue collected from patients with endometriosis via laparoscopy, was cultured to make a confluent culture. The culture was divided into 7 treatment groups, culture without treatment, culture + genistein 5μM/L, culture + genistein 10μM/L, culture + genistein 20μM/L, culture + genistein 30μM/L, culture + genistein 40μM/L, culture + genistein 50μM/L, and then incubated at 37 ˚ C for 6 hours, 24 hours and 48 hours. Ki-67 protein expression was determined by examination flowcytometri. The data were analyzed with ANOVA and regression test. Genistein is able to decrease the expression of Ki-67 protein in the lowest dose 40 μM/L (30.23 +11.82%) and 50 μM/L (30.49 +16.73%) when compared with other treatment doses.There was significant the expression of Ki-67 between the incubation time of 6 hours (12.08 +2.74%), 24 hours (45.03 + 4.08%), and 48 hours (38.88 + 2.87%). In conclusion, There was significant effect on the administration of high doses of genistein to decrease expression of Ki-67 protein in cell culture endometriosis, especially at doses of 50 μM/L at 6 hours incubation time. (MOG 2014;22:46-52) Keywords: Endometriosis, Genistein, Ki-67 Correspondence: Feva Tridiyawati, Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
PENDAHULUAN
memodulasi proliferasi sel.3 Penelitian kedokteran berdasarkan evidence based menunjukkan bahwa endometrium perempuan penderita endometriosis mempunyai peningkatan kapasitas berproliferasi.4
Kejadian endometriosis menjadi salah satu masalah reproduksi yang utama.1 Hasil studi di Amerika Serikat (AS) dan Kanada terdapat 51.000 wanita berusia 15 – 64 tahun di rawat di rumah sakit setiap tahunnyadan terdapat 5,5 juta wanita yang mengalami dampak infertil.2 Endometriosis merupakan penyakit estrogen dependent, yang sering dikaitkan dengan adanya inflamasi kronis, dan Reactive Oxygen Species (ROS) sebagai penyebab pelepasan mediator proinflamasi yang
Berbagai jenis terapi dirancang untuk mengobati penyakit endometriosis baik secara medikal maupun operatif.1,5 Salah satu terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi endometriosis adalah pemberian genistein.6Genistein adalah Fitoestrogen yang termasuk kedalam kelas isoflavon yang mempunyai fungsi 46
Tridiyawati et al. : Pengaruh Genistein terhadap Ekspresi Protein Ki-67 pada Kultur Sel Endometriosis
sebagai antioksidan, antiangiogenik, inhibitor protein kinase, inhibitor proliferasi, anti kanker, anti tumor, berperan dalam sistem imun dan mampu berikatan dengan reseptor estrogen. Genistein memiliki sifat Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs) sehingga memiliki efek estrogenik dan antiestrogenik.7,8
dan autoclave (Tomy), Antibodi Ki-67 (M-19) sc – 7846 Lot # L2980 Goat Polyclonal igG (Santa Cruz Biotechno). Jaringan endometriosis diperoleh saat laparoskopi sebanyak 0,5-1 gram. Tiga macam larutan meliputi larutan I merupakan larutan transfort dengan pencucian yang berisi HBSS (Hank,s Balanced Salt Solution) dengan gentamicin 50 μg/ml. Larutan II berisi 0,14% kolagenase IV (500 μg/ml), 0,1% Dnase (2,5μg/ml) dalam HBSS. Larutan III berisi 8,29 gram NH4CL, 1,0 gram NaHCO2, 0,0371 gram Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA) dalam 1 liter aquadest steril.
