Rinata et al. : Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar Interleukin-1β
Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar Interleukin-1β Evi Rinata1, Sutrisno2, Noorhamdani3 1 Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2 Divisi Fertilitas & Endokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang 3 Laboratorium MikrobiologiFakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Genistein adalah salah satu terapi untuk endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemberian genistein pada kultur sel endometriosis dalam menurunkan kadar IL-1β. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorik di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang menggunakan posttest only control group design. Sampel pada penelitian ini adalah jaringan endometriosis hasil dari prosedur laparoskopi. Kultur sel endometriosis dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan (kelompok kontrol, kelompok dosis 5 µmol/L, dosis 10 µmol/L, dosis 20 µmol/L, dosis 30 µmol/L, dosis 40 µmol/L dan dosis 50 µmol/L) dan 3 waktu inkubasi (6 jam, 24 jam, 48 jam). Kadar IL-1β diukur dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Data dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA dan uji regresi. Pemberian genestein berbagai dosis dan waktu inkubasi berpengaruh terhadap penurunan kadar IL-1β (p = 0.000). Rata-rata kadar IL-1β terendah pada kelompok dosis 50 µmol/L inkubasi 48 jam (112.98±6.42 pg/ml), namun secara statistik tidak berbeda signifikan dengan kelompok dosis 40 µmol/L. Pemberian genistein berbagai dosis dan waktu berpengaruh terhadap penurunan kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis. Semakin tinggi dosis dan semakin lama waktu inkubasi, kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis cenderung semakin menurun. (MOG 2014;22:39-45) Kata kunci: Endometriosis, genistein, IL-1β
ABSTRACT Genistein is one therapy for endometriosis. This study aimed to identify the effect of genistein on endometriosis cell culture in lowering level of interleukin-1β (IL-1β). This experimental laboratory with posttest only control group design was done in the Physiology Laboratory Faculty of Medicine, Brawijaya University Malang. Isolated tissue sample obtained from endometriosis patient through laparoscopy procedure. Endometriosis cell culture divided into 7 treatment groups (control group, genestein dose 5 µmol/L, 10 µmol/L, 20 µmol/L, 30 µmol/L, 40 µmol/Land 50µmol/L) with an incubation period of each dose (6 hours , 24 hours and 48 hours). IL-1β concentrations were assessed by using commercial enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Data were analyzed with ANOVA and regression test. Administration of various doses of genistein and incubation time had effect on the decreased level of IL-1β (p = 0.000). The lowest average levels of IL-1β on dose 50 µmol/L with 48 hours incubation (112.98±6.42 pg/ml), but did not statistically significant different compare with dose 40 µmol/L. In conclusion, the administration of various dose of genistein and incubation time had effect on decreased level of IL-1β in endometriosis cell culture. The higherdose of genisteinandthe longer incubation time,levels ofIL-1β is increasingly tend to decreased. (MOG 2014;22:39-45) Keywords: Endometriosis, genestein, IL-1β. Correspondence: Evi Rinata, Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
PENDAHULUAN
proinflamasi yang merangsang sel endometriosis untuk memproduksi beberapa sitokin lain dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam adhesi, pertumbuhan, invasi, inflamasi dan angiogenesis pada jaringan endometriosis.5,6,7 Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IL-1β secara signifikan meningkat dalam cairan peritoneal, sel endometrium ektopik dan eutopik dari pasien endometriosis.5,8
