i
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR REBUSAN RUMPUT TEKI (CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA, LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR)
I GEDE NANDA PRADANA 10.8.03.81.41.1.5.043
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014
ii
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR REBUSAN RUMPUT TEKI (CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA, LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR)
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigipada fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : I Gede Nanda Pradana NPM : 10.8.03.81.41.1.5.043
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
IGN Putra Dermawan, drg., Sp.PM NPK: 828 010 310
Intan Kemala Dewi, drg., M.Biomed NPK: 828 207 370
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigipada fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul: “Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) Dalam Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 18 Februari 2014. Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan Denpasar, 18 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,
IGN Putra Dermawan, drg.,Sp.PM NPK : 826 394 199 Anggota :
Tanda Tangan
1. Intan Kemala Dewi, drg.,M.Biomed NPK : 828 010 310
1. .................
2. Ni Nyoman Gemini Sari, drg.,M.Biomed NPK : 828 207 370
2. .................
Mengesahkan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg.,M.Kes,FISID NPK : 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBANDINGAN
EFEKTIVITAS
AIR
REBUSAN
RUMPUT
TEKI
(CYPERUS ROTUNDUS) DENGAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA LINN.) DALAM PENYEMBUHAN STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR)” ini tepat pada waktunya. Penulis menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis sangat berterimakasih atas segala hal yang telah penulis dapatkan selama penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Drg. IGN Putra Dermawan, Sp.PM selaku dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan, semangat dan masukan bagi penulis. 2. Drg. Intan Kemala Dewi, M.Biomed selaku dosen pembimbing II atas bimbingannya dan saran-saran yang sangat bermanfaat. 3. Drg. Ni Nyoman Gemini Sari, M.Biomed selaku dosen penguji serta masukannya yang sangat berarti. 4. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. 5. Keluarga dan kerabat terutama ibu dan bapak, adik, nenek serta semua kerabat yang selalu memberikan dukungannya.
iv
v
6. Teman-teman dan sahabat yaitu, Risca Pramana Yudha, Benjamin Pabala, Caesar Kurniantara, Erlangga Nugraha, Dewi, Yoga, Evie, Agek, Gus adi, Gung Surya Yoga, Karima,Indah dan teman-teman angkatan 2010 lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman anggota Civitas Akademik Yayasan Perguruan Saraswati yang sudah sangat membantu dalam dakam penyusunan skripsi ini. 8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semua hal yang telah diberikan sebagai kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukan.
Denpasar, 5 Februari 2014
Penulis
v
vi
Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) dalam Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
Abstrak Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) yang dikenal juga dengan nama sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut,biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu: stomatitis aphtosa rekuren minor, stomatitis aphtosa rekuren mayor dan stomatitis aphtosa rekuren herpetifom. Rumput teki (Cyeperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) diketahui memiliki kandungan seperti flavonoid, patcholulenone sineol cyperene I dan II yang berfungsi sebagai antiseptik, penutup luka, penyegar nafas dan menambah fungsi imunisasi yang berperan dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR). Metode yang digunakan adalah uji statistik parametrik Independen T-Test untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1,02565 untuk kelompok yang menggunakan air rebusan daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok yang menggunakan air rebusan rumput teki yang artinya waktu penyembuhan dengan menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR). Kata Kunci : Stomatitis aphtosa rekuren (SAR), air rebusan daun rumput teki (Cyperus rotundus), air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.), proses penyembuhan.
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Persetujuan Pembimbing Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang .................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Hipotesis............................................................................................ Manfaat Penelitian ............................................................................ Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ....................................
1 4 4 5 5 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
7
A. Stomatitis Aphtosa Rekuren .............................................................. 1. Pengertian Stomatitis Aphtosa Rekuren ..................................... 2. Etiologi ........................................................................................ 3. Pengobatan .................................................................................. B. Rumput Teki (Cyperus rotundus) ..................................................... 1. Ciri-ciri Rumput Teki.................................................................. 2. Klasifikasi Rumput Teki ............................................................. 3. Kandungan Kimia Rumput Teki ................................................. 4. Manfaat Rumput Teki ................................................................. C. Daun Jambu Biji (Psidium Guajava, Linn.) ...................................... 1. Ciri-ciri Daun Jambu Biji ............................................................ 2. Klasifikasi Daun Jambu Biji ....................................................... 3. Kandungan Kimia Daun Jambu Biji ........................................... 4. Manfaat Daun Jambu Biji ...........................................................
vii
7 7 10 16 17 17 17 18 19 19 19 21 22 22
viii
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...................................................... A. B. C. D. E. F. G.
24
Rancangan Penelitian ........................................................................ Idenifikasi Variabel ........................................................................... Definisi OperasionaL ........................................................................ Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... Alat dan Bahan .................................................................................. Jalannya Penelitian ............................................................................ Analisis Data .....................................................................................
24 24 24 25 26 26 27
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
29
A. Karakteristik Responden ................................................................... B. Analisis Data ..................................................................................... 1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas .......................................... 2. Uji Perbandingan Perlakuan Menggunakan Independent T-test .......................................................................
30 31 31 32
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
39
A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran ..................................................................................................
39 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
41
LAMPIRAN ..................................................................................................
