PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH (Suatu Studi Di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa) BRIAN A ARING Johnny. H. POSUMAH RULLY MAMBO
ABSTRACT: This research intent to know organisational culture influence to commanding apparatus performance.. culture organisationaling to constitute one system meaning with which followed by membered one differentiates an organization with organisational other. Performance is level success in achieving aim. Said by success if to the effect attained appropriate one is wanted. Respondent commanding apparatus to increase performance, since performance or
organisational membered
individual achievements really determine performance organization. Therefore, performance estimation constitutes one of essential activity instead of human resource management in organisational Observational method that writer utilizes on this research is quantitative observational method, With problem formula.” in as much as which is influence culturizes organization to commanding apparatus performance at tompaso district. Of analisis result product moment correlation and simple regression, can test hypothesis that declares for that ” influential organisational Culture to commanding apparatus performance at Tompaso district Minahasa Regency ”, on signifikansi level 1 %, It betokens that organisational culture so ascendant to commanding apparatus performance, notably at Tompaso district. Its outgrows affecting that gets to be observed from analisis's result determinant, whereabouts determinant coefficient is gotten as big as 0,894 one get to be interpretted that outgrows it factor influence culturizes organization to commanding apparatus performance as big as 89,4%. This result betokens that performances changed variation apparatus commanding average as big as 41.79 or 69.65% prescribed by factor change variations culturize organizations as big as
89,4 %, meanwhile its rest as
big as 10.6 % regarded by factors any other. analisis result data points out that among organization culture with performance apparatusing to have relevance and influence relationship that kontributif character and so reality or signifikan. Key word: organization culture,Commanding apparatus performance ).
birokrasi pemerintahan didirikan sebagai
PENDAHULUAN Budaya adalah salah satu dasar dari
suatu wadah untuk mencapai suatu atau
asumsi untuk mempelajari dan memecahkan
beberapa tujuan. Organisasi tersebut harus
suatu masalah yang ada di dalam suatu
mengelola berbagai dan rangkaian kegiatan
organisasi
yang diarahkan menuju tercapainya tujuan
.Suatu
organisasi
termasuk 1
organisasi. Pelaksanakan rangkaian kegiatan
keberhasilan
dalam organisasi dilakukan oleh manusia
misinya. Pemerintahan daerah pada tingkat
(humanbeing) yang bertindak sebagai aktor
kecamatan, khuusnya pemerintah Kecamatan
atau
Tompaso
peserta
bersangkutan, kinerja
dalam
organisasi
maka
dengan
(performance)
bersangkutan perilaku
banyak
manusia
organisasi
sendirinya
Kabupaten
dalam
mencapai
Minahasa
sebagai
organisasi publik yang memiliki tugas pokok
organisasi
yang
dan
tergantung
pada
pelayanan administrasi memerlukan informasi
terdapat
dalam
mengenai kinerja aparatur yang ada, baik di
organisasi
lingkungan pemerintah kecamatan, maupun
yang
tersebut.
yang
organisasi
Budaya
fungsi
koordinasi
dan
memberikan
merupakan nilai-nilai yang menjadi pedoman
pemerintah
desa
sumber daya manusia untuk menghadapi
pemerintah
kecamatan,
permasalahan
usaha
dilakukan penilaian seberapa jauh pelayanan
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan
yang diberikan oleh organisasi dapat memenuhi
sehingga masing-masing anggota organisasi
harapan dan memuaskan masyaakat pengguna
harus memahami nilai-nilai yang ada dan
layanan.
eksternal
dan
dibawah
koordinasi
sehingga
dapat
bagaimana mereka bertingkah laku atau Terbatasnya
berprilaku..
informasi
mengenai
kinerja aparatur terjadi karena kinerja belum Analisis terhadap kinerja birokrasi
dianggap sebagai suatu hal yang penting dan
publik menjadi sangat penting atau dengan
hal ini menunjukan ketidak seriusan pemerintah
kata lain memiliki nilai yang amat strategis.