Endometriosis, merupakan salah satu kelainan ginekologis jinak, namun memiliki karakteristik keganasan, seperti invasif, pertumbuhan tidak terkendali, dan metastasis.1 Penemuan terbaru mengindikasikan meningkatnya risiko kanker ovarium ketika terjadi perubahan lesi kistik pada ovarium. 2,3 Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, diduga inflamasi dan respon imun ikut terlibat didalamnya.4,5Interleukin (IL)-1β merupakan sitokin
Terapi endometriosis saat ini diarahkan pada model terapi dengan efek farmakologik minimal, yaitu dengan
39
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 39-45
pemberian fitoestrogen. Genistein termasuk dalam kelas isoflavon dengan aksi biologis sebagai antioksidan, antiangiogenik, inhibitor protein kinase, inhibitor proliferasi, metastasis sel kanker, anti tumor, anti kanker, berperan dalam sistem imun dan mampu berikatan baik dengan reseptor.9 Genistein isoflavon bekerja sebagai selective estrogen receptor modulators (SERM) yang beraksi pada jaringan secara selektif, yakni bersifat agonis atau efek estrogenik pada tulang, metabolisme serum lipid dan sejumlah faktor koagulasi serta sifat antagonis atau efek anti estrogenik pada jaringan payudara dan uterus.10
microofilter 0.2 μm dengan merk corning, pipet mikro 1000μL dan 500μL merk Gilson, tip falcon 15 ml merk BD, spuit dengan merk Terumo, sentrifuse merk Hittich, water bath dengan merk Memmert, laboratory bottle 250 ml dengan merk Duran, timbangan analitik dengan merk Sartorius, lampu spritus dan autoclave merk Tomy, ELISA Kit merk Komabiotech. Jaringan endometriosis yang diambil dari dinding kista coklat/kista ovarium dengan laparoskopi sebanyak 0,51gr. Tiga macam larutan yang disaring dengan menggunakan saringan 0,22 mikron untuk sterilisasi yaitu larutan I merupakan larutan transport dengan pencucian yang berisi HBSS (Hank’s Balanced Salt Solution) dan gentamicin 50 μg/ml untuk mencegah kontaminasi. Larutan II merupakan larutan disosiasi yaitu larutan yang digunakan untuk memisahkan sel satu dengan sel yang lain, berisi 0,14% kolagenase IV (500 μg/ml) (Sigma), 0,1% Dnase (2,5 μg/ml) (Sigma) dalam HBSS. Larutan III merupakan larutan untuk melisiskan eritrosit karena sel darah merah merupakan tempat yang baik untuk kuman berkembang sehingga harus dihilangkan, berisi 8,29 gram NH4CL, 1,0 gram NaHCO2, 0,0371 gram Ethylene Diamine tetra acid (EDTA) (Sigma) dalam 1 liter aquadest steril (Otsuka). Medium kultur (Merk sigma) yang terdiri dari Hank’s F-12 merupakan medium transport dan DMSO 1:1 dengan 10% FCS (Fetal Calfs Serum) (Gibco), penicillin 50-100 μg/ml (Penstrep), L-Giutamine 2 mM (Sigma), streptomycin 50-100 μg/ml (Sigma), Fungizone 250 μg/ml (Sigma).13
Pada studi invitro, genistein dalam rentang konsentrasi 5 μmol/L sampai dengan 50 μmol/L dapat menekan pertumbuhan sel tumor pada leukemia, limphoma, kanker prostat, kanker payudara, dan kanker paru.11Hasil penelitian pada supernatant kultur sel chondrocytes dengan pemberian genistein pada konsentrasi 50, 100 μmol/L menurunkan 48% rata-rata kadar IL-1β.12Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pemberian genistein pada kultur sel endometriosis dalam menurunkan kadar IL-1β. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik dengan menggunakan posttest only control group design. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang selama periode Oktober sampai November 2013. Jaringan endometriosis yang digunakan adalah sampel jaringan pasien yang terdiagnosa endometriosis yaitu kista endometrioma (dinding kista ovarium) yang diambil melalui tindakan laparoskopi dengan hasil PA positif. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dan pasien yang dilakukan prosedur laparoskopi dalam penelitian ini telah mendapatkan informed consent tertulis. Kultur sel dibagi menjadi 6 kelompok perlakukan dan 1 kelompok kontrol dimana pada masing-masing kelompok diberikan genistein dosis 5 μmol, 10 μmol/L, 20 μmol/L, 30 μmol/L, 40 μmol/L, 50 μmol/L dengan masa inkubasi waktu 6 jam, 24 jam dan 48 jam dengan replikasi 4 kali.