Rajah, et al., (2009) mengatakan bahwa pemberian genistein dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat proliferasi sel pada kanker payudara, tetapi sebaliknya bila diberikan dengan konsentrasi rendah dapat merangsang proliferasi.9 Penelitian lain mengatakan bahwa pemberian genistein pada konsentrasi 5 μM/L cukup dapat menghambat proliferassi sel pada sel kanker payudara dan kanker prostat.10 Selain itu pemberian genistein dengan masa inkubasi di mulai dari 6 jam pada sel kanker ovarium dapat menekan terjadinya proliferasi sel.11Pengukuran indeks proliferasi sel, dilakukan salah satunya dengan menggunakan biomarker Kiel-67 (Ki-67).12Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh genistein dosis tinggi terhadap indeks proliferasi sel dan ekspresi protein Ki67 pada kultur sel endometriosis, diharapkan dapat menjadi antiproliferatif dan antiangiogenik sebagai terapi masa depan.13
Medium kultur yang terdiri dari Hank’s F-12 dan DMEM (Delbecco Minimum Essensial Medium) 1:1 dengan 10% FCS (Fetal Calfs Serum), penicillin 50-100 μg/ml, L-Giutamine 2 mm, streptomycin 50-100 μg/ml merk Sigma, Fungizone 250 μg/ml. Prosedur Kultur Specimen akan diproses secara aseptik dan diantarkan dengan es dalam larutan I, dimana jaringan akan ditempatkan dalam cawan petri steril diameter 9 cm, kemudian jaringan akan dicincang sehingga didapatkan potongan-potongan yang berukuran 0,5-2,0 mm2 dan tebal 1 mm2 dengan menggunakan scalpel steril. Potongan jaringan dimasukkan sebanyak 0,5-1,0 gram kedalam tabung sentrifugasi steril berukuran 15 ml, yang berisi 10 ml larutan II (enzim disosiasi).
BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain eksperimental, Posttest only with control group, dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada bulan September – Desember 2013. Sampel yang dipergunakan adalah jaringan endometriosis, dari perempuan yang telah terdiagnosis mengalami endometriosis dan menjalani laparoskopi. Jumlah replikasi pada penelitian ini adalah 4 replikasi dengan 1 kelompok tanpa perlakuan dan 6 kelompok dengan perlakuan genistein yaitu 5 μM/L, 10 μM/L, 20 μM/L, 30 μM/L, 40 μM/L, 50 μM/L dengan waktu inkubasi 6 jam, 24 jam, 48 jam.
Spesimen dipisahkan menjadi suspensi sel dengan cara menginkubasi dan mencampur potongan jaringan selama 2-6 jam pada suhu 370C. Spesimen diinkubasi secara horizontal dalam tabung sentrifugasi untuk menyebarkan potongan jaringan keseluruh bagian tabung, selama 7 menit sampai terlihat suspensi sel yang telah terdisosiasi (terpisah) berwarna keruh, homogen, terdapat bagian jaringan yang sudah seperti bubur sehingga tampak medium dan sel terpisah. Preparat sel tersebut pada disentrifugasikan 1700 rpm dalam waktu 7 menit, buang larutan disosiasi dengan menggunakan pipet steril. Sel-sel diresuspensi (dilarutkan kembali) dalam 10 ml medium kultur (DMEM), lakukan setrifuge dan buang supernatan. Tambahkan 10 ml 10 ml medium kultur komplit (DMEM, FCS, Penicillin, L-Giutamine, Streptomycin, Fungizone). Spesimen diinkubasi secara vertikal dalam tabung kerucut selama 5 menit supaya fragmen-fragmen yang tidak terdisosiasi dapat dikeluarkan dari larutan.