44
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan rumput teki .................................................................... 29 Tabel 4.2 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan daun jambu biji ............................................................. 29 Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .................................................................................. 30 Tabel 4.4 Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk ............................... 31 Tabel 4.5 Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test .............. 32 Tabel 4.6 Group Statistic Independent T-Test ................................................. 32 Tabel 4.7 Independent Sample Test ................................................................. 33
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Stomatitis aphtosa rekuren minor ................................................. 8 Gambar 2.2 Stomatitis aphtosa rekuren mayor ................................................ 9 Gambar 2.3 Stomatitis aphtosa rekuren herpetifom ......................................... 10 Gambar 2.4 Rumput teki (Cyperus rotundus) .................................................. 18 Gambar 2.5 Jambu biji (Psidium guajava, Linn.) ............................................ 21
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Perjanjian Tindakan Medis (Informed Consent) .......................... 44 2. Dokumentasi : ........................................................................................ 45 Gambar 1 : Rumput Teki Sebelum Direbus .................................... 45 Gambar 2 : Air Rebusan Rumput Teki ............................................ 45 Gambar 3 : Pemberian Air Rebusan Rumput Teki Kepada Penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren ........................ 46 Gambar 4 : Berkumur Dengan Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus). ..................................................... 46 Gambar 5 : Daun Jambu Biji Sebelum Direbus .............................. 47 Gambar 6 : Air Rebusan Daun Jambu Biji ...................................... 47 Gambar 7 : Pemberian Air Rebusan Daun Jambu Biji Kepada Penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren ........... 48 Gambar 8 : Berkumur Dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) ........................... 48 3. Data Sampel ........................................................................................... 49 4. Olah Data ............................................................................................... 50
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berbagai penyakit mulut sering mengganggu atau berjangkit di kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua. Salah satu contoh adalah penyakit sariawan (Stomatitis Aphtosa Rekuren). Sariawan atau Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) adalah salah satu penyakit mulut yang paling umum di dunia. Penyakit sariawan merupakan penyakit yang sangat menganggu, karena penyakit tersebut berjangkit di mulut sehingga mengganggu pada saat makan, berbicara, bahkan dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penyakit tersebut apabila penanganannya kurang baik dapat berjangkit cukup lama dan juga dapat menjadi gejala awal kanker mulut. Penyakit sariawan selain karena kurang vitamin C, biasanya terjadi karena tanpa sengaja tergigit dan membuat luka di lidah dan mulut. Terserang sariawan di mulut, rasa perih terkadang membuat bibir pecah-pecah, muka pucat, dan letih (Marty 2012). Stomatitis Aphtosa Rekuren adalah salah satu kelainan mukosa yang paling sering terjadi dan menyerang kira-kira 15-20% populasi di Inggris. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada golongan sosial ekonomi atas dan antara para mahasiswa selama waktu-waktu ujian. Berbagai klasifikasi SAR telah diajukan tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe : minor, mayor, dan herpetiformis. Semua tipe ulserasi dihubungkan dengan rasa sakit (Lewis dkk. 1994)
1
2
Sebagian besar pasien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS) yang ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter kurang dari 5 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih. Dan dapat terjadi di bagian mana saja dari mukosa mulut. Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis (HU). Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer (Porter dkk. 2000). Beberapa
kalangan
yang
menderita
sariawan
diobati
dengan
menggunakan ramuan tradisional yaitu air rebusan jambu biji atau air rebusan akar teki, ternyata pemakaian obat ini sangat efektif dan efisien karena dapat menyembuhkan
sariawan
selama
2-3
hari,
mudah
diproses
tanpa
mengeluarkan biaya. Tanaman yang berkhasiat menjadi obat sangat banyak dan bisa ditemukan di sekeliling kita. Terkadang karena ketidaktahuan kita, tanaman obat tersebut hanya dianggap sebagai gulma (Suriana dan Shobarini 2013). Daun jambu biji (Psidium guajava, linn.) maupun rumput teki (Cyperus rotundus) gampang dicari dan sangat mudah diproses menjadi obat. Rumput teki (Cyperus rotundus) biasanya tumbuh secara liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, lapangan rumput, pinggir jalan, atau lahan pertanian dan tumbuh sebagai gulma. Jambu biji dalam bahasa latinnya Psidium guajava dan dalam bahasa
3
Inggris dikenal sebagai guava dapat tumbuh dimana-mana. Pohon jambu bisa tumbuh di dataran tinggi maupun lahan dataran rendah pada ketinggian antara 5 – 1200 meter dari permukaan laut. Pohon jambu bisa tumbuh di segala macam iklim. Itulah sebabnya jambu bukan hanya terkenal di Indonesia tapi juga di seantero negeri (Marty 2012). Jambu Biji ternyata dapat digunakan untuk penyembuhan sariawan atau stomatitis aphtosa rekuren dikarenakan memiliki kandungan kimia seperti flavonoid
yang berfungsi sebagai antiseptic, penutup luka, penyembuhan
luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Sedangkan kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang merupakan zat sejenis flavonoid yang berperan sebagai antibakteri (Fadi dkk. 2005). Rumput teki (Cyperus rotundus) meskipun sebagai gulma, ternyata menyimpan berbagai manfaat pengobatan. Kegunaan rumput teki (Cyperus rotundus) adalah untuk menstabilkan siklus hormonal, obat sakit perut, obat untuk memperlancar kencing, obat cacingan,, obat sakit gigi, untuk obat borok, radang kuku, nyeri lambung, kencing batu, luka terpukul, bisul, mual, muntah
dan
lain-lainya.
Rimpang rumput
teki
(Cyperus
rotundus)
mengandung alkaloid, sineol, pinen, siperon, rotunol, siperenon, tanin, siperol, serta flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut pada umumnya berfungsi sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker, dan anti alergi. Beberapa diantaranya dapat merusak membran sel bakteri dan mengerutkan dinding atau membran sel bakteri. Sehinga dapat menggangu permeabilitas sel bakteri, hingga pertumbuhan bakteri akan terhambat atau mati (Apriel 2010 cit. Koen dkk. 2012).
4
Dengan demikian penulis berkeinginan menggali atau mengetahui manfaat dan keefektifan yang lain dari Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam mengobati sariawan (Stomatitis Aphtosa Rekuren).