Specimen diproses secara aseptik dan diantarkan dengan es dalam larutan I. Dimana jaringan ditempatkan dalam cawan petri steril diameter 9 cm, kemudian jaringan akan dicincang sehingga didapatkan potongan-potongan yang berukuran 0,5-2,0 mm3 dengan menggunakan scalpel steril. Memasukan 0,5-1,0 gram potongan jaringan kedalam tabung sentrifugasi steril berukuran 15 ml, yang berisi 10 ml larutan II (enzim disosiasi). Disosiasi specimen tersebut menjadi suspensi sel dengan cara menginkubasi dan mencampur potongan jaringan selama 6 jam pada suhu 370C. Inkubasi specimen secara horizontal dalam tabung sentrifugasi untuk menyebarkan potongan jaringan keseluruh bagian tabung, kemudian balik-balikan tabung sebanyak 5-10 kali setiap interval 30-45 menit sampai terlihat suspensi sel yang telah terdisosiasi.
Alat yang digunakan meliputi cawan metri dengan merk Duran, lemari es dengan dengan freezer (-200C) merk Panasonic, pH meter, LAF (Laminar Air Flow) vertical dengan merk Esco, Tissue Culture (TC) Plate dengan merk Corning, mikroskop inverted dengan merk Olympus CKX 41, mikroskop binokuler dengan merk Olympus CX 21, camera digital dengan merk Olympus, incubator dengan merk Binder dan tabung CO2, Mikro Sentrifuse Tube 1,5 ml dengan merk eppendorf, syringe
Preparat sel dilakukan sentrifugasi pada 400g dalam waktu 5-8 menit, kemudian larutan disosiasi dibuang dengan menggunakan pipet steril kemudian sel-sel akan dicuci dalam 10 ml medium kultur. Ditambahkan 10 ml larutan steril III, untuk melisiskan eritrosit, kemudian dilakukan inkubasi dan disentrifugasikan selama 10 40
Rinata et al. : Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar Interleukin-1β
menit. Membuang supernatan kemudian ditambahkan 10 ml medium kultur komplit. Menginkubasikan specimen secara vertical dalam tabung kerucut selama 5 menit supaya fragmen-fragmen yang tidak terdisosiasi dapat dikeluarkan dari larutan.
memasukkan sel kedalam setiap sumur (well) percobaan dengan konsentrasi sel 7,5-9,5 x 105 sel/ml. Hasil resuspensi ini dibagi kedalam 3 TC Plate yang berisi 48 well. Masing-masing TC Plate dilakukan inkubasi selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Setelah di inkubasi 6, 24, dan 48 jam, supernatan yang ada diambil dan pindahkan ke dalam tabung ependorf. Tabung ependorf disimpan pada suhu -200C dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar IL-1β dengan menggunakan ELISA.
Memindahkan supernatan yang mengandung suspensi sel dan medium kultur ke dalam TC Plate dengan menggunakan pipet steril. Kemudian inkubasi sel di dalam incubator 95% humidified 370C, 5% CO2. Didiamkan selama 2 hari, lalu melakukan observasi dengan mikroskop inverted untuk melihat apakah sel sudah tumbuh atau belum. Mengganti medium ketika sel-sel telah tumbuh dan medium berwarna kuning. Mengganti medium dengan medium yang segar setiap 3 hari sampai dengan sel-sel tumbuh dengan confluent di dalam TC Plate.
Konsentrasi IL-1β dalam supernatan medium kultur sel endometriosis diukur dengan metode ELISA menggunakan ELISA kit buatan Koma Biotech Inc USA (No Katalog K0331800) Densitas optic dibaca pada 450 nm. Data dianalisis dengan uji ANOVA, dilanjutkan uji post hoc Tukey dan uji regresi. Uji statistik dikatakan bermakna bila p<0.05. Proses analisis menggunakan bantuan SPSS for windows 15.0 Setelah sel confluent80-90% dilakukan pemeriksaan flowcytometri untuk memeriksa karakteristik sel endometriosis melalui ekspresi reseptor estrogen (RE) α dan reseptor estrogen β. Hasil flowcytometri menunjukan sel endometriosis mengekspresikan reseptor estrogen α dan reseptor estrogen β sebesar 86,16%. Ekspresi reseptor estrogen α sebesar 30,40 % dan reseptor estrogen β 55,18 %. Hal ini menunjukkan bahwa RE β lebih dominan dibandingkan dengan RE α. Sel yang telah disubkultur selanjutnya diberi paparan genistein dan diinkubasi selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam
A
B
Hasil Analisis Kadar IL-1β Berdasarkan Faktor Dosis Genistein Secara statistik ada perbedaan yang bermakna rata-rata kadar IL-1β pada ketujuh kelompok sampel pengamatan dengan nilai p = 0,000 (< 0,05). Berdasarkan nilai rata-ratanya, kadar IL-1β pada kelompok genistein dosis 50 µmol/L (115,61 ± 12,99 pg/mL) nilai rata-ratanya paling rendah diantara kelompok perlakuan yang lain, hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
C
Hasil Analisis Kadar IL-1β Berdasarkan Faktor Waktu Inkubasi
Gambar 1. Pertumbuhan Kultur Sel Endometriosis. (A) Kultur hari ke 3 sel sudah mulai tumbuh dan melekat (attach) pada dinding TC Flask dengan membentuk sel epitel dan stroma. (B) Kultur hari ke 5, sel tumbuh dengan baik yakni mencapai 60 % confluent. (C) Kultur hari ke 7 sel tumbuh dengan baik 80-90 % confluent.