untuk menjadikan kinerja sebagai agenda
Informasi mengenai kinerja aparatur dan
kebijakan yang penting, sehingga tidak jarang
faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
ditemukan dalam perekruitan suatu jabatan
kinerja
untuk
yang didasarkan pada pertimbangan like and
pengukuran kinerja
dislike pihak pimpinan serta masih melekatnya
aparatur
sangat
diketahui, sehingga aparat
hendaknya
diterjemahkan
budaya paternalisme. budaya paternalisme
sebagai suatu kegiatan evaluasi untuk menilai
merupakan suatu sistem kepemimpinan yang
atau melihat keberhasilan dan kegagalan
berdasarkan hubungan antara pemimpin dan
pelaksanaan
yang di pimpin,seperti hubungan antara ayah
tugas
dapat
penting
dan
fungsi
yang
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu evaluasi interpretasi
kinerja
merupakan
keberhasilan
dan
dan anak.
analisis Hasil
kegagalan
amatan
dilapangan,
setiap
aparat pemerintah, masih ditemukan adanya
pencapaian kinerja.
tradisi dan tata pergaulan yang bersifat Dalam hubungan ini, penilaian kinerja
paternalisme, misalnya dihadapan pimpinan,
aparatur merupakan suatu kegiatan yang sangat
seorang
penting karena dapat digunakan sebagai ukuran
menunjukan penolakannya atas suatu ide atau 2
aparat
bawahan
sulit
untuk
gagasan
pimpinan.
pimpinan
secara
Penolakan terbuka
atas
dapat
ide
B. Variabel dan Definisi Operasional
berarti
Penelitian ini dibatasi pada dua
membuka konflik antara pimpinan dan
variabel, masing-masing : Budaya Organisasi
bawahannya. Disamping itu, kendala yang
sebagai
dihadapi dalam rangka peningkatan kinerja
variable), dan kinerja aparatur pemerintah
aparatur adalah inovasi dan kreativitas aparat
sebagai
pemerintah masih relatif rendah. Hal ini
variable).
variabel
variabel
bebas
tak
(independent
bebas
(dependent
dapat ditunjukan pada kondisi riil yang ada
Adapun definisi konsep dan indikator
yakni manakala pimpinan melakukan ”tugas
masing-masing variabel dapat dikemukakan
luar”, maka ada anggapan bahwa tugas dan
sbagai berikut :
tanggungjawab yang ada pada bawahan dapat 1.
ditunda pelaksanaannya atau dengan kata lain
variabel bebas (X) adalah merupakan
bawahan selalu menunggu pimpinan kembali
keyakinan, nilai-nilai, simbol-simbol
untuk meminta petunjuk kepada pimpinan
dan
terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
sehingga
pelaksanaan
Budaya atau kultur organisasi sebagai
tugas
bawahan senantiasa harus dalam pengawasan
asumsi
yang
menjadi
pegawai/aparat
dalam
menyelenggarakan
fungsi
pemerintahan,
langsung pimpinan. Pada tataran inilah
dasar
pemberdayaan,
pembangunan dan pelayanan publik,
dirasakan faktor budaya sangat berpengaruh
khususnya di Kecamatan Tompaso
terhadap kinerja aparatur pemerintah dalam
Kabupaten Minahasa.
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai 2.
dengan visi, misi dan tujuan organisasi.
Kinerja
aparatur
sebagai
variabel
terikat atau tergantung (Y) adalah
.seperti yang dikemukakan David osborne
suatu tingkat prestasi yang dicapai oleh
dan Peter plastrik tentang faktor budaya
aparatur
predisposisi pemimpin..
pemerintah
kecamatan
Tompaso Kabupaten Minahasa dalam METODE PENELITIAN
melaksanakan
A. Jenis Penelitian
mereka, terutama dalam memberikan
Mengacu pada karakteristik masalah,
tugas
dan
fungsi
pelayanan kepada masyarakat.
maka penelitian ini menggunakan metode C.Populasi dan Sampel
deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Metode dan
pendekatan
ini
digunakan
Sugiyono
dengan
mengemukakan
pertimbangan bahwa permasalaham yamg
wilayah
dikaji dalam penelitian ini cukup aktual dan
(2009 bahwa
generalisasi
:
90)
populasi
adalah
yang
terdiri
atas
objek/subjek yang memepunyai kualitas dan
faktual serta bermaksud untuk menguji
karakteristik yang ditetapkan oleh penliti
hubungan/pengaruh antar variabel penelitian.