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan dalam skripsi ini adalah manakah yang lebih efektif penyembuhan dengan pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) ?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
D. Hipotesis Dari tujuan tersebut, hipotesis nya adalah bahwa penggunaan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
5
E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini kita dapat memberikan informasi tentang manfaat rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) atau daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) sebagai alternatif dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren kepada masyarakat sekitar dan demi kemajuan di dunia penelitian.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Kami membatasi penelitian ini pada : 1. Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) dalam keadaan segar. Untuk Rumput Teki (Cyperus rotundus) daun dan umbi yang digunakan, sedangkan untuk daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) hanya daunnya saja yang digunakan. 2. Berat Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) yang digunakan adalah 50 gram. 3. Orang yang digunakan sampel adalah remaja dan dewasa berumur 13 tahun sampai 25 tahun. 4. Air yang digunakan untuk merebus Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) adalah 600cc dan pemberian rebusannya 2 kali sehari setiap sampel.. 5. Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) hanya untuk menyembuhkan stomatitis aphtosa rekuren.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) 1. Pengertian Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) yang dikenal juga dengan nama sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. SAR merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang – orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama (Haikal 2010). SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu: a.
Stomatitis Aphtosa Rekuren Minor Stomatitis aphtosa rekuren minor adalah penyakit yang paling sering ditemui, sekitar 70 sampai 90 persen dibandingkan tipe SAR yang lainnya. Pada stadium awal SAR tipe minor timbul rasa sakit dan
6
7
terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang – kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur – angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami demam ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter < 1 cm. Permukaan abu – abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang – kadang bisa sampai 8. Lokasi biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut (Haikal 2010).
Gambar 2.1 Stomatitis aphtosa rekuren minor (Haikal 2010)
8
b.
Stomatitis Aphtosa Rekuren Mayor SAR mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari SAR minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, Stomatitis aptosa mayor yang rekuren, yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita RAS, lebih hebat daripada SAR minor. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih, dan dapat terjadi di bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Tanda pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat pada penderita SAR mayor, jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi (Lewis dkk. 1998).
Gambar 2.2
Stomatitis aphtosa rekuren mayor
(Anonim 2013)
c.
Stomatitis Apthosa Rekuren Herpetiform Tipe SAR yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis (HU). Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
9
aptosa. Walaupun sekarang secara klinis sudah dibedakan tiga jenis SAR, tetap belum jelas apakah lesi merupakan varian dari satu penyakit atau mewakili kelainan-kelainan yang berbeda yang bermanifestasi sebagai ulserasi oral rekuren. Walaupun telah diperkenalkan berbagai teori penyebab SAR belum ada satupun faktor penyebab yang bisa diidentifikasi (Lewis dkk. 1998).
Gambar 2.3 Stomatitis Apthosa Rekuren Herpetiform (Haikal 2010)
2. Etiologi Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obatobatan (Swain dkk. 2012) a. Faktor Genetik Ada beberapa bukti untuk predisposisi genetik. Sejarah keluarga kadang positif dan penyakit tampaknya mempengaruhi
10
kembar identik lebih sering daripada non-identik. Namun, hal ini mungkin berlaku untuk minoritas. Berbagai asosiasi HLA telah dilaporkan tapi tidak ada haplotype tampaknya konsisten. Dalam penyakit Behcet mungkin terkait ini bukti kecenderungan genetik jauh lebih kuat (Cawson dan Odell 2008). b. Trauma Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung (Koybasi 2006). c. Gangguan imunologi Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui. Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada
11
SAR terdapat adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva. Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk, terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR (Swain dkk. 2012) d. Stres Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap stomatitis aphtosa rekuren ini. Banyak orang yang menderita stomatitis menyatakan bahwa stomatitis yang mereka alami disebabkan oleh stres. Terkadang orang secara objektif menghubungkan timbulnya stomatitis dengan peningkatan stres (Zain 1999). e. Faktor Nutrisi Isu-isu lain dieksplorasi dalam upaya untuk menentukan penyebab RAS termasuk kemungkinan hubungan serangan kelebihan atau kekurangan berbagai faktor gizi, seperti besi serum, asam folat dan vitamin B12 dan spekulasi bahwa borok aphtous merupakan manifestasi dari reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Para peneliti meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin
12
B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan. Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang (Swain dkk. 2012). Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien tersebut diterapi dengan 50 mg Zink Sulfat peroral tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi SAR yang persisten sembuh dan tidak pernah kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga mengatakan adanya kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR karena pemberian preparat Zink pada pasien SAR menunjukkan adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada umumnya normal (Swain dkk. 2012). f. Hormonal Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan
13
aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut (Porter dkk. 2000) g. Infeksi Tidak ada bukti bahwa aphtae secara langsung karena ada mikroba, dan ada bukti yang minim antigen silang bereaksi dari streptokokus atau bentuk L memainkan peran penting. Dengan hipotesis bahwa mungkin ada cacat regulasi immun disebabkan oleh herpes atau virus lainnya yang terbukti (Cawson dan Odell 2008). h. Alergi dan Sensitifitas Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri. SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai
rasa panas, kadang-
kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi
14
sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR (Porter dkk.2000) i. Obat-obatan Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers,
agen
kemoterapi
dan
nicorandil
telah
dinyatakan
berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya SAR (Swain dkk. 2012) j. Penyakit Sistemik Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terusmenerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweet’s (Porter dkk.2000). k. Merokok Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok (Swain dkk. 2012).
