J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1, Hal.: 1-7 ISSN 1978-1873
PENGARUH EKSTRAK KLOROFORM UMBI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP EKSPRESI PROTEIN BCL-2 PADA SEL HELA Susianti Bagian Histologi, Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung E-mail:
[email protected] Diterima 17 November 2009, disetujui untuk diterbitkan 11Januari 2010
ABSTRACT The induction apoptosis is the most potential mechanism to cure cancer disease. One of the important proteins in the apoptosis mechanism is Bcl-2 protein type. The exaggerate Bcl-2 protein expression in various cancers can cause the resistance of cancer cell toward the drug used in the treatment. The Bcl-2 protein expression may be used as one of the targets in cancer therapy. The nut-grass tuber is known to have cytotoxic effect on leukaemia and cervix cells, but its effect on Bcl-2 protein expression is yet known. The test of Bcl-2 protein expression was done on HeLa cell which was incubated in the chloroform extract of nut-grass tuber for 24 and 48h with the dosages used were ½xIC50, IC50 and 2xIC50 (20, 40, 80µg/ml) and in duplo. The cell number of every well of 3 x 104 cells dissolved in RPMI 1640 culture media. To know Bcl-2 protein expression, it was done by colouring with imunocytochemistry and observed with microscope. In the test of Bcl-2 protein expression obtained that the higher the chloroform extract dosage used, the Bcl-2 protein expression in HeLa cell is decreasing. The Anova test showed the differences among different treatments. Keywords: nut-grass, Cyperus rotundus L., proteine Bcl-2, HeLa cell
ABSTRAK Induksi terhadap apoptosis merupakan mekanisme yang paling potensial dalam melawan kanker. Salah satu protein yang berperan dalam mekanisme apoptosis adalah protein Bcl-2. Ekspresi protein Bcl-2 yang berlebihan pada berbagai jenis kanker menyebabkan sel kanker resisten terhadap obat yang digunakan. Dengan demikian penekanan ekspresi protein Bcl-2 dapat dijadikan salah satu target dalam terapi kanker. Umbi rumput teki diketahui memiliki efek sitotoksik pada sel leukemia dan sel kanker serviks. Namun efek umbi rumput teki terhadap ekspresi protein Bcl-2 masih belum diketahui. Uji ekspresi protein Bcl-2 dilakukan pada sel HeLa yang diinkubasi dengan ekstrak kloroform umbi rumput teki selama 24 jam dan 48 jam, dengan dosis ½xIC50, IC50 dan 2xIC50 (20, 40, 80µg/ml), masing-masing duplikat. Jumlah sel per sumuran sebanyak 3 x 104 sel yang terlarut pada media kultur RPMI 1640. Untuk melihat ekspresi protein Bcl-2 dilakukan pengecatan dengan imunositokimia, dan diamati dengan mikroskop cahaya. Pada uji ekspresi protein Bcl-2 didapatkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak kloroform yang diberikan maka ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa semakin menurun. Uji Anova menunjukkan adanya perbedaan di antara perlakuan dengan dosis yang berbeda. Kata kunci: rumput teki, Cyperus rotundus L., protein Bcl-2, sel HeLa
1. PENDAHULUAN Kanker serviks merupakan kanker terbanyak dan penyebab kematian kedua pada wanita. Berdasarkan data yang ada saat ini dari seluruh wanita di dunia yang berusia 15 tahun atau lebih setiap tahunnya sebanyak 493.243 wanita didiagnosa menderita kanker serviks. Sementara itu, di Indonesia setiap tahunnya didiagnosa sebanyak 15.000 penderita kanker serviks yang baru dan 7.500 diantaranya meninggal dunia1). Ada banyak faktor risiko yang dapat menimbulkan kanker serviks diantaranya berhubungan seks pada usia yang terlalu dini, berganti-ganti pasangan, paritas yang tinggi, menggunakan tembakau, penderita HIV dan yang paling utama adalah terinfeksi HPV (Human Papiloma Virus). Hubungan kejadian kanker serviks dengan HPV telah banyak dibuktikan, dan terhitung sekitar 70% kejadian kanker serviks di dunia
2010 FMIPA Universitas Lampung
1
Susianti… Pengaruh Ekstrak Kloroform Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