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. 3
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
(2009) perlu dilanjutkan dengan
aparat pemerintah yang ada di Kecamatan
analisis regresi linier sederhana
Tompaso Kabupaten Minahasa, tercatat jumlah
guna
aparat/pegawai yang ada sebanyak 33 orang
hubungan fungsional antara kedua
PNS.
variabel, Adapun besar sampel ditetapkan
sebanayak
33
orang
aparat.
mengetahui
dengan
bentuk
pola
menyelesaikan
persamaan resgresi linear sederhana Ŷ = a + bX (Sudjana, 2002 : 312)
Dengan
demikian, penelitian ini adalah penelitian
4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi
populatif, di mana keseluruhan populasi
atau
besarnya
pengaruh
Budaya
dijadikan sebagai sampel responden
organisasi (X) terhadap kinerja aparat pemerintah (Y) digunakan analisis
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan
determinasi
Data
dengan
mengkwadratkan
Intrumen utama dalam penelitian
nilai
cara koefisien
korelasi, yaitu ( r )2.
kuntitatif adalah daftar pertanyaan atau kuesioner.
Kuesioner
digunakan
PEMBAHASAN
untuk data
Dari hasil analisis korelasi product
teknik
moment dan regresi sederhana, dapat teruji
dokumentasi. Semua data dan informasi
hipotesis yang menyatakan bahwa ”Budaya
diperoleh melalui teknik survei dan observasi
organisasi
langsung (Hadi,S 1989).
aparatur pemerintah di Kecamatan Tompaso
menjaring data sekuder
primer, sementara
diperoleh
melalui
berpengaruh
terhadap
kinerja
Kabupaten Minahasa”, pada taraf signifikansi E
Teknik Analisis Data Mengacu
1 %, Hal ini mengindikasikan bahwa budaya
pada
perumusan
keperluan
pengujian
kinerja aparatur pemerintah, khususnya di
hipotesis penelitian, maka teknik analisa
Kecamatan Tompaso. Besarnya pengaruh
data yang sesuai untuk digunakan terdiri
tersebut dapat diamati dari hasil analisis
dari :
determinasi, di mana koefisien determinasi
1.
Untuk mengidentifikasi masing-
diperoleh
masing variabel digunakan analisis
diinterpretasikan bahwa besarnya pengaruh
prosentase
faktor budaya organisasi terhadap kinerja
masalah
dan
yang
organisasi
dideskripsikan
sangat
sebesar
berpengaruh
0,894
yang
terhadap
dapat
dalam tabel distribusi frekuensi.
aparatur pemerintah sebesar 89,4%. Hasil ini
2. Untuk menguji keeratan hubungan
mengindikasikan bahwa variasi perubahan
(derajat korelasi) digunakan teknik
kinerja aparatur pemerintah rata-rata sebesar
analisis korelasi product moment
41.79 atau 69.65% ditentukan oleh variasi
3. Apabila signifikan,
hasil
uji
menurut
ternyata
perubahan faktor budaya organisasi sebesar
Sugiyono 4
89,4 %, sedangkan sisanya sebesar 10.6 %
dicapai apabila kondisi penerapan budaya
dipengaruhi faktor lain.
organisasi mengalami perubahan. Dengan memasukkan nilai skor tertinggi variabel
Besarnya organisasi
pengaruh
budaya
kinerja
aparatur,
terhadap
budaya organisasi, yakni sebesar 50, maka diperoleh capaian prediksi kinerja aparatur
khususnya aparatur pemerintah di Kecamatan Tompaso
kabupaten
Minahasa,
sebesar Ŷ = 4.424 + 0.916 X = 4.424 +
dapat
0.916(50) = 50.22 atau 83.71 %. Hasil ini
dipahami jika diamati lebih jauh tentang hasil
mengindikasikan bahwa walaupun budaya
wawancara dengan beberapa aparatur tentang
organisasi ditingkatkan sampai skor tertinggi
kondisi penerapan budaya organisasi dalam menjalankan
tugas
dikaitkan
berdasarkan
dengan
(39,4%)
aparatur
kasus ini, hanya dapat dicapai sebesar 50.22 atau 83,71 %. Artinya, bahwa masih ada
orientasi budaya organisasi dari budaya ke
berorientasi
hasil
nilai dan
budaya mutu
faktor lain yang turut berpengaruh terhadap
yang
kinerja
dipadukan
nilai-nilai
aparatur
selain
faktor
budaya
organisasi itu sendiri.