15
3. Pengobatan Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid topikal dan imuno modular sistemik, dianjurkan sebagai pengobatan untuk SAR, walaupun demikian hanya sebagian kecil yang secara ilmiah terbukti efisien. Kombinasi vitamin B1 (thiamin, 300 mg sehari) dan vitamin B6 (py-ridoxine, 50 mg setiap 8 jam) diberikan selama 1 bulan dianjurkan sebagai penatalaksanaan empiris tahap awal. Beberapa pasien memberikan respon yang baik terhadap obat kumur klorheksidin serta kortikosteroid topikal, seperti hidrokortison hemisuksinat (pellet 2,5 mg diletakkan pada luka 3 kali sehari) atau betametason natrium fosfat (tablet 0,5 mg dilarutkan dalam air dan digunakan sebagai obat kumur 3 kali sehari). Penggunaan terapi anxiolytic atau rujukan untuk hipnoterapi dapat membantu bagi penderita yang diperkirakan memiliki faktor prespitasi berupa stres. Sebagian kecil penderita SAR menghubungkan timbulnya ulserasi dengan makanan tertentu, sehingga pemeriksaan terhadap
makanan-makanan
yang
menimbulkan
sensitivitas
perlu
dilakukan (Lewis dkk. 1998). Obat-obat sistemik, seperti levamisole, inhibitor monoamine oksidase, thalidomide, atau dapsone digunakan untuk penderita yang sering mengalami ulserasi oral yang serius. Tetapi, penggunaan obatobatan
ini
harus
dipertimbangkan
secara
hati-hati
berdasarkan
pertimbangan efektivitas serta efek sampingnya (Lewis dkk. 1998).
16
B. Rumput Teki (Cyperus rotundus) 1. Ciri – ciri Rumput Teki (Cyperus rotundus) Rumput Teki adalah sejenis rumput semu menahun, tapi bukan termasuk keluaga rumput-rumputan (Graminae) dapat mencapai tinggi 10 cm. Rimpang (rhizome) berumbi, batang bentuk segitiga. Daun 4-10 berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup di bawah tanah, berwarna coklat kemerahan, helaian daun berbentuk garis dengan permukaan atas berwarna hijau tua mengkilat, ujung daun meruncing, lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebar. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, berkelamin dua. Daun pembalut 3-4, tepi kasar, tidak merata. Sekam dengan punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. Buah memanjang sampai bulat telur terbalik, bersegi tiga coklat, panjang 1,5 mm (Ekasari 2011)
2.
Klasifikasi Rumput Teki (Cyperus rotundus) a. Divisi
: Spermatophyta
b. Sub divisi : Angiospermae c. Kelas
: Dicotiledoneae
d. Bangsa
: Cyperales
e. Suku
: Cyperaceae
f. Marga
: Cyperus
g. Jenis
: Cyperus rotundus
17
h. Nama umum : Rumput Teki (Arysanti dkk. 2013).
Gambar 2.4 Rumput Teki (Cyperus rotundus) (Anonim 2011)
3.
Kandungan kimia Rumput Teki (Cyperus rotundus) Menurut Ekasari (2013) dari hasil penelitian diperoleh bahwa umbi (rimpang) rumput teki ini mengandung alkaloid, glikosida jantung, flavonoid dan minyak menguap sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone, cyperotundone dan cyperolone, sedangkan yang berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene. Minyak essensial yang diperoleh dari umbi rumput teki ini mengandung sedikitnya 27 senyawa yang terdiri dari seskuiterpen, hidrokarbon, epokside, keton-keton, monoterpen dan alifatik alkohol serta beberapa senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. Dari kandungan diatas yang berperan untuk penyembuhan sariawan adalah Flavonoid yang berperan sebagai antiseptik, penutup luka, penyembuhan luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Patcholulenone sineol juga sebagai
18
antiseptik dan membunuh mikroorganisme. Cyperene I dan II berperan sebagai penyegar nafas. 4. Manfaat Rumput Teki (Cyperus rotundus) Secara tradisional, masyarakat di berbagai daerah di banyak negara telah lama dan banyak memanfaatkan umbi (rimpang) dari tanamaan ini sebagai obat untuk memperlancar menstruasi, mengurangi rasa sakit pada waktu haid, penyakit-penyakit kewanitaan, obat sakit perut, obat pencuci anti keringat, dalam bentuk air rebusan sebagai obat untuk mengatasi penyakit mulut seperti sariawan (sebagai obat kumur), panas, disentri, obat untuk memperlancar kencing, obat cacingan, obat antikejang pada sakit mencret dan juga obat borok (Ekasari 2013).
C. Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) 1. Ciri-Ciri Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) Jambu
biji
berasal
dari
benua
Amerika
bagian
tropis,
seperti Mexico dan Amerika Serikat. Tetapi negara yang berjasa besar dalam menemukan dan menyebarluaskan tumbuhan jambu biji adalah Spayol. Tanaman jambu biji yang berasal dari biji dapat tumbuh secara alamiah mencapai 5-10 meter. Batang jambu biji cukup licin dan berwarna coklat
keabu-abuan.
Daunnya tunggal
dan
letaknya berhadapan.
Nampaknya ada korelasi antara bentuk daun dan bentuk buah. Bentuk buah jambu biji ada yang bulat, lonjong seperti buah peer maupun perpaduan antara keduanya, yaitu berbentuk agak bulat tetapi lonjong pada bagian ujungnya. Bunga jambu biji tumbuh di ketiak daun atau pucuk
19
ranting secara berkelompok maupun tunggal. Bunganya berbau wangi dan memiliki banyak nektar. Pada umumnya buah jambu biji berbau wangi hingga hambar. Rasanya pun bervariasi, ada yang manis, hambar, asam manis, masam, hingga sepet. Akar jambu biji termasuk akar tunggang, dan akar ini mudah membentuk tunas akar (Rismunandar 1987). Buah Jambu biji memiliki kadar vitamin C dan A yang tinggi. Selain itu, buah jambu biji juga mengandung banyak zat besi, fosfat dan kapur. Jambu biji dapat tumbuh di pinggir pantai hingga di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 meter. Jambu biji juga dapat tumbuh di tanah yang banyak mengandung pasir maupun yang berat. Namun, Jambu biji tumbuh lebih subur di tanah yang cerul, banyak mmengandung
bahan
organik.