dikarenakan HPV, khususnya tipe 16 dan 182). Atas dasar data epidemiologik virus HPV dianggap mempunyai peran penting dalam terjadinya karsinoma serviks dan stadium pendahuluannya (displasia). HPV 16 dan 18 mempengaruhi kejadian kanker serviks dengan cara mengintegrasikan DNA-nya ke dalam genom sel, sehingga menyebabkan terjadinya mutasi dan gangguan regulasi pertumbuhan sel. Selain itu, protein E6 dan E7 dari HPV 16 dan 18 dapat mengikatkan diri pada dua protein yang dikode oleh tumor supressor gen. Protein tersebut yaitu P53 yang berikatan dengan E6 dan pRb yang berikatan dengan E7. Ikatan tersebut membuat fungsi pRb dan p53 sebagai penekan tumor menjadi terganggu (inaktif), sehingga protein tersebut tidak dapat mencegah terjadinya kanker3). Inaktivasi p53 telah dibuktikan dapat meningkatkan ekspresi protein Bcl-2. Sehingga hal ini diduga berhubungan erat dengan radioresistensi maupun kemoresistensi pada kanker serviks4). Salah satu protein yang berperan dalam mekanisme apoptosis adalah protein Bcl-2. Protein ini merupakan protein anti-apoptosis dan diekspresikan secara berlebihan pada berbagai jenis kanker. Ekspresi yang berlebihan ini menyebabkan sel-sel kanker resisten terhadap obat-obat antikanker yang diberikan, sehingga kemoterapi pada berbagai jenis kanker mengalami kegagalan. Ekspresi protein Bcl-2 yang berlebihan tersebut dapat memperpanjang masa hidup sel dan melindungi sel dari sinyal apoptosis dengan cara menghalangi keluarnya sitokrom c dari mitokondria5). Dengan demikian, protein ini dapat dijadikan salah satu target untuk terapi kanker baik dengan jalan menekan atau inaktivasi melalui fosforilasi6). Informasi mengenai ekspresi protein Bcl-2 pada kanker serviks masih terbatas. Namun telah dibuktikan bahwa inaktivasi p53 (suatu protein penekan tumor) seperti yang terjadi pada kanker serviks dapat menyebabkan peningkatan ekspresi protein Bcl-24). Salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai antikanker adalah rumput teki (Cyperus rotundus L.). Akar dan umbi rumput teki kaya akan antioksidan antara lain β-sitosterol, cyperene, cyperol, flavonoid, sesquiterpenoid, asam askorbat, dan polifenol7,8). Selain itu umbi rumput teki juga mengandung alkaloid, minyak atsiri, triterpen, serta karbohidrat9). Flavonoid, polifenol, dan alkaloid merupakan antioksidan yang memiliki efek sitotoksik dengan cara menginduksi apoptosis10-12). Salah satu mekanisme polifenol dalam menginduksi apoptosis yaitu dengan menurunkan ekspresi protein Bcl-213). Sementara itu penelitian Li et al. menunjukkan bahwa alkaloid yang diisolasi dari suatu tanaman di Cina (Solanum nigrum) mampu memicu apoptosis pada sel kanker serviks dengan cara menurunkan ekspresi protein Bcl-2+12). Kemudian Li et al. juga membuktikan bahwa penurunan ekspresi protein Bcl-2 pada sel kanker serviks yang diberi oroksilin A (suatu senyawa flavonoid) lebih efektif dalam memicu apoptosis daripada meningkatkan Bax (protein pro-apoptosis)14). Rumput teki telah diketahui memiliki efek sitotoksik pada sel leukemia dan sel kanker serviks. Kilani et al. telah melakukan penelitian dengan cara menguji ekstrak umbi rumput teki maupun minyak esensial dari umbi rumput teki pada sel leukemia (L1210), hasilnya menunjukkan adanya efek sitotoksik dengan cara menginduksi apoptosis15,16). Selanjutnya Susianti menguji ekstrak kloroform umbi rumput teki pada sel HeLa (sel kanker serviks), dan didapatkan bahwa ekstrak tersebut dapat menginduksi apoptosis pada sel HeLa17). Namun demikian, mengenai jalur atau protein yang terlibat dalam mekanisme apoptosis tersebut masih perlu teliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui efek umbi rumput teki terhadap ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa. Sel HeLa merupakan sel epitel yang berasal dari adenokarsinoma serviks pada manusia dan terinfeksi HPV 18. Protein p53 dan pRb pada sel ini di nonaktifkan oleh protein E6 dan E7 yang dihasilkan oleh HPV 18. Sel ini telah digunakan secara luas sebagai model dalam penelitian in vitro karena sangat mudah tumbuh di dalam kultur.