Secara statistik ada perbedaan yang bermakna rata-rata kadar IL-1β terhadap waktu inkubasi dengan nilai p = 0,024 (p< 0,05). Berdasarkan nilai rata-ratanya, waktu inkubasi 6 jam (185,7 ± 59,3 pg/ml) menghasilkan rerata kadar IL-1β yang paling tinggi sedangkan nilai rata-rata kadar IL-1β paling rendah pada waktu inkubasi 48 jam (151,21 ± 30,97 pg/ml). Hasildapat dilihat pada Tabel 2.
Saat sel confluent 70%, sel dipanen (harvest). Menghitung jumlah sel dengan kamar hitung, kemudian
41
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 39-45
Tabel 1. Kadar IL-1β Berdasarkan Faktor Dosis Genistein Waktu Inkubasi (Mean ± SD) Kelompok Pengamatan
6 Jam
24 Jam
48 Jam
p
Kontrol
258,46 ± 7,54
237,12 ± 15,26
197,69 ± 9,17
231.09 ± 28.16
Genistein 5 µmol/L
251,54 ± 17,75
194,15 ± 5,83
171,69 ± 21,84
205.79 ± 38.19
Genistein 10 µmol/L
238,65 ± 12,14
163,29 ± 10,9
163,69 ± 9,76
188.54 ± 38.32 0.000<
Genistein 20 µmol/L
159,92 ± 9,82
157,77 ± 9,83
156,31 ± 11,5
158 ± 9.55)
Genistein 30 µmol/L
149,56 ± 8,37
142,15 ± 9,24
142,48 ± 8,83
144.73 ± 8.74
Genistein 40 µmol/L
124,9 ± 14,61
113,94 ± 9,42
113,65 ± 10,42
117.5 ± 11.91
Genistein 50 µmol/L 116,83 ± 16,96 117,02 ± 16,62 112,98 ± 6,42 115.61 ± 12.99 Keterangan : Kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis mengalami penurunan setelah pemberian genistein berbagai dosis.
Tabel 2. Kadar IL-1β (pg/ml) Berdasarkan Faktor Waktu Inkubasi Dosis Genistein (Mean ± SD) 5 10 20 30 40 50 Kontrol ∑ P µmol/L µmol/L µmol/L µmol/L µmol/L µmol/L 6 jam 258,46 251,54 ± 238,65 ± 159,92 149,56 124,9 116,83 ± 185,7 ± ± 7,54 17,75 12,14 ± 9,82 ± 8,37 ± 14,61 16,96 59,3 24 jam 237,12 194,15 ± 163,29 ± 157,77 142,15 113,94 ± 117,02 ± 160,78 ± 0,024 ± 15,26 5,83 10,9 ± 9,83 ± 9,24 9,42 16,62 42,36 48 jam 197,69 171,69 ± 163,69 ± 156,31 142,48 113,65 ± 112,98 ± 151,21 ± ± 9,17 21,84 9,76 ± 11,5 ± 8,83 10,42 6,42 30,97 Keterangan : Kadar IL-1βpada kultur sel endometriosis mengalami penurunan pada waktu inkubasi 6 jam, 24 jam, dan 48 jam. Waktu Inkubasi
Tabel 3. Kadar IL-1β (pg/ml) Berdasarkan Dosis Genistein dan Waktu Inkubasi 6 Jam Kelompok Pengamatan
Rata-Rata ± SD
24 Jam p
Rata-Rata ± SD
48 Jam p
Rata-Rata ± SD
Kontrol
258.46 ± 7.54
237.12 ± 15.26
197.69 ± 9.17
Genistein 5 µmol/L
251.54 ± 17.75
194.15 ± 5.83
171.69 ± 21.84
Genistein 10 µmol/L
238.65 ± 12.14
163.29 ± 10.9
163.69 ± 9.76
Genistein 20 µmol/L
159.92 ± 9.82
0.000 157.77 ± 9.83
0.000 156.31 ± 11.5
Genistein 30 µmol/L
149.56 ± 8.37
142.15 ± 9.24
142.48 ± 8.83
Genistein 40 µmol/L
124.9 ± 14.61
113.94 ± 9.42
113.65 ± 10.42
Genistein 50 µmol/L
116.83 ± 16.96
117.02 ± 16.62
112.98 ± 6.42
p
0.000
Keterangan : Kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis mengalami penurunan pada pemberian genistein berbagai dosis dan waktu inkubasi 6 jam, 24 jam, dan 48 jam.