Tanaman
jambu
biji
dapat
di
kembangbiakan melalui biji, cangkokan, okulasi, dan stek akar. Pembiakan dengan biji membawa resiko, yaitu sifatnya belum tentu sama dengan sifat induknya. Tetapi, perkembangbiakan secara cangkok, okulasi, dan stek akar menjamin kemantapan sifat pohon induknya (Ganesan 2008). Kerusakan pada pohon jambu biji lebih sering disebabkan oleh hama daripada penyakit. Hamayang menyerang pohon jambu biji seperti ulat daun, yaitu ulat agar-agar (Chalcolis Albiguttata) dan ulat serit (Ploneta Diducta Sn.). Kutu daun Ceroputo yang mengakibatkan keringnya daun jambu biji dan tumbuhnya jamur-jamur hitam disekitar daun dan batang. Selain itu terdapat juga hama lalat buah yang kita kenal dengan nama sidat khususnya jenis Dacus pedestris. serta nematode, yaitu
20
sejenis cacing berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Nematoda mula-mula menyerang serabur akar, masuk ke dalam akar lalu merusaknya (Trubus 2013).
2. Klasifikasi Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) a. Kingdom
: Plantae
b. Divisi
: Magnoliophyta
c. Kelas
: Magnoliopsida
d. Ordo
: Myrtales
e. Famili
: Myrtaceae
f. Genus
: Psidium
g. Spesies
: Psidium guajava
h. Nama Binomial
: Psidium guajava, Linn (Marty 2012)
Gambar 2.5 Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) (Anonim 2009)
21
3. Kandungan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) Jambu biji bisa menjadi ramuan tradisional dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga daun jambu biji bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak penyakit. Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat. Ramuan tradisional memang masih digemari pada saat ini karena diyakini tubuh manusia lebih gampang menerimaobat yang berbahan alami seperti obat tradisional dibandingkan dengan obat modern (Indriani 2006). Menurut Suriana dan Shobarini (2013) pada daun jambu biji diketahui mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, asam psidioklat, zat samak, quercetin, saponin asam guajaverin, asam oleanolat dan,asam ursolat. Dari kandungan tersebut yang berperan untuk penyembuhan sariawan atau stomatitis aphtosa rekuren adalah flavonoid
yang berfungsi sebagai antiseptic, penutup luka,
penyembuhan luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Sedangkan kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang merupakan zat sejenis flavonoid yang berperan sebagai antibakteri. 4. Manfaat Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) Jambu biji bisa menjadi ramuan tradisional dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga daun jambu biji bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak penyakit. Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat. Berikut ini beberapa manfaat daun jambu biji menurut Anas (2012) :
22
a. Sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penyakit yang dapat disembuhkan oleh daun jambu biji yakni : diare, sariawan, sembelit, maag, kanker, ketahanan tubuh, batuk dan demam berdarah. b. Untuk kecantikan kulit dan membasmi jerawat, serta dapat merawat daerah kewanitaan.
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah mencatat perancangan dari cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian eksperimental dengan independent test (Notoatmodjo 2012). Penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok dengan perlakuan menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan satu kelompok dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn).
B. Identifikasi Variabel 1.
Variabel pengaruh
: Efektifitas air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn).
2. Variabel terpengaruh : Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
C. Definisi Operasional 1. Efektifitas air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan air rebusan daun jambu biji (psidium guajava, Linn) adalah suatu kemampuan dari kandungan rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (psidium
23
24
guajava, Linn) untuk menimbulkan suatu efek penyembuhan pada stomatitis aphtosa rekuren. 2. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.
D. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada : 1. Waktu : 7 September – 22 Nopember 2013 2. Tempat : dilingkungan desa Tegal Harum kecamatan Denpasar Barat
E. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah masyarakat di lingkungan desa Tegal Harum kecamatan Denpasar Barat, sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel yang dibagi 2 kelompok yaitu 15 sampel kelompok A (menggunakan air rebusan rumput teki) dan 15 sampel kelompok B (menggunakan air rebusan daun jambu biji). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya (Sastroasmoro dan Ismael 2011).
25
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a.
Kriteria Inklusi a. Penderita stomatitis aphtosa rekuren yang bersedia diobati b. Penderita stomatitis aphtosa rekuren bersifat kooperatif c. Penderita pernah mengalami sariawan minimal 2 kali
b.
Kriteria Eksklusi a. Penderita stomatitis aphtosa rekuren yang tidak bersedia diobati b. Penderita yang mengalami sariawan hanya sekali.
G. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : a. Handscoon b. Masker c. Alat diagnosa d. Neraca e. Kompor f. Gelas Ukur g. Panci h. Pengaduk i. Gelas Minum j. Saringan
26
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) b. Air
H. Jalannya Penelitian 1. Menentukan dan menetapkan subyek penelitian. 2. Sebelum melakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan menandatangani inform consent untuk kesediaan menjadi sampel. 3. Mempersiapkan alat dan bahan. 4. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dibersihkan dari kotoran atau tanah, dicuci dan ditiriskan sampai airnya kering. 5. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) ditimbang sebanyak 50 gram. 6. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dimasukkan secara terpisah ke dalam panci masing – masing dan direbus dengan air sebanyak 600 cc di atas kompor sampai mendidih selama 30 menit dan dibiarkan sampai airnya kira-kira tinggal 300 cc dan didinginkan. 7. Rumput teki (Cyperus rotundus) dan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) disaring dan ditampung dalam gelas. 8. Air rebusan siap diberikan pada penderita Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) dengan cara berkumur.
27
9. Pemberian air rebusan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore.
I. Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan SPSS versi 20 : 1. Analisis Deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh. 2. Uji Normalitas dan Homogenitas a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk Test b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test. 3. Uji Efek Perlakuan Uji efek perlakuan dengan menggunakan uji statistik parametrik Independen T-Test untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok (Riwidikdo 2009).