2. METODE PENELITIAN Untuk melihat ekspresi protein-protein yang terlibat dalam apoptosis, pemeriksaan yang digunakan antara lain dengan western blot analysis18,19). Selain itu dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan imunositokimia. Salah satunya adalah melihat ekspresi protein Bcl-2 dengan menghitung persentase sel yang mengekspresikan Bcl-220,21). Uji ekspresi protein Bcl-2 dilakukan dengan metode imunositokimia. Sel dikultur di dalam mikroplate 24 sumuran yang telah diberi coverslip. Masing-masing sumuran diisi dengan sel sebanyak 3x104 sel/sumuran dalam media sebanyak 500 µl (FBS 0,5%). Mikrokultur diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam. Kemudian media pada mikrokultur dibuang dengan cara dipipet. Coverslip pada kolom 1 dan 2 diambil untuk dibuat slide (preparat), sedangkan sumuran yang lain diisi dengan 500 µl media (FBS 10%) yang 2
2010 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1
mengandung bahan uji sesuai dengan skema pada gambar 1. Mikrokultur diinkubasi kembali selama 24 jam dalam inkubator. Setelah 24 jam, coverslip pada kolom 3 dan 4 diambil untuk dibuat preparat, selanjutnya mikrokultur diinkubasi kembali selama 24 jam. Setelah diinkubasi kemudian coverslip yang tersisa diambil untuk dibuat preparat.
A B C
1 S242 S242 S482
2 S241 S241 S481
3 S241/2 S241/2 S481/2
D
S482
S481
S481/2
4 S0 S24 S48
5 S0 S24 S48
6 S0 S24 S48
Gambar 1. Skema pengisian mikrokultur untuk uji ekspresi protein Bcl-2 Keterangan : S242-S24½-: Sel + ekstrak aktif umbi rumput teki (24 jam), (dengan dosis masing-masing 2xIC50, IC50, ½x IC50) S482-S48½-: Sel + ekstrak aktif umbi rumput teki (48 jam), (dengan dosis masing-masing 2xIC50, IC50, ½xIC50) S0 : Kontrol (sel) 0 jam S24 : Kontrol (sel) 24 jam S48 : Kontrol (sel) 48 jam Prosedur pembuatan preparat dimulai dengan menempelkan coverslip pada kaca objek, dan dikeringkan pada suhu kamar. Lalu fiksasi dilakukan dengan metanol p.a selama 5 menit, dan dicuci dengan aquades selama 5 menit. Kemudian preparat direndam dalam peroxidase blocking solution pada suhu kamar selama 10 menit. Selanjutnya, preparat diinkubasikan dalam prediluted blocking serum selama 10 menit pada suhu kamar. Kemudian antibodi primer (antibodi monoklonal Bcl-2) diaplikasikan dengan dilusi 1:100 sebanyak 50-100µl dan diinkubasi pada nampan yang lembab di dalam lemari es suhu 4°C overnight. Setelah diinkubasi overnight preparat dicuci dengan PBS selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan biotinylated secondary antibody sebanyak 50-100µl, dan diinkubasi pada suhu kamar selama 15 menit. Proses aplikasi antibodi primer dan sekunder ini tidak dilakukan pada salah satu kontrol dari setiap kelompok 0 jam, 24 jam dan 48 jam yang akan digunakan sebagai kontrol pengecatan. Proses selanjutnya, preparat dicuci dengan PBS selama 5 menit dan diinkubasi dalam streptavidinHRP selama 10 menit. Kemudian dicuci dengan PBS selama 5 menit, lalu dilakukan aplikasi DAB sebanyak 100µl, dan diinkubasi selama 3-5 menit, lalu dicuci dengan air kran selama 5 menit. Kemudian dilakukan counterstained dengan Mayer hematoxylin sebanyak 50-100µl selama 1-2 menit, lalu dicuci dengan air kran, kemudian dibiarkan pada suhu kamar sampai kering (15-30 menit). Setelah itu preparat dicelupkan ke dalam alkohol. Selanjutnya preparat ditetesi mounting medium Entellan dan sediaan ditutup dengan gelas penutup. Lalu dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Sel yang mengekspresikan protein Bcl-2 (inti sel/ sitoplasma berwarna coklat) dihitung persentasenya per 100 sel/ lapangan pandang (pada 5 lapangan pandang). Persentase ekspresi protein Bcl-2 untuk masing-masing konsentrasi bahan uji dianalisis menggunakan uji Anova dengan CI 95 %. Jika tidak memenuhi syarat Anova maka akan diuji dengan KruskalWallis. Selanjutnya dilakukan analisis Post Hoc.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya sel yang berwarna coklat adalah sel yang mengekspresikan protein Bcl-2. Perbedaan sel yang mengekspresikan protein Bcl-2 dengan yang tidak mengekspresikan dapat dilihat pada Gambar 2. Sel yang mengekspresikan protein Bcl-2 dihitung persentasenya. Persentase ekspresi protein Bcl-2 dalam dosis dan lama inkubasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.