Alat dan bahan yang digunakan meliputi seperangkat alat bedah steril, cawan metri (Duran), lemari es (Panasonic) dengan freezer (-200C), pH meter, LAF (Laminar Air Flow) vertical (Esco), Tissue Culture (TC) Plate (Corning), mikroskop inverted (Olympus CKX 41), camera digital (Olympus), incubator (Binder) dan tabung CO2, Micro Sentrifuse Tube 1,5 ml (eppendorf), syringe microofilter 0.2 μm (corning), pipet mikro 1000μL dan 500μL (Gilson), tip falcon (BD) 15 ml, spuit (Terumo), centrifuse (Hittich), water bath (Memmert), laboratory bottle 250ml (Duran), timbangan analitik (Sartorius), lampu spritus, Flowcytometer (BD FACS Calibur), Cuvet Flowcyto
Supernatan dipindahkan yang mengandung suspensi sel dan medium kultur ke dalam TC Plate dengan menggunakan pipet steril. Inkubasi sel didalam 47
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 46-52
incubator 95% humidified 370C, 5% CO2 agar sel tersebut dapat hidup. Selama 2 hari didiamkan, lalu lakukan observasi dengan menggunakan mikroskop inverted untuk melihat apakah sel sudah tumbuh atau belum. Medium diganti hingga sel-sel tumbuh dan medium berwarna kuning, dengan menggunakan medium yang segar setiap 3 hari sampai sel-sel menjadi confluent di dalam TC Plate, yang ditandai dengan sel telah melekat pada attachment site dan saling bersentuhan atau berhubungan antar sel. Jarak antara sel yang teratur dan semakin rapat, permukaan sel rata ditandai dengan penampakan inti, membran plasma, sitoplasma serta matriks ekstraseluler, dengan ukuran sel yang lebih besar.16
Buffer 1 X ditambahkan sebanyak 50 μL ke dalam masing-masing tube dan Antibodi Ki-67 (M-19) sc7846 Lot # L2980 Goat Polyclonal IgG (Santa Cruz Biotechno) diberikan sebanyak 100 μL diinkubasi pada suhu ruang gelap selama 20 – 30 menit. Tube diletakkan pada parutan es dan inkubasi pada suhu 4 ˚C sebelum dilakukan pemeriksaan flowcytometri. PBS +2% FBS diberikan ke masing-masing tube sebanyak 200 μL. Sel dipindahkan dari masing-masing tube ke cuvetflowcyto untuk dilakukan pembacaan ekspresi protein Ki-67 pada flowcytometer (BD FACSCalibur) dengan softwaare Cell Quest Pro. Data dianalisis dengan uji ANOVA, dilanjutkan uji perbandingan berganda LSD dan uji regresi. Uji statistik dikatakan bermakna bila p<0,05. Proses penghitungan dilakukan dengan bantuan piranti lunak (soft-ware) SPSS for windows 19.0
Saat sel confluent 70%, sel dipanen (harvest). Treatment dilakukan dengan membagi menjadi 7 kelompok yaitu kelompok 1 sebagai kontrol (tanpa perlakuan), kelompok 2 ditambahkan genistein 5 µM/L, kelompok 3 genistein 10 µM/L, kelompok 4 genistein 20 µM/L, kelompok 5 genistein 30 µM/L, kelompok 6 genistein 40 µM/L, kelompok 7 genistein 50 µM/L. Masingmasing kelompok dilakukan pengulangan 3 kali dan inkubasi selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan kultur sel endometriosis setelah melalui tahapan pemeriksaan PA. Sampel sel endometriosis yang dikultur pada penelitian ini tumbuh dengan baik. Hasil pengamatan kultur sel endometriosis pada hari ke 3 menunjukkan bahwa sel tumbuh dan melekat pada dinding TC Flask dengan membentuk sel epitel dan stroma. Pengamatan kultur hari ke 6 menunjukan sel tumbuh dengan baik yakni mencapai 70 % confluent, terdapat sel epitel dan sel stroma, pertumbuhan didominasi oleh sel epitel. Pengamatan kultur hari ke 9 terlihat sel tumbuh dengan baik 85-90 % confluent, tidak ada eritrosit, terdapat sel epitel dan sel stroma, dimana sel epitel tumbuh lebih dominan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.