42
Rinata et al. : Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar Interleukin-1β
Hasil Analisis Kadar IL-1β Berdasarkan Faktor Dosis Genistein dan Waktu Inkubasi
Hasil Analisa Regresi Pengaruh Dosis terhadap Kadar IL-1β pada Masing-Masing Waktu Inkubasi
Hasil uji menunjukkan ada perbedaan bermakna ratarata kadar IL-1β dengan inkubasi waktu 6 jam, 24 jam. dan 48 jam antara kelompok kontrol denganseluruh kelompok perlakuan genistein yaitu dosis 10 µmol/L , 20 µmol/L, 30 µmol/L, 40 µmol/L,dan 50 µmol/L (p=0.000). Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tren penurunan rata-rata kadar IL-1β pada ketiga waktu inkubasi 6 jam, 24 jam dan 48 jam dapat dilihat pada gambar 2. Dimulai dari kelompok kontrol berturut-turut terjadi penurunan rata-rata kadar IL-1β pada kelompok perlakuan pemberian genistein seiring dengan dosis yang meningkat. Ditunjukkan pula rata-rata paling rendah kadar IL-1β (112.98±6.42pg/ml) terjadi pada kelompok perlakuan pemberian genistein 50 µmol/L dengan waktu inkubasi 48 jam.
Analisis regresi untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis genistein dan waktu inkubasi terhadap penurunan kadar IL-1β didapatkan nilai koefisien regresiter besar yaitu pada waktu inkubasi 6 jam sebesar 88.1% (p=0.000). Nilai negatif pada koefisien pengaruh -3.161 menjelaskan ada pengaruh yang bersifat negatif. Artinya dengan peningkatan dosis genistein pada waktu inkubasi 6, 24, 48 jam akan menurunkan kadarIL-1β pada kultur sel endometriosis. Data ditunjukkan pada Tabel 4. Endometriosis sebagai salah satu gangguanginekologi tersering merupakan penyakit dengan kemampuan memproduksi estrogen sendiri dan sering dihubungkan dengan perubahan imunologis.2,14 Estrogen ini merangsang keberlangsungan dan persistensi lesi endometriosis, sebagaimana halnya mengubah proses imun dan inflamasi. Meskipun begitu, bagaimana inflamasi dan respons imun mempengaruhi perkembangan endometriosis masih belum jelas.1,15 Genistein dengan sifat SERM bertindak sebagai antiestrogenik pada kondisi dimana kadar estrogen tinggi seperti pada kanker payudara dan endometriosis.16 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata kadar IL-1β seriring dengan peningkatan dosis genistein yang diberikan. Hal tersebut didukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan peningkatan kadar IL-1β pada pasien endometriosis. Kadar sitokin ini secara signifikan lebih tinggi pada cairan peritoneal pasien dengan endometriosis aktif, dibandingkan dengan pasien tanpa gejala endometriosis, tapi kadarnya secara ekstrim menurun pada pasien endometriosis yang mendapatkan terapi medis.17
Gambar 1. Tren penurunan rata-rata kadar IL-1β berdasarkan dosis dan waktu inkubasi 6 jam, 24 jam dan 48 jam
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Dosis Genistein terhadap Kadar IL-1β pada Masing-masing Waktu Inkubasi Waktu Inkubasi
Persamaan Regresi
p-value
Korelasi dan p-value
R-Square
6 Jam
y = 255,692 – 3,161 X
0,000
r=0,939 p=0,000
88,1%
24 Jam
y = 208,264 – 2,145 X
0.000
r=0,891 p=0,000
79,5%
48 Jam
y = 186,627 – 1,599 X
0.000
r=0,909 p=0,000
82,7%
Keterangan : Hasil regresi kadarIL-1β pada kultur sel endometriosis yang mendapatkan perlakuan genistein pada waktu inkubasi 6 jam memberikan pengaruh terhadap penurunan kadarIL-1β sebesar 88.1%.