2010 FMIPA Universitas Lampung
3
Susianti… Pengaruh Ekstrak Kloroform Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Tabel 1. Persentase ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa yang diberi ekstrak kloroform umbi rumput teki Lama inkubasi
Pemberian ekstrak kloroform
Rata-rata + SD
O jam
Kontrol Kontrol Dosis 20 µg/ml Dosis 40 µg/ml Dosis 80 µg/ml Kontrol Dosis 20 µg/ml Dosis 40 µg/ml Dosis 80 µg/ml
48,4 + 5,82 47,3 + 5,79 50,5 + 9,44 27,6 + 8,37 26,3 + 7,90 49,4 + 6,43 30,1 + 6,03 12,1 + 3,96 12,3 + 1, 55
24 jam
48 jam
a.
b.
Gambar 2. Ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa dengan imunositokimia a. Kontrol, b. Ekstrak kloroform umbi rumput teki dosis 40 µg/ ml Keterangan: 1. sel dengan ekspresi protein Bcl-2; 2. sel tanpa ekspresi protein Bcl-2 Dari Tabel 1 dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan ekspresi protein Bcl-2 yang semakin meningkat dengan meningkatnya dosis dan lamanya inkubasi dengan bahan uji. Untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing perlakuan dengan lama inkubasi yang sama maka dilakukan uji statistik. Pada sel yang diinkubasi selama 24 jam dengan ekstrak kloroform dilakukan uji Anova, dan didapatkan adanya perbedaan di antara perlakuan dengan dosis yang berbeda, dengan nilai p = 0,00 (< 0,05). Lalu dilanjutkan dengan uji post hoc LSD, didapatkan bahwa terdapat perbedaan di antara satu kelompok dengan yang lain kecuali antara kontrol dan perlakuan dengan dosis 20 µg/ml dan antara perlakuan dengan dosis 40 µg/ml dan perlakunan dengan dosis 80 µg/ml. Kemudian pada sel yang diinkubasi selama 48 jam dengan ekstrak kloroform juga dilakukan uji statistik menggunakan Kruskal-Wallis, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan pada keempat perlakuan dengan nilai p = 0,00 (<0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc Mann Whitney. Hasilnya menunjukkan perbedaan antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya, kecuali antara perlakuan dengan dosis 40 µg/ml dan perlakuan dengan dosis 80 µg/ml.
