FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN FUNGSI KOGNITIF PADA ANAK TK DI KECAMATAN PINOGALUMAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan
Oleh MELDI AMALA NIM. 841411106
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2015
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL
PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TK DI KECAMATAN PINOGALUMAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL
PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TK DI KECAMATAN PINOGALUMAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN FUNGSI KOGNITIF PADA ANAK TK DI KECAMATAN PINOGALUMAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Meldi Amala1), Nanang Roswita Paramata2), Wirda Y Dulahu3) NIM : 841411106 S1 Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo Jalan Jendral Sudirman Nomor 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 fax (0435) 827213 ABSTRAK Meldi Amala. 2015. Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Fungsi Kognitif Anak TK di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Skripsi, Jurusan S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes dan Pembimbing II Ns. Wirda Y. Dulahu, S.Kep, M.Kes. Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan anak untuk memproses dan mengkategorikan informasi-informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi). Salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak yaitu dengan permainan edukatif seperti puzzle. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak TK di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode pendekatan Non Equivalent Control Group. Jumlah sampel 36 responden yang berasal dari 2 sekolah yang berbeda, menggunakan tehnik Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi menggunakan uji statistik Wilcoxon signed rank test (p = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak TK di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan nilai p = 0,007 dengan taraf signifikan ≤ 0,05. Diharapkan bagi sekolah, terutama tenaga pendidik walaupun tidak sesuai dengan profesinya, diharapkan dapat memilih metode yang sesuai dengan usia anak yaitu metode belajar sambil bermain pada anak TK sehingga anak tidak bosan dan perkembangannya pun akan meningkat melalui permainan-permainan edukatif. Kata Kunci : Bermain Puzzle, Perkembangan Kognitif, Anak TK Daftar Pustaka : 32 (2007-2014)
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
ABSTRACT Meldi Amala. 2015. The Influence Of Playing Puzzle Toward Cognitive Function Development Of Children at TK (Kindergarten) of Pinogaluman Sub-District, Bolaang Mongondow Utara District. Skripsi, Studi Program of Nursing , Faculty of Health Sciences of Sports, State University of Gorontalo. The principal supervisor was dr.Nanang Roswita Paramata M.Kes and Co-supervisor was Ns. Wirda Y Dulahu, S.Kep, M.Kes. Cognitive is a process to think; a child’s ability to process and to categorize the information they again. This ability is related to level of intelligence. One way to improve the development of childre’s cognitive is by educative game such as puzzle. this research aimed at investigating the influence of playing puzzle toward cognitive function development of children at kindergarten of Pinogaluman Sub-District, Bolaang Mongondow Utara District. This research applied quasi experimental research with non equivalent control group. The samples were 36 respondens from 2 difference kindergartens using purposive sampling. The technique of data collection was observation method. To analyzed the data, it used wilcoxon signed rank test (p=0,05) The research result showed that there was influence of playing puzzle to the cognitive function development of childrens at kindergarten of Pinogaluman SubDistrict, Bolaang Mongondow District with p-value = 0,007 at level of significance ≤ 0,05. It is suggested to school particularly teachers though it did not fit to their profession, but they should choose an appropriate method with the child’s age namely learning while playing method on kindergarten children so that they will not be bored and their development will be improved throught educative games. Keyword : Playing Puzzle, Cognitive Development, Kindergarten Children References :32 (2007-2014)
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