43
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No. 1 Januari - April 2014 : 39-45
SIMPULAN
Rata-rata penurunan kadar IL-1β mencapai titik minimum pada pemberian dosis genistein 50 µmol/L, namun tidak berbeda signifikan dengan dosis 40 µmol/L. Studi lain melaporkan dengan pemberian genistein pada konsentrasi 50, 100 μmol/L menurunkan 48% rata-rata kadar IL-1β pada supernatant kultur sel chondrocytes.12
Pemberian genistein berbagai dosis dan waktu berpengaruh terhadap penurunan kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis. Rata-ratakadarIL-1β paling rendah terjadipada dosis 50 μM/L inkubasi 48 jam (112.98±6.42 pg/ml).
Mekanisme kerja genistein terhadap penurunan kadar IL-1β melalui blok ikatan estrogen terhadap reseptor. Genistein sebagai kompetitif ligand estradiol akan menempati reseptor estrogen.18 Dengan afinitas tinggi, genistein mengikat RE terutama RE-β yang terlibat dalam penekanan sinyal mekanisme RE-α yang distimulasi estrogen.19 Genistein melalui modulasi ekspresi RNA isoform RE-β akan menghambat estrogen. Inhibisi estrogen selanjutnya akan menghambat induksi sitokin proinflamasi (TNF-α dan IL-1β) yang berdampak pada modulasi beberapa jalur tranduksi sinyal termasuk proliferasi sel, apoptosis, angiogenesis, adhesi, metastasis dan stres oksidatif.18,19,20
DAFTAR PUSTAKA 1.
Leyland N, Casper R, Laberge P, Singh SS. Endometriosis: Diagnosis and Management. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2010;32(7) 2. Giudice LC. Endometriosis. Nengl J Med. 2010;362(25):2389-98 3. Kobayashi H, Kajihara H, Yamada Y, Tanase Y, Kanayama S, Furukawa N, Noguchi T, Haruta S, Yoshida S, Naruse K et al. Risk of carcinoma in women with ovarian endometrioma. Front Biosci. 2011;3:529-39 4. Lebovic DI, Mueller MD, Taylor RN. Immunobiology of endometriosis. Fertil Steril. 2001;75:1-10 5. Lebovic DI, Bentzien F, Chao VA, Garrett EN, Meng YG, Taylor RN. Induction of an angiogenic phenotype in endometriotic stromal cell cultures by interleukin-1beta. Mol Hum Reprod. 2000; 6:269-75 6. Akoum A, Lemay A, Maheux R. Estradiol and interleukin-1beta exert a synergistic stimulatory effect on the expression of the chemokine regulated upon activation, normal T cell expressed, and secreted in endometriotic cells. J Clin Endocrinol Metab. 2002;87:5785-92 7. Lavoie CH, Fraser D, Therriault MJ, Akoum A. Interleukin-1 stimulates macrophage migration inhibitory factor secretion in ectopic endometrial cells of women with endometriosis. Am J Reprod Immunol. 2007;58:505-13 8. Guay S, Akoum A. Stable inhibition of interleukin 1 receptor type II in Ishikawa cell augments secretion of matrix metalloproteinase: possible role in endometriosis pathophysiology. Reproduction. 2007;134:525-34 9. Lafuante AG, Guillamon E, Villares A, Rostagno MA, Martinez JA. Flavonoids as antiinflammatory agents: implications in cancer and cardiovascular disease. Inflamm. Res. 2009;58:537-52 10. Kulak J, Fisher C, Komm B, Taylor H. 2011. Treatment with bazedoxifene, a selective estrogen receptor modulator, causes regression of