dengan budaya organis-adaptif yang sarat dengan
namun
skor idealnya (60 skor) atau 100 %. Dalam
pemerintah
membenarkan bahwa telah terjadi perubahan
paternalistik
responden,
kinerja aparatur belum mampu dipacu sampai
peningkatan kinerja aparatur itu sendiri. Sebagian
jawaban
keterbukaan
Berdasarkan hasil penelitian ini,
(transparancy), demokratis, akuntabilitas dan
maka dapat dikatakan bahwa keterkaitan dan
responsivitas dalam memberikan pelayanan
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
kepada masyarakat dan stakeholders lainnya.
aparatur, baik secara empiris maupun teoretis dapat diterima. Hal ini sejalan dengan
Realitas ini, juga tercermin dari hasil
pendapat
wawancara dengan para aparatur, ditemukan
rendahnya
penghargaan bagi aparatur yang berprestasi,
citra
organisasi,
antara
lain
kinerja
birokrasi
publik/pemerintah sangat dipengaruhi oleh
bekerja dengan baik dan hindari KKN serta merusak
ahli,
dikemukakan oleh Dwiyanto, (2002) bahwa
beberapa saran, antara lain : perlu adanya
tidak
beberapa
budaya paternalisme yang masih sangat kuat,
perlu
yang cenderung mendorong pejabat birokrasi
transparansi dan memperhatikan kesejahteraan
untuk lebih berorientasi pada kekuasaan dari
aparatur itu sendiri.
pada Dari gambaran data tersebut dan bila
sebagai
pelayanan, penguasa.
menempatkan
dirinya
Moeljarto
(2001)
dicermati lebih jauh tentang hasil analisis
berpendapat bahwa untuk mengikis pengaruh
regresi sederhana, maka dapat terpenuhinya
minor
asumsi untuk melakukan prediksi kedepan
(termasuk budaya paternalistik), maka hal
mengenai
yang penting dalam birokrasi adalah suatu
tingkat
kinerja
yang
hendak
5
neo-tradisionalisme
birokrasi
transformasi budaya birokrasi yang mewarisi
informal, maka diharapkan akan tercipta
semangat kerajaan dan kolonial menuju
suasana yang lebih transparan, akuntabel dan
budaya birokrasi modern yang organis
responsif sehingga melahirkan kegairahan
adaptif; yang dikehendaki adalah birokrasi
dan semangat kerja yang tinggi, yang dapat
yang terbuka terhadap gagasan inovatif, peka
mendorong peningkatan kinerja aparatur
terhadap
pemerintah itu sendiri.
perubahan-perubahan
lingkungannya,
penekanan
pada KESIMPULAN DAN SARAN
produktivitas,profesionalisme pelayanan dan
A. Kesimpulan
peningkatan kualitas sumberdaya aparatnya.
Berdasarkan
Model birokrasi seperti ini akan kenyal
hasil-hasil
analisis
data sebagaimana telah dikemukakan pada
terhadap goncangan dan ketidakpastian yang
bagian sebelumnya, maka dapat ditarik
melanda lingkungannya.
beberapa kesimpulan, antara lain : Hasil penelitian ini berimplikasi
1.
Hasil identgifikasi variabel penelitian
perlunya pimpinan organisasi, khususnya
ditemukan bahwa budaya organisasi
pemerintah
yang berlaku atau diterapkan di lokasi
Desa
(Kepala
desa)
dan
Pemerintah Kecamatan (Camat) Tompaso
penelitian
Kabupaten Minahasa berupaya mendorong
kecenderungan mengalami transformasi
percepatan transformasi budaya organisasi
dari budaya paternalistik ke budaya
dari budaya paternalistik ke budaya birokrasi
birokrasi modern yang berorientasi hasil
modern yang lebih berorientasi pada hasil
dan mutu dipadukan dengan budaya
dan mutu serta budaya organis-adaptif yang
organis-adaptif yang sarat dengan nilai-
lebih
nilai
kondusif
lagi,
terutama
menjaga
mulai
menunjukkan
profesionalisme,
transparansi,
komunikasi yang sifatnya dua arah sehingga
skuntabel, responsif dan demokratis.
terjalin hubungan yang harmonis. Artinya
Sementara
bahwa dengan terciptanya komunikasi yang
pemerintah masih berada pada kategori
efektif, baik dari atasan ke pada bawahan
“sedang” atau menengah.