PENDAHULUAN Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Filda dan Maya (2012:19)1 Setiap tahapan perkembangan anak merupakan masa yang sangat penting. Namun, setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Seorang anak membutuhkan pengalaman dan melakukan penemuan sendiri untuk mengoptimalkan momen pembelajarannya. Menurut DEPKES RI (2006), bahwa 0,4 juta (16%) balita indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik kasar dan halus, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Syaiful, 2012)2. Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (2014) sebesar 1.647 (62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan (Dinkes, 2014)3. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka metode pembelajaran yang digunakan oleh guru serta daya dukung alat peraga atau media yang dapat menarik minat dan motivasi belajar peserta didik merupakan faktor yang berperan langsung dalam proses pembelajaran. Fenomena yang terjadi dilapangan sungguh berbeda dengan harapan dan standar Pendidikan Anak Usia Dini. Salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan pembelajarannya yang memiliki kendala yaitu masih rendahnya tingkat perkembangan peserta didik, khususnya dalam perkembangan kognitif. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4 Mei 2015 bahwa di pendidikan TK Sabilil Huda Desa Tontulou utara Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa dari 18 anak. Umur 4 tahun sebanyak 5 anak, umur 5 tahun sebanyak 5 anak, dan umur 6 tahun sebanyak 8 anak. Dari 18 anak tersebut sedikitnya masih terdapat anak yang mengalami masalah pada perkembangan kognitifnya, di mana anak sulit dalam mengenali bentuk dan warna. Permasalahan ini menurut dugaan peneliti disebabkan oleh kurang kreatifnya guru dalam proses pembelajaran dan tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan profesi pendidikannya. Dalam permasalahan ini masih terdapat anak yang belum dapat mengenali bentuk yaitu ada 15 anak namun anak lain masih bisa mengenali sebagian warna, dan 3 anak lainnya sudah bisa mengenali bentuk dan warna. Ini juga dapat dilihat pada lembar penilaian siswa khususnya indikator kognitif pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, masih banyak siswa yang mendapatkan bintang (*) yang artinya belum berkembang dan bintang (**) yang artinya mulai berkembang.
1
Filda dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika Syaiful, Y. dkk. Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus danKognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun.). Journals of Ners Community vol.3 no.6: 17 3 Dinkes. 2014. Catatan Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Dinkes Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan Wiyani (2014 : 61)4 Kognisi adalah kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi dilingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana. Menurut piaget (dalam Santrock, 2007)5 ada 4 tahap utama dalam perkembangan kognitif yaitu: Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun, yaitu berfikir melalui gerak tubuh dengan banyak menggunakan gerak reflek seperti menggerakan jari tangan, menangis, dan gerak reflek lainnya. Tahap pra-operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun, yaitu anak masih belum memiliki kemampuan untuk berfikir logis atau operasional. Tahap konkret-operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun, yaitu anak lebih mudah membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis. Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun, yaitu anak sudah mampu berfikir secara hipotesis dan berada dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. Sehubungan dengan perkembangan kognitif, kondisi hasil belajar yang masih rendah di sebabkan oleh penggunaan cara-cara konvensional dalam pembelajaran anak dan kurangnya inovasi dalam pembelajaran di TK serta masih kurangnya media yang mampu menunjang motivasi anak mengikuti pembelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu solusi untuk mengatasinya dengan menerapkan metode bermain puzzle warna dan bentuk ukuran. Melalui permainan ini guru dapat mengamati sejauh mana motivasi belajar anak dan meningkatkan perkembangan kognitif anak. Dahlan (2010:1)6 Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal yang tidak diperoleh anak dari materi belajar dirumah atau sekolah. Sejalan dengan pendapat Syamsudin (2014:7)7 Bermain tidak hanya melatih perkembangan fisik, tetapi juga otak/intelektual. Stimulasi otak yang terjadi saat anak bermain akan mengembangkan aspek-aspek kognitif seperti kemampuan memecahkan masalah anak, kemampuan bahasa, asah logika, serta konsep-konsep dasar lainnya. Selain metode bermain, media pembelajaran juga berperan penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Media yang digunakan adalah puzzle. Media puzzle merupakan Alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan kognitif anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Sejalan juga dengan pendapat Menurut Rokhmat (dalam