Prosedur Flowcytometri Pemeriksaan Ekspresi Protein Ki-67 Medium dibuang dengan menggunakan mikropipet setelah inkubasi selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Pada setiap well di TC Plate diberikan 0,25% Tripsin – EDTA Solution 300 μL, inkubasi dalam inkubator CO2 pada suhu 37˚C selama 7 menit. Sel dibawah mikroskop inverted diamati untuk memastikan sel telah terlepas dan tepuk-tepuk TC flask untuk membantu sel terlepas. Sel dipindahkan dari masing-masing well ke dalam tabung sentrifugasi 2 ml (Eppendrof) kemudian medium kultur (Medium serum free + 2% FBS) diberikan sebanyak 200 μL. Setrifugasikan sel tersebut pada 2500 rpm selama 5 menit. Medium dibuang dan diberikan PBS + 2% FBS sebanyak 200 μL, pada 2500 rpm disentrifugasikan selama 5 menit, setelah itu medium dibuang. Tindakan tersebut diulangi sebanyak 2 kali. Fixation Buffer Cat No. 420801 (Biolegend) sebanyak 100 μL dan fortex diberikan secara perlahan. Inkubasi pada suhu ruang dalam gelap selama 20 – 30 menit. Tanpa di cuci Permeabilization Wash Buffer 1 X Cat No. 421002 (Biolegend) ditambahkan sebanyak 400 μL ke dalam masing-masing tube. Pada 2200 rpm disentrifugasikan selama 5 menit, kemudian medium dibuang. Permeabilization Wash Buffer 1 X dimasukkan kembali sebanyak 400 μL ke dalam masing-masing tube. pada 2200 rpm disentrifugasikan selama 5 menit, kemudian medium dibuang. Permeabilization Wash
Hasil Uji Penurunan Ekspresi Ki-67 Berdasarkan Dosis Genistein Hasil uji Anova menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna (P=0.000<α) terhadap penurunan rerata ekspresi protein Ki-67 antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 35,47±16.60 (%) lalu berangsur menurun dengan semakin tingginya dosis yaitu dosis 5 µM/L sebesar 33.05±16.91 (%), dosis 10µM/L sebesar 32.13±15.51 (%), dosis 20 µM/L sebesar 31.29±13.77 (%) dan meningkat kembali pada dosis 30 µM/L sebesar 31.32±14.45 (%), lalu menurun kembali pada dosis 40 µM/L sebesar 30.23±11.82 dan meningkat kembali pada dosis 50 µM/L sebesar 30.49±16.73 (%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1
48
Tridiyawati et al. : Pengaruh Genistein terhadap Ekspresi Protein Ki-67 pada Kultur Sel Endometriosis
Hari Ke-3
Hari Ke-6
Hari Ke-9
Gambar 1. Hasil Perkembangan kultur jaringan endometriosis. Tabel 2. Ekspresi Protein Ki-67 (%) Berdasarkan Waktu Inkubasi Genistein Waktu Inkubasi
Dosis Genistein (Mean ± SD) 10 20 30 40 50 ∑ P µM/ µM/L µM/ µM/L µM/ L L L 6 jam 14.55 10.55 13.05 12.07 14.8 8.19 12.08± ±3.21a ±1.04bc 11.32 ±0.68a ±2.08a ±0.7 ±2.4 2.74a b b b a c ±1.14 9 0 24 jam 51.81 47.53 44.07 43.46 43.23 41.2 43.8 45.03± 0.000< ±5.53a ±1.85b ±1.44bc ±0.15b ±2.51b ±0.7 ±2.7 4.08b c c 7c 0bc 48 jam 40.06 41.09 41.00 37.37 38.66 34.5 39.4 38.88± ±1.26ab ±1.83b ±2.54b ±2.26a ±0.71a ±3.0 ±2.3 2.87c c b 4c 4ab Keterangan: pada rerata + SD jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang bermakna (p value < 0,05) dan jika memuat huruf yang sama berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p value > 0,05). Kontrol
5 µM/L
Tabel 3. Ekspresi Ki-67 (%) Berdasarkan Dosis dan Waktu Inkubasi 6 Jam Kelompok Pengamatan Kontrol
24 Jam
Rata-Rata ± SD 14.55±3.21
p
a
48 Jam
Rata-Rata ± SD
Rata-Rata ± SD
a
40.06±1.26
b
41.09±1.83b
44.07±1.44bc
41.00±2.54b
51.81±5.53
bc
P
47.53±1.85
Genistein 5 µM/L
10.55±1.04
Genistein 10 µM/L
11.32±1.14b
Genistein 20 µM/L
13.05±0.68ab
Genistein 30 µM/L
12.07±2.08ab
43.23±2.51bc
38.66±0.71ab
Genistein 40 µM/L
14.87±0.79a
41.25±0.77c
34.57±3.04c
0,001
43.46±0.15bc
0,000
P
ab
37.37±2.26ac
0,004
8.19±2.40c 43.84±2.70bc 39.45±2.34ab Genistein 50 µM/L Keterangan: pada rerata + SD jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang bermakna (p value < 0,05) dan jika memuat huruf yang sama berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p value > 0,05).