(komunikasi kebawah) melalui (1) pemberian
2.
itu,
kinerja
aparatur
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
petunjuk, (2) pemberian keterangan umum;
antara budaya organisasi dengan kinerja
(3) pemberian perintah (4)
aparatur
pemberian
mempunyai
hubungan
teguran; (5) pemberian pujian; maupun dari
keterkaitan dan pengaruh yang sifatnya
bawahan kepada atasan (komunikasi ke atas)
kontributif serta sangat nyata atau
melalui : (1) penyampaian laporan; (2)
signifikan.
penyampaian pendapat; (3) penyampaian
Dengan
keluhan dan (4) penyampaian saran-saran
diajukan dapat teruji keberlakuannya
yang dilakukan, baik secara formal maupun
secara
6
demikian,
empiris
hipotesis
sekaligus
yang
dapat
menjustifikasi
teori-teori
yang
pelaksanaan indikator kepuasan. Hal
mendasarinya.
ini dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
B. Saran Mengacu pada hasil temuan dalam
pengguna
JAMKESDA dan
penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa
4.
saran sebagai berikut :
Untuk
meningkatkan
pelaksanaan Jminan
1.
Walaupun
budaya
layanan
organisasi
program
pelayanan
Kesehatan
Daerah
(JAMKESDA),
pemerintah dilingkungan pemerintahan
efektivitas
maka
manajemen
Rumah Sakit perlu mengoptimalkan
Kecamatan Tompaso mulai mengalami
pelaksanaan indikator keadaptasian,
transformasi dari budaya paternalistik
melalui
ke budaya birokrasi modern yang
peningkatan
kemampuan
organisasi dalam menyesuaikan diri
berorientasi hasil dan mutu, namun
dengan
belum mampu mendorong peningkatan
dinamika
dan
tuntutan
lingkungan internal maupun eksternal.
kinerja aparatur sampai maksimal. Oleh karena itu, budaya organisasi
DAFTAR PUSTAKA
perlu lebih ditingkatkan lagi melalui penerapan
2.
disiplin
kerja
dan
Osborne, David dan Plastrik, Peter, 2000,
pembenahan kondisi lingkungan atau
Memangkas Birokrasi : Lima Strategi
iklim kerja yang lebih kondusir lagi.
Menuju
Mengingat pengaruh budaya organisasi
(terjemahan), Jakarta, PPM.
Pemerintahan
Wirausaha
terhadap kinerja paratur sangat nyata atau
signifikan,
sementara
Sugiyono,
kinerja
2009,
aparatur belum mencapai hasil yang
Administrasi,
optimal,
Bandung.
maka
disarankan
agar
pemerintah daerah lebih menfokuskan
penerapatan
kepemerintahan
baik
Alfabeta,
Culture and Leadership, Second
prinsip-prinsip
yang
Penerbit
Penelitian
Schein, H Edgar. 1992. Organizational
pada peningkatan kinerja aparatur melalui
Metode
Edtion, Jossey Bass Publishers, San
(good
Francisco
governance). 3.
Untuk
mengoptimalkan
efektivitas
pelaksanaan
pecapaian
Hadi, S., 1989, .Metodology Research (untuk
program
penulisan paper, skripsi, thesis dan
pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah
desertasi),
(JAMKESDA) di RSUD Kota Bitung
kesepuluh, Andi Offset, Yogyakarta.
ke depan, maka perlu mengoptimalkan
7
Jilid
III,
Cetakan
Bernardin, John dan J. Russell, 1998, Human Resources
Management
An
Experiential Approach, Mc. Graw, Singapore. Dessler, G., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, terjemahan,
Prenhalindu,
Jakarta. Donovan,
O’,
Ita,
1994,
Organization
Behaviour in Local Government, Great Britain, Longman Group. Moeljarto,
Tjokrowinoto,
Birokrasi
Dalam
dkk, Polemik,
2001, (ed)
Syaiful Arif, Pustaka Pelajar, Jakarta.
8