4
Wiyani, N. A. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogykarta: GAVA MEDIA Santrock J.W. 2007. Perkembangan Anak edisi ke sebelas jilid 1. Jakarta: Erlangga 6 Dahlan, T. 2010. Games Sains Kreatif & Menyenangkan. Jakarta Selatan : Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. 7 Syamsudin, H. 2014. Brain Game Untuk Balita. Jakarta : MEDIA PRESSINDO 5
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan Srianis dkk,2014)8 “puzzle adalah permainan kontruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau gambar bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu”. berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah alat permainan bongkar pasang dan mengacak yang terbuat dari kayu, yang berfungsi untuk mengembangkan dan merangsang fungsi kognitif anak. Puzzle bentuk ukuran adalah puzzle yang kepingan-kepingan berbentuk segitiga, segiempat dan lingkaran yang berukuran besar dan kecil pada setiap bentuknya. Sedangkan puzzle warna adalah puzzle yang kepingan-kepingannya terdapat warna-warna. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Perkembangn Fungsi Kognitif Pada Anak TK Di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. METODE Penelitian ini dilakukan di 2 sekolah yaitu PAUD Sabilil Huda sebagai kelompok eksperimen dan PAUD Nusa Indah sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 25 mei sampai tanggal 8 juni 2015. Pada Taman Kanakkanak Sabilil Huda di mulai dari tanggal 25 sampai tanggal 6 juni, sedangkan di Taman Kanak-kanak Nusa Indah di mulai dari tanggal 26 sampai tanggal 8 juni. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dan jumlah responden yaitu sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 2 sekolah, masing-masing 18 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah metode observasi untuk mengumpulkan data tentang perkembangan kognitif dalam mengenal warna,bentuk dan ukuran pada anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode bermain puzzle. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di PAUD Sabilil Huda (kelompok eksperimen) dan PAUD Nusa Indah (kelompok kontrol) Umur Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N % N % 4 5 27,8 5 27,8 5 5 27,8 6 33,3 6 8 44,4 7 38,9 Jumlah 18 100 18 100 Sumber :data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur responden di PAUD Sabilil Huda, yaitu pada umur 4 tahun berjumlah 5 8
Srianis, dkk. 2014. Penerapan Metode Bermain Puzzle Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Dalam Mengenal Bentuk. Jurnal PG-PAUD volume 2 No 1
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
responden (27,8%), umur 5 tahun berjumlah 5 responden (27,8%), dan umur 6 tahun berjumlah 8 responden (44,4%). Sedangkan di PAUD Nusa Indah yaitu pada umur 4 tahun berjumlah 5 responden (27,8%), umur 5 tahun berjumlah 6 responden (33,3%), dan umur 6 tahun berjumlah 7 responden (38,9%). Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PAUD Sabilil Huda (kelompok eksperimen) dan PAUD Nusa Indah (kelompok kontrol) Jenis Kelamin Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N % N % Laki-laki 9 50 10 55,6 Perempuan 9 50 8 44,4 Jumlah 18 100 18 100 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di PAUD Sabilil Huda, yaitu laki-laki berjumlah 9 (50%) responden dan perempuan berjumlah 9 (50%) responden. Sedangkan di PAUD Nusa Indah laki-laki berjumlah 10 (55,6%) responden dan perempuan 8 (44,4%) responden. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Fungsi Kognitif Anak TK Sebelum diberikan Perlakuan (pretest) Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N % N % Baik 1 5,6 2 11,1 Cukup 4 22,2 5 27,8 Kurang 13 72,2 11 61,1 Jumlah 18 100 18 100 Sumber :data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh data dari ke dua sekolah yaitu pada TK Sabilil Huda yang termasuk kategori kognitif baik ada 1 (5,6%) anak, kategori kognitif cukup ada 4 (22,2%) anak dan yang termasuk pada kategori kognitif kurang ada 13 (72,2%) anak. Sedangkan pada TK Nusa Indah yang termasuk kategori kognitif baik ada 2 (11,1%) anak, kategori kognitif cukup ada 5 (27,8%) anak dan termasuk kognitif kurang ada 11 (61,1%) anak. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perkembangan Fungsi Kognitif Anak TK Setelah diberikan Perlakuan (posttest) dan Tidak Diberikan Perlakuan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kategori N % N % Baik 4 22,2 3 16,7 Cukup 4 38,9 6 33,3 Kurang 7 38,9 9 50,0 Jumlah 18 100 18 100
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data dari ke dua sekolah yaitu pada TK Sabilil Huda yang termasuk kategori kognitif baik ada 4 (22,2%) anak, kategori kognitif cukup ada 7 (38,9%) anak dan yang termasuk pada kategori kognitif kurang ada 7 (38,9%) anak. Sedangkan pada TK Nusa Indah yang termasuk kategori kognitif baik ada 3 (16,7%) anak, kategori kognitif cukup ada 6 (33,3%) anak dan termasuk kognitif kurang ada 9 (50%) anak. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Fungsi Kognitif Anak TK Perkembangan Anak Kategori Z P- value Pretest P N % N % Baik 1 5,6 4 22,2 Cukup 4 22,2 7 38,9 Kurang 13 72,2 7 38,9 -2.714 0,007 Total 18 100 18 100 Berdasarkan hasil analisis dengan uji Wilcoxon signed rank test diperoleh data kognitif anak sebelum diberikan perlakuan, yaitu yang termasuk dalam kognitif baik berjumlah 1 (5,6) anak, kognitf cukup 4 (22,2%) anak dan yang termasuk dalam kognitif kurang ada 13 (72,2%) anak. Setelah diberikan perlakuan jumlah anak yang termasuk dalam kognitif baik sebanyak 4 (22,2%) anak, memiliki kognitif cukup sebanyak 7 (38,9%) anak dan yang memiliki kognitif kurang sebanyak 7 (38,9%) anak, serta nilai probabilitas (p=0,007). Oleh karena (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak TK di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Terhadap Perkembangan Fungsi Kognitif Anak TK Nusa Indah Perkembangan Anak Z
Kategori
Baik Cukup Kurang
Pretest N % 2 11,1 5 27,8 11 61,1
N 3 6 9
Total
18
18
100
P-value
Posttest
% 16,7 33,3 50
-1.732
0,085
100
P value=<0,05 Berdasarkan hasil analisis dengan uji Wilcoxon signed rank test diperoleh data kognitif anak saat dilakukan tes pertama yaitu yang termasuk dalam kognitif baik berjumlah 2 (11.1%) anak, kognitf cukup 5 (27,8%) anak dan yang termasuk dalam kognitif kurang ada 11 (61,1%) anak. Setelah dilakukan tes ke-2, jumlah anak
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
yang termasuk dalam kognitif baik sebanyak 3 (16,7%) anak, memiliki kognitif cukup sebanyak 6 (33,3%) anak dan yang memiliki kognitif kurang sebanyak 9 (50%) anak, serta nilai probabilitas (p=0,083). Pelaksanaan proses pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran sudah mengalami peningkatan dari awalnya anak tidak mampu mengenal bentuk dan warna menjadi mampu mengenal bentuk dan warna dan mampu menyebutkannya. Terjadinya peningkatan perkembangan kognitif anak karena telah diberikan perlakuan bermain puzzle. Dimana guru menjadi patner peneliti yang memberikan perlakuan dalam penelitian. Maka anak selalu dilatih dan mendapatkan stimulasi dari guru tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih (2010)9 tentang hubungan antara pemberian stimulasi dini dengan perkembangan balita, menjelaskan bahwa sebagian besar anak memiliki perkembangan yang sesuai. Hal ini disebabkan karena anak bisa bermain bersama teman-temannya sehingga dapat merangsang perkembangannya. Hal ini sejalan dengan teori menurut Mursintoh (dalam Marmih dan Kukuh, 2012)10 stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Sedangkan anak yang memiliki kognitif kurang dan cukup sudah mengalami perkembangan tetapi belum mencapai kategori kognitif selanjutnya, dimana ada beberapa aspek yang belum bisa dilakukan oleh anak, seperti menyusun benda yang kecil ke benda yang besar, menyebutkan bentuk segitiga, menyebutkan bentuk segiempat dan menyebutkan beberapa warna. Karena menurut peneliti saat diajak bermain puzzle, masih ada anak yang kurang kooperatif yang hanya duduk diam melihat temannya bermain dan ada juga anak yang sulit memusatkan perhatian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sukmawati (2010) mengenai Potret Pemusatan Perhatian Anak Didalam Kegiatan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Budi Mulia Padang bahwa rendahnya perhatian anak dikarenakan kurang berminatnya anak didalam kegiatan pembelajaran dan kurang terkontrol anak didalam kelas. Selain itu juga menurut peneliti bahwa anak yang masih memiliki kognitif kurang karena nutrisi yang kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rindu,dkk (2013)11 mengenai Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah, menunjukan bahwa Faktor9