28
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dari pengamatan yang saya lakukan terhadap 30 orang sampel dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan rumput teki : NO
PASIEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
JENIS KELAMIN P L P P L L P L L L P P P P P
UMUR (TH) 15 20 19 14 20 14 20 25 20 21 25 19 17 14 15
WAKTU SEMBUH 4 5 5 6 5 4 4 3 4 4 6 4 5 6 4
Tabel 4.2 Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan daun jambu biji : NO
PASIEN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS KELAMIN P P L L P P P L
28
UMUR (TH) 13 15 20 16 19 13 20 24
WAKTU SEMBUH 3 2 2 3 3 4 4 2
29
NO
PASIEN
9 10 12 13 14 15
9 10 12 13 14 15
JENIS KELAMIN P P P P L L
UMUR (TH) 17 21 17 18 19 20
WAKTU SEMBUH 2 3 3 4 2 3
Dari data yang didapat terlihat bahwa : Sampel kelompok A yang diberikan perlakuan dengan air rebusan rumput teki waktu penyembuhannya dari Stomatitis Aphtosa Rekuren adalah 3 – 6 hari sedangkan pada kelompok B yang diberikan perlakuan dengan air rebusan jambu biji waktu penyembuhannya dari stomatitis aphtosa rekuren adalah 2 – 4 hari.
A. Karakteristik Responden Responden
pada
penelitian
ini
adalah
masyarakat
Banjar
Sari
Bhuana,Tegal Harum yang berjumlah 30 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok. Dimana 15 orang sebagai kelompok A (diberikan perlakuan menggunakan air rebusan rumput teki) dan 15 orang sebagai kelompok B (diberikan perlakuan menggunakan air rebusan daun jambu biji) sebagai berikut : Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Umur (tahun)
Perlakuan dengan Air Rebusan Rumput Teki Laki-laki
Perempuan
Perlakuan dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji Laki-laki
Perempuan
13 – 15 16 - 20 21 - 25
1 3 2
4 4 1
0 4 1
3 5 2
Jumlah Presentase (%)
6
9
5
10
40%
60%
33,3%
66,6%
30
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam kelompok kontrol yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki. Dimana responden perempuan sebesar 60% dan responden laki-laki sebesar 40% yang sebagian besar berada dalam usia 19-21 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Responden dalam kelompok perlakuan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki. Dimana responden perempuan sebesar 66,6% dan responden laki-laki sebesar 33,3% yang sebagian besar berada dalam usia 22-24 tahun untuk laki-laki dan perempuan. B. Analisis Data Statistik 1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Tabel 4.4 Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk Shapiro-Wilk Statistic .888 .891
df 15 15
Sig. .063 .070
Hasil penelitian yang diperoleh dari masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji Levene’s Test. Hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk memperoleh nilai Sig.= 0,063 untuk kelompok yang berkumur dengan air rebusan daun rumput teki (Cyperus rotundus) dan nilai Sig. = 0,70 untuk kelompok yang berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dari hasil tabel 4.4 nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
31
Tabel 4.5 Uji Homogenitas menggunakan uji Levene’s Test Levene Statistic .833
df1 1
df2 28
Sig. .369
Uji Levene’s Test dimaksudkan untuk untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memilik variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi dalam kelompok. Hasil Levene’s Test di atas menunjukkan nilai Sig. > 0,05 maka data tersebut homogen.
2. Uji Perbandingan Perlakuan Menggunakan Independent T-Test : Pada tabel 4.6 menunjukkan kelompok A yang menggunakan air rebusan rumput teki mendapatkan nilai mean (rata-rata) dari 15 sample = 4,6000 hari untuk proses penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren dan kelompok B mendapatkan nilai mean (rata-rata) = 2,9333 hari dari 15 sampel untuk proses penyembuhan dari stomatitis aphtosa rekuren. Ini menunjukkan adanya pengaruh dalam pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
32
Tabel 4.6 Group Statistic Independent T-Test Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Air Rebusan Ruput Teki
15
4.6000
.91026
.23503
Air Rebusan Daun Jambu Biji
15
2.9333
.79881
.20625
Hasil
Tabel 4.7 Independent Sample Test Levene’s Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Hasil
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.833
Sig.
t
.369 5.330
df
Sig. Mean (2Differenc Std. Error tailed) e Difference Lower
Upper
28
.000
1.66667
.31269 1.02614 2.30719
5.330 27.536
.000
1.66667
.31269 1.02565 2.30768
Independent T-Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Pada hasil penelitian baik kelompok A dan kelompok B nilai Sig. (2-tailed) = 0,00 atau dibawah 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap selisih rata-rata waktu penyembuhan kelompok yang menggunakan air rebusan rumput teki dan air rebusan daun jambu biji. Dan juga pada hasil dari perbedaan interval menunjukkan 1,02565 untuk kelompok A yang menggunakan air rebusan
33
daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok B yang menggunakan air rebusan rumput teki
yang artinya waktu
penyembuhan dengan
menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) lebih efektif daripada menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR).
34
BAB V PEMBAHASAN
Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) diklasifikasikan dalam 3 subtipe : minor, mayor dan herpetiformis. SAR merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit stomatitis ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya tapi memerlukan waktu yang cukup lama hingga 2 minggu maka akan terasa sangat mengganggu. Pada SAR minor penyembuhan dapat terjadi dalam 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas luka, bahkan pada SAR mayor berdiameter kira-kira 1-3 cm, penyembuhan berlangsung selama 4 minggu atau lebih, dan dapat terjadi di bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin (Lewis dkk. 1994). Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden yang terdiri dari 15 sampel sebagai kelompok A diberi perlakuan berkumur dengan menggunakan air rebusan rumput teki dan 15 sampel sebagai kelompok B yang diberi perlakuan berkumur dengan menggunakan air rebusan daun jambu biji, diketahui bahwa sampel terdiri dari usia 13 sampai 25 tahun, dimana secara keseluruhan menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia antara 16 sampai 20 tahun yaitu sebanyak 16 orang, dan sampel yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada sampel yang berjenis kelamin laki-laki.