49
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 46-52
bersifat kebalikan. Bila dosis genistein meningkat maka akan berakibat terjadi penurunan ekspresi Ki-67 pada kultur sel endometriosis. Hal ini ditunjukkan dengan model persamaan regresi linier yaitu = 45.891 – 0.077x atau ekspresi_Ki67 = 45.891 – 0.077dosis dengan p-value= 0.012 < Hasil Uji penurunan Ekspresi Ki-67 terhadap Dosis Genistein dan Waktu Inkubasi Terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata ekspresi protein Ki-67 ketujuh kelompok sampel pengamatan pada kultur sel endometriosis dengan pemaparan dosis genistein berbagai dosis dan waktu inkubasi 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pvalue < 0.05. Selanjutnya dilakukan uji perbandingan berganda dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD), secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Gambar 2. Tren perubahan rerata ekspresi Ki-67 Hasil Uji Penurunan Ekspresi Ki-67 Berdasarkan Waktu Inkubasi Genistein
Hasil Analisis Regresi Pengaruh Dosis terhadap Ekspresi Ki-67
Rata-rata ekspresi protein Ki-67 pada kultur sel endometriosis yang dipapar genistein berbagai dosis didapati adanya penurunan ekspresi protein Ki-67 pada waktu inkubasi 6 jam, 24 jam, dan 48 jam. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara ekspresi protein Ki-67 dengan waktu inkubasi 6 jam, 24 jam, dan 48 jam karena nilai p < 0,05. Tampak Rata-rata ekspresi protein Ki-67 pada waktu inkubasi 6 jam (12,08 + 2,74 %) kemudian meningkat pada waktu inkubasi 24 jam (45,03 + 4,08 %). Namun pada waktu inkubasi 48 jam rata-rata ekspresi protein Ki-67 mengalami penurunan (38,88 + 2,87 %) bila dibandingkan waktu inkubasi 24 jam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 4.
Waktu inkubasi 6 jam
Hasil analisis regresi pengaruh perlakuan pemberian genistein terhadap ekspresi protein Ki-67 pada waktu inkubasi 6 jam, 24 jam dan 48 jam secara ringkas ditampilkan pada Tabel 4. Demikian pula pada hasil uji analisis regresi diperoleh ada pengaruh yang bermakna antara dosis genestein terhadap ekspresi Ki-67 waktu inkubasi 48 jam pada kultur sel endometriosis. Hal ini ditunjukkan dengan model persamaan regresi linier yaitu = 40.705 – 0.078x dengan p-value= 0.042 < . Adapun prosentase pengaruh dosis genestein terhadap ekspresi Ki-67 adalah koefisien determinasi x100% = 0.175 x 100% = 17.5%.