4
2010 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1
Ekspresi protein Bcl-2 (%)
60 50
48,4
49,4
47,3
0 jam
50,5
24 jam
48 jam
40
30,1 30
27,6
26,3
20
12,1
12,3
10 0
Kontrol
Dosis 20
Dosis 40
Dosis 80
Perlakuan dengan ekstrak kloroform (ug/ml)
Gambar 3. Grafik persentase ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa yang diberi ekstrak kloroform umbi rumput teki Dari data pada Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa ekstrak kloroform umbi rumput teki dapat menginduksi apoptosis melalui penurunan ekspresi protein Bcl-2. Jumlah sel yang mengalami apoptosis semakin meningkat dengan pertambahan dosis mulai dai dosis ½xIC50 (20 µg/ml) sampai dosis 2xIC50 (80 µg/ml). Namun pada sel yang diinkubasi selama 24 jam efek penurunan ekspresi protein Bcl-2 pada kelompok kontrol sama dengan kelompok perlakuan dosis ½xIC50 (20 µg/ml). Sedangkan pada sel yang diinkubasi selama 48 jam penurunan ekspresi protein Bcl-2 pada kelompok perlakuan dengan dosis IC50 sama dengan 2xIC50. Hal ini mungkin disebabkan karena pada uji apoptosis dalam penelitian ini hanya dapat mendeteksi sel yang mengalami apoptosis lanjut. Sedangkan sel yang sudah mengalami penurunan ekspresi protein Bcl-2 tetapi belum mengalami apoptosis lanjut tidak terdeteksi. Kemungkinan lain adalah adanya mekanisme lain yang menyebabkan apoptosis selain penurunan ekspresi protein Bcl-2. Salah satu senyawa dalam umbi rumput teki yang kemungkinan berperan dalam penurunan ekspresi protein Bcl-2 adalah golongan terpenoid dan minyak esensial. Pentacyclic triterpene betulinic acid telah diketahui dapat menginduksi apoptosis dengan menurunkan protein Bcl-2 maupun protein anti-apoptosis yang lain pada mitokondria22). Sementara itu minyak esensial yang diisolasi dari Lebanese sage telah dibuktikan dapat menginduksi apoptosis pada sel kolon manusia HCT-116 dengan menurunkan protein Bcl-2, meningkatkan Bax dan p53, serta mengaktivasi caspase-323).
4. KESIMPULAN DAN SARAN Ekstrak kloroform umbi rumput teki (C. rotundus L.) dapat menurunkan ekspresi protein Bcl-2 pada sel HeLa. Mengingat subyektifitas yang sangat tinggi dalam menghitung sel pada pemeriksaan dengan imunositokia, perlu dikonfirmasi dengan metode yang lain, misalnya western blot analysis. Selain itu Penelitian ini baru membuktikan peran ekstrak kloroform umbi rumput teki pada penurunan ekspresi protein Bcl-2. Sedangkan pengaruhya pada protein apoptosis yang lain masih perlu diteliti.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Castellsagué, X., de Sanjose, S., Aguado, T., Louis, K.S., Bruni, L., Mu˜noz, J., 2007. HPV and cervical cancer in the world. 2007 Report. WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer (HPV Information Centre). Vaccine, 25 (supp 3), C1-C230.
2.
Andrews, S., 2007. Gynecologic cancer. dalam Skeel, R.T., Handbook of Cancer ed. Ohio: Lippincott Williams & Wilkins, pp: 322-328.
2010 FMIPA Universitas Lampung
Chemotherapy. 7th
5
Susianti… Pengaruh Ekstrak Kloroform Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
3.
Van de Velde, C.J.H., Bosman, F.T., dan Wagener, D.J.T., 1999. Onkologi, alih bahasa: Arjono, Aryandono, T., Sunarto, Husodoputro, H.K., Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, pp: 494-507.
4.
Wootipoom, V., Lekhyananda, N., Phungrassami, T., Boonyaphiphat, T., dan Thongsuksai, P., 2004. Prognostic significance of Bax, Bcl-2, and p53 expressions in cervical squamous cell carcinoma treated by radiotherapy. Gynaecol. Oncol., 94, 636–642.
5.
Tannock, I.F., Hill, R.P., Bristow, R.G., dan Harrington, L., 2005. The Basic Science of Oncology. 4th ed. Canada: McGraw-Hill.
6.
Piro, L.D., 2004. Apoptosis, Bcl-2 antisense, and cancer therapy. Oncology (Williston Park). 13 (10):510.
7.
Pal, D.K., dan Dutta, S., 2006. Evaluation of the antioxidant activity of the roots and Rhizomes of Cyperus rotundus L. Indian J. Pharm. Sci., 68,256-258.
8.
Yazdanparast, R. dan Ardestani, A., 2007. In vitro antioxidant and free radical scavenging activity of Cyperus rotundus. J. Med. Food Dec.,10 (4), 667-674.
9.
Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Dradjad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan, 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada (PPOT-UGM), pp: 72-76.
10.