Hasil analisis regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian genistein dengan berbagai dosis pada tiap waktu inkubasi berpengaruh terhadap penurunan kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis. Pada penelitian ini kelompok genistein dosis 5 µmol/L dan 10 µmol/L untuk menurunkan kadar IL-1βpada kultur sel endometriosis membutuhkan waktu inkubasi yang lebih lama. Sehingga untuk menurunkan kadar IL-1β secara optimal dimulai pada pemberian 20, 30, 40 dan 50 µmol/L karena membutuhkan waktu inkubasi yang lebih singkat. Rata-rata kadarIL-1β paling rendah didapatkan pada pemberian genistein dosis 50 µmol/L dengan waktu inkubasi selama 48 jam. Namun pemberian genistein dosis 50 µmol/L dan dosis 40 µmol/L pada semua waktu inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sehingga, dari pengujian ini didapatkan perlakuan yang paling optimal dalam menurunkan kadar IL-1β adalah pemberian genistein dosis 50 µmol/L dan dosis 40 µmol/L pada semua waktu inkubasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, kemungkinan cara kerja genistein dalam menurunkan kadar IL-1βyaitu melalui modulasi blok reseptor estrogen melalui ikatan genistein pada RE β. Melalui mekanisme tersebut maka genistein dapat menempati reseptor estrogen yang selanjutnya menghambat induksi sitokin pro inflamasi dan aktivasi faktor transkripsi selanjutnya.20 Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan rata-rata kadar IL-1β seiring dengan peningkatan dosis genistein dan waktu inkubasi. 44
Rinata et al. : Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar Interleukin-1β
11.
12.
13.
14. 15.
16.
endometriosis in a mouse model. Endocrinology. 2009;152(8):3226-32 Sha GH and Lin SQ. Genistein Inhibits Proliferation of Human Endometrial Endothelial Cell in Vitro. Chin Med Sci J. 2008;23(1):49-53 Hoosmand S. Genistein reduces production of proinflammatory molecules in human hondrocytes. Thesis. 2006 As’adi AS, Hestiantoro A, Arleni. Efek Zat Aromatase Inhibitor dan GnRH Agonis Terhadap Kadar Vascular Endhotelial Growth Factor-A Pada Kultur Jaringan Endometriosis. Maj Obstet Ginecol Indones. 2008;32(1):11-21 Farquhar C. Endometriosis. BMJ. 2007;334:24953 Urata Y, Osuga Y, Izumi G, Takamura M, Koga K, Nagai M, Harada M, Hirata T, Hirota Y, Yoshino O and Taketani Y. Interleukin-1b stimulates the secretion of thymic stromal lymphopoietin (TSLP) from endometrioma stromal cells: possible involvement of TSLP in endometriosis..Human Reproduction. 2012:1-8 Darmoutomo E. 2009. Phytoestrogen. http://endangadi.wordpress.com/2009/02/09/phytoestrogen. Diakses pada 12 Desember 2012.
17. Meresman GF, Bilotas MA, Lombardi E, Tesone M, Sueldo C, Baranao RI. Effect of GnRH analogues on apoptosis and release of interleukin1b and vascular endothelial growth factor in endometrial cell cultures from patients with endometriosis. Human Reproduction. 2003;18(9):1767-71 18. Lee JY, Kim HS, Song YS. Genistein as a potential anticancer agent against ovarian cancer. Journal of Traditional and Complementary Medicine. 2012;2(2):96-104 19. Cappelletti V, Miodini P, Di Fronzo G and Daidone MG. Modulation of oestrogen receptorbeta isoforms by phytoestrogens in breast cancer cells. International Journal of Oncology 2006;28:1185-91 20. Soares SR, Varea AM, Hidalgo MJJ, Pellicer A. Pharmacologic therapies in endometriosis : a systematic review. Fertility and Sterility. 2012;98(3):529-55 21. Rice S and Whitehead SA. Phytoestrogens and Breast Cancer–Promoters or Protectors? Endocrine-Related Cancer. 2006;13:995-1015
45