Hasil analisis regresi pengaruh genistein terhadap ekspresi Ki-67
Persamaan Prosentase regresi pengaruh 0.5% = 11.951 – 0.011 x 24 jam 25.5% = 45.891 – 0.077 x 48 jam 17.5% = 40.705– 0.078 x Keterangan: Analisis regresi Ekspresi Ki-67
Penelitian ini dilakukan secara in vitro, dimana jaringan endometriosis yang berasal dari dinding kista endometriosis diambil melalui laparoskopi kemudian di tumbuhkan dalam medium kultur. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa indeks proliferasi sel endometriosis yang terekspresi protein Ki-67 pada waktu inkubasi 6 jam tergolong dalam intermediate dan meningkat sampai dengan high pada waktu inkubasi 24 jam lalu menurun pada intermediate meskipun penurunannya tidak begitu bermakna karena hampir mendekati high. Hasil ini sesuai dengan yang digambarkan oleh Konstantinos, et al jika <10% adalah negatif, intermediate 10-50% dan positif >50%.14 Hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa endometriosis merupakan penyakit tumor jinak, yang memiliki karakteristik mirip dengan kasus keganasan
pvalue 0.745 0.012 0.042
Hasil regresi yang paling besar prosentase pengaruh dosis genistein terhadap ekspresi Ki-67 adalah pada waktu inkubasi 24 jam, yaitu 25.5% dan sangat bermakna secara statistik. Nilai negatif pada koefisien pengaruh -0.077 menjelaskan ada pengaruh yang 50
Tridiyawati et al. : Pengaruh Genistein terhadap Ekspresi Protein Ki-67 pada Kultur Sel Endometriosis
seperti perilaku invasif dan kecenderungan untuk bermetastasis dan kambuh. 1,15,16 Jikadibandingkan dengan kelompok kontrol, terlihat rerata paling rendah indeks proliferasi sel protein Ki-67 pada waktu inkubasi 6 jam dengan dosis 50 µM/L, pada waktu inkubasi 24 jam dengan dosis 40 µM/L, dan waktu inkubasi 48 jam pada dosis 40 µM/L. Hasil ini sesuai dengan penelitian Haitaoet al., (2008) dimana genistein mampu menekan proliferasisel pada sel kanker ovarium secara efektif mulai dari 6 jam dengan dosis 50µM/L.11Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa genistein dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menurunkan indeks proliferasisel pada kultursel endometriosis dengan memberikan paparan genistein pada dosis yang tinggi dan waktu pemaparan sesegera mungkin, mengingat salah satu cara kerja genistein adalah SERMs (Selective Estrogen Reseptor Modulator) yang berkerja tergantung tempat dan waktu.
yang tinggi dapat bersaing dengan estrogen endogen dalam keterikatannyadengan ER-β sehingga genistein dapat memberikan efek antiestrogenik untuk menurunkan ekspresi Ki-67 proliferasi sel. SIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian genistein dosis tinggi dapat menurunkan ekspresi protein Ki-67dengan Dosis yang paling berpengaruh adalah 40 µmol/Lpada waktu inkubasi 24 jam. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdullah. Analisis Polimorfisme Gen Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Pada Endometriosis. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. 2009;33(2):108-17 2. Mcleod BS and Retzloff MG. Epidemiology of Endometriosis: An Assessment of Risk Factors, Clinical Obstetrics And Gynecology.2010;53(2): 389-96 3. Ngô C, Chéreau C, Nicco C, Weill B, Chapron C, Batteux F. Reactive Oxygen Species Controls Endometriosis Progression.The American Journal of Pathology. 2009;175(1):225-34 4. Stratton P and Berkley KJ. Chronic Pelvic pain and Endometriosis : Translational Evidence of the Relationship and Implication. Human reproduction Update. 2011;17(3):327-46 5. Lusa. Bagaimana Penanganan Endometriosis. Yogyakarta. 2009. http://www.lusa.web.id. Diakses pada 29 Februari 2013. 