34
35
Hasil penelitian menunjukkan kelompok A yang menggunakan air rebusan rumput teki mendapatkan rata-rata dari 15 sample = 4,6000 hari untuk proses penyembuhan dan kelompok B mendapatkan rata-rata = 2,9333 dari 15 sampel untuk proses penyembuhan dari Stomatitis Aphtosa Rekuren. Ini menunjukkan adanya pengaruh dalam pemberian air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dalam penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR). Terdapatnya pengaruh dalam proses penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) yang hanya rata-rata sembuh dalam 4,6 hari dikarenakan dari kandungan kimia yang terdapat dalam rumput teki tersebut. Menurut Ekasari (2013) dari hasil penelitian diperoleh bahwa umbi (rimpang) rumput teki ini mengandung alkaloid, glikosida jantung, flavonoid dan minyak menguap sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone, cyperotundone dan cyperolone, sedangkan yang berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene. Minyak essensial yang diperoleh dari umbi rumput teki ini mengandung sedikitnya 27 senyawa yang terdiri dari seskuiterpen, hidrokarbon, epokside, keton-keton, monoterpen dan alifatik alkohol serta beberapa senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. Dari kandungan diatas yang berperan untuk penyembuhan sariawan adalah Flavonoid yang
berperan
sebagai
antiseptik,
penutup
luka,
penyembuhan
luka,
mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Patcholulenone sineol juga sebagai antiseptik dan membunuh mikroorganisme. Cyperene I dan II berperan sebagai penyegar nafas.
36
Menggunakan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) juga ada pengaruhnya dalam proses penyembuhan stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR). Ini dikarenakan jambu biji memilik kandungan kimia yang bisa menjadi ramuan tradisional dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Mulai dari buah hingga daun jambu biji bisa dijadikan ramuan tradisional untuk mengobati banyak penyakit. Obat tradisional yang murah, mudah didapat, tapi kaya khasiat. Ramuan tradisional memang masih digemari pada saat ini karena diyakini tubuh manusia lebih gampang menerimaobat yang berbahan alami seperti obat tradisional dibandingkan dengan obat modern (Marty 2012) Menurut Suriana dan Shobarini (2013) pada daun jambu biji diketahui mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, asam psidioklat, zat samak, quercetin, saponin asam guajaverin, asam oleanolat dan,asam ursolat. Dari kandungan tersebut yang berperan untuk penyembuhan sariawan atau stomatitis aphtosa rekuren adalah flavonoid
yang berfungsi sebagai antiseptik, penutup
luka, penyembuhan luka, mengurangkan bengkak dan menambah fungsi imun. Kandungan lain yang berperan adalah quercetin yang merupakan zat sejenis flavonoid yang berperan sebagai antibakteri. Dalam melakukan analisis data maka diperlukan uji normalitas dan homogenitas. Pada uji normalitas disini menggunakan Shapiro-Wilk yang diperoleh hasil untuk Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,63 untuk kelompok A yang menggunakan air rebusan rumput teki, dan Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,70 untuk kelompok B yang menggunakan air rebusan daun jambu biji. Dilihat dari hasil tersebut maka penelitian ini berdistribusi normal dikarenakan Sig > 0.05. Untuk hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test didapatkan hasil Sig.=
37
0.369 maka itu menunjukkan data homogen karena Sig. diatas 0,05. Uji ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Independent-Sample T Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Pada hasil penelitian baik kelompok A dan kelompok B nilai Sig.= 0,00 atau dibawah 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap selisih rata-rata waktu penyembuhan kelompok yang menggunakan air rebusan rumput teki dan air rebusan daun jambu biji. Dan juga pada hasil dari perbedaan interval menunjukkan 1,02565 untuk kelompok A yang menggunakan air rebusan daun jambu biji dan 2,30768 untuk kelompok B yang menggunakan air rebusan rumput teki yang artinya waktu penyembuhan dengan menggunakan air rebusan rumput teki lebih lama 1-2 hari. Jadi berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.)
lebih efektif daripada
menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dalam penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR).
38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava ,Linn.) lebih efektif dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR) dibandingkan menggunakan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus).
B. SARAN Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian ini : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas kumur air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus) dan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.) dalam penyembuhan stomatitis aphtosa rekuren (SAR) dengan jumlah sampel yang lebih banyak, frekuensi pemberian yang lebih sering, serta metode atau sediaan yang berbeda. 2. Disarankan untuk menggunakan obat-obatan tradisional, sebab harganya lebih terjangkau dan efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dari obat-obatan kimia. 3. Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung vitamin dan mineral secukupnya agar kondisi tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Anas, K., Jayasre, P., Kumar, V., Kumar, M. 2008, ‘In vitro antibacterial activity of Psidium guajava Linn. leaf extract on clinical isolates of multidrug resistant Staphylococcus aureus, Indian J Exp Biol, vol.46, hlm. 41-46.
Anonim. 2009, Tanaman Obat Herbal-Jambu Biji Bermanfaat, [Online]. Avalaible:
http://baitulherbal.com/tanaman-herbal/tanaman-obat-herbal-
jambu-biji-bermanfaat/ [Sabtu 8 Juni 2013].
Anonim. 2011, Berbagai Manfaat Si Rumput Teki Bagi Kesehatan, [Online]. Avalaible: http://kabartop.com/manfaat-rumput-teki-untuk-kesehatan [Sabtu 8 Juni 2013].
Anonim. 2013, Sariawan di mulut, [Online]. Avalaible: http://sariawan.org/ [Kamis 6 Juni 2013].
Cawson, R. A., Odell, E.W. 2008, Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine, Churcill Livingstone, Ed. Ke-8, Philadelphia.