Taraphdar, A.K., Roy, M., dan Bhattacharya, R.K., 2001. Natural products as inducers of apoptosis: Implication for cancer therapy and prevention. Curr. Sci., 80 (11), 1387-1396.
11.
Scalbert, A., Manach, C., Morand, C., dan Re´Me´ Sy, C., 2005. Dietary prevention of diseases. Crit. Rev. Food Sci. Nutr., 45, 287–306.
12.
Li, J., Li, Q.W., Gao, D.W., Han, Z.S., dan Li, K.P., 2008. Antitumor effects of total alkaloids isolated from Solanum nigrum in vitro and in vivo. Harmazie., 63 (7), 534-538.
13.
D’Archivio, M., Santangelo, C., Scazzocchio, B., Varì, R., Filesi, C., Masella, R., and Giovannini, C., 2008. Modulatory effects of polyphenols on apoptosis induction: Relevance for cancer prevention. Int. J. Mol. Sci., 9, 213-228.
14.
Li, H.N., Nie, F.F., Liu, W., Dai, Q.S., Lu, N., Qi, Q., Li, Z.Y., You, Q.D., dan Guo, Q.L., 2009. Apoptosis induction of oroxylin A in human cervical cancer HeLa cell line in vitro and in vivo. Toxicology., 257, 80– 85.
15.
Kilani, S., Ben Sghaier, M., Limem, I., Bouhlel, I., Boubaker, J., Bhouri, W., Skandrani, I., Neffatti, A., Ammarb, R.B., Dijoux-Franca, M.G., Ghedira, K., dan Chekir-Ghedira, L., 2008. In vitro evaluation of antibacterial, antioxidant, cytotoxic and apoptotic activities of the tubers infusion and extracts of Cyperus rotundus. Bioresour. Technol., 99, 9004–9008.
16.
Kilani, S., Ledauphin, J., Bouhlel, I., Ben Sghaier, M., Boubaker, J., Skandrani, I., Mosrati, R., Ghedira, K., Barillier, D., dan Chekir-Ghedira, L., 2008. Comparative study of Cyperus rotundus essential oil by a modified GC/MS analysis method. Evaluation of its antioxidant, cytotoxic, and apoptotic effects. Chem. Biodivers., 5 (5), 729-42.
17.
Susianti, 2009. Selektivitas Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) terhadap Sel Hela Dan Siha Serta Pengaruhnya Terhadap Apoptosis. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hal 67.
6
polyphenols
and
the
2010 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1
18.
Faried, A., Kurnia, D., Faried, L.S., Usman, N., Miyazaki, T., Kato, H., dan Kuwano, H., 2007. Anticancer effects of gallic acid isolated from Indonesian herbal medicine, Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl, On Human Cancer Cell Lines. Int. J. Oncol., 30, 605-613.
19.
Chen, C.Y., Liu, T.Z., Tseng, W.C., Lu, F.J., Hung, R.P., Chen, C.H., dan Chen, C.H., 2008. (-)-Anonaine induces apoptosis through Bax- and caspase-dependent pathways in human cervical cancer (HeLa) cells. Food Chem Toxicol., 46, 2694–2702.
20.
Rumiyati, Sismindari, dan Ariyani, 2006. Efek fraksi protein daun Carica papaya L. pada ekspresi protein p53 dan Bcl-2 pada kultur sel kanker payudara. Majalah Farm. Indo., 17(4): 170 – 176.
21.
Zhao, A.G., Li, T., You, S.F., Zhao, H.L., Gu, Y., Tang, L.D., dan Yang, J.K., 2008. Effects of Wei Chang An on expression of multiple genes in human gastric cancer grafted onto nude mice. World J. Gastroenterol., 14 (5), 693-700.
22.
Solary, E., Bettaieb, A., Dubrez-Daloz, L., Corcos, L., 2003. Mitochondria as a target for inducing death of malignant hematopoietic cells. Leuk. Lymphoma., 44 (4), 563-74.
23.
Itani, W.S., El-Banna, S.H., Hassan, S.B., Larsson, R.L., Bazarbachi, A., GaliMuhtasib, H.U., 2008. Anti colon cancer components from lebanese sage (Salvia libanotica) essential oil: Mechanistic basis. Cancer Biol. Ther., 7(11), 1765-1773.
2010 FMIPA Universitas Lampung
7