6. Amberkar, Meena K, Mor V, Samwal A and Adigas S. PPAR- Gamma : A Dengger In Endometriosis. Australasian Medical Journal AMJ. 2010;3(12):814-40 7. Anggraini W, Rahardjo T, Ichramsjah A. And Muchtadi D.Pengaruh Isoflavon Kedelai terhadap Deplesi Estrogen pada Tikus Betina. Sprague Dawley. 2008;23(2)73-8 8. Sha G and Lin S. Genistein Inhibits Proliferation of Human Endometrial Endothelial Cell in Vitro. Chinese Medical Sciences Journal. 2008;23(1):49-53 9. Rajah TT, Du N, Drews N and Cohn R. Genistein in the Presence of 17β-Estradiol Inhibits Proliferation of Erβ Breast Cancer Cells. Pharmacology. 2009;84:68-73 10. Davis CD, Emenaker NJ and Milner JA. Cellular Proliferation, Apoptosis and Angiogenesis : Molecular Targets for Nutritional Preemption of Cancer. Seminars in Oncology. 2010;37(3):243-57 11. Haitao L, Jiang BH, King SM and Yi CC. Inhibition of Cell Growth and VEGF Expression in Ovarian
Hasil regresi yang bermakna (p-value< =0.05) pada waktu 24 jam dimana genistein memberikan pengaruh 25.5% terhadap penurunan ekspresi Ki-67.Hasil penelitian inisesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sha and Lin (2008) yang mengatakan bahwa Genistein adalah inhibitorpotensial pada proliferasiselepitel kelenjar pada endometrium manusia. Genistein sebagai antagonis estrogen pada endometrium.Genistein berpotensi estrogenik dalam ketiadaan estrogen dan anti-estrogenik pada kehadiran estrogen endogen dengan konsentrasi genistein tidak kurang dari5 µmol/L, sehingga genistein dapat melindungi endometrium.8 Demikian juga dengan pendapat yang dikemukankan oleh Davis et al.,(2010) yang mengatakan bahwa Ketika ketiadaan estrogen dalam media kultur, genistein <1 μmol/L bertindak sebagai stimulan pertumbuhan untuk estrogen-dependent pada sel kanker payudara namun jika> 5μmol/L dapat menurunkan proliferasi sel.10Pada percobaan invitro lainnya genistein> 10µmol/L dapat menghambat proliferasi sel, sedangkan jika <10 µmol/L akan menstimulus terjadinya proliferasi sel.9Genistein telah terbukti dapat menurunkan proliferasi sel pada kasus endometriosis. hal ini ditunjukkan dengan terbuktinya secara ilmiah hasil penelitian berdasarkan dosis dan waktu inkubasi setelah diuji secara statistik mendapatkan hasil yang bermakna. Genistein dengan sifat SERMs-nyadapat berfungsi sebagai antagonis murni bila bertindak melalui reseptor estrogen pada gen yang mengandung elemen-elemen reaksi estrogen tetapi bisa berfungsi sebagai agonis parsial bila bertindak pada gen tersebut melalui reseptor estrogen .17 Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian genistein sesegera mungkin dengan dosis 51
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 46-52
cancer Cells by Flavonoids. Nutrition and Cancer. 2008;60(6):800-9 12. Jakobsen JN and Sørensen JB. Clinical impact of ki67 labeling index in non-small cell lung cancer. Lung Cancer. 2013;79:1-7 13. Laschke MW, Giebels C and Menger MD. Vasculogenesis: a new piece of the endometriosis puzzle, Human Reproduction Update. 2011;17(5):628-36 14. Konstantinos K, Marios S, Anna M, Nikolaos K, Efstratios P and Paulina A. Expression of Ki-67 as Proliferation Biomarker in Imprint Smears of Endometrial Carcinoma. Diagnostic Cytopathology. 2011;41(3):212-7
15. Baldi A, Campioni M And Signorile PG. Endometriosis: Pathogenesis, Diagnosis, Therapy And Association With Cancer (Review) Oncology Reports. 2008;19:843-6 16. Agarwal N and Subramanian A. Endometriosis Morfology, Clinical Presentation and Molecular Pathology. Jurnal of Laboratory Psysician. 2013;2(1)1-9 17. Pilsakova L, Riecansky I, Jagla F. The Physiological Actions of Isoflavone Phytoestrogens. Physiol Res. 2010;59:651-64
52