Ekasari, W. 2011, Rumput Teki (Cyperus rotundus L), [Online]. Avalaible: http://ff.unair.ac.id/sito/?mode=aview&aid=10 [Kamis 6 Juni 2013].
Ganesan, S. 2008, ‘Traditional oral care medicinal plants survey of Tamil Nadu’, Natural Product Radiance, vol. 7, no. 2, hlm. 166-172.
Haikal, M. 2009, Aspek Immunologi Stomatitis Aftosa Rekuren, Disertasi, Universitas Sumatra Utara , Medan.
Indriani, S. 2006, Aktivitas antioksidan ekstrak jambu biji (Psidium guajava L.), J.II.Pert.Indon, vol.11, no.1, hal. 13-17.
39
40
Koen, R. 2012, Uji Efektifitas Ekstrak Rumput Teki (Cyperus rotundus) Sebagai Permen Obat Alternatif Pereda Nyeri Sariawan, [Online]. Avalaible: http://www.scribd.com/doc/93592369/Jurnal-uji-efektivitas [Kamis 6 Juni 2013].
Koybasi, S., Parlak, A, H., Serin, E., Yilmaz, F., Serin, D. 2006, ‘Recurrent aphtous stomatitis : investigation of possible etiologic factors’, Elsevier Inc., hlm. 229-232.
Lewis, M. A. O. dan lamey, P-J., 1998, Tinjauan Klinis Penyakit Mulut, Ed. Ke-1, Widya Medika, Jakarta.
Marty T. 2012, Khasiat Istimewa Jambu Klutuk, Dunia Sehat, Jakarta Timur
Notoatmojo, S. 2012, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Porter, S. R., Hegarty, A., Kaliakatsou, F., Hodgson, T, A., Scully, C. 2000, ‘Reccurent aphtous stomatitis’, Elsevier Science Inc., hlm. 569-578.
Rismunandar. 1987, Tanaman Jambu Biji, Ed. Ke-1, Sinar Baru, Bandung.
Riwidikdo, H. 2009, Statistik Kesehatan (Dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur Penelitian), Rohima Press, Jakarta.
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2011, Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis, Ed. Ke-4, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Suriana, N., Shobarini, I. 2013, Ensiklopedia Tanaman Obat, Rumah Ide. Jakarta.
Swain, N., Pathak, J., Poonja, L, S., Penkar, Y. 2012, ‘Etiological factors of recurrent aphtous stomatitis’, J. Contempt Dent, vol. 2, no. 3, hlm. 96-100.
41
Trubus T. 2013, Herbal Indonesia Berkhasiat, vol. 10, Trubus, Jakarta Pusat.
Zain, R, B. 1999, ‘Classification,epidemiologi and aetiology of oral recurrent aphtous ulceration / stomatitis’, Dent Univ Malaya, vol. 6, hlm. 34-37.
42
LAMPIRAN- LAMPIRAN
43
PERJANJIAN TINDAKAN MEDIS INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
:
Umur
:
Tahun
Jenis Kelamin : L / P Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk diikutsertakan sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus) dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.) dalam Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)”, yang dilakukan oleh : I Gede Nanda Pradana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Segala hal menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya ikuti sesuai prosedur yang dijelaskan oleh peneliti
Denpasar Yang Membuat Pernyatan
(….…………….………)
44
GAMBAR 1 : Rumput Teki (Cyperus rotundus)
GAMBAR 2 : Air Rebusan Rumput Teki (Cyperus rotundus)
45
GAMBAR 3 : Pemberian Air rebusan rumput teki kepada penderita stomatitis aphtosa rekuren
GAMBAR 4 : Berkumur dengan air rebusan rumput teki (Cyperus rotundus.
46
GAMBAR 5 : Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.)
GAMBAR 6: Air Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn.)
47
GAMBAR 7:
Pemberian air rebusan daun jambu biji kepada penderita stomatitis aphtosa rekuren
GAMBAR 7:
Berkumur dengan air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava, Linn.)
48
Waktu sembuh kelompok A diberi perlakuan dengan air rebusan rumput teki : NO
PASIEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
JENIS KELAMIN P L P P L L P L L L P P P P P
UMUR (TH) 15 20 19 14 20 14 20 25 20 21 25 19 17 14 15
WAKTU SEMBUH 4 5 5 6 5 4 4 3 4 4 6 4 5 6 4
Waktu sembuh kelompok B diberi perlakuan dengan air rebusan daun jambu biji : NO
PASIEN
1 2 3 4 5 6 7 8 NO
1 2 3 4 5 6 7 8 PASIEN
9 10 12 13 14 15
9 10 12 13 14 15
JENIS KELAMIN P P L L P P P L JENIS KELAMIN P P P P L L
UMUR (TH) 13 15 20 16 19 13 20 24 UMUR (TH) 17 21 17 18 19 20
WAKTU SEMBUH 3 2 2 3 3 4 4 2 WAKTU SEMBUH 2 3 3 4 2 3
49
NPar Tests
Tests of Normality a
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Hari_Sembuh
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Air Rebusan Rumput Teki
.219
15
.052
.888
15
.063
Air Rebusan Daun Jambu Biji
.234
15
.027
.891
15
.070
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances Hasil Levene Statistic .833
df1
df2 1
Sig. 28
.369
ANOVA Hasil Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
20.833
1
20.833
Within Groups
20.533
28
.733
Total
41.367
29
F 28.409
Sig. .000
50
T-Test
Group Statistics Kelompok Hasil
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Air Rebusan Ruput Teki
15
4.6000
.91026
.23503
Daun Jambu Biji
15
2.9333
.79881
.20625
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Hasil
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.833
Sig. .369
t 5.330
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
Lower
Upper
28
.000
1.66667
.31269 1.02614 2.30719
5.330 27.536
.000
1.66667
.31269 1.02565 2.30768