Sunarsih, T. 2010. Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Dini Oleh Ibu Dengan Perkembangan Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta 10 Marmi, S dan Kukuh Raharjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 11 Rindu D, dkk. 2013. Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Program Magister Ilmu Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Vol 36 No 1
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
faktor yang berhubungan signifikan dengan tingkat perkembangan kognitif balita adalah status gizi balita (nutrisi), usia balita, lama mengikuti PAUD dan praktik pengasuhan balita. Dengan demikian, tingkat kecukupan gizi balita, terutama energi dan protein, berhubungan dengan status gizi dan perkembangan mereka. Menurut Moehji (dalam wuryaningsih, 2003)12 Gangguan kesehatan akibat kekurangan asupan nutrisi dan gizi buruk akan berpengaruh terhadap perkembangan intelegensi dan kemampuan kognitif. Beberapa penelitian menjelaskan dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis dan mengalami gangguan bicara. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes Intellegent Quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri, dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak TK, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain puzzle dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan uji Wilcoxon signed rank test dengan nilai P-value=0,05, diperoleh hasil (p=0,007) yang berarti P value <(p=0,05), berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan kognitif anak pada TK Sabilil Huda di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Berikut ini beberapa saran dalam penelitian ini antara lain, Bagi sekolah, diharapkan menjadi bahan informasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di taman kanak-kanak. Bagi guru, diharapkan menjadi masukan untuk lebih meningkatkan kualitas mengajar dengan memariasikan proses-proses pembelajaran. Bagi anak-anak, menggunakan permainan puzzle mampu memberikan daya tarik dalam belajar sehingga lebih aktif dalam belajar sambil bermain. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada anak tentang perkembangannya.
12
Wuryaningsih F S. 2010. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Kognitif Balita Usia 24-59 Bulan di Posyandu Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA Dahlan, T. 2010. Games Sains Kreatif & Menyenangkan. Jakarta Selatan : Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. Dinkes. 2014. Catatan Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Dinkes Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Filda dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika Marmi, S dan Kukuh Raharjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta Rindu D, dkk. 2013. Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Program Magister Ilmu Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Vol 36 No 1 Santrock J.W. 2007. Perkembangan Anak edisi ke sebelas jilid 1. Jakarta: Erlangga Srianis, dkk. 2014. Penerapan Metode Bermain Puzzle Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Dalam Mengenal Bentuk. Jurnal PG-PAUD volume 2 No 1 Sunarsih, T. 2010. Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Dini Oleh Ibu Dengan Perkembangan Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta Syamsudin, H. 2014. Brain Game Untuk Balita. Jakarta : MEDIA PRESSINDO Syaiful, Y. dkk. Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun.). Journals of Ners Community vol.3 no.6: 17 Wiyani, N. A. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogykarta: GAVA MEDIA Wuryaningsih F S. 2010. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Kognitif Balita Usia 24-59 Bulan di Posyandu Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
FIKK, Universitas Negeri Gorontalo S1 Ilmu